18
BAB I TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat juga tonsilo palatina). Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). 1 Istilah faringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut pada faring, termasuk tonsilitis akut (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofarigitis dan tonsiofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan nyeri tenggorok. Faringitis Streptokokus Beta Hemoitikus Grup A (SBHGA) adalah infeksi akut orofaring dan/atau nasofaring oleh SBHGA. 2 ETIOLOGI Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus. Virus merupakan etiologi terbanyak faringitis akut, terutama pada 1

case TFA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tfa

Citation preview

Page 1: case TFA

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat juga

tonsilo palatina). Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu

tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis).1

Istilah faringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut pada faring,

termasuk tonsilitis akut (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis

merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena

letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring

atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofarigitis

dan tonsiofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan nyeri

tenggorok. Faringitis Streptokokus Beta Hemoitikus Grup A (SBHGA) adalah infeksi akut

orofaring dan/atau nasofaring oleh SBHGA.2

ETIOLOGI

Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus

seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus,

Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus. Virus merupakan etiologi

terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia ≤ 3 tahun. Dari golongan bakteri seperti

streptokokus beta hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering

ditemukan, sedangkan jenis bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae,

Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia pneumonia, grup C dan G streptokokus.

Streptokokus Grup A biasanya bukan merupakan penyebab yang umum pada anak usia

sekolah.2,3

PATOGENESIS

Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mukosa pada

rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. Berbeda halnya dengan

virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal.

Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula dan palatum mole. Perjalanan

penyakitnya ialah terjadinya inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan

peradangan lokal, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil atau keduanya. Streptococcal

1

Page 2: case TFA

infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi lokal serta pelepasan toksin ekstra

seluler dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat

kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan kontak oral. Gejala akan tampak setelah

masa inkubasi yang pendek yaitu 24 – 72 jam.2,4

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual

dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan

dinding posterior faring bergranular. Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab

faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5

sampai 10 % pada orang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri

Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus

meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat

menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat

dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae

palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan

semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif.

Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan

eksudat jarang terjadi pada umur ini.

Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,

serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada anak

dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah. Gejala yang timbul dapat hilang dalam

24 jam berlangsug 4 – 10 hari (self-limiting disease).2,3,4

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

laboratorium. Sulit untuk menentukan faringitis streptokokus dan faringitis virus hanya

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Baku emas penegakan diagnosis faringitis

bakteri atau virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Pada saat ini

terdapat metode yang cepat untuk mendeteksi antigen streptokokus grup A (rapid antigen

detection test). Metode uji cepat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup

tinggi (sekitar 90% dan 95%) dan hasilnya dapat diketahui dalm 10 menit sehingga metode

ini setidaknya dapat digunakan sebagai pegganti pemeriksaan kultur.2

2

Page 3: case TFA

Pemeriksaan laboratorium

- Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan

suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri SBHGA. Untuk

mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan

dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk

antibiotik.

Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi SBHGA adalah persentase

sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita

yang lebih dari 10 hari.

- SBHGA rapid antigen detection test merupakan suatu metode untuk mendiagnosa

faringitis karena infeksi SBHGA. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien

memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi

antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah

positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka

pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up.4

PENATALAKSANAAN

Apabila penyebabnya diduga infeksi virus diberikan terapi suportif. Bila demam, batuk,

nyeri tenggorokan dapat diberikan antipiretik, atau dapat pula diberikan analgetik maupun

tablet hisap. Pengobatan lebih ditujukan pada pengobatan simptomatis. Antibiotika diberikan

untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur

dengan air hangat. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena

penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti, spektrum sempit,aman dan murah harganya.

Penisilin V diberikan oral 15-30 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari atau benzatin

penisilin G IM dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB <30 kg) dan 1.200.000 IU (BB

>30 kg). Amoksisilin dapt digunakan sebagai penganti penisilin pada anak yang lebih kecil.

Amoksisilin diberikan dengan dosis 50m/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari. Untuk anak yang

alergi penisilin dapat diberikan eritromisin etil suksinat 40mg/kgBB/hari selama 10 hari. 2,5

KOMPLIKASI

Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.

- Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu :

sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan

biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada

3

Page 4: case TFA

pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru. Demam reumatik akut

(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic

shock syndrome, peritonsiler abses.

- Komplikasi infeksi mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré

syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan

karsinoma nasofaring.3

PROGNOSIS

Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun sangat penting

untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen kesehatan RI. Faringitis akut. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.

2007. 65-66

2. Naning, Roni dkk. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis Akut. Buku Ajar

Respirologi Anak. 2008. 288-294

3. Alan,L.,Bisno. Acute Pharyngitis. http://www.nejm.org.vol 344;3;205-210

4. Kazzi,A.,Antoine, Wills,J. Pharyngitis. http://www.emedicine.com/med/topic735

htm.2006.

5. Vincent, T., Mirian, Celestin,N., Hussain,N., Aneela. Pharyngitis.

http://www.a.f.p.org.2004;69:1469-70www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.

4

Page 5: case TFA

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama : Sarah, Perempuan, 3 tahun

Pekerjaan : -

Alamat : Jl. Bandar Purus No. 11B, Padang.

2. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan Keluarga

Status perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Saudara : 1 orang

5

Page 6: case TFA

Status ekonomi keluarga : Berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah

dengan penghasilan total orang tua pasien per bulan Rp 1.200.000. Ayah seorang

wiraswasta dan ibu seorang ibu rumah tangga.

Kondisi rumah :

- Rumah permanen, pekarangan cukup luas, kamar 2 buah, 1 buah ruang tamu, 1

ruang makan dan dapur.

- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi baik, pencahayaan

cukup.

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM, sumber air konsumsi : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah.

- Sampah diangkut petugas

- Jumlah penghuni 4 orang : ayah dan ibu pasien serta adik pasien ( 1 tahun )

Kondisi Lingkungan Keluarga :

- Pasien tinggal di lingkungan komplek perumahan yang cukup padat penduduk.

- Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain berdekatan.

- Lingkungan sekitar rumah cukup rapi dan bersih.

3. Aspek psikologis di keluarga

- Hubungan dengan anggota keluarga baik.

- Pasien disayangi oleh orang tua dan saudaranya.

4. Keluhan Utama

Batuk sejak 3 hari yang lalu

5. Riwayat penyakit sekarang

- Batuk sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak dan berwarna putih serta disertai

pilek

- Demam sejak 3 hari yang lalu, demam tidak tinggi, hilang timbul, tidak

menggigil dan tidak berkeringat

- Nyeri tenggorokan ada sejak 1 hari yang lalu

- Riwayat kontak dengan penderita yang sakit tenggorokan tidak ada

6

Page 7: case TFA

- Sesak nafas tidak ada

- Perubahan suara menjadi serak ada

- Muntah tidak ada

- Nafsu makan menurun semenjak sakit dan tidak ada penurunan berat badan

- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada

- Bengkak di leher tidak ada

- Riwayat sakit gigi dan gigi berlubang tidak ada

- Pasien mempunyai kebiasaan makan permen, coklat dan minum es

- Buang air kecil dan air besar tidak ada

- Ayah pasien seorang perokok dan sering merokok dalam rumah

6. Riwayat penyakit dahulu / penyakit keluarga

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

- Tidak ada keluarga yang menderita sakit tenggorokan dan batuk-batuk lama

- Pasien belum pernah berobat dan minum obat sebelumnya

- Tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari

- Tidak ada riwayat nafas menciut

- Tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya

- Tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya

- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

7. Riwayat kehamilan/kelahiran/imunisasi :

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak

ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke puskesmas teratur. Suntikan

imunisasi TT 2x, hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran :

Lahir spontan, ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat badan

lahir 2900 gram panjang badan lupa.

8. Riwayat makanan dan minuman :

Bayi : ASI : 0 – 12 bulan

PASI : 4 bulan – 9 bulan

Bubur susu : 6 bulan – 8 bulan

7

Page 8: case TFA

Nasi Tim : 8 bulan – 12 bulan

Nasi Lunak : 12 bulan – 18 bulan

Makanan Biasa : 18 bulan sampai sekarang, diberikan 3x sehari

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup.

9. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x, usia 1 bulan, scar ada

DPT : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan

Polio : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan

Hepatitis B : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan

Campak : 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu

10. Riwayat Tumbuh Kembang :

Perkembangan fisik

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 8 bulan

Berjalan : 12 bulan

Perkembangan mental : isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak

ada.

Kesan : perkembangan fisik dan mental normal.

11. Pemeriksaan fisik

Vital Sign

Keadaan umum: sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Frekuensi nadi : 90 x /menit

Frekuensi nafas: 28 x / menit

Suhu : 37,8 0 C

Berat Badan : 14 kg

Tinggi Badan : 95 cm

Status gizi : baik

8

Page 9: case TFA

PEMERIKSAAN SISTEMIK

Kulit : sianosis (-), ikterus (-), anemis (-), teraba hangat

Kepala : bentuk bulat simetris.

Mata : mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorok : tonsil T1 – T1, hiperemis, pseudomembran tidak ada

Faring : hiperemis, pseudomembran (-), uvula hiperemis

Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

Thorak

Paru Inspeksi : simetris, retraksi (-)

Palpasi : fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : Bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung atas : RIC II, kanan : linea sternalis dextra, kiri :

1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama reguler, bising (-)

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas: ekstremitas hangat, sianosis (-)

12. Laboratorium anjuran : kultur apusan tenggorok

13. Diagnosis kerja : Tonsilofaringitis Akut

14. Diagnosis banding : Tonsilofaringitis Streptokokus

15. Manajemen

a. Preventif

- Menghindari makanan dan minuman yang bersifat merangsang tenggorok seperti

permen, coklat, es atau minuman dingin lainnya.

- Tingkatkan higienitas mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari terutama

setelah makan permen, coklat serta makanan manis lain sebelum tidur.

- Asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dengan makan teratur 3 x sehari, yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti,

9

Page 10: case TFA

ubi dan jagung, protein seperti tahu, tempe, telur, ikan atau daging, vitamin dan

yang berasal dari buah-buahan dan sayuran serta minum susu minimal 1 x sehari.

- Menganjurkan ibu agar memvariasikan jenis makanan yang diberikan pada anak

setipa harinya agar anak tidak bosan dan nafsu makannya tetap terjaga.

- Istirahat yang cukup dengan minimal 8 jam perhari.

- Pisahkan alat makan pasien dengan keluarga lain terutama adiknya karena sistem

imun adiknya yang belum berkembang sempurna dan penyakit ini dapat

ditularkan mlalui peralatan makan.

- Menganjurkan kepada ayah pasien untuk tidak merokok di dalam rumah apalagi

di dekat anaknya karena asap yang terhirup oleh si anak dapat mengiritasi saluran

nafasnya sehingga terjadi peradangan pada saluran nafas.

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit anaknya, bahwa penyakit

ini merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak yang dapat disebabkan oleh

virus dan bakteri, yang menyebabkan peradangan pada mukosa faring. Selain itu

ada juga faktor lain yang bisa menyebabkan penyakit ini yaitu makanan dan

minuman yang dapat menyebabkan peradangan pada tenggorokan seperti permen,

coklat, es, gorengan, serta makanan yang pedas. Hal ini biasanya terjadi pada saat

sistem kekebalan tubuh anak menurun dan berkontak dengan penderita yang

mengalami keluhan nyeri tenggorok atau batuk pilek. Sistem kekebalan tubuh ini

dapat ditingkatkan dengan asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang. Kemudian

pengobatan yang diberikan di sini hanya untuk menghilangkan gejala karena dari

gejala yang ada pada pasien, penyakit ini disebabkan oleh virus dan belum

memerlukan antibiotik karena pemberian antibiotik tidak akan mempercepat

waktu penyembuhan ataupun menguragi derajat keparahan penyakit.

c. Kuratif

Mukolitik : Bromhexin HCL, dosis anak 0,3mg/kgBB/8jam 3 x ½ tablet @ 8

mg

Analgetik dan antipiretik : Paracetamol, dosis 10mg/kgBB/x 3 x 1/3 tablet @

500 mg

10

Page 11: case TFA

Vitamin C : Angka kebutuhan gizi vitamin C untuk sehari pada anak 45 mg per

hari, pada penyakit infeksi kebutuhan bisa meningkat 300 – 500% 3 x ½ tablet

@ 50 mg

d. Rehabilitatif

- Kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai gejala yang ada

apakah ada perubahan, berkurang, tetap atau bertambah berat serta melihat

kepatuhan pasien dalam minum obat. Apabila gejalanya bertambah berat

seperti batuk berdahak dan dahak mulai berwarna hijau, demam tinggi, sulit

menelan atau terdapat pembengkakan pada leher segera bawa kembali ke

puskesmas begitu juga apabila gejala berkurang anak tetap harus dibawa

kembali ke puskesmas.

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien perempuan berumur 3 tahun, dengan

diagnosa kerja tonsilofaringitis akut.

Dasar diagnosa adalah :

Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien :

- Batuk

- Demam

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya:

- Tonsil T1 – T1, hiperemis

- Faring hiperemis

- Uvula hiperemis

11

Page 12: case TFA

Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan obat simptomatis berupa paracetamol

sebagai analgetik dan antipiretik, dan diberikan mukolitik yaitu bromhexin HCL untuk

memudahkan pengeluaran dahak serta vitamin C untuk meningkatkan antibodi. Namun untuk

memastikan penyebab penyakitnya apakah disebabkan oleh virus atau SBHGA dapat

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan apusan tenggorok.

12

Dinas Kesehatan Kota Padang

Puskesmas Padang Pasir

Jln Padang Pasir no 1

Telepon : 0751 – 654765

Dokter : Febria Utami

Tanggal : 19 Januari 2012

R/ Paracetamol 500 mg tab No. III

Bromhexin HCL 8 mg tab No. V

Vitamin C 50 mg tab No. V

mf pulv dtd No. X

S3dd pulv 1 ξ