9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini adalah penyakit yang menggunakan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus sebagai vektor dan biasa menginfeksi manusia pada siang hari. Gejala klinis dari DD beragam, antara lain adalah demam, nyeri sendi dan otot, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, ruam, hingga penurunan kesadaran yang diakibatkan oleh kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, DSS) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan syok. Indonesia adalah salah satu daerah endemis DD dan DBD. Dari tahun 1968-2017 dei[eroleh kecenderungan peningkatan insidens DBD. Sejak tahun 2004, Indonesia merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus Dengue terbanyak. Peningkatan jumlah ini diiringi dengan penurunan mortalitas DBD dari 3,4% (1985) menjadi 1% (2006). Diagnosis DD dan DBD dapat dilakukan dengan memperhatikan riwayat tinggal atau bepergian ke daerah endemis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang seperti rumple leede, darah perifer lengkap untuk melihat neutropenia, trombositopenia, dan

case AML

Embed Size (px)

DESCRIPTION

c

Citation preview

Page 1: case AML

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini adalah penyakit yang menggunakan nyamuk

Aedes aegypty dan Aedes albopictus sebagai vektor dan biasa menginfeksi manusia pada siang

hari. Gejala klinis dari DD beragam, antara lain adalah demam, nyeri sendi dan otot, mual,

muntah, nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, ruam, hingga penurunan kesadaran yang

diakibatkan oleh kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock

syndrome, DSS) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan syok.

Indonesia adalah salah satu daerah endemis DD dan DBD. Dari tahun 1968-2017

dei[eroleh kecenderungan peningkatan insidens DBD. Sejak tahun 2004, Indonesia merupakan

negara dengan laporan kasus infeksi virus Dengue terbanyak. Peningkatan jumlah ini diiringi

dengan penurunan mortalitas DBD dari 3,4% (1985) menjadi 1% (2006).

Diagnosis DD dan DBD dapat dilakukan dengan memperhatikan riwayat tinggal atau

bepergian ke daerah endemis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang seperti rumple

leede, darah perifer lengkap untuk melihat neutropenia, trombositopenia, dan peningkatan

hematokrit hingga pemeriksaan serogoli untuk memeriksa kadar NS1Ag dan IgM anti Dengue.

Penatalaksanaan DD dan DBD adalah dengan memberikan terapi simptomatis dan

memonitor dengan ketat terhadap timbulnya DSS. Timbulnya DSS harus dikenal dengan cepat

dengan melakukan pemeriksaan hematokrit dan trombosit secara teratur. Apabila terjadi DSS,

penatalaksanaannya diutamakan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit karena terjadi

kebocoran plasma.

Page 2: case AML

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien

Nama : Ny. R

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 47 tahun

Alamat : Golokan Kendal RT 04 RW 01 Kel. Pantai Bahagia, Kab. Bekasi

Jawa Barat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status perkawinan : Menikah

Tanggal MRS : 17 Oktober 2015

Tanggal Keluar : 21 Oktober 2015

2.2 Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 17 Oktober 2015 pukul 08.30

Keluhan utama

Nyeri kaki

Keluhan tambahan

Kaki gemetaran, nyeri badan, lemas, pusing, bengkak pada kaki

Riwayat penyakit sekarang

OS datang ke IGD RSUD Karawang pada tanggal 17 Oktober 2015 pukul 16:27 WIB dengan

keluhan nyeri dan gemetar pada kaki disertai rasa baal sejak 4 hari SMRS yang dirasa hilang

timbul. Rasa gemetaran pada kaki muncul pada saat berdiri dan jalan jauh. Nyeri dan gemetar

pada kaki disertai rasa lemas, pusing, dan terdapat bengkak pada kaki sejak 3 hari SMRS.

Demam disangkal, mual dan muntah disangkal. OS menyangkal adanya penurunan berat

badan yang drastis. OS mengaku belum pernah berobat sebelumnya.

Page 3: case AML

Riwayat penyakit dahulu

OS mengakui tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat hipertensi,

diabetes mellitus, dan asma disangkal. Riwayat alergi disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Pada keluarga OS tidak ada yang menderita DM, hipertensi, asma dan riwayat penyakit

serupa. Riwayat adanya keganasan dalam keluarga disangkal

Riwayat pengobatan

OS tidak rutin meminum obat atau menjalani perawatan medis apapun.

2.3 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4 M6 V5

Keadaan sakit : Sakit sedang

Kesan gizi : TB: 155 cm BB: 50 kg

BMI: BB/(TB)2: 50/(1,55)2: 20,81 kg/m2 (normal)

Tanda vital

Tekanan darah : 120/60 mmHg

Nadi : 106x/menit, reguler, kuat, isi cukup, ekual

Pernapasan : 24x/menit, reguler, tipe abdominotorakal

Suhu : 37,6oC

Tabel follow up tanda vital

Tanggal Tekanan Darah Nadi RR Suhu

18/10 130/ 80 90x/m 20x/m 37,4 oC19/10 160/ 90 93x/m 20x/m 37,2 oC20/10 150/ 80 90x/m 20x/m 36,8 oC21/10 140/ 70 91x/m 20x/m 37,9 oC

Page 4: case AML

Status generalis

Kepala : Normocephali, simetris, warna rambut hitam, rambut tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, RCL (+/+),

RCTL (+/+), pergerakan mata ke segala arah baik.

Hidung : Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)

Telinga : Liang telinga lapang (+), dan nyeri tekan (-)

Mulut : Sianosis (-), bibir pucat (-)

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,

JVP 5+2 cm H2O

Thoraks

Inspeksi : Bentuk normal, simetris, warna kulit sawo matang, ikterik (-), pucat (-),

sianosis (-), tidak tampak retraksi sela iga, gerakan pernapasan simetris kiri

dan kanan, tidak ada bagian hemithoraks yang tertinggal

Palpasi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris, tidak ada bagian yang

tertinggal, vocal fremitus simetris kiri dan kanan baik di bagian dada

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3

hingga ICS 5 linea sternalis kanan dengan suara redup, batas paru dan

jantung kiri setinggi ICS 5 ± 1 cm medial linea midclavikularis kiri dengan

suara redup, batas atas jantung setinggi ICS 3 linea parasternalis kiri

Auskultasi : Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Bentuk normal, mendatar, simetris, tidak buncit, warna kulit sawo matang,

ikterik (-), pucat (-), tidak terdapat efloresensi yang bermakna, gerak dinding

perut

simetris, tidak ada yang tertinggal

Auskultasi : Bising usus 6x/menit

Perkusi : Pada ke 4 kuadran didapatkan suara timpani, shifting dullness (-)

Page 5: case AML

Palpasi : Dinding abdomen supel, tidak ada retraksi maupun defense muskular, nyeri

tekan (-), nyeri lepas (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), murphy sign

(-), ballotement (-), undulasi (-)

Ekstremitas

Atas : Akral teraba hangat, pucat (-), edema (-/-), ptechie (-/-) atau echimossis (-/-)

Bawah : Akral teraba hangat, pucat (-), edema (+/+), ptechie (-/-) atau echimossis (-/-)

2.4 Pemeriksaan penunjang

Follow-up nilai laboratorium

Tanggal

Hb (mg/dl)

Eri(/uL)

Leu (/uL)

Tro (/uL) Ht (%)

MCV MCH MCHC RDW

17/10 2,2 0,79 119.000 16.000 7,6 96 28 29 16,318/10 5 - - - 15,1 - - - -19/10 Pemeriksaan SADT menunjukkan:

Eritrosit :normositik normokrom Leukosit : kesan jumlah meningkat, ditemukan sel besar, sitoplasma biru, inti kromatin halus, anak inti lebih dari 2, sel blast 63%, Neutrofil batang 4%, Neutrofil segmen 4%, LImfosit 29% Trombosit: kesan jumlah menurun, morfologi normal Kesan : tersangka Leukemia Myeloid Akut (LMA)

2.5 Diagnosis kerja

Leukemia Myeloid Akut (LMA)

Anemia gravis

Diagnosis banding

Leukemia Myeloid Kronis (LMK)

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

Leukemia Limfoblastik Kronik (LLK)

2.6 Rencana pemeriksaan

Pemeriksaan pungsi sumsum tulang (BMP)

Immunohistokima

Page 6: case AML

2.7 Penatalaksanaan

Non farmakologis

- Tirah baring

Farmakologis

- Inf. NaCl 20 tpm

- Tablet Paracetamol 3 x 500mg

- Inj. Ranitidine 2 x 50 mg

- Tranfusi PRC V kolf

Follow-up penatalaksanaan

Tanggal Tatalaksana

18/10/15 Inf. NaCl 20 tpmInf. Paracetamol 3 x 500 mgInj. Ranitidine 2 x 50 mg

19/10/15 Inf. NaCl 20 tpmInf. Paracetamol 3 x 500 mgInj. Ranitidine 2 x 50 mg

20/10/15 Inf. NaCl 20 tpmInf. Paracetamol 3 x 500 mgInj. Ranitidine 2 x 50 mg

21/10/15 Inf. NaCl 20 tpmInf. Paracetamol 3 x 500 mgInj. Ranitidine 2 x 50 mg

2.8 Prognosis

Ad vitam : Dubia ad Malam

Ad functionam : Dubia ad Malam

Ad sanasionam : Ad Malam