29

CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN
Page 2: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN
Page 3: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

CADANGAN KARBON DI KABUPATENNUNUKAN, KALIMANTAN TIMUR:

MONITORING SECARA SPASIAL DAN PEMODELAN

Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumber Daya Alam untukPenyimpanan Karbon (FORMACS)

Diedit oleh:

Betha Lusiana, Meine van Noordwijk dan Subekti Rahayu

W O R L D A G R O F O R E S T R Y C E N T R E ( I C R A F )

Page 4: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Untuk informasi lebih lanjut harap hubungi:

World Agroforestry Centre

Transforming Lives and Landscapes ICRAF Southeast Asia Regional Office

Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680 PO Box 161, Bogor 16001, Indonesia Tel: +62 251 625415; fax: +62 251 625416;Email: [email protected] ICRAF Southeast Asia website: http://www.icraf.cgiar.org/sea orhttp://www.worldagroforestrycentre.org/sea

Ketentuan dan hak cipta

ICRAF memegang hak cipta atas publikasi dan web page laporan ini, namun memperbanyak untuktujuan non-komersial dengan tanpa merubah isi yang terkandung di dalamnya diperbolehkan.Pencantuman referensi diharuskan untuk semua pengutipan dan perbanyakan tulisan dari bukuini. Pengutipan informasi yang menjadi hak cipta pihak lain tersebut harus dicantumkan sesuaiketentuan. Website link yang sediakan oleh website kami menganut kebijakan tertentu yang perludihormati. Informasi yang diberikan oleh ICRAF, sepengetahuan kami akurat, namun kami tidakmemberikan jaminan dan tidak bertanggungjawab apabila timbul kerugian akibat penggunaaninformasi tersebut. ICRAF menyimpan basis data yang digunakan dalam penulisan informasikami. Namun data tersebut tidak disebarluaskan. Bagi yang berkepentingan dipersilahkanmenambahkan link dari website atau publikasinya ke website kamiwww.worldagroforestrycentre.org.

ISBN 979-3198-24-9

Foto cover:

Sampul Muka: Latar Belakang: Hutan di Nunukan (CARE International Indonesia); Kiri: PetaniNunukan conducting membantu survei pengambilan contoh cadangan karbon (CAREInternational Indonesia); Tengah: Kebun merica di desa Lubok Buat, Sembakung (Kusuma Wijaya);Kanan: Sistem jakaw pada masa bera, di dekat sungai Sembakung (Kusuma Wijaya)

Sampul Belakang: Kiri: Kayu tebangan siap ditransportasikan melaui sungai Sebuku (KusumaWijaya); Tengah: Sistem jakaw sesaat setelah tebas bakar, desa Tanjung Harapan Village,Sembakung (Kusuma Wijaya); Kanan: Sistem padi gogo (CARE International Indonesia)

Sampul dalam: Sepasang anak kecil bermain dengan kano di sungai Sembakung sambilmenunggu orang-tuanya bekerja di lahan pertanian mereka. Di latar belakang adalah sistemagrofrestri (Kusuma Wijaya)

Tata letak naskah & rancang sampul: Dwiati Novita Rini

Page 5: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

KATA PENGANTAR iii

1. PENDAHULUAN: MENGAPA MEMONITOR CADANGAN KARBON NUNUKAN?Betha Lusiana, Garry A. Shea dan Meine van Noordwijk 1

Perubahan Lahan sebagai sumber emisi CO2 1Proyek Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Penyimpanan Karbon (FORMACS) 2Kegiatan monitoring karbon di Nunukan 6

2. STUDI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN SEBUKU DAN SEMBAKUNG,KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN TIMURKusuma Wijaya, Nessy Rosdiana dan Betha Lusiana 9

Pendahuluan 9Metode 10Kondisi Umum Kabupaten Nunukan 10Hasil Survei Rumah Tangga 12Diskusi 20Kesimpulan 21

3. PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI SISTEM PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN NUNUKAN,KALIMANTAN TIMURSubekti Rahayu, Betha Lusiana dan Meine van Noordwijk 23

Pendahuluan 23Metode 24Hasil dan Pembahasan 27Kesimpulan 35

4. ALIH GUNA LAHAN DI KABUPATEN NUNUKAN: PENDUGAAN CADANGAN KARBON BERDASARKAN TIPE TUTUPAN LAHAN DAN KERAPATAN VEGETASI PADA SKALA LANSEKAPAtiek Widayati, Andree Ekadinata dan Ronny Syam 37

Pendahuluan 37Lokasi Studi 38Data 38Metode 40

i

Page 6: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Hasil dan Pembahasan 47Kesimpulan 56

5. EKSPLORASI POLA IMBAL-BALIK ANTARA MANFAAT LOKAL DAN RESIKO GLOBAL MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI: PENGHIDUPAN MASYARAKAT VERSUS CADANGAN KARBON DI NUNUKAN, KALIMANTAN TIMURDesi Ariyadhi Suyamto dan Meine van Noordwijk 57

Pendahuluan 57Tujuan 59Inti Model FALLOW 60Metolodogi 63Hasil 63Diskusi 76Kesimpulan 81

DAFTAR PUSTAKA 83

LAMPIRAN 87

ii

Page 7: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

KATA PENGANTAR

Laporan ini merupakan rangkuman dari beberapa studi yang dilakukan oleh Proyek FORMACS(Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Penyimpanan Karbon). Proyek tersebut terselenggaraatas dana dari CIDA dan diimplemetasikan oleh CARE Internasional Indonesia di KabupatenNunukan, Kalimantan Timur.

Ada empat kegiatan utama yang dilakukan pada program ini yaitu:

• Survei sosial ekonomi rumah tangga • Pengukuran cadangan karbon• Remote Sensing/analisis spasial untuk perubahan penggunaan lahan/penutupan lahan • Model untuk simulasi dinamika cadangan karbon pada skala lansekap (bentang lahan) • Kegiatan tersebut di atas dilakukan oleh tiga lembaga yaitu: Hatfindo, World Agroforestry

Centre (ICRAF) and CARE International Indonesia. Hatfindo dengan bantuan ICRAFbertanggung jawab atas kegiatan analisis spasial. ICRAF bertanggung jawab dalam merancangsurvei sosial ekonomi, menyediakan protokol untuk pengukuran cadangan karbon andmelakukan analisis dengan model. CARE International Indonesia sebagai pelaksanapengukuran cadangan karbon di lapang dan survei sosial ekonomi rumah tangga.

Kegiatan tersebut di atas dilakukan oleh tiga lembaga yaitu: Hatfindo, World AgroforestryCentre (ICRAF) and CARE International Indonesia. Hatfindo dengan bantuan ICRAFbertanggung jawab atas kegiatan analisis spasial. ICRAF bertanggung jawab dalam merancangsurvei sosial ekonomi, menyediakan protokol untuk pengukuran cadangan karbon and melakukananalisis dengan model. CARE International Indonesia sebagai pelaksana pengukuran cadangankarbon di lapang dan survei sosial ekonomi rumah tangga.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepadas staff lapang CARE International Indonesia(Abdul Azis, Ansori, Basuki Budi Santoso, Darmawan Setia Budi, Debit Losong, Dewi Maharani,Eko Sugiharto, Iwantoro, Joned, Jimmy Sukaputra, Nurhayati, Pery, Rico Sukaswanto dan WellyBrodus) yang telah mengumpulkan data di lapangan untuk keperluan pembuatan laporan ini.Masukan dari Susilo Adi Kuncoro pada Bab 1 dan Iwan Kurniawan pada Bab 5, telah banyakmembantu penyelesaian laporan ini. Kepada mereka kami mengucapkan terima kasih. Ucapanterima kasih kami sampaikan pula kepada Dwiati Novita Rini yang telah membantu mengatur tataletak laporan ini dan kepada Tikah Atikah yang memberikan bantuan demi kelancaran prosespembuatan laporan ini.

Editor

iii

Page 8: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Kontributor

CARE International IndonesiaJl. Patimura No. 33Kebayoran BaruJakarta 12110Telephone: 021 7279 6661Fax: 021 7222552

Garry A. Shea, PhD [[email protected]]Nessy Rosdiana [[email protected]]

Hatfindo Prima Jl. Bango 2-4 Tanah Sareal BogorIndonesia

Ronny Syam [[email protected]]

World Agroforestry Centre (ICRAF)Jl. Cifor, Situ GedeSindang BarangBogor 16608Telephone: 0251 625415Fax: 021 625416

Andree Ekadinata [[email protected]]Atiek Widayati [[email protected]]Betha Lusiana [[email protected]]Desi Ariyadhi Suyamto [[email protected]]Kusuma Wijaya [[email protected]]Meine van Noordwijk [[email protected]]Subekti Rahayu [[email protected]]

iv

Page 9: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Perubahan Lahan sebagaisumber emisi CO2

Dalam dua dekade terakhir ini perubahaniklim global akibat meningkatnya suhu bumimenjadi isu yang ramai dibicarakan dikalangan masyarakat dunia. Selama akhir abadini suhu bumi meningkat 0.6 ºC. Faktor utamayang dianggap sebagai penyebab pemanasanglobal adalah peningkatan konsentrasi gasrumah kaca (GRK) di atmosfir , yaitu karbondioksida (CO2), metan (CH4) and N2O. Selamadekade terakhir ini emisi CO2 meningkat duakali lipat dari 1400 juta ton tahun-1 menjadi2900 ton tahun-1. Sementara itu, konsentrasiCO2 di atmosfir pada tahun 1998 adalah 360ppmv dengan laju peningkatan per tahun 1.5ppmv (Houghton et al., 2001).

Tingginya peningkatan konsentrasi CO2

disebabkan oleh aktivitas manusia terutamaperubahan lahan dan penggunaan bahan bakarfosil untuk transportasi, pembangkit tenagalistrik dan aktivitas industri. Secara akumulatif,penggunaan bahan bakar fosil dan perubahanpenggunaan lahan dari hutan ke sistem lainnyamemberikan sumbangan sekitar setengah dariemisi CO2 ke atmosfir yang disebabkan olehmanusia, tetapi dampak yang terjadi saat inimempunyai rasio 3:1. Pada aktivitaspembakaran bahan bakar fosil berarti karbonyang telah diikat oleh tanaman beberapawaktu yang lalu dikembalikan ke atmosfir.Dalam kegiatan konversi hutan dan perubahanpenggunaan lahan berarti karbon yang telahdisimpan dalam bentuk biomasa atau dalam

tanah gambut dilepaskan ke atmosfir melaluipembakaran ('tebas dan bakar') ataudekomposisi bahan organik di atas maupun dibawah permukaan tanah. Cadangan karbondari suatu bentang lahan juga dapatdipindahkan melalui penebangan kayu, hanyasaja kecepatannya dalam melepaskan C keatmosfir tergantung pada penggunaan kayutersebut. Diperkirakan bahwa antara tahun1990 - 1999, perubahan penggunaan lahanmemberikan sumbangan sekitar 1.7 Gt tahun-1

dari total emisis CO2 (Watson et al., 2000).

Menyadari akan adanya permasalahanperubahan iklim akibat kegiatan manusia('antropogenik'), maka Konferensi Rio deJeinero tahun 1992 mengidentifikasi bahwaemisi CO2 ke atmosfir merupakan salah satuisu lingkungan global yang perlu diperhatikan.Oleh karena itu, maka dibentuklah TheUnited Nations Framework Convention onClimate Change (UNFCCC) yang menanganikerangka kerja sama antar pemerintah dalamkaitannya dengan perkembangan perubahaniklim. Protokol Kyoto yang telah berlaku sejak17 Februari 2005 lalu, disusun sebagai langkahawal dalam nenerapkan usaha-usaha untukmenghentikan peningkatan emisi danmengembalikan emisi bersih di negara-negaraindustri seperti sebelum tahun 1990. Karenaperubahan lahan dapat menjadi sumber danrosot ('sink') bagi CO2 maka laju deforestasidan pertumbuhan vegetasi berkayu menjadibahan perdebatan secara global.

Kegiatan dan proyek yang meningkatkanupaya afforestasi dan reforestasi (AR) atau

1. PENDAHULUAN: MENGAPA MEMONITORCADANGAN KARBON NUNUKAN?

Betha Lusiana, Garry A. Shea dan Meine van Noordwijk

1

Page 10: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

menghindari deforestasi ('avert deforestation= ADEF) dapat mengurangi emisi bersihCO2, tetapi mempunyai kebijakan yangberbeda dari sisi perubahan penggunaanbahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara).Aktivitas AR didefinisikan sebagai konversiyang melibatkan manusia pada sistempenggunaan lahan non hutan menjadi hutan,melalui penanaman, penyebaran biji dan/ataumemanfaatkan sumber biji alami. ProyekADEF didefinisikan sebagai aktivitas untukmencegah emisi karbon dengan melindungihutan dari upaya 'deforestasi' dan 'degradasi'.Smith and Scherr (2003), melakukan studisecara mendalam mengenai resiko dankeuntungan dari kedua proyek tersebut.

Proyek Pengelolaan SumberDaya Alam untuk PenyimpananKarbon (FORMACS)

Proyek Pengelolaan Sumber Daya Alam untukPenyimpanan Karbon (FORMACS)1, yangdidanai oleh CIDA dan diimplementasikanoleh CARE International Indonesiamerupakan salah satu contoh proyek ADEF.Proyek FORMACS memfokuskan padapengelolaan sumber daya hutan yang telah adasebagai penyerap dan penyimpan karbondengan mengadopsi program pengelolaanberbasis masyarakat. Secara khusus proyek inimempromosikan kehidupan yangberkelanjutan melalui pertanian, agroforestridan praktek pengelolaan hutan untukmempertahankan cadangan karbon yang telahada dan menyerap karbon dari atmosfir.Proyek berbasis masyarakat, sepertiagroforestri, perkebunan skala kecil dan hutansekunder yang diberakan berpotensi tinggidalam memberikan keuntungan bagikelangsungan hidup masyarakat lokal danmemberikan resiko paling sedikit (Smith andScherr, 2003).

Lokasi studi Proyek FORMACS adalah diKabupaten Nunukan, Provinsi KalimantanTimur, Indonesia, khususnya di KecamatanSebuku dan Sembakung. Daerah Nunukandianggap sebagai daerah yang sesuai danberpotensi untuk implementasi proyektersebut berdasarkan faktor-faktor berikut:

1. Hutan Konversi

Indonesia menduduki urutan kesembilan darinegara-negara di seluruh dunia dalam halemisi GRK (Brookfield, Potter and Byron,1995) dan lebih dari setengah emisinya berasaldari konversi hutan menjadi lahan pertanian,perkebunan, dan produksi kayu yangterkendali. Hampir 2 juta ha hutan saat iniditebang atau dikonversi tiap tahunnya, yangmelepaskan sejumlah karbon ke atmosfir danmenurunkan kapasitas penyerapannya.Meskipun konversi hutan di KabupatenNunukan belum meluas (di daerah proyek inihanya terbatas pada daerah transmigrasi),namun ada usulan untuk mengkonversi hutanmenjadi perkebunan (diawali dengan kelapasawit), pertanian, tambak udang (di daerahsekitar mangrove) dan penambangan. Usulanuntuk mengkonversi hutan menjadipenggunaan lahan lainnya beresiko bagipenyerapan karbon yang mungkin berdampaknegatif bagi lingkungan.

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat(CBNRM) berpotensi untuk membatasikonversi hutan dan mempertahankan hutansebagai lahan multifungsi, mempertahankankeragaman hayati, sebagai koridor antaradaerah yang dilindungi, mempertahankanfungsi daerah aliran sungai danmempertahankan cadangan karbon.

2. Penebangan liar

Diperkirakan 70% dari kayu yang beredar diIndonesia berasal dari penebangan liar, danpenebangan liar ini merusak 700,000 ha hutanper tahun. Kayu dari penebangan liar inidiselundupkan ke Malaysia, kemudian diolah

2

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

1 lihat http://www.dfait-maeci.gc.ca/jakarta/bilateral-eng-en.asp#Formacs dan http://www.rcfa-cfan.org/english/profile.19.htm untuk informasi lebih lengkap mengenaiproyek ini.

Page 11: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

3

Pendahuluan: mengapa memonitor cadangan karbon Nunukan?

Gam

bar

1.1.

Pet

a N

unuk

an, K

alim

anta

n Ti

mur

. Lok

asi s

tudi

pro

yek

FORM

AC

S

Page 12: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

dan diekspor ke Amerika Serikat, Jepang,Eropa dan China. Hampir lima juta meterkubik kayu mengalir ke Malaysia tiap tahunnya(EIA and Telapak Indonesia, 2001). Selainmenyebabkan hilangnya keanekaragamanhayati dan kerusakan ekologi pada ekosistem,penebangan liar juga menimbulkan biayaekonomi dan kesehatan akibat asap pemba-karan lahan yang umumnya terjadi setelahpenebangan liar. Perkiraan nilai royalti, danareboisasi dan pembayaran pajak ekspor yangtidak masuk ke kas Pemerintah Indonesiaakibat pencurian kayu berjumlah sekitarUS$600 juta per tahun2. Situasi seperti inidapat dijumpai di Kabupaten Nunukan, yangdipicu oleh dekatnya jarak kabupaten inidengan negara bagian Sabah, Malaysia Timur.Kayu gergajian terus mengalir melewati perba-tasan meskipun adanya larangan ekspor kayu.

Masalah penebangan liar merupakanmasalah nasional dan global. Meskipundemikian Proyek FORMACS berusahamengatasi masalah penebangan liar ini denganmelakukan kegiatan di tingkat desa, kecamatandan kabupaten, dimana hasil kegiatan akanterlihat dampaknya. Sementara ini, konsesihutan diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar dan hutan dianggap sebagaisumberdaya yang dapat diakses oleh siapapun,sehingga masyarakat berlomba-lomba untukmendapatkan bagian sumberdaya tersebutsebelum diambil oleh orang lain. Konsepseperti ini perlu diubah menjadi konseppengelolaan hutan berbasis masyarakat yangmengedepankan masyarakat sebagai pelindungsumberdaya di sekitar mereka. Dalam konsepini kerjasama antara masyarakat dengan badanhukum lokal dan badan pemerintahanmerupakan prasyarat utama.

Sebagian besar lahan hutan yangberbatasan dengan desa telah ditebang olehperusahaan kehutanan sehingga keberadaan

kayu menjadi berkurang. Apabila suatu areatelah ditebang semua dan kayu-kayu yangbernilai ekonomi telah habis, penebanganillegal tidak menjadi isu hangat lagi.Masyarakat lokal mengetahui bahwa merekatidak dapat lagi tergantung pada penebanganillegal untuk kelangsungan hidupnya, olehkarena itu pertanian berkelanjutan dankegiatan pengelolaan hutan berbasismasyarakat menjadi alternatif yang mungkinuntuk dilakukan. Pengelolaan SumberdayaAlam Berbasis Masyarakat akan mampumemberikan keuntungan bagi masyarakatsebagai alternatif penebangan illegal danpengelolaan hutan (dari pengelolaan hutanindustri skala besar ke pengelolaan multigunaskala kecil) yang menggabungkan antaraproduksi kayu dengan konservasikeanekaragaman hayati, mempertahankanfungsi ekosistem dan penyerap karbon.

3. Kebakaran

Kebakaran dan kekeringan skala besar telahmenjadi bagian dari Kalimantan Timur padadua dekade terakhir ini. Meskipun kebakaranterjadi setiap tahun, namun kebakaran skalabesar selalu berkaitan dengan ENSO (El NinoSouthern Oscillation) yang saat ini memilikisiklus tiga-lima tahunan. Selama kejadiankebakaran tahun 1997/1998, jumlah karbonyang dilepaskan ke atmosfir melaluipembakaran gambut dan vegetasi di Indonesiadiperkirakan antara 0.81 and 2.57 Gt. Jumlahini setara dengan 13-40% dari rata-rata emisikarbon global dari bahan bakar fosil per tahun(Page, et al., 2002). Kebakaran umumnyaterjadi di lahan-lahan yang terdegradasi (hutanbekas tebangan, semak belukar, and padangalang-alang). Sekitar 80% kebakaran umumnyaterjadi di daerah perkebunan (GTZ, 2000) danhampir semua kebakaran diawali olehpembukaan lahan, baik secara intensif untukperkebunan besar maupun dengan tebas bakaruntuk pertanian rakyat. Api juga seringdigunakan masyarakat lokal sebagai alatmempertahankan diri dalam menyelesaikankonflik (Tomich et al., 1998).

4

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

2 Press release dari World Bank on Decalaration of ForestLaw Enforcement and Governance http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/FLEG/20172547/FLEG+Conference+Press+Release.pdfDiakses pada 21 March 2005

Page 13: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Umumnya kebakaran sangat jarang terjadi dihutan tropis basah yang masih berkualitasbaik, karena kelembabannya yang tinggi dantidak adanya tumbuhan bawah yang keringyang dapat memicu api. Tetapi pada kebakarantahun 1997/1998, hutan tropis basah diKalimantan ternyata juga terkena kebakaran.

Saat ini sangat perlu adanya pemahamanyang lebih menyeluruh mengenai hubunganantara konversi hutan, degradasi hutan akibatpenebangan legal maupun liar, dan hutan alamsebagai koridor api, sebagai upaya memper-tahankan cadangan karbon dan meningkatanpenyerapan karbon di hutan bekas tebangan.

4. Kepemilikan Lahan dan KapasitasInstitusi Lokal

Status kepemilikan lahan, khususnya padalahan hutan di Kabupaten Nunukan, belumlahjelas. Hal ini tentunya mempengaruhikeberlangsungan hutan sebagai sumberpenyimpan karbon. Situasi seperti ini terjadihampir di seluruh wilayah Kalimantan Timur.Status kepemilikan lahan yang jelasmerupakan prasyarat bagi suksesnya kegiatanCBNRM, karena status kepemilikan lahanyang jelas dapat menjadi insentif bagipengelolaan sumberdaya dan reforestasi.Rencana tata-ruang daerah serta aturan-aturankepemilikan lahan yang disusun bersama olehmasyarakat dan lembaga pemerintah dapatdijadikan dasar pemanfaatan lahan untukkegiatan pertanian, agroforestri, reforestasi,tanaman industri dan pengelolaan hutan alam.Proyek FORMACS berusaha memecahkanmasalah status kepemilikan lahan ini denganmeningkatkan kemampuan pemerintah daerahdan masyarakat dalam menyusun rencana tataruang secara bersama-sama serta memfasilitasidialog di antara mereka. Adanya sistempemerintahan yang berlandaskan otonomidaerah akan memberikan suasana yangkondusif dan terbuka sehingga dapat terciptakerjasama yang saling menguntungkan.

5. Tradisi/praktek pertanian yangdilakukan sekarang

Sistem pertanian yang dikelola petani didaerah Nunukan umumnya adalah pertaniantebas bakar di lahan berlereng dan di daerahpinggiran sungai. Dahulu, ketika hutan alammasih luas dan belum banyak dimanfaatkan,perladangan berpindah merupakan sistemyang lestari. Kondisi ini berubah sejak sekitartahun 1960-an ketika sebagian besar hutandataran rendah di Kalimantan (juga di bagianlain di Indonesia) dinyatakan sebagai 'hutannegara' dan diberikan hak pengusahaannya keperusahaan swasta. Dalam sistem ini,pemerintah mengakui bahwa lahan yangberbentuk lahan pertanian permanen(tanaman pangan dan pohon penghasilpangan) sebagai lahan milik masyarakat adat,tetapi tidak mengakui lahan pertanian yangdiberakan dalam waktu lama sebagai lahanmilik masyarakat adat. Sehingga cara yangpaling baik bagi masyarakat adat untukmendapatkan pengakuan atas kepemilikanlahan adalah dengan menanami lahan pohondiantara tanaman pangan (sistem campuran)dan membiarkan pepohonan tumbuh di lahan.Hal ini perlu segera dilakukan karena desa-desa lokasi proyek FORMACS merupakandaerah yang potensial bagi pengembanganpertanian. Jalan raya Trans-Kalimantan sedangdiusulkan untuk melintasi daerah tersebut,sehingga membuka kesempatan untukpengembangan yang lebih jauh. Apabilamasyarakat lokal gagal mengambil kesempatandari potensi ekonomi yang ada di daerah iniserta tidak memanfaatkan haknya melaluipenanaman pohon, maka masyarakat dariluarlah yang akan melakukan.

Proyek FORMACS bertujuan membantumasyakat dalam memanfaatkan haknya akanlahan adat, dan mengembangkan potensiekonomi lahan tersebut sambil tetapmempertahankan cadangan karbon yang ada.Untuk mencapai tujuan ini, FORMACSbekerjasama dengan masyarakat lokal,mengembangkan teknologi agroforestri dan

5

Pendahuluan: mengapa memonitor cadangan karbon Nunukan?

Page 14: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

pertanian yang memadukan pohon dengantanaman pangan. Selain itu jugamengembangkan teknologi pertanianberkelanjutan dengan input rendah (LEISA)serta sistem pengelolaan hutan berbasismasyarakat. Teknologi ini juga akanmengurangi penggunaan api sehingga dapatmengurangi resiko kebakaran.

6. Kurangnya alternatif ekonomi

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia(1998), penambangan dan pabrik merupakansumber yang paling penting (74%) bagi GrossDomestic Regional Product dari KalimantanTimur. Sebagian besar pabrik skala menengahdan skala besar, berbasis produksi kayu danpulp ada di provinsi ini. Meskipun propinsi inisangat makmur dari segi sumberdaya alamnya,namun sebagian besar penduduk lokalnyaterbelakang dan mengalami kesulitan dalammemperoleh pelayanan kesehatan, pendidikanserta penyuluhan pertanian. Bagi masyarakatdan pemerintah daerah penebangan kayumerupakan sumber keuangan yang melimpah.Di Kecamatan Sebuku and Sembakung,pendapatan rumah tangga sebagian besartergantung pada penebangan kayu liar danhanya sebagian kecil dari hasil menjual produkpertanian. Saat ini ketersediaan kayu komersialyang bisa ditebang semakin berkurang,sehingga masyarakat desa sulit memperolehpendapatan dari kayu untuk memenuhikebutuhan pokok mereka. Masyarakat danpemerintah daerah menyadari bahwa kayu

tidak bisa lagi dianggap sebagai satu-satunyasumber pendapatan keluarga. Oleh karena itupertanian merupakan alternatif yang menarikyang masih mempunya potensi untukdikembangkan. Meskipun pemasaranmerupakan kendala mengingat jarak yang jauhke pasar dan tingginya biaya trasportasi.

Proyek FORMACS bersama mitra kerjabersama-sama melakukan kegiatan untukmengidentifikasi komoditi yang sesuai danberpotensi untuk dipasarkan. Peluang ekowi-sata berbasis sumberdaya, termasuk keragamanhayati, juga digali melalui berbagai pertemuanantara pemerintah daerah dan masyarakat,sehingga semua pihak sadar akan potensikeuntungan dari konservasi ekosistem alam.

Gambar 1.2 mendeskripsikan kerangka kerjaaktivitas FORMACS secara skematik. Secarasederhana, aktivitas FORMACS didasarkanpada pilihan untuk meningkatkan kehidupanmenjadi lebih baik sehingga dapat menekankeinginan untuk mengkonversi hutan danakan berupaya menurunkan kemiskinan sertameningkatkan cadangan karbon.

Kegiatan monitoring karbon diNunukan

FORMACS merekomendasikan teknologiyang menggabungkan antara tanaman pangandengan pohon serta teknologi pertanian

6

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

Gambar 1.2. Skemakerangka kerja ProyekFORMACS

Page 15: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

berkelanjutan dengan input rendah, sebagaipilihan petani dalam mengelola lahannya.Rekomendasi ini diberikan karena penggunaanlahan dengan teknologi tersebut akanmemberikan sumber penghidupan yangberkelanjutan bagi petani serta meningkatkanatau mempertahankan penyerapan karbon.

Seberapa besar keberhasilan sistempenggunaan lahan yang direkomendasikandapat berfungsi sebagai penyimpan karbonperlu selalu dinilai dan dipantau. Prosespenilaian dan pemantauan ini dilakukan dalamkegiatan monitoring karbon.

Ponce-Hernandez (2004) mengembangkanmetode, model dan perangkat lunak untukmemonitor cadangan karbon dan menyusunskenario penggunaan lahan yang padaberbagai peroyek karbon di Meksiko danKuba. Metode untuk memonitor karbon yangdikembangkannya ini mengintegrasikanmetode pengumpulan data secara biofisik danpemodelan penggunaan lahan denganmemanfaatkan pengideraan jarak jauh.

Proyek FORMACS telah mengimplemen-tasikan pendekatan Rapid Carbon StocksAssessment (RaCSA)3 untuk memonitorcadangan karbon di Nunukan. Aktivitasmonitoring karbon dengan pendekatan inimempunyai tiga tujuan utama yaitu:

1. Untuk mengestimasi cadangan karbon diNunukan pada skala plot maupun lansekap(bentang lahan).

2. Untuk menduga sistem penggunaan lahanyang dikelola petani di Nunukan yang ber-potensi sebagai sumber penyimpan karbon.

3. Untuk memprediksi dinamika cadangankarbon di Nunukan.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas,ada empat kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Survei sosial ekonomi untuk skala rumahtangga.Survei ini dilakukan di Kecamatan Sebukuand Sembakung untuk mengetahui sistempenggunaan lahan yang dikelola petaniberikut data produktivitas dan profitabilitas-nya. Produktivitas dan profitabilitas darisuatu sistem penggunaan lahan merupakanfaktor penentu bagi petani dalammemutuskan sistem yang akan diterapkan dilahannya. Secara tak langsung, faktor-faktorini juga menentukan jumlah cadangankarbon yang terserap antar waktu.

2. Pengukuran cadangan karbon pada skala plot.Cadangan karbon diukur pada berbagaiplot contoh yang dibuat pada setiappenggunaan lahan. Jumlah cadangankarbon yang terukur pada masing-masingpenggunaan lahan akan menjadi nilaikemampuan sistem penggunaan lahantersebut dalam menyerap karbon.

3. Analisis perubahan penutupan lahan denganmenggunakan pengideraan jarak jauh.Citra satelit dianalisa untuk mendapatkanpeta penutupan lahan dalam dua periodeyang berbeda, yang selanjutnya digunakanuntuk menduga perubahan penutupanlahan. Dengan menggunakan hasil daristudi cadangan karbon pada skala plot(kegiatan 2), maka cadangan karbon padaskala lanskap (bentang lahan) danperubahannya antar waktu dapat diduga.

4. Simulasi model lanskap.Untuk memprediksi dinamika cadangankarbon pada skala lanskap dilakukansimulasi dengan menggunakan modelFALLOW4. Model ini mensimulasikandampak pengambilan keputusan oleh petanidalam mengelola lahannya terhadapdinamika cadangan karbon pada skala

7

Pendahuluan: mengapa memonitor cadangan karbon Nunukan?

3 Rapid Carbon Stocks Assessment (RaCSA)dikembangkan oleh ICRAF untuk menduga cadangancarbon pada skala lanskap. ICRAF juga mengembangkanRapid Hydrologocal Assesment (RHA) untuk mendugafungsi hidrologi pada Daerah Aliran Sungan (DAS). Saatini sedang diuji dan dikembangkan Rapid BiodiversiyAssesment (RaBA) untuk menduga keanekaragaman hayatipada skala lanskap. Dengan demikian, ada tiga alat yangmenjadi dasar untuk menduga jasa lingkungan yangdiberian oleh suatu daerah.

4 FALLOW (Forest, Agroforest, Low-value Land OrWaste-land?) adalah model dinamika lanskap yangdikembangkan oleh ICRAF. Informasi lebih jauh dapatdilihat pada http://www.worldagrofrestrycentre.org/sea/products/models

Page 16: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

lanskap. Berbagai skenario yang mungkindiambil oleh petani untuk menanggapipeluang yang telah ada juga dievaluasi.

Keempat kegiatan dalam RaCSAdirangkum dalam laporan ini. Gambar 1.3.menunjukkan keterkaitan berbagai aktivitasdan bab-bab dalam laporan ini.

Bab 2 dari laporan ini memberikaninformasi mengenai latar belakang mengapaKabupaten Nunukan dijadikan sebagai lokasistudi proyek ini dan mendiskripsikan sistempenggunaan lahan yang umum dikelola olehpetani. Pengukuran cadangan karbon padaberbagai sistem penggunaan lahan dilaporkanpada bab 3. Bab ini juga menganalisiskemampuan masing-masing lahan dalammenyerap karbon dari waktu ke waktu.Sebagai tambahan, di dalam bab ini didoku-mentasikan spesies-spesies pohon yang ditemu-kan pada tiap-tiap sistem penggunaan lahan.

Bab 4 mendeskripsikan pendugaancadangan karbon pada skala lanskap dengan

menggunakan analisis penginderaan jarak jauh.Model simulasi yang mengintegrasikan semuahasil yang ada dari bab 2, 3 dan 4 dilaporkandalam bab 5. Kegiatan ini mensimulasikandinamika cadangan karbon akibat perubahanlanskap dari waktu ke waktu karena perubah-an perilaku petani dalam mengelola lahannya.

Studi yang dilaporkan di sini merupakansalah satu contoh pendekatan yang terintegrasidalam memonitor cadangan karbon yangdapat diaplikasikan di lapangan. Hasil darikegiatan ini dapat dimanfaatkan untukmenduga dinamika cadangan karbon padaberbagai skenario yang mungkin terjadi dandapat dimanfaatkan untuk memulai suatudialog dengan petani tentang berbagai pilihanyang ada yang dapat memberikan manfaatbagi kehidupan mereka dan lingkungan. Hasilini juga dapat dijadikan langkah awal untukberdialog dengan pengambil kebijakan ditingkat lokal maupun nasional, sehinggadengan kebijakan ini masyarakat lokal mampuuntuk mengelola lahannya dengan cara yangberkelanjutan.

8

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

Gambar 1.3. Keterkaitan antara bab-bab pada laporan ini (nomor pada gambar ini menunjukkan nomor babdalam laporan ini).

Page 17: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

Pendahuluan

Hubungan antara kesejahteraan masyarakatdengan sistem pengelolaan sumberdaya alamdi suatu daerah, merupakan kajian utama bagiberbagai organisasi non pemerintah yangbergerak di bidang konservasi danpemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan.Pertanian dan kehutanan merupakan sumberpenting bagi ketahanan pangan masyarakat disekitar hutan. Berbagai hasil hutan dapatdijadikan sumber pangan yang dapatdimanfaatkan langsung dan dijual. Dahulu,pengambilan sumberdaya alam dilakukanhanya untuk memenuhi kebutuhan pokok ataubersifat subsisten. Meskipun pada umumnyasistem barter dan pasar telah lama dikenalmasyarakat, jauh lebih lama dari yang kitaduga (Levang et al., 2005). Tekanan jumlahpenduduk, proses komersialisasi sebagaikonsekuensi dari pertumbuhan ekonomi dankondisi politik ekonomi mendorong terjadinyaperubahan dalam mengelola sumberdaya alamdi kalangan masyarakat (Bilsborrow danOkoth-Ogendo, 1992).

Levang et al. (2005) membahas tentangfungsi hutan bagi masyarakat lokal denganmenggunakan suku Dayak Punan sebagaicontoh. Masyarakat Punan merupakan sukupemburu dan pengumpul yang tinggal diKalimantan Timur. Artikel tersebut secarakritis mempertanyakan kebenaran konsepyang masih dimiliki peneliti dan pengambil

kebijakan saat ini, bahwa masyarakat hutansangat tergantung pada hutan bagikelangsungan kehidupannya dan hilangnyahutan akibat laju deforestasi yang tinggi akanmemicu kemiskinan mereka.

Melindungi hutan dan lingkunganmerupakan hal yang sangat penting, terutamadalam menghadapi masalah dunia yang kitahadapi bersama, yakni pemanasan global.Secara regional dan nasional, permasalahanyang sama pentingnya adalah meningkatkandan memperbaiki kesejahteraan masyarakat disekitar hutan serta meminimalkan dampakburuk yang mungkin muncul akibat konversihutan. Kegiatan proyek FORMACS(Pengelolaan Sumberdaya Alam untukPenyerapan Karbon) di Kabupaten Nunukanbertujuan untuk menjembatani keduapermasalahan ini. Proyek ini memusatkankegiatannya untuk membantu masyarakat lokalmencapai kehidupan berkelanjutan sambilmelestarikan fungsi ekosistem hutan dalammempertahankan cadangan karbon untukmembantu mengurangi masalah pemanasanglobal. Dengan sendirinya, pemahamanmengenai proses pemanfaatan hutan danperubahan penggunaan lahan di sekitar hutanoleh masayarakat di sekitar hutan merupakanbagian penting dari kegiatan proyek ini.

Tulisan ini menguaraikan hasil dari surveisosial ekonomi rumah tangga pada desa-desasekitar hutan di Kabupaten Nunukan. Tujuandari survei ini adalah untuk mendapatkan

9

2. STUDI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATANSEBUKU DAN SEMBAKUNG, KABUPATEN

NUNUKAN, KALIMANTAN TIMUR

Kusuma Wijaya, Nessy Rosdiana dan Betha Lusiana

Page 18: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

10

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

informasi mengenai latar belakang sosial-ekonomi petani dan sistem pertanian yangmereka kelola. Dengan mengkombinasikanhasil survei dan data sekunder, maka akandiperoleh informasi mengenai:

1. Profil petani2. Aktivitas yang dilakukan petani untuk

kelangsungan hidupnya3. Sistem pengelolaan lahan yang dilakukan

oleh petani, produk yang dihasilkannyaserta pendapatan yang diperoleh dari sistemtersebut.

Informasi yang diperoleh akan digunakanuntuk mensimulasikan dinamika lanskap antarwaktu sebagai akibat dari perubahan yangdilakukan oleh masyarakat dalam mengelolasumberdaya alam, serta bagaimana proses iniakan berpengaruh terhadap kehidupan dankesejahteraan petani. Studi ini dipaparkanpada Bab 5 laporan ini.

Metode

Survei sosial-ekonomi rumah tangga dilakukandi daerah kegiatan proyek FORMACS yaituKecamatan Sebuku dan Sembakung,Kabupaten Nunukan. Responden yangdisurvei terdiri dari rumah tangga yangtersebar di 10 desa yaitu: Desa Kalun Sayan,Sekikilan, Sujau dan Tau Baru di KecamatanSebuku dan Desa Atap, Katul, Lubok Buat,Manuk Bungkul, Tanjung Harapan dan Tujungdi Kecamatan Sembakung. Survei dilakukandengan metode pengambilan contoh'purposive' dengan tujuan mendapatkaninformasi dari petani yang mengelola sistempertanian yang umum dijumpai di lokasi ini.

Kondisi Umum KabupatenNunukan

Posisi geografis dan kondisi wilayah

Kabupaten Nunukan terletak di KalimantanTimur, berbatasan dengan Malaysia, di sebelah

utara dengan Sabah dan di sebelah baratdengan Sarawak (Tabel 2.1).

Total area Kabupaten Nunukan adalahsekitar 14.245 km2 terdiri atas 6 Kecamatan(Tabel 2.2.). Daerah studi FORMACS diKecamatan Sebuku dan Sembakungmempunyai luas wilayah sebesar 3.778 km2

dan 2.263 km2, yang mencakup 42% dari totalarea Kabupaten Nunukan.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Nunukan tahun20021 mencapai 84.786 jiwa dengan lajupertumbuhan per tahun 3,24%. Berdasarkandata ini, kepadatan populasi Kabupaten

Tabel 2.2. Luas Wilayah kecamatan di KabupatenNunukan (nilai di dalam kurung menunjukkan persentaseluasan dibandingkan dengan luasan Kabupaten Nunukan)

No. Kecamatan Luas Wilayah (ha)

1. Nunukan 144 265 (10.1) 2. Sebatik 24 341 (1.7)

3. Sebuku 377 774 (26.5) 4. Sembakung 226 294 (15.9) 5. Lumbis 291 615 (20.5) 6. Krayan 360 044 (25.3)

TOTAL 1 424 334

Sumber: Hatfindo Prima (2004)

1 Hasil survei sosial-ekonomi yang dilakukan oleh BadanPerencanaan Pembangunan Daerah dan Biro PusatStatistik Kabupaten Nunukan Bulan Agustus 2002.

Tabel 2.1. Posisi geografi Kabupaten Nunukan

Posisi geografis: Lintang Utara : 3° 30’ 00” – 4 °24’55” Bujur Timur : 115° 22’ 30” – 118° 44’ 54” Batas Wilayah: - Sebelah utara : Negara Malaysia Bagian Sabah - Sebelah Timur : Selat Makasar/Laut Sulawesi - Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau - Sebelah Barat : Negara Malaysia Bagian Sarawak

Sumber : http://www.nunukankaltim.go.id/

Page 19: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

11

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

Nunukan adalah 5,9 ~ 6 orang per km2.Kecamatan Sebatik dan Nunukan merupakandaerah padat penduduk, sekitar 72%penduduk Kabupaten Nunukan tinggal dikecamatan ini (BPS Kabupaten Nunukan,2002) dengan kepadatan penduduk 6,81 dan26,87 orang per km2 untuk Kecamatan Sebatikdan Nunukan (Kabupaten Nunukan DalamAngka, 2001).

Berdasarkan survei terbaru yang dilakukanCARE Internasional Indonesia tahun 2005,Kecamatan Sebuku mencakup 21 desa denganjumlah penduduk 4.064 orang yang terdiri dari54% laki-laki dan 46% wanita. KecamatanSembakung mencakup 18 desa dengan jumlahpenduduk 6.010 orang dengan perbandinganlaki-laki dan perempuan hampir sama sepertidi Kecamatan Sebuku.

Iklim dan topografi

Suhu udara yang diukur di Nunukan (ibukotaKabupaten Nunukan) rata-rata 27,4OC. Suhuterendah terjadi pada bulan Juni dengan rata-rata 23OC dan suhu tertinggi pada bulan Aprildan September dengan rata-rata 32,2OC.

Rata-rata curah hujan tahunan adalah2.326,7 mm per tahun dan rata-rata curahhujan bulanan 194 mm per bulan. Curahhujan tertinggi terjadi pada Bulan Mei denganrata-rata 367 mm dan terendah pada BulanJuli yaitu 88 mm. Kelembaban udara berkisarantara 82% sampai dengan 87%. Kecepatanangin rata-rata 5 knots.

Wilayah Kabupaten Nunukan didominasioleh satuan fisiografi gunung (mountain) dandataran (plain). Satuan fisiografi gunungsebagian besar berada di bagian baratKabupaten Nunukan memanjang ke arahKabupaten Malinau hingga perbatasanMalaysia. Perbukitan sebagian besar berada dibagian barat Kabupaten Nunukan yangmerupakan wilayah pegunungan memanjangdengan ketinggian 1.500-3.000 meter di ataspermukaan laut. Pada bagian tengah sedikitberbukit dan bagian timur bergelombang

hingga landai. Perbukitan di sebelah selatanbagian tengah mempunyai ketinggian antara500-1.500 meter di atas permukaan laut.Topografi perbukitan bersudut kemiringanlebih dari 30%. Pada daerah dataran tinggikemiringan berkisar antara 8-15%.

Kondisi tanah

Jenis tanah di bagian barat KabupatenNunukan dan sebagian Pulau Nunukan sertaPulai Sebatik adalah Podsolik Merah Kuningdengan tingkat kesuburan relatif rendah danmemiliki lapisan 'top soil' yang tipis. Jenistanah pada dataran rendah di sepanjang sungaidan laut berupa sedimen tanah Gleysol yangberwarna abu-abu.

Struktur tanah di Kabupaten Nunukandidominasi oleh struktur gumpal bersudut,yang mempunyai konsistensi dari teguhsampai sangat teguh dan mempunyai pori-porisedikit yang tersebar pada lapisan atas.Kedalaman tanah efektif dari dangkal sampaisangat dangkal dengan derajat keasaman (pH)berkisar antara 3,5-4,5. Air tanah banyakterdapat di permukaan, maka drainase tanahmenjadi buruk, terutama pada daerah-daerahdengan topografi datar di sepanjang sungai.

Kondisi tanah pada daerah dataran tinggirelatif mudah mengalami erosi khususnyadaerah-daerah yang gundul. Tanah-tanah rawaumumnya hampir sepanjang tahun digenangiair.

Daerah aliran sungai (DAS)

Di Kabupaten Nunukan daratan terdapat duaDAS utama yaitu DAS Sebuku yangmenjangkau Kecamatan Sebuku dan DASSembakung yang menjangkau wilayahKecamatan Sembakung dan KecamatanLumbis. Kedua sungai tersebut memiliki debitair yang besar sepanjang tahun. Sungai-sungaiyang ada di Kabupaten Nunukan ditampilkanpada Tabel 2.3.

Page 20: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

12

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

Tata guna lahan

Tata guna lahan di Kabupaten Nunukandibagi menjadi beberapa kriteria yaitu:

1. Daerah perkampungan/pemukimanPenduduk umumnya menempati daerah-daerah yang datar di atas ketinggian 2 - 10meter dari permukaan laut (dpl), hanyasebagian kecil dari mereka yang menempatidaerah-daerah bukit.. Pemukiman pendu-duk sebagian besar berada di sepanjangpantai, sungai atau di tepi jalan yang ada.

2. Daerah pesawahanDaerah persawahan umumnya berada dibelakang pemukiman, sekitar 100 - 500

meter masuk ke daerah daratan atau beradapada 50 - 150 meter dari garis pantai atausungai. Lahan persawahan yang tersedia diKabupaten Nunukan masih cukup luas,namun belum dimanfaatkan dengan baikoleh penduduk.

3. Daerah perladanganDaerah perladangan umumnya berada dibagian atas daerah pesawahan.

4. Daerah perkebunanDaerah perkebunan berada di SungaiPancang, Kecamatan Sebatik dansekitarnya. Daerah ini cukup baik untukdikembangkan sebagai perkebunan kakao,kopi, cengkeh, kelapa dan pisang. Daerah-daerah lain yang juga dapat dikembangkansebagai perkebunan kopi dan cengkehadalah daerah di sekitar Sungai Sebuku.

Hasil Survei Rumah Tangga

Demografi

Responden dalam survei ini sebagaian besaradalah kepala keluarga (ayah/suami), kecualiada dua keluarga di Sembakung yang diwakilioleh anggota keluarganya (ibu/istri). Tabel 2.4dan 2.5 menampilkan profil kependudukan

Tabel 2.4. Profil kependudukan responden dan keluarga tambahannya di Kecamatan Sebuku danSembakung

Sebuku Sembakung Total

1 Jumlah kepala keluarga (orang) 26 25 51

Jumlah anggota keluarga (orang) 134 141 275

1 – 4 orang 0.50 0.36 0.43

5 – 8 orang 0.39 0.56 0.47 2

Sebaran respon-den berdasarkan ukuran keluarga

> 9 orang 0.11 0.8 0.10

Rata-rata ukuran jumlah keluarga 5 6 5

< 15 tahun 0.43 0.45 0.44

15 – 64 tahun 0.57 0.55 0.56 3

Sebaran responden berdasarkan umur

> 64 tahun 0 0 0

4 Rasio ketergantungan3 0. 63 0.83 0.80

Sumber: BAPPEDA Propinsi Kalimantan Timur

Tabel 2.3. Sungai-sungai di Kabupaten Nunukan

No. Nama Panjang (km)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Sembakung Sulanan Sumalungun Sepadaan Itay Sebuku Agisan Tikung Tabut Simenggaris

278 52 42 32

146 115

62 50 30 36

Sumber: BAPPEDA Propinsi Kalimantan Timur

Page 21: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

13

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

responden. Jumlah responden dan keluarganyadi kedua kecamatan adalah 275, semuanyaberumur kurang dari 64 tahun dengan rasioantara laki-laki dan perempuan sekitar 1:1.Dari 51 rumah tangga yang disurvei, 42diantaranya merupakan keluarga inti2 danlainnya merupakan keluarga tambahan. Rata-rata ukuran keluarga adalah 5 orang perkeluarga. Lima puluh enam persen darimasyarakat yang disurvei masih dalam usiaproduktif (15-64 tahun). Rasio ketergan-tungan3 di Sebuku adalah 0,63; nilai ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan diSembakung yaitu 0,87.

Sebaran suku di Kecamatan Sebuku danSembakung sangat tidak merata. Suku DayakAgabag memempati 85% dari jumlah orangyang disurvei, Suku Tidung 10% dan sisanyamerupakan Suku Flores, Bugis, Timor, Jawadan China (Tabel 2.5). Sekitar 50% dari kepalakeluarga telah tinggal di daerah tersebut lebihdari 20 tahun dan hanya 10% yang tinggal didaerah tersebut kurang dari atau selama 10tahun. Kelompok etnis China, lahir di daerahtersebut (masyarakat lokal), sementara orangFlores, Bugis dan Timor adalah migran yangtinggal di daerah tersebut untuk mendapatkanpenghidupan yang lebih baik dan beberapadiantaranya bekerja di Malaysia.

Tabel 2.5. Sebaran suku di Kecamatan Sebuku and Sembakung

Kepala keluarga Anggota keluarga Suku

Sebuku Sembakung Sebuku Sembakung Dayak agabag 25(0.49)* 20(0.39) 101(0.45) 88 (0.39) Tidung 1(0.02) 5(0.09) 21 (0.09) China 1(0.004) 3 (0.01) Flores 1(0.004) 1 (0.004) Bugis 5(0.02)

Timor 1 (0.04) Jawa 2 (0.09)

Total 26 25 108 116

* Pada kolom kepala keluarga, nilai yang ada di dalam kurung menunjukkan proporsi terhadap jumlah keluarga.Sedangkan pada kolom anggota keluarga, angka dalam kurung menunjukkan proporsi terhadap jumlah anggotakeluarga.

Gambar 2.1. Sebaran suku-sukudi lokasi studi FORMACS

2 Keluarga inti mengacu pada keluarga yang terdiri dariorang tua (ibu dan ayah) dengan anak-anaknya. Keluargatambahan adalah keluarga inti ditambah dengan anggotakeluarga lainnya atau pembantu rumah tangga.3 Rasio ketergantungan menunjukkan jumlah individu yangada pada usia kerja dibandingkan dengan individu padausia tidak bekerja (anak-anak dan orang lanjut usia).

Page 22: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

14

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

Tingkat pendidikan formal respondenrelatif rendah. Sekitar 35% responden tidakpernah sekolah, hanya 40% yang mengenyampendidikan Sekolah Menengah Atas dan tidakada yang mencapai Perguruan Tinggi.

Mata pencaharian

Aktivitas pertanian merupakan sumberpendapatan utama bagi masyarakat yangtinggal di daerah pedesaan Nunukan, terutamayang tinggal di sekitar sungai yang tanahnyasubur. Aktivitas yang meliputi pemanenanhasil hutan non kayu merupakan sumberpendapatan kedua (Tabel 2.7).

Hasil survei rumah tangga menunjukkanbahwa hanya seorang responden yangmempunyai aktivitas non pertanian sebagaimata pencaharian utama (Tabel 2.9). Sekitar27% responden mempunyai aktivitas selainberkebun sebagai sumber pendapatan tam-bahan, misalnya membuat perahu, menebangkayu di hutan, membuka warung atau sebagaipegawai di kantor desa. Pertanian masihmerupakan sumber penghasilan utamamasyarakat di lokasi studi.

Hanya beberapa responden (4%) yangmenganggap menebang kayu sebagaipekerjaan tambahan. Namun demikian, sekitar55% dari responden mengakui bahwa merekakadang-kadang melakukan aktivitaspenebangan kayu dan menerima upah.

Tabel 2.8. Pekerjaan yang dilakukan olehresponden dan anggota keluarga lainnya

Jenis pekerjaan Aktivitas Petani Menanam tanaman pangan,

menanam tanaman pangan dan pohon-pohonnan atau berternak

Guru - Wiraswasta Membuka warung, menjual kayu Pegawai kantor Pegawai kesehatan, pegawai

kantor desa Jasa Tukang kayu, pemelihara sarang

burung walet Penebangan kayu Menebang kayu di hutan

4 Gaharu adalah resin yang berbau harum yang dihasilkanoleh pohon Aquilaria spp. (Thymelaeaceae) akibat serangancendawan.

Tabel 2.9. Sebaran Kepala Keluarga RespondenBerdasarkan Pekerjaan

Jumlah responden Jenis pekerjaan

Sebuku Sembakung Total Pekerjaan utama Petani 25 (98) 25 (100) 50 (99) Guru 1 (2) 1 (1) Pekerjaan tambahan Berdagang 1 (2) 1 (2) 2 (4) Pegawai kantor desa 2 (4) 1 (2) 3 (6) Jasa 1 (2) 4 (8) 5 (10) Aktivitas penebangan 2 (4) 2 (4) 6 (12)

* Nilai yang ada dalam kurung menunjukkan persentaseresponden pada masing-masing daerah

Table 2.6. Tingkat pendidikan responden (lamasekolah)

Proporsi responden Lama sekolah

Sebuku Sembakung Total

≤ 6 tahun 0.85 0.64 0.75 > 6 tahun 0.15 0.12 0.37

Tabel 2.7. Aktivitas Usaha PerekonomianMasyarakat Desa Studi

No. Usaha Komoditi Usaha Sifat Usaha 1.

2.

3.

4. 5.

Pertanian: tanaman pangan Perikanan Peternakan Meramu (mengumpul-kan) Berburu

Ubi kayu, pisang dan sayuran Ikan (lampan, jelawat, pait, gedawang dan saluang), udang dan kepiting sungai Ayam kampung dan babi Durian (Durio zibe-thinus), rambutan (Nephelium lappa-ceum), cempedak (Artocarpus integer), madu, gaharu4 (Aquilaria sp.) dan menebang kayu hutan Rusa dan aneka burung

Subsisten Subsisten Subsisten Subsisten dan Komersil Subsisten

Sumber: Monografi Desa-desa Kabupaten Nunukan(2001)

Page 23: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

15

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

Informasi ini diperoleh ketika respondenditanya tentang berapa banyak pendapatanyang mereka terima dari menjual kayu hutan(lihat bagian Pendapatan).

Kamelarczyk (2004) melakukan penelitiandi Kabupater Malinau5, Kalimantan Timurmengenai dampak pemberian ijinpengusahaan hutan (IPPK = Ijin Pemungutandan Pemanfaatan Kayu), terhadap kehidupanmasyarakat di tiga desa. Hasil dari studitersebut menunjukkan bahwa rata-rata rumahtangga yang mempunyai aktivitasberhubungan dengan pemanenan hasil hutanadalah 46% pada pemanenan kayu, 70%berburu, mencari ikan 85%, mengumpulkangaharu 20%, mengumpulkan rotan 35% danmengumpulkan buah-buahan 47%.

Penggunaan lahan dan kepemilikanlahan

Di Nunukan, lahan dimiliki secara individumaupun kelompok (sebagai lahan komunal).Tabel 2.10 menampilkan sistem kepemilikan

lahan pada masyarakat Dayak Agabag yangmeliputi 85% dari masyarakat yang disurvei.Studi rumah tangga ini hanya memfokuskanpada kepemilikan lahan secara individu olehpetani.

Tiap-tiap rumah tangga yang disurveimemiliki paling tidak satu plot. Jumlah plotterbanyak yang dimiliki oleh rumah tanggaadalah 4 plot (Tabel 2.11). Enam puluh tigapersen dari responden hanya memiliki satuplot. Total plot yang disurvei adalah 75 plot.

Sebagian besar plot diperoleh dari warisan(Tabel 2.12), hal ini menunjukkan bahwasebagian besar responden bukanlah pendudukbaru di daerah tersebut (minimal generasikedua). Pembukaan lahan hutan adalah carakedua yang dilakukan untuk memperolehlahan.

Sistem Usaha Tani

Secara keseluruhan ada empat sistem usahatani yang ditemukan di lokasi survei yaitu:padi tadah hujan, perkebunan rakyat, jakaw

Tabel 2.10. Sistem kepemilikan dan alokasi lahan pada masyarakat Dayak Agabag

Kepemilikan Lahan

Individu Kelompok Jenis penggunaan lahan Pemukiman, Kebun dan Ladang Gua walet (Collocalia sp.), sungai dan hutan Cara memperoleh lahan Membuka hutan, warisan Adat, kesepakatan kelompok Ukuran lahan 0.5 – 1.5 ha per rumah tangga 10 – 10 000 ha Tanda batas Pohon-pohonan/Tanam-

tanaman Batas alam (sungai, bukit, gunung)

Sumber: Dokumen Amdal Kabupaten Nunukan, 2002

Tabel 2.12. Cara untuk mendapatkan lahanTabel 2.11. Sebaran plot yang dimiliki olehrumah tangga

Jumlah Rumah tangga Jumlah plot

Sebuku Sembakung Total 1 19 (37) 13 (25) 32 (63) 2 6 (12) 10 (20) 16 (31) 3 1 (2) 1 (2) 4 1 (2) 1 (2) 2 (4)

Total Plot 35 (51) 40 (49) 75 (100)

* Nilai di dalam kurung menunjukkan persentase dariplot.

Persentase plot dalam tiap-tiap lokasi

Sebuku Sembakung Total Warisan 49 45 47 Membuka lahan 25 42 35 Membeli 3 - 1 Hibah 23 10 16 Bagi hasil - 3 1

5 Sebelum tahun 1999, Malinau dan Nunukan masuk dalamwilayah Kabupaten Bulungan.

Page 24: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

16

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

dan agroforestri. Sawah tadah hujan adalahsatu-satunya sistem berbasis tanaman panganyang ditemukan di lokasi survei, sedangkanlainnya berupa sistem berbasis pohon. Tabel2.13 memberikan deskripsi umum mengenaimasing-masing sistem berbasis pohon yangditemukan.

Ada dua tipe perkebunan rakyat yaitu ladamonokultur dan kelapa sawit. Kelapa sawitsepertinya baru ditanam di daerah ini, terlihatdari stadia pertumbuhannya yang masih muda.Kelapa sawit ini ditanam bersama-samadengan padi lahan kering.

Sekitar 35% dari plot-plot yang ada berasaldari hutan, sebagian besar dibuka menjadisistem agroforestri berbasis pohon buah-buahan. Sistem tersebut paling banyakdijumpai di daerah studi saat ini, yaitu sekitar83% dari total plot (Tabel 2.14), yang dikelola

oleh 98% rumah tangga. Pada sistemagroforestri dikombinasikan antara pohonkopi atau pohon buah-buahan sepertirambutan, langsat dan lay dengan tanamanpangan setahun seperti kacang panjang,jagung dan kacang tanah. Sistem agroforestrimencakup 63,1 ha atau 71% dari total arealsistem pertanian yang dimiliki oleh responden(Gambar 2.2).

Sebagian besar plot (69%) mempunyaitujuan semi-komersial, memenuhi kebutuhanrumah tangga untuk konsumsi sendirimaupun sebagai penyedia pendapatan. Hanyakurang dari 3% sistem usaha tani yangmempunyai tujuan komersial.

Rata-rata ukuran plot di KecamatanSebuku adalah satu hektar, sementara diKecamatan Sembakung lebih luas yaitu 1,4hektar. Ukuran lahan yang dimiliki petani di

Gambar 2.2. Sebaran sistempertanian berdasarkan luasan(dalam persen)

Tabel 2.13. Karakteristik sistem berbasis pohon

Sistem usaha tani Deskripsi

Perkebunan rakyat Perkebunan kelapa sawit, perkebunan lada (Piper nigrum) monokultur

Jakaw

Suatu sistem rotasi dimana petani melakukan tebas bakar pada areal bekas tebangan kemudian menanam tanaman padi untuk beberapa musim. Apabila hasil panen padi menurun, petani akan meninggalkan lahan tersebut dan membiarkannya sebagai lahan 'bera'

Sistem agroforestri

Sistem berbasis pohon buah-buahan, dimana petani menanam pohon buah-buahan di antara kayu-kayuan kualitas rendah pada hutan bekas tebangan. Pada periode awal, petani menanam singkong atau sayur-sayuran seperti kacang panjang (Vigna unguinculata), cabai (Capsicum frustescens dan Capsicum annum), kacang tanah (Arachis hypogaea), melon (Cucumis melo), semangka (Citrullus lanatus), caisin (Brassica rapa) dan terong (Solanum melongena).

Page 25: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

17

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

Kecamatan Sebuku adalah 1,3 ha dan diSembakung 2,16 hektar.

Input

Input pada sistem usaha tani dikelompokkanmenjadi dua komponen yaitu: tenaga kerja dannon tenaga kerja. Non tenaga kerja meliputipupuk, pestisida dan herbisida. Pada area studiini, input non tenaga kerja tidak digunakanoleh petani, kecuali pada perkebunan rakyatdan beberapa plot sistem agroforestri.

Total input tenaga kerja untuk sistemusaha tani di daerah studi berkisar antara 113sampai 149 hari orang kerja (HOK) tahun-1

hektar-1. Untuk sistem berbasis pohon,aktivitas persiapan lahan diperlukan hanyapada permulaan tanam. Sehingga setelahtahun pertama, kebutuhan tenaga kerja padasistem ini akan berkurang antara 23-36%.Pada sistem berbasis pohon, pemeliharaanplot merupakan komponen utama dari inputtenaga kerja yaitu berkisar antara 47-61% daritotal input tenaga kerja.

Tenaga kerja yang diperlukan untukaktivitas pemanenan dan pasca panen padasistem lada monokultur terlihat sangat sedikit.Kemungkinan karena lada merupakantanaman yang pematangan buahnya terjadisecara beruntun sehingga aktivitas pemanenansepertinya dimasukkan sebagai bagian daripemeliharaan.

Sistem kelapa sawit di daerah ini masihpada tahap awal pertumbuhan, sehinggamasih ditanami padi tadah hujan. Jumlahtenaga kerja yang diperlukan untuk aktivitaspemanenan pada sistem ini (Tabel 2.15)berkaitan dengan pemanenan padi lahankering (lihat penerimaan yang diperoleh darimasing-masing sistem dalam Tabel 2.16).

Tabel 2.16 menunjukkan suatu perkiraankasar mengenai penerimaan yang diperolehdari masing-masing sistem. Penerimaandihitung dari rata-rata hasil panen komoditipada masing-masing sistem, dikalikan denganharga. Seperti telah disebutkan bahwa hanya3% dari plot di area studi yang mempunyai

Tabel 2.15. Input tenaga kerja pada masing-masing sistem usaha (dalam HOK tahun-1 hektar-1)

Sistem usaha tani Persiapan plot Pemeliharaan plot

Aktivitas pemanenan dan pasca panen Total

Padi tadah hujan 33 24 56 113

Jakaw (fase tanaman semusim) 36 77 24 136

Perkebunan rakyat

Lada momokultur 50 87 5 142

Kelapa sawit 55 70 24 149

Sistem agroforestri 27 70 17 114

Tabel 2.14. Jumlah plot dan rata-rata ukuran plot pada sistem pertanian di Kecamatan Sebuku danSembakung.

Jumlah plot Rata-rata ukuran plot (ha) Sistem pertanian

Sebuku Sembakung Total Sebuku Sembakung Total

Sawah tadah hujan - 3 (4) 3 (4) - 1.3 1.3 Perkebunan rakyat 1 (1) 2 (3) 3 (4) 2 1.5 1.7 Jakaw 1 (1) 6 (8) 7 (9) 1 0.6 0.6 Sistem Agroforestri 33 (44) 29 (39) 62 (83) 1 1.4 1.2 Total plots 35 (46) 40 (54) 75 (100) 1 1.4 1.2

* Nilai di dalam kurung menunjukkan persentase dari plot

Page 26: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

18

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

tujuan komersial dan sekitar 46% mempunyaitujuan semi komersial, sehingga tidak semuaproduk dari sistem usaha tani akan dijual danmenjadi sumber uang keluarga. Produk sepertisingkong dan padi sebagian besar akandikonsumsi sendiri.

Pendapatan dan pengeluaran rumahtangga

Sumber utama pendapatan rumah tangga didaerah Sembakung berasal dari aktivitaspertanian (Tabel 2.17). Pada aktivitaspertanian tersebut pendapatan diperoleh dariproduk yang dipasarkan, sedangkan produkyang dikonsumsi sendiri oleh masing-masingrumah tangga tidak dimasukkan dalampendapatan.

Untuk responden di daerah Sebuku,sumber pendapatan berasal dari aktivitaspertanian maupun dari kehutanan. Di Sebuku,pendapatan dari sektor kehutanan berjumlah56% dari total pendapatan rumah tangga,sedangkan di Sembakung pendapatan darisektor kehutanan hanya berjumlah sekitar 7%.Perbedaan tersebut terjadi karena kualitashutan yang ada di Sembakung sudah sangatrendah. Sebagian besar hutan di Sembakungtelah dieksploitasi oleh perusahaanpengusahaan hutan atau dikonversi menjadiperkebunan kelapa sawit maupun tanamanindustri yang menanam Acacia mangium(CARE, 2005).

Di sisi lain, aktivitas non-pertanian diSembakung memberikan sumbangan

Tabel 2.17. Pendapatan rumah tangga berdasarkan sumbernya

Sebuku Sembakung All

Sumber Jumlah responden

Pendapatan rata-rata *) (Rp/bulan)

Jumlah responden

Pendapatan rata-rata

(Rp/bulan)

Jumlah responden

Pendapatan rata-rata

(Rp/bulan) Aktivitas pertanian 25 722.000 24 468.000 49 598.000 Hutan

Kayu Upah menebang Kayu (IPKK) Hasil hutan non kayu

92 19 2 15

1.466.000 1.018.000 1.250.000

791.000

4 3 - 2

580.000 700.000

- 110.000

27 22 2 17

1.334.000 975.000

1.250.000 711.000

Mencari ikan dan berburu 1 150.000 5 103.000 6 111.000 Aktivitas non pertanian lainnya 8 681.000 14 1.282.000 22 1.064.000

* Rata-rata pendapatan dibulatkan ke nilai ribuan rupiah terdekat.

Tabel 2.16. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing sistem

Sistem usaha tani Komoditi Penerimaan*) (Rupiah6 tahun -1 ha-1)

Fraksi dari output yang dapat

diperdagangkan

Padi lahan kering Padi lahan kering 2.640.000 0 Jakaw (fase tanaman semusim) Padi lahan kering, kayu untuk

kebutuhan sendiri 1.091.000 0

Perkebunan rakyat

Lada monokultur Lada 750.000 1

Kelapa sawit Padi lahan kering, pisang 505.000 0.88

Sistem agroforestri Padi lahan kering, singkong, kopi, buah-buahan, sayur-sayuran

1.964.000 0.75

* Penerimaan diperhitungkan dari rata-rata hasil panen yang diperoleh pada tiap-tiap sistem usaha tani dikalikandengan perkiraan harga. Produk yang dikonsumsi sendiri dimasukkan dalam perhitungan ini.

6 Nilai tukar pada Bulan Desember 2003 - April 2004 adalah sekitar Rp. 8.900 per US$.

Page 27: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

19

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

pendapatan 88% lebih tinggi biladibandingkan dengan di Sebuku. Hal inimenunjukkan adanya perbedaan strategi antarakedua desa tersebut dalam upaya untukmemenuhi kebutuhannya, karena dipengaruhioleh sumberdaya yang ada.

Perbedaan pilihan hidup yang ditemukandi masing-masing kecamatan, mempengaruhipendapatan per kapita dan pendapatan perrumah tangga (Tabel 2.17). Sebukumempunyai pendapatan rumah tangga danpendapatan perkapita lebih tinggi biladibandingkan dengan responden diSembakung.

Di Sebuku, dua orang respondenmenerima pendapatan dari upah IPPK kayumasing-masing Rp. 1.250.000 per bulan atau

Rp. 15.000.000 per tahun. Di Malinau(Kamelarczyk, 2004), masyarakat yang tinggaldi hutan Tanjung Naga pada tahun 2001menerima kompensasi sebesar Rp. 100 jutauntuk kayu yang telah diambil hingga tahun2000. Uang yang diterima oleh masing-masingrumah tangga berkisar antara Rp. 1.950.000hingga Rp. 6.282.000 per periode IPKK.

Indikator kemiskinan nasional untukdaerah pedesaan di Indonesia adalah Rp. Rp.105.888 per orang per bulan. (BPS, 2003).Sementara itu, indikator regional untukKalimantan Timur adalah Rp. 145.460 perorang per bulan. Secara rata-rata, pendapatanper kapita untuk Sebuku dan Sembakung adadi atas rata-rata untuk indikator nasionalmaupun regional. Tetapi, apabila dilihat padaindividu rumah tangga, 4% dari rumah tangga

Tabel 2.19. Persentase pengeluaran terhadap pendapatan keluarga.

Sebuku Sembakung Total % % %

Persentase pengeluaran untuk makanan terhadap pendapatan 14 17 15

Persentase pengeluaran non makanan terhadap pendapatan 19 16 18

Persentase total pengeluaran terhadap pendapatan 33 33 33

Gambar 2.3. Proporsipengeluaran oleh semuaresponden (dalam RibuanRupiah per bulan).

Tabel 2.18. Pendapatan rumah tangga menurut responden.

Sebuku Sembakung Total

Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan) 2.299.000 1.288.000 1.804.000

Pendapatan per kapita (Rp/orang/bulan) 446.000 228.000 334.000

* Pendapatan dibulatkan ke nilai ribuan rupiah terdekat.

Page 28: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

20

Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan

di Sebuku berada di bawah indikatorkemiskinan regional dan 1% berada di bawahindikator kemiskinan nasional. Untukresponden di Sembakung, persentase rumahtangga yang berada di bawah indikatorkemiskinan lebih tinggi, 44% dibawahindikator kemiskinan regional dan 28% dibawah indikator kemiskinan nasional.

Sekitar 46% pengeluaran rumah tanggadialokasikan untuk makanan. Transportasikelihatannya merupakan komponen pentingdari pengeluaran yang mencapai 16% dariseluruh pengeluaran. Proporsi pengeluaranyang dialokasikan untuk kesehatan sekitar 8%,sama dengan alokasi untuk rokok. Dalam halrasio pengeluaran dan pendapatan, 33% daripendapatan digunakan untuk pengeluaranrumah tangga.

Diskusi

Survei rumah tangga dilakukan untukmengetahui mata pencaharian (pilihan hidup)masyarakat yang ada di sekitar hutanKabupaten Nunukan. Memahami pilihanhidup masyarakat merupakan hal yang sangatdiperlukan untuk mengetahui danmembandingkan keputusan yang dibuat olehpetani dalam mengelola lahannya berdasarkanpilihan yang ada.

Hasil survei dari dua kecamatan diKabupaten Nunukan secara jelasmenunjukkan perbedaan pilihan hidup karenaperbedaan sumber daya yang ada, dalam kasusini adalah kualitas hutan. Pendapatan petani diSebuku berasal dari aktivitas pertanian danproduk-produk hutan, sedangkan sebagianbesar pendapatan petani di Sembakung berasaldari aktivitas pertanian. Dari hasil studi padadua kecamatan di Kabupaten Nunukandidapatkan bahwa bila masih tersedia banyakhutan dengan kualitas baik, maka pendapatanyang diperoleh dari hutan dapat memberikansumbangan hingga 56% terhadap pendapatanrumah tangga.

Kayu adalah produk hutan yang palingmenarik di daerah ini, oleh karena itupenebangan hutan merupakan aktivitas nonpertanian yang paling menarik. Aktivitaspenebangan hutan juga menghasilkanpenerimaan yang lebih tinggi biladibandingkan dengan aktivitas pertanian.Literatur yang ada belum banyak memberikaninformasi mengenai aspek soial ekonomi padatingkat keluarga, meskipun sebagian besarliteratur mengakui aktivitas penebangan kayu(illegal atau legal) sebagai bagian dari pilihanhidup masyarakat yang tinggal di sekitar hutanKalimantan (Levang, 2002). Sulit untukmendapatkan perkiraan berapa besarsumbangan dari aktivitas penebangan kayuterhadap tingkat pendapatan rumah tangga.Sebagian besar literatur yang adamendiskusikan mengenai ekonomi daripenebangan kayu, illegal atau legal, olehpengusahaan hutan pada skala regional dannasional (Casson dan Obidzinsky, 2002;Resosudarmo dan Dermawan, 2002 danSmith et al., 2003). Bahasan utama padapenebangan legal adalah mengenai hal-halyang berkaitan dengan pengelolaan hutan yangmenyoroti pentingnya cara yang berkelanjutandalam pemanenan kayu hutan (Barr, 2002 danSist et al., 2003). Diskusi mengenaipenebangan illegal sebagian besar menyangkutkebijakan dan aspek pemerintahan,menekankan pada perlunya pemantauanpenebangan illegal yang lebih baik untukmenyelamatkan kehilangan pendapatan lokaldan nasional dari pajak pemungutan kayu(Taconi, 2004). Suatu studi tentang perspektifrumah tangga terhadap penebangan kayu dansumbangan ekonominya terhadap ekonomirumah tangga sangat diperlukan. Dengantujuan untuk memperoleh gambaranmengenai alternatif kegiatan yang dapatdilakukan petani untuk memperolehpendapatan yang memadai, sebagai bagiandalam menemukan penyelesaian untukmempertahankan hutan yang ada danmengurangi deforestasi.

Page 29: CADANGAN KARBON DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN

21

Studi sosial ekonomi di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

Kesimpulan

• Sistem usaha tani utama yang ada diKecamatan Sebuku dan Sembakung diNunukan adalah agroforestri berbasispohon buah-buahan, dengan perbandingan83% dari plot petani mencakup 71% lahanpertanian dan 98% dikelola oleh responden

• Sistem usaha tani lain yang ditemukan didaerah ini adalah jakaw (sistem rotasi 'bera'dengan padi lahan kering sebagai tanamanpangan), sistem padi tadah hujan danperkebunan rakyat (kelapa sawit dan ladamonokultur), yang dikelola oleh29%responden.

• Penerimaan dari lahan sistem agroforestriadalah Rp. 1.964.000/ha, lebih rendahdibandingkan dengan sistem padi tadahhujan. Namun demikian, sistem ini

merupakan sumber utama pendapatanpetani di daerah Sebuku dan Sembakungkarena sistem ini dikelola oleh sebagianbesar petani dan 75% komoditi yangdihasilkannya adalah untuk dijual.

• Pendapatan perkapita di Sebuku danSembakung adalah Rp. 334.000 per bulandan rata-rata pendapatan per rumah tanggaadalah Rp. 1.804.000

• Di Sebuku, produk hutan memberikansumbangan hingga 56% dari pendapatanrumah tangga, hal ini berlawanan denganyang terjadi di Sembakung hanya 7%.Pendapatan tambahan yang berasal dariproduk-produk kehutanan meningkatkanpendapatan rumah tangga rata-rata mulai78% dan meningkatkan pendapatan perkapita mulai 96%.