4
SUGGESTED GROUPS INDO RUNNERS Giori Aldila Cantigi and 3 other friends joined Backpacker Nusantara JABODETABEK 1,326 members Penyuka Biru Langit dan Lavender Baturajo (Karung... 1,295 members Pendaki Indonesia Julio Ri and 2 other friends joined JIP 4X4 ALL VARIAN 857 members Jual beli biola 785 members English (UK) · Privacy · Terms · Cookies · · More Facebook © 2015 See All Join Join Join Join Join Join AdChoices Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi Kesejahteraan Bangsa Kasus Buyat Newmont Di balik hirukpikuk masalah negara yang kian bertumpuk ini saya akan mengingatkan sebuah kasus besar yang sudah kita lupakan. Saya tidak menyalahkan Robert, Paimo, Gagah Nainggolan, Ayu Jeniffer, Kholifah dan lainlain yang lupa kasus ini, sebab begitu banyaknya masalah yang mendera negeri dongeng kekacauan ini. Bom juga gampang meledak dan beredar di manamana. Kasus Buyat Newmont Ini adalah kasus tambang emas Newmont di Sulawesi Utara. Orang biasa menamainya kasus Buyat. Apakah Anda sudah tahu betul bagaimana kasus tambang emas ini? Kapankapan kita juga akan membahas lebih detil misteri lumpur Lapindo yang tak tuntas itu. Saya mengambil sejarah dimulainya pertambangan emas ini dari Berita Kontras No. 04/VIIVIII/2004 dan sumbersumber lain yang dapat dipercaya. Kebetulan saya juga menyimpan datadata dari WALHI, JATAM dan datadata Pemerintah. 1300240466119891916Kekayaan emas yang ditambang Newmont Minahasa Raya (NMR) itu berada di Desa Ratatotok dan Desa Buyat yang berjarak sekitar 165 km arah Barat Daya dari Kota Manado. Tahun 1800 an ditemukan emas di Lobongan yang berjarak sekitar 2 km ke arah Timur Laut dari Desa Ratatotok. Tahun 1850 mulai banyak orang berdatangan di tempat itu untuk menambang emas dan menjadi warga di situ. Tahun 1887 korporasi Belanda bernama Nederland Mynbouw Maschapai (NMM) mengambilalih kawasan Lobongan dari masyarakat. Setelah NMM meninggalkan kawasan itu maka masyarakat kembali melakukan penambangan emas secara tradisional. Masyarakat juga memanfaatkan hutan sekitarnya untuk bertani cengkeh, kelapa, buahbuahan, padi dan jagung. Di antara mereka juga sebagai nelayan. Selanjutnya pada zaman Orde Baru pemerintah mulai melarang para penambang tradisional beroperasi, berkaitan dengan ditandatanganinya kontrak karya pertambangan emas yang dilakukan pemerintah dengan Newmont tanggal 2 Desember 1986 (Berita Kontras salah mengetik tahunnya, yang benar tahun 1986, tapi diketik 1996. Lihat putusan Mahkamah Agung RI No. 07/B/PK/P JK/2007 halaman 9 – dalam kasus pajak Newmont yang menyebut tanggal Kontrak Karya tersebut). Kontrak Karya Newmont tersebut ditandatangani melalui surat persetujuan Presiden RI No. B3/Pres/11/1986. Jenis bahan galian yang diijinkan untuk di olah adalah emas dan mineral lain kecuali migas, batubara, uranium, dan nikel, untuk masa pengolahan selama 30 tahun terhitung mulai 2 Desember 1986. Kontrak Karya NMR semula dengan wilayah seluas 527.448 hektar meski selanjutnya mengalamai penyusutan. Setelah dilakukan eksplorasi Newmont menemukan deposit emas pada tahun 1988. Dari luas wilayah Kontrak Karya tersebut dalam sengketa pajak antara Pemerintah (Dirjen Pajak) dengan NMR terungkap pengakuan pihak Newmont yang menerangkan bahwa luas wilayah Kontrak Karya yaitu 402.748 hektar dan 124.700 hektar yang merupakan luas wilayah cagar alam (Putusan Pengadilan Pajak No. Put.04584/BPSP/M.III/18/2001). Ketika memulai kegiatan eksplorasi tahun 1987an NMR belum mempunyai studi analisis mengenai dampak lingkungan (ANDAL). Pemerintah baru mengesahkan dokumen ANDAL Newmont pada tanggal 17 Nopember 1994. Setelah banyak pihak yang protes lalu Newmont baru merevisi dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL dan RPL) pada tahun 1999. Tahap produksi diawali pada Juli 1995 dan pengolahan bijih dimulai Maret 1996. Sejak tahun 1987 Newmont telah melakukan eksplorasi dengan merusak tanah dan tanaman warga setempat. Ketika warga korban melawan tindakan sewenangwenang itu Newmont meminta bantuan Tim Pengendali dan Pengawasan Investasi Daerah dan Badan Koordinasi Pemantapan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda Sulawesi Utara). Dalam melakukan penguasaan tanah warga yang menjadi area Kontrak Karya, Newmont dibantu oleh tentara, polisi dan birokrasi sipil untuk mengambilalih paksa tanah yang gantiruginya masih menjadi sengketa, sejak 1988 sampai dengan 1994. Sejak produksi tahun 1996, Newmont melakukan pembuangan limbah tailing sekitar 2000 ton per hari ke dasar laut pada kedalaman 82 meter. Sistem ini disebut submarine tailing disposal (STD). Namun berdasarkan catatan departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) izin pembuangan tailing tersebut baru diperoleh Newmont pada tahun 2000 . Di kemudian hari izin tahun 2000 itu disebut izin sementara (tafsir Newmont yang disetujui pengadilan). Like Page 30 March 2013 · Dwi Susanti Setiawati commented on her own post. Dwi Kurnianingsih Kariyadi commented on Ruth Kristinawati's photo. Latief Akhmad Suparyo commented on his own post. Riska Novianty commented on her own post. Nova Ruth and Stefano Fagnani are now friends. Kevin Sharp likes Max Helveston's photo. Ipoel Nuttro commented on his own photo. 1h SiLvia Anggrek Light 39m Triputra Kesuma 50m Ardian Rangga 23m Eva Juniar Andika 34m Lutfi Jah GROUP CONVERSATIONS Meet up : Mt. Patah Team Koko, Triputra, Leea, 10 oth… MORE FRIENDS Search Chat Jack Home Search for people, places and things

BUYAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xd

Citation preview

Page 1: BUYAT

6/6/2015 Kasus Buyat Newmont ­ Di balik hiruk­pikuk... ­ Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi Kesejahteraan Bangsa

https://www.facebook.com/NasionalisasikanSumberDayaAlamIndonesia/posts/393609457404631 1/4

 

SUGGESTED GROUPS

INDO RUNNERSGiori Aldila Cantigi and 3 otherfriends joined

Backpacker NusantaraJABODETABEK1,326 members

Penyuka Biru Langit danLavender Baturajo(Karung...1,295 members

Pendaki IndonesiaJulio Ri and 2 other friends joined

JIP 4X4 ALL VARIAN857 members

Jual beli biola785 members

English (UK) · Privacy · Terms · Cookies ·  · More

Facebook © 2015

See All

Join

Join

Join

Join

Join

Join

AdChoices

Nasionalisasikan Sumber Daya AlamIndonesia Demi Kesejahteraan Bangsa

Kasus Buyat Newmont ­ Di balik hiruk­pikuk masalah negara yang kianbertumpuk ini saya akan mengingatkan sebuah kasus besar yang sudahkita lupakan. Saya tidak menyalahkan Robert, Paimo, Gagah Nainggolan,Ayu Jeniffer, Kholifah dan lain­lain yang lupa kasus ini, sebab begitubanyaknya masalah yang mendera negeri dongeng kekacauan ini. Bomjuga gampang meledak dan beredar di mana­mana.

Kasus Buyat Newmont

Ini adalah kasus tambang emas Newmont di Sulawesi Utara. Orang biasamenamainya kasus Buyat. Apakah Anda sudah tahu betul bagaimanakasus tambang emas ini? Kapan­kapan kita juga akan membahas lebihdetil misteri lumpur Lapindo yang tak tuntas itu.

Saya mengambil sejarah dimulainya pertambangan emas ini dari BeritaKontras No. 04/VII­VIII/2004 dan sumber­sumber lain yang dapatdipercaya. Kebetulan saya juga menyimpan data­data dari WALHI,JATAM dan data­data Pemerintah.

1300240466119891916Kekayaan emas yang ditambang NewmontMinahasa Raya (NMR) itu berada di Desa Ratatotok dan Desa Buyat yangberjarak sekitar 165 km arah Barat Daya dari Kota Manado. Tahun 1800­an ditemukan emas di Lobongan yang berjarak sekitar 2 km ke arahTimur Laut dari Desa Ratatotok.

Tahun 1850 mulai banyak orang berdatangan di tempat itu untukmenambang emas dan menjadi warga di situ. Tahun 1887 korporasiBelanda bernama Nederland Mynbouw Maschapai (NMM) mengambil­alihkawasan Lobongan dari masyarakat. Setelah NMM meninggalkankawasan itu maka masyarakat kembali melakukan penambangan emassecara tradisional. Masyarakat juga memanfaatkan hutan sekitarnyauntuk bertani cengkeh, kelapa, buah­buahan, padi dan jagung. Di antaramereka juga sebagai nelayan.

Selanjutnya pada zaman Orde Baru pemerintah mulai melarang parapenambang tradisional beroperasi, berkaitan dengan ditandatanganinyakontrak karya pertambangan emas yang dilakukan pemerintah denganNewmont tanggal 2 Desember 1986 (Berita Kontras salah mengetiktahunnya, yang benar tahun 1986, tapi diketik 1996. Lihat putusanMahkamah Agung RI No. 07/B/PK/P JK/2007 halaman 9 – dalam kasuspajak Newmont ­ yang menyebut tanggal Kontrak Karya tersebut).

Kontrak Karya Newmont tersebut ditandatangani melalui suratpersetujuan Presiden RI No. B­3/Pres/11/1986. Jenis bahan galian yangdiijinkan untuk di olah adalah emas dan mineral lain kecuali migas,batubara, uranium, dan nikel, untuk masa pengolahan selama 30 tahunterhitung mulai 2 Desember 1986.

Kontrak Karya NMR semula dengan wilayah seluas 527.448 hektar meskiselanjutnya mengalamai penyusutan. Setelah dilakukan eksplorasiNewmont menemukan deposit emas pada tahun 1988. Dari luas wilayahKontrak Karya tersebut ­ dalam sengketa pajak antara Pemerintah (DirjenPajak) dengan NMR ­ terungkap pengakuan pihak Newmont yangmenerangkan bahwa luas wilayah Kontrak Karya yaitu 402.748 hektardan 124.700 hektar yang merupakan luas wilayah cagar alam (PutusanPengadilan Pajak No. Put.04584/BPSP/M.III/18/2001).

Ketika memulai kegiatan eksplorasi tahun 1987­an NMR belummempunyai studi analisis mengenai dampak lingkungan (ANDAL).Pemerintah baru mengesahkan dokumen ANDAL Newmont pada tanggal17 Nopember 1994. Setelah banyak pihak yang protes lalu Newmont barumerevisi dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL danRPL) pada tahun 1999. Tahap produksi diawali pada Juli 1995 danpengolahan bijih dimulai Maret 1996.

Sejak tahun 1987 Newmont telah melakukan eksplorasi dengan merusaktanah dan tanaman warga setempat. Ketika warga korban melawantindakan sewenang­wenang itu Newmont meminta bantuan TimPengendali dan Pengawasan Investasi Daerah dan Badan KoordinasiPemantapan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda Sulawesi Utara).

Dalam melakukan penguasaan tanah warga yang menjadi area KontrakKarya, Newmont dibantu oleh tentara, polisi dan birokrasi sipil untukmengambil­alih paksa tanah yang ganti­ruginya masih menjadi sengketa,sejak 1988 sampai dengan 1994.

Sejak produksi tahun 1996, Newmont melakukan pembuangan limbahtailing sekitar 2000 ton per hari ke dasar laut pada kedalaman 82 meter.Sistem ini disebut submarine tailing disposal (STD). Namun berdasarkancatatan departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) izinpembuangan tailing tersebut baru diperoleh Newmont pada tahun 2000 .Di kemudian hari izin tahun 2000 itu disebut izin sementara (tafsirNewmont yang disetujui pengadilan).

Like Page

30 March 2013 · 

Dwi Susanti Setiawaticommented on her ownpost.

Dwi KurnianingsihKariyadi commented onRuth Kristinawati's photo.

Latief Akhmad Suparyocommented on his ownpost.

Riska Noviantycommented on her ownpost.

Nova Ruth and StefanoFagnani are now friends.

Kevin Sharp likes MaxHelveston's photo.

Ipoel Nuttro commentedon his own photo.

1hSiLvia Anggrek Light

39mTriputra Kesuma

50mArdian Rangga

23mEva Juniar Andika

34mLutfi Jah

GROUP CONVERSATIONS

Meet up : Mt. Patah TeamKoko, Triputra, Leea, 10 oth…

MORE FRIENDS

Search Chat

Jack HomeSearch for people, places and things

Page 2: BUYAT

6/6/2015 Kasus Buyat Newmont ­ Di balik hiruk­pikuk... ­ Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi Kesejahteraan Bangsa

https://www.facebook.com/NasionalisasikanSumberDayaAlamIndonesia/posts/393609457404631 2/4

Kasus pencemaran Buyat oleh NMR diawali oleh pengaduan wargaDusun Buyat Pante, Bolaang Mongondow ketika warga mengalamigangguan kesehatan diantaranya penyakit kulit (gatal­gatal), kejang­kejang, benjol­benjol, dan lumpuh selama beberapa bulan.

Tanggal 9 Maret 2005, Kementerian Lingkungan Hidup RI mengerahkan7 (tujuh) orang Jaksa Pengacara Negara dan 3 (tiga) advokat dari KantorWidjojanto, Sonhadji & Associates untuk menggugat NMR melaluiPengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan register perkara nomor94/Pdt.G/2005/PN.Jak.Sel. Pemerintah menilai NMR telah melakukanperbuatan melawan hukum sehingga mencemari lingkungan hidup.Disamping tindakan pemulihan, pemerintah menggugat NMR gantikerugian materiil sebesar 117.680.000,­ USD dan imateriil sebesar Rp.150 miliar.

Pemerintah dalam gugatannya menyatakan NMR telah melakukanpembuangan limbah tailing tanpa izin dari Menteri Lingkungan Hidupsebagaimana disyaratkan pasal 18 ayat (1) PP No. 19 / 1999 tentangPengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut, terhitung sejakPebruari 2001. Berdasarkan hasil evaluasi laporan pelaksanaan RencanaKelola Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) yangdilakukan Menteri Lingkungan Hidup pada triwulan III/2000 dan triwulan I,III dan IV/2001, serta triwulan I/2002 ditemukan fakta pelanggaran olehNMR terhadap syarat mutu limbah yang dibuang ke media lingkunganhidup berdasarkan Surat Menteri Lingkungan Hidup No. B­1456/BAPEDAL/07/2000. Mengenai detoksifikasi, tailing NMR sebelumdibuang ke laut juga mengandung logam berat (As, Fe, Cu, dan CN) diatas standar yang diizinkan menurut Surat Menteri Lingkungan Hidup No.B­1456/BAPEDAL/07/2000 tersebut.

Menteri Lingkungan Hidup telah melakukan evaluasi laporan periodikpelaksanaan RKL/RPL NMR triwulan I/1999 sampai dengan triwulanIV/2001 dan menemukan fakta diantaranya: hasil analisis kualitas airtanah pada sumur penduduk menunjukkan parameter kimiawi yangmelebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Lokasi ‘tercemar’ tersebutdisebutkan dengan kode lokasi B.09, SP01, SP02, WB07, SW9, SW10,SW12, SW17, SW19, B, SP.

Tim penanganan Kasus Pencemaran dan atau Perusakan LingkunganHidup di Desa Buyat Pantai dan Desa Ratatotok, Kecamatan RatatotokTimur, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara yang dibentukMenteri Lingkungan Hidup yang melibatkan BPPT, Puslabfor Mabes Polri,akademisi dari UI, Unpad, IPB, serta Universitas Sam Ratulangi, setelahmelakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahankualitas air sumur gali, udara, sedimen, bentos, plankton, phitoplanktondan ikan laut yang melebihi baku mutu lingkungan sehingga berakibatpada kualitas lingkungan serta kesehatan manusia.

Tim Penanganan Kasus tersebut menemukan kadar Arsen total rata­ratapada ikan sebesar 1,37 mg/kg yang melebihi baku mutu kadar total Arsenyang ditetapkan Dirjen POM sebesar 1 mg/kg. Kandungan merkuri padaikan yang dikonsumsi penduduk Desa Buyat Pante mengakibatkanasupan merkuri harian sebesar 82,82 % dari Tolerable Daily Intake (TDI)per­60 kg, sedangkan pada anak­anak berbobot badan 15 kg sebesar80,98 % dari TDI. Tingginya kadar Arsen dan merkuri tersebut jika terus­menerus masuk terakumulasi dalam tubuh manusia tentu akanmenimbulkan penyakit bagi manusia.

Dengan ‘transaksi’ 30 juta USD antara NMR dengan pemerintah tersebutmaka gugatan pemerintah kepada NMR berhenti. Kasus publik yangmenyangkut kepentingan rakyat berubah menjadi urusan ‘perdata privat’antara pemerintah dengan NMR.

Dalam kasus pidananya, hakim Pengadilan Negeri Manadomembebaskan terdakwa Richard B Ness dan kawan­kawan denganpertimbangan yang intinya bahwa asas subsidiaritas harus diterapkan danhakim menyatakan tidak terbukti bahwa Teluk Buyat tercemar.

Isi putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor 284/Pid.B/2005/PN.Mndyang membebaskan terdakwa pencemaran Teluk Buyat tersebutmenggunakan beberapa hasil riset lembaga­lembaga luar negeri,termasuk WHO, CSIRO (Commonwealth Scientific and IndustrialResearch Organization). Hasil penelitian CSIRO ini menegaskan hasilpenelitian WHO dan National Institute for Minamata Disease (yangdikeluarkan pada 4 Oktober 2004) dan laporan penelitian Tim TerpaduPemerintah Indonesia (yang dikeluarkan pada 19 Oktober) menyimpulkanbahwa tidak terjadi pencemaran di perairan Teluk Buyat.

Bagaimana validitas penelitian lembaga­lembaga asing itu? The New YorkTimes (9/11/2004) membeberkan informasi bersumber dari Mr. Moranseorang ahli di Amerika Serikat, bahwa studi CSIRO yang dibiayaiNewmont telah menemukan kandungan konsentrasi merkuri dalamsedimen dekat dua area pembuangan limbah sebesar 446 dan 678 partsper million. Sedangkan survei WHO, menurut Dr. Jan Speets seorangpenasihat teknis WHO, merupakan studi yang sangat dangkal dan tidakmenggunakan cara yang ilmiah untuk menentukan penyebab penyakit­penyakit di desa Buyat Pante atau apakah teluk Buyat tercemar. Iaberkata bahwa studi yang lebih komprehensif sangat dibutuhkan.

Page 3: BUYAT

6/6/2015 Kasus Buyat Newmont ­ Di balik hiruk­pikuk... ­ Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi Kesejahteraan Bangsa

https://www.facebook.com/NasionalisasikanSumberDayaAlamIndonesia/posts/393609457404631 3/4

Hal senada disampaikan oleh Mineral Policy Institute, Australia(31/10/2004) yang menyatakan bahwa temuan­temuan CSIROsesungguhnya menunjukkan bahwa sedimen di dasar Teluk Buyat telahterkontaminasi oleh limbah tambang (tailing) dengan kandungan arsenyang mencapai 10 sampai 20 kali lipat lebih tinggi dari acuan sedimendasar laut Australia/Selandia Baru serta acuan ambang batas yangmungkin menimbulkan dampak beracun (Probable toxic Effects Level)yang diterapkan oleh Amerika Serikat dan Kanada.

Sebelumnya, tahun 1999, Tim Independen terdiri dari peneliti PemerintahDaerah Sulawesi Utara dan Universitas Sam Ratulangi menyimpulkanadanya pencemaran di sekitar pipa pembuangan limbah tailing Newmont.Penelitian itu dilakukan guna merespon keluhan masyarakat sekitar TelukBuyat atas masalah kesehatan yang mereka derita.

Demikianlah perkara pencemaran Pantai Buyat itu begitu dramatis. Hasilpenelitian berbeda­beda dari lembaga berbeda­beda. Ada kubu penelitianatas prakarsa pemerintah yang ditandingi hasil penelitian atas prakarsaNewmont. Tapi pemerintah juga ambigu, malah berbalik membelaNewmont. Akhirnya pengadilan memilih hasil penelitian yang dibiayaiNewmont ­ yang sebenarnya kontroversial itu ­ dan menyatakan TelukBuyat tidak tercemar, Newmont tidak bersalah.

Mengapa pengadilan kita memilih seperti itu? Apakah putusan pengadilandemikian itu memenuhi standard keadilan ekologis dan sosial? Apakahmemang benar bahwa Newmont tidak bersalah dan karenanya tidak layakdiberikan hukuman? Apakah asas subsidiaritas telah tepat diterapkandalam kasus itu?

Putusan pengadilan yang membebaskan para terdakwa dari Newmonttersebut disambut oleh advokat senior Todung Mulya Lubis denganoptimis menyangkut masa depan minat penanaman investasi diIndonesia. Todung mengatakan bahwa putusan hakim Pengadilan NegeriManado tersebut merupakan milestone bagi penegakan hukumlingkungan di Indonesia, menjadi rujukan penyelesaian kasus­kasuslingkungan di masa depan, akan memulihkan iklim investasi khususnya diSulawesi Utara.

Komentar Todung Mulya Lubis yang merupakan salah satu pendekarHAM di Indonesia itu berbalik total dibandingkan dengan komentarnya dizaman Orde Baru pada saat Mahkamah Agung RI menghukum pencemarKali Surabaya dengan hukuman penjara selama tiga bulan masapercobaan enam bulan dan denda Rp 1 Juta. Waktu itu Todungmenyatakan bahwa seharusnya terdakwa dihukum lebih berat mengingattindak pencemaran lingkungan sedang meningkat . Putusan ringan bagiterdakwa pencemar lingkungan hidup dikatakan tidak menunjang prosespenegakan hukum lingkungan (A. Muhammad Asrun, 1996: 83­84).

Kita dapat melihat hukum lingkungan telah dijadikan untuk membunuhekologi itu sendiri. Apa akibatnya? Rakyat korban telah kehilangan tanahmereka dan kesehatan mereka. Di tahun 2008 Yayasan Nuranimenemukan angka kematian warga Desa Buyat Pante, KecamatanRatatotok, Kabupaten Minahasa Utara, meningkat 100% sejak tahun2001. Angka kematian tersebut secara medis tak lain akibat limbahmerkuri maupun zat­zat logam berat berbahaya lainnya. Buyat Panteberada dalam radius ratusan meter dari lokasi penempatan limbah(tailing) Newmont Minahasa Raya yang sudah berhenti beroperasi.

Kasus racun Newmont ini jauh lebih mengerikan daripada bom­bom yangmeledak di Jakarta sejak era reformasi ini. Ini adalah SuperBom Newmontyang dilemparkan kepada ekosistem yang terdapat hunian rakyatIndonesia demi kekayaan emas. Sungguh aneh, kita ini pemilik kekayaanemas tapi diambil orang asing dan kita justru menderita. Kekayaannegara ini malah membawa rakyatnya nestapa. Ini sangat tidak masukakal, dan hanya dapat dipahami oleh orang­orang sinting yang tidakwaras. Apakah kematian demi kematian dan derita panjang itu dapatditukar dengan berapa ratus juta rupiah atau sekian miliar rupiah? Bagipara antek kapitalis pasti akan dijawab, “Iya!” Itulah dogma beracun yangmenggerogoti pikiran waras.

Lantas apa yang dapat kita perbuat? Saya mengingatkan kata­kata LeonDuguit, seorang filsuf Perancis yang menyatakan bahwa hukum itu karyasosial. Lawrence Friedman mengatakan bahwa sumber hukum itu adalah“kesadaran rakyat.” Von Savigny dan Eugen Ehrlich hanya mau mengakuibahwa hukum itu adalah “jiwa rakyat” dan “kesadaran rakyat.” Jika kitasebagai rakyat mempunyai kesadaran bersama untuk menolak sesuatuyang dapat membahayakan kehidupan kita, termasuk eksploitasi sumberdaya alam di sekitar kita yang destruktif, itu hukum.

Kita berhak menegakkan hukum kita, jika para penegak hukum formal itumengkhianati negara dengan cara melegalkan pembunuhan ekologis danmenjadi jongos korporasi. Itu memalukan. Sebagai masyarakat yangmerdeka, mengapa kita harus diam dalam ketakutan?

Jack RimbawanLike · Comment · Share

16 people like this.

Page 4: BUYAT

6/6/2015 Kasus Buyat Newmont ­ Di balik hiruk­pikuk... ­ Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi Kesejahteraan Bangsa

https://www.facebook.com/NasionalisasikanSumberDayaAlamIndonesia/posts/393609457404631 4/4

Farida Visual Pwk ijin copas30 March 2013 at 11:15 · Like

Nasionalisasikan Sumber Daya Alam Indonesia Demi KesejahteraanBangsa Blh bro... Tp jng lupa di like halamannya juga30 March 2013 at 11:17 · Like ·  1

Farida Visual Pwk ok.jd boleh donk aku copas buat ke majalah or tabloid?30 March 2013 at 11:26 · Like ·  1

Gelis Raya Maulida Sanjaya izin copy paste untuk tugas makalah, terimakasih sebelum dan sesudah 14 May 2014 at 14:54 · Like ·  1

Marudut Iman S OK SILAHKAN17 September 2014 at 09:42 · Like

Write a comment...