Upload
sabri
View
5
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
semoga bermanfaat
Citation preview
CASE
Disusun oleh:
Melisa
406148037
Pembimbing :
dr. Rismali Sp.A
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
RSPI Prof Dr Sulianti Saroso
Periode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan kuasa-Nya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “ “. Tugas laporan kasus ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara periode 31 Agustus 2015 – 7
November 2015 di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso serta agar dapat menambah
kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
- dr. Rismali Agus, Sp.A, sebagai pembimbing
- dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A
- dr. Dedet Hidayat, Sp.A
- dr. Sri Sulastri, Sp.A
- dr. Dewi Murniati, Sp.A
- dr. Ernie Setyawati, Sp.A
- dr. Desrinawati, Sp.A
Saya menyadari bahwa tugas laporan kasus ini jauh dari sempurna dan untuk
itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tugas case ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima
kasih.
Jakarta, September 2015
Penyusun
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 1
LATAR BELAKANG
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Lengkap : Melisa
NIM : 406148037
Periode : 31 Agustus 2015 – 7 November 2015
Pembimbing : dr. Rismali Agus, Sp.A
Topik :
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama : Islam
Alamat :
Pendidikan :
IDENTITAS ORANG TUA
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 2
Nama Ayah :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
Agama : Islam
Bangsa/ Suku : Jawa
Nama Ibu :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
Agama : Islam
Bangsa/ Suku : Jawa
Hubungan dengan orang tua : anak kandung.
ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pemeriksaan :
Diambil dari : Alloanamnesa (Ibu os)
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke IGD RSPI Sulianti Saroso dengan
keluhan kejang sejak 1 jam SMRS. Kejang berlangsung lebih kurang 1 menit,
dengan tangan dan kaki terbujur kaku, mata melirik ke kiri dan kanan.Setelah
sadar, os menangis.Kejang disertai demam tinggi (39°C), ibu pasien mengaku
bahwa pasien sudah mengalami demam tinggi sejak 6 hari SMRS.Demam muncul
hilang timbul dan dirasakan naik turun, dengan suhu yang semakin lama semakin
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 3
tinggi.Demam terutama di sore - malam hari, dan turun dengan obat penurun
panas, namun suhu tubuh naik kembali beberapa saat kemudian.Tidak ada batuk,
pilek, mual, muntah, dan pasien tidak pernah keluar kota 1 bulan terakhir.Pasien
tidak ada keluhan mimisan, gusi berdarah. Nafsu makan dan minum pasien
menurun semenjak sakit. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
keluhan.Pasien dalam pengobatan OAT bulan ke-4.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit jantung, alergi obat dan makanan, asma, dan trauma kepala.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.Tidak ada
riwayat asma, flek paru, kejang, alergi obat & makanan dalam keluarga.
RIWAYAT PERSALINAN
Bayi perempuan lahir dari ibu G1P1A0 dengan masa gestasi cukup bulan,
secara spontan, ditolong oleh bidan.Bayi lahir langsung menangis keras dengan
berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 49 cm.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir spontan.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PEMERIKSAAN PRENATAL
Ibu memeriksakan kehamilan di puskesmas secara teratur kurang lebih
setiap bulannya selama masa kehamilan.Riwayat penyakit, riwayat perdarahan,
riwayat trauma dan riwayat konsumsi obat-obatan serta jamu disangkalnya.Ibu
mengaku hanya mengkonsumsi vitamin yang dianjurkan bidan selama kehamilan.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien telah menjalani imunisasi yang
lengkap sesuai dengan jadwal.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 4
Imunisasi dasar Umur
Hepatitis B 0 0 bulan
BCG, Polio 1 1 bulan
DPT/HB 1, Polio 2 2 bulan
DPT/HB 2, Polio 3 3 bulan
DPT/HB 3, Polio 4 4 bulan
Campak 9 bulan
RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien sering memeriksakan pasien ke posyandu dan mengaku setiap
pemeriksaan, berat badan dan panjang badan pasien selalu bertambah.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan
Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)
Psikomotor :
Tengkurap : lupa
Duduk : lupa
Berdiri sendiri : 10 bulan
Berjalan :18 bulan
Berbicara : ibu bapak saat 12 bulan
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
ASI diberikan sampai usia anak 10 bulan serta diberikan tambahan berupa
susu formula sejak 3 bulan hingga saat ini.
Umur
(bulan)
ASI P.A.S.I
(Susu
Formula
SGM)
Buah /
bubur
susu
Nasi tim Makanan
keluarga
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 5
0-2 √ -
2-6 √ √
6-8 √ √ √
8-10 √ √ √ √
10-12 - √ √
12-24 - √ √
Jenis makanan Frekuensi
Nasi 3x/hari
Sayur Sering hampir setiap hari
Daging Jarang
Ikan Sering
Telur Sering
Tempe / tahu Jarang (tidak suka)
Susu Setiap hari
Kesan : kuantitas dan kualitas makanan saat ini cukup baik.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama. Ayah bernama Tn. Arvan, 31 tahun, dan
ibu bernama Ny. Suci, 29 tahun. Ayah dan ibu bekerja sebagai karyawan swasta
dengan penghasilan 2 juta perbulan.
DATA PERUMAHAN
Pasien tinggal di Kampung Bahari bersama kedua orang tua di rumah
tingkat satu yang berukuran 6 m x 5 m, dengan 1 kamar mandi dan 1 kamar
tidur.Rumah cukup ventilasi dan pencahayaan.Keadaan lingkungan rumah padat.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 6
Dilakukan di IGD pada tanggal 29 Juli 2015 pukul 17.00 WIB
Kesan Umum :Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
Tanda Vital :
Suhu : 38,8oC
Nadi : 126x/menit, regular, isi cukup
Laju Nafas : 38x/menit, abdomino-thoracal
Data Antropometri :
Anak perempuan usia : 1 tahun 10 bulan
Berat badan : 11 kg
Panjang badan : 80 cm
IMT : 17,2 kg/m2
Status gizi : gizi baik
Pemeriksaan pada tanggal 29 Juli 2015 saat pasien datang ke IGD
S :Demam (+) hari ke-6. Demam muncul hilang timbul dan dirasakan naik turun,
dengan suhu yang semakin lama semakin tinggi.Demam terutama di sore - malam
hari, dan turun dengan obat penurun panas, namun suhu tubuh naik kembali
beberapa saat kemudian.kejang(+) 1jam SMRS. Kejang berlangsung lebih kurang
1 menit, dengan tangan dan kaki terbujur kaku, mata melirik ke kiri dan
kanan.Setelah sadar, os menangis Batuk (-), pilek (-), nyeri perut (-), kembung
(+), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun.BAB dan BAK (+) tidak ada
keluhan.
O:
Suhu : 38,8oC
Nadi : 126x/menit, regular, isi cukup
Laju Nafas : 38x/menit, abdomino-thoracal
Status Internus :
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 7
Kepala : normocephali, tidak teraba benjolan, tidak ada kelainan di
kulit kepala, ubun-ubun besar datar.
Rambut : hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : kedudukan bola mata simetris, edema periorbital (-/-),
conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter
+/- 3mm, reflex cahaya (+/+)
Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (-/-)
Telinga : bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, sekret
(-/-), serumen (-/-), nyeri tekan aurikel (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis perioral (-), sariawan (-), lidah kotor(-),
faring hiperemis (-), sekret (-), tonsil tenang tidak hiperemis
Leher : simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
Thorax : dinding thorax normal dan simetris
Cor :
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCLS
o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
o Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris kanan-kiri saat
inspirasi dan ekspirasi, retraksi dinding dada (-)
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi : datar
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hepar dan lien tidak
teraba membesar
o Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen
o Auskultasi : bising usus (+) normal
Kulit : turgor kembali cepat
Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 8
Anorektal : tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I dan II : (-)
Kerniq : (-)
Laseque : (-)
Reflek fisiologis
Biceps : +/+ normal
Triceps: +/+ normal
Patella : +/+ normal
Tumit : +/+ normal
Reflek patologis: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal 29 Juli 2015 saat di IGD
Hematologi Nilai Nilai normal
Leukosit 27,2 6,0 – 17,0 ribu/uL
Eritrosit 3,90 3,60 – 5,20 juta/uL
Hb 9,7 10,7 – 12,8 g/dL
Ht 29 35 – 43 %
Trombosit 247 229 – 553 ribu/uL
MCV 75 73 – 101 fL
MCH 25 23 – 31 pq
MCHC 33 26 – 34 g/dL
Glukosa sewaktu 141 74-106 mg/dl
Serologi
DHF/ Dengue IgM (-)/negatif Negatif
DHF/ Dengue IgG (-)/negatif Negatif
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 9
A: Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
P: IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth
Diazepam PO 3x2mg
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 10
RIWAYAT RAWAT INAP
Tanggal 30/7/2015 (Rawat hari-1, sakit hari -7) pk 08.00
S : Demam (+) hari ke-7 naik turun sejak kemarin malam, pagi ini kejang
(-),batuk (-), pilek (-), nyeri perut (-), kembung (+), mual (-), muntah (-), nafsu
makan menurun. BAB cair 6x sejak kemarin malam sampai pagi ini, ampas (+),
lendir (+), darah (-),warna kuning kecoklatan. BAK (+) tidak ada keluhan.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 136 x/menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 38,6oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (+), bagian dalam tidak dapat dinilai karena
os tidak mau membuka mulut.
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani,BU (+) meningkat, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
P : IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg hari ke-2
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg
L-Bio 2x1 sachet
Diet makanan lunak
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 11
Hasil laboratorium 30/7/2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
URINALISA
Berat Jenis 1.025 1.015 – 1.025 10^3/µL
pH 6,5 4,8 - 7,4 10^6/µL
Lekosit Esterase - Negatif /µL
Nitrit - Negatif
Albumin - Negatif mg/dL
Glukosa - Negatif mg/dL
Keton - Negatif mg/dL
Urobilinogen + < = 1 mg/dL
Bilirubin - Negatif mg/dL
Darah (Blood) - Negatif /dL
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
SEDIMEN MIKROSKOPIS
Eritrosit 1 < 3 /µL
Lekosit 1 Negatif /µL
Silinder - 0 - 1 /LPK
Epitel + Negatif
Bakteri - Negatif
Kristal - Negatif
MAKROSKOPIS
Warna Kuning - -
Kejernihan Jernih - -
Lain - lain - - -
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 12
Hasil laboratorium 30/7/2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
PARASITOLOGI --
MAKROSKOPIS
Warna Kuning - -
Konsistensi Cair - -
Lendir - - -
Darah - - -
MIKROSKOPIS
Sisa Pencernaan - - -
Lemak + - -
Karbohidrat - - -
Serat – serat - - -
Lekosit 2 0 – 2
Eritrosit - 0 – 2
Parasit - Negatif
Telur cacing - Negatif
Jamur + / POSITIF Negatif
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 13
Tanggal 31/7/2015 (Rawat hari-2, sakit hari -8) pk 08.00
S : Demam (+) hari ke-8 naik turun, kejang (-),batuk (+) kadang-kadang,
dahak (+),namun tidak bias dikeluarkan, pilek (-), nyeri perut (-), kembung (+),
mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun. BAB cair5-6x ganti pempers penuh,
ampas (+), lendir (+), darah (-), warna kuning kecoklatan. BAK (+) tidak ada
keluhan.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 140 x/menit
RR : 40 x/menit
Suhu : 38,5oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (+), mukosa merah muda, faring hiperemis
(-), lidah kotor (-),oral thrush (+)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) meningkat, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : -Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
-Gastroenteritis e/c oral candidiasis
P : IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg hari ke-3
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
L-Bio 2x1 sachet
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Diet makanan lunak
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 14
Tanggal 1/8/2015 (Rawat hari-3, sakit hari -9) pk 07.30
S : Os masih demam (+) hari ke-9 naik turun, kejang (-), batuk (+), pilek (-),
nyeri perut (-), kembung (+), mual (-), muntah (-). BAB cair6x, ampas (+), lendir
(+), darah (-), warna kuning kecoklatan. BAK (+) tidak ada keluhan.Nafsu makan
masih menurun.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 120 x/menit
RR : 36 x/menit
Suhu : 38,5oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-),mukosa merah muda, faring hiperemis
(-),lidah kotor (-),oral thrush (+)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) meningkat, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : -Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
-Gastroenteritis e/c oral candidiasis
P : IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg hari ke-4
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
L-Bio 2x1 sachet
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Diet makanan lunak
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 15
Hasil laboratorium 1/8/2015 pk11.06
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 9,8 6,0-17,0 10^3/µL
Eritrosit 4,16 3,60 – 5,20 10^6/µL
Hemoglobin 10,2 10,7 – 12,8 g/dL
Hematokrit 31 35 - 43 %
Trombosit 260 217 – 497 10^3/µL
M.C.V 74 73-101 fL
M.C.H 25 23 – 31 pg
M.C.H.C 33 26-34 g/dL
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 16
Tanggal 2/8/2015 (Rawat hari-4, sakit hari -10) pk 07.30
S : Os masih demam (+) hari ke-10 naik turun, kejang (-), batuk (-), pilek (-),
nyeri perut (-), kembung (-), mual (-), muntah (-). BAB mulai padat,3x, ampas
(+), lendir (-), darah (-), warna kuning kecoklatan. BAK (+) tidak ada
keluhan.Nafsu makan mulai baik.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 106 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 38,6oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-),mukosa merah muda, faring hiperemis
(-), lidah kotor (-), oral thrush (+) minimal
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : -Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
-Gastroenteritis e/c oral candidiasis
P : IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg hari ke-5
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
L-Bio 2x1 sachet
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Diet makanan lunak
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 17
Hasil laboratorium 2/8/2015 pk11.25
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 9,5 6,0-17,0 10^3/µL
Eritrosit 3,94 3,60 – 5,20 10^6/µL
Hemoglobin 9,8 10,7 – 12,8 g/dL
Hematokrit 30 35 - 43 %
Trombosit 284 217 – 497 10^3/µL
M.C.V 75 73-101 fL
M.C.H 25 23 – 31 pg
M.C.H.C 33 26-34 g/dL
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 18
Tanggal 3/8/2015 (Rawat hari-5, sakit hari -11) pk 07.30
S : Os masih demam (+) hari ke-11 naik turun, kejang (-), batuk (-), pilek (-),
nyeri perut (-), kembung (-), mual (-), muntah (-). BAB mulai padat,1x kemaren
sore, ampas (+), lendir (-), darah (-), warna kuning kecoklatan. BAK (+) tidak ada
keluhan.Nafsu makan baik.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 136 x/menit
RR : 36 x/menit
Suhu : 37,3oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-),mukosa merah muda, faring hiperemis
(-), lidah kotor (-) oral thrush (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : -Observasi febris konvulsi (kejang demam sederhana)
-Gastroenteritis e/c oral candidiasis perbaikan
P : IVFD RL 30 cc/jam
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
L-Bio 2x1 sachet
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Diet makanan lunak
Cek lab Leptospira
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 19
( Konsul ke dr. Sri Sulastri, Sp.A advis : Cek DR, IgM Salmonella, kultur
darah)
Hasil laboratorium 3/8/2015 pk12.32
Serologi
Hasil Nilai normal
Salmonella typhi IgM + -
Leptospira IgM - -
Leptospira IgG - -
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 20
Tanggal 4/8/2015 (Rawat hari-6, sakit hari -12) pk 08.30
S : Demam (-) sejak tadi pagi, kejang (-), batuk (-), pilek (-), nyeri perut (-),
kembung (-), mual (-), muntah (-). BAB baik, 1x pagi ini, dan BAK (+) tidak ada
keluhan.Nafsu makan baik.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 102 x/menit
RR : 36 x/menit
Suhu : 37,1oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-),mukosa merah muda, faring hiperemis
(-), lidah kotor (-) oral thrush (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : -Kejang demam sederhana e/c demam tifoid
-Gastroenteritis e/c oral candidiasis sudah baik
P : Biothicol syr PO 3 x 1 ½ Cth
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Diet makanan lunak
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 21
Hasil laboratorium 4/8/2015 pk12.10
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 9,4 6,0-17,0 10^3/µL
Eritrosit 4,29 3,60 – 5,20 10^6/µL
Hemoglobin 10,6 10,7 – 12,8 g/dL
Hematokrit 33 35 - 43 %
Trombosit 399 217 – 497 10^3/µL
M.C.V 76 73-101 fL
M.C.H 25 23 – 31 pg
M.C.H.C 33 26-34 g/dL
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 22
Tanggal 5/8/2015 (Rawat hari-7, sakit hari -13) pk 08.00
S : Demam (-) sejak kemarin, kejang (-), batuk (+) kadang-kadang dahak (+) tapi
susah dikeluarkan, pilek (-), nyeri perut (-), kembung (-), mual (-), muntah (-).
BAB baik, 1x kemarin malam, dan BAK (+) tidak ada keluhan.Nafsu makan baik.
O : KU / KES : TSS / CM
Nadi : 122 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 36,2oC
Mata : CA - / -, SI - / -
Hidung : sekret - / - , nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-),mukosa merah muda, faring hiperemis
(-), lidah kotor (-) oral thrush (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SDV + / +, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, NT (-), turgor
kembali cepat. Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : akral hangat (+) , edem (-), CRT<2”
Kulit : turgor kembali cepat
A : Kejang demam sederhana e/c demam tifoid perbaikan
P : Biothicol syr PO 3 x 1 ½ Cth
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38oC
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Ambroxol syr 3 x ½ Cth
Diet makanan lunak
(Pasien boleh pulang)
RESUME
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 23
Telah diperiksa seorang anak perempuan dengan usia 1 tahun 10 bulan,
dari anamnesa didapat:
Kejang sejak 1 jam SMRS. Kejang berlangsung lebih kurang 1 menit,
dengan tangan dan kaki terbujur kaku, mata melirik ke kiri dan kanan.
Setelah sadar, os menangis. Kejang disertai demam tinggi (39°C)
Demam tinggi sejak 6 hari SMRS. Demam muncul hilang timbul dan
dirasakan naik turun, dengan suhu yang semakin lama semakin tinggi.
Demam terutama di sore - malam hari, dan turun dengan obat penurun
panas, namun suhu tubuh naik kembali beberapa saat kemudian.
Tidak ada batuk, pilek, mual, muntah.
Pasien tidak ada keluhan mimisan, gusi berdarah.
Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Nafsu makan dan minum pasien menurun semenjak sakit.
Pasien dalam pengobatan OAT bulan ke-4.
Pasien tidak pernah keluar kota 1 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang;
kesadaran compos mentis; tanda-tanda vital frekuensi nadi 126 kali/menit,
reguler, isi cukup, kuat angkat; suhu 38,80C (aksila); frekuensi nafas 38x/menit,
sifat torakoabdominal; mata: konjungtiva anemis (-)/(-); mulut: bibir kering(+),
oral thrush (+), lidah kotor (-) ; paru-paru dan jantung dalam batas normal;
abdomen: kontur datar, BU (+) meningkat, timpani, supel, tidak ada nyeri tekan,
hepar dan lien tidak teraba; ekstremitas : oedem (-), akral hangat, CRT<2s ; kulit:
turgor kulit cukup.Status gizi: gizi baik.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan:
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 24
Tanggal Jam Leukosi
t
Hb Ht Lain-lain
29Juli
2015
17.00 27,2 9,7 29 GDS: 141
30 Juli
2015
13:01 - - - Feses : Jamur (+)
1 Agustus
2015
11:06 9,8 10,2 31
2 Agustus
2015
11:25 9,5 9,8 30
3 Agustus
2015
12:32 - - - IgM Salmonella typhi
(+)
4 Agustus
2015
12:10 9,4 10,6 333
Diagnosa Utama : Kejang demam sederhana e/c demam tifoid
Diagnosa Banding : -
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Asupan makanan dan minuman yang adekuat (Diet makanan lunak)
Jika demam dikompres
Medikamentosa :
IVFD RL 30 cc/jam
Ceftriaxon IV 2x500mg sampai hari ke-5 (2/8/2015) 4/8/2015
Biothicol syr PO 3 x 1 ½ Cth
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth prn suhu ≥38 oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu ≥38 oC
L-Bio 2x1 sachet
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 25
Kandisatatin 4 x 1 ml
OAT (INH dan Rifampisin 1x1)
Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad funtionam : ad bonam
Ad sanationam :dubia ad bonam
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 26
ANALISA KASUS
Kejang Demam1,2
Teori Kasus
Kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°C) yang
disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.1 Kejang demam terjadi
pada 2-4% anak berumur 6 bulan-
5tahun.1
Pasien berusia 1 tahun 10 bulan
mengalami kejang saat suhu tubuh
(aksila) 39°C. Hasil pemeriksaan
neurologis pada pasien dalam batas
normal. Pada pasien ini terjadi infeksi
saluran pencernaan oleh Salmonella
typhi demam tifoid.
Kejang demam sederhana adalah
kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum(tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal), serta tidak
berulang dalam 24 jam.2
Kejang berlangsung kurang lebih 1
menit, dengan tangan dan kaki terbujur
kaku, mata melirik ke kiri dan kanan.
Tidak berulang dalam 24 jam.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk mencari penyebab demam /
kejang, seperti:
-Darah rutin
-Gula darah
-Elektrolit
-Urin lengkap
-Feses lengkap
-Punksi lumbal
-Ct-Scan / MRI kepala
-Pemeriksaan serologi untuk
menentukan penyebab demam
Pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien:
-Darah rutin
-Gula darah
-Urin lengkap
-Feses lengkap
- IgM dan IgG anti Dengue
-IgM Salmonella
- IgM dan IgG Leptospira
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 27
Tatalaksana profilaksis pada saat demam
Antipiretik
Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali dapat
diberikan 3-4x sehari bila demam atau
ibuproven 5-10mg/kgBB/kali, 3-4kali
sehari.
Anti kejang
Diazepam rektal 0,5mg/kgBB setiap 8
jam atau diazepam oral 0,3mg/kgBB
setiap 8 jam pada saat suhu tubuh
≥38°C.
Pasien diberi:
IVFD RL 30 cc/jam
Paracetamol syr PO 3x 1 Cth
prn suhu ≥38 oC
Diazepam PO 3x2mg prn suhu
≥38 oC
Indikasi rawat
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia dibawah 6 bulan
- Kejang demam pertama kali
- Terdapat kelainan neurologis
Pasien mengalami kejang demam yang
pertama kali. Selain itu, intake makan
dan minum pasien sulit.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 28
Demam Tifoid2,3,4
Teori Kasus
Epidemiologi
Demam tifoid merupakan masalah
kesehatan di negara berkembang.
Diperkirakan angka kejadian
900/100.000/tahun di Asia. Indonesia
merupakan salah satu negara endemis
tifoid dengan 91% kasusnya terjadi
pada anak usia 3-19 tahun.
Pasien tinggal di Indonesia yang
merupakan negara endemis tifoid.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh
Salmonella typhi, bakteri gram negatif.
Penularan Salmonella typhi sebagian
besar melalui minuman / makanan
yang tercemar oleh kuman.
Pada kasus, pasien tidak ada riwayat
suka jajan atau makan makanan
sembarangan. Makanan pasien dimasak
oleh ibu pasien.
Gejala klinik
Demam tifoid dipertimbangkan jika
demam lebih dari 7 hari. Demam tifoid
merupakan demamstep–ladder–
temperature–chart yang ditandai
dengan demam timbul insidius,
kemudian naik secara bertahap tiap
harinya dan mencapai titik tertinggi
pada akhir minggu pertama, setelah itu
demam akan bertahan tinggi dan pada
minggu ke-4 demam turun perlahan
secara lisis.
Ibu os mengatakan os mengalami
demam sejak 6 hari SMRS.Demam
muncul hilang timbul dan dirasakan
naik turun, dengan suhu yang semakin
lama semakin tinggi.
Pada pasien dengan demam tifoid,
banyak dilaporkan bahwa demam lebih
tinggi saat sore dan malam hari,
Pasien mengalami demam naik turun,
dirasakan lebih tinggi saat sore
menjelang malam hari dan turun
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 29
dibandingkan dengan pagi harinya. menjelang pagi hari.
Nyeri kepala
Malaise
Anoreksia
Nausea
Muntah
Myalgia
Nyeri perut
Kembung
Gejala gastrointestinal, pada kasus
demam tifoid sangat bervariasi.
Pasien dapat mengeluh diare,
obstipasi, atau obstipasi kemudian
disusul episode diare.
Nyeri kepala (-)
Os tampak lemah
Riwayat nafsu makan menurun
sejak sakit
Nausea dan muntah (-)
Myalgia (-)
Nyeri perut (-)
Kembung (+)
Os BAB dengan konsistensi cair
pada hari ke-1 sampai hari ke-4
rawat inap, frekuensi 5-6x/hari,
warna kuning coklat ampas (+),
lendir (+), dan darah(-).
Pemeriksaan Fisik
-Kondisi anak tampak jelas sakit dan
lemah
-Lidah tampak kotor dengan putih di
tengah, sedangkan tepi dan ujungnya
kemerahan
-Hepatomegali
-Spenomegali
-Bradikardi relatif
-Rose spot
-Pasien jelas tampak sakit dan lemah.
-Pada pasien tidak ditemukan lidah
kotor maupun hepatosplenomegali.
-Hepatomegali (-)
-Spenomegali(-)
-Bradikardi relatif(-)
-Rose spot (-)
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa demam
tifoid, gold standar pemeriksaan adalah
ditemukannya S.typhi dari kultur
(darah, sum sum tulang, urin, feses).
Darah tepi : leukopenia, eosinophilia,
Pemeriksaan yang bermakna pada
pasien:
Darah tepi : anemia
Serologi : IgM Salmonella (+)
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 30
trombositopenia, anemia
Serologi :
-IgM Salmonella (+)
-Tes Widal (+) bila titer O aglutinin ≥
1/200 atau pada titer sepasang terjadi
kenaikan 4 kali
Tatalaksana2
DOC 1stline : kloramfenikol 50-
100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO / IV
selama 10-14 hari.
DOC2nd line : amoksisilin
100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO
selama 10 hari atau kotrimoksazol
6mg/kg/hari PO selama 10 hari
Jika klinis tidak ada perbaikan
seftriakson 80mg/kg/hari dibagi 1-2
dosis, IM/IV, selama 5 hari atau
sefiksim 10mg/kg/hari dibagi 2 dosis
selama 10 hari.
Pada pasien diberi :
Ceftriaxon IV 2x500mg sampai hari
ke-5 (2/8/2015) 4/8/2015
Biothicol syr PO 3 x 1 ½ Cth
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 31
KESIMPULAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5tahun.Kejang demam
dapat dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi dengan manifestasi klinis berupa demam,
gangguan pencernaan, dan dapat pula mengakibatkan gangguan kesadaran.Pada
os ini terjadi demam yang semakin hari semakin tinggi, dirasakan lebih tinggi saat
sore menjelang malam hari dan turun menjelang pagi hari. Os juga mengalami
gangguan pencernaan yang berupa diare.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 32
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5tahun.1. Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam.1Kejang disertai demam pada bayi <1 bulan tidak
termasuk kejang demam.2Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya
infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.1
Klasifikasi
Kejang demam dapat dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, bersifat umum (tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal), serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri berikut:1,2
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam.1Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi,
atau kejang umum yang didahului kejang parsial.Kejang berulang adalah kejang 2
kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang
berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.
Penyebab kejang demam
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 33
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu:2
1. Imaturitas otak dan termoregulator
2. Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat. Penyebab demam
pada kejang demam biasanya berupa infeksi saluran pencernaan,
infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, pasca imunisasi.
3. Predisposisi genetik >7 lokus kromosom (poligenik, autosomal
dominan)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis, dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit,gula darah, urinalisis, biakan urin atau feses.2
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6%-6,7%.1Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny-
ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:2
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin dilakukan
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam.Oleh karenanya tidak direkomendasikan.Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya:
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti:
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 34
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan
adanya lesi otak.
2. Tanda peningkatan tekanan intracranial (UUB cembung,kesadaran
menurun, muntah berulang, parese N.VI, papil edem).
Penatalaksanaan kejang demam
-penatalaksanaan saat kejang
-pemberian obat pada saat demam
-pemberian obat rumatan
Penatalaksanaansaat kejang2
Diberikan segera pada saat kejang terjadi diazepam per rektal 0,3-0,5mg/kg
atau 5mg untuk BB<10kg, 10mg untuk BB>10kg.
Pemberian obat pada saat demam2
Untuk mencegah terjadinya kejang demam pada saat demam, perlu diberikan:
1. Antipiretik
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 35
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 –15
mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10
mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.
2. Anti kejang
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demammenurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 °C.
Pemberian terapi rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):1
1. Kejang lama > 15 menit.
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
• Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
• kejang demam >4 kali per tahun
Terapi rumatan : fenobarbital atau asam valproat. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat, karena fenobarbital dapat
menimbulkan gangguan prilaku dan kesulitan belajar pada anak pada 40-50
kasus.5
Pengobatan obat ini efektif untuk mengurangi berulangnya kejang. Obat diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap.2
Indikasi rawat2
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 36
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia dibawah 6 bulan
- Kejang demam pertama kali
- Terdapat kelainan neurologis
Resiko kejang demam
2 resiko kejang demam: kejang demam berulang (30-40%) dan epilepsi (2-4%).
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :1
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10%-15%.Kemungkinan berulangnya kejang demam, paling
besar pada tahun pertama.
Risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari.Faktor risiko
menjadi epilepsi adalah :1
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan
epilepsi menjadi 10%-49%.Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.
Prognosis
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 37
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.1
Edukasi orang tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua.Pada saat
kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang .
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 38
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM TIFOID
Pendahuluan
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai
negara berkembangDemam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
yang berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel
fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch.3
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid
dan demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah
sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya
disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai
baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.3
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani typhos. Terminologi ini dipakai
pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang
terganggu.3Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typhoid fever.
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.3
Epidemiologi
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 39
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun.6 Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan
rawat inap di rumah sakit.
Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan
insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah
perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus
per tahun.Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun
pada 91% kasus.7
Etiologi
Demam tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi.Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi A,
S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan S. paratyphi C (S. Hirschfeldii).
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida,, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel da dinamakan endotoksin. Salmonella typhi
juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multipel antibiotik.3
Salmonella typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai
natural reservoir).Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka
waktu yang sangat bervariasi.Salmonella typhi yang berada diluar tubuh manusia
dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada didalam air, es, debu, atau
kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi S. Typhi hanya dapat
hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 40
klorinasi dan pasteurisasi (temp 63°C).3Terjadinya penularan Salmonella typhi
sebagian besar melalui minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang
berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama – sama
dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalurr oro-fekal).Dapat juga terjadi
transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia
kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu
pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber
kuman berasal dari laboratorium penelitian.3
Gambar 1.Salmonella typhi
Patogenesis
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang mengikuti
ingesti organism, yaitu: 1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch, 2)
bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus
limfatikus mesenterica, dan organ- organ extra intestinal sistem retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, 4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas
membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam
lumen intestinal.3
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam
tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 41
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung karena suasana asam di
lambung (pH < 2) banyak yang mati namun sebagian lolos masuk ke dalam usus
dan berkembang biak dalam peyer patch dalam usus.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di jejunum
dan ileum. Bila respon imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik maka
kuman akan menembus sel- sel epitel (sel-M, merupakan sel epitel khusus yang
yang melapisi Peyer Patch, merupakan port de entry dari kuman ini) dan
selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel- sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke peyer patch di
ileum distal dan kemudian kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam
makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama
yang sifatnya asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ Retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ- organ RES ini kuman meninggalkan sel-
sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya kembali masuk ke sirkulasi sistemik yang mengakibatkan bakteremia
kedua dengan disertai tanda- tanda dan gejala infeksi sistemik.
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang
biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara “intermitten” ke dalam
lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi
ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,
berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi beberapa pelepasan mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai
gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. Pada anak- anak, gangguan
mental ini biasanya terjadi sewaktu tidur berupa mengigau.3,6
Dalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi
jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat,
hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).Perdarahan saluran cerna dapat terjadi
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 42
akibat erosi pembuluh darah sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasi akibat akumulasi sel- sel mononuclear di dinding usus.
Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan
otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoxin dapat menempel
di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti
gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskuler, respirasi, dan gangguan organ lainnya.
Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi
makrofag di dalam hepar, lien, folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika
untuk memproduksi sitokin dan zat- zat lain. Produk dari makrofag inilah yang
dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti nekrosis sel, sistem vaskuler, yang
tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologis.3,6
Gambar 2. Patogenesis
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 43
Gambar 2. Patofisiologi demam tifoid
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 44
Manifestasi klinik3,6,7
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi
bila dibandingkan dengan penderita dewasa.Pada anak, masa inkubasi rata-rata
bervariasi antara 5 – 40 hari, dengan rata-rata 10-14 hari.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi
akut pada umumnya, seperti demam lebih dari 1 minggu, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah, diare, konstipasi. Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu
badan yang meningkat. Setelah minggu kedua, gejala/ tanda klinis menjadi makin
jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.
Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada
orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa step ladder
pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39 – 41o C).
Lidah tifoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan
tanda-tanda antara lain, putih di bagian tengah, di bagian tepi lebih kemerahan.
Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1 –
5mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan
punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak
Indonesia.Ruam ini muncul pada hari ke 7 – 10 dan bertahan selama 2 -3 hari.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah tepianemia (eritrosit normokrom normositer), LED
meningkat, hitung leukosit dapat leukopenia, dalam batas normal dan
dapat pula leukositosis, terutama bila disertai komplikasi lain. Trombosit
jumlahnya menurun, gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis
relatif, aneosinofilia, dapat shift to the left ataupun shift to the right
bergantung pada perjalanan penyakitnya. SGOT dan SGPT seringkali
meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 45
2. Uji serologis
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
meliputi :
a) Uji Widal3
Uji widal adalah untuk menentukan adanya antigen dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaitu;
1. Aglutinin O (dari tubuh kuman)
2. Aglutinin H (flagel kuman)
3. AglutininVi (simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid.Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Apabila titer O
aglutinin ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali
maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak
dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang
Vi aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier).
Banyak peneliti mengemukanan bahwa uji serologi widal
kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada kasus
demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.
b) Tes TUBEX
Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi
kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit). Tes ini
digunakan dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi
adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.
c) Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai
untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9,
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 46
antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap
antigen Vi S. typhi.
3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang,
cairan duodenum. Isolasi bakteri dari aspirasi sum sum tulang memiliki
sensitivitas 90%. 3Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri
akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada
awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan
feses.
Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai
sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu
yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk
identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai
sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis demam tifoid dilihat dari gejala klinis,dan
ditunjang pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaan laboratorium untuk membantu
menegakkan diagnosis demam tifoid meliputi pemeriksaan darah tepi, serologis,
dan bakteriologis.
Diagnosis Banding
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara
klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza, gastroenteritis,
bronkitis dan bronkopneumonia.Beberapa penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme intraseluler seperti tuberkulosis, infeksi jamur sistemik,
bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu dipikirkan. Pada demam
tifoid yang berat, sepsis, leukimia, limfoma dan penyakit hodgkin dapat sebagai
dignosis banding.3
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 47
Penatalaksanaan
I.1. Non Medika Mentosa
a) Tirah baring
b) Nutrisi
Diet untuk penderita demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet
cair, bubur lunak, dan nasi tim.
c) Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral.
d) Kompres air hangat
I.2. Medika Mentosa
a) Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi
antipiretik.Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg/kali minum dapat
diberi 3 kali.
b) Antibiotik
Antibiotik yang sering diberikan adalah :2
DOC 1stline : kloramfenikol 50-100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO / IV selama 10-
14 hari.
DOC2nd line : amoksisilin 100mg/kg/hari dibagi 4 dosis PO selama 10 hari atau
kotrimoksazol 6mg/kg/hari PO selama 10 hari
Jika klinis tidak ada perbaikan seftriakson 80mg/kg/hari dibagi 1-2 dosis,
IM/IV, selama 5 hari atau sefiksim 10mg/kg/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari.
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai syok
dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit untuk
dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam.3
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 48
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat berupa: perdarahan usus, perforasi usus,
peritonitis, komplikasi neuropsikiatri, miokarditis, typhoid ensefalopati,
meningitis, DIC.
Vaksinasi3
Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yakni:
Vaksin oral Ty 21a (kuman yang dilemahkan)
Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a.Diberikan per
oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari.Vaksin ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita
imunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak
kecil 6 tahun.Vaksin Ty-21a diberikan pada anak berumur diatas 2 tahun.
Lama proteksi dilaporkan 6 tahun.
Vaksin parenteral sel utuh (TAB vaccine)
Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang
mengandung kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya. Dosis untuk
dewasa 0,5 mL; anak 6-12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL
yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu.Cara pemberian melalui
suntikan subkutan.Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri
kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan.Vaksin ini di
kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada
pemberian pertama.Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek
samping yang ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek.
Vaksin polisakarida
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella.
Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di
atas 5 tahunselama 3 tahun. Vaksin diberikan secara intramuskular dan
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 49
diperlukan pengulangan (booster) setiap 3 tahun.Vaksin ini
dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang
demam, dan anak kecil 2 tahun.
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan
terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas <1%.Di negara berkembang,
angka mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan,
dan pengobatan.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 50
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2006.
2. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2009.
3. Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Demam Tifoid.
Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2.Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2010; hal.338-46.
4. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
WHO Indonesia. 2009.
5. Kejang Demam – FK USU/RS Adam Malik Medan
6. Richard EB, Robert MK, Ann MA, Samik W. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, ed.15. Jakarta: EGC ; 2000.
7. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam :
Soegijanto S, Ed. Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan,
edisi 1. Jakarta : Salemba Medika, 2002:1-43.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 31 Agustus 2015 – 7 November 2015 51