87
1 BAB I PENDAHULUAN Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim yang berasal dari metaplasia epitel di daerah squamocolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian utama pada wanita. Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 penderita kanker serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya. 1,2,3 Di Indonesia, insidens kanker serviks diperkirakan ±40.000 kasus pertahun dan masih menjadi kanker tersering pada wanita. Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker serviks menempati urutan pertama kanker yang diderita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100.000 penduduk atau 200.000 kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Salah satu gejala dari dari kanker serviks adalah nyeri yang dirasakan di daerah panggul yang menjalar ke ekstremitas bagian bawah bahkan sampai ke kaki. Pada stadium lanjut dapat terjadi gagal ginjal karena obstruksi ureter. 4

Case Kogab Aprizal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kogab

Citation preview

IDENTIFIKASI

13

BAB IPENDAHULUAN Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim yang berasal dari metaplasia epitel di daerah squamocolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian utama pada wanita. Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 penderita kanker serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya.1,2,3 Di Indonesia, insidens kanker serviks diperkirakan 40.000 kasus pertahun dan masih menjadi kanker tersering pada wanita. Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker serviks menempati urutan pertama kanker yang diderita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100.000 penduduk atau 200.000 kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Salah satu gejala dari dari kanker serviks adalah nyeri yang dirasakan di daerah panggul yang menjalar ke ekstremitas bagian bawah bahkan sampai ke kaki. Pada stadium lanjut dapat terjadi gagal ginjal karena obstruksi ureter.4Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit gagal ginjal kronik diperkirakan 100 kasus per 1 juta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di negara-negara berkembang, insidens penyakit gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 40-60 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Berdasarkan survei dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia. Angka ini diperkirakan terus meningkat dengan angka pertumbuhan sekitar 10% setiap tahun. Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi. Berdasarkan data PERNEFRI 2011, penyebab terbanyak dari penyakit ginjal kronik di Indonesia adalah penyakit hipertensi (34%). Sedangkan penyebab lainnya seperti nefropati obstruktif hanya berkisar 8%.5Kondisi hiperkoagulabilitas merupakan keadaan kongenital/didapat yang telah diketahui atau dicurigai berhubungan dengan hipereaktifitas sistem koagulasi dan atau perkembangan ke arah tromboemboli. Salah satu penyebab kondisi hiperkoagulabilitas adalah hiperkoagulasi didapat pada keganasan.6Berikut ini ditampilkan suatu laporan kasus seorang perempuan berusia 36 tahun dengan large cell neuroendocrin carcinoma cervix stadium IVA post histerektomi dengan cancer pain, PGK stadium V ec nefropati obstruktif dengan hidronefrosis dan hidroureter bilateral post nefrostomi, dan tuli sensorineural ec hiperkoagulasi. Kasus ini diangkat karena merupakan kasus yang sulit dan merupakan kasus demonstrasi untuk mendapatkan penatalaksanaan yang baik. Melalui penyajian kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 ANAMNESIS (autoanamnesis dan allowanamnesis) 2.1.1 IDENTIFIKASI Seorang Perempuan, Ny. FA, berusia 36 tahun, alamat Lorong Karang Luhur Blok D No. 138 Rt. 26 Rw. 07 Talang Putri Plaju Palembang, masuk bangsal Yasmin B (RC) VII.5 RSMH tanggal 27 November 2014 pukul 23.52 WIB, dengan keluhan utama nyeri pada bokong bertambah hebat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS) dan keluhan tambahan tidak bisa mendengar sejak 1 bulan SMRS.

2.1.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKITSejak 20 bulan SMRS (1 bulan setelah os melahirkan anak ke-6), os mengeluh sering keluar darah dari kemaluan, darah warna merah segar, banyaknya 3 kali ganti pembalut, terasa nyeri, keputihan, seperti susu, tidak berbau dan tidak gatal. Os juga mengeluh terasa sakit di kemaluan saat berhubungan intim dengan suaminya, pusing, mual tidak ada, muntah tidak ada, sesak tidak ada. Os berobat ke Sp.OG, dilakukan USG dikatakan tidak ada kelainan, os hanya dikatakan sakit perdarahan biasa akibat melahirkan. Os diberi obat penghenti perdarahan (os tidak tahu nama obatnya). Keluhan perdarahan berkurang, tapi sering kambuh lagi. Setiap terjadi perdarahan os berobat ke SpOG, sudah dilakukan USG 3 kali, dikatakan tidak ada kelainan. Os masih diberi obat penghenti perdarahan (os tidak tahu namanya), keluhan perdarahan kadang-kadang berhenti tapi sering muncul lagi.Sejak 7 bulan SMRS, os mengeluh perdarahan dari kemaluan semakin sering dan semakin banyak, terasa nyeri, keputihan masih tetap ada dan bertambah banyak. Os berobat ke SpOG, dilakukan USG dan diperiksa dalam, dikatakan ada kanker pada mulut rahim. Os kemudian dirujuk ke RSMH untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Di bagian kebidanan RSMH os dilakukan pemeriksaan-permeriksaan termasuk biopsi. Os dikatakan menderita kanker serviks stadium IB. Os lalu disarankan operasi pengangkatan rahim. Os kemudian menjalani operasi pengangkatan rahim dan ditambah darah sebanyak 7 kantong. Setelah operasi os disarankan kemoterapi, tapi os belum mau. Perdarahan dari kemaluan berhenti.Sejak 4 bulan SMRS, os mengeluh mual, muntah, frekuensi 1-2 kali perhari, isi apa yang dimakan dan diminum, nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk. Timbul nyeri di pinggang kanan dan kiri. Os juga mengeluh nyeri pada daerah kemaluan, nyeri sering menjalar ke bokong, perdarahan dari kemaluan tidak ada. Os berobat dan dirawat oleh SpPD di RS swasta, dikatakan sakit maag dan kurang darah. Os ditambah darah 2 kantong. Pulang dengan perbaikan.Sejak 2 bulan SMRS, os mengeluh nyeri pada pinggang dan bokong bertambah hebat, mual-mual, muntah, frekuensi 1-2 kali perhari terutama saat makan dan minum, sesak tidak ada. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Os berobat ke SpPD-KGH di RS Swasta, dilakukan USG dikatakan sakit ginjal. Os diberi obat (os tidak tahu nama obatnya). Keluhan sedikit berkurang. Sejak 1 bulan SMRS, os mengeluh nyeri pada bokong bertambah hebat, mual ada, muntah tidak ada, perdarahan tidak ada, sesak tidak ada. Os juga mengeluh pendengaran os menjadi berkurang, os selalu merasa mendengar suara bising, seperti alat pemotong rumput, berdenging tidak ada, pusing berputar-putar tidak ada, badan melayang seperti mau jatuh tidak ada, sakit kepala tidak ada. BAB tidak ada keluhan, BAK merembes, lebih sedikit dari biasanya, nyeri saat BAK tidak ada. Berat badan (BB) os semenjak sakit berkurang 15 kg. Os berobat ke SpPD-KHOM di RS swasta, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan. Os kemudian menjalani kemoterapi yang pertama. Setelah kemoterapi, os mengeluh pendengaran os semakin berkurang, os juga dikonsulkan ke SpB, dikatakan kedua ginjal membesar, disarankan operasi os lalu menjalani operasi pemasangan selang di ginjal kanan.Sejak 1 minggu SMRS os masih mengeluh nyeri dibokong, nyeri bertambah hebat, pendengaran masih berkurang, muka terlihat pucat, badan lemas, pusing seperti berkunang-kunang. Os berobat ke SpPD-KHOM sekaligus untuk kontrol kemoterapi yang kedua, os kemudian dirawat, diperiksa darah, dikatakan kurang darah. Os ditransfusi darah sebanyak 3 kantong. Os lalu dirujuk ke RSMH untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

2.1.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN KEBIASAAN Riwayat makan makanan berpengawet ada, os mempunyai kesukaan makan mie instan terutama 6 bulan terakhir sebelum os sakit, os makan mie instan hampir setiap hari. Riwayat terpapar bahan kimia disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat keguguran dan penggunaan obat-obat untuk menggugurkan kandungan disangkal. Riwayat kebiasaan menggunakan obat antiseptik untuk mencuci vagina disangkal. Riwayat sakit darah tinggi disangkal. Riwayat sakit kencing manis disangkal. Riwayat penyakit kelamin sebelumnya disangkal. Riwayat menggunakan kontrasepsi suntik ada, os pernah menggunakan kontrasepsi 3 bulan. Terakhir os menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Riwayat konsumsi obat-obat tertentu dalam jangka waktu lama disangkal Riwayat sakit telinga seperti sering berdenging, infeksi telinga, mengeluarkan cairan dari telinga disangkal. Riwayat tinggal di lingkungan industri yang bising disangkal.

2.1.4 RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGIMenstruasi pertama kali umur 15 tahun, lama menstruasi 7 hari, teratur setiap bulan, nyeri saat menstruasi tidak ada.

2.1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGARiwayat keluhan dan penyakit yang sama pada keluarga ada. Ibu kandung os menderita sakit kanker serviks, pernah dikemoterapi 1 kali. Ibu os sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Ibu kandung os juga menderita penyakit kencing manis.

21OS cerai

1 thn7 thn8 thn12 thn16 thn17 thn

Keterangan :: laki-laki: perempuan1 : suami pertama2 : suami kedua: meninggal

2.1.6 RIWAYAT SOSIAL, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN, EKONOMI Os anak ke 3 dari 5 bersaudara (saudara pertama dan kedua laki-laki berusia 42 dan 37 tahun, saudara keempat dan kelima perempuan berusia 29 dan 24 tahun). Pendidikan terakhir os tamat SMA. Os bekerja sebagai ibu rumah tangga. Os menikah 2 kali. Pernikahan pertama pada usia 19 tahun. Os sudah bercerai dengan suami pertama 12 tahun yang lalu. Suami pertama os bekerja serabutan, pernah bekerja sebagai supir dan penjual narkoba. Dari suami pertama, os mempunyai 3 orang anak laki-laki (17 tahun, 16 tahun, dan 12 tahun), melahirkan spontan. Saat ini os sudah menikah lagi dengan suami yang kedua selama 10 tahun dan mempunyai 3 orang anak laki-laki (8 tahun, 7 tahun, dan 1 tahun 8 bulan), melahirkan spontan. Suami os sekarang bekerja sebagai kontraktor pertamina. Penghasilan suami os Rp.12 juta perbulan. Status ekonomi cukup

2.2 PEMERIKSAAN FISIK2.2.1 KEADAAN UMUM Tampak sakit sedang Performance status (PS): 80% Kesadaran: kompos mentis Tekanan darah : 120/70 mmHg, Nadi: 98 kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup Pernafasan : 20 kali/menit Suhu : 36,7 C Berat Badan: 35 kg Tinggi Badan: 150 cm LPB: 1,25 /m2 RBW: 70% (underweight) IMT: 15,56 VAS: 8

2.2.2 KEADAAN SPESIFIKKepala Mata: Konjungtiva palpebra pucat (-) , sklera ikterik (-), alopesia (+) Mulut: Atropi papil lidah (-), stomatitis (-)

Leher JVP (5-2) cmH2O, struma (-) KGB tak membesar

Thorax JantungInspeksi: Iktus kordis terlihat di ICC V LMC sinistraPalpasi: Iktus kordis teraba di ICS V LMC sinistraPerkusi: Batas atas ICS II, batas kanan LS dekstra, batas kiri ICS V LMC sinistraAuskultasi: HR 98 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)

ParuInspeksi: Statis simetris kedua lapangan paru sama kanan = kiri, Dinamis simetris kedua lapangan paru kanan = kiri. Palpasi: Stemfremitus normal kanan = kiri. Perkusi: Sonor di kedua lapangan paru Auskultasi: Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen Inspeksi: Datar, tampak skar bekas operasi, terpasang selang nefrostomi pada pinggang kanan Palpasi: Lemas, hepar lien tak teraba, ballotement ginjal kanan kiri (-), nyeri tekan simfisis pubis (-) Perkusi: Timpani, nyeri ketok CVA (-) Auskultasi: Bising usus (+) normal Ekstremitas Edema pretibia (-), palmar pucat (-)

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG2.3.1 LaboratoriumTanggal 17-11-2014 (RS R.K Charitas) Darah rutinHb 7,7 gr/dlLeukosit 12.900/mm3Hematokrit 24 vol%Trombosit 550.000/mm3Hitung jenis : basofil 0%, eosinofil 2%, neutrofil 82%, limfosit 10%, monosit 6%LED 120 mm/jamKesan : anemia, leukositosis, trombositosis, peningkatan LED

Kimia darahBSS 117 mg/dlSGOT 15 u/LSGPT 9 u/LUreum 23 mg/dlKreatinin 1,8 mg/dl Natrium 140 mmol/lKalium 3,5 mmol/l Kalsium 8,5 mmol/lGFR 34,30 mL/menitKesan : peningkatan kreatinin, penurunan GFR

Faal hemostasisINR 0,98 Prothrombin Time (PT) 11,5 detik (kontrol 13,4 detik, rujukan 12-18 detik)APTT 32,1 detik (kontrol 34,7 detik, rujukan 26-40 detik)Fibrinogen 614 mg/dL (rujukan 138-439 mg/dL)D-Dimer 0,65 g/mL (rujukan 0,1-0,5 g/mL)Kesan : pemanjangan D-Dimer, peningkatan fibrinogen

Tanggal 24/11/2014 (RS. R.K Charitas)Darah rutinHb 13,2 gr/dlLeukosit 9.400/mm3Eritrosit 5.000.000/mm3Hematokrit 41 vol%Trombosit 439.000/mm3Kesan : dalam batas normal

Kimia darah Ureum 45 mg/dlKreatinin 1,7 mg/dlAsam urat 4,9 mg/dLGFR 35,70 mL/menitKesan : peningkatan kreatinin, penurunan GFR

2.3.2 Pemeriksaan Patologi AnatomiBiopsi serviks (No. PA 1583/A/2014, tanggal 22-04-2014, RSMH Palembang)Makros:Beberapa potong jaringan terfragmentasi volume kurang lebih 2 cc, kenyalMikros: Sediaan berasal dari biopsi serviks tanpa epitel berlapis. Tampak kelompok-kelompok sel tumor berstruktur pulau-pulau sebagian pseudorosette-like terdiri dari sel-sel berinti bulat-oval sebagian pleomorfik, hiperkromatik, kromatin padat, intranuclear vacuole, mitosis abnormal dapat dijumpai, sitoplasma sempi eosinofilik dikelilingi stroma jaringan ikat fibrokolagen sebagian dengan perubahan myxoid sebagian lagi nekrosis berserbuk ringan sel radang limfosit, sel plasma, pembuluh darah ukuran kecil-kecil dengan lumen berisi RBC, angioinvasi dapat dijumpai.Kesan : Large cell neuroendocrine tumor pada serviks uteri Non keratinizing squamous cell carcinoma pada serviks uteri

Biopsi uterus (No. PA 1995/A/2014, tanggal 20-05-2014, RSMH Palembang)Makros :1. KGB kananTerima beberapa potong jaringan diliputi lemak terbesar ukuran 5x3x1cm, terkecil ukuran 1x1x0,5cm, pada beberapa potongan dan perabaan dijumpai 5 buah KGB2. KGB kiriSepotong jaringan diliputi lemak ukuran 6x4x1cm, pada potongan perabaan dijumpai 3 buah KGB3. UterusSepotong jaringan uterus dengan salah satu adneksa ukuran 12x5x5cm, sudah terbelah, pada potongan kasar, tampak massa menonjol dari SBR sampai ke serviks ukuran 4x3cm, warna putih dengan bercak kehitaman, kenyal, dengan struktur seperti papiler. Ovarium 1 ukuran 3x2x1,5cm, pada potongan sebagian padat sebagian berkiste berisi massa agar, tuba ukuran 9 cm. Tanpa ovarium 2, tuba 5x1cm.

Mikros :Sediaan masing-masing dievaluasi sebagai berikut :1 dan 2. Sediaan masing-masing berasal dari 5 buah KGB kanan dan 3 buah KGB kiri dengan gambaran mikroskopik kurang lebih sama, berkapsul jaringan ikat fibrokolagen, subkapsuler terdiri dari limfokel-limfokel dengan germinal centre aktif, tampak sinus melebar berisi histiosit.Tidak dijumpai tanda-tanda ganas pada sediaan ini3. UterusVaginal cuff dilapisi epitel skuamous kompleks tidak berkeratin, subepitel berupa jaringan ikat fibrokolagen.Serviks arah jam 12, 6, 9, 3 dengan gambaran kurang lebih sama, dijumpai massa tumor membentuk struktur pulau-pulau, sebagian solid, sebagian, sinsitial dilapisi epitel skuamous neoplastik dengan inti bulat-spindel, hiperkromatik, kromatin kasar, sebagian vesikuler dengan anak inti promonent, mitosis abnormal mudah dijumpai, sitoplasma luas eosinifilik, polaritas dan kohesifitas terganggu. Tampak massa sudah menginvasi ke stroma desmoplastik berserbuk padak sel radang PMN, limfosit, dan sel plasma.Korpus : Dijumpai massa tumor dengan gambaran kurang lebih sama padaa massa tumor diserviks yang menginvasi 1/3 bawah korpus uteri.Ovarium 1 : Dijumpai massa tumor dengan gambaran kurang lebih sama dengan massa serviks. Stroma kortek strimaltosis diantaranya tampak korpus lutein perdarah, kista dilapisi sel teka dan granulosa, korpus albikan. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas pada sediaan ini.Tuba 1 dan 2 : Dengan gambaran kurang lebih sama, berupa jarinan lemak terdiri sel-sel lemak matur dan jaringan ikat fibrokolagen diantaranya tampak pembuluh darah dilatasi dan hiperemi. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas pada sediaan ini.Kesan : Large cell neuroendocrine carcinoma pada serviks (arah jam 12, 9, 6, 3) yang bermetastasis ke 1/3 bawah korpus uteri, ovarium, parametrium 2. DD/ undifferentiated carcinoma cervix Reaksi hiperplasia dan sinus histiositosis pada 5 buah KGB kanan dan 3 buah KGB kiriSaran : pemeriksaan IHK NSE, sinaptopisin, cromogranin

2.3.3 Pemeriksaan RadiologiRontgen toraks PA (No. 31367, tanggal 19-04-2014, RSMH Palembang)etInterpretasi: Jantung tidak membesar Trakea ditengah, tidak ada penyempitan Corakan bronkovaskuler paru tidak meningkat Tidak tampak infiltrat Diafragma licin Sinus kostofrenikus lancip Jaringan lunak baik Tulang-tulang intakKesan : Cor dan pulmo dalam batas normal Tak tampak tanda-tanda metastasis

USG abdomen (No. 1595, tanggal 19-04-2014, RSMH Palembang)

Interpretasi : Hepar : Bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim homogen, tak tampak nodul/kista, sistem portal dan vaskuler tidak melebar, tak tampak asites Pankreas : Bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim rata, tak tampak kalsifikasi Gall bladder : Bentuk dan ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu/sludge Lien : Bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim homogen rata, tak tampak nodul/kista Ginjal kanan : Bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim tidak meningkat, batas korteks dan medulla jelas, tak tampak batu/nodul/kista, sistem pelvikokaliseal tidak melebar. Ginjal kiri : Bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim tidak meningkat, batas korteks dan medulla jelas, tak tampak batu/nodul/kista, sistem pelvikokaliseal tidak melebar. Buli-buli : Bentuk dan ukuran normal, dinding tidak menebal, mukosa reguler. Tak tampak massa/batu Uterus dan adneksa : bentuk dan ukuran normal, intesitas ekoparenkim homogen. Tak tampak massa/kista. Tampak nodul inhomogen dengan ukuran 5,03x3,47cm pada serviks Tak tampak asites KGB paraaorta tidak melebarKesimpulan : Nodul pada serviks uterus Tak tampak tanda-tanda metastasis intraabdomen

USG traktus urogenital (No. 6517, tanggal 24-10-2014, RS. R.K Charitas Palembang)

Interpretasi : Ginjal kanan : Bentuk dan ukuran normal (9,5x4,4 cm), intesitas ekoparenkim tidak meningkat, batas korteks dan medulla jelas, tak tampak batu/nodul/kista, sistem pelvikokaliseal dan ureter proksimal tidak melebar. Ginjal kiri : Bentuk dan ukuran normal (10x4,7 cm), intesitas ekoparenkim tidak meningkat, batas korteks dan medulla jelas, tak tampak batu/nodul/kista, sistem pelvikokaliseal dan ureter proksimal tidak melebar. Buli-buli : Tampak terpasang balon kateter. Bentuk dan ukuran normal, dinding tidak menebal, mukosa reguler. Tak tampak massa/batu Uterus : Tidak tervisualisasi (post operasi)Kesimpulan : hidronefrosis dan hidroureter proksimal bilateral

Rontgen pelvis dan cystogram (No. 13038, tanggal 2-7-2014, RS. R.K Charitas Palembang)Pada pemeriksaan foto pelvis : Tak tampak bayangan batu radioopaque di daerah pelvis-pubis. Tulang-tulang baikPada pemeriksaan cystogram : Mukosa buli-buli baik, tak tampak filling defect Tak tampak bayangan extrapasase kontras dari buli-buli ke arah vaginaKesan : Radiologis tidak ditemukan fistel vesikovaginal

Bone survey dan rontgen toraks PA (No. 18350, tanggal 22-09-2014, RS. R.K Charitas Palembang)

Interpretasi : Tak tampak lesi osteolitik/osteosklerotik pada kranium, vertebare cervicothoracolumbal pada tulang-tulang di toraks, tulang-tulang pelvis, dan tulang-tulang panjang Densitas tulang normal Soft tissue tak ada kelainan

Pada pemeriksaan foto toraks : Tak tampak kelaian pada kedua paru. Sinus kostofrenikus dan diafragma baik Cor dalam batas normal. Tulang-tulang baikKesan : Radiologis tak tampak tanda-tanda metastase tulang Radiologis tak tampak kelaian toraks

Pemeriksaan MRI abdomen dan pelvis (No. 18541, tanggal 24-09-2014, RS R.K Charitas Palembang)Interpretasi : Uterus tak tak tampak. Tampak massa padat dengan batas tak jelas, tapi tak teratur diantara buli-buli dan rektum dan di daerah vagina bagian 1/3 atas. Tampak invasi massa ke dalam rektum melalui dinding anterior dan invasi ke buli-buli. Massa mendesak buli-buli kiri. Batas uterus dengan buli-buli den rektosigmoid tak jelas Tampak penebalan dinding pelvis kanan Tak tampak cairan di kavum Douglasi Tampak pembesaran KGB di para rektal kanan-kiri, para vesika dan KGB obturator kanan Pelvis-sakrum intak, tidak tampak bone marrow lesions Hepar : tampak lobus kanan-kiri hepar membesar. Tak tampak nodul-kista Lien : membesar, tak tampak nodul/kista Pankreas dan kelenjar suprarenal dalam batas normal Ginjal kanan dan kiri membesar, tak tampak batu/nodul. Sistem pelvicokaliseal serta ureter kanan-kiri melebar. Tak tampak pembesaran KGB paraaorta dan asites.

Kesan : Massa di daerah pelvis minor dengan infiltrasi ke rektum dan buli-buli, bagian atas vagina serta ke dinding pelvis kanan + pembesaran KGB para rektal, para vesika kanan dan kiri dan obturator kanan carcinoma cervix Tampak hepatosplenomegali + bilateral hidronefrosis dan hidroureter

2.3.4 Elekrokardiografi (EKG) tanggal 27 November 2014, RSMH

Sinus ritme, aksis normal, HR 86 kali/menit, gelombang P normal, interval PR 0,16 detik, kompleks QRS 0,06 detik, R/S V1 < 1, SV1 + RV5/V6 4 cm

IIBLesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul

IIILesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal)

IIIALesi menyebar ke sepertiga vagina distal

IIIBLesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul, menyebabkan hidronefrosis dan gangguan fungsi ginjal

IVLesi menyebar keluar organ genitalia

IVALesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa rektum,vesika urinaria

IVBLesi meluas ke organ jauh (hepar, paru, tulang)

Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi pekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi, pembedahan laser untuk mengahncurkan sel-sel abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi.1,8,10Pembedahan pada kanker serviks merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Berdasarkan FIGO, tindakan pembedahan dilakukan pada stadium IA sampai IIA. Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik dapat juga dilakukan pada pasien yang berusia kurang dari 65 tahun. Penderita juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal, dan hepar.1,8,10Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel kanker pada serviks, parametrium, dan kelenjar limfe pada pelvik. Metode radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif dan paliatif. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai dengan IIIB. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan selektif pada stadium IVA. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.1,8,10Pengobatan kemoterapi pada kanker serviks digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tergantung pada jenis kanker dan fase saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai angka kesembuhan yang cukup tinggi dengan pengobatan kemoterapi. Pengobatan kemoterapi bisa juga diberikan untuk mencegah kekambuhan dari kanker itu sendiri, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan pada fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untk penyakit metastase karena terapi dengan regimen-regimen dosis tunggal belum memberikan hasil yang memuaskan.1,8,10Prognosis penderita kanker serviks buruk. Prognosis yang buruk ini dihubungkan dengan stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal pada saat penderita didiagnosis. Stadium 0 akan memberikan 100% angka kesembuhan. Stadium IA, 5-years survival rate sebesar 95%. Stadium IB dan 2A, 5-years survival rate sebesar 70-90%. Stadium IIB, 5-years survival rate sebesar 60-65%. Stadium III, 5-years survival rate 30-50%. Sedangkan stadium IV, 5-years survival rate 20-30%.1,10Cancer pain (nyeri kanker) merupakan nyeri kronik yang membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda dengan nyeri kronik lainnya. Sekitar 30% pasien kanker disertai dengan keluhan nyeri dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan disertai dengan keluhan nyeri dalam berbagai tingkatan. Ada beberapa alat bantu yang dipakai untuk menilai nyeri, salah satunya adalah VAS, yaitu penilaian nyeri dengan angka 0 sampai 10. Nol artinya tidak ada nyeri dan nilai 10 sangat nyeri sekali.11,15Berdasarkan VAS, nyeri pada kanker dibagi 3 kelompok, yaitu : Nyeri ringan, nyeri dengan nilai VAS 1-4 Nyeri sedang, nyeri dengan nilai VAS 5-6 Nyeri berat, nyeri dengan VAS 7-10Tahapan dalam menatalaksana nyeri kanker adalah pengkajian/assesment, pengobatan, dan evaluasi/reassessment. Langkah pertama pengkajian adalah menentukan jenis nyeri dan tingkatan nyeri. Pengobatan nyeri kanker, hampir 90% kasus nyeri kanker dapat diatasi dengan obat-obatan.11-15Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri, maka dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :11,15 Nyeri ringan, obat yang dianjurkan : asetaminofen, OAINS (obat anti inflamasi nonsteroid) Nyeri sedang, obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid ringan seperti kodein, tramadol Nyeri berat, obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat seperti morfin, fentanilPada kasus ini keluhan utama yang mendasari penderita datang ke RS adalah nyeri pada bokong bertambah hebat sejak 1 minggu SMRS. Sejak 20 bulan SMRS (1 bulan setelah os melahirkan anak ke-6) os mengeluh keluar darah dari kemaluan, darah warna merah segar, banyaknya 3 kali ganti pembalut, terasa nyeri, keputihan, seperti susu tidak berbau dan tidak gatal, sakit di kemaluan saat berhubungan intim dengan suaminya. Os berobat ke SpOG, dibiopsi, dikatakan os menderita kanker mulut rahim, os lalu operasi pengangkatan rahim, tetapi belum dikemoterapi. Sejak 4 bulan SMRS os mengeluh nyeri yang hebat pada daerah kemaluan, menjalar ke bokong, nyeri bertambah hebat sejak 1 minggu SMRS, os sudah dikemoterapi 1 kali. Os mempunyai kesukaan makan mie instan terutama 6 bulan terakhir sebelum os sakit, os makan mie instan hampir setiap hari. Os menikah 2 kali, pernikahan pertama pada usia 19 tahun, os mempunyai 6 anak dari 2 kali pernikahannya. Ibu kandung os juga menderita kanker serviks. Pada pemeriksaan fisik, PS 80%, VAS 8, kompos mentis. Vital sign masih dalam batas normal. Keadaan spesifik, kepala dijumpai alopesia, leher dan thorax dalam batas normal, abdomen dijumpai skar operasi. Biopsi uterus didapatkan kesan large cell neuroendocrine carcinoma pada serviks yang bermetastasis ke 1/3 bawah korpus uteri, ovarium, parametrium dengan DD/ undifferentiated carcinoma cervix disertai reaksi hiperplasia dan sinus histiositosis pada 5 buah KGB kanan dan 3 buah KGB kiri. Rontgen toraks PA cor dan pulmo masih dalam batas normal, tidak dijumpai tanda-tanda metastasis. USG abdomen dijumpai nodul pada serviks, tidak dijumpai tanda-tanda metastasis intraabdomen. Bone survey belum dijumpai tanda-tanda metastasis pada tulang. Pada MRI abdomen dan pelvis tampak massa di daerah pelvis minor dengan infiltrasi ke rektum dan buli-buli, bagian atas vagina serta ke dinding pelvis kanan disertai pembesaran KGB para rektal, para vesika kanan dan kiri dan obturator kanan (kesan carcinoma cervix), tampak hepatosplenomegali, hidronefrosis dan hidroureter bilateral. Sehingga pasien ini didiagnosis large cell neuroendocrine carcinoma cervix IVA post histerektomi stadium pro kemoterapi seri ke-2 dengan PS 80% dan cancer pain VAS 8.Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.5Kriteria gagal ginjal kronik adalah:1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi : kelainanan patologis terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelaian dalam tes pencitraan (imaging tests)2. LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Tabel 2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit:DerajatKlasifikasiLFG (ml/menit/1,73m2)

1Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90

2Kerusakan ginjal dengan LFG ringan60-89

3Kerusakan ginjal dengan LFG sedang30-59

4Kerusakan ginjal dengan LFG berat15-29

5Gagal ginjal< 15 atau dialisis

Menurut PERNEFRI tahun 2011 mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti tabel 3.5

Tabel 3. Penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2011.PenyebabInsiden

Penyakit ginjal hipertensi34%

Nefropati diabetika27%

Glomerulopati primer (GNC)14%

Nefropati obstruktif8%

Pielonefritis Chronic (PNC)6%

Nefropati asam urat2%

Ginjal polikistik1%

Lupus nefritis1%

Lain-lain6%

Tidak diketahui1%

Nefrostomi perkutan adalah suatu prosedur terapi dimana dilakukan penempatan suatu kateter ke dalam sistem pengumpul ginjal melalui kulit. Nefrostomi terbuka adalah tindakan penempatan kateter kedalam sistem pengumpul ginjal melalui pendekatan operasi terbuka. Ini adalah tindakan untuk dekompresi sistem pengumpul ginjal, yang dapat bersifat sementara atau menetap.16,17,18Indikasi nefrostomi : 16,171. Obstruksi saluran kemih yang disebabkan obstruksi ureter karena penyebab instrinsik atau ekstrinsik yang berhubungan dengan kasus-kasus batu saluran kemih, keganasan, atau iatrogenik. Obstruksi saluran kemih ini merupakan 87% kasus yang menjadi indikasi nefrostomi. Obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan azotemia dan urosepsis.2. Pionefrosis atau hidronefrosis. Pasien-pasien dengan kondisi ini mempunyai resiko tinggi terhadap sepsis, dan drainase urin merupakan tindakan yang penting.3. Kebocoran urine atau fistula.4. Untuk akses pada prosedur intervensi lainnya dan untuk prosedur endoskopi5. Diversi urine pada sistitis hemoragik.6. Tindakan terapi pada uropati obstruktif non dilatasi7. Tindakan terapi pada obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan kehamilan8. Dekompresi cairan nefrik atau perinefrik (abses, urinoma) 9. Indikasi nefrostomi perkutan pada ginjal transplan pada umumnya sama dengan ginjal biasa. Kadang-kadang nefrostomi perkutan dilakukan sebagai terapi percobaan untuk membedakan gagal ginjal apakah disebabkan oleh obstruksi atau reaksi penolakan. 10. Nefrostomi terbuka dilakukan bila sarana pencitraan radiologis (USG) tidak tersedia.Pada pasien ini sudah ditegakkan diagnosis carcinoma cervix stadium IVA dimana pada pemeriksaan penunjang USG ginjal dan MRI abdomen didapatkan hidronefrosis dan hidroureter bilateral, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai LFG 11,4 ml/menit. Pasien juga sudah dilakukan tindakan nefrostomi. Berdasarkan kriteria diatas dan adanya penyakit dasar carcinoma cervix maka pasien ini didiagnosis juga dengan PGK stadium V ec nefropati obstruktif dengan hidronefrosis dan hidroureter bilateral post nefrostomiKondisi hiperkoagulabilitas merupakan keadaan kongenital/didapat yang telah diketahui atau dicurigai berhubungan dengan hipereaktivitas sistem koagulasi dan atau perkembangan ke arah tromboemboli. Manifestasi klinis kelainan ini adalah meningkatnya kejadian trombosis, yang muncul pada usia muda, trombosis familial, dan trombosis di lokasi yang tidak lazim (di vena otak). Menurut penyebabnya, kondisi hiperkoagulabilitas menjadi 3 kelompok: kondisi kongenital, hiperkoagulabel didapat, dan gabungan. Keganasan atau penggunaan kemoterapi yang digunakan sebagai pengobatan keganasan, dapat menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah. Keganasan dapat mempengaruhi aliran melalui efek mekanik pada pembuluh darah sekitar tumor dimana mikrovaskular disekitar tumor mengalami peningkatan permeabilitas terhadap protein, antara lain fibrinogen.7Pada kasus ini pasien juga datang dengan keluhan tuli (gangguan pendengaran). Gangguan pendengaran muncul sejak 1 bulan SMRS. Keluhan gangguan pendengaran terjadi perlahan-lahan, telinga kanan kiri seperti mendengar suara bising seperti suara alat pemotong rumput. Pendengaran semakin berkurang setelah kemoterapi yang pertama. Pasien sudah mempunyai penyakit dasar keganasan yaitu carcinoma cervix stadium IVA yang bisa menjadi salah satu penyebab utama kondisi hiperkoagulabilitas. Hasil pemeriksaan faal hemostasis didapatkan kadar fibrinogen 534 mg/dl, sedangkan untuk pemeriksaan faktor VII dan faktor X tidak mampu tatalaksana. Sehingga pada pasien ini disimpulkan gangguan pendengarannya disebabkan kondisi hiperkoagulabilitasDAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2014.2. Cuzick J, Myers O, Hunt WC, Robertson M, Joste NE, Castle PE, Benard VB, Wheeler CM; New Mexico HPV Pap Registry Steering Committee. A population-based evaluation of cervical screening in the United States: 2008-2011. Cancer Epidemiology Biomarkers Prev. 2014 May;23(5):765-773.3. International Collaboration of Epidemiological Studies of Cervical Cancer. Appleby P, Beral V, Berrington de Gonzlez A, et al. Cervical cancer and hormonal contraceptives: collaborative reanalysis of individual data for 16,573 women with cervical cancer and 35,509 women without cervical cancer from 24 epidemiological studies. Lancet. 2007;370(9599):1609-1621.4. Sarwono P. Kanker Serviks. Dalam : Azis MF, Jono A, Saifudin AB. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2006. 42-54.5. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 2159-2165.6. Tadjoedin H. Kondisi Hiperkoagulabilitas. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 2809-28177. American Joint Committee on Cancer. Cervix Uteri. In: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer; 2010: 395-402.8. Eifel PJ, Berek JS, Markman, M. Cancer of the cervix, vagina, and vulva. In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA, eds. Cancer: Principles and Practice of Oncology 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams & Wilkins; 2011: 1311-1344.9. Jhingran A, Russel AH, Seiden MV, et al. Cancers of the cervix, vagina and vulva. In: Abeloff MD, Armitage JO, Lichter AS, et al. Clinical Oncology. 4th ed. Philadelphia, Pa; Elsevier; 2008: 1745-1765.10. Massad LS, Einstein MH, Huh WK, et al. 2012 Updated Consensus Guidelines for the Management of Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease. 2013;17(5):S1-S27.11. Harsal A. Penanggulangan Nyeri pada Kanker. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 2938-294112. Cassileth BR, Keefe FJ. Integrative and Behavioral Approaches to the Treatment of Cancer Related Neuropathic Pain. Oncologist. 2010;15(2):19-23.13. Abernathy A, Foley KM. Management of Cancer Pain. In DeVita VT Jr, Lawrence TS, Rosenberge SA, eds. Cancer: Principles and Practice of Oncology, 9th Ed. 2011, Philadelphia, Lippincott Williams and Wilkins. 2426-2447.14. National Cancer Institute. Pain Control: Support for People with Cancer. Accessed at www.cancer.gov/cancertopics/paincontrol/page1 on April 1,2014.15. National Comprehensive Cancer Network Clinical Practice Guidelines in Oncology. Adult Cancer Pain, V.1.2014. Accessed at www.nccn.org/professionals/physician_gls/f_guidelines.asp on April 1, 2014.16. Song Y, et al. Percutaneous nephrostomy versus indwelling ureteral stent in the management of gynecological malignancies. International journal of Gynaecological Cancer. 2012. 697-702.17. Kinn AC, Ohlsen H: Percutaneous nephrostomy a retrospective study focused on palliative indications. APMIS Suppl. 2003; 109: 66-70.18. Wilson JR, Urwin GH, Stower MJ: The role of percutaneous nephrostomy in malignant ureteric obstruction. Ann R Coll Surg Engl. 2005; 87: 21-24.