42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pukesmas Ngaliyan adalah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di suatu wilayah kerja atau organisasi kesehatan fungsional yg merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas merupakan satu satuan organisasi yang diberikan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kodya untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Dengan hal tersebut diharapkan puskesmas mampu melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat yang optimal di masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib (meliputi promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan) dan upaya kesehatan pengembangan antara lain Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Gigi dan Mulut, Laboratorium Sederhana dan Kesehatan Usia Lanjut. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2, yang 1

Case Report Diabetes New007

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Good One

Citation preview

Page 1: Case Report Diabetes New007

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pukesmas Ngaliyan adalah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di suatu wilayah kerja atau organisasi kesehatan fungsional yg merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas merupakan satu satuan organisasi yang diberikan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kodya untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Dengan hal tersebut diharapkan puskesmas mampu melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat yang optimal di masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib (meliputi promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan) dan upaya kesehatan pengembangan antara lain Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Gigi dan Mulut, Laboratorium Sederhana dan Kesehatan Usia Lanjut. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang kemudian mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan diabetes gestasional adalah hiperglikemia yang diketahui pertama kali saat kehamilan (WHO, 2011). Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4% maka akan didapatkan 7 juta orang dengan Diabetes (Perkeni, 2006). Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu penyakit kardiovaskuler (31,9%) termasuk diabetes mellitus (6,8%) dan stroke (15,4%).Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Ngaliyan jumlah pasien DM pada tahun 2010 adalah 787 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 1164 penderita DM pada tahun 2011. Pada tahun 2012 jumlah penderita DM sedikit berkurang menjadi 1075 orang. Kemudian, pada bulan Januari hingga Maret tahun 2013 jumlah penderita DM

1

Page 2: Case Report Diabetes New007

telah mencapai 302 pasien. Penyakit diabetes mellitus menempati urutan kedua pada grafik sepuluh besar penyakit di Puskesmas Ngaliyan pada tahun 2012. Oleh karena itu, upaya penanganan diabetes mellitus lebih mendapatkan prioritas (Lubis, 2001).Dari uraian di atas, penulis bermaksud ingin mengetahui faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit diabetes mellitus berdasarkan pendekatan H.L. Blum.

1.2. Rumusan MasalahApa saja faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian diabetes mellitus berdasarkan pendekatan HL Blum?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penemuan penyakit diabetes mellitus dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan kependudukan.

1.3.2. Tujuan khususa. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi

terjadinya penyakit diabetes mellitus.b. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus.c. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang

mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus.d. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik yang mempengaruhi

terjadinya penyakit diabetes mellitus.e. Menganalisis penyebab masalah kasus diabetes mellitus pada pasien dengan

pendekatan HL Blum.f. Mencari alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kasus diabetes

mellitus.

1.4. Manfaat1.4.1. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat mengetahui apa itu diabetes mellitus.b. Masyarakat mengetahui bagaimana caramengatasi diabetes mellitus.

1.4.2. Bagi Mahasiswac. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan.d. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan masalah

sampai memberikan alternatif pemecahan masalah.

2

Page 3: Case Report Diabetes New007

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (DepKes RI, 2008).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (DepKes RI, 2008). Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002) DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin (Soegondo, 2009). Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM (Asmadi, 2008).

2.2. Epidemiologi Diabetes Mellitus2.2.1. Distribusi dan Frekuensi

a. Menurut Orang Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia

45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun (Wild, 2004). Penderita DM Tipe 1 biasanya berumur < 40 tahun dan penderita DM Tipe 2 biasanya berumur ≥ 40 tahun (Johnson, 1998).

Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002, diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,6% dari sepuluh penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7,9%) (Sam, 2007).

Berdasarkan penelitian Junita L.R Marpaung di RSU Pematang Siantar tahun 2003-2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang berusia ≥ 45 tahun dan 34 orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun. Menurut penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien DM yang berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun.

b. Menurut Tempat

3

Page 4: Case Report Diabetes New007

Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta) (Wild, 2004). Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Pulau Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005, di DKI Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM sebesar 12,8%.

Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7 %. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan antara lain Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM (Soegondo, 2009).

c. Menurut Waktu Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia,

dimana 1,4 juta atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau 34,48% kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta atau 65,52% kematian terjadi di negara berkembang (Roglic, 2005). Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3% (Tandra, 2008).

Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Pratiwi, 2007).

2.3. Klasifikasi Diabetes MellitusBerdasarkan penyebabnya, DM dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

2.3.1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah

mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin (Sustrani, 2004). Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat (Soegondo, 2009).

Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula

4

Page 5: Case Report Diabetes New007

pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita DM Tipe 1 mempunyai postur badan yang kurus (Johnson, 1998).

2.3.2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling

sering dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra, 2008).

DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (Maryunani, 2008).

2.4. Patogenesis Diabetes MellitusDi dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari

makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan tersebut harus masuk terlebih dahulu ke dalam sel agar dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.Karbohidrat dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Soegondo, 2009).

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus (Soegondo, 2009)

5

Page 6: Case Report Diabetes New007

2.5. Faktor Resiko Diabetes MellitusBeberapa faktor yang mempengaruhi DM antara lain :

2.5.1. Genetik atau Faktor Keturunan DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor

genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40% menderita DM (ADA, 2008).

DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai orangtua menderita DM juga (Tandra, 2008).

Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 1, maka kemungkinan menderita DM adalah 1: 2 (ADA, 2008).

2.5.2. Usia DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun karena

resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun (Johnson, 1998).

Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %).32 Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun.

2.5.3. Jenis Kelamin Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM, berhubungan

dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).

6

Page 7: Case Report Diabetes New007

2.5.4. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas) Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat

peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula (Tara, 2002).

Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT ≥ 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat (Tandra, 2008).

2.5.5. Aktifitas FisikMelakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang

kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM (Lanywati, 2001).

2.6. Gejala-Gejala Diabetes MellitusDiabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun (Sjaifoellah, 1996).

Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu pemeriksaan kesehatan atau melakukan pemeriksaan darah (Tara, 2002).

7

Page 8: Case Report Diabetes New007

2.7. Diagnosis Diabetes MellitusDiagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam

menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untukdiagnosis pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah menggunakan darah utuh, vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.

Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuam untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM.

Diagnosis klinis DM dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin ditemukan adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru 1 kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. diperlukan pemastian lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar gula darah puasa > 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dl.

Pemeriksaan Darah Bukan DM Belum pastiDM DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)

Plasma venaDarah kapiler

Plasma venaDarah kapiler

< 110< 90

< 110< 90

110 – 19990 – 199

110 – 12590 – 109

≥ 200≥ 200

≥ 126≥ 110

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)

8

Page 9: Case Report Diabetes New007

Gambar 1. Algoritma Diagnosis Diabetes Mellitus

2.8. Terapi Diabetes MellitusTerapi diabetes mellitus dibagi menjadi 2, yaitu :

2.8.1. Terapi Non-FarmakologiLangkah pertama mengelola diabetes selalu dengan pendekatan non-

farmakologi, yaitu berupa perencanaan makan/ terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapatkan berat badan lebih atau obesitas.Terapi non farmakologis :a. Terapi Gizi Medis

Terapi gizi medis prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.

Manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis antara lain: Menurunkan berat badan Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik Penurunan kadar glukosa darah

9

Page 10: Case Report Diabetes New007

Memperbaiki profil lipid Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin Memperbaiki system koagulasi darahTujuan terapi gizi medis, yaitu untuk mencapai dan mempertahankan

kadar glukosa darah, tekanan darah dan profil lipid serta berat badan normal. Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makan diabetisi antara lain, tinggi badan, berat badan, status gizi, status kesehatan, aktivitas fisik dan factor usia; faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa pertumbuhan, gangguan pencernaan pada usia tua, dll; keadaan infeksi berat, status ekonomi, lingkungan, kebiasaan atau tradisi di dalam lingkungan yang bersangkutan serta kemampuan petugas.

Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).1) Perhitungan Jumlah Kalori

a) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Dikategorikan menjadi berat badan kurang (IMT < 18,5),berat badan normal (IMT 18,5 -22,9) dan berat badan lebih (IMT > 23,0). Untuk kategori berat badan lebih, dikelompokkan lagi menjadi resiko obesitas (IMT 23-24,9), obes I (IMT 25-29,9)dan Obes II (IMT > 30).

1) Rumus Brocca

Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman berdasarkan rumus BBI (kg) = (TB cm-100) – 10%. Untuk laki-laki <160 cm dan wanita <150cm perhitungan BB tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi dihitung dari = (BB actual : BB idaman) x 100%.

BB kurang : <90% BBIBB normal : 90-110% BBIBB lebih : 110-120% BBIGemuk : >120% BBI

2) Penentuan kebutuhan kalori per haria) Kebutuhan basal

Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori

Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori

b) Koreksi atau penyesuaiano Umur diatas 40 tahun : -5%

o Aktivitas fisik :

10

Page 11: Case Report Diabetes New007

Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton tv) : +10%

Aktivitas sedang (kerja kantoran, ibu rumah tangga, perawat, dokter) : +20%

Aktivitas berat (olahragawan, tukang becak) : +30%o Berat badan :

Berat badan gemuk : - (10 s.d 20)% Berat badan kurus : + (10 s.d 20)%

c) Stress metabolic (infeksi, stress, stroke) : +(10 s.d 30)%d) Kehamilan trimester I dan II : +300 kalorie) Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kalori

Penentuan tersebut dibagi 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan siang (30%), makan malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%) diantara makan besar.

3) Bahan makanan yang dikonsumsiBahan makanan yang dianjurkanuntuk Diet Diabetes Melitus adalah: Sumber karbohidrat kompleks : nasi, roti, mie, kentang, singkong

dan sagu. Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit,tempe,

tahu dan kacang-kacangan. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)untuk Diet Diabetes Melitus adalah :

Mengandung banyak gula sederhana:Gula pasir, gula jawa, sirup, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan dan es krim.

Mengandung banyak lemak : cake, makan siap saji ( fast food), goreng-gorengan.

Mengandung banyak natrium: ikan asin, terlur asin, makanan yang diawetkan

b. Latihan JasmaniKegiatan fisik diabetisi (tipe 1 maupun tipe 2) mengurangi risiko

kejadian kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun social dan tampak sehat.

Pada diabetes dengan gula darah tak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Pada kadar glukosa 332 mg/dl bila tetap melakukan kegiatan jasmani, akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Bila ingin melakukan latihan jasmani seorang diabetisi harus mempunyai kadar glukosa darah tak lebih dari 250 mg/dl.

11

Page 12: Case Report Diabetes New007

Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.

Angka kesakitan dan kematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah dibandingkan mereka yang santai. Pada kedua tipe diabetes manfaat latihan jasmani secara teratur akan memperbaiki kapasitas latihan aerobic, kekuatan otot dan mencegah osteoporosis.Latihan jasmani dianjurkan dilakukan setelah makan, yaitu pada saat kadar gula darah berada pada puncaknya.

2.8.2. Terapi farmakologiBila dengan terapi non-farmakologis belum tercapai, dilanjutkan dengan

penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Berikut ini adalah contoh obat hiperglikemik oral yang tersedia di Indonesia :

Golongan Generik Nama dagang Mg/tabDosis Harian

Lama Kerja (jam)

Frek/ hari

Biguanid

Tiazolidindion/ Glitazone

Sulfonilurea

Glinid

Penghambat Glukosidase

Metformin

Metformin XR

RosiglitazonPioglitazon

KlorpropamidGlibenklamid

Glipizid

Gliklazid

GlikuidonGlimepirid

RepaglinidNateglinid

Acarbose

GlucophageGluminGlucophage-XRGlumin – XR

AvandiaActosDeculin

DiabeneseDaonilEuglukonMinidiabGlucotrol-XLDiamicronDiamicron-MRGlurenormAmarylGluvasAmadiabMetrix

NovoNormStarlix

Glucobay

500-850500500-750

500

415,3015,30

100-2502,5-5

5-105-108030301,2,3,41,2,3,41,2,3,41,2,3,4

0.5, 1,2120

50-100

250-3000500-3000

500-2000

4-815-3015-45

100-5002,5-15

5-205-2080-24030-12030-1200,5-61-61-61-6

1,5-6360

100-300

6-86-8

24

242424

24-3612-24

10-1612-1610-20

24242424

--

1-32-31

1

111

11-2

1-211-2

1111

33

3

12

Page 13: Case Report Diabetes New007

Obat kombinasi tetap

Metformin + Glibenklamid

Metformin + Rosiglitazon

Glukovance

Avandamet

250/1,25500/2,5500/52mg/500mg4mg/500mg

4mg/1000mg8mg/1000Mg

12

1-2

2

Tabel 2. Obat Hipoglikemik Oral yang Tersedia di Indonesia

2.9. Komplikasi Diabetes Mellitus DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat

menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat (Soegondo, 2008).

2.9.1.1. Komplikasi Akut Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secarakeluhan dan gejalanya

terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008).

2.9.1.2. Komplikasi Kronik Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah

tetap tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata, jantung, dan saluran pencernaan(Tandra, 2008).

3. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya

menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat (Soegondo, 2009).

Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada

13

Page 14: Case Report Diabetes New007

mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi (Soegondo, 2009)1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik (PERKENI, 2002).

2. Pencegahan Primer Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk

kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. Pada pencegahan primer ini harus dikenali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.Tindakan yang dapat dilakukan antara lain penyuluhan tentang DM oleh tenaga kesehatan maupun kader, latihan jasmani, dan perencanaan pola makan (Soegondo, 2009).

3. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah menderita DM atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi(Soegondo, 2009).

Identifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah menderita DM antara lain dengan cara melakukan diagnosis dini melalui pemeriksaan kadar glukosa darah pasien. Selain itu, memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat (PERKENI, 2002).

4. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat

komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyakit makroangiopati (PERKENI, 2002).

14

Page 15: Case Report Diabetes New007

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit DM (Soegondo, 2009).

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya (PERKENI, 2002).

15

Page 16: Case Report Diabetes New007

BAB III

PEMBAHASAN

A. Data Pasien1. Identitas

Nama :Ny. KUmur :44 tahunJenis Kelamin :PerempuanAlamat :Bringin RT 04/ RW IXPekerjaan :Ibu Rumah TanggaPendidikan :SDAgama :IslamStatus :MenikahTgl Kunjungan : 9 Januari 2014

2. AnamnesisKeluhan Utama : Sering buang air kecil terutama pada malam hariRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke puskesmas ngaliyan dengan keluhan sering buang air kecil terutama pada malam hari. Hal itu dirasakan kurang lebih sudah 10 bulan. Pasien juga mengeluh tubuhnya sering gatal tanpa ada penyebab yang jelas atau penyakit kulit. Disamping merasakan sering buang air kecil, pasien juga merasa sering kehausan dan nafsu makannya bertambah, tetapi berat badan pasien justru menurun 10 kg sejak pasien mengalami keluhan diatas. Keluhan dirasakan bertambah berat terutama bila malam hari. Pasien sudah mengkonsumsi obat gula yang diberi kakaknya selama 4 bulan tanpa periksa ke dokter. Kakak pasien menderita penyakit kencing manis. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.Riwayat Penyakit Keluarga :

Kakak dan ayah pasien menderita penyakit kencing manis.Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami, kedua anaknya, dua menantu dan satu cucunya. Rumah pasien tampak kurang bersih. Biaya pengobatan dengan Jamkesmas.

Kesan sosial ekonomi: kurang.3. Pemeriksaan Fisik

- Kesan Umum : Baik- Tanda vital

Tekanan darah : 150/90 mmHgNadi : 88/menit,reguler,amplitudo kuat,irama ritmik.RR : 24 x/menit

16

Page 17: Case Report Diabetes New007

Suhu : 36,2o C- BB/TB : 42 kg/ 145 cm- Kepala : Mesocephal- Rambut : Hitam,tidak mudah dicabut- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), pupil isokor Ø 3cm, reflek

cahaya +N/+N, oedema palpebra (-) - Telinga :Discarge (-/-), gangguan pendengaran (-)

- Hidung : Simetris,discharge (-), nafas cuping hidung (-), epitaksis (-)- Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis (-), bau mulut (-), papil lidah atrofi (-),mampu mengucap kalimat yang mempunyai arti.- Leher : simetris (-), deviasi trakea (-), tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid (-), kaku kuduk(-).- Thorak:

Pulmo Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi. Palpasi : stem fremitus kanan = kiri Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru Auskultasi : suara dasarvesicular, suara tambahanronchi (-),

wheezing (-) Cor

Inspeksi : Ictus cordis tampak IV linea mid claviculare kiri. Palpasi : Ictus cordis teraba di sela igaIV, linea mid claviculare

kiri, tidak kuat angkat, tidak melebar.pulsus epigastrium (-),pulsus parasternal(-)

Perkusi : Batas atas : Setinggi ICS II-IV linea parasternalis kiriBatas pinggang : Setinggi ICS II-V linea parasternalis kiriBatas kiri bawah : Setinggi ICS VI linea midclavicula kiriBatas kanan bawah : Setinggi ICS IV-VI linea sternalis kanan.

Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, bising (-).

- Abdomen : Inspeksi : Permukaan datar, venektasi tidak ada, umbilical tidak

menonjol Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/ lien tidak teraba, ascites (-),

tumor (-), ginjal balotement (-). Perkusi : Timpani, nyeri ketok sudut costovertebra (-) Auskultasi : Peristaltik (+) normal, tidak ada bising bruit

- Ekstremitas : superior inferior Akral dingin - / - - / - Capillary refill <2’’ <2’’ Edema -/- -/-

17

Page 18: Case Report Diabetes New007

Kekuatan otot 5/5 5/5 Ref. Fisiologis N/N N/N Ref. Patolois -/- -/- Eritema palmaris -/- -/- Kekuatan 5/5 5/5 Sensibilitas N N

4. Pemeriksaan PenunjangHasil Pemeriksaan LaboratoriumGDS : 289 mg/dL

5. Diagnosa SementaraDiabetes Mellitus

6. Terapi Yang Diberikan- Metformin 1-0-0- Glibenclamide 1-1-0- Antasida 3x1 tab- Propanolol 1x1 tab

7. Edukasio Diet rendah gula

o Mengatur pola makan

o Kontrol teratur dan minum obat teratur sesuai petunjuk dokter karena pasien

mempunyai faktor resiko diabetes mellitus.a. BB Ideal Menurut Rumus Brocca Yang Dimodifikasi

BB : 42 kgTB : 145 cm

BB ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg

= 90% x (145 cm – 100) x 1 kg

= 40,5 kg

BB Normal = BB ideal + 10 %

= 40,5 + 10 %

= 35,85 s.d 44,1

Menurut Rumus Brocca, saat ini Ny. W memiliki berat badan Normal.b. BB Ideal Menurut Rumus Indeks Massa Tubuh

IMT = BB (kg) / TB (m2)

= 42 kg/ (1,45 m)2

= 42 kg/ 2.1025 m2

= 19.97 (IDEAL)

18

Page 19: Case Report Diabetes New007

Kebutuhan kalori diperhitungkan dengan memperhitungkan faktor-faktor berikut :

1) Jenis kelaminWanita = BB ideal (Brocca) X 25 kalori/kgBB

= 40.5 kg X 25 kalori

= 1012,5 kalori (kalori basal)

2) UmurUsia 41 tahun kebutuhan kalori dikurangi 10 % maka perhitungannya:

= 10% X 1012,5 kalori

= - 101,25 kalori

3) Aktifitas fisik atau pekerjaanKeadaan aktifitas sedang (kebutuhan kalori ditambah 20 %) maka

perhitungannya

=20% x 1012,5

= 202.5 kalori

4) Berat badanMenurut BB ideal dengan rumus Brocca, Ny. W memiliki BB normal, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan kebutuhan kalori per hari.

5) KomplikasiNy. W tidak memiliki komplikasi, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan kebutuhan kalori per hari.

Dari beberapa faktor di atas, dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:

Kebutuhan Kalori per hari = Kalori basal – umur + aktifitas – BB + komplikasi

= 1012,5 – 101,25 + 351

= 1262,25 kalori

Jadi Ny. W membutuhkan 1262,25 kalori / hari = 1300 kalori / hariDiet diabetes melitus ada 2 yaitu diet A yang terdiri 40 – 50% karbohidrat, 30

– 35% lemak dan 20 – 25% protein dan diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Sehingga digunakan diet B untuk menentukan kandungan karbohidrat, lemak dan protein dalam 1500 kal/hari.

Karbohidrat : 68% x 1300 kal/hari = 884 kal/hariLemak : 20% x 1300 kal/hari = 260 kal/hariProtein : 12% x 1300 kal/hari = 156 kal/hari

19

Page 20: Case Report Diabetes New007

Makan Pagi (06.30)

½ gelas nasi1 telur1 ptg tahu/tempe GorengSayuran secukupnya direbus

1 porsi 1 porsi 1 porsi1 porsi

Selingan

PudingTeh tanpa gula

1 porsi (100gr)1 gelas

Makan Siang

1 ½ gelas nasi1 – 2 telur1 – 2 ptg tahu/tempe gorengTumis kacang polong dan jagung mudaPisang

1 Porsi1 porsi 1 porsi1 Porsi (150 gr)

1 buah

Selingan

1 gelas Jus melon 1 porsi

Makan Malam

½ gelas Nasi1 ptg Ikan (60 – 75gr)1 ptg tau/tempe gorengSayuran rebus secukupnya

1 porsi1 porsi1 porsi1 porsi

Selingan

Teh tanpa gulaPisang

1 gelas1 buah

Tabel 3. Contoh Menu Makanan Penderita DiabetesB. Data Hasil Kunjungan

1. Lingkungana. Data Individu

Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara, pasien tinggal serumah dengan suami, lima orang anak, satu menantu dan satu cucu .

b. EkonomiSuami bekerja sebagai sales dan pendapatan perbulan sekitar + Rp

600.000,00.c. Kepadatan Rumah

20

Page 21: Case Report Diabetes New007

Rumah pasien luasnya ± 7 m x 5 m = 35 m2 yang dihuni oleh 9 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 3,88 m2/orang. Rumah pasien disertai ventilasi dibagian depan dan kamar tidur. Pada halaman depan rumah tampak kurang bersih, dan bagian dalam rumah tampak kebersihannya kurang terjaga, tampak mainan dan baju berserakan.. Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10 m2/orang. Hal ini menunjukkan kepadatan rumah pasien tidak memenuhi syarat yang seharusnya.

d. RumahBahan bangunan rumah yaitu dinding terbuat dari tembok bata dan

semen, lantai beton, atapnya adalah genteng. Terdapat ruangan sebagai kamar tidur, kamar tidur penderita satu kamar dengan suami. Tempat makan, ruang keluarga jadi satu dengan ruang tamu. Halaman depan rumah terdapat pasir/debu yang mudah terbang sehingga jika kendaraan lewat mudah sekali pasir/ debu berterbangan. Serta pada observasi langsung dapat di lihat dari jendela depan rumah terdapat banyak debu menempel pada kaca jendela.

e. VentilasiTerdapat 4 jendela, terbiasa dibuka setiap hari. Jendela yang sering di

buka hanya jendela depan, sedangkan jendela kamar tidur tertutup. Pertukaran udara hanya didapat dari pintu rumah yang sering dibuka.

f. KelembabanAlas rumah terbuat dari keramik dan jendela rumah yang tidak terbiasa

dibuka sehingga pertukaran udaranya kurang mengakibatkan kelembapan ruangan menjadi tinggi.

g. Sumber Mata AirPasien mendapat air bersih untuk mandi, minum dan mencuci berasal

dari air artetis.h. Pembuangan Sampah

Di dalam rumah terdapat tempat sampah, penampungan sampah ada di depan rumah, rutin dibakar.

i. Saluran Pembuangan air limbah rumah tanggaSistem drainase pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan ke

selokan di luar rumah.j. Lingkungan masyarakat sekitar rumah pasien.

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangga. Rumahnya bersebelahan menempel dengan rumah tetangganya di kanan, kiri, dan belakang rumah.

2. Perilaku Kesehatana. Perilaku Membersihkan rumah

Rumah dibersihkan setiap pagi dan sore hari. Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali

21

Page 22: Case Report Diabetes New007

Jarang membuka jendela selain jendela rumah depan.b. Perilaku kebersihan diri

Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun Jumlah sikat gigi sesuai anggota keluarga dan sikat gigi 2 kali sehari Setiap sebelum makan dan sesudah BAB cuci tangan menggunakan sabun

mandi.c. Perilaku mengganti pakaian

Pakaian ganti 2 hari sekali Kebiasaan menggantung pakaian di belakang pintu, serta pakaian kotor

ditumpuk di ruang tengah.d. Perilaku merokok

Anggota keluarga yang merokok yaitu suami dan seorang menantu laki – laki dari pasien.

e. Perilaku sehari-hari Pasien terbiasa mengkonsumsi kopi susu dan es teh dengan ukuran satu

gelas besar (500 mL) dengan tambahan tiga sendok gula pasir (± 30 gr) yang dikonsumsi setiap pagi, siang dan sore hari.

Pasien terbiasa mengkonsumsi makanan terutama nasi putih sebanyak ±200gr.

Pasien jarang berolahraga. Jenis makanan yang dikonsumsi pasien kurang bervariasi.

3. Pelayanan Kesehatan Jarak rumah pasien ke puskesmas sekitar ±5 km bisa ditempuh dengan

kendaraan motor pribadi. Pasien belum pernah memperoleh penyuluhan tentang diabetes mellitus dari

petugas kesehatan maupun kader.4. Genetik

a. Diagram Keluarga

Gambar 2. Diagram Keluarga

22

Keterangan :

: Pasien

: Saudara perempuan

pasien yang

menderita DM

: Ayah pasien

: Laki-laki

: perempuan

Page 23: Case Report Diabetes New007

No Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan1. S Laki-laki 48 th SLTA Karyawan swasta2. K Perempuan 44 th SD Ibu Rumah Tangga3 AH Laki-laki 26 th SLTA buruh4 SL Perempuan 23 th SLTA buruh5 NH Laki-laki 25 th SLTA buruh6 RWH Perempuan 23 th SLTA buruh7 AWH Perempuan 1,8 th Blm sekolah Blm bekerja

Tabel 4. Daftar AnggotaKeluarga yang Tinggal Serumah dengan PasienC. Pendekatan H.L.Blum

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya kasus Diabetes Mellitus :

a. Perilaku Kurangnya pengetahuan tentang diteksi dini penyakit DM dan

pencegahannya, sehingga pola hidup kurang sehat dan tidak teratur. Pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang manis seperti

es coffee mix dan teh manis dengan tambahan gula sebanyak 1 – 3 sendok makan (10-30 gr).

Pasien melakukan cek gula darah pertama kali saat pasien berobat ke puskesmas. Pasien meminum obat gula selama 4 bulan yang diberi kakaknya tanpa pernah memeriksakan diri ke dokter.

Pasien jarang berolah raga Makan nasi dengan lauk tahu, tempe, tanpa sayur hijau, dan jarang makan

buah.b. Lingkungan

Lingkungan tidak berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus yang dialami pasien. Tetapi lingkungan rumah pasien yang kurang mencerminkan lingkungan rumah yang sehat dapat menimbulkan penyakit baru bagi pasien.

Pasien sering ikut posyandu lansia di dekat rumah tiap sebulan sekali. Di posyandu pasien hanya mendapatkan pemeriksaan tensi dan timbang berat badan.

c. Genetika

Pasien memiliki riwayat DM dikeluarganya. Kakak pasien menderita DM dan ayah pasien meninggal karena penyakit jantung dan DM.

d. Pelayanan kesehatan

Pasien belum pernah mendapat penyuluhan tentang diabetes mellitus.

23

: Pasien

: Saudara perempuan

pasien yang

menderita DM

: Ayah pasien

Page 24: Case Report Diabetes New007

Tabel 5.Daftar Masalah dan Pemecahan Masalah berdasarkan HL. Blum

24

NO. MASALAH PEMECAHAN MASALAH

1.LINGKUNGANLingkungan rumah pasien kurang mencerminkan lingkungan rumah yang sehat dapat menimbulkan penyakit baru bagi pasien.

Memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah.

1.

2.

3

PERILAKUPasien memiliki kebiasaan meminum yang manis-manis seperti kopi susu dan es teh manis. Pasien sering merasa lapar, sehingga pola makan pasien tidak terkontrol

Pasienjarang berolahraga.

Memberikan edukasi tentang diet rendah gula

Memberikan edukasi tentang pengaturan pola makan dan jumlah makanan yang dimakan pasien.

Memberikan edukasi tentang olahraga secara teratur setiap hari untuk menjaga kebugaran pada penderita DM.

1.PELAYANAN KESEHATAN.Pasien belum pernah mendapat penyuluhan tentang diabetes mellitus

Memberikan penyuluhan tentang diabetes mellitus pada saat pasien berobat.

1.GENETIKAMemiliki riwayat peyakit diabetes dalam garis keturunannya.

Tidak dapat di pecahkan karena merupakan riwayat keturunan dalm keluarganya.

Page 25: Case Report Diabetes New007

LINGKUNGAN :

Faktor lingkungan tidak berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus.Sering ikut posyandu lansia di dekat rumah tiap sebulan sekali. Di posyandu pasien hanya mendapatkan pemeriksaan tensi dan timbang berat badan

PERILAKU :Kurangnya pengetahuan tentang diteksi dini penyakit DM dan pencegahannya, sehingga pola hidup kurang sehat dan tidak teratur.Sewaktu masih muda, pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi yang manis-manis seperti es campur, es sirup, es coffiee mix dan teh manis.Pasien melakukan cek gula darah pertama kali saat pasien berobat ke puskesmas. Pasien meminum obat gula selama 4 bulan yang diberi kakaknya tanpa pernah memeriksakan diri ke dokter.Kurangnya pemahaman tentang penggunaan obat yang benarSewaktu muda pasien jarang berolah raga, dan saat ini tidak pernah melakukan olah ragaMakan nasi dengan lauk tahu, tempe, tanpa sayur hijau, dan jarang makan buah.

GENETIKA :

Pasien memiliki riwayat Diabetes mellitus dikeluarganya. Kakak pasien juga menderita Diabetes Mellitus. Ayah Pasien meninggal karena penyakit Jantung dan Diabetes Mellitus.

PELAYANAN KESEHATAN :

Akses ke pelayanan kesehatan tidak ada kendala. Pasien belum pernah mendapat penyuluhan tentang diabetes mellitus.

DIABETESMELLITUS

Gambar 3. Diagram Analisa Penyebab Masalah Berdasarkan HL. Blum

25

Page 26: Case Report Diabetes New007

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya penyakit DMpada Ny. W adalah

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis.2. Tidak diperoleh faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM

pada Ny. W.3. Faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya penyakit DMpada Ny. W

adalah pasien tidak pernah memperoleh penyuluhan tentang DM dari petugas kesehatan.

4. Faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM pada Ny. W adalah saudara pasien (kakak kandung) menderita DM dan ayah pasien meninggal karena penyakit jantung dan DM.

5. Alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kasus DM iniadalah Pemberian edukasi tentang DM beserta anjuran diet rendah gula, pengaturan

pola makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pemberian edukasi tentang olahraga untuk penderita DM

B. Saran1. Untuk Penderita

a. Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit DM beserta gejala, pengobatan dan pencegahannya.

b. Memotivasi penderita untuk diet rendah gula dan karbohidrat.c. Memotivasi penderita untuk rajin minum obat sesuai aturan dokter dan

mengkontrol kadar gula darah secara rutin.d. Memotivasi penderita untuk olahraga secara teratur

2. Untuk Puskesmasa. Melakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus dan menyarankan agar

masyarakat memeriksakan GDS untuk pasien berusia lebih dari 45 tahun. b. Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai diabetes mellitus.

26

Page 27: Case Report Diabetes New007

DAFTAR PUSTAKA

ADA., 2008. The Genetics of Diabetes. http://www.diabetes.org/

Asmadi, C. N., 2008. Diabetes Mellitus, Jumlah Penderita di Indonesia, Universitas Sumatera Utara

Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. http://www.depkes.go.id/indeks/

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Hiswani dan Bahri, S., 2005. Penyuluhan Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus. Info Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Vol. IX. No. 3. Hal : 209-215

Johnson, M., 1998. Diabetes, Terapi dan Pencegahannya. Indonesia Publishing House, Bandung

Lanywati, E., 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Marpaung. J. L. R., 2006. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pematang Siantar Tahun 2003-2004. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Maryunani, A., 2008. Diabetes Pada Kehamilan. Trans Info Media, Jakarta

Panjaitan, R. S., 2008. Karakterisitik Penderita Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2007. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

PERKENI., 2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVIII Ilmu Penyakit Dalam 2003, Surabaya

Pratiwi, A. D., 2007. Epidemiologi DM dan Isu Mutakhirnya. http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Roglic, G. MD., 2005. The Burden Of Mortality Attributable to Diabetes. Diabetes Care, Number 9, Volume 9, Page 2130-2135

Sam, A. DP., 2007. Epidemiologi DM dan Isu Mutakhir. http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Sjaifoellah, N, dkk, 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi ke-3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

27

Page 28: Case Report Diabetes New007

Soegondo, S, dkk, 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terapadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sub Direktorat Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik. 2008. Hari Diabetes Sedunia 14 November 2008. http://www.pppl.depkes.go.id/

Sustrani, L, dkk, 2004. Diabetes. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tara, E, E Soetrisno, 2002. Buku Pintar Terapi Diabetes Mellitus. Taramedia & Restu Agung, Jakarta

Tandra, H., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tara, E. E Soetrisno., 2002. Anda Perlu Tahu Diabetes. Intimedia & Ladang Pustaka, Jakarta

Wild, S., 2004. Global Prevalence of Diabetes-Estimates for the year 2000 and Projection for 2030. Diabetes Care, Number 5, Volume 27, 1047-1053

28

Page 29: Case Report Diabetes New007

LAMPIRAN

1. Wawancara dengan penderita DM

2. Kondisi rumah penderita DM

3. Obat – obatan yang dikonsumsi penderita DM

29