25
PRESENTASI KASUS DISUSUN OLEH : Kelompok 1 Nur Aqila binti Md Rahim Nur Atiqah binti Nordin Nur Asyiqin binti Muhammad Ramdan Adibah binti Hamran Anathasia Christine K PEMBIMBING: Dr. Imelda, SpKJ Dr. Carlamia, SpKJ Dr. Adhi, SpKJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT 1

Case Teddy Group 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h

Citation preview

Page 1: Case Teddy Group 1

PRESENTASI KASUS

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

Nur Aqila binti Md Rahim

Nur Atiqah binti Nordin

Nur Asyiqin binti Muhammad Ramdan

Adibah binti Hamran

Anathasia Christine K

PEMBIMBING:

Dr. Imelda, SpKJ

Dr. Carlamia, SpKJ

Dr. Adhi, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT

PERIODE 11 NOVEMBER – 14 DESEMBER 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk. Jakarta-Barat

1

Page 2: Case Teddy Group 1

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : 28 NOVEMBER 2013

SMF ILMU JIWA

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT

Nomor rekam medis : xx.xx.xx

Nama pasien : Tn T

Masuk RS pada tanggal : 21 Agustus 2013

Rujukan/datang sendiri/dengan keluarga : Keluarga

Riwayat Perawatan : 2001 Rehabilitasi di Sukabumi selama 3 bulan.

Akhir 2002 masuk panti rehabilitasi 1,5 tahun di Kalimantan Tengah. Pertengahan 2008

masuk panti rehabilitasi di Kalimantan Tengah selama 1 tahun

I. IDENTITAS

Nama : Tn. T

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 12 Juli 1977

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 38 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA kelas 3

Suku bangsa : Keturunan Tionghoa-Jawa

Alamat : Perum Bogor Raya

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Tidak ada (dulu : Wiraswasta)

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 17 September 2013, jam 12.00WIB.

A. KELUHAN UTAMA

2

Page 3: Case Teddy Group 1

Pasien datang dibawa oleh keluarga dalam keadaan sedih dan pasrah.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat pada tanggal 21 Agustus 2013

pukul 19.15 WIB. Pasien dibawa oleh keluarga dalam keadaan mengamuk, gelisah, dan

marah-marah. Keluarga membawa pasien karena mencurigai pasien mengalami overdosis

karena keluarga menemukan pasien dalam keadaan tak sadarkan diri dengan alat suntik

menempel dilengannya. Pasien mengakui memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif

sejak kelas 6 SD yakni sejak usia 11 tahun. Pasien juga mengatakan adanya riwayat

berbagi jarum dengan sesama pengguna sejak tahun 2004, dan riwayat bergonta-ganti

pasangan seksual juga diakui pasien.

Pasien sering merasakan kehilangan minat dalam hidupnya. Pasien juga merasa

mudah lelah dan seperti tidak ada energi untuk melakukan apapun. Pasien mengeluh

adanya niat untuk melakukan bunuh diri berkali-kali yang salah satunya direalisasikan

dengan cara menyuntikkan heroin dan mengkonsumsi xanax dengan dosis tinggi (heroin

0.5 gram dan xanax 13 butir) hingga pasien akan meninggal dalam keadaan overdosis,

namun akhirnya selalu diketahui orang lain dan tertolong. Pada hari dimana pasien

dibawa ke RSKO, pasien sedang mengkonsumsi 1 butir xanax dan menyuntikkan 0.25

gram heroin. Tapi karena kondisi badan yang kurang fit, pasien kemudian pingsan dengan

jarum suntik masih menempel di lengannya. Hal ini kemudian tak sengaja terlihat orang

tuanya. Curiga anaknya mengalami overdosis, orang tua pasien akhirnya membawa

pasien ke RSKO.

Pasien sering merasa dirinya tidak berguna dan tidak dihargai oleh keluarganya,

terutama orang tua dan istrinya. Nafsu maka pasien menurun, tidur pun terganggu. Pasien

mengaku paling cepat bisa tidur jam 2 pagi. Pasien juga merasa sulit fokus dalam

pekerjaannya hingga akhirnya usahanya bangkrut. Dan akhirnya pasien merasa minder

dan kehilangan kepercayaan diri hingga memutuskan untuk bunuh diri.

Pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah merasa lebih baik sejak dirawat di

RSKO dan mulai ada minat untuk beraktivitas. Tidur sudah mulai nyaman, dan pasien

dapat bersosialisasi dengan sesama disekitarnya.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

1. Gangguan psikiatrik

3

Page 4: Case Teddy Group 1

Pasien mulai merasakan kehilangan minat, gangguan tidur, nafsu yang makan

menurun sejak 2008. Hal ini dirasakan karena kekecewaan pasien yang sudah

berlangsung sejak kecil karena tekanan dari orang tuanya yang bersifat otoriter,

terutama ibunya. Ketika pasien telah berkeluarga, pasien pun merasakan

kekecewaan yang lebih berat karena istri pasien bersikap lepas tangan dan

membebankan semua urusan rumah tangga pada pasien. Hal ini diperburuk lagi

dengan sikap istri pasien yang kurang menghargai pasien sebagai suami.

Puncaknya pasien mengalami depresi berat sehingga ada ide bunuh diri pada 2012

akhir hingga 2013.

2. Riwayat Gangguan Medik

Pasien mengatakan saat dilakukan pemeriksaan kesehatan di tempat rehabilitas

RSKO, didapatkan hasil pemeriksaannya adalah pasien menderita penyakit

hepatitis C dan hasil pemeriksaan HIV ialah non-reaktif.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien mulai menggunakan zat psikoaktif sejak SD kelas 6, yakni umur 11

tahun dengan pil BK yang diminum hingga 30 butir sehari. Pasien juga

mengkonsumsi alkohol dan merokok. Alkohol dapat dihabiskan hingga 20 botol

sehari, bila tidak ada alkohol yang biasa, pasien mengkonsumsi alkohol 70%

sebagai gantinya. Kebiasaan ini berlangsung hingga kelas 3 SMP tahun 1992. Lalu

sejak tahun 1995, setelah lulus SMA dan mulai bekerja di DJ di klub-klub malam,

pasien mulai menggunakan shabu dosis 0.1 gram dengan bong yang disediakan

oleh pemilik klub malam, selain itu ia sering diberi Inex oleh tamu sehari 1 butir

dan masih mengkonsumsi alkohol dan merokok. Hal ini berlangsung sampai tahun

1998. Tahun 1998 ia mulai menggunakan putauw sehari sebanyak 2 paket dengan

disuntik yang sesekali ia campur dengan Xanax dengan dosis 1 mg hingga 2013.

Dosis maksimal putauw yang pernah ia konsumsi ialah 1 gram sehari selama

sebulan. Pasien mengakui adanya riwayat berbagi jarum dengan sesama pengguna

di tahun 2004.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien mengatakan pernah menjalani rehabilitasi tahun 2001 di Yayasan Kasih

AGAPE, Sukabumi selama 3 bulan. Kemudian 2002 akhir kembali menjalani

rehabilitasi di Yayasan Galilea, Kalimantan Tengah selama 1,5 tahun. Kemudian

tahun 2008 pasien kembali menjalani rehabilitasi di Yayasan Galilea, Kalimantan

Tengah selama 1 tahun.

4

Page 5: Case Teddy Group 1

D.RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Perkembangan Fisik

Pasien lahir di rumah dengan bantuan bidan dalam keadaan sehat. Pasien lupa dirinya

sudah diimunisasi apa saja, tetapi menurut pengakuannya, pasien yakin sudah

diimunisasi dengan lengkap.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian

a. Masa kanak-kanak (0-11 tahun)

Pasien mengatakan prestasi belajarnya baik saat SD namun tidak

mempunyai banyak teman.

b. Masa Remaja (12-18 tahun)

Saat SMP pasien mengatakan sering berkelahi dengan teman sepantarannya.

Pasien mulai menyentuh obat-obatan terlarang sejak kelas 1 SMP karena

pergaulannya yang tidak terkontrol dan rasa penasaran untuk mencoba. Hal ini

dikarenakan pengaruh dari lingkungan pergaulannya.

c. Masa Dewasa (> 18 tahun)

Pasien mengatakan sejak selesai SMA, pasien meneruskan ke jenjang perkuliahan

dan selesai S1 dalam jangka waktu 6 tahun.

3. Riwayat Pendidikan

SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas

SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas

SMA : Lulus SMA dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan

Kuliah : Lulus Sarjana Ekonomi.

4. Riwayat Pekerjaan

Selepas kuliah, pasien mulai bekerja sebagai pegawai bank. 3 tahun bekerja

sebagai pegawai bank, akhirnya berhenti karena ketergantungan obat dan tidak bisa

konsentrasi dengan pekerjaan. Setelah sempat menganggur selama 3 tahun, ia mulai

bekerja sebagai wiraswasta di Medan.

5. Kehidupan Beragama

Pasien menganut agama Kristen, dan mengaku jarang beribadah ke gereja.

5

Page 6: Case Teddy Group 1

6. Riwayat kehidupan Sosial dan Perkawinan

Pasien menikah saat usia 34 tahun dengan seorang wanita yang bertemu di

Jakarta. Setelah berpacaran selama 1 tahun, pasien memutuskan untuk melanjutkan

hubungan tersebut ke jenjang pernikahan. Dari pernikahan ini, pasien dikaruniai 2

orang anak masing-masing laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya saat ini diasuh

oleh istri pasien karena pasien masih menjalani rehabilitasi. Pasien mengatakan

kehidupan rumah tangganya kurang harmonis setelah 2 tahun pernikahan. Pasien

mengaku pernah memukuli istrinya karena pasien sedang dalam pengaruh obat-

obatan yang dia gunakan dan kejadian tersebut terjadi didepan anak-anaknya.

Istrinya bekerja sebagai seorang hakim dan mengetahui riwayat pemakaian narkoba

pasien sejak sebelum menikah. Istrinya pun yang mengatur dosis obat suboxon yang

digunakan oleh pasien sehari-hari. Namun istri pasien tidak mengetahui bahwa

pasien masih menggunakan heroin setelah menikah. Pasien menyangkal pernah

memukuli anaknya.

E. RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Ayah pasien masih hidup dan sehat.

Ibu pasien masih hidup dan sehat. Dikeluarga tidak ada riwayat gangguan jiwa. Pasien

memiliki 2 orang anak yang sekarang di asuh oleh istrinya.

Keterangan

1. Ayah = Hidayat, 66 tahun, masih hidup

6

Page 7: Case Teddy Group 1

2. Ibu = Eveline, 66 tahun, masih hidup

3. Kakak laki-laki = Donny, 38 tahun, masih hidup, didiagnosis menderita skizofrenia

paranoid

4. Pasien = umur 36 tahun, masih hidup

5. Istri pasien = Hety, 26 tahun, masih hidup.

6. Anak pertama pasien, laki-laki, Marvel, umur 7 tahun, masih hidup

7. Anak kedua pasien, perempuan, Karen, umur 5 tahun, masih hidup

8. Anak ketiga pasien, laki-laki, Alfonso, umur 4 tahun, masih hidup

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG

Sebelumnya pasien tinggal di rumah bersama istri dan anaknya. Ketika ditanyakan

bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang di sekitar rumahnya, pasien mengatakan

tidak mempunyai banyak teman karena pasien termasuk orang yang cuek dan kurang

senang menjalin komunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Sejak dirawat di RSKO

pasien sudah mengalami perbaikan dan dapat menjalin komunikasi dan berinteraksi

dengan sesama pasien yang dirawat.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien laki-laki berusia 38 tahun, tubuh terlihat normal, kulit sawo, rambut pendek

berwarna hitam dan tumbuh merata. Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak

menggunakan pakaian yang dibawanya dari rumah nerupa kaos dan celana pendek dari

bahan jeans, kebersihan diri cukup. Pasien tampak sesuai umurnya.

2. Kesadaran

a. Kesadaran sensorium / neurologik : Kompos mentis

b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

a. Sebelum wawancara : Pasien sedang istirahat setelah melakukan tugas harian

b. Selama wawancara : Pasien duduk dengan sikap tubuh tegak, kontak mata baik,

ramah, suara dapat didengar dengan jelas, spontan, antusias dalam menjawab

pertanyaan diikuti dengan gerakan-gerakan anggota tubuh dan sikap bersahabat

c. Sesudah wawancara : Pasien kembali ke bangsalnya untuk mengikuti kegiatan

selanjutnya

7

Page 8: Case Teddy Group 1

4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik)

5. Pembicaraan :

a. Cara berbicara : bicara spontan, sopan dan lancar, volume suara cukup jelas, tidak

dramatis, tidak emosional, dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan.

b. Gangguan berbicara : tidak ada

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)

1. Suasana perasaan (mood) : Eutimik

2. Afek ekspresi afektif

a. Arus : cepat

b. Stabilisasi : stabil

c. Kedalaman : dalam

d. Skala diferensiasi : luas

e. Keserasian : serasi

f. Pengendalian impuls : kuat

g. Ekspresi : wajar

h. Dramatisasi : tidak ada

i. Empati : dapat diraba rasakan

C. GANGGUAN PERSEPSI

a. Halusinasi : Tidak ada

b. Ilusi : Tidak ada

c. Depersonalisasi : Tidak ada

d. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)

1. Taraf pendidikan : Sarjana S1

2. Pengetahuan umum : Cukup (mengetahui nama presiden Indonesia yang sekarang)

3. Kecerdasan : Baik ( dapat berbahasa inggris dengan lancar)

4. Konsentrasi : Baik

5. Orientasi

a. Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan waktu wawancara yaitu jam 11:00

WIB, dan dapat membedakan siang dan malam)

8

Page 9: Case Teddy Group 1

b. Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di RSKO)

c. Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter, suster, laki-laki, perempuan)

d. Situasi : Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu

kondisi penyakitnya)

6. Daya ingat

a. Tingkat :

Jangka panjang : baik (pasien ingat tanggal lahirnya)

Jangka pendek : baik (pasien dapat menyebutkan menu makan tadi malam)

Segera : baik (pasien tahu nama pemeriksa)

7. Pikiran abstraktif : baik (pasien dapat menjawab pribahasa : “tong kosong nyaring

bunyinya”)

8. Visuospatial : baik (pasien dapat menggambarkan jam dan waktu sesuai diminta)

9. Bakat kreatif : kurang (pasien tidak merasa memiliki bakat apapun)

10. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien dapat makan dan mandi sendiri)

E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir :

o Produktifitas : Baik, suara jelas, flight of ideas (-).

o Kontinuitas : Baik, inkoherensi (-),

o Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi pikir

o Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada

o Waham : Tidak ada

o Obsesi : Tidak ada

o Fobia : Tidak ada

o Gagasan rujukan : tidak ada

o Gagasan pengaruh : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS

Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan

gejala yang agresif.

G. DAYA NILAI

9

Page 10: Case Teddy Group 1

1. Daya nilai sosial : Baik (pasien tahu jika orang tidak memakai baju itu tidak sopan)

2. Uji daya nilai : Kurang (pasien menjawab pertanyaan jika menemukan dompet dijalan,

belum tentu mau mengembalikannya)

3. Daya nilai reabilitas : baik

H. TILIKAN

Derajat 5 (sadar akan penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan penyakitnya

namun tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya)

I. RELIABILITAS

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS INTERNUS

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pernafasan dah suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Sistem kardiovaskular : Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Sistem respiratorius : Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Sistem gastrointestinal : Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Extremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

B. STATUS NEUROLOGIK

Tidak dilakukan pemeriksaan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Laju Endap Darah 8 mm/jam P<10 W<20

Hemoglobin 15.2 g/dL P=13.2-17.3 W =

10

Page 11: Case Teddy Group 1

11.7-5.5

Leukosit 7.400 Sel/µL P=3600-10.600 W =

3.600 – 11.000

Hematokrit 47 Vol% P=40-52 W=35-47

Trombosit 249 Ribu sel/µL 150-440

Eritrosit 5.36 Juta sel/µL P=4.4 – 5.9 W=3.8-

5.2

HITUNG JENIS

LEUKOSIT

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 2 % 2-4

N Batang 2 % 3-5

N Segmen 63 % 50-70

Limfosit 30 % 25-40

Monosit 3 % 2-8

KIMIA DARAH

FUNGSI DARAH

SGOT/AST 26 U/L P<50 W<35

SGPT/ALT 37 U/L P<50 W <35

Tes Urin :

Benzodiazepine : Positif (+)

Opiat : Positif (+)

Tes Khusus

Anti HCV : Positif (+)

Anti HIV : Reaktif (+)

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien laki-laki, usia 36 tahun, pasien tampak sesuai umurnya. Pasien merupakan anak

ke-2 dari 2 bersaudara. Semua keluarganya masih hidup dalam keadaan sehat kecuali

kakaknya dan tantenya (adik ibunya) yang diketahui mengalami gangguan kejiwaan

skizofrenia paranoid. Pasien dibawa oleh orang tuanya ke RSKO dalam keadaan mengamuk,

marah-marah, dan gelisah. Pasien mengakui memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif

11

Page 12: Case Teddy Group 1

sejak kelas 6 SD yakni sejak usia 11 tahun. Saat itu, pasien menggunakan pil BK, alkohol,

dan merokok. Tahun 1995 pasien mulai menggunakan shabu sebanyak 0.1 gram per hari dan

inex 1 butir setiap malam. Tahun 1998 pasien mulai menggunakan putauw hingga sekarang,

dengan dosis tertinggi yang pernah dipakai ialah 1 gram sehari selama sebulan penuh. Putauw

terkadang dikonsumsi bersama dengan xanax dengan dosis terbanyak 13 butir. Riwayat

berbagi jarum dengan sesama pengguna dan riwayat bergonta-ganti pasangan seksual diakui

pasien. Pada pemeriksaan urin ditemukan zat yang positif dari golongan Benzodiazepine dan

Opiat. Pada pemeriksaan khusus ditemukan anti HCV positif dan anti HIV reaktif.

Pasien sering merasakan kehilangan minat dalam hidupnya, mudah lelah dan seperti tidak

ada energi untuk melakukan apapun. Pasien mengatakan adanya niat untuk melakukan bunuh

diri berkali-kali yang salah satunya direalisasikan dengan cara menyuntikkan heroin dan

mengkonsumsi xanax dengan dosis tinggi (heroin 0.5 gram dan xanax 13 butir) hingga

diharapkan pasien akan meninggal dalam keadaan overdosis.

Pasien sering merasa dirinya tidak berguna dan tidak dihargai oleh keluarganya, terutama

orang tua dan istrinya. Nafsu makan pasien menurun, tidur pun terganggu. Pasien mengaku

paling cepat bisa tidur jam 2 pagi. Pasien juga merasa sulit fokus dalam pekerjaannya hingga

akhirnya usahanya bangkrut. Dan akhirnya pasien merasa minder dan kehilangan

kepercayaan diri hingga memutuskan untuk bunuh diri. Pasien merasa depresi karena tumbuh

di lingkungan yang penuh kekecewaan. Pasien kecewa dengan sikap orang tuanya yang

terlalu otoriter yang tidak pernah mendengarkan pendapatnya. Rasa depresi pasien bertambah

ketika pasien telah berkeluarga yang disebabkan kehidupan rumah tangganya tidak harmonis

karena istrinya membebankan seluruh tanggung jawab keluarga pada pasien dan tidak bisa

menghargai pasien sebagai suami. Saat diwawancarai pasien bersikap kooperatif.

Pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah merasa lebih baik sejak dirawat di

RSKO dan mulai ada minat untuk beraktivitas. Tidur sudah mulai nyaman, dan pasien dapat

bersosialisasi dengan sesama disekitarnya.

VII. FORMULA DIAGNOSTIK

Aksis I :

Susunan diagnostik ini berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna maka kasus ini termasuk:

1. Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat

Psikoaktif Lainnya karena memenuhi Kriteria Diagnostik F19 :

12

Page 13: Case Teddy Group 1

a. Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang benar-benar kacau dan

sembarangan atau berbagai obat dicampur yakni campuran antara putauw

(heroin) dengan xanax, shabu, dan alkohol

Aksis II

Tidak terdapat retardasi mental dan belum dapat ditegakan adanya gangguan kepribadian.

Aksis III

Pada kasus ini didapatkan gangguan fisik berupa hepatitis C yang ditegakkan melalui

pemeriksaan laboratorium.

Aksis IV

Problem psikososial dan lingkungan kasus ini adalah

- Masalah keluarga : Istri marah karena pasien masih menggunakan heroin dengan

sembunyi-sembunyi.

- Masalah pekerjaan : tidak dapat fokus dan konsentrasi pada pekerjaannya

- Masalah sosial : ketidakpedulian terhadap orang lain di sekitarnya.

Aksis V

GAF scale50-41 (gejala serius dalam fungsi sosial seperti sekolah dan tidak mampu

mempertahankan pekerjaan)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : WD:

F19 : Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat

Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya

Aksis II : Tidak didapatkan RM, belum ditegakkan adanya gangguan kepribadian

Aksis III : Hepatitis C (+)

Aksis IV : Masalah mengenai keluarga, pekerjaan dan hubungan sosial.

Aksis V : Global Assessment Functional (GAF) Scale 50-41

IX. PROGNOSIS

Faktor yang memperingan :

Ada dukungan keluarga

Ada motivasi diri sendiri

Faktor yang memberatkan :

Ada hendaya fungsi, sosial dan pekerjaan

13

Page 14: Case Teddy Group 1

Kesimpulan: Dubia ad bonam

X. DAFTAR PROBLEM

a. Organobiologik : tidak ada

b. Psikologis : Multiple Drug Dependence

c. Sosial/Keluarga : ada

XI. TERAPI

INDIKASI RAWAT INAP:

1. Pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut terhadap gangguan psikiatrik pasien

2. Keamanan pasien dan orang disekitarnya

PSIKOFARMAKA:

1. Suboxon 2 mg (1x1 tab sehari)

Fluoxetine merupakan anggota SSRI pertama yang diakui FDA untuk pengobatan

depresi. Seperti SSRI lain, obat ini bekerja dengan menghambat reuptake serotonin (5-HT1A,

5-HT2C, dan 5-HT3C) ke dalam prasinap saraf terminal. Alhasil akan terjadi peningkatan

neurotransmisi oleh serotonin sehingga menimbulkan efek antidepresan. Adapun

keistimewaan fluoxetine dibanding antidepresan lainnya adalah obat ini boleh diberikan pada

usia lanjut, di atas 65 tahun. Efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan

sistem saraf pusat dan sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusat yang paling sering

adalah nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan

gastrointestinal yang paling sering adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia. Data

menyatakan bahwa mual adalah berhubungan dengan dosis dan merupakan suatu efek

merugikan di mana pasien tampaknya mengembangkan toleransi. Efek yang lainnya

melibatkan fungsi seksual dan kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air susu; dengan demikian,

ibu menyusui tidak boleh menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga harus digunakan dengan

berhati-hati oleh pasien dengan penyakit hati.

PSIKOTERAPI TERHADAP PASIEN :

a. Terapi perilaku kognitif

Terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi

distraktibilitas serta mengkoreksi kesalahan daya nilai.

14

Page 15: Case Teddy Group 1

b. Psikoterapi suportif

Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok seperti grouping,

morning meeting. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara:

Ventilasi: memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeluarkan isi hatinya.

Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan

hilang.

Reassurance: meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa dia sanggup

mengatasi masalahnya.

Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang berhubungan dengan

masalah kesehatan jiwa pasien, agar pasien lebih bersemangat mengatasinya.

c. Psikoterapi re-edukatif

- Mengubah pola prilaku pasien dengan meniadakan kebiasaan tertentu dan membentuk

kebiasaan yang lebih menguntungkan

d. Sosioterapi

Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok di tempat rehabilitasi

Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di tempat rehabilitasi

Lampiran Cuplikan Wawancara

Pasien ditemui di Bangsal Primary House ketika sedang istirahat setelah melakukan tugas

harian. Pemeriksa memanggil nama pasien dan mengajak untuk duduk di sofa untuk

diwawancarai. Pasien duduk di hadapan pemeriksa.

D : Selamat pagi, perkenalkan nama saya dokter Adibah (berjabat tangan), saya ingin

mewawancarai anda bersama dengan beberapa dokter muda lain. Anda bersedia untuk

diwawancara?

P : Baik dok

D : Siapa nama Anda?

P : T

D : Anda ingin dipanggil apa ?

P : biasa saja dok, panggil saja T

D : T lahirnya dimana? Tanggal berapa?

P : Di Jakarta, 30 Oktober 1975

D : Bagaimana kabarnya hari ini T?

P : Baik dok. Are you guys from Malaysia?

D : Yes, some of us. Kenapa T datang kesini?

15

Page 16: Case Teddy Group 1

P : Saya dibawa oleh ibu ke RSKO ini

D : Kenapa bisa dibawa sama ibu? Memangnya T sedang ngapain?

P : Saya dibawa kesini karena saya habis mengamuk sama istri saya dirumah. Rumah

saya di Medan. Saya mengamuk karena istri saya marahin saya karena ketahuan memakai

obat lagi. Saya sempat juga mukul istri saya didepan anak-anak saya, dan itu yang buat saya

kecewa sama diri sendiri. Makanya saya terima saja dimasukin kesini. Semoga aja anak-anak

saya ga ngerti, kan mereka juga masih kecil. Sebelum masuk sini juga saya tau mau di detox

jadi saya puas-puasin aja dulu makai obatnya semaleman.

D : oh memang sejak kapan T memakai obat-obatan ?

P : Sejak kelas 1 SMP dok, waktu itu tahun 1988.

D : Bisa diceritakan T menggunakan apa saja ?

P : Jadi, saya menggunakan benzo sejak kelas 1 SMP diberikan oleh teman saya. Selain

itu, saya menggunakan alkohol (bir) serta merokok. Alkohol yang bisa saya habiskan

sebanyak 1 botol sehari.

Kelas 3 SMA, saya mulai menggunakan ganja dan itu saya pakai tiap hari. Namun benzo,

alkohol, rokok pun tetap saya gunakan lanjut.

Pas kuliah, saya stop ganja dan mencoba gunakan heroin. Tapi pakainya cuma occasionally

aja. Selain itu, saya juga mulai pake shabu.

Tahun 1997 pertama kali saya detox, tapi hanya bertahan 1 minggu, saya mulai lagi dengan

pakai alkohol hingga akhirnya pakai heroin lagi. Nah, 3 tahun itu saya keluar masuk detox

terus-terusan.

Tahun 2003 saya pertama kali masuk rehab di Sukabumi, dari rehab ini 3 bulan saja saya

bertahan ga pake, tapi abis itu pakai lagi tapi bukan heroin. Yang saya pake alkohol, shabu.

Dari sini saya mulai pakai alprazolam. Semua jadi subtitusi buat saya, asal saya ga pake

heroin.

Tahun 2006, saya dilarikan ke Medan ama ibu saya, tujuannya sih biar ga pake lagi. Tapi

namanya udah pemake, sampai sana saya ketemu juga sumbernya. Tapi saya tetap berusaha

untuk tidak pakai heroin.

Saya untuk rehab ini yang kedua kalinya, yang pertama di Sukabumi. Kalau untuk detox

sudah berkali-kali, kurang lebih 15 kali.

D : dosisnya berapa yah T?

P : kalau heroin 0,2 gr. Kalau suboxon sehari 2 kali 2 mg. Kalau xanax 5-10ml sehari.

D : kalau dicucaw anda sering berbagi jarum dengan sesama pengguna?

P : iya pernah dok waktu kuliah.

16

Page 17: Case Teddy Group 1

D : kalau gonta-ganti pasangan seksual pernah?

P : Ga pernah dok.

D : anda tahu itu berisiko terhadap penyakit-penyakit tertentu seperti Hepatitis C dan

HIV?

P : tahu dok

D : sudah pernah cek hepatitis dan HIV?

P : pernah dok, hepatitis c nya positif, kalau HIV negatif.

D : Sebelum di rawat disini apakah pernah di rawat tempat lainnya?

P : iya pernah

D : dimana saja?

P : tahun 2003 pernah di rawat di yayasan Tulus Hati Sukabumi selama 3 bulan, dan

terakhir di RSKO.

D : kalau boleh tahu, apakah T pernah di tangkap karena menggunakan obat-obat ini?

P : ga pernah

D : sebenarnya apa alasan T menggunakan obat-obatan tersebut?

P : saya tertarik dan terpengaruh teman saja. Akhirnya ya kebiasaan.

D : Terus kenapa dengan istri anda?

P : Ya begitulah, dia marah sama saya karena make, pas kebetulan saya lagi high, jadi

ikutan emosi jadinya keterusan mukul dia. Akhirnya saya drop juga sih, abis pas kejadian

anak-anak saya lihat, kasian anak-anak.

D : anda sudah pernah komunikasi dengan istri anda?

P : sudah, istri saya sudah mengerti kok, dia terima keadaan saya sekarang. Syukur si

sudah gak marah.

D : Pendidikan T terakhir apa ?

P : Saya terakhir sarjana ekonomi

D : Selama pendidikan, apa ada masalah? Anda pernah tinggal kelas?

P : tidak ada dok, saya selalu naik kelas, nilainya pun gak jelek-jelek amat

D : sehabis kuliah anda melanjutkan kemana?

P : saya bekerja jadi pegawai bank kurang lebih 3 tahun, akhirnya keluar gara-gara gak

bisa konsen kerja.

D : Oh begitu. Memang apa sih yang dirasakan saat T memakai obat-obatan tersebut

P : ya enak aja, ngefly gitu dok

17

Page 18: Case Teddy Group 1

D : pernah merasakan efek samping yang aneh dari obat-obatan tersebut? Misalnya

dengar-dengar suara yang orang lain tidak dengar, atau suka melihat hal-hal yang orang lain

tidak pernah lihat?

P : enggak pernah dok, saya bingung orang-orang suka bilang ada efek aneh-aneh kalau

pakai obat, kalau saya sendiri malah tidak pernah merasakan yang aneh-aneh itu.

D : di keluarga T, ada yang pakai obat-obatan seperti T?

P : Ngga ada dok. Cuma saya aja yang bandel.

D : T, sekarang T merasa apa yang T alami ini ada yang salah?

P : saya sadar ini memang ada yang salah dari hidup saya

D : Menurut T , T bisa sampai seperti ini karena T sendiri atau karena tekanan dari

orang-orang disekitar T?

P : ini karena salah saya sendiri dok, ga bisa kontrol diri.

D : baik T, saya sudah dapat gambaran tentang apa yang J rasakan, terima kasih sudah

mau diwawancara ya, ada yang ingin ditanyakan?

P : tidak dok

D : baiklah kalau begitu, selamat siang ya T (bersalaman)

P : selamat siang dok

18