Case Natalia - Copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

case natalia

Citation preview

LAPORAN KASUSDIARE AKUT, GIZI BURUK DAN TUBERKULOSIS PARU

Disusun oleh:Natalia406148134

Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraKepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakRSPI Prof Dr Sulianti SarosoPeriode 27 Juli 2015 3 Oktober 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kuasa-Nya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul Diare akut, Gizi buruk dan Tuberkulosis paru . Tugas laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara periode 27 Juli 2015 3 Oktober 2015 di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: dr. Desrinawati, Sp.A sebagai pembimbing dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A dr. Dedet Hidayat, Sp.A dr. Sri Sulastri, Sp.A dr. Dewi Murniati, Sp.A dr. Ernie Setyawati, Sp.A dr. Rismali Agus, Sp.ASaya menyadari bahwa tugas laporan kasus ini jauh dari sempurna dan untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tugas laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Agustus 2015

Penyusun

LATAR BELAKANG

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun.United Nations Childrens Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya. Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masing tinggi + 30-40%.Banyak terdapat di negara berkembang dibandingan negara maju. Pada penelitian didapatkan kasus TB < 15 tahun adalah 15% di negara bekembang, sedangkan 5-7% di negara maju. Di Indonesia, TB anak terbanyak pada usia 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi < 12 bulan (16,5%).

LAPORAN KASUSKEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARARSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWANama Lengkap: NataliaNIM: 406148134Periode: 27 Juli 3 Oktober 2015Pembimbing: dr. Desrinawati, Sp.ATopik: Diare akut dengan dehidrasi berat, Gizi buruk dan Tuberkulosis paru

IDENTITAS PASIENNama : An. Kayla PutriTanggal lahir (umur): 8 Februari 2015 (5 Bulan 25 Hari)Jenis Kelamin : PerempuanAlamat: Japat SalehSuku bangsa: JawaAgama: IslamAnak ke: 1

IDENTITAS ORANG TUANama Ayah: Tn. AndiUmur: 28 tahunSuku Bangsa: JawaAlamat: Japat SalehAgama: IslamPendidikan: SMKPekerjaan: Swasta

Nama Ibu: Ny. AyuUmur: 24 tahunSuku Bangsa: JawaAlamat: Japat SalehAgama: IslamPendidikan: SMPPekerjaan: Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : orang tuan kandung.

ANAMNESATanggal masuk Rumah Sakit: 02 Agustus 2015Tanggal Pemeriksaan: 02 Agustus 2015, pk. 16.00Diambil dari: Autoanamnesis dan Alloanamnesis dari Ayah dan Ibu pasienKeluhan Utama: BAB cairKeluhan Tambahan: Demam, Muntah, Berat badan kurang meskipun nafsu makan baik.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang diantar oleh orang tuanya ke IGD RSPI Sulianti Saroso dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS. BAB cair dengan frekuensi 10x/hari, ampas (-), lendir (-), darah (-), warna kekuningan. Pasien sudah di beri obat mencret yang namun tidak ada perbaikan. Mual dan muntah juga dialami setiap sehabis makan semenjak sakit. Muntah isi sisa makanan, lendir (-), darah (-), kurang lebih setengah gelas aqua setiap kali muntah. Rewel (+).Pasien juga demam naik turun sejak 2 hari SMRS. Menurut ibu pasien, demam hanya turun sebentar setelah pemberian obat penurun panas namun suhu tidak pernah di ukur. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering mengalami demam saat dirumah namun tidak terlalu panas.Ibu pasien juga mengeluh berat badan pasien yang kurang meskipun nafsu makan pasien baik. Saat ini pasien mengkonsumi ASI serta PASI. Riwayat batuk (+), pilek (-), benjolan pada leher (-). Riwayat kontak dengan orang sekitar yang batuk disangkal. Ayah pasien sering merokok disekitar rumah.Nafsu menyusu pasien meningkat semenjak sakit. Biasanya pasien menyusu 6x/hari. Saat sakit, pasien menyusu 10x/hari dan terlihat haus. Buang air kecil tidak ada keluhan.Ortu pasien sudah membawa pasien ke puskesmas 1 SMRS dan mendapat obat penurun panas dan mencret tetapi tidak ada perbaikan. Riwayat kontak dengan orang di sekitar pasien (baik keluarga, tetangga maupun teman pasien) yang mengalami keluhan serupa disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPasien tidak pernah dirawat dirumah sakit. Riwayat penyakit sering panas dirumah dan diberikan obat penurun panas dari warung atau puskesmas. Pasien juga pernah mengalami trauma kepala 2 bulan yang lalu, sehingga belakang kepala pasien mengalami hematoma namum tidak diberikan terapi dan membaik tanpa diberikan pengobatan.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINANKehamilanIbu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas, tidak mengalami kelainan atau gangguan selama kehamilan. Ibu pasien juga tidak mengkonsumsi obat, rokok ataupun minuman keras.KelahiranTempat kelahiran: RS SusiloPenolong persalinan: BidanCara persalinan: SpontanMasa gestasi: 43 MingguKeadaan bayiBerat badan lahir: 2700 gramPanjang badan lahir: 51 cmLingkar kepala: Ibu pasien tidak tahuLangsung menangis: Tidak langsung menangisPucat/Biru/Kuning/Kejang:DisangkalNilai APGAR:Ibu pasien tidak tahuKelainan bawaan:Disangkal

RIWAYAT IMUNISASIPasien telah mendapatkan imunisasi :ImunisasiDasar

BCG+

DPT+++

Polio++++

Campak

Hepatitis B++++

Ibu pasien mengaku imunisasi dasar di Puskesmas dekat rumah dan imunisasi tsesuai jadwal.

RIWAYAT PERKEMBANGANPertumbuhan gigi pertama : -Gangguan perkembangan mental dan emosi : -Psikomotor : Tengkurap:5 bulan Duduk: - Berdiri sendiri: - Berjalan: - Berbicara: - Membaca dan menulis: -

RIWAYAT MAKANAN Pasien mengkonsumsi ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 5 bulan, sejak usia 5 bulan, pasien mengkonsumsi ASI di tambah susu formula, buah, biskuit, bubur susu oleh karena ASI ibu pasien yang tidak lancar.Umur (bln)ASI / PASIBuah/BiskuitBubur bayiNasi Tim

0-2

2-4

4-6 + Susu formula

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAPenyakitUmurPenyakitUmur

Diare-Morbili-

Otitis-Parotitis-

Radang Paru-Demam berdarah-

Tuberkulosis (Flek)-Demam tifoid-

Kejang-Cacingan -

Ginjal-Alergi makanan & obat-

Jantung-Kecelakaan -

Darah-Operasi -

Difteri-

RIWAYAT KEBIASAAN Memasukkan jari ke mulut:iya Memasukkan mainan ke mulut: iya Mencuci tangan secara rutin: tidak

RIWAYAT PERTUMBUHAN

Bulan UsiaBBStatus gizi

Februari 20150 bulan 2,7 kgNormal

Maret 20151 bulan3,5 kgNormal

April 20152 bulan4,1 kgNormal

Mei 20153 bulan--

Juni 20154 bulan5,3 kgNormal

Juli 20155 bulan5,2 kgGizi kurang

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGAAsma disangkalFlek paru disangkalKejang disangkalAlergi makanan (seafood) pada ibu pasien

RIWAYAT PENYAKIT PADA ANGGOTA KELUARGA LAIN/ORANG LAIN SERUMAHTidak ada

DATA PERUMAHANKepemilikan rumah : kontrakanKeadaan rumah : Padat, ukuran 10 x 7 m2. Bertingkat dua. 2 buah kamar tidur dan 1 buah kamar mandi Ventilasi (jendela) 1 buah Pencahayaan : lampu 2 hanya di nyalakan saat malam hari Berisi 7 orang anggota keluarga.

Keadaan lingkungan : Cukup padat antar rumah. Ayah pasien merokok. PEMERIKSAAN FISIKMinggu, 2 Agustus 2015, jam 16.00Pemeriksaan Umum Keadaan umum: Tampak lemas Kesadaran: Compos mentis Suhu: 39,8 C Nadi: 160 x/mnt Pernafasan: 68 x/mnt Tinggi badan: 62 cm Berat badan : 4,7 kg IMT: 12,37 kg/m2

Plotting Status Gizi menggunakan Z score

Kesan : Gizi Buruk

Kesan : Sangat kurusKesan : Normal

Kesan : Sangat kurus

Pemeriksaan FisikKepalaBentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.MataKelopak mata cekung (+), konjungtiva tidak anemis, konjungtiva bulbi tidak hiperemis, epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+TelingaBentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.HidungBentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).MulutMukosa bibir kering (+), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-). Bercak Koplik (-)TenggorokanTonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring posterior tidak hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (-).LeherTrachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submental, submandibular dextra et sinistra, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.DadaBentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).Paru - paru Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor, batas paru hepar ICS VI midclavicular line dextra Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra. Batas jantung kanan midsternum ICS IV Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).

Perut I:cembung, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)P: hati dan lien tidak teraba membesarP: Timpani , tanda cairan bebas (-)A: Bising usus (+) normalEkstremitas: Akral hangat, tidak ada edem, sianosis, CRT < 2 detikTulang belakang: bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosisKulit: Turgor kembali lambat > 3 detik

Pemeriksaan Neurologis Rangsang meningeal Kaku kuduk (-) Brudzinski I dan II (-) Kerniq (-) Laseque (-) Refleks fisiologis Biceps: Tidak dilakukan pemeriksaan Triceps: Tidak dilakukan pemeriksaan Lutut: +/+ normal Tumit: +/+ normal Refleks patologis Babinski: -/- Klonus Paha & Kaki: -/- Parese: (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANGTabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (02 Agustus 2015) pk. 16.03Kimia LainHasilNilai normal

Natrium darah151135 147 mmol/L

Kalium darah4,433,5 5 mmol/L

Chlorida11595 105 mmol/L

HematologiHasilNilai normal

Leukosit16,15,5 18 ribu/L

Eritrosit3,913,50 5,20 juta2L

Hb10,210,1 12,9 g/dL

Ht3132 44 %

Trombosit401229 553 ribu/L

MCV7873 109 fL

MCH2621 33 pq

MCHC3326 34 g/dL

Hitung JenisHasilNilai normal

Basofil00 - 1 %

Eosinofil01 5 %

Batang10 8 %

Segmen6717 60 %

Limfosit3020 70 %

Monosit21 11 %

LED70 20 mm

RIWAYAT RAWAT INAPSenin, 3 Mei 2015 (perawatan hari ke-1)S: Demam (+) naik turun pada malam hari. BAB (+) frekuensi 6x sejak kemarin malam. Ampas (+), warna kuning. Mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan baik. Rewel (-)O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tinggi badan: 62 cm Berat badan : 4,7 kg Suhu: 37,9 C Nadi: 150 x/mnt, reguler, isi cukup Pernafasan: 46 x/mnt

Pemeriksaan FisikKepalaBentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.MataKelopak mata cekung (-), konjungtiva tidak anemis, konjungtiva bulbi tidak hiperemis, epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+, air mata (+) jika menangis.TelingaBentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.HidungBentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).MulutMukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-). Bercak Koplik (-)TenggorokanTonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring posterior tidak hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (-).LeherTrachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submental, submandibular dextra et sinistra, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.DadaBentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).Paru - paru Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor, batas paru hepar ICS VI midclavicular line dextra Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi: Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra. Batas jantung kanan midsternum ICS IV Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).Perut I: datar, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)P: hati dan lien tidak teraba membesarP: Timpani, tanda cairan bebas (-)A: Bising usus (+) normalEkstremitas: Akral hangat, tidak ada edem, sianosis, CRT < 2 detikTulang belakang: bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosisKulit: Turgor kembali cepatA: Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang, Gizi buruk.P: - RL 20cc/jam Ampisilin 4 x 100 g IV Gentamisin 1x30 g IV Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntahParasitologiHasilNilai normal

Makroskopis

WarnaKuning-

KonsistensiLunak-

Lendir--

Darah--

Mikroskopis

Sisa pencernaan--

Lemak+-

Karbohidrat--

Serat-serat--

Leukosit20-2/LPB

Eritrosit-0-2/LPB

Parasit-Negatif

Telur cacing-Negatif

Jamur-Negatif

Rabu, 4 Mei 2015 (perawatan hari ke-2)S : Ibu pasien mengatakan BAB sudah berkurang sejak subuh 2x, jumlah sedikit, encer (-), ampas (+), darah (+), lendir (+). BAK tidak ada keluhan. Demam (-). Mual (-), muntah (-), nafsu makan masih kurang.O: Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis Tinggi badan: 62 cm Berat badan : 4,92 kg Suhu: 36,8 C Nadi: 120 x/mnt Pernafasan: 38 x/mnt

Pemeriksaan FisikKepalaBentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

MataKelopak mata cekung (-), konjungtiva tidak anemis, konjungtiva bulbi tidak hiperemis, epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+

TelingaBentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.

HidungBentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).

MulutMukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-). Bercak Koplik (-)TenggorokanTonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring posterior tidak hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (-).

LeherTrachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submental, submandibular dextra et sinistra, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.

DadaBentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).

Paru - paru Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor, batas paru hepar ICS VI midclavicular line dextra Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi: Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra. Batas jantung kanan midsternum ICS IV Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).

PerutI: cembung, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)P: hati dan lien tidak teraba membesarP: Timpani, tanda cairan bebas (-)A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas: Akral hangat, tidak ada edem, sianosis, CRT < 2 detikTulang belakang: bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis

Kulit: Turgor kembali cepatA: Diare akut terehidrasi. Gizi buruk Gizi kurangP: RL 20cc/jam Ampisilin 4 x 100 g IV Gentamisin 1x30 g IV Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntah Diet : Kaldu ayam + tempe , 500kkal Konsul ke ahli gizi

Kamis, 5 Mei 2015 (perawatan hari ke-3)S:BAB sudah berkurang. BAB (-) sejak subuh. BAK normal. Mual (-), muntah(-). Demam (-). Nafsu makan lumayan baik.O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tinggi badan: 62 cm Berat badan : 5,4 kg Suhu: 37,6 C Nadi: 120 x/mnt Pernafasan: 42 x/mnt

Pemeriksaan FisikKepalaBentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

MataKelopak mata cekung (-), konjungtiva tidak anemis, konjungtiva bulbi tidak hiperemis, epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+

TelingaBentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.

HidungBentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).

MulutMukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-). Bercak Koplik (-)

TenggorokanTonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring posterior tidak hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (-).

LeherTrachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submental, submandibular dextra et sinistra, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.

DadaBentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).

Paru - paru Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor, batas paru hepar ICS VI midclavicular line dextra Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi: Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra. Batas jantung kanan midsternum ICS IV Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra Auskultasi :Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).

Perut I: cembung, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)P: hati dan lien tidak teraba membesarP: Timpani, tanda cairan bebas (-)A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas: Akral hangat, tidak ada edem, sianosis, CRT < 2 detikTulang belakang: bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis

Kulit: Turgor kembali cepatA: Diare akut tanpa dehidrasi + gizi kurang + suspek TBP: Kaen 1B 14cc/jam Ampisilin 4 x 100 g IV Gentamisin 1x30 g IV Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntah

Pemeriksaan MantouxPemeriksaan Thorax AP/Lateral

Cor besar normal

Infiltrat perihilar, paracardial kanan, kiri

Hilus kanan tebal

Corakan bronkovaskular kasar

Sinus, diafragfma baik

Kesan pemeriksaan : TB Paru

Jumat, 6 Mei 2015 (perawatan hari ke-4)S:BAB normal. 1x sejak kemarin. Ampas (+), darah (-), lendir (-). BAK normal. Mual (-), muntah (-). Demam (-). Nafsu makan baik.O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tinggi badan: 62 cm Berat badan : 5,47 kg Suhu: 37 C Nadi: 126 x/mnt Pernafasan: 54 x/mnt

Pemeriksaan FisikKepalaBentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

MataKelopak mata cekung (-), konjungtiva tidak anemis, konjungtiva bulbi tidak hiperemis, epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+

TelingaBentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.

HidungBentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).

MulutMukosa bibir kering (-), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (-). Bercak Koplik (-)

TenggorokanTonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring posterior tidak hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (-).

LeherTrachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submental, submandibular dextra et sinistra, cervical, supra clavicular tidak teraba membesar.

DadaBentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).

Paru - paru Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor, batas paru hepar ICS VI midclavicular line dextra Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra Perkusi: Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra. Batas jantung kanan midsternum ICS IV Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).

Perut I: cembung, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)P:hati dan lien tidak teraba membesarP: Timpani, tanda cairan bebas (-)A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas:Akral hangat, tidak ada edem, sianosis, CRT < 2 detikHasil Mantoux (-)Tulang belakang: bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosisKulit: Turgor kembali cepat

A: diare akut tanpa dehidrasi + gizi kurang + suspek TBP: Kaen 1B 14cc/jam Ampisilin 4 x 100 g IV Gentamisin 1x30 g IV Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntah

Kimia LainHasilNilai normal

Natrium darah138135 147 mmol/L

Kalium darah3,183,5 5 mmol/L

Chlorida9795 105 mmol/L

HematologiHasilNilai normal

Leukosit13,45,5 18 ribu/L

Eritrosit4,223,50 5,20 juta2L

Hb10,910,1 12,9 g/dL

Ht3232 44 %

Trombosit183229 553 ribu/L

MCV7773 109 fL

MCH2621 33 pq

MCHC3426 34 g/dL

UrinalisaHasilNilai normal

Berat Jenis1.0251.015 1.025

pH6.54.8 7.4

Leukosit Esterase-Negatif / uL

Nitrit-Negatif

Albumin-Negatif / mg/dL

Glukosa-Negatif / mg/dL

Keton-Negatif / mg/dL

Urobilinogen+ 3x dalam 24 jam dan kurang 14 hari). Nafsu menyusu meningkat sejak sakit, rewel (+). Dan berat badan menurun dari 5,2kg menjadi 4,7kg semenjak sakit. Dengan hasil pemeriksaan fisik didapat kelopak mata cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit yang kembai lambat >3 detik. Sehingga dipikirkan kemungkinan dehidrasi dengan tingkat dehidrasi berat yakni 2 tanda utama (keadaan umum yang gelisah, rasa haus, turgor kulit yang menurun) dan 2 atau lebih tanda tambahan (kelopak mata cekung dan mukosa bibir kering). Pasien juga demam naik turun sejak 2 hari SMRS. Demam hanya turun sebentar setelah pemberian obat penurun panas. Kemungkinan etiologi demam dipikirkan akibat dehidrasi, infeksi gastrointestinal, infeksi pada saluran pernafasan).Ibu pasien juga mengeluh berat badan pasien yang kurang meskipun nafsu makan pasien baik. Saat ini pasien mengkonsumi ASI serta PASI. Riwayat batuk (+) namun hilang timbul, pilek (-), benjolan pada leher (-). Dan sering demam yang hilang timbul saat dirumah. Namun riwayat kontak dengan orang sekitar yang batuk disangkal. Dari anamnesa lingkungan rumah, ventilasi dirumah pasien kurang baik, yaitu hanya 1 jendela disetiap lantai dan kondisi rumah yang padat. Dari pemeriksaan fisik saat ini didapatkan berat badan 4,7kg dan panjang badan 62cm sehingga dari interpretasi plotting kurva WHO dengan BB/PB : 40x/menit bahkan hingga hampir 60x/menit dalam keadaan tenang. Sehingga mengingat kemungkinan adanya suatu infeksi, dilakukan foto thorax. Dari hasil foto thorax didapatkan gambaran dengan TB paru. Dan dilakukan tes mantoux namun hasil negatif. Hasil negatif pada pasien dapat diartikan banyak hal, seperti : tidak sedang terinfeksi TB, malnutrisi, imunodefisiensi, immunocompromised, atau sedang terinfeksi virus tertentu. Dan tes dapat diulang 2 minggu kemudian. Perhitungan skoring TB didapatkan skor = 5 sehingga belum memenuhi kriteria untuk diagnosa TB. Namun dari gejala klinis, anamnesa lingkungan, gambaran foto dan skoring yang mendekati mendukung penegakan diagnosis Tuberkulosis pada pasien. Terapi OAT mulai diberikan dan menunjukkan perbaikan gejala serta kenaikan berat badan yang cukup signifikan.

DIARE AKUT

Epidemiologi

TeoriKasus

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Pasien tinggal di Indonesia dan berusia dibawah 5 tahun yaitu 5 bulan 25 hari.

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).Di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa saat ini.

Anamnesis

TeoriKasus

Keluhan utama:Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.BAB cair sejak 2 hari SMRS. BAB cair dengan frekuensi 10x/hari, ampas (-), lendir (-), darah (-), warna kekuningan.

Keluhan tambahan:Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.Mual dan muntah juga dialami setiap sehabis makan semenjak sakit. Nafsu menyusu (+) semenjak sakit. Rewel (+), Kesadaran menurun (-). Demam naik turun sejak 2 hari SMRS. BAK dalam batas normal. Sesak (-), kejang (-).

Faktor risiko:Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain : Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik dan status gizi buruk. Pasien tidak mendapatkan ASI secara penuh untuk 6 bulan pertama karena ASI ibu pasien yang kurang lancar. Sehingga usia 5 bulan pasien mendapatkan PASI dan MP-ASI. Kebersihan air dirumah diakui ibu pasien baik. Kebersihan lingkungan diakui baik. Ibu pasien tidak pernah merendam botol ke air panas.Pasien saat ini dalam status gizi buruk.

Pemeriksaan fisik

TeoriKasus

Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital. Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/ letargi/ koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah. Berat badan Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia) Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 39,8 C Nadi : 160 x/mnt Pernafasan : 68 x/mnt Tanda utama : Rewel (+), rasa haus (+), turgor abdomen menurun (+). Tanda tambahan : UUB cekung (-), kelopak mata cekung (+), air mata (+), mukosa bibir kering (+). Berat badan : 5,2 kg 4,7 kg Nafas cepat (+), kembung (+), kejang (-).

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan 10% berat badan) Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan Keadaan umum lemah, letargi atau koma Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa dan bibir sangat kering Turgor sangat kurang, akral dingin Pasien harus rawat inap

Pemeriksaan penunjang

TeoriKasus

Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja : Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3) Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien: Darah lengkap Kimia darah Pemeriksaan feses Urinalisa Rontgen thorax Pemeriksaan feses dilakukan dengan hasil dalam batas normal. Pemeriksaan kimia didapatkan natrium sedikit meningkat dan chlorida sedikit meningkat. Pemeriksaan darah didapatkan leukosit dalam batas normal namun berada pada batas atas. Dan dalam hitung jenis didapatkan segmen yang dominan.

Tatalaksana

TeoriKasus

Lintas diare : 1. Cairan, 2. Seng, 3. Nutrisi 4. Antibiotik yang tepat, 5. EdukasiDehidrasi berat (saat di IGD) Loading RL 30cc/kg (1 jam) 150 cc/ 1 jam dan 70 cc/kg (5 jam) 350 cc/ 5 jam Paracetamol 0,6 cc (4x1) jika suhu > 38,5 C

Dehidrasi ringan-sedang (perawatan hari ke-1 dibangsal) RL 20cc/jam Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntah

Tanpa dehidrasi (perawatan hari ke-2 dibangsal) Kaen 1B 14cc/jam Zinc syr 1x1cth PCT 0,6 ml drop jika suhu > 38,5 C Oralit 50 -100 cc tiap BAB dan muntah

Tanpa dehidrasi Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur 15kg : 135 mL/kgBB/hari Pasien dipantau dipuskesmas/rumah sakit selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.

Dehidrasi berat Diberikan cairan parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100mL/kgBB dengan cara pemberian: Umur kurang dari 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya. Umur diatas 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mmau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.

SengSengZink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis : Umur dibawah 6 bulan : 10 mg per hari Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari Zinc 10 mg (1x1 cth) selama 10 hari.

NutrisiASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang.Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis gizi dengan jawaban konsul: Diet ASI sesuka + S26 (dari pasien) secukupnya. Bubur saring (nabati tempe) + kaldu (sapi/ ayam/ ikan) + pisang.

Medikamentosa Tidak boleh diberikan obat anti diare Antibiotik Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera Antiparasit Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif. Obat diare tidak diberikan Antibiotik diberikan atas indikasi gizi buruk. (Ampisilin 4 x 100 g IV dan Gentamisin 1x30 g IV) Antiparasit tidak diberikan sesuai pemeriksaan tinja tidak didapatkan amoeba

EdukasiOrangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

Langkah promotif/ preventif : 1. ASI tetap diberikan, 2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan, 3. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban, 4. Imunisasi campak, 5. Memberikan makanan penyapihan yang benar, 6. Penyediaan air minum yang bersih, 7. Selalu memasak makanan.

Ibu pasien sudah diberikan edukasi untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

Dari edukasi bagian gizi: ASI diteruskan sesukanya bayi. Sufor diberikan secukupnya. Diajarkan cara pembuatan bubur saring. Diajarkan makanan yang sesuai usia pasien.

GIZI BURUK

Epidemiologi

Teori Kasus

United Nations Childrens Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita.Pasien tinggal di indonesia.

Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masing tinggi + 30-40%.Pasien berusia 5 bulan 25 hari yaitu termasuk dalam pertumbuhan yang sedang pesat.

Diagnosis

TeoriKasus

BB/TB: < -3 SD dan atau; Terlihat sangat kurus dan atau; Adanya Edema dan atau; LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan BB/TB 3x/hari. BAK dalam batas normal Akral hangatHasil anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani): Pola makan ASI, PASI (susu formula) dan MP-ASI (buah buahan seperti pisang,dll) ASI eksklusif selama 5 bulan. Menyusu sekitar 10x/hari Makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir berupa: ASI, susu formula, pisang, bubur saring. Nafsu makan masih baik, nafsu menyusu sedikit meningkat semenjak diare. Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru disangkal. Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir (-). Batuk kronik (+) dalam 1 bulan terakhir. Kematian saudara kandung (-). BBL : 2800 gram Riwayat tumbuh kembang : telengkup pada usia 5 bulan. Riwayat imunisasi : lengkap Penimbangan setiap bulan dilakukan di pusksemas Sosioekonomi menengah ke bawah. Perumahan padat. Ventilasi kurang. Diketahui atau tersangka HIV (-)

Pemeriksaan fisik

TeoriKasus

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk). Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun. Demam (suhu aksilar 37.5 C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5 C). Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung Sangat pucat Pembesaran hati dan ikterus Adakah perut kembung,bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanyasuara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash) Anak terlihat kurus Edem pada kedua punggung kaki (-). BB/PB menurut kurva WHO 2 minggu) tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan dari 5,3kg (juni 2015) menjadi 4,7kg (agustus 2015) dan menurut ibu pasien, nafsu makan pasien cukup baik.2. Pasien sering mengalami demam berulang tanpa penyebab yang jelas dan tidak tinggi.3. Pasien juga sering mengalami batuk berulang sejak kurang lebih 1 bulan terakhir.4. Nafsu makan cukup baik, BB menurun namun belum masuk kedalam gagal tumbuh.5. Pasien lesu dan agak rewel.6. Pasien mengalami diare akut ( -2 SD

Tumbuh Kembang Memantau status gizi secara rutin dan berkala Memantau perkembangan psikomotor

EdukasiMemberikan pengetahuan pada orang tua tentang : Pengetahuan gizi Melatih ketaatan dalam pemberian diet Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

G. Langkah promotif/preventif 8Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain :

Pola makanPenyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral berdasarkan umur dan berat badan) Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama) Faktor sosialMencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah berlangsung secara turun temurun dan dapat menyebabkan terjadinya KEP. Faktor ekonomiDalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisi pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya. Faktor infeksiTelah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara KEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. KEP, walaupun dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

TUBERKULOSIS

A. Definisi dan Epidemiologi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. 9

Cara Penularan: Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun anak. Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang di sekitarnya, kecuali anak tersebut BTA positif atau menderita adult type TB. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA negatif. Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.

Tuberkulosis anak merupakan suatu masalah penting terutama dinegara berkembang karena jumlah usia anak berusia kurang dari 15 tahun sekitar 40-50% jumlah populasi.9

Sekurang-kurangnya 500.000 anak menderita TB setiap tahun 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat TB, 70.000 anak meninggal setiap tahun akibat TB Beban kasus TB anak di dunia tidak diketahui karena kurangnya alat diagnostik yang child-friendly dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak. Diperkirakan banyak anak menderita TB tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan benar sesuai dengan ketentuan strategi DOTS. Kondisi ini akan memberikan peningkatan dampak negatif pada morbiditas dan mortalitas anak. Data TB anak di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011 dan 8,2% pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi, menunjukkan variasi proporsi dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini menunjukan kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus TB Anak dikelompokkan dalam kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14 tahun, dengan jumlah kasus pada kelompok umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari kelompok umur 0-4 tahun. Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.

B. Patogenesis 9Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.

B. Gejala klinis spesifik terkait organ 9Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit, adalah sebagai berikut: 1. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli): Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter 1 cm, konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens. 2. Tuberkulosis otak dan selaput otak: Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena. Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang. 3. Tuberkulosis sistem skeletal: Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang (gibbus). Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di daerah panggul. Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang jelas. Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis). 4. Skrofuloderma: Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus (skin bridge). 5. Tuberkulosis mata: Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis). Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi). 6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB.

C. Pemeriksaan fisik 10Pada sebagian besar kasus, tidak dijumpai kelainan fisis yang khas. Antropometri : gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi badan pada posisi didaerah bawah atau di bawah P5. Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien.

Kelainan pada pemeriksaan fisis baru jumpai jika Tb mengenai organ tertentu. TB vertebra : gibbus, kifosis, paraparesis atau paraplegia TB koksae atau TB genu : jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut Pembesaran KGB mutipel, tidak nyeri tekan, dan konfluens (saling menyatu) Meningitis TB : kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal lain Sklofuroderma : ulkus kulit dengan skinbridge biasanya terjadi di daerah leher, axilla atau inguinal Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih pada limbus korne yang sangat nyeri.

D. Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis TB anak10 Uji tuberkulin Foto thorax AP dan lateral kanan Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan bilasan lambung atau sputum untuk mencari BTA atau hasil biakan mycobacterium tuberculosis Pemeriksaab patologi dari biopsi kelenjar, kulit, atau jaringan lain yang dicurigai TB Fundoskopi untuk TB milier dan meningitis TB Pungsi lumbal pada TB milier untuk mengetahui ada tidaknya meningitis TB Foto tulang dan pungsi pleura dilakukan atas indikasi Pemeriksaan darah tepi, LED, urin, feses untuk membantu menunjang diagnosis namun tidak berperan penting.

Cara Mendapatkan sampel pada Anak 1. Berdahak Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis, terutama bagi anak yang mampu mengeluarkan dahak. Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi pada anak >5 tahun. 2. Bilas lambung Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak. Dianjurkan spesimen dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari. 3. Induksi Sputum Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama apabila menggunakan lebih dari 1 sampel. Metode ini bisa dikerjakan secara rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk melaksanakan metode ini. Berbagai penelitian menunjukkan organ yang paling sering berperan sebagai tempat masuknya kuman TB adalah paru karena penularan TB sebagai akibat terhirupnya kuman M.tuberculosis melalui saluran nafas (inhalasi). Atas dasar hal tersebut maka baku emas cara pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TB adalah dengan cara menemukan kuman dalam sputum. Namun upaya untuk menemukan kuman penyebab TB pada anak melalui pemeriksaan sputum sulit dilakukan oleh karena sedikitnya jumlah kuman dan sulitnya pengambilan spesimen sputum. Guna mengatasi kesulitan menemukan kuman penyebab TB anak dapat dilakukan penegakan diagnosis TB anak dengan memadukan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang lain yang sesuai. Adanya riwayat kontak erat dengan pasien TB menular merupakan salah satu informasi penting untuk mengetahui adanya sumber penularan. Selanjutnya, perlu dibuktikan apakah anak telah tertular oleh kuman TB dengan melakukan uji tuberkulin. Uji tuberkulin yang positif menandakan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap antigen (tuberkuloprotein) yang diberikan. Hal ini secara tidak langsung menandakan bahwa pernah ada kuman yang masuk ke dalam tubuh anak atau anak sudah tertular. Anak yang tertular (hasil uji tuberkulin positif) belum tentu menderita TB oleh karena tubuh pasien memiliki daya tahan tubuh atau imunitas yang cukup untuk melawan kuman TB. Bila daya tahan tubuh anak cukup baik maka pasien tersebut secara klinis akan tampak sehat dan keadaan ini yang disebut sebagai infeksi TB laten. Namun apabila daya tahan tubuh anak lemah dan tidak mampu mengendalikan kuman, maka anak akan menjadi menderita TB serta menunjukkan gejala klinis maupun radiologis. Gejala klinis dan radiologis TB anak sangat tidak spesifik, karena gambarannya dapat menyerupai gejala akibat penyakit lain. Oleh karena itulah diperlukan ketelitian dalam menilai gejala klinis pada pasien maupun hasil foto toraks. Pemeriksaan penunjang utama untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak adalah membuktikan adanya infeksi yaitu dengan melakukan uji tuberkulin/mantoux test. Tuberkulin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2 TU dari Staten Serum Institute Denmark produksi dari Biofarma. Namun uji tuberkulin belum tersedia di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Cara melaksanakan uji tuberkulin terdapat pada lampiran. Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan foto toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier. Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut: a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat (visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks lateral) b. Konsolidasi segmental/lobar c. Efusi pleura d. Milier e. Atelektasis f. Kavitas g. Kalsifikasi dengan infiltrat h. Tuberkuloma

E. Diagnosis TB pada anak dengan Sistem Skoring 9Dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat dikerjakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik yang tersedia, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO dan disepakati sebagai salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis TB.

Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut: Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai tertinggi yaitu 3. Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT.

Setelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap respon klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan: 1. Foto toraks menunjukan gambaran efusi pleura atau milier atau kavitas 2. Gibbus, koksitis 3. Tanda bahaya: Kejang, kaku kuduk Penurunan kesadaran Kegawatan lain, misalnya sesak napas

Catatan: Parameter Sistem Skoring: Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau dari hasil laboratorium. Penentuan status gizi: Berat badan dan panjang/ tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment opname). Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Penentuan status gizi untuk anak usia 5 tahun merujuk pada kurva CDC 2000 (lihat lampiran). Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 bulan. Demam (2 minggu) dan batuk (3 minggu) yang tidak membaik setelah diberikan pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran mendukung TB berupa: pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberkuloma.

Penegakan Diagnosis 9 Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Apabila di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak tersedia tenaga dokter, pelimpahan wewenang terbatas dapat diberikan pada petugas kesehatan terlatih strategi DOTS untuk menegakkan diagnosis dan tatalaksana TB anak mengacu pada Pedoman Nasional. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 13) Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari kontak dengan pasien BTA positif dan hasil uji tuberkulin positif, tetapi TANPA gejala klinis, maka dilakukan observasi atau diberi INH profilaksis tergantung dari umur anak tersebutFoto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama pada TB anak Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang meragukan, maka pasien tersebut dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut Anak dengan skor 5 yang terdiri dari kontak BTA positif dan 2 gejala klinis lain, pada fasyankes yang tidak tersedia uji tuberkulin, maka dapat didiagnosis, diterapi dan dipantau sebagai TB anak. Pemantauan dilakukan selama 2 bulan terapi awal, apabila terdapat perbaikan klinis, maka terapi OAT dilanjutkan sampai selesai. Semua bayi dengan reaksi cepat (2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB, beri pengobatan kembali mulai dari awal. Jika anak tidak minum obat