103
i CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA TUTURAN TOKOH PARIYEM DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Ayu Primasandi NIM: 074114009 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

  • Upload
    buitu

  • View
    262

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

i

CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA

PADA TUTURAN TOKOH PARIYEM

DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM

KARYA LINUS SURYADI AG

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Ayu Primasandi

NIM: 074114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

JULI 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

vi

Tulisan ini saya persembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku tercinta,

terima kasih atas cinta dan hidup yang kalian bagi padaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

vii

ABSTRAK

Primasandi, Ayu. 2011. “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia

pada Tuturan Tokoh Pariyem dalam Novel Pengakuan Pariyem Karya

Linus Suryadi Ag”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra

Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian tentang campur kode pada tuturan tokoh Pariyem dalam Novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag ini memiliki dua tujuan sebagai

berikut. Pertama, mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi

dalam Novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Kedua,

mendeskripsikan latar belakang sebab-sebab terjadinya campur kode dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap

pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

Data diperoleh dengan metode simak, yaitu campur kode pada tuturan tokoh

Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem. Teknik lanjutan dari metode simak

tersebut adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti berperan sebagai

pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa tuturan yang bahasanya sedang

diteliti. Teknik simak bebas libat cakap ini dilaksanakan dengan teknik catat, yaitu

mencatat data pada kartu data. Analisis data dilakukan dengan metode padan

referensial, metode padan pragmatik, dan metode padan translasional. Teknik

yang digunakan pada metode ini adalah teknik hubung banding menyamakan hal

pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok ini digunakan untuk

menemukan campur kode yang digunakan dalam novel Pengakuan Pariyem. Data

yang sudah dianalisis disajikan dengan metode informal, yaitu penyajian hasil

analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang apabila dibaca dapat

langsung dipahami.

Hasil penelitian tentang campur kode pada tuturan tokoh Pariyem dalam

novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag ini adalah sebagai berikut.

Pertama, campur kode meliputi satuan lingual kata, frasa, baster, bentuk ulang,

dan peribahasa. Campur kode berupa kata meliputi kata benda (nomina), kata

kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. Campur kode yang berupa kata

benda meliputi kata benda yang menyatakan sapaan, kata benda yang menyatakan

nama benda, dan kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan

pekerjaan. Campur kode berupa kata kerja terjadi pada kata kerja yang

menyatakan aksi atau perbuatan dan kata kerja yang menyatakan keadaan.

Campur kode berupa kata sifat terjadi pada kata sifat yang menyatakan penilaian,

kata sifat yang menyatakan perasaan batin, dan kata sifat yang menyatakan warna.

Campur kode berupa kata tugas hanya ditemukan yang berupa artikel yaitu, ta,

lho, ha, lha, dan ya.

Campur kode berupa frasa meliputi frasa nomina, frasa verba, frasa

preposisional, dan frasa adverbia. Campur kode berupa baster terjadi pada pola

awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

viii

ulang meliputi bentuk dasar, bentuk berimbuhan, bentuk berubah bunyi, dan

bentuk semu. Campur kode berupa peribahasa meliputi pepatah, perumpamaan,

dan ungkapan.

Kedua, campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem dilatarbelakangi oleh

dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan

meliputi faktor low frequency of word dan faktor oversight. Faktor non-

kebahasaan meliputi faktor need for synonim, faktor social value, faktor situasi

formal, dan faktor kebiasaan. Selain itu karena adanya tingkat tutur bahasa Jawa,

yaitu tingkat tutur krama inggil, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur ngoko.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

ix

ABSTRACT

Primasandi, Ayu. 2011. “Code Mixing of Javanesse language to the Indonesian

Language of the Speech Acts of Pariyem in Linus Suryadi Ag’s Novel

Pengakuan Pariyem”. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letters

Study Programme, Department of Indonesian Letters, Faculty of

Letters. Sanata Dharma University.

This research on code mixing of the speech acts of Pariyem as the main

character in Linus Suryadi Ag’s novel Pengakuan Pariyem has two aims as

follows. First, to describe on what lingual units code mixing appears in Linus

Suryadi Ag’s Pengakuan Pariyem. Second, to describe the backgrounds of the

code mixing appearances in Linus Suryadi Ag’s Pengakuan Pariyem.

This research uses three strategic steps, which are: the data collection step,

the data analysis step, and the presentation on the data analysis results step. On the

data collection step, the data are collected through scrutinizing method, which is

by scrutinizing the uses of language and code mixing of Pariyem’s speech acts in

Pengakuan Pariyem. The advanced technique of scrutinizing method is

conversation-free scrutinizing technique, on which the writer only has the role of

an observer and is not involved in the speech acts that are being scrutinized.

Conversation-free scrutinizing technique uses note-taking technique to take notes

of the data using data cards. The analysis on the data is done by using equal

referential method. Equal-related technique is used to find the code mixing

appeared in the novel Pengakuan Pariyem. The data that have been analyzed are

presented using informal method, which is by presenting the data analysis results

through common words that can be directly understood to read.

The results of this research on code mixing of the speech acts of Pariyem as

the main character in Linus Suryadi Ag’s novel Pengakuan Pariyem are found as

follows. First, code mixing includes words lingual units, phrases, basters,

repetitions, and proverbs. Code mixing as words includes nouns, verbs, adjectives,

and adverbs. Code mixing as nouns includes nouns showing greetings, nouns

showing names of things, and nouns showing the doers or the people doing

actions. Code mixing as verbs includes verbs showing actions and verbs showing

states. Code mixing as adjectives includes adjectives showing judgments,

adjectives showing feelings, and adjectives showing colours. Code mixing as

adverbs are only found in articles, such as ta, lho, ha, lha, and ya.

Code mixing as phrases includes noun phrases, verb phrases, prepositional

phrases, and adverbial phrases. Code mixing as basters happens on the patterns as

follows: prefix + word, word + suffix, and phrase + suffix. Code mixing as

repetitions includes basic repetitions, affixed repetitions, sound change quasi-

repetitions, and quasi-repetitions. Code mixing as proverbs includes aphorisms,

parables, and idioms.

Second, code mixing in the novel Pengakuan Pariyem happens because of

two factors, linguistic and non-linguistic factors. Linguistic factors cover low

frequency of word factors and oversight factors. Non-linguistic factors include

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

x

need for synonim factors, social value factors, formal situation factors, and

habitual factors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

xi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terima kasih dan puji syukur

yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Selain dukungan yang istimewa dari Yang Maha Punya, tugas akhir ini

tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak yang dengan setia

dan penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak terima kasih

penulis ucapkan kepada:

1. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar

menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi yang baik bagi

penulis selama penulisan tugas akhir,

2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan

sabar memberi masukan dan motivasi bagi penulis,

3. Bapak dan Ibu dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E.

Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih, M.Hum., Drs. F.X. Santosa,

M.S., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Drs. Yoseph Yapi Taum,

M.Hum., terima kasih atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman

selama penulis menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia,

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran

mencari informasi akademik selama penulis kuliah,

5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, tempat menemukan referensi

tambahan yang mendukung penulisan tugas akhir,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

xii

6. Keluarga tercinta, Bapak Mathias Sugeng Riyadi dan Ibu Anastasia Kris

Riyani, yang selalu berdoa, sabar, penuh cinta, dan percaya atas pilihan

minat studi penulis, serta adik yang baik, Adita Primasti Putri,

7. Yohanes Carol & Theresia Denty, sahabat terbaik dan saudara

seperjuangan yang tak henti-hentinya membagi kasih dan kerelaan bagi

penulis kemarin, saat ini, dan seterusnya,

8. Teman-teman angkatan 2007, Fitri Nganthi Wani, Maria Vinora, Rosa

Sekar Mangalandum, Petrus Sepi Kogoya, Bitbit Pakarisa, Elisabet

Adinda, dan lain-lain yang dalam suka dan duka tetap kompak dan saling

mendukung,

9. Teman-teman Kos Legi 1 terutama Florentina Noviani, Irene Ossi, Sylvia

Puput, dan Cyrilla Sarah atas hari-hari bersama-sama mengerjakan skripsi,

dan

10. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari

penulis, tugas akhir ini masih belum sempurna. Segala kekurangan,

ketidaktelitian, dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab

penulis sepenuhnya. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.

Yogyakarta, 30 Juni 2011

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. vi

ABSTRAK................................................................................................................. vii

ABSTRACT................................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR............................................................................................... xi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 6

1.5 Tinjauan Pustaka......................................................................................... 7

1.6 Landasan Teori........................................................................................... 10

1.6.1 Pengertian Bilingualisme............................................................... 10

1.6.2 Pengertian Campur Kode dan Alih Kode...................................... 11

1.6.3 Jenis Campur Kode berdasarkan Satuan Lingual........................... 12

1.6.4 Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Campur Kode......................... 13

1.7 Metode Penelitian....................................................................................... 17

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data.............................................................. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

xiv

1.7.2 Tahap Analisis Data....................................................................... 18

1.7.3 Tahap Penyajian Analisis Data...................................................... 20

1.8 Sistematika Penyajian................................................................................ 20

BAB II CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL

DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM..................................... 22

2.1 Pengantar............................................................................................ 22

2.2 Kuantitas Penggunaan Campur Kode di dalam Novel Pengakuan

Pariyem............................................................................................. 22

2.3 Bentuk Campur Kode dalam Novel Pengakuan Pariyem

berdasarkan Satuan Lingualnya........................................................ 24

2.3.1 Campur Kode berupa Kata.................................................... 24

2.3.2 Campur Kode berupa Frasa................................................... 34

2.3.3 Campur Kode berupa Baster................................................. 38

2.3.4 Campur Kode berupa Bentuk Ulang..................................... 40

2.3.5 Campur Kode berupa Peribahasa.......................................... 42

BAB III LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN CAMPUR KODE DALAM

NOVEL PENGAKUAN PARIYEM.......................................................... 45

3.1 Pengantar.................................................................................................... 45

3.2 Faktor Kebahasaan...................................................................................... 45

3.2.1 Low Frequency of Word................................................................... 46

3.2.2 Oversight.......................................................................................... 48

3.3 Faktor Non-Kebahasaan............................................................................. 50

3.3.1 Need For Synonim............................................................................ 50

3.3.2 Social Value...................................................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

xv

3.3.3 Adanya Situasi Formal..................................................................... 52

3.3.4 Faktor Kebiasaan.............................................................................. 53

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 56

4.1 Kesimpulan................................................................................................. 56

4.2 Saran........................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 59

LAMPIRAN I ............................................................................................................ 62

LAMPIRAN II........................................................................................................... 72

TENTANG PENULIS............................................................................................... 86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa dalam penggunaannya merupakan modal utama demi terjalinnya

sebuah komunikasi. Bahasa dalam penggunaannya juga sudah melekat dalam diri

penutur. Hal ini sesuai dengan pendapat Lyons (1995:2) bahwa bahasa adalah

sesuatu yang cenderung kita anggap sudah benar dan semestinya; sesuatu yang

sudah kita kenal sejak kecil dengan mempraktikkannya dan tanpa memikirkannya.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,

penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu bahasa lisan

dan bahasa tulis (Sugono, 2002: 14). Penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis

saat ini diakui telah mendapat pengaruh dari bahasa nusantara dan bahasa asing.

Namun, selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing ke

dalam bahasa Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman

dalam kosa kata atau bangun kalimat, maka gejala itu dianggap wajar (Tim

Depdikbud, 1997:8).

Pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing ke dalam

bahasa Indonesia tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut

terjadinya percampuran bahasa tersebut disebut campur kode (Nababan, 1991:32).

Di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan

dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat

dalam suatu peristiwa tutur hanyalah berupa serpihan-serpihan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

2

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan

suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan, disisipi dengan unsur

bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur,

seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan rasa keagamaan. Biasanya,

ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi

karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada

padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun

hanya mendukung satu fungsi.

Fenomena bahasa berupa campur kode dalam ragam bahasa tulis tersebut

terdapat pada novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Novel ini

mengisahkan seorang tokoh bernama Pariyem, seorang pembantu sebuah keluarga

kaya di Yogyakarta. Tokoh Pariyem secara berulang-ulang menceritakan latar

belakang asalnya, di mana dan kapan dia dilahirkan, bahkan penggambaran situasi

ketika dia dilahirkan. Novel ini mengangkat latar cerita dengan budaya Jawa yang

terlihat dari penggambaran latar belakang tokoh, penggambaran latar situasi

tempat dan waktu, serta tuturan-tuturan dalam penceritaan.

Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1981. Novel ini merupakan

karya sastra yang unik karena berupa prosa lirik. Linus Suryadi, sang pengarang,

begitu banyak memasukkan unsur Jawa ke dalamnya. Novel ini pertama kali

diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul De Bekentenis van Pariyem pada

tahun 1985 yang diterjemahkan oleh Maria Thermorshuizen.

Linus Suryadi Ag sebagai pengarang novel Pengakuan Pariyem memulai

karyanya pada sekitar tahun 1970-an dengan 400 buah puisi. Beliau sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

3

menulis di bawah pengaruh tulisan-tulisan Goenawan Moehamad, Sapardi Djoko

Damono, dan Taufik Ismail. Akhirnya beliau mengambil ciri khas tulisannya

sendiri yang tampak dari karya-karyanya yang sarat akan suasana kejawaan.

Bahkan menurut Ashadi Siregar dalam bagian akhir novel Pengakuan Pariyem

(2002:313), bagi Linus, aspek kebudayaan Jawa merupakan sesuatu yang sangat

besar untuk dimaksimalkan penggunaannya bagi karya sastranya.

Novel Pengakuan Pariyem merupakan karya sastra yang masterpiece pada

sekitar tahun 80-an. Karena menjadi idola pada tahunnya, prosa lirik ini

diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa seperti, bahasa Belanda dengan judul De

Bekentenis van Pariyem oleh Maria Thermorhuizen, bahasa Inggris dengan judul

Pariyem‟s Confession oleh Jennifer Mary Lindsay, dan dalam bahasa Perancis

yang diterjemahkan oleh Henri Chambert-Loir atas dukungan UNESCO menjadi

Les Confession de Pariyem. Beberapa paragraf terjemahan karya ini terdapat di

Menagerie, no.1, Lontar Foundation, Jakarta, 1992. Karya ini menjadi salah satu

karya yang terkenal dan fenomenal pada waktu itu karena karya ini berupa prosa

lirik dan mempelopori munculnya banyak karya sastra yang bersifat kedaerahan.

Linus Suryadi secara dominan menuangkan khas kedaerahan Jawa pada karya-

karyanya, tidak hanya dalam novel Pengakuan Pariyem yang berupa prosa lirik,

namun juga dalam beberapa esai seperti Regol Megal-Megol, Nafas Budaya

Yogya, Dari Pujangga ke Penulis Jawa, dan Tirta Kamandanu.

Linus Suryadi, selaku pengarang, memiliki latar belakang Jawa. Beliau lahir

dan besar di Dusun Kadisobo, Sleman, 15 kilometer dari Yogyakarta. Kedua

orang tuanya adalah petani Jawa. Tidak heran jika Pengakuan Pariyem menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

4

sebagian dari hidup Linus selaku pengarang. Di dalam novel tersebut, Linus

bercerita dengan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Jawa.

Contoh campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi

Ag adalah sebagai berikut

(1) O, manakah iman, manakah wewaler Tuhan

Bila nyawa tak punya lagi tempat aman? (hal 17)

(2) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

di pinggir sumur saya nembang (hal 19)

Pada contoh (1) terdapat kata wewaler ‗larangan, pamali, pantangan‘ berasal dari

kata bahasa Jawa. Pada contoh (2) terdapat kata Gusti nyuwun ngapura ‗Tuhan,

mohon ampun‘ berasal dari klausa bahasa Jawa. Pada contoh ini juga terdapat

kata nembang ‗menyanyikan lagu‘ yang berasal dari kata bahasa Jawa.

Alasan pertama dalam pemilihan topik campur kode pada tuturan tokoh

Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem ini yaitu karena penulis ingin

mengetahui pada satuan lingual apa saja campur kode dalam novel ini terjadi.

Berikut contoh tuturan Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem,

(3) Saya tak tahu apa jawabannya,

Tapi coba, sampeyan permalukan

di tengah-tengah banyak orang. (hal 56)

(4) Saya sudah punya ngelmu krasan, kok

ngelmu hidup yang sudah ditinggalkan. (hal 54)

(5) Sikap congkak dan sombong diri

tanda orang itu kurang pekerti

“Wani ngalah luhur wekasanipun” (hal 49)

Pada contoh (3) terdapat kata bahasa Jawa berupa kata dasar sampeyan ‗anda‘.

Pada contoh (4) terdapat ungkapan ngelmu krasan ‗ilmu untuk bertahan

(beradaptasi) di lingkungan baru‘ dari bahasa Jawa. Pada contoh (5) terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

5

perumpamaan wani ngalah luhur wekasanipun „orang yang rendah hati dan

mengalah akan dimuliakan‟.

Alasan Kedua dari pemilihan topik tentang campur kode pada tuturan tokoh

Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem adalah penulis ingin mengetahui latar

belakang penggunaan campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem ini. Berikut

contohnya:

(6) Fajar telah terbit di timur

Sejak subuh hari para tamu pun pulang

Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Ayu

esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta. (hal 210)

(7) Betapa senangnya hati saya

nDoro Putri tidur seamben dengan saya

Dia betah dan krasan tinggal di desa

dan, O, makan dan jajan apa adanya

Tak pernah mencacat, dia nrima saja betapa senangnya hati saya (hal

211)

Pada contoh (6) pengarang menggunakan istilah esuk uthuk-uthuk ‗pagi-pagi buta‘

untuk menggambarkan keadaan pagi pada latar penceritaan yang tidak terlalu

subuh namun juga belum terlalu pagi. Penjelasan latar situasi penceritaan ini lebih

memilih menggunakan bahasa Jawa karena merupakan kebiasaan untuk

menceritakan situasi pagi hari yang digambarkan dalam cerita. Pada contoh (7)

pengarang menggunakan istilah seamben ‗seranjang‘, krasan ‗betah‘, dan nrima

‗menerima‘ karena ingin menunjukkan bahwa penutur yang merupakan seorang

pembantu memiliki kesantaian dalam berbicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1.2.1 Dalam satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag?

1.2.2 Mengapa terjadi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya

Linus Suryadi Ag?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan umum untuk menganalisis fenomena campur kode penggunaan bahasa

Indoenesia, dalam hal ini akan diteliti terjadinya penggunaan bahasa Indonesia

yang menggunakan unsur bahasa Jawa. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag

1.3.2 Mendeskripsikan sebab-sebab terjadinya campur kode dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan

praktis. Secara teoretis manfaat yang didapat adalah mempertegas kajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

7

sosiolingustik dan stilistika. Pada penegasan kajian sosiolinguistik, penelitian ini

diharapkan dapat menguatkan bahwa latar belakang seseorang penutur dapat

mempengaruhi tuturan yang digunakannya. Dalam hal ini, latar belakang budaya,

sosial, agama, lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan memperkuat bagaimana

seseorang bertutur. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan

kajian stilistika, yakni bahwa dengan penggunaan bahasa daerah, yang secara

khusus tampak dalam penelitian ini adalah bahasa Jawa, dapat memunculkan

keindahan dan sopan santun dalam bertutur. Penggunaan campur kode ini juga

menunjukkan adanya keinginan untuk mengungkapkan makna dengan lebih tepat.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk

membaca tindak campur kode yang muncul pada karya sastra lain selain novel

Pengakuan Pariyem. Selain itu, pembaca juga bisa memiliki pemahaman

mengapa terkadang dalam komunikasi terjadi tindak campur kode.

1.5 Tinjauan Pustaka

Campur kode pernah diteliti sebelumnya oleh Ekayanti (2004) dalam

skripsinya yang berjudul ―Campur Kode dalam Novel Belantik karya Ahmad

Tohari‖ yang meneliti beberapa permasalahan, yakni, (1) jenis-jenis campur kode

apa yang terdapat dalam Novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan satuan

lingualnya, (2) jenis-jenis campur kode apa yang terdapat dalam Novel Belantik

karya Ahmad Tohari berdasarkan bahasanya, (3) makna satuan lingual yang

tercampur, dan (4) faktor penyebab terjadinya campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

8

Hendriawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul ―Campur Kode pada

Penulisan Blog www.seleb.tv‖ menulis bahwa campur kode terjadi bila seorang

penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan yang mendukung suatu

tuturan disisipi oleh unsur bahasa lainnya. Permasalahanan yang dibahas dalam

skripsinya, yakni (1) apa sajakah jenis campur kode, (2) apa sajakah wujud

campur kode, dan (3) faktor apakah yang melatarbelakangi terjadinya campur

kode.

Yuniawan dalam jurnal Humaniora, Volume 17 No.1 (2005: 89-99) menulis

tentang ―Campur Kode pada Masyarakat Etnik Jawa-Sunda: Kajian

Sosiolinguistik dalam Ranah Pemerintahan di Kabupaten Brebes‖. Pada penelitian

ini, Yuniawan menemukan wujud campur kode masyarakat etnik Jawa-Sunda

yang berada dalam ranah pemerintahan, yang terdiri dari (1) campur kode BJw-dB

dalam BI, (2) campur kode BS-dB dalam BI, (3) campur kode BJw-dB dalam BS-

dB, (4) campur kode BS-dB dalam BJw-dB, (5) campur kode BJw-Ng dalam BI,

dan (6) campur kode BJw-Kr dalam BI.

Setyawati dalam jurnal Jalabahasa, Volume 6, No.1 (2010:63-72) menulis

tentang ―Campur Kode dalam Rubrik „Ah... Tenane‟ pada Harian Solopos Edisi

29-30 Januari dan 1 Februari 2010‖. Permasalahan yang diteliti oleh Setyawati

adalah bentuk-bentuk campur kode dalam rubrik „Ah... Tenane‟ pada harian

Solopos edisi 29-30 Januari 2010 dan 1 Februari 2010. Dari analisis yang

dilakukan, diperoleh bahwa bentuk-bentuk campur kode adalah berupa penyisipan

bahasa Jawa berupa kata, penyisipan berupa frasa, dan penyisipan berupa klausa

ke dalam bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

9

Ciptini (2003) dalam tesisnya meneliti tentang ―Jenis dan Alasan

Penggunaan Campur Kode dalam Komunikasi Hubungan Kerja Rektor

Universitas Negeri Semarang‖. Permasalahan yang dibahas dalam tesis tersebut

yaitu jenis dan alasan apa saja yang menyebabkan digunakannya campur kode

dalam komunikasi hubungan kerja rektor Universitas Negeri Semarang. Ada dua

macam campur kode yang digunakan oleh rektor Universitas Negeri Semarang

dalam komunikasi formal, yaitu (1) campur kode serumpun, dan (2) campur kode

tak serumpun. Penggunaan campur kode tersebut terjadi pada penyisipan berupa

kata, frasa, baster, dan idiom. Alasan penggunaan campur kode adalah untuk

menunjukkan wawasan penutur yang luas, rasa kedaerahan, perasaan senang dan

tidak senang, menghormati seseorang, dan keinginan untuk menjelaskan atau

menafsirkan.

Dalam skripsi ini dibahas campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa

Indonesia pada tuturan tokoh Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem karya

Linus Suryadi Ag. Permasalahan yang diangkat adalah campur kode pada tuturan

tokoh Pariyem yang terdapat pada novel Pengakuan Pariyem terjadi dalam satuan

lingual apa saja dan sebab-sebab terjadinya campur kode dalam novel Pengakuan

Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Meskipun penelitian ini tidak mengembangkan

hasil penelitian yang sudah ada mengenai jenis-jenis campur kode berdasarkan

satuan lingualnya dan sebab-sebab terjadinya campur kode, penulis mengambil

kelebihan dari penelitian ini, yakni karena novel Pengakuan Pariyem merupakan

prosa lirik sehingga membuat novel ini memiliki perbedaan spesifik dengan

novel-novel yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

10

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, (1) pengertian

bilingualisme, (2) pengertian alih kode dan campur kode, (3) jenis campur kode

berdasarkan satuan lingualnya, (4) faktor-faktor penyebab terjadinya campur

kode.

1.6.1 Pengertian Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.

Secara harafiah, yang dimaksud dengan bilingualisme, yaitu berkenaan dengan

penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, secara

umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang

penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey

1962:12, Fishman 1975:73 dalam Chaer 2004:84).

Bloomfield dalam Chaer (2004:85) mengatakan bahwa bilingualisme

adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama

baiknya. Haugen (1961) mendukung pernyataan Bloomfield tentang bilingualisme

dengan definisinya, yaitu tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual.

Namun, menurut Haugen selanjutnya, seorang bilingual tidak secara aktif

menggunakan kedua bahasa itu, tetapi cukup kalau bisa memahaminya saja.

1.6.2 Pengertian Campur Kode dan Alih Kode

Appel dalam Chaer (2004:107) mendefinisikan alih kode sebagai, ―gejala

peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi‖. Berbeda dengan Appel,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

11

Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa,

tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam

satu bahasa.

Pengalihan kode ini, dalam berbagai kepustakaan linguistik secara umum

disebabkan oleh (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3)

perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke

informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicara (Chaer, 2004:108).

Pembicaraan mengenai alih kode tidak terlepas dari pembahasan tentang

campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat bilingual ini

mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan. Hall dan

Hill dalam Chaer (2004:114) dalam penelitian mereka mengenai masyarakat

bilingual bahasa Spanyol dan Nahuali di kelompok Indian Meksiko, mengatakan

bahwa tidak ada harapan untuk membedakan antara alih kode dan campur kode.

Kesamaan antara alih kode dan campur kode adalah penggunaan dua bahasa

atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam

alih kode setiap bahasa yang digunakan masih menduduki fungsi otonominya

sendiri, sedangkan dalam campur kode, kode utama atau dasar masih menduduki

fungsi otonomnya, sedangkan kode lain yang terlibat hanya berupa serpihan.

Campur kode ialah fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam bahasa

pertama, pencampuran bahasa asing ke dalam struktur bahasa ibu. Berdasarkan

definisi sederhana ini, fenomena campur kode sebenarnya tidak melulu

melibatkan bahasa asing. Bisa juga melibatkan bahasa daerah dengan bahasa

nasional (http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/campur-kode/).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

12

Campur kode adalah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa

atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa

ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu

(Nababan, 1984:32).

Fasold dalam Chaer (2004:115) berpendapat bahwa campur kode ialah

fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih kode. Dalam campur kode

terdapat serpihan-serpihan yaitu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur,

tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu bahasa yang tertentu. Serpihan di sini

dapat berbentuk kata, frasa, atau unit bahasa yang lebih besar.

Terdapat dua tipe campur kode menurut Soewito (1985) yaitu campur kode

intern (inner code-mixing) dan campur kode ekstern (outer code-mixing). Campur

kode intern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa daerah. Campur kode

ekstern (outer code-mixing) yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asing

di luar bahasa penutur.

1.6.3 Jenis Campur Kode berdasarkan Satuan Lingual

Bahasa bersifat abstrak. Bahasa itu adanya hanya dalam pemakaian

(Sudaryanto, 1983:162). Bahasa dapat dikenali lewat wujud konkretnya. Wujud

konkret bahasa itu adalah satuan-satuan lingual atau satuan-satuan kebahasaan.

Satuan lingual adalah satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun

gramatikal (lih, Ramlan, 2001:27). Satuan Lingual merupakan satuan dalam

struktur bahasa (Kridalaksana, 1982:148). Satuan lingual antara lain berwujud

kata, frasa, dan kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

13

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito

(1985:78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

1.6.4 Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Campur Kode

1.6.4.1 Menurut Dell Hymes

Faktor penyebab campur kode menggunakan teori Dell Hymes (1972).

Dell Hymes menggambarkan komponen tutur dalam suatu akronim bahasa Inggris

yang terdolong dalam delapan unsur, sehingga menghasilkan akronim speaking,

dengan huruf-huruf pertamanya sebagai berikut (Sumarsono, 2002:326-335).

a. S(etting and scene)

Latar mengacu pada waktu dan tempat terjadinya tindak tutur dan biasanya

mengacu kepada keadaan fisik. Suasana mengacu kepada ―latar

psikologis‖ atau batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis

suasana tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dalam latar yang

sama mungkin mengubah suasana, misalnya, dari formal menjadi

informal, dari serius menjadi santai, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

14

b. P(articipants)

Partisipan adalah orang-orang yang terlibat dalam pertuturan. Beberapa

kaidah wicara di beberapa etnik tertentu menuntut spesifikasi tiga

partisipan, yaitu pengirim, penerima, pendengar, atau sumber bicara, juru

bicara, dan penerima.

c. E(nds)

Menurut Hymes, tujuan suatu peristiwa dari sudut pandang guyup tidak

perlu serupa dengan tujuan mereka yang terkait dalam guyup itu. Strategi

para partisipan merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan

peristiwa tutur.

d. A(ct sequences)

Act sequence (urutan tindakan) mencakup dua hal yakni bentuk pesan dan

isi pesan. Bentuk pesan merupakan hal yang mendasar dan merupakan

salah satu pusat tindak tutur, di samping isi pesan. Bentuk pesan

menyangkut cara bagaimana sesuatu (topik) dikatakan atau diberitakan. Isi

pesan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik

dan perubahan topik. Bentuk dan isi pesan itu merupakan keterampilan

komunikatif yang bervariasi dari budaya yang satu ke budaya yang lain.

Tiap penutur harus mengetahui bagaimana merumuskan peristiwa tutur

dan tindak tutur yang menurut budaya guyupnya dinilai baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

15

e. K(ey) (tone or spirit of act)

Kunci mengacu kepada cara, nada, atau jiwa (semangat) tindak tutur

dilakukan. Kunci itu serupa dengan modalitas dalam kategori gramatika.

Tindak tutur bisa berbeda karena kunci, misalnya antara serius dan santai,

hormat dan tak hormat, sederhana dan angkuh atau sombong, dan

sebagainya. Pentingnya kunci terlihat jika ada konflik antara kunci dengan

isi tindak tutur; kunci akan mengalahkan isi.

f. I(nstrumentalities)

Instrumentalitis mengacu kepada medium penyampaian tutur: lisan,

tertulis, telegram, telepon, dan sebagainya. Dalam hal ini, orang harus

membedakan cara menggunakannya.

g. N(orms of interaction and interpretation)

Semua kaidah yang mengatur pertuturan bersifat imperatif (memerintah).

Maksudnya adalah perilaku khas dan sopan santun tutur yang mengikat

yang berlaku dalam guyup. Interpretasi memiliki norma dan menurut

Hymes mengimplikasikan sistem kepercayaan dari guyup.

h. G(enres)

Tentang ―genre‖ dimaksudkan kategori-kategori seperti puisi, mite,

dongeng, peribahasa, teka-teki, cacian (kutukan), doa, orasi, kuliah,

perdagangan, surat edaran, editorial, dan sebagainya. Pengertian genre

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

16

mengimplikasikan kemungkinan pengidentifikasian ciri-ciri formal

(bentuk) yang secara tradisi sudah dikenal oleh warga guyup. Richards dkk

(1985) mengemukakan, di dalam analisis wacana, genre adalah

sekelompok peristiwa tutur yang oleh guyup tutur dianggap mempunyai

tipe yang sama. Hymes menambahkan, genre sering terjadi bersama-sama

dengan peristiwa tutur, tetapi harus tetap diperlakukan berbeda dari

peristiwa tutur.

1.6.4.2 Menurut Weinreich

Selain itu, Weinreich (1953) menjelaskan mengapa seseorang harus

meminjam kata-kata dari bahasa lain. Hal ini pada dasarnya memiliki dua faktor,

yaitu faktor internal (kebahasaan) dan faktor eksternal (non-kebahasaan).

a. Faktor Internal (Kebahasaan)

Latar belakang kebahasaan yang menyebabkan orang menggunakan

campur kode adalah sebagai berikut.

1. Low frequency of word, yaitu kata-kata bahasa asing digunakan karena

lebih mudah diingat dan lebih stabil maknanya.

2. Pernicious homonimy, yaitu jika penutur menggunakan kata dari

bahasanya sendiri maka kata tersebut dapat menimbulkan masalah

homonim yaitu makna ambigu.

3. End (purpose and goal), yaitu akibat atau hasil yang dikehendaki. End

meliputi membujuk, menyarankan, dan menerangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

17

b. Faktor Eksternal (Non-Kebahasaan)

Latar belakang non-kebahasaan yang menyebabkan orang menggunakan

campur kode adalah.

1. Need for synonim, yaitu penutur menggunakan bahasa lain untuk

memperhalus maksud tuturan.

2. Social value, yaitu penutur sengaja mengambil kata dari bahasa lain

dengan mempertimbangkan faktor sosial

3. Perkembangan dan perkenalan dengan budaya baru

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap strategis, yaitu: tahap

pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

Berikut diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut.

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

Data berupa teks diperoleh dari novel Pengakuan Pariyem karya Linus

Suryadi Ag. Pemerolehan data dilakukan dengan metode simak. Metode

penyediaan data ini diberi nama metode simak karena penjaringan data dilakukan

dengan menyimak penggunaan bahasa (Kesuma, 2007:43). Dalam penelitian ini

dilakukan penyimakan terhadap campur kode dalam tuturan Pariyem dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Teknik lanjutan dari metode simak

dalam penelitian ini yaitu teknik simak bebas libat cakap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

18

Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dilakukan

dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses

pembicaraan. Dalam teknik ini, peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut

menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai

pemerhati (Kesuma, 2007:44. Lih. Sudaryanto, 1988:4). Dalam teknik simak

bebas libat cakap digunakan teknik lanjutan yaitu teknik catat.

Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil

penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007:45). Teknik catat ini merupakan

upaya transkripsi yang merupakan akhir dari pengumpulan data. Selain

transkripsi, tahap akhir dari pengumpulan data adalah pengklasifikasian data. Data

diklasifikasikan berdasarkan satuan lingualnya.

1.7.2 Tahap Analisis Data

Tahapan analisis data adalah langkah yang dilakukan peneliti setelah data

terkumpul sebagai upaya untuk menangani masalah yang ada dalam data. Analisis

data untuk penelitian ini menggunakan metode padan.

Metode padan, yang disebut pula metode identitas, adalah metode analisis

data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Metode

padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial,

metode padan pragmatis, dan metode padan translasional.

Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya

berupa referen bahasa (Kesuma, 2007:48). Metode padan referensial ini untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

19

mengidentifikasi satuan kebahasaan dari data yang ditunjuk. Contoh

penerapannya sebagi berikut.

(8) Saya lebih patut sebagai biyung emban (Suryadi, 2002:23)

Kalimat (8) menunjukkan kata biyung emban ‗ibu pengasuh‘ merupakan satuan

lingual berupa frasa. Penentuan satuan lingual pada kalimat tersebutlah yang

merupakan penentuan identitas berupa metode padan referensial.

Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan

atau mitra bicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan

kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau

mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara (Kesuma,

2007:49). Contoh penerapannya adalah sebagai berikut.

(9) Dasar perempuan suka celelekan

Diberi tahu malah ngikik ketawa (Suryadi, 2002:120)

Contoh (9) menekankan pada penggunaan kata celelekan ‗tidak bisa bersungguh-

sungguh‘ untuk menunjukkan bahwa penggunaan kata bahasa Jawa lebih

mendukung pada maksud yang ingin disampaikan penutur tentang sifat lawan

bicaranya yang tidak bisa diajak serius.

Metode padan translasional adalah metode padan yang alat penentunya

bahasa lain (Kesuma, 2007:49). Contoh penerapan metode padan translasional

adalah sebagai berikut.

(10) Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan— (Suryadi, 2002:25)

Contoh (10) menggunakan kata bahasa Jawa wanodya. Dalam bahasa Indonesia

kata tersebut memiliki arti ‗wanita atau perempuan‘. Pada contoh (10) kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

20

wanodya dalam bahasa Jawa merujuk pada maksud yang sama dengan kata

wanita dalam bahasa Indonesia.

Teknik lanjutan yang digunakan dalam metode ini adalah teknik hubung

banding menyamakan hal pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok

adalah teknik analisis data yang alat penentunya berupa daya banding

menyamakan hal pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang ditentukan

identitasnya (Kesuma, 2007: 54).

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dengan metode informal. Penyajian hasil

analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan

menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung dapat dipahami

(Kesuma, 2007: 71).

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini terdiri dari empat bab.

Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan perihal latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi uraian mengenai jenis-jenis campur kode berdasarkan satuan

lingualnya yang ada dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag.

Berdasarkan satuan lingualnya, campur kode terbagi atas beberapa jenis yaitu,

campur kode berupa kata, campur kode berupa frasa, campur kode berupa bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

21

ulang, campur kode berupa baster, campur kode berupa klausa, dan campur kode

berupa ungkapan.

Bab III berisi uraian mengenai sebab-sebab terjadinya campur kode dalam

novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Alasan penutur menggunakan

campur kode ada dua, yaitu adanya faktor internal (kebahasaan) dan faktor

eksternal (non-kebahasaan).

Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah

kesimpulan tentang jenis-jenis campur kode berdasarkan satuan lingualnya dan

sebab-sebab terjadinya campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya

Linus Suryadi Ag. Saran yang dimaksud adalah saran kepada peneliti lain yang

tertarik untuk mengkaji novel Pengakuan Pariyem dengan tinjauan yang berbeda

atau mengkaji campur kode dalam konteks yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

22

BAB II

CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL

DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM

2.1 Pengantar

Ada dua tipe campur kode, menurut Soewito (1985), yaitu campur kode

intern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa daerah dan campur kode

ekstern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asing di luar bahasa

penutur. Sesuai dengan latar belakang penulis dan latar belakang situasi penulisan

karya, campur kode yang terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem cenderung

mengarah pada tipe pertama, yakni campur kode intern.

Campur kode yang terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem merupakan

campur kode intern yang terjadi dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

Campur kode tidak hanya terjadi dalam tataran kata, melainkan juga dalam satuan

lingual lainnya seperti frasa, kalimat, dan klausa. Pada bagian ini akan

diungkapkan campur kode yang terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem

berdasarkan satuan lingualnya

2.2 Kuantitas Penggunaan Campur Kode di dalam Novel Pengakuan Pariyem

Wujud campur kode, menurut Soewito (1985), terbagi atas beberapa satuan

lingual, yaitu campur kode berupa kata, baster, perulangan kata, frasa, dan

ungkapan. Berikut ini tabel jumlah campur kode yang terjadi dalam novel

Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag (lihat lampiran 2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

23

Wujud Campur Kode Jumlah

Kata 167

Frasa 15

Baster 18

Bentuk Ulang 25

Peribahasa 19

Total 244

Tabel 1.1 kuantitas penggunaan campur kode

Dari tabel 1.1, dapat dilihat seringnya penggunaan campur kode berupa kata

dan peribahasa dalam tuturan pada novel Pengakuan Pariyem. Peristiwa campur

kode tersebut sering digunakan oleh tokoh Pariyem dalam komunikasi sehari-

harinya dengan orang di sekitarnya. Penggunaan campur kode berupa kata, frasa,

baster, dan peribahasa tersebut mewakili latar belakang tokoh untuk

mengungkapkan sesuatu kepada lawan bicaranya.

Peristiwa campur kode berupa percampuran dari bahasa Jawa ini terjadi

karena penutur1 memiliki latar belakang budaya Jawa yang kental. Selain itu,

dalam suatu komunikasi, penutur ingin mengungkapkan maksud tuturan dengan

lebih sopan ataupun lebih kasar yang berarti ‗menegaskan‘. Dalam hal ini, bentuk

tutur bahasa Jawa secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni bentuk

hormat dan bentuk biasa.

1 Pariyem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

24

Rahardi (2001:59-60) mengungkapkan tingkat tutur bahasa Jawa menjadi

tiga, yaitu tingkat tutur ngoko yang memiliki makna rasa yang tak berjarak antara

orang pertama atau penutur dengan orang kedua atau mitra tutur, tingkat tutur

krama yang memancarkan arti penuh sopan-santun antara sang penutur dengan

mitra tutur, dan tingkat tutur madya yang berada di antara tingkat tutur krama dan

tingkat tutur ngoko yang menunjukkan perasaan sopan tetapi tingkatnya tidak

terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah.

Berdasarkan kuantitas penggunaan campur kode dalam novel Pengakuan

Pariyem, berikut dipaparkan bentuk campur kode berdasarkan satuan lingualnya

yang terdapat dalam novel Pengakuan Pariyem.

2.3 Bentuk Campur Kode dalam Novel Pengakuan Pariyem berdasarkan

Satuan Lingualnya

Berdasarkan satuan lingualnya, campur kode yang ditemukan dalam Novel

Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

2.3.1 Campur Kode berupa Kata

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan

mempunyai arti. Gorys Keraf dalam Kridalaksana (1990:25) membagi kata atas

empat bagian, yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva),

dan kata tugas. Berikut campur kode berupa kata yang ditemukan dalam novel

Pengakuan Pariyem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

25

2.3.1.1 Campur Kode Berupa Kata Benda ( Nomina )

Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,

benda, dan konsep atau pengertian (Hasan Alwi, 2003:213). Campur kode berupa

kata benda yang terdapat dalam novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

2.3.1.1.1 Kata Benda yang Menyatakan Sapaan

Kata benda yang menyatakan sapaan dalam bahasa Jawa sama dengan kata

benda berupa yang menyatakan sapaan dalam bahasa Indonesia. Contoh kata

benda yang menyatakan sapaan dalam novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai

berikut.

(11) ―Jangan sampeyan bertanya

‗Kenapa dua adik saya tak bernama

Bambang dan Endang saja?‘ (Suryadi, 2002:5)

(12) Sedangkan pada hari siang

ketimbang ngrasani para tetangga

dan bergunjing perkara bendoronya

ongkang-ongkang di amben dapur

sinambe kalaning nganggur (Suryadi, 2002:21)

(13) Demikian pun bapak dan simbok saya

tanpa rasa sesal dan rasa curiga (Suryadi, 2002:26)

Campur kode berupa kata benda yang menyatakan sapaan tampak dalam contoh

(11) kata sampeyan ‗Anda‘, contoh (12) kata bendoro ‗Tuan‘, dan contoh (13)

kata simbok ‗Ibu‘.

2.3.1.1.2 Kata Benda yang Menyatakan Nama Benda

Contoh campur kode berupa kata benda yang menyatakan nama benda

adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

26

(14) Ongkang-ongkang di amben dapur

Sinambi kalaning nganggur (Suryadi, 2002:21)

(15) Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan- (Suryadi, 2002:25)

(16) Saya songkokkan di dada

sebagai kutang menyongkok penthil (Suryadi, 2002:28)

(17) Waktu prabu Ajisaka menggelar iketnya

prabu Dewata Cengkar sampai terjungkal (Suryadi, 2002:44)

(18) Suatu hari wong bule datang (Suryadi, 2002:110)

(19) Yang dekat Alun-alun Lor jalan kaki

yang jauh dari luar kota naik colt (Suryadi, 2002:121)

(20) Dengan rasa bangga dan lega –pulanglah-

Numpak andhong ditarik dua jaran (Suryadi, 2002:125)

Campur kode yang berupa kata benda yang menyatakan nama benda tampak pada

contoh (14) kata amben ‗balai-balai‘, contoh (15) kata wanodya ‗wanita‘, contoh

(16) kata kuthang ‗pakaian dalam wanita (BH)‘ dan kata penthil ‗puting susu‘,

contoh (17) kata iket ‗ikat kepala‘, contoh (18) kata wong ‗orang‘, contoh (19)

kata colt ‗merk angkutan umum‘, dan contoh (20) kata jaran ‗kuda‘.

2.3.1.1.3 Kata Benda yang Menyatakan Pelaku atau Orang yang Sedang

Melakukan Pekerjaan

Contoh campur kode berupa kata benda yang menyatakan pelaku atau

orang yang sedang melakukan pekerjaan adalah sebagai berikut.

(21) ―Sedang simbok saya jadi ledhek

Parjinah nama kecilnya (Suryadi, 2002:24)

(22) ―Iyem‖ panggilan sehari-harinya

dari Wonosari Gunung Kidul

Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono (Suryadi, 2002:34)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

27

(23) nDoro Kanjeng langka absen, lho

menghadiri sarasehan para sindhen (Suryadi, 2002:70)

Campur kode berupa kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang sedang

melakukan pekerjaan tampak pada contoh (21) kata ledhek yang memiliki arti

penandak; penari (perempuan) dalam kethoprak, contoh (22) kata babu

‗pembantu‘, dan contoh (23) kata sindhen ‗penyanyi yang diiringi dengan musik

gamelan‘.

2.3.1.2 Berupa Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan

(aksi), atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Verba, khususnya yang

bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefix ter- yang berarti paling. Verba juga

tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan

(Alwi, 2003:87).

Secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata

yang lain, terutama dari adjektiva, karena cirinya sebagai berikut (Depdikbud,

1988:76).

a. Verba berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.

b. Verba mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau

keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks

ter- yang berarti ‗paling‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

28

Campur kode berupa verba yang ditemukan dalam novel Pengakuan

Pariyem adalah sebagai berikut.

2.3.1.2.1 Kata Kerja yang Menyatakan Aksi atau Perbuatan

Contoh campur kode berupa kata kerja yang menyatakan aksi atau

perbuatan adalah sebagai berikut.

(24) Saya sudah membereskan meja makan

Cuci pakaian, asah-asah, setlika

sudah saya kerjakan dengan setia

kini saya berhak tidur –ngaso- (Suryadi, 2002:30)

(25) Karsa mrentul di dalam sanubari

sebagai puting susu disedot lelaki

Muncul ke luar ia membutuhkan papan

sebagai ludah insan cipokan

merembus ke luar tak terkendalikan (Suryadi, 2002:32)

(26) ―Saya ingat hari terjadinya

Dan saya ingat hari pasarannya

Kamis Pahing persisnya

jatuh pada bulan purnama

Dan sejak itu, tiap kali kangen

dia terus mengajak sare sama saya (Suryadi, 2002:40)

(27) ―Ah ya, Raden Bagus Ario Atmojo

Begitu bila nDoro Ayu bercerita

pada para tamu yang sowan ke ndalemnya

Dia kuliah di Fakultas Filsafat

Universitas Gadjah Mada (Suryadi, 2002:41)

(28) ―nDoro Kanjeng wong wicaksono, lho

Sering benar diminta kasih wejangan

Dalam upacara ngundhuh pengantin

upacara tetesan dan supitan

Dalam upacara layat kematian

dan dalam upacara ruwatan (Suryadi, 2002:65)

(29) Ki dalang Kimpul dari Sleman

melakonkan Alap-alapan Sukesi

Dan simbok nyindhen sampai pagi

terang, pulangnya diantar seorang lelaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

29

Sedang bapak ngetoprak di Tempel

pulangnya saban seminggu sekali (Suryadi, 2002:81)

(30) ―Sekadar mencari angin malam

Makan nasi goreng pada bu Luntur

di Alun-alun Lor Ngayogyakarta

Minum teh nas-gi-thel bergula batu

di pojok wetan Paku Alaman

Makan nasi gudeg dan teh jahe

di depan pasar gede Beringharjo

Sehabis nonton gambar hidup

di gedung Ratih atau Indra

Atau nonton seni pertunjukan

di Senisono atau Purna Budaya

Atau mirsani pagelaran wayang

di Alun-alun Kidul Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:97)

(31) Ah, ya betapa lucu mereka

pertengkaran mulut sebagai buahnya

Lalu masing-masing pada wadul

kepada Romo dan Ibunya (Suryadi, 2002:144)

Adapun verba yang menyatakan aksi atau perbuatan dalam contoh (24) sampai

contoh (31) adalah, ngaso ‗beristirahat‘, cipokan ‗ciuman‘, sare ‗tidur‘, sowan

‗berkunjung‘, ngundhuh ‗memetik; menjemput pengantin dari rumah pengantin

perempuan‘, ngetoprak ‗bermain ketoprak‘, mirsani ‗menyaksikan‘, dan wadul

‗mengadu‘.

2.3.1.2.2 Kata Kerja yang Menyatakan Keadaan

Contoh campur kode berupa kata kerja yang menyatakan keadaan adalah

sebagai berikut.

(32) Apabila saya menyapa Den Baguse

bayang matanya penuh alam mimpi

Dia menelan ludah berkali-kali

Anunya lalu ngaceng, lho (Suryadi, 2002:35)

(33) Dari Wonosari Gunung Kidul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

30

saya pun menggelinding –turun-

mBeboro mencari tumpangan raga

Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryomentaraman Ngayogyakarta

Tapi dengan putra sulungnya main asmara

dan kini meteng sebagai buahnya (Suryadi, 2002:181)

Campur kode berupa kata kerja yang menyatakan keadaan tampak pada contoh

(32) kata ngaceng yang berarti tegang atau ereksi, dan contoh (33) kata meteng

yang berarti hamil.

2.3.1.3 Berupa Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang

lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam suatu kalimat.

Adjektiva dapat diikuti kata keterangan sekali, serta dapat dibentuk menjadi kata

ulang berimbuhan gabung se-nya (Hasan Alwi, 2003:171).

Ciri-ciri adjektiva adalah sebagai berikut (Depdikbud, 1988:209).

a. Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang,

dan paling: lebih besar, kurang baik, paling mahal.

b. Adjektiva dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar,

sekali, dan terlalu: sangat indah, amat tinggi, pandai benar, murah

sekali, terlalu murah.

c. Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak: tidak bodoh, tidak

salah, tidak benar.

d. Adjektiva dapat diulang dengan awalan se- dan akhiran –nya: sebaik-

baiknya, serendah-rendahnya, sejelek-jeleknya.

e. Adjektiva pada kata tertentu dapat berakhir antara lain dengan -er,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

31

-(w)i, -iah, -if, -al, dan –ik: honorer, duniawi, ilmiah, negatif, formal.

Campur kode berupa kata kerja yang ditemukan dalam novel Pengakuan

Pariyem adalah sebagai berikut.

2.3.1.3.1 Adjektiva yang Menyatakan Penilaian

Contoh campur kode berupa kata sifat yang mengatakan penilaian adalah

sebagai berikut.

(34) Bapak saya biasa berperan bambangan

banyak benar wanita kepencut sama bapak saya

Apalagi bila dia sudah gandrung – ura-ura-

para penonton terharu hilang kata (Suryadi, 2002:24)

(35) Perasaannya peka

sepeka pita kaset

Dan rangkulannya jembar

sejembar pergaulannya (Suryadi, 2002:65)

(36) Ibarat minyak dan air

tak bisa lebur tak bisa akur

selalu kerah –congkrah- (Suryadi, 2002:76)

(37) Agar jejeg imannya

dan landhep batinnya (Suryadi, 2002:105)

(38) Dasar perempuan suka celelekan

diberi tahu malah ngikik ketawa (Suryadi, 2002:120)

Campur kode berupa adjektiva yang menyatakan penilaian tampak pada contoh

(34) sampai (38) diatas yaitu, gandrung ‗kasmaran, tergila-gila‘, jembar ‗lebar‘,

kerah ‗berkelahi‘, serta jejeg ‗tegak lurus‘, landhep ‗tajam‘ dan celelekan

‗seenaknya sendiri‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

32

2.3.1.3.2 Adjektiva yang Menyatakan Perasaan Batin

Contoh campur kode yang berupa adjektiva yang menyatakan perasaan

batin adalah sebagai berikut.

(39) Tapi saya juga pasang gaya:

Melepas setagen berganti kain

cobot kebaya ganti yang lain

Wuah, wuah, dia pasti terus merajuk

tidak jarang dia pun ngamuk-ngamuk

Bilangnya, dia tresna banget sama saya (Suryadi, 2002:47)

(40) Dan hanya kepada sampeyan, lho, mas

lelakon semua ini saya ceritakan

Tak saya sidhem, tak saya dekam

saya krasan yang serba tentram (Suryadi, 2002:63)

(41) Begitupun Nyai Kondhang kuning

Dari Kricak Lor Ngayogyakarta

Suaranya anyles bikin gemes (Suryadi, 2002:71)

(42) Dalam kantuk yang menggandhul

Hati saya sumeleh, bersyukur (Suryadi, 2002:77)

(43) Apakah karena terbawa oleh naluri

Lelaki itu karem banget kekuasaan (Suryadi, 2002:152)

Campur kode berupa adjektiva yang menyatakan perasaan batin tampak pada

contoh (39) kata tresna ‗cinta‘, contoh (40) kata krasan ‗betah‘, contoh (41) kata

anyles ‗sejuk sekali‘, contoh (42) kata sumeleh ‗tawakal‘, dan contoh (43) kata

karem ‗suka sekali akan; sudah menjadi kegemaran‘.

2.3.1.3.3 Adjektiva yang Menyatakan Warna

Contoh campur kode berupa adjektiva yang menyatakan warna adalah

sebagai berikut.

(44) Membeli telur godhog sunduk

Yang diborehi warna abang (Suryadi, 2002:119)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

33

Campur kode berupa adjektiva yang menyatakan warna dalam novel Pengakuan

Pariyem hanya ditemukan satu data yakni contoh (44) kata abang ‗merah‘.

2.3.1.4 Berupa Kata Tugas

Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti

leksikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu

secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.

Kata seperti dan, ke, karena, dan dari termasuk dalam kelas kata tugas (Alwi,

2003:287). Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak

dapat mengalami perubahan bentuk.

Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi

menjadi lima kelompok, yaitu preposisi (kata depan), konjungsi (kata sambung),

interjeksi (kata seru), artikula (kata sandang), dan partikel penegas.

Dalam novel Pengakuan Pariyem, jenis kata tugas yang ditemukan berupa

partikel, sebagaimana terlihat pada contoh berikut.

(45) Kalau memang sudah nasib saya

Sebagai babu, apa ta, repotnya?

Gusti Allah Maha Adil, kok

Saya nrima ing pandum (Suryadi, 2002:29)

(46) Dan saya langka mencaci orang, lho

kecuali orangnya memang sontoloyo (Suryadi, 2002:34)

(47) ―Ketlingsut ke mana kamu, yu Iyem?

Sudah 5 tahun di Yogya kok hilang

Kepencut sama wong lanang apa, ha?‖ (Suryadi, 2002:120)

(48) Dalam gelora hasrat yang berkobar

apabila derita sudah terlupakan

Lha, ya, jangan meleh-melehake, mas

bila suatu hari nanti saya meteng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

34

dan kudu melahirkan bayi kembali –

Lha, ya, mau bagaimana lagi, ta

enak, kok

kepenak (Suryadi, 2002:218)

Kata tugas berupa partikel yang ditemukan dalam novel Pengakuan Pariyem pada

contoh (45) sampai contoh (48) adalah ta, lho, ha, lha, dan ya.

2.3.2 Campur Kode berupa Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua

kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa

(Kentjono, 1984:57). Sama halnya dengan kata, frasa dapat berdiri sendiri. Pada

umumnya frasa dapat diperluas. Contoh penyisipan kata pada frasa merupakan

bentuk perluasan frasa. Dalam bahasa Indonesia, kata terakhir dalam frasa

umumnya mempunyai tekanan yang lebih keras dari kata lain dalam frasa itu

(Kentjono, 1984:58).

Dalam novel Pengakuan Pariyem, campur kode yang terjadi pada satuan

lingual frasa adalah sebagai berikut.

2.3.2.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina

Menurut Ramlan (1995:167), frasa nomina adalah frasa yang memiliki

distribusi yang sama dengan kata nominal. Menurut Wijana (2009:29), frasa

nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak

selalu monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik.

Berikut contoh campur kode berupa frasa nomina yang terjadi dalam

tuturan pada novel Pengakuan Pariyem:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

35

(49) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

Saya lebih patut sebagai biyung emban (Suryadi, 2002:23)

(50) Gusti Allah, Maha Adil, kok (Suryadi, 2002:29)

(51) Tapinya kosong melompong

buahnya kanthong bolong (Suryadi, 2002:59)

(52) Hatinya longgar

selonggar kathok kolor (Suryadi, 2002:65)

(53) Pikirannya tajam

setajam keris warangan (Suryadi, 2002:65)

(54) ―Sejak siang hujan riwis-riwis

Jatuh di jagad Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:41)

Campur kode berupa frasa nomina dalam novel Pengakuan Pariyem tampak pada

contoh (49) frasa biyung emban ‗ibu pengasuh‘, contoh (50) frasa gusti allah

‗Tuhan Allah‘, contoh (51) frasa kanthong bolong ‗kantung berlubang‘, contoh

(52) frasa kathok kolor ‗celana longgar‘, contoh (53) frasa keris warangan ‗keris

yang dilumuri arsenicum, digunakan supaya keris tidak lekas berkarat‘, dan

contoh (54) frasa hujan riwis-riwis ‗hujan rintik-rintik‘.

2.3.2.2 Campur Kode Berupa Frasa Verbal

Frasa verba adalah frasa yang berdistribusi yang sama dengan kata verba

(Ramlan, 1995:168). Menurut Wijana (2009:48), frasa verbal adalah kelompok

kata yang unsur pusatnya verbal.

Contoh campur kode berupa frasa verbal dalam novel Pengakuan Pariyem

adalah sebagai berikut:

(55) Tapi tongseng dan nasi goreng, ojo takon

- karemnya luar biasa, tak ketulungan (Suryadi, 2002:41)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

36

(56) Dengan berpokrol bambu, waton mangap

Bergaya atos pula: akhirnya uanglah

Yang menjadi kunci kepribadiannya (Suryadi, 2002:134)

Campur kode berupa frasa verbal dalam novel Pengakuan Pariyem tampak pada

contoh (55) frasa ojo takon ‗jangan bertanya‘ dan contoh (56) frasa waton mangap

‗asal buka mulut; asal bicara‘.

2.3.2.3 Campur Kode Berupa Frasa Adjektival

Frasa adjektival adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan

kata adjektival (Ramlan, 1995:176). Campur kode berupa frasa adjektival dalam

novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut:

(57) Dia punya katuranggan raden Gatotkaca

: gantheng tapi lembut

Kalem tapi pun sembodo

Guwayanya suntrut

dan pasuryannya bercahaya (Suryadi, 2002:43)

(58) Bagaikan iket kepala Sala-Ngayogya

dijereng jembar, dipakai pun longgar (Suryadi, 2002:44)

(59) Saya tak ayem tentrem karenanya

saya tak krasan ketemu siapa saja (Suryadi, 2002:60)

(60) Tapi juga di Pendhopo Kecamatan, Kabupaten

Pendhopo Kalurahan dan rumah gedheg kampung

Lha, ya, jangan heran saya hafal nama-nama

nDoro Putri demen banget cerita sama saya (Suryadi, 2002:154)

Campur kode berupa frasa adjektival dalam novel Pengakuan Pariyem tampak

pada contoh (57) sampai contoh (60), yaitu frasa guwayanya suntrut ‗airmukanya

muram‘, frasa dijereng jembar ‗dibentang lebar‘, frasa ayem tentrem ‗tenang,

tenteram‘, dan frasa demen banget ‗suka sekali‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

37

2.3.2.4 Campur Kode Berupa Frasa Preposisional

Frasa preposisional adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama

dengan preposisi. Campur kode berupa frasa preposisional yang terdapat dalam

novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut:

(61) ketimbang ngrasani para tetangga

dan bergunjing para bendoronya

ongkang-ongkang di amben dapur (Suryadi, 2002:21)

(62) O, bapak, O, simbok

anakmu kungkum di sendhang

menanggung beban sendirian (Suryadi, 2002:87)

Campur kode berupa frasa preposisional dalam novel Pengakuan Pariyem

tampak pada contoh (61) frasa di amben ‗di balai-balai‘, dan contoh (62) frasa di

sendhang ‗di mata air‘.

2.3.2.5 Campur Kode Berupa Frasa Adverbial

Frasa adverbial atau keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi

yang sama dengan kata keterangan (Ramlan, 1995:177). Campur kode frasa

adverbial yang ditemukan pada novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut:

(63) ―Sejak esuk uthuk-uthuk

saya memasang gendang telinga (Suryadi, 2002:hal36)

(64) Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Ayu

esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:210)

Campur kode berupa frasa adverbial dalam novel Pengakuan Pariyem ditemukan

dua dan sama, yakni pada contoh (63) dan contoh (64) frasa esuk uthuk-uthuk

‗pagi-pagi sekali‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

38

2.3.3 Campur Kode Berupa Baster

Campur kode berupa baster dalam hal ini terjadi dalam pembentukan

bentuk dasar dari bahasa asing maupun bahasa daerah ke dalam proses afiksasi.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, bentuk baster yang terdapat pada novel

Pengakuan Pariyem dibagi atas pola berikut.

a. Awalan + kata

b. Kata + akhiran

c. Frasa + akhiran

2.3.3.1 Campur Kode Berupa Baster dengan Pola Awalan + Kata

Contoh campur kode berupa baster dengan pola awalan + kata adalah

sebagai berikut.

(65) ya, ya, Raden Bagus Ario Atmojo namanya

Kalau sudah merah matanya

seolah jagad gelap gulita

Hasratnya tak bisa dipenggak, ditunda

biar dengan bujuk rayu dan janji segala (Suryadi, 2002:47)

(66) Tanpa kehilangan rasa gembira

keindahan terbabar bersama jua

Dan hidup mengalir penuh citra:

Rasanya intim, rasanya jenaka

kesahajaan pun ada di dalamnya (Suryadi, 2002:78)

(67) Ah, ya, kang Kliwon pintar, kok

habis bantingan saya diongklok (Suryadi, 2002:96)

Campur kode berupa baster dengan pola awalan + kata dalam novel Pengakuan

Pariyem, tampak pada contoh (65) di- + penggak ‗dicegah, dihalang, dirintang‘,

contoh (66) ter- + babar ‗terkembang, terbuka, terpapar, terurai‘, dan contoh (67)

di- + ongklok ‗diangkat dan diturunkan dengan cepat‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

39

2.3.3.2 Campur Kode Berupa Baster dengan Pola Kata + Akhiran

Contoh campur kode berupa baster dengan pola kata + akhiran adalah

sebagai berikut.

(68) Saya bayangkan dan saya kenangkan:

Banyak sindhen kawentar berkumpul

gelungan munthil-munthil dan bengesan

Dengan berkebaya dan jarikan lurik (Suryadi, 2002:70)

(69) Demikianpun kami perempuan bertiga:

nDoro Ayu, nDoro Putri, dan saya

ada dalam uyuk-uyukan berebutan (Suryadi, 2002:125)

(70) ―Oh, adhuh! Ini anak saya‖

Saya pun berpura-pura:

―Sakit benar gronjolannya!‖

Saya pun merintih kesakitan (Suryadi, 2002:125)

Campur kode berupa baster dengan pola kata + akhiran dalam novel Pengakuan

Pariyem tampak pada contoh (68) benges + -an ‗berhias‘ dan jarik + -an

‗berkain sarung (untuk wanita)‘, contoh (69) uyuk-uyuk + -an ‗berdesakan‘, dan

contoh (70) gronjolan + -nya ‗rontaannya‘.

2.3.3.3 Campur Kode Berupa Baster dengan Pola Frasa + Akhiran

Contoh campur kode berupa baster dengan pola frasa + akhiran adalah

sebagai berikut.

(71) Lha, kalau numpak sepeda motor Yamaha

ngebut banternya luar biasa (Suryadi, 2002:42)

Campur kode berupa baster dengan pola frasa + akhiran dalam novel Pengakuan

Pariyem tampak pada contoh (71) ngebut banter + -nya ‗ngebut kencangnya‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

40

2.3.4 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang

Campur kode berupa bentuk ulang dalam novel Pengakuan Pariyem

berupa bentuk ulang kata bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Berikut campur

kode berupa bentuk ulang yang ditemukan dalam novel Pengakuan Pariyem.

2.3.4.1 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang Dasar

Bentuk ulang dasar ialah kata ulang yang terjadi dari pengulangan seluruh

bentuk dasar kata. Kata ulang dasar disebut dwilingga.

Campur kode berupa bentuk ulang dasar yang terdapat dalam novel

Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

(72) Hidup yang prasojo saja

tak usah yang aeng-aeng (Suryadi, 2002:hal 28)

(73) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

badan saya jentol-jentol semua (Suryadi, 2002:85)

(74) Sampai kelon yang terakhir

saya tidak meteng-meteng lho (Suryadi, 2002:96)

Campur kode berupa bentuk ulang dasar dalam novel Pengakuan Pariyem

tampak pada contoh (72) kata aeng-aeng ‗aneh-aneh‘, contoh (73) kata jentol-

jentol ‗bentol-bentol‘, dan contoh (74) kata meteng-meteng ‗hamil-hamil‘.

2.3.4.2 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang Berimbuhan

Bentuk ulang berimbuhan ialah kata ulang yang dalam proses

perulangannya mendapatkan imbuhan. Contoh campur kode berupa bentuk ulang

berimbuhan pada novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

(75) ―Tapi dia sangat grapyak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

41

Kata wong Jawa –micarani-

Sahabat karibnya banyak sekali

tapi dia masih mbok-mboken, lho (Suryadi, 2002:138)

(76) Kenapa hati saya kelara-lara

Terjaring dalam kegelapan (Suryadi, 2002:86)

Campur kode berupa bentuk ulang berimbuhan pada novel Pengakuan Pariyem

tampak pada contoh (75) kata mbok-mboken ‗masih bergantung kepada ibu‘ dan

contoh (76) kata kelara-lara ‗sangat sedih‘.

2.3.4.3 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang Berubah Bunyi

Bentuk ulang berubah bunyi ialah kata ulang yang dalam proses

perulangannya terjadi perubahan bunyi atau variasi vokal. Contoh campur kode

berupa bentuk ulang berubah bunyi dalam novel Pengakuan Pariyem adalah

sebagai berikut.

(77) Di kamarnya, penuh buku-buku asing

yang mosak-masik dan apek bau tembakau (Suryadi, 2002:41)

(78) Mulut mangap centha-centhe – santai- (Suryadi, 2002:76)

(79) sedang mulutnya sibuk pula berbicara

Hanya, tampaknya saja klemar-klemer (Suryadi, 2002:114)

(80) Sejumlah pemuda mesam-mesem

menyaksikan adegan kami pula (Suryadi, 2002:120)

(81) diambilnya rokok kretek dan geretan

Kempas-kempus mulutnya nyedot kebul (Suryadi, 2002:138)

Campur kode berupa bentuk ulang berubah bunyi dalam novel Pengakuan

Pariyem tampak pada contoh (77) kata mosak-masik ‗berserak-serak‘, contoh (78)

kata centha-centhe ‗bersuara atau bernyanyi dengan nyaring‘, contoh (79) kata

klemar-klemer ‗lamban gerak-gerik dan pekerjaannya‘, contoh (80) kata mesam-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

42

mesem ‗tersenyum-senyum‘, dan contoh (81) kata kempas-kempus ‗meniup

berulang-ulang‘.

2.3.4.4 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang Semu

Bentuk ulang semu ialah kata yang seolah-olah diulang bentuknya tetapi

sebenarnya tidak diulang. Contoh campur kode berupa bentuk ulang semu dalam

novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

(82) Mending muter radio amatir

yang menyiarkan uyon-uyon Manasuka (Suryadi, 2002:21)

(83) Saya sudah membereskan meja makan

cuci pakaian, asah-asah, setlika (Suryadi, 2002:30)

(84) Di dalam hati yang melang-melang -sengsara

Akan rontok jagad yang tua (Suryadi, 2002:60)

(85) Dalam upacara layat kematian

dan dalam upacara ruwatan

Dia sering diminta kasih ular-ular (Suryadi, 2002:65)

Campur kode berupa bentuk ulang semu dalam novel Pengakuan Pariyem tampak

pada contoh (82) kata uyon-uyon ‗gendhing gamelan dengan tidak memakai

tarian‘, contoh (83) kata asah-asah ‗mencuci alat dapur dan alat makan‘, contoh

(84) kata melang-melang ‗was-was; khawatir‘, dan contoh (85) kata ular-ular

‗kata pengantar; pidato pendahuluan‘.

2.3.5 Campur Kode Berupa Peribahasa

Bukan pada orang suku Melayu saja yang sering berperibahasa, melainkan

boleh dikatakan pada segala golongan suku bangsa Indonesia peribahasa itu

mendapat bagian yang terbesar dalam percakapan (Pamuntjak, 1983:6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

43

Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan

biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu (Poerwadarminta dalam Tarigan,

1985:156).

Peribahasa dibagi atas tiga jenis, yaitu pepatah, perumpamaan, dan

ungkapan. Pepatah adalah sejenis peribahasa yang mengandung nasihat atau

ajaran yang berasal dari orang tua-tua. Perumpaan adalah ibarat, amsal;

persamaan (perbandingan); peribahasa yang berupa perbandingan. Ungkapan

adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan sesuatu

maksud dengan arti kiasan (Poerwadarminta dalam Tarigan, 1985:157-164).

Campur kode berupa peribahasa yaitu penyelipan suatu peribahasa dalam

bentuk pepatah, perumpamaan, dan ungkapan dari suatu bahasa ke dalam bahasa

inti yang dimasukinya. Dalam novel Pengakuan Pariyem, campur kode berupa

peribahasa ditemukan pada contoh berikut:

2.3.5.1 Campur Kode Berupa Pepatah

(86) Lantas nDoro Ayu pun angkat suara:

“Kacang mangsa ninggala lanjaran” (Suryadi, 2002:191)

(87) Dan nDoro Ayu tersenyum, berperibahasa:

―Betapapun, anak polah bapa kepradhah‖ (Suryadi, 2002:194)

Campur kode berupa pepatah tampak pada contoh (86) kacang mangsa ninggala

lanjaran ‗kacang tidak akan meninggalkan kulitnya; anak tidak akan menyimpang

dari watak bapaknya‘, dan contoh (87) anak polah bapa kepradhah ‗ayah

memikul tanggung jawab atas kenakalan anaknya‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

44

2.3.5.2 Campur Kode Berupa Perumpamaan

(88) Ibarat idu geni, kata-katanya masah (Suryadi, 2002:66)

(89) O, betapa tak pantas saya bayangkan

Ibarat kere munggah bale (Suryadi, 2002:200)

Campur kode berupa perumpamaan tampak pada contoh (88) idu geni ‗kata-

katanya bertuah‘, dan contoh (89) Ibarat kere munggah bale ‗orang miskin yang

naik derajat‘.

2.3.5.3 Campur Kode Berupa Ungkapan

(90) saya sudah punya ngelmu krasan, kok

Ngelmu hidup yang sudah ditinggalkan (Suryadi, 2002:54)

Campur kode berupa ungkapan tampak pada contoh (90) ngelmu krasan

‗kemampuan untuk bertahan (beradaptasi) dalam lingkungan baru‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

45

BAB III

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN CAMPUR KODE

DALAM NOVEL PENGAKUAN PARIYEM

3.1 Pengantar

Campur kode adalah tindakan sengaja mencampurkan dua bahasa tanpa

perubahan topik yang sedang dibicarakan (Wardhaugh, 1992:108). Kesengajaan

penggunaan pencampuran dua bahasa tersebut dilatarbelakangi oleh dua faktor

utama yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan (Weinreich, 1953).

Latar belakang penyebab terjadinya campur kode berdasarkan faktor

kebahasaan terdiri atas, (1) low frequency of word dan (2) oversight. Latar

belakang penyebab terjadinya campur kode berdasarkan faktor non-kebahasaan

terdiri atas, (1) need for synonim, (2) social value, (3) adanya situasi formal, dan

(4) faktor kebiasaan.

Berikut ini dipaparkan uraian tentang latar belakang penggunaan campur

kode dalam novel Pengakuan Pariyem.

3.2 Faktor Kebahasaan

Latar belakang kebahasaan yang menyebabkan penutur menggunakan

campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

46

3.2.1 Low Frequency of Word

Faktor low frequency of word adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa

asing karena kata-kata tersebut lebih mudah diingat dan lebih stabil maknanya.

Contoh penggunaan campur kode pada novel Pengakuan Pariyem yang

pembentukannya dilatarbelakangi oleh faktor low frequency of word adalah

sebagai berikut.

(91) Dia menelan ludah berkali-kali

Anunya lalu ngaceng, lho

membikin dia cegukan (Suryadi, 2002:35)

(92) Dia meteng tapi tak ada pria

Yang mau mengakui pokalnya (Suryadi, 2002:51)

(93) Sambil cengengesan, tangannya usil

pinggul simbol kebagian cethotan (Suryadi, 2002:74)

(94) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

badan saya jentol-jentol semua

O. kami kelon di sarang semut (Suryadi, 2002:85)

Campur kode tampak pada contoh (91) yaitu kata ngaceng ‗tegang,

ereksi‘(Suryadi, 2002:270). Kata ngaceng dalam bahasa Jawa dan kata tegang

dalam bahasa Indonesia mengandung arti yang sama yaitu keadaan tegang karena

terisi darah ketika timbul nafsu birahi, terjadi pada penis dan klitoris yang terdiri

atas jaringan yang mengandung banyak pembuluh darah (Departemen Pendidikan

Nasional, 2001:307). Dalam hal ini, penutur sengaja memilih kata ngaceng untuk

menggambarkan keadaan birahi lawan bicaranya karena kata tersebut dirasa lebih

santai dan mudah diingat dalam penggambaran maksud penutur. Hal ini terkait

pada gaya (style) penutur yang bersifat santai, lebih estetik, dan lebih berseni

(Junus, 1989:14). Selain itu, pemilihan kata tersebut menjadi lebih mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

47

dipahami dalam tuturan di lingkungan bahasa Jawa, dibandingkan jika penutur

menggunakan bahasa Indonesia yang nilai rasanya menjadi lebih formal dan

cenderung ilmiah.

Contoh (92) menggunakan kata meteng dan pokal secara berurutan berarti

‗hamil‘ dan ‗ulah‘(Suryadi, 2002:276). Pada dasarnya pada contoh ini, yang

ditekankan oleh penutur adalah keadaan hamil. Kata meteng dalam tingkat tutur

bahasa Jawa berada pada tingkat ngoko. Pemakaian bahasa Jawa tingkat ngoko

terutama jika jelas-jelas penutur tidak perlu menghormati latar belakang lawan

bicara (Pudjosumarmo, 1979:13). Oleh karena itu, pembentukan campur kode

berupa kata meteng lebih stabil maknanya bagi lawan tutur yang memiliki derajat

yang sama dengan penutur.

Pada contoh (93) pembentukan campur kode tampak pada kata

cengengesan ‗tertawa-tawa, tidak mau bersungguh-sungguh‘(Suryadi, 2002:244)

dan kata cethotan ‗cubitan di paha atau di pantat‘(Suryadi, 2002:245).

Penggunaan kata dalam bahasa Jawa dalam tuturan dengan lawan bicara dianggap

penutur bernilai rasa santai dan lebih akrab. Selain itu, dengan menggunakan

bahasa Jawa untuk menggambarkan situasi cerita yang lucu, pemilihan kata

tersebut menjadi tepat dan tidak bertele-tele.

Campur kode pada contoh (94) tampak pada kata jentol-jentol ‗bentol-

bentol‘ (Suryadi, 2002:256) dan kata kelon ‗tidur berpelukan‘(Suryadi, 2002:260).

Kata kelon secara harafiah merujuk pada keadaan tidur berpelukan biasanya

dilakukan seorang ibu kepada anaknya. Dalam teks di atas, kata kelon memiliki

makna kias yaitu tidur bersama untuk bersetubuh antara laki-laki dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

48

perempuan. Penutur memilih menggunakan kata tersebut agar mudah

menggambarkan situasi teks dan karena kata tersebut bernilai rasa lebih tepat dan

stabil maknanya untuk dituturkan oleh penutur mengenai pengalamannya dengan

kekasihnya.

3.2.3 Oversight

Oversight ialah latar belakang penggunaan campur kode akibat adanya

keterbatasan kata-kata yang dimiliki oleh bahasa penutur. Penggunaan campur

kode dalam novel Pengakuan Pariyem yang dilatarbelakangi oleh faktor oversight

adalah sebagai berikut.

(95) Sampai kelon yang terakhir

Saya tidak meteng-meteng, lho

Saya rada khawatir juga

Ah, ya, kang Kliwon pintar, kok

Habis bantingan saya, diongklok (Suryadi, 2002:96)

(96) Dasar, perempuan suka celelekan

diberi tahu malah ngikik ketawa

Cengar-cengir bibir dan hidungnya (Suryadi, 2002:120)

(97) Sahabat karibnya banyak sekali

tapi dia masih mbok-mboken, lho

rada gembeng, gampang menangis (Suryadi, 2002:138)

(98) Lha, belum lagi dia mencuci muka

diambilnya rokok kretek dan geretan

Kempas-kempus mulutnya nyedot kebul (Suryadi, 2002:138)

Pada contoh (95) campur kode tampak pada kata kelon ‗tidur bersama‘(Suryadi,

2002:260) dan diongklok ‗diangkat dan diturunkan dengan cepat‘(Suryadi,

2002:247). Kata kelon memiliki makna tidur bersama yang biasanya dilakukan

seorang ibu pada anaknya. Namun, dalam konteks tuturan tokoh, makna kelon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

49

bergeser menjadi suatu tindakan tidur bersama untuk melakukan hubungan intim

(bersetubuh). Makna kedua dalam bahasa Jawa ini digunakan akibat tidak adanya

istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk menggambarkan situasi yang

ingin diungkapkan oleh penutur. Begitu pula dengan kata diongklok dalam bahasa

Jawa, untuk menggambarkan situasi bahwa penutur dan lawan bicara setelah

melakukan hubungan suami istri, si lelaki mengangkat si perempuan lalu diangkat

naik turun dengan cepat sebagai tindakan pencegahan kehamilan.

Pada contoh (96) campur kode tampak pada kata celelekan ‗main-main,

tidak mau bersungguh-sungguh‘(Suryadi, 2002:244). Penutur menggunakan kata

dari bahasa Jawa karena ingin menggambarkan situasi lawan bicaranya yang

memiliki sifat tidak bisa serius dalam situasi apapun. Penggunaan kata celelekan

dirasa penutur lebih menggambarkan situasi yang dimaksud, terutama juga karena

tidak ada istilah yang tepat untuk menggambarkannya.

Pada contoh (97) campur kode tampak pada kata mbok-mboken ‗masih

bergantung kepada Ibu‘(Suryadi, 2002:266). Kata ini menggambarkan sifat

seorang anak yang sangat manja kepada orangtuanya. Biasanya tidak hanya manja

kepada ibu, namun bisa juga terhadap ayahnya. Istilah mbok-mboken ini dalam

bahasa Indonesia ragam tidak baku biasa disebut anak mami. Namun dalam ragam

baku belum ada istilah yang sepadan untuk menggambarkan sifat seperti di atas.

Pada contoh (98) campur kode tampak pada kata kempas-kempus

‗menyedot berulang-ulang‘(Suryadi, 2002:260). Kata ini biasanya digunakan

untuk menyebut seorang perokok. Biasanya untuk menyebut perokok berat karena

tindakan merokok yang dilakukan berulang-ulang. Dalam bahasa Indonesia tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

50

ada padanan istilah untuk menggambarkan makna kata kempas-kempus dalam

bahasa Jawa.

3.3 Faktor Non-Kebahasaan

Latar belakang non-kebahasaan yang menyebabkan penutur menggunakan

campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah sebagai berikut.

3.3.1 Need for Synonim

Need for synonim adalah penggunaan bahasa lain untuk memperhalus

maksud tuturan. Contoh campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem yang

dilatarbelakangi oleh faktor need for synonim adalah sebagai berikut.

(99) Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryomentaraman Ngayogyakarta

Saya sudah terima, kok (Suryadi, 2002:29)

(100) Sore saya sudah bersiap

Mipis jamu kunir cabe puyung

Untuk nDoro Ayu dan nDoro Putri (Suryadi, 2002:118)

Pada contoh (99) dan (100) campur kode tampak pada frase nDoro Kanjeng

Cokro Sentono, nDoro Ayu, dan nDoro Putri. Frase-frase tersebut berarti ‗Tuan

dan Nyonya‘. Frase nDoro Kanjeng, nDoro Ayu, dan nDoro Putri adalah bentuk

sebutan dari seorang bawahan kepada atasannya, terutama jika status sosial

atasannya tinggi dan termasuk dalam kelas bangsawan. Sebutan ini menurut

penutur lebih pantas diucapkan dengan bahasa Jawa dibanding dengan bahasa

Indonesia karena penggunaan sapaan dalam bahasa Jawa memiliki nilai rasa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

51

lebih menghormati lawan bicaranya dan menunjukkan rasa sopan penutur kepada

lawan tuturnya.

3.3.2 Social Value

Social value adalah penggunaan campur kode karena penutur sengaja

mengambil kata dari bahasa lain dengan mempertimbangkan faktor sosial.

Contoh penggunaan campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem yang

dilatarbelakangi oleh social value adalah sebagai berikut.

(101) ―Sedang simbok saya jadi ledhek

Parjinah nama kecilnya (Suryadi, 2002:24)

(102) ―Ya, ya, kang Kliwon namanya

Dia lahir di hari pasaran Kliwon (Suryadi, 2002:87)

(103) ―Ah, sampeyan tahulah sekarang

Air mata adalah lambang derita (Suryadi, 2002:142)

(104) ―E, yu Pariyem, sudah mau pulang?

Hari ini belanja apa saja sampeyan? (Suryadi, 2002:147)

(105) ―Jadi, yu, sekarang yu Pariyem meteng?!

Dengan siapa kowe melakukannya?!‖ (Suryadi, 2002:173)

Pada contoh (101) campur kode tampak pada kata simbok yang berarti ‗Ibu‘.

Karena penutur memiliki latar belakang sosial dan budaya Jawa yang kental,

maka untuk mengungkapkan rasa akrab dan kedekatan dengan orang tua, penutur

memilih menggunakan bahasa Jawa sebagai sapaan sehari-hari untuk ibunya.

Contoh (102) campur kode tampak pada kata kang ‗panggilan untuk

kakak atau laki-laki yang lebih tua (mas)‘. Dalam hal ini penutur menggunakan

bahasa Jawa untuk memanggil teman laki-lakinya dengan sebutan kang sebagai

bentuk keakraban. Meskipun panggilan kang dalam bahasa Jawa dan mas dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

52

bahasa Indonesia merujuk pada makna yang sama, namun sebutan kang

mengusung nilai rasa yang menunjuk pada hubungan sosial yang lebih akrab.

Demikian pula dengan contoh (103) yakni kata sampeyan ‗Anda‘. Penggunaan

kata ini dirasa penutur lebih akrab dan tidak berjarak terutama bagi orang yang

memiliki latar belakang sosial dan budaya Jawa yang kental.

Contoh (104) dan (105) sama-sama mengandung campur kode yu yang

merupakan singkatan dari frasa mbak ayu atau mbakyu ‗kakak perempuan‘.

Penggunaan kata yu dalam bahasa Jawa untuk menyebut kakak perempuan

memiliki makna yang lebih khusus, dibanding jika hanya menyebut dengan kata

kakak yang maknanya lebih umum karena bisa berarti kakak laki-laki dan kakak

perempuan. Selain itu, karena kata yu, dirasa lebih akrab dan sopan. Begitu pula,

untuk penyebutan kata sampeyan dan kowe yang berarti ‗Anda dan kamu‘.

3.3.3 Adanya Situasi Formal

Campur kode pada novel Pengakuan Pariyem yang dilatarbelakangi oleh

adanya situasi formal dimaksudkan penulis untuk menunjukkan adanya hubungan

antar sesama manusia yang memiliki makna merendahkan, penghormatan, bahkan

situasi keakraban. Hal ini terlihat pada hubungan antara tokoh Pariyem

(pembantu) pada tokoh nDoro Kanjeng (Tuan), tokoh nDoro Ayu (Nyonya), tokoh

nDoro Putri (anak perempuan), dan tokoh Raden Bagus Aria Atmaja (anak laki-

laki).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

53

Campur kode pada novel Pengakuan Pariyem yang pembentukannya

dilatarbelakangi oleh faktor adanya situasi formal dapat ditunjukkan pada contoh-

contoh berikut :

(106) Sebagaimana beberapa tahun yang silam

Kang Kliwon sungkem di muka simbah

- Ujung kata orang Jawa

Penuh rasa hormat, penuh rasa sopan

kang Kliwon tangannya ngapurancang

Berpakaian sarung, surjan, dan blangkon (Suryadi, 2002:88)

Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem pada contoh (106) tampak pada

kata sungkem ‗sembah sujud‘ dan kata ngapurancang ‗duduk sambil

merangkapkan kedua telapak tangan sebagai tanda sangat menghormat‘.

Penggunaan kata sungkem ini berfungsi untuk menjelaskan tindakan yang benar-

benar menghormati suatu kegiatan ataupun seseorang. Kata ngapurancang pun

demikian, penggunaan campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia

dapat terjadi dalam situasi formal yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar karena terkadang istilah yang ingin disampaikan (dalam bahasa

Indonesia) terlalu panjang dan sulit diasosiasikan oleh pendengar atau lawan

bicara. Pada contoh (106) ini campur kode terjadi untuk menunjukkan adanya

hubungan antar manusia yang ingin mengungkapkan rasa hormat saat situasi

formal pada lawan bicara dan situasi bicara.

3.3.4 Faktor Kebiasaan

Meski novel Pengakuan Pariyem merupakan novel bernuansa kedaerahan

(Indonesia kejawa-jawaan), novel Pengakuan Pariyem tidak secara utuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

54

menggunakan bahasa Jawa untuk menyampaikan cerita. Namun, ada beberapa

bagian, dimana penutur sering bahkan berulang-ulang menyebut suatu kata

bahkan frase dalam tuturan bahasa Jawa. Hal inilah yang penulis maksud sebagai

kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2001:146),

kebiasaan didefinisikan sebagai pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi

tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara

berulang untuk hal yang sama.

Berdasarkan pemahaman penulis pada definisi kebiasaan, berikut contoh

penggunaan campur kode pada novel Pengakuan Pariyem yang pembentukannya

dilatarbelakangi oleh faktor kebiasaan.

(107) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

Apabila saya menyapa Den Baguse

Bayang matanya penuh alam mimpi (Suryadi, 2002:35)

(108) Sejak esuk uthuk-uthuk

Saya memasang gendang telinga

Radio amatir yang gembar-gembor (Suryadi, 2002:36)

(109) lha, saya sudah puas, kok

Saya lega-lila (Suryadi, 2002:46)

Campur kode pada contoh (107) dan (109) tampak pada klausa Gusti nyuwun

ngapura ‗Tuhan mohon ampun‘ dan kata lega-lila ‗rela, sukarela‘. Penutur

merupakan orang Jawa yang memiliki rasa kepasrahan, terutama kepada Tuhan.

Melalui teks, penutur diceritakan sebagai pribadi yang sederhana dan memiliki

iman yang kuat kepada Tuhan dan agama yang dianutnya. Penutur terbiasa untuk

menyebut kata Tuhan menggunakan bahasa Jawa terlebih karena penutur

menganggap bahwa penyebutan menggunakan bahasa Jawa dirasa lebih memiliki

nilai hormat yang tinggi. Penggunaan kata lega-lila juga terbiasa diungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

55

penutur untuk menggambarkan kesederhanaan dan kepasrahan penutur ketika

menanggapi suatu peristiwa yang menimpa kehidupannya.

Contoh (108) mengandung campur kode pada frasa esuk uthuk-uthuk

‗pagi-pagi buta‘. Seperti yang disampaikan di bagian sebelumnya tentang status

sosial penutur sebagai pembantu sebuah keluarga kaya, maka tentu saja bisa

dianggap bahwa penutur memiliki kebiasaan untuk bangun lebih awal dari

penghuni rumah yang lain. Atas kebiasaannya bangun lebih pagi tersebut, penutur

merasa lebih tepat dan terbiasa menggunakan frasa esuk uthuk-uthuk untuk

menggambarkan latar waktu peristiwa dalam cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

56

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis campur kode pada tuturan tokoh Pariyem dalam

novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag, penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut. Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terjadi pada

satuan lingual berupa kata, frasa, baster, bentuk ulang, dan peribahasa.

Campur kode berupa kata mencakup pada kata benda (nomina), kata kerja

(verba), kata sifat (adjektiva), dan kata tugas. Pada kata benda, campur kode

terjadi pada kata benda yang menyatakan sapaan, kata benda yang menyatakan

nama benda, dan kata benda yang menyatakan pelaku atau orang yang melakukan

pekerjaan. Campur kode berupa kata kerja terjadi pada kata kerja yang

menyatakan aksi atau perbuatan dan kata kerja yang menyatakan keadaan.

Campur kode berupa kata sifat terjadi pada kata sifat yang menyatakan penilaian,

kata sifat yang menyatakan perasaan batin, dan kata sifat yang menyatakan warna.

Campur kode berupa kata tugas dalam novel Pengakuan Pariyem hanya

ditemukan berupa partikel yaitu ta, lho, ha, lha, dan ya.

Campur kode berupa frasa mencakup frasa nominal, frasa verbal, frasa

preporsisional, dan frasa adverbial. Campur kode berupa baster mencakup bentuk

baster pola awalan + kata, bentuk baster pola kata + akhiran, dan bentuk baster

pola frase + akhiran. Campur kode berupa bentuk ulang mencakup bentuk ulang

dasar, bentuk ulang berimbuhan, bentuk ulang berubah bunyi, dan bentuk ulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

57

semu. Campur kode berupa peribahasa mencakup pepatah, perumpamaan, dan

ungkapan.

Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem dilatarbelakangi oleh dua

faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan

yang melatarbelakangi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terdiri atas

faktor low frequency of word dan faktor oversight. Faktor non-kebahasaan yang

melatarbelakangi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah faktor

need for synonim, faktor social value, faktor situasi formal, dan faktor kebiasaan.

Selain faktor-faktor di atas, campur kode dalam tuturan tokoh Pariyem

dalam novel Pengakuan Pariyem disebabkan oleh adanya tingkat tutur bahasa

Jawa, yakni tingkat tutur krama inggil, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur

ngoko.

4.2 Saran

Penelitian ini kurang mendalam karena meskipun sudah menjawab

permasalahan, ada permasalahan baru yang muncul yakni apa perbedaan antara

campur kode dan alih kode. Hal ini menjadi permasalahan karena campur kode

dan alih kode terkadang masih dianggap mirip. Saran penulis, akan lebih baik jika

selain menemukan bentuk-bentuk campur kode dan latar belakang

pembentukannya, penelitian selanjutnya dibahas lebih dalam tentang perbedaan

antara fenomena campur kode dan fenomena alih kode.

Selain itu, penelitian campur kode dapat mengkaji objek yang lebih

beragam, yang dapat menambah wawasan baru tentang bahasa Indonesia yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

58

diharapkan semakin mendukung variasi bahasa dan menambah kayanya kajian

linguistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:

Bhatara Karya.

_____. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).

Jakarta:Rineka Cipta.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina . 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Jakarta:Rineka Cipta.

Ciptini, Udi. 2003. ―Jenis dan Alasan Penggunaan Campur Kode dalam

Komunikasi Hubungan Kerja Rektor Universitas Negeri Semarang.

Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ekayanti, Vincincia Nur. 2004. ―Campur Kode dalam Novel Belantik Karya

Ahmad Tohari‖. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Hendriawan, M. Chandra. 2009. ―Campur Kode pada Penulisan Blog

www.seleb.tv‖. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Penerbit Carasvatibooks.

Lyons, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Munsyi, Alif Danya. 9 Dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

60

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Purwadi. 2004. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Yogyakarta: Media Abadi.

_____. 2006. Kamus Jawa-Indonesia Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Bina

Media.

Rahardi, R. Kunjana, M.Hum. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan Alih Kode.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Redaksi Lima Adi Sekawan. 2007. EYD Plus. Jakarta: Limas.

Setyawati, Rukni. 2010. Campur Kode dalam Rubrik „Ah... Tenane‟ pada

Harian Solopos Edisi 29-30 Januari 2010 dan 1 Februari 2010.

Jalabahasa, Volume 6 No. 1, Mei.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sumarsono & Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Suryadi, Linus Ag. 2002. Pengakuan Pariyem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Verhaar, J.W.M. 1983. Pengantar Linguistik Jilid Pertama. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

_____ . 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Waridah, Ernawati. 2009. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta:

Kawan Pustaka.

Wardaugh, Ronald. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. Cambridge:

Blackwell.

Yuniawan, Tommi. 2005. Campur Kode pada Masyarakat Etnik Jawa-

Sunda: Kajian Sosiolinguistik dalam Ranah Pemerintahan di

Kabupaten Brebes. Humaniora Volume 17 No. 1, Februari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

61

2. Sumber Online

http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html

http://adiel87.blogspot.com/2009/11/alih-kode-campur-kode-dan-

interferensi.html.

Indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/campur-kode/

Indonesiasaram.wordpress.com/2007/04/22/tentang-campur-kode-lagi/

www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/linus.html

bintangtenggara.multiply.com/reviews.item14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

62

LAMPIRAN I

(11) O, manakah iman, manakah wewaler Tuhan

Bila nyawa tak punya lagi tempat aman? (Suryadi, 2002:17)

(12) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

di pinggir sumur saya nembang (Suryadi, 2002:19)

(13) Saya tak tahu apa jawabannya,

Tapi coba, sampeyan permalukan

di tengah-tengah banyak orang. (Suryadi, 2002:56)

(14) Saya sudah punya ngelmu krasan, kok

ngelmu hidup yang sudah ditinggalkan. (Suryadi, 2002:54)

(15) Sikap congkak dan sombong diri

tanda orang itu kurang pekerti

“Wani ngalah luhur wekasanipun” (Suryadi, 2002:49)

(16) Fajar telah terbit di timur

Sejak subuh hari para tamu pun pulang

Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Ayu

esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta. (Suryadi, 2002:210)

(17) Betapa senangnya hati saya

nDoro Putri tidur seamben dengan saya

Dia betah dan krasan tinggal di desa

dan, O, makan dan jajan apa adanya

Tak pernah mencacat, dia nrima saja betapa senangnya hati saya

(Suryadi, 2002:211)

(18) Saya lebih patut sebagai biyung emban (Suryadi, 2002:23)

(19) Dasar perempuan suka celelekan

Diberi tahu malah ngikik ketawa (Suryadi, 2002:120)

(20) Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan— (Suryadi, 2002:25)

(21) ―Jangan sampeyan bertanya

‗Kenapa dua adik saya tak bernama

Bambang dan Endang saja?‘ (Suryadi, 2002:5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

63

(22) Sedangkan pada hari siang

ketimbang ngrasani para tetangga

dan bergunjing perkara bendoronya

ongkang-ongkang di amben dapur

sinambe kalaning nganggur (Suryadi, 2002:21)

(23) Demikian pun bapak dan simbok saya

tanpa rasa sesal dan rasa curiga (Suryadi, 2002:26)

(24) Ongkang-ongkang di amben dapur

Sinambi kalaning nganggur (Suryadi, 2002:21)

(25) Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan- (Suryadi, 2002:25)

(26) Saya songkokkan di dada

sebagai kutang menyongkok penthil (Suryadi, 2002:28)

(27) Waktu prabu Ajisaka menggelar iketnya

prabu Dewata Cengkar sampai terjungkal (Suryadi, 2002:44)

(28) Suatu hari wong bule datang (Suryadi, 2002:110)

(29) Yang dekat Alun-alun Lor jalan kaki

yang jauh dari luar kota naik colt (Suryadi, 2002:121)

(30) Dengan rasa bangga dan lega –pulanglah-

Numpak andhong ditarik dua jaran (Suryadi, 2002:125)

(31) ―Sedang simbok saya jadi ledhek

Parjinah nama kecilnya (Suryadi, 2002:24)

(32) ―Iyem‖ panggilan sehari-harinya

dari Wonosari Gunung Kidul

Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono (Suryadi, 2002:34)

(33) nDoro Kanjeng langka absen, lho

menghadiri sarasehan para sindhen (Suryadi, 2002:70)

(34) Saya sudah membereskan meja makan

Cuci pakaian, asah-asah, setlika

sudah saya kerjakan dengan setia

kini saya berhak tidur –ngaso- (Suryadi, 2002:30)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

64

(35) Karsa mrentul di dalam sanubari

sebagai puting susu disedot lelaki

Muncul ke luar ia membutuhkan papan

sebagai ludah insan cipokan

merembus ke luar tak terkendalikan (Suryadi, 2002:32)

(36) ―Saya ingat hari terjadinya

Dan saya ingat hari pasarannya

Kamis Pahing persisnya

jatuh pada bulan purnama

Dan sejak itu, tiap kali kangen

dia terus mengajak sare sama saya (Suryadi, 2002:40)

(37) ―Ah ya, Raden Bagus Ario Atmojo

Begitu bila nDoro Ayu bercerita

pada para tamu yang sowan ke ndalemnya

Dia kuliah di Fakultas Filsafat

Universitas Gadjah Mada (Suryadi, 2002:41)

(38) ―nDoro Kanjeng wong wicaksono, lho

Sering benar diminta kasih wejangan

Dalam upacara ngundhuh pengantin

upacara tetesan dan supitan

Dalam upacara layat kematian

dan dalam upacara ruwatan (Suryadi, 2002:65)

(39) Ki dalang Kimpul dari Sleman

melakonkan Alap-alapan Sukesi

Dan simbok nyindhen sampai pagi

terang, pulangnya diantar seorang lelaki

Sedang bapak ngetoprak di Tempel

pulangnya saban seminggu sekali (Suryadi, 2002:81)

(40) ―Sekadar mencari angin malam

Makan nasi goreng pada bu Luntur

di Alun-alun Lor Ngayogyakarta

Minum teh nas-gi-thel bergula batu

di pojok wetan Paku Alaman

Makan nasi gudeg dan teh jahe

di depan pasar gede Beringharjo

Sehabis nonton gambar hidup

di gedung Ratih atau Indra

Atau nonton seni pertunjukan

di Senisono atau Purna Budaya

Atau mirsani pagelaran wayang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

65

di Alun-alun Kidul Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:97)

(41) Ah, ya betapa lucu mereka

pertengkaran mulut sebagai buahnya

Lalu masing-masing pada wadul

kepada Romo dan Ibunya (Suryadi, 2002:144)

(42) Apabila saya menyapa Den Baguse

bayang matanya penuh alam mimpi

Dia menelan ludah berkali-kali

Anunya lalu ngaceng, lho (Suryadi, 2002:35)

(43) Dari Wonosari Gunung Kidul

saya pun menggelinding –turun-

mBeboro mencari tumpangan raga

Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryomentaraman Ngayogyakarta

Tapi dengan putra sulungnya main asmara

dan kini meteng sebagai buahnya (Suryadi, 2002:181)

(44) Bapak saya biasa berperan bambangan

banyak benar wanita kepencut sama bapak saya

Apalagi bila dia sudah gandrung – ura-ura-

para penonton terharu hilang kata (Suryadi, 2002:24)

(45) Perasaannya peka

sepeka pita kaset

Dan rangkulannya jembar

sejembar pergaulannya (Suryadi, 2002:65)

(46) Ibarat minyak dan air

tak bisa lebur tak bisa akur

selalu kerah –congkrah- (Suryadi, 2002:76)

(47) Agar jejeg imannya

dan landhep batinnya (Suryadi, 2002:105)

(48) Dasar perempuan suka celelekan

diberi tahu malah ngikik ketawa (Suryadi, 2002:120)

(49) Tapi saya juga pasang gaya:

Melepas setagen berganti kain

cobot kebaya ganti yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

66

Wuah, wuah, dia pasti terus merajuk

tidak jarang dia pun ngamuk-ngamuk

Bilangnya, dia tresna banget sama saya (Suryadi, 2002:47)

(50) Dan hanya kepada sampeyan, lho, mas

lelakon semua ini saya ceritakan

Tak saya sidhem, tak saya dekam

saya krasan yang serba tentram (Suryadi, 2002:63)

(51) Begitupun Nyai Kondhang kuning

Dari Kricak Lor Ngayogyakarta

Suaranya anyles bikin gemes (Suryadi, 2002:71)

(52) Dalam kantuk yang menggandhul

Hati saya sumeleh, bersyukur (Suryadi, 2002:77)

(53) Apakah karena terbawa oleh naluri

Lelaki itu karem banget kekuasaan (Suryadi, 2002:152)

(54) Membeli telur godhog sunduk

Yang diborehi warna abang (Suryadi, 2002:119)

(55) Kalau memang sudah nasib saya

Sebagai babu, apa ta, repotnya?

Gusti Allah Maha Adil, kok

Saya nrima ing pandum (Suryadi, 2002:29)

(56) Dan saya langka mencaci orang, lho

kecuali orangnya memang sontoloyo (Suryadi, 2002:34)

(57) ―Ketlingsut ke mana kamu, yu Iyem?

Sudah 5 tahun di Yogya kok hilang

Kepencut sama wong lanang apa, ha?‖ (Suryadi, 2002:120)

(58) Dalam gelora hasrat yang berkobar

apabila derita sudah terlupakan

Lha, ya, jangan meleh-melehake, mas

bila suatu hari nanti saya meteng

dan kudu melahirkan bayi kembali –

Lha, ya, mau bagaimana lagi, ta

enak, kok

kepenak (Suryadi, 2002:218)

(59) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

Saya lebih patut sebagai biyung emban (Suryadi, 2002: 23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

67

(60) Gusti Allah, Maha Adil, kok (Suryadi, 2002:29)

(61) Tapinya kosong melompong

buahnya kanthong bolong (Suryadi, 2002:59)

(62) Hatinya longgar

selonggar kathok kolor (Suryadi, 2002:65)

(63) Pikirannya tajam

setajam keris warangan (Suryadi, 2002:65)

(64) ―Sejak siang hujan riwis-riwis

Jatuh di jagad Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:41)

(65) Tapi tongseng dan nasi goreng, ojo takon

- karemnya luar biasa, tak ketulungan (Suryadi, 2002:41)

(66) Dengan berpokrol bambu, waton mangap

Bergaya atos pula: akhirnya uanglah

Yang menjadi kunci kepribadiannya (Suryadi, 2002:134)

(67) Dia punya katuranggan raden Gatotkaca

: gantheng tapi lembut

Kalem tapi pun sembodo

Guwayanya suntrut

dan pasuryannya bercahaya (Suryadi, 2002:43)

(68) Bagaikan iket kepala Sala-Ngayogya

dijereng jembar, dipakai pun longgar (Suryadi, 2002:44)

(69) Saya tak ayem tentrem karenanya

saya tak krasan ketemu siapa saja (Suryadi, 2002:60)

(70) Tapi juga di Pendhopo Kecamatan, Kabupaten

Pendhopo Kalurahan dan rumah gedheg kampung

Lha, ya, jangan heran saya hafal nama-nama

nDoro Putri demen banget cerita sama saya (Suryadi, 2002:154)

(71) ketimbang ngrasani para tetangga

dan bergunjing para bendoronya

ongkang-ongkang di amben dapur (Suryadi, 2002:21)

(72) O, bapak, O, simbok

anakmu kungkum di sendhang

menanggung beban sendirian (Suryadi, 2002:87)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

68

(73) ―Sejak esuk uthuk-uthuk

saya memasang gendang telinga (Suryadi, 2002:36)

(74) Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Ayu

esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta (Suryadi, 2002:210)

(75) ya, ya, Raden Bagus Ario Atmojo namanya

Kalau sudah merah matanya

seolah jagad gelap gulita

Hasratnya tak bisa dipenggak, ditunda

biar dengan bujuk rayu dan janji segala (Suryadi, 2002:47)

(76) Tanpa kehilangan rasa gembira

keindahan terbabar bersama jua

Dan hidup mengalir penuh citra:

Rasanya intim, rasanya jenaka

kesahajaan pun ada di dalamnya (Suryadi, 2002:78)

(77) Ah, ya, kang Kliwon pintar, kok

habis bantingan saya diongklok (Suryadi, 2002:96)

(78) Saya bayangkan dan saya kenangkan:

Banyak sindhen kawentar berkumpul

gelungan munthil-munthil dan bengesan

Dengan berkebaya dan jarikan lurik (Suryadi, 2002:70)

(79) Demikianpun kami perempuan bertiga:

nDoro Ayu, nDoro Putri, dan saya

ada dalam uyuk-uyukan berebutan (Suryadi, 2002:125)

(80) ―Oh, adhuh! Ini anak saya‖

Saya pun berpura-pura:

―Sakit benar gronjolannya!‖

Saya pun merintih kesakitan (Suryadi, 2002:125)

(81) Lha, kalau numpak sepeda motor Yamaha

ngebut banternya luar biasa (Suryadi, 2002:42)

(82) Hidup yang prasojo saja

tak usah yang aeng-aeng (Suryadi, 2002:28)

(83) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

badan saya jentol-jentol semua (Suryadi, 2002:85)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

69

(84) Sampai kelon yang terakhir

saya tidak meteng-meteng lho (Suryadi, 2002:96)

(85) ―Tapi dia sangat grapyak,

Kata wong Jawa –micarani-

Sahabat karibya banyak sekali

tapi dia masih mbok-mboken, lho (Suryadi, 2002:138)

(86) Kenapa hati saya kelara-lara

Terjaring dalam kegelapan (Suryadi, 2002:86)

(87) Di kamarnya, penuh buku-buku asing

yang mosak-masik dan apek bau tembakau (Suryadi, 2002:41)

(88) Mulut mangap centha-centhe – santai- (Suryadi, 2002:76)

(89) sedang mulutnya sibuk pula berbicara

Hanya, tampaknya saja klemar-klemer (Suryadi, 2002:114)

(90) Sejumlah pemuda mesam-mesem

menyaksikan adegan kami pula (Suryadi, 2002:120)

(91) diambilnya rokok kretek dan geretan

Kempas-kempus mulutnya nyedot kebul (Suryadi, 2002:138)

(92) Mending muter radio amatir

yang menyiarkan uyon-uyon Manasuka (Suryadi, 2002:21)

(93) Saya sudah membereskan meja makan

cuci pakaian, asah-asah, setlika (Suryadi, 2002:30)

(94) Di dalam hati yang melang-melang -sengsara

Akan rontok jagad yang tua (Suryadi, 2002:60)

(95) Dalam upacara layat kematian

dan dalam upacara ruwatan

Dia sering diminta kasih ular-ular (Suryadi, 2002:65)

(96) Lantas nDoro Ayu pun angkat suara:

“Kacang mangsa ninggala lanjaran” (Suryadi, 2002:191)

(97) Dan nDoro Ayu tersenyum, berperibahasa:

―Betapapun, anak polah bapa kepradhah‖ Suryadi, 2002:194)

(98) Ibarat idu geni, kata-katanya masah (Suryadi, 2002:66)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

70

(99) O, betapa tak pantas saya bayangkan

Ibarat kere munggah bale (Suryadi, 2002:200)

(100) saya sudah punya ngelmu krasan, kok

Ngelmu hidup yang sudah ditinggalkan (Suryadi, 2002:54)

(101) Dia menelan ludah berkali-kali

Anunya lalu ngaceng, lho

membikin dia cegukan (Suryadi, 2002:35)

(102) Dia meteng tapi tak ada pria

Yang mau mengakui pokalnya (Suryadi, 2002:51)

(93) Sambil cengengesan, tangannya usil

pinggul simbol kebagian cethotan (Suryadi, 2002:74)

(94) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

badan saya jentol-jentol semua

O. kami kelon di sarang semut (Suryadi, 2002:85)

(95) sampai kelon yang terakhir

Saya tidak meteng-meteng, lho

Saya rada khawatir juga

Ah, ya, kang Kliwong pintar, kok

Habis bantingan saya, diongklok (Suryadi, 2002:96)

(96) Dasar, perempuan suka celelekan

diberi tahu malah ngikik ketawa

Cengar-cengir bibir dan hidungnya (Suryadi, 2002:120)

(97) Sahabat karibnya banyak sekali

tapi dia masih mbok-mboken, lho

rada gembeng, gampang menangis (Suryadi, 2002:138)

(98) Lha, belum lagi dia mencuci muka

diambilnya rokok kretek dan geretan

Kempas-kempus mulutnya nyedot kebul (Suryadi, 2002:138)

(99) Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono

di nDalem Suryomentaraman Ngayogyakarta

Saya sudah terima, kok (Suryadi, 2002:29)

(100) Sore saya sudah bersiap

Mipis jamu kunir cabe puyung

Untuk nDoro Ayu dan nDoro Putri (Suryadi, 2002:118)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

71

(101) ―Sedang simbok saya jadi ledhek

Parjinah nama kecilnya (Suryadi, 2002:24)

(102) ―Ya, ya, kang Kliwon namanya

Dia lahir di hari pasaran Kliwon (Suryadi, 2002: 87)

(103) ―Ah, sampeyan tahulah sekarang

Air mata adalah lambang derita (Suryadi, 2002:142)

(104) ―E, yu Pariyem, sudah mau pulang?

Hari ini belanja apa saja sampeyan? (Suryadi, 2002:147)

(105) ―Jadi, yu, sekarang yu Pariyem meteng?!

Dengan siapa kowe melakukannya?!‖ (Suryadi, 2002:173)

(106) Sebagaimana beberapa tahun yang silam

Kang Kliwon sungkem di muka simbah

Ujung kata orang Jawa

Penuh rasa hormat, penuh rasa sopan

kang Kliwon tangannya ngapurancang

Berpakaian sarung, surjan, dan blangkon (Suryadi, 2002:88)

(107) O, Allah, Gusti nyuwun ngapura

Apabila saya menyapa Den Baguse

Bayang matanya penuh alam mimpi (Suryadi, 2002:35)

(108) Sejak esuk uthuk-uthuk

Saya memasang gendang telinga

Radio amatir yang gembar-gembor (Suryadi, 2002:36)

(109) lha, saya sudah puas, kok

Saya lega-lila (Suryadi, 2002:46)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

72

LAMPIRAN II

A. Campur Kode Berupa Kata

(1) O, manakah iman, manakah wewaler Tuhan

Bila nyawa tak lagi punya tempat aman? (hal 17)

(2) Saya suka serba luwes –lembut-

Bagaikan putri kraton Ngayogyakarta (hal 20)

(3) ―Wayang kulit dan ketoprak

Tontonan kegemaran saya

Ditambah sandiwara RRI Nusantara II

Ngayogyakarta Hadiningrat

Saban Minggu malamnya (hal 21)

(4) Sedangkan pada hari siang

Ketimbang ngrasani para tetangga

Dan bergunjing perkara bendoronya

Ongkang-ongkang di amben dapur (hal 21)

(5) Mending muter radio amatir

Yang menyiarkan uyon-uyon manasuka (hal 21)

(6) Saya lebih patut sebagai biyung emban

Saya lebih patut sebagai limbuk (hal 23)

(7) Banyak benar wanita kepencut sama bapak saya (hal 24)

(8) Apalagi bila dia sudah gandrung –ura-ura

Para penonton terharu hilang kata (hal 24)

(9) Sedang simbok saya jadi ledhek

Parjinah nama kecilnya (hal 25)

(10) Bila sudah ngibing, mas –wuah-

pak Lurah, pak Mantri, pak Camat

bahkan pak Wedana dan pak Bupati (hal 25)

(11) Naik turun kala-menjingnya

Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan- (hal 25)

(12) Atas kuasa Sang Hyang Murbeng Jagad

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

73

Mereka berdua sama-sama dipertemukan

Dewa Kama dan Dewi Ratih angslup (hal 26)

(13) Hidup yang prasojo saya

Tak usah yang aeng-aeng (hal 28)

(14) Kabegjan masing-masing kita punya

Sudah kita bawa sejak lahir (hal 28)

(15) Saya songkokkan di dada

Sebagai kutang menyongkok penthil (hal 28)

(16) Saya sudah trima, kok

Saya lega lila (hal 29)

(17) Kalau memang sudah nasib saya

Sebagai babu, apa ta repotnya? (hal 29)

(18) Saya sudah membereskan meja makan

Cuci pakaian, asah-asah, setlika (hal 30)

(19) Kini saya berhak tidur –ngaso- (hal 30)

(20) Dalam tetes keringat dan lumer raga

Saya serahkan milik yang saya punya

Ya, ya, pada mulanya adalah karsa

Karsa mrentul di dalam sanubari

Sebagai puting susu disedot lelaki (hal 31)

(21) Sebagai ludah insan sedang cipokan (hal 32)

(22) Saya ngomong tak pernah gadhog

Laras, tapi penuh irama khas (hal 33)

(23) Dan saya langka mencaci orang, lho

Kecuali orangnya memang sontoloyo (hal 34)

(24) Dan makian ―lonthe‖ bagi wanita Jawa

Ialah makian paling kasar dan kotor (hal 34)

(25) Di dalam jagad pasrawungan (hal 34)

(26) Dia menelan ludah berkali-kali

Anunya lalu ngaceng, lho

Membikin dia cegukan (hal 35)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

74

(27) Sejak esuk uthuk-uthuk

Saya memasang gendang telinga (hal 36)

(28) Memang dia clingus banget, kok

tapi, sorot matanya tak bisa menipu (hal 38)

(29) Sekujur tubuh saya digerayanginya

Pipi, bibir, penthil saya dingok pula (hal 39)

(30) Wouw, dia amat kesusu

Dia masih terlalu kaku (hal 39)

(31) Saya raba dadanya dheg-dhegan, lho (hal 39)

(32) Dan sejak itu, tiap kali kangen

Dia terus mengajak sare sama saya (hal 40)

(33) Pandai bermain pula

Saya biasa keok dulu dibuatnya (hal 41)

(34) Begitu bila nDoro Ayu bercerita

Pada para tamu yang sowan ke ndalemnya (hal 41)

(35) Di kamarnya, penuh buku-buku asing

Yang mosak-masik dan apek bau tembakau (hal 41)

(36) Tapi dia tak karem makan bakmi dan bakso

Tapi tongseng dan nasi goreng, ojo takon (hal 41)

(37) Lha, kalau numpak sepeda motor Yamaha

Ngebut banternya luar biasa (hal 42)

(38) Kebulnya memenuhi jalan raya (hal 42)

(39) Dan tugas-tugas yang dia sandang –tatas-

Tak pernah mogol di tengah jalan (hal 42)

(40) Dia punya katuranggan raden Gatotkaca

:ganteng tapi lembut

Kalem tapi sembodo (hal 43)

(41) Rambutnya ikal, ngandan-andhan (hal 43)

(42) Kalau sudah mandeng

Sorot mataya bersinar mencereng ( hal 43)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

75

(43) Saya pun bangun, nggodhog wedang

Dan nggebyur air halaman depan (hal 46)

(44) Bilangnya, dia tresna banget sama saya (hal 47)

(45) Hasratnya tak bisa dipenggak, ditunda

Biar dengan bujuk rayu dan janji segala (hal 47)

(46) Saya dibopongnya, diambunginya

Saya dibaringkan di atas amben (hal 48)

(47) Anunya gede banget, lho

Saya marem meladeninya (hal 48)

(48) Kemudian saya pamit –mbeboro-

Dari Wonosari Gunung Kidul (hal 50)

(49) Bahkan kakak perempuannya

Yang bahenol dan taberi sinau (hal 51)

(50) Dia meteng tapi tak ada pria

Yang mengakui pokalnya (hal 51)

(51) Saya tak takut bayang-bayang gelap

Saya tak tunduk gobang yang tajam (hal 52)

(52) Habis manis saya ditinggal

Yang dia minta saya berikan

Sesudah taneg, saya kapiran (hal 59)

(53) Dan hanya kepada sampeyan, lho, mas

Lelakon semua ini saya ceritakan

Tak saya sidhem, tak saya dekam

Saya krasan yang serba tentram (hal 63)

(54) Dan rangkulannya jembar

Sejembar pergaulannya (hal 65)

(55) Sering benar diminta kasih wejangan

Dalam upacara ngundhuh pengantin

Upacara tetesan dan supitan (hal 65)

(56) Dia sering diminta kasih ular-ular (hal 65)

(57) Ya, ini jam 5.00 pagi –repet-repet

Keremangan melayah ditinggal bulan (hal 67)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

76

(58) Banyak dalang yang tenggelam

Banyak dalang yang terlantar

Hanya satu-dua yang ketriman (hal 70)

(59) Begitupun Nyai Kondhang Kuning

Dari Kricak Lor Ngayogyakarta

Suaranya anyles bikin gemes (hal 71)

(60) Simbok mengajar saya Tayuban

Ya, alon-alon, diulang-ulang (hal 73)

(61) Bila pria sudah kedhanan pesindhen

Ke mana pun nyindhen dibuntutinya (hal 75)

(62) Tujuannya, untuk memelet kaum lelaki

Dan sebagai jimat penglarisan sindhen (hal 75)

(63) Sedang biasanya kelon malam-malam

Jebul malah meladeni ki dalang (hal 76)

(64) Ibarat kucing dan anjing

Tak bisa rujuk tak bisa gathuk (hal 76)

(65) Lalu saya menjuluk –mapan tidur-

Dalam kantuk saya menggandhul

Hati saya sumeleh, bersyukur (hal 77)

(66) Kini jam dahar siang, telah usai

Saya tinggal ongkang-ongkang (hal 77)

(67) Tanpa kehilangan rasa gembira

Keindahan terbabar bersama jua (hal 78)

(68) Sedang bapak ngethoprak di Tempel

Pulangnya saban seminggu sekali (hal 81)

(69) Dan gamelan ditabuh seseg

Keras, penuh, dan bergegas (hal 81)

(70) Kami menempuh bulak, gliyak-gliyak (hal 81)

(71) Hati kemrungsung meraung-raung (hal 82)

(72) Bagaikan nembe makan kangkung

Badan kami loyo tanpa kekuatan (hal 83)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

77

(73) Dalam rerawat menyayat gelap

Bergelombang di alam lengang (hal 84)

(74) Badan saya jentol-jentol semua

O, kami kelon di sarang semut (hal 85)

(75) Tapi saya mandi keramas –tujuh kali-

Dan kungkum di dalam sendhang (hal 85)

(76) O, rasa dhemen dan rasa kangen

Sebagai kang Kliwon di kejauhan (hal 86)

(77) Kenapa hati saya nelangsa

Kejeblos ke dalam jugangan

Kenapa hati saya kelara-lara

Terjaring ke dalam kegelapan (hal 86)

(78) Tidak salah lagi, jemblong

Anu saya sudah bolong (hal 87)

(79) Saya duduk ndeleleg –dhelog -dhelog

Memandang jauh tanpa tujuan (hal 87)

(80) Kang Kliwon pun pulang ke Wonosari

Menjenguk keluarga dan dusunnya

Sungkem pada leluhur yang masih ada (hal 88)

(81) Penuh rasa hormat, penuh rasa sopan

Kang Kliwon tangannya ngapurancang (hal 88)

(82) Selesai ngabekti, selesai ujung

Lalu pada mundur beberapa langkah (hal 90)

(83) Dia gentur benar puasanya, lho (hal 92)

(84) Demikianpun bila kami punya karep

Tak kenal sukar, tak kenal berat (hal 92)

(85) Apalagi kalau sedang nglakoni, mas

Sampai patigeni dia lakukan, lho (hal 92)

(86) Tiap hari bekerja sebagai biasa

Sambil rengeng-rengeng dan tetembangan (hal 92)

(87) Di dalam diri gairah makantar-kantar (hal 93)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

78

(88) Sampai kelon yang terakhir

Saya tidak meteng-meteng lho (hal 96)

(89) Ah, ya, kang Kliwon pintar, kok

Habis bantingan saya diongklok (hal 96)

(90) Tiap pagi dan sore tiada kendhat

Saya sapu bersih-bersih halaman (hal 99)

(91) Jarinya asik metheti klangenannya (hal 101)

(92) Rumah nDoro Kanjeng jembar

Rumah joglo gede magrong-magrong (hal 101)

(93) Bagaikan kilat kekuatan pun ngrasuk

Wujudnya ular atau cahaya warna-warni (hal 103)

(94) Dengan tapa brayatnya yang gentur

Dengan olah batin yang sempurnya (hal 103)

(95) Barang siapa melanggar, walatnya berat

Kaum pria tak sedia bertanggung jawab (hal 104)

(96) Dengan blencong mubyar-mubyar nyalanya

Menerangi kegelapan (hal 109)

(97) Masing-masing membawakan pesan

Yang dijelenterehkan ki dalang (hal 109)

(98) Suatu hari wong bule datang

Tuan Amerika itu sinau wayang (hal 110)

(99) Tapi nDoro ayu sungkan disembah-sembah

Dia tak suka dihormati mundhuk-mundhuk (hal 112)

(100) Saya pun menyat menuju dapur

Nanak nasi dan masak sayuran (hal 113)

(101) Sedang mulutnya sibuk pula berbicara

Hanya, tampaknya saja klemar-klemer (hal 114)

(102) Ibarat sekuntum bungan matahari

Mengorakkan kembang-kembangnya

Dan mekrok biji-bijinya (hal 115)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

79

(103) Kenapa dia nandhang rasa sakit?

Barang gede lewat lobang sempit (hal 117)

(104) Ketlingsut ke mana kamu, yu Iyem?

Sudah 5 tahun di Yogya kok hilang

Kepencut sama wong lanang apa, ha? (hal 120)

(105) Lha, diambung sama siapa, ha?

Pupurmu berlepotan tak rata (hal 120)

(106) Dasar, perempuan suka celelekan

Diberi tahu malah ngikik ketawa (hal 120)

(107) Sejumlah pemuda mesam-mesem

Menyaksikan adegan kami pula (hal 120)

(108) Yang dekat Alun-alun Lor jalan kaki

Yang jauh dari luar kota naik colt (hal 121)

(109) Becak ngampyak di luar Alun-alun

Mengantar dan menunggu penumpang (hal 121)

(110) Suaranya kemlonthang bergema

Mikropon yang mengedarkannya (hal 122)

(111) Suara orang bagaikan tawon

Yang mubal merubung tabon (hal 122)

(112) Demikianpun kami perempuan bertiga:

nDoro Ayu, nDoro Putri, dan saya

ada dalam uyuk-uyukan berebutan (hal 125)

(113) Dengan rasa bangga dan lega –pulanglah-

Numpak andhong ditarik dua jaran (hal 125)

(114) Tubuhnya langsing alias cemerlang

Matanya blalak-blalak alias cemerlang (hal 136)

(115) Siap, wedang teh dan dahar siang

Sudah saya susun rapih di atas meja (hal 138)

(116) Tapi bila kecenthok sama siapa pun

nDoro Putri kumat galaknya, lho (hal 138)

(117) Diambilnya rokok kretek dan geretan

Kempas-kempus mulutnya nyedot kebul (hal 138)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

80

(118) Tapi dia sangat grapyak,

Kata wong Jawa –micarani- hal 138)

(119) Sahabat karibnya banyak sekali

Tapi dia masih mbok-mbokken, lho

Rada gembeng, gampang menangis (hal 138)

(120) Lha, baru diledek oleh Den Baguse

Gara-gara dipacokke sama mitrane

Wouw, wajahnya merah padam ! (hal 139)

(121) Tak urung meleleh di pipinya

nDoro Putri nangis sesenggukan (hal 139)

(122) Pelupuk saya pun kembeng-kembeng

Air mata tetes berlinangan (hal 139)

(123) Lha, itu tidak teges namanya (hal 141)

(124) Ah, ya, betapa lucu mereka

Pertengkaran mulut sebagai buahnya

Lalu masing-masing pada wadul (hal 144)

(125) Saya mesti yang mandhegani

Dan sayalah yang mengaku bersalah (hal 144)

(126) Dia bangun sebelum fajar tiba

Tak digrobyak oleh siapa pun (hal 144)

(127) Teman-teman saya menjual palawija

Sebelum saya ngenger sebagai babu (hal 147)

(128) Tegur sapa selalu mampir waktu berjumpa

Dengan lelagehan dan suara medhok pula (hal 147)

(129) Dengan deretan abrag dan warung makan

Dari dusun-dusun jauh; tumplek numpuk (hal 149)

(130) Lha, opo tumon? Lha, opo memper?

Buat blangkrah apa kulit diborong? (hal 150)

(131) Sambil bilang, dia nggeblas naik bebek

Pundaknya mencangklong tas kuliahnya (hal 150)

(132) O, kayak orang memilih bakal jodo saya (hal 151)

(133) O, rasa cemburu di dalam pergaulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

81

Mengambil tampang edan-edanan (hal 152)

(134) Apalagi, bila njoget Bedhaya

Alangkah nlentheng dia –santai- (hal 155)

(135) Waktu jaman saya masih bocah

Saya kelon sama simbah wedok (hal 156)

(136) Diselang-seling rengeng-rengeng

Sebagai pengantar bobok saya (hal 157)

(137) Walaupun giginya sudah ompong

Dan ngomongnya sudah cedhal (hal 157)

(138) Meskipun istrinya sudah cantik jelita

Tapi dia pelihara gendhak menggairahkan (hal 161)

(139) Saya cocok, klop

Saya mathuk saja (hal 162)

(140) Suatu hari saya ketemu dhemenan saya

Kang Sokidi Kliwon mandi di sendhang (hal 166)

(141) 3 hari kemudian saya terima surat

Dia mengajak saya pegatan (hal 166)

(142) Bukan karena bayi dalam kandungan

Tapi karena trenyuh dalam pelukan (hal 176)

(143) Pariyem, duduklah di kursi

Jangan kowe duduk di lantai

Ada yang wigati kita bicarakan (hal 185)

(144) Saya pantas mendhadha apa adanya (hal 185)

(145) Dan saya hanya bisa kethap-kethip

Bagaikan kera kena tulup pemburu (hal 187)

(146) Dengan segudang omong, selambung pidato

Dan bertruk-truk percakapan dakik-dakik (hal 189)

(147) Tapi benih kadhung tumbuh subur

Keluarga tak hendak dipermalukan (hal 200)

(148) Dalam musim-musim bedhidhing

Saya kangen, saya dhemen ! (hal 201)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

82

(149) Namun saya pergi ke sendhang

Mandi dan kramas sampai nruthuk (hal 201)

(150) Kini perut saya pun sudah gede

Apabila berjalan mesti edang-edong (hal 206)

(151) Dia merengek, nangis njempling-njempling

Apabila tak dapat keturutan karepnya (hal 206)

(152) Lha, semalam baru saja mitoni (hal 207)

(153) Ah, ya, saya pun duduk di atas dhingklik

Hanya mengenakan sehelai kain basahan (hal 207)

(154) Sehabis didongakan oleh mbah kaum

Diikuti dan disertai rasa khidmat (hal 208)

(155) Mereka yang bisa, setiap pejagong

Akan memperoleh giliran nembang (hal 209)

(156) Lha baru sepisan ini dia nembang

Baru sepisan ini saya mendengarnya

Sungguh mati! Cumengklung mempesona (hal 209)

(157) Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Ayu

Esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta (hal 210)

(158) nDoro Putri tidur seamben dengan saya

dia betah dan krasan tinggal di desa (hal 211)

(159) lha, nDoro Putri marah sekarang

Den Baguse dicokot tangannya (hal 216)

(160) lha, ya, mau bagaimana lagi, ta

enak, kok

kepenak (hal 218)

(161) Dengan bibir, lidah, dan gusinya lembut

Penthil saya dikenyut-kenyut (hal 219)

(162) Kalau dia sudah ura-ura, mas

Mengingatkan saya jaman dulu (hal 223)

(163) Dan dengan lilingan seorang eyang

nDoro Kanjeng pun mengudang-kudang (hal 224)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

83

B. Campur Kode Berupa Frasa

(1) Saya sudah trima, kok

Saya lega lila (hal 28)

(2) Tapi duduk bersila madhep wetan

Dia menghirup udara bebas (hal 36)

(3) Bagaikan iket kepala Sala-Ngayogya

Dijereng jembar, dipakai pun longgar (hal 44)

(4) Tapinya kosong melompong

Buahnya kanthong bolong (hal 59)

(5) Saya tak ayem tentrem karenanya

Saya tak krasan ketemu siapa saja (hal 60)

(6) Pikirannya tajam

Setajam keris warangan (hal 65)

(7) nDoro Putri demen banget cerita sama saya (hal 154)

(8) Bagaikan para bidadara kahyangan

Guwayanya suntrut membanggakan (hal 160)

(9) Mikir wong lanang, ngerasa wong edan (hal 173)

(10) Tanpa pandang siapa pun –O, yu Iyem –

Asal bathuk klimis dimakan ! (hal 175)

(11) Saya pun mbrebes mili lagi, menangis

Berdua kami pun bertangis-tangisan (hal 176)

(12) Sedang Den Baguse berkaos dan sarung

Keringatnya pating dlewer di dahinya (hal 193)

(13) Pakaian dan rambutnya awut-awutan

Penampilannya nglomprot waton dandan (hal 202)

(14) Sejak subuh hari para tamu pun pulang

Begitupun nDoro Kanjeng dan nDoro Putri

Esuk uthuk-uthuk turun ke Ngayogyakarta (hal 210)

(15) Endang nanti saya dulang pisang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

84

Dan oleh-oleh simbok jenang lanang (hal 219)

C. Campur Kode Berupa Baster

(1) Naik turun kala-menjingnya

Hasrat mangku wanodya bangkit –mana tahan- (hal 25)

(2) Kabegjan masing-masing kita punya

Sudah kita bawa sejak lahir (hal 28)

(3) Sebagai ludah insan sedang cipokan (hal 32)

(4) Saya raba dadanya dheg-dhegan, lho (hal 39)

(5) Hasratnya tak bisa dipenggak, ditunda

Biar dengan bujuk rayu dan janji segala (hal 47)

(6) Saya dibopongnya, diambunginya

Saya dibaringkan di atas amben (hal 48)

(7) Sering bendar diminta kasih wejangan

Dalam upacara ngundhuh pengantin

Upacara tetesan dan supitan (hal 65)

(8) Berpakaian baru, bibir digincu

Dan rambut digelung munthil-munthil (hal 74)

(9) Lalu saya menjuluk –mapan tidur-

Dalam kantuk saya menggandhul

Hati saya sumeleh, bersyukur (hal 77)

(10) Tanpa kehilangan rasa gembira

Keindahan terbabar bersama jua (hal 78)

(11) Ah, ya, kang Kliwon pintar, kok

Habis bantingan saya diongklok (hal 96)

(12) Sahabat karibnya banyak sekali

Tapi dia masih mbok-mbokken, lho

Rada gembeng, gampang menangis (hal 138)

(13) Lha, baru diledek oleh Den Baguse

Gara-gara dipacokke sama mitrane

Wouw, wajahnya merah padam ! (hal 139)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

85

(14) 3 hari kemudian saya terima surat

Dia mengajak saya pegatan (hal 166)

(15) Mereka yang bisa, setiap pejagong

Akan memperoleh giliran nembang (hal 209)

(16) lha, nDoro Putri marah sekarang

Den Baguse dicokot tangannya (hal 216)

(17) lha, ya, mau bagaimana lagi, ta

enak, kok

kepenak (hal 218)

(18) Dengan bibir, lidah, dan gusinya lembut

Penthil saya dikenyut-kenyut (hal 219)

D. Campur Kode Berupa Bentuk Ulang

(1) Rambutnya ikal, ngandan-andhan (hal 43)

(2) Dia sering diminta kasih ular-ular (hal 65)

(3) Simbok mengajar saya Tayuban

Ya, alon-alon, diulang-ulang (hal 73)

(4) Lha, baru munthup-munthup muncul

Nama baru dirintis pe[r]lahan naik (hal 76)

(5) Kini jam dahar siang, telah usai

Saya tinggal ongkang-ongkang (hal 77)

(6) Badan saya jentol-jentol semua

O, kami kelon di sarang semut (hal 85)

(7) Kenapa hati saya nelangsa

Kejeblos ke dalam jugangan

Kenapa hati saya kelara-lara

Terjaring ke dalam kegelapan (hal 86)

(8) Saya duduk ndeleleg –dhelog -dhelog

Memandang jauh tanpa tujuan (hal 87)

(9) Di dalam diri gairah makantar-kantar (hal 93)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

86

(10) Tapi nDoro ayu sungkan disembah-sembah

Dia tak suka dihormati mundhuk-mundhuk (hal 112)

(11) Sedang mulutnya sibuk pula berbicara

Hanya, tampaknya saja klemar-klemer (hal 114)

(12) Sejumlah pemuda mesam-mesem

Menyaksikan adegan kami pula (hal 120)

(13) Demikianpun kami perempuan bertiga:

nDoro Ayu, nDoro Putri, dan saya

ada dalam uyuk-uyukan berebutan (hal 125)

(14) Sahabat karibnya banyak sekali

Tapi dia masih mbok-mbokken, lho

Rada gembeng, gampang menangis (hal 138)

(15) Kini perut saya pun sudah gede

Apabila berjalan mesti edang-edong (hal 206)

(16) Dia merengek, nangis njempling-njempling

Apabila tak dapat keturutan karepnya (hal 206)

(17) Dengan bibir, lidah, dan gusinya lembut

Penthil saya dikenyut-kenyut (hal 219)

(18) Dan dengan lilingan seorang eyang

nDoro Kanjeng pun mengudang-kudang (hal 224)

(19) Kalau dia sudah ura-ura, mas

Mengingatkan saya jaman dulu (hal 223)

E. Campur Kode Berupa Peribahasa

(1) Kadhung arang kranjang (hal 17)

(2) Agama Agening Ati (hal 18)

(3) Loro-loroning atunggal (hal 29)

(4) Tanggap ing sasmita (hal 35)

(5) Wani ngalah luhur wekasanipun (hal 49)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

87

(6) Keladuk wani kurang deduga (hal 51)

(7) Alon-alon waton kelakon (hal 64)

(8) Idu geni (hal 66)

(9) Sembrana pari kena (hal 66)

(10) Ibarat keris ligan manjing warangka (hal 83)

(11) Ngangsu kawruh (hal 105)

(12) Nandang papa cintraka (hal 135)

(13) Gandhewa pinentang (hal 136)

(14) Ati bungah bersahaja (hal 153)

(15) Ngimpi iku sekare wong sare (hal 164)

(16) Wening lan eling sajroning bating (hal 171)

(17) Kacang mangsa ninggal lanjaran (hal 191)

(18) Anak polah bapa kepradah (hal 194)

(19) Ibarat kere munggah bale (hal 200)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA … · awalan + kata, kata + akhiran, dan frasa + akhiran. Campur kode berupa bentuk ... penulis selama penulisan tugas akhir, 2

88

TENTANG PENULIS

Ayu Primasandi lahir di Tarakan, Kalimantan Timur pada 23

Januari 1990. Sejak tahun 2004 telah bermukim di Yogyakarta

dalam rangka melanjutkan studi jenjang SMA. Primasandi gemar

bermusik dan bernyanyi. Di bangku kuliah, Primasandi

menyalurkan kegemarannya ini dengan membentuk kelompok

bermusik bersama ketiga temannya, yaitu Sekar Mangalandum

(biola), Andar Prabowo (jimbe), dan Yohanes Carol (gitar). Bersama kelompok

bermusiknya ini, mereka sering diundang tampil dalam berbagai acara formal

ataupun santai.

Selain bermusik, Primasandi juga gemar menulis. Tulisan pertamanya

berupa cerpen dimuat dalam majalah sekolah Mesra pada tahun 2004. Selama

tahun 2004-2006, Primasandi aktif dalam kegiatan pers sekolah sebagai wartawan.

Keaktifan dalam pers sekolah ini berlanjut pada tahun 2006-2007 ketika

Primasandi terpilih menjadi pemimpin redaksi pers sekolah di SMA tempat

Primasandi studi. Selain itu, Primasandi pernah mengikuti lomba penulisan karya

ilmiah tingkat SMA bertema ―Character Building‖ yang diselenggarakan oleh

Program Studi Pendidikan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma pada tahun

2006.

Di bangku kuliah, Primasandi aktif dalam bidang organisasi. Primasandi

bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma sebagai seksi kegiatan dalam (2008-2009) dan ketua

HMJ (2009-2010). Kegiatan organisasi inilah yang mengantar Primasandi untuk

mendapat pengalaman baru bersama teman-teman Jurusan Sastra se-Indonesia di

Universitas Padjajaran Bandung Pada November 2008 dalam Kongres Ikatan

Lembaga Ilmu Bahasa, Budaya, dan Sastra Indonesia (ILMIBSI) sebagai delegasi

dari Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Selain itu, Primasandi pernah

menjadi sekretaris dalam sebuah organisasi di bawah naungan Fakultas Sastra

bernama Media Sastra pada tahun 2008-2009. Saat ini, Primasandi hanya aktif

sebagai mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Unversitas Sanata Dharma

sambil menunggu gelar sarjana S1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI