25

Click here to load reader

Case Katarak Jh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case Katarak Jh

Citation preview

Page 1: Case Katarak Jh

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.K

Umur : 69 tahun

Agama : Islam

Alamat : Tanjungrejo 01/03, Jekulo - Kudus

Pekerjaan : Tidak bekerja

No. RM : 443 618

Tanggal Pemeriksaan : 30 Desember 2014

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 30 Desember 2014 jam 08:00 WIB di Bangsal Melati 1,

kamar Isolasi 1.

A. Keluhan Utama :

Pandangan kabur pada kedua mata

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata. Pandangan kabur

yang dirasakan pasien sejak + 6 bulan yang lalu seperti berkabut, perlahan-lahan hingga

saat ini pasien hanya dapat melihat sebatas ada cahaya atau tidak. Penglihatan seperti ini

dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. Keluhan mata

merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-), melihat ganda (-), melihat

pelangi di sekitar sumber cahaya (-). Kurang lebih 2 minggu terakhir keluhan dirasakan

memberat hingga aktivitas pasien terganggu. Oleh karena itu pasien berobat ke RSUD

Kudus.

1

Page 2: Case Katarak Jh

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat operasi mata (-)

Riwayat pemakaian kacamata (-)

Riwayat trauma mata (-)

Riwayat Hipertensi + 3 tahun dan pasien mengaku teratur minum obat

Riwayat Diabetes Mellitus + 3 tahun dan pasien mengaku teratur minum obat

C. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga

D. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tidak bekerja.

Pengobatan ditanggung BPJS Kelas III.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS PRESENT

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80 kali/ menit

Suhu : 36,5 0C

Laju nafas : 20x/menit

Status Gizi : Cukup

2

Page 3: Case Katarak Jh

B. STATUS OFTALMOLOGI

Keterangan:

1. Lensa keruh menyeluruh

2. Arkus senilis

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/~ Visus 1/~

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-) Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus (-)

Edema (-), spasme (-) Palpebra Edema (-), spasme (-)

Injeksi (-), sekret (-) Konjungtiva Injeksi (-), sekret (-)

Putih Sklera Putih

jernih Kornea jernih

Jernih, kedalaman cukup, hipopion

(-), hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup, hipopion

(-), hifema (-),

Kripta (+), atrofi (-), coklat, edema

(-), synekia (-) Iris

Kripta (+), atrofi (-), coklat,

edema(-), synekia (-)

Bulat, Ø 3mm

refleks pupil L/TL: +/+ Pupil

Bulat, Ø 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

Keruh merata Lensa Keruh merata

Tidak dapat dinilai Vitreus Tidak dapat dinilai

3

12 2

1

Page 4: Case Katarak Jh

Tidak dapat dinilai Retina Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai Fundus Refleks Tidak dapat dinilai

T(digital) normal TIO T(digital) normal

Lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Lakrimasi (-)

IV. RESUME

A. Subjektif :

- pandangan pasien kabur pada kedua mata, sejak + 6 bulan yang lalu seperti berkabut, perlahan-lahan.

- Penglihatan seperti ini dirasakan terus menerus sepanjang hari.

- Saat ini pasien hanya dapat melihat sebatas ada cahaya atau tidak.

- Keluhan mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-), melihat ganda (-), melihat pelangi di sekitar sumber cahaya (-).

- Tidak ada riwayat operasi mata, pemakaian kacamata dan trauma mata.- Riwayat hipertensi dan diabetes melitus + 3 tahun dan pasien mengaku teratur

minum obat

B. Objektif :

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/~ Visus 1/~

Keruh merata Lensa Keruh merata

Jernih, kedalaman cukup, hipopion

(-), hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup, hipopion

(-), hifema (-),

Bulat, Ø 3mm

refleks pupil L/TL: +/+ Pupil

Bulat, Ø 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL

ODS katarak senilis matur

ODS katarak senilis imatur

4

Page 5: Case Katarak Jh

ODS katarak senilis hipermatur

VI. DIAGNOSA KERJA

ODS katarak senilis matur

VII. DASAR DIAGNOSIS

ODS Katarak Senilis Matur

Subjektif :

o Dalam beberapa 6 bulan terakhir penglihatan perlahan-lahan dirasakan

kabur, semakin lama semakin parah hingga saat ini pasien hanya dapat

membedakan ada tidaknya cahaya.

Objektif :

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/~ Visus 6/18

Keruh merata Lensa Keruh merata

VIII. TERAPI

a. Non Bedah

Medikamentosa :

- Glaucon 250 2x1

- KCL 1x1

- Levocin 4x2 tts ODS

b. Bedah

Rencana OS ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL)

IX. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam Dubia ad bonam

Quo ad sanam Dubia ad bonam

5

Page 6: Case Katarak Jh

Quo ad vitam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Ad bonam

X. USUL DAN SARAN

Usul :

Dilakukan EKEK + IOL ODS

Persiapan operasi :

o Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax, penyakit

penyerta seperti infeksi/gigi berlubang dan penyakit saluran napas seperti batuk)

o Persiapan lokal (pemberian antibiotik profilaksis, irigasi mata)

Koreksi visus pasca operasi

Saran :

Konsumsi obat secara teratur

Segera rencanakan waktu untuk operasi

Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

XI. EDUKASI

1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan katarak

pada kedua lensa mata,

2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat

disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata,

3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis tindakan,

persiapan, kelebihan dan kekurangan,

4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi, kemungkinan

lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi peradangan dan

peningkatan tekanan bola mata,

5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan pascaoperasi.

6

Page 7: Case Katarak Jh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK

A. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa. Penuaan merupakan

penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat

seperti trauma, toksin, penyakit sistemik, merokok dan heerediter. Katarak akibat

penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin

cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa, atau keduanya.

B. ETIOLOGI

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Fisik

2. Kimia

3. Penyakit predisposisi

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin (rubella, toksoplasmosis, histoplasmosis,

inklusi sitomegalik)

6. usia

7. Pasca EKEK (Katarak sekunder)

C. PATOGENESIS

Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa

katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas

7

Page 8: Case Katarak Jh

cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan akan

mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan

mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran

sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam

terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari pusat radikal bebas), sinar UV,

dan malnutrisi.

D. KLASIFIKASI KATARAK

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi

katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.

1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal

dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang

sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali

mengakibatkan keruhnya seluruh lensa

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah

lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat

lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.

Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.

3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui

bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan

proses penuaan lensa.

Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MassifCairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)dangkalNormal Berkurang (air

+ masa lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik mata depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif PseudoposPenyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

8

Page 9: Case Katarak Jh

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium

imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.

1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan

visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti

baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih

jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.

2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan

terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak

ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang

dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang

mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan,

terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada

daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang

keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga

semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak

ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow

test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih

lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat

shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil,

akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-

kadang, walaupun masih stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya

9

Page 10: Case Katarak Jh

dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga,

hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini

disebut vera matur.

4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah

mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui

pupil, pada daerah yang keruh,  nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di

bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu

kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih

permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis,

yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. 

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut

intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensamenjadi

cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak

selalu terjadi.Pada umumnya terjadi pada stadium II.

Selain itu terdapat jenis katarak lain :

Katarak rubella :

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa

Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

Katarak Komplikata :

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.

Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul

menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral

10

Page 11: Case Katarak Jh

Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi katarak

lamelar.

Katarak Diabetik :

Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.

Meningkatkan insidens maturasi katarak

Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih dengan

pengobatan.

Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan

Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)

Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan

dingin)

(Ilyas, 2009)

E. PATOFISIOLOGI

Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :

Nukleus à zone sentral

Korteks à perifer

Kapsul anterior dan posterior

Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia

pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan fisik

(perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke

sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.

Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif

sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi

glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan

hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi

penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.

Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:

a. Proses pada nukleus

11

Page 12: Case Katarak Jh

Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah

tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),

mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini

kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih

hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih

menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-

hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.

b. Proses pada korteks

Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan

penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan

membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah

miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru

untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul 

- Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

- Mulai presbiopia

- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

- Terlihat bahan granular

2. Epitel → makin tipis

-  Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

-  Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

- Lebih irregular

- Pada korteks  kerusakan serat sel jelas

- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah proteinnukleus lensa

4.  Korteks tidak berwarna karena :

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

12

Page 13: Case Katarak Jh

F. GEJALA DAN TANDA

1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap

2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun

3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang hari

4. Miopia

5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya

6. Sering berganti kacamata

G. DIAGNOSIS

ANAMNESIS :

Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :

1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

2. Perubahan daya lihat warna

3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

menyilaukan mata

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta resep ganti kacamata

6. Penglihatan ganda (diplopia)

PEMERIKSAAN FISIK MATA

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa dengan penlight dan loop

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa

dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).Bila letak

bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan

kecil dengan pupil terjadi katarak matur.

3. Slit lamp

4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)

G. PENATALAKSANAAN

13

Page 14: Case Katarak Jh

Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan

penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak senilis :

- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih baik

untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.

- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit

- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari atau

visus < 6/12.

Terapi pembedahan :

1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK dilakukan

pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14

mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn

yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2

a. Keuntungan :

- Tidak timbul katarak sekunder

- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep

kapsul)

b. Kerugian :

Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :

- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda

- Astigmatisma yang signifikan

- Inkarserasi iris dan vitreus

- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.

2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks.

Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya

dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan

dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana

14

Page 15: Case Katarak Jh

teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar,

karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/

Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula.

Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan

zonulla zinii yang rapuh.2

a. Keuntungan :

1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK

2. Karena kapsul posterior utuh maka :

- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi

- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL

- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus dengan

iris dan kornea

- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous

dan vitreus

- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan

endofthalmitis.

b. Kerugian :

Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran

ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm),

sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan

juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan

katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan

insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler.

Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa

lebih serius.1,4

Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses

penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif

15

Page 16: Case Katarak Jh

tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman

COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5

Persiapan operasi :

1. Status oftalmologik

Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi

TIO normal

Saluran air mata lancar

2. Keadaan umum/sistemik

Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu

perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal

Tidak dijumpai batuk produktif

Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus

terkontrol.

Perawatan pasca operasi :

1. Mata dibebat

2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi

3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang baru

dioperasi, dan mengejan keras.

4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.

5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)

visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh. Koreksi

ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan

kacamata S+3D.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi

dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat.

Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan

interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah

16

Page 17: Case Katarak Jh

operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering

terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO,

dan edema macula sistoid.

I. PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak

sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-

kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan ketajaman

pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling

baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.Prognosis

penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

Fungsi media refrakta baik

Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari

kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.

Fungsi retina baik

Dilakukan dengan pemeriksaan persepsi warna, dengan cara menyorotkan

cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop

cahaya diarahkan ke mata.

Fungsi makula baik

Fungsi optik disc baik

Fungsi N. Opticus (N.II) baik

Fungsi serebral baik

Tidak terdapat kelainan refraksi

Tidak ada amblopia

17

Page 18: Case Katarak Jh

Daftar Pustaka

Bobrow JC, Mark HB, David B et al. 2008. Lens and Cataract. Section 11. American Academy

of Ophthalmology. Singapore

Ilyas, H.S. 2012.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta

Suhardjo, Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta

Vaughan DG, Taylor A, Paul R.2013. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta

18