Upload
febria-arma
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tfa
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat juga
tonsilo palatina). Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis).1
Istilah faringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut pada faring,
termasuk tonsilitis akut (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis
merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena
letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring
atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faringitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofarigitis
dan tonsiofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan nyeri
tenggorok. Faringitis Streptokokus Beta Hemoitikus Grup A (SBHGA) adalah infeksi akut
orofaring dan/atau nasofaring oleh SBHGA.2
ETIOLOGI
Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus
seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus,
Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus. Virus merupakan etiologi
terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia ≤ 3 tahun. Dari golongan bakteri seperti
streptokokus beta hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering
ditemukan, sedangkan jenis bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae,
Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia pneumonia, grup C dan G streptokokus.
Streptokokus Grup A biasanya bukan merupakan penyebab yang umum pada anak usia
sekolah.2,3
PATOGENESIS
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mukosa pada
rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. Berbeda halnya dengan
virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal.
Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula dan palatum mole. Perjalanan
penyakitnya ialah terjadinya inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan
peradangan lokal, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil atau keduanya. Streptococcal
1
infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi lokal serta pelepasan toksin ekstra
seluler dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat
kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan kontak oral. Gejala akan tampak setelah
masa inkubasi yang pendek yaitu 24 – 72 jam.2,4
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual
dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak hiperemis, udem dan
dinding posterior faring bergranular. Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab
faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5
sampai 10 % pada orang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri
Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus
meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat
menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat
dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae
palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan
semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif.
Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan
eksudat jarang terjadi pada umur ini.
Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,
serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada anak
dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah. Gejala yang timbul dapat hilang dalam
24 jam berlangsug 4 – 10 hari (self-limiting disease).2,3,4
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
laboratorium. Sulit untuk menentukan faringitis streptokokus dan faringitis virus hanya
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Baku emas penegakan diagnosis faringitis
bakteri atau virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Pada saat ini
terdapat metode yang cepat untuk mendeteksi antigen streptokokus grup A (rapid antigen
detection test). Metode uji cepat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup
tinggi (sekitar 90% dan 95%) dan hasilnya dapat diketahui dalm 10 menit sehingga metode
ini setidaknya dapat digunakan sebagai pegganti pemeriksaan kultur.2
2
Pemeriksaan laboratorium
- Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan
suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri SBHGA. Untuk
mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan
dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk
antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi SBHGA adalah persentase
sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita
yang lebih dari 10 hari.
- SBHGA rapid antigen detection test merupakan suatu metode untuk mendiagnosa
faringitis karena infeksi SBHGA. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien
memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi
antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah
positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka
pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up.4
PENATALAKSANAAN
Apabila penyebabnya diduga infeksi virus diberikan terapi suportif. Bila demam, batuk,
nyeri tenggorokan dapat diberikan antipiretik, atau dapat pula diberikan analgetik maupun
tablet hisap. Pengobatan lebih ditujukan pada pengobatan simptomatis. Antibiotika diberikan
untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur
dengan air hangat. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena
penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti, spektrum sempit,aman dan murah harganya.
Penisilin V diberikan oral 15-30 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari atau benzatin
penisilin G IM dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB <30 kg) dan 1.200.000 IU (BB
>30 kg). Amoksisilin dapt digunakan sebagai penganti penisilin pada anak yang lebih kecil.
Amoksisilin diberikan dengan dosis 50m/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari. Untuk anak yang
alergi penisilin dapat diberikan eritromisin etil suksinat 40mg/kgBB/hari selama 10 hari. 2,5
KOMPLIKASI
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.
- Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu :
sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan
biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada
3
pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru. Demam reumatik akut
(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic
shock syndrome, peritonsiler abses.
- Komplikasi infeksi mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré
syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan
karsinoma nasofaring.3
PROGNOSIS
Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun sangat penting
untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen kesehatan RI. Faringitis akut. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
2007. 65-66
2. Naning, Roni dkk. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis Akut. Buku Ajar
Respirologi Anak. 2008. 288-294
3. Alan,L.,Bisno. Acute Pharyngitis. http://www.nejm.org.vol 344;3;205-210
4. Kazzi,A.,Antoine, Wills,J. Pharyngitis. http://www.emedicine.com/med/topic735
htm.2006.
5. Vincent, T., Mirian, Celestin,N., Hussain,N., Aneela. Pharyngitis.
http://www.a.f.p.org.2004;69:1469-70www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.
4
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Sarah, Perempuan, 3 tahun
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Bandar Purus No. 11B, Padang.
2. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan Keluarga
Status perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Saudara : 1 orang
5
Status ekonomi keluarga : Berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah
dengan penghasilan total orang tua pasien per bulan Rp 1.200.000. Ayah seorang
wiraswasta dan ibu seorang ibu rumah tangga.
Kondisi rumah :
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas, kamar 2 buah, 1 buah ruang tamu, 1
ruang makan dan dapur.
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi baik, pencahayaan
cukup.
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM, sumber air konsumsi : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah.
- Sampah diangkut petugas
- Jumlah penghuni 4 orang : ayah dan ibu pasien serta adik pasien ( 1 tahun )
Kondisi Lingkungan Keluarga :
- Pasien tinggal di lingkungan komplek perumahan yang cukup padat penduduk.
- Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain berdekatan.
- Lingkungan sekitar rumah cukup rapi dan bersih.
3. Aspek psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Pasien disayangi oleh orang tua dan saudaranya.
4. Keluhan Utama
Batuk sejak 3 hari yang lalu
5. Riwayat penyakit sekarang
- Batuk sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak dan berwarna putih serta disertai
pilek
- Demam sejak 3 hari yang lalu, demam tidak tinggi, hilang timbul, tidak
menggigil dan tidak berkeringat
- Nyeri tenggorokan ada sejak 1 hari yang lalu
- Riwayat kontak dengan penderita yang sakit tenggorokan tidak ada
6
- Sesak nafas tidak ada
- Perubahan suara menjadi serak ada
- Muntah tidak ada
- Nafsu makan menurun semenjak sakit dan tidak ada penurunan berat badan
- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada
- Bengkak di leher tidak ada
- Riwayat sakit gigi dan gigi berlubang tidak ada
- Pasien mempunyai kebiasaan makan permen, coklat dan minum es
- Buang air kecil dan air besar tidak ada
- Ayah pasien seorang perokok dan sering merokok dalam rumah
6. Riwayat penyakit dahulu / penyakit keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
- Tidak ada keluarga yang menderita sakit tenggorokan dan batuk-batuk lama
- Pasien belum pernah berobat dan minum obat sebelumnya
- Tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari
- Tidak ada riwayat nafas menciut
- Tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya
- Tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini
7. Riwayat kehamilan/kelahiran/imunisasi :
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak
ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke puskesmas teratur. Suntikan
imunisasi TT 2x, hamil cukup bulan.
Riwayat Kelahiran :
Lahir spontan, ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat badan
lahir 2900 gram panjang badan lupa.
8. Riwayat makanan dan minuman :
Bayi : ASI : 0 – 12 bulan
PASI : 4 bulan – 9 bulan
Bubur susu : 6 bulan – 8 bulan
7
Nasi Tim : 8 bulan – 12 bulan
Nasi Lunak : 12 bulan – 18 bulan
Makanan Biasa : 18 bulan sampai sekarang, diberikan 3x sehari
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup.
9. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x, usia 1 bulan, scar ada
DPT : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan
Polio : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan
Hepatitis B : 3x, usia 2, 4 dan 6 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu
10. Riwayat Tumbuh Kembang :
Perkembangan fisik
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Perkembangan mental : isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak
ada.
Kesan : perkembangan fisik dan mental normal.
11. Pemeriksaan fisik
Vital Sign
Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Frekuensi nadi : 90 x /menit
Frekuensi nafas: 28 x / menit
Suhu : 37,8 0 C
Berat Badan : 14 kg
Tinggi Badan : 95 cm
Status gizi : baik
8
PEMERIKSAAN SISTEMIK
Kulit : sianosis (-), ikterus (-), anemis (-), teraba hangat
Kepala : bentuk bulat simetris.
Mata : mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorok : tonsil T1 – T1, hiperemis, pseudomembran tidak ada
Faring : hiperemis, pseudomembran (-), uvula hiperemis
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thorak
Paru Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : Bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung atas : RIC II, kanan : linea sternalis dextra, kiri :
1 jari medial linea midclavicula sinistra RIC V
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama reguler, bising (-)
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas: ekstremitas hangat, sianosis (-)
12. Laboratorium anjuran : kultur apusan tenggorok
13. Diagnosis kerja : Tonsilofaringitis Akut
14. Diagnosis banding : Tonsilofaringitis Streptokokus
15. Manajemen
a. Preventif
- Menghindari makanan dan minuman yang bersifat merangsang tenggorok seperti
permen, coklat, es atau minuman dingin lainnya.
- Tingkatkan higienitas mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari terutama
setelah makan permen, coklat serta makanan manis lain sebelum tidur.
- Asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dengan makan teratur 3 x sehari, yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti,
9
ubi dan jagung, protein seperti tahu, tempe, telur, ikan atau daging, vitamin dan
yang berasal dari buah-buahan dan sayuran serta minum susu minimal 1 x sehari.
- Menganjurkan ibu agar memvariasikan jenis makanan yang diberikan pada anak
setipa harinya agar anak tidak bosan dan nafsu makannya tetap terjaga.
- Istirahat yang cukup dengan minimal 8 jam perhari.
- Pisahkan alat makan pasien dengan keluarga lain terutama adiknya karena sistem
imun adiknya yang belum berkembang sempurna dan penyakit ini dapat
ditularkan mlalui peralatan makan.
- Menganjurkan kepada ayah pasien untuk tidak merokok di dalam rumah apalagi
di dekat anaknya karena asap yang terhirup oleh si anak dapat mengiritasi saluran
nafasnya sehingga terjadi peradangan pada saluran nafas.
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit anaknya, bahwa penyakit
ini merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak yang dapat disebabkan oleh
virus dan bakteri, yang menyebabkan peradangan pada mukosa faring. Selain itu
ada juga faktor lain yang bisa menyebabkan penyakit ini yaitu makanan dan
minuman yang dapat menyebabkan peradangan pada tenggorokan seperti permen,
coklat, es, gorengan, serta makanan yang pedas. Hal ini biasanya terjadi pada saat
sistem kekebalan tubuh anak menurun dan berkontak dengan penderita yang
mengalami keluhan nyeri tenggorok atau batuk pilek. Sistem kekebalan tubuh ini
dapat ditingkatkan dengan asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang. Kemudian
pengobatan yang diberikan di sini hanya untuk menghilangkan gejala karena dari
gejala yang ada pada pasien, penyakit ini disebabkan oleh virus dan belum
memerlukan antibiotik karena pemberian antibiotik tidak akan mempercepat
waktu penyembuhan ataupun menguragi derajat keparahan penyakit.
c. Kuratif
Mukolitik : Bromhexin HCL, dosis anak 0,3mg/kgBB/8jam 3 x ½ tablet @ 8
mg
Analgetik dan antipiretik : Paracetamol, dosis 10mg/kgBB/x 3 x 1/3 tablet @
500 mg
10
Vitamin C : Angka kebutuhan gizi vitamin C untuk sehari pada anak 45 mg per
hari, pada penyakit infeksi kebutuhan bisa meningkat 300 – 500% 3 x ½ tablet
@ 50 mg
d. Rehabilitatif
- Kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai gejala yang ada
apakah ada perubahan, berkurang, tetap atau bertambah berat serta melihat
kepatuhan pasien dalam minum obat. Apabila gejalanya bertambah berat
seperti batuk berdahak dan dahak mulai berwarna hijau, demam tinggi, sulit
menelan atau terdapat pembengkakan pada leher segera bawa kembali ke
puskesmas begitu juga apabila gejala berkurang anak tetap harus dibawa
kembali ke puskesmas.
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien perempuan berumur 3 tahun, dengan
diagnosa kerja tonsilofaringitis akut.
Dasar diagnosa adalah :
Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien :
- Batuk
- Demam
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya:
- Tonsil T1 – T1, hiperemis
- Faring hiperemis
- Uvula hiperemis
11
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan obat simptomatis berupa paracetamol
sebagai analgetik dan antipiretik, dan diberikan mukolitik yaitu bromhexin HCL untuk
memudahkan pengeluaran dahak serta vitamin C untuk meningkatkan antibodi. Namun untuk
memastikan penyebab penyakitnya apakah disebabkan oleh virus atau SBHGA dapat
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan apusan tenggorok.
12
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Padang Pasir
Jln Padang Pasir no 1
Telepon : 0751 – 654765
Dokter : Febria Utami
Tanggal : 19 Januari 2012
R/ Paracetamol 500 mg tab No. III
Bromhexin HCL 8 mg tab No. V
Vitamin C 50 mg tab No. V
mf pulv dtd No. X
S3dd pulv 1 ξ