30
Case Sulit Ulkus Kornea OS PEMBIMBING : Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M DISUSUN OLEH: Goei,Deo Putra Lukmana (11.2012.124) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Case Ulkus Kornea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ulkus kornea

Citation preview

Case Sulit

Ulkus Kornea OS

PEMBIMBING :

Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M

DISUSUN OLEH:

Goei,Deo Putra Lukmana (11.2012.124)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT MATA DR YAP YOGYAKARTA

PERIODE 19 MEI - 21 JUNI 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITRAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA

SMF ILMU PENYAKIT MATA

RS. MATA DR. YAP

Nama : Goei, Deo Putra Lukmana Tanda tangan

NIM : 11.2012.124 ……………………………….

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Rinanto Prabowo, Sp.M

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Umur : 48 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Tani

Alamat : Karang Asem, Wetan 45/23

Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo

Tanggal Pemeriksaan : 9 Juni 2014

Tanggal MRS : 6 Juni 2014

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis Tanggal : 9 Juni 2014

Keluhan Utama : Os mengeluh mata kiri kabur sejak 2 minggu Sebelum Masuk

Rumah Sakit

Keluhan Tambahan : mata berair

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan melihat dengan mata kiri agak kabur sejak 2 minggu

Sebelum Masuk Rumah Sakit.Melihat seperti ada putih-putih yang menghalangi penglihatan.

Selain itu pasien juga mengeluh matanya berair, silau, tidak ada belekan, rasa mengganjal,

rasa nyeri, maupun mata merah.

Penglihatan mata kiri terganggu sejak 10 hari SMRS, seperti ada yang nutupin. Sakit

kepala bagian kiri berdenyut sejak 6 hari SMRS, tetapi mual dan muntah disangkal

Pasien sudah mendapat pengobatan sebelumnya di klinik umum sebelumnya namun

belum merasakan ada perbaikan sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit

Mata dr.Yap.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat penyakit Darah Tinggi, Kencing Manis, Stroke, Infeksi virus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit Darah Tinggi, Kencing Manis, Stroke, Infeksi virus disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,

GCS 15.

Tanda Vital : TD 130/80 mmHg, N 82x/m, RR 18x/m, S 36,60C

Kepala : Normochepali, Benjolan(-), Sikatrik (-)

Thorax : Simetris

Jantung : Dalam batas normal

Paru : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

STATUS OPHTALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS

1. VISUS

- Axis Visus 6/9PS/PW Baik

1/300PS/PW Baik

- Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Distansia Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Kacamata lama Ukuran tidak diketahui Ukuran tidak diketahui

2. KEDUDUKAN BOLA MATA- Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

- Enoftalmus Tidak ada Tidak ada

- Deviasi Tidak ada Tidak ada

- Gerakan Bola mata Bola mata bergerak kesegala arah

Bola mata bergerak kesegala arah

3. SUPERSILIA

- Warna Hitam, distribusi normal, Hitam, distribusi normal,

- Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA

- Edema Tidak ada Tidak ada

- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

- Ekteropion Tidak ada Tidak ada

- Entropion Tidak ada Tidak ada

- Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

- Trikiasis Tidak ada Tidak ada

- Punktum Lakrimal Normal, tidak membengkak,hiperemis (-)

Normal, tidak membengkak,hiperemis (-)

- Fissura Palpebra Normal Normal

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

- Hiperemis Tidak ada ada

- Folikel Tidak ada Tidak ada

- Papil Tidak ada Tidak ada

- Sikatrik Tidak ada Tidak ada

- Hordeolum Tidak ada Tidak ada

- Kalazion Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI- Sekret Tidak ada Tidak ada

- Injeksi konjungtiva Tidak ada ada

- Injeksi Siliar Tidak ada ada

- Perdarahan Subkonjungtiva

Tidak ada Tidak ada

- Pterigium Tidak ada Tidak ada

- Pinguekula Tidak ada Tidak ada

- Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

- Lithiasis Tidak ada Tidak ada

7. SKLERA

- warna Putih Putih

- Ikterik Tidak ada Tidak ada

- Injeksi episklera Tidak ada Tidak ada

- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

8. KORNEA

- Kejernihan Jernih Keruh

- Permukaan Licin Kasar

- Ukuran 12mm 12mm

- Sensibilitas Normal Normal

- Infiltrat Tidak ada Ada

- Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada

- Sikatrik Tidak ada Tidak ada

- Ulkus Tidak ada Ada

- Perforasi Tidak ada Tidak ada

- Arcus senilis Tidak ada Tidak ada

- Edema Tidak ada Tidak ada

- Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. BILIK MATA DEPAN

- Kedalaman Dalam Sulit dinilai

- Kejernihan Jernih Sulit dinilai

- Hyfema Tidak ada Tidak ada

- Hipopion Tidak ada Ada 2 mm

- Efek tyndal Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. IRIS

- Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan

- Kripte Tidak melebar Sulit dinilai

- Sinekia Tidak ada Tidak ada

- Koloboma Tidak ada Tidak ada

11. PUPIL

- Letak Sentral Sentral

- Bentuk Bulat Bulat

- Ukuran 3mm 3mm

- Refleks cahaya langsung

+ Melambat /

- Refleks cahaya tidak langsung

+ Melambat /

12. LENSA

- Kejernihan Jernih Jernih

- Letak Sentral Sentral

- Tes shadow Negative Negative

13. BADAN KACA

- Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

14. FUNDUS OKULI

- Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Rasio arteri:vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- C/D ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Sikatrik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Sikatrik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. PALPASI

- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

- Massa tumor Tidak ada Tidak ada

- Tensi okuli Normal per palpasi Normal per palpasi

16. KAMPUS VISI

- Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

WBC 8,8 H 103/mm3

RBC 4,81 103/mm3

HGB 14,7 L g/dl

HCT 45,1 %

PLT 150 H 103/mm3

EKG: Normal

Anjuran:

1. Uji fluorescein untuk melihat adanya defek epitel kornea

2. Pemeriksaan biomikroskopi goresan kornea dengan pewarnaan KOH, gram atau

Giemsa.

3. Kultur goresan kornea dengan pemeriksaan agar darah, agar Sabouraud, agar

triglikolat dan agar coklat

V. RESUME

Dari anamnesa:

Pasien datang dengan keluhan melihat dengan mata kiri agak kabur sejak 2 minggu.

Sebelum Masuk Rumah Sakit.Melihat seperti ada putih - putih yang menghalangi

penglihatan. Selain itu pasien juga mengeluh matanya berairdan silau. Sebelum keluhan

muncul mata kiri pasien terkena debu yang beterbangan dari jalanan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

OD: visus 6/9. Pada kornea: keruh (-), permukaan licin, infiltrate (-), ulkus (-),

sikatriks (-), arcus senilis (-). Pada COA: kedalaman dalam. Pada iris: normal. Pada

pupil: ukuran 3mm, reflex cahaya normal.

OS: visus 1/300. Pada kornea: keruh (+), permukaan kasar, infiltrate (+), ulkus (+),

hipopion (+),injeksi konjungtiva (+). Pada COA: sulit dinilai. Pada iris: kripte sulit

dinilai. Pada pupil: ukuran 3mm, reflex cahaya melambat.

DIAGNOSA KERJA

OS ulkus kornea dan hipopion ec corpal

VI. DIAGNOSA BANDING

DD:

Ulkus kornea suspect et causa viral

Ulkus kornea suspect et causa fungi

VII.PENATALAKSANAAN

Medika mentosa

Levofloxacin/ jam

SA 1% 3 x OS

Natcen 6x OS

Aspar K 1x1

Glaucon 3x1/2

Non- medikamentosa

Mata tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi

sebagai incubator

Gizi tinggi vitamin

VIII. PROGNOSIS

OD OS

Ad vitam bonam Dubia ad bonam

Ad fungsionam bonam Dubia

Ad sanationam bonam Dubia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ulkus Kornea

1.1 Anatomi Dan Fisiologi

ANATOMI MATA

Gambar 1: Anatomi Mata1

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga

lapisan. Dari luar kedalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/ kornea, (2)

koroid/ badan siliaris/ iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan

ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih

mata.

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, lensa, pupil dan vitreous.

Media refraksi targetnya di retina sentral (makula). Gangguan media refraksi

menyebabkan visus turun (baik mendadak ataupun perlahan).

Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina.

Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina

mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari

cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan

difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel

fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan

menjalarkannya ke otak.1

I. Kornea

Gambar 2; Lapisan Kornea1

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang

tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan

dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

a) Epitel

• Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

• Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi

lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat

berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui

desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan

glukosa yang merupakan barrier.

• Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

• Epitel berasal dari ektoderm permukaan

b) Membran Bowman

• Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

• Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi

c) Stroma

• Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,

pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen

ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan

fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

d) Membran Descement

• Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya

• Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm. 1

e) Endotel

• Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis

epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus

Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah

dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel

terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak

mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan

menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea.1

2.1Ulkus kornea

KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

2. Ulkus kornea perifer

Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi

ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,

karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara

adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus

sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat

mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna

abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus

ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.2

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.

Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran

karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan

berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang

menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion

yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila

ditemukan dakriosistitis.

b. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu

sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.

Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang

baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-

satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.

Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi

neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.2

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan

perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata

ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat

terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya

berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor

dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat

pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex :Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes

simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi

siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul

dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal

kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes

simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya. 2

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan

fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat

perineural.

Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus

superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi

dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.

Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita

leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus

mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.

Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,

alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang

seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang

sentral.

c. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk

melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul

perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring

ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.

Perjalanan penyakitnya menahun.

2.2 Etiologi

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala

klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang

bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas

dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah

akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila

mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,

variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang

tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh

acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa

kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi

juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air

atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Radiasi atau suhu: Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari

yang akan merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang

merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur

film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau

kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea.

Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada

epitel kornea terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,

IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

2.3 Patofisiologi Ulkus kornea

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya

tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior

dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu

pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di

kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di

daerah pupil. 3

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja

sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat

dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel

mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya

infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan

permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.3

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 3

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.

2.4 Manifestasi Klinik

Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:Gejala yang ditimbulkan tergantung penyakit

dasarnya

Anamnesis

Mata merah ringan hingga berat

Fotofobia

Penglihatan menurun

Adanya secret. 2

Pemeriksaan pada mata

Kekeruhan warna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan

fluorescein akan berwarna hijau di tengahnya.

Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada

kornea.

Penipisan kornea

Lipatan descement akibat ulkus yang berjalan cepat, atau perforasi kornea yang

berakhir dengan membentuk lekoma adheren

Reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris) berupa suar

Hipopion

Hifema

Sinekia posterior

Kokus gram positif, stafilokokkus aureaus dan streptokokus pneumoni memberi

gambaran ulkus terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu- abu pada

anak ulkus yang supuratif.

Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat

infiltrasi sel radang.

Penyebab pseudomonas: ulkus terlihat melebar dengan cepat, purulent berwarna

kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.

Penyebab jamur: infiltrate akan berwarna abu- abu di keliling infiltrate halus di

sekitarnya (fenomena satelit).

Ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea.

Bila proses pada ulkus berkurang: berkurang sakit, fotofobia, berkurang infiltrate dan

defek epitel kornea menjadi bertambah kecil.2

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Medikamentosa

Antibiotika sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali keadaan berat.

Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang, kecuali

bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.2

2.5.2 Non medikamentosa

Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat member obat sendiri,

tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.

Mata tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi

sebagai incubator

Secret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari

Debridement sangat membantu penyembuhan2

2.5.3 Pembedahan

Atau keratoplasti apabila pengobatan tidak sembuh, atau terjadinya jaringan parut

yang mengganggu penglihatan.2

2.6 Komplikasi

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu yang singkat

Perforasi kornea dapat berlanjut menjadi endophtalmitis dan panophtalmitis

Prolapse iris

Sikatriks kornea

Katarak

Glaucoma sekunder

2.7 Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat

pertolongan, jenis mikroorganisme penyebab, dan komplikasi jika timbul. Ulkus yang luas

memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena jaringan kornea yang bersifat avascular.

Penyembuhan yang lama juga dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap pengobatan. Pengobatan

menggunakan antibiotika yang tidak patuh boleh mengakibatkan resistensi bakteri. Ulkus

kornea dapat sembuh dengan 2 metode:

1. Migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel

2. Pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva.

Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode pertama,

tetapi pada ulkus besar perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapat

membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatriks.

2.8 Pencegahan

Segera konsultasi ke ahli mata setiap ada keluhan pada mata

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke dalam mata

Pakai alat pelindung diri seperti goggle sewaktu bekerja di lapangan yang rentan

kecelakaan

Gunakan tetes mata jika rawan mata kering atau kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna

Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat

lensa tersebut.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono. Buku saku ringkasan anatomi & fisiologi mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Gadjah Mada. November 2012.

2. Sidarta I, Sri R. Ilmu penyakit mata. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Ed 4th: 2009

3. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Oktober 2007.