9
1 Cekungan Barito Cekungan Barito merupakan cekungan yang berada di bagian tenggara Pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Cekungan Barito merupakan cekunagn dengan tipe Foreland Basin dan berumur tersier. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus yang merupakan zona suture (Satyana dan Silitonga,1994). Fisiografi Pulau Kalimantan. Cekungan ini memiliki suksesi tebal dari batuan sedimen yang tersingkap dengan basik sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito dibatasi oleh Kompleks Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan batuan granitik pluton berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada Utara berbatasan dengan tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona sesar Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito dari Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatasan dengan Kompleks Meratus. Batas ini mengh asilkan sabuk ophiolit, metamrf akibat subdu ksi, dan batuan tipe busur dengan rentang umur Jura hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut    Tenggara (Wakita dkk,1998). Kompleks ini yang juga membatasi Cekungan Barito dengan cekungan Asam-Asam yang berukuran lebih kecil dan juga Platform Patenosfer di Timurnya. Ada kemiripan tratigrafi diantar dua area ini sehingga diperkirakan dua cekungan ini pernah terhubung, membentuk depocentre tunggal selama Paleogen dan Awal Neogen, sebelum pengangkatan Meratus.

Cekungan barito

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stratigrafi cekungan barito kalimantan selatan

Citation preview

Cekungan BaritoCekungan Barito merupakan cekungan yang berada di bagian tenggara Pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Cekungan Barito merupakan cekunagn dengan tipe Foreland Basin dan berumur tersier. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus yang merupakan zona suture (Satyana dan Silitonga,1994).

Fisiografi Pulau Kalimantan.Cekungan ini memiliki suksesi tebal dari batuan sedimen yang tersingkap dengan basik sepanjang tepi cekungan sebelah timur. Cekungan barito dibatasi oleh Kompleks Schwaner di bagian Barat yang merupakan batuan metamorfik dan batuan granitik pluton berumur cretaceous dan juga batuan vulkanik. Pada Utara berbatasan dengan tinggian Barito (Moss, dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan dari trend zona sesar Adang yang menerus hingga ke darat. Tinggian ini yang memisahkan Cekungan Barito dari Cekungan Kutai. Pada bagian timur cekungan berbatasan dengan Kompleks Meratus. Batas ini menghasilkan sabuk ophiolit, metamrf akibat subduksi, dan batuan tipe busur dengan rentang umur Jura hingga Cretaceous yang tersingkap dengan trend Barat Laut Tenggara (Wakita dkk,1998). Kompleks ini yang juga membatasi Cekungan Barito dengan cekungan Asam-Asam yang berukuran lebih kecil dan juga Platform Patenosfer di Timurnya. Ada kemiripan tratigrafi diantar dua area ini sehingga diperkirakan dua cekungan ini pernah terhubung, membentuk depocentre tunggal selama Paleogen dan Awal Neogen, sebelum pengangkatan Meratus.

Geologi kenozoik dari Cekungan Barito dan Asem-Asem (Supriatna dkk,1994)Tektonik dan Stratigrafi RegionalKeadaan Tektonik dan Stratigrafi di Cekungan Barito secara umum dapat digambarkan dalam 4 fase (Satyana, dan Silitongan,1994) sebagai berikut :1. PreriftMerupakan fase komplek tektonik yang berpengaruh pada batuan dasar cekungan. Batuan dasar terleta di sepanjang Paparan Sunda, yang terususn oleh berbagai macam variasi litologi yang berasal dari sumber yang berbeda-beda yaitu batuan dasar dari kerak benua pada bagian Barat, zona akresi Mesozoic dan batuan Paleogen di bagianb barat. Tidak ditemukan referensi yang menjelaskan distribusi dari tipe batuan di bawah permukaan. Namun Gaffney dan Cline (1971) menyebutkan di bagian timur cekungan menunjukkan tipe batuan dari Barito-platform, hal ini yang menimnbukan spekulasi mengenai kontak dari dua tipe batuan dasar dan menerangkan batuan dasar tipe Meratus mengalami pensesaran.

2. SynriftTumbukan antara lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik bagian barat pada Eosen Tengah menyebabkan proses rifting pada Cekungan Barito (Daly, Hooper, dan Smith, 1987; Kusumam dan Darin 1989;Daly et al., 1991; van de Weerd and Armin, 1992). Fase synrift pada cekungan terjadi Paleosen-Eosen Tengah, yaitu pada pengendapan Formasi Tanjung bagian bawah. Formasi ini diendapakan langsung pada permukaan basement yang tidak rata akibat proses pemekaran.

3. PostriftSubsidence regional setelah pemekaran terjadi secara luas dari miosen tengah samapi awal miosen. Selama itu terjadi sedimentasu dari Fomasi Tanjung bagian Bawah, Tanjung bagian atas, dan Berai. Ketiga sedimen ini merupakan bagian dari transgressive system. Perubahan berbeda pada karekter sedimenter muncul pada batas antara sekuen synrift dan postrift. Pada section bawah, sedimentasi dibatasi oleh ketebalan yang cukup dan perubahan fasies yang mengindikasikan pengisian cekungan pada saat pemekaran. Sedangkan pada bagian atas sekuen, sedimen lebih dapat dikorelasikan secra regional, mengindikasikan berkurangnya pengaruh dari daerah horst dan graben yang tidak rata.

4. SyninversiPada pertengahan Miosen , fragmen benua Laut China Selatan bertumbukan dengan Kalimantan Utara yang menghasilkan tinggian Kuching terangkat. Pada saat yang sama, tumbukan pada lengan timur Sulawesi mengakhiri pemekaran Sleat Makassar dan mengangkat proto-Meratus. Kedua event tektonik mengawali inversi pada cekungan Barito. Inversi pada cekungan lebih kuat tergambar pada saat Pasif Margin barat laut Australia berumbukan dengan Sunda Trench dan Banda Firearc pada awal Pliosen dimana Inversi diakomodasi oleh sistem sesar mendatar, melalui Sulawesi(Daly, Hooper, and Smith, 1987; Letouzey, Werner, and Marty, 1990; Daly et al., 1991 dalam Satyana 1994). Tinggian Kuching yang terangkat meberikan sedimen yang mengisi cekungan, sedangkan Proto-Meratus Range memisahkan cekungan Barito dari laut terbuka di sebelah Timur yang menghasilkan karakteristik sedimen berganti dari siklus trangressive ke regressive.

Sayatan Sepanjang Cekungan Brito yang menunjukkan evolusi dari struktur inversi (Satyana dan Silitonga,1994)Stratigrafi dari Cekungan Barito terdiri dari batuan dasar yang diisi oleh sedimen berumur Paleocen dan umur yang lebih tua (Sikumbang,1986 dalam Satyana dan Silitonga 1994). Suksesi tersusun dari lima formasi yang merekam sebuah siklus transgressive ke regressive, yakni sebagai berikut1. Formasi Tanjung, berumur Eosen Tengah sampai Akhir Oligosen dan berumur paling tua dan diendapan pada lingkungan fluvio-tidal coastal sampai lingkungan tepi laut. Formasi ini menjadi banyak dipengaruhi oleh laut. Ketebalan formasi Tanjung bertambah menuju utara (Hashimoto,1973; Krol,1925; Siregar dan Sunaryo,1980 dalam Satyana 1994). Observasi ini menyebutkan bagian paling tebal dari formasi ini berada di posisi Pegunungan Meratus pada sekarang ini.a) Fasies Batupasir Atas terdiri dari batupasir terpilah buruk, bermassa dasar batupasir kuarsa berbutir kasar. Facies ini merupakan bagian paling bawah dari Formasi Tanjung yang diendapkan tidak selaras diatas batuan alas Para-Tersier. Di tepi barat Pegunungan Meratus, Facies Konglomerat lebih tebal dari yang di tepi timurnya. Di beberapa tempat ditemukan sisipan batupasir berbutir kasar dengan, yang memperlihatkan structure sedimen lapisan silang-siur berskala menengah..b) Facies Batupasir Bawah terdiri dari batupasir berbutir sedang sampai kasar setempat konglomeratan. Batupasir ini disusun terutama oleh butiran kuarsa dengan sedikit kepingan batuan vulkanik, rijang, dan feldspar Structure sedimennya adalah lapisan sejajar, lapisan silang-siur dan lapisan tersusun. c) Facies Batulempung Bawah terdiri dari batulempung berwarna kelabu (kecoklatan sampai kehitaman), dengan sisipan batubara dan batupasir.. Structure sedimen di dalam batulempung, yang terlihat berupa lapisan pejal, laminasi sejajar, setempat berlaminasi silang-siur. Batubara berwarna hitam mengkilap

2. Formasi Berai, tersusun dari batugamping yang mengandung foraminifera besar yang menunjukkan umur Oligosen-Miosen Awal. Fomasi Berai dibagi menjadi tiga bagian (Satyana,dkk.,1994) yaitu :a) Berai Bawah disusun oleh batulempung, dan napal. Diendapkan pada lingkungan paralic-neritik.b) Berai Tengah disusun oleh batugamping massfi yang diendapkan di lingkungan paparan (shelf)c) Berai Atas disusun oleh batulempung, napal, dan sisipan batugamping. Diendapkan di lingkungan Delta.

3. Formasi Warukin, batupasir kuarsa dan batulempung sisipan batubara, terendapkan di lingkungan fluviatil-delta, berumur Miocene Tengah sampai dengan Miocene Akhir. Formasi Warukin dapat dibagi menjadi tiga bagian (Satyana, 1994, 1995; Mason dkk,1993; Heriyanto dkk, 1996) yaitu :a) Warukin Bawah disusun oleh batupasir dengan batulempung gampingan dan lensa batugamping yang tipis. Diendapkan pada lingkungan Muka Delta-Dataran Deltab) Warukin Tengah disusun oleh batupasir, batulempung gampingan dan batubara. Diendapkan pada lingkungan Dataran Deltac) Warukin Bawah disusun oleh perlapisan batubara tebal, batulempung pada bagian atas, batupasir berlapis tipis, dan batulempung dengan lensa batubara tipis. Diendapkan pada lingungan Fluvial-Dataran Delta

4. Formasi Dahor, terdiri dari batupasir, batulempung, batubara dan lensa-lensa konglomerat. diendapkan tidak selaras diatas Formasi Warukin pada Mio-Pliosen, Formasi ini diendapkan di lingkungan paralik-lagunal.

Kolom stratigrafi Cekungan Barito yang menunjukkan formasi paleofasies dan kejadian tektonik (Satyana dan Silitonga,1994)

PotensiCekungan Barito memiliki potensi besar dalam hal penghasil Hidrokarbon yang secara umum dibagi menjadi hal berikut :a. Source RockHidrokarbon dihasilkan oleh dua tipe batuan induk dari Formasi Tanjung dan Formasi Warukin bagian bawah. Tipe kerogen formasi Warukin terdiri dari atulempung dan serpih yang kaya akan organik serta lapisan batubara tipis.diantara vitrinite (III) dan material organik amorph (I/II). Sedangkan batuan induk dari Formasi Tanjung terdiri dari batuan yang mirip , yaitu batulempung dan serpih serta batubara, namun dengan kerogen yang dodominasi vitrinite (III)b. ReservoarReservoar utama dari Cekungan Barito adalah batupasir berumur Awal sampai Tengah Eosen dan konglomerat dari Formasi Tanjung bagian bawah. Reservoar cekungan barito umumnya adalah sedimen klastik yang diendapkan di pro-delta, endapan delta pantai, shoreline barrier atau lingkungan channel. Batuan dasar pra tersier yang retak juga resevoir minyak di Lapangan Tanjung.c. SealFase post-rifting dari trangressi regional setelah deposisi sedimen pengisi fase sagging yang menghasilkan mudstone laut dangkal dar Formasi Tanjung Bagian atas. Batuan ini menjadi seal yang sangat efektif dari Formasi Tanjung bagian atas.d. Migrasi HidrokarbonInversi struktural yang terjadi di Awal Miosen dan sangat mempengaruh cekungan pada akhir Miosen sampai Pliosen telah menurunkan Batuan Induk dari Formasi Tanjung bagian bawah ke kedalaman dimana hidrokarbon dapat dihasilkan. Hidrokarbon yang bermigrasi terperangkap pada antiklin yang terbentuk selama inveri. Inversi Plio-Pleistosen juga menghasilkan jebakan baru atau merusak akumulasi hidrokarbon sebelumnya, sehingga hidrokarbon kembali bermigrasi dan terperangkap pada stuktru inversi yang lebih baru.

Daftar Pustaka

Anonim. Indonesia Basin Summaries. (2006): 95-103.Satyana, Awang Harun, dan Parada D. Silitonga. "Tectonic reversal in East Barito Basin, South Kalimantan: consideration of the types of inversion structures and petroleum system significance." (1994): 57-74.Witts, Duncan, dkk. "Stratigraphy and Sediment Provenance, Barito Basin, Southeast " (2011).Witts, Duncan, dkk. "A new depositional and provenance model for the Tanjung Formation, Barito Basin, SE Kalimantan, Indonesia."Journal of Asian Earth Sciences56 (2012): 77-104.4