Upload
eko-pastia-mukti-skep-ns
View
50
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asdf
Citation preview
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Kencing Manis atau Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit
yang cukup familier di masyarakat Indonesia, tetapi tidak banyak dari kita yang
memahami penyakit ini. Padahal dengan penanganan yang baik penderita kencing
manis tidak akan mempunyai masalah yang berarti pada kualitas hidupnya.
Diabetes mellitus saat ini masih menduduki peringkat ke empat. sebagai epidemik
dunia yang menyebabkan kematian. Dalam Diabetes Atlas (International Diabetes
Federation) diperkirakan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta
dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,8%, maka diperkirakan tahun 2000
jumlah penderita DMberjumlah 5,6 juta. Sedangkan pada tahun 2020 nanti akan
didapatkan sekitar 8,2 juta penderita DM. Jumlah ini sangat besar dan akan
memberikan be ban ekonomi tinggi untuk penanganannya (International Diabetes
Federation, 2000). Menurut data survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2004, prevalensi hiperglikemia (kadar glukosa darah puasa >110 mg%) adalah 11
%. Berdasarkan kelompok umur prevalensi hiperglikemia mulai meningkat pada
kelompok umur 45 tahun atau lebih. Prevalensi hiperglikemia lebih tinggi pada
laki-Iaki (13%), dari pada perempuan (10%), di daerah perkotaan (12%) lebih
tinggi dari pada pedesaan (10%) dan kawasan timur Indonesia (15%) lebih tinggi
dari pada Sumatra dan Jawa-Bali (10%).
1
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
komplementer Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Malahayati
Bandar Lampung. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk membantu
penulis dan pembaca dalam memahami atau memperlajari terapi tambahan bagi
pasien Diabetes Melitus.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat dijadikan literatur atau
kajian pustaka dalam memepelajari terapi komplementer pada pasien Diabetes
Melitus.
2
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemi kronik. Hiperglikemi yang terjadi pada Diabetes melitus
disebabkan karena menurunnya kadar insulin, berkurangnya pemakaian glukosa
oleh jaringan perifer dan kenaikan produksi glukosa melalui proses glikogenesis
atau gukoneogenesis.
Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa
amputasi anggota tubuh karena pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan
melakukan perawatan yang serius bagi penderita serta melaksanakan / menjalani
gaya hidup yang sehat dan baik bagi yang masih sehat maupun yang sudah sakit.
B. Jurnal Penyakit Diabetes Melitus
1. Teknologi Pengobatan Komplementer Alternatif Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus ( Bambang Wasito, 2010 )
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen random sampling dengan kontrol
menggunakan disain pre-post test, lokasi penelitian di Laboratorium Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Akupunkur (LP3A) yang dilakukan selama 8
bulan. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan data primer pemeriksaan
3
laboratorium . Intervensi yang dilakukan berupa terapi akupunktur dan pemberian
obat antidiabetik konvensional metformin sedangkan sebagai kontrol digunakan
sham akupunktur (penusukan jarum akupunktur bukan pada titik akupunktur) dan
pemberian obat antidiabetik konvensional metformin.
Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan atau wanita yang berusia antara
>40 tahun, sedangkan sam pel penelitian yaitu pria atau wanita berusia > 40 tahun
penderita Diabetes Mellitus (DM) dengan dengan kadar gula darah puasa antara
140 -180 mg/dL dan tidak menderita hipertensi. Sampel diambil dari penderita
DM di LP3A dan penderita DM di LP 3 Andrologi dan beke~a sama dengan
praktek dokter swasta (dokter LP3A dan dokter LP3 Andrologi yang mempunyai
pasien DM dan mau ikut program pengobatan DM dengan cara akupunktur).
Sampel dipilih secara purposive sebanyak 40 penderita DM yang terbagi
d2lar.1 2 I(elcmpok mc;s:ng-masing 20 · orang. Kelorr.pok ;:>eriakuan mendap8t
intervensi dengan terapi metfonnin dan akupunktur sebanyak 10 sesi masing
masing titik diberi aliran listrik dengan alat elektroakupunktur dengan frekwensi 2
Hz selama 20 menit menggunakan jarum perak 1 inch. Kelompok kontrol
mendapat intervensi sham akupunktur dan terapi konvensional metformin. Sesuai
dengan perhitungan rumus penentuan besar sam pel untuk proporsi pendenta DM
pada populasi sebanyak 11 % dan P1 =30% dengan a. =10% dan ~= 80%
ditambah drop out 10% maka didapat 223 sam pel. Karena penelitian intervensi
ini memerlukan dana yang cukup besar untuk biaya pemenksaan laboratorium di
mana pada 1 (satu) sampel untuk akupunktur diperiksa OGTT sebany~k 3 kali
(p're dan setelah 5 seri terapi akupunktur dan ,setelah 10 sen terapi akupunktur)
4
serta pemeriksaan honnon insulin sebanyak 2 kali (pre dan setelah terapi
akupunktur 10 seri), di samping itu sam pel diberi obat konvensional metformin
dan diterapi akupunktur atau kontrol (obat metformin dan sham akupunktur)
secara gratis serta pengganti uang transport setiap kali datang (10 kali) , maka
dalam penelitian ini jumlah sampel yang dapat diambil sebanyak 40 orang
penderita DM.
Setelah memenuhi kriteria mendenta Diabetes Mellitus dan tidak menderita
darah tinggi maka responden menandatangani informed consent, selanjutnya
eriksaan hormon insulin. Pemeriksaan laboratorium, dengan mengambil darah
vena sebresponden diambil darah vena sebanyak 5 ml yang terbagi 3 ml untuk
pemeriksaan gula darah OGTT (Oral Glucose Tolerance Test) serta 2 ml untuk
pemeriksaan honnon insulin. Pemeriksaan kadar gula darah OGTT sebanyak 3
kali yaitu: sebelum terapi setelah terapi 5 seri dan setelah terapi 10 seri untuk
mengkonfinnasi manfaat terapi akupunktur maka dilakukan pemeriksaan honnon
insulin sebelum dan setelah 10 kali terapi akupunktur.
Intervensi sampel yaitu dengan pemberian 2 kali sehari masing-masing
metfonnin 500 mg yang diminum 15 menit setelah makan pagi, 2 jam kemudian
mendapat terapi akupunktur pada titik Stomach-36, titik Spleen-3 dan titik
Spleen-6 sebanyak 10 seri, sedangkan sore hari hanya mendapat pengobatan
konvensional metformin. Untuk menentukan bahwa sampel tersebut dinyatakan
drop out yaitu dengan kriteria sebagai berikut 1) Tidak menyelesaikan pengobatan
sesuai prosec'ur penelitian al tidak menyelesaikan terapi akupunktur sebanyak 10
seri; 2) Kadar glukosa darah puasa naik lebih dari 100 mg/dl dalam 5 seri terapi
5
akupunktur, glukosa darah 2 jam setelah puasa di atas 500 mg/dl. 3) Te~adi efek
samping samping berat atau gejala subjektif yang tidak dapat ditoleransi oleh
pasien OM .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi akupunktur maupun sham
akupunktur dapat menurunkan baik kadar glukosa darah puasa maupun glukosa
darah setelah OGTT. Walaupun demikian, tidak tampak perbedaan pada
penurunan kadar glukosa antara periakuan terapi akupunktur dan sham
akupunktur. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terapi akupunktur maupun
sham akupunktur tidak berpengaruh terhadap kadar insulin puasa. Kemungkinan
penurunan glukosa darah te~adi karena kontraksi otot yang timbul secara ritmis
dan te~adwal tiap hari selama 10 hari sehingga meningkatkan uptake glukosa oleh
otot.
Dengan melakukan terapi akupunktur atau sham dengan rangsangan listrik
menggunakan alat elektroakupunktur dengan frekwensi 2 HZ selama 20 menit
dengan intensitas yang cukup menimbulkan kontraksi otot pada daerah tungkai
bawah. Gerakan otot timbul selama rangsangan listrik diberikan. ,A,kupunktur
deng8r. rangsangan Idiik frckwens! 2 HZ se1ama 20 men:t dapat menggantikan
latihan fisik dalam meningkatkan uptake glukqsa oleh otot.
2. Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Kadar Glukosa Darah pada
Diet Pasien Diabetes Mellitus (Carolina, Anitha. 2006)
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai
terhadap kadar glukosa darah pada diet pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit
Dr. Saiful Anwar Malang. Pasien yang diberikan obat dan diet dibandingkan
6
dengan pasien yang mendapatkan obat dan diet serta pemberian susu kedelai
terhadap penurunan kadar glukosa darah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Quasy
Experiment Design, metode yang digunakan adalah The Non Randomized Control
Group orang pasien diabetes mellitus, dipilih dengan metode Non Probability
Sampling yaitu dengan Consecutive Sampling dan dibagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok perlakuan yang mendapat terapi obat + diet yang sama +
pemberian susu kedelai (n = 5 orang) dan kelompok kontrol atau pembanding
yang mendapat terapi obat + diet yang sama (n = 5 orang). Variabel yang diukur
pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah puasa dan 2 jam post pradial.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sampel penelitian yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 3 orang dan yang berjenis kelamin laki – laki
berjumlah 7 orang dengan usia antara 40 – 70 tahun dan sebagian besar sampel
berstatus gizi kurang dan normal. Seluruh sampel penelitian mendapatkan diet
DM dengan standart energi 1700 kalori. Rata – rata tingkat konsumsi kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan termasuk dalam kategori sedang dan baik
khususnya energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat. Penurunan kadar glukosa
darah puasa pada kelompok perlakuan (16.40 ± 7.64) lebih besar daripada
kelompok kontrol (-6.00 ± 2.74) dan ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok (P = 0.02), untuk kadar glukosa darah 2 jam post pradial pada
kelompok perlakuan (-46.60 ± 27.31) lebih besar daripada kelompok kontrol (-
10.20 ± 3.11) dan ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (P =
0.01).
7
Saran untuk pengembangan penelitian ini adalah perlu ada penelitian lain
tentang pengaruh pemberian produk fermentasi dari susu kedelai seperti soygurt
terhadap penurunan kadar glukosa darah, karena setelah difermentasi terjadi
peningkatan kandungan zat gizi. Dan perlu dilakukan penelitian lain dengan
menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama untuk mengklarifikasi hasil penelitian ini.
3. Pengaruh Pemberian Rumput Laut Merah (Euchema Cottonii) Terhadap
Kadar Gula Darah Penderita DM ( Ida Siti Nurparida, 2005 )
Pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 dilakukan dengan diet,
latihan jasmani, obat dan edukasi. Diet DM tinggi serat larut mempunyai efek
menurunkan gula darah postprandial dan membantu memperlambat kenaikan gula
darah. Salah satu bahan pangan sumber serat larut adalah rumput laut merah
(Euchema cottonii). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian rumput laut merah terhadap kadar gula darah puasa dan 2 jam
postprandial pada penderita DM tipe 2.
Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain Randomized Controlled
Trial. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dan dibagi secara acak dalam 2
kelompok. Kelompok 1 diberi panduan diet, obat hipoglikemik oral (OHO) jenis
sulfonilurea dan mendapat puding dengan tambahan rumput laut merah sebanyak
100 gram dengan kandungan serat 1,8 – 4,5 gram. Kelompok 2 diberi panduan
diet dan obat hipoglikemik oral (OHO) jenis sulfonilurea. Lama perlakuan selama
14 hari. Kadar gula darah puasa dan 2 jam postprandial diukur awal dan akhir
penelitian. Selama perlakuan asupan makan dicatat dengan food record oleh
8
penderita DM dan recall 24 jam dimonitor oleh enumerator. Analisis statistik
yang digunakan adalah Independent Sample T-test untuk mengetahui pengaruh
pemberian rumput laut merah terhadap kadar gula darah puasa dan 2 jam
postprandial. Mann Whitney untuk mengetahui pengaruh frekuensi konseling diet
dan frekuensi latihan jasmani terhadap kadar gula darah puasa dan 2 jam
postprandial. Anakova untuk mengetahui pengaruh pemberian rumput laut merah
terhadap kadar gula darah puasa dan 2 jam postprandial yang dikontrol dengan
frekuensi konseling diet dan frekuensi latihan jasmani.
Terdapat penurunan gula darah puasa sebesar 18 10,8 mg/dl pada kelompok
perlakuan dan 5 11,0 mg/dl pada kelompok kontrol (p=0,003). Terdapat
penurunan gula darah 2 jam postprandial sebesar 42 19,4 mg/dl pada kelompok
perlakuan dan 2 18,9 mg/dl pada kelompok kontrol (p=0,000). Ada pengaruh
secara bermakna pemberian rumput laut merah terhadap kadar gula darah puasa
dan gula darah 2 jam postprandial yang dikontrol dengan frekuensi konseling diet
dan frekuensi latihan jasmani (p<0,05).
Ada perbedaan penurunan kadar gula darah puasa dan gula darah 2 jam
postprandial secara bermakna pada penderita DM tipe 2 yang diberi rumput laut
merah dan yang tidak diberi rumput laut merah. Efek pemberian rumput laut
merah paling besar adalah pada penurunan gula darah 2 jam postprandial.
Frekuensi konseling diet dan frekuensi latihan jasmani tidak mempengaruhi kadar
gula darah puasa dan 2 jam postprandial. Ada pengaruh secara bermakna
pemberian rumput laut merah terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2.
9
4. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi darah Kaki pada
Pasien Diabetes Melitus ( Juliani Nasution, 2010)
Senam kaki dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan
memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu
dapat memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan
mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita DM
mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya
pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya sehingga pasokan darah ke kaki
semakin terhambat, akibatnya pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah
pada kakinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki dalam
Meningkatkan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus sebelum dan
sesudah di berikan perlakuan senam kaki di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. 5 orang kelompok intervensi dan 5 orang
kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment. Data
penelitian dianalisa dengan uji paired t-test yaitu t-dependent dan t-independent.
Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi darah
sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05).
Sedangkan pada kelompok intervensi dan kontrol diperoleh p=0,002 (p=<0,05) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol Instrument penelitian menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop. Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam kaki
dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
10
Saran untuk pendidikan keperawatan agar mengintegrasikan materi ini dalam
pendidikan keperawatan, untuk peraktek keperawatan diharapkan perawat yang
bekerja di ruangan tersebut mampu melakukan senam kaki dan mengajarkannya
kepada pasien dan untuk peneliti selnjutnya dapat memperbanyak sampel penelitian,
memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili sampel dan sebaiknya
menggunakan alat yang lebih sensitf untuk mengukur sirkulasi darah kaki.
5. Efektivitas Madu Terhadap Penyembuhan Luka Gangren Diabetes
Mellitus. ( Situmorang Lisbet Lasnawati, 2011)
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Penyakit
ini menjadi beban besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia
baik secara langsung melalui komplikasi-komplikasinya. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak yaitu
luka. Luka diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi
ulkus gangren. Gangren diabetes memiliki laju amputasi yang cukup tinggi
berkisar antara 15-30% sedangakan angka kematian berkisar antara 17-32%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas madu terhadap
penyembuhan luka gangren diabetes mellitus dengan menggunakan desain quasi
eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan
jumlah sampel 4 orang masing-masing kelompok intervensi dan kontrol terdiri
dari 2 responden. Data demografi disajikan dalam bentuk distribusi dan frekuensi.
Untuk mengidentifikasi efektivitas madu pada luka gangren pre dan post terapi
madu dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu sign rank test
(Wilcoxon). Tidak ada perbedaan hasil uji wilcoxon dan Mann-Whitney pada
11
penelitian ini yaitu Ho diterima yaitu madu tidak efektif digunakan dalam
penyembuhan luka gangren diabetes dimana p value > 0,05.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa madu efektif digunakan dalam perawatan luka gangren
diabetes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi madu,
mulai hari kesepuluh terjadi proses penyembuhan yang ditandai dengan
tumbuhnya jaringan granulasi diikuti jaringan epitel kemudia pada hari 13 luka
mulai tertutup. Dengan adanya penelitian ini diharapkan perawat perlu melakukan
terapi alternatif seperti madu karena kenyataan sebenarnya yang terjadi pada
pasien adalah luka diabetes dapat sembuh dengan cepat.
12