Chaidir DNI

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    1/42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Infeksi pada organ-organ telinga, hidung, dan tenggorokan dapat menyebabkan

    terbentuknya abses pada leher bagian dalam yang merupakan ruang potensial diantara fasia

    leher dalam sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,

    tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat.

    Penyebab paling sering dari abses leher dalam adalah infeksi gigi (43%) dan penyalahgunaan

    narkoba suntikan (!%).

    "bses leher dalam merupakan suatu kondisi yang mengan#am ji$a akibat

    komplikasi-komplikasinya yang serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf

    kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. okasinya terletak didasar mulut dan dapat menjadi an#aman yang sangat serius. &tiologi infeksi di daerah leher

    dapat berma#am-ma#am. 'uman penyebab abses leher dalam biasanya terdiri dari #ampuran

    kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob.!,3

    Infeksi kepala dan leher yang mengan#am ji$a ini sudah jarang terjadi sejak

    diperkenalkannya antibiotik dan angka kematiannya menjadi lebih rendah. isamping itu

    higiene mulut yang meningkat juga berperan dalam hal ini. ebelum era antibiotik, *+ %

    infeksi leher dalam berasal dari penyebaran infeksi di faring dan tonsil ke parafaring.4

    isamping pelaksanaan drainase abses yang optimal, pemberian antibiotik

    diperlukan untuk terapi yang adekuat. ntuk mendapatkan antibiotik yang efektif terhadap

    pasien, diperlukan pemeriksaan kultur kuman dan uji kepekaan antibiotik terhadap kuman.

    amun ini memerlukan $aktu yang #ukup lama, sehingga diperlukan pemberian antibiotik

    se#ara empiris terlebih dahulu. erbagai kepustakaan melaporkan pemberian terapi antibiotik

    spektrum luas se#ara kombinasi ber/ariasi.0

    1

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    2/42

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Infeksi adalah masuknya suatu organisme patogen pada jaringan atau #airan tubuh

    yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik yang apabila tidak ditangani

    dengan benar dapat menimbulkan suatu abses. "bses adalah kumpulan nanah (netrofil yang

    telah mati) yang terakumulasi di sebuah ka/itas jaringan karena adanya proses infeksi

    (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka

    peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk

    men#egah penyebaran1perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh.2

    Infeksi leher dalam adalah suatu proses infeksi yang terjadi di dalam ruang potensial

    di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti

    gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher yang dapat menimbulkan abses leher

    dalam.2

    2.2. Anatomi

    2.2.1 Anatomi Leher7

    Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia ser/ikal.

    asia ser/ikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda. 'edua fasia ini

    dipisahkan oleh otot platisma yang tipis dan meluas ke anterior leher. tot platisma sebelah

    inferior berasal dari fasia ser/ikal profunda dan kla/ikula serta meluas ke superior untuk

    berinsersi di bagian inferior mandibula.

    asia superfisial merupakan jaringan konektif yang terletak diba$ah dermis. asia ini

    se#ara sempurna mengelilingi leher, tipis dan sulit untuk didemonstrasikan. asia ini berisikan

    platysma dan /ena-/ena superfisialis. asia profunda mengelilingi daerah leher dalam dan

    terdiri dari 3 lapisan, yaitu5

    - apisan superfisial

    o lapisan ini juga dikenal dengan sebutan lapisan selimut ( investing layer).

    apisan ini mengelilingi leher, membungkus muskulus

    sternokleidomastoideus, dan muskulus trape6ius elain otot, lapisan ini juga

    membungkus kelenjar submandibular dan parotis. 7uangan yang terbentuk

    adalah trigonum #oli posterior di kedua sisi lateral leher dan ruang

    suprasternal urns.

    - apisan tengah

    2

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    3/42

    o lapisan ini juga dikenal dengan nama lapisan /iseral yang men#akup fasia

    pretiroid dan pretrakea. apisan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian

    muskular yang membungkus muskulus infrahyoid dan bagian /iseral yang

    membungkus faring, laring, esofagus, kelenjar tiroid, dan trakea.

    - apisan dalam.o apisan dalam ini berasal dari prosesus spinosus dari tulang /ertebra ser/ikal

    dan ligamentum nu#hae. Pada prosesus trans/ersus dari tulang /ertebra

    ser/ikal, lapisan ini terbagi menjadi lapisan alar anterior dan lapisan alar

    pre/ertebra posterior. asia alar memanjang dari dasar tengkorak ke tulang

    /ertebra torak ke-!, dan bersatu dengan fasia /iseral. asia ini terletak

    diantara lapisan /iseral dan lapisan pre/ertebra. asia pre/ertebra terletak di

    sebelah anterior dari #orpus /ertebra dan memanjang sepanjang kolumna

    /ertebralis. asia ini berjalan se#ara sirkumferensial mengelilingi leher dan

    membungkus otot-otot /ertebralis, otot-otot profunda trigonum #oli posterior,

    dan otot scalene. apisan fasia ini mengelilingi pleksus brakialis dan

    pembuluh subkal/ian dan berlanjut di tepi lateral sebagai /agina aksilaris.

    8agina karotis adalah lapisan fasia yang bergubungan tetapi se#ara anatomis berbeda

    dengan fasia-fasia yang telah dijelaskan di atas. 8agina karotis memiliki bagian-bagian dari

    ketiga lapisan fasia profunda leher dan membungkus arteri karotis, /ena jugularis interna, dan

    ner/us /agus. 8agina karotis berjalan mulai dari dasar tengkorak menuju leher di sepanjang

    permukaan anterior fasia pre/ertebra, dan memasuki rongga torak di belakang kla/ikula.

    Gambar 1.Diseksi dari platysma yang berlokasi di jaringan ikat subkutaneus

    3

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    4/42

    Gambar 2.Potongan melintang leher

    Gambar 3. Potongan oblik leher

    2.2.2 Ran! "otensia# #eher $a#am

    7uang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang

    leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid.

    2

    7uang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari5

    4

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    5/42

    ruang retrofaring

    ruang bahaya (danger space)

    ruang pre/ertebra.

    7uang suprahioid terdiri dari5

    ruang submandibula

    ruang parafaring

    ruang parotis

    ruang mastikator

    ruang peritonsil

    ruang temporalis.

    7uang infrahioid5

    ruang pretrakeal

    Gambar 4.Potongan Sagital Leher

    !.!.!..7uang retrofaring

    atas-batas 5

    - "nterior 5 ruang bu##ofaringeal (faring dan esophagus)

    - Posterior 5 alar fas#ia

    - ateral 5 9loison sagittale

    5

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    6/42

    - uperior 5 basis #ranii

    - Inferior 5 superior mediastinum

    'ompartemen 5

    - :aringan lemak

    - 'elenjar limfe pada porsi suprahyoid (medial dan lateral nodus 7ou/iere

    retrofaring)

    A

    Gambar 5.(A) Potongan sagital dari kepala dan leher. (B) Potongan koronal dari regio

    suprahyoid. () Potongan cross!section leher setinggi level isthmus thyroid" #. $asia

    super$isialis% &. ruang pretrakeal% '. ruang retro$aring% . ruang bahaya% . ruang

    prevertebral.

    !.!.!.!.7uang bahaya

    atas-batas 5

    - "nterior 5 alar fas#ia

    - Posterior 5 pre/ertebral fas#ia

    - ateral 5 prosesus trans/ersus /ertebra

    - uperior 5 basis #ranii

    - Inferior 5 diafragma

    'ompartemen 5

    6

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    7/42

    - :aringan loose aerolar

    Gambar 6.*uang bahaya

    !.!.!.3.7uang pre/ertebral

    atas-batas 5

    - "nterior 5 pre/ertebral fas#ia

    - Posterior 5 #orpus /ertebra dan deep ne#k mus#les

    - ateral 5 prosesus trans/ersus /ertebra

    - uperior 5 basis #ranii

    - Inferior 5 #o##y;

    'ompartemen 5

    - :aringan dense areolar

    - 'elenjar limfe pada porsi suprahyoid (medial dan lateral nodus 7ou/iere

    retrofaring)

    !.!.!.4.7uang submandibula

    atas-batas 5

    - "nterior 5 mylohyoid dan anterior belly dari m.digastrik

    - Posterior 5 posterior belly dari m.digastrik dan ligamen stylomandibular- ateral 5 kulit, platysma, mandibula

    - uperior 5 mukosa dari lantai mulut

    - Inferior 5 m.digastrik

    'ompartemen 5

    - 7uang sublingual

    o :aringan areolar

    o n. hypoglossal dan lingual

    o 'elenjar sublingual

    7

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    8/42

    o

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    9/42

    o :aringan lemak

    o 'elenjar limfe

    o >edial?fossa tonsilaris

    o ateral?m. pterigoid medial

    o a. maksila interna

    o n. al/eolar interna, lingual, auri#ulotemporal

    - 'ompartemen poststyloid

    o a. karotis

    o /. jugularis interna

    o 7antai simpatis

    o n. I@, @, @I, @II

    Gambar 9.*uang para$aring

    !.!.!.2.7uang parotis

    atas-batas 5

    - "nterior 5 ramus posterior mandibula dan ligamen sylomandibula

    - Posterior 5 m.sterno#leidomastoid

    - uperior1inferior 5 kapsula parotis

    - uperfi#ial5 kulit

    - eep 5 prosesus styloideus

    'ompartemen 5

    - 'elenjar parotis

    - n. fa#ialis

    - a. karotis intera

    - /. retromandibular

    9

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    10/42

    Gambar 10.*uang parotis

    !.!.!.*.7uang mastikator

    atas-batas 5

    - "nterior 5 fas#ia masseter

    - Posterior 5 ramus mandibula

    - ateral 5 superfi#ial layer of deep fas#ia

    - uperior 5 m. temporalis

    'ompartemen 5

    - u##al fat

    - a. maksilaris interna

    - ple;us /. pterygoid

    - n. mandibular

    Gambar 11.*uang mastikator

    10

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    11/42

    !.!.!.A.7uang peritonsilar

    atas-batas 5

    - ateral 5 m. pharyngeal superior konstriktor

    - >edial 5 kapsul tonsil palatina

    - uperior 5 anterior pillar tonsil

    - Inferior 5 posterior pillar tonsil

    !.!.!.A.7uang pretrakeal

    ari kartilago tiroid sampai superior mediastinum. erisi tiroid, trakea, dan

    esophagus.

    Gambar 12.*uang pretrakeal

    2.%. E"i$emio#o!i &

    Buang dkk, dalam penelitiannya pada tahun CC* sampai !++!, menemukan kasus

    infeksi leher dalam sebanyak A0 kasus. "bses submandibula (0,*%) merupakan kasus

    terbanyak ke dua setelah abses parafaring (3A,4), diikuti oleh ud$ig=s angina (!,4%),

    parotis (*%) dan retrofaring (0,C%).

    Dang dkk, pada ++ kasus abses leher dalam yang diteliti "pril !++ sampai ktober

    !++2 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 35!. okasi abses lebih dari

    satu ruang potensial !C%. "bses submandibula 30%, parafaring !+%, mastikator 3%,

    peritonsil C%, sublingual *%, parotis 3%, infra hyoid !2%, retrofaring 3%, ruang karotis

    %.

    i agian EBE-' 7umah akit dr. >. jamil Padang selama tahun terakhir

    (ktober !++C sampai eptember !++) didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang,

    abses peritonsil (3!%) kasus, abses submandibula C (!2%) kasus, abses parafaring 2 (A%)

    11

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    12/42

    kasus, abses retrofaring 4 (!%) kasus, abses mastikator 3(C%) kasus, abses pretrakeal (3%)

    kasus.

    2.'. Etio#o!i $an "ato!enesis &

    Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal dalam tubuh.lora normal dapat tumbuh dan men#apai daerah steril dari tubuh baik se#ara perluasan

    langsung maupun melalui laserasi atau perforasi. erdasarkan kekhasan flora normal yang

    ada di bagian tubuh tertentu, maka kuman dari abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasar

    lokasinya. ebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh #ampuran berbagai kuman, baik

    kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.

    Pada kebanyakan membran mukosa, kuman anaerob lebih banyak dibanding dengan

    kuman aerob dan fakultatif, dengan perbandingan mulai +5 sampai ++++5. akteriologi

    dari daerah gigi, oro-fasial, dan abses leher, kuman yang paling dominan adalah kuman

    anaerob yaitu,Prevotella% Porphyromonas% ,usobacterium spp% danPeptostreptococcus spp.

    akteri aerob dan fakultatif adalah Streptococcus pyogenic dan Stapylococcus aureus.

    umber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan

    gigi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas

    melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. "pek gigi molar I yang berada di atas

    mylohyoid menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah sublingual,

    sedangkan molar II dan III apeknya berada di ba$ah mylohyoid sehingga infeksi akan lebih

    #epat ke daerah submaksila.

    Parhis#har dkk mendapatkan, dari !+ abses leher dalam, *0 (A3,3%) dapat

    diidentifikasi penyebabnya (tabel ). Penyebab terbanyak infeksi gigi 43%. Eujuh puluh enam

    persen ud$ig=s angina disebabkan infeksi gigi, abses submandibula 2% disebabkan oleh

    infeksi gigi.

    Dang dkk melaporkan dari ++ orang abses leher dalam, ** (**%) pasien dapat

    diidentifikasi sumber infeksi sebagai penyebab. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi

    orofaring 30%, odontogenik !3%. Penyebab lain adalah infeksi kulit, sialolitiasis, trauma,

    tuberkulosis, dan kista yang terinfeksi.

    12

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    13/42

    Tabel 1.Sumber in$eksi penyebab abses leher dalam.

    Penyebab :umlah %

    Figi

    Penyalahgunaan obat suntik

    aringotonsilitis

    raktur mandibulaInfeksi kulit

    Euber#ulosis

    enda asing

    Peritonsil abses

    Erauma

    ialolitiasis

    Parotis

    ain-lain

    Eidak diketahui

    **

    !

    !

    +C

    C

    *

    2

    2

    0

    3

    +

    30

    43

    !

    2,*

    0,20,

    0,

    3,C

    3,4

    3,4

    !,A

    ,*

    0,2

    Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber infeksinya.

    Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan kuman flora normal di saluran

    nafas atas seperti streptokokus dan stafilokokus. Infeksi yang berasal dari gigi biasanya lebih

    dominan kuman anaerob seperti,Prevotella% ,usobacterium spp%.

    Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu hematogen,

    limfogen, dan #elah antar ruang leher dalam. eratnya infeksi tergantung dari /irulensi

    kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.

    Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke parafaring.

    Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. elanjutnya

    infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.

    Penyebab infeksi leher dalam sebagai berikut5

    Infeksi pada faring dan tonsil

    Infeksi atau abses dental

    Prosedur bedah mulut atau pengangkatan ka$at gigi

    Infeksi atau obstruksi glandula sali/a

    Erauma ka/um oris dan faring

    Pemeriksaan, terutama esofagoskopi atau bronkoskopi

    "spirasi benda asing

    imfadenitis ser/ikal

    "nomali #elah brakial

    'ista duktus tyroglossalis

    Eiroiditis

    13

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    14/42

    >astoiditis dengan petrositis dan e6oldGs abs#ess

    Penggunaan obat intra/ena

    ekrosis dan supurasi masa atau limfonodus ser/ikalis malignaA

    2.(. Po#a )man&

    Pada umumnya abses leher dalam disebabkan oleh infeksi #ampuran beberapa

    kuman. aik kuman aerob, anaerob maupun kuman fakultatif anaerob. 'uman aerob yang

    sering ditemukan adalah stafilokokus% Streptococcus sp% -aemo$ilus in$luena% Streptococcus

    Peneumonia% /ora0tella catarrhalis% 1lebsiell sp% 2eisseria sp.'uman anaerob yang sering

    adalah Peptostreptococcus% ,usobacterium dan bacteroides sp. Pseudomanas aeruginosa

    merupakan kuman yang jarang ditemukan.

    'uman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok

    batang gram negatif, seperti Bacteroides% Prevotella, maupun ,usobacterium.Fejala klinis

    yang menandakan adanya infeksi anaerob adalah5

    . ekret yang berbau busuk akibat produk asam lemak rantai pendek dari metabolisme

    anaerob.

    !. Infeksi di proksimal permukaan mukosa.

    3. "danya gas dalam jaringan.

    4. Basil biakan aerob negatif.

    Infeksi yang penting se#ara klinis akibat kuman anaerob sering terjadi. Infeksi sering

    bersifat polimikroba yaitu bersamaan dengan kuman anaerob lainnya, fakultatif anaerob, dan

    aerob. akteri anaerob ditemukan hampir disemua bagian tubuh. Infeksi terjadi ketika bakteri

    anaerob dan bakteri flora normal lainnya mengontaminasi yang se#ara normal steril.

    erbagai penelitian tentang kuman penyebab abses leher dalam telah banyak

    dilakukan. otin dkk mendapatkan Peptostreptococus% Streptococus viridan% Streptococus

    intermediusberkaitan dengan infeksi gigi sebagai sumber infeksi abses leher dalam. &l-ayed

    dan "l-daurosy, otin dkk mendapatkan kuman aerob terbanyak adalah stafilokokus dan

    streptokokus.

    "bshirini B dkk, pada 4+ hasil kultur dari abses leher dalam mendapatkanH

    sta$ilokokus **%, Streptococcus 3!haemolitycus!,0%,4ntrobacter!,0%, Streptococcus 5!

    haemolyticus *,0%, 1lebsiellasp 0%, Streptococcus non haemolyticus 0%, Pseudomonas

    aeruginosa !,0%. Parhis#ar dkk, dari !+ pasien abses leher dalam (CA-CCA), dilakukan

    kultur terhadap A2 (AA%) pasien, dan pada 2! (A*%) pasien ditemukan pertumbuhan

    kuman, !4(3%) pasien tidak terdapat pertumbuhan kuman. 'uman terbanyak Streptococcus

    viridan3C%, Staphylococcus epidermidis!A%. 'uman anaerob terbanyak adalah bacteroides

    sp4%. (Eabel !)

    14

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    15/42

    Tabel. 2.1uman penyebab abses leher dalam

    Jenis Kman :umlah pasien % kultur

    Streptococcusviridans

    Staphylococcus

    epidermidis

    Staphylococcus

    aureus

    Bactroides Sp

    Streptococcus 3!

    haemolyticus

    1lebsiella

    pneumonia

    Streptococcus

    pneumonia/ycobacterium tb

    Anaerob gram

    negati$

    2eisseria sp

    Peptostreptococcus

    6amur

    4nterobacter

    Bacillus sp

    Propionibacterium

    Acinetobacter

    Actinimicosis

    israeliiProteus sp

    1lepsiella sp

    Bi$idobacterium

    /icroaerophilic

    streptococcus

    4nterococcus sp

    /ora0tella

    catarrhalis

    Dan lain!lain

    2342

    30

    !!

    34

    +

    +

    C

    A

    AA

    *

    2

    2

    0

    3

    3

    3

    3

    3

    3!

    3C!A

    !!

    4

    !

    2,A

    2,!

    2,!

    0,0

    4,C

    4,C4,C

    4,3

    3,*

    3,*

    3,

    ,C

    ,C

    ,C

    ,C

    ,C

    ,C,!

    2,A

    rook menemukan kuman yang tumbuh pada !+ spesimen dari abses kepala dan

    leher, hanya kuman aerob sebanyak 20 spesimen, hanya kuman anaerob 20 spesimen, dan

    #ampuran keduanya * spesimen. Dang dkk dari ++ pasien abses leher dalam yang

    dilakukan kultur kuman didapatkan AC%, ada pertumbuhan kuman. 'uman aerob dominan

    ialah Streptococcus viridan% 1lebsiella pneumonia% Stapylococcus aureus . 'uman anaerob

    dominanPrevotella% Peptostreptococcus% dan Bacteroides.(Eabel 3).

    15

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    16/42

    Tabel 3.Pola kelompok kuman pada abses leher dalam.

    Basil jumlah kasus

    Positif kuman AC

    'uman tunggal 3A(4!,*%) Fram positif aerob 4

    Fram negatif aerob !

    "naerob 3

    'uman #ampuran 0 (0*,3%)

    "erob saja 3

    Fram positif saja 0

    Fram negatif saja

    'edua gram *

    "naerob saja !

    9ampuran aerob-anaerob 32

    i agian EBE-' 7umah akit dr. >. jamil Padang, periode "pril !++ sampai

    dengan ktober !++ terdapat sebanyak !! pasien abses leher dalam dan dilakukan kultur

    kuman penyebab, didapatkan 2 (*3%) spesimen tumbuh kuman aerob, 2 (!*%) tidak tumbuh

    kuman aerob dan ! (C%) tumbuh jamur yaitu andida sp. 'uman aerob yang tumbuh yaituH

    Streptocccus 5 haemoliticus 2 (3*%), 1lepsiella sp 4 (!0%), 4nterobacter sp 3 (C%),

    Staphylococcus aureus ! (!,0%), Staphilococcus epidermidis (2%). 4. oli (2%),

    Proteus vulgaris (2%). ua spesimen tumbuh ! ma#am kuman aerob yaitu #ampuran

    Streptocccus 5 haemoliticus dengan 1lebsiella sp. Pada pemeriksaan ini tidak dilakukan

    kultur pada kuman anaerob. (Eabel 4)

    Tabel 4.-asil kultur abses leher dalam Bagian 7-7!1L dr. /.Djamil Padang periode April

    &8#8!9ktober &8#8.

    :enis 'uman :umlah %

    Streptocccus 5 haemoliticus

    1lepsiella sp

    4nterobacter sp

    Staphylococcusaureus

    Staphilococcus epidermidis

    4. oli

    Proteus vulgaris

    2

    4

    3

    !

    3*

    !0

    C

    !,0

    2

    2

    2

    Infeksi leher dalam ditemukan AA (*4,2%) spesimen mengandung kuman anaerob.

    'uman anaerob saja C,0%, kuman aerob dan fakultatif saja 2,C%, #ampuran kuman aerob

    dan anaerob 00,%, dan A,0% tidak tumbuh kuman. ari kuman anaerob tumbuh didapatkan

    gram negatif anaerob 0+,A%, yaituH Bacteroides $ragillis 3,C%, ,usobacterium sp C,4%,

    Prevotella spp 3+,0%, lain-lain *%, gram positif anaerob 4C,!%, yaitu5 Actinomycess spp

    ,*%,4ubacterium spp,*%, lactobacillus spp2,!%, propionibacterium spp4,*%, kokus

    gram positif +,C%.

    16

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    17/42

    Gambar 13.Berbagai lokasi in$eksi leher dalam" A. abses peritonsilar dan retro$aring% B.

    abses paravertebral% . abses para$aring

    17

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    18/42

    BAB III

    IN*EKSI LEHER DALA+

    %.1. A,ses "eritonsi#

    "bses peritonsil merupakan kumpulan pus yang terlokalisir pada jaringan

    peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil dari suppurati/e tonsillitis. "bses peritonsil

    terbentuk oleh karena penyebaran infeksi tenggorokan ke salah satu ruangan aereolar yang

    longgar disekitar faring menyebabkan pembentukan abses, menembus kapsul tonsil tetapi

    tetap dalam batas otot konstriktor faring.A

    3... &pidemiologi

    "bses peritonsiler dapat terjadi pada umur +-2+ tahun, namun paling sering terjadipada umur !+-4+ tahun. Pada anak-anak jarang terjadi ke#uali pada mereka yang menurun

    sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada

    anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan.

    3..!. &tiologi+

    Infeksi tonsil dapat berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah tonsil sampai

    palatum mole. 'elanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsilaris. Proses ini terjadi

    sebagai komplikasi tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mu#us

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    19/42

    Pada stadium permulaan, (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga

    permukaan yang hiperemis. ila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan ber$arna

    kekuning-kuningan. Eonsil terdorong ke tengah, depan, dan ba$ah, u/ula bengkak dan

    terdorong ke sisi kontra lateral.

    ila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan

    iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus. "bses dapat pe#ah spontan, sehingga

    dapat terjadi aspirasi ke paru.

    elain itu, PE" terbukti dapat timbul de no/o tanpa ada ri$ayat tonsillitis kronis atau

    berulang (re#urrent) sebelumnya. PE" dapat juga merupakan suatu

    gambaran (presentation) dari infeksi /irus &pstein-arr (yaitu5 mononu#leosis).

    3..4. Fejala 'linis

    elain gejala dan tanda tonsilitis akut, juga terdapat odinofagia (nyeri menelan) yang

    hebat. Pada kasus yang agak berat, biasanya terdapat disfagia yang nyata, nyeri alih ke telinga

    pada sisi yang terkena, hipersali/asi, dan khususnya trismus. Pembengkakan mengganggu

    artikulasi dan jika nyata, bi#ara menjadi sulit dan bergumam. idapatkan gejala demam,

    muntah (regurgitasi), mulut berbau (foeter e; ore), suara sengau (rinolalia) dan kadang-

    kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan

    nyeri tekan.ila ada nyeri di leher (ne#k pain) dan atau terbatasnya gerakan leher (limitation

    in ne#k mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot tengkuk

    (#er/i#al mus#le inflammation).!

    Gambar 14.Abses peritonsil

    19

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    20/42

    3..0. iagnosis

    3..0..Pemeriksaan isik

    Eerlihat pembengkakan peritonsilaris yang luas, mendorong u/ula mele$ati garistengah, dengan edema dari palatum mole dan penonjolan dari jaringan ini ke arah garis

    tengah. Eonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong kearah tengah,

    depan dan ba$ah.!,

    3..0.!.Pemeriksaan Penunjang

    Prosedur diagnosis dengan melakukan "spirasi jarum (needle aspiration). Eempat

    aspiration dibius 1 dianestesi menggunakan lido#aine dengan epinephrine dan jarum besar

    (berukuran 2JA) yang biasa menempel pada syringe berukuran +##. "spirasi material yang

    bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk dibiakkan.

    Pada penderita PE" perlu dilakukan pemeriksaan54

    . Bitung darah lengkap (#omplete blood #ount), pengukuran kadar elektrolit (ele#trolyte

    le/el measurement), dan kultur darah (blood #ultures).

    !. Ees >onospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan tonsillitis dan

    bilateral #er/i#al lymphadenopathy. :ika hasilnya positif, penderita memerlukan

    e/aluasi1penilaian hepatosplenomegaly. i/er fun#tion tests perlu dilakukan pada

    penderita dengan hepatomegaly.

    3. KEhroat #ultureL atau Kthroat s$ab and #ultureL5 diperlukan untuk identifikasi organisme

    yang infeksius. Basilnya dapat digunakan untuk pemilihan antibiotik yang tepat dan

    efektif, untuk men#egah timbulnya resistensi antibiotik.

    4. Plain radiographs5 pandangan jaringan lunak lateral (ateral soft tissue /ie$s) dari

    nasopharyn; dan oropharyn; dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis

    abses retropharyngeal.

    0. 9omputeri6ed tomography (9E s#an)5 biasanya tampak kumpulan #airan hypodense di

    ape; tonsil yang terinfeksi (the affe#ted tonsil), dengan Kperipheral rim enhan#ementL.

    20

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    21/42

    Gambar 15. :ambaran 7!scan dari abses peritonsil yang mengalami pergeseran ke medial

    diba;ah jaringan lunak tonsil. 6aringan lemak para$aring (panah) tidak terdapat kelainan.

    3..2. iagnosis anding

    Infiltrat peritonsil, tumor, abses retrofaring, abses parafaring, aneurisma arteri karotis

    interna, infeksi mastoid, mononu#leosis, infeksi kelenjar liur, infeksi gigi, dan adenitis tonsil.

    3..*. Eerapi

    Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat simtomatik. :uga

    perlu kumur-kumur dengan #airan hangat dan kompres dingin pada leher. "ntibiotik yang

    diberikan ialah penisilin 2++.+++-.!++.+++ unit atau ampisilin1amoksisilin 3-4 ; !0+-0++ mg

    atau sefalosporin 3-4 ; !0+-0++ mg, metronida6ol 3-4 ; !0+-0++ mg.

    ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi

    untuk mengeluarkan nanah. Eempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak,

    atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar u/ula dengan geraham atas terakhir.

    Intraoral in#ision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa o/erlying abses, biasanya

    diletakkan di lipatan supratonsillar. rainase atau aspirate yang sukses menyebabkan

    perbaikan segera gejala-gejala pasien.

    ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal

    @ylo#ain atau o/o#ain % di ganglion sfenopalatum. Fanglion ini terletak di bagian

    belakang atas lateral dari konka media. Fanglion sfenopalatinum mempunyai #abang .

    Palatina anterior, media dan posterior yang mengirimkan #abang aferennya ke tonsil

    dan palatum mole di atas tonsil. aerah iner/asi dari #abang palatine .Erigeminus yang

    mele$ati ganglion sfenopaltinum.*

    21

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    22/42

    Eonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses

    peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. "bses

    peritonsil mempunyai ke#enderungan besar untuk kambuh. ampai saat ini belum ada

    kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil. ebagian penulis

    menganjurkan tonsilektomi 2JA minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi

    perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera. Indikasi

    untuk tonsilektomi segera pada abses peritonsilaris adalah 5 obstruksi jalan napas, sepsis

    dengan adenitis ser/ikalis atau abses leher bagian dalam., ri$ayat abses peritonsilaris

    sebelumnya, dan ri$ayat faringitis eksudatifa yang berulang.

    Penggunaan steroids masih kontro/ersial. Penelitian terbaru yang dilakukan 6bek

    mengungkapkan bah$a penambahan dosis tunggal intra/enous de;amethasone pada

    antibiotik parenteral telah terbukti se#ara signifikan mengurangi $aktu opname di rumah sakit

    (hours hospitalied ), nyeri tenggorokan(throat pain), demam, dan trismus dibandingkan

    dengan kelompok yang hanya diberi antibiotik parenteral.

    3..A. 'omplikasi

    'omplikasi yang mungkin terjadi ialah5

    . "bses pe#ah spontan, mengakibatkan terjadi perdarahan, aspirasi paru atau piemia.!. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring.

    Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis.3. ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus

    ka/ernosus, meningitis, dan abses otak.2

    3..C. Prognosis

    "bses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.

    Eonsilektomi sebaiknya ditunda sampai 2 minggu setelah episode infeksi. Pada saat

    tersebut peradangan telah mereda, biasanya terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat

    operasi.2

    %.2. A,ses retrofarin!

    2

    "bses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada

    daerah retrofaring. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari proses

    infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe

    retrofaring.

    22

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    23/42

    Gambar 16.Abses retro$aring

    3.!.. &pidemiologi

    Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia di ba$ah 0 tahun. Bal ini

    terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe (nodes of

    7ou/iere), masing-masing !-0 buah pada sisi kanan dan kiri. 'elenjar ini menampung aliran

    limfe dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, tuba &usta#hius dan telinga tengah. Pada usia

    diatas 2 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi.,!

    3.!.. &tiologi

    'eadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses retrofaring ialah 5 () infeksi

    saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring. (!) Erauma dinding belakang

    faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis, seperti adenoidektomi,

    intubasi endotrakea dan endoskopi. (3) Euberkulosis /ertebra ser/ikalis bagian atas dimana

    pus se#ara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. elain itu abses

    dapat terjadi akibat infeksi E9 pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar

    limfe ser/ikal.3

    Pada anak yang lebih tua atau de$asa penyakit ini hampir selalu terjadi sekunder

    akibat dari penyebaran abses spatium parafaringeum atau gangguan traumatik dari batas

    dinding faring posterior oleh trauma yang berasal dari benda asing.

    Pada anak-anak terdapat akumulasi pus antara dinding faring posterior dan fasia

    pre/ertebra yang terjadi akibat supurasi dan pe#ahnya nodi limfatisi pada jaringan retrofaring.

    odi-nodi ini terletak anterior terhadap /ertebra ser/ikalis kedua dan pada anak-anak yang

    lebih tua tidak ditemukan lagi.

    eberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring adalah 5

    1. 'uman aerob 5 Streptococcus beta

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    24/42

    Gambar 17. 7uberkulosis tulang servikal dengan abses retro$aring kronis

    3.!.!. Fejala!

    ari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas.

    Fejala dan tanda klinis yang sering dijumpai pada anak 5

    . emam

    !. ukar dan nyeri menelan, menyebabkan anak menangis terus (re$el) dan tidak mau

    makan atau minum.

    3. 9roupy #ough

    4. uara sengau

    0. inding posterior faring membengkak (bulging) dan hiperemis pada satu sisi.

    2. Pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan.*. Pembesaran kelenjar limfe leher (biasanya unilateral).

    Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bias dijumpai adanya 5

    A. 'ekakuan otot leher (neck sti$$ness) disertai nyeri pada pergerakan. apat ditemukan

    adanya torti#ollis (leher terputar ke arah terbentuknya abses yang diikuti dengan

    hiperekstensi leher).

    C. bstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispnea.

    Fejala yang timbul pada orang de$asa pada umumnya tidak begitu berat bila dibandingkan

    pada anak. ari anamnesis biasanya didahului ri$ayat tertusuk benda asing pada dinding

    posterior faring, pas#a tindakan endoskopi atau adanya ri$ayat batuk kronis. Fejala yang

    dapat dijumpai adalah 5

    . emam

    !. ukar dan nyeri menelan

    3. 7asa sakit di leher (neck pain)

    4. 'eterbatasan gerak leher

    0. ispnea

    Pada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai terjadi

    pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.

    24

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    25/42

    3.!.3. iagnosis

    iagnosis ditegakkan berdasarkan adanya ri$ayat infeksi saluran napas bagian atas

    atau trauma, gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringan lunak

    leher lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring (le/el 9!) lebih dari

    * mm pada anak dan de$asa serta pelebaran retrotrakeal (le/el 92) lebih dari 4 mm pada

    anak dan lebih dari !! mm pada orang de$asa. elain itu juga dapat terlihat berkurangnya

    lordosis /ertebra ser/ikal akibat spasme dari otot pre/ertebral.3

    7adiografi jaringan lunak lateral leher menunjukkan bayangan jaringan lunak

    yang jelas antara saluran udara faring dan korpus /ertebra ser/ikalis. Pada fase akut dapat

    ditemukan air-fluid le/el dan gas. Pada fase kronis ditemukan bayangan homogenous pada

    pre/ertebral. aring dan trakea ditunjukkan dalam posisi ke arah depan. :ika terdapat

    keraguan mengenai radiografi, maka dapat dipertegas dengan radiografi penelanan barium.2

    #.

    Gambar 18.,oto rontgen leher lateral" A. jaringan lunak normal% B. Abses retro$aring%

    tampak bayangan jaringan lunak yang membesar% . Air!$luid level dan bayangan gas.

    25

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    26/42

    3.!.4. iagnosis banding

    ."denoiditis

    !.Eumor

    3."bses peritonsil

    4."bses parafaring

    3.!.0. Eerapi

    I . >empertahankan jalan nafas yang adekuat 5

    J posisi pasiensupinedengan leher ekstensi

    J pemberian !

    J intubasi endotrakea dengan /isualisasi langsung 1 intubasi$iber optik

    J trakeostomi 1 krikotirotomi

    II. >edikamentosa

    . "ntibiotik parenteralPemberian antibiotik se#ara parenteral sebaiknya diberikan se#epatnya tanpa

    menunggu hasil kultur pus. "ntibiotik yang diberikan harus men#akup terhadap

    kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif. ahulu diberikan

    kombinasi Penisilin F dan >etronida6ole sebagai terapi utama, tetapi sejak

    dijumpainya peningkatan kuman yang menghasilkan Jlaktamase kombinasi obat ini

    sudah banyak ditinggalkan. Pilihan utama adalah #lindamy#in yang dapat diberikan

    tersendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua (#efuro;ime ) atau

    betaJla#tamaseJresistant peni#illin seperti ti#ar#illin1#la/ulanate,

    pipera#illin1ta6oba#tam, ampi#illin1sulba#tam. Pemberian antibiotik biasanya

    dilakukan selama lebih kurang + hari.3,!

    !. imtomatis

    3. ila terdapat dehidrasi, diberikan #airan untuk memperbaiki keseimbangan #airan

    elektrolit.

    4. Pada infeksi Euberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.

    III. peratif 5!

    a) "spirasi pus (needle aspiration)b) Insisi dan drainase 5

    . Pendekatan intra oral (transoral) 5 untuk abses yang ke#il dan terlokalisir. Pasien

    diletakkan pada Kposisi ErendelenburgL, dimana leher dalam keadaan hiperekstensi

    dan kepala lebih rendah dari bahu. Insisi /ertikal dilakukan pada daerah yang paling

    berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segera diisap dengan alat

    penghisap untuk menghindari aspirasi pus. alu insisi diperlebar dengan forsep atau

    klem arteri untuk memudahkan e/akuasi pus.

    !. Pendekatan eksterna (e;ternal approa#h) baik se#ara anterior atau posterior 5 untuk

    abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring.3. Pendekatan anterior dilakukan dengan membuat insisi se#ara hori6ontal mengikuti

    26

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    27/42

    garis kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara tulang hioid dan kla/ikula. 'ulit

    dan subkutis diele/asi untuk memperluas pandangan sampai terlihat m.

    sternokleidomastoideus. ilakukan insisi pada batas anterior m.

    sternokleidomastoideus. engan menggunakan klem erteri bengkok, m.

    sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. etelah abses

    terpapar dengan #unam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. ila diperlukan

    insisi dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (Penrose drain).

    4. Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas posterior m.

    sternokleidomastoideus. 'epala diputar ke arah yang berla$anan dari abses.

    elanjutnya fasia dibelakang m. sternokleidomastoideus diatas abses dipisahkan.

    engan diseksi tumpul pus dikeluarkan dari belakang selubung karotis.

    3.!.2. 'omplikasi

    'omplikasi yang mungkin terjadi ialah () penjalaran ke ruang parafaring, ruang

    /askuler /isera, (!) mediastinitis, (3) obstruksi jalan napas sampai asfiksia, (4) bila pe#ah

    spontan, dapat menyebkan pneumonia dan abses paru.!

    "sfiksia karena aspirasi debris septik dan perdarahan merupakan komplikasi abses

    retrofaring yang ditakuti. "sfiksia terjadi $aktu memasukkan alat ke mulut untuk

    pemeriksaaan dan drainase atau akibat pe#ahnya abses yang besar tiba-tiba, sehingga

    memenuhi laring dengan pus. :ika terjadi perdarahan, dapat dilakukan ligasi arteri karotis

    interna pada sisi yang terkena untuk mengendalikan perdarahan. Infeksi pada ruang ini dapatmeluas ke mediastinum dengan akibatnya terjadi mediastinitis.* ispnea, nyeri dada,

    takikardi, demam, dan mediastinum yang melebar merupakan tanda-tanda mediastinitis.2

    Gambar 19. :ambaran radiologi mediastinitis

    %.%. A,ses "arafarin!

    3.3.. &tiologi

    7uang potensial ini berbentuk sperti #orong dengan dasarnya terletak pada dasar

    tengkorak pada setiap sisi berdekatan dengan foramen jugularis dan apeksnya pada kornu

    mayor tulang hyoid. atas bagian dalam adalah ramus asenden mandibula dan perlekatan otot

    27

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    28/42

    pterigoideus media dan bagian posterior kelenjar parotis. atas bagian dorsal terdiri dari otot-

    otot pre/ertebra. etiap fosa dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besar oleh prosesus

    stiloideus dan perlekatan otot-otot. agian anterior (prestiloideus) merupakan bagian yang

    lebih besar. an bagian ini dapat terkena proses supuratif sebagai akibat dari tonsil yang

    terinfeksi, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, karies gigi, dan pembedahan. agian

    posterior yang lebih ke#il terdiri dari arteri karotis interna, /ena jugularis, saraf /agus, dan

    saraf simpatis. agian ini dipisahkan dari spatium retrofaring oleh selaput fasia yang tipis.*

    7uang parafaring dapat mengalami infeksi dengan #ara52

    () angsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melaukan tonsilektomi dengan analgesia.

    Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus

    lapisan otot tipis (>. 'onstriktor aring uperior) yang memisahkan ruang parafaring dari

    fosa tonsilaris.

    (!) Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus

    paranasal, mastoid (mastoiditis sebagai komplikasi dari otitis media dengan penetrasi dari

    digastric ridge> abses e6old. Pasien biasanya memiliki infeksi telinga dengan spasme dari

    m.sterno#leidomastoid dan kepala #enderung fleksi dan rotasi kea rah berla$anan) dan

    /ertebra ser/ikalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.

    (3) Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.

    Gambar 20.Abses para$aring

    3.3.!. Fejala

    Fejala dan tanda utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus

    mandibula, demam tinggi, odinofagia, torti#ollis.3:ika infeksi meluas dari faring ke ruang

    ini, pasien akan menunjukkan trismus yang jelas. Bal ini disebabkan karena kompartemen

    prestyloid terdapat kompartemen otot yang berdekatan dengan fossa tonsilaris se#ara medial

    dan m.ptyerigoid interna. edangkan dinding faring lateral akan terdorong ke medial, seperti

    pada abses peritonsilaris. Infeksi ini sebaiknya selalu dilakukan drainase melalui insisi

    /ertikal. alam melakukan insisi drainase abses peritonsilar harus dilakukan palpasi karena

    28

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    29/42

    pulsasi di daerah tersebut dapat menunjukkan adanya aneurisma dari a.karotid interna.

    Pembengkakan di dinding lateral orofaring tanpa adanya inflamasi akut dan trimus tidak

    selalu merupakan abses parafaring atau peritonsil, namun harus di#urigai tumor atau

    aneurisma. Penyebab infeksi saluran pernafasan mungkin sudah terjadi resolusi ketika pasien

    datang sehingga anamnesis onset kejadian penting.4

    3.3.3. iagnosis

    iagnosis ditegakkan berdasarkan ri$ayat penyakit, gejala dan tanda klinik. ila meragukan,

    dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen jaringan lunak "P atau 9E

    #an.2

    Gambar 21. :ambaran 7!scan" A. 7ampak abses para$aring (panah)% B. Selulitis pada

    abses para$aring dengan abses di ruang masseter.

    3.3.4. Eerapi

    ntuk terapi diberi antibiotik dosis tinggi se#ara parenteral terhadap kuman aerob dan

    anaerob. &/akuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika

    dalam !4-4A jam dengan #ara eksplorasi insisi dari luar dan intra oral.0

    Insisi dari luar dilakukan dua setengah jari di ba$ah dan sejajar mandibula. e#ara

    tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior m.pterigoid interna men#apai ruang

    parafaring dengan terabanya prosesus stiloid. ila nanah terdapat di selubung karotis, insisi

    dilanjutkan /ertikal dari pertengahan insisi horo6ontal ke ba$ah di depan

    m.sternokleidomastoideus (#ara >osher).3

    Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring. engan memakai klem arteri

    eksplorasi dilakukan dengan menembus m.konstriktor faring superior ke dalam ruang

    parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap

    29

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    30/42

    insisi eksternal. Pasien dira$at inap sampai gejala dan tanda infeksi reda.3

    3.3.0. 'omplikasi

    Proses peradangan dapat menjalar se#ara hematogen, limfogen atau langsung (per

    kontinuatatum) ke daerah sekitarnya. Penjalaran ke atas menyebabkan peradanganintra#ranial, ke ba$ah menyusuri selubung karotis men#apai mediastinum. 'omplikasi yang

    paling berbahaya dari infeksi spatium faringomaksilaris adalah terkenanya pembuluh darah

    sekitarnya. apat terjadi tromboflebitis septi# /ena jugularis. ila terjadi periflebitis atau

    endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septi#emia.,!apat juga terjadi perdarahan

    masif yang tiba-tiba akibat dari erosi arteri karotis interna. 'ompikasi ini dapat memberi

    kesan dengan adanya perdarahan a$al yang ke#il (perdarahan tersamar).

    %.'. A,ses s,man$i,#a(

    7uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. 7uang

    sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. 7uang submaksila

    selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot

    digastrikus anterior. "bses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu

    komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.

    3.4.. &tiologi

    7uang potensial ini terletak berdekatan dengan spatium faringomaksilaris. 7uang ini

    termasuk otot pterigoideus interna, otot maseter, dan ramus mandibula.

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    31/42

    labial, dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada rahang ba$ah dapat membentuk abses

    subingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina ud$ig.

    jung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang ba$ah linea mylohyoidea (tempat

    melekatnya m. mylohyoideus)yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar

    kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang

    submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringal.

    elain infeksi gigi abses ini juga dapat disebabkanpericoronitis%yaitu suatu infeksi

    gusi yang disebabkan erupsi molar ketiga yang tidak sempurna.!

    Gambar 22.Linea mylohyoidea% tempat perlekatan m. mylohyoideus. +n$eksi premolar danmolar menyebabkan per$orasi% kemudian menyebar keruang!ruang yang dibatasi oleh

    m.mylohyoideus.?

    Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras dari

    fasia ser/ikal profunda dengan m. digastricus anteriordan tulang hyoid. &dema dagu dapat

    terbentuk dengan jelas.A

    Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi

    dapat pula menyusuri sepanjang duktus submaksilar

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    32/42

    Gambar 23. *uang submandibular terletak antara m. mylohyoid% $asia dan kulit. *uangsubmandibular terin$eksi langsung oleh molar kedua dan ketiga.?*uang sublingual% terletak

    antara mukosa mulut dan m. mylohyoid. *uang ini dapat terin$eksi yang berasal dari

    premolar dan molar pertama.@

    Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah dibagian superior

    dan posterior, sehingga menghambat jalan nafas.C

    Gambar 24.Penyebaran pembengkakan akibat abses di ruang sublingual dan

    submandibular.

    3.4.3. Fejala

    Pembengkakan dan nyeri tekan terjadi di atas ramus mandibula demikian juga dengan

    kekerasan yang timbul sepanjang lateral dasar mulut. etor e; ore, hipersali/asi, disfagia,

    odinofagia, dan obstruksi jalan nafas juga ditemukan. idah tidak mungkin ditekan karena

    pembengkakan dan edema dari dasar mulut.* Erismus sering ditemukan.

    32

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    33/42

    Gambar 25.Abses submandibula

    3.4.3. Eerapi

    Infeksi pada ruang ini sebaiknya diobati dari a$al dan #epat menggunakan antibiotika

    yang sesuai. "ntibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan se#ara

    parenteral. :ika infeksi gagal diatasi setelah satu minggu dengan terapi antibiotik yang intesif,

    maka perlu dilakukan pembedahan drainase. &/akuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi

    lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak

    abses dalam dan luas.

    Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung

    letak dan luas abses. Pasien dira$at inap sampai -! hari gejala dan tanda infeksi reda.,!

    3.4.4. 'omplikasi

    "ngina ud$ig merupakan infeksi berat dari lantai dasar mulut dan ruang submental

    dan submandibular. Penyebaran melalui fas#ia dan bukan dari kelenjar limfe. ari anamnesis

    biasanya pasien mengalami inflamasi dari pen#abutan gigi sebelumnya. apat terjadi sepsis

    dan mengganggu jalan nafas yang dapat menyebabkan kematian.

    %.(. An!ina L$-i!7

    "ngina ud$ig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon yangprogresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak

    membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan submandibula.

    Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan

    mendorong lidah ke atas dan ke belakang. engan demikian dapat menyebabkan obstruksi

    jalan napas se#ara potensial.

    3.0.. &tiologi

    "ngina ud$ig bera$al dari infeksi odontogenik, khususnya dari molar dua atau tiga

    ba$ah. Figi-gigi ini mempunyai akar yang terletak pada tingkat otot myohyloid, dan abses di

    33

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    34/42

    sini akan menyebar ke ruang submandibula. "da juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan

    antara lain adalah sialadenitis, abses peritonsilar, fraktur mandibula terbuka, infeksi kista

    duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intra/ena melalui leher, trauma oleh karena

    bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di lidah, infeksi saluran

    pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut. rganisme yang paling banyak

    ditemukan pada penderita angina ud$ig melalui isolasi adalah Streptococcus viridiansdan

    Staphylococcus aureus. 2, *, A

    3.0.3. Fejala

    Eerdapat nyeri tenggorokan dan leher, disertai pembengkakan di daerah

    submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan (board-like), disfonia (hot

    potato /oi#e), hipersali/asi, dan disarthria. asar mulut membengkak, dapat mendorong lidah

    ke atas belakang, sehingga menimbulkan sesak napas, karena sumbatan jalan napas. Eakipnea,

    dispnea, dan stridor merupakan signal terganggunya jalan nafas.2, *,A

    Gambar 26.Angina Lud;ig

    3.0.4. iagnosis2

    iagnosis ditegakkan berdasarkan ri$ayat sakit gigi, mengorek atau #abut gigi,

    dengan gejala dan tanda klinik. "da lima kriteria yang dikemukakan Frodinsky untuk

    membedakan angina ud$ig dengan bentuk lain dari infeksi leher dalam. Infeksi pada angina

    ud$ig harus memenuhi kriteria5. Proses selulitis dari ruang submandibula, bukan pembentukan abses

    !. >elibatkan hanya ruang submandibula se#ara bilateral

    3. Eerdapat gangren serosanguis, infiltrasi pus sedikit1 tidak ada

    4. >elibatkan jaringan ikat, fas#ia, dan muskulus tetapi tidak melibatkan glandula

    0. Penyebaran se#ara langsung, bukan se#ara limfatik

    3.0.0. Penanganan

    etelah diagnosis angina ud$ig ditegakkan, maka penanganan yang utama adalah

    menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anestesia lokal.

    Erakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau sianosis karena tanda-

    34

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    35/42

    tanda obstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. :ika terjadi sumbatan jalan nafas maka pasien

    dalam keadaan ga$at darurat.C

    ebagai terapi diberikan dengan antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob

    dan anaerob, dan diberikan se#ara parenteral."ntibiotik yang digunakan adalah Peni#ilin F

    dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan obat antistaphylococcus atau

    /etronidaole. :ika pasien alergipenicillin% maka lindamycin adalah pilihan yang

    terbaik.De0amethasoneyang disuntikkan se#ara intra/ena, diberikan dalam 4A jam untuk

    mengurangi edem dan perlindungan jalan nafas.C

    elain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi

    ketegangan) dan e/akuasi pus atau jaringan nekrosis. Perlu juga dilakukan pengobatan

    terhadap infeksi gigi untuk men#egah kekambuhan. Pasien dira$at inap sampai infeksi reda.C

    3.0.2. 'omplikasi

    'omplikasi yang sering terjadi ialah

    ) umbatan jalan napas

    !) Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain (abses parafaring dan retrofaring) dan

    mediastinum

    3) "spirasi pneumonia

    4) epsis.

    Gambar 27.Proses penjalaran ke mediastinum sebagai salah satu komplikasi lud;ig angina?

    3.0.*. Prognosis

    Prognosis angina ud$ig tergantung pada ke#epatan proteksi jalan napas untuk

    35

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    36/42

    men#egah asfiksia, eradikasi infeksi dengan antibiotik, serta pengurangan radang. ekitar 40 -

    20% penderita memerlukan insisi dan drainase pada area yang terinfeksi, disertai dengan

    pemberian antibiotik untuk memperoleh hasil pengobatan yang lengkap. elain itu, 30% dari

    indi/idu yang terinfeksi memerlukan intubasi dan trakeostomi.A "ngina ud$ig dapat

    berakibat fatal karena membahayakan ji$a. +'ematian pada era preantibiotik adalah sekitar

    0+%. amun dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani,

    pemberian antibiotik intra/ena yang adekuatserta penanganan dalam I9, penyakit ini dapat

    sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi. egitu pula angka mortalitas dapat menurun

    hingga kurang dari 0%.

    %.. A,ses "re/erte,ra#11

    Infeksi di ruang ini relatif tidak biasa dan lebih jarang terjadi daripada infeksi di

    lokasi yang terletak lebih anterior. Penyebab iatrogenik dan trauma adalah peenyebab

    tersering dari abses tersebut. engan adanya multidrug resistant tuber#ulosis dan a#Muired

    immunodefi#ien#y syndrome, perlu di#urigai abses diakibatkan dari penyebaran infeksi

    tuber#ulosis dari tulang /ertebra.

    3.2.. &tiologi

    . Penyebaran infeksi dari tulang /ertebra atau ruang leher lainnya, antara lain

    osteomyelitis ser/ikal yang menyebar se#ara anterior atau posterior dari ruang

    retrofraingH infeksi post operati/eH atau penyebaran tuberkulosis dari tulang

    /ertebra dan membentuk abses dingin (#er/i#al Pott=s abs#ess)

    !. Erauma

    3.2.!. Fejala

    . 'eluhan nonspesifik seperti nyeri pada leher, punggung, atau bahu yang

    memburuk dengan menelanH disfagiaH dan dispnea

    !. "bses terletak midline (berbeda dengan abses retrofaring yang biasanya

    unilateral)

    3. &rosi tulang /ertebra, limfositosis, demam ringan, infeksi kronis pada

    pembentukan abses dingin posterior dari faring dari tuberkulosis tulang /erterbra

    4. Pembentukan pus di daerah ini biasanya tidak menyebar dengan #epat karena

    ruang yang sempit

    36

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    37/42

    Gambar 28. :ambaran radiologi osteomyelitis vertebra dengan instabilitas tulang

    3.2.3. Penanganan

    . "spirasi dengan terapi antibiotik atau terapi anti tuber#ulosis

    !. tabilisasi dari /ertebra

    3.2.4. 'omplikasi

    Infeksi yang berkelanjutan pada prosesus /ertebra menyebabkan instabilitas tulang

    /ertebra

    %.7. A,ses ran! ,aha0a11

    3.*.. &tiologi

    iasanya terjadi penyebaran dari infeksi ruang retrofaring, ruang pre/ertebral, dan

    ruang parafaring

    3.*.!. Fejala

    . Fejala sama dengan infeksi ruang primer

    !. apat terjadi sepsis berat karena penyebaran yang #epat

    3.*.3. Penanganan

    ama dengan penanganan infeksi ruang primer

    3.*.4. 'omplikasi

    . Penyebaran yang #epat melalui jaringan loose aerolarpada ruang ini!. Eerjadi penyebaran se#ara inferior sehingga melibatkan mediastinum,

    menyebabkan mediastinitis atau empyema mediastinal

    %.&. A,ses tem"ora# masti)ator $an "retra)ea# & 11

    Infeksi ruang temporal #ukup jarang terjadi. 'etika daerah temporal terinfeksi pasien

    datang dengan keluhan trismus dan de/iasi dari rahang dari daerah yang terinfeksi. ari

    palpasi, terdapat nyeri tekan pada m.temporalis. Insisi dapat dilakukan di sepanjang garis alis

    atau 3 #m posterior dari lateral #anthus, dan eksplorasi pada ruang superfi#ial dan dalam harus

    dilakukan.

    37

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    38/42

    Infeksi di ruang mastikator sering disebabkan oleh infeksi gigi molar. apat terjadi

    trismus berat dengan pembengkakan pada ramus mandibula dan lantai posterior mulut dan

    pembengkakan $ajah minimal. Penanganan termasuk manajemen jalan nafas, antibiotik

    parenteral, dan drainase. iagnosis yang terlambat dapat menyebabkan osteomyelitis.

    rainase dilakukan se#ara eksternal harus diperhatikan untuk menghindari n.mandibular

    marginalis.

    Gambar 29.Abses mastikator

    Infeksi di ruang anterior /isera atau pretakeal biasanya terjadi karena perforasi dari

    esophagus, yang terjadi karena instrumen medisH benda asingH atau trauma eksternal. Eiroiditis

    supuratif dan nekrosis laringeal juga dapat menjadi sumber infeksi. Fejala berupa

    pembengkakan di daerah anterior leher dengan disfagia, odinofagia, suara serak, dan

    obstruksi jalan nafas. rganisme sumber infeksi yang menghasilkan gas dapat menyebabkan

    emfisema. Pasien dengan infeksi ruang anterior /isera mempunyai resiko untuk mediastinitis

    dan harus ditangani se#ara bedah dan pemberian antibiotik. Erakeostomi hanya dilakukan jika

    keadaan emergensi karena dapat terjadi komplikasi pus masuk ke dalam trakea.

    %.. A,ses "arotis1%

    umber infeksi dari abses parotis adalah penyebaran dari infeksi oleh tapylo#o##us,

    Baemophillus, trepto#o##us dari kelenjar parotis yang keringH supurasi dari kelenjar limfe

    intra parotidH dan penyebaran dari fissura kartilago antorini atau foramen tulang Bus#hke.

    Penyebab dehidrasi kelenjar parotis adalah postoperati/e dan obat-obatan (antihistmain,

    antidepresan trisiklik, barbiturat, diuretik, dan parasimpatomimetik). >anifestasi dari absesparotis adalah pembengkakan dari sudut rahang tanpa trismus atau edema faring, demam

    tinggi, malaise, nyeri tekan dan pitting edema pada kelenjar parotis, fluktuasi, pus pada

    tensen=s du#t. Penanganan adalah drainase eksternal dengan insisi parotidektomi.

    'omplikasi yang sering terjadi adalah penyebaran infeksi melalui ruang faringomaksilar

    menuju mediastinum.

    38

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    39/42

    Gambar 30.Abses parotis

    39

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    40/42

    BAB I3

    KESI+PULAN

    Infeksi leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses

    submandibula, angina ludo/i#i, dan abses parafaring. Infeksi leher bagian dalam berkembang

    dalam ruang faring yang potensial. umber infeksi dapat berasal dari gigi geligi, faring atau

    traumatik, dimana terjadi perforasi pada membran mukosa pelindungan mulut atau ruang

    faring.

    Infeksi pada leher dalam merupakan suatu kondisi yang dapat mengan#am ji$a

    akibat komplikasi-komplikasi terjadinya abses yang dapat menyebabkan kondisi lain yang

    lebih serius seperti obstruksi jalan napas, kelumpuhan saraf kranial, mediastinitis, dan

    kompresi hingga ruptur arteri karotis interna. okasinya terletak di ruang potensial di antaradua fas#ia leher. umber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi

    tonsil dan gigi.

    'uman penyebab abses leher dalam adalah #ampuran kuman aerob dan anaerob.

    'uman aerob yang paling dominan adalah stafilokokus dan streptokokus. 'uman anaerob

    paling banyak adalah kuman gram negatif anaerob. "ntibiotik #efora6one, #efora6one

    sulba#tam, mo;yflo;a#ine, dan #eftria;one masih sensitif terhadap kuman aerob penyebab

    abses leher dalam. >etronida6ole dan klindamisin sensitif terhadap kuman anaerob gram

    negatif.

    40

  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    41/42

    DA*TAR PUSTAKA

    . a#hruddin . "bses leher dalam. alam5 Iskandar >, oepardi "& editor. uku "jar

    Ilmu Penyakit Eelinga Bidung Eenggorok. &disi ke 2. :akarta5 alai Penerbit '-I.

    !++*5p. !!2-3+.

    !. "ndrina D>7. Abses retro$aring. akultas 'edokteran agian Ilmu Penyakit Eelinga

    Bidung Eenggorokan ni/ersitas umatera tara. !++3. iunduh dari5

    Nhttp511$$$.repository.usu.a#.id]pada tanggal 2 ebruari !+!.

    3. erger E:, hahidi B.*etropharyngeal Abscess. &medi#ine :ournal. !++, 8olume !,

    umber A. iunduh dari5 Nhttp511$$$.author.emedi#ine.#om1P&1topi#!2A!.htmlO pada

    tanggal 2 ebruari !+!.

    4. #hreiner 9, uinn .Deep 2eck Abscesses and Li$e!7hreatening +n$ections o$ the

    -ead and 2eck. ept of tolaryngology E>. CCA. iunduh dari5

    Nhttp511$$$.otohns.net]pada tanggal 2 ebruari !+!.

    0. Pulungan, >. 7usli.Pola 1uman Abses Leher Dalam. iunduh dari

    Nhttp511$$$.s#ribd.#om1do#14A+*4421P"-'>"-"&-&B&7-"">-

    7e/isi]pada tanggal 2 ebruari !+!.

    2. Fadre "', Fadre '9. +n$ection o$ the deep Space o$ the neck. alam5 ailley :,

    :honson :E, editors. tolaryngology Bead and ne#k surgery. &disi ke-4. Philadelphia5

    :.ippin#ott 9ompany !++2.p.222-A

    *. 7osen, :&. Deep neck spaces and in$ections. !++!. iunduh dari5

    Nhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-e!"-#p$!es-2002-04/Deep-

    ne!"-sp$!es-2002-04.pdf]p$d$ t$ngg$& 16 'ebru$r( 2012.

    A. Porter >:,Deep 2eck Space +n$ection. eminar in torhinolaryngology. !++0. iunduh

    dari5 Nhttp511$$$.sun6i.lib.hku.hk]pada tanggal 2 ebruari !+!.

    C. Batmansjah. 7onsilektomi. 9ermin unia 'edokteran 8ol. AC, CC3. akultas

    'edokteran ni/ersitas Indonesia, hal 5 C-!.

    +. &dinger :E, Bilal &D, astur ':. Bilateral Peritonsillar Abscesses A hallenging

    Diagnosis. &ar, ose Q Ehrout :ournal. A2(3)52!-3. !++*. iunduh dari5

    Nhttp511$$$.entjournal.#om]pada tanggal 2 ebruari !+!.

    41

    http://repository.usu.ac.id/http://author.emedicine.com/PED/topic2682.htmlhttp://www.otohns.net/http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.sunzi.lib.hku.hk/http://www.entjournal.com/http://repository.usu.ac.id/http://author.emedicine.com/PED/topic2682.htmlhttp://www.otohns.net/http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM-Revisihttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.utmb.edu/otoref/grnds/Deep-Neck-Spaces-2002-04/Deep-neck-spaces-2002-04.pdfhttp://www.sunzi.lib.hku.hk/http://www.entjournal.com/
  • 7/26/2019 Chaidir DNI

    42/42

    . 'eat :in ee.4ssential otolaryngology head neck surgery. >#Fra$-Bill

    Professional. !++3.

    !. "dams F, oies 7, Bigler P". Penyakit!penyakit 2aso$aring dan 9ro$aring. alam5

    "dams, oies, dan Bigler, editors. oies5 uku ajar penyakit EBE &disi 8I. :akarta5&F9 Penerbit uku 'edokteranH CC*. hal. 3!+-300.

    3. no$ :, Phillip ".BallengerCs 9torhinolaryngology -ead and 2eck Surgery. "5

    P>PB. !++C.

    http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052http://books.google.com/books?id=kggm5ighzbUC&pg=PA1052