10
EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 54), September 2013 ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id 45 STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PADA TANAMAN Capsicum annuum L. TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA Liss Dyah Dewi Arini 1 , Suranto 2 , Edwi Mahajoeno 3 1 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS ( e-mail: [email protected] ) ABSTRAK - Cabai besar atau Capsicum annuum L. merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. C.annuum L. tumbuh baik di tempat berkelembaban sedang sampai tinggi dan bersuhu 18-30 0 C dengan curah hujan tahunan 600-1.250 mm dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tujuan penelitian ini adalah menguji ada tidaknya perbedaan ciri morfologi, anatomi dan pola pita isozim pada tanaman C.annuum L. yang terinfeksi virus di wilayah eks-karesidenan Surakarta, yang meliputi 6 kabupaten, yaitu Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Metode yang digunakan untuk menguji ciri morfologi dengan pengamatan organ tanaman yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji, sedangkan uji anatomi menggunakan metode parafin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C.annuum L. mempunyai perbedaan baik ciri morfologi maupun anatomi antara tanaman sehat dan yang terinfeksi virus. Ciri morfologi pada daun dan buah, daun sehat berwarna hijau tua dan berukuran besar, sedangkan daun terinfeksi virus berwarna kuning dan berukuran kecil serta buah sehat berukuran besar dengan warna merah, sedangkan buah terinfeksi virus berukuran kecil dan warna merah kecokelatan; untuk organ lain perbedaan terletak pada ukuran. Perbedaan karakter anatomi pucuk batang sehat dan terinfeksi virus terletak pada susunan sel dan pewarnaan safranin, dimana sel tanaman sehat berukuran besar-besar, longgar dengan intensitas pewarnaan lebih lemah, sedangkan tanaman sakit sel-selnya berukuran kecil-kecil, rapat dan pewarnaan lebih tebal. Indeks similaritas pada tanaman terinfeksi virus lebih kecil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kata Kunci : C.annuum L., virus, morfologi, anatomi PENDAHULUAN C.annuum L. (cabai besar) merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produksi cabai di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 1.185.057 ton, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan produksi menjadi 1.128.792 ton. Produksi cabai kemudian meningkat pada tahun 2008 dan 2009, yaitu 1.153.060 dan 1.378 727 ton, tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 menjadi 1.328.864 ton (BPS RI, 2011). Luas panen cabai pada tahun 2009 adalah 233.904 ha dengan produktivitas sebesar 5.89 ton/ha, sedangkan luas panen cabai pada tahun 2010 adalah 237.105 ha dengan produktivitas sebesar 5,60 ton/ha. Ini berarti terjadi penurunan produktivitas sebesar 0,29 ton/ha (BPS RI, 2011). Menurut Purwati et al (2000), potensi produktivitas tanaman cabai dapat mencapai 12 ton/ha. Hal ini menunjuk-

cabe daun.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

45

STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PADA TANAMAN Capsicum annuum L.

TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA

Liss Dyah Dewi Arini 1, Suranto 2, Edwi Mahajoeno 3

1 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

2 Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS

3 Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS

( e-mail: [email protected] )

ABSTRAK - Cabai besar atau Capsicum annuum L. merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. C.annuum L. tumbuh baik di tempat berkelembaban sedang sampai tinggi dan bersuhu 18-300C dengan curah hujan tahunan 600-1.250 mm dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tujuan penelitian ini adalah menguji ada tidaknya perbedaan ciri morfologi, anatomi dan pola pita isozim pada tanaman C.annuum L. yang terinfeksi virus di wilayah eks-karesidenan Surakarta, yang meliputi 6 kabupaten, yaitu Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Metode yang digunakan untuk menguji ciri morfologi dengan pengamatan organ tanaman yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji, sedangkan uji anatomi menggunakan metode parafin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C.annuum L. mempunyai perbedaan baik ciri morfologi maupun anatomi antara tanaman sehat dan yang terinfeksi virus. Ciri morfologi pada daun dan buah, daun sehat berwarna hijau tua dan berukuran besar, sedangkan daun terinfeksi virus berwarna kuning dan berukuran kecil serta buah sehat berukuran besar dengan warna merah, sedangkan buah terinfeksi virus berukuran kecil dan warna merah kecokelatan; untuk organ lain perbedaan terletak pada ukuran. Perbedaan karakter anatomi pucuk batang sehat dan terinfeksi virus terletak pada susunan sel dan pewarnaan safranin, dimana sel tanaman sehat berukuran besar-besar, longgar dengan intensitas pewarnaan lebih lemah, sedangkan tanaman sakit sel-selnya berukuran kecil-kecil, rapat dan pewarnaan lebih tebal. Indeks similaritas pada tanaman terinfeksi virus lebih kecil dibandingkan dengan tanaman sehat.

Kata Kunci : C.annuum L., virus, morfologi, anatomi

PENDAHULUAN

C.annuum L. (cabai besar) merupakan

jenis sayuran yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi. Produksi cabai di

Indonesia pada tahun 2006 sebesar

1.185.057 ton, namun pada tahun 2007

terjadi penurunan produksi menjadi

1.128.792 ton. Produksi cabai kemudian

meningkat pada tahun 2008 dan 2009,

yaitu 1.153.060 dan 1.378 727 ton, tetapi

mengalami penurunan kembali pada

tahun 2010 menjadi 1.328.864 ton (BPS

RI, 2011). Luas panen cabai pada tahun

2009 adalah 233.904 ha dengan

produktivitas sebesar 5.89 ton/ha,

sedangkan luas panen cabai pada tahun

2010 adalah 237.105 ha dengan

produktivitas sebesar 5,60 ton/ha. Ini

berarti terjadi penurunan produktivitas

sebesar 0,29 ton/ha (BPS RI, 2011).

Menurut Purwati et al (2000), potensi

produktivitas tanaman cabai dapat

mencapai 12 ton/ha. Hal ini menunjuk-

Page 2: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

46

kan bahwa produktivitas cabai nasional

masih belum optimal.

Salah satu kendala utama rendahnya

produktivitas cabai nasional tersebut

disebabkan oleh infeksi virus tanaman.

Penyakit mosaik yang disebabkan oleh

virus merupakan salah satu faktor

pembatas penting dalam budidaya cabai.

Beberapa macam virus telah dilaporkan

dapat menyerang berbagai kultivar cabai

di Indonesia (Duriat et al., 1994;

Suryaningsih dkk., 1996). Dari sekian

banyak virus yang menyerang tanaman

cabai, empat virus penting di antaranya

yaitu cucumber mosaic virus (CMV), chilli

veinal mottle virus (ChiVMV), potato virus

Y (PVY) dan tobaco mosaic virus (TMV)

dapat menyebabkan timbulnya gejala

mosaik Gejala penyakit pada tanaman

cabai berupa bercak kuning di sekitar

tulang daun, tulang daun menebal dan

helai daun menggulung ke atas (cupping).

Gejala lanjut menunjukan daun-daun

muda menjadi kecil-kecil, helai daun

berwarna kuning cerah atau hijau muda

berseling dengan warna kuning dan

cerah, akhirnya tanaman kerdil (Sulandari

et al., 2004).

Di eks karesidenan Surakarta dan

sekitarnya seperti Kabupaten

Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Klaten,

Boyolali dan Wonogiri ada banyak

varietas cabai lokal yang ditanam oleh

petani. Varietas lokal tersebut mem-

punyai keragaman morfologi berbeda-

beda. Damayanti et al (2005) menyebut-

kan pendekatan taksonomi modern yang

menganalisa keragaman dan

mengelompokkan tumbuhan tidak hanya

berdasarkan karakter morfologi tetapi

juga diperkuat dengan karakter non

morfologi, seperti karakter genetik atau

molekuler seperti pola pita isozim.

Pada studi tentang morfologi,

anatomi dan pola pita isozim tanaman

cabai khusus-nya terinfeksi di wilayah

eks karesidenan Surakarta belum pernah

dilakukan, oleh karena itu makalah ini

dapat memberikan informasi keragaman

tanaman sekaligus sebagai sumber data

yang berguna untuk kepentingan pe-

muliaan tanaman dan koleksi plasma

nutfah bagi pemenuhan kebutuhan

manusia.

BAHAN DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat dalam penelitian ini adalah buku

Morfologi Tumbuhan karangan

Gembong Tjitrosoepomo (2006)

sebagai buku penunjang, alat tulis,

penggaris, pisau, kamera, kantong

plastik, kertas label, silet/pinset, pisau

mikrotom, bejana, mikroskop

binokuler, pipet tetes, gelas benda,

gelas penutup, tissue, kertas dan

bolpoin.

Bahan, yang digunakan adalah

tanaman C.annuum L. meliputi batang,

daun, bunga, buah dan biji; sayatan

penampang melintang anatomi

meliputi (PL) pucuk batang dan daun,

safranin 1%, gliserin, aquades.

Page 3: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

47

B. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel morfologi,

dengan mengambil batang, daun,

bunga, buah dan biji C.annuum L.

Pembuatan preparat anatomi dengan

mengambil bagian pucuk batang dan

daun. Pengamatan pola pita isozim

dengan mengambil bagian daun

C.annuum L. Sampel diambil dari

daerah eks karesidenan Surakarta,

meliputi: Karanganyar, Sukoharjo,

Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri.

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel

tanaman cabai terinfeksi virus di daerah eks

karesidenan Surakarta

Keterangan : 1. Sragen; 2. Karanganyar; 3.

Wonogiri; 4. Sukoharjo; 5. Klaten; 6.

Boyolali

C. Penelitian di Laboratorium

1. Pengamatan morfologi

Sampel yang digunakan berumur 3-

4 bulan, meliputi batang, daun,

buah, bunga dan biji, diamati

langsung sebanyak 5 kali ulangan,

lalu dirata-rata. Sampel diambil di 6

kabupaten dan diambil gambarnya

dengan kamera digital. Data yang

didapatkan ditulis pada tabel yang

telah dibuat.

2. Pengamatan anatomi

Dilaksanakan di laboratorium

Biologi FMIPA UNS dengan meng-

gunakan sampel yang berumur 3-4

bulan.

a. Pembuatan preparat irisan me-

lintang

Pembuatan preparat meng-

gunakan metode embedding

(paraffin).

b. Pembuatan preparat stomata

Pembuatan preparat stomata

dengan membuat sayatan per-

mukaan daun sisi abaksial. Per-

mukaan abaksial diolesi cat kuku

pada luasan 1 cm2. Setelah di-

tunggu 5 menit, selotip di-

kelupas. Selotip dan cat kuku

yang menempel diberikan pada

gelas benda dan diamati.

Perhitungan indeks stomata

menurut Sass (1958) dihitung

dengan rumus:

S/E + S x 100 (Sass, 1958).

Dimana, jumlah epidermis (E)

dan stomata (S).

c. Pengamatan preparat

Parameter struktur anatomi

pucuk batang meliputi bentuk

dasar batang, epidermis,

hypodermis dan tipe pembuluh;

sedangkan pada daun meliputi

pola ikatan pembuluh, epidermis,

Page 4: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

48

jaringan palisade dan tipe

stomata.

D. Analisa Data

1. Data Morfologi: analisa morfologi

ditabulasikan untuk menghasilkan

data kualitatif dan kuantitatif ber-

dasarkan variabel. Data yang di-

peroleh diberi tanda (ciri

morfologi yang terobservasi).

2. Data anatomi: pengamatan anatomi

pucuk batang dan daun, preparat

difoto secara mikroskopis,

kemudian disajikan dalam bentuk

gambar dan hasilnya dibandingkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakter morfologi

Ke enam C.annuum L. dari eks

karesidenan Surakarta yang diteliti

(Karanganyar, Sukoharjo, Sragen,

Boyolali, Klaten dan Wonogiri)

memiliki habitus berbeda walaupun

ada persamaannya.

(a) (b)

Gambar 2 (a) C.annuum L. sehat (b) C.annuum L. terinfeksi virus

Gambar 3. Hasil perbandingan observasi

lapangan helaian daun C.annuum L. sehat (atas) dan terinfeksi virus (bawah) dari daerah eks karesidenan Surakarta (a)

Karanganyar, (b) Sukoharjo, (c) Sragen, (d) Boyolali, (e) Klaten, (f) Wonogiri

Hasil pengamatan karakter

morfologi C.annuum L. sehat dan sakit

di eks karesidenan Surakarta terdapat

perbedaan yang nyata. Adapun per-

bedaan tanaman sehat dan sakit yang

meliputi batang, daun, bunga, buah

dan biji disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil perbandingan uji morfologi di lapangan pada C.annuum L. sehat dan sakit

yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji

No Karakter

morfologi

Hasil Lokasi sampel Sehat

Cm/gr

Sakit

Cm/gr

Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk

1 Diameter

batang

1,10 0,50

1,20 0,60

1,30

2 Lebar

daun

2,40 1,00

2,80 1,20

3,00 1,30

1,50

1,60

3 Panjang

daun

8,50 6,30

8,60 6,40

8,70 6,50

9,00 6,60

4 Panjang

tangkai

daun

2,30 0,30

2,50 0,40

3,00

5

Panjang

tangkai

bunga

0,90 0,10

1,10 0,15

1,20

1,50

6 Panjang

kelopak

bunga

0,30 0,50

0,40 0,60

7

Panjang

mahkota

bunga

0,50 0,70

0,60 0,80

0,70 1,00

0.80 1,10

8 Warna

tangkai

bunga

Hijau

muda

Hijau

tua

Page 5: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

49

9 Ukuran

buah

1,90 0,70

2,09 0,80

2,70 0,90

3,10 1,00

3,80

10 Panjang

biji

0,30 0,30

0,40 0,40

0,50

11 Lebarbiji 0,20 0,10

0,30 0,20

12 Berat biji

0,004 0,004

0,005 0,005

0,006 0,006

0,010 0007

0,013

Keterangan : = karakter morfologi yang terobservasi Kra : Karanganyar, Skh : Sukoharjo Srg : Sragen, Byl : Boyolali Klt : Klaten, Wgr : Wonogiri sh : sehat, sk: sakit

Hasil ini menunjukkan bahwa

morfologi C.annuum L. sehat dan sakit

berbeda, pada daun dan buah. Daun

sehat berwarna hijau tua dengan

panjang 8-9 cm, sedangkan pada daun

sakit berwarna kuning/hijau muda

dengan panjang ±6cm. Buah sehat

berwarna merah dan besar, sedangkan

buah sakit berwarna merah ke-

cokelatan dan kecil-kecil. Pada umum-

nya tanaman sehat tumbuh ± 1 tahun

dan tumbuh besar dan dapat dipanen

±20 kali, sedangkan tanaman sakit

umurnya pendek, tumbuh kerdil, dan

produksi menurun (gagal panen). Oleh

karena itu jika ditemukan tanaman

sakit sebaiknya langsung di-buang

karena kemungkinan akan menulari

tanaman sekitarnya sangat besar.

Dari hasil observasi di lapangan,

didapatkan hasil dari perhitungan

Insidence Indeks (DI), yaitu tingkat

keparahan tanaman terinfeksi virus

dibandingkan dengan jumlah seluruh

tanaman. Tanaman yang terobservasi

didapatkan DI, Karanganyar 52,73%;

Sukoharjo 50,73%; Sragen 47,92%;

Boyolali 51,03%; Klaten 61,89% dan

Wonogiri 49,99%. Jadi dapat disimpul-

kan bahwa tingkat kerusakan

C.annuum L. paling parah pada Klaten,

meskipun seluruhnya berkisar 50%.

B. Karakter Anatomi

Karakter anatomi mempunyai sifat

lebih stabil dibandingkan dengan

morfologi. Sifat ini tidak banyak

berubah karena adanya perbedaan

tempat hidup (Simpson, 2006).

PL Pucuk Batang Keseluruhan

PL Pucuk Batang Bagian Tepi

Sehat Sakit Sehat Sakit

(a) (a) (a) (a)

(b) (b) (b) (b)

(c) (c) (c) (c)

(d) (d) (d) (d)

(e) (e) (e) (e)

(f) (f) (f) (f)

Gambar 4. Penampang melintang pucuk

batang C. annuum L. Sehat

dan sakit

Keterangan :

A : Karanganyar; B : Sukoharjo; C : Sragen;

D : Boyolali; E : Klaten; F : Wonogiri

Hasil pengamatan karakter

anatomi C.annuum L. sehat dan ter-

infeksi virus terdapat adanya

Page 6: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

50

keragaman. Adapun keragaman

C.annuum L. sehat yang meliputi

bagian pucuk batang dan daun

disajikan pada tabel 2, 3 dan 4.

Tabel 2. Perbedaan anatomi pucuk batang sehat dan sakit C.annuum L. di eks

karesidenan Surakarta Karakter Pucuk batang

Sehat Sakit

Ukuran sel pada jaringan besar-besar kecil-kecil Susunan sel longgar rapat

Hasil pewarnaan safranin lemah kuat

Tabel 3. Hasil pengamatan karakter anatomi pucuk batang spesies C.annuum L. sehat di

eks karesidenan Surakarta

Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr

Bentuk dasar

batang

Segi enam Segi enam Segi enam Segienam Segi enam Segi enam

Epidermis Ada

Ada

Ada Ada Ada Ada Ada

Hypodermis Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tipe pembuluh Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral

Bentuk parenkim Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral

Keberadaan kristal

dalam parenkim

Ada Ada

Pancar

Ada Ada Ada Ada

dalam parenkim

Tipe stele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele

Keterangan : Kra : Karanganyar Skh : Sukoharjo Srg : Sragen Byl : Boyolali Klt : Klaten Wgr : Wonogiri

Tabel 4. Hasil pengamatan karakter anatomi pucuk batang spesies C.annuum L. terinfeksi

virus di eks karesidenan Surakarta

Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr

Bentuk dasar batang Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam

Epidermis Ada Ada

Ada Ada Ada Ada Ada

Hipodermis Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tipe pembuluh Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral

Bentuk parenkim Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral

Keberadaan kristal dalam parenkim

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

dalam parenkim

Tipe stele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele

Keterangan : Kra : Karanganyar Skh : Sukoharjo Srg : Sragen Byl : Boyolali Klt : Klaten Wgr : Wonogiri

Pucuk batang sehat C.annuum L.

memiliki ukuran sel pada jaringan

yang lebih besar dan tersusun rapat

serta hasil pewarnaan pada safranin

lebih lemah daripada pucuk batang

yang terinfeksi virus (ukuran sel kecil-

kecil dan tersusun rapat) serta hasil

pewarnaan pada safranin lebih kuat.

Struktur anatomi C.annuum L. sehat

dan sakit terdapat persamaan bentuk

dasar batang, keberadaan epidermis,

hypodermis, tipe pembuluh, bentuk

parenkim dan tipe stele. Kristal pada

jaringan parenkim hanya terdapat

pada C.annuum L. sehat. Tipe

pembuluh sama-sama bikolateral

(berkas pengangkut terdiri atas satu

bagian xylem di tengah serta satu

bagian floem di sebelah luar dan satu

bagian di sebelah dalam). Bentuk

parenkim tanaman sehat dan sakit

polyhedral dan tipe stele tanaman

sehat dan sakit adalah eustele.

Karakter anatomi uji digunakan

sebagai karakter pokok untuk

identifikasi kelompok tanaman secara

umum (Singh,1999).

Karakter lain yang diamati adalah

daun. Daun merupakan bagian penting

tumbuhan dimana didalamnya

terdapat struktur anatomi yang

banyak digunakan sebagai dasar

klasifikasi. Secara morfologi bentuk

daun hampir sama yaitu lanset.

Perbedaan yang cukup mencolok

adalah pada ukuran.

Page 7: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

51

Sehat Sakit

(a) (a)

(b) (e)

(c) (c)

(d) (d)

(e) (e)

(f) (f)

Gambar 5. Penampang melintang daun C.

annuum L. sehat dan sakit

Keterangan :

(a) Karanganyar; (b) Sukoharjo; (c) Sragen;

(d) Boyolali; (e) Klaten; f) Wonogiri

Dari gambar 4 terlihat bahwa daun

sehat C.annuum L. jaringan palisade-

nya tersusun longgar, mesofilnya tebal

dan hasil pewarnaan safranin tampak

lebih muda (lemah) dibandingkan

dengan daun yang sakit, yaitu jaringan

palisadenya tersusun rapat, mesofil-

nya lebih tipis dan hasil pewarnaan

safranin lebih kuat. Hal ini serupa

dengan hasil pada pucuk batang

dimana pucuk batang sehat hasil

pewarnaan safraninnya lebih muda

(lemah) dibandingkan dengan pucuk

batang sakit (lebih kuat).

Hasil pengamatan anatomi daun

C.annuum L. sehat dan terinfeksi virus

disajikan pada tabel 4, 5 dan 6. Selain

penampang lintang daun, juga diamati

bentuk dan kepadatan stomata

(Gambar 6).

Tabel 5. Perbedaan anatomi daun sehat dan sakit C.annuum L. di eks karesidenan

Surakarta Karakter Pucuk batang

Sehat Sakit

Jaringan palisade tersusun longgar

tersusun rapat

Mesofil tebal dan besar tipis dan kecil

Hasil pewarnaan safranin (lemah kuat

Tabel 6. Ringkasan pengamatan karakter anatomi daun sehat C. annuum L. di eks

karisidenan Surakarta

Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr

Epidermis berkutikula, berpapila

berkutikula berpapila

Berkutikula berpapila

Berkutikula berpapila

berkutikula berpapila

berkutikula berpapila

Jaringan palisade longgar longgar longgar longgar longgar longgar

Jaringan bunga karang

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

Tipe stomata anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik

Keterangan : Kra: Karanganyar; Skh: Sukoharjo; Srg: Sragen; Byl: Boyolali; Klt: Klaten; Wgr: Wonogiri

Tabel 7. Ringkasan pengamatan karakter anatomi daun terinfeksi virus C. annuum L.

di eks karisidenan Surakarta Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr

Epidermis berkutikula, berpapila

berkutukula berpapila

Berkutikula berpapila

berkutikula, berpapila

berkutikula, berpapila

berkutikula berpapila

Jaringan palisade rapat rapat rapat rapat rapat rapat

Jaringan bunga karang

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

tidak berongga

Tipe stomata anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik

Keterangan : Kra: Karanganyar; Skh: Sukoharjo; Srg: Sragen; Byl: Boyolali; Klt: Klaten; Wgr: Wonogiri

Daun sehat C.annuum L. hasil

pewarnaan safranin tampak lebih lemah

(merah muda) dibandingkan dengan

daun yang sakit (kuat). Hal ini serupa

dengan hasil pada pucuk batang dimana

pucuk batang sehat hasil pewarnaan

safraninnya lebih lemah dibandingkan

dengan pucuk batang sakit. Tanaman

sakit sel-selnya terlihat menyempit dan

kecil-kecil karena aktivitas membelah

berlebih, pembentangan sel terganggu

dan metabolismenya juga terganggu.

Tumbuhan yang terkena infeksi

virus mengalami gangguan di dalam

Page 8: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

52

produksi metabolitnya, salah satunya

diakibatkan karena produksi klorofil

yang menurun. Jaringan daun tanaman

tersusun atas jaringan epidermis atas

dan bawah, jaringan mesofil (daging

daun) yang tersusun atas palisade dan

bunga karang. Epidermis menutupi

permukaan atas dan bawah daun

dilanjutkan ke epidermis batang,

sedangkan lapisan mesofil merupakan

daerah utama tempat terjadinya

fotosintesis. Lapisan palisade me-

rupakan bagian dari daun yang paling

banyak mengandung kloroplas, dan

merupakan bagian yang paling ber-

pengaruh terhadap produk fotosintesis

(Siregar, 2005). Penelitian anatomi pucuk

batang dan daun yang terinfeksi virus

belum pernah dilakukan, tetapi mirip

dengan penelitian dari Roziaty (2009)

tentang struktur anatomi daun Angsana

yang terpolusi udara, yang hasilnya pada

irisan melintang daun Angsana yang

terkena paparan asap pabrik menunjuk-

kan jaringan penyusun daun mengalami

perbedaan (jaringan mesofilnya rusak),

yaitu terjadi penurunan ketebalan

jaringan palisade dan bunga karang.

Siregar (2005) mengemukakan bahwa

kerusakan tanaman umumnya terjadi

pada jaringan mesofil.

Penelitian luar negeri yang terkait

dengan penelitian anatomi daun

C.annuum L. adalah penelitian (Dias, et

al, 2013) tentang karakterisasi spesies

Capsicum menggunakan data anatomi di

Brazil dan (Wahua, C., et al, 2013)

tentang anatomi daun C.annuum L. dan

C.frutescens di Nigeria. Dari penelitian

Dias, et al dan Wahua, C., et al diketahui

bahwa genus Capsicum memiliki

jaringan mesofil yang tebal, besar dan

tersusun longgar serta kemampuan

menyerap warna pada saat pewarnaan

sel bersifat lemah (warna muda). Hasil

penelitian G.B. Dias dan Wahua, C., ini

sama persis dengan hasil anatomi daun

C.annuum L. pada penelitian ini.

Hasil pengamatan pucuk batang dan

daun cabai sehat dan sakit menunjukkan

respon yang berbeda. Perbedaan ini

menunjukkan reaksi tanaman dalam

mempertahankan keseimbangan

fisiologis tanaman terhadap tekanan

yang diberikan oleh lingkungan. Akan

tetapi tidak ditemukan kelainan srtuktur

anatomi antara tanaman sakit dengan

kontrol (sehat).

Pada beberapa penelitian, indeks

stomata digunakan sebagai pembeda

tingkat spesies (Hidayat, 2009). Indeks

stomata daun adalah jumlah stomata

total dibandingkan dengan jumlah sel

epidermis daun ditambah dengan

jumlah stomata.

Sehat Sakit

(a) (a)

(b) (b)

(c) (c)

(d) (d)

(e) (e)

Page 9: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

53

(f) (f)

Gambar 6. Stomata daun sehat dan sakit

Capsicum annuum L.

Keterangan :

(a) Karanganyar (b) Sukoharjo (c) Sragen (d)

Boyolali (e) Klaten (f) Wonogiri

Tabel.8. Indeks stomata daun sehat pada

spesies C. annuum L. No Spesies Indeks Stomata

(%) sehat sakit

1 C.annuum Karanganyar 33,75 29,16

2 C.annuum Sukoharjo 34,61 21,42

3 C.annuum Sragen 38,46 26,66

4 C.annuum Boyolali 40,42 28,57

5 C.annuum Klaten 45,23 16,00

6 C.annuum Wonogiri 44,44 30,00

Hasil perhitungan dari presentase

indeks stomata (Tabel 8), menunjukkan

bahwa pada C.annuum L. sehat memiliki

indeks stomata lebih besar dibanding-

kan tanaman sakit, hal ini berarti jumlah

stomata pada tanaman sehat lebih

banyak dikarenakan pertumbuhan

tanaman normal, sedangkan pada

tanaman sakit jumlah stomatanya lebih

sedikit karena infeksi virus menyebab-

kan pertumbuhan tanaman terganggu

sehingga produksi metabolitnya juga

terganggu. Hasil pengelompokan ber-

dasarkan indeks stomata pada penelitian

ini mempunyai persamaan dengan

penelitian anatomi Angsana yang ter-

papar polusi udara yang dilakukan oleh

Roziaty (2009), yang menunjukkan

bahwa stomata yang terpapar polusi

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

stomata tanaman normal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan variasi morfologi

C.annuum L. sehat dan sakit dari

daerah eks karesidenan Surakarta

terdapat perbedan pada daun dan

buah, untuk bagian lain perbedaan

pada ukuran.

2. Berdasarkan analisis karakter anatomi

pada pucuk batang serta daun sehat

dan sakit terdapat perbedaan pada

ukuran dan susunan sel pada jaringan

serta pewarnaan safranin, dimana sel

pada tanaman sehat berukuran besar-

besar, rapat dan pewarnaan lebih

muda, sedangkan pada tanaman sakit

sel-selnya berukuran kecil-kecil, rapat

dan pewarnaan lebih tebal. Indeks

stomata tanaman sakit lebih kecil

dibandingkan dengan tanaman sehat.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian morfologi

lebih lanjut guna mendukung data

morfologi.

2. Perlu dilakukan penelitian anatomi

lebih lanjut dengan menggunakan

bagian lain. Pengamatan anatomi perlu

ketelitian lebih tinggi karena sedikit

kesalahan dalam pembuatan sediaan

berpengaruh pada hasil pengamatan.

Page 10: cabe daun.pdf

EL-VIVO Vol.1, No.1, 2013 (hal 45 – 54), September 2013

ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

54

DAFTAR PUSTAKA Artlip, T.S., and E.A.Funkhouser. 1995.

Protein Synthetic Responses to Enviromental Stresses. In M. Pessarakli (Ed). Handbook of Plant and Crop Physiology. Marcel Dekker, Inc., New York. Hal : 627-644

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, 2009-2010. Jakarta.

Damayanti, S.D., A. Purwantoro, dan E. Sulistyaningsih. 2005. Analisis Kariotipe Beberapa Kultivar Aglonema. Agrosains, 18 (4): 395-408.

Dias, V.M. Comes dan T.M.S. Maes. 2013. Characterization of Capsicum Spesies using Anatomical and Molecular Data. Genetics and Molecular Research. ISSN: 1676-5680.

Duriat, A.S dan S. Sastrosiswojo. 1994. Makalah Pada Seminar Agribisnis Cabai, Jakarta 27-28 Juli 1994: Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Pada Agribisnis Cabai. Bali Penelitian Hortikultura Lembang. Bandung

Hidayat T, Kusdianti, 2009. Stomata Diversification and Phylogenenetic Analysis of 13 Species of Family Euphorbiaceae sensu lato.Biodiversitas.10(1): 22.

Purwati, E., Jaya B., dan Duriat A.S. 2000. Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. J .Hort 10 (2) : 88-94.

Roziaty, E. 2009. Kandungan Klorofil, Struktur Daun Angsana (Pterocarpus indicus) dan Kualitas Udara Ambien di Sekitar Industri PT. PUSRI di Palembang. Bogor: Program Pascasarjana Institut Teknik Bogor. Htm (Juni 2013).

Sass, E. 1958. Botanical Microtechnique. Lowa State Collage Press. Ames, Lowa : USA.

Simpson, Michael G. 2006. Plant Syatematic. Elsevier Science Publisher: Amsterdam.

Singh G. 1999. Plant Systematics. USA: Science Publishers Inc.

Siregar, EBM. 2005. Pencemaran Udara Respon Tanaman Dan Pengaruhnya Pada Manusia (tesis). Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Http://www.pasca-usu.ac.id. Htm (Juni 2013).

Steenis, C.G.G.J. van. 2006. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan Kedua Belas. (diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, dkk). Pradnya Paramita, Jakarta.

Sulandari, S. 2004. Karakterisasi Biologi, Serologi dan Analisis Sidik Jari DNA Virus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai. Desertasi. IPB, Bogor.

Suryaningsih, E., R. Sutarya, dan A.S. Duriat. 1996. Penyakit Tanaman Cabai Merah dan Pengendaliannya. P: 65–83. Dalam A.S. Duriat, A.W.W. Hadigunda, T.A. Soetiarso, dam L. Prabaningrum (ed.). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembang-Bandung.

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum: Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahua, C., Okoli, B.E dan Sam, S.M. 2005. Comparative Morphological, Anatomical, Cytological and Phytochemical Studies on Capsicum frutescens Linn. and Capsicum annuum Linn. (Solanaceae). International Journal of Scientific and Engineering Research. Volume 4, Issue 1.