2
Catatan Pertemuan Pendahuluan Tentang SDG dan IGI bersama stakeholders FSC di Indonesia Dilaksanakan pada 25 Februari 2014 di RM Gur ih 7 Bogor, jam 09.30-1 3.00. Chaired by Hartono Prabowo (FSC Indonesia Representative) Alan Purbawiyatna dan Hayu Wibawa (Bag. Pengembangan Sistem LEI) pada 25 Februari 2014 mengikuti Pertemuan Pendahuluan Tentang SDG dan IGI bersama FSC-Indonesia Representative. Hal-hal terkait pertemuan tersebut adalah: a. Tujuan pertemuan: mendapatkan masukan atas susunan SDG ( standard development group ), rencana kerja SDG dan draft International Generic Indicator  (IGI). b. Participant (yang saya ingat): FSC-certification bodies (CBs) di Indonesia (SGS, SCS, Soil Association, Double Hellix), TFT, WWF, TBI, Transparency International, APHI, MPI, Kahutindo, MarkAsia, Rain forest Alliance, dan anggota FSC dari Indonesia. Mohon maaf bila ada yang belum tercatat karena saya tidak memiliki copy daftar hadir. c. Adapun hasil-hasil dari pertemuan tersebut: 1) Forum sepakat bahwa Indonesia perlu national standard dan LEI sebagai SDG 2) Standard yang akan menjadi acuan untuk pengembangan national standard adalah FSC-IGI versi 2 yang akan ditetapkan pada Juni 2014 dan standard-standard yang diberlakukan di Indonesia yaitu Standard LEI dan standard hasil harmonisasi FSC-CBs di Indonesia. 3) Pendanaan akan didukung oleh WWF, FSC dan hasil fund rising LEI sebagai SDG. Untuk proses awal dapat menggunakan dana WWF dan FSC. 4) Susunan SDG terdiri dari: (a) chair/facilitator, (b) working group, (c) Expert panel, (d) Consultative forum: 5) Anggota working group terdiri dari 9 orang yang terdiri dari masing-masing 3 orang untuk setiap kamar (bisnis, social, lingkungan). 6) Expert panel: terdiri dari para ahli yang berfungsi untuk memberikan masukan bagi working group terkait standard yang dikembangkan. Expert panel dapat berasal dari FSC-CBs di Indonesia, Asosiasi, perwakilan kamar, akademisi, anggota FSC. 7) Consultative forum: stakeholders yang terpengaruh dengan adanya sertifikasi, termasuk pemerintah. Forum ini adalah tempat WG dan EP berkonsultasi dalam merumuskan standard nasional. 8) Proses SDG: dikomunikasikan intensif, consultative, transparan, tercatat, terencana. 9) Proses diserahkan kepada stakeholders nasional dalam SDG, tidak ada pendampingan khusus dari FSC untuk menjamin bahwa standard yang dihasilkan tidak akan ditolak oleh FSC. Namun selama proses SDG dapat berkomunikasi terus dengan PSU FSC (Policy and Standardization Unit). 10) Draft IGI tidak dibahas lagi karena waktunya sudah mepet (masukan tekahir Maret) dan ini sudah draft versi-2 sehingga perubahan tidak akan significant. 11) Nama-nama dalam SDG akan disusun LEI dengan memperhatikan keterwakilan masing-masing kamar dan usulan forum rapat tadi. 12) Nama-nama yang diusulkan untuk terlibat dalam working group: social (Dwi Rahmad Muhtaman, wakil dari AMAN dan Kahutindo ), lingkungan (Titiek Setyawati, individu yang memiliki spesialisasi  isu biodiversity, individu yang memiliki spesialisasi  isu konservasi tanah dan air ), bisnis (Taryanto mewakili APHR, dan usulan dari kamar bisnis yang belum bias ditentukan oleh Pak Purwadi ). 13) Proses perumusan national standard diharapkan selesai pada Juli 2015 agar pihak users dapat menyesuaikan diri sebelum diberlakukan IGI (bagi yang tidak memiliki national standard) pada Januari 2016. Dalam periode perumusan standard nasional tersebut akan terdapat 2 (dua) kali periode penerimaan masukan public yang masing-masing berdurasi 60 hari, jadi waktu efektif untuk desk work  dan field test  sekitar 12 bulan. 14) Pertemuan selanjutnya pada tanggal 20 Maret, dan dirahapkan sudah ada progress berupa susunan SDG, workplan dan budget sebagimana disyaratkan dalam prosedur aplikasi SDG yang harus ditempuh LEI. d. Hal-hal yang harus dilakukan LEI segera: 1) BP dan MPA merancang susunan personil SDG: chair/facilitator, working group, expert panel dan consultative forum. Diharapkan masing-masing kamar mengusulkan wakilnya yang akan bekerja pada masing-masing posisi tersebut di atas.

Catatan+Pertemuan+Pendahuluan+Tentang+SDG+Dan+IGI+ FSC IR

Embed Size (px)

Citation preview

  • Catatan Pertemuan Pendahuluan Tentang SDG dan IGI bersama stakeholders FSC di Indonesia Dilaksanakan pada 25 Februari 2014 di RM Gurih 7 Bogor, jam 09.30-13.00. Chaired by Hartono Prabowo (FSC Indonesia Representative)

    Alan Purbawiyatna dan Hayu Wibawa (Bag. Pengembangan Sistem LEI) pada 25 Februari 2014 mengikuti Pertemuan Pendahuluan Tentang SDG dan IGI bersama FSC-Indonesia Representative. Hal-hal terkait pertemuan tersebut adalah: a. Tujuan pertemuan: mendapatkan masukan atas susunan SDG (standard development group), rencana kerja

    SDG dan draft International Generic Indicator (IGI). b. Participant (yang saya ingat): FSC-certification bodies (CBs) di Indonesia (SGS, SCS, Soil Association, Double

    Hellix), TFT, WWF, TBI, Transparency International, APHI, MPI, Kahutindo, MarkAsia, Rain forest Alliance, dan anggota FSC dari Indonesia. Mohon maaf bila ada yang belum tercatat karena saya tidak memiliki copy daftar hadir.

    c. Adapun hasil-hasil dari pertemuan tersebut: 1) Forum sepakat bahwa Indonesia perlu national standard dan LEI sebagai SDG 2) Standard yang akan menjadi acuan untuk pengembangan national standard adalah FSC-IGI versi 2 yang

    akan ditetapkan pada Juni 2014 dan standard-standard yang diberlakukan di Indonesia yaitu Standard LEI dan standard hasil harmonisasi FSC-CBs di Indonesia.

    3) Pendanaan akan didukung oleh WWF, FSC dan hasil fund rising LEI sebagai SDG. Untuk proses awal dapat menggunakan dana WWF dan FSC.

    4) Susunan SDG terdiri dari: (a) chair/facilitator, (b) working group, (c) Expert panel, (d) Consultative forum: 5) Anggota working group terdiri dari 9 orang yang terdiri dari masing-masing 3 orang untuk setiap kamar

    (bisnis, social, lingkungan). 6) Expert panel: terdiri dari para ahli yang berfungsi untuk memberikan masukan bagi working group terkait

    standard yang dikembangkan. Expert panel dapat berasal dari FSC-CBs di Indonesia, Asosiasi, perwakilan kamar, akademisi, anggota FSC.

    7) Consultative forum: stakeholders yang terpengaruh dengan adanya sertifikasi, termasuk pemerintah. Forum ini adalah tempat WG dan EP berkonsultasi dalam merumuskan standard nasional.

    8) Proses SDG: dikomunikasikan intensif, consultative, transparan, tercatat, terencana. 9) Proses diserahkan kepada stakeholders nasional dalam SDG, tidak ada pendampingan khusus dari FSC

    untuk menjamin bahwa standard yang dihasilkan tidak akan ditolak oleh FSC. Namun selama proses SDG dapat berkomunikasi terus dengan PSU FSC (Policy and Standardization Unit).

    10) Draft IGI tidak dibahas lagi karena waktunya sudah mepet (masukan tekahir Maret) dan ini sudah draft versi-2 sehingga perubahan tidak akan significant.

    11) Nama-nama dalam SDG akan disusun LEI dengan memperhatikan keterwakilan masing-masing kamar dan usulan forum rapat tadi.

    12) Nama-nama yang diusulkan untuk terlibat dalam working group: social (Dwi Rahmad Muhtaman, wakil dari AMAN dan Kahutindo), lingkungan (Titiek Setyawati, individu yang memiliki spesialisasi isu biodiversity, individu yang memiliki spesialisasi isu konservasi tanah dan air), bisnis (Taryanto mewakili APHR, dan usulan dari kamar bisnis yang belum bias ditentukan oleh Pak Purwadi).

    13) Proses perumusan national standard diharapkan selesai pada Juli 2015 agar pihak users dapat menyesuaikan diri sebelum diberlakukan IGI (bagi yang tidak memiliki national standard) pada Januari 2016. Dalam periode perumusan standard nasional tersebut akan terdapat 2 (dua) kali periode penerimaan masukan public yang masing-masing berdurasi 60 hari, jadi waktu efektif untuk desk work dan field test sekitar 12 bulan.

    14) Pertemuan selanjutnya pada tanggal 20 Maret, dan dirahapkan sudah ada progress berupa susunan SDG, workplan dan budget sebagimana disyaratkan dalam prosedur aplikasi SDG yang harus ditempuh LEI.

    d. Hal-hal yang harus dilakukan LEI segera:

    1) BP dan MPA merancang susunan personil SDG: chair/facilitator, working group, expert panel dan consultative forum. Diharapkan masing-masing kamar mengusulkan wakilnya yang akan bekerja pada masing-masing posisi tersebut di atas.

  • 2) Menambah staf BP untuk melaksanakan proses ini, terutama untuk bagian komunikasi yang akan menjalankan komunikasi kepada seluruh konstituen LEI dan stakeholders FSC lainnya di tingkat nasional maupun internasional, serta staf lainnya untuk terlibat aktif dalam operasional SDG sehari-hari.

    3) Menyusun aplikasi SDG ke FSC yang diantaranya memuat susunan SDG, rencana kerja dan jadwal pencapaian target, pembiayaan.

    4) Mencari sumber pendanaan untuk menjalankan proses SDG. __________ Dicatat oleh: Alan Purbawiyatna, 25022014.