Case 1 Anemia Aplastik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    1/31

    1

    BAB I

    STATUS PASIEN

    A. ANAMNESIS1. Identitas pasien

    a. Nama : Tn.T

    b. Jenis kelamin : Laki-laki

    c. Umur : 53 tahun

    d.

    Alamat : Wagir Kidule. Pekerjaan : Petani

    f. Status perkawinan : Menikah

    g. Agama : Islam

    h. Suku : Jawa

    i. Tanggal masuk RS : 18 September 2012

    j. Tanggal pemeriksaan : 24 September 2012

    2. Keluhan UtamaPasien masuk dengan keluhan utama lemes.

    3. Riwayat Penyakit SekarangAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 24

    September 2012 di Ruang Perawatan Intensiv (RPI) RSUD dr.

    Harjono Ponorogo.

    Pasien datang ke IGD tanggal 18 September 2012 diantar oleh

    keluarganya dengan keluhan lemes. Lemes dirasakan sejak 3 hari

    sebelum masuk rumah sakit. Selain itu, pasien juga mengeluhkan

    pusing. Pusingnya terasa cekot-cekot, durasinya sekitar 1 jam, dan

    kambuh-kambuhan. Pasien juga merasakan badannya panas. Sebelum

    masuk rumah sakit, akhir-akhir ini pasien mengeluhkan mudah lelah

    dan sulit untuk berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu. Pasien juga

    mengeluhkan kalau badannya sering demam.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    2/31

    2

    Pasien mengatakan bahwa sebelumnya sudah pernah opname

    di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pasien mengaku sudah

    pernah opname sebanyak lima kali. Awal opname sepuluh bulan yang

    lalu. Hampir tiap dua bulan pasien opname di rumah sakit dengan

    keluhan serupa.

    4. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat hipertensi : disangkal

    b. Riwayat maag : disangkal

    c. Riwayat sakit jantung : disangkal

    d. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

    e. Riwayat asma : disangkal

    f. Riwayat sakit ginjal : disangkal

    g. Riwayat sakit hepar : disangkal

    h. Riwayat alergi : disangkal

    i. Riwayat opname : pernah opname 5 kali

    5. Riwayat Pribadia. Riwayat merokok : disangkal

    b. Konsumsi minum kopi : disangkal

    c. Konsumsi minuman beralkohol : disangkal

    d. Konsumsi obat : disangkal

    e. Konsumsi jamu : disangkal

    6. Riwayat Keluargaa. Riwayat hipertensi : disangkal

    b. Riwayat sakit jantung : disangkal

    c. Riwayat stroke : disangkal

    d. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

    e. Riwayat asma : disangkal

    f.

    Riwayat atopi : disangkal

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    3/31

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    4/31

    4

    d. HidungNafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).

    e. TelingaDeformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).

    f. MulutSianosis (-), gusi berdarah (-), kering(-), stomatitis (-), pucat (+),

    lidah tifoid (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-).

    g. LeherJVP R+0 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),

    nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar getah bening (-).

    h. Thorax1) Pulmo

    a) Inspeksi : Kelainan bentuk (-), simetris, tidak ada

    ketinggalan gerak kedua sisi paru, retraksi otot-otot nafas

    tidak ditemukan, spider naevi (-).

    b) Palpasi :

    Ketinggalan gerak:

    Anterior : Posterior :

    Fremitus:

    Anterior : Posterior :

    Perkusi

    Anterior : Posterior :

    - -

    - -

    - -

    - -

    - -

    - -

    N N

    N N

    N N

    N N

    N N

    N N

    S S

    S S

    S S

    S S

    S S

    S S

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    5/31

    5

    Auskultasi

    Anterior : Posterior :

    Suara tambahan : wheezing (-/-), rhonki(-/-)

    2) Jantung

    a) Inspeksi: Ictus cordis tampak

    b) Palpasi: Ictus cordis kuat angkat

    c) Perkusi

    - Batas kiri jantung :

    Atas: SIC III sinistra di linea parasternalis sinistra

    Bawah: SIC V sinistra 1 cm lateral linea

    midclavicula sinistra

    - Batas kanan jantung

    Atas: SIC III dextra di sisi lateral linea

    parasternalis dextra

    Bawah: SIC IV dextra di sisi lateral linea

    parasternalis dextra

    d) Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, intensitas S1

    sama dengan S2, bising jantung (-), suara tambahan S3-

    S4 gallop (-)

    i. Abdomena)

    Inspeksi: dinding perut simetris, sejajar dinding dada,

    distended (-), caput medusae (-).

    b) Auskultasi: peristaltik (+) normal, metallic sound(-).

    c) Perkusi: timpani, hepatomegali (-), splenomegali (-).

    d) Palpasi: supel, nyeri tekan (-), lien tidak teraba, hepar tidak

    teraba, ren tidak teraba.

    j. PinggangNyeri ketok costoertebra (-/-).

    V V

    V V

    V V

    V V

    V V

    V V

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    6/31

    6

    k. Ekstremitas1) Ekstremitas superior

    Akral hangat, edema (-/-), clubbing finger (-), pittingedema

    (-), palmar eritem (-).

    2) Ekstremitas inferior

    Akral hangat, clubbing finger (-), pitting edema (-/-), palmar

    eritem (-)

    C. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan laboratorium

    l. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 18 September

    2012 :

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi

    WBC 1,7 x 10 uL 4,0-10,0

    Lymph # 1,3 x 10 uL 0,8-4,0 N

    Mid 0,1 x 10 uL 0,1-4,0 N

    Gran # 0,3 x 10 uL 2,0-7,0

    Lymph % 77,6 % 20,0-40,0

    Mid 7,1 % 3,0-15,0 N

    Gran % 15,3 % 50,0-70,0

    HGB 3,6 q/dl 11,0-16,0

    RBC 1,33 x 10 uL 3,5-5,5

    HCT 9,7 % 37,0-54,0

    MCV 73,6 Fl 80-100

    MCH 27,0 Pq 27,0-34,0 N

    MCHC 37,1 q/dl 32,0-36,0

    RDW-CV 13,6 % 11,0-16,0 N

    RDW-SD 35,3 Fl 35,0-56,0 N

    PLT 15 x 103 Ul 100-300

    MPV 7,3 Fl 6,5-12,0 N

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    7/31

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    8/31

    8

    D. RESUME/ DAFTAR MASALAH1. Anamnesis

    a. Lemes

    b. Pusing

    c. Mudah lelah

    d. Kurang konsentrasi

    e. Sering demam

    f. Pernah opname 5 kali dengan keluhan yang sama

    2. Pemeriksaan Fisika. Vital sign: nadi 56 x/menit

    b. Status generalis

    1. Mata : konjungtiva anemis (+/+)

    2. Mulut : bibir pucat (+)

    3. Laboratorium WBC : 1,7 x 103/uL

    Gran# : 0,3 x 103/uL

    Lymph% : 77,6 %

    Gran% : 15,3 %

    HGB : 3,6 gr/dL

    RBC : 1,33 x 106/uL

    Leukosit : 7,5 103/L

    HCT : 9,7 %

    MCV : 73,6 Fl

    MCHC : 37,1 g/dL

    PLT : 15 x 103/L

    GDA : 127 mg/dl

    SGOT : 73 u/L

    SGPT : 128,4 u/L

    Chol : 122 mg/dl

    HDL : 28 mg/dl

    LDL : 77 mg/dl

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    9/31

    9

    Na : 134,3 mmol/L

    Cl : 95,1 mmol/L

    E. ASSESMENT/ DIAGNOSIS KERJAAnemia aplastik

    F. POMR (Problem Or iented Medical Record)Daftar Masalah Problem Assesment

    Planning

    Diagnosis Terapi Monitoring

    1. Anamnesis:

    lemes, pusing,

    mudah lelah,

    kurang

    konsentrasi,

    sering demam.

    Px. Fisik:

    Konjungtiva

    anemis (+/+),

    bibir pucat, Vital

    sign Nadi

    56x/menit.

    Laboratorium

    Leukosit

    (1,7x103/uL),

    limfosit (77,6%),

    granulosit

    (15,3%), Hb (3,6

    gr/dl), eritrosit

    Anemia Anemia

    aplastik

    Px. Darah :

    Darah

    lengkap,

    Hitung jenis

    sel darah,

    LED, Faal

    Hemostasis

    (CT & BT)

    Biopsi

    sumsum

    tulang

    MRI

    - infus PZ

    - Inj.

    Ceftriaxone

    2x1 gr

    - Metil

    Prednisolon

    2x125 mg

    -Sulfas

    ferrosus 2x300

    mg

    - Vit. Bc 3x1

    -Transfusi

    PRC 2

    kolf/hari

    (sampai Hb 8-

    10 gr/dl)

    Klinis

    DL

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    10/31

    10

    (1,33x10 u/L),

    hematokrit

    (9,7%), MCV

    (73,6 Fl),

    trombosit

    (15x103u/L),

    kolesterol (122

    mg/dl), HDL (28

    mg/dl), LDL (77

    mg/dl), Na

    (134,3 mmol/L),

    Cl (95,1

    mmol/L)

    2. SGOT: 73 u/L,

    SGPT: 128,4

    u/L

    LFT

    terganggu

    HbSAg Hepabalance

    2x1

    DL

    G. FOLLOW UPTanggal Keluhan Vital sign Px. Penunjang Terapi

    25-09-12 lemes TD:120/80

    mmHg

    N:70x/menit

    S:36,5oC

    RR:24x/me

    nit

    Pemeriksaan lab tgl

    24 September 2012 :

    Leukosit

    (1,7x103/uL),

    granulosit (11,9%),

    limfosit (82,6%), Hb

    (10,4 g/dl), HCT

    (30,7%), MCV (74,8

    FL), MCH (25,3 pg),

    trombosit (14x103

    u/L).

    - infus PZ

    - Inj. Ceftriaxone 2x1

    gr

    - Metil Prednisolon

    2x125 mg

    -Sulfas ferrosus

    2x300 mg

    - Vit. Bc 3x1

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    11/31

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    12/31

    12

    usia16. Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada orang berusia 15

    sampai 25 tahun, peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69 tahun 9.

    C. KLASIFIKASIAnemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :

    Klasifikasi menurut kausa2:

    Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui, ditemukan pada kira-kira 50%

    kasus.

    Sekunder : bila kausanya diketahui.

    Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan, misalnya

    anemia Fanconi

    Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis3

    Anemia aplastik berat

    Anemia aplastik sangat berat

    Anemia aplastik tidak berat

    Seluraritas sumsum tulang < 25%

    Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri

    sel darah:

    - neutrofil < 500/L

    - trombosit < 20.000/L

    - retikulosit absolut < 60.000/L

    Sama seperti anemia aplastik berat kecuali

    hitung neutrofil < 200/L

    Sumsum tulang hiposeluler namun

    sitopenia tidak memenuhi kriteria berat

    D. ETIOLOGIAnemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.

    Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang berarti

    penyebabnya tidak diketahui4,11. Anemia aplastik dapat juga terkait dengan

    infeksi virus dan dengan penyakit lain.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    13/31

    13

    Klasifikasi Etiologi Anemia aplastik6,12

    Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)

    Anemia aplastik sekunder

    Radiasi

    Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

    Efek regular

    Bahan-bahan sitotoksik

    Benzene

    Reaksi Idiosinkratik

    Kloramfenikol

    NSAID

    Anti epileptik

    EmasBahan-bahan kimia dan obat-obat lainya

    Virus

    Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)

    Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)

    Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)

    Human immunodeficiency virus (sindroma immunodefisiensi yang

    didapat)

    Penyakit-penyakit Imun

    Eosinofilik fasciitis

    Hipoimunoglobulinemia

    Timoma dan carcinoma timusPenyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi

    Paroksismal nokturnal hemoglobinuria

    Kehamilan

    Idiopathic aplastic anemia

    Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)

    Anemia Fanconi

    Diskeratosis kongenita

    Sindrom Shwachman-Diamond

    Disgenesis reticular

    Amegakariositik trombositopenia

    Anemia aplastik familial

    Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)

    Sindroma nonhematologi (Down, Dubowitz, Seckel)

    1. Radiasi

    Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi

    dimana stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat merusak DNA

    dimana jaringan-jaringan dengan mitosis yang aktif seperti jaringan

    hematopoiesis sangat sensitif

    4,12

    . Bila stem sel hematopoiesis yang

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    14/31

    14

    terkena maka terjadi anemia aplastik. Radiasi dapat berpengaruh pula pada

    stroma sumsum tulang dan menyebabkan fibrosis 2. Efek radiasi terhadap

    sumsum tulang tergantung dari jenis radiasi, dosis dan luasnya paparan

    sumsum tulang terhadap radiasi. Radiasi berenergi tinggi dapat digunakan

    sebagai terapi dengan dosis tinggi tanpa tanda-tanda kerusakan sumsum

    tulang asalkan lapangan penyinaran tidak mengenai sebagian besar

    sumsum tulang. Pada pasien yang menerima radiasi seluruh tubuh efek

    radiasi tergantung dari dosis yang diterima. Efek pada sumsum tulang

    akan sedikit pada dosis kurang dari 1 Sv (ekuivalen dengan 1 Gy atau 100

    rads untuk sinar X). Jumlah sel darah dapat berkurang secara reversibel

    pada dosis radiasi antara 1 dan 2,5 Sv (100 dan 250 rads). Kehilangan

    stem sel yang ireversibel terjadi pada dosis radiasi yang lebih tinggi.

    Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan sumsum tulang

    pada dosis radiasi 5 sampai 10 Sv kecuali pasien menerima transplantasi

    sumsum tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi eksterna juga

    dapat menyebabkan anemia aplastik 13.

    2.

    Bahan-Bahan Kimia

    Bahan kimia seperti benzene dan derivat benzene berhubungan dengan

    anemia aplastik dan akut myelositik leukemia (AML). Banyak data

    laboratorium, klinis, dan epidemiologi yang menghubungkan antara

    paparan benzene dengan anemia aplastik, leukemia akut, dan abnormalitas

    darah dan sumsum tulang 16. Beberapa bahan kimia yang lain seperti

    insektisida dan logam berat juga berhubungan dengan anemia yang

    berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang dan pansitopenia 13.

    3. Obat-Obatan

    Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat

    berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada

    seseorang dengan predisposisi genetik. Yang sering menyebabkan anemia

    aplastik adalah kloramfenikol. Obat-obatan lain yang juga sering

    dilaporkan adalah fenilbutazon, senyawa sulfur, emas, dan antikonvulsan,

    obat-obatan sitotoksik misalnya mieleran atau nitrosourea2

    .

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    15/31

    15

    Obat-obatan yang menyebabkan Anemia Aplastik.

    Kategori Resiko Tinggi ResikoMenengah

    Resiko Rendah

    Analgesik Fenasetin, aspirin,

    salisilamide

    Anti aritmia Kuinidin, tokainid

    Anti artritis Garam Emas Kolkisin

    Anti

    konvulsan

    Karbamazepin,

    hidantoin,

    felbamat

    Etosuksimid,

    Fenasemid,

    primidon,

    trimethadion,sodium valproate

    Anti histamin Klorfeniramin,

    pirilamin,

    tripelennamin

    Anti hipertensi Captopril,

    methyldopa

    Anti inflamasi Penisillamin,

    fenilbutazon,

    oksifenbutazon

    Diklofenak,

    ibuprofen,

    indometasin,naproxen,

    sulindac

    Anti mikroba

    Anti bakteri Kloramfenikol Dapsone,

    metisillin,

    penisilin,

    streptomisin, -

    lactam antibiotik

    Anti fungal Amfoterisin,flusitosin

    Anti protozoa Kuinakrine Klorokuin,

    mepakrin,

    pirimetamin

    Obat Anti neoplasma

    Alkylating

    agen

    Busulfan,

    cyclophosphamide,

    melphalan,

    nitrogen mustard

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    16/31

    16

    Anti

    metabolit

    Fluorourasil,

    mercaptopurine,

    methotrexate

    Antibiotik

    Sitotoksik

    Daunorubisin,

    doxorubisin,

    mitoxantrone

    Anti platelet Tiklopidin

    Anti tiroid Karbimazol,

    metimazol,

    metiltiourasil,

    potassium

    perklorat,propiltiourasil,

    sodium thiosianat

    Sedative dan

    tranquilizer

    Klordiazepoxide,

    Klorpromazine

    (dan fenothiazin

    yang lain),

    lithium,

    meprobamate,

    metiprilon

    Sulfonamid dan turunannya

    Anti bakteri Numerous

    sulfonamides

    Diuretik Acetazolamide Klorothiazide,

    furosemide

    Hipoglikemik Klorpropamide,

    tolbutamide

    Lain-lain Allopurinol,

    interferon,pentoxifylline

    4. Faktor Genetik

    diturukan menurut hukum mendell, contohnya anemia Fanconi. Anemia

    Fanconi merupakan kelainan autosomal resesif yang ditandai oleh

    hipoplasia sumsung tulang disertai pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia

    ibu jari atau radius, mikrosefali, retardasi mental dan seksual, kelainan

    ginjal dan limpa2

    .

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    17/31

    17

    5. Infeksi

    Hepatitis merupakan infeksi yang paling sering terjadi sebelum terjadinya

    anemia aplasia, dan kegagalan sumsum paska hepatitis terhitung 5% dari

    etiologi pada kebanyakan kejadian. Pasien biasanya pria muda yang

    sembuh dari serangan peradangan hati 1 hingga 2 bulan sebelumnya;

    pansitopenia biasanya sangat berat. Hepatitis biasanya seronegatif (non-A,

    non-B, non-C, non-G) dan kemungkinan disebabkan oleh virus baru yang

    tidak terdeteksi. Kegagalan hepar fulminan pada anak biasanya terjadi

    setelah hepatitis seronegatif dan kegagalan sumsum terjadi pada lebih

    sering pada pasien ini. Anemia aplastik terkadang terjadi setelah infeksi

    mononucleosis, dan virus Eipsten-Barr telah ditemukan pada sumsum

    pada sebagian pasien, beberapanya tanpa disertai riwayat penyakit

    sebelumnya. Parvovirus B19, penyebab krisis aplastik transient pada

    anemia hemolitik dan beberapa PRCA (Pure Red Cell Anemia), tidak

    biasanya menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang luas. Penurunan

    hitung darah yang ringan sering terjadi pada perjalanan penyakit beberapa

    infeksi bakteri dan virus namun sembuh kembali setelah infeksi berakhir

    16.

    6. Penyakit Imunologis

    Aplasia merupakan konsekuensi utama dan penyebab kematian yang tak

    terhindarkan pada keadaan transfusion-associated graft-versus-host

    disease (GVDH), yang dapat terjadi setelah infuse produk darah kepada

    pasien immunodefisiensi. Anemia aplastik sangat terkait dengan sindroma

    kolagen vaskuler yang jarang terjadi yang disebut fasciitis eosinophilic,

    yang ditandai dengan adanya indurasi yang sakit pada jaringan

    subcutaneous. Pansitopenia dengan hipoplasia sumsum dapat pula terjadi

    pada systemic lupus erythematosus16.

    7. Anemia Aplastik pada Keadaan/Penyakit Lain

    a. Pada leukemia limfoblastik akut kadang-kdang ditemukan pansitopenia

    dengan hipoplasia sumsum tulang 2.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    18/31

    18

    b. Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH). Penyakit ini dapat

    bermanifestasi berupa anemia aplastik. Hemolisis disertai pansitopenia

    mengkin termasuk kelainan PNH 2.

    c. Kehamilan

    Kasus kehamilan dengan anemia aplastik pernah dilaporkan, tetapi

    hubungan antara dua kondisi ini tidak jelas. Pada beberapa pasien,

    kehamilan mengeksaserbasi anemia aplastik yang telah ada dimana

    kondisi tersebut akan membaik lagi setelah melahirkan. Pada kasus

    yang lain, aplasia terjadi selama kehamilan dengan kejadian yang

    berulang pada kehamilan-kehamilan berikutnya 9.

    E. PATOFISIOLOGIKegagalan sumsum terjadi akibat kerusakan berat pada kompartemen sel

    hematopoetik. Pada anemia aplastik, tergantinya sumsum tulang dengan

    lemak dapat terlihat pada morfologi spesimen biopsy dan MRI pada spinal.

    Sel yang membawa antigen CD34, marker dari sel hematopoietik dini,

    semakin lemah, dan pada penelitian fungsional, sel bakal dan primitive

    kebanyakan tidak ditemukan. Suatu kerusakan intrinsik pada sel bakal terjadi

    pada anemia aplastik konstitusional. Sel dari pasien dengan anemia Fanconi

    mengalami kerusakan kromosom dan kematian pada paparan terhadap

    beberapa agen kimia tertentu. Telomer kebanyakan pendek pada pasien

    anemia aplastik, dan mutasi pada gen yang berperan dalam perbaikan

    telomere (TERC dan TERT ) dapat diidentifikasi pada beberapa orang dewasa

    dengan anomaly akibat kegagalan sumsum dan tanpa anomaly secara fisik

    atau dengan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa. Anemia aplasia

    sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi faktor

    pertumbuhan.

    Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi

    seperti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi

    idiosinkronasi yang paling sering pada dosis rendah obat, perubahan

    metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme kerusakan. Jalur

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    19/31

    19

    metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat polar

    dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi

    enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang

    disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya

    untuk berikatan dengan makromolekul seluler. Sebagai contoh, turunan

    hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jaringan. Pembentukan

    intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi

    komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun

    perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan

    spesifitas dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat

    memberikan penjelasan terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi

    obat.

    Penyembuhan pada fungsi sumsum pada beberapa pasien yang dipersiapkan

    untuk transplantasi sumsum dengan antilymphocyte globulin (ALG)

    menjelaskan bahwa anemia aplastik kemungkinan dimediasi imun. Seperti

    dengan hipotesis ini adalah seringnya kegagalan transplantasi sumsum dari

    kembar syngeneic, kemoterapi sitotoksik tidak dilakukan, keadaan ini

    menyangkal absennya sel bakal sebagai penyebab dan keberadaan dari faktor

    resipien yang menciptakan kegagalan sumsum. Data laboratorium

    mendukung peranan penting sistem imun pada anemia aplastik. Sel darah dan

    sel sumsum tulang pada pasien dapat menekan pertumbuhan sel bakal normal

    dan diambilnya sel T yang diamati pada sumsum tulang pasien anemia

    aplastik dapat memperbaiki pembentukan koloni in vitro. Peningkatan jumlah

    sel T sitotoksik yang aktif ditemukan pada pasien anemia aplastik dan

    biasanya menurun dengan terapi immunosupressif; penukuran sitokin

    menunjukkan respn imun TH1 (interferon dan tumor necrosis factor).

    Interferon dan TNF memicu ekspresi Fas pada sel CD34, menyebabkan

    apoptosis, lokalisasi dari sel T yang teraktivasi pada sumsum tulang dan

    produksi lokal pada faktor pelarut kemungkinan penting dalam kerusakan sel

    bakal.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    20/31

    20

    Kejadian sistem imun dini pada anemia aplastik belum dipahami dengan baik.

    Analisis ekspresi reseptor sel T menunjukkan oligoklonal dan respon sel T

    sitotoksik akibat antigen. Banyak antigen exogen berbeda sepertinya mampu

    untuk menginisiasi respon imun patologis, namun paling tidak beberapa sel T

    kemungkinan dapat membedakan self-antigen. Jarangnya anemia aplastik

    walaupun seringnya paparan zat pemicu (obat-obatan dan virus hepatitis)

    menandakan bahwa respon imun yang ditentukan secara genetic dapat

    mengkonversi respon fisiologis normal menjadi suatu proses autoimun

    abnormal yang berkelanjutan, termasuk polymorphisme pada

    histokompabilitas antigen, gen sitokin, dang en yang mengatur polarisasi sel

    T dan fungsi efektor.

    F. MANIFESTASI KLINISPada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang

    timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia eritropoietik akan

    menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah,

    dyspnoe deffort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain-lain. Pengurangan

    elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan

    penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan

    gejala infeksi baik bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia

    tentu dapat mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan

    di organ-organ 7. Pada kebanyakan pasien, gejala awal dari anemia aplastik

    yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, walaupun demam

    atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan 1.

    Anemia aplastik mungkin asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan rutin

    Keluhan yang dapat ditemukan sangat bervariasi.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    21/31

    21

    Pada tabel di bawah terlihat bahwa pendarahan, lemah badan dan pusing

    merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan.

    Keluhan Pasien Anemia Apalastik 2

    Jenis Keluhan %

    Pendarahan

    Lemah badan

    Pusing

    Jantung berdebar

    Demam

    Nafsu makan berkurang

    Pucat

    Sesak nafasPenglihatan kabur

    Telinga berdengung

    83

    80

    69

    36

    33

    29

    26

    2319

    13

    Pemeriksaan fisis pada pasien anemia aplastik pun sangat bervariasi. Pada

    tabel di bawah terlihat bahwa pucat ditemukan pada semua pasien yang

    diteliti sedangkan pendarahan ditemukan pada lebih dari setengah jumlah

    pasien. Hepatomegali, yang sebabnya bermacam-macam ditemukan pada

    sebagian kecil pasien sedangkan splenomegali tidak ditemukan pada satukasus pun. Adanya splenomegali dan limfadenopati justru meragukan

    diagnosis 2.

    Pemeriksaan Fisis pada Pasien Anemia Aplastik2

    Jenis Pemeriksaan Fisik %

    Pucat

    Pendarahan

    Kulit

    Gusi

    RetinaHidung

    Saluran cerna

    Vagina

    Demam

    Hepatomegali

    Splenomegali

    100

    63

    34

    26

    207

    6

    3

    16

    7

    0

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    22/31

    22

    G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratorium

    a. Pemeriksaan Darah

    Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.

    Anemia yang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai

    dengan tanda-tanda regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit

    muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-

    kadang pula dapat ditemukan makrositosis, anisositosis, dan

    poikilositosis 2.

    Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel

    darah putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit.

    Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah

    neutrofil kurang dari 500/mm3 dan trombosit kurang dari 20.000/mm3

    menandakan anemia aplastik berat. Jumlah neutrofil kurang dari

    200/mm3 menandakan anemia aplastik sangat berat 2,9.

    Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas

    normal. Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan dari eritrosit,

    leukosit atau trombosit bukan merupakan gambaran klasik anemia

    aplastik yang didapat (acquired aplastic anemia). Pada beberapa

    keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang berkurang

    sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik

    trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain

    juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu

    sehingga diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan 9.

    Laju endap darah biasanya meningkat. Waktu pendarahan biasanya

    memanjang dan begitu juga dengan waktu pembekuan akibat adanya

    trombositopenia. Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak

    dan mungkin ditemukan pada anemia aplastik konstitusional 2.

    Plasma darah biasanya mengandung growth factor hematopoiesis,

    termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi

    koloni myeloid. Kadar Fe serum biasanya meningkat dan klirens Fe

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    23/31

    23

    memanjang dengan penurunan inkorporasi Fe ke eritrosit yang

    bersirkulasi 9.

    b. Pemeriksaan sumsum tulang

    Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula

    dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel

    hematopoiesis. Limfosit, sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin

    menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain

    daripada menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini. Pada

    kebanyakan kasus gambaran partikel yang ditemukan sewaktu aspirasi

    adalah hiposelular. Pada beberapa keadaan, beberapa spikula dapat

    ditemukan normoseluler atau bahkan hiperseluler, akan tetapi

    megakariosit rendah 9.

    Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik

    secara kualitatif maupun kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik

    ditemukan gambaran hiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan

    hiposelular akibat kesalahan teknis (misalnya terdilusi dengan darah

    perifer), atau dapat terlihat hiperseluler karena area fokal residual

    hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan biopsi

    dianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis 9,12.

    Suatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang

    dari 30% sel pada individu berumur kurang dari 60 tahun atau jika

    kurang dari 20% pada individu yang berumur lebih dari 60 tahun 8.

    International Aplastic Study Group mendefinisikan anemia aplastik

    berat bila selularitas sumsum tulang kurang dari 25% atau kurang dari

    50% dengan kurang dari 30% sel hematopoiesis terlihat pada sumsum

    tulang 9.

    2. Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan

    diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khusunya berguna untuk

    sindrom kegagalan sumsum tulang yang diturunkan, karena banyak

    diantaranya memperlihatkan abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan MRI

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    24/31

    24

    (Magnetic Resonance Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu

    ketidakhadiran elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.

    H. DIAGNOSISDiagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah dan dan

    pemeriksaan sumsum tulang. Pada anemia aplastik ditemukan pansitopenia

    disertai sumsum tulang yang miskin selularitas dan kaya akan sel lemak 3,9,10.

    I. DIAGNOSI S BANDINGDiagnosis banding anemia yaitu dengan setiap kelainan yang ditandai dengan

    pansitopenia perifer. Beberapa penyebab pansitopenia terlihat pada tabel di

    bawah.

    Penyebab Pansitopenia

    Kelainan sumsum tulang

    Anemia aplastik

    Myelodisplasia

    Leukemia akut

    MyelofibrosisPenyakit Infiltratif: limfoma, myeloma, carcinoma, hairy cell

    Leukemia

    Anemia megaloblastik

    Kelainan bukan sumsum tulang

    Hipersplenisme

    Sistemik lupus eritematosus

    Infeksi: tuberculosis, AIDS, leishmaniasis, brucellosis

    Kelainan yang paling sering mirip dengan anemia aplastik berat yaitu

    sindrom myelodisplastik dimana kurang lebih 5 sampai 10 persen kasus

    sindroma myelodisplasia tampak hipoplasia sumsum tulang. Beberapa ciri

    dapat membedakan anemia aplastik dengan sindrom myelodisplastik yaitu

    pada myelodisplasia terdapat morfologi film darah yang abnormal (misalnya

    poikilositosis, granulosit dengan anomali pseudo-Pelger- Het), prekursor

    eritroid sumsum tulang pada myelodisplasia menunjukkan gambaran

    disformik serta sideroblast yang patologis lebih sering ditemukan pada

    myelodisplasia daripada anemia aplastik. Selain itu, prekursor granulosit

    dapat berkurang atau terlihat granulasi abnormal dan megakariosit dapat

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    25/31

    25

    menunjukkan lobulasi nukleus abnormal (misalnya mikromegakariosit

    unilobuler) 9.

    Kelainan seperti leukemia akut dapat dibedakan dengan anemia aplastik yaitu

    dengan adanya morfologi abnormal atau peningkatan dari sel blast atau

    dengan adanya sitogenetik abnormal pada sel sumsum tulang. Leukemia akut

    juga biasanya disertai limfadenopati, hepatosplenomegali, dan hipertrofi gusi

    7,14.

    Hairy cell leukemia sering salah diagnosa dengan anemia aplastik. Hairy cell

    leukemia dapat dibedakan dengan anemia aplastik dengan adanya

    splenomegali dan sel limfoid abnormal pada biopsi sumsum tulang 14.

    Pansitopenia dengan normoselular sumsum tulang biasanya disebabkan oleh

    sistemik lupus eritematosus (SLE), infeksi atau hipersplenisme. Selularitas

    sumsum tulang yang normoselular jelas membedakannya dengan anemia

    aplastik.

    J. PENATALAKSANAANAnemia berat, pendarahan akibat trombositopenia dan infeksi akibat

    granulositopenia dan monositopenia memerlukan tatalaksana untuk

    menghilangkan kondisi yang potensial mengancam nyawa ini dan untuk

    memperbaiki keadaan pasien (lihat tabel di bawah) 9.

    Manajemen Awal Anemia Aplastik

    Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang diduga

    menjadi penyebab anemia aplastik.

    Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan.

    Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai yang

    dibutuhkan.

    Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia berat.

    Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme spesifik

    tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang menakutkan; bila berat badan

    kurang dan infeksi ada (misalnya oleh bakteri gram negatif dan jamur)

    pertimbangkan transfusi granulosit dari donor yang belum mendapat terapi G-

    CSF.

    Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan

    histocompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    26/31

    26

    Pengobatan spesifik aplasia sumsum tulang terdiri dari tiga pilihan yaitu

    transplantasi stem sel allogenik, kombinasi terapi imunosupresif (ATG,

    siklosporin dan metilprednisolon) atau pemberian dosis tinggi siklofosfamid 9.

    Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi imunosupresi atau transplantasi

    sumsum tulang. Faktor-faktor seperti usia pasien, adanya donor saudara yang

    cocok (matched sibling donor), faktor-faktor resiko seperti infeksi aktif atau beban

    transfusi harus dipertimbangkan untuk menentukan apakah pasien paling baik

    mendapat terapi imunosupresif atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang

    lebih muda umumnya mentoleransi transplantasi sumsum tulang lebih baik dan

    sedikit mengalamai GVHD (Graft Versus Host Disease). Pasien yang lebih tua

    dan yang mempunyai komorbiditas biasanya ditawarkan terapi imunosupresif.

    Suatu algoritme terapi dapat dipakai untuk panduan penatalaksanaan anemia

    aplastik 15.

    1. Pengobatan Suportif 15

    Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit berupa packed

    red cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih pada orang tua dan

    pasien dengan penyakit kardiovaskular.

    Resiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm3.

    Transfusi trombosit diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit

    dibawah 20.000/mm3 sebagai profilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit

    donor acak. Transfusi trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan

    pembentukan zat anti terhadap trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi, donor

    diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara kandung).

    Pemberian transfusi leukosit sebagai profilaksis masih kontroversial dan tidak

    dianjurkan karena efek samping yang lebih parah daripada manfaatnya. Masa

    hidup leukosit yang ditransfusikan sangat pendek.

    2. Terapi Imunosupresif

    Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte

    globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A

    (CSA).

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    27/31

    27

    ATG atau ALG diindikasikan pada 15:

    - Anemia aplastik bukan berat

    - Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok

    - Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat

    pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit

    lebih dari 200/mm3

    Mekanisme kerja ATG atau ALG belum diketahui dengan pasti dan mungkin

    melalui koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediated pada sel asal dan

    stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap hemopoiesis 15.

    Karena merupakan produk biologis, pada terapi ATG dapat terjadi reaksi

    alergi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan bersama-sama dengan

    kortikosteroid. Siklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya dengan

    menghambat aktivasi dan proliferasi preurosir limfosit sitotoksik 15.Sebuah

    protokol pemberian ATG dapat dlihat pada tabel di bawah 11.

    Protokol Pemberian ATG pada anemia aplastik

    Dosis test ATG :ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada

    lengan dengan saline kontrol 0,1 cc disuntikkan intradermal pada lengan

    sebelahnya. Bila tidak ada reaksi anafilaksis, ATG dapat diberikan.

    Premedikasi untuk ATG (diberikan 30 menit sebelum ATG) :

    Asetaminofen 650 mg peroral

    Difenhidrahim 50 mg p.o atau intravena perbolus

    Hidrokortison 50 mg intravena perbolus

    Terapi ATG :

    ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari

    Obat-obat yang diberikan serentak dengan ATG :

    Prednison 100 mg/mm2 peroral 4 kali sehari dimulai bersamaan denganATG dan dilanjutkan selama 10-14 hari; kemudian bila tidak terjadi serum

    sickness, tapering dosis setiap 2 minggu.

    Siklosporin 5mg/kg/hari peroral diberikan 2 kali sehari sampai respon

    maksimal kemudian di turunkan 1 mg/kg atau lebih lambat. Pasien usia 50

    tahun atau lebih mendapatkan dosis siklosporin 4mg/kg. Dosis juga harus

    diturunkan bila terdapat kerusakan fungsi ginjal atau peningkatan enzim

    hati.

    Metilprednisolon juga dapat digunakan sebagai ganti predinison. Kombinasi

    ATG, siklosporin dan metilprednisolon memberikan angka remisi sebesar

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    28/31

    28

    70% pada anemia aplastik berat. Kombinasi ATG dan metilprednisolon

    memiliki angka remisi sebesar 46% 15.

    Pemberian dosis tinggi siklofosfamid juga merupakan bentuk terapi

    imunosupresif. Pernyataan ini didasarkan karena stem sel hematopoiesis

    memliki kadar aldehid dehidrogenase yang tinggi dan relatif resisten terhadap

    siklofosfamid. Dengan dasar tersebut, siklofosfamid dalam hal ini lebih

    bersifat imunosupresif daripada myelotoksis. Namun, peran obat ini sebagai

    terapi lini pertama tidak jelas sebab toksisitasnya mungkin berlebihan yang

    melebihi dari pada kombinasi ATG dan siklosporin 9. Pemberian dosis tinggi

    siklofosfamid sering disarankan untuk imunosupresif yang mencegah relaps.

    Namun, hal ini belum dikonfirmasi. Sampai kini, studi-studi dengan

    siklofosfamid memberikan lama respon leih dari 1 tahun. Sebaliknya, 75%

    respon terhadap ATG adalah dalam 3 bulan pertama dan relaps dapat terjadi

    dalam 1 tahun setelah terapi ATG 15.

    3. Terapi penyelamatan (Salvage theraphies)

    Terapi ini antara lain meliputi siklus imunosupresi berulang, pemberian

    faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik dan pemberian steroid anabolik 15.

    Pasien yang refrakter dengan pengobatan ATG pertama dapat berespon

    terhadap siklus imunosupresi ATG ulangan. Pada sebuah penelitian, pasien

    yang refrakter ATG kuda tercapai dengan siklus kedua ATG kelinci 15.

    Pemberian faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik seperti Granulocyte-

    Colony Stimulating Factor (G-CSF) bermanfaat untuk meningkatkan

    neutrofil akan tetapi neutropenia berat akibat anemia aplastik biasanya

    refrakter. Peningkatan neutrofil oleh stimulating faktor ini juga tidak

    bertahan lama. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik tidak boleh dipakai

    sebagai satu-satunya modalitas terapi anemia aplastik. Kombinasi G-CSF

    dengan terapi imunosupresif telah digunakan untuk terapi penyelamatan pada

    kasus-kasus yang refrakter dan pemberiannya yang lama telah dikaitkan

    dengan pemulihan hitung darah pada beberapa pasien 11,15.

    Steroid anabolik seperti androgen dapat merangsang produksi eritropoietin

    dan sel-sel induk sumsum tulang. Androgen terbukti bermanfaat untuk

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    29/31

    29

    anemia aplastk ringan dan pada anemia aplastik berat biasanya tidak

    bermanfaat. Androgen digunakan sebagai terapi penyelamatan untuk pasien

    yang refrakter terapi imunosupresif 9,15.

    4. Transplantasi sumsum tulang

    Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama pada pasien anemia

    aplastik berat berusia muda yang memiliki saudara dengan kecocokan HLA.

    Akan tetapi, transplantasi sumsum tulang allogenik tersedia hanya pada

    sebagan kecil pasien (hanya sekitar 30% pasien yang mempunyai saudara

    dengan kecocokan HLA). Batas usia untuk transplantasi sumsum tulang

    sebagai terapi primer belum dipastikan, namun pasien yang berusia 35-35

    tahun lebih baik bila mendapatkan terapi imunosupresif karena makin

    meningkatnya umur, makin meningkat pula kejadian dan beratnya reaksi

    penolakan sumsum tulang donor (Graft Versus Host Disesase/GVHD) 15.

    Pasien dengan usia > 40 tahun terbukti memiliki respon yang lebih jelek

    dibandingkan pasien yang berusia muda 9,10.

    Pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang memiliki survival

    yang lebih baik daripada pasien yang mendapatkan terapi imunosupresif 10.

    Pasien dengan umur kurang dari 50 tahun yang gagal dengan terapi

    imunosupresif (ATG) maka pemberian transplantasi sumsum tulang dapat

    dipertimbangkan 15. Akan tetapi survival pasien yang menerima transplanasi

    sumsum tulang namun telah mendapatkan terapi imunosupresif lebih jelek

    daripada pasien yang belum mendapatkan terapi imunosupresif sama sekali

    9,10.

    Pada pasien yang mendapat terapi imunosupresif sering kali diperlukan

    transfusi selama beberapa bulan. Transfusi komponen darah tersebut sedapat

    mungkin diambil dari donor yang bukan potensial sebagai donor sumsum

    tulang. Hal ini diperlukan untuk mencegah reaksi penolakan cangkokan (graft

    rejection) karena antibodi yang terbentuk akibat tansfusi 15.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    30/31

    30

    Kriteria respon terapi menurut kelompok European Marrow Transplantation

    (EBMT) adalah sebagai berikut15:

    - Remisi komplit : bebas transfusi, granulosit sekurang-kurangnya

    2000/mm3 dan trombosit sekurang-kurangnya 100.000/mm3.

    - Remisi sebagian : tidak tergantung pada transfusi, granulosit dibawah

    2000/mm3 dan trombosit dibawah 100.000/mm3.

    - Refrakter : tidak ada perbaikan.

    K. PROGNOSIS 9Prognosis berhubungan dengan jumlah absolut netrofil dan trombosit. Anak-

    anak memiliki respon yang lebih baik daripada orang dewasa. Anemia

    aplastik konstitusional merespon sementara terhadap androgen dan

    glukokortikoid akan tetapi biasanya fatal kecuali pasien mendapatkan

    transplantasi sumsum tulang.

    Transplantasi sumsum tulang bersifat kuratif pada sekitar 80% pasien yang

    berusia kurang dari 20 tahun, sekitar 70% pada pasien yang berusia 20-40

    tahun dan sekitar 50% pada pasien berusia lebih dari 40 tahun. Sekitar 70%

    pasien memiliki perbaikan yang bermakna dengan terapi kombinasi

    imunosupresif (ATG dengan siklosporin). Walaupun beberapa pasien setelah

    terapi memiliki jumlah sel darah yang normal, banyak yang kemudian

    mendapatkan anemia sedang atau trombositopenia. Penyakit ini juga akan

    berkembang dalam 10 tahun menjadi proxysmal nokturnal hemoglobinuria,

    sindrom myelodisplastik atau akut myelogenous leukimia pada 40% pasien

    yang pada mulanya memiliki respon terhadap imunosupresif. Pada 168 pasien

    yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang, hanya sekitar 69% yang

    bertahan selama 15 tahun dan pada 227 pasien yang mendapatkan terapi

    imunosupresif, hanya 38% yang bertahan dalam 15 tahun.

    Pengobatan dengan dosis tinggi siklofosfamid menghasilkan hasil awal yang

    sama dengan kombinasi ATG dan siklosporin. Namun, siklofosfamid

    memiliki toksisitas yang lebih besar dan perbaikan hematologis yang lebih

    lambat walaupun memiliki remisi yang lebih bertahan lama.

  • 8/12/2019 Case 1 Anemia Aplastik

    31/31

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    William DM. Pancytopenia, aplastic anemia, and pure red cell aplasia. In: LeeGR, Foerster J, et al (eds).

    2. Wintrobes Clinical Hematology 9th ed. Philadelpia-London: Lee& Febiger,

    1993;911-43.

    3. Salonder H. Anemia aplastik. In: Suyono S, Waspadji S, et al (eds). Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI,

    2001;501-8.

    4. Bakshi S. Aplastic Anemia. Available in URL:

    http://www.emedicine.com/med/topic162.htm4. Young NS, Maciejewski J.

    Aplastic anemia. In: Hoffman. Hematology: Basic Principes and Practice 3.

    5. Niazzi M, Rafiq F. The Incidence of Underlying Pathology in Pancytopenia.

    Available in URL: HYPERLINKhttp://www.jpmi.org/org detail.asp26.6. Supandiman I. Pedoman Diagnosisdan Terapi Hematologi Onkologi Medik

    2003. Jakarta: Q-communication, 1997;6.7.

    7. Supandiman I.Hematologi Klinik Edisi kedua. Jakarta: PT Alumni, 1997;95-

    101

    8. Young NS, Maciejewski J. The Pathophysiology of Acquired Aplastic

    Anemia. Available in URL: HYPERLINK

    http://content.nejm.org/cgi/content/fill/336/19/

    9. Shadduck RK. Aplastic anemia. In: Lichtman MA, Beutler E, et al (eds).

    William Hematology 7th ed. New York : McGraw Hill Medical; 2007.

    10. Smith EC, Marsh JC. Acquired aplastic anaemia, other acquired bone marrow

    failure disorders and dyserythropoiesis. In: Hoffbrand AV, Catovsky D, et al

    (eds). Post Graduate Haematology 5th edition. USA: Blackwell Publishing,

    2005;190-206.

    11. Paquette R, Munker R. Aplastic Anemias. In: Munker R, Hiller E, et al (eds).

    Modern Hematology Biology and Clinical Management 2nd ed. New Jersey:

    Humana Press, 2007 ;207-16.

    12. Young NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow failure

    syndromes. In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrisons Principle of

    Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2007:617-25.

    13. Hillman RS, Ault KA, Rinder HM. Hematology in Clinical Practice 4th ed.

    New York: Lange McGraw Hill, 2005.14. Linker CA. Aplastic anemia. In: McPhee SJ, Papadakis MA, et al (eds).

    Current Medical Diagnosis and Treatment. New York: Lange McGraw Hill,

    2007;510-11.

    15. Solander H. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006;637-43.

    16. Fauci, et al. 2008. Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Ed.USA:

    McGraw-Hills.

    http://www.emedicine.com/med/topic162.htm4http://www.jpmi.org/orghttp://www.jpmi.org/orghttp://www.emedicine.com/med/topic162.htm4