3
Geger Hanjuang dan Hari Jadi Tasikmalaya Oleh Dr. A. SOBANA HARDJASAPUTRA DALAM koran ini edisi 19 Agustus 2006 diberitakan bahwa dalam acara "Napak Tilas Mengenang Perjalanan Sejarah Tasikmalaya" (Jumat, 18 Agustus 2006), Prasasti Geger Hanjuang yang terletak di Desa Linggamulya, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, diresmikan sebagai monumen bukti sejarah Tasikmalaya. Kiranya kegiatan itu dilakukan dalam rangka memperingati tanggal 21 Agustus (1111) yang dianggap Hari Jadi Tasikmalaya. Pada satu sisi, kegiatan itu menunjukkan adanya kesadaran sejarah dan itu sangat bagus, karena melalui kesadaran sejarah, kita akan makin memahami jati diri. Akan tetapi, jika kegiatan itu memang berkaitan dengan anggapan bahwa 21 Agustus 1111 (tanggal prasasti) sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, - pada sisi lain (maaf) - anggapan itu justru menunjukkan kurang memahami bukti sejarah, yaitu makna Prasasti Geger Hanjuang. Tanggal prasasti tersebut dinyatakan dengan penanggalan tahun Saka, yaitu 13 Bhadrapada (Trayodasi Bhadrapada) 1033 Saka. Tim Peneliti Hari Jadi Tasikmalaya waktu itu (1973) menafsirkan tanggal tersebut sama dengan tanggal 13 Safar tahun 505 Hijriyah yang identik dengan tanggal 21 Agustus 1111 Masehi. Substansi isi (tulisan) Prasasti Geger Hanjuang adalah menyatakan berdirinya Kerajaan Galunggung, ditandai oleh upacara penobatan Batari Hyang menjadi penguasa Kerajaan Galunggung dengan sebutan Ratu Galunggung. Ia memperkuat pertahanan ibu kota kerajaan dengan membuat parit di sekelilingnya. Berdasarkan isi prasasti tersebut, jelas tanggal 21 Agustus (1111) tidak tepat dianggap sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, apalagi sebagai Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya. Pada zaman Kerajaan Galunggung, Tasikmalaya sebagai nama tempat, belum ada. Waktu itu di Tatar Sunda belum ada bentuk dan sistem pemerintahan kabupaten. Dengan demikian, Hari Jadi Kerajaan Galunggung tidak dapat diidentikkan, baik dengan Hari Jadi Tasikmlaya maupun dengan Hari Jadi Kabupaten Sukapura. Menurut catatan sejarah, semula daerah Galunggung tidak termasuk wilayah Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya sekarang). Daerah itu (Distrik Galunggung) baru masuk ke wilayah Kabupaten Sukapura tahun 1831. Masih dalam tahun itu, wilayah Kabupaten Sukapura yang telah bertambah dengan Galunggung, dipecah menjadi tiga afdeling (bagian), yaitu Afdeling Sukapura, Afdeling Sukapura Kolot, dan Afdeling Tasikmalaya. Awal abad ke-20, ibu kota Kabupaten Sukapura dipindahkan dari Manonjaya ke Tasikmalaya (ibu kota Afdeling Tasikmalaya). Tahun 1913 - masa pemerintahan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat (1908-1937) -- nama Kabupaten Sukapura diganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Keterangan itu memperkuat kesalahan menganggap tanggal 21 Agustus (1111) sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, baik Tasikmalaya dalam arti kota maupun Tasikmalaya dalam arti kabupaten.

cente Web viewJadi Tasikmalaya, tanpa embel-embel sebutan kabupaten, mengapa tidak dicari tanggal pendirian kota Tasikmalaya atau pembentukan Afdeling Tasikmalaya?

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: cente   Web viewJadi Tasikmalaya, tanpa embel-embel sebutan kabupaten, mengapa tidak dicari tanggal pendirian kota Tasikmalaya atau pembentukan Afdeling Tasikmalaya?

Geger Hanjuang dan Hari Jadi TasikmalayaOleh Dr. A. SOBANA HARDJASAPUTRA 

DALAM koran ini edisi 19 Agustus 2006 diberitakan bahwa dalam acara "Napak Tilas Mengenang Perjalanan Sejarah Tasikmalaya" (Jumat, 18 Agustus 2006), Prasasti Geger Hanjuang yang terletak di Desa Linggamulya, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, diresmikan sebagai monumen bukti sejarah Tasikmalaya. Kiranya kegiatan itu dilakukan dalam rangka memperingati tanggal 21 Agustus (1111) yang dianggap Hari Jadi Tasikmalaya. 

Pada satu sisi, kegiatan itu menunjukkan adanya kesadaran sejarah dan itu sangat bagus, karena melalui kesadaran sejarah, kita akan makin memahami jati diri. Akan tetapi, jika kegiatan itu memang berkaitan dengan anggapan bahwa 21 Agustus 1111 (tanggal prasasti) sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, - pada sisi lain (maaf) - anggapan itu justru menunjukkan kurang memahami bukti sejarah, yaitu makna Prasasti Geger Hanjuang.

Tanggal prasasti tersebut dinyatakan dengan penanggalan tahun Saka, yaitu 13 Bhadrapada (Trayodasi Bhadrapada) 1033 Saka. Tim Peneliti Hari Jadi Tasikmalaya waktu itu (1973) menafsirkan tanggal tersebut sama dengan tanggal 13 Safar tahun 505 Hijriyah yang identik dengan tanggal 21 Agustus 1111 Masehi. Substansi isi (tulisan) Prasasti Geger Hanjuang adalah menyatakan berdirinya Kerajaan Galunggung, ditandai oleh upacara penobatan Batari Hyang menjadi penguasa Kerajaan Galunggung dengan sebutan Ratu Galunggung. Ia memperkuat pertahanan ibu kota kerajaan dengan membuat parit di sekelilingnya.

Berdasarkan isi prasasti tersebut, jelas tanggal 21 Agustus (1111) tidak tepat dianggap sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, apalagi sebagai Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya. Pada zaman Kerajaan Galunggung, Tasikmalaya sebagai nama tempat, belum ada. Waktu itu di Tatar Sunda belum ada bentuk dan sistem pemerintahan kabupaten. Dengan demikian, Hari Jadi Kerajaan Galunggung tidak dapat diidentikkan, baik dengan Hari Jadi Tasikmlaya maupun dengan Hari Jadi Kabupaten Sukapura.

Menurut catatan sejarah, semula daerah Galunggung tidak termasuk wilayah Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya sekarang). Daerah itu (Distrik Galunggung) baru masuk ke wilayah Kabupaten Sukapura tahun 1831. Masih dalam tahun itu, wilayah Kabupaten Sukapura yang telah bertambah dengan Galunggung, dipecah menjadi tiga afdeling (bagian), yaitu Afdeling Sukapura, Afdeling Sukapura Kolot, dan Afdeling Tasikmalaya. Awal abad ke-20, ibu kota Kabupaten Sukapura dipindahkan dari Manonjaya ke Tasikmalaya (ibu kota Afdeling Tasikmalaya). Tahun 1913 - masa pemerintahan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat (1908-1937) -- nama Kabupaten Sukapura diganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya.

Keterangan itu memperkuat kesalahan menganggap tanggal 21 Agustus (1111) sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, baik Tasikmalaya dalam arti kota maupun Tasikmalaya dalam arti kabupaten.

Perlu dikemukakan bahwa selain mengkaji Prasasti Geger Hanjuang, tim peneliti juga menemukan sumber akurat, yaitu dua buah piagem (piagam) dari Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645). Piagam pertama bertanggal 9 Muharam Tahun Jim Akhir, sedangkan piagam kedua bertanggal 9 Muharam Tahun Alip. Masing-masing piagam antara lain menyatakan bahwa Raja Mataram mengangkat Tumenggung Wiradadaha menjadi Bupati Sukapura. Piagam kedua juga menyatakan pengangkatan Tumenggung Wiraangunangun menjadi Bupati Bandung dan Tumenggung Tanubaya menjadi Bupati Parakanmuncang. Masing-masing tanggal piagam tersebut memiliki dua versi penafsiran. Tanggal 9 Muharam Tahun Jim Akhir ditafsirkan : 30 April 1640 (versi pertama) dan 26 Juli 1632 (versi kedua/versi Sukapura). Tanggal 9 Muharam Tahun Alip ditafsirkan : 20 April 1641 (versi pertama) dan 16 Juli 1633 (versi kedua).

Bila yang dicari Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya yang berasal dari Kabupaten Sukapura, mengapa tim peneliti tersebut di atas tidak mengkaji, tanggal menurut versi mana yang memadai atau mendekati kebenaran sejarah, untuk dipilih sebagai hari jadi Kabupaten Tasikmalaya? Bila yang ingin dicari Hari

Page 2: cente   Web viewJadi Tasikmalaya, tanpa embel-embel sebutan kabupaten, mengapa tidak dicari tanggal pendirian kota Tasikmalaya atau pembentukan Afdeling Tasikmalaya?

Jadi Tasikmalaya, tanpa embel-embel sebutan kabupaten, mengapa tidak dicari tanggal pendirian kota Tasikmalaya atau pembentukan Afdeling Tasikmalaya?

Uraian tersebut menunjukkan bahwa Prasasti Geger Hanjuang memang salah satu bukti sejarah, tepatnya sumber sejarah autentik. Akan tetapi bukan sepenuhnya sumber sejarah Tasikmalaya, melainkan sumber autentik yang menyatakan awal keberadaan bentuk dan kehidupan pemerintahan tradisional di wilayah yang sekarang bernama Tasikmalaya.

Dalam acara peresmian Prasasti Geger Hanjuang sebagai monumen sejarah, Bapak Wakil Bupati Tasikmalaya H.E. Hidayat mengharapkan agar monumen itu "menjadi salah satu objek wisata maupun kajian bagi anak sekolah, mahasiswa, dan pihak yang berkepentingan", demikian pernyataan Wakil Bupati Tasikmalaya. Memang prasasti penting sebagai bahan kajian. Namun dalam hal ini, tidak kalah pentingnya untuk mengkaji kembali anggapan 21 Agustus (1111) sebagai Hari Jadi Tasikmalaya, karena beberapa alasan.

Pertama, tanggal itu tidak sesuai dengan konteks permasalahannya (bukan tanggal berdirinya Kota Tasikmalaya atau Kabupaten Tasikmalaya). Kedua, -- seperti telah disebutkan -- adanya sumber akurat (Piagam Sultan Agung) yang menyatakan tanggal berdirinya Kabupaten Sukapura, cikal-bakal Kabupaten Tasikmalaya. Hal tersebut telah menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat mengenai Hari Jadi Tasikmalaya.

Sebenarnya masalah hari jadi Tasikmalaya pernah diekspos dalam SK Priangan bulan Mei 2003. Kemudian dibahas dalam forum semiloka dan diskusi beberapa waktu yang lalu. Kegiatan itu berlangsung di kota Tasikmalaya, dan saya terlibat di dalamnya. Semiloka berlangsung tanggal 16 Agustus 2004 - atas prakarsa LSM Cerdas -- di Hotel Ramayana. Diskusi berlangsung bulan Agustus 2005 -- atas prakarsa pimpinan KNPI Tasikmalaya bekerjasama dengan pimpinan SK Priangan dan tokoh masyarakat - di Kantor SK Priangan. Materi diskusi diekspos dalam SK Priangan bulan Agustus 2005. Baik seminar maupun diskusi, sampai pada kesimpulan bahwa tanggal Hari Jadi Tasikmalaya harus diganti dengan tanggal yang tepat atau mendekati kebenaran sejarah.

Dalam kesempatan ini - maaf bukan mapatahan ngojay ka meri (menggurui) - perkenankan saya dalam kapasitas sebagai sejarawan mengimbau agar pihak Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya segera mengganti tanggal Hari Jadi Tasikmalaya dengan tanggal yang benar menurut fakta sejarah yang kuat dan relevan. Apabila kesalahan itu tetap dibiarkan, berarti kita mewarisi generasi penerus dengan sejarah yang salah. Semoga tidak demikian.***

Penulis, doktor sejarah pada Fakultas Sastra Unpad, anggota Dewan Pengurus Pusat Studi Sunda.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/29/0902.htm

http://mrayana.multiply.com/journal/item/5