15
Tjiang Kelvin Candiago | 07120110030 PRESENTASI KASUS MENINGITIS TB Disusun Oleh: Tjiang Kelvin Candiago (07120110030) Pembimbing: dr. Vivien Puspitasari , SpS Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran – Universitas Pelita Harapan Siloam Hospitals Lippo Village Rumah Sakit Umum Siloam Periode: 27 April – 30 Mei 2015 1

Case Report Meningitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

khk

Citation preview

Tjiang Kelvin Candiago | 07120110030

PRESENTASI KASUSMeningitis TB

Disusun Oleh:

Tjiang Kelvin Candiago (07120110030)

Pembimbing:

dr. Vivien Puspitasari , SpSKepaniteraan Klinik Ilmu SarafFakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Siloam Hospitals Lippo Village

Rumah Sakit Umum Siloam

Periode: 27 April 30 Mei 2015

Tangerang, 2015BAB I. LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN Nama

: Ibu S Jenis kelamin

: Wanita Tanggal Lahir

: 1 Januari1983 (32 tahun)

Status

: menikah

Agama

: Islam

Pendidikan terakhir: SMA Alamat

: Kp. Dukupinang Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga No. rekam medis: 00-xx-xx-901.2 ANAMNESIS (26/04/15) (alloanamnesis) Keluhan Utama: Penurunan kesadaran 5 jam SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien mengalami mengalami penurunan kesadaran 5 jam SMRS. Penurunan kesadaran yang dialami pasien secara gradual dari bengong hingga tidak merespon sama sekali. Pasien mengalami demam sejak 2 hari SMRS. Pasien mengeluhkan sakit kepala. Riwayat mual, muntah, dan kejang tidak ada. Pasien mengalami stress sejak 6 bulan SMRS. Riwayat Penyakit Dahulu:Tidak ada. Riwayat Penyakit Keluarga:Tidak ada riwayat penyakit keluarga. Riwayat Sosial/Kebiasaan/Pola Hidup:

Tidak ada kebiasaan merokok, meminum alcohol, ataupun kopi. Pasien tidak menjaga pola dan diet makanan.1.3 PEMERIKSAAN FISIK (05/05/15)1.3.1 Status Generalis Keadaan umum: sakit sedang Kesadaran

: delirium Tanda Vital:

Suhu tubuh

: 37.8 0C Tekanan darah

: 140/80 mmHg Denyut nadi

: 113x/min Laju pernafasan: 38x/min Kepala

: normosefali Mata

: CA-/- ; SI-/- THT

: faring tidak hiperemis ; T1/T1 Leher

: pembengkakan KGB Berat badan: 57 kg Tinggi badan: 152 cm BMI

: 24.7 (normal) Abdomen: permukaan datar, BU+, bunyi timpani, NT-

Ekstrimitas: akral hangat, CRT PMN CT-sacnNodul kalsifikasi frontal kanan, atrofi cerebri ringan MRI kepala kontras Foto thoraxTB milier Sputum BTA Mantoux test CBC Wbc = 16.8 (5-10) mcLNatrium = 128 (137-145) mEq/L Fungsi hati ESR40 (0-20) mm/hr1.9 SARAN TERAPIMedikamentosa : Kortikosteroid dosis 10 mg IV/ 4-6 jam

Pengobatan TB RHZE diberikan selama 9 bulan terapi

Rifampicin PO 450Isoniazid PO 300

Pyrazinamide PO 1000

Ethambutol PO 750

Streptomycin IM 750

Paracetamol 3 x 500mg

Vitamin B 6

Non-Medikamentosa:

Edukasi pasien Edukasi keluarga pasien1.10 Prognosis

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanactionam

: dubia ad bonamAd functionam

: dubia ad bonamBAB II. PEMBAHASANDiagnosa kerja

Meningitis tuberculosis adalah radang selaput otak akibat komplikasi tuberculosis primer. Dapat dinyatakan pula bahwa meningitis tuberculosis ialah infeksi sekunder dari infeksi yang terjadi di paru. Biasanya gambaran manifestasi meningitis tuberculosis bervariasi dan tidak spesifik. Selama 2-8 minggu dapat ditemukan malaise anoreksia, demam, nyeri kepala, perubahan mental, penurunan kesadaran, kejang, kelumpuhan syaraf cranial, dan juga tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.

Perjalanan penyakit meningitis tuberculosis terdiri atas 3 stadium. Yaitu stadium awal dengan gejala prodromal non-spesifik yaitu apatis, iritabilitas, nyeri kepala ringan, malaise, demam, anoreksia, muntah, nyeri abdomen. Stadium intermediate biasanya gejala khas merupakan drowsy atau perubahan mental, iritasi meningen, dan kelumpuhan saraf III, IV, VI. Dan pada stadium lanjut penderita mengalami penurunan kesadaran menjadi stupor atau koma hingga hemiparese.

Pada pasien ini ditemukan adanya trias dari meningitis yakni demam, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk. Selain itu ditemukan pula adanya keluhan sakit kepala dan mual muntah. Menurut ibu pasien sendiri, pasien mengalami batuk sebulan terakhir diikuti dengan penurunan berat badan yang signifikan, hal ini dapat membawa kepada diagnosis suspek infeksi tuberculosis paru. Dengan didahului oleh infeksi tuberculosis paru, maka dapat dinyatakan kini pasien Tn.F dalam diagnosis kerja suspek meningitis TB dan dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pasti.

Diagnosa bandingEncephalitis Viral

Encephalitis merupakan suatu proses inflamasi akut pada jaringan otak. Gejala klinis yang terjadi pada encephalitis viral kurang lebih sama dengan meningitis TB, yakni demam, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran. Kadang disertai dengan fotofobi, bingung, dan kejang. Gejala awal encephalitis mirip dengan gejala flu dan tidak spesifik. Pada encephalitis biasanya tidak ditemukan tanda rangsangan meningeal. Untuk encephalitis sendiri biasanya paling sering disebabkan oleh infeksi virus Herpes Simplex.

Pada pasien Tn. F dibutuhkan pemeriksaan penunjang lanjutan seperti LP untuk mengetahui diagnosis pasti apakah penyebab dari infeksi merupakan bakteri maupun virus.

Abcess Serebri

Abses serebri merupakan infeksi intrasereberal fokal yang berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul. Gejala klinis dari abses serebri biasanya terjadi demam, sakit kepala progresif, mual, muntah, penurunan kesadaran, papil edema, kejang, perubahan status mental, dan deficit neurologis fokal. Abses serebri biasanya dapat terjadi akibat perluasan langsung dari kontak focus infeksi seperti sinusitis, infeksi gigi, infeksi telinga, mastoiditis, hematogen, dan akibat trauma maupun tindakan bedah kepala. Pada abses serebri juga jarang ditemukan tanda rangsang meningeal yang positif, namun untuk menegakkan diagnosis pada abses serebri haruslah dilakukan pemeriksaan penunjang radiography seperti CT scan / MRI dengan kontras maupun tanpa kontras. Pemeriksaan Penunjang Lumbar Puncture. Pada lumbar puncture yang diharapkan pada kasus meningitis TB adalah : Adanya peningkatan jumlah sel (dapat mencapai puluhan ribu)

Peningkatan jumlah protein

Penurunan jumlah glukosa

Ditemukan mayoritas sel PMN

Dapat pula dilakukan kultur cairan LCS untuk menemukan bakteri M.Tuberkulosis. CT/ MRI kepala kontrasMelalui CT / MRI kepala dengan kontras dapat ditemukan penebalan meningen maupun hydrocephalus. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengesampingkan diagnosis banding abses serebri apabila tidak ditemukannya abses. Foto thoraxMelalui foto thorax maka kita dapat melihat gambaran dari infeksi tuberculosis paru. Gambaran biasanya yang terlihat pada kasus infeksi TB aktif yakni adanya perselubungan pada bagian apeks paru. Sputum BTA Pemeriksaan sputum basil tahan asam untuk menemukan bakrteri M.tuberkulosis. Mantoux testMerupakan tes yang dilakukan untuk mendiagnosa apakah seseorang terinfeksi dengan infeksi M.tuberkulosis. CBC Fungsi hati ESRSaran terapi

Medikamentosa : Kortikosteroid dosis 10 mg IV/ 4-6 jam

Untuk mengurangi inflamasi yang terjadi di dalam otak. Sehingga menurunkan resiko peningkatan tekanan intracranial akibat udem yang terjadi di dalam kepala. Pengobatan TB RHZE diberikan selama 9 bulan terapi

Paracetamol 3 x 500mg

Diberikan untk mengatasi demam serta sakit kepala yang dirasakan pasien

Vitamin B 6

Merupakan nutrisi kompleks untuk system syaraf pasien.

Non-Medikamentosa:

Edukasi pasienEdukasi dapat dimulai dengan memberitahu gaya hidup sehat kepada pasien dan untuk selalu mengkonsumsi serta mengkontrol obat-obatan yang diberikan oleh dokter terutama pengobatan untuk infeksi tuberculosis yang dimiliki pasien.

Edukasi pemerhati pasienEdukasi pemerhati pasien agar selalu memantau kondisi pasien dan apabila terjadi perburukan seperti adanya penurunan kesadaran mendadak disertai dengan sakit kepala hebat dan juga muntah-muntah maka pasien harus segera dibawa kembali ke rumah sakit. Pemerhati pasien juga harus memantau pasien untuk selalu mengkonsumsi obat dan mengontrol ke dokter secara teratur. Daftar Pustaka

1. Zuger A, 2004, Tuberculosis. In: Scheld WM, Whitley RJ, Marra CM(eds). Infection of the central nervous system, third ed. Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins. P. 441-457

2. Mathiesen GE, Johnson JP. Brain abscess. Clin Infect Dis. 1997; 25; 763-7813. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL, Kaufman BA, Roos KL, Scheld WM, Whitney RJ. Practice Guidelines fot the Management of Bacterial Meningitis. Clinical Infectious Disease 2004; 39; 1267-844. Ropper AH, Samuels MA.Chapter 2. Imaging, Electrophysiologic, and Laboratory Techniques for Neurologic Diagnosis.In:Ropper AH, Samuels MA.eds.Adams & Victor's Principles of Neurology, 10e.New York, NY: McGraw-Hill; 2014.

PAGE 11