Upload
jessica-gabrielle-idnani
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
h
Citation preview
PRESENTASI KASUS
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Nur Aqila binti Md Rahim
Nur Atiqah binti Nordin
Nur Asyiqin binti Muhammad Ramdan
Adibah binti Hamran
Anathasia Christine K
PEMBIMBING:
Dr. Imelda, SpKJ
Dr. Carlamia, SpKJ
Dr. Adhi, SpKJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
PERIODE 11 NOVEMBER – 14 DESEMBER 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk. Jakarta-Barat
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : 28 NOVEMBER 2013
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
Nomor rekam medis : xx.xx.xx
Nama pasien : Tn T
Masuk RS pada tanggal : 21 Agustus 2013
Rujukan/datang sendiri/dengan keluarga : Keluarga
Riwayat Perawatan : 2001 Rehabilitasi di Sukabumi selama 3 bulan.
Akhir 2002 masuk panti rehabilitasi 1,5 tahun di Kalimantan Tengah. Pertengahan 2008
masuk panti rehabilitasi di Kalimantan Tengah selama 1 tahun
I. IDENTITAS
Nama : Tn. T
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 12 Juli 1977
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA kelas 3
Suku bangsa : Keturunan Tionghoa-Jawa
Alamat : Perum Bogor Raya
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Tidak ada (dulu : Wiraswasta)
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 17 September 2013, jam 12.00WIB.
A. KELUHAN UTAMA
2
Pasien datang dibawa oleh keluarga dalam keadaan sedih dan pasrah.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat pada tanggal 21 Agustus 2013
pukul 19.15 WIB. Pasien dibawa oleh keluarga dalam keadaan mengamuk, gelisah, dan
marah-marah. Keluarga membawa pasien karena mencurigai pasien mengalami overdosis
karena keluarga menemukan pasien dalam keadaan tak sadarkan diri dengan alat suntik
menempel dilengannya. Pasien mengakui memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif
sejak kelas 6 SD yakni sejak usia 11 tahun. Pasien juga mengatakan adanya riwayat
berbagi jarum dengan sesama pengguna sejak tahun 2004, dan riwayat bergonta-ganti
pasangan seksual juga diakui pasien.
Pasien sering merasakan kehilangan minat dalam hidupnya. Pasien juga merasa
mudah lelah dan seperti tidak ada energi untuk melakukan apapun. Pasien mengeluh
adanya niat untuk melakukan bunuh diri berkali-kali yang salah satunya direalisasikan
dengan cara menyuntikkan heroin dan mengkonsumsi xanax dengan dosis tinggi (heroin
0.5 gram dan xanax 13 butir) hingga pasien akan meninggal dalam keadaan overdosis,
namun akhirnya selalu diketahui orang lain dan tertolong. Pada hari dimana pasien
dibawa ke RSKO, pasien sedang mengkonsumsi 1 butir xanax dan menyuntikkan 0.25
gram heroin. Tapi karena kondisi badan yang kurang fit, pasien kemudian pingsan dengan
jarum suntik masih menempel di lengannya. Hal ini kemudian tak sengaja terlihat orang
tuanya. Curiga anaknya mengalami overdosis, orang tua pasien akhirnya membawa
pasien ke RSKO.
Pasien sering merasa dirinya tidak berguna dan tidak dihargai oleh keluarganya,
terutama orang tua dan istrinya. Nafsu maka pasien menurun, tidur pun terganggu. Pasien
mengaku paling cepat bisa tidur jam 2 pagi. Pasien juga merasa sulit fokus dalam
pekerjaannya hingga akhirnya usahanya bangkrut. Dan akhirnya pasien merasa minder
dan kehilangan kepercayaan diri hingga memutuskan untuk bunuh diri.
Pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah merasa lebih baik sejak dirawat di
RSKO dan mulai ada minat untuk beraktivitas. Tidur sudah mulai nyaman, dan pasien
dapat bersosialisasi dengan sesama disekitarnya.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
3
Pasien mulai merasakan kehilangan minat, gangguan tidur, nafsu yang makan
menurun sejak 2008. Hal ini dirasakan karena kekecewaan pasien yang sudah
berlangsung sejak kecil karena tekanan dari orang tuanya yang bersifat otoriter,
terutama ibunya. Ketika pasien telah berkeluarga, pasien pun merasakan
kekecewaan yang lebih berat karena istri pasien bersikap lepas tangan dan
membebankan semua urusan rumah tangga pada pasien. Hal ini diperburuk lagi
dengan sikap istri pasien yang kurang menghargai pasien sebagai suami.
Puncaknya pasien mengalami depresi berat sehingga ada ide bunuh diri pada 2012
akhir hingga 2013.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengatakan saat dilakukan pemeriksaan kesehatan di tempat rehabilitas
RSKO, didapatkan hasil pemeriksaannya adalah pasien menderita penyakit
hepatitis C dan hasil pemeriksaan HIV ialah non-reaktif.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mulai menggunakan zat psikoaktif sejak SD kelas 6, yakni umur 11
tahun dengan pil BK yang diminum hingga 30 butir sehari. Pasien juga
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Alkohol dapat dihabiskan hingga 20 botol
sehari, bila tidak ada alkohol yang biasa, pasien mengkonsumsi alkohol 70%
sebagai gantinya. Kebiasaan ini berlangsung hingga kelas 3 SMP tahun 1992. Lalu
sejak tahun 1995, setelah lulus SMA dan mulai bekerja di DJ di klub-klub malam,
pasien mulai menggunakan shabu dosis 0.1 gram dengan bong yang disediakan
oleh pemilik klub malam, selain itu ia sering diberi Inex oleh tamu sehari 1 butir
dan masih mengkonsumsi alkohol dan merokok. Hal ini berlangsung sampai tahun
1998. Tahun 1998 ia mulai menggunakan putauw sehari sebanyak 2 paket dengan
disuntik yang sesekali ia campur dengan Xanax dengan dosis 1 mg hingga 2013.
Dosis maksimal putauw yang pernah ia konsumsi ialah 1 gram sehari selama
sebulan. Pasien mengakui adanya riwayat berbagi jarum dengan sesama pengguna
di tahun 2004.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien mengatakan pernah menjalani rehabilitasi tahun 2001 di Yayasan Kasih
AGAPE, Sukabumi selama 3 bulan. Kemudian 2002 akhir kembali menjalani
rehabilitasi di Yayasan Galilea, Kalimantan Tengah selama 1,5 tahun. Kemudian
tahun 2008 pasien kembali menjalani rehabilitasi di Yayasan Galilea, Kalimantan
Tengah selama 1 tahun.
4
D.RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Perkembangan Fisik
Pasien lahir di rumah dengan bantuan bidan dalam keadaan sehat. Pasien lupa dirinya
sudah diimunisasi apa saja, tetapi menurut pengakuannya, pasien yakin sudah
diimunisasi dengan lengkap.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa kanak-kanak (0-11 tahun)
Pasien mengatakan prestasi belajarnya baik saat SD namun tidak
mempunyai banyak teman.
b. Masa Remaja (12-18 tahun)
Saat SMP pasien mengatakan sering berkelahi dengan teman sepantarannya.
Pasien mulai menyentuh obat-obatan terlarang sejak kelas 1 SMP karena
pergaulannya yang tidak terkontrol dan rasa penasaran untuk mencoba. Hal ini
dikarenakan pengaruh dari lingkungan pergaulannya.
c. Masa Dewasa (> 18 tahun)
Pasien mengatakan sejak selesai SMA, pasien meneruskan ke jenjang perkuliahan
dan selesai S1 dalam jangka waktu 6 tahun.
3. Riwayat Pendidikan
SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas
SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas
SMA : Lulus SMA dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan
Kuliah : Lulus Sarjana Ekonomi.
4. Riwayat Pekerjaan
Selepas kuliah, pasien mulai bekerja sebagai pegawai bank. 3 tahun bekerja
sebagai pegawai bank, akhirnya berhenti karena ketergantungan obat dan tidak bisa
konsentrasi dengan pekerjaan. Setelah sempat menganggur selama 3 tahun, ia mulai
bekerja sebagai wiraswasta di Medan.
5. Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Kristen, dan mengaku jarang beribadah ke gereja.
5
6. Riwayat kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien menikah saat usia 34 tahun dengan seorang wanita yang bertemu di
Jakarta. Setelah berpacaran selama 1 tahun, pasien memutuskan untuk melanjutkan
hubungan tersebut ke jenjang pernikahan. Dari pernikahan ini, pasien dikaruniai 2
orang anak masing-masing laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya saat ini diasuh
oleh istri pasien karena pasien masih menjalani rehabilitasi. Pasien mengatakan
kehidupan rumah tangganya kurang harmonis setelah 2 tahun pernikahan. Pasien
mengaku pernah memukuli istrinya karena pasien sedang dalam pengaruh obat-
obatan yang dia gunakan dan kejadian tersebut terjadi didepan anak-anaknya.
Istrinya bekerja sebagai seorang hakim dan mengetahui riwayat pemakaian narkoba
pasien sejak sebelum menikah. Istrinya pun yang mengatur dosis obat suboxon yang
digunakan oleh pasien sehari-hari. Namun istri pasien tidak mengetahui bahwa
pasien masih menggunakan heroin setelah menikah. Pasien menyangkal pernah
memukuli anaknya.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Ayah pasien masih hidup dan sehat.
Ibu pasien masih hidup dan sehat. Dikeluarga tidak ada riwayat gangguan jiwa. Pasien
memiliki 2 orang anak yang sekarang di asuh oleh istrinya.
Keterangan
1. Ayah = Hidayat, 66 tahun, masih hidup
6
2. Ibu = Eveline, 66 tahun, masih hidup
3. Kakak laki-laki = Donny, 38 tahun, masih hidup, didiagnosis menderita skizofrenia
paranoid
4. Pasien = umur 36 tahun, masih hidup
5. Istri pasien = Hety, 26 tahun, masih hidup.
6. Anak pertama pasien, laki-laki, Marvel, umur 7 tahun, masih hidup
7. Anak kedua pasien, perempuan, Karen, umur 5 tahun, masih hidup
8. Anak ketiga pasien, laki-laki, Alfonso, umur 4 tahun, masih hidup
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Sebelumnya pasien tinggal di rumah bersama istri dan anaknya. Ketika ditanyakan
bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang di sekitar rumahnya, pasien mengatakan
tidak mempunyai banyak teman karena pasien termasuk orang yang cuek dan kurang
senang menjalin komunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Sejak dirawat di RSKO
pasien sudah mengalami perbaikan dan dapat menjalin komunikasi dan berinteraksi
dengan sesama pasien yang dirawat.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien laki-laki berusia 38 tahun, tubuh terlihat normal, kulit sawo, rambut pendek
berwarna hitam dan tumbuh merata. Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak
menggunakan pakaian yang dibawanya dari rumah nerupa kaos dan celana pendek dari
bahan jeans, kebersihan diri cukup. Pasien tampak sesuai umurnya.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium / neurologik : Kompos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien sedang istirahat setelah melakukan tugas harian
b. Selama wawancara : Pasien duduk dengan sikap tubuh tegak, kontak mata baik,
ramah, suara dapat didengar dengan jelas, spontan, antusias dalam menjawab
pertanyaan diikuti dengan gerakan-gerakan anggota tubuh dan sikap bersahabat
c. Sesudah wawancara : Pasien kembali ke bangsalnya untuk mengikuti kegiatan
selanjutnya
7
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik)
5. Pembicaraan :
a. Cara berbicara : bicara spontan, sopan dan lancar, volume suara cukup jelas, tidak
dramatis, tidak emosional, dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan.
b. Gangguan berbicara : tidak ada
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : Eutimik
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : cepat
b. Stabilisasi : stabil
c. Kedalaman : dalam
d. Skala diferensiasi : luas
e. Keserasian : serasi
f. Pengendalian impuls : kuat
g. Ekspresi : wajar
h. Dramatisasi : tidak ada
i. Empati : dapat diraba rasakan
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : Sarjana S1
2. Pengetahuan umum : Cukup (mengetahui nama presiden Indonesia yang sekarang)
3. Kecerdasan : Baik ( dapat berbahasa inggris dengan lancar)
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan waktu wawancara yaitu jam 11:00
WIB, dan dapat membedakan siang dan malam)
8
b. Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di RSKO)
c. Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter, suster, laki-laki, perempuan)
d. Situasi : Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu
kondisi penyakitnya)
6. Daya ingat
a. Tingkat :
Jangka panjang : baik (pasien ingat tanggal lahirnya)
Jangka pendek : baik (pasien dapat menyebutkan menu makan tadi malam)
Segera : baik (pasien tahu nama pemeriksa)
7. Pikiran abstraktif : baik (pasien dapat menjawab pribahasa : “tong kosong nyaring
bunyinya”)
8. Visuospatial : baik (pasien dapat menggambarkan jam dan waktu sesuai diminta)
9. Bakat kreatif : kurang (pasien tidak merasa memiliki bakat apapun)
10. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (pasien dapat makan dan mandi sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir :
o Produktifitas : Baik, suara jelas, flight of ideas (-).
o Kontinuitas : Baik, inkoherensi (-),
o Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
o Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
o Waham : Tidak ada
o Obsesi : Tidak ada
o Fobia : Tidak ada
o Gagasan rujukan : tidak ada
o Gagasan pengaruh : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan
gejala yang agresif.
G. DAYA NILAI
9
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien tahu jika orang tidak memakai baju itu tidak sopan)
2. Uji daya nilai : Kurang (pasien menjawab pertanyaan jika menemukan dompet dijalan,
belum tentu mau mengembalikannya)
3. Daya nilai reabilitas : baik
H. TILIKAN
Derajat 5 (sadar akan penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan penyakitnya
namun tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya)
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pernafasan dah suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Sistem kardiovaskular : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Sistem respiratorius : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Sistem gastrointestinal : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Extremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
B. STATUS NEUROLOGIK
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Laju Endap Darah 8 mm/jam P<10 W<20
Hemoglobin 15.2 g/dL P=13.2-17.3 W =
10
11.7-5.5
Leukosit 7.400 Sel/µL P=3600-10.600 W =
3.600 – 11.000
Hematokrit 47 Vol% P=40-52 W=35-47
Trombosit 249 Ribu sel/µL 150-440
Eritrosit 5.36 Juta sel/µL P=4.4 – 5.9 W=3.8-
5.2
HITUNG JENIS
LEUKOSIT
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 2-4
N Batang 2 % 3-5
N Segmen 63 % 50-70
Limfosit 30 % 25-40
Monosit 3 % 2-8
KIMIA DARAH
FUNGSI DARAH
SGOT/AST 26 U/L P<50 W<35
SGPT/ALT 37 U/L P<50 W <35
Tes Urin :
Benzodiazepine : Positif (+)
Opiat : Positif (+)
Tes Khusus
Anti HCV : Positif (+)
Anti HIV : Reaktif (+)
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki, usia 36 tahun, pasien tampak sesuai umurnya. Pasien merupakan anak
ke-2 dari 2 bersaudara. Semua keluarganya masih hidup dalam keadaan sehat kecuali
kakaknya dan tantenya (adik ibunya) yang diketahui mengalami gangguan kejiwaan
skizofrenia paranoid. Pasien dibawa oleh orang tuanya ke RSKO dalam keadaan mengamuk,
marah-marah, dan gelisah. Pasien mengakui memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif
11
sejak kelas 6 SD yakni sejak usia 11 tahun. Saat itu, pasien menggunakan pil BK, alkohol,
dan merokok. Tahun 1995 pasien mulai menggunakan shabu sebanyak 0.1 gram per hari dan
inex 1 butir setiap malam. Tahun 1998 pasien mulai menggunakan putauw hingga sekarang,
dengan dosis tertinggi yang pernah dipakai ialah 1 gram sehari selama sebulan penuh. Putauw
terkadang dikonsumsi bersama dengan xanax dengan dosis terbanyak 13 butir. Riwayat
berbagi jarum dengan sesama pengguna dan riwayat bergonta-ganti pasangan seksual diakui
pasien. Pada pemeriksaan urin ditemukan zat yang positif dari golongan Benzodiazepine dan
Opiat. Pada pemeriksaan khusus ditemukan anti HCV positif dan anti HIV reaktif.
Pasien sering merasakan kehilangan minat dalam hidupnya, mudah lelah dan seperti tidak
ada energi untuk melakukan apapun. Pasien mengatakan adanya niat untuk melakukan bunuh
diri berkali-kali yang salah satunya direalisasikan dengan cara menyuntikkan heroin dan
mengkonsumsi xanax dengan dosis tinggi (heroin 0.5 gram dan xanax 13 butir) hingga
diharapkan pasien akan meninggal dalam keadaan overdosis.
Pasien sering merasa dirinya tidak berguna dan tidak dihargai oleh keluarganya, terutama
orang tua dan istrinya. Nafsu makan pasien menurun, tidur pun terganggu. Pasien mengaku
paling cepat bisa tidur jam 2 pagi. Pasien juga merasa sulit fokus dalam pekerjaannya hingga
akhirnya usahanya bangkrut. Dan akhirnya pasien merasa minder dan kehilangan
kepercayaan diri hingga memutuskan untuk bunuh diri. Pasien merasa depresi karena tumbuh
di lingkungan yang penuh kekecewaan. Pasien kecewa dengan sikap orang tuanya yang
terlalu otoriter yang tidak pernah mendengarkan pendapatnya. Rasa depresi pasien bertambah
ketika pasien telah berkeluarga yang disebabkan kehidupan rumah tangganya tidak harmonis
karena istrinya membebankan seluruh tanggung jawab keluarga pada pasien dan tidak bisa
menghargai pasien sebagai suami. Saat diwawancarai pasien bersikap kooperatif.
Pasien mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah merasa lebih baik sejak dirawat di
RSKO dan mulai ada minat untuk beraktivitas. Tidur sudah mulai nyaman, dan pasien dapat
bersosialisasi dengan sesama disekitarnya.
VII. FORMULA DIAGNOSTIK
Aksis I :
Susunan diagnostik ini berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna maka kasus ini termasuk:
1. Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat
Psikoaktif Lainnya karena memenuhi Kriteria Diagnostik F19 :
12
a. Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang benar-benar kacau dan
sembarangan atau berbagai obat dicampur yakni campuran antara putauw
(heroin) dengan xanax, shabu, dan alkohol
Aksis II
Tidak terdapat retardasi mental dan belum dapat ditegakan adanya gangguan kepribadian.
Aksis III
Pada kasus ini didapatkan gangguan fisik berupa hepatitis C yang ditegakkan melalui
pemeriksaan laboratorium.
Aksis IV
Problem psikososial dan lingkungan kasus ini adalah
- Masalah keluarga : Istri marah karena pasien masih menggunakan heroin dengan
sembunyi-sembunyi.
- Masalah pekerjaan : tidak dapat fokus dan konsentrasi pada pekerjaannya
- Masalah sosial : ketidakpedulian terhadap orang lain di sekitarnya.
Aksis V
GAF scale50-41 (gejala serius dalam fungsi sosial seperti sekolah dan tidak mampu
mempertahankan pekerjaan)
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : WD:
F19 : Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
Aksis II : Tidak didapatkan RM, belum ditegakkan adanya gangguan kepribadian
Aksis III : Hepatitis C (+)
Aksis IV : Masalah mengenai keluarga, pekerjaan dan hubungan sosial.
Aksis V : Global Assessment Functional (GAF) Scale 50-41
IX. PROGNOSIS
Faktor yang memperingan :
Ada dukungan keluarga
Ada motivasi diri sendiri
Faktor yang memberatkan :
Ada hendaya fungsi, sosial dan pekerjaan
13
Kesimpulan: Dubia ad bonam
X. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikologis : Multiple Drug Dependence
c. Sosial/Keluarga : ada
XI. TERAPI
INDIKASI RAWAT INAP:
1. Pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut terhadap gangguan psikiatrik pasien
2. Keamanan pasien dan orang disekitarnya
PSIKOFARMAKA:
1. Suboxon 2 mg (1x1 tab sehari)
Fluoxetine merupakan anggota SSRI pertama yang diakui FDA untuk pengobatan
depresi. Seperti SSRI lain, obat ini bekerja dengan menghambat reuptake serotonin (5-HT1A,
5-HT2C, dan 5-HT3C) ke dalam prasinap saraf terminal. Alhasil akan terjadi peningkatan
neurotransmisi oleh serotonin sehingga menimbulkan efek antidepresan. Adapun
keistimewaan fluoxetine dibanding antidepresan lainnya adalah obat ini boleh diberikan pada
usia lanjut, di atas 65 tahun. Efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan
sistem saraf pusat dan sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusat yang paling sering
adalah nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan
gastrointestinal yang paling sering adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia. Data
menyatakan bahwa mual adalah berhubungan dengan dosis dan merupakan suatu efek
merugikan di mana pasien tampaknya mengembangkan toleransi. Efek yang lainnya
melibatkan fungsi seksual dan kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air susu; dengan demikian,
ibu menyusui tidak boleh menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga harus digunakan dengan
berhati-hati oleh pasien dengan penyakit hati.
PSIKOTERAPI TERHADAP PASIEN :
a. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi
distraktibilitas serta mengkoreksi kesalahan daya nilai.
14
b. Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok seperti grouping,
morning meeting. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara:
Ventilasi: memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeluarkan isi hatinya.
Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan
hilang.
Reassurance: meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa dia sanggup
mengatasi masalahnya.
Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang berhubungan dengan
masalah kesehatan jiwa pasien, agar pasien lebih bersemangat mengatasinya.
c. Psikoterapi re-edukatif
- Mengubah pola prilaku pasien dengan meniadakan kebiasaan tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan
d. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok di tempat rehabilitasi
Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di tempat rehabilitasi
Lampiran Cuplikan Wawancara
Pasien ditemui di Bangsal Primary House ketika sedang istirahat setelah melakukan tugas
harian. Pemeriksa memanggil nama pasien dan mengajak untuk duduk di sofa untuk
diwawancarai. Pasien duduk di hadapan pemeriksa.
D : Selamat pagi, perkenalkan nama saya dokter Adibah (berjabat tangan), saya ingin
mewawancarai anda bersama dengan beberapa dokter muda lain. Anda bersedia untuk
diwawancara?
P : Baik dok
D : Siapa nama Anda?
P : T
D : Anda ingin dipanggil apa ?
P : biasa saja dok, panggil saja T
D : T lahirnya dimana? Tanggal berapa?
P : Di Jakarta, 30 Oktober 1975
D : Bagaimana kabarnya hari ini T?
P : Baik dok. Are you guys from Malaysia?
D : Yes, some of us. Kenapa T datang kesini?
15
P : Saya dibawa oleh ibu ke RSKO ini
D : Kenapa bisa dibawa sama ibu? Memangnya T sedang ngapain?
P : Saya dibawa kesini karena saya habis mengamuk sama istri saya dirumah. Rumah
saya di Medan. Saya mengamuk karena istri saya marahin saya karena ketahuan memakai
obat lagi. Saya sempat juga mukul istri saya didepan anak-anak saya, dan itu yang buat saya
kecewa sama diri sendiri. Makanya saya terima saja dimasukin kesini. Semoga aja anak-anak
saya ga ngerti, kan mereka juga masih kecil. Sebelum masuk sini juga saya tau mau di detox
jadi saya puas-puasin aja dulu makai obatnya semaleman.
D : oh memang sejak kapan T memakai obat-obatan ?
P : Sejak kelas 1 SMP dok, waktu itu tahun 1988.
D : Bisa diceritakan T menggunakan apa saja ?
P : Jadi, saya menggunakan benzo sejak kelas 1 SMP diberikan oleh teman saya. Selain
itu, saya menggunakan alkohol (bir) serta merokok. Alkohol yang bisa saya habiskan
sebanyak 1 botol sehari.
Kelas 3 SMA, saya mulai menggunakan ganja dan itu saya pakai tiap hari. Namun benzo,
alkohol, rokok pun tetap saya gunakan lanjut.
Pas kuliah, saya stop ganja dan mencoba gunakan heroin. Tapi pakainya cuma occasionally
aja. Selain itu, saya juga mulai pake shabu.
Tahun 1997 pertama kali saya detox, tapi hanya bertahan 1 minggu, saya mulai lagi dengan
pakai alkohol hingga akhirnya pakai heroin lagi. Nah, 3 tahun itu saya keluar masuk detox
terus-terusan.
Tahun 2003 saya pertama kali masuk rehab di Sukabumi, dari rehab ini 3 bulan saja saya
bertahan ga pake, tapi abis itu pakai lagi tapi bukan heroin. Yang saya pake alkohol, shabu.
Dari sini saya mulai pakai alprazolam. Semua jadi subtitusi buat saya, asal saya ga pake
heroin.
Tahun 2006, saya dilarikan ke Medan ama ibu saya, tujuannya sih biar ga pake lagi. Tapi
namanya udah pemake, sampai sana saya ketemu juga sumbernya. Tapi saya tetap berusaha
untuk tidak pakai heroin.
Saya untuk rehab ini yang kedua kalinya, yang pertama di Sukabumi. Kalau untuk detox
sudah berkali-kali, kurang lebih 15 kali.
D : dosisnya berapa yah T?
P : kalau heroin 0,2 gr. Kalau suboxon sehari 2 kali 2 mg. Kalau xanax 5-10ml sehari.
D : kalau dicucaw anda sering berbagi jarum dengan sesama pengguna?
P : iya pernah dok waktu kuliah.
16
D : kalau gonta-ganti pasangan seksual pernah?
P : Ga pernah dok.
D : anda tahu itu berisiko terhadap penyakit-penyakit tertentu seperti Hepatitis C dan
HIV?
P : tahu dok
D : sudah pernah cek hepatitis dan HIV?
P : pernah dok, hepatitis c nya positif, kalau HIV negatif.
D : Sebelum di rawat disini apakah pernah di rawat tempat lainnya?
P : iya pernah
D : dimana saja?
P : tahun 2003 pernah di rawat di yayasan Tulus Hati Sukabumi selama 3 bulan, dan
terakhir di RSKO.
D : kalau boleh tahu, apakah T pernah di tangkap karena menggunakan obat-obat ini?
P : ga pernah
D : sebenarnya apa alasan T menggunakan obat-obatan tersebut?
P : saya tertarik dan terpengaruh teman saja. Akhirnya ya kebiasaan.
D : Terus kenapa dengan istri anda?
P : Ya begitulah, dia marah sama saya karena make, pas kebetulan saya lagi high, jadi
ikutan emosi jadinya keterusan mukul dia. Akhirnya saya drop juga sih, abis pas kejadian
anak-anak saya lihat, kasian anak-anak.
D : anda sudah pernah komunikasi dengan istri anda?
P : sudah, istri saya sudah mengerti kok, dia terima keadaan saya sekarang. Syukur si
sudah gak marah.
D : Pendidikan T terakhir apa ?
P : Saya terakhir sarjana ekonomi
D : Selama pendidikan, apa ada masalah? Anda pernah tinggal kelas?
P : tidak ada dok, saya selalu naik kelas, nilainya pun gak jelek-jelek amat
D : sehabis kuliah anda melanjutkan kemana?
P : saya bekerja jadi pegawai bank kurang lebih 3 tahun, akhirnya keluar gara-gara gak
bisa konsen kerja.
D : Oh begitu. Memang apa sih yang dirasakan saat T memakai obat-obatan tersebut
P : ya enak aja, ngefly gitu dok
17
D : pernah merasakan efek samping yang aneh dari obat-obatan tersebut? Misalnya
dengar-dengar suara yang orang lain tidak dengar, atau suka melihat hal-hal yang orang lain
tidak pernah lihat?
P : enggak pernah dok, saya bingung orang-orang suka bilang ada efek aneh-aneh kalau
pakai obat, kalau saya sendiri malah tidak pernah merasakan yang aneh-aneh itu.
D : di keluarga T, ada yang pakai obat-obatan seperti T?
P : Ngga ada dok. Cuma saya aja yang bandel.
D : T, sekarang T merasa apa yang T alami ini ada yang salah?
P : saya sadar ini memang ada yang salah dari hidup saya
D : Menurut T , T bisa sampai seperti ini karena T sendiri atau karena tekanan dari
orang-orang disekitar T?
P : ini karena salah saya sendiri dok, ga bisa kontrol diri.
D : baik T, saya sudah dapat gambaran tentang apa yang J rasakan, terima kasih sudah
mau diwawancara ya, ada yang ingin ditanyakan?
P : tidak dok
D : baiklah kalau begitu, selamat siang ya T (bersalaman)
P : selamat siang dok
18