42
CASE BASED DISCUSSION OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE AMAN Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu THT- KL RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang disusun oleh : Thuba Handri Wirana 01.210.6285 Pembimbing: Kolonel CKM dr. Budi Wiranto Sp.THT-KL

Case based discussion OMSK tipe aman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case based discussion OMSK tipe aman punya wiyansemoga bisa membantu buat sejawat yg lain! Gluck bro!

Citation preview

Page 1: Case based discussion OMSK tipe aman

CASE BASED DISCUSSION

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

TIPE AMAN

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu THT- KL

RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang

disusun oleh :

Thuba Handri Wirana

01.210.6285

Pembimbing:

Kolonel CKM dr. Budi Wiranto Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2015

Page 2: Case based discussion OMSK tipe aman

LEMBAR PENGESAHAN

CASE BASED DISCUSSION

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

TIPE AMAN

Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang

oleh :

Thuba Handri Wirana

01.210.6285

Magelang, Juli 2015

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL

2

Page 3: Case based discussion OMSK tipe aman

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini

dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT

2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan

dukungan

Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk

menyempurnakan laporan ini.

Magelang, Juli 2015

Penulis

3

Page 4: Case based discussion OMSK tipe aman

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2

bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah

dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau

berupa nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia

dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK

menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh

sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah

terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna

seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian.

Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening

pun dapat menyebabkan suatu komplikasi.

Di seluruh dunia prevalensi OMSK 65330 juta jiwa, 60% (39200 juta jiwa)

mengalami gangguan pendengaran yang sangat klinis bermakna. Diperkirakan 28000

mengalami kematian dan < 2juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara

berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,8%.12 Pasien

OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT RS Dr

Sardjito Yogyakarta tahun 2004.

Pada dasarnya keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan

antibiotik merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan

antibiotika. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi klinik

dari interaksi antara penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi dibutuhkan

antibiotika yang tepat dan daya tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih antibiotika

yang tepat dapat dilakukan berdasarkan sekurang-kurangnya mengetahui jenis bakteri

penyebab penyakit dan akan lebih baik lagi apabila disertai dengan adanya hasil uji

kepekaan pemeriksaan mikrobiologi. Ketidak patuhan penderita dalam perawatan,

kuman yang resisten, bentuk anatomi telinga, adanyakomplikasi, menyebabkan

kesulitan dalam hal pengobatan dan perawatan penderita OMSK.

4

Page 5: Case based discussion OMSK tipe aman

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. m

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Blabak, Mungkid, Magelang

Pekerjaan : Pelajar

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan tanggal 29 Juli 2015 di poli THT RST dr. Soedjono

Magelang

2.1. Keluhan Utama:

Keluar cairan dari telinga kiri

2.2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien anak perempuan datang dengan orang tuanya dengan keluhan

keluar cairan melalui telinga kiri sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.

Cairan tersebut berbau, bewarna kuning kehijauan, agak kental dan bersifat

hilang timbul. Menurut orang tua pasien cairan tersebut keluar jika

menderita pilek atau batuk. Menurut pengakuan anak,telinga kiri tidak

nyeri, dan merasa pendengaran berkurang,orang tua mengatakan bahwa

anaknya demam ringan diakui 3 hari hari SMRS, riwayat berenang di

kolam renang (+) 10 hari yang lalu. Nyeri telinga dan panas badan

dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan

pada telinga kanan. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara

sengau, benjolan di leher disangkal.

5

Page 6: Case based discussion OMSK tipe aman

2.3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit serupa : Orang tua mengaku bahwa anak pernah

menderita keluhan serupa pada telinga kiri

kurang lebih 1 tahun yang lalu.sembuh

dengan pengobatan dokter spesialis.

Riwayat batuk pilek : batuk pilek dan hidung tersumbat (+) 1

minggu yang lalu, demem ringan 3 hari

SMRS.

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Operasi : disangkal

2.4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat batuk pilek : disangkal

Riwayat alergi dan asma : disangkal

2.5. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien tinggal dengan bapak ibu. Biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS

Non-PBI.

Kesan ekonomi : cukup

6

Page 7: Case based discussion OMSK tipe aman

III. PEMERIKSAAN FISIK

3.1. Status Generalis:

3.1.1. Keadaan Umum : Baik

3.1.2. Kesadaran : Compos Mentis

3.1.3. Aktifitas : Normoaktif

3.1.4. Kooperatif : Kooperatif

3.1.5. Status Gizi : cukup

3.1.6. Tanda Vital

i. Tekanan Darah : Tidak diperiksa

ii. Nadi : 90 x/menit

iii. Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit

iv. Suhu : 37,3 C

3.2. Status Lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)

3.2.1. Kepala dan Leher

Kepala : Mesocephale

Wajah : Simetris

Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)

3.2.2. Gigi dan Mulut:

Gigi-geligi : normal

Lidah : normal, kotor (-), tremor (-)

Pipi : bengkak (-)

7

Page 8: Case based discussion OMSK tipe aman

3.2.3. Telinga

Kanan Kiri

Auricula Bentuk normal,

nyeri tarik (-)

tragus pain (-)

Bentuk normal,

nyeri tarik (-)

tragus pain (+)

Pre Auricular Bengkak (-),

nyeri tekan(-),

fistula(-)

Bengkak (-),

nyeri tekan (-),

fistula (-)

Retro

Auricular

Bengkak (-),

Nyeri tekan(-)

Bengkak (-),

Nyeri tekan(-)

Mastoid Bengkak (-),

Nyeri tekan(-)

Bengkak (-),

Nyeri tekan(-)

CAE Hiperemis (-)

Serumen (-)

Otorea (-)

Hiperemis (-)

Serumen (-)

Otorea (+) kuning

kehijauan

Membran

Timpani

Warna: Putih

keabu-abuan

Intake (+)

Perforasi (-)

Cone of light (+)

Retraksi (-)

Warna: kemerahan

Intake (-)

Perforasi (+) sentral

diameter ±0,3 cm di

kuadran

posterosuperior

Cone of light (-)

Retraksi (-),

8

Page 9: Case based discussion OMSK tipe aman

Garpu Tala

Tes AD AS

Rinne (+) (-)

Webber Lateralisasi ke kiri

Swabach Sama dengan

pemeriksa

Memanjang

Kesan : CHL AS

3.2.4. Hidung dan Sinus Paranasal:

Luar: Kanan Kiri

Bentuk Normal Normal

Sinus Nyeri tekan (-)

Transluminasi

(tidak dilakukan)

Nyeri tekan (-)

Transluminasi

(tidak dilakukan)

Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi

Anterior

Kanan Kiri

Sekret mukoid (+) mukoid (+)

Mukosa hiperemis (+) hiperemis (+)

Konka Media dan hipertrofi (+) hipertrofi (+)

9

Page 10: Case based discussion OMSK tipe aman

Inferior hiperemis (+)

hiperemis (+)

Tumor (-) (-)

Septum Deviasi Tidak terdapat deviasi septum

Massa (-) (-)

3.2.5. Faring

Orofaring: Kanan Kiri

Mukosa Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Palatum mole Ulkus (-)

Hiperemis (-)

Ulkus(-)

Hiperemis (-)

Arcus Laring Simetris (+)

Hiperemis (-)

Simetris (+)

Hiperemis (-)

Uvula Ditengah

Edema (-)

Tonsil:

Ukuran T1 T1

Permukaan Rata Rata

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kripte Melebar (-) Melebar (-)

Detritus(-) (-)

10

Page 11: Case based discussion OMSK tipe aman

IV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

4.2. Audiometri : memeriksa gangguan pendengaran.

4.3. Pungsi : mengambil sekret untuk diperiksa bakteriologis

4.4. Lab darah rutin : mengetahui tanda-tanda infeksi akut

(leukositosis, LED meningkat, dsb).

V. RINGKASAN

5.1. Anamnesis

Auris Sinistra

i. Otorea (+)

ii. Otalgia (-)

iii.Pendengaran menurun (+)

Riw. Batuk Pilek dan Demam ringan (+)

Riw. Berenang di kolam renang 10 hari yang lalu

Orang tua mengaku bahwa anak pernah menderita keluhan serupa pada

telinga kiri kurang lebih 1 tahun yang lalu.sembuh dengan pengobatan

dokter spesialis.

5.2. Pemeriksaan

Auris Sinistra

i. CAE hiperemis (-)

ii. Tragus pain (-)

iii.Otorea (+) kuning kehijauan

iv. Cone of light (-)

v. Membran tympani Hiperemis (+)

11

Page 12: Case based discussion OMSK tipe aman

vi. Membran tympani perforasi (+) sentral

vii. Garpu Tala : CHL

Auris dextra: dbN

VI. DIAGNOSIS BANDING:

4.1. AS Otitis media supuratif kronik aktif tipe aman

4.2. AS Otitis Media Eksaserbasi Akut

4.3. AS Otitis Media Efusi

4.4. AS Otitis Eksterna

VII. DIAGNOSIS

PRIMER

AS Otitis media supuratif kronik aktif tipe aman

SEKUNDER

Conductive Hearing Loss (CHL) AS

VIII. USULAN TERAPI dan PENGELOLAAN

Pembersihan liang telinga dengan suction

Pemberian obat cuci telinga H2O2 / perhidrol

Pemberian obat

a. Dekongestan hidung topicalHCl Efedrin 1% dalam larutan fisiologis

b. KortikosteroidDeksametasone oral 0,5mg. 3x1

c. Analgetik Paracetamol 500mg 3 x 1

d. Antibiotik cefadroxil oral 500mg 3x1 selama 5 hari

e. Mukolitik ambroxol 3x 30 mg

12

Page 13: Case based discussion OMSK tipe aman

IX. EDUKASI

a. Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak

mengorek-ngorek liang telinga.

b. Antibiotik harus digunakan sampai habis walaupun gejala sudah

hilang, agar penyembuhan berlangsung baik dan tidak terjadi

komplikasi.

c. Untuk sementara, telinga kiri jangan dulu terkena air. Bila mandi

telinga kiri ditutup dengan kapas.

d. Datang kembali untuk kontrol, untuk melihat perkembangan

peyembuhan pada perforasi membran timpani.

X. PROGNOSIS:

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

13

Page 14: Case based discussion OMSK tipe aman

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diperoleh informasi yang dapat mendukung diagnosis baik dari

anamnesa maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari hasil anamnesa didapatkan:

Pasien anak perempuan datang dengan orang tuanya dengan keluhan keluar cairan

melalui telinga kiri sejak kurang lebih 1 minggu SMRS. Cairan tersebut berbau,

bewarna kuning kehijauan, agak kental dan bersifat hilang timbul. Menurut orang tua

pasien cairan tersebut keluar jika menderita pilek atau batuk. Menurut pengakuan

anak,telinga kiri tidak nyeri, dan merasa pendengaran berkurang,orang tua mengatakan

bahwa anaknya demam ringan diakui 3 hari hari SMRS, riwayat berenang di kolam

renang (+) 10 hari yang lalu. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah

keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kanan. Keluhan sakit

tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.

Dari hasil pemeriksaan klinis pada telinga didapatkan adanya otore pada telinga

kiri, otore tersebut bersifat mukopurulen dan dari pemeriksaan otoskop terlihat

membran timpani perforasi sentral, ukuran sedang kira kira ± 0,3 cm, dan terletak pada

kuadran posterosuperior. Sedangkan pada telinga kanan hasil pemeriksaan dengan

otoskop didapatkan serumen, membran timpani intak, cone of light yang minimal. Pada

pemeriksaan hidung dengan menggunakan spekulum tidak ditemukan adanya kelainan

anatomis , hanya ada tanda seperti peradangan. Begitu pula dengan pemeriksaan

tenggorokan tidak tampak adanya peradangan pada mukosa dinding faring serta tonsil

dalam batas normal.

Berdasarkan data pasien diatas dapat mengarahkan diagnosis yaitu AS Otitis

media supuratif kronik aktif tipe aman. Diagnosis kronis dapat dilihat dari hasil

anamnesis dimana orang tua os mengaku pernah menderita keluhan serupa pada telinga

kiri anak lebih kurang 1 tahun yang lalu sehingga untuk diagnosis banding otitis media

akut dapat disingkirkan. Terlihat adanya otore dari telinga kanan dan tampak adanya

perforsai sentral pada membran timpani dengan ukuran sedang pada kuadran

posterosuperior. Pasien didiagnosis dengan OMSK tipe aman karena perforasinya

letaknya sentral, hal ini berdasarkan teori mengatakan bahwa pada OMSK tipe aman

terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi letaknya di

sentral.

14

Page 15: Case based discussion OMSK tipe aman

Dari data pasien diatas dapat ditemukan bahwa faktor predisposisi terjadinya

OMSK pada pasien ini adalah pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa.

Hal ini berdasarkan teori mengatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari

otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa

yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan

kronis. Selain itu riwayat berenang di kolam renang merupakan salah satu faktor higiene

yang berpengaruh.

Oleh karena itu dapat diberikan edukasi pada orang tua pasien untuk menjaga

kondisi kesehatan anaknya agar infeksi saluran napas atas yang merupakan faktor

predisposisi OMSK dapat dihindari serta melarang anaknya untuk tidak berenang/ bisa

berenang asalkan menggunahkan ear plug sehingga keadaan membran timpani selalu

kering.

Untuk terapi medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat cuci telinga

(H2O2/perhidrol 3%) pada telinga yang otore aktif. Dan dapat diberikan antibiotik

golongan cefalosporin atau eritromisin (bila alergi terhadap cephalosporin) sebelum ada

hasil kultur. idealnya adalah memberikan antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya,

Oleh kerena itu diperlukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi antibiotika dari sekret

telinga. Selanjutnya di berikan obat anti inflamasi kortikosteroid untuk menekan respon

iflamasi,lalu di berikan anti piretik/anti nyeri paracetamol, dan dekongestan untuk

mengatasi hidung tersumbat.

15

Page 16: Case based discussion OMSK tipe aman

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TELINGA

Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam.

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius

eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa

dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

Anatomi telinga tengah

Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan

tuba eustachius.

1. Membrana timpani

Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus eksternus.

Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal

dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm dan sumbu

pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.

Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian

terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida

(membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os

petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa

bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga tengah dan diantaranya terdapat

lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida hanya

memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.

16

Page 17: Case based discussion OMSK tipe aman

Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani mendapat

perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan beranastomosis

pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada permukaan lateral,

arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer dan berjalan secara radier

menuju membrana timpani. Di bagian superior dari cincin vaskuler ini muncul arteri

descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan manubrium. Pada permukaan

dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang berasal dari cabang

stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani anterior arteri maksilaris.

Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri descendent interna yang letaknya sejajar

dengan arteri descendent eksterna.

2. Kavum timpani

Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi

oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di

atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus

timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.

Batas cavum timpani ;

Atas : tegmen timpani

Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid

Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal

Anterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani

Medial : dinding labirin

Lateral : membrana timpani

Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes.

Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dilapisi oleh

mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani

dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam.

Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus

terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manubrium mallei

yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan

kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan

krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial

puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri

dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis

stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal.

17

Page 18: Case based discussion OMSK tipe aman

Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :

- M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan berasal

dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral dan

menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik manubrium

mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang.

- M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh

cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale dari

getaran yang terlalu kuat.

3. Tuba eustachius

Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani

dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke antero-inferomedial,

membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan bidang sagital. 1/3

bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap kanalis

karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring terbuka

dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior. Pinggir

anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius, dan di

belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa rosenmuller. Pada

perbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus

dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau

oleh infeksi yang berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-

anak, tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang

dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

18

Page 19: Case based discussion OMSK tipe aman

3.1. Definisi

Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga

tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah

terus menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening

atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi

otitis media supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi

kurang dari 2 bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.

3.2. Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba

Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang

dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous,

menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi

di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif

tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti

hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan

leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.

Penyebab OMSK antara lain3:

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,

dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi

sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,

tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden

OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor

genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi

belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media

akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang

19

Page 20: Case based discussion OMSK tipe aman

menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan

kronis.

4. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak

bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur

yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-

negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas

atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada

dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap

otitis media kronis.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding

yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang

alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun

hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi

apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.

Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi

fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin

mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap

pada OMSK :

· Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

· Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

pada perforasi.

· Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

20

Page 21: Case based discussion OMSK tipe aman

· Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga

mencegah penutupan spontan dari perforasi.

·

3.3. Patofisiologi

Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga

tengah ini (otitis media, OM).1

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan

akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan

udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang

relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi

saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga

lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring

melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari

telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator

peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti

netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat

proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah

pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar

sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri

menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu

lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium

dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini

mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta

pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan

tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak

normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah,

keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.

3.4. Klasifikasi

21

Page 22: Case based discussion OMSK tipe aman

OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe

benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).

Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan

OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum

timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya

terlihat basah atau kering.

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe

aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak

terdapat kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi

epitel (keratin).

Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan

kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe

tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-

kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian

besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-

superior, kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus

fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi

total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

3.5. Gejala Klinis

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan

yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi

iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

22

Page 23: Case based discussion OMSK tipe aman

Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat

disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.

Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan

kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,

berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara

luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,

karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan

efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang

dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran

lebih dari 30 db.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya

rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya

labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

23

Page 24: Case based discussion OMSK tipe aman

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif

keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani

yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan

temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah

dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin

berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan

negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui

rongga telinga tengah.

3.6. Diagnosis

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:

1. Anamnesis (history-taking)

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang

pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous),

tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih

sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau

24

Page 25: Case based discussion OMSK tipe aman

polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita

datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

2. Gejala klinis

Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan

kesehatan, antara lain:

- Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid

(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.

- Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang

pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat

campuran.

- Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila

ada merupakan suatu tanda yang serius.

- Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

3. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari

perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

4. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran

tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan

untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai

‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki

pendengaran.

Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya

gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran

dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech

audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi

pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

5. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk

menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif

menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK

25

Page 26: Case based discussion OMSK tipe aman

Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada

media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh

manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan

teknik kultur murni.

7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.

3.7. Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.

Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain

disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani

yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat

sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk

jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang

kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa.

Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa

larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan

ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes

resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap

ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan

untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang

perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat,

serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya

infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga

perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi.

Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan

mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika

mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri

sebelum mastoidektomi.

26

Page 27: Case based discussion OMSK tipe aman

Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus

dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun

demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun

terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.

3.8. Komplikasi

Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:

1. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese n. Fasial

dan labirinitis.

2. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses

ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak,

hidrosefalus otitis.

Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah bertahun-

tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai

demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke

intrakranial.

27

Page 28: Case based discussion OMSK tipe aman

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,

Jakarta. 2006: p. 64-77.

2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies

Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran

No. 155, 2007

3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap

Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003

4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai

Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22

5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994:

p. 392-412.

6. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara:

Medan.2007

7. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis

Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran

UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari

http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20

september 2010.

28