23
SKLERITIS Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel, dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis. Skleritis disebabkan oleh berbagai macam penyakit baik penyakit autoimun ataupun penyakit sistemik.1 Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa skleritis merupakan penyakit yang jarang dijumpai. Insiden penyakitnya sangat sulit ditemukan. Prevalensi skleritis diperkirakan mencapai 6 kasus dari 10.000 populasi, 94% diantaranya dengan skleritis anterior dan 6% adalah skleritis posterior. Dari data internasional, tidak ada distribusi geografis yang pasti mengenai insiden skleritis. Pada 15% kasus, skleritis bermanifestasi sebagai gangguan kolagen vaskular dan gejala bertambah hingga beberapa bulan. Angka morbiditas ditentukan oleh penyakit primer skleritis itu sendiri dan penyakit sistemik yang menyertai. Rasioantara perempuan dan laki-laki adalah 1,6:1. Berdasarkan umur skleritis biasanya terjadi pada usia 11-87 tahun, dan rata-rata orang yang menderita skleritia adalah usia 52 tahun. Skleritis dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani dengan baik berupa keratitis, uveitis, galukoma,

CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ty

Citation preview

Page 1: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

SKLERITIS

Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen,

sebukan sel, dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis. Skleritis disebabkan

oleh berbagai macam penyakit baik penyakit autoimun ataupun penyakit sistemik.1 Data di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa skleritis merupakan penyakit yang jarang dijumpai.

Insiden penyakitnya sangat sulit ditemukan.

Prevalensi skleritis diperkirakan mencapai 6 kasus dari 10.000 populasi, 94% diantaranya

dengan skleritis anterior dan 6% adalah skleritis posterior. Dari data internasional, tidak ada

distribusi geografis yang pasti mengenai insiden skleritis.

Pada 15% kasus, skleritis bermanifestasi sebagai gangguan kolagen vaskular dan gejala

bertambah hingga beberapa bulan. Angka morbiditas ditentukan oleh penyakit primer skleritis itu

sendiri dan penyakit sistemik yang menyertai. Rasioantara perempuan dan laki-laki adalah 1,6:1.

Berdasarkan umur skleritis biasanya terjadi pada usia 11-87 tahun, dan rata-rata orang yang

menderita skleritia adalah usia 52 tahun.

Skleritis dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani dengan baik berupa

keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio retina eksudatif, proptosis, katarak, dan

hipermetropia. Penatalaksanaan skleritis tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Oleh

karena itu perlu diagnosis yang tepat sesuai dengan etiologinya guna penatalaksanaan lebih

lanjut.

Mengingat pentingnya pengetahuan tentang skleritis ini maka inilah yang menjadi alasan

penulis dalam menyusun referat ini. Penulisan referat ini hendaknya dapat memberikan

pengetahuan kepada pembaca tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi,

diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis.

Page 2: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

DEFINISI

Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh

destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.

EPIDEMIOLOGI

Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. Di Amerika Serikat insidensi kejadian

diperkirakan 6 kasus per 10.000 populasi. Dari pasien-pasien yang ditemukan, didapatkan 94%

adalah skleritis anterior, sedangkan 6%nya adalah skleritis posterior. Di Indonesia belum ada

penelitian mengenai penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, dengan onset

perlahan atau mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan.

Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras. Wanita lebih

banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 1,6 : 1. Insiden skleritis terutama terjadi

antara 11-87 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun.

ETIOLOGI

Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh proses imunologi

yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III (kompleks imun) dan

disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi invasi mikroba langsung, dan

pada sejumlah kasus proses imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh proses-proses lokal,

misalnya bedah katarak.

Berikut ini adalah beberapa penyebab skleritis, yaitu:

1. Penyakit Autoimun

Spondilitis ankylosing, Artritis rheumatoid, Poliartritis nodosa, Polikondritis berulang,

Granulomatosis Wegener, Lupus eritematosus sistemik, Pioderma gangrenosum, Kolitis

ulserativa, Nefropati IgA, Artritis psoriatic

Page 3: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

2. Penyakit Granulomatosa

Tuberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis, Lepra, Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (jarang)

3. Gangguan metabolik Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif Infeksi

Onkoserkiasis, Toksoplasmosis, Herpes Zoster, Herpes Simpleks, Infeksi oleh

Pseudomonas,Aspergillus, Streptococcus, Staphylococcus

4. Lain-lain

Fisik (radiasi, luka bakar termal), Kimia (luka bakar asam atau basa), Mekanis (cedera

tembus), Limfoma, Rosasea, Pasca ekstraksi katarak Tidak diketahui

PATOFISIOLOGI

Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi sel T dan

makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. Inflamasi dari sklera bisa

berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan pada sklera dan

perforasi dari bola mata.

Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun sistemik

dan penyakit kolagen pada vaskular. Disregulasi pada penyakit auto imun secara umum

merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks

imun yang berhubungan dengan kerusakan vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon

kronik granulomatous (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian dari

sistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun

pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula post

kapiler dan respon imun sel perantara.

KLASIFIKASI

Page 4: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Skleritis diklasifikasikan menjadi:3

1. Episkleritis

a. Simple

Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia muda yang berpotensi

mengalami rekurensi. Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata, disertai

berbagai derajat inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh darah baik difus maupun

segmental. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dan sering mengenai usia dekade 40-an.

b. Nodular

Baik bentuk maupun insidensinya hampir sama dengan bentuk simple scleritis. Sekitar

30% penyebab skleritis nodular dihubungkan dengan dengan penyakit sistemik, 5% dihubungkan

dengan penyakit kolagen vaskular seperti artritis rematoid, 7% dihubungkan dengan herpes

zoster oftalmikus dan 3% dihubungkan dengan gout.

2. Skleritis Anterior

95% penyebab skleritis adalah skleritis anterior. Insidensi skleritis anterior sebesar 40%

dan skleritis anterior nodular terjadi sekitar 45% setiap tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar

14% yang biasanya berbahaya. Bentuk spesifik dari skleritis biasanya tidak dihubungkan dengan

penyebab penyakit khusus, walaupun penyebab klinis dan prognosis diperkirakan berasal dari

suatu inflamasi. Berbagai varian skleritis anterior kebanyakan jinak dimana tipe nodular lebih

nyeri. Tipe nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati.

Gambar 5. Skleritis Anterior

(Dikutip dari kepustakaan Bolumleri, 2008)

a. Difus

Bentuk ini dihubungkan dengan artritis rematoid, herpes zoster oftalmikus dan gout.

Page 5: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

b. Nodular

Bentuk ini dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus.

c. Necrotizing

Bentuk ini lebih berat dan dihubungkan sebagai komplikasi sistemik atau komplikasi

okular pada sebagian pasien. 40% menunjukkan penurunan visus. 29% pasien dengan skleritis

nekrotik meninggal dalam 5 tahun.

Bentuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu:

i. Dengan inflamasi

ii. Tanpa inflamasi (scleromalacia perforans)

3. Skleritis Posterior

Sebanyak 43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior.

Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat. Dari

pemeriksaan objektif didapatkan adanya perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat

di sebagian retina, perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem

makular. Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior

dangkal, proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah.

Gambar 6. Skleritis Posterior

(Dikutip dari kepustakaan Bolumleri, 2008)

DIAGNOSIS

Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung oleh

berbagai pemeriksaan penunjang.

Page 6: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

ANAMNESIS

Pada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan penyakit, riwayat

penyakit dahulu termasuk riwayat infeksi, trauma ataupun riwayat pembedahan juga perlu

pemeriksaan dari semua sistem pada tubuh.

Gejala-gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan penurunan

ketajaman penglihatan. Tanda primernya adalah mata merah. Nyeri adalah gejala yang paling

sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif.. Nyeri timbul dari stimulasi

langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri pada skleritis

yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangun

sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan. Nyeri dapat hilang sementara dengan penggunaan

obat analgetik. Mata berair atau fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen.

Penurunan ketajaman penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke

struktur yang berdekatan yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak

dan fundus yang abnormal.

Gambar 7. Skleritis

(Dikutip dari kepustakaan Bolumleri, 2008)

Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pada mata menjelaskan adanya penyakit sistemik,

trauma, obat-obatan atau prosedur pembedahan dapat menyebabkan skleritis seperti :

Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat

Penyakit infeksi

Penyakit miscellanous ( atopi,gout, trauma kimia, rosasea)

Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata

Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, zoledronic acid dan

ibandronate.

Post pembedahan pada mata

Page 7: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Riwayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati, penyakit ginjal,

hipertensi dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya.

Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung dan responnya

terhadap pengobatan.

PEMERIKSAAN FISIK SKLERA

1. Daylight

Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah serangan yang

berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan translusen juga dapat muncul dan juga

terlihat uvea yang gelap. Area hitam, abu-abu dan coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang

aktif yang mengindikasikan adanya proses nekrotik. Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada

sklera bisa menjadi avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang dikelilingi

lingkaran coklat kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara bertahap dengan jaringan

granulasi meninggalkan uvea yang kosong atau lapisan tipis dari konjungtiva.

2. Pemeriksaan Slit Lamp

Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan dalam episklera dengan beberapa

bendungan pada jaringan superfisial episklera. Pada tepi anterior dan posterior cahaya slit lamp

bergeser ke depan karena episklera dan sclera edema. Pada skleritis dengan pemakaian fenilefrin

hanya terlihat jaringan superfisial episklera yang pucat tanpa efek yang signifikan pada jaringan

dalam episklera.

3. Pemeriksaan Red-free Light

Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan area yang mempunyai kongesti vaskular

yang maksimum, area dengan tampilan vaskular yang baru dan juga area yang avaskular total.

Selain itu perlu pemeriksaan secara umum pada mata meliputi otot ekstra okular, kornea, uvea,

lensa, tekanan intraokular dan fundus.

Page 8: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan sistemik dan pemeriksaan fisik dapat

ditentukan tes yang cocok untuk memastikan atau menyingkirkan penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan skleritis. Adapun pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi :

Hitung darah lengkap dan laju endap darah

Kadar komplemen serum (C3)

Kompleks imun serum

Faktor rematoid serum

Antibodi antinukleus serum

Antibodi antineutrofil sitoplasmik

Imunoglobulin E

Kadar asam urat serum

Urinalisis

Rata-rata Sedimen Eritrosit

Tes serologis

HBs Ag

PEMERIKSAAN RADIOLOGI.

Berbagai macam pemeriksaan radiologis yang diperlukan dalam menentukan penyebab

dari skleritis adalah sebagai berikut :

Foto thorax

Rontgen sinus paranasal

Foto lumbosacral

Foto sendi tulang panjang

Ultrasonography ( Scan A dan B)

CT-Scan

MRI

Page 9: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain :

Skin Test

Tes usapan dan kultur

PCR

Histopatologi

DIAGNOSIS BANDING

Berikut ini adalah beberapa diagnosis banding dari skleritis:

Konjunctivitis alergika

Episkleritis

Gout

Herpes zoster

Rosasea okular

Karsinoma sel skuamosa pada konjunctiva

Karsinoma sel skuamosa pada palpebra

Uveitis anterior nongranulomatosa

PENATALAKSANAAN

Terapi skleritis disesuaikan dengan penyebabnya. Terapi awal skleritis adalah obat anti

inflamasi non-steroid sistemik. Obat pilihan adalah indometasin 100 mg perhari atau ibuprofen

300 mg perhari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan

peradangan. Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak

penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi. Steroid ini

biasanya diberikan peroral yaitu prednison 80 mg perhari yang ditirunkan dengan cepat dalam 2

minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg perhari. Kadangkala, penyakit yang berat

mengharuskan terapi intravena berdenyut dengan metil prednisolon 1 g setiap minggu.

Page 10: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Obat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. 2 Siklofosfamid sangat bermanfaat

apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah. Tetapi steroid topikal saja tidak bermanfaat

tetapi dapat dapat menjadi terapi tambahan untuk terapi sistemik. Apabila dapat diidentifikasi

adanya infeksi, harus diberikan terapi spesifik. Peran terapi steroid sistemik kemudian akan

ditentukan oleh sifat proses penyakitnya, yakni apakah penyakitnya merupakan suatu respon

hipersensitif atau efek dari invasi langsung mikroba.

Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera atau

kornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat akibat invasi

langsung mikroba, atau pada granulomatosis Wegener atau poliarteritis nodosa yang disertai

penyulit perforasi kornea.

Penipisan sklera pada skleritis yang semata-mata akibat peradangan jarang menimbulkan

perforasi kecuali apabila juga terdapat galukoma atau terjadi trauma langsung terutama pada

usaha mengambil sediaan biopsi. Tandur sklera pernah digunakan sebagai tindakan profilaktik

dalam terapi skleritis, tetapi tandur semacam itu tidak jarang mencair kecuali apabila juga

disertai pemberian kemoterapi.

Skleromalasia perforans tidak terpengaruh oleh terapi kecuali apabila terapi diberikan

pada stadium paling dini penyakit. Karena pada stadium inijarang timbul gejala, sebagian besar

kasus tidak diobati sampai timbul penyulit.

KOMPLIKASI

Penyulit sleritis adalah keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio retina

eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia. Keratitis bermanifestasi sebagai pembentukan

alur perifer, vaskularisasi perifer, atau vaskularisasi dalam dengan atau tanpa pengaruh kornea.

Uveitis adalah tanda buruk karena sering tidak berespon terhadap terapi. Kelainan ini sering

disertai oleh penurunan penglihatan akibat edema makula. Dapat terjadi galukoma sudut terbuka

dan tertutup. Juga dapat terjadi glaukom akibat steroid.

Page 11: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Skleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti uveitis atau

keratitis sklerotikan. Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sclera atau skleromalasia maka

dapat terjadi perforasi pada sklera. Penyulit pada kornea dapat dalam bentuk keratitis sklerotikan,

dimana terjadi kekeruhan kornea akibat peradangan sklera terdekat. Bentuk keratitis sklerotikan

adalah segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang. Hal ini terjadi akibat

gangguan susunan serat kolagen stroma. Pada keadaan initidak pernah terjadi neovaskularisasi ke

dalam stroma kornea. Proses penyembuhan kornea yaitu berupa menjadi jernihnya kornea yang

dimulai dari bagian sentral. Sering bagian sentral kornea tidak terlihat pada keratitis sklerotikan.

PROGNOSIS

Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya. Skleritis pada

spondiloartropati atau pada SLE biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri dimana termasuk tipe

skleritis difus atau skleritis nodular tanpa komplikasi pada mata

Skleritis pada penyakit Wagener adalah penyakit berat yang dapat menyebabkan buta

permanen dimana termasuk tipe skleritis nekrotik dengan komplikasi pada mata.

Skleritis pada rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe skleritis difus, nodular atau

nekrotik dengan atau tanpa komplikasi pada mata. Skleritis pada penyakit sistemik selalu lebih

jinak daripada skleritis dengan penyakit infeksi atau autoimun. Pada kasus skleritis idiopatik

dapat ringan, durasi yang pendek, dan lebih respon terhadap tetes mata steroid. Skleritis tipe

nekrotik merupakan tipe yang paling destruktif dan skleritis dengan penipisan sklera yang luas

atau yang telah mengalami perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada tipe

skleritis yang 16

Page 12: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

EPISKLERITIS

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini padat dan

berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus

optikus di belakang. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari

jaringan elastik halus, episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera

.

Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-serat

jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh episklera

yang merupakan jaringan tipis yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi makan

sklera. Di bagian depan mata, episklera terbungkus oleh konjungtiva.

 

DEFINISI

Episkleritis adalah suatu kondisi yang relatif umum yang dapat mempengaruhi pada

satu atau kedua mata. Episcleritis terjadi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan

paling sering terjadi antara usia 40 dan 50 tahun.

KLASIFIKASI EPISKLERITIS

Ada dua jenis episkleritis.

▪ Episcleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis.

Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama sekitar tujuh

sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga minggu. Pasien dapat

mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya

seringkali tidak diketahui.

▪ Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple

dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata saja dan

mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada permukaan mata. Ini sering

berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.

Page 13: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

 

GEJALA

Gejala episkleritis meliputi:

▪ sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi terbakar

▪ Mata merah pada bagian putih mata

▪ Kepekaan terhadap cahaya

▪ Tidak mempengaruhi visus

Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu atau lebih

benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien mungkin merasakan bahwa benjolan

tersebut dapat bergerak di permukaan bola mata.

 

PENYEBAB

Hingga sekarang para dokter masih belum dapat mengetahui penyebab pasti dari

episkleritis. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu berhubungan dengan

terjadinya episkleritis. Kondisi- kondisi tersebut adalah penyakit yang mempengaruhi tulang,

tulang rawan, tendon atau jaringan ikat lain dari tubuh, seperti:

▪ rheumatoid arthritis

▪ ankylosing spondylitis

▪ lupus (systemic lupus erythematosus)

▪ inflammatory bowel diseases seperti Crohn’s disease and ulcerative colitis

▪ gout

▪ bacterial atau viral infection seperti Lyme disease, syphilis atau herpes zoster

▪ beberapa penyakit lain yang kurang umum, penyebab episkleritis termasuk jenis

kanker tertentu, penyakit kulit, gangguan defisiensi imun dan, yang pasling jarang berhubungan

adalah gigitan serangga.

 

PATOFISIOLOGI

Sebuah kondisi peradangan jinak mata eksternal, episkleritis paling sering terjadi pada

Page 14: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

orang dewasa muda. Perempuan tampaknya akan terpengaruh sedikit lebih sering dibandingkan

pria. Kelainan ini idiopatik pada sebagian besar kasus, namun dalam kasus tertentu mungkin ada

hubungan dengan beberapa penyakit sistemik yang mendasari seperti rheumatoid arthritis,

poliarteritis nodosa, lupus eritematosus sistemik, penyakit radang usus, sarkoidosis,

granulomatosis Wegener, asam urat, herpes zoster atau sifilis.

 

DIAGNOSIS

Dokter umum atau dokter spesialis mata akan menanyakan beberapa gejala-gejala  yang

dialami pasien dan akan melakukan pemeriksaan pada mata pasien. Dokter juga mungkin akan

mempertanyakan mengenai riwayat kesehatan pasien.

Para dokter juga dapat melakukan beberapa tes lebih lanjut, seperti tes darah, untuk

mengetahui apakah episkleritis terkait dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Jika kondisi pasien sangat parah atau tidak berespon dengan pengobatan, seorang dokter

umum mungkin akan merujuk pasien ke dokter spesialis mata.

 

PROGNOSIS

Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2

minggu, dan tidak akan mempengaruhi visus.

TERAPI

Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar 10 hari dan biasanya tidak

memerlukan pengobatan apapun.

Air mata buatan (misalnya hypromellose) dapat berguna dalam menghilangkan gejala

mata kering.

Obat-obat

Page 15: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095

Jika gejala semakin parah atau bertahan lama, dokter mungkin akan meresepkan

beberapa obat berikut:

▪ A non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID), seperti flurbiprofen. Obat ini

akan membantu meredakan nyeri dan bengkak dan mengurangi peradangan.

▪ Steroid eye drops, seperti dexamethasone. Obat ini akan membantu untuk

mengurangi peradangan dan mempercepat pemulihan pasien. Namun, ada beberapa risiko terkait

dengan penggunaan tetes mata steroid, sehingga pasien perlu dipantau ketat oleh dokter.

Setiap penemuan kondisi kesehatan yang mendasari terjadinya episkleritis juga

memerlukan pengobatan. Pasien mungkin akan dirujuk ke spesialis lain seperti rheumatologist

(seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang

mempengaruhi sistem muskuloskeletal, terutama sendi dan jaringan sekitarnya) untuk

pengobatan.

 

KOMPLIKASI

Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar satu dari 10

orang dengan episkleritis akan berkembang ke arah iritis ringan.

 

Page 16: CASE 1 PARAMITA 121.0211.095