Upload
ayu-ayu-ayu
View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Chaidir DNI
1/42
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi pada organ-organ telinga, hidung, dan tenggorokan dapat menyebabkan
terbentuknya abses pada leher bagian dalam yang merupakan ruang potensial diantara fasia
leher dalam sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat.
Penyebab paling sering dari abses leher dalam adalah infeksi gigi (43%) dan penyalahgunaan
narkoba suntikan (!%).
"bses leher dalam merupakan suatu kondisi yang mengan#am ji$a akibat
komplikasi-komplikasinya yang serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf
kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. okasinya terletak didasar mulut dan dapat menjadi an#aman yang sangat serius. &tiologi infeksi di daerah leher
dapat berma#am-ma#am. 'uman penyebab abses leher dalam biasanya terdiri dari #ampuran
kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob.!,3
Infeksi kepala dan leher yang mengan#am ji$a ini sudah jarang terjadi sejak
diperkenalkannya antibiotik dan angka kematiannya menjadi lebih rendah. isamping itu
higiene mulut yang meningkat juga berperan dalam hal ini. ebelum era antibiotik, *+ %
infeksi leher dalam berasal dari penyebaran infeksi di faring dan tonsil ke parafaring.4
isamping pelaksanaan drainase abses yang optimal, pemberian antibiotik
diperlukan untuk terapi yang adekuat. ntuk mendapatkan antibiotik yang efektif terhadap
pasien, diperlukan pemeriksaan kultur kuman dan uji kepekaan antibiotik terhadap kuman.
amun ini memerlukan $aktu yang #ukup lama, sehingga diperlukan pemberian antibiotik
se#ara empiris terlebih dahulu. erbagai kepustakaan melaporkan pemberian terapi antibiotik
spektrum luas se#ara kombinasi ber/ariasi.0
1
7/26/2019 Chaidir DNI
2/42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Infeksi adalah masuknya suatu organisme patogen pada jaringan atau #airan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik yang apabila tidak ditangani
dengan benar dapat menimbulkan suatu abses. "bses adalah kumpulan nanah (netrofil yang
telah mati) yang terakumulasi di sebuah ka/itas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka
peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
men#egah penyebaran1perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh.2
Infeksi leher dalam adalah suatu proses infeksi yang terjadi di dalam ruang potensial
di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti
gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher yang dapat menimbulkan abses leher
dalam.2
2.2. Anatomi
2.2.1 Anatomi Leher7
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia ser/ikal.
asia ser/ikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda. 'edua fasia ini
dipisahkan oleh otot platisma yang tipis dan meluas ke anterior leher. tot platisma sebelah
inferior berasal dari fasia ser/ikal profunda dan kla/ikula serta meluas ke superior untuk
berinsersi di bagian inferior mandibula.
asia superfisial merupakan jaringan konektif yang terletak diba$ah dermis. asia ini
se#ara sempurna mengelilingi leher, tipis dan sulit untuk didemonstrasikan. asia ini berisikan
platysma dan /ena-/ena superfisialis. asia profunda mengelilingi daerah leher dalam dan
terdiri dari 3 lapisan, yaitu5
- apisan superfisial
o lapisan ini juga dikenal dengan sebutan lapisan selimut ( investing layer).
apisan ini mengelilingi leher, membungkus muskulus
sternokleidomastoideus, dan muskulus trape6ius elain otot, lapisan ini juga
membungkus kelenjar submandibular dan parotis. 7uangan yang terbentuk
adalah trigonum #oli posterior di kedua sisi lateral leher dan ruang
suprasternal urns.
- apisan tengah
2
7/26/2019 Chaidir DNI
3/42
o lapisan ini juga dikenal dengan nama lapisan /iseral yang men#akup fasia
pretiroid dan pretrakea. apisan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
muskular yang membungkus muskulus infrahyoid dan bagian /iseral yang
membungkus faring, laring, esofagus, kelenjar tiroid, dan trakea.
- apisan dalam.o apisan dalam ini berasal dari prosesus spinosus dari tulang /ertebra ser/ikal
dan ligamentum nu#hae. Pada prosesus trans/ersus dari tulang /ertebra
ser/ikal, lapisan ini terbagi menjadi lapisan alar anterior dan lapisan alar
pre/ertebra posterior. asia alar memanjang dari dasar tengkorak ke tulang
/ertebra torak ke-!, dan bersatu dengan fasia /iseral. asia ini terletak
diantara lapisan /iseral dan lapisan pre/ertebra. asia pre/ertebra terletak di
sebelah anterior dari #orpus /ertebra dan memanjang sepanjang kolumna
/ertebralis. asia ini berjalan se#ara sirkumferensial mengelilingi leher dan
membungkus otot-otot /ertebralis, otot-otot profunda trigonum #oli posterior,
dan otot scalene. apisan fasia ini mengelilingi pleksus brakialis dan
pembuluh subkal/ian dan berlanjut di tepi lateral sebagai /agina aksilaris.
8agina karotis adalah lapisan fasia yang bergubungan tetapi se#ara anatomis berbeda
dengan fasia-fasia yang telah dijelaskan di atas. 8agina karotis memiliki bagian-bagian dari
ketiga lapisan fasia profunda leher dan membungkus arteri karotis, /ena jugularis interna, dan
ner/us /agus. 8agina karotis berjalan mulai dari dasar tengkorak menuju leher di sepanjang
permukaan anterior fasia pre/ertebra, dan memasuki rongga torak di belakang kla/ikula.
Gambar 1.Diseksi dari platysma yang berlokasi di jaringan ikat subkutaneus
3
7/26/2019 Chaidir DNI
4/42
Gambar 2.Potongan melintang leher
Gambar 3. Potongan oblik leher
2.2.2 Ran! "otensia# #eher $a#am
7uang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang
leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid.
2
7uang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari5
4
7/26/2019 Chaidir DNI
5/42
ruang retrofaring
ruang bahaya (danger space)
ruang pre/ertebra.
7uang suprahioid terdiri dari5
ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikator
ruang peritonsil
ruang temporalis.
7uang infrahioid5
ruang pretrakeal
Gambar 4.Potongan Sagital Leher
!.!.!..7uang retrofaring
atas-batas 5
- "nterior 5 ruang bu##ofaringeal (faring dan esophagus)
- Posterior 5 alar fas#ia
- ateral 5 9loison sagittale
5
7/26/2019 Chaidir DNI
6/42
- uperior 5 basis #ranii
- Inferior 5 superior mediastinum
'ompartemen 5
- :aringan lemak
- 'elenjar limfe pada porsi suprahyoid (medial dan lateral nodus 7ou/iere
retrofaring)
A
Gambar 5.(A) Potongan sagital dari kepala dan leher. (B) Potongan koronal dari regio
suprahyoid. () Potongan cross!section leher setinggi level isthmus thyroid" #. $asia
super$isialis% &. ruang pretrakeal% '. ruang retro$aring% . ruang bahaya% . ruang
prevertebral.
!.!.!.!.7uang bahaya
atas-batas 5
- "nterior 5 alar fas#ia
- Posterior 5 pre/ertebral fas#ia
- ateral 5 prosesus trans/ersus /ertebra
- uperior 5 basis #ranii
- Inferior 5 diafragma
'ompartemen 5
6
7/26/2019 Chaidir DNI
7/42
- :aringan loose aerolar
Gambar 6.*uang bahaya
!.!.!.3.7uang pre/ertebral
atas-batas 5
- "nterior 5 pre/ertebral fas#ia
- Posterior 5 #orpus /ertebra dan deep ne#k mus#les
- ateral 5 prosesus trans/ersus /ertebra
- uperior 5 basis #ranii
- Inferior 5 #o##y;
'ompartemen 5
- :aringan dense areolar
- 'elenjar limfe pada porsi suprahyoid (medial dan lateral nodus 7ou/iere
retrofaring)
!.!.!.4.7uang submandibula
atas-batas 5
- "nterior 5 mylohyoid dan anterior belly dari m.digastrik
- Posterior 5 posterior belly dari m.digastrik dan ligamen stylomandibular- ateral 5 kulit, platysma, mandibula
- uperior 5 mukosa dari lantai mulut
- Inferior 5 m.digastrik
'ompartemen 5
- 7uang sublingual
o :aringan areolar
o n. hypoglossal dan lingual
o 'elenjar sublingual
7
7/26/2019 Chaidir DNI
8/42
o
7/26/2019 Chaidir DNI
9/42
o :aringan lemak
o 'elenjar limfe
o >edial?fossa tonsilaris
o ateral?m. pterigoid medial
o a. maksila interna
o n. al/eolar interna, lingual, auri#ulotemporal
- 'ompartemen poststyloid
o a. karotis
o /. jugularis interna
o 7antai simpatis
o n. I@, @, @I, @II
Gambar 9.*uang para$aring
!.!.!.2.7uang parotis
atas-batas 5
- "nterior 5 ramus posterior mandibula dan ligamen sylomandibula
- Posterior 5 m.sterno#leidomastoid
- uperior1inferior 5 kapsula parotis
- uperfi#ial5 kulit
- eep 5 prosesus styloideus
'ompartemen 5
- 'elenjar parotis
- n. fa#ialis
- a. karotis intera
- /. retromandibular
9
7/26/2019 Chaidir DNI
10/42
Gambar 10.*uang parotis
!.!.!.*.7uang mastikator
atas-batas 5
- "nterior 5 fas#ia masseter
- Posterior 5 ramus mandibula
- ateral 5 superfi#ial layer of deep fas#ia
- uperior 5 m. temporalis
'ompartemen 5
- u##al fat
- a. maksilaris interna
- ple;us /. pterygoid
- n. mandibular
Gambar 11.*uang mastikator
10
7/26/2019 Chaidir DNI
11/42
!.!.!.A.7uang peritonsilar
atas-batas 5
- ateral 5 m. pharyngeal superior konstriktor
- >edial 5 kapsul tonsil palatina
- uperior 5 anterior pillar tonsil
- Inferior 5 posterior pillar tonsil
!.!.!.A.7uang pretrakeal
ari kartilago tiroid sampai superior mediastinum. erisi tiroid, trakea, dan
esophagus.
Gambar 12.*uang pretrakeal
2.%. E"i$emio#o!i &
Buang dkk, dalam penelitiannya pada tahun CC* sampai !++!, menemukan kasus
infeksi leher dalam sebanyak A0 kasus. "bses submandibula (0,*%) merupakan kasus
terbanyak ke dua setelah abses parafaring (3A,4), diikuti oleh ud$ig=s angina (!,4%),
parotis (*%) dan retrofaring (0,C%).
Dang dkk, pada ++ kasus abses leher dalam yang diteliti "pril !++ sampai ktober
!++2 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 35!. okasi abses lebih dari
satu ruang potensial !C%. "bses submandibula 30%, parafaring !+%, mastikator 3%,
peritonsil C%, sublingual *%, parotis 3%, infra hyoid !2%, retrofaring 3%, ruang karotis
%.
i agian EBE-' 7umah akit dr. >. jamil Padang selama tahun terakhir
(ktober !++C sampai eptember !++) didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang,
abses peritonsil (3!%) kasus, abses submandibula C (!2%) kasus, abses parafaring 2 (A%)
11
7/26/2019 Chaidir DNI
12/42
kasus, abses retrofaring 4 (!%) kasus, abses mastikator 3(C%) kasus, abses pretrakeal (3%)
kasus.
2.'. Etio#o!i $an "ato!enesis &
Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal dalam tubuh.lora normal dapat tumbuh dan men#apai daerah steril dari tubuh baik se#ara perluasan
langsung maupun melalui laserasi atau perforasi. erdasarkan kekhasan flora normal yang
ada di bagian tubuh tertentu, maka kuman dari abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasar
lokasinya. ebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh #ampuran berbagai kuman, baik
kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.
Pada kebanyakan membran mukosa, kuman anaerob lebih banyak dibanding dengan
kuman aerob dan fakultatif, dengan perbandingan mulai +5 sampai ++++5. akteriologi
dari daerah gigi, oro-fasial, dan abses leher, kuman yang paling dominan adalah kuman
anaerob yaitu,Prevotella% Porphyromonas% ,usobacterium spp% danPeptostreptococcus spp.
akteri aerob dan fakultatif adalah Streptococcus pyogenic dan Stapylococcus aureus.
umber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan
gigi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas
melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. "pek gigi molar I yang berada di atas
mylohyoid menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah sublingual,
sedangkan molar II dan III apeknya berada di ba$ah mylohyoid sehingga infeksi akan lebih
#epat ke daerah submaksila.
Parhis#har dkk mendapatkan, dari !+ abses leher dalam, *0 (A3,3%) dapat
diidentifikasi penyebabnya (tabel ). Penyebab terbanyak infeksi gigi 43%. Eujuh puluh enam
persen ud$ig=s angina disebabkan infeksi gigi, abses submandibula 2% disebabkan oleh
infeksi gigi.
Dang dkk melaporkan dari ++ orang abses leher dalam, ** (**%) pasien dapat
diidentifikasi sumber infeksi sebagai penyebab. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi
orofaring 30%, odontogenik !3%. Penyebab lain adalah infeksi kulit, sialolitiasis, trauma,
tuberkulosis, dan kista yang terinfeksi.
12
7/26/2019 Chaidir DNI
13/42
Tabel 1.Sumber in$eksi penyebab abses leher dalam.
Penyebab :umlah %
Figi
Penyalahgunaan obat suntik
aringotonsilitis
raktur mandibulaInfeksi kulit
Euber#ulosis
enda asing
Peritonsil abses
Erauma
ialolitiasis
Parotis
ain-lain
Eidak diketahui
**
!
!
+C
C
*
2
2
0
3
+
30
43
!
2,*
0,20,
0,
3,C
3,4
3,4
!,A
,*
0,2
Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber infeksinya.
Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan kuman flora normal di saluran
nafas atas seperti streptokokus dan stafilokokus. Infeksi yang berasal dari gigi biasanya lebih
dominan kuman anaerob seperti,Prevotella% ,usobacterium spp%.
Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu hematogen,
limfogen, dan #elah antar ruang leher dalam. eratnya infeksi tergantung dari /irulensi
kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.
Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke parafaring.
Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. elanjutnya
infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.
Penyebab infeksi leher dalam sebagai berikut5
Infeksi pada faring dan tonsil
Infeksi atau abses dental
Prosedur bedah mulut atau pengangkatan ka$at gigi
Infeksi atau obstruksi glandula sali/a
Erauma ka/um oris dan faring
Pemeriksaan, terutama esofagoskopi atau bronkoskopi
"spirasi benda asing
imfadenitis ser/ikal
"nomali #elah brakial
'ista duktus tyroglossalis
Eiroiditis
13
7/26/2019 Chaidir DNI
14/42
>astoiditis dengan petrositis dan e6oldGs abs#ess
Penggunaan obat intra/ena
ekrosis dan supurasi masa atau limfonodus ser/ikalis malignaA
2.(. Po#a )man&
Pada umumnya abses leher dalam disebabkan oleh infeksi #ampuran beberapa
kuman. aik kuman aerob, anaerob maupun kuman fakultatif anaerob. 'uman aerob yang
sering ditemukan adalah stafilokokus% Streptococcus sp% -aemo$ilus in$luena% Streptococcus
Peneumonia% /ora0tella catarrhalis% 1lebsiell sp% 2eisseria sp.'uman anaerob yang sering
adalah Peptostreptococcus% ,usobacterium dan bacteroides sp. Pseudomanas aeruginosa
merupakan kuman yang jarang ditemukan.
'uman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok
batang gram negatif, seperti Bacteroides% Prevotella, maupun ,usobacterium.Fejala klinis
yang menandakan adanya infeksi anaerob adalah5
. ekret yang berbau busuk akibat produk asam lemak rantai pendek dari metabolisme
anaerob.
!. Infeksi di proksimal permukaan mukosa.
3. "danya gas dalam jaringan.
4. Basil biakan aerob negatif.
Infeksi yang penting se#ara klinis akibat kuman anaerob sering terjadi. Infeksi sering
bersifat polimikroba yaitu bersamaan dengan kuman anaerob lainnya, fakultatif anaerob, dan
aerob. akteri anaerob ditemukan hampir disemua bagian tubuh. Infeksi terjadi ketika bakteri
anaerob dan bakteri flora normal lainnya mengontaminasi yang se#ara normal steril.
erbagai penelitian tentang kuman penyebab abses leher dalam telah banyak
dilakukan. otin dkk mendapatkan Peptostreptococus% Streptococus viridan% Streptococus
intermediusberkaitan dengan infeksi gigi sebagai sumber infeksi abses leher dalam. &l-ayed
dan "l-daurosy, otin dkk mendapatkan kuman aerob terbanyak adalah stafilokokus dan
streptokokus.
"bshirini B dkk, pada 4+ hasil kultur dari abses leher dalam mendapatkanH
sta$ilokokus **%, Streptococcus 3!haemolitycus!,0%,4ntrobacter!,0%, Streptococcus 5!
haemolyticus *,0%, 1lebsiellasp 0%, Streptococcus non haemolyticus 0%, Pseudomonas
aeruginosa !,0%. Parhis#ar dkk, dari !+ pasien abses leher dalam (CA-CCA), dilakukan
kultur terhadap A2 (AA%) pasien, dan pada 2! (A*%) pasien ditemukan pertumbuhan
kuman, !4(3%) pasien tidak terdapat pertumbuhan kuman. 'uman terbanyak Streptococcus
viridan3C%, Staphylococcus epidermidis!A%. 'uman anaerob terbanyak adalah bacteroides
sp4%. (Eabel !)
14
7/26/2019 Chaidir DNI
15/42
Tabel. 2.1uman penyebab abses leher dalam
Jenis Kman :umlah pasien % kultur
Streptococcusviridans
Staphylococcus
epidermidis
Staphylococcus
aureus
Bactroides Sp
Streptococcus 3!
haemolyticus
1lebsiella
pneumonia
Streptococcus
pneumonia/ycobacterium tb
Anaerob gram
negati$
2eisseria sp
Peptostreptococcus
6amur
4nterobacter
Bacillus sp
Propionibacterium
Acinetobacter
Actinimicosis
israeliiProteus sp
1lepsiella sp
Bi$idobacterium
/icroaerophilic
streptococcus
4nterococcus sp
/ora0tella
catarrhalis
Dan lain!lain
2342
30
!!
34
+
+
C
A
AA
*
2
2
0
3
3
3
3
3
3!
3C!A
!!
4
!
2,A
2,!
2,!
0,0
4,C
4,C4,C
4,3
3,*
3,*
3,
,C
,C
,C
,C
,C
,C,!
2,A
rook menemukan kuman yang tumbuh pada !+ spesimen dari abses kepala dan
leher, hanya kuman aerob sebanyak 20 spesimen, hanya kuman anaerob 20 spesimen, dan
#ampuran keduanya * spesimen. Dang dkk dari ++ pasien abses leher dalam yang
dilakukan kultur kuman didapatkan AC%, ada pertumbuhan kuman. 'uman aerob dominan
ialah Streptococcus viridan% 1lebsiella pneumonia% Stapylococcus aureus . 'uman anaerob
dominanPrevotella% Peptostreptococcus% dan Bacteroides.(Eabel 3).
15
7/26/2019 Chaidir DNI
16/42
Tabel 3.Pola kelompok kuman pada abses leher dalam.
Basil jumlah kasus
Positif kuman AC
'uman tunggal 3A(4!,*%) Fram positif aerob 4
Fram negatif aerob !
"naerob 3
'uman #ampuran 0 (0*,3%)
"erob saja 3
Fram positif saja 0
Fram negatif saja
'edua gram *
"naerob saja !
9ampuran aerob-anaerob 32
i agian EBE-' 7umah akit dr. >. jamil Padang, periode "pril !++ sampai
dengan ktober !++ terdapat sebanyak !! pasien abses leher dalam dan dilakukan kultur
kuman penyebab, didapatkan 2 (*3%) spesimen tumbuh kuman aerob, 2 (!*%) tidak tumbuh
kuman aerob dan ! (C%) tumbuh jamur yaitu andida sp. 'uman aerob yang tumbuh yaituH
Streptocccus 5 haemoliticus 2 (3*%), 1lepsiella sp 4 (!0%), 4nterobacter sp 3 (C%),
Staphylococcus aureus ! (!,0%), Staphilococcus epidermidis (2%). 4. oli (2%),
Proteus vulgaris (2%). ua spesimen tumbuh ! ma#am kuman aerob yaitu #ampuran
Streptocccus 5 haemoliticus dengan 1lebsiella sp. Pada pemeriksaan ini tidak dilakukan
kultur pada kuman anaerob. (Eabel 4)
Tabel 4.-asil kultur abses leher dalam Bagian 7-7!1L dr. /.Djamil Padang periode April
&8#8!9ktober &8#8.
:enis 'uman :umlah %
Streptocccus 5 haemoliticus
1lepsiella sp
4nterobacter sp
Staphylococcusaureus
Staphilococcus epidermidis
4. oli
Proteus vulgaris
2
4
3
!
3*
!0
C
!,0
2
2
2
Infeksi leher dalam ditemukan AA (*4,2%) spesimen mengandung kuman anaerob.
'uman anaerob saja C,0%, kuman aerob dan fakultatif saja 2,C%, #ampuran kuman aerob
dan anaerob 00,%, dan A,0% tidak tumbuh kuman. ari kuman anaerob tumbuh didapatkan
gram negatif anaerob 0+,A%, yaituH Bacteroides $ragillis 3,C%, ,usobacterium sp C,4%,
Prevotella spp 3+,0%, lain-lain *%, gram positif anaerob 4C,!%, yaitu5 Actinomycess spp
,*%,4ubacterium spp,*%, lactobacillus spp2,!%, propionibacterium spp4,*%, kokus
gram positif +,C%.
16
7/26/2019 Chaidir DNI
17/42
Gambar 13.Berbagai lokasi in$eksi leher dalam" A. abses peritonsilar dan retro$aring% B.
abses paravertebral% . abses para$aring
17
7/26/2019 Chaidir DNI
18/42
BAB III
IN*EKSI LEHER DALA+
%.1. A,ses "eritonsi#
"bses peritonsil merupakan kumpulan pus yang terlokalisir pada jaringan
peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil dari suppurati/e tonsillitis. "bses peritonsil
terbentuk oleh karena penyebaran infeksi tenggorokan ke salah satu ruangan aereolar yang
longgar disekitar faring menyebabkan pembentukan abses, menembus kapsul tonsil tetapi
tetap dalam batas otot konstriktor faring.A
3... &pidemiologi
"bses peritonsiler dapat terjadi pada umur +-2+ tahun, namun paling sering terjadipada umur !+-4+ tahun. Pada anak-anak jarang terjadi ke#uali pada mereka yang menurun
sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada
anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan.
3..!. &tiologi+
Infeksi tonsil dapat berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah tonsil sampai
palatum mole. 'elanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsilaris. Proses ini terjadi
sebagai komplikasi tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mu#us
7/26/2019 Chaidir DNI
19/42
Pada stadium permulaan, (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga
permukaan yang hiperemis. ila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan ber$arna
kekuning-kuningan. Eonsil terdorong ke tengah, depan, dan ba$ah, u/ula bengkak dan
terdorong ke sisi kontra lateral.
ila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan
iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus. "bses dapat pe#ah spontan, sehingga
dapat terjadi aspirasi ke paru.
elain itu, PE" terbukti dapat timbul de no/o tanpa ada ri$ayat tonsillitis kronis atau
berulang (re#urrent) sebelumnya. PE" dapat juga merupakan suatu
gambaran (presentation) dari infeksi /irus &pstein-arr (yaitu5 mononu#leosis).
3..4. Fejala 'linis
elain gejala dan tanda tonsilitis akut, juga terdapat odinofagia (nyeri menelan) yang
hebat. Pada kasus yang agak berat, biasanya terdapat disfagia yang nyata, nyeri alih ke telinga
pada sisi yang terkena, hipersali/asi, dan khususnya trismus. Pembengkakan mengganggu
artikulasi dan jika nyata, bi#ara menjadi sulit dan bergumam. idapatkan gejala demam,
muntah (regurgitasi), mulut berbau (foeter e; ore), suara sengau (rinolalia) dan kadang-
kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan
nyeri tekan.ila ada nyeri di leher (ne#k pain) dan atau terbatasnya gerakan leher (limitation
in ne#k mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot tengkuk
(#er/i#al mus#le inflammation).!
Gambar 14.Abses peritonsil
19
7/26/2019 Chaidir DNI
20/42
3..0. iagnosis
3..0..Pemeriksaan isik
Eerlihat pembengkakan peritonsilaris yang luas, mendorong u/ula mele$ati garistengah, dengan edema dari palatum mole dan penonjolan dari jaringan ini ke arah garis
tengah. Eonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong kearah tengah,
depan dan ba$ah.!,
3..0.!.Pemeriksaan Penunjang
Prosedur diagnosis dengan melakukan "spirasi jarum (needle aspiration). Eempat
aspiration dibius 1 dianestesi menggunakan lido#aine dengan epinephrine dan jarum besar
(berukuran 2JA) yang biasa menempel pada syringe berukuran +##. "spirasi material yang
bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk dibiakkan.
Pada penderita PE" perlu dilakukan pemeriksaan54
. Bitung darah lengkap (#omplete blood #ount), pengukuran kadar elektrolit (ele#trolyte
le/el measurement), dan kultur darah (blood #ultures).
!. Ees >onospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan tonsillitis dan
bilateral #er/i#al lymphadenopathy. :ika hasilnya positif, penderita memerlukan
e/aluasi1penilaian hepatosplenomegaly. i/er fun#tion tests perlu dilakukan pada
penderita dengan hepatomegaly.
3. KEhroat #ultureL atau Kthroat s$ab and #ultureL5 diperlukan untuk identifikasi organisme
yang infeksius. Basilnya dapat digunakan untuk pemilihan antibiotik yang tepat dan
efektif, untuk men#egah timbulnya resistensi antibiotik.
4. Plain radiographs5 pandangan jaringan lunak lateral (ateral soft tissue /ie$s) dari
nasopharyn; dan oropharyn; dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis
abses retropharyngeal.
0. 9omputeri6ed tomography (9E s#an)5 biasanya tampak kumpulan #airan hypodense di
ape; tonsil yang terinfeksi (the affe#ted tonsil), dengan Kperipheral rim enhan#ementL.
20
7/26/2019 Chaidir DNI
21/42
Gambar 15. :ambaran 7!scan dari abses peritonsil yang mengalami pergeseran ke medial
diba;ah jaringan lunak tonsil. 6aringan lemak para$aring (panah) tidak terdapat kelainan.
3..2. iagnosis anding
Infiltrat peritonsil, tumor, abses retrofaring, abses parafaring, aneurisma arteri karotis
interna, infeksi mastoid, mononu#leosis, infeksi kelenjar liur, infeksi gigi, dan adenitis tonsil.
3..*. Eerapi
Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat simtomatik. :uga
perlu kumur-kumur dengan #airan hangat dan kompres dingin pada leher. "ntibiotik yang
diberikan ialah penisilin 2++.+++-.!++.+++ unit atau ampisilin1amoksisilin 3-4 ; !0+-0++ mg
atau sefalosporin 3-4 ; !0+-0++ mg, metronida6ol 3-4 ; !0+-0++ mg.
ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi
untuk mengeluarkan nanah. Eempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak,
atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar u/ula dengan geraham atas terakhir.
Intraoral in#ision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa o/erlying abses, biasanya
diletakkan di lipatan supratonsillar. rainase atau aspirate yang sukses menyebabkan
perbaikan segera gejala-gejala pasien.
ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal
@ylo#ain atau o/o#ain % di ganglion sfenopalatum. Fanglion ini terletak di bagian
belakang atas lateral dari konka media. Fanglion sfenopalatinum mempunyai #abang .
Palatina anterior, media dan posterior yang mengirimkan #abang aferennya ke tonsil
dan palatum mole di atas tonsil. aerah iner/asi dari #abang palatine .Erigeminus yang
mele$ati ganglion sfenopaltinum.*
21
7/26/2019 Chaidir DNI
22/42
Eonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses
peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. "bses
peritonsil mempunyai ke#enderungan besar untuk kambuh. ampai saat ini belum ada
kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil. ebagian penulis
menganjurkan tonsilektomi 2JA minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi
perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera. Indikasi
untuk tonsilektomi segera pada abses peritonsilaris adalah 5 obstruksi jalan napas, sepsis
dengan adenitis ser/ikalis atau abses leher bagian dalam., ri$ayat abses peritonsilaris
sebelumnya, dan ri$ayat faringitis eksudatifa yang berulang.
Penggunaan steroids masih kontro/ersial. Penelitian terbaru yang dilakukan 6bek
mengungkapkan bah$a penambahan dosis tunggal intra/enous de;amethasone pada
antibiotik parenteral telah terbukti se#ara signifikan mengurangi $aktu opname di rumah sakit
(hours hospitalied ), nyeri tenggorokan(throat pain), demam, dan trismus dibandingkan
dengan kelompok yang hanya diberi antibiotik parenteral.
3..A. 'omplikasi
'omplikasi yang mungkin terjadi ialah5
. "bses pe#ah spontan, mengakibatkan terjadi perdarahan, aspirasi paru atau piemia.!. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring.
Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis.3. ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus
ka/ernosus, meningitis, dan abses otak.2
3..C. Prognosis
"bses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.
Eonsilektomi sebaiknya ditunda sampai 2 minggu setelah episode infeksi. Pada saat
tersebut peradangan telah mereda, biasanya terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat
operasi.2
%.2. A,ses retrofarin!
2
"bses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah retrofaring. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari proses
infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe
retrofaring.
22
7/26/2019 Chaidir DNI
23/42
Gambar 16.Abses retro$aring
3.!.. &pidemiologi
Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia di ba$ah 0 tahun. Bal ini
terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe (nodes of
7ou/iere), masing-masing !-0 buah pada sisi kanan dan kiri. 'elenjar ini menampung aliran
limfe dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, tuba &usta#hius dan telinga tengah. Pada usia
diatas 2 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi.,!
3.!.. &tiologi
'eadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses retrofaring ialah 5 () infeksi
saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring. (!) Erauma dinding belakang
faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis, seperti adenoidektomi,
intubasi endotrakea dan endoskopi. (3) Euberkulosis /ertebra ser/ikalis bagian atas dimana
pus se#ara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. elain itu abses
dapat terjadi akibat infeksi E9 pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar
limfe ser/ikal.3
Pada anak yang lebih tua atau de$asa penyakit ini hampir selalu terjadi sekunder
akibat dari penyebaran abses spatium parafaringeum atau gangguan traumatik dari batas
dinding faring posterior oleh trauma yang berasal dari benda asing.
Pada anak-anak terdapat akumulasi pus antara dinding faring posterior dan fasia
pre/ertebra yang terjadi akibat supurasi dan pe#ahnya nodi limfatisi pada jaringan retrofaring.
odi-nodi ini terletak anterior terhadap /ertebra ser/ikalis kedua dan pada anak-anak yang
lebih tua tidak ditemukan lagi.
eberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring adalah 5
1. 'uman aerob 5 Streptococcus beta
7/26/2019 Chaidir DNI
24/42
Gambar 17. 7uberkulosis tulang servikal dengan abses retro$aring kronis
3.!.!. Fejala!
ari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas.
Fejala dan tanda klinis yang sering dijumpai pada anak 5
. emam
!. ukar dan nyeri menelan, menyebabkan anak menangis terus (re$el) dan tidak mau
makan atau minum.
3. 9roupy #ough
4. uara sengau
0. inding posterior faring membengkak (bulging) dan hiperemis pada satu sisi.
2. Pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan.*. Pembesaran kelenjar limfe leher (biasanya unilateral).
Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bias dijumpai adanya 5
A. 'ekakuan otot leher (neck sti$$ness) disertai nyeri pada pergerakan. apat ditemukan
adanya torti#ollis (leher terputar ke arah terbentuknya abses yang diikuti dengan
hiperekstensi leher).
C. bstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispnea.
Fejala yang timbul pada orang de$asa pada umumnya tidak begitu berat bila dibandingkan
pada anak. ari anamnesis biasanya didahului ri$ayat tertusuk benda asing pada dinding
posterior faring, pas#a tindakan endoskopi atau adanya ri$ayat batuk kronis. Fejala yang
dapat dijumpai adalah 5
. emam
!. ukar dan nyeri menelan
3. 7asa sakit di leher (neck pain)
4. 'eterbatasan gerak leher
0. ispnea
Pada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai terjadi
pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.
24
7/26/2019 Chaidir DNI
25/42
3.!.3. iagnosis
iagnosis ditegakkan berdasarkan adanya ri$ayat infeksi saluran napas bagian atas
atau trauma, gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringan lunak
leher lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring (le/el 9!) lebih dari
* mm pada anak dan de$asa serta pelebaran retrotrakeal (le/el 92) lebih dari 4 mm pada
anak dan lebih dari !! mm pada orang de$asa. elain itu juga dapat terlihat berkurangnya
lordosis /ertebra ser/ikal akibat spasme dari otot pre/ertebral.3
7adiografi jaringan lunak lateral leher menunjukkan bayangan jaringan lunak
yang jelas antara saluran udara faring dan korpus /ertebra ser/ikalis. Pada fase akut dapat
ditemukan air-fluid le/el dan gas. Pada fase kronis ditemukan bayangan homogenous pada
pre/ertebral. aring dan trakea ditunjukkan dalam posisi ke arah depan. :ika terdapat
keraguan mengenai radiografi, maka dapat dipertegas dengan radiografi penelanan barium.2
#.
Gambar 18.,oto rontgen leher lateral" A. jaringan lunak normal% B. Abses retro$aring%
tampak bayangan jaringan lunak yang membesar% . Air!$luid level dan bayangan gas.
25
7/26/2019 Chaidir DNI
26/42
3.!.4. iagnosis banding
."denoiditis
!.Eumor
3."bses peritonsil
4."bses parafaring
3.!.0. Eerapi
I . >empertahankan jalan nafas yang adekuat 5
J posisi pasiensupinedengan leher ekstensi
J pemberian !
J intubasi endotrakea dengan /isualisasi langsung 1 intubasi$iber optik
J trakeostomi 1 krikotirotomi
II. >edikamentosa
. "ntibiotik parenteralPemberian antibiotik se#ara parenteral sebaiknya diberikan se#epatnya tanpa
menunggu hasil kultur pus. "ntibiotik yang diberikan harus men#akup terhadap
kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif. ahulu diberikan
kombinasi Penisilin F dan >etronida6ole sebagai terapi utama, tetapi sejak
dijumpainya peningkatan kuman yang menghasilkan Jlaktamase kombinasi obat ini
sudah banyak ditinggalkan. Pilihan utama adalah #lindamy#in yang dapat diberikan
tersendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua (#efuro;ime ) atau
betaJla#tamaseJresistant peni#illin seperti ti#ar#illin1#la/ulanate,
pipera#illin1ta6oba#tam, ampi#illin1sulba#tam. Pemberian antibiotik biasanya
dilakukan selama lebih kurang + hari.3,!
!. imtomatis
3. ila terdapat dehidrasi, diberikan #airan untuk memperbaiki keseimbangan #airan
elektrolit.
4. Pada infeksi Euberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.
III. peratif 5!
a) "spirasi pus (needle aspiration)b) Insisi dan drainase 5
. Pendekatan intra oral (transoral) 5 untuk abses yang ke#il dan terlokalisir. Pasien
diletakkan pada Kposisi ErendelenburgL, dimana leher dalam keadaan hiperekstensi
dan kepala lebih rendah dari bahu. Insisi /ertikal dilakukan pada daerah yang paling
berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segera diisap dengan alat
penghisap untuk menghindari aspirasi pus. alu insisi diperlebar dengan forsep atau
klem arteri untuk memudahkan e/akuasi pus.
!. Pendekatan eksterna (e;ternal approa#h) baik se#ara anterior atau posterior 5 untuk
abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring.3. Pendekatan anterior dilakukan dengan membuat insisi se#ara hori6ontal mengikuti
26
7/26/2019 Chaidir DNI
27/42
garis kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara tulang hioid dan kla/ikula. 'ulit
dan subkutis diele/asi untuk memperluas pandangan sampai terlihat m.
sternokleidomastoideus. ilakukan insisi pada batas anterior m.
sternokleidomastoideus. engan menggunakan klem erteri bengkok, m.
sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. etelah abses
terpapar dengan #unam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. ila diperlukan
insisi dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (Penrose drain).
4. Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas posterior m.
sternokleidomastoideus. 'epala diputar ke arah yang berla$anan dari abses.
elanjutnya fasia dibelakang m. sternokleidomastoideus diatas abses dipisahkan.
engan diseksi tumpul pus dikeluarkan dari belakang selubung karotis.
3.!.2. 'omplikasi
'omplikasi yang mungkin terjadi ialah () penjalaran ke ruang parafaring, ruang
/askuler /isera, (!) mediastinitis, (3) obstruksi jalan napas sampai asfiksia, (4) bila pe#ah
spontan, dapat menyebkan pneumonia dan abses paru.!
"sfiksia karena aspirasi debris septik dan perdarahan merupakan komplikasi abses
retrofaring yang ditakuti. "sfiksia terjadi $aktu memasukkan alat ke mulut untuk
pemeriksaaan dan drainase atau akibat pe#ahnya abses yang besar tiba-tiba, sehingga
memenuhi laring dengan pus. :ika terjadi perdarahan, dapat dilakukan ligasi arteri karotis
interna pada sisi yang terkena untuk mengendalikan perdarahan. Infeksi pada ruang ini dapatmeluas ke mediastinum dengan akibatnya terjadi mediastinitis.* ispnea, nyeri dada,
takikardi, demam, dan mediastinum yang melebar merupakan tanda-tanda mediastinitis.2
Gambar 19. :ambaran radiologi mediastinitis
%.%. A,ses "arafarin!
3.3.. &tiologi
7uang potensial ini berbentuk sperti #orong dengan dasarnya terletak pada dasar
tengkorak pada setiap sisi berdekatan dengan foramen jugularis dan apeksnya pada kornu
mayor tulang hyoid. atas bagian dalam adalah ramus asenden mandibula dan perlekatan otot
27
7/26/2019 Chaidir DNI
28/42
pterigoideus media dan bagian posterior kelenjar parotis. atas bagian dorsal terdiri dari otot-
otot pre/ertebra. etiap fosa dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besar oleh prosesus
stiloideus dan perlekatan otot-otot. agian anterior (prestiloideus) merupakan bagian yang
lebih besar. an bagian ini dapat terkena proses supuratif sebagai akibat dari tonsil yang
terinfeksi, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, karies gigi, dan pembedahan. agian
posterior yang lebih ke#il terdiri dari arteri karotis interna, /ena jugularis, saraf /agus, dan
saraf simpatis. agian ini dipisahkan dari spatium retrofaring oleh selaput fasia yang tipis.*
7uang parafaring dapat mengalami infeksi dengan #ara52
() angsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melaukan tonsilektomi dengan analgesia.
Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus
lapisan otot tipis (>. 'onstriktor aring uperior) yang memisahkan ruang parafaring dari
fosa tonsilaris.
(!) Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid (mastoiditis sebagai komplikasi dari otitis media dengan penetrasi dari
digastric ridge> abses e6old. Pasien biasanya memiliki infeksi telinga dengan spasme dari
m.sterno#leidomastoid dan kepala #enderung fleksi dan rotasi kea rah berla$anan) dan
/ertebra ser/ikalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.
(3) Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.
Gambar 20.Abses para$aring
3.3.!. Fejala
Fejala dan tanda utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
mandibula, demam tinggi, odinofagia, torti#ollis.3:ika infeksi meluas dari faring ke ruang
ini, pasien akan menunjukkan trismus yang jelas. Bal ini disebabkan karena kompartemen
prestyloid terdapat kompartemen otot yang berdekatan dengan fossa tonsilaris se#ara medial
dan m.ptyerigoid interna. edangkan dinding faring lateral akan terdorong ke medial, seperti
pada abses peritonsilaris. Infeksi ini sebaiknya selalu dilakukan drainase melalui insisi
/ertikal. alam melakukan insisi drainase abses peritonsilar harus dilakukan palpasi karena
28
7/26/2019 Chaidir DNI
29/42
pulsasi di daerah tersebut dapat menunjukkan adanya aneurisma dari a.karotid interna.
Pembengkakan di dinding lateral orofaring tanpa adanya inflamasi akut dan trimus tidak
selalu merupakan abses parafaring atau peritonsil, namun harus di#urigai tumor atau
aneurisma. Penyebab infeksi saluran pernafasan mungkin sudah terjadi resolusi ketika pasien
datang sehingga anamnesis onset kejadian penting.4
3.3.3. iagnosis
iagnosis ditegakkan berdasarkan ri$ayat penyakit, gejala dan tanda klinik. ila meragukan,
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen jaringan lunak "P atau 9E
#an.2
Gambar 21. :ambaran 7!scan" A. 7ampak abses para$aring (panah)% B. Selulitis pada
abses para$aring dengan abses di ruang masseter.
3.3.4. Eerapi
ntuk terapi diberi antibiotik dosis tinggi se#ara parenteral terhadap kuman aerob dan
anaerob. &/akuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika
dalam !4-4A jam dengan #ara eksplorasi insisi dari luar dan intra oral.0
Insisi dari luar dilakukan dua setengah jari di ba$ah dan sejajar mandibula. e#ara
tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior m.pterigoid interna men#apai ruang
parafaring dengan terabanya prosesus stiloid. ila nanah terdapat di selubung karotis, insisi
dilanjutkan /ertikal dari pertengahan insisi horo6ontal ke ba$ah di depan
m.sternokleidomastoideus (#ara >osher).3
Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring. engan memakai klem arteri
eksplorasi dilakukan dengan menembus m.konstriktor faring superior ke dalam ruang
parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap
29
7/26/2019 Chaidir DNI
30/42
insisi eksternal. Pasien dira$at inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.3
3.3.0. 'omplikasi
Proses peradangan dapat menjalar se#ara hematogen, limfogen atau langsung (per
kontinuatatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran ke atas menyebabkan peradanganintra#ranial, ke ba$ah menyusuri selubung karotis men#apai mediastinum. 'omplikasi yang
paling berbahaya dari infeksi spatium faringomaksilaris adalah terkenanya pembuluh darah
sekitarnya. apat terjadi tromboflebitis septi# /ena jugularis. ila terjadi periflebitis atau
endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septi#emia.,!apat juga terjadi perdarahan
masif yang tiba-tiba akibat dari erosi arteri karotis interna. 'ompikasi ini dapat memberi
kesan dengan adanya perdarahan a$al yang ke#il (perdarahan tersamar).
%.'. A,ses s,man$i,#a(
7uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. 7uang
sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. 7uang submaksila
selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
digastrikus anterior. "bses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.
3.4.. &tiologi
7uang potensial ini terletak berdekatan dengan spatium faringomaksilaris. 7uang ini
termasuk otot pterigoideus interna, otot maseter, dan ramus mandibula.
7/26/2019 Chaidir DNI
31/42
labial, dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada rahang ba$ah dapat membentuk abses
subingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina ud$ig.
jung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang ba$ah linea mylohyoidea (tempat
melekatnya m. mylohyoideus)yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar
kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang
submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringal.
elain infeksi gigi abses ini juga dapat disebabkanpericoronitis%yaitu suatu infeksi
gusi yang disebabkan erupsi molar ketiga yang tidak sempurna.!
Gambar 22.Linea mylohyoidea% tempat perlekatan m. mylohyoideus. +n$eksi premolar danmolar menyebabkan per$orasi% kemudian menyebar keruang!ruang yang dibatasi oleh
m.mylohyoideus.?
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras dari
fasia ser/ikal profunda dengan m. digastricus anteriordan tulang hyoid. &dema dagu dapat
terbentuk dengan jelas.A
Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi
dapat pula menyusuri sepanjang duktus submaksilar
7/26/2019 Chaidir DNI
32/42
Gambar 23. *uang submandibular terletak antara m. mylohyoid% $asia dan kulit. *uangsubmandibular terin$eksi langsung oleh molar kedua dan ketiga.?*uang sublingual% terletak
antara mukosa mulut dan m. mylohyoid. *uang ini dapat terin$eksi yang berasal dari
premolar dan molar pertama.@
Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior
dan posterior, sehingga menghambat jalan nafas.C
Gambar 24.Penyebaran pembengkakan akibat abses di ruang sublingual dan
submandibular.
3.4.3. Fejala
Pembengkakan dan nyeri tekan terjadi di atas ramus mandibula demikian juga dengan
kekerasan yang timbul sepanjang lateral dasar mulut. etor e; ore, hipersali/asi, disfagia,
odinofagia, dan obstruksi jalan nafas juga ditemukan. idah tidak mungkin ditekan karena
pembengkakan dan edema dari dasar mulut.* Erismus sering ditemukan.
32
7/26/2019 Chaidir DNI
33/42
Gambar 25.Abses submandibula
3.4.3. Eerapi
Infeksi pada ruang ini sebaiknya diobati dari a$al dan #epat menggunakan antibiotika
yang sesuai. "ntibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan se#ara
parenteral. :ika infeksi gagal diatasi setelah satu minggu dengan terapi antibiotik yang intesif,
maka perlu dilakukan pembedahan drainase. &/akuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi
lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak
abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung
letak dan luas abses. Pasien dira$at inap sampai -! hari gejala dan tanda infeksi reda.,!
3.4.4. 'omplikasi
"ngina ud$ig merupakan infeksi berat dari lantai dasar mulut dan ruang submental
dan submandibular. Penyebaran melalui fas#ia dan bukan dari kelenjar limfe. ari anamnesis
biasanya pasien mengalami inflamasi dari pen#abutan gigi sebelumnya. apat terjadi sepsis
dan mengganggu jalan nafas yang dapat menyebabkan kematian.
%.(. An!ina L$-i!7
"ngina ud$ig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon yangprogresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak
membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan submandibula.
Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan
mendorong lidah ke atas dan ke belakang. engan demikian dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas se#ara potensial.
3.0.. &tiologi
"ngina ud$ig bera$al dari infeksi odontogenik, khususnya dari molar dua atau tiga
ba$ah. Figi-gigi ini mempunyai akar yang terletak pada tingkat otot myohyloid, dan abses di
33
7/26/2019 Chaidir DNI
34/42
sini akan menyebar ke ruang submandibula. "da juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan
antara lain adalah sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista
duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intra/ena melalui leher, trauma oleh karena
bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran
pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut. rganisme yang paling banyak
ditemukan pada penderita angina ud$ig melalui isolasi adalah Streptococcus viridiansdan
Staphylococcus aureus. 2, *, A
3.0.3. Fejala
Eerdapat nyeri tenggorokan dan leher, disertai pembengkakan di daerah
submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan (board-like), disfonia (hot
potato /oi#e), hipersali/asi, dan disarthria. asar mulut membengkak, dapat mendorong lidah
ke atas belakang, sehingga menimbulkan sesak napas, karena sumbatan jalan napas. Eakipnea,
dispnea, dan stridor merupakan signal terganggunya jalan nafas.2, *,A
Gambar 26.Angina Lud;ig
3.0.4. iagnosis2
iagnosis ditegakkan berdasarkan ri$ayat sakit gigi, mengorek atau #abut gigi,
dengan gejala dan tanda klinik. "da lima kriteria yang dikemukakan Frodinsky untuk
membedakan angina ud$ig dengan bentuk lain dari infeksi leher dalam. Infeksi pada angina
ud$ig harus memenuhi kriteria5. Proses selulitis dari ruang submandibula, bukan pembentukan abses
!. >elibatkan hanya ruang submandibula se#ara bilateral
3. Eerdapat gangren serosanguis, infiltrasi pus sedikit1 tidak ada
4. >elibatkan jaringan ikat, fas#ia, dan muskulus tetapi tidak melibatkan glandula
0. Penyebaran se#ara langsung, bukan se#ara limfatik
3.0.0. Penanganan
etelah diagnosis angina ud$ig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah
menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anestesia lokal.
Erakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau sianosis karena tanda-
34
7/26/2019 Chaidir DNI
35/42
tanda obstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. :ika terjadi sumbatan jalan nafas maka pasien
dalam keadaan ga$at darurat.C
ebagai terapi diberikan dengan antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob
dan anaerob, dan diberikan se#ara parenteral."ntibiotik yang digunakan adalah Peni#ilin F
dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan obat antistaphylococcus atau
/etronidaole. :ika pasien alergipenicillin% maka lindamycin adalah pilihan yang
terbaik.De0amethasoneyang disuntikkan se#ara intra/ena, diberikan dalam 4A jam untuk
mengurangi edem dan perlindungan jalan nafas.C
elain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi
ketegangan) dan e/akuasi pus atau jaringan nekrosis. Perlu juga dilakukan pengobatan
terhadap infeksi gigi untuk men#egah kekambuhan. Pasien dira$at inap sampai infeksi reda.C
3.0.2. 'omplikasi
'omplikasi yang sering terjadi ialah
) umbatan jalan napas
!) Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain (abses parafaring dan retrofaring) dan
mediastinum
3) "spirasi pneumonia
4) epsis.
Gambar 27.Proses penjalaran ke mediastinum sebagai salah satu komplikasi lud;ig angina?
3.0.*. Prognosis
Prognosis angina ud$ig tergantung pada ke#epatan proteksi jalan napas untuk
35
7/26/2019 Chaidir DNI
36/42
men#egah asfiksia, eradikasi infeksi dengan antibiotik, serta pengurangan radang. ekitar 40 -
20% penderita memerlukan insisi dan drainase pada area yang terinfeksi, disertai dengan
pemberian antibiotik untuk memperoleh hasil pengobatan yang lengkap. elain itu, 30% dari
indi/idu yang terinfeksi memerlukan intubasi dan trakeostomi.A "ngina ud$ig dapat
berakibat fatal karena membahayakan ji$a. +'ematian pada era preantibiotik adalah sekitar
0+%. amun dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani,
pemberian antibiotik intra/ena yang adekuatserta penanganan dalam I9, penyakit ini dapat
sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. egitu pula angka mortalitas dapat menurun
hingga kurang dari 0%.
%.. A,ses "re/erte,ra#11
Infeksi di ruang ini relatif tidak biasa dan lebih jarang terjadi daripada infeksi di
lokasi yang terletak lebih anterior. Penyebab iatrogenik dan trauma adalah peenyebab
tersering dari abses tersebut. engan adanya multidrug resistant tuber#ulosis dan a#Muired
immunodefi#ien#y syndrome, perlu di#urigai abses diakibatkan dari penyebaran infeksi
tuber#ulosis dari tulang /ertebra.
3.2.. &tiologi
. Penyebaran infeksi dari tulang /ertebra atau ruang leher lainnya, antara lain
osteomyelitis ser/ikal yang menyebar se#ara anterior atau posterior dari ruang
retrofraingH infeksi post operati/eH atau penyebaran tuberkulosis dari tulang
/ertebra dan membentuk abses dingin (#er/i#al Pott=s abs#ess)
!. Erauma
3.2.!. Fejala
. 'eluhan nonspesifik seperti nyeri pada leher, punggung, atau bahu yang
memburuk dengan menelanH disfagiaH dan dispnea
!. "bses terletak midline (berbeda dengan abses retrofaring yang biasanya
unilateral)
3. &rosi tulang /ertebra, limfositosis, demam ringan, infeksi kronis pada
pembentukan abses dingin posterior dari faring dari tuberkulosis tulang /erterbra
4. Pembentukan pus di daerah ini biasanya tidak menyebar dengan #epat karena
ruang yang sempit
36
7/26/2019 Chaidir DNI
37/42
Gambar 28. :ambaran radiologi osteomyelitis vertebra dengan instabilitas tulang
3.2.3. Penanganan
. "spirasi dengan terapi antibiotik atau terapi anti tuber#ulosis
!. tabilisasi dari /ertebra
3.2.4. 'omplikasi
Infeksi yang berkelanjutan pada prosesus /ertebra menyebabkan instabilitas tulang
/ertebra
%.7. A,ses ran! ,aha0a11
3.*.. &tiologi
iasanya terjadi penyebaran dari infeksi ruang retrofaring, ruang pre/ertebral, dan
ruang parafaring
3.*.!. Fejala
. Fejala sama dengan infeksi ruang primer
!. apat terjadi sepsis berat karena penyebaran yang #epat
3.*.3. Penanganan
ama dengan penanganan infeksi ruang primer
3.*.4. 'omplikasi
. Penyebaran yang #epat melalui jaringan loose aerolarpada ruang ini!. Eerjadi penyebaran se#ara inferior sehingga melibatkan mediastinum,
menyebabkan mediastinitis atau empyema mediastinal
%.&. A,ses tem"ora# masti)ator $an "retra)ea# & 11
Infeksi ruang temporal #ukup jarang terjadi. 'etika daerah temporal terinfeksi pasien
datang dengan keluhan trismus dan de/iasi dari rahang dari daerah yang terinfeksi. ari
palpasi, terdapat nyeri tekan pada m.temporalis. Insisi dapat dilakukan di sepanjang garis alis
atau 3 #m posterior dari lateral #anthus, dan eksplorasi pada ruang superfi#ial dan dalam harus
dilakukan.
37
7/26/2019 Chaidir DNI
38/42
Infeksi di ruang mastikator sering disebabkan oleh infeksi gigi molar. apat terjadi
trismus berat dengan pembengkakan pada ramus mandibula dan lantai posterior mulut dan
pembengkakan $ajah minimal. Penanganan termasuk manajemen jalan nafas, antibiotik
parenteral, dan drainase. iagnosis yang terlambat dapat menyebabkan osteomyelitis.
rainase dilakukan se#ara eksternal harus diperhatikan untuk menghindari n.mandibular
marginalis.
Gambar 29.Abses mastikator
Infeksi di ruang anterior /isera atau pretakeal biasanya terjadi karena perforasi dari
esophagus, yang terjadi karena instrumen medisH benda asingH atau trauma eksternal. Eiroiditis
supuratif dan nekrosis laringeal juga dapat menjadi sumber infeksi. Fejala berupa
pembengkakan di daerah anterior leher dengan disfagia, odinofagia, suara serak, dan
obstruksi jalan nafas. rganisme sumber infeksi yang menghasilkan gas dapat menyebabkan
emfisema. Pasien dengan infeksi ruang anterior /isera mempunyai resiko untuk mediastinitis
dan harus ditangani se#ara bedah dan pemberian antibiotik. Erakeostomi hanya dilakukan jika
keadaan emergensi karena dapat terjadi komplikasi pus masuk ke dalam trakea.
%.. A,ses "arotis1%
umber infeksi dari abses parotis adalah penyebaran dari infeksi oleh tapylo#o##us,
Baemophillus, trepto#o##us dari kelenjar parotis yang keringH supurasi dari kelenjar limfe
intra parotidH dan penyebaran dari fissura kartilago antorini atau foramen tulang Bus#hke.
Penyebab dehidrasi kelenjar parotis adalah postoperati/e dan obat-obatan (antihistmain,
antidepresan trisiklik, barbiturat, diuretik, dan parasimpatomimetik). >anifestasi dari absesparotis adalah pembengkakan dari sudut rahang tanpa trismus atau edema faring, demam
tinggi, malaise, nyeri tekan dan pitting edema pada kelenjar parotis, fluktuasi, pus pada
tensen=s du#t. Penanganan adalah drainase eksternal dengan insisi parotidektomi.
'omplikasi yang sering terjadi adalah penyebaran infeksi melalui ruang faringomaksilar
menuju mediastinum.
38
7/26/2019 Chaidir DNI
39/42
Gambar 30.Abses parotis
39
7/26/2019 Chaidir DNI
40/42
BAB I3
KESI+PULAN
Infeksi leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses
submandibula, angina ludo/i#i, dan abses parafaring. Infeksi leher bagian dalam berkembang
dalam ruang faring yang potensial. umber infeksi dapat berasal dari gigi geligi, faring atau
traumatik, dimana terjadi perforasi pada membran mukosa pelindungan mulut atau ruang
faring.
Infeksi pada leher dalam merupakan suatu kondisi yang dapat mengan#am ji$a
akibat komplikasi-komplikasi terjadinya abses yang dapat menyebabkan kondisi lain yang
lebih serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf kranial, mediastinitis, dan
kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. okasinya terletak di ruang potensial di antaradua fas#ia leher. umber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi
tonsil dan gigi.
'uman penyebab abses leher dalam adalah #ampuran kuman aerob dan anaerob.
'uman aerob yang paling dominan adalah stafilokokus dan streptokokus. 'uman anaerob
paling banyak adalah kuman gram negatif anaerob. "ntibiotik #efora6one, #efora6one
sulba#tam, mo;yflo;a#ine, dan #eftria;one masih sensitif terhadap kuman aerob penyebab
abses leher dalam. >etronida6ole dan klindamisin sensitif terhadap kuman anaerob gram
negatif.
40
7/26/2019 Chaidir DNI
41/42
DA*TAR PUSTAKA
. a#hruddin . "bses leher dalam. alam5 Iskandar >, oepardi "& editor. uku "jar
Ilmu Penyakit Eelinga Bidung Eenggorok. &disi ke 2. :akarta5 alai Penerbit '-I.
!++*5p. !!2-3+.
!. "ndrina D>7. Abses retro$aring. akultas 'edokteran agian Ilmu Penyakit Eelinga
Bidung Eenggorokan ni/ersitas umatera tara. !++3. iunduh dari5
Nhttp511$$$.repository.usu.a#.id]pada tanggal 2 ebruari !+!.
3. erger E:, hahidi B.*etropharyngeal Abscess. &medi#ine :ournal. !++, 8olume !,
umber A. iunduh dari5 Nhttp511$$$.author.emedi#ine.#om1P&1topi#!2A!.htmlO pada
tanggal 2 ebruari !+!.
4. #hreiner 9, uinn .Deep 2eck Abscesses and Li$e!7hreatening +n$ections o$ the
-ead and 2eck. ept of tolaryngology E>. CCA. iunduh dari5
Nhttp511$$$.otohns.net]pada tanggal 2 ebruari !+!.
0. Pulungan, >. 7usli.Pola 1uman Abses Leher Dalam. iunduh dari
Nhttp511$$$.s#ribd.#om1do#14A+*4421P"-'>"-"&-&B&7-"">-
7e/isi]pada tanggal 2 ebruari !+!.
2. Fadre "', Fadre '9. +n$ection o$ the deep Space o$ the neck. alam5 ailley :,
:honson :E, editors. tolaryngology Bead and ne#k surgery. &disi ke-4. Philadelphia5
:.ippin#ott 9ompany !++2.p.222-A
*. 7osen, :&. Deep neck spaces and in$ections. !++!. iunduh dari5
Nhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-e!"-#p$!es-2002-04/Deep-
ne!"-sp$!es-2002-04.pdf]p$d$ t$ngg$& 16 'ebru$r( 2012.
A. Porter >:,Deep 2eck Space +n$ection. eminar in torhinolaryngology. !++0. iunduh
dari5 Nhttp511$$$.sun6i.lib.hku.hk]pada tanggal 2 ebruari !+!.
C. Batmansjah. 7onsilektomi. 9ermin unia 'edokteran 8ol. AC, CC3. akultas
'edokteran ni/ersitas Indonesia, hal 5 C-!.
+. &dinger :E, Bilal &D, astur ':. Bilateral Peritonsillar Abscesses A hallenging
Diagnosis. &ar, ose Q Ehrout :ournal. A2(3)52!-3. !++*. iunduh dari5
Nhttp511$$$.entjournal.#om]pada tanggal 2 ebruari !+!.
41
http://repository.usu.ac.id/http://author.emedicine.com/PED/topic2682.htmlhttp://www.otohns.net/http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.sunzi.lib.hku.hk/http://www.entjournal.com/http://repository.usu.ac.id/http://author.emedicine.com/PED/topic2682.htmlhttp://www.otohns.net/http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.sunzi.lib.hku.hk/http://www.entjournal.com/7/26/2019 Chaidir DNI
42/42
. 'eat :in ee.4ssential otolaryngology head neck surgery. >#Fra$-Bill
Professional. !++3.
!. "dams F, oies 7, Bigler P". Penyakit!penyakit 2aso$aring dan 9ro$aring. alam5
"dams, oies, dan Bigler, editors. oies5 uku ajar penyakit EBE &disi 8I. :akarta5&F9 Penerbit uku 'edokteranH CC*. hal. 3!+-300.
3. no$ :, Phillip ".BallengerCs 9torhinolaryngology -ead and 2eck Surgery. "5
P>PB. !++C.
http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052