115
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial i pp

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi …...Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial ii Oleh : Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

i

pp

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

ii

Oleh :

Beny Harjadi,

Agung Wahyu Nugroho

Arina Miardini

Susi Abdiyani

Dona Octavia

CCCEEEMMMAAARRRAAA LLLAAAUUUTTT,,, MMMEEENNNGGGUUUBBBAAAHHH LLLAAAHHHAAANNN

MMMAAARRRGGGIIINNNAAALLL MMMEEENNNJJJAAADDDIII PPPOOOTTTEEENNNSSSIIIAAALLL

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

iii

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987

Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)

bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

iv

Beny Harjadi,

Agung Wahyu Nugroho

Arina Miardini

Susi Abdiyani

Dona Octavia

CCCEEEMMMAAARRRAAA LLLAAAUUUTTT,,, MMMEEENNNGGGUUUBBBAAAHHH LLLAAAHHHAAANNN

MMMAAARRRGGGIIINNNAAALLL MMMEEENNNJJJAAADDDIII PPPOOOTTTEEENNNSSSIIIAAALLL

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

v

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Beny Harjadi, dkk Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial Cetakan ke-1 . Surakarta . CV. Mekar Abadi Publising. 2017 ix + 100 Hal : 17,5 x 25 cm CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARJINAL MENJADI POTENSIAL Hak Cipta @ Beny Harjadi, dkk. 2017 Penulis Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia Penyunting Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr. Tata Letak dan Sampul Tommy Kusuma AP Penerbit & Pencetak Penerbitan dan Pencetakan CV. Mekar Abadi (Anggota IKAPI Jateng) Jl. Sampangan No.26 RT.001 RW.020 Semanggi, Surakarta Cetakan , edisi I, 2017 Hak Cipta dilindungi Undang-undang All Right Reserved Dicetak : Dana Balitek DAS ISBN : 9 786025 017711

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

i

KATA PENGANTAR

“CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL”

buku buah kerja penelitian sekaligus pengalaman lapang. Mulanya adalah

hamparan pasir panas nan gersang di sepanjang pantai selatan Kebumen. Melalui

perencanaan dan metoda yang baik, pantai itu perlahan berhias sabuk cemara

hijau. Perubahan paras pantai ini tidak saja menjadikan cemara laut (Casuarina

equisetifolia) yang ditanam berfungsi sebagai peredam gelombang angin, tapi

lahan belakang tegakan cemara ke arah daratan juga menggeliat menjadi lahan

yang perlahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian. Kerasnya ekosistem

pantai yang bersifat transboundary area daratan dan lautan, mulai ramah dengan

hadirnya sabuk hijau cemara.

Menengok sedikit kebelakang, kegiatan penelitian lahan pantai berpasir

di Kebumen bermula dari presentasi pada dinas terkait di Kabupaten Kebumen.

Menindaklanjuti hasil presentasi Pemerintah Kabupaten Kebumen menghendaki

dilakukan penelitian di Pantai Selatan Kebumen, agar kondisi pantai yang gersang

dan panas menjadi rindang dan sejuk, sehingga pengunjung wisata akan meningkat

jumlahnya. Begitu pula dengan permasalahan lahan pantai berpasir yang dianggap

tidak produktif untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan

angin kencang dari laut, padahal memiliki potensi.

Pembangunan tegakan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebagai

tanggul angin dimulai tahun 2005 sampai 2015. Penanaman ini melibatkan

partisipasi aktif masyarakat Desa Karanggadung kabupaten Kebumen khususnya

Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan kelompok ini mampu membangun

keyakinan bahwa lahan pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim

(hortikultura).

Apresiasi disampaikan kepada para penulis, semoga tulisan ini dapat

menjadi bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam penyelamatan pantai

dari abrasi dan degradasi lahan akibat erosi angin di daerah lain.

Surakarta, September 2017

Kepala BPPTPDAS

Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

I.PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Maksud dan Tujuan......................................................................................... 4

C. Sasaran ............................................................................................................ 4

D. Batasan Istilah ................................................................................................ 4

II.PERENCANAAN .................................................................................................... 7

A. Pengorganisasian ........................................................................................... 7

B. Pemetaan Lokasi............................................................................................. 8

C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan ...... 13

III.PELAKSANAAN ................................................................................................. 18

A. Persiapan ...................................................................................................... 18

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin .................................................................. 25

C. Penanaman ................................................................................................... 26

D. Pemeliharaan Tanaman Semusim ................................................................ 37

E. Pemanenan Hasil........................................................................................... 40

IV. MONITORING................................................................................................... 42

A. Pengamatan Tanah ................................................................................... 42

B. Pengamatan Iklim ..................................................................................... 50

C. Pertumbuhan Tanaman ............................................................................ 63

V.EVALUASI ........................................................................................................... 67

A. Tingkat Prosentase Tumbuh ........................................................................ 67

B. Matinya Cemara Laut Di Pantai ................................................................... 70

D. Sosial Ekonomi ............................................................................................. 74

D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ................................................ 76

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

iii

E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin ........................................................... 80

F. Tingkat Adopsi Masyarakat .......................................................................... 81

VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN .......................................................................... 87

A. Pemeliharaan Plot Penelitian ................................................................... 87

B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman ............................................. 89

VII. PENUTUP ........................................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 94

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ....................... 90

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir

dengan Cemara Laut ................................................................... 3

Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,

Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015 ....... 8

Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ........... 19

Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam

di Lapangan ............................................................................... 19

Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna

hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) ......... 27

Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang ..................... 28

Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning

(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). ...... 29

Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi

penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata ......... 30

Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari

penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 ............... 31

Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan

mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman

baru ........................................................................................... 32

Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :

Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura) ................ 34

Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut :

Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan

Kelapa ........................................................................................ 34

Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir .................. 37

Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama

Penyakit Tanaman). .................................................................. 39

Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen Nira,

Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi .................................. 40

Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai :

Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan

Jalan Pantai ............................................................................... 41

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

vi

Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara

Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai

Petanahan. ................................................................................ 43

Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir

Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai

Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab.

Kebumen. .................................................................................. 43

Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang

Tersebar di 9 Stik Erosi. ............................................................ 44

Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir, Bulan

Mei 2006.................................................................................... 45

Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir Bulan

Agustus 2006 ............................................................................ 46

Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 .......... 47

Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di

Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 ................................ 48

Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai

(J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 ................. 49

Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai

(J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember

2013 ............................................................................................ 50

Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau yang

panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar ....... 51

Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka

diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ..... 52

Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa

Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen....................... 53

Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di

Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 .................. 54

Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit

(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. ...... 55

Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan

Minimum ................................................................................... 56

Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,

Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 .............................................. 57

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

vii

Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa

Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 .................... 58

Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari

Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan) ........ 59

Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen ........ 60

Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,

Petanahan, Kebumen Tahun 2013. ........................................... 61

Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD), Tenggara

(TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung. ....................... 63

Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman

cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman ....... 64

Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda

(A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B) ..... 65

Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir ................. 66

Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir ........... 66

Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan

dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. ................ 68

Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun

2013 ............................................................................................ 69

Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan

pupuk kandang yang belum matang........................................ 73

Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan

menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati

permanen. ................................................................................. 73

Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa

diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll ... 74

Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan

Wisata Semakin Sejuk dan Indah .............................................. 77

Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ................... 78

Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,

Kab. Kebumen Tahun 2011-2013 ................................................ 79

Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September

2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- .............. 80

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

viii

Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut

Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ............................... 81

Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan

Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang

Terbuka ..................................................................................... 82

Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah

Penghijauan dengan Cemara Laut ........................................... 83

Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri

Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen 18-12-2011 ............. 84

Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu

disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-

anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ............... 85

Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering

dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai

desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga

biasa .......................................................................................... 86

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan marginal merupakan lahan yang tidak layak untuk ditanami

atau tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Lahan marginal atau lahan

bermasalah agar dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan.

Penyebab utama suatu lahan menjadi bermasalah, yaitu : 1. Proses alami 2.

Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses alami terjadi karena faktor

alam, seperti : lahan marginal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan

bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan lahan

bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses buatan

diakibatkan oleh perbuatan manusia seperti lahan kritis, lahan asam atau

sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Yang ketiga merupakan proses

kombinasi antara faktor alam dengan perbuatan manusia meliputi: lahan

banjir, kekeringan, dan longsor.

Pengertian lahan pantai berpasir merupakan lahan pantai yang

mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak

mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai umumnya

memiliki karakter yang khas sebagai berikut : a). angin kencang, b). kadar

garam tinggi, c). porositas tinggi, dan d). pergerakan pasir yang dinamis

(Dahlan, 1992). Sifat fisik lahan berpasir umumnya memiliki butiran kasar

mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya

bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan.

Sifat kimianya kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K)

kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk

organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, et al., 2000).

Kandungan garam yang tinggi menyebabkan lahan pantai berpasir

memiliki pH tanah berkisar antara 6 sampai 7. Adapun sifat biologinya

memiliki sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari

udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa

fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa

jenis tanah antara lain: tanah Alluvial, Regosol atau Entisols.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

2

Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir

ditunjukkan pada Gambar 1 meliputi: a) miskin unsur hara, b). sukar

menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). lemah agregat tanahnya. Cara

mengatasi permasalahan lahan pantai berpasir tersebut diantaranya

dengan: 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat

(amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang),

4). menanam tanaman penutup tanah, 5). menggunakan pupuk organik

hayati. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh

faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis, tetapi juga jika tidak

ditangani secara tepat akan berdampak negatif dan semakin meluas

(Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan

secara baik dan benar agar dapat berfungsi ganda, yaitu untuk

mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan

bernilai ekonomi tinggi.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di lahan pantai berpasir,

Nurahmah et al. (2007) merekomendasikan suatu model pengelolaan

untuk rehabilitasi dan konservasi, yaitu penanaman cemara laut

(Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin. Model ini diharapkan

dapat meningkatkan produktivitas lahan sehingga level marginalitas

lahan menurun dan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir

tersebut meningkat (Nurahmah et al., 2007).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

3

Unsur hara rendah

Kadar garam tinggi

Erosi angin dan abrasi

Iklim mikro buruk

Pemantauan dan pengumpulan data

Pemantauan kondisi iklim

Pemantauan fisik lahan

Pemantaun sosial, ekonomi dan kelembagaan

Pengamatan:1. kecepatan angin2. kelembaban3. suhu udara4. suhu tanah5. curah hujan

Pengamatan:1. biofisik tanah2. erosi angin3. pertumbuhan4. produksi

Pengamatan:1. sosial2. ekonomi - finansial - in/output3. lembaga

Kegiatan lapanganMengurangi permasalahan

Cemara laut (FISIK)- Pengembangan: vegetatif (cangkok), generatif (biji)- Pemeliharaan: pemupukan, penyiangan, dll- Wisata/keindahan

Masyarakat (SOSEK)- Desa: kelompok tani (KT) dan non KT- Wisata: staf dan pedagang/jasa- Pendidikan: formal (SD) dan informal (PKK, PNPM)

Lahan pantai berpasir menjadi produktif

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai

Berpasir dengan Cemara Laut

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

4

B. Maksud dan Tujuan

Buku ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak

umum tentang pengelolaan lahan pantai berpasir yang marginal melalui

penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia

sp.) dan tanaman hortikultura (hortikultura) sehingga dapat

dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat sekitar lahan pantai berpasir.

C. Sasaran

Teknik konservasi lahan pantai berpasir melalui pengembangan

model tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia) mulai

dari pembibitan sampai penanaman yang berfungsi sebagai pengendali

erosi angin. Adanya tanaman tanggul angin, diharapkan pengembangan

tanaman hortikultura dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

pendapatan masyarakat.

D. Batasan Istilah

Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan

berhubungan dengan masalah pengelolaan lahan pantai antara lain:

1. Lahan marginal adalah lahan bermasalah yang diakibatkan oleh

rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk

pertumbuhan tanaman karena faktor alami atau faktor buatan

(eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan salah dll).

2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi

laut, atau tepi perairan laut yang luas.

3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang

meliputi pantai dan daratan (pesisir) yang masih terpengaruh oleh

aktivitas marin (lautan).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

5

4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah

Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan

kelerengan kurang dari 8% (topografi datar).

5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut

pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan

kerikil di permukaannya.

6. Beting Gisik, adalah gundukan pasir alami memanjang searah garis

pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena

pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas).

7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai,

diantara beting gisik, biasanya tergenang air.

8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk

dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin.

9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena

pengikisan gelombang atau arus laut.

10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui

permukaan tanah maupun lewat bawah tanah.

11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air.

12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang

tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan).

13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau

batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh

suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat

partikel tanah atau batuan itu sendiri.

14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha

manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan

kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur

produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur

perlindungan alam lingkungan.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

6

15. Tanggul Angin atau Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu

daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan

langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai

perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai,

dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu.

Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan

uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan (tanggul

angin), dan pengendali iklim mikro.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

7

II. PERENCANAAN

A. Pengorganisasian

Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah

(RLKT) Pantai Berpasir dapat dilakukan melalui pengembangan

teknologi rehabilitasi lahan berpasir dan peningkatan tingkat

pendapatan masyarakat serta kenyamanan berwisata dengan

melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi

pemerintah dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi

dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada

masyarakat (Harjadi et al, 2007). Pemilihan lokasi penelitian ditempuh

melalui mekanisme perijinan ke Pemerintah Daerah Kabupaten, antara

lain:

Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai - Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-

IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas

Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan

Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp.0287-381287

Kebumen. 54311

Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388

tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran

no. 2, Telp. 0287-381570 Kebumen 54311

Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA

mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku

selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat

tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen,

(ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis

Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades

Karanggadung.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

8

Kegiatan ini dikoordinasikan antar instansi terkait (Dinas

Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kecamatan Petanahan,

Desa Karanggadung, Polsek SD Negeri Karanggadung dan masyarakat).

Dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga dibentuk kelompok tani yaitu

Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan Kelompok Tani Pasir

Makmur bertujuan sebagai forum diskusi dan bertukar informasi dalam

pelaksanaan kegiatan. Kelompok Tani Pasir Makmur memiliki sebuah

sekretariat kelompok dan jadwal rutin pertemuan. Pertemuan ini

dilakukan setiap bulan pada malam Rabu manis (legi) dengan lokasi

sesuai kesepakatan.

B. Pemetaan Lokasi

Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai

dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul

angin dan tanaman hortikultura dengan menggunakan GPS (Global

Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan pantai berpasir berada di

Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang

ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,

Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015

Panjang = 741 m

Lebar = 158 m Luas = 11,71 ha

Jarak Puncak pasang = 55 m

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

9

Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan

pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan lahan terlantar tanpa vegetasi yang berjarak kurang dari

100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan

sejauh kurang lebih 300 m.

b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %)

c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur)

d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk

kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi.

e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang)

menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson.

Di dekat lokasi penelitian didirikan pos pengamatan yang berfungsi

sekaligus sebagai sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak

kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah

terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga

koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos

pengamatan sekaligus sebagai sekretariat KT berfungsi sebagai tempat

istirahat sementara bagi para petugas, tempat berkumpul dan diskusi

dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan bagi anggota KT.

1. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir

Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam

klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut

klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih

dikenal dengan nama Entisol pantai.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

10

a). Sifat Fisik Tanah

(1) Tekstur dan Struktur

Tekstur lahan pasir umumnya kasar, karena mengandung lebih dari

60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000).

Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas

permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh

karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi

lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel

debu dan liat yang aktif (Harjadi dan Octavia, 2008). Lahan berpasir

memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar

tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm.

(2) Porositas dan Temperatur

Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit

menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka

bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah

menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan

terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis

oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan

pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif .

Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan

oleh kemampuan lahan menyerap panas yang tinggi. Lahan pasir

memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat

tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia

serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 -

0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). lahan pasir menyimpan air sangat

rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

11

b). Sifat Kimia Tanah

(1) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah

liat atau debu. Hal ini disebabkan lahan pasir memiliki kandungan liat dan

humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) lahan berpasir

berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat

ditingkatkan dengan pemupukan organik.

(2) pH Tanah (Kemasaman Tanah)

Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena

kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta

kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat

menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan

kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini

disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada

potensial air jaringan, sehingga yang terjadi adalah kehilangan air.

c). Sifat Biologi Tanah

Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit

sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada lahan

berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan lahan berpasir tidak

mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak

menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat

besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada lahan

berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan lahan berpasir menjadi

kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan

bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga

dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan bakteri tanah actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat

tanah.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

12

Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai

dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah

adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri

atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa

kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola

dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang

lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah

bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur

kasar (Madjid, 2009).

Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur

hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir

juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan

memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009).

2. Tanaman Tanggul Angin

Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut

dilakukan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin. Jalur

tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin. Hal-hal yang perlu dirancang

antara lain:

a) Penetapan jarak antara tanaman tanggul angin dengan bibir pantai ≤

100 m dan lebar jalur ≥ 5 baris tanaman.

b) Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran

adalah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling ’untu

walang’.

3. Tanaman Hortikultura

Lokasi penanaman tanaman hortikultura dilakukan dengan

memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang

perlu dirancang antara lain:

a) Pemilihan jenis tanaman hortikultura sesuai dengan kebutuhan

petani/masyarakat setempat dan sesuai untuk ditanam di lahan

pantai berpasir.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

13

b) Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada)

yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.

c) Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit

serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat

berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP,

ZA dan KCl).

C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan

1. Bahan

Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak

5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan

ditanami. Kebutuhan benih tanaman hortikultura bawang merah sebanyak

200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti,

2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa

pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk

anorganik campuran ZA, KCl, urea, TSP sebanyak 200 kg/ha, insektisida dan

fungisida.

2. Alat

Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan

rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan

peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana

pengairan tanaman hortikultura antara lain berupa bak renteng, pralon,

gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan

pengamatan perlakuan, antara lain: stik erosi, penjerap pasir (sand trap),

evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan),

anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer

tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat

yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet,

poster, tulisan ilmiah dan laporan. Informasi sosek (sosial ekonomi)

diperoleh dengan melalui wawancara dan blanko kuisioner/isian.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

14

3. Tenaga

Tenaga yang dibutuhkan untuk pembuatan tanaman terdiri atas

tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin)

dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman. Disamping itu

untuk menjamin keamanan tanaman maka seluruh warga Karanggadung

dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung dilibatkan dalam

pengawasan terhadap pengunjung wisata yang datang ke lokasi.

4. Biaya

Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk

(organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp.

25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-.

Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari

Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan

serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

5. Lahan

Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam

yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan

kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata

Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan

pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir

seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim.

6. Ameliorat

Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat

bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan

tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan

organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

15

yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat,

tidak liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat

menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.

Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa

penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam

media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sampai

78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir

mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 60,83% dan

63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu

meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 65,55% dan penambahan

pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata.

Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu

menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki

struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga

mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air,

meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan

sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga

mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna

tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik

tanah adalah memperbaiki struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat

air, termasuk peningkatan ketahanan terhadap erosi.

Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah

dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga dapat

meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan

kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994

dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang

semula tidak berstruktur menjadi berstruktur lebih baik atau remah

dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan

organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang

berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

16

meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan

meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo,

2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus)

lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol,

yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo,

1999 dalam Atmojo, 2003).

Pengaruh penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau

menurunkan pH tanah tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik

dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal

pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses

dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena

terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi.

Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita

tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik

yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-

kation basa (Atmojo, 2003).

Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan

organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-)

yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang

bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus

sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih

mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa

humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina

memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik dan pupuk

mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah

secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja.

7. Saprotan

Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk

meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marginal. Dosis

ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

17

tanaman hortikultura tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I.

Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing

sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan

penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan

karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika

tidak segera disirami.

Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan

agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung

pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan faktor pembatas

(constrain) pertumbuhan, seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan

KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K

tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan

lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas

pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik

dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P

(Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P)

sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of

agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah

tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh

sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P

diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di

awal pertumbuhan.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

18

III. PELAKSANAAN

A. Persiapan

a. Persiapan Lokasi

Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal

tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi

penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :

Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai –

Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni

2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa

Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No.

11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311

Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal

15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp. 0287-

381570 Kebumen 54311

Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA

mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku selama 3

bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat tersebut disampaikan

kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal

Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat

Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung.

Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan beberapa

tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut :

perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk

penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun

bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 3 dan 4).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

19

Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan

Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat

ditanam di Lapangan

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

20

Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 batang untuk tanaman

buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya

tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman

lainnya.

Pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang telah

dicampur dengan pupuk kandang dimaksudkan untuk membantu

penyediaan hara bagi tanaman.

Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah

dengan EM-4 untuk mempercepat proses dekomposisi pematangan

pupuk organik.

Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran

tanaman pandan berduri, karena banyak bintil-bintil mikoriza yang

membantu penyerapan unsur hara dari udara.

Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar

pantai, agar tanah terjaga kelembabannya.

Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami

untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan

tanaman semusim.

Perbaikan instalasi air dengan menyediakan sumur renteng dengan

menggunakan diesel sebagai penyedot air dan mendistribusikan

keseluruh penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim.

Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengecek data (verifikasi)

dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah pada

kedalaman 30, 90 dan 150 cm, curah hujan, kecepatan dan arah angin,

erosi angin, dan evaporasi.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

21

b. Persiapan SDM

Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan

melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan

pada masyarakat.

1. Konsultasi dan Koordinasi

i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan)

Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian

di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh BP2TPDAS-IBB

(Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai–Indonesia Bagian Barat). Dukungan dari

Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk pendampingan

pada setiap proses konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang

terkait yang ada di pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, PKL

(Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat

langsung di lapangan dan saat pertemuan antara penyuluh dengan

Kelompok Tani (KT).

ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat

karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak

berpotensi untuk diusahakan menjadi tanaman yang bernilai

ekonomi tinggi dan menguntungkan. Dengan adanya lokasi

penelitian dan pengembangan lahan pantai berpasir yang

ditunjang dengan fasilitas Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) jl.

Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan

lebih mudah dan diharapkan prospek pariwisata semakin

berkembang.

iii. Dinas Pariwisata

Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan

untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan

dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

22

selalu mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas

Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata

Petanahan di Desa Karanggadung.

2. Koordinasi di Daerah

i. Kecamatan Petanahan

Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan

Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa

Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak

tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan

permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah

mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai

Samas, Bantul.

ii. Polsek Petanahan

Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah

dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara

intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di

lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai

sekarang.

iii. Desa Karanggadung

Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis

(Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar

anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan

penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap

tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang

diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang

didampingi oleh PKL berupa :

- Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri oleh

seluruh pengurus dan serta para tokoh masyarakat (TOGA =

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

23

Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang

berminat.

- Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang

tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan

September sampai Januari) serta setelah selesai perbaikan

instalasi air dan sumur renteng selesai dilakukan.

- Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan

kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari

menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dalam

kaitannya dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian

pupuk kandang.

c. Koordinasi dengan UKP

1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor

bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat

laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh

judul-judul yang dipayunginya.

2. UKP yang berjudul “Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan

Terdegradasi” di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang

dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK

Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka

Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar.

3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam

3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi

dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan

teknik konservasi.

4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu

pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

24

(Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang

pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan).

5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih

intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan

diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi

minimal triwulanan.

d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani

Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya

pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan

merubah pola pikir masyarakat sekitar lahan pantai berpasir. Masyarakat

di sekitar lahan pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai

tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat

menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga

kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang

ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur

dan bukan menjadi milik perseorangan, bukan pula milik peneliti atau

teknisi BP2TPDAS-IBB. Semua anggota kelompok tani wajib merasa

memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya

untuk dipergunakan secara berkelompok.

e. Persiapan Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi :

1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan

lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar.

2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir berupa tanaman TA

(Tanggul Angin), antara lain : secara vegetatif dengan camara laut

(Casuarina equisetifolia sp.) dan secara mekanis dengan daun kelapa

atau anyaman bambu.

3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur

tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan

ketimun, jagung (Zea mays L.).dll.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

25

4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang

dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk an-

organik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.

5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara

lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang panjang,

pompa air, dll.

6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter,

ombrometer, anemometer, termometer udara, kelembaban udara

dan ruang serta termometer tanah.

7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster,

kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan

menyebar blanko kuisioner yang relevan.

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin

a. Tanggul Angin Mekanis

Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi

sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang

menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga

berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan

tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin

dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anyaman

bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau

seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut.

b. Tanggul Angin Vegetatif

Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup

sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat

dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai

ditanam di pantai, memiliki akar menghujam ke tanah (bibit dari biji,

generatif) dan tajuk yang rindang dan batang kokoh. Beberapa tanaman

yang cocok ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

26

antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen

yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan

penanaman Camera laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari

cangkok (vegetatif), namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya

dengan tanaman generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang

yang kokoh.

c. Tanggul Angin Sementara

Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif.

Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa,

gedek anyaman bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara

angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena

kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga

mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu

juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman

semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya,

misalnya : jagung, sorghum dll.

C. Penanaman

a. Tanaman Tanggul Angin

Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman

tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25

m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk

melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman

tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl).

Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan

dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‘gigi

belalang’ atau “nguntu walang” selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data

biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan

yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA

cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap

bulannya.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

27

Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada

anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun

beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut.

Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara

laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan

merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat

dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih

cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang

berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 5). Semakin tua >10 tahun

umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk

cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).

Cangkang masih hijau,

belum matang

Cangkang isi biji

berwarna kuning

Cangkang kosong

jatuh di tanah

Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari

berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat

(biji lepas)

Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna

kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar

di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur

dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan

agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan

dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

28

semai sudah berumur 2 bulan atau hypocotyle sudah berwarna merah

atau coklat dan daun sudah bercabang, semai dipindahkan kedalam

polybag (Gambar 6).

Bibit umur 1 bulan di

tempat persemaian

Bibit umur 2 bulan

dipindah ke polybag

Bibit umur 3 bulan

disirami pagi dan siang

Bibit umur 6 bulan

tinggi >60 cm

diameter >5 mm

Bibit umur 8 bulan siap

ditanam

Bibit umur setahun,

sudah lewat umur

Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

29

Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji. Apabila

batang bagian bawah dan batang sudah muncul banyak cabang

sebaiknya segera di lakukan pruning (pemangkasan cabang bawah) agar

pertumbuhan meninggi dapat terpacu. Pengembangan Cemara laut

untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari

biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang

(Gambar 7).

Cemara dari Cangkok

Cemara dari Biji

Cemara setelah Prunning

Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning

(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

30

Papan lokasi Demplot

Papan Sekretariat

Papan batas pinggir

Peringatan di pantai

Papan depan wisata

Batas lokasi

Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi

penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata

Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi

wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal

dari manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi

Demplot dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang papan

nama peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 8).

Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut

dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi

tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar

9). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil

dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena

tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun

(penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan

keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

31

Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011

dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009

b. Tanaman Tahunan

Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di

Kebumen dapat memanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada

perakaran cemara laut untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di

pantai berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung,

Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri,

Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa,

Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 10).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

32

Pandan berduri

Akasia

Widuri

Cemara laut

Rumput berduri

Jarak pagar

Kebun campuran

Kelapa

Gamal

Bekol

Buah Naga

Jambu mete

Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan

mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

33

c. Tanaman Semusim

Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir

antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data

pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007

menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang

menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29

ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe

tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan

Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga

fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp

2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan

harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan

harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg.

Gambar 11 dibawah ini merupakan demplot pengembangan

tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang

dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada

masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir.

Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah

banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai

Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.

Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS

Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot

tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula

marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar.

Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola

lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan

komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling

favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 12).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

34

b. Brambang

a. Jagung c. Cabe Merah

Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :

Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura)

a. Cabe b. Pepaya c. Nira Kelapa

d. Semangka e. Terong Ungu f. Kelapa

Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Cabe,

Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

35

d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan

Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman

pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 13).

Rumput Merakan Pogonatherum

paniceum (Lam.) Hackn

Ipomea pescaprea

Pandan berduri Pandanus

tectorius

Buah Pandanus tectorius

Pongamia pinnata

Rumput Gulung

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

36

Rumput Teki

Saccharum spontaneum

Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L)

Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.)

Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don)

Tapak liman (Elephanthopus scaber L)

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

37

Widuri

Tanaman Widuri

Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir

Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang

cenderung kering dan menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir

yang kering dengan struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik

jika ada tanaman bawah, dan juga adanya seresah daun-daun serta

ranting-ranting yang berguguran sebagai mulsa. Sehingga daun-daun

cemara laut yang berguguran sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu

bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk

merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik

untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah.

D. Pemeliharaan Tanaman Semusim

a. Pemupukan

1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal

tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah

dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar

per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100

kg.

2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200

kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar

merata dalam tanah.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

38

3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha

diberikan 25 HST.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu

penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir

Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan

penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat

panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah

tetap sehat dan tidak terbakar.

c. Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman)

Pemeliharaan tanaman untuk mencegah gangguan hama

penyakit, dengan penyemprotan racun HPT (Gambar 14).

1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan

gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½

tutup untuk 1 tangki air.

2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari

untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan :

(a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)

(b) Larvin = 1 sendok

(c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)

(d) Barer = 10 cc (1 tutup)

3. Umur 25 sampai 45 hari

(a) N-Balancer = 10 cc

(b) Manzate 200 = 1 sendok makan

(c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup

(d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur

untuk 1 tangki (12-17 liter).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

39

Racun sayur daun

Danvil 50SC

Goal 2E

Puanmor

Balancer

Larvin

DuPont Manzate 200

Borer

Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT

(Hama Penyakit Tanaman).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

40

E. Pemanenan Hasil

Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk

penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan

modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180

juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m

dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20

g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta.

Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga

kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak

kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin

langka (Gambar 15). Sebelumnya harga pupuk kandang sangat murah

karena stok pupuk melimpah dan upah tenaga kerja juga murah. Namun

kondisinya sekarang berbalik sehingga harga pupuk kandang menjadi

cukup mahal (Rp. 150.000,-/pick up).

a. Silaturahmi b. Panen Nira

c. Ternak Kambing Etawa d. Ternak Sapi

Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen

Nira, Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

41

Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat

untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan

dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat

dengan pantai < 0,5 km (Gambar 16). Sebelumnya mereka menjauh dari

garis pantai yaitu > 1 km, sebaliknya kondisi sekarang ini sebagian

penduduk sudah berani membangun rumah dekat dengan pantai.

Potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa dimungkinkan didirikan

tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti yang telah

dikembangkan di Pantai Glagah. Adapun selama ini rumah-rumah

penduduk di Desa Karanggadung Petanahan baru sebatas disewakan

untuk pedagang musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul

Adha, Natal dan Tahun Baru).

b. Rumah Dekat Pantai

a. Warung Tepi Pantai c. Jalan Pantai Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai :

Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

42

IV. MONITORING

A. Pengamatan Tanah

a. Kondisi Tanah

Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol

atau Entisols yang kurang subur (Balai Penelitian Tanah, 2005.). Ketidak

suburan lahan tersebut dicirikan oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi

tanah yang kurang menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur

hara NPK di pantai berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara

lainnya kecuali Na (Natrium) karena lahan pantai banyak mengandung

garam-garaman NaCl. Kondisi yang paling baik adalah lahan bepasir

yang sudah ada tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan

oleh petani dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk

an-organik (NPK).

Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu pH 6-7, dan pH

terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia

NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim

karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam

keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai

selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan

pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di

pantai selatan disebabkan oleh adanya formasi batuan kapur sepanjang

pantai yang dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman,

sehingga intrusi air dari laut ke daratan telah menjadi tawar. Kondisi

kimia tanah semakin membaik yang ditunjukkan dari KPK (Kapasitas

Pertukuran Kation) yang semakin meningkat dari 0,9 me/100gr pada

lahan pasir terbuka menjadi 4,5 me/100gr pada lahan yang ada tanaman

cemara laut dan meningkat lagi menjadi 7,9 me/100gr pada lahan yang

ada tanaman semusim (Gambar 17). Begitu juga untuk sifat fisika tanah

juga semakin membaik yang ditunjukkan dari kadar air yang meningkat

dari -0,5% menjadi 80% pada lahan yang ada tanaman semusimnya.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

43

Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara

Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan.

Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan

yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah

tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 18).

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

a.Cemara Laut b.Pasir Pantai c.Tanaman semusim

Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir

Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

44

b. Erosi Angin

Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat

dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh

dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT),

diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau

pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masing-

masing dipasang 5 alat penangkap yaitu di sebelah paling atas (PA), atas

(A), tengah (T), bawah (B), dan paling bawah (PB), lihat

Gambar 19.

Keterangan :

J: Jauh dari laut

JB -> sebelah Barat

JP -> sebelah Pusat

JT -> sebelah Timur

G: Gisik/Gumuk

GB -> sebelah Barat

GP -> sebelah Pusat

GT -> sebelah Timur

D: Dekat laut

DB -> sebelah Barat

DP -> sebelah Pusat

DT -> sebelah Timur

Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang

Tersebar di 9 Stik Erosi.

Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh

dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah

pada jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3

gram (lihat

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

45

Gambar 20). Sebaliknya untuk yang dekat pantai justru yang

tertinggi sandtrap sebelah barat. Kondisi ini banyak dipengaruhi arah

angin dan faktor penghalang tanaman dan adanya gisik pasir.

Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir,

Bulan Mei 2006

Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya

menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang

jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g (

Gambar 21).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

46

Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir

Bulan Agustus 2006

Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti

bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin

dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena

angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu

lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi

pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian

barat (

Gambar 22).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

47

Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006

Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan

membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai

Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan

tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa

daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada

daerah lembah akan semakin berkurang.

Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari

pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan

orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk

melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi

penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya

mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-).

Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik, ke

empat jalur tersebut adalah (Gambar 23) :

1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut.

2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara.

3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir.

4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

48

Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di

Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013

Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan

tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan

pasir (Gambar 24). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk setiap stik

diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S), Timur (T),

dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari keempat

penjuru tersebut.

Dari stik erosi yang berjumlah 9 x 4 = 36 buah, masing-masing

diamati dari ke empat penjuru mata angin karena untuk stik yang sama

memiliki tebal timbunan dan pengkisan partikel pasir yang berbeda.

Misalanya untuk daerah gisik bagian barat (GB) dari ke empat penjuru

sama-sama terjadi penimbunan, hanya berbeda ketebalannya saja. Pada

sisi sebelah barat mengalami penimbunan pasir yang paling tebal yaitu

mencapai 10 cm. Pada daerah pantai mengalami pengikisan yang

ditunjukkan grafik yang mengarah ke bawah dengan kondisi yang hampir

sama dari ke empat penjuru arah mata angin.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

49

Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari

Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013

Pada bulan Juli dan Agustus terjadi kondisi yang berbeda dari

bulan-bulan lainnya, yaitu pada daerah gisik pasir yang biasanya terjadi

penimbunan justru mengalami pengikisan yang sangat banyak. Kondisi

ini menunjukkan erosi angina akan terjadi fluktuasi yang ekstrim pada

musim kemarau karena pasir dalam keadaan kering dan berdebu,

sehingga partikel pasir mudah berpindah sesuai dengan arah dan

kecepatan angin.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

50

Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari

Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Sept- Des 2013

Gambar 25 menunjukkan bahwa kondisi ekstrim pada bulan

November yaitu mengalami penimbunan pada sisi selatan dan timur.

Kondisi tersebut merata dari yang pinggir pantai, di daerah gisik sampai

daerah yang jauh dari pantai. Kondisi erosi angina mulai menurun pada

bulan Desember hampir tidak ada erosi maupun juga deposit

(penimbunan). Hanya pada daerah gisik (gundukan pasir) yang relative

tidak stabil yaitu adanya penimbunan (+) atau grafik keatas dan juga

adanya pengikisan (-) atau grafik menurun dibawah 0.

B. Pengamatan Iklim

Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering

karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

51

rendah (Gambar 26). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir

menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air,

sehingga menjadi kering dan mudah terbakar.

a.Mati kekeringan b.Mati busuk akar c.Mati terbakar

Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau

yang panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar

Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai

berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain :

penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan

kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat

yang bahannya dari besi karena akan mudah rusak karena karatan dan

keropos. Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap

(penjerap erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer

(kecepatan & arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik

erosi, batas tepi lokasi, Hand Phone dan Camera sebaiknya dibungkus

dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat

halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

52

menyebabkan karatan sehingga beberapa peralatan yang ada yang

bahannya berasal dari logam jadi macet/rusak (Gambar 27).

Pengamatan Cemara laut

Lahan Pasir bermasalah

Anemometer

Stik erosi dari Pralon

Evaporimeter

Pembuatan stik erosi

Suhu Tanah 30,90,150cm

Ombrometer

Phi-Band (diameter)

Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka

diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. a. Kelembaban Ruang dan Udara

Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang hari

di pantai Petanahan, Desa Karanggadung. Kelembaban ruang terendah

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

53

bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang tertinggi pada bulan

Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember di

pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang hari (60%).

Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa

Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen

Pada Gambar 28 menjelaskan bahwa kelembaban udara di pagi hari

76% lebih tinggi dibandingan pada siang yang hanya 72%, sedangkan

untuk kelembaban ruang tidak berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai

74% (pagi). Kisaran kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara

dari 60-75%. Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan

pada siang hari, sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari

disamping juga lebih panas.

b. Suhu Ruang dan Udara

Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari,

yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

54

pertumbuhan tanaman (Gambar 29). Pada pagi hari, suhu ruang

terendah 25 oC (Januari) sampai tertinggi 30 oC (April). Suhu udara pada

pagi hari terendah 23 oC (November dan Desember) dan tertinggi 26 oC

(Maret dan Januari).

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa para wisatawan,

banyak yang berkunjung sebelum jam 09.00 pagi karena setelah itu

temperatur sudah mulai panas. Sebaliknya jika tidak berkunjung pada

pagi hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam 15.00 yang

suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 oC

sampai 27 oC (November dan Desember), sedangkan pada malam hari

suhu udara dari 24 oC (November dan Desember) sampai 28 oC (Maret).

Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di

Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit

Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 oC -34 oC dan suhu

terpanas pada kedalaman solum tanah 30-90 cm karena pada kedalaman

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

55

tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi.

Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air hujan maka

harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya dari inti

bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah terendah pada

top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka suhu tanah akan

menurun.

Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit

(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi adalah 34oC

untuk kedalaman regolit 90-150 cm dari permukaan tanah (Gambar 30).

Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

56

lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga

disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara 30-50 cm

agar suhu tanah diperoleh paling rendah.

d. Curah Hujan

Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah

hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah

selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (

Gambar 31).

Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah

dan Minimum

Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari

tahun 2009-2013 dapat dilihat pada

Gambar 32. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010

bersamaan juga adanya tsunami kecil pada saat yang bersamaan

sehingga menyebabkan meluapnya air laut ke daratan dan merusak

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

57

pepohonan serta beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada

saat tsunami datang ditandai dengan permukaan air laut yang surut

secara mendadak sehingga dasar lautan nampak sampai sepanjang

sekitar 200 m, dan selanjutnya air naik mendadak dengan cepat melebihi

batas tinggi permukaan. Pada tahun 2013 hujan turun sepanjang tahun

dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juli-September.

Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013

Total hujan tahun 2013 sebanyak 2.489,4 mm, puncak tertinggi

pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli,

Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365

hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

58

Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada

tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang

relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi.

Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan

total hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup

tinggi 268 hari (

Gambar 33).

Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan ,

Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013

e. Evaporasi

Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang

hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari

hingga siang hari (06.00-12.00), sedangkan pengamatan malam hari

sebagai hasil penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.00–18.00).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

59

Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu

lebih tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga untuk

lahan berpasir yang dekat pantai lebih tinggi penguapannya

dibandingkan lahan berpasir yang jauh dari pantai, karena kecepatan

angin menambah tingginya penguapan disamping panas matahari

(Gambar 34).

Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari

Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan)

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

60

Evaporasi yang terjadi di daerah dekat pantai (0,4 mm/hari) jauh

lebih tinggi dibandingkan yang jauh dari pantai (0,1 mm/hari). Evaporasi

pada malam hari lebih tinggi dari pada siang hari, baik pada daerah dekat

pantai maupun yang jauh dari pantai.

b. Kecepatan angin

Kecepatan angin siang hari adalah >5 km/jam yang ini lebih cepat

dibandingkan malam hari yaitu < 1 km/jam, dan pada malam hari

kecepatan angin sering 0 km/jam karena saat itu berhembus angin dari

daratan ke lautan, sementara pada siang hari angin berhembus dari

lautan ke daratan (

Gambar 35). Dengan bantuan ombak kecepatan angin di siang hari

meningkat sampai 20 km/jam.

Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen

Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau

kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data

pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali

mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

61

kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak

akibat karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman.

Kecepatan angin tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni

pada siang hari (7 m/det), lihat

Gambar 36.

Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,

Petanahan, Kebumen Tahun 2013.

Data arah angin dapat dilihat pada

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

62

Gambar 37, yang menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu

Utara (360), Timur Laut (TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180),

Barat Daya (BD), Barat (270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu

diwaspadai berasal dari Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak

dan sering terjadi tsunami atau air pasang.

Arah Angin pada PAGI Hari

Arah Angin pada SIANG Hari

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

63

Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD),

Tenggara (TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung.

C. Pertumbuhan Tanaman

Daya hidup (survival) merupakan indikasi kemampuan tumbuh dan

adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuh. Daya

hidup diukur dengan persen hidup yaitu perbandingan antara jumlah

tanaman yang hidup dengan total tanaman yang ditanam. Pada awal

penanaman, persen hidup tanaman masih rendah yaitu hanya 9,6 %. Hal

ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung daya

hidup dan pertumbuhan tanaman. Kematian tanaman ditandai dengan

perubahan warna daun dari hijau menjadi coklat kering, akar kering, dan

apabila tidak mampu bertahan maka tanaman akan mati. Berbagai upaya

dilakukan untuk meningkatkan persen hidup tanaman misalnya

pembuatan sumur renteng, penambahan pupuk kandang pada lubang

tanam, dan pemeliharaan rutin sehingga terbentuk tegakan cemara yang

dapat membentuk iklim mikro di sekitarnya (Gambar 38).

a. Sebelum penanaman

b. Setelah penanaman

Sumber: Nugroho, 2013

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

64

Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman

cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman

Nugroho dan Sumardi (2010) mengungkapkan bahwa penambahan

amelioran (40 % tanah mineral dan 10 % pupuk kandang) pada media

tanam dapat meningkatkan persen hidup cemara laut sampai 78,3%.

Penambahan amelioran dapat memberikan kondisi lingkungan mikro

(rizosfer) yang menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman.

Amelioran tersebut mampu mengurangi suhu tanah yang panas,

menahan air lebih lama, dan menyediakan unsur hara yang cukup.

Penambahan amelioran mampu memberikan kondisi yang dikehendaki

akar dalam beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim. Akar tanaman

dapat tumbuh dan berkembang serta berfungsi optimal dalam menyerap

hara dan air.

Pertumbuhan adalah pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan

pembesaran sel (peningkatan ukuran). Pertumbuhan juga dapat

diartikan sebagai peningkatan bahan kering, tinggi, volume, luas daun

(Gardner et al., 1985). Pertumbuhan suatu jenis pohon dipengaruhi oleh

unsur hara, air, intensitas cahaya matahari, dan suhu udara (Baker, 1950;

Hardjowigeno, 1987). Pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan

secara periodik (tahunan) pada PUP yang telah dibuat. Variabel

pertumbuhan yang diukur adalah tinggi total dan diameter. Pengukuran

diameter batang dilakukan setinggi dada (dbh) atau sekitar 1,3 meter

dari permukaan tanah dengan menggunakan diameter tape. Sedangkan

pengukuran tinggi pohon menggunakan galah ukur. Tinggi pohon yang

diukur merupakan tinggi total yaitu jarak vertikal antara permukaan

tanah dengan puncak pohon. Untuk tanaman yang masih muda,

pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari permukaan tanah

(Gambar 39).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

65

Sumber: Nugroho, 2013

Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda (A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B)

Hasil pengukuran rutin menunjukkan bahwa rerata tinggi total dan

diameter cemara laut umur 8 tahun adalah 13,34 m dan 17,74 cm. Data

tinggi total dan diameter cemara laut dari umur 1 – 8 tahun secara lengkap

dapat dilihat pada Gambar 40 dan 41.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

66

Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir

Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

67

V. EVALUASI

A. Tingkat Prosentase Tumbuh

Pengembangan pertumbuhan cemara laut disampaikan pada saat

pertemuan Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke

rumah petani. Informasi kegiatan cemara laut meliputi pengembangan

bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara

mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara

biji. Biji yang diambil dari pohon dipilih untuk pohon yang telah berumur

lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kuat dan tahan terhadap iklim

yang ekstrim di pantai. Perkembangan biji mulai dari cangkang yang

berwarna hijau, kuning, coklat dan dipilih untuk biji yang masih berwarna

kuning. Semakin tua umur pohon kualitas biji cemara laut akan semakin

baik calon bibit yang akan tumbuh. Untuk pengembangan secara

vegetatif cabang yang mau dicangkok harus dipilih yang mengarah

keatas (autotorof).

Pengelolaan lahan marginal seperti pantai berpasir untuk

pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit cemara laut

yang berasal dari biji karena memiliki akar tunggang yang kuat dan

berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daun-daun cemara laut yang

berguguran tidak diambil untuk bahan bakar pembuatan gula kelapa,

tetapi dibiarkan tetap di lokasi agar terbentuk humus untuk menjaga

kelembaban lahan dan sumber bahan organik.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

68

Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013.

Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual

dapat dilihat pada Gambar 42 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan

pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi tahun 2013. Dalam

rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda

dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman (

Gambar 43). Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari

74,3% menjadi 65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei

2013) menjadi 11,8 cm (November 2013).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

69

Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh

Tahun 2013

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

70

B. Matinya Cemara Laut Di Pantai

a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat

1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani

maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut

merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan

manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut.

2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau

Kelompok Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat

kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat.

3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat

terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marginal jika

dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan faktor

penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat

ditanam dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral

biasa.

b. Kurangnya perawatan cemara laut

1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan

secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan

masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek

masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja.

2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain

untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk

kandang yang sudah matang dengan tingkat C/N <

1/3.(mineralisasi)

3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi

untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi

akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

71

c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai

1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garam-

garaman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman

muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38 oC

menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah.

2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak

maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali.

d. Tidak memperhatikan bulan penanaman

1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September

dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling

tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 oC.

2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan

termasuk rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang

stress mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang

ekstrim, tetapi setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3

bulan.

e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard

1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang

berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan

umur bibit 6 bulan sampai satu tahun.

2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan

dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat

membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit

tidak patah akarnya.

3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah

tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik.

4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada

disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

72

dibawah perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman

gamal.

f. Cara penanaman yang tidak tepat

1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang

cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan

menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat

terpaan angin laut.

2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik

untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap

mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur

hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi

sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran

3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah

mengandung penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar,

seperti terjadi pada pupuk kandang yang dibuat press block yang

belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk

kandang yang belum matang sebagai media yang baik untuk

pertumbuhan jamur yang akan merusak akar tanaman (Gambar

44 - 46).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

73

Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat serangan jamur dari

bahan pupuk kandang yang belum matang

Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan

menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

74

Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman

bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit, dll

D. Sosial Ekonomi

Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali

kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran

kelompok tani cukup tinggi, namun setelah ada persoalan intern

kelompok tani dan waktu jeda yang berkaitan dengan keproyekan maka

tingkat kehadiran rendah, hanya sekitar 30—40% dari jumlah anggota

kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah. Sosialisasi

dan pengalaman petani yang telah melakukan usaha tani di pantai pasir

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

75

pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain. Apalagi

terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TPDAS

IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai – Indonesia Bagian Barat). Hal tersebut mendorong

Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk bergabung dengan Kelompok

Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan tersebut, tingkat kehadiran

anggota kelompok tani meningkat menjadi 70—80% per pertemuan.

Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok makin meningkat. Kelompok

tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan baru bagi kegiatan

rehabilitasi lahan pantai. Apalagi dengan mengintegrasikan tanaman

tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata, wisata pantai, dan

ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan pendapatan maka akan

berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya ternak

selain akan meningkatkan pendapatan kelompok tani juga menyediakan

kotoran bahan baku pupuk yang bermanfaat untuk program rehabilitasi

lahan pantai.

Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah

partisipasi yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan

rehabilitasi lahan pantai dilakukan dengan sistem upahan, tetapi setelah

pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan

system insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil

diberikan anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk

setiap pekerjaan yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak

diupah lagi tetapi menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok

tani bersedia menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di

upah. Kelompok tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi

manfaat ekonomi bagi mereka. Kemudian dikembangkanlah sistem

dana bergulir untuk pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai

berpasir.

Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, rata-

rata per orang 10-15 kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap

manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam)

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

76

dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam). Deresan pagi dan sore

dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama

setengah jam dengan setengah batok kelapa. Perolehan hasil deresan

rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,-/kg dan harga di pasar

Rp.5.000,-/kg, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30

hari x 5 kg x Rp.3.500,- = Rp. 525.000,-. Kualitas kelapa deres lebih baik

pada musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas

menurun pada musim kemarau yaitu hanya 2-3 kg/hari sedangkan musim

penghujan 3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik

oranglain dengan sistem maro, dan milik otoritas wisata pantai dengan

cara minta ijin dengan Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp

1500,-. Sehingga untuk 20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa

sebanyak 20 pohon x Rp 1.500,- = Rp. 30.000,-.

Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang berasal

dari asli kelapa saja, putih untuk campuran gula pasir, dan basah untuk

kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum’at ada yasinan dari

rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir 20-30 orang

mulai jam 20.30 sampai 23.00 WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi.

Sementara itu khusus malam jum’at kliwon banyak pengunjung yang

datang dari luar kota yang datang ke tempat wisata (Punden/Makam)

dengan membayar secara sukarela, kepada Pak Manten Abdur Rachman

sebagai juru kunci.

D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai

Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim

mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung

wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun

semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan

anak sekolah (Gambar 47).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

77

a. Parkir b. Wawancara

c. Turis Lokal d. Rekreasi Keluarga Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan

Wisata Semakin Sejuk dan Indah

Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi

sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun

ke tahun. Sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata

Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 359.075.125,-

dengan kenaikan 56,7% (Gambar 48). Puncak kunjungan selalu pada saat

lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan

September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai

merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan

liburan saja.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

78

Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013

Jumlah pengunjung wisata tidak selalu selaras dengan pendapatan

obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis hanya

terkena satu parkiran kendaraan saja. Bagi mereka yang naik motor

maka akan meningkatkan total pendapatan wisata, karena setiap kepala

wajib bayar tiket masuk (Gambar 49).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

79

Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,

Kab. Kebumen Tahun 2011-2013

Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain

dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan

yang berlaku :

Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan

Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana

yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata

Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama

ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai.

Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai

berpasir.

Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada.

Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam

pengembangan lahan pantai berpasir.

Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan

prediksi persoalan yang timbul kedepan.

Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai

berpasir.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

80

E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin

Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan

nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga

kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama

pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah.

Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi

sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun

ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata

Rp.155,365,000 dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500

dengan kenaikan 63,7% (Gambar 50). Puncak kunjungan selalu pada saat

lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru

2011. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang

sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja.

Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September

2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,-

4054

1,511

11590

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

Bulan Pengamatan Tahun 2011

Pen

gu

nju

ng

(Jiw

a)

&

Park

ir(R

p.1

000,-

)

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Pem

asu

kan

Wis

ata

(R

p.1

000,-

)Pengunjung

Parkir

Pemasukan

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

81

F. Tingkat Adopsi Masyarakat

Tanaman semusim (hortikultura) yang pernah diperkenalkan oleh

BP2TPDAS telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir

(Gambar 51).

Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak

produktif setelah ada tanaman tanggul angina cemara laut dan

dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya dapat meningkat 3 kali

lipat dari tanah mineral biasa. Kondisi tersebut mengingat tanah pasir

bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam

tanah semakin membaik. Kondisi tanah pasir yang ekstrim panas maka

tidak ada gangguan hama penyakit atau gulma tanaman, dan mudah

dalam pengolahan lahan karena tanahnya ringan.

a.Kecil menanam b.Belajar di alam

c.Studi banding ke Bantul d.Cara menanam cemara

Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara

Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

82

Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,

Kecamatan sampai ke tingkat Desa dalam bentuk silaturahmi dengan

masyarakat dan para tokoh secara perorangan maupun kelompok harus

sering dilakukan. Silaturahmi ini dimaksudkan untuk meningkatkan

dalam rangka membangun hubungan kedekatan dengan masyarakat.

Frekuensi tinggal dan menginap di lokasi bagi para peneliti, teknisi dan

penyuluh yang cukup lama juga diperlukan untuk merekrut orang di

lokasi setempat yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat

lapangan. Pendekatan pada masyarakat dapat melalui : a.pelatihan di

kelas, b.pendampingan orang dewasa, c.pelatihan tempat terbuka,

d.pendampingan anak sekolah (Gambar 52).

a. Pelatihan di kelas b.Pendampingan orang dewasa

c.Pelatihan tempat terbuka d.Pendampingan anak sekolah

Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan

Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

83

Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir

secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari

yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rindang pada

saat ini (2013). Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan

adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai

(Gambar 53). Lokasi pantai berpasir di Karanggadung, Petanahan,

Kebumen sempat mendapatkan kunjungan dari Mentri Kehutanan

beserta para Dirjen dan Eselon I lainnya untuk meresmikan WANAGAMA

III pada tahun 2011 (Gambar 54).

SEBELUM ADA CEMARA LAUT (TAHUN 2005)

a.Lahan Pantai Tahun 2005 b.Jalan Pantai Tahun 2005

SESUDAH ADA TANAMAN CEMARA LAUT (2015)

c.Lahan Pantai Tahun 2015 d.Jalan Pantai Tahun 2015 Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah

Penghijauan dengan Cemara Laut

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

84

a. Kunjungan Mentri Kehutanan Dr. Zulkufli Hasan, SE.MM

b. Kunjungan Kepala Balitbang Kehutanan Dr. Tahrir Fathoni

Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri

Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen 18-12-2011

Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan

BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman

semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir

(Gambar 55).

Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak

produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan

dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat

dari pada tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir

bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam

tanah menjadi baik, tanah pasir yang selalu panas akan jauh dari

gangguan hama penyakit dan gulma.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

85

Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara

Studi banding di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas

Penjelasan Kepala Desa kepada Bapak dan Ibu Guru SD

Silaturahmi ke rumah-rumah warga

Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut

perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya

Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,

Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan

Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok

harus sering dilakukan (Gambar 56). Dalam rangka meningkatkan

hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi

tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk

merekrurt orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

86

Kerjasama dengan anggota Kelompok

Pertemuan Kelompok di Balai Desa

Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh

Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus

sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

87

VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN

A. Pemeliharaan Plot Penelitian

a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS,

yang mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut

sejak tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak

dari kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas

Kehutanan di Kebumen bekerja sama dengan UGM.

b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS

yang dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo

untuk lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar

masyarakat bisa tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu

oleh pengunjung dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat.

c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai

sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anak-

anak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir

dari tempat lain sebagai ajang studi banding.

d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang

pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke

kantor BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan

tentang tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman

Cemara laut di sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas

Kehutanan Cilacap dan Dinas Kehutanan Kebumen.

e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata

Pantai Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan

nyaman dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai

sekarang jumlah pengunjung selalu meningkat dan berdampak

pada pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa

Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

88

f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena

produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang

sebelumnya merupakan lahan marginal/gersang dan iklim yang

ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang

menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering.

g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat,

yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak

kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m

kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir

pantai atau garis pantai tertinggi.

h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan tanaman

penghalang atau tanggul angin cemara laut maka jika ada tsunami

atau air pasang dari lautan yang sangat tinggi maka tidak

langsung menghantam ke daerah pesisir.

i. Dengan adanya tanaman cemara laut proses abrasi yang dapat

mengakibatkan berkurangnya garis pantai karena ombak laut

selatan yang sangat besar akan dapat dicegah.

j. Dengan adanya cemara laut yang berdampak pada kondisi

lingkungan yang sejuk akan terjadi peningkatan pengunjung dan

perputakaran ekonomi. Perekonomian meningkat dengan adanya

sewa tikar, warung, parkir, musholla, sewa rumah dan MCK

(Mandi, Cuci, Kakus), sehingga kesejahteraan masyarakat

meningkat.

k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa

dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif

dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai

Karanggadung, Kec Petanahan.

l. Masyarakat yang dilibatkan merasa bersyukur dan senang karena

ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan pantai yang

tidak produktif/bermasalah/marginal menjadi lahan produktif.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

89

m. Anak-anak sekolah dasar merasa senang karena bermanfaat

dapat belajar di alam atau berfungsi sebagai laboratorium

lapangan. Dengan belajar langsung di lapangan maka pengenalan

tanaman dari cara menanam sampai pada proses pertumbuhan

dapat diamati secara langsung. Hal tersebut juga ditunjang oleh

antusias dari murid-murid SD (Sekolah Dasar) yang didukung oleh

semangat para guru dan kepala sekolah yang sangat tinggi.

B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman

Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai

Karanggadung, Petanahan telah memberi manfaat yang besar bagi

masyarakat sebagai perbandingan kondisi lahan pada saat sebelum ada

cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

90

Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai

SEBELUM SESUDAH

a. Aparat dan instansi terkait dari

Pemda Kabupaten, Kecamatan

sampai Desa tidak perduli dengan

keberadaan pantai yang gersang,

termasuk juga dari Polsek tidak

peduli dengan keamanan di laut

bagi para pengunjung wisata.

b. Masyarakat kurang tertarik dengan

lahan pantai yang gersang,

sehingga waktu diminta untuk

mengelola lahan tidak ada yang

mau walaupun diberi lahan secara

gratis

c. Pengunjung wisata kurang merasa

nyaman dengan ulah sebagian dari

masyarakat setempat yang sering

mabuk dan suka memalak

(meminta uang dengan paksa),

sehingga mempengaruhi jumlah

pengunjung yang semakin

menurun.

d. Semula nama Kelompok Tani (KT)

hanya sekedar nama, agar bisa

mendapatkan bantuan saprotan

dari pemerintah. Beberapa

bantuan yang diterima hanya

ditelantarkan atau kadang ada juga

yang segera dijual agar

mendapatkan uang secara cepat.

e. Semula kunjungan wisata

hanya difokuskan untuk nyepi di

Pandan Kuning sebagai

a. Aparat dan instansi terkait dari

Pemda lewat Dinas Kehutanan

Kebumen bekerja sama dengan

BPDAS SOP dan UGM mengem-

bangkan Cemara laut, dan Polsek

menempatkan aparatnya untuk pe-

ngamanan pantai dan pesisir pantai

b. Masyarakat mulai berebut lahan

untuk mengkapling lahan pantai

walau diminta untuk sewa tahunan

oleh kantor wisata sekalipun,

dengan sistem magersari bagi

pengelola lahan.

c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir

berangsur-angsur mulai berkurang,

dan sebagian besar sudah mau

bercocok tanam. Dengan semakin

banyaknya masyarakat yang mena-

nam, sehingga tidak ada lagi yang

suka memalak atau mengganggu

hasil pertanian pada saat panen.

d. Kelompok Tani sudah mantap

karena ada pendampingan dengan

pertemuan setiap awal bulan

malam kamis sehingga bantuan

terus mengalir seperti sapi kepada

KTT.Bhakti Usaha dan KT.Rukun

Makmur dengan bantuan bibit dan

pupuk.

e. Obyek Wisata menjadi bersih,

nyaman, sejuk dan pengunjung

semakin banyak berdatangan,

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

91

ngalap berkah untuk meminta

kekayaan secara cepat. Kunjungan

ngalap berkah ini membuat kondisi

wisata semakin gelap dan suasana

magis.

f. Masyarakat tidak berminat

melakukan pengelolaan lahan

Pantai Berpasir, karena mereka

menganggap lahan pantai tidak

produktif sama sekali. Jika diolah

pun akan membutuhkan input yang

sangat besar dan hasilnya tidak

seberapa, karena kondisi iklim yang

ekstrim, unsur hara yang rendah,

tanah yang miskin, dan adanya uap

garam-garaman

g. Penduduk semula mendirikan

rumah jauh dari pantai yang

berjarak > 2 km, Karena takut

kalau ada bencana tsunami,

angin putting beliung dan

pengaruh uap garam-garaman

yang menyebabkan segala

perkakas dari besi mudah rusak

atau karatan.

h. Para pengunjung atau pedagang

musiman dari luar kota jika mau

menginap menggunakan rumah-

rumah penduduk yang boleh

disewa selama liburan seperti hari

raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal

serta Tahun Baru).

sehingga dengan perlahan-lahan

kegiatan yang mengarah negatif

semakin berkurang atau hampir

menghilang, dan jadi lebih segar

menyenangkan dan barokah.

f. Pengelolaan Lahan Pantai semakin

bergairah dan bersaing dengan

para pendatang dari luar yang

berani menyewa lahan dengan

harga tinggi. Pada musim liburan

rumah-rumah penduduk laku

disewakan untuk menginap para

pengunjung atau para pedagang

musiman dari luar kota yang

berjualan atau membuka warung

makanan.

g. Sejak tahun 2010 penduduk mulai

banyak yang mendirikan rumah

dekat dengan pantai yang berjarak

kurang dari 1 km. Sebagian pendu-

duk mulai berani membangun

rumah permanen dari tembok,

sehingga akan meningkat-kan

harga tanah dan rumah di sekitar

pantai (pesisir).

h. Dalam waktu dekat pedagang

musiman luar kota akan dapat

menginap di Losmen atau Home

Stay yang mulai akan didirikan

seperti yang sudah banyak

dibangun penginapan bagi

pengunjung di pantai Glagah.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

92

VII. PENUTUP

Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara

lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 oC sampai 28 oC, dan

kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga

lingkungan wisata akan semakin nyaman dan sejuk. Dengan

meningkatnya kenyamanan wisata berdampak pada peningkatan

pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun

2010 sampai 2013. Disamping itu yang dulu kunjungan wisata

terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal

dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata

pada bulan-bulan lainnya.

Dengan adanya tanggul angin cemara laut dengan melibatkan

masyarakat dan anggota Kelompok Tani Pasir Makmur maka cemara laut

dapat terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar pesisir pantai ikut

menjaga dan mengawasi, serta mengamankan karena merasa memiliki

Cemara laut. Manfaat yang dapat dipetik dengan adanya cemara laut

maka lahan dibelakang dapat dibudidayakan untuk tanaman semusim

atau tanaman hortikultura dan hasilnya jauh lebih baik dari tanah mineral

biasa karena sedikit hama dan aerasi yang lebih baik. Dengan adanya

cemara laut maka iklim mikro semakin baik yaitu angin berkurang, uap

garam-garaman terhalang, suhu rendah, tempat rindang sehingga

nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Peningkatan

kenyaman dan keindahan lingkungan berdampak pada peningkatan

pengunjung wisata. Peningkatan pengunjung wisata dan ditambah

dengan produktivitas lahan yang membaik tentunya akan meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani Desa Karanggadung.

Dengan semakin rapatnya wind break dari cemara laut berdampak

pada tanaman di belakangnya tidak terganggu oleh adanya erosi angin,

uap garam-garaman, dan uap air yang tinggi, sebaliknya lahan berubah

menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan suhu menurun

serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang diperoleh dari

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

93

petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan berpasir

dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas tanah

yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah yang

mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand).

Kegiatan Pemeliharaan Plot-plot penelitian sangat penting sebagai

show windows dan sekaligus sebagai laboratorium lapangan, hal

tersebut karena penelitian yang berkaitan dengan tanaman keras

dibutuhkan waktu yang lama (>20 tahun). Disamping dapat dipakai

sebagai ruang unjuk prestasi untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan Balitbanghut dan dilaksanakan oleh BPTKPDAS Solo

kepada instansi lain. Plot penelitian tersebut dapat dipakai sebagai

laboratorium lapangan bagi para Pelajar atau Mahasiswa dan sebagai

tempat studi banding bagi para petani yang ada di daerah pesisir. Bagi

masyarakat sekitar pesisir yang semula kurang yakin bahwa lahan

marginal seperti pantai berpasir dapat dibudidayakan untuk tanaman

hortikultura, ternyata setelah ada tanaman tanggul angin cemara laut

hasilnya bisa lebih baik dibandingkan tanah mineral biasa.

Sebaiknya untuk plot-plot penelitian dapat diperluas pada daerah

lain yang tersebar terutama pada lahan-lahan yang sebelumnya

bermasalah, misalnya tanah masam gambut (Histosols), tanah tandus

dan berbatu (Entisols), tanah bekas letusan gunung berapi (Andisols),

tanah bekas tambang (kapur, feldspar, emas, batu bara), dll.

Pada pantai berlumpur biasa dikembangkan tanaman Mangrove

maka untuk pantai berpasir disarankan untuk dikembangkan tanaman

Cemara laut. Untuk sosialisasi teknik penanaman cemara laut di pantai

berpasir maka perlu dibuat Buku Pedoman Teknis Penanaman Cemara

Laut di Pantai Berpasir yang berjudul “CEMARA LAUT-MERUBAH LAHAN

MARGINAL MENJADI POTENSIAL”.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

94

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. & S. Purwanti. 2002. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil

Beberapa Varietas Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai. Agrivet.

6(2):107-118.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah

dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu

Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Balai Penelitian Tanah (BPT).2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air

dan Pupuk. Edisi 1. BalaiPenelitian Tanah,

BadanLitbangPertanian, DepartemenPertanian.

Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan

Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta.

Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong. 2009. Long-term manure

and fertilizer effects on soil organic matter fractions and

microbes under a wheat–maize cropping system in northern

china. Geoderma 149: 318 -324.

Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo,

2007. Laporan Hasil Proyek (LHP) ”Model Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah Pantai Berpasir”. DepHut, Balitbanghut, BPK

Solo.

Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di

pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun

2208. Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi

Alam (P3HKA). Bogor.

Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

95

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya.

Palembang.

Nugroho, A.W dan Sumardi. 2010. Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan

Cemara laut (Casuarina Equisetifolia Linn.) pada Gumuk Pasir

Pantai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII

No.4: 381-397, 2010

Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E. 2007. Tekhnis Perbanyakan

Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info

Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Pemuliaan Tanaman Hutan

Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo

Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di

Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian

untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi

Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.

Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif

Organik, Pupuk Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap

Tanaman Bawang Merah di Wilayah Pesisir Pantai Selatan DIY.

Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung

Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan

Ketahanan Pangan. Yogyakarta.

Sukresno, 1998. Laporan “Kajian Konservasi Tanah dan Air pada

Kawasan Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan

DIY. Dephut, Balitbanghut, BTPDAS. Solo.

Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000.

Pengembangan Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya

Tanaman Semusim di Pantai Selatan Yogyakarta. Prosiding

Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-

Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi

UGM. Yogyakarta.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

96

Sulastri, F. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan Mulsa

Jerami terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil

Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di

Kawasan Pantai Pandansari Bantul. Skripsi. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah

Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan.

Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan.

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

97

BIODATA PENULIS

Ir. Beny Harjadi, MSc., lahir di Surakarta, 17 Maret

1961, Pendidikan S1 dari Jurusan Ilmu-Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, IPB (Institut Pertanian

Bogor). Pendidikan terakhir S2 di ENGREF (École

Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst),

Jurusan Penginderaan Jauh Satelit,

Fak.Kehutanan, Montpellier, Perancis (1996),

Jabatan terakhir Peneliti Utama IVd, Bidang

08.01.04. Ilmu Lingkungan dan Pencemaran

Sumberdaya Lahan (Environment and Land Resources Pollution). Karier

peneliti sebagai pendamping expert New Zealand sebagai counterpart

survey ISDL, Penelitian terkait daerah tangkapan waduk wonogiri

meliputi DAS wiroko, DAS Temon, DAS Alang Unggahan dan DAS

Wuryantoro. Alamat kantor Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS).Jl. Ahmad

Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. (57102) Jawa Tengah, Telp/Fax :

0271–716709, 715969. E-mail: [email protected]. Alamat rumah :

Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho,

Sukoharjo, (57513) Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP :

081.22686657. E-mail : [email protected].

Agung Wahyu Nugroho, S.Hut, M.Sc Lahir di

Klaten, 17 Januari 1978. Pendidikan S1 jurusan

budidaya hutan (silvikultur) ditempuh di

FakultasKehutanan, UGM, Yogyakarta,

Indonesia (1996-2002); master of science dalam

bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM,

Yogyakarta, Indonesia (2007-2009). Jabatan

saat ini peneliti madya bidang Silvikultur pada

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

98

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS). Beberapa penelitian

yang pernah dilakukan antara lain: silvikultur jenis ulin

(Eusideroxylonzwageri) (2004-2007), rehabilitasi pantai Kebumen

(2007-2009), silvikultur jenis rotan jernang (Daemonoropsdraco) (2009-

2012), rehabilitasi lahan rawa gambut, peningkatan produktivitas

pohon penghasil gaharu, dan pengaturan optimalisasi lahan pola

agroforestri tanaman kehutanan dengan sawit, site manager penelitian

pembangunan kebun konservasi genetic ulin (Eusideroxylonzwageri)

kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan

Rehabilitasi Hutan (FORDA) dengan International Tropical Timber

Organization (ITTO Project PD 539/09 Rev. 1/F). Pernahsebagaiinvited

speaker dalam international seminar forests and medicinal plants for

better human welfare (2013). , pembangunan kebun konservasi jenis

plarar gunung (Dipterocarpusretusus) dan kalimasada

(Cordiasubcordata), model pengembangan rehabilitasi pantai, dan

rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng. Beberapa publikasi

terbitan prosiding nasional, prosiding internasional, dan jurnal

terakreditasi mengenai silvikultur jenis ulin, pembangunan plot

konservasi jenis ulin, silvikultur jenis rotan jernang, dan teknik

rehabilitasi pantai telah dihasilkan.

Arina Miardini,S.Hut, M.Sc. Lahir di Grobogan 5

September 1983, merupakan sarjana kehutanan

dari Fakultas Kehutanan Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor,

Master of Science pada Fakultas Geografi Program

Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan

DAS Universitas Gajah Mada. Jabatan saat ini

adalah Peneliti Muda bidang Ilmu tanah

Agroklimatologi dan Hidrologi pada Balai Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(BPPTPDAS). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain:

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

99

Neraca air, Optimalisasi luas hutan terhadap tata air, Mitigasi banjir dan

tanah longsor, Analisis erosi dan sedimentasi, Model rehabilitasi lahan

pantai berpasir, kerentanan hutan terhadap perubahan iklim dan cuaca

ekstrim, dan kajian degradasi lahan sebagai dasar pengelolaan banjir.

Publikasi yang dihasilkan berupa majalah, prosiding nasional, jurnal

terakreditasi mengenai pengelolaan lahan dan aplikasi penginderaan

jauh dan system informasi geografis.

Susi Abdiyani, S.Hut, M.Env. Mgmt., lahir di

Brebes 6 November 1979, merupakan sarjana

Kehutanan dari UGM dan S2 pada program

Environmental Management di Massey

University, New Zealand. Jabatan saat ini adalah

Peneliti Muda bidang Konservasi Sumber Daya

Hutan pada Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(BPPTPDAS). Beberapa kegiatan penelitian yang pernah diikuti antara

lain: Pengelolaan Kolaboratif Hutan Nusakambangan Menuju Hutan yang

Lestari dan Masyarakat Sejahtera sebagai pendamping masyarakat,

Investigasi Illegal Logging untuk mengekspose kerusakan hutan

Nusakambangan dan peran penduduk kampong laut dalam upaya

menghutankan kembali kawasan, Kajian Kriteria Dan Indikator

Penetapan Zona Taman Nasional Yang Berbobot Konservasi, Konservasi

Flora Langka Karimun, dan Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Terdegradasi dengan Jenis Lokal dengan focus pada aspek vegetasi

hutan, Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah pada Lahan

Pantai Berpasir, Rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng dan tata

kelola pemulihan DTA Rawa pening. Kursus pendek yang pernah diikuti

antara lain kursus Bahasa Inggris di Kadipaten (2007) dan Bogor (2008)

dengan dana dari Kementerian Kehutanan, kursus Plant Genetic

Resources and Seeds: Policies, conservation and use di India (2009) yang

dibiayai oleh Netherlands Fellowship Programmes (NFP).

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

100

Dona Octavia, S.Hut, M.Sc. Lahir di Padang, 28

Oktober 1976. Pendidikan S1 jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB dan

Pendidikan S2 Master of Science pada Program

Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Hutan

/bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM.

Jabatan terakhir peneliti muda IIId pada Pusat

Litbang Hutan di Bogor. Beberapa riset terkait

silvikultur dan agroforestri dalam rehabilitasi lahan telah dilakukan,

diantaranya Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir, Rehabilitasi Lahan

terdegradasi dengan Jenis Pohon Lokal, Rehabilitasi Hutan dan Lahan

secara Partisipatif dengan Sistem Agroforestri untuk Mendukung

Ketahanan Pangan, Efektivitas Rehabilitasi di Lahan Bekas Tambang

pada Hutan Pinjam Pakai Beberapa publikasi terkait konservasi dan

atau rehabilitasi lahan juga telah diterbitkan dalam jurnal nasional

terakreditasi, jurnal internasional, prosiding nasional dan internasional.

Alamat kantor: Pusat Litbang Hutan, Jl. Gunung Batu no.5, Bogor.

Email: [email protected]

Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial

101