Upload
ndh-azwendah
View
255
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah produksi muinumany yang baik
Citation preview
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Farmasi Industri ini dengan judul makalah
Good Manufacturing Practice (GMP) di Industri Minuman. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Farmasi Industri di program studi Apoteker Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Jakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Prof. Teti Indrawati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing mata kuliah
Farmasi Industri dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
2.1. Rumusan masalah..........................................................................
2.2 Tujuan.............................................................................................
.............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Tinjauan Umum Tumbuhan Sekunyit......................................... 4
2.1.1 Klasifikasi.......................................................................... 4
2.1.2 Nama Daerah...................................................................... 4
2.1.3 Morfologi dan Daerah Penyebaran.................................... 5
2.1.4 Penggunaan Secara Tradisional......................................... 5
2.1.5 Kandungan Kimia dan Uji Aktivitas Sekunyit ................. 6
............................................................................................
2.2 Metode Ekstraksi......................................................................... 8
2.3 Fraksinasi .................................................................................... 11
2.4 Metode Isolasi............................................................................. 12
2.4.1 Kromatografi ..................................................................... 12
2.4.1.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................... 12
2.4.1.2 Kromatografi Kolom ............................................. 14
2.4.2 Pemurnian Senyawa Hasil Isolasi ..................................... 15
2.4.3 Karakteristik Senyawa Murni Hasil Isolasi ...................... 16
2.4.3.1 Pemeriksaan Organoleptis ..................................... 16
2.4.3.2 Pemeriksaan Sifat Fisika ....................................... 16
2.4.3.3 Pemeriksaan Sifat Kimia ....................................... 17
2.4.3.4 Karakterisasi dengan Metode Spektroskopi .......... 17
2.5 Tinjauan Umum Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ................ 20
2.6 Larva Artemia salina Leach ....................................................... 20
ii
2.7 Konsentrasi Letal 50 (LC50) ........................................................ 22
2.7.1 Metode Farmakope Indonesia Edisi IV............................. 22
2.7.2 Metode Kurva ................................................................... 23
2.7.3 Metode Finney .................................................................. 23
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN................................................... 24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 24
3.2 Metode Penelitian........................................................................ 24
3.2.1 Alat..................................................................................... 24
3.2.2 Bahan ................................................................................ 24
3.2.3 Rancangan Penelitian......................................................... 25
3.2.4 Prosedur Kerja.................................................................... 26
3.2.4.1 Identifikasi Tumbuhan ........................................ 26
3.2.4.2 Fraksinasi Ekstrak Berdasarkan Tingkat
Kepolaran ............................................................ 26
3.2.4.3 Uji Fitokimia........................................................ 27
3.2.4.4 Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi
Sekunyit Terhadap Larva Udang (Artemia
salina Leach) dengan Metode BSLT................... 29
3.2.4.5 Pemeriksaan Komponen Senyawa Kimia
Ekstrak dan Fraksi Sekunyit dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)......................... 30
3.2.4.6 Pemisahan Fraksi Butanol dengan Kromatografi
Kolom.................................................................. 30
3.2.4.7 Pemeriksaan Komponen Senyawa Hasil
Kromatografi Kolom dengan (Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) ............................................... 31
3.2.4.8 Pemurnian Fraksi Nomor 21 dengan
Rekristalisasi dan Pengujian Titik Leleh ............ 32
3.2.4.9 Karakterisasi Senyawa Murni Hasil Isolasi......... 33
iii
3.2.4.10 Uji Aktivitas Sitotoksik Senyawa FT-21
Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach)
dengan Metode BSLT.......................................... 33
3.2.4.11 Analisa Data ........................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 35
4.1 Hasil............................................................................................. 35
4.2 Pembahasan................................................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 49
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 49
5.2 Saran ........................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN ................................................................................................... 56
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka
mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai
gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa yang lebih baik, dan aman. Tidak hanya
itu konsumen juga mengharapkan bahwa produsen produk pangan bisa
memberikan jaminan bahwa produk yang mereka hasilkan di proses secara
konsisten dengan memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan.
GMP (Good Manufacturing Practices) atau CPMB (Cara Pembuatan
Makanan atau Minuman yang Baik) merupakan suatu pedoman bagi industri
pangan, bagaimana cara berproduksi pangan yang baik, oleh karena itu
pengawasan terhadap seluruh tahapan proses produksi merupakan hal yang wajib
dilakukan. Selain itu cara pembuatan minuman yang baik harus selalu diterapkan
agar produk yang dihasilakan senantiasa memenuhi persyaratan.
Peran seorang apoteker di bidang industri semakin beragam, tak hanya
dibidang obat-obatan dan alat kesehatan, peran apoteker kini meluas dibidang
industri lainnya termasuk makanan, minuman serta kosmetik. Oleh karena itu
seorang apoteker dapat berperan sebagai tenang profesional dibidang tersebut dan
bertanggung jawab terhadap penjaminan mutu dan kemananan produk-produk
yang dihasilkan.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana penerapan cara produksi minuman yang baik?
1.2.2 Bagaimana peran seorang apoteker di industri minuman?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami penerapan cara produksi minuman yang baik
1.3.2 Mengetahui serta memahami peran seorang apoteker di industri minuman
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Jenis Minuman
Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,
yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.Oleh karena itu, kualitas minuman
harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman dapat
terhindar dari penyakit akibat minum terlebih minuman yang mengandung bahan
tambahan makanan seperti bahan pengawet makanan.
Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat
menghilangkan rasa haus.Minuman umumnya berbentuk cair, namun ada pula
yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin.Minuman kesehatan adalah
segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga
juga mempunyai efek menguntungkan terhadap kesehatan.
Jenis minuman yang tersedia setiap hari bervariasi. Minuman dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Mineral Water
Mineral water atau air mineral adalah air yang murni dengan kandungan
mineral yang tinggi. Air mineral dibedakan menjadi 2 :
a. Natural mineral water (air mineral murni)
Berasal dari sumber mata air pegunungan atau air tanah dalam
bumi yang mempunyai sifat tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak mengandung bahan-bahan kimia.Air mineral yang dikonsumsi
dibagi menjadi 2 yaitu air mineral yang berasal dari Perusahaan Air
Minum (PAM) atau air sumur dan air mineral kemasan.Air mineral
sebaiknya disimpan dalam kemasan dengan temperatur dingin.
b. Artificial mineral water (air meneral buatan)
Artificial mineral Water atau disebut dengan istilah minuman ringan
yang berasal dari campuran antara bahan-bahan mineral ke dalam air
tawar dan ditambah dengan gas carbon dioxide. Definisi lainnya,
minuman ringan adalah air yang dicampur dengan bahan-bahan mineral
2
dan kemudian ditambahkkan dengan gas CO2 . Yang termasuk dalam
minuman jenis ini adalah soft drinks (Air Soda, Coca Cola, Fanta, Sprite),
tonic soda, ginger ale, lemon drinks, dan orange crush. Air mineral buatan
ini dapat ditambahkan bahan pengaroma dari sari buah-buahan.Air
meneral buatan, sebaiknya disimpan dalam kemasan dengan temperatur
dingin seperti pada air mineral.
2. Refreshing drinks (minuman menyegarkan)
Refreshing drinks adalah minuman yang dicampur dengan
soda/air tawar. Yang termasuk dalam refreshing drinks adalah squashes
dan syrup. Squashes adalah minuman yang berbentuk cairan atau bubuk
yang diperoleh dari buah-buahan.Sedangkan syrup adalah hasil larutan
gula dengan air atau sari buah.Fungsi syrup dalam minuman adalah
sebagai pemberi tambahan pemanis, warna, dan pengaroma. Contoh:
symple syrup berasal dari gula pasir, Grenadine syrup berasal dari buah
delima, Prambos syrup dari buah raspberry
3. Tall drinks (minuman santai)
Tall drink banyak dikembangkan menjadi minuman-minuman
spesial yang menjadi unggulan di restoran. Jenis minuman ini seperti milk
shake, strawberry float, cola float, es soda gembira, vanilla blue, dan
macam-macam ice cream. Milkshake adalah salah satu jenis minuman tall
drink, mempunyai rasa manis dan dingin, yang terbuat dari susu, es krim
atau es susu, dan ditambahkan penyedap atau pemanis seperti sirup buah
atau saus cokelat. Milkshake biasanya disajikan dalam gelas tinggi
dengan straw. Dapat ditambahkan topping berupa whipped cream atau ice
cream. Dapat juga ditambahkan sprinkle dari cherries, jimmies, coconut,
crushed Oreos, and chopped brownies.
4. Stimulant (minuman perangsang)
Stimulant (Analeptics) atau minuman perangsang menghasilkan
berbagai macam efek dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat
dan perifer. Efek umum, yang bervariasi tergantung pada substansi yang
bersangkutan, mungkin termasuk meningkatkan kewaspadaan, kesadaran,
3
terjaga, daya tahan, produktivitas, dan motivasi, peningkatan gairah,
penggerak, denyut jantung, dan tekanan darah, dan persepsi suatu
persyaratan berkurang untuk makanan dan tidur. Stimulan Banyak juga
mampu memperbaiki suasana hati dan mengurangi kecemasan, dan
beberapa bahkan dapat menyebabkan perasaan euforia.Kategori minuman
stimulant yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat dan
perifer adalah minuman yang berupa coffee, tea, chocolate, and milk.
5. Nourishing (minuman bergizi)
Jenis minuman yang mengandung zat-zat makanan atau bergizi.
Minuman ini terbagi menjadi
a. Juice
merupakan cairan yang secara alami terkandung dalam jaringan buah
atau sayur yang segar. Juice diperoleh dengan cara mekanis yaitu
memeras daging buah segar atau sayuran tanpa menggunakan panas atau
pelarut. Misalnya, jus jeruk.Penyajian juice dapat disaring untuk
menghilangkan serat atau pulp atau bijinya seperti juice jambo, dan tanpa
disaring seperti juice wortel.
b. Sari buah
Sari buah merupakan sari dari buah dan sayuran yang diperoleh
dengan jalan memeras untuk mendapatkan airnya.Contoh sari buah jeruk,
sari buah anggur, sari buah tomat, sari buah nanas, sari buah papaya, sari
buah wortel dsb. Untuk menjaga agar sari buah tersebut tetap baik dan
segar, maka sebaiknya disimpan dalam ruangan yang bersuhu dingin
(10°C). Fungsi sari buah banyak digunakan sebagai bahan pencampur
untuk membuat minuman campauran (cocktail).
c. Sari alami
Sari alami adalah sari yang diperoleh dari tanaman tanpa ada campuran dari
bahan pengawet dan umumnya dapat langsung diminum. Misalnya: Air kelapa,
air rotan, air bambu, air kaktus.
2.1 Cara Pembuatan Minuman yang Baik
4
Cara Produksi Minuman yang Baik (CPMB) adalah suatu
pedoman yang menjalaskan cara memproduksi minuman agar bermutu,
aman dan layak untuk dikonsumsi. Dasar pertimbangan dibuatnya CPMB
adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 23/MenKes/SK/1978,
tertanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik dan
Buku Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Dirjen
POM Depkes RI 1996.
Tujuan penerapan CPMB antara lain untk melindungi keselamatan
dan kesehatan terhadap produksi dan peredaran makanan maupun
minuman yang tidak memenuhi syarat dan sebagai penuntun bagi
produsen makanan dan minuman untuk meningkatkan mutu hasil
produksinya. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi, bangunan, fasilitas
sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir,
laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan,
pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk serta
pelatihan dna pembinaan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.23/MenKes/SK/1978; Pedoman CPMB, 1996)
2.2 Lokasi
Lokasi pabrik harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran.
Lokasi yang dapat menimbulkan pencemaran antara lain daerah
persawahan atau rawa, daerah pembuangan kotoran dan sampah, daerah
kering dan berdebu, daerah berpenduduk padat, daerah kotor, dan daerah
penumpukan barang bekas, perusahaan lain, tempat tinggal atau fasilitas
lain yang bersamaan letak dan atau penggunaannya dengan bangunan,
pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan barang yang tidak teratur,
tempat penimbunan sampah, tempat bersembunyi atau berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain, dan tempat
yang memiliki saluran pembuangan air yang buruk sehingga terdapat
genangan air.
5
2.3 Bangunan
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis makanan dan
minuman yang diproduksi, sehingga memudahkan pembersihan, sanitasi,
dan pemeliharaan. 2.3.1 Tata ruang
Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan
ruangan pelengkap yang letaknya terpisah untuk menghindari pencemaran
terhadap makanan atau minuman yang diproduksi. Ruangan pokok harus
memiliki luas yang sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi, jenis dan
ukuran alat produksi, dan jumlah karyawan yang bekerja. Selain itu,
ruangan pokok harus mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai
dengan urutan proses produksi. Ruangan pelengkap harus memiliki luas
sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan harus mempunyai
susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi.
2.3.2 Lantai
Lantai untuk ruangan pokok harus rapat air, tahan terhadap air,
garam, asam, atau basa, dan bahan kimia tertentu, memiliki permukaan
yang rata dan halus, serta pertemuan antara lantai dengan dinding tidak
boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat dengan
air. Ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air, hendaknya
mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan dan
mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang pembuangan. Lantai
ruangan pelengkap harus rapat air, tahan terhadap air, dan memiliki
permukaan yang rata dan halus. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana
toilet harus mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran
pembuangan.
2.3.3 Dinding
Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat yaitu tidak
membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm
ke arah mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai. Pada
permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan
6
lama, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan dan sekurang-
kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air, tahan terhadap air,
garam, basa atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pertemuan antara
dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak boleh
membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air. Dinding
ruangan pelengkap harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk sudut
atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar
dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai harus rapat air. Pada
permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan
lama, tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan. Ruangan untuk
mandi, cuci dan sarana toilet selain harus memenuhi syarat untuk dinding
ruangan pelengkap, sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus
rapat air.
2.3.4 Atap dan Langit-langit
Atap pada ruangan pokok harus terbuat dari bahan yang tahan
lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan
pokok harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-
bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah
dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m,
memiliki permukaan dalam yang rata, berwarna terang, dan tidak mudah
mengelupas. Untuk tempat pengolahan yang menimbulkan atau
menggunakan uap air harus rapat air. Atap pada ruangan pelengkap harus
terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor.
Langit-langit pada ruangan pelengkap harus dibuat dari bahan yang tidak
mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak
retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai
sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata dan
berwarna terang.
2.3.5 Pintu
Ruangan pokok harus memiliki pintu yang terbuat dari bahan yang
tahan lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan
7
mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar.
Pintu ruangan pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama,
memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, serta dapat ditutup dengan baik.
2.3.6 Jendela
Jendela yang digunakan harus memenuhi syarat terbuat dari bahan
yang tahan lama, permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, sekurang-kurangnya setinggi 1 meter dari lantai, dan
memiliki luas yang sesuai dengan besarnya bangunan.
2.3.7 Penerangan, Ventilasi dan Pengaturan Suhu
Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan pelengkap
harus memiliki penerangan yang sesuai dengan keperluan dan persyaratan
kesehatan. Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan
pelengkap, baik secara alami maupun buatan, harus memenuhi syarat,
yaitu:
a. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan
uap, gas, asap, bau, debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan.
b. Dapat mengatur suhu yang diperlukan.
c. Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan.
d. Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam
ruangan serta mudah dibersihkan.
2.4 Fasilitas Sanitasi
Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat
berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene.
2.4.1. Sarana Penyediaan Air
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang
pada pokoknya terdiri dari sumber air, perpipaan pembawa, tempat
persediaan air, dan perpipaan pembagi. Sarana penyediaan air harus dapat
menyediakan air yang cukup bersih sesuai dengan kebutuhan produksi
pada khususnya dan kebutuhan perusahaan pada umumnya. Pemasangan
8
dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.2 Sarana Pembuangan
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada
pokoknya terdiri dari saluran dan tempat pembuangan sampah, tempat
buangan padat, sarana pengolahan buangan, dan sarana pembuangan
buangan yang terolah. Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan
membuang buangan padat, cair, dan gas yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Pemasangan dan bahan sarana pembuangan
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Persyaratan untuk sarana toilet antara lain:
a. Memiliki letak yang tidak terbuka langsung ke ruang proses
pengolahan.
b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan.
c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci
tangan dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet serta
disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.
Persyaratan untuk sarana cuci tangan antara lain:
a. Ditempatkan pada lokasi yang diperlukan.
b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulang kali.
dengan sabun atau deterjen, handuk untuk mengeringkan tangan dan
tempat sampah yang bertutup.
c. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.
2.5 Peralatan Produksi
Alat Produksi Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk
memproduksi makanan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene, serta memenuhi syarat lain yaitu sesuai dengan
jenis produksi, permukaan yang berhubungan dengan makanan atau minuman
harus halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air
dan tidak berkarat, tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau
9
fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, serta alatnya mudah
dibersihkan.
2.6 Bahan
Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang
digunakan untuk memproduksi makanan dan minuman tidak boleh
merugikan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan,
dan sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik,
fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi.
2.7 Proses Pengolahan
Proses Pengolahan Setiap jenis produk harus ada formula dasar
yang menyebutkan antara lain:
a. Jenis bahan yang digunakan (bahan baku, bahan tambahan, dan
bahan penolong) serta persyaratan mutunya.
b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan.
c. Tahap-tahap proses pengolahan.
d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses
pengolahan
e. Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan.
f. Uraian mengenai wadah, label, serta cara pewadahan dan
pembungkusan.
g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir. Untuk
setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk
protokol pembuatan yang menyebutkan antara lain nama
makanan, tanggal pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah
bahan yang digunakan, tahap-tahap pengolahan dan hal-hal yang
harus diperhatikan selama proses pengolahan, jumlah hasil
pengolahan dan hal lain yang dianggap perlu.
2.8 Produk Akhir
10
Produk akhir tidak boleh merugikan kesehatan dan harus
memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum diedarkan harus
dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi,
dan atau biologi. Produk akhir yang persyaratannya belum ditetapkan oleh
menteri, persyaratannya ditentukan sendiri oleh pabrik yang bersangkutan
tetapi tetap mengacu pada peraturan menteri kesehatan.
2.9 Laboratorium
Perusahaan yang memproduksi jenis makanan atau minuman
tertentu yang ditetapkan oleh menteri harus memiliki laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan, dan
bahan penolong yang digunakan, serta produk akhir. Pemeriksaan yang
dilakukan harus ada protokol yang menyebutkan nama makanan, tanggal
pembuatan, tanggal pengambilan contoh, jumlah contoh yang diambil,
kode produksi, jenis pemeriksaan yang dilakukan, kesimpulan
pemeriksaan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap perlu.
2.10 Karyawan
Karyawan yang bekerja di perusahaan harus memenuhi syarat antara lain:
a. Memiliki kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya
b. Bebas dari luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap hasil produksi
c. Diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala
d. Mengenakan pakaian kerja, termasuk sarung tangan, tutup kepala, dan
sepatu yang sesuai
e. Mencuci tangan di bak cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan;
f. Menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau
melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap
produk makanan dan minuman, serta tidak merugikan karyawan lain.
Perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman harus
menunjuk dan menetapkan penanggung jawab untuk bidang produksi dan
pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas dan
11
tanggung jawabnya, serta diharapkan penanggung jawab bidang produksi
tidak merangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu.
2.11 Wadah dan Pembungkus
Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman
harus memenuhi persyaratan antara lain; dapat melindungi dan mempertahankan
mutu isinya terhadap pengaruh dari luar; tidak berpengaruh terhadap isi; dibuat
dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu
kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan; menjamin keutuhan dan keaslian
isinya; tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan
peredaran; tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen. Sebelum
Digunakan, wadah harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi, serta steril bagi jenis
produk yang diisi secara aseptik.
2.12 Label
Label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan,
yang dibuat dengan ukuran, kombinasi warna, dan atau bentuk yang
berbeda untuk jenis makanan, agar mudah dibedakan.
2.13 Penyimpanan
Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus
disimpan terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga,
binatang pengerat, dan atau binatang lain, cukup penerangan, memiliki peredaran
udara yang baik, dan pada suhu yang sesuai. Selain itu, bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus ditandai dan ditempatkan
sedemikian rupa, serta disimpan dengan sistem kartu. Bahan berbahaya seperti
insektisida, rodentisida, desinfektan, dan bahan yang mudah meledak harus
disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa, sehingga tidak
membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong,
12
dan produk akhir. Wadah dan pembungkus yang akan digunakan harus disimpan
secara rapi di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran. Label harus
disimpan dengan baik dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan
dalam penggunaan. Alat dan perlengkapan produksi, yang telah dibersihkan dan
dilakukan sanitasi, yang belum digunakan harus disimpan sedemikian rupa agar
terlindung dari debu atau pencemaran lain.
2.14 Pemeliharaan
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan disanitasi secara
berkala, agar selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pihak
pabrik harus melakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang
pengerat, unggas, dan binatang lain ke dalam bangunan. Pembasmian jasad renik,
serangga, dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida,
atau rodentisida harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak mengganggu
kesehatan manusia dan tidak mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan
penolong, dan produk akhir. Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikubur,
dibakar, atau diolah, sehingga aman bagi lingkungan. Buangan air harus diolah
dahulu sebelum dialirkan keluar pabrik, sedangkan buangan gas harus diatur atau
diolah sedemikian rupa supaya aman bagi lingkungan dan tidak mengganggu
kesehatan karyawan. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi
makanan yang berhubungan langsung dengan makanan, harus dibersihkan dan
disanitasi secara teratur supaya tidak mencemari produk akhir, sedangkan alat
dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang tidak
berhubungan langsung dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih. Alat
pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi harus
dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau
dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan
maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus
bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke tempat
tujuan.
2.15 Dokumentasi dan Pencatatan
13
Dokumentasi dan pencatatan yang baik bermanfaat bagi perusahaan
dalam meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk, mencegah produk
melampaui batas kadaluarsa, dan meningkatkan kredibilitas dan keefektifan
sistem pengawasan makanan. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi dan
pencatatan yang lengkap mengenai hasil produksinya sebagai penelusur suatu
produk. Catatan yang diperlukan mencakup tetapi tidak terbatas pada cara
produksi atau tahap-tahap proses pengolahan, jumlah dan tanggal produksi dan
distribusi produk yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain. Catatan yang
lengkap dan teliti sebaiknya disimpan selama suatu periode tertentu yang
melebihi masa simpan produk.
2.16 Syarat-Syarat Penetapan Kualitas Air
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus.
Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan
agar terhindar dari gangguan kesehatan. Syarat-syarat kualitas air yang
berhubungan dengan kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan
perkembangan teknologi dan upaya kesehatan serta kebutuhan
masyarakat dewasa ini. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu
ditetapkan kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dengan
Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat-syarat kualitas air minum
harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif. Pengawasan kualitas air
bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang
dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan
kualitas air.
2.16.1 Persyaratan fisik
14
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik
sebagai berikut:
a. Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan.
b. Temperaturnya normal Air yang baik harus memiliki temperatur sama
dengan temperatur udara (20- 26 0C). Air yang secara mencolok
mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti
mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol yang terlarut di dalam air
cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi
bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
c. Rasanya tawar Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa
asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
d. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
e. Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-
butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid
maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan
unit.
f. Tidak mengandung zat padatan Air minum yang baik tidak boleh
mengandung zat padatan walaupun jernih,air yang mengandung padatan
yang terapung tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air
didihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air
minum.
2.16.2 Persyaratan kimia
15
Kualitas air minum tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut:
a. pH netral Derajat keasaman air minum harus netral ,tidak bersifat
asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam.
Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut.Segala pH diukur
dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila
pH di bawah 7, berarti air bersifat asam. Bila di atas 7, berarti basa
(rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik
tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida dan
fenolik.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam Air yang berkualitas
baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K,
Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.
d. Kesadahan rendah Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-
garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik Kandungan bahan organik dalam
air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Bahan-bahan inorganik itu seperti NH4, H2S, SO4 2-
2.16.3 Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologi pada air adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar
melalui air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes,
phyloplankton coliform, dadocera.
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Produksi Minuman yang Baik
Cara Produksi Minuman Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi minuman agar bermutu, aman, dan layak untuk
dikonsumsi. Tujuan penerapan CPMB antara lain untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan terhadap produksi dan peredaran minuman yang tidak memenuhi
syarat dan sebagai penuntun bagi produsen makanan dan minuman untuk
meningkatkan mutu hasil produksinya. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi,
bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk
akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan,
pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan.
3.2 Pengawasan Mutu Sebelum Produksi
3.2.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku
17
Bagian ini berperan penting pada awal keputusan apakah suatu bahan
yang akan digunakan selama proses produksi layak untuk digunakan, diterima
atau ditolak untuk digunakan. Bahan-bahan yang ditolak akan dikembalikan pada
perusahaan pemasok (supplier).
3.2.2 Pengawasan Mutu bahan Pengemas
Bahan pengemas bisa berupa kertas, kaleng dan tutup, botol plastik dan
tutup, karton, sedotan dan sejenisnya. Proses pemeriksaan dilakukan dengan cara
pengukuran dan pemeriksaan visual. Missal pemeriksaan pada botol dan tutup
botol yang digunakan, Pemeriksaan dengan cara pengukuran dilakukan untuk
mengetahui dimensi dari botol dan tutup baru, sedangkan pemeriksaan secara
visual dilakukan untuk jenis-jenis cacat yang terdapat pada botol dan tutup baru
sesuai dengan jenis cacatnya seperti yang tercantum pada standar kualitas barang
yang diterima (Acceptable Quality Levels /AQL). Untuk keperluan proses
pemeriksaan botol dan tutup baru, diperlukan beberapa sampel botol dan tutup.
Dalam pengambilan sampel botol dan tutup dari setiap kedatangan, sampel
diambil secara acak (random) dengan jumlah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam standar kualitas barang yang diterima (Acceptable Quality
Levels /AQL) yang telah disepakati oleh pabrik pembuat botol dan tutup.
3.2.3 Pemeriksaan mutu bahan tambahan pangan
Barang yang diterima dari suplier atau produsen dari negara asal
dilakukan pemeriksaan, yaitu sertifikat halalnya masih berlaku atau tidak (diakui
oleh LP POM MUI), kondisi kemasan dan keutuhan segel, memriksa nomor
batch atau kode produksi dan disesuaikan antara bentuk fisik dengan sertifikat
analisisnya (Certificate of Analyze), memastikan dan mencatat tanggal
kadaluarsa, serta memeriksa secara visual meliputi bau, warna dan bentuknya.
3.2.4 Pengolahan air
Pengolahan air dilakukan untuk memastikan air yang digunakan
memenuhi standar mutu air minum dan memenuhi syarat.
Proses pengolahan air diawali dengan mengolah air yang berasal dari
penampungan (reservoir) pada potablok. Potablok merupakan tangki
pengendapan dengan kapasitas sebesar 30 m3. Bagian dalam potablok memiliki
18
kisi yang berfungsi untuk penambahan larutan klorin dengan perbandingan klorin
dan air sebesar 1:4. Penambahan klorin membantu dalam mengendapkan kotoran
yang terbawa dari penampungan (reservoir), menghilangkan bau, menghilangkan
mikroba, dan mengikat mineral terutama Fe dan Mn. Kisi lainnya berfungsi
untuk homogenasi klorin dan air, sedimentasi, serta penampungan air yang siap
untuk difiltrasi. Air dari potablok selanjutnya mengalami proses filtrasi yaitu
filtrasi pasir dan filtrasi karbon. Proses pengolahan filtrasi pasir berfungsi untuk
menyaring padatan yang tidak terlarut air dan menyaring endapan Fe serta Mn.
Filtrasi pasir dilakukan dengan memanfaatkan pasir silika yang berada
didalamnya. Setelah proses filtrasi pasir kemudian dilanjutkan ke proses filtrasi
karbon. Filtrasi karbon berfungsi menyaring kotoran yang masih terbawa hingga
proses filtrasi pasir. Bahan yang digunakan untuk menyaring berupa karbon aktif
seperti arang kelapa impor. Karbon aktif ini berfungsi untuk menjernihkan air
dan menurunkan kadar klorin.
3.3 Pengawasan Mutu selama Produksi
Pengawasan mutu selalma produksi meliputi pengawasan ekstraksi bahan
baku, penyaringan, pelarutan, pencampuran, hingga pengemasan serta kegiatan
lain terkait produksi
3.4 Pengawasan Mutu Setelah Produksi
Analisis yang dilakukan pada bagian ini meliputi pemeriksaan terhadap
mutu dari hasil produk jadi. Pemeriksaan yang dilakukan untuk produk jadi yaitu
dilakukan pengamatan secara visual terhadap kemasan apakah terjadi kebocoran
ataupun penggembungan dan juga kode pada kemasan (coding). Kode yang
tertera tidak boleh terhapus dan jelas terbaca. Selain itu, diperiksa juga derajat
kemanisan, keasaman (untuk produkyang memiliki rasa asam), pemeriksaan
mikrobiologi juga dilakukan di tahap ini
3.5 Peran, fungsi dan Tugas Apoteker di Industri
Adapun peran Apoteker di Industri seperti yang di sarankan oleh WHO yaitu
Eight Star of Pharmacist yang meliputi
19
1. Care Giver
2. Decisison maker
3. Comunicator
4. Leader
5. Manager
6. Long life learner
7. Teacher
8. Researcher
Peran-peran tersebut diterapkan didalam fungsi-fungsi industrial yang
diperlukan yaitu manajemen produksi, pemastian manajamen mutu, registrasi
produk, pemasaran produk dan pengembangan produk.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Cara Produksi Minuman Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi minuman agar bermutu, aman, dan layak
untuk dikonsumsi. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi, bangunan, fasilitas
sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir,
laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan,
pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan.
2. Proses Cara Produksi Minuman yang Baik dimulai dari Pengawasan mutu
sebelum produksi yang meliputi pengawasan mutu bahan baku, pengawasan
mutu bahan pengemas, Pemeriksaan mutu bahan tambahan, pengolahan air.
Pengawasan mutu selama produksi meliputi meliputi pengawasan ekstraksi
bahan baku, penyaringan, pelarutan, pencampuran, hingga pengemasan serta
20
kegiatan lain terkait produksi dan pengawasan mutu setelah produksi
meliputi pemeriksaan visual, fisika, kimia serta mikrobiologi
3. Adapun Peran Apoteker yang diterapkan didalam fungsi-fungsi industrial
yang diperlukan yaitu manajemen produksi, pemastian manajamen mutu,
registrasi produk, pemasaran produk dan pengembangan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes nomor 75/M-IND/PER/7/2010 Tentang Pedoman Cara Produksi
Olahan yang Baik (Good Manufacturing Practice)
PT Sinar Sosro. (2005). Company and Product Knowledge. Jakarta: PT
Sinar Sosro.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Peran Apoteker di Industri Farmasi ChaterII.pdf-USU Institutional
Repository. Repository.usu.ac.id>bitstream
21