40
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Umur : 2 tahun 5 bulan JK : Perempuan TTL : Jakarta, 3/11/2010 Agama : Islam Suku : Betawi Alamat : Jl. Kmp Bend Mel RT 004/001 Tanggal masuk RS : 2 April 2013 Orang tua/wali Ayah Nama : Firdaus Umar Agama : Islam Suku : Betawi Pekerjaan: Buruh Alamat Pekerjaan: - 1

CASE Kejang Demam Ai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

med

Citation preview

Page 1: CASE Kejang Demam Ai

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. A

• Umur : 2 tahun 5 bulan

• JK : Perempuan

• TTL : Jakarta, 3/11/2010

• Agama : Islam

• Suku : Betawi

• Alamat : Jl. Kmp Bend Mel RT 004/001

• Tanggal masuk RS : 2 April 2013

Orang tua/wali

Ayah

• Nama : Firdaus Umar

• Agama : Islam

• Suku : Betawi

• Pekerjaan: Buruh

• Alamat Pekerjaan: -

• Penghasilan : ±Rp.1.500.000/bulan

1

Page 2: CASE Kejang Demam Ai

Ibu

• Nama : Siti Romilah

• Agama : Islam

• Suku : Betawi

• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

• Alamat Pekerjaan : -

• Penghasilan: -

Wali

Nama : -

Agama : -

Pekerjaan : -

Alamat Pekerjaan : -

Penghasilan : -

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

Suku bangsa/bangsa : Betawi

2

Page 3: CASE Kejang Demam Ai

ANAMNESIS

Dilakukan allonanamnesis dengan ibu pasien pada hari Rabu tanggal 3 April 2013 pada jam

14.00 WIB.

KELUHAN UTAMA: Kejang pada seluruh tubuh 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

KELUHAN TAMBAHAN : Demam, batuk dan pilek

RIWAYAT PERJALANAN PEYAKIT :

1 minggu yang lalu ibu pasien mengatakan bahawa pasien batuk dan pilek. Batuknya

berdahak, bening, kental dan sukar dikeluarkan. Pasien kemudian mendapatkan rawatan di

Puskesmas dan diberikan dua macam obat, yaitu amoksisilin dan puyer. Setelah minum obat

keluhan berkurang tetapi tidak sembuh total.

Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengaku pasien jatuh terpeleset di

dalam kamar mandi karena lantai licin. Pasien jatuh dengan posisi duduk. Ketika terjatuh ibu

pasien menyangkal adanya benturan pada bagian kepala. Setelah jatuh tidak didapatkan adanya

keluhan seperti nyeri kepala, mual muntah atau penurunan kesadaran. Beberapa jam setelah

jatuh, pasien tiba-tiba demam. Demam timbul mendadak dan tinggi dengan suhu 38oC. setelah

demam, pasien langsung kejang. Kejang terjadi satu kali dan kurang dari 5 menit. Sewaktu

kejang seluruh tubuh kaku, tidak kelojotan, mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak berbusa dan

lidah tidak tergigit. Setelah kejang pasien langsung menangis dan dibawa ke IGD RSUD Koja.

Sebelum kejang tidak didapatkan adanya diare, muntah, nyeri telinga atau keluar cairan dari

telinga maupun trauma pada kepala.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Pasien pernah kejang sebanyak 3 kali, yaitu ketika berusia 1 tahun, 1 tahun 2 bulan, 1

tahun 6 bulan. Gejala kejang sama seperti yang dialami sekarang, yaitu kejang kurang dari 5

3

Page 4: CASE Kejang Demam Ai

menit, kaku seluruh tubuh, tidak kelojotan, mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak berbusa dan

lidah tidak tergigit. Sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi.

RiWAYAT PENYAKIT KELUARGA:

Didapatkan riwayat kejang dalam keluarga bahwa ibunya juga pernah kejang sewaktu kecil.

RIWAYAT PENGOBATAN:

Ibu pasien mengaku sering kontrol pengobatan kejang di rumah sakit, namun sejak 3 bulan yang

lalu pasien tidak kontrol lagi.

RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN :

KEHAMILAN Morbiditas Kehamilan Tidak ada

Perawatan Antenatal Teratur 1 bulan sekali

KELAHIRAN Tempat Kelahiran Rumah Sakit

Penolong Persalinan Dokter

Cara Persalinan - Spontan

- Tidak ada penyulit atau kelainan

Masa Gestasi Cukup Bulan

Keadaan Bayi - Berat lahir: 2500 gr

- Panjang: 46 cm

- Lingkar kepala: tidak diketahui

- Langsung Menangis

- Kulit warna merah

- Nilai Apgar: tidak diketahui

- Kelainan Bawaan: tidak ada

4

Page 5: CASE Kejang Demam Ai

RIWAYAT PERKEMBANGAN

● Pertumbuhan gigi I : 8 bulan

● Psikomotor

- Tengkurap : 3 bulan - Berjalan : 12 bulan

- Duduk : 9 bulan - Bicara : 11 bulan

- Berdiri : 11 bulan - Membaca/Menulis : 10 bulan

● Perkembangan Pubertas

- Rambut Pubis : belum berkembang

- Payudara : belum berkembang

- Menarche : belum berkembang

●Gangguan Perkembangan Mental/Emosi : Tidak ada

RIWAYAT MAKANAN

Umur (bulan) ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0-2 +

2-4 +

4-6 +

6-8 +

8-10 + + +

10-12 + + + +

2 tahun + + + +

5

Page 6: CASE Kejang Demam Ai

Umur diatas 1 tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti 3x/hari, banyak

Sayur 3x/hari

Daging 2-3x/minggu

Telur 3x/minggu

Ikan 3x/minggu

Tahu 3x/minggu

Tempe Jarang (<1x/minggu)

Susu (merk/takaran) Jarang (<1x/minggu)

Kesulitan makan : -

RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)

BCG 2 X X

DPT/DT 2 4 6

POLIO 0 2 4

CAMPAK 9 X X

HEPATITIS B 0 1 6

MMR X X

IPA

6

Page 7: CASE Kejang Demam Ai

RIWAYAT KELUARGA (Corak Reproduksi)

No Tgl Lahir

(umur)

Jenis

Kelamin

Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(sebab)

Keterangan

Kesehatan

1 54 tahun Laki-laki + Sehat

2 47 tahun Perempuan + Sehat

3

4

5

RIWAYAT LINGKUNGAN

Perumahan

- Menumpang

- Keadaan rumah : tinggal berlima dengan mertua

- Daerah/lingkungan : padat penduduk, ventilasi cukup, sekitar rumah tidak ada yang

menderita penyakit yang serupa. Pasien memakai sumber air

dari PAM.

Ayah Ibu

Nama Tn.F Ny.S

Perkawinan ke- I I

Umur saat menikah 23 19

Pendidikan terakhir (tamat – kelas/tingkat) SMA SMP

Agama Islam Islam

Suku bangsa Betawi Betawi

Keadaan kesehatan Baik Baik

Kosanguitas - -

Penyakit, bila ada - -

7

Page 8: CASE Kejang Demam Ai

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam

Berdarah

- Kejang - Darah -

Demam

Thypoid

- Kecelakaan - Radang Paru -

Otitis - Morbili - Tuberculosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 3 April 2013, Pukul 14.00 WIB )

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Berat Badan : 10 kg

Tinggi Badan : 81 cm

Lingkar Kepala : 47 cm

Lingkar Dada : 50,3 cm

Lingkar Lengan Atas : 15 cm

Status Gizi (CDC) : BB/U = 10 kg

TB/U = 81 cm

(10/12,8) X 100% : 78, 13 % , Kesan: Gizi kurang

Tanda Vital8

Page 9: CASE Kejang Demam Ai

Frekuensi Nadi : 118x/menit, reguler, isi cukup, equal.

Suhu Tubuh : 36,9oC

Frekuensi Napas : 30x/menit, reguler, tipe pernafasan thorakoabdominal

Tekanan Darah : -

Kepala : normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup, rambut hitam distribusi

merata, tidak mudah dicabut,tidak ada luka

Mata : CA-/-, SI-/-, pupil bulat isokor, Diameter 3mm/3mm, RCL+/+,

RCTL+/+, Udem palpebra -/-

Telinga : normotia, sekret -/-, tidak ada tanda perdarahan

Hidung : lapang, deviasi septum (-), concha hiperemis (-)

Mulut : Bibir basah, selaput lendir basah, palatum utuh, lidah tidak kotor

Gigi : tidak ada karies

Faring : hiperemis

Tenggorokan : dalam batas normal

Leher : KGB, tiroid tidak teraba membesar

Toraks

Jantung : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : SN vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : supel, datar, nyeri tekan (-), bising usus (+) 4 – 6 x/menit

Genitalia : tidak dilakukan

Anggota Gerak : akral hangat, RCT >3 detik

9

Page 10: CASE Kejang Demam Ai

Tulang Belakang : scoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-)

Status Neurologis

Tanda rangsang meningeal :

- Kaku kuduk : -

- Bruzinsky I : -

- Bruzinsky II : -

- Laseque : -

- Kerniq : -

Reflek Patologis :

- Babinsky : -

- Oppenheim : -

Reflek Fisiologis :

- Biceps : +/+

- Triceps : +/+

- Patella : +/+

- Achilles : +/+

Pemeriksaan Laboratorium

10

Page 11: CASE Kejang Demam Ai

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

Hematologi

Hb 11,2 12-16 g/dl

Leukosit 19.300 4.100-10.900 /uL

Hematokrit 33 36-46 %

Eritrosit 4,07 4-5 Juta

MCV 80 80-100 fL

MCH 28 26-34 Pg

MCHC 35 31-36 g/dl

Basofil 0 0-2 %

Eusinofil 0 0-5 %

Batang 0 2-6 %

Segmen 71 47-80 %

Limfosit 16 13-40 %

Monosit 7 2-11 %

Trombosit 352.000 140.000-440.000 /uL

LED 19 <15 Mm/jam

RDW 13,1 11,6-14,8

Diabetes

GDS 141 60-100 Mg/dl

Elektrolit

Na 135 134-146 Mmol/L

K 3,68 3,4-4,5 Mmol/l

Cl 103 96-108 Mmol/l

Resume

11

Page 12: CASE Kejang Demam Ai

Seorang pasien An. A, perempuan berusia 2 tahun 5 bulan datang dengan keluhan kejang

pada seluruh tubuh 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam, batuk dan pilek. Awalnya pasien

jatuh terpeleset di kamar mandi dengan posisi duduk. Kemudian timbul demam mendadak dan

tinggi dengan suhu 38oC. Setelah itu, timbul kejang sebanyak satu kali, kurang dari 5 menit, kaku

seluruh tubuh, tidak kelojotan, mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak berbusa dan lidah tidak

tergigit. Setelah kejang pasien langsung menangis dan dibawa ke IGD untuk mendapatkan

perawatan. Selain itu, pasien batuknya berdahak, bening, kental dan sukar dikeluarkan. Pasien

pernah kejang sebanyak 3 kali, yaitu ketika berusia 1 tahun, 1 tahun 2 bulan, 1 tahun 6 bulan.

Gejala kejang sama seperti yang dialami sekarang. Ibu pasien juga pernah kejang sewaktu kecil.

Pasien sering control pengobatan kejang di rumah sakit, namun sejak 3 bulan yang lalu pasien

tidak kontrol lagi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami gizi kurang. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 19.300 dan LED 19.

Diagnosis

Diagnosis Kerja : Kejang demam sederhana

Diagnosis Gizi : Gizi kurang

Diagnosis Banding :

- Epilepsi

- Meningoencephalitis

Rencana Pemeriksaan Lanjutan

- EEG

- Pungsi Lumbal

- Lab darah elektrolit

PENATALAKSANAAN12

Page 13: CASE Kejang Demam Ai

IVFD KAEN 1B 1000cc/hari

inj. Ceftizoxim 2x500 mg

inj. Sagestan 2x 10 mg

inj. Ranitidin 2x 10 mg

inj. Amikasi 2x 50 mg

Inj. Sibital 2x 25 mg

PCT syr 1x 3 cth

PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

Follow Up harian tanggal 2 April 2013

13

Page 14: CASE Kejang Demam Ai

S : demam 1 hari yang lalu, sore hari, kejang kelojotan, diare +, batuk pilek sejak 2 minggu yang

lalu, riwayat kejang 4 x, kejang pertama kali umur 1 tahun.

O : BB : 10kg

Suhu : 390 C

Nadi : 118x/menit

RR : 30x/menit

A : kejang demam sederhana

P : IVFD KAEN 1B 1000cc/hari

inj. Ceftizoxim 2x500 mg

inj. Sagestan 2x 10 mg

inj. Ranitidin 2x 10 mg

inj. Amikasi 2x 50 mg

Inj. Sibital 2x 25 mg

PCT syr 1x 3 cth

Follow up harian tanggal 3 April 2013

S : Demam (-), diare 2 x warna kuning, ampas (+), batuk (+) tidak berdahak, pilek (-)

O : BB : 10 kg

Suhu : 36,8 0 C

Nadi : 80x/menit

RR : 28x /menit

14

Page 15: CASE Kejang Demam Ai

A : kejang demam sederhana

P :

IVFD KAEN 1B 1000cc/hari

inj. Ceftizoxim 2x500 mg

inj. Sagestan 2x 10 mg

inj. Ranitidin 2x 10 mg

inj. Amikasi 2x 50 mg

Inj. Sibital 2x 25 mg

PCT syr 1x 3 cth (k/p)

Vectin syr 3x 1 cth

TINJAUAN PUSTAKA

15

Page 16: CASE Kejang Demam Ai

1.1 Pendahuluan

Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai di bidang

neurologi khususnya anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua,

sehingga bagi dokter kita wajib mengatasi kejang demam dengan tepat dan cepat. Kejang demam

pada umumnya dianggap tidak berbahaya dan sering tidak menimbulkan gejala sisa; akan tetapi

bila kejang berlangsung lama sehingga menimbulkan hipoksia pada jaringan Susunan Saraf

Pusat (SSP), dapat menyebabkan adanya gejala sisa di kemudian hari.

Frekuensi dan lamanya kejang sangat penting untuk diagnosa serta tata laksana kejang,

ditanyakan kapan kejang terjadi, apakah kejang itu baru pertama kali terjadi atau sudah pernah

sebelumnya, bila sudah pernah berapa kali dan waktu anak berumur berapa . Sifat kejang perlu

ditanyakan, apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum atau fokal. Ditanya pula lama serangan,

kesadaran pada waktu kejang dan pasca kejang. Gejala lain yang menyertai diteliti, termasuk

demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran atau kemunduran kepandaian. Pada neonatus

perlu diteliti riwayat kehamilan ibu serta kelahiran bayi.1

Kejang demam jarang terjadi pada epilepsi, dan kejang demam ini secara spontan sembuh

tanpa terapi tertentu. Kejang demam ini merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada

masa anak, dengan pragnosa baik secara seragam.2 Jumlah penderita kejang demam diperkirakan

mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di

Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami

kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin

penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.3

2.1 Definisi

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada

anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.3

Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat

celcius di atas suhu rektal atau lebih. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,

kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus

dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Anak

16

Page 17: CASE Kejang Demam Ai

yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk

dalam kejang demam.4

2.2 Epidemiologi3,5

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4

tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.

Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut

disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-

laki.

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999

ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %).

Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka

kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar

37%.

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk di

AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi.

Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus

ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih

banyak menyerang anak laki-laki.

2.3 Etiologi

Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi

umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor

hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam mempunyai

orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa kecilnya.3

Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam

dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam

17

Page 18: CASE Kejang Demam Ai

adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media akut(cairan

telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan

menyebabkan kejang demam), gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi saluran kemih.

Selain itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat menyebabkan kejang

demam.6

2.4 Patofisiologi7

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2

dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan

permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan

mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi

Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang

disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik

dari sekitarnya

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak

mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh

karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya

lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi

kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,

18

Page 19: CASE Kejang Demam Ai

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal

disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin

meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

2.5 Klasifikasi

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, membagi kejang demam menjadi dua4

1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)

- Berlangsung singkat

- Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit

- Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal

- Tidak berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut)

- Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang

parsial

- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di antara

bangkitan kejang.

2.6 Manifestasi Klinis8

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan

suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis

media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24

jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-

19

Page 20: CASE Kejang Demam Ai

klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan

terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan

neurologik.

Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami

demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang

tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu

terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi

yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah,

badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak

akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama

10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya

berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,

inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,

apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :

1. Anak hilang kesadaran

2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak

3. Sulit bernapas

4. Busa di mulut

5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan

6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.

2.7 Diagnosis6,9,10

Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain

yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada

20

Page 21: CASE Kejang Demam Ai

keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada system saraf,

misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.

1. Anamnesis

- waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

- sifat kejang (fokal atau umum)

- Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

- Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)

- Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun)

- Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)

- Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau

epilepsi)

- Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

- Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

- Trauma kepala

2. Pemeriksaan fisik

- Tanda vital terutama suhu

- Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah

atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.

- Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti

nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan

terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.

- Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang

disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan

adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan

sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari

luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena

kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

21

Page 22: CASE Kejang Demam Ai

- Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang

mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

- Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural

atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

- Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA,

OMA, GE)

- Pemeriksaan refleks patologis

- Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)

3. Pemeriksaan laboratorium

- Darah tepi lengkap

- Elektrolit, glukosa darah. Diare, muntah, hal lain yang dpt mengganggu keseimbangan

elektrolit atau gula darah.

- Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk mendeteksi gangguan metabolisme

- Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS, jika meningkat dapat dicurigai Ensefalitis

akut / Ensefalopati.

4. Pemeriksaan penunjang

- Lumbal Pungsi jika dicurigai adanya meningitis, umur kurang dari 12 bulan sangat

dianjurkan, dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan.

- EEG, tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi

terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK. Tetapi beberapa

ahli berpendapat EEG tidak sensitif pada anak < 3 tahun.

- CT-scan atau MRI hanya dilakukan jika ada indikasi, misalnya: kelainan neurologi fokal

yang menetap (hemiparesis) atau terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial.

2.8 Diagnosis Banding3

Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan

apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak

22

Page 23: CASE Kejang Demam Ai

biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain.oleh sebab itu

perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.

Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang

masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya

kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal dapat dilakukan

pemeriksaan cairan serebrospinal yang umumnya diambil melalui pungsi lumbal.

Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam atau

epilepsi yang dprovokasi oleh demam.

Tabel Diagnosa Banding

No Kriteri Banding Kejang Demam Epilepsi Meningitis

Ensefalitis

1. Kejang Pencetusnya

demam

Tidak berkaitan

dengan demam

Salah satu gejalanya

demam

2. Kelainan Otak (-) (+) (+)

3. Kejang berulang (+) (+) (+)

4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)

2.9 Penatalaksanaan4,10

Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Mengatasi kejang secepat mungkin

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti.

Apabila pasien dating dalam keadaan kejang, obat paling cepat untuk menghentikan kejang

adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-lahan

dengan kecepatan 1-2mg.menit atau dalam waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan dapat

diberikan oleh orang tua di rumah atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah diazepam

rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak 23

Page 24: CASE Kejang Demam Ai

dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10kg. atau

diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg mg untuk anak

diatas usia 3 tahun.

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus,

0,5 mg/kg per rektal

2. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit

2. Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan kecepatan 1

mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan

intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Bila kejang telah berhenti, pemberian

obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor

risikonya.

2. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan,

sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi

kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas

yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.

Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik atau

elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung

diawasi secara ketat.

24

Page 25: CASE Kejang Demam Ai

Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh

darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan

karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga

menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres

hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh

darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena

dirasakan tubuh menjadi semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut

penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini,

proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan. Tidak ditemukan

bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para

ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang

digunakan adalah 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis

ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari.

3. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim

penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Kejang demam kompleks

merupakan salah satu indikasi seorang pasien untuk dirawat di rumah sakit selain adanya

hiperpireksia, pasien < 6 bulan, kejang demam yang pertama kali, dan terdapat kelainan

neurologis. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:

Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam

diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak

selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis

10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali

sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya

kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan

berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis

0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat tubuh ≥ 38,50C. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan

25

Page 26: CASE Kejang Demam Ai

sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai

sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna

untuk mencegah kejang demam.

Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang

stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.

Pengobatan jangka panjang dapat dipertimbangan jika terjadi hal berikut:

1. Kejang demam ≥ 2 kali dalam 24 jam

2. Kejang demam terjadi pada umur < 12 bulan

3. Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:

1).           Fenobarbital

Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah

perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan

kognitif atau fungsi luhur.

2).           Sodium valproat / asam valproat

Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 1-2 tahun dan

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Efek samping yang dapat terjadi adalah gejala

toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.

3).           Fenitoin

Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa

hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian

antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun

26

Page 27: CASE Kejang Demam Ai

seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan

dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.

4. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus

respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu

untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang

untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk

menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis. Apabila menghadapi penderita

dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi

lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan

faal hati.

2. 10 Prognosis6,11

1. Kematian. Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik,

tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 %

s/d 0,74 %.

2. Terulangnya Kejang. Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 %

pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.

3. Epilepsi. Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari kejang

demam kompleks. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak

sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :

a.   riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

b.   kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS

c.    kejang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami

serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak

sama sekali faktor di atas.

27

Page 28: CASE Kejang Demam Ai

4. Hemiparesis. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung

lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang

fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid,

sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami

hemiparese sesudah kejang lama.

5. Retardasi Mental. Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan

IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan

perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang

demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi

mental adalah 5x lebih besar.

28

Page 29: CASE Kejang Demam Ai

DAFTAR PUSTAKA

1. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060

2. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran

No. 27. 1982 : 6 – 8.

3. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000. Hal

2059-2067.

4. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.

Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 – 14.

5. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC,

Jakarta 2006.

6. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh pada tanggal 3

April 2013. Didapatkan dari: www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm

7. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell

pulblishing; 2006. Hal 72-90.

8. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan Lange,

2002

9. Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman

pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Jakarta. 2010. h. 150-2.

10. Ministry of health service. Guidelines and protocols febrile seizure. British columbia

medical association. 2010.

11. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke Diunduh pada

tanggal 3 April 2013. Didapatkan dari:

www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm

29