32
W O R L D H E R I T A G E L A I D N O M E N I O M I R A P T I O N M O U N M I D R I T A A L P A S N I N O A N M A A L T G R U E N S U U N E L G

Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

WO

RLD

HERITAGE

LAI

DN

OM E

NIOMIRAP T

ION MO UNMI DR IT AA LP

A S N I N O

A N

M A

A L

T

G R U

E N S U U N ELG

Page 2: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Jejak LeuserJejak Leuserb u l e t i n

Pelindung : Kepala Balai Besar TNGL |

Pemimpin Redaksi : Bisro Sya'bani |

Editor : Yunita Aprilia - Yoghi Budhiyanto| Distribusi : Ahtu Trihangga |

Administrasi : Dwiana Fajaria | Umum : Ali Sadikin

Diterbitkan oleh:Balai Besar Taman Nasional Gunung LeuserJl. Suka Cita 12 Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera UtaraTelp (061) 7871521 - Fax. (061) 7879378

Email: [email protected] : http://www.jejakleuser.blogspot.com

Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan tulisan yang berkaitan dengan aspek alam dan konservasi. Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5 halaman dan minimal 3 halaman A4 dengan font Times New Roman 10. Naskah dikirim ke email : [email protected] dengan disertai identitas diri (termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/ atau gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan. Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses editing seperlunya.

Penanggung jawab : Kepala Bagian Tata Usaha|

Cover depan : Ini Leuser Bung.... (Ilustrasi Rangkong: Diding/FFI-SECP - Foto: K. Meyers, sxc.hu) |Cover belakang : Sudut Hutan Tualang Kepang (Foto: Bisro Sya’bani) | Design‘n Layout : Bisro Sya’bani

Menu Hari IniSekapur Sirih

Pembangunan Daerah PenyanggaKawasan Konservasi“PENTING NAMUN LUPUT DARI PERHATIAN”

Penginderaan Jauh dan

Cadangan Karbon

Barisan di Benteng Terakhir itu....

tentang SPORC DAN EKSISTENSI POLhut

Kita Bisa...!

5

9

12

16

LEUSER, RUMAH KITA SEMUA

Selamatkan Orangutan, Selamatkan Habitatnya!

Pisang Liar Sang Sumber Plasma Nutfah

2419

27

Rasa Sebuah Ketulusan

Mangrove dan Kehidupan

31

304

Salam Lestari…

Dengan sedikit perubahan di layout, Jejak Leuser kembali hadir di hadapan para pembaca.Tulisan tentang Leuser sebagai salah satu rangkaian Tropical Rainforest Heritage of Sumatra masih menghiasi JL pada edisi ini. Tulisan-tulisan ini merupakan hasil dua mahasiswa Universitas Sumatera Utara-Medan, yang berpartisipasi dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh Balai Besar TNGL dan UNESCO beberapa waktu yang lalu. Fakhrullah menulis tentang betapa pentingnya Leuser, secara umum; sedangkan Lina menulis lebih spesifik, yaitu tentang Bukit Lawang dan orangutannya. Tentunya dengan balutan pesan yang sama: lestarikan Leuser.

Pada edisi ini, pembahasan tentang pisang diulas secara singkat oleh Lulut di rubrik Kehati. Ternyata banyak sisi lain dari pisang yang selama ini belum kita ketahui, meskipun mungkin hampir setiap hari kita melihat buah tersebut. Di rubrik Dinamika, Bu Yani, demikian sapaan akrab Kabag TU Balai Besar TNGL, menulis tentang begitu pentingnya daerah penyangga sebuah kawasan konservasi yang ironisnya justru sering 'terlupakan. Apa yang diungkapkan oleh Bu Yani? Jawabannya ada di halaman 16.Di “Khasanah”, Rina mengemukakan pendapatnya bahwa penginderaan jauh ternyata juga dapat digunakan untuk meng-estimasi cadangan karbon yang kita punya. Di rubrik ini Rina juga berbicara tentang pemanasan global, perdagangan emisi, dan lain sebagainya.

Di rubrik Wacana, Yunita mencoba 'curhat di buletin ini. Curahan hatinya tentang para konservasionis, tentang para pembela hutan, dan tentang hutan itu sendiri. Dan di rubrik ini juga, Ali mencoba mengemukakan pendapat pribadinya tentang eksistensi Polhut, sebuah jabatan yang dia emban selama masuk pegawai Balai Besar TNGL.

Akhirnya di 'Wanasastra', Pak Adi mencurahkan kecintaannya kepada mangrove dalam bentuk puisi indah yang beliau buat 3 tahun lalu.

Selamat membaca...

Page 3: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Jejak LeuserJejak Leuserb u l e t i n

Pelindung : Kepala Balai Besar TNGL |

Pemimpin Redaksi : Bisro Sya'bani |

Editor : Yunita Aprilia - Yoghi Budhiyanto| Distribusi : Ahtu Trihangga |

Administrasi : Dwiana Fajaria | Umum : Ali Sadikin

Diterbitkan oleh:Balai Besar Taman Nasional Gunung LeuserJl. Suka Cita 12 Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera UtaraTelp (061) 7871521 - Fax. (061) 7879378

Email: [email protected] : http://www.jejakleuser.blogspot.com

Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan tulisan yang berkaitan dengan aspek alam dan konservasi. Tulisan diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5 halaman dan minimal 3 halaman A4 dengan font Times New Roman 10. Naskah dikirim ke email : [email protected] dengan disertai identitas diri (termasuk foto penulis), serta foto-foto dan/ atau gambar-gambar yang dapat mendukung tema tulisan. Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh redaksi Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses editing seperlunya.

Penanggung jawab : Kepala Bagian Tata Usaha|

Cover depan : Ini Leuser Bung.... (Ilustrasi Rangkong: Diding/FFI-SECP - Foto: K. Meyers, sxc.hu) |Cover belakang : Sudut Hutan Tualang Kepang (Foto: Bisro Sya’bani) | Design‘n Layout : Bisro Sya’bani

Menu Hari IniSekapur Sirih

Pembangunan Daerah PenyanggaKawasan Konservasi“PENTING NAMUN LUPUT DARI PERHATIAN”

Penginderaan Jauh dan

Cadangan Karbon

Barisan di Benteng Terakhir itu....

tentang SPORC DAN EKSISTENSI POLhut

Kita Bisa...!

5

9

12

16

LEUSER, RUMAH KITA SEMUA

Selamatkan Orangutan, Selamatkan Habitatnya!

Pisang Liar Sang Sumber Plasma Nutfah

2419

27

Rasa Sebuah Ketulusan

Mangrove dan Kehidupan

31

304

Salam Lestari…

Dengan sedikit perubahan di layout, Jejak Leuser kembali hadir di hadapan para pembaca.Tulisan tentang Leuser sebagai salah satu rangkaian Tropical Rainforest Heritage of Sumatra masih menghiasi JL pada edisi ini. Tulisan-tulisan ini merupakan hasil dua mahasiswa Universitas Sumatera Utara-Medan, yang berpartisipasi dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh Balai Besar TNGL dan UNESCO beberapa waktu yang lalu. Fakhrullah menulis tentang betapa pentingnya Leuser, secara umum; sedangkan Lina menulis lebih spesifik, yaitu tentang Bukit Lawang dan orangutannya. Tentunya dengan balutan pesan yang sama: lestarikan Leuser.

Pada edisi ini, pembahasan tentang pisang diulas secara singkat oleh Lulut di rubrik Kehati. Ternyata banyak sisi lain dari pisang yang selama ini belum kita ketahui, meskipun mungkin hampir setiap hari kita melihat buah tersebut. Di rubrik Dinamika, Bu Yani, demikian sapaan akrab Kabag TU Balai Besar TNGL, menulis tentang begitu pentingnya daerah penyangga sebuah kawasan konservasi yang ironisnya justru sering 'terlupakan. Apa yang diungkapkan oleh Bu Yani? Jawabannya ada di halaman 16.Di “Khasanah”, Rina mengemukakan pendapatnya bahwa penginderaan jauh ternyata juga dapat digunakan untuk meng-estimasi cadangan karbon yang kita punya. Di rubrik ini Rina juga berbicara tentang pemanasan global, perdagangan emisi, dan lain sebagainya.

Di rubrik Wacana, Yunita mencoba 'curhat di buletin ini. Curahan hatinya tentang para konservasionis, tentang para pembela hutan, dan tentang hutan itu sendiri. Dan di rubrik ini juga, Ali mencoba mengemukakan pendapat pribadinya tentang eksistensi Polhut, sebuah jabatan yang dia emban selama masuk pegawai Balai Besar TNGL.

Akhirnya di 'Wanasastra', Pak Adi mencurahkan kecintaannya kepada mangrove dalam bentuk puisi indah yang beliau buat 3 tahun lalu.

Selamat membaca...

Page 4: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Dari Kepala Balai

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

4 5Vol. 4 No. 12Tahun 2008

obalah kita bertanya pada saudara-saudara kita, seberapa mereka mengenal Leuser? Mulai dari sejarahnya, letaknya, C

luasnya, kekayaannya, peranannya, dan kondisinya saat sekarang ini. Seberapa pentingkah Leuser bagi kita? Sehingga banyak LSM dan pihak asing yang rela membuang kekayaan dan waktunya untuk memperhatikan dan meneliti Leuser? Sehingga banyak orang lokal yang diperalat dan diperbudak karena faktor ekonomi rela merusak rumah Leuser kita? Dan kita yang berada tak jauh

dari Leuser merasa asing dan bersikap acuh dengan rumah Leuser kita. Apakah ini sikap

dari generasi penerus kekayaan Leuser kita? Yang hanya bisa menjadi robot-robot di dunia modern yang penuh dengan kerumitan administrasi dan birokrasi. Yang hanya mengejar segepok uang/ harta dari pihak asing sedangkan kita lupa bahwa anak-cucu kita telah mewarisi harta yang sungguh beribu-ribu kali lipatnya dari yang kita peroleh. Yang hanya bisa memperhatikan nasibnya sendiri tanpa mau berbagi untuk menjaga dan menata rumah Leuser kita.

Ayo..ini saatnya kita peduli pada rumah kita sendiri. Anggaplah Leuser sebagai anugerah besar dari Sang Tuhan berupa rumah, dan kita sebagai khalifah di muka bumi ini yang telah diberi akal oleh-Nya agar bersikap bijaksana dalam mengelola rumah kita itu. Karena Leuser adalah warisan yang dunia berikan pada kita dan sepatutnyalah kita berbangga atas kepercayaan ini dan menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya dengan hati yang tulus.

Berbicara tentang kawasan konservasi itu, kita jangan pernah melupakan sejarahnya. Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser dimulai pada tahun 1920-an, saat itu Pemerintah Kolonial

Belanda memberikan ijin kepada ahli geologi Belanda bernama F.C. Van Heurn untuk meneliti dan mengeksplorasi sumber minyak dan mineral yang

diperkirakan banyak terdapat di Aceh. Namun sayangnya setelah riset berlangsung, Van Heurn

menyatakan bahwa kawasan yang diteliti tidak ditemukan kandungan mineral yang besar. Pada tahun

1927, pemuka-pemuka adat setempat menginginkan agar Pemerintah Kolonial Belanda peduli terhadap

barisan-barisan pegunungan berhutan lebat yang ada di Gunung Leuser. Setelah melakukan diskusi dan

memperoleh kesepakatan, Van Heurn menawarkan kepada para wakil pemuda adat (para Datoek dan Ulee Balang)

agar mendesak Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberikan status kawasan konservasi (Suaka Margasatwa/

Wildlife Sanctuary) di kawasan tersebut.

Setelah berdiskusi dengan Komisi Belanda untuk Perlindungan Alam, pada bulan Agustus 1928 diusulkanlah kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk membentuk Suaka Alam di Aceh Barat seluas 928.000 hektar dan melindungi kawasan yang terbentang dari Singkil (hulu Sungai Simpang Kiri) di

LEUSER, RUMAH KITA SEMUA

Oleh:Fakhrullah*

Tentang Leuser

Kita Bisa...!Nurhadi Utomo

udahkah anda melihat, mencermati, dan meneliti apa Namun sebelum membahas 'jujur' dengan orang lain, yang selama ini sudah anda lakukan, dan sudahkah marilah kita berusaha jujur kepada diri kita sendiri. Ya, kita anda membuat rencana ke depan agar lebih baik? harus bisa jujur pada jiwa yang selama ini setia pada kita.... S

Sebuah pertanyaan sederhana dan klasik, tapi yakinlah Memang, kejujuran tidak akan datang begitu saja, tetapi bahwa makna dari pertanyaan ini begitu “dalam”. harus diperjuangkan dengan niat, sabar, dan penuh dengan Evaluation, planning dan better result, itulah sebenarnya kesungguhan hati.dari inti pertanyaan itu. Tiga hal mendasar yang apabila kita Ada sebuah kata mutiara, “Jadikanlah kebenaran (al Haq) lakukan selama hidup kita, pasti apa yang kita dapat, paling sebagai tempat kembalimu (rujukanmu), kejujuran sebagai tidak, akan mendekati apa yang kita inginkan. tempat pemberangkatanmu, sebab kebenaran adalah

penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping Memang, semuanya tidak akan utama”.dihasilkan secara instant. Bukankah ketika kita akan Berbicara tentang disiplin, disiplin menjadi hal sangat menaiki sebuah menara, kita mendasar bagi kesuksesan setiap orang, siapa saja dan juga akan naik tangga satu per dimana saja dia. Saya pernah membaca ada ungkapan dari satu dari bawah, tengah, dan Jim Rohn, “Disiplin adalah jembatan antara goal dan akhirnya sampai ke puncak? penyampaiannya”. Apapun tujuan kita, tanpa kedisiplinan Jangan kita pernah berharap yang kuat, maka kita tidak akan dapat menggapai apa yang mendapatkan kesuksesan kita inginkan sebagai hasil akhir. Penulis dan motivator dengan sekejap, sebuah ulung dari Amerika itu juga mengatakan, “Untuk setiap kesuksesan mesti melewati usaha mendisiplinkan diri, akan ada reward-reward yang sebuah perjuangan. berkali lipat”. Ya, kedisiplinan sangat berkaitan erat dengan

hasil yang akan kita peroleh. Dengan hasil yang positif dan Percayalah, kita akan bisa, baik, kita pasti akan mendapatkan penghargaan; selagi kita masih mampu untuk berpikir 'bisa', dan selama penghargaan berupa materi, atau paling tidak penghargaan akal mengatakan 'bisa'. Sering kita mendengar istilah,”Ah dalam bentuk ucapan terima kasih.itu tidak masuk akal…”. Untuk melihat batasan masuk akal atau tidak, sebenarnya adalah hal yang sederhana. Kita Ketepatan waktu kerja, cara berpakaian, dan pembawaan tinggal melihat orang lain saja, jika orang lain telah berhasil sikap merupakan salah satu contoh kecil dalam penanaman melakukan sesuatu atau berhasil menggapai apa yang orang disiplin yang selama ini mungkin masih terabaikan. Apa itu impikan, berarti impian itu adalah hal yang masuk akal. saja yang akan kita tanamkan, harus berasal dari diri kita

sendiri, termasuk penanaman sifat disiplin. Napoleon Hill Jiwa 'pasti bisa' itu pula yang sangat perlu ditanamkan pernah berucap, “Jika kamu tidak dapat menundukkan dalam mengelola Leuser. Tentu saja, jiwa 'pasti bisa' yang dirimu, maka dirimu akan menundukkan kamu”. Nah.....bermuatan positif dan halal bagi aturan agama dan aturan yang telah dibuat Negara. Jiwa seperti itu harus ditanamkan Secara pelan-pelan, dari hal-hal disiplin sederhana setiap kuat-kuat terutama bagi seluruh elemen petugas yang pegawai seperti itu, dengan 'bantuan' (kalau perlu berupa tergabung dalam wadah Balai Besar Taman Nasional 'paksaan') dari para pimpinan, maka sikap itu akan Gunung Leuser ini. Ada banyak unsur positif dari dalam merembet ke dalam kedisiplinan internal kantor, hingga raga dan jiwa setiap pegawai yang harus disatukan untuk akhirnya menjadi kedisiplinan organisasi dalam mengelola menggapai jiwa 'pasti bisa' (sekali lagi, 'pasti bisa' dalam Leuser. Alangkah semakin indahnya Leuser....artian positif) tersebut. Modal berupa kejujuran dan kedisiplinan adalah dua di antara banyak unsur itu. Tuhan juga sangat menyukai kedisiplinan. Ya, kalau untuk

saat ini kita masih terasa berat untuk melaksanakan disiplin Sebuah kejujuran adalah dasar dari kehidupan berkeluarga, hanya karena 'paksaan' pimpinan, cobalah kita arahkan mata bermasyarakat, berorganisasi, dan berbangsa. Sholahuddin hati kita ke Tuhan, karena cinta terbesar dan hakiki orang Wahid dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa beriman hanyalah untuk Tuhan. Tuhan adalah motivator kejujuran adalah prasyarat utama pertumbuhan dan terbesar bagi kita untuk melakukan hal-hal dari yang paling perkembangan masyarakat yang berlandaskan prinsip saling kecil, termasuk untuk berbuat disiplin. Sekali lagi, Tuhan percaya, kasih sayang, dan tolong menolong. Faktor sangat menyukai kedisiplinan.***kejujuran inilah adalah inti dari akhlak yang merupakan salah satu tujuan dari diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT. [email protected]

Page 5: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Dari Kepala Balai

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

4 5Vol. 4 No. 12Tahun 2008

obalah kita bertanya pada saudara-saudara kita, seberapa mereka mengenal Leuser? Mulai dari sejarahnya, letaknya, C

luasnya, kekayaannya, peranannya, dan kondisinya saat sekarang ini. Seberapa pentingkah Leuser bagi kita? Sehingga banyak LSM dan pihak asing yang rela membuang kekayaan dan waktunya untuk memperhatikan dan meneliti Leuser? Sehingga banyak orang lokal yang diperalat dan diperbudak karena faktor ekonomi rela merusak rumah Leuser kita? Dan kita yang berada tak jauh

dari Leuser merasa asing dan bersikap acuh dengan rumah Leuser kita. Apakah ini sikap

dari generasi penerus kekayaan Leuser kita? Yang hanya bisa menjadi robot-robot di dunia modern yang penuh dengan kerumitan administrasi dan birokrasi. Yang hanya mengejar segepok uang/ harta dari pihak asing sedangkan kita lupa bahwa anak-cucu kita telah mewarisi harta yang sungguh beribu-ribu kali lipatnya dari yang kita peroleh. Yang hanya bisa memperhatikan nasibnya sendiri tanpa mau berbagi untuk menjaga dan menata rumah Leuser kita.

Ayo..ini saatnya kita peduli pada rumah kita sendiri. Anggaplah Leuser sebagai anugerah besar dari Sang Tuhan berupa rumah, dan kita sebagai khalifah di muka bumi ini yang telah diberi akal oleh-Nya agar bersikap bijaksana dalam mengelola rumah kita itu. Karena Leuser adalah warisan yang dunia berikan pada kita dan sepatutnyalah kita berbangga atas kepercayaan ini dan menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya dengan hati yang tulus.

Berbicara tentang kawasan konservasi itu, kita jangan pernah melupakan sejarahnya. Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser dimulai pada tahun 1920-an, saat itu Pemerintah Kolonial

Belanda memberikan ijin kepada ahli geologi Belanda bernama F.C. Van Heurn untuk meneliti dan mengeksplorasi sumber minyak dan mineral yang

diperkirakan banyak terdapat di Aceh. Namun sayangnya setelah riset berlangsung, Van Heurn

menyatakan bahwa kawasan yang diteliti tidak ditemukan kandungan mineral yang besar. Pada tahun

1927, pemuka-pemuka adat setempat menginginkan agar Pemerintah Kolonial Belanda peduli terhadap

barisan-barisan pegunungan berhutan lebat yang ada di Gunung Leuser. Setelah melakukan diskusi dan

memperoleh kesepakatan, Van Heurn menawarkan kepada para wakil pemuda adat (para Datoek dan Ulee Balang)

agar mendesak Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberikan status kawasan konservasi (Suaka Margasatwa/

Wildlife Sanctuary) di kawasan tersebut.

Setelah berdiskusi dengan Komisi Belanda untuk Perlindungan Alam, pada bulan Agustus 1928 diusulkanlah kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk membentuk Suaka Alam di Aceh Barat seluas 928.000 hektar dan melindungi kawasan yang terbentang dari Singkil (hulu Sungai Simpang Kiri) di

LEUSER, RUMAH KITA SEMUA

Oleh:Fakhrullah*

Tentang Leuser

Kita Bisa...!Nurhadi Utomo

udahkah anda melihat, mencermati, dan meneliti apa Namun sebelum membahas 'jujur' dengan orang lain, yang selama ini sudah anda lakukan, dan sudahkah marilah kita berusaha jujur kepada diri kita sendiri. Ya, kita anda membuat rencana ke depan agar lebih baik? harus bisa jujur pada jiwa yang selama ini setia pada kita.... S

Sebuah pertanyaan sederhana dan klasik, tapi yakinlah Memang, kejujuran tidak akan datang begitu saja, tetapi bahwa makna dari pertanyaan ini begitu “dalam”. harus diperjuangkan dengan niat, sabar, dan penuh dengan Evaluation, planning dan better result, itulah sebenarnya kesungguhan hati.dari inti pertanyaan itu. Tiga hal mendasar yang apabila kita Ada sebuah kata mutiara, “Jadikanlah kebenaran (al Haq) lakukan selama hidup kita, pasti apa yang kita dapat, paling sebagai tempat kembalimu (rujukanmu), kejujuran sebagai tidak, akan mendekati apa yang kita inginkan. tempat pemberangkatanmu, sebab kebenaran adalah

penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping Memang, semuanya tidak akan utama”.dihasilkan secara instant. Bukankah ketika kita akan Berbicara tentang disiplin, disiplin menjadi hal sangat menaiki sebuah menara, kita mendasar bagi kesuksesan setiap orang, siapa saja dan juga akan naik tangga satu per dimana saja dia. Saya pernah membaca ada ungkapan dari satu dari bawah, tengah, dan Jim Rohn, “Disiplin adalah jembatan antara goal dan akhirnya sampai ke puncak? penyampaiannya”. Apapun tujuan kita, tanpa kedisiplinan Jangan kita pernah berharap yang kuat, maka kita tidak akan dapat menggapai apa yang mendapatkan kesuksesan kita inginkan sebagai hasil akhir. Penulis dan motivator dengan sekejap, sebuah ulung dari Amerika itu juga mengatakan, “Untuk setiap kesuksesan mesti melewati usaha mendisiplinkan diri, akan ada reward-reward yang sebuah perjuangan. berkali lipat”. Ya, kedisiplinan sangat berkaitan erat dengan

hasil yang akan kita peroleh. Dengan hasil yang positif dan Percayalah, kita akan bisa, baik, kita pasti akan mendapatkan penghargaan; selagi kita masih mampu untuk berpikir 'bisa', dan selama penghargaan berupa materi, atau paling tidak penghargaan akal mengatakan 'bisa'. Sering kita mendengar istilah,”Ah dalam bentuk ucapan terima kasih.itu tidak masuk akal…”. Untuk melihat batasan masuk akal atau tidak, sebenarnya adalah hal yang sederhana. Kita Ketepatan waktu kerja, cara berpakaian, dan pembawaan tinggal melihat orang lain saja, jika orang lain telah berhasil sikap merupakan salah satu contoh kecil dalam penanaman melakukan sesuatu atau berhasil menggapai apa yang orang disiplin yang selama ini mungkin masih terabaikan. Apa itu impikan, berarti impian itu adalah hal yang masuk akal. saja yang akan kita tanamkan, harus berasal dari diri kita

sendiri, termasuk penanaman sifat disiplin. Napoleon Hill Jiwa 'pasti bisa' itu pula yang sangat perlu ditanamkan pernah berucap, “Jika kamu tidak dapat menundukkan dalam mengelola Leuser. Tentu saja, jiwa 'pasti bisa' yang dirimu, maka dirimu akan menundukkan kamu”. Nah.....bermuatan positif dan halal bagi aturan agama dan aturan yang telah dibuat Negara. Jiwa seperti itu harus ditanamkan Secara pelan-pelan, dari hal-hal disiplin sederhana setiap kuat-kuat terutama bagi seluruh elemen petugas yang pegawai seperti itu, dengan 'bantuan' (kalau perlu berupa tergabung dalam wadah Balai Besar Taman Nasional 'paksaan') dari para pimpinan, maka sikap itu akan Gunung Leuser ini. Ada banyak unsur positif dari dalam merembet ke dalam kedisiplinan internal kantor, hingga raga dan jiwa setiap pegawai yang harus disatukan untuk akhirnya menjadi kedisiplinan organisasi dalam mengelola menggapai jiwa 'pasti bisa' (sekali lagi, 'pasti bisa' dalam Leuser. Alangkah semakin indahnya Leuser....artian positif) tersebut. Modal berupa kejujuran dan kedisiplinan adalah dua di antara banyak unsur itu. Tuhan juga sangat menyukai kedisiplinan. Ya, kalau untuk

saat ini kita masih terasa berat untuk melaksanakan disiplin Sebuah kejujuran adalah dasar dari kehidupan berkeluarga, hanya karena 'paksaan' pimpinan, cobalah kita arahkan mata bermasyarakat, berorganisasi, dan berbangsa. Sholahuddin hati kita ke Tuhan, karena cinta terbesar dan hakiki orang Wahid dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa beriman hanyalah untuk Tuhan. Tuhan adalah motivator kejujuran adalah prasyarat utama pertumbuhan dan terbesar bagi kita untuk melakukan hal-hal dari yang paling perkembangan masyarakat yang berlandaskan prinsip saling kecil, termasuk untuk berbuat disiplin. Sekali lagi, Tuhan percaya, kasih sayang, dan tolong menolong. Faktor sangat menyukai kedisiplinan.***kejujuran inilah adalah inti dari akhlak yang merupakan salah satu tujuan dari diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT. [email protected]

Page 6: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

selama ini sebagai Taman Nasional Gunung bagian selatan, sepanjang Bukit Barisan, ke arah lembah Sungai Leuser (TNGL) dan sehari sesudahnya Tripa dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian utara. Kemudian pada berdasarkan SK Dirjen Kehutanan, ditunjuklah tanggal 6 Februari 1934 dilakukan pertemuan dari wakil pemuka Sub Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam adat dan Pemerintah Kolonial Belanda di Tapaktuan. Pertemuan Gunung Leuser untuk mengelola TNGL.itu menghasilkan “Deklarasi Tapaktuan” yang ditandatangani oleh perwakilan pemuka adat dan perwakilan Gubernur Hindia Belanda Pada tahun 1981, Gunung Leuser mendapatkan di Aceh pada saat itu yang berlaku sejak 1 Januari 1934. status yang berskala global untuk pertama

kalinya, yaitu sebagai Cagar Biosfer yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atas usulan pemerintah Indonesia. Cagar Biosfer sendiri didefinisikan sebagai kawasan ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh Program Man and the Biosphere (MAB)-UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan antara manusia dan alam. Menurut LIPI (2004) Cagar Biosfer melayani perpaduan tiga fungsi yaitu (1) kontribusi konservasi lansekap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah; (2) menyuburkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan baik secara ekologi maupun budaya; dan (3) mendukung logistik untuk penelitian, pemantauan, pendidikan, dan pelatihan yang terkait dengan masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, regional,

Deklarasi Tapaktuan mencerminkan tekad masyarakat Aceh untuk nasional, maupun global. Sampai dengan saat melestarikan kawasan Leuser untuk selamanya sekaligus juga ini, Indonesia memiliki enam cagar biosfer mengatur sanksi pidananya (penjara/ denda). Usaha pelestarian yang tersebar di beberapa provinsi. Keenam Leuser tidak berhenti begitu saja, mulai tahun 1934-1938 banyak cagar biosfer tersebut adalah: Cagar Biosfer dilahirkan keputusan-keputusan atas dasar kerjasama Pemerintah Cibodas (zona inti meliputi Taman Nasional Kolonial Belanda dan pemuka-pemuka adat yang ada di sekitar Gunung Gede-Pangrango, ditetapkan sejak Leuser, seperti: pembentukan Suaka Alam Gunung Leuser seluas tahun 1977), CB Tanjung Puting (zona inti TN. 142.800 hektar pada tanggal 3 Juli 1934, pembentukan kelompok Tanjung Puting, 1977), CB Lore Lindu (zona hutan Langkat Sekundur di tanggal 8 Agustus 1935, pembentukan inti TN. Lore Lindu, 1977), CB Komodo (zona Suaka Margasatwa (SM) Kluet seluas 20.000 hektar. Di Sumatera inti TN. Komodo, 1977), CB Pulau Siberut Utara, terdapat keputusan Sultan Langkat yang menetapkan (zona inti TN. Pulau Siberut (termasuk TN. kelompok hutan Langkat Sekundur, Langkat Selatan, dan Langkat Siberut), dan , CB Gunung Leuser (zona inti TN Barat sebagai Suaka Margasatwa Sekundur dengan nama Gunung Leuser, 1981). Sedangkan secara Wilhelmina Katen dengan total luas 213.985 hektar. global, sampai dengan tahun 2006 di seluruh

dunia telah ditetapkan 507 Cagar Biosfer yang Demikian usaha masyarakat sekitar kawasan Leuser berusaha tersebar di 102 negara.menjaga ‘rumah’-nya Leuser di masa sebelum kemerdekaan. Ini menunjukkan bahwa pemikiran orang-orang di zaman dahulu Penetapan Leuser sebagai Cagar Biosfer tidak lebih berbudaya dan maju untuk menjaga titipan anak cucunya membuat pemerintah Indonesia puas begitu sehingga kita yang hidup di zaman sekarang ini patut saja, namun pemerintah segera mempersiapkan berterimakasih dan mengikuti keteladanan orangtua kita tempo segala sesuatu untuk mengelola rumah Leuser dulu. kita agar menjadi lebih baik. Ini terbukti dengan

terbitnya SK Menteri Pertanian tertanggal 3 Setelah era kemerdekaan, upaya Pemerintah Indonesia untuk Maret 1982 yang menunjuk Hutan Wisata Lawe menjaga dan melestarikan Leuser terus berlanjut; pada tanggal 10 Gurah, yang berasal dari sebagian Suaka Desember 1976 berdasarkan SK Menteri Pertanian menunjuk Margasatwa Kappi (7.200 hektar), dan Hutan Suaka Margasatwa Kappi sebagai bagian kawasan Leuser seluas Lindung Serbolangit (2.000 hektar) sebagai 150.000 hektar, dan pada tanggal 6 Maret 1980 berdasarkan SK bagian TNGL. Lalu pada tahun 1982 Menteri Pertanian No.811/Kpts/Um/II/1980, pemerintah berdasarkan SK Menteri Pertanian menetapkan mendeklarasikan kawasan suaka margasatwa, suaka alam, dan TNGL di Sumatera Utara seluas 213.985 Ha kelompok-kelompok hutan di sekitar Leuser yang terbentuk (gabungan dari SM Langkat Selatan, SM

....Kami Oeloebalang dari Landschap Gajo Loeos, Poelau Nas, Meuke', Laboehan Hadji, Manggeng, Lho' Pawoh Noord, Blang Pidie, dan Bestuurcommissie dari Landschap Bambel, Onderafdeeling Gajo dan Alas. Menimbang bahwa perloe sekali diadakannja peratoeran jang memperlindoengi segala djenis benda dan segala padang-padang jang diasingkan boeat persediaan. Oleh karena itoe, dilarang dalam tanah persediaan ini mencari hewan jang hidoep, menangkapnja, meloekainja, atau memboenoeh mati, mengganggoe sarang dari binatang-binatang itoe, mengeloearkan hidoep atau mati atau sebagian dari binatang itoe lantaran itoe memoendoerkan banjaknja binatang....”

Tapaktoean, 6 Februari 1934

Tentang Leuser Tentang Leuser

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

6 7Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Langkat Barat, SM dan TW Sekundur) sedangkan di daerah Dunia mangakui Taman Nasional Gunung Aceh seluas 586.500 Ha (gabungan dari SM Kluet, SM Gn. Leuser besama dengan TN. Kerinci Seblat Leuser, SM Kappi, dan TW Lawe Gurah). Selanjutnya pada dan TN. Bukit Barisan Selatan sebagai salah tanggal 12 Mei 1984, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. satu warisan dunia dengan 'gelar' Tropical 096/Kpts-II/1984 membentuk suatu unit pelaksana teknis Rainforest Heritage of Sumatera. Dengan yang bernama Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang demikian, sampai saat ini Indonesia telah merupakan wujud usaha pemerintah untuk melestarikan dan memiliki 7 situs yang tercantum dalam menjaga Taman Nasional Gunung Leuser. Pada tahun 1984 Daftar Warisan Dunia, yaitu: Candi lagi-lagi TNGL memperoleh status yang cukup Borobudur (ditetapkan pada tahun 1991), membanggakan yakni sebagai ASEAN Park Heritage (Taman Candi Prambanan (1991), situs arkeologis Warisan ASEAN). Dan akhirnya pada tahun 1997 berdasarkan Sangiran (1996) yang termasuk dalam Situs SK Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/1997 menyatakan Warisan Budaya, dan untuk Situs Warisan bahwa luas keseluruhan Taman Nasional Gunung Leuser Alam adalah: TN. Ujung Kulon (1991), TN. adalah 1.094.692 Ha. Komodo (1991), TN. Lorentz (1999) dan

Tropical rainforest Heritage of Sumatra Dengan adanya pengakuan global dan regional, upaya (2004).pemerintah yang berusaha semakin baik lagi dalam memanajemen TNGL, dan segala kekayaan alam yang Sekarang mari kita telaah sedikit saja terkandung di dalamnya, maka Pemerintah Indonesia kekayaan warisan yang ada di dalam mengusulkan kepada Komite Warisan Dunia (World Heritage kawasan TNGL dan sekitarnya. Berdasarkan Committee) agar TNGL menjadi bagian dari salah satu laporan yang ditulis oleh MacKinnon & warisan dunia. Warisan dunia adalah warisan yang (1) terdiri MacKinnon dalam Review on Protected dari Warisan Alam dan Warisan Budaya; (2) Melestarikan Areas System in the Indo-Malayan Realm warisan yang tidak dapat digantikan dan warisan yang pada tahun 1986, menyebutkan bahwa memiliki “Nilai Universal Istimewa”; (3) Perlu melindungi Leuser mendapatkan skor tertinggi untuk warisan yang tidak dapat dipindahkan, dan (4) Menjadi kontribusi konservasi terhadap kawasan tanggung jawab kesadaran dan kerjasama kolektif konservasi di seluruh kawasan Indo-Malaya. Internasional (UNESCO, 2004). Pada sidangnya ke-28 yang Leuser merupakan habitat sebagian besar

berlangsung di Suzhou, Cina pada tanggal 27 Juni- fauna Sumatera, mulai dari mammalia, 07 Juli 2004, akhirnya Komite burung, reptilia, amfibia, ikan dan hewan

Warisan invertebrata. Selama ini tercatat 380 spesies burung, 350 diantaranya merupakan spesies yang tinggal di Leuser. Sebanyak 129 spesies (65%) dari 205 spesies mammalia besar dan kecil di Sumatera ditemukan di Leuser termasuk orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera (Dicherorhinus sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumateranus) yang merupakan fauna kunci di TNGL, dan juga ada owa (Hylobathes lar) serta kedih (Presbytis thomasii). Selain itu, di TNGL juga ditemukan lebih dari 4.000 spesies tumbuhan, termasuk 3 dari 15 spesies tumbuhan parasit Rafflesia, dan ribuan spesies tumbuhan obat. Dengan kekayaan yang sedemikian itu, maka pantaslah TNGL dinyatakan sebagai laboratorium alam yang merupakan surga bagi para peneliti baik dari manca negara maupun Indonesia. Misalnya, Stasiun Riset Ketambe di Aceh Tenggara telah menjadi salah satu stasiun riset terbesar sejak tahun 1971 dan sampai saat ini tetap menjadi lokasi yang menarik minat bagi para peneliti.

Kawasan TNGL dan lansekap disekitarnya seluas 2,6 juta Ha yang disebut sebagai

Page 7: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

selama ini sebagai Taman Nasional Gunung bagian selatan, sepanjang Bukit Barisan, ke arah lembah Sungai Leuser (TNGL) dan sehari sesudahnya Tripa dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian utara. Kemudian pada berdasarkan SK Dirjen Kehutanan, ditunjuklah tanggal 6 Februari 1934 dilakukan pertemuan dari wakil pemuka Sub Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam adat dan Pemerintah Kolonial Belanda di Tapaktuan. Pertemuan Gunung Leuser untuk mengelola TNGL.itu menghasilkan “Deklarasi Tapaktuan” yang ditandatangani oleh perwakilan pemuka adat dan perwakilan Gubernur Hindia Belanda Pada tahun 1981, Gunung Leuser mendapatkan di Aceh pada saat itu yang berlaku sejak 1 Januari 1934. status yang berskala global untuk pertama

kalinya, yaitu sebagai Cagar Biosfer yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atas usulan pemerintah Indonesia. Cagar Biosfer sendiri didefinisikan sebagai kawasan ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh Program Man and the Biosphere (MAB)-UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan antara manusia dan alam. Menurut LIPI (2004) Cagar Biosfer melayani perpaduan tiga fungsi yaitu (1) kontribusi konservasi lansekap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah; (2) menyuburkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan baik secara ekologi maupun budaya; dan (3) mendukung logistik untuk penelitian, pemantauan, pendidikan, dan pelatihan yang terkait dengan masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, regional,

Deklarasi Tapaktuan mencerminkan tekad masyarakat Aceh untuk nasional, maupun global. Sampai dengan saat melestarikan kawasan Leuser untuk selamanya sekaligus juga ini, Indonesia memiliki enam cagar biosfer mengatur sanksi pidananya (penjara/ denda). Usaha pelestarian yang tersebar di beberapa provinsi. Keenam Leuser tidak berhenti begitu saja, mulai tahun 1934-1938 banyak cagar biosfer tersebut adalah: Cagar Biosfer dilahirkan keputusan-keputusan atas dasar kerjasama Pemerintah Cibodas (zona inti meliputi Taman Nasional Kolonial Belanda dan pemuka-pemuka adat yang ada di sekitar Gunung Gede-Pangrango, ditetapkan sejak Leuser, seperti: pembentukan Suaka Alam Gunung Leuser seluas tahun 1977), CB Tanjung Puting (zona inti TN. 142.800 hektar pada tanggal 3 Juli 1934, pembentukan kelompok Tanjung Puting, 1977), CB Lore Lindu (zona hutan Langkat Sekundur di tanggal 8 Agustus 1935, pembentukan inti TN. Lore Lindu, 1977), CB Komodo (zona Suaka Margasatwa (SM) Kluet seluas 20.000 hektar. Di Sumatera inti TN. Komodo, 1977), CB Pulau Siberut Utara, terdapat keputusan Sultan Langkat yang menetapkan (zona inti TN. Pulau Siberut (termasuk TN. kelompok hutan Langkat Sekundur, Langkat Selatan, dan Langkat Siberut), dan , CB Gunung Leuser (zona inti TN Barat sebagai Suaka Margasatwa Sekundur dengan nama Gunung Leuser, 1981). Sedangkan secara Wilhelmina Katen dengan total luas 213.985 hektar. global, sampai dengan tahun 2006 di seluruh

dunia telah ditetapkan 507 Cagar Biosfer yang Demikian usaha masyarakat sekitar kawasan Leuser berusaha tersebar di 102 negara.menjaga ‘rumah’-nya Leuser di masa sebelum kemerdekaan. Ini menunjukkan bahwa pemikiran orang-orang di zaman dahulu Penetapan Leuser sebagai Cagar Biosfer tidak lebih berbudaya dan maju untuk menjaga titipan anak cucunya membuat pemerintah Indonesia puas begitu sehingga kita yang hidup di zaman sekarang ini patut saja, namun pemerintah segera mempersiapkan berterimakasih dan mengikuti keteladanan orangtua kita tempo segala sesuatu untuk mengelola rumah Leuser dulu. kita agar menjadi lebih baik. Ini terbukti dengan

terbitnya SK Menteri Pertanian tertanggal 3 Setelah era kemerdekaan, upaya Pemerintah Indonesia untuk Maret 1982 yang menunjuk Hutan Wisata Lawe menjaga dan melestarikan Leuser terus berlanjut; pada tanggal 10 Gurah, yang berasal dari sebagian Suaka Desember 1976 berdasarkan SK Menteri Pertanian menunjuk Margasatwa Kappi (7.200 hektar), dan Hutan Suaka Margasatwa Kappi sebagai bagian kawasan Leuser seluas Lindung Serbolangit (2.000 hektar) sebagai 150.000 hektar, dan pada tanggal 6 Maret 1980 berdasarkan SK bagian TNGL. Lalu pada tahun 1982 Menteri Pertanian No.811/Kpts/Um/II/1980, pemerintah berdasarkan SK Menteri Pertanian menetapkan mendeklarasikan kawasan suaka margasatwa, suaka alam, dan TNGL di Sumatera Utara seluas 213.985 Ha kelompok-kelompok hutan di sekitar Leuser yang terbentuk (gabungan dari SM Langkat Selatan, SM

....Kami Oeloebalang dari Landschap Gajo Loeos, Poelau Nas, Meuke', Laboehan Hadji, Manggeng, Lho' Pawoh Noord, Blang Pidie, dan Bestuurcommissie dari Landschap Bambel, Onderafdeeling Gajo dan Alas. Menimbang bahwa perloe sekali diadakannja peratoeran jang memperlindoengi segala djenis benda dan segala padang-padang jang diasingkan boeat persediaan. Oleh karena itoe, dilarang dalam tanah persediaan ini mencari hewan jang hidoep, menangkapnja, meloekainja, atau memboenoeh mati, mengganggoe sarang dari binatang-binatang itoe, mengeloearkan hidoep atau mati atau sebagian dari binatang itoe lantaran itoe memoendoerkan banjaknja binatang....”

Tapaktoean, 6 Februari 1934

Tentang Leuser Tentang Leuser

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

6 7Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Langkat Barat, SM dan TW Sekundur) sedangkan di daerah Dunia mangakui Taman Nasional Gunung Aceh seluas 586.500 Ha (gabungan dari SM Kluet, SM Gn. Leuser besama dengan TN. Kerinci Seblat Leuser, SM Kappi, dan TW Lawe Gurah). Selanjutnya pada dan TN. Bukit Barisan Selatan sebagai salah tanggal 12 Mei 1984, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. satu warisan dunia dengan 'gelar' Tropical 096/Kpts-II/1984 membentuk suatu unit pelaksana teknis Rainforest Heritage of Sumatera. Dengan yang bernama Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang demikian, sampai saat ini Indonesia telah merupakan wujud usaha pemerintah untuk melestarikan dan memiliki 7 situs yang tercantum dalam menjaga Taman Nasional Gunung Leuser. Pada tahun 1984 Daftar Warisan Dunia, yaitu: Candi lagi-lagi TNGL memperoleh status yang cukup Borobudur (ditetapkan pada tahun 1991), membanggakan yakni sebagai ASEAN Park Heritage (Taman Candi Prambanan (1991), situs arkeologis Warisan ASEAN). Dan akhirnya pada tahun 1997 berdasarkan Sangiran (1996) yang termasuk dalam Situs SK Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/1997 menyatakan Warisan Budaya, dan untuk Situs Warisan bahwa luas keseluruhan Taman Nasional Gunung Leuser Alam adalah: TN. Ujung Kulon (1991), TN. adalah 1.094.692 Ha. Komodo (1991), TN. Lorentz (1999) dan

Tropical rainforest Heritage of Sumatra Dengan adanya pengakuan global dan regional, upaya (2004).pemerintah yang berusaha semakin baik lagi dalam memanajemen TNGL, dan segala kekayaan alam yang Sekarang mari kita telaah sedikit saja terkandung di dalamnya, maka Pemerintah Indonesia kekayaan warisan yang ada di dalam mengusulkan kepada Komite Warisan Dunia (World Heritage kawasan TNGL dan sekitarnya. Berdasarkan Committee) agar TNGL menjadi bagian dari salah satu laporan yang ditulis oleh MacKinnon & warisan dunia. Warisan dunia adalah warisan yang (1) terdiri MacKinnon dalam Review on Protected dari Warisan Alam dan Warisan Budaya; (2) Melestarikan Areas System in the Indo-Malayan Realm warisan yang tidak dapat digantikan dan warisan yang pada tahun 1986, menyebutkan bahwa memiliki “Nilai Universal Istimewa”; (3) Perlu melindungi Leuser mendapatkan skor tertinggi untuk warisan yang tidak dapat dipindahkan, dan (4) Menjadi kontribusi konservasi terhadap kawasan tanggung jawab kesadaran dan kerjasama kolektif konservasi di seluruh kawasan Indo-Malaya. Internasional (UNESCO, 2004). Pada sidangnya ke-28 yang Leuser merupakan habitat sebagian besar

berlangsung di Suzhou, Cina pada tanggal 27 Juni- fauna Sumatera, mulai dari mammalia, 07 Juli 2004, akhirnya Komite burung, reptilia, amfibia, ikan dan hewan

Warisan invertebrata. Selama ini tercatat 380 spesies burung, 350 diantaranya merupakan spesies yang tinggal di Leuser. Sebanyak 129 spesies (65%) dari 205 spesies mammalia besar dan kecil di Sumatera ditemukan di Leuser termasuk orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera (Dicherorhinus sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumateranus) yang merupakan fauna kunci di TNGL, dan juga ada owa (Hylobathes lar) serta kedih (Presbytis thomasii). Selain itu, di TNGL juga ditemukan lebih dari 4.000 spesies tumbuhan, termasuk 3 dari 15 spesies tumbuhan parasit Rafflesia, dan ribuan spesies tumbuhan obat. Dengan kekayaan yang sedemikian itu, maka pantaslah TNGL dinyatakan sebagai laboratorium alam yang merupakan surga bagi para peneliti baik dari manca negara maupun Indonesia. Misalnya, Stasiun Riset Ketambe di Aceh Tenggara telah menjadi salah satu stasiun riset terbesar sejak tahun 1971 dan sampai saat ini tetap menjadi lokasi yang menarik minat bagi para peneliti.

Kawasan TNGL dan lansekap disekitarnya seluas 2,6 juta Ha yang disebut sebagai

Page 8: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

8

Tentang Leuser Tentang Leuser

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), merupakan kawasan hutan Kita sebagai anak Indonesia yang menjadi tropis yang kaya keanekaragaman hayati sekaligus rentan. Letak putra-putri generasi penerus bangsa wajib rentannya adalah saat ini masyarakat banyak menerapkan sistem peduli, menjaga dan melestarikan kekayaan lahan yang berpedoman pada prinsip ekologi yang saling alam Indonesia termasuk Taman Nasional ketergantungan dengan tipe batuan, hidroklimatologi, bentuk Gunung Leuser yang merupakan situs warisan lahan, jenis tanah, dan organisme. Dinyatakan oleh RePPProt dunia kebanggaan bangsa Indonesia. Hal (1998), bahwa dari 78 sistem lahan di pulau Sumatera, 42 sistem yang dapat kita lakukan antara lain:lahan dapat ditemukan di Kawasan ekosistem Leuser. Faktor lainnya adalah iklim, khususnya curah hujan. Di bagian barat Bukit 1. Tidak merusak kawasan hutan, yaitu Barisan curah hujan mencapai 3.000-4.500 mm/tahun, di bagian dengan tidak ikut menebang hutan dan timur Bukit Barisan mencapai 2.000-3.000 mm/tahun. Rata-rata membakar kawasan hutan.curah hujan di TNGL/ KEL sebesar 1.000-2.767 mm/tahun. 2. Tidak memburu, memperdagangkan/ Berbagai faktor alam tersebut merupakan salah satu penyebab memperjualbelikan flora dan fauna yang rentannya kompleks KEL dari berbagai bentuk eksploitasi. terdapat di dalam TNGL hanya untuk Kawasan Ekosistem Leuser termasuk TNGL menyuplai air bagi 4 kesenangan perorangan/ kelompok juta masyarakat yang tinggal di Provinsi Nanggroe Aceh tertentu hanya demi uang.Darussalam dan 3. Melakukan kegiatan penghijauan, Sumatera Utara. reboisasi, maupun rehabilitasi hutan

untuk menciptakan kembali Sebanyak 9 keseimbangan alam bagi manusia dan kabupaten lingkungantergantung pada jasa 4. Ikut serta melaksanakan kegiatan lingkungan TNGL kampanye, sosialisasi, maupun dalam bentuk penyebaran informasi tentang ketersediaan air perlindungan dan pelestarian serta konsumsi, air penelitian tentang Taman Nasional pengairan, penjaga Gunung Leuser.kesuburan tanah, 5. Bilapun kita mengeksplorasi dan mengendalikan mengeksploitasi sumberdaya alam di banjir, dan TNGL maka haruslah dikedepankan sebagainya. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dilindungi oleh pemikiran-pemikiran yang logis dan TNGL dan KEL sebanyak 5 DAS di wilayah NAD (Jambo aye, bijaksana demi keberlangsungan dan Tamiang-Langsa, Singkil, Sikulat-Tripa, dan Baru-Kluet), kelestarian TNGL.sedangkan yang berada di wilayah SUMUT sebanyak 3 DAS (Besitang, Lepan, dan Wampu-Sei Ular). Studi yang dilakukan Akhirnya bila kita menyadari bahwa TNGL oleh Beukering et al. (2003) menyebutkan nilai ekonomi total itu adalah harta warisan yang sungguh amat ekosistem Leuser, termasuk TNGL di dalamnya, dihitung dengan kaya dan kita pun yang hidup zaman sekarang suku bunga 4% selama 30 tahun adalah USD 7.0 milyar (bila ini bisa menerima dan mengelola harta terdeforestasi), USD 9,5 milyar (bila dikonversi), dan USD 9,1 warisan tersebut dengan arif maka kita bisa milyar (bila dimanfaatkan secara lestari). Hal ini menunjukkan menyapa dan memberi salam kepada 25.000 betapa besarnya peran kawasan hutan di Ekosistem Leuser dan anak-cucu kita yang lahir per harinya dengan TNGL untuk menjaga stabilitas ekosistem dan keberlanjutan penuh kebanggaan dan keteladanan. Sama pembangunan khususnya di daerah hilir yang sarat dengan halnya ketika kita lahir ke dunia ini dan penggunaan lahan produktif dan aset-aset pembangunan strategis. menerima harta warisan ini dengan penuh Hal tersebut diatas juga seharusnya menjadi bukti bahwa kita ini senyuman bangga akan kekayaan harta telah diberi warisan yang sungguh amat kaya dan bila kita mampu warisan yang kita terima. Ya... Leuser, Rumah melestarikannya dan menjaganya secara arif maka kita bisa Kita Semua.***menjadi bangsa yang kaya dan bermartabat.

Sudah sepatutnyalah kita yang notabene hidup di zaman penuh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih mengedepankan logika dan sikap yang arif dalam mengelola, menjaga, dan

Peserta Lomba Menulis “Arti Penting TNGL melestarikan harta warisan ini dengan menganggapnya ibarat sebagai Situs Warisan Dunia”rumah kita sendiri, dan berusaha untuk tidak menjadi tamu di

rumah sendiri. Ya, Leuser adalah rumah bagi kita semua umat manusia di dunia ini. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan Leuser, rumah kita itu?

*Fakhrullah| Mahasiswa Fakultas MIPA - Universitas Sumatera Utara|

9Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Selamatkan Orangutan, Selamatkan Habitatnya!

egitu pula jika kita membayangkan bila Bukit Lawang tanpa orangutan! Bukit Lawang telah sangat terkenal akan orangutannya. Tidak hanya peneliti satwa B

dalam negeri, peneliti asing pun mengenal dengan baik kawasan yang dulu bernama Pusat Rehabilitasi Orangutan Bahorok ini.

Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera dan Ekowisata Bukit Lawang diawali dari berdirinya Pusat Rehabilitasi Orangutan Bohorok yang diprakarsai oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan Frankfurt Zoological Society (FZS) pada tahun 1973. Pada Januari 1980 Pusat Rehabilitasi tersebut diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian dikelola oleh Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam, Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian.

Seiring berjalannya waktu, ternyata wisatawan yang tertarik pada Pusat Rehabilitasi ini terus meningkat, sehingga Bahorok terkenal dengan wisata orangutan. Orangutan di Bahorok merupakan orangutan semi liar hasil rehabilitasi. Menjual wisata Bahorok menjadi sempurna karena diimbangi oleh keindahan alam dan letaknya yang tidak jauh dari Medan, yaitu sekitar 96 km dari ibukota Sumatera Utara tersebut, atau dapat ditempuh tiga sampai empat jam dengan kendaraan bermotor.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Mikha

1Sri Dewi (2008) mengungkapkan bahwa wisatawan yang

Mari bayangkan Taman Nasional Komodo tanpa komodo, Taman Nasional Bali Barat tanpa jalak bali, dan Taman Nasional Wasur tanpa cendrawasih. Miris, habitat yang tak dihuni oleh endemiknya. Yah, bisa dipastikan kita hanya membayangkan bentangan tanah gersang,

sunyi, sepi, dan tentu saja sangat memprihatinkan.

Oleh:Lina Naibaho*

Page 9: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

8

Tentang Leuser Tentang Leuser

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), merupakan kawasan hutan Kita sebagai anak Indonesia yang menjadi tropis yang kaya keanekaragaman hayati sekaligus rentan. Letak putra-putri generasi penerus bangsa wajib rentannya adalah saat ini masyarakat banyak menerapkan sistem peduli, menjaga dan melestarikan kekayaan lahan yang berpedoman pada prinsip ekologi yang saling alam Indonesia termasuk Taman Nasional ketergantungan dengan tipe batuan, hidroklimatologi, bentuk Gunung Leuser yang merupakan situs warisan lahan, jenis tanah, dan organisme. Dinyatakan oleh RePPProt dunia kebanggaan bangsa Indonesia. Hal (1998), bahwa dari 78 sistem lahan di pulau Sumatera, 42 sistem yang dapat kita lakukan antara lain:lahan dapat ditemukan di Kawasan ekosistem Leuser. Faktor lainnya adalah iklim, khususnya curah hujan. Di bagian barat Bukit 1. Tidak merusak kawasan hutan, yaitu Barisan curah hujan mencapai 3.000-4.500 mm/tahun, di bagian dengan tidak ikut menebang hutan dan timur Bukit Barisan mencapai 2.000-3.000 mm/tahun. Rata-rata membakar kawasan hutan.curah hujan di TNGL/ KEL sebesar 1.000-2.767 mm/tahun. 2. Tidak memburu, memperdagangkan/ Berbagai faktor alam tersebut merupakan salah satu penyebab memperjualbelikan flora dan fauna yang rentannya kompleks KEL dari berbagai bentuk eksploitasi. terdapat di dalam TNGL hanya untuk Kawasan Ekosistem Leuser termasuk TNGL menyuplai air bagi 4 kesenangan perorangan/ kelompok juta masyarakat yang tinggal di Provinsi Nanggroe Aceh tertentu hanya demi uang.Darussalam dan 3. Melakukan kegiatan penghijauan, Sumatera Utara. reboisasi, maupun rehabilitasi hutan

untuk menciptakan kembali Sebanyak 9 keseimbangan alam bagi manusia dan kabupaten lingkungantergantung pada jasa 4. Ikut serta melaksanakan kegiatan lingkungan TNGL kampanye, sosialisasi, maupun dalam bentuk penyebaran informasi tentang ketersediaan air perlindungan dan pelestarian serta konsumsi, air penelitian tentang Taman Nasional pengairan, penjaga Gunung Leuser.kesuburan tanah, 5. Bilapun kita mengeksplorasi dan mengendalikan mengeksploitasi sumberdaya alam di banjir, dan TNGL maka haruslah dikedepankan sebagainya. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dilindungi oleh pemikiran-pemikiran yang logis dan TNGL dan KEL sebanyak 5 DAS di wilayah NAD (Jambo aye, bijaksana demi keberlangsungan dan Tamiang-Langsa, Singkil, Sikulat-Tripa, dan Baru-Kluet), kelestarian TNGL.sedangkan yang berada di wilayah SUMUT sebanyak 3 DAS (Besitang, Lepan, dan Wampu-Sei Ular). Studi yang dilakukan Akhirnya bila kita menyadari bahwa TNGL oleh Beukering et al. (2003) menyebutkan nilai ekonomi total itu adalah harta warisan yang sungguh amat ekosistem Leuser, termasuk TNGL di dalamnya, dihitung dengan kaya dan kita pun yang hidup zaman sekarang suku bunga 4% selama 30 tahun adalah USD 7.0 milyar (bila ini bisa menerima dan mengelola harta terdeforestasi), USD 9,5 milyar (bila dikonversi), dan USD 9,1 warisan tersebut dengan arif maka kita bisa milyar (bila dimanfaatkan secara lestari). Hal ini menunjukkan menyapa dan memberi salam kepada 25.000 betapa besarnya peran kawasan hutan di Ekosistem Leuser dan anak-cucu kita yang lahir per harinya dengan TNGL untuk menjaga stabilitas ekosistem dan keberlanjutan penuh kebanggaan dan keteladanan. Sama pembangunan khususnya di daerah hilir yang sarat dengan halnya ketika kita lahir ke dunia ini dan penggunaan lahan produktif dan aset-aset pembangunan strategis. menerima harta warisan ini dengan penuh Hal tersebut diatas juga seharusnya menjadi bukti bahwa kita ini senyuman bangga akan kekayaan harta telah diberi warisan yang sungguh amat kaya dan bila kita mampu warisan yang kita terima. Ya... Leuser, Rumah melestarikannya dan menjaganya secara arif maka kita bisa Kita Semua.***menjadi bangsa yang kaya dan bermartabat.

Sudah sepatutnyalah kita yang notabene hidup di zaman penuh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih mengedepankan logika dan sikap yang arif dalam mengelola, menjaga, dan

Peserta Lomba Menulis “Arti Penting TNGL melestarikan harta warisan ini dengan menganggapnya ibarat sebagai Situs Warisan Dunia”rumah kita sendiri, dan berusaha untuk tidak menjadi tamu di

rumah sendiri. Ya, Leuser adalah rumah bagi kita semua umat manusia di dunia ini. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan Leuser, rumah kita itu?

*Fakhrullah| Mahasiswa Fakultas MIPA - Universitas Sumatera Utara|

9Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Selamatkan Orangutan, Selamatkan Habitatnya!

egitu pula jika kita membayangkan bila Bukit Lawang tanpa orangutan! Bukit Lawang telah sangat terkenal akan orangutannya. Tidak hanya peneliti satwa B

dalam negeri, peneliti asing pun mengenal dengan baik kawasan yang dulu bernama Pusat Rehabilitasi Orangutan Bahorok ini.

Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera dan Ekowisata Bukit Lawang diawali dari berdirinya Pusat Rehabilitasi Orangutan Bohorok yang diprakarsai oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan Frankfurt Zoological Society (FZS) pada tahun 1973. Pada Januari 1980 Pusat Rehabilitasi tersebut diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian dikelola oleh Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam, Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian.

Seiring berjalannya waktu, ternyata wisatawan yang tertarik pada Pusat Rehabilitasi ini terus meningkat, sehingga Bahorok terkenal dengan wisata orangutan. Orangutan di Bahorok merupakan orangutan semi liar hasil rehabilitasi. Menjual wisata Bahorok menjadi sempurna karena diimbangi oleh keindahan alam dan letaknya yang tidak jauh dari Medan, yaitu sekitar 96 km dari ibukota Sumatera Utara tersebut, atau dapat ditempuh tiga sampai empat jam dengan kendaraan bermotor.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Mikha

1Sri Dewi (2008) mengungkapkan bahwa wisatawan yang

Mari bayangkan Taman Nasional Komodo tanpa komodo, Taman Nasional Bali Barat tanpa jalak bali, dan Taman Nasional Wasur tanpa cendrawasih. Miris, habitat yang tak dihuni oleh endemiknya. Yah, bisa dipastikan kita hanya membayangkan bentangan tanah gersang,

sunyi, sepi, dan tentu saja sangat memprihatinkan.

Oleh:Lina Naibaho*

Page 10: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Selamatkan Habitat Orangutanmengunjungi Bukit Lawang, seratus persen berkunjung karena ketertarikannya pada orangutan. Menurutnya, Berdasarkan data revisi Population and Habitat Viability wisatawan yang paling sering berkunjung berasal dari Assessment (PHVA) (2004), perkiraan jumlah orangutan

2Irlandia. Para wisatawan ini mengunjungi Bukit Lawang, di Sumatera adalah 6.667 individu dewasa. Perkiraan ini semata-mata karena ingin menyaksikan secara langsung dikhawatirkan terus berkurang seiring dengan berbagai makhluk yang 97% ber-DNA mirip manusia ini, berada aktivitas penebangan liar dan perdagangan satwa, karena di habitat aslinya. itu harus dilakukan pengelolaan yang benar menyangkut

orangutan.Harta Warisan di Jantung Dunia

Pengelolaan satwa liar seperti orangutan ternyata menjadi seni dan ilmu membuat keputusan sekaligus aksi-aksinya Keberadaan orangutan sumatera di gugus Taman untuk mensiasati struktur, dinamika dan hubungannya Nasional Gunung Leuser telah menjadi salah satu

4dengan viabilitas populasi, habitat, dan masyarakat. warisan bagi dunia (world heritage). Mengingat konsep Karena itulah, kepunahan orangutan menjadi persoalan harta warisan, tentu saja keberadaan orangutan sumatera pelik, yang jika dirunut akan menjadi perjalanan panjang tidak diperhitungkan untuk dimanfaatkan hari ini saja, yang tak putus. Berbagai aktivitas manusia, seperti tetapi juga untuk besok – sebagai warisan bagi anak cucu penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan satwa negeri dan bumi ini. Karena itulah, pemerintah Indonesia telah memperkeruh keberadaan orangutan. Primata yang menetapkan orangutan sumatera sebagai satwa dilindungi secara genetik sangat dekat kekerabatannya dengan melalui PP No.7/1999. Tidak sampai disitu saja, manusia ini pun terancama punah.berdasarkan IUCN red list edisi 2002, orangutan

termasuk dalam kategori “critically endangered” (sangat kritis terancam punah) secara global, dan berdasarkan Sementara itu, ilmuwan yang pesimistis menyatakan

2CITES termasuk dalam Appendiks I. bahwa populasi TNGL menjadi satu-satunya taman nasional yang masih memiliki harapan untuk

kelangsungan hidup jangka panjang bagi orangutan. Dunia sendiri telah menetapkan TNGL sebagai warisan Sementara untuk taman nasional yang cukup terkenal dunia. Atas usulan Pemerintah Indonesia dan dengan

dengan orangutannya, seperti Taman Nasional Tanjung melalui proses seleksi yang ketat, Puting, sebagaimana di lain tempat, hilangnya spesies pada Sidang ke 28 Komite Warisan

tanaman pangan, penghancuran sekunder tumbuhan Dunia yang berlangsung di jalar dan pepohonan kecil, dan berbagai Suzhou, Cina, pada aktivitas yang menghancurkan kawasan tanggal 27 Juni - 7 Juli

5(biodiversity) , telah membuat keberadaan 2004, UNESCO orangutan semakin terpuruk di bumi ini.melalui World

Heritage Committee Begitulah, bisa kita bayangkan betapa menetapkan Taman

pentingnya menyelamatkan orangutan di gugus Nasional Gunung TNGL, artinya begitu urgent untuk Leuser bersama Taman

menyelamatkan orangutan bukan? Hanya satu Nasional Kerinci jawaban untuk persoalan ini, yaitu konservasi habitat Seblat (TNKS) dan Taman

orangutan!Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site), Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS). Dalam hal ini, konservasi orangutan dilakukan dengan Dengan begitu kawasan konservasi di propinsi NAD dan jalan membebaskannya dari gangguan dan Sumut, yang meliputi 9 (sembilan) kabupaten itu telah mengusahakan agar vegetasi alam yang tumbuh di dalam diakui sebagai jantung dunia. habitat mereka tetap dijaga utuh. Dengan cara demikian,

populasi satwa tidak perlu atau akan sedikit sekali memerlukan tindakan pengelolaan khusus. Pengelolaan Menurut UNESCO (2004), pengertian “Warisan Dunia” satwa liar di dalam taman nasional, dalam banyak aspek itu sendiri memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Warisan berkaitan dengan pengelolaan vegetasi sebagai unsur Dunia dapat terdiri dari Warisan Alam dan Warisan

6 penunjang utama bagi kelangsungan hidup orangutan.Budaya, (2) Melestarikan warisan yang tidak dapat Hal ini perlu dilakukan karena dalam aktivitas digantikan dan warisan yang memiliki "Nilai Universal kesehariannya, orangutan mempunyai habitat inti (core Istimewa", (3) Perlu melindungi warisan yang tidak dapat area). Pada daerah inti, yang paling utama adalah dipindahkan, dan (4) Menjadi tanggung jawab kesadaran

3 tersedianya pohon tidur (sleeping tree) yang aman dari dan kerja sama kolektif internasional.predator, biasanya pada pohon di dekat sungai, dan dekat dengan sumber pakan.

Tentang Leuser Tentang Leuser

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

10 11Vol. 4 No. 12Tahun 2008

sebagai sandaran kursi yang artistik dan penghias interior dan eksterior bangunan pariwisata seperti hotel, restoran, penginapan, pesanggrahan, dan sebagainya. Sedangkan akarnya bisa dibentuk menjadi meja yang mempunyai nilai artisitik yang tinggi.

Catatan :Melalui tulisan ini, penulis merekomendasikan agar kegiatan penanaman pohon matoa di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Bahorok lebih diperhatikan, baik dari segi penanaman maupun pemeliharaan setelah kegiatan penanaman, agar habitat orangutan sumatera bisa dipertahankan keberadaannya. Yah, bukankah menyelamatkan habitat orang utan di

Matoa, Tanaman Agen Konservasi gugus TNGL, berarti bagian dari menyelamatkan warisan dunia juga?***

Menyelamatkan orangutan, memang dengan menyelamatkan habitatnya. Jika habitat orangutan *Lina Naibahoadalah daerah bantaran sungai dan dekat dengan | Mahasiswa Departemen Kehutanan, Fakultas sumber pakan, maka melirik pohon matoa (Pometia Pertanian, Universitas Sumatera Utaraspp) menjadi salah satu rekomendasi solusi. | Peserta Lomba Menulis “Arti Penting TNGL Penanaman pohon matoa di bantaran sungai, selain sebagai Situs Warisan Dunia”sebagai konservasi bantaran sungai ternyata mampu menyelamatkan orangutan dari krisis pangan. Referensi penulisan:

1 Skripsi Mikha Sri Dewi, tema Profil dan Kajian Ketua Departemen Ilmu Tanah Universitas Sumatera Wisatawan Asing pada Daerah Wisata Alam Taman Utara (USU) dan peneliti DAS Sumut, Abdul Rauf

7 Nasional Gunung Leuser. Mahasiswa Program (2008) mengatakan pohon matoa sangat baik sebagai Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan penguat daerah bantaran sungai. Banjir bandang yang Universitas Sumatera Utara (USU)melanda Bahorok pada 2003 silam telah

2 Disampaikan dalam seminar "Menyelamatkan menghanyutkan bangunan, pepohonan besar seperti orangutan sumatera Indonesia di Sumatera". ficus-ficusan, dan bambu - yang selama ini disinyalir Disampaikan oleh Direktur Konservasi sebagai tanaman konservasi bantaran sungai. Keanekaragaman Hayati pada 3 Juni 2008 di Ternyata, jelas Abdul Rauf, saat itu justru pohon Medan.matoa yang berdiri kokoh di tebing-tebing sungai.

3 Wiratno (2003), diakses melalui Leuserhttp://www.harian-Matoa atau yang lebih dikenal dengan pohon pakam global.com/news.php?item.32310.3 (29 Juni 2008)ini, adalah tanaman khas Papua Barat yang termasuk

4 Wiratno, dkk (2004). Berkaca di Cermin Retak : ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Pengelolaan Taman Nasional. Edisi Revisi 2004. Rasa buahnya adalah campuran rambutan, durian, Halaman 118dan kelengkeng. Buahnya berbentuk lonjong dan

5 Sinar Harapan (2003). IUCN : Orangutan Indonesia seukuran dengan buah pinang (kelurga palem). terancam punah. Diakses melalui Ketika muda berwarna hijau dan setelah matang

8 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0407/08/nas02berwarna hijau kekuningan. Menurut Abdul Rauf .html (29 Juni 2008).(2008), buah pohon matoa ini sangat disukai oleh

6 Wiratno, dkk (2004). Berkaca di Cermin Retak : orangutan, burung, dan satwa lainnya, dan pohon Refleksi KOnservasi dan Implikasi bagi matoa yang dapat tumbuh tinggi menjadi tempat yang Pengelolaan Taman Nasional. Edisi Revisi 2004. cocok bagi orangutan untuk membangun sarangnya Halaman 118-119(sleeping tree).

7 Medan Bisnis (2008). Diakses melalu

Selain mempunyai fungsi konservasi, ternyata matoa p=117667&more=1 (29 Juni 2008).juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 8 Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Diakses Tanaman ini penghasil papan/kayu yang cukup baik, melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Matoa (29 Juni yang telah dimanfaatkan untuk kusen, pintu, dan 2008).kursi. Sementara rantingnya bisa dimanfaatkan

http://www.medanbisnisonline.com/rubrik.php?

Salah a u sarang oran utan d hu an u i Lawa g

s t

gi t B k t

n

bisro sy

Page 11: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Selamatkan Habitat Orangutanmengunjungi Bukit Lawang, seratus persen berkunjung karena ketertarikannya pada orangutan. Menurutnya, Berdasarkan data revisi Population and Habitat Viability wisatawan yang paling sering berkunjung berasal dari Assessment (PHVA) (2004), perkiraan jumlah orangutan

2Irlandia. Para wisatawan ini mengunjungi Bukit Lawang, di Sumatera adalah 6.667 individu dewasa. Perkiraan ini semata-mata karena ingin menyaksikan secara langsung dikhawatirkan terus berkurang seiring dengan berbagai makhluk yang 97% ber-DNA mirip manusia ini, berada aktivitas penebangan liar dan perdagangan satwa, karena di habitat aslinya. itu harus dilakukan pengelolaan yang benar menyangkut

orangutan.Harta Warisan di Jantung Dunia

Pengelolaan satwa liar seperti orangutan ternyata menjadi seni dan ilmu membuat keputusan sekaligus aksi-aksinya Keberadaan orangutan sumatera di gugus Taman untuk mensiasati struktur, dinamika dan hubungannya Nasional Gunung Leuser telah menjadi salah satu

4dengan viabilitas populasi, habitat, dan masyarakat. warisan bagi dunia (world heritage). Mengingat konsep Karena itulah, kepunahan orangutan menjadi persoalan harta warisan, tentu saja keberadaan orangutan sumatera pelik, yang jika dirunut akan menjadi perjalanan panjang tidak diperhitungkan untuk dimanfaatkan hari ini saja, yang tak putus. Berbagai aktivitas manusia, seperti tetapi juga untuk besok – sebagai warisan bagi anak cucu penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan satwa negeri dan bumi ini. Karena itulah, pemerintah Indonesia telah memperkeruh keberadaan orangutan. Primata yang menetapkan orangutan sumatera sebagai satwa dilindungi secara genetik sangat dekat kekerabatannya dengan melalui PP No.7/1999. Tidak sampai disitu saja, manusia ini pun terancama punah.berdasarkan IUCN red list edisi 2002, orangutan

termasuk dalam kategori “critically endangered” (sangat kritis terancam punah) secara global, dan berdasarkan Sementara itu, ilmuwan yang pesimistis menyatakan

2CITES termasuk dalam Appendiks I. bahwa populasi TNGL menjadi satu-satunya taman nasional yang masih memiliki harapan untuk

kelangsungan hidup jangka panjang bagi orangutan. Dunia sendiri telah menetapkan TNGL sebagai warisan Sementara untuk taman nasional yang cukup terkenal dunia. Atas usulan Pemerintah Indonesia dan dengan

dengan orangutannya, seperti Taman Nasional Tanjung melalui proses seleksi yang ketat, Puting, sebagaimana di lain tempat, hilangnya spesies pada Sidang ke 28 Komite Warisan

tanaman pangan, penghancuran sekunder tumbuhan Dunia yang berlangsung di jalar dan pepohonan kecil, dan berbagai Suzhou, Cina, pada aktivitas yang menghancurkan kawasan tanggal 27 Juni - 7 Juli

5(biodiversity) , telah membuat keberadaan 2004, UNESCO orangutan semakin terpuruk di bumi ini.melalui World

Heritage Committee Begitulah, bisa kita bayangkan betapa menetapkan Taman

pentingnya menyelamatkan orangutan di gugus Nasional Gunung TNGL, artinya begitu urgent untuk Leuser bersama Taman

menyelamatkan orangutan bukan? Hanya satu Nasional Kerinci jawaban untuk persoalan ini, yaitu konservasi habitat Seblat (TNKS) dan Taman

orangutan!Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site), Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS). Dalam hal ini, konservasi orangutan dilakukan dengan Dengan begitu kawasan konservasi di propinsi NAD dan jalan membebaskannya dari gangguan dan Sumut, yang meliputi 9 (sembilan) kabupaten itu telah mengusahakan agar vegetasi alam yang tumbuh di dalam diakui sebagai jantung dunia. habitat mereka tetap dijaga utuh. Dengan cara demikian,

populasi satwa tidak perlu atau akan sedikit sekali memerlukan tindakan pengelolaan khusus. Pengelolaan Menurut UNESCO (2004), pengertian “Warisan Dunia” satwa liar di dalam taman nasional, dalam banyak aspek itu sendiri memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Warisan berkaitan dengan pengelolaan vegetasi sebagai unsur Dunia dapat terdiri dari Warisan Alam dan Warisan

6 penunjang utama bagi kelangsungan hidup orangutan.Budaya, (2) Melestarikan warisan yang tidak dapat Hal ini perlu dilakukan karena dalam aktivitas digantikan dan warisan yang memiliki "Nilai Universal kesehariannya, orangutan mempunyai habitat inti (core Istimewa", (3) Perlu melindungi warisan yang tidak dapat area). Pada daerah inti, yang paling utama adalah dipindahkan, dan (4) Menjadi tanggung jawab kesadaran

3 tersedianya pohon tidur (sleeping tree) yang aman dari dan kerja sama kolektif internasional.predator, biasanya pada pohon di dekat sungai, dan dekat dengan sumber pakan.

Tentang Leuser Tentang Leuser

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

10 11Vol. 4 No. 12Tahun 2008

sebagai sandaran kursi yang artistik dan penghias interior dan eksterior bangunan pariwisata seperti hotel, restoran, penginapan, pesanggrahan, dan sebagainya. Sedangkan akarnya bisa dibentuk menjadi meja yang mempunyai nilai artisitik yang tinggi.

Catatan :Melalui tulisan ini, penulis merekomendasikan agar kegiatan penanaman pohon matoa di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Bahorok lebih diperhatikan, baik dari segi penanaman maupun pemeliharaan setelah kegiatan penanaman, agar habitat orangutan sumatera bisa dipertahankan keberadaannya. Yah, bukankah menyelamatkan habitat orang utan di

Matoa, Tanaman Agen Konservasi gugus TNGL, berarti bagian dari menyelamatkan warisan dunia juga?***

Menyelamatkan orangutan, memang dengan menyelamatkan habitatnya. Jika habitat orangutan *Lina Naibahoadalah daerah bantaran sungai dan dekat dengan | Mahasiswa Departemen Kehutanan, Fakultas sumber pakan, maka melirik pohon matoa (Pometia Pertanian, Universitas Sumatera Utaraspp) menjadi salah satu rekomendasi solusi. | Peserta Lomba Menulis “Arti Penting TNGL Penanaman pohon matoa di bantaran sungai, selain sebagai Situs Warisan Dunia”sebagai konservasi bantaran sungai ternyata mampu menyelamatkan orangutan dari krisis pangan. Referensi penulisan:

1 Skripsi Mikha Sri Dewi, tema Profil dan Kajian Ketua Departemen Ilmu Tanah Universitas Sumatera Wisatawan Asing pada Daerah Wisata Alam Taman Utara (USU) dan peneliti DAS Sumut, Abdul Rauf

7 Nasional Gunung Leuser. Mahasiswa Program (2008) mengatakan pohon matoa sangat baik sebagai Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan penguat daerah bantaran sungai. Banjir bandang yang Universitas Sumatera Utara (USU)melanda Bahorok pada 2003 silam telah

2 Disampaikan dalam seminar "Menyelamatkan menghanyutkan bangunan, pepohonan besar seperti orangutan sumatera Indonesia di Sumatera". ficus-ficusan, dan bambu - yang selama ini disinyalir Disampaikan oleh Direktur Konservasi sebagai tanaman konservasi bantaran sungai. Keanekaragaman Hayati pada 3 Juni 2008 di Ternyata, jelas Abdul Rauf, saat itu justru pohon Medan.matoa yang berdiri kokoh di tebing-tebing sungai.

3 Wiratno (2003), diakses melalui Leuserhttp://www.harian-Matoa atau yang lebih dikenal dengan pohon pakam global.com/news.php?item.32310.3 (29 Juni 2008)ini, adalah tanaman khas Papua Barat yang termasuk

4 Wiratno, dkk (2004). Berkaca di Cermin Retak : ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Pengelolaan Taman Nasional. Edisi Revisi 2004. Rasa buahnya adalah campuran rambutan, durian, Halaman 118dan kelengkeng. Buahnya berbentuk lonjong dan

5 Sinar Harapan (2003). IUCN : Orangutan Indonesia seukuran dengan buah pinang (kelurga palem). terancam punah. Diakses melalui Ketika muda berwarna hijau dan setelah matang

8 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0407/08/nas02berwarna hijau kekuningan. Menurut Abdul Rauf .html (29 Juni 2008).(2008), buah pohon matoa ini sangat disukai oleh

6 Wiratno, dkk (2004). Berkaca di Cermin Retak : orangutan, burung, dan satwa lainnya, dan pohon Refleksi KOnservasi dan Implikasi bagi matoa yang dapat tumbuh tinggi menjadi tempat yang Pengelolaan Taman Nasional. Edisi Revisi 2004. cocok bagi orangutan untuk membangun sarangnya Halaman 118-119(sleeping tree).

7 Medan Bisnis (2008). Diakses melalu

Selain mempunyai fungsi konservasi, ternyata matoa p=117667&more=1 (29 Juni 2008).juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. 8 Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Diakses Tanaman ini penghasil papan/kayu yang cukup baik, melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Matoa (29 Juni yang telah dimanfaatkan untuk kusen, pintu, dan 2008).kursi. Sementara rantingnya bisa dimanfaatkan

http://www.medanbisnisonline.com/rubrik.php?

la a s ra g an uta d u a uw

Sa h s tu a n or g n i h t n B kit La ang

bisr

yo

s

Page 12: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

isang menyediakan energi cukup tinggi bila dibandingkan dengan buah lainnya. Pisang diketahui kaya akan mineral berupa kalium, P

magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Selain itu didalam buah pisang juga mengandung berbagai vitamin antara lain vitamin C, B6, B kompleks, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak, sehingga pisang dapat membuat otak menjadi lebih segar (Anwar, 2003). Kandungan dan manfaat pisang bagi kesehatan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Akan tetapi masih sedikit masyarakat yang mengenal tentang biologi dari pisang.

Asal-usul nama ''Pisang“

Pisang masuk ke dalam marga Musa, suku Musaceae. Beberapa ahli botani berpendapat bahwa nama Musa diambil dari nama Antonius Musa, salah seorang dokter kaisar Octavius Augustus dari Roma, sementara itu beberapa ahli botani lainnya berpendapat bahwa nama Musa berasal dari bahasa Arab yaitu mouz atau mouwz yang berarti pisang.

Pisang Liar (Musa sp.) di Indonesia

Seperti halnya jenis tumbuhan lainnya, pisang dikelompokkan menjadi pisang liar dan pisang budidaya. Pisang liar pada umumnya ditemukan tumbuh liar di alam, mempunyai banyak biji, dan bersifat diploid. Sedangkan pisang budidaya pada umumnya tumbuh di pekarangan, bijinya sedikit, dan bersifat triploid atau kadang diploid. Jenis pisang budidaya inilah yang sering kita manfaatkan, sedangkan pisang liar tidak banyak dimanfaatkan secara ekonomi, padahal pisang liar mempunyai potensi yang luar biasa dan masih belum banyak digali.

Indonesia merupakan salah satu negara pusat asal-usul pisang-pisangan. Jumlah jenis pisang liar di Indonesia sangat melimpah. Sebanyak 12 jenis pisang liar telah ditemukan di Indonesia. Pisang-pisang liar ini ditemukan

Pisang Liar Sang Sumber Plasma Nutfah

Oleh:Lulut Dwi Sulistyaningsih*

Hampir semua masyarakat di dunia tidak asing dengan buah pisang. Buah dengan sejuta manfaat ini telah banyak dikonsumsi oleh manusia karena kandungan gizinya yang tinggi.

K e h a t I

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

12 13Vol. 4 No. 12Tahun 2008

sitata, sedangkan masyarakat Sunda menyebutnya mulai dari Lembah Alas (Aceh Tenggara) sampai ke dengan cau kole. Jenis ini ditemukan di sepanjang daerah Papua bagian utara. lereng barat Pegunungan Bukit Barisan Sumatera, Jenis pisang liar dan daerah penyebarannya di mulai dari Aceh sampai Tapanuli, Sumatera Barat Indonesia : dan Bengkulu.

1. Musa acuminta Colla 8. Musa schizocarpa SimmondsJenis ini mempunyai beberapa nama lokal, antara lain Ditemukan di dataran rendah terbuka di Papua dan di cau kole (Sunda), pisang cici alas (Jawa), pisang sepanjang sisi jalan antara Arso dan Genyem. Selain rimbo (Minangkabau), pisang harangan (Batak), nuka itu jenis ini ditemukan juga tumbuh di Niugini. nuibo (Kaili), unti darek (Bugis). Tumbuh baik di Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pisang dataran rendah sampai ketinggian 1.800 m dpl dan utan.juga tumbuh di hutan sekunder. Pisang ini ditemukan di Sulawesi, Jawa Barat, Bali, dan Sumatra. 9. Musa textilis Nee Jenis ini dapat ditemukan di dalam koleksi tumbuhan 2. Musa balbisiana Colla Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Masyarakat Indonesia mengenalnya secara umum Industri di Bogor. Dikenal sebagai pisang manila atau dengan sebutan pisang batu, pisang biji, pisang abaka.atau pisang klutuk. Jenis ini belum pernah dilaporkan dan 10. Musa troglodytarum L.ditemukan tumbuh secara Asli dari Maluku dan belum pernah liar di Indonesia. Akan dilaporkan dan ditemukan tumbuh liar tetapi secara luas telah di tempat lain. Dikenal dengan ditanam di kebun- sebutan pisang tongkat langit atau kebun Indonesia. pisang tunjuk langit. Masyarakat

Seram ada yang menyebutnya 3. Musa dengan tema tenala langit.borneensis Becc.Pisang yang dikenal 11. Musa uranoscopos Lourdengan pisang hutan oleh Jenis ini merupakan asli dari Cina masyarakat Indonesia ini Selatan, Vietnam, Laos dan diintroduksi ke tumbuh sepanjang sungai Indonesia melalui Kebun Raya Bogor. Mahakam dan di Kabupaten Tabalong, Masyarakat Indonesia menyebutnya dengan pisang Kalimantan Selatan. Masyarakat Serawak hias.mengenalnya dengan sebutan pisang unkaok atau pisang unkadan. 12. Musa velutina Wendl. & Drude

Jenis yang dikenal dengan sebutan pisang hias ini, 4. Musa celebica Warb. bukan asli Indonesia melainkan berasal dari Assam Dikenal oleh masyarakat Toraja dengan sebutan punti dan diintroduksikan ke Indonesia melalui Kebun lampung. Jenis ini ditemukan di Taman Nasional Raya Bogor.Lore Lindu, Sulawesi Tengah.

Potensi Pisang Liar5. Musa lolodensis CheesmanDitemukan menyebar mulai dari Halmahera, Maluku Di Indonesia, pisang liar belum mempunyai nilai sampai ke Papua bagian utara. Masyarakat setempat ekonomi yang tinggi. Selama ini tunas atau bonggol menyebutnya dengan pisang hias. pisang muda diberikan sebagai pakan ternak

pengganti rumput. Daunnya digunakan sebagai 6. Musa ornata Roxb. pembungkus makanan. Tangkai daun dan serat upih Berasal dari Himalaya bagian tenggara dan daun yang kering digunakan sebagai pengikat. diintroduksi ke Indonesia melalui Kebun Raya Masyarakat Jawa Tengah menggunakan upih daun Bogor. Seperti halnya M. lolodensis Cheesman, jenis kering sebagai pembungkus daun tembakau, ini disebut juga dengan pisang hias. sedangkan di Sumatera Utara digunakan sebagai

pembungkus gula aren. Selain itu, upih batang dapat 7. Musa salaccensis Zoll digunakan sebagai pelindung bibit tanaman. Padahal Masyarakat Minangkabau mengenalnya dengan kalau dikaji lebih jauh lagi, kegunaan pisang liar pisang monyet dan pisang karok, masyarakat tidak hanya terbatas pada hal tersebut. Pisang liar Mandailing mengenalnya dengan sebutan pisang mempunyai potensi yang luar biasa, diantaranya :

Dari potensi-potensiyang dimiliki oleh pisang

tersebut, potensi yang paling penting adalah potensi sebagai sumber plasma

nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini penting untuk meningkatkan

kualitas pisang-pisang budidaya yang ada

di Indonesia.

K e h a t I

Page 13: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

isang menyediakan energi cukup tinggi bila dibandingkan dengan buah lainnya. Pisang diketahui kaya akan mineral berupa kalium, P

magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Selain itu didalam buah pisang juga mengandung berbagai vitamin antara lain vitamin C, B6, B kompleks, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak, sehingga pisang dapat membuat otak menjadi lebih segar (Anwar, 2003). Kandungan dan manfaat pisang bagi kesehatan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Akan tetapi masih sedikit masyarakat yang mengenal tentang biologi dari pisang.

Asal-usul nama ''Pisang“

Pisang masuk ke dalam marga Musa, suku Musaceae. Beberapa ahli botani berpendapat bahwa nama Musa diambil dari nama Antonius Musa, salah seorang dokter kaisar Octavius Augustus dari Roma, sementara itu beberapa ahli botani lainnya berpendapat bahwa nama Musa berasal dari bahasa Arab yaitu mouz atau mouwz yang berarti pisang.

Pisang Liar (Musa sp.) di Indonesia

Seperti halnya jenis tumbuhan lainnya, pisang dikelompokkan menjadi pisang liar dan pisang budidaya. Pisang liar pada umumnya ditemukan tumbuh liar di alam, mempunyai banyak biji, dan bersifat diploid. Sedangkan pisang budidaya pada umumnya tumbuh di pekarangan, bijinya sedikit, dan bersifat triploid atau kadang diploid. Jenis pisang budidaya inilah yang sering kita manfaatkan, sedangkan pisang liar tidak banyak dimanfaatkan secara ekonomi, padahal pisang liar mempunyai potensi yang luar biasa dan masih belum banyak digali.

Indonesia merupakan salah satu negara pusat asal-usul pisang-pisangan. Jumlah jenis pisang liar di Indonesia sangat melimpah. Sebanyak 12 jenis pisang liar telah ditemukan di Indonesia. Pisang-pisang liar ini ditemukan

Pisang Liar Sang Sumber Plasma Nutfah

Oleh:Lulut Dwi Sulistyaningsih*

Hampir semua masyarakat di dunia tidak asing dengan buah pisang. Buah dengan sejuta manfaat ini telah banyak dikonsumsi oleh manusia karena kandungan gizinya yang tinggi.

K e h a t I

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

12 13Vol. 4 No. 12Tahun 2008

sitata, sedangkan masyarakat Sunda menyebutnya mulai dari Lembah Alas (Aceh Tenggara) sampai ke dengan cau kole. Jenis ini ditemukan di sepanjang daerah Papua bagian utara. lereng barat Pegunungan Bukit Barisan Sumatera, Jenis pisang liar dan daerah penyebarannya di mulai dari Aceh sampai Tapanuli, Sumatera Barat Indonesia : dan Bengkulu.

1. Musa acuminta Colla 8. Musa schizocarpa SimmondsJenis ini mempunyai beberapa nama lokal, antara lain Ditemukan di dataran rendah terbuka di Papua dan di cau kole (Sunda), pisang cici alas (Jawa), pisang sepanjang sisi jalan antara Arso dan Genyem. Selain rimbo (Minangkabau), pisang harangan (Batak), nuka itu jenis ini ditemukan juga tumbuh di Niugini. nuibo (Kaili), unti darek (Bugis). Tumbuh baik di Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pisang dataran rendah sampai ketinggian 1.800 m dpl dan utan.juga tumbuh di hutan sekunder. Pisang ini ditemukan di Sulawesi, Jawa Barat, Bali, dan Sumatra. 9. Musa textilis Nee Jenis ini dapat ditemukan di dalam koleksi tumbuhan 2. Musa balbisiana Colla Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Masyarakat Indonesia mengenalnya secara umum Industri di Bogor. Dikenal sebagai pisang manila atau dengan sebutan pisang batu, pisang biji, pisang abaka.atau pisang klutuk. Jenis ini belum pernah dilaporkan dan 10. Musa troglodytarum L.ditemukan tumbuh secara Asli dari Maluku dan belum pernah liar di Indonesia. Akan dilaporkan dan ditemukan tumbuh liar tetapi secara luas telah di tempat lain. Dikenal dengan ditanam di kebun- sebutan pisang tongkat langit atau kebun Indonesia. pisang tunjuk langit. Masyarakat

Seram ada yang menyebutnya 3. Musa dengan tema tenala langit.borneensis Becc.Pisang yang dikenal 11. Musa uranoscopos Lourdengan pisang hutan oleh Jenis ini merupakan asli dari Cina masyarakat Indonesia ini Selatan, Vietnam, Laos dan diintroduksi ke tumbuh sepanjang sungai Indonesia melalui Kebun Raya Bogor. Mahakam dan di Kabupaten Tabalong, Masyarakat Indonesia menyebutnya dengan pisang Kalimantan Selatan. Masyarakat Serawak hias.mengenalnya dengan sebutan pisang unkaok atau pisang unkadan. 12. Musa velutina Wendl. & Drude

Jenis yang dikenal dengan sebutan pisang hias ini, 4. Musa celebica Warb. bukan asli Indonesia melainkan berasal dari Assam Dikenal oleh masyarakat Toraja dengan sebutan punti dan diintroduksikan ke Indonesia melalui Kebun lampung. Jenis ini ditemukan di Taman Nasional Raya Bogor.Lore Lindu, Sulawesi Tengah.

Potensi Pisang Liar5. Musa lolodensis CheesmanDitemukan menyebar mulai dari Halmahera, Maluku Di Indonesia, pisang liar belum mempunyai nilai sampai ke Papua bagian utara. Masyarakat setempat ekonomi yang tinggi. Selama ini tunas atau bonggol menyebutnya dengan pisang hias. pisang muda diberikan sebagai pakan ternak

pengganti rumput. Daunnya digunakan sebagai 6. Musa ornata Roxb. pembungkus makanan. Tangkai daun dan serat upih Berasal dari Himalaya bagian tenggara dan daun yang kering digunakan sebagai pengikat. diintroduksi ke Indonesia melalui Kebun Raya Masyarakat Jawa Tengah menggunakan upih daun Bogor. Seperti halnya M. lolodensis Cheesman, jenis kering sebagai pembungkus daun tembakau, ini disebut juga dengan pisang hias. sedangkan di Sumatera Utara digunakan sebagai

pembungkus gula aren. Selain itu, upih batang dapat 7. Musa salaccensis Zoll digunakan sebagai pelindung bibit tanaman. Padahal Masyarakat Minangkabau mengenalnya dengan kalau dikaji lebih jauh lagi, kegunaan pisang liar pisang monyet dan pisang karok, masyarakat tidak hanya terbatas pada hal tersebut. Pisang liar Mandailing mengenalnya dengan sebutan pisang mempunyai potensi yang luar biasa, diantaranya :

Dari potensi-potensiyang dimiliki oleh pisang

tersebut, potensi yang paling penting adalah potensi sebagai sumber plasma

nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini penting untuk meningkatkan

kualitas pisang-pisang budidaya yang ada

di Indonesia.

K e h a t I

Page 14: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

1. Sumber plasma nutfahM. acuminata Colla dan M. balbisiana Colla merupakan nenek moyang dari pisang-pisang budidaya yang ada di Indonesia. Beberapa jenis pisang budidaya merupakan hasil persilangan dari kedua jenis pisang tersebut. Jenis-jenis pisang liar lainnya juga diketahui mempunyai potensi sebagai induk dalam persilangan untuk menciptakan kultivar-kultivar yang unggul.

2. Sumber serat Musa textilis Nee telah diketahui mempunyai kandungan serat dalam batang semunya yang secara fisik kuat, tahan lembab dan air asin, sehingga baik untuk digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi yang tahan simpan (seperti uang, kertas dokumen, kertas cek), kertas filter, pembungkus teh celup, bahan pakaian, pembungkus kabel dalam laut, serta tali-temali lainnya (Triyanto et al. 1982). Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka perbanyakan dan perbaikan kualitas serat dari pisang abaka ini.

perkebunan-perkebunan pisang di Taiwan, Kepulauan 3. Tanaman hias Kanari, Afrika Selatan, Australia, Amerika Tengah dan Di tengah maraknya trend tanaman hias di masyarakat Selatan (Nasution & Yamada, 2001).Indonesia, beberapa jenis pisang liar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena secara morfologi, beberapa M. acuminata Colla merupakan salah satu nenek moyang jenis pisang liar khususnya yang tumbuh di Indonesia pisang budidaya di Indonesia. Jenis ini mendonorkan mempunyai penampakan morfologi yang menarik, genom ”A”. Pisang budidaya yang merupakan turunan diantaranya Musa lolodensis Cheesman, Musa ornata dari jenis ini antara lain pisang ambon (AAA), pisang Roxb., Musa uranoscopos Lour, dan Musa velutina ambon lumut (AAA), pisang mas (AA), dan pisang Wendl. & Drude. berangan (AAA) (Nasution & Yamada 2001). M.

acuminata var malaccensis, salah satu varietas dari M. Dari potensi-potensi yang dimiliki oleh pisang tersebut, acuminata Colla yang ditemukan di Jawa Barat dan potensi yang paling penting adalah potensi sebagai Sumatera, diketahui mempunyai resistensi terhadap sumber plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini jamur layu Ras 1 dan Ras 2, serta Sigatoka. Resistensi penting untuk meningkatkan kualitas pisang-pisang terhadap sigatoka juga ditunjukkan oleh M. acuminata budidaya yang ada di Indonesia. Colla var. burmanica (Stover & Simmonds 1987).

Pisang liar sebagai sumber plasma nutfah Pisang liar yang juga merupakan nenek moyang pisang budidaya di Indonesia adalah M. balbisiana Colla. Jenis

Banyaknya jenis dan varietas dari pisang-pisang liar ini mendonorkan genom ”B”. Beberapa kultivar menunjukkan banyaknya keanekaragaman genetik yang turunannya antara lain pisang kepok, pisang siem, dan ada didalam jenis tersebut. Keanekaragaman hayati yang pisang cepatu (ABB). M. balbisiana Colla mampu ada dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah, tumbuh di daerah kering karena jenis ini agak toleran kaitannya dengan usaha perakitan varietas unggul. terhadap kekeringan (Nasution & Yamda, 2001).Keanekaragaman genetik tersebut harus dipertahankan dan diperluas keberadaannya, sehingga bahan untuk M. schizocarpa Simmonds telah dilaporkan mampu perakitan varietas unggul selalu tersedia. menyilang dengan M. banksii von Muell di Niugini

(Argent 1976). Shepherd (dalam Argent 1976) Beberapa pisang liar telah diketahui mempunyai menemukan adanya tanda-tanda asal-usul M. schizocarpa ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium yang Simmonds dalam kultivar-kultivar ”Galan” dari New disebabkan oleh Fusarium oxysporium f. cubense. Jamur Britain dan New Ireland. Diperkirakan jenis ini telah ini mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai memberikan sumbangan klon yang cukup banyak melalui klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan. Penyakit persilangan.layu Fusarium telah merusak perkebunan pisang di Bogor dan Lampung yang menyebabkan petani pisang harus Jenis pisang liar yang berasal dari Assam, M. velutina menanggung kerugian yang cukup besar. Tidak hanya di Wendl. & Drude akan menyilang secara timbal balik Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang dengan M. acuminata Colla bila tumbuh bersama-sama.

K e h a t I K e h a t I

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

14 15Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Perkecambahan cukup baik tetapi efek timbal balik terlihat berbeda. Jenis pisang liar lainnya yaitu M. ornata Roxb. telah berhasil disilangkan dengan M. acuminata Colla, M. balbisiana Colla, dan beberapa jenis lainnya. Persilangan dengan M. acuminata Colla dan M. balbisiana Colla dilaporkan mudah dilakukan secara timbal balik, perkecambahan baik tetapi efek timbal baliknya terlihat berbeda (Simmonds 1962 dalam Nasution & Yamada 2001).

Cheesmann (1950) melaporkan bahwa M. uranoscopos Lour telah berhasil disilangkan dengan M. borneensis Becc.. Jenis pisang liar lainnya yang telah berhasil disilangkan dengan M. borneensis Becc. adalah M. textilis Nee. Persilangan pisang-pisang liar dengan ”Gross Michel” menghasilkan kultivar-kultivar tetraploid yaitu ”IC2” yang diketahui mempunyai resistensi terhadap jamur layu dan resisten terhadap cacing penggerek (Radopholus similis) dan Sigatoka (Mycospaerella musicola) (Nasution & Yamada 2001).

Melihat besarnya potensi pisang liar sebagai sumber plasma nutfah, maka hendaknya kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan evaluasi pisang-pisang liar khususnya di Indonesia perlu dilakukan dan terus ditingkatkan. Sehingga perbaikan kultivar-kultivar pisang di Indonesia dapat terus dilakukan dan Indonesia tidak hanya menjadi pusat asal-usul dan keanekaragaman pisang liar, tetapi menjadi pusat komoditas ekspor pisang-pisang budidaya.***

*Lulut Dwi Sulistyaningsih| Staff Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI

Sumber Pustaka

Anwar, F. 2003. Tips: Pisang membuat otak segar. http://www.depkes.go.id/index.php [24 Oktober 2008].

Argent, G.C.C. 1976. The wild bananas of Papua New Guinea. Not. Roy. Bot. Gard. Edinburgh 35 (1): 77-114.

Cheesmann, E.E. 1950. Classification of the bananas 3: Critical notes on the species. M. coccinea Andrews. Kew Bull. 1: 29-31.

Nasution, R. E., Yamada, I. 2001. Pisang-pisang Liar di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI.

rdStover, R. H., Simmonds, N. W. 1987. Bananas 3 . Longman: London.

Triyanto, H. S., Muliah, & Edi, M. 1982. Batang abaka ( M. textiles Nee) sebagai bahan baku kertas. Berita Selulosa 18-27.

Lulut D

S

Page 15: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

1. Sumber plasma nutfahM. acuminata Colla dan M. balbisiana Colla merupakan nenek moyang dari pisang-pisang budidaya yang ada di Indonesia. Beberapa jenis pisang budidaya merupakan hasil persilangan dari kedua jenis pisang tersebut. Jenis-jenis pisang liar lainnya juga diketahui mempunyai potensi sebagai induk dalam persilangan untuk menciptakan kultivar-kultivar yang unggul.

2. Sumber serat Musa textilis Nee telah diketahui mempunyai kandungan serat dalam batang semunya yang secara fisik kuat, tahan lembab dan air asin, sehingga baik untuk digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi yang tahan simpan (seperti uang, kertas dokumen, kertas cek), kertas filter, pembungkus teh celup, bahan pakaian, pembungkus kabel dalam laut, serta tali-temali lainnya (Triyanto et al. 1982). Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka perbanyakan dan perbaikan kualitas serat dari pisang abaka ini.

perkebunan-perkebunan pisang di Taiwan, Kepulauan 3. Tanaman hias Kanari, Afrika Selatan, Australia, Amerika Tengah dan Di tengah maraknya trend tanaman hias di masyarakat Selatan (Nasution & Yamada, 2001).Indonesia, beberapa jenis pisang liar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena secara morfologi, beberapa M. acuminata Colla merupakan salah satu nenek moyang jenis pisang liar khususnya yang tumbuh di Indonesia pisang budidaya di Indonesia. Jenis ini mendonorkan mempunyai penampakan morfologi yang menarik, genom ”A”. Pisang budidaya yang merupakan turunan diantaranya Musa lolodensis Cheesman, Musa ornata dari jenis ini antara lain pisang ambon (AAA), pisang Roxb., Musa uranoscopos Lour, dan Musa velutina ambon lumut (AAA), pisang mas (AA), dan pisang Wendl. & Drude. berangan (AAA) (Nasution & Yamada 2001). M.

acuminata var malaccensis, salah satu varietas dari M. Dari potensi-potensi yang dimiliki oleh pisang tersebut, acuminata Colla yang ditemukan di Jawa Barat dan potensi yang paling penting adalah potensi sebagai Sumatera, diketahui mempunyai resistensi terhadap sumber plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini jamur layu Ras 1 dan Ras 2, serta Sigatoka. Resistensi penting untuk meningkatkan kualitas pisang-pisang terhadap sigatoka juga ditunjukkan oleh M. acuminata budidaya yang ada di Indonesia. Colla var. burmanica (Stover & Simmonds 1987).

Pisang liar sebagai sumber plasma nutfah Pisang liar yang juga merupakan nenek moyang pisang budidaya di Indonesia adalah M. balbisiana Colla. Jenis

Banyaknya jenis dan varietas dari pisang-pisang liar ini mendonorkan genom ”B”. Beberapa kultivar menunjukkan banyaknya keanekaragaman genetik yang turunannya antara lain pisang kepok, pisang siem, dan ada didalam jenis tersebut. Keanekaragaman hayati yang pisang cepatu (ABB). M. balbisiana Colla mampu ada dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah, tumbuh di daerah kering karena jenis ini agak toleran kaitannya dengan usaha perakitan varietas unggul. terhadap kekeringan (Nasution & Yamda, 2001).Keanekaragaman genetik tersebut harus dipertahankan dan diperluas keberadaannya, sehingga bahan untuk M. schizocarpa Simmonds telah dilaporkan mampu perakitan varietas unggul selalu tersedia. menyilang dengan M. banksii von Muell di Niugini

(Argent 1976). Shepherd (dalam Argent 1976) Beberapa pisang liar telah diketahui mempunyai menemukan adanya tanda-tanda asal-usul M. schizocarpa ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium yang Simmonds dalam kultivar-kultivar ”Galan” dari New disebabkan oleh Fusarium oxysporium f. cubense. Jamur Britain dan New Ireland. Diperkirakan jenis ini telah ini mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai memberikan sumbangan klon yang cukup banyak melalui klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan. Penyakit persilangan.layu Fusarium telah merusak perkebunan pisang di Bogor dan Lampung yang menyebabkan petani pisang harus Jenis pisang liar yang berasal dari Assam, M. velutina menanggung kerugian yang cukup besar. Tidak hanya di Wendl. & Drude akan menyilang secara timbal balik Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang dengan M. acuminata Colla bila tumbuh bersama-sama.

K e h a t I K e h a t I

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

14 15Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Perkecambahan cukup baik tetapi efek timbal balik terlihat berbeda. Jenis pisang liar lainnya yaitu M. ornata Roxb. telah berhasil disilangkan dengan M. acuminata Colla, M. balbisiana Colla, dan beberapa jenis lainnya. Persilangan dengan M. acuminata Colla dan M. balbisiana Colla dilaporkan mudah dilakukan secara timbal balik, perkecambahan baik tetapi efek timbal baliknya terlihat berbeda (Simmonds 1962 dalam Nasution & Yamada 2001).

Cheesmann (1950) melaporkan bahwa M. uranoscopos Lour telah berhasil disilangkan dengan M. borneensis Becc.. Jenis pisang liar lainnya yang telah berhasil disilangkan dengan M. borneensis Becc. adalah M. textilis Nee. Persilangan pisang-pisang liar dengan ”Gross Michel” menghasilkan kultivar-kultivar tetraploid yaitu ”IC2” yang diketahui mempunyai resistensi terhadap jamur layu dan resisten terhadap cacing penggerek (Radopholus similis) dan Sigatoka (Mycospaerella musicola) (Nasution & Yamada 2001).

Melihat besarnya potensi pisang liar sebagai sumber plasma nutfah, maka hendaknya kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan evaluasi pisang-pisang liar khususnya di Indonesia perlu dilakukan dan terus ditingkatkan. Sehingga perbaikan kultivar-kultivar pisang di Indonesia dapat terus dilakukan dan Indonesia tidak hanya menjadi pusat asal-usul dan keanekaragaman pisang liar, tetapi menjadi pusat komoditas ekspor pisang-pisang budidaya.***

*Lulut Dwi Sulistyaningsih| Staff Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI

Sumber Pustaka

Anwar, F. 2003. Tips: Pisang membuat otak segar. http://www.depkes.go.id/index.php [24 Oktober 2008].

Argent, G.C.C. 1976. The wild bananas of Papua New Guinea. Not. Roy. Bot. Gard. Edinburgh 35 (1): 77-114.

Cheesmann, E.E. 1950. Classification of the bananas 3: Critical notes on the species. M. coccinea Andrews. Kew Bull. 1: 29-31.

Nasution, R. E., Yamada, I. 2001. Pisang-pisang Liar di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI.

rdStover, R. H., Simmonds, N. W. 1987. Bananas 3 . Longman: London.

Triyanto, H. S., Muliah, & Edi, M. 1982. Batang abaka ( M. textiles Nee) sebagai bahan baku kertas. Berita Selulosa 18-27.

Lulut D

S

Page 16: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

emanfaatan sumberdaya alam hayati oleh masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari telah dimulai sejak adanya catatan kehidupan dan kebudayaan manusia. Budaya tersebut P

berimplikasi terjadinya eksplorasi yang berlebihan secara terus menerus terhadap sumberdaya alam hayati.

Menyadari kondisi tersebut, pemerintah mulai mengalokasikan kawasan konservasi - yang terdiri atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) - sebagai benteng terakhir penyangga kehidupan yang bersifat jangka panjang. Upaya tersebut bahkan telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda dengan terbitnya Ordonansi Perlindungan Alam 1941 (Natuurbescherning Ordonantie 1941 Staatsblad1941 Numer 167), yang lebih lanjut diperbaharui dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan, kemudian diperbaharui kembali dengan Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, serta diperkuat dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya beserta berbagai peraturan pelaksanaannya. Landasan-landasan hukum tersebut diperkuat lagi dengan terbitnya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Penataan Ruang. Dengan demikian, setiap tapak lahan yang ada semakin menjadi jelas peruntukannya.

Untuk lebih menjamin pencapaian kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan konservasi maka masih perlu adanya daerah penyangga yang berada disekeliling kawasan konservasi. Daerah penyangga ini diharapkan dapat berfungsi untuk meminimalisir atau menyerap (buffer) dampak negatif dari aktifitas manusia maupun alam di luar kawasan konservasi. Namun demikian, untuk merealisir maksud tersebut masih ditemui berbagai kendala dan permasalahan.

Daerah Penyangga , Fungsi dan Permasalahannya

Yang dimaksud dengan daerah penyangga adalah wilayah yang berada di luar di sekeliling kawasan konservasi, dapat berupa kawasan hutan lain,

Pembangunan Daerah PenyanggaKawasan Konservasi“PENTING NAMUN LUPUT DARI PERHATIAN”

Oleh :Sri Andajani*

D I n a m I k a

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

16 17Vol. 4 No. 12Tahun 2008

tanah negara bebas maupun yang dibebani sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya, dan di hak, yang diperlukan dan diharapkan pihak lain bahwa pengelolaan daerah penyangga tidak berada mampu menjaga keutuhan kawasan dalam satu otoritas, maka pengelolaan daerah penyangga harus konservasi (disarikan dari penjelasan berorientasi sebagai berikut:Pasal 16 Ayat (2) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

1. Melindungi kawasan konservasi dan sumberdaya alam Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

hayati yang terkandung di dalamnya dari gangguan yang (KSDAHE) dan Peraturan Pemerintah

berasal dari luar kawasan, khususnya yang diakibatkan oleh Nomor 68 Tahun 1998 Pasal 56).

kegiatan manusia.Selanjutnya dijelaskan bahwa

2. Melindungi daerah dan masyarakat di sekitar kawasan “Pengelolaan atas daerah penyangga tetap

konservasi dari gangguan yang berasal dari dalam kawasan berada di tangan yang berhak, sedangkan

khususnya yang diakibatkan oleh kegiatan satwa liar.cara-cara pengelolaan harus mengikuti

3. Menumbuhkan sinergi positif (pada daerah penyangga) ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

sebagai akibat dari interaksi antara kawasan konservasi dalam peraturan pemerintah”.

beserta sumberdaya alam hayatinya dengan masyarakat dan pola penggunaan atau pemanfaatan lahan di sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat dibaca adanya potensi konflik tumpang tindih

Orientasi tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan kepentingan (potential conflict of interest)

masyarakat yang berada di dalam daerah penyangga sehingga di antara kepentingan dari pemilik atau

dapat meminimalisir ketergantungan masyarakat yang pengelola lahan yang menjadi daerah

melampaui daya dukung kawasan konservasi dan sumberdaya penyangga dengan kepentingan yang

alam hayati yang terkandung di dalamnya, sekaligus meredam semata-mata berorientasi konservasi

gangguan khususnya satwa liar dari dalam kawasan konservasi kawasan. Dalam hal ini, pemilik atau

terhadap masyarakat, lahan pertanian dan perkebunan serta pengelola lahan yang menjadi daerah

pemukiman penduduk di sekitar kawasan konservasi. penyangga tidak dapat memanfaatkan lahannya sesuai dengan keinginannya

Penentuan Daerah Penyanggayang seringkali dipandang tidak sesuai dengan kepentingan konservasi kawasan yang disangga. Oleh karena itu, Mengingat misi pengembangan daerah penyangga yang cukup koordinasi yang baik diantara pengelola kompleks, maka penentuan dan kegiatan yang dikembangkan kawasan konservasi dengan pemilik dan perlu memperhatikan aspek konservasi kawasan, pola pengelola lahan merupakan kunci penting penggunaan lahan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan masyarakat setempat, termasuk sarana dan prasarana yang kawasan untuk kepentingan yang berbeda. tersedia. Di dalam upaya penentuan dan penetapan daerah

penyangga ini diperlukan adanya partisipasi dan keterlibatan aktif dari masyarakat setempat serta komitmen dari pihak terkait

Mencermati pengertian dan ketentuan di lainnya, khususnya pemerintah daerah. Komitmen pemerintah

atas, daerah penyangga secara fisik daerah ini sangat berpengaruh dalam penentuan rencana tata

merupakan semua bentuk penggunaan ruang wilayah, baik Tingkat Propinsi (RTRWP) maupun

lahan di luar kawasan konservasi yang Kabupaten (RTRWK). Dengan demikian lahan yang berbatasan

lokasinya berbatasan langsung dengan dengan kawasan konservasi dapat ditetapkan sebagai lahan

suatu kawasan konservasi. Namun budidaya tertentu yang sejalan dengan atau mendukung upaya

demikian, sesungguhnya pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

daerah penyangga bukan sekedar terhadap kawasan-fisiknya, tetapi lebih kepada bagaimana pembinaan terhadap Permasalahan dan Upaya Pemecahannyamasyarakat atau pemilik lahan tersebut dalam rangka mendukung pengelolaan Permasalahan utama dalam pengembangan daerah penyangga kawasan konservasi dapat dilakukan kawasan konservasi selain pola penggunaan lahan yang sangat secara sinergis, tanpa ada pihak yang beragam antara lain kawasan yang telah ditetapkan sebagai merasa dirugikan. kawasan hutan (hutan lindung, hutan porduksi); perkebunan;

pertanian dan pemukiman serta pertambangan, adalah status kepemilikan dan atau penguasaan lahannya.

Mencermati adanya kendala bahwa di satu pihak menetapkan daerah penyangga

Berkaitan dengan hal tersebut, pemilik atau penguasa lahan tidak berfungsi sebagai penyerap kegiatan di

dapat memanfaatkan lahan dimaksud sesuai dengan luar kawasan konservasi yang dapat

keinginannya karena dibatasi oleh kepentingan konservasi dari mengancam keutuhan kawasan dan

D I n a m I k a

Page 17: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

emanfaatan sumberdaya alam hayati oleh masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari telah dimulai sejak adanya catatan kehidupan dan kebudayaan manusia. Budaya tersebut P

berimplikasi terjadinya eksplorasi yang berlebihan secara terus menerus terhadap sumberdaya alam hayati.

Menyadari kondisi tersebut, pemerintah mulai mengalokasikan kawasan konservasi - yang terdiri atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) - sebagai benteng terakhir penyangga kehidupan yang bersifat jangka panjang. Upaya tersebut bahkan telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda dengan terbitnya Ordonansi Perlindungan Alam 1941 (Natuurbescherning Ordonantie 1941 Staatsblad1941 Numer 167), yang lebih lanjut diperbaharui dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan, kemudian diperbaharui kembali dengan Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, serta diperkuat dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya beserta berbagai peraturan pelaksanaannya. Landasan-landasan hukum tersebut diperkuat lagi dengan terbitnya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Penataan Ruang. Dengan demikian, setiap tapak lahan yang ada semakin menjadi jelas peruntukannya.

Untuk lebih menjamin pencapaian kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan konservasi maka masih perlu adanya daerah penyangga yang berada disekeliling kawasan konservasi. Daerah penyangga ini diharapkan dapat berfungsi untuk meminimalisir atau menyerap (buffer) dampak negatif dari aktifitas manusia maupun alam di luar kawasan konservasi. Namun demikian, untuk merealisir maksud tersebut masih ditemui berbagai kendala dan permasalahan.

Daerah Penyangga , Fungsi dan Permasalahannya

Yang dimaksud dengan daerah penyangga adalah wilayah yang berada di luar di sekeliling kawasan konservasi, dapat berupa kawasan hutan lain,

Pembangunan Daerah PenyanggaKawasan Konservasi“PENTING NAMUN LUPUT DARI PERHATIAN”

Oleh :Sri Andajani*

D I n a m I k a

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

16 17Vol. 4 No. 12Tahun 2008

tanah negara bebas maupun yang dibebani sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya, dan di hak, yang diperlukan dan diharapkan pihak lain bahwa pengelolaan daerah penyangga tidak berada mampu menjaga keutuhan kawasan dalam satu otoritas, maka pengelolaan daerah penyangga harus konservasi (disarikan dari penjelasan berorientasi sebagai berikut:Pasal 16 Ayat (2) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

1. Melindungi kawasan konservasi dan sumberdaya alam Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

hayati yang terkandung di dalamnya dari gangguan yang (KSDAHE) dan Peraturan Pemerintah

berasal dari luar kawasan, khususnya yang diakibatkan oleh Nomor 68 Tahun 1998 Pasal 56).

kegiatan manusia.Selanjutnya dijelaskan bahwa

2. Melindungi daerah dan masyarakat di sekitar kawasan “Pengelolaan atas daerah penyangga tetap

konservasi dari gangguan yang berasal dari dalam kawasan berada di tangan yang berhak, sedangkan

khususnya yang diakibatkan oleh kegiatan satwa liar.cara-cara pengelolaan harus mengikuti

3. Menumbuhkan sinergi positif (pada daerah penyangga) ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

sebagai akibat dari interaksi antara kawasan konservasi dalam peraturan pemerintah”.

beserta sumberdaya alam hayatinya dengan masyarakat dan pola penggunaan atau pemanfaatan lahan di sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat dibaca adanya potensi konflik tumpang tindih

Orientasi tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan kepentingan (potential conflict of interest)

masyarakat yang berada di dalam daerah penyangga sehingga di antara kepentingan dari pemilik atau

dapat meminimalisir ketergantungan masyarakat yang pengelola lahan yang menjadi daerah

melampaui daya dukung kawasan konservasi dan sumberdaya penyangga dengan kepentingan yang

alam hayati yang terkandung di dalamnya, sekaligus meredam semata-mata berorientasi konservasi

gangguan khususnya satwa liar dari dalam kawasan konservasi kawasan. Dalam hal ini, pemilik atau

terhadap masyarakat, lahan pertanian dan perkebunan serta pengelola lahan yang menjadi daerah

pemukiman penduduk di sekitar kawasan konservasi. penyangga tidak dapat memanfaatkan lahannya sesuai dengan keinginannya

Penentuan Daerah Penyanggayang seringkali dipandang tidak sesuai dengan kepentingan konservasi kawasan yang disangga. Oleh karena itu, Mengingat misi pengembangan daerah penyangga yang cukup koordinasi yang baik diantara pengelola kompleks, maka penentuan dan kegiatan yang dikembangkan kawasan konservasi dengan pemilik dan perlu memperhatikan aspek konservasi kawasan, pola pengelola lahan merupakan kunci penting penggunaan lahan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan masyarakat setempat, termasuk sarana dan prasarana yang kawasan untuk kepentingan yang berbeda. tersedia. Di dalam upaya penentuan dan penetapan daerah

penyangga ini diperlukan adanya partisipasi dan keterlibatan aktif dari masyarakat setempat serta komitmen dari pihak terkait

Mencermati pengertian dan ketentuan di lainnya, khususnya pemerintah daerah. Komitmen pemerintah

atas, daerah penyangga secara fisik daerah ini sangat berpengaruh dalam penentuan rencana tata

merupakan semua bentuk penggunaan ruang wilayah, baik Tingkat Propinsi (RTRWP) maupun

lahan di luar kawasan konservasi yang Kabupaten (RTRWK). Dengan demikian lahan yang berbatasan

lokasinya berbatasan langsung dengan dengan kawasan konservasi dapat ditetapkan sebagai lahan

suatu kawasan konservasi. Namun budidaya tertentu yang sejalan dengan atau mendukung upaya

demikian, sesungguhnya pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

daerah penyangga bukan sekedar terhadap kawasan-fisiknya, tetapi lebih kepada bagaimana pembinaan terhadap Permasalahan dan Upaya Pemecahannyamasyarakat atau pemilik lahan tersebut dalam rangka mendukung pengelolaan Permasalahan utama dalam pengembangan daerah penyangga kawasan konservasi dapat dilakukan kawasan konservasi selain pola penggunaan lahan yang sangat secara sinergis, tanpa ada pihak yang beragam antara lain kawasan yang telah ditetapkan sebagai merasa dirugikan. kawasan hutan (hutan lindung, hutan porduksi); perkebunan;

pertanian dan pemukiman serta pertambangan, adalah status kepemilikan dan atau penguasaan lahannya.

Mencermati adanya kendala bahwa di satu pihak menetapkan daerah penyangga

Berkaitan dengan hal tersebut, pemilik atau penguasa lahan tidak berfungsi sebagai penyerap kegiatan di

dapat memanfaatkan lahan dimaksud sesuai dengan luar kawasan konservasi yang dapat

keinginannya karena dibatasi oleh kepentingan konservasi dari mengancam keutuhan kawasan dan

D I n a m I k a

Page 18: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

kawasan konservasi yang berbatasan dapat menyebabkan kepunahannya.langsung. Selain itu pengelolaan lahan daerah penyangga tidak berada pada satu 3. Manfaat optimum, yaitu keberadaan kawasan konservasi harus pihak yang memiliki tujuan pengelolaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, baik secara langsung sejalan dengan tujuan penetapan kawasan maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan konservasi. Oleh karena itu daerah konservasi harus diupayakan pada pencapaian dampak positif penyangga haruslah merupakan perpaduan bagi masyarakat sesuai dengan kondisi bio-fisik kawasan dan dari kepentingan konservasi sumberdaya sosial ekonomi masyarakat setempat.alam hayati dan ekosistemnya dengan berbagai kepentingan masyarakat pemilik/ 4. Subsidi silang, yaitu penambahan masukan (input) pembangunan penguasa lahan dan penduduk setempat melalui sektor dan bidang lain akibat adanya pembatasan serta penentu kebijakan. penggunaan lahan daerah penyangga. Subsidi ini Untuk itu, koordinasi dan harus bersifat mendorong pertumbuhan kerjasama ekonomi masyarakat melalui “non land dengan based activities”.berbagai pihak dan 5. Pengakuan (recognition), yaitu masyarakat pengakuan dari masyarakat bahwa setempat adanya penambahan masukan merupakan (subsidi) terjadi karena adanya pengelolaan prioritas utama dalam kawasan konservasi disamping berlangsungnya pengembangan daerah kegiatan sektor lain juga tergantung pada penyangga, khususnya dalam kelestarian kawasan konservasi.pemaduserasian program dan kegiatan pembangunan kawasan konservasi. 6. Phasing out, yaitu pemberian subsidi dalam berbagai bentuk ,

termasuk kegiatan pembangunan sektor lain harus bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan berkurang

Dalam upaya memecahkan masalah yang secara bertahap sehingga tidak menimbulkan ketergantungan dihadapi baik yang berkaitan secara langsung baru.dengan masyarakat setempat maupun pelaku pembangunan di sektor lain, maka perlu 7. Pengalihan tekanan, yaitu kegiatan yang dikembangkan di diperhatikan beberapa prinsip pembangunan daerah penyangga dan sekitarnya harus bersifat mengalihkan yang mencakup : tekanan masyarakat terhadap kawasan serta sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya dalam kawasan konservasi.

1. Komitmen nasional, yaitu konservasi 8. Kemandirian, yaitu kegiatan yang dikembangkan di daerah sumberdaya alam hayati dan penyangga diarahkan untuk tidak hanya menyediakan ekosistemnya dalam bentuk kawasan kesempatan kerja dan berusaha tetapi sekaligus mendidik konservasi (KSA dan KPA) ini masyarakat setempat untuk mengurus dirinya sendiri dan merupakan komitmen atau kesepakatan lingkungannya, tidak tergantung pada subsidi dan sumberdaya nasional yang harus didukung oleh kawasan konservasi secara langsung.semua pihak. Oleh karena itu, pengertian ini perlu disebarluaskan dan Akhirnya, dengan sedikit tulisan ini diharapkan ada tanggapan dimengerti oleh semua pihak terkait maupun respon serta perhatian yang 'lebih' terhadap pengembangan (stakeholders). daerah penyangga Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan

Pelestarian Alam (KPA).***2. Tak terpulihkan, yaitu perlunya

pengertian semua pihak bahwa keragaman dan keunikan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya di dalam kawasan konservasi ini bersifat rentan yang berarti kerusakan yang berlebihan

*Sri Andajani| Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser

D I n a m I k a

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

18 19Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Penginderaan Jauh dan

Cadangan Karbon

Oleh: Rina Purwaningsih*

Pemanasan Global dan Penyebabnya

Pemanasan global atau yang sering disebut Global Warming adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.

Pemanasan global pada dasarnya merupakan dampak dari aktivitas manusia terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali serta penggunaan lahan. Meningkatnya intensitas kegiatan manusia dengan pola dan gaya hidup seperti tahun-tahun terakhir ini maka diperkirakan 100 tahun lagi temperatur rata-rata permukaan bumi akan naik

0sebesar 4,5 C.

Meningkatnya temperatur rata-rata global pada akhirnya akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Pemanasan global juga berpengaruh pada hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Dan yang paling membahayakan adalah berpengaruh langsung pada kesehatan manusia.

Indonesia Emitor Karbon Terbesar Ke-3 Dunia?

Indonesia dicatat sebagai negara terbesar ketiga pembuang emisi karbon di dunia (setelah Amerika Serikat dan Cina), dengan sumber emisi utamanya adalah kebakaran hutan. Akan tetapi, secara ilmiah statement ”Indonesia sebagai Negara ke-3 Emitor CO ” masih diperdebatkan. Dasar pemikiran para 2

peneliti internasional tersebut bermula pada jumlah hotspot kebakaran hutan yang begitu besar pada tahun 1997. Mereka berasumsi bahwa jumlah hotspot setiap

K h a s a n a h

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.

- Michel De Montaigne -

Page 19: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

kawasan konservasi yang berbatasan dapat menyebabkan kepunahannya.langsung. Selain itu pengelolaan lahan daerah penyangga tidak berada pada satu 3. Manfaat optimum, yaitu keberadaan kawasan konservasi harus pihak yang memiliki tujuan pengelolaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, baik secara langsung sejalan dengan tujuan penetapan kawasan maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan konservasi. Oleh karena itu daerah konservasi harus diupayakan pada pencapaian dampak positif penyangga haruslah merupakan perpaduan bagi masyarakat sesuai dengan kondisi bio-fisik kawasan dan dari kepentingan konservasi sumberdaya sosial ekonomi masyarakat setempat.alam hayati dan ekosistemnya dengan berbagai kepentingan masyarakat pemilik/ 4. Subsidi silang, yaitu penambahan masukan (input) pembangunan penguasa lahan dan penduduk setempat melalui sektor dan bidang lain akibat adanya pembatasan serta penentu kebijakan. penggunaan lahan daerah penyangga. Subsidi ini Untuk itu, koordinasi dan harus bersifat mendorong pertumbuhan kerjasama ekonomi masyarakat melalui “non land dengan based activities”.berbagai pihak dan 5. Pengakuan (recognition), yaitu masyarakat pengakuan dari masyarakat bahwa setempat adanya penambahan masukan merupakan (subsidi) terjadi karena adanya pengelolaan prioritas utama dalam kawasan konservasi disamping berlangsungnya pengembangan daerah kegiatan sektor lain juga tergantung pada penyangga, khususnya dalam kelestarian kawasan konservasi.pemaduserasian program dan kegiatan pembangunan kawasan konservasi. 6. Phasing out, yaitu pemberian subsidi dalam berbagai bentuk ,

termasuk kegiatan pembangunan sektor lain harus bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan berkurang

Dalam upaya memecahkan masalah yang secara bertahap sehingga tidak menimbulkan ketergantungan dihadapi baik yang berkaitan secara langsung baru.dengan masyarakat setempat maupun pelaku pembangunan di sektor lain, maka perlu 7. Pengalihan tekanan, yaitu kegiatan yang dikembangkan di diperhatikan beberapa prinsip pembangunan daerah penyangga dan sekitarnya harus bersifat mengalihkan yang mencakup : tekanan masyarakat terhadap kawasan serta sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya dalam kawasan konservasi.

1. Komitmen nasional, yaitu konservasi 8. Kemandirian, yaitu kegiatan yang dikembangkan di daerah sumberdaya alam hayati dan penyangga diarahkan untuk tidak hanya menyediakan ekosistemnya dalam bentuk kawasan kesempatan kerja dan berusaha tetapi sekaligus mendidik konservasi (KSA dan KPA) ini masyarakat setempat untuk mengurus dirinya sendiri dan merupakan komitmen atau kesepakatan lingkungannya, tidak tergantung pada subsidi dan sumberdaya nasional yang harus didukung oleh kawasan konservasi secara langsung.semua pihak. Oleh karena itu, pengertian ini perlu disebarluaskan dan Akhirnya, dengan sedikit tulisan ini diharapkan ada tanggapan dimengerti oleh semua pihak terkait maupun respon serta perhatian yang 'lebih' terhadap pengembangan (stakeholders). daerah penyangga Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan

Pelestarian Alam (KPA).***2. Tak terpulihkan, yaitu perlunya

pengertian semua pihak bahwa keragaman dan keunikan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya di dalam kawasan konservasi ini bersifat rentan yang berarti kerusakan yang berlebihan

*Sri Andajani| Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser

D I n a m I k a

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

18 19Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Penginderaan Jauh dan

Cadangan Karbon

Oleh: Rina Purwaningsih*

Pemanasan Global dan Penyebabnya

Pemanasan global atau yang sering disebut Global Warming adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.

Pemanasan global pada dasarnya merupakan dampak dari aktivitas manusia terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali serta penggunaan lahan. Meningkatnya intensitas kegiatan manusia dengan pola dan gaya hidup seperti tahun-tahun terakhir ini maka diperkirakan 100 tahun lagi temperatur rata-rata permukaan bumi akan naik

0sebesar 4,5 C.

Meningkatnya temperatur rata-rata global pada akhirnya akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Pemanasan global juga berpengaruh pada hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Dan yang paling membahayakan adalah berpengaruh langsung pada kesehatan manusia.

Indonesia Emitor Karbon Terbesar Ke-3 Dunia?

Indonesia dicatat sebagai negara terbesar ketiga pembuang emisi karbon di dunia (setelah Amerika Serikat dan Cina), dengan sumber emisi utamanya adalah kebakaran hutan. Akan tetapi, secara ilmiah statement ”Indonesia sebagai Negara ke-3 Emitor CO ” masih diperdebatkan. Dasar pemikiran para 2

peneliti internasional tersebut bermula pada jumlah hotspot kebakaran hutan yang begitu besar pada tahun 1997. Mereka berasumsi bahwa jumlah hotspot setiap

K h a s a n a h

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.

- Michel De Montaigne -

Page 20: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Pendekatan untuk menentukan perubahan luas (disebut Data Aktivitas)

Tingkat kerincian faktor emisi (Tier): perubahan cadangan karbon

1. Pendekatan Non-spasial yaitu dari data statistik negara (misal FAO )-memberikan gambaran umum perubahan luas hutan

1. Memakai data yang diberikan oleh IPCC (data default values) pada skala benua

2. Berdasarkan peta, hasil survey dan data statistik nasional

2. Data spesifik dari negara bersangkutan untuk beberapa jenis hutan yang dominan atau yang utama

3. Data spasial dari interpretasi penginderaan jauh dengan resolusi yang tinggi

3. Data cadangan karbon dari Inventarisasi Nasional, yang diukur secara berkala atau dengan modelling

Selanjutnya, hasil dari konferensi di tahunnya sama seperti pada tahun 1997. Pada kenyataannya, sejak Kopenhagen tersebut akan diratifikasi oleh tahun 1997 hingga saat ini jumlah hotspot di Indonesia tidak selalu negara-negara di dunia untuk menggantikan sama dan cenderung mengalami penurunan. Selain itu, terkait dengan Kyoto Protocol yang akan berakhir pada tahun penebangan pohon, dalam suatu areal kebakaran diasumsikan bahwa 2012.tanamannya adalah homogen (umur/ jenisnya sama). Padahal dalam satu areal hutan, jenis dan umur tanaman tidak selalu sama/bervariasi. CDM vs REDDMakin tua umur tanaman, kapasitas penyerapan CO makin berkurang 2

Mekanisme yang ditawarkan dalam rangka sehingga penebangan pohon tua tidak berkaitan lagi dengan fungsi penurunan emisi adalah mekanisme CDM yang diharapkan, yaitu menyerap CO .2

(Clean Development Mechanism ) dan REDD (Reduction Emission from Deforestation and Namun demikian sebagai negara berkembang sekaligus negara

Forest Degradation) . CDM merupakan salah penghasil emisi karbon yang besar, Indonesia mempunyai kesempatan satu mekanisme upaya penurunan emisi Green besar sebagai negara ”penyerap karbon” dengan mengefektifkan House Effect dengan tujuan membantu negara sumberdaya hutan yang dimiliki. Berdasarkan Protokol Kyoto telah

maju menurunkan emisinya. Di lain pihak, dibangun mekanisme perdagangan emisi, implementasi bersama dan CDM membantu negara berkembang dalam mekanisme pembangunan bersih (CDM = Clean

melaksanakan pembangunan yang Development Mechanism) dimana negara berkelanjutan sekaligus maju mengurangi emisi Gas Rumah

memberikan kontribusi untuk Kaca (GRK) dengan membangun mencapai tujuan konvensi proyek penyerap karbon di negara

yaitu menstabilkan berkembang. Pada Desember konsentrasi GRK di 2007 negara-negara dunia yang

atmosfer sehingga tergabung dalam United Nations perubahan iklim global Climate Change Conference

dapat dicegah. Di (UNFCCC) dalam sidang PBB Indonesia, khususnya di di Bali, telah menghasilkan bidang kehutanan, CDM kesepakatan untuk

merupakan suatu kemitraan menyelamatkan bumi dari ancaman antara negara maju dan bencana pemanasan global secara

berkembang untuk menurunkan bersama. Satu hal penting yang GRK. Kegiatan kehutanan yang telah dihasilkan dari konferensi tersebut adalah

disepakati adalah Aforestasi dan tercapainya kesepakatan dunia yang disebut Bali Reforestasi. Roadmap. Pada dasarnya, Bali Roadmap ialah langkah-langkah yang

didalamnya tercakup kesepakatan aksi adaptasi, jalan pengurangan Aforestasi adalah penanaman pohon pada emisi gas rumah kaca, dan transfer teknologi dan keuangan yang areal yang 50 tahun sudah tidak berhutan. meliputi adaptasi dan mitigasi. Kesepakatan lain yang penting dalam Sementara Reforestasi adalah penanaman Bali Roadmap adalah adanya target waktu, yaitu pada 2009 akan pohon pada areal yang sejak 31 Desember diselenggarakan lagi konferensi lanjutan tentang perubahan iklim 1989 bukan merupakan hutan. Areal yang global yang akan diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark.

Salah satu pemanfaatan teknologi

penginderaan jauh yang belum banyak dikembangkan saat ini

adalah untuk menghitung kemampuan hutan dalam

menyerap dan melepaskan karbon.

K h a s a n a h K h a s a n a h

20 21Vol. 4 No. 12Tahun 2008

berpotensi untuk dilaksanakan bahwa dengan dilaksanakannya REDD maka terjadi penurunan emisi. mekanisme CDM diantaranya adalah IPCC menentukan sebuah metodologi dengan tiga pendekatan dan lahan kosong, padang rumput, lahan tingkat kerincian (tier) yang sudah direview oleh ratusan pakar dan pertanian, lahan basah, permukiman pemerintah berbagai negara. Semakin tinggi tingkat ketelitian (kebun, ladang). Jenis kegiatan yang pendekatan penentuan perubahan luas hutan dan tingkat kerincian dilakukan untuk CDM diantaranya perubahan cadangan karbon, akan menentukan kompensasi yang kegiatan agroforestri, silvofisheri, diterima dari kegiatan REDD.monokultur dan campuran, perkebunan karet, dan perkebunan Mekanisme REDD penting bagi Indonesia karena akan memberikan buah-buahan. Pada dasarnya, dengan hasil yang signifikan dalam mendukung kegiatan pengelolaan hutan proyek CDM ini dapat dibuktikan yang lebih berkelanjutan. Luas hutan yang dimiliki Indonesia bahwa lahan yang dulunya tidak bisa berpotensi menyerap karbon secara global. Ke depannya potensi menyerap karbon akhirnya mampu tersebut akan sangat ditentukan oleh kesiapan Indonesia sendiri dalam menjadi hutan dan dapat menyerap memonitor luas hutan yang dimiliki, seberapa besar perubahan karbon. Sebenarnya proyek CDM penutup hutan yang terjadi dan berapa besar potensi karbon yang hampir sama dengan kegiatan dimiliki. Selain itu implementasi REDD juga harus didukung kesiapan rehabilitasi lahan. Akan tetapi CDM perangkat peraturan dan kelembagaan yang berkaitan.mempunyai nilai plus karena selain lahan kembali menjadi hutan juga Memanfaatkan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring mendapat keuntungan dari hasil Bencana Pemanasan Globalpenjualan karbon yang diperoleh dari proyek (tentu saja setelah dikurangi Metode penentuan besar cadangan karbon telah banyak ongkos kegiatan CDM). diperbincangkan di dunia secara global. Berbagai teknik konvensional

telah diujicobakan. Namun mencari metode yang cepat, tepat, efektif REDD (Reduction Emission from dan efisien menjadi tuntutan mengingat posisi Indonesia sebagai Deforestation and Forest negara pengemisi dan penyerap karbon yang akan meminta Degradation) merupakan upaya kompensasi dunia internasional. Salah satu teknik mutakhir yang penurunan emisi GRK (saat ini hanya berpotensi diterapkan adalah dengan menggunakan teknologi terbatas CO ) yang terjadi dari penginderaan jauh.2

berhasilnya pencegahan tindakan Teknologi Penginderaan Jauh merupakan teknologi pengumpulan konversi dan kerusakan hutan. informasi tanpa kontak langsung dengan obyek dengan menggunakan Mekanisme REDD lebih ditujukan alat scanner dan kamera yang diletakkan pada wahana bergerak pada proses lepasnya cadangan seperti pesawat udara, pesawat luar angkasa atau satelit dan karbon hutan ke atmosfer dalam menganalisis informasi yang diterima dengan teknik interpretasi foto, bentuk emisi GRK akibat konversi citra dan pengolahan citra. Salah satu pemanfaatan teknologi pengelolaan hutan yang tidak penginderaan jauh yang belum banyak dikembangkan saat ini adalah berkelanjutan. untuk menghitung kemampuan hutan dalam menyerap dan melepaskan karbon. Kelebihan pemanfaatan teknologi penginderaan Berbeda dengan CDM, mekanisme

REDD bukan kegiatan menanam pohon. Yang dimonitor dalam REDD adalah besar emisi dari laju perubahan penutupan hutan akibat deforestasi dan degradasi hutan sehingga diketahui perubahan cadangan karbon yang terjadi.

Dalam implementasi REDD dilakukan sebuah pemantauan untuk memastikan dan membuktikan

Page 21: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Pendekatan untuk menentukan perubahan luas (disebut Data Aktivitas)

Tingkat kerincian faktor emisi (Tier): perubahan cadangan karbon

1. Pendekatan Non-spasial yaitu dari data statistik negara (misal FAO )-memberikan gambaran umum perubahan luas hutan

1. Memakai data yang diberikan oleh IPCC (data default values) pada skala benua

2. Berdasarkan peta, hasil survey dan data statistik nasional

2. Data spesifik dari negara bersangkutan untuk beberapa jenis hutan yang dominan atau yang utama

3. Data spasial dari interpretasi penginderaan jauh dengan resolusi yang tinggi

3. Data cadangan karbon dari Inventarisasi Nasional, yang diukur secara berkala atau dengan modelling

Selanjutnya, hasil dari konferensi di tahunnya sama seperti pada tahun 1997. Pada kenyataannya, sejak Kopenhagen tersebut akan diratifikasi oleh tahun 1997 hingga saat ini jumlah hotspot di Indonesia tidak selalu negara-negara di dunia untuk menggantikan sama dan cenderung mengalami penurunan. Selain itu, terkait dengan Kyoto Protocol yang akan berakhir pada tahun penebangan pohon, dalam suatu areal kebakaran diasumsikan bahwa 2012.tanamannya adalah homogen (umur/ jenisnya sama). Padahal dalam satu areal hutan, jenis dan umur tanaman tidak selalu sama/bervariasi. CDM vs REDDMakin tua umur tanaman, kapasitas penyerapan CO makin berkurang 2

Mekanisme yang ditawarkan dalam rangka sehingga penebangan pohon tua tidak berkaitan lagi dengan fungsi penurunan emisi adalah mekanisme CDM yang diharapkan, yaitu menyerap CO .2

(Clean Development Mechanism ) dan REDD (Reduction Emission from Deforestation and Namun demikian sebagai negara berkembang sekaligus negara

Forest Degradation) . CDM merupakan salah penghasil emisi karbon yang besar, Indonesia mempunyai kesempatan satu mekanisme upaya penurunan emisi Green besar sebagai negara ”penyerap karbon” dengan mengefektifkan House Effect dengan tujuan membantu negara sumberdaya hutan yang dimiliki. Berdasarkan Protokol Kyoto telah

maju menurunkan emisinya. Di lain pihak, dibangun mekanisme perdagangan emisi, implementasi bersama dan CDM membantu negara berkembang dalam mekanisme pembangunan bersih (CDM = Clean

melaksanakan pembangunan yang Development Mechanism) dimana negara berkelanjutan sekaligus maju mengurangi emisi Gas Rumah

memberikan kontribusi untuk Kaca (GRK) dengan membangun mencapai tujuan konvensi proyek penyerap karbon di negara

yaitu menstabilkan berkembang. Pada Desember konsentrasi GRK di 2007 negara-negara dunia yang

atmosfer sehingga tergabung dalam United Nations perubahan iklim global Climate Change Conference

dapat dicegah. Di (UNFCCC) dalam sidang PBB Indonesia, khususnya di di Bali, telah menghasilkan bidang kehutanan, CDM kesepakatan untuk

merupakan suatu kemitraan menyelamatkan bumi dari ancaman antara negara maju dan bencana pemanasan global secara

berkembang untuk menurunkan bersama. Satu hal penting yang GRK. Kegiatan kehutanan yang telah dihasilkan dari konferensi tersebut adalah

disepakati adalah Aforestasi dan tercapainya kesepakatan dunia yang disebut Bali Reforestasi. Roadmap. Pada dasarnya, Bali Roadmap ialah langkah-langkah yang

didalamnya tercakup kesepakatan aksi adaptasi, jalan pengurangan Aforestasi adalah penanaman pohon pada emisi gas rumah kaca, dan transfer teknologi dan keuangan yang areal yang 50 tahun sudah tidak berhutan. meliputi adaptasi dan mitigasi. Kesepakatan lain yang penting dalam Sementara Reforestasi adalah penanaman Bali Roadmap adalah adanya target waktu, yaitu pada 2009 akan pohon pada areal yang sejak 31 Desember diselenggarakan lagi konferensi lanjutan tentang perubahan iklim 1989 bukan merupakan hutan. Areal yang global yang akan diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark.

Salah satu pemanfaatan teknologi

penginderaan jauh yang belum banyak dikembangkan saat ini

adalah untuk menghitung kemampuan hutan dalam

menyerap dan melepaskan karbon.

K h a s a n a h K h a s a n a h

20 21Vol. 4 No. 12Tahun 2008

berpotensi untuk dilaksanakan bahwa dengan dilaksanakannya REDD maka terjadi penurunan emisi. mekanisme CDM diantaranya adalah IPCC menentukan sebuah metodologi dengan tiga pendekatan dan lahan kosong, padang rumput, lahan tingkat kerincian (tier) yang sudah direview oleh ratusan pakar dan pertanian, lahan basah, permukiman pemerintah berbagai negara. Semakin tinggi tingkat ketelitian (kebun, ladang). Jenis kegiatan yang pendekatan penentuan perubahan luas hutan dan tingkat kerincian dilakukan untuk CDM diantaranya perubahan cadangan karbon, akan menentukan kompensasi yang kegiatan agroforestri, silvofisheri, diterima dari kegiatan REDD.monokultur dan campuran, perkebunan karet, dan perkebunan Mekanisme REDD penting bagi Indonesia karena akan memberikan buah-buahan. Pada dasarnya, dengan hasil yang signifikan dalam mendukung kegiatan pengelolaan hutan proyek CDM ini dapat dibuktikan yang lebih berkelanjutan. Luas hutan yang dimiliki Indonesia bahwa lahan yang dulunya tidak bisa berpotensi menyerap karbon secara global. Ke depannya potensi menyerap karbon akhirnya mampu tersebut akan sangat ditentukan oleh kesiapan Indonesia sendiri dalam menjadi hutan dan dapat menyerap memonitor luas hutan yang dimiliki, seberapa besar perubahan karbon. Sebenarnya proyek CDM penutup hutan yang terjadi dan berapa besar potensi karbon yang hampir sama dengan kegiatan dimiliki. Selain itu implementasi REDD juga harus didukung kesiapan rehabilitasi lahan. Akan tetapi CDM perangkat peraturan dan kelembagaan yang berkaitan.mempunyai nilai plus karena selain lahan kembali menjadi hutan juga Memanfaatkan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Monitoring mendapat keuntungan dari hasil Bencana Pemanasan Globalpenjualan karbon yang diperoleh dari proyek (tentu saja setelah dikurangi Metode penentuan besar cadangan karbon telah banyak ongkos kegiatan CDM). diperbincangkan di dunia secara global. Berbagai teknik konvensional

telah diujicobakan. Namun mencari metode yang cepat, tepat, efektif REDD (Reduction Emission from dan efisien menjadi tuntutan mengingat posisi Indonesia sebagai Deforestation and Forest negara pengemisi dan penyerap karbon yang akan meminta Degradation) merupakan upaya kompensasi dunia internasional. Salah satu teknik mutakhir yang penurunan emisi GRK (saat ini hanya berpotensi diterapkan adalah dengan menggunakan teknologi terbatas CO ) yang terjadi dari penginderaan jauh.2

berhasilnya pencegahan tindakan Teknologi Penginderaan Jauh merupakan teknologi pengumpulan konversi dan kerusakan hutan. informasi tanpa kontak langsung dengan obyek dengan menggunakan Mekanisme REDD lebih ditujukan alat scanner dan kamera yang diletakkan pada wahana bergerak pada proses lepasnya cadangan seperti pesawat udara, pesawat luar angkasa atau satelit dan karbon hutan ke atmosfer dalam menganalisis informasi yang diterima dengan teknik interpretasi foto, bentuk emisi GRK akibat konversi citra dan pengolahan citra. Salah satu pemanfaatan teknologi pengelolaan hutan yang tidak penginderaan jauh yang belum banyak dikembangkan saat ini adalah berkelanjutan. untuk menghitung kemampuan hutan dalam menyerap dan melepaskan karbon. Kelebihan pemanfaatan teknologi penginderaan Berbeda dengan CDM, mekanisme

REDD bukan kegiatan menanam pohon. Yang dimonitor dalam REDD adalah besar emisi dari laju perubahan penutupan hutan akibat deforestasi dan degradasi hutan sehingga diketahui perubahan cadangan karbon yang terjadi.

Dalam implementasi REDD dilakukan sebuah pemantauan untuk memastikan dan membuktikan

Page 22: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

jauh adalah lebih murah dan efektif daripada teknologi konvensional Sensing (CEReS) telah mengusulkan yang ada sekarang. dibangunnya Global Land Cover Ground Truth

Database. Ground truth merupakan sampel Dasar penggunaan teknologi ini adalah dengan mengkolaborasikan data lapangan yang dikumpulkan pada saat hasil pencitraan data seperti citra MODIS, Landsat, SPOT atau citra melakukan klasifikasi landcover dengan citra beresolusi tinggi lainnya hingga menghasilkan data cakupan vegetasi satelit secara otomatis. Sampel-sampel data yang ada di muka bumi. Hasil tersebut kemudian diturunkan dengan lapangan ini akan menjadi sebuah basis data seberapa besar kemampuan vegetasi dalam menyerap dan yang dikumpulkan dari seluruh studi landcover melepaskan karbon. Dengan demikian akan diketahui besar potensi global yang ada di dunia. Dengan basis data ini karbon pada setiap kawasan hutan. proses validasi data global akan mudah

dilakukan. Data satelit dengan spesifikasi Dengan menggunakan data satelit resolusi rendah, menengah dan resolusi spasial lebih tinggi juga akan tinggi dapat dilakukan observasi secara global hingga detil di lokasi membantu proses validasi. Seperti halnya data yang dikehendaki. Observasi secara global dapat menggunakan data Quckbird yang mempunyai resolusi spasial MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectro-radiometer). 2,44 hingga 0,61 meter dengan periode ulang MODIS merupakan salah satu produk NASA dengan satelit Terra 3,5 hari sekali tentunya akan lebih membantu dan Aqua. Citra MODIS mempunyai tiga resolusi spasial yaitu 250, proses validasi menjadi efektif dan efisien.500, dan 1.000 meter. Resolusi spasial ini sangat cocok untuk melakukan observasi secara global. Selain itu Observasi paling detil untuk menghitung data MODIS mempunyai kelebihan pada potensi cadangan karbon adalah dengan pantulan panjang gelombang menggunakan metode pengukuran elektromagnetik yang diterima langsung di lapangan atau dikenal sensor yaitu sebanyak 36 band dengan plot data. Saat ini metode mulai dari 0,405 sampai yang paling sering digunakan 14,385 mikrometer. untuk pengukuran cadangan Sementara itu, MODIS dapat karbon secara langsung adalah mengamati tempat yang metode Alometrik. Pada sama di permukaan bumi dasarnya, persamaan alometrik setiap hari, untuk kawasan di adalah menggunakan variabel atas lintang 30 dan setiap 2 hari diameter, tinggi, berat jenis kayu untuk kawasan di bawah lintang tiap pohon dan faktor koreksi dalam 30 (termasuk Indonesia). Jadi pada perhitungannya. Penggunaan dasarnya data MODIS mempunyai persamaan Alometrik ini lebih sederhana, kelebihan, diantaranya adalah pada lebih murah, cukup akurat, dan mudah diaplikasikan. banyaknya spektral panjang gelombang (resolusi radiometrik) dan Berikut beberapa contoh persamaan alometrik :lebih detilnya cakupan lahan (resolusi spasial) serta lebih rapatnya frekuensi pengamatan (resolusi temporal).

Data Landsat dan SPOT bisa digunakan untuk observasi secara regional/ nasional. Kelebihan data Landsat dan SPOT dibandingkan

dengan MODIS adalah pada lebih telitinya cakupan lahan (resolusi spasial). Landsat Thematic Mapper (TM) bekerja pada resolusi

+spasial 30 meter. Bahkan pada Landsat ETM bisa mencapai resolusi 15 meter pada band 8. Landsat mengamati 7 spektral, mulai interval biru (0,45 - 0,52 mikrometer) sampai thermal inframerah (10,4 - 12,5 mikrometer). Resolusi temporal untuk Landsat adalah 16 hari. Sementara itu data SPOT (Satellite pour l'Observation de la Terre) yang merupakan produk Perancis mempunyai resolusi spasial dari 10, 5 hingga 2,5 meter (SPOT 5). Memiliki 6 band dengan resolusi temporal 26 hari.

Ketepatan estimasi pengukuran cadangan karbon menggunakan data satelit tentunya membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih real. Dari sinilah dibutuhkan validasi data. Klasifikasi tutupan lahan dengan citra satelit divalidasi dengan kenyataan di lapangan. Untuk observasi global, validasi data merupakan agenda besar yang tidak mudah dilakukan. Diperlukan kerjasama studi lingkungan secara internasional. Sebagai contoh di Center for Environmental Remote

Ketterings et al. (2001) :B = 0,11 . ñ . D2+c

B = biomass pohon (kg/phn), D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)c = parameter tempat tumbuh

Ketersediaan data cadangan karbon di kawasan

konservasi terutama di taman nasional akan mendukung pelaksanaan dan

pemantauan kegiatan REDD sehingga pengelolaan kawasan

hutan yang berkelanjutan dapat terwujud.

K h a s a n a h K h a s a n a h

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

22 23Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Yang perlu diperhatikan bahwa perhitungan potensi cadangan karbon tidak hanya dilakukan pada pohon saja. Secara keseluruhan potensi cadangan karbon dihitung dari akumulasi biomass (C ) yaitu t

above ground biomass (b ) , soil (S ), t t

underground biomass (U ), dan necromass t

(N ).t

Total C stock :C = 0,5 b + CS + CU + Cn t t t t t

2002/2003) kawasan TNGL dengan luas 1 juta hektar lebih tersebut mempunyai luasan Hutan Lahan Kering Primer sebesar 231.204 Ha, dan Hutan Lahan Kering Sekunder sebesar 747.776 Ha. Proses deforestasi yang terjadi di TNGL dari tahun 1990 s/d 2000 telah mencapai 18.655 Ha (analisis citra Landsat

+ETM tahun 1990-2000, WCS 2007). Sementara hutan yang berpotensi terdegradasi mencapai 142.857 Ha (analisis Lab.

GIS TNGL, 2007).

Berdasarkan kenyataan diatas, TNGL sebagai kawasan ekosistem bagi semua makhluk hidup di dalamnya yang juga berfungsi sebagai penyerap karbon bagi penduduk di sekitarnya menjadi terancam. Yang lebih penting adalah TNGL juga mempunyai posisi strategis sebagai salah satu Hutan Hujan Tropis Warisan Dunia sejak tahun 2004. Apabila tidak dijaga dan dilestarikan dengan baik, maka masyarakat dunia akan marah karena kehilangan sebagian dari paru-parunya. Ancaman bencana pemanasan global menjadi hal yang dekat di mata. Masyarakat dunia akan ikut mengawasi setiap jengkal perubahan penutupan hutan. Oleh karena itu ketersediaan data secara real time menjadi sangat penting. Terutama fluktuasi ketersediaan stok karbon yang bisa diserap oleh hutan TNGL secara time series. Apabila kerusakan hutan dapat dicegah, otomatis masyarakat dunia juga akan memberikan imbalan yang pantas bagi pihak taman nasional.***

*Rina Purwaningsih| Junior Project Assistant, UNESCO

Bahan bacaan :Pengukuran Cadangan Karbon di Taman Nasional (Sebuah Wacana)

Anonim. 2007. Global Warming, Pengaruhnya Secara Global dan Nasional serta Kaitannya dengan Isu “Indonesia sebagai Taman nasional merupakan kawasan Negara Emitor ke-3 di Dunia”. Badan Meteorologi dan konservasi yang mempunyai kekayaan Geofisika. Materi Presentasi pada Pertemuan Ilmiah Tahunan keragaman hayati yang tinggi. Selain sebagai Ikatan Geografi Indonesia di UNIMED.habitat bagi sejumlah species fauna,

setidaknya sebagian besar hutan primer dan Ginoga, Kirsfianti. 2007. Peran Hutan Sebagai Penyerap dan hutan sekunder berada di kawasan taman Pengemisi Karbon. Badan Litbang Kehutanan. Tim Perubahan nasional. Keberadaan hutan primer dan Iklim Departemen Kehutanan. Materi Presentasi pada Pelatihan sekunder mempunyai potensi sangat besar Karbon November 2007.dalam menyimpan cadangan karbon.

Ketersediaan data cadangan karbon di kawasan konservasi terutama di taman nasional akan mendukung pelaksanaan dan pemantauan kegiatan REDD sehingga pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan dapat terwujud.

IFCA. 2007. Reducing Emissions from Deforestation and Degradation, Baselines and Monitoring ; Concepts and Issues. Sebagai contoh adalah permasalahan di Materi Presentasi pada Pelatihan Karbon November 2007.Taman Nasional Gunung Leuser. Sesuai

Keputusan Menhut No.276/kpts-II/1997 TNGL mempunyai luas kawasan 1.094.692 Ha. Berdasarkan klasifikasi landcover yang dilakukan oleh BAPLAN DEPHUT tahun 2005 (hasil interpretasi Citra Landsat tahun

Http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

Http://www.beritaiptek.com/messages/artikel/719062004em.shtml

Vademicum Kehutanan (1976) :B= 4/3 V ñV= ¶ (D/2)2 Hä

B = biomass pohon (kg/phn)V = volume kayu (m3)¶ = 3,14D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)H = Tinggi pohon (m)ä = Faktor koreksi

Brown (1995):B = 0,049 . ñ . D2H

B = biomass pohon (kg/phn), D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)H = Tinggi pohon (m)

Page 23: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

jauh adalah lebih murah dan efektif daripada teknologi konvensional Sensing (CEReS) telah mengusulkan yang ada sekarang. dibangunnya Global Land Cover Ground Truth

Database. Ground truth merupakan sampel Dasar penggunaan teknologi ini adalah dengan mengkolaborasikan data lapangan yang dikumpulkan pada saat hasil pencitraan data seperti citra MODIS, Landsat, SPOT atau citra melakukan klasifikasi landcover dengan citra beresolusi tinggi lainnya hingga menghasilkan data cakupan vegetasi satelit secara otomatis. Sampel-sampel data yang ada di muka bumi. Hasil tersebut kemudian diturunkan dengan lapangan ini akan menjadi sebuah basis data seberapa besar kemampuan vegetasi dalam menyerap dan yang dikumpulkan dari seluruh studi landcover melepaskan karbon. Dengan demikian akan diketahui besar potensi global yang ada di dunia. Dengan basis data ini karbon pada setiap kawasan hutan. proses validasi data global akan mudah

dilakukan. Data satelit dengan spesifikasi Dengan menggunakan data satelit resolusi rendah, menengah dan resolusi spasial lebih tinggi juga akan tinggi dapat dilakukan observasi secara global hingga detil di lokasi membantu proses validasi. Seperti halnya data yang dikehendaki. Observasi secara global dapat menggunakan data Quckbird yang mempunyai resolusi spasial MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectro-radiometer). 2,44 hingga 0,61 meter dengan periode ulang MODIS merupakan salah satu produk NASA dengan satelit Terra 3,5 hari sekali tentunya akan lebih membantu dan Aqua. Citra MODIS mempunyai tiga resolusi spasial yaitu 250, proses validasi menjadi efektif dan efisien.500, dan 1.000 meter. Resolusi spasial ini sangat cocok untuk melakukan observasi secara global. Selain itu Observasi paling detil untuk menghitung data MODIS mempunyai kelebihan pada potensi cadangan karbon adalah dengan pantulan panjang gelombang menggunakan metode pengukuran elektromagnetik yang diterima langsung di lapangan atau dikenal sensor yaitu sebanyak 36 band dengan plot data. Saat ini metode mulai dari 0,405 sampai yang paling sering digunakan 14,385 mikrometer. untuk pengukuran cadangan Sementara itu, MODIS dapat karbon secara langsung adalah mengamati tempat yang metode Alometrik. Pada sama di permukaan bumi dasarnya, persamaan alometrik setiap hari, untuk kawasan di adalah menggunakan variabel atas lintang 30 dan setiap 2 hari diameter, tinggi, berat jenis kayu untuk kawasan di bawah lintang tiap pohon dan faktor koreksi dalam 30 (termasuk Indonesia). Jadi pada perhitungannya. Penggunaan dasarnya data MODIS mempunyai persamaan Alometrik ini lebih sederhana, kelebihan, diantaranya adalah pada lebih murah, cukup akurat, dan mudah diaplikasikan. banyaknya spektral panjang gelombang (resolusi radiometrik) dan Berikut beberapa contoh persamaan alometrik :lebih detilnya cakupan lahan (resolusi spasial) serta lebih rapatnya frekuensi pengamatan (resolusi temporal).

Data Landsat dan SPOT bisa digunakan untuk observasi secara regional/ nasional. Kelebihan data Landsat dan SPOT dibandingkan

dengan MODIS adalah pada lebih telitinya cakupan lahan (resolusi spasial). Landsat Thematic Mapper (TM) bekerja pada resolusi

+spasial 30 meter. Bahkan pada Landsat ETM bisa mencapai resolusi 15 meter pada band 8. Landsat mengamati 7 spektral, mulai interval biru (0,45 - 0,52 mikrometer) sampai thermal inframerah (10,4 - 12,5 mikrometer). Resolusi temporal untuk Landsat adalah 16 hari. Sementara itu data SPOT (Satellite pour l'Observation de la Terre) yang merupakan produk Perancis mempunyai resolusi spasial dari 10, 5 hingga 2,5 meter (SPOT 5). Memiliki 6 band dengan resolusi temporal 26 hari.

Ketepatan estimasi pengukuran cadangan karbon menggunakan data satelit tentunya membutuhkan sebuah pendekatan yang lebih real. Dari sinilah dibutuhkan validasi data. Klasifikasi tutupan lahan dengan citra satelit divalidasi dengan kenyataan di lapangan. Untuk observasi global, validasi data merupakan agenda besar yang tidak mudah dilakukan. Diperlukan kerjasama studi lingkungan secara internasional. Sebagai contoh di Center for Environmental Remote

Ketterings et al. (2001) :B = 0,11 . ñ . D2+c

B = biomass pohon (kg/phn), D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)c = parameter tempat tumbuh

Ketersediaan data cadangan karbon di kawasan

konservasi terutama di taman nasional akan mendukung pelaksanaan dan

pemantauan kegiatan REDD sehingga pengelolaan kawasan

hutan yang berkelanjutan dapat terwujud.

K h a s a n a h K h a s a n a h

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

22 23Vol. 4 No. 12Tahun 2008

Yang perlu diperhatikan bahwa perhitungan potensi cadangan karbon tidak hanya dilakukan pada pohon saja. Secara keseluruhan potensi cadangan karbon dihitung dari akumulasi biomass (C ) yaitu t

above ground biomass (b ) , soil (S ), t t

underground biomass (U ), dan necromass t

(N ).t

Total C stock :C = 0,5 b + CS + CU + Cn t t t t t

2002/2003) kawasan TNGL dengan luas 1 juta hektar lebih tersebut mempunyai luasan Hutan Lahan Kering Primer sebesar 231.204 Ha, dan Hutan Lahan Kering Sekunder sebesar 747.776 Ha. Proses deforestasi yang terjadi di TNGL dari tahun 1990 s/d 2000 telah mencapai 18.655 Ha (analisis citra Landsat

+ETM tahun 1990-2000, WCS 2007). Sementara hutan yang berpotensi terdegradasi mencapai 142.857 Ha (analisis Lab.

GIS TNGL, 2007).

Berdasarkan kenyataan diatas, TNGL sebagai kawasan ekosistem bagi semua makhluk hidup di dalamnya yang juga berfungsi sebagai penyerap karbon bagi penduduk di sekitarnya menjadi terancam. Yang lebih penting adalah TNGL juga mempunyai posisi strategis sebagai salah satu Hutan Hujan Tropis Warisan Dunia sejak tahun 2004. Apabila tidak dijaga dan dilestarikan dengan baik, maka masyarakat dunia akan marah karena kehilangan sebagian dari paru-parunya. Ancaman bencana pemanasan global menjadi hal yang dekat di mata. Masyarakat dunia akan ikut mengawasi setiap jengkal perubahan penutupan hutan. Oleh karena itu ketersediaan data secara real time menjadi sangat penting. Terutama fluktuasi ketersediaan stok karbon yang bisa diserap oleh hutan TNGL secara time series. Apabila kerusakan hutan dapat dicegah, otomatis masyarakat dunia juga akan memberikan imbalan yang pantas bagi pihak taman nasional.***

*Rina Purwaningsih| Junior Project Assistant, UNESCO

Bahan bacaan :Pengukuran Cadangan Karbon di Taman Nasional (Sebuah Wacana)

Anonim. 2007. Global Warming, Pengaruhnya Secara Global dan Nasional serta Kaitannya dengan Isu “Indonesia sebagai Taman nasional merupakan kawasan Negara Emitor ke-3 di Dunia”. Badan Meteorologi dan konservasi yang mempunyai kekayaan Geofisika. Materi Presentasi pada Pertemuan Ilmiah Tahunan keragaman hayati yang tinggi. Selain sebagai Ikatan Geografi Indonesia di UNIMED.habitat bagi sejumlah species fauna,

setidaknya sebagian besar hutan primer dan Ginoga, Kirsfianti. 2007. Peran Hutan Sebagai Penyerap dan hutan sekunder berada di kawasan taman Pengemisi Karbon. Badan Litbang Kehutanan. Tim Perubahan nasional. Keberadaan hutan primer dan Iklim Departemen Kehutanan. Materi Presentasi pada Pelatihan sekunder mempunyai potensi sangat besar Karbon November 2007.dalam menyimpan cadangan karbon.

Ketersediaan data cadangan karbon di kawasan konservasi terutama di taman nasional akan mendukung pelaksanaan dan pemantauan kegiatan REDD sehingga pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan dapat terwujud.

IFCA. 2007. Reducing Emissions from Deforestation and Degradation, Baselines and Monitoring ; Concepts and Issues. Sebagai contoh adalah permasalahan di Materi Presentasi pada Pelatihan Karbon November 2007.Taman Nasional Gunung Leuser. Sesuai

Keputusan Menhut No.276/kpts-II/1997 TNGL mempunyai luas kawasan 1.094.692 Ha. Berdasarkan klasifikasi landcover yang dilakukan oleh BAPLAN DEPHUT tahun 2005 (hasil interpretasi Citra Landsat tahun

Http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

Http://www.beritaiptek.com/messages/artikel/719062004em.shtml

Vademicum Kehutanan (1976) :B= 4/3 V ñV= ¶ (D/2)2 Hä

B = biomass pohon (kg/phn)V = volume kayu (m3)¶ = 3,14D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)H = Tinggi pohon (m)ä = Faktor koreksi

Brown (1995):B = 0,049 . ñ . D2H

B = biomass pohon (kg/phn), D =diameter setinggi dada (cm)ñ = berat jenis kayu (g/cm3)H = Tinggi pohon (m)

Page 24: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

“...Konservasi merupakan benteng terakhir kehutanan...”, begitu yang aku dengar dari Sekditjen PHKA, Bapak Haryadi Himawan dalam acara silaturahimnya ke kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser beberapa waktu yang lalu. Pak Sekditjen juga mengajak kami untuk menjadi pelaku sejarah. Pelaku sejarah yang akan dikenang karena kemuliaannya sebagai perwira atau pejuang konservasi..!!

Benteng terakhir, dua kata yang aku garis bawahi saat ini, singkat tapi 'dalam'. Kalau aku boleh berkomentar, dalam pertempuran pun, benteng adalah suatu yang teramat penting. Inilah pertahanan terakhir, penentu hajat hidup orang banyak bahkan masa depan ummat manusia sedunia atau kalau mau

yang 'lebih' lagi maknanya, inilah pertempuran untuk mati syahid atau hidup mulia mempertahankan kekayaan alam yang telah Allah Yang Maha Kaya berikan kepada kita.

Leuser. Warisan dunia yang teramat indah. Berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan bumi terakhir bagi si Pangeran Hutan,_sebutanku untuk Harimau Sumatra. Berbagai isu strategis mewarnai perjalanan umurnya yang semakin tua. Sangat sering kudengar (sehingga mungkin sudah terlalu bosan) di telingaku tentang illegal logging, perambahan hutan, persoalan tata batas kawasan, jual beli lahan dan sebagainya. Bikin gerah, gereget, sedih dan terluka. Andai bisa teriak, Leuser mungkin akan berkata, ”Nggak ada kerjaan lain napa?”.

Nasihat Pak Harfan dalam Laskar Pelangi yang selalu diingat Ikal adalah ”Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya!” Leuser memberi begitu banyak manfaat yang tak ternilai harganya tetapi balasannya adalah luka semata. Tapi yakinlah, yang banyak memberi tentu akan banyak menerima. Ya... meskipun penerimaan yang tidak semestinya, Leuser masih memberi sepenuh hati pada jutaan orang yang memerlukan oksigen untuk bernafas dan air untuk kehidupannya. Leuser masih berdiri diantara hamparan sawit dan berbagai kemelut yang berselimut. Dan syukur itu tak boleh

Barisan di Benteng Terakhir itu....

W a c a n a

Oleh: Yunita Aprilia*

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

24 25Vol. 4 No. 12Tahun 2008

menutup pertemuan di majelis, terhenti. Masih ada yang peduli, masih ada yang malu rasa di diri, menghadirkan orang-orang yang masih ada yang tergerak hati, masih ada barisan yang berkehendak kami sayangi bersama dalam jalan dan berusaha menyelamatkan Leuser...sengaja atau tidak pada ini.mulanya.

Sesungguhnya Engkau TahuDan sekarang aku berada disini. Di salah satu barisan itu. Barisan bahwa hati ini tlah berpadukonservasi, meski aku bukan lulusan dari jurusan konservasi waktu berhimpun dalam naungan cintaMUmenuntut ilmu tempo hari. Balai Besar Taman Nasional Gunung bertemu dalam ketaatanLeuser yang menurut Permenhut No P.03/Menhut-II/2007 punya bersatu dalam perjuangantugas pokok untuk melakukan penyelenggaraan, konservasi menegakkan syariat dalam sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan kehidupantaman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ...berlaku. Semoga. barisan pejuang konservasi

itu berdiri tegap, erat, kuat dan Bangga? Iya. Berat? Pasti. Sungguh amanah luar biasa yang harus aku amanah. Tegap menghadapi badai jalani. Seperti teringat kata Imam Ghazali ketika bertanya pada yang menggoyahkan langkah dan murid-muridnyanya di suatu hari, ”Apakah yang paling berat di dunia pertahanan diri. Erat menggenggam ini?”. Jawabannya adalah ”amanah”. Ya, amanah itu yang sedang aku segala asa dan tujuan yang akan kita hadapi, aku isi dan aku hiasi. Tentunya dengan pilihan demi pilihan, jelang. Kuat menghadapi rintangan keputusan demi keputusan dan resiko demi resiko. Sulit, tapi aku demi rintangan dari berbagai arah yakin bisa. Tentunya berbekal semangat yang membara, ikhtiar dan jurusan. Amanah dalam yang optimal dan doa yang tak menunaikan apapun yang menjadi berhenti terlantun. Yang jelas harapan kewajiban.itu masih ada. Harapan untuk bisa menjalankan amanah ini dengan baik, Aa Gym punya 3M untuk harapan untuk melihat hijau kemilau mengubah bangsa ini, kita bisa hutanku, harapan untuk bersama juga mengadaptasi rumus menuju keadilan dan kesejahteraan, tersebut untuk menguatkan harapan untuk senantiasa lebih baik, pribadi-pribadi yang berada di harapan dan harapan, kenyataan dan kenyataan. benteng terakhir kehutanan

Indonesia (1) Mulai dari diri sendiri, Tapi jujur, aku ga bisa sendiri dan aku ga mau sendiri. Rasanya sepi, (2) Mulai dari hal yang kecil dan (3) tak ada temen untuk berbagi, tak ada sahabat yang memotivasi, tak Mulai saat ini juga!. ada yang menasihati. Jangankan untuk bekerja, sholat berjamaah aja akan lebih baik kan. Kerja dalam rangka ibadah pun tentu akan lebih Yuuuk..kita coba. Semampu kita, bermakna jika dilakukan bersama, berjamaah, bareng-bareng, apapun itu, sekecil apapun, seringan bermitra atau apapun bahasanya itu. Yang penting tidak sendiri, meski apapun. Tapi tak lupa niat, niat dan sesekali kesendirian itu perlu untuk mengukur dan merenungi segala niat. Niat ketika bangun pagi, niat kekurangan diri di hadapan-Nya. Kebersamaan dalam doa juga punya ketika bersiap ke kantor, niat di arti. Doa yang terlantun dari mulut (apalagi dari hati) orang lain, perjalanan, niat ketika di lapangan, boleh jadi itu yang menjadikan kebaikan kita pada hari ini. Atau niat ketika di kantor, niat ketika bahkan kesulitan buat kita? Bisa jadi, bila ternyata kita tak membuat menyalakan laptop atau komputer, orang lain nyaman dan aman berada di dekat kita. Satu lagi, beramal niat ketika membuat SPT, niat ketika bersama-sama itu ternyata lebih asyik, lebih cantik dan lebih seru. Tak menerima perintah pimpinan, niat hanya tangan yang bergandengan, tak pula kaki yang sejalan ketika pulang dari kantor, niat dan melangkah, tetapi jiwa yang menyatu dalam kebersamaan. Indah kan? niat, ketika dan ketika...

Bukankah seberat-berat pekerjaan jika dilakukan dengan hati yang

Mungkin ada yang masih ingat petikan lirik lagu 'Sahabat lapang akan terasa ringan dan Perjalanan'? seringan-ringan pekerjaan jika .... dilakukan dengan hati yang dongkol Disini kita telah bersatu akan terasa berat?Bicara tentang pohon-pohon yang hilangPada siapa terucap ungkapan jiwa Setelah niat, kita kembali pada Abadikan indahnya alam kami ajakan Pak Sekditjen untuk jadi .... pejuang yang akan dikenang. Kata atau do'a Rabithah yang sering terlantun saat saudara-saudariku beliau, ”Bukan penjahat, bukan

W a c a n a

Page 25: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

“...Konservasi merupakan benteng terakhir kehutanan...”, begitu yang aku dengar dari Sekditjen PHKA, Bapak Haryadi Himawan dalam acara silaturahimnya ke kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser beberapa waktu yang lalu. Pak Sekditjen juga mengajak kami untuk menjadi pelaku sejarah. Pelaku sejarah yang akan dikenang karena kemuliaannya sebagai perwira atau pejuang konservasi..!!

Benteng terakhir, dua kata yang aku garis bawahi saat ini, singkat tapi 'dalam'. Kalau aku boleh berkomentar, dalam pertempuran pun, benteng adalah suatu yang teramat penting. Inilah pertahanan terakhir, penentu hajat hidup orang banyak bahkan masa depan ummat manusia sedunia atau kalau mau

yang 'lebih' lagi maknanya, inilah pertempuran untuk mati syahid atau hidup mulia mempertahankan kekayaan alam yang telah Allah Yang Maha Kaya berikan kepada kita.

Leuser. Warisan dunia yang teramat indah. Berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan bumi terakhir bagi si Pangeran Hutan,_sebutanku untuk Harimau Sumatra. Berbagai isu strategis mewarnai perjalanan umurnya yang semakin tua. Sangat sering kudengar (sehingga mungkin sudah terlalu bosan) di telingaku tentang illegal logging, perambahan hutan, persoalan tata batas kawasan, jual beli lahan dan sebagainya. Bikin gerah, gereget, sedih dan terluka. Andai bisa teriak, Leuser mungkin akan berkata, ”Nggak ada kerjaan lain napa?”.

Nasihat Pak Harfan dalam Laskar Pelangi yang selalu diingat Ikal adalah ”Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya!” Leuser memberi begitu banyak manfaat yang tak ternilai harganya tetapi balasannya adalah luka semata. Tapi yakinlah, yang banyak memberi tentu akan banyak menerima. Ya... meskipun penerimaan yang tidak semestinya, Leuser masih memberi sepenuh hati pada jutaan orang yang memerlukan oksigen untuk bernafas dan air untuk kehidupannya. Leuser masih berdiri diantara hamparan sawit dan berbagai kemelut yang berselimut. Dan syukur itu tak boleh

Barisan di Benteng Terakhir itu....

W a c a n a

Oleh: Yunita Aprilia*

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

24 25Vol. 4 No. 12Tahun 2008

menutup pertemuan di majelis, terhenti. Masih ada yang peduli, masih ada yang malu rasa di diri, menghadirkan orang-orang yang masih ada yang tergerak hati, masih ada barisan yang berkehendak kami sayangi bersama dalam jalan dan berusaha menyelamatkan Leuser...sengaja atau tidak pada ini.mulanya.

Sesungguhnya Engkau TahuDan sekarang aku berada disini. Di salah satu barisan itu. Barisan bahwa hati ini tlah berpadukonservasi, meski aku bukan lulusan dari jurusan konservasi waktu berhimpun dalam naungan cintaMUmenuntut ilmu tempo hari. Balai Besar Taman Nasional Gunung bertemu dalam ketaatanLeuser yang menurut Permenhut No P.03/Menhut-II/2007 punya bersatu dalam perjuangantugas pokok untuk melakukan penyelenggaraan, konservasi menegakkan syariat dalam sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan kehidupantaman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ...berlaku. Semoga. barisan pejuang konservasi

itu berdiri tegap, erat, kuat dan Bangga? Iya. Berat? Pasti. Sungguh amanah luar biasa yang harus aku amanah. Tegap menghadapi badai jalani. Seperti teringat kata Imam Ghazali ketika bertanya pada yang menggoyahkan langkah dan murid-muridnyanya di suatu hari, ”Apakah yang paling berat di dunia pertahanan diri. Erat menggenggam ini?”. Jawabannya adalah ”amanah”. Ya, amanah itu yang sedang aku segala asa dan tujuan yang akan kita hadapi, aku isi dan aku hiasi. Tentunya dengan pilihan demi pilihan, jelang. Kuat menghadapi rintangan keputusan demi keputusan dan resiko demi resiko. Sulit, tapi aku demi rintangan dari berbagai arah yakin bisa. Tentunya berbekal semangat yang membara, ikhtiar dan jurusan. Amanah dalam yang optimal dan doa yang tak menunaikan apapun yang menjadi berhenti terlantun. Yang jelas harapan kewajiban.itu masih ada. Harapan untuk bisa menjalankan amanah ini dengan baik, Aa Gym punya 3M untuk harapan untuk melihat hijau kemilau mengubah bangsa ini, kita bisa hutanku, harapan untuk bersama juga mengadaptasi rumus menuju keadilan dan kesejahteraan, tersebut untuk menguatkan harapan untuk senantiasa lebih baik, pribadi-pribadi yang berada di harapan dan harapan, kenyataan dan kenyataan. benteng terakhir kehutanan

Indonesia (1) Mulai dari diri sendiri, Tapi jujur, aku ga bisa sendiri dan aku ga mau sendiri. Rasanya sepi, (2) Mulai dari hal yang kecil dan (3) tak ada temen untuk berbagi, tak ada sahabat yang memotivasi, tak Mulai saat ini juga!. ada yang menasihati. Jangankan untuk bekerja, sholat berjamaah aja akan lebih baik kan. Kerja dalam rangka ibadah pun tentu akan lebih Yuuuk..kita coba. Semampu kita, bermakna jika dilakukan bersama, berjamaah, bareng-bareng, apapun itu, sekecil apapun, seringan bermitra atau apapun bahasanya itu. Yang penting tidak sendiri, meski apapun. Tapi tak lupa niat, niat dan sesekali kesendirian itu perlu untuk mengukur dan merenungi segala niat. Niat ketika bangun pagi, niat kekurangan diri di hadapan-Nya. Kebersamaan dalam doa juga punya ketika bersiap ke kantor, niat di arti. Doa yang terlantun dari mulut (apalagi dari hati) orang lain, perjalanan, niat ketika di lapangan, boleh jadi itu yang menjadikan kebaikan kita pada hari ini. Atau niat ketika di kantor, niat ketika bahkan kesulitan buat kita? Bisa jadi, bila ternyata kita tak membuat menyalakan laptop atau komputer, orang lain nyaman dan aman berada di dekat kita. Satu lagi, beramal niat ketika membuat SPT, niat ketika bersama-sama itu ternyata lebih asyik, lebih cantik dan lebih seru. Tak menerima perintah pimpinan, niat hanya tangan yang bergandengan, tak pula kaki yang sejalan ketika pulang dari kantor, niat dan melangkah, tetapi jiwa yang menyatu dalam kebersamaan. Indah kan? niat, ketika dan ketika...

Bukankah seberat-berat pekerjaan jika dilakukan dengan hati yang

Mungkin ada yang masih ingat petikan lirik lagu 'Sahabat lapang akan terasa ringan dan Perjalanan'? seringan-ringan pekerjaan jika .... dilakukan dengan hati yang dongkol Disini kita telah bersatu akan terasa berat?Bicara tentang pohon-pohon yang hilangPada siapa terucap ungkapan jiwa Setelah niat, kita kembali pada Abadikan indahnya alam kami ajakan Pak Sekditjen untuk jadi .... pejuang yang akan dikenang. Kata atau do'a Rabithah yang sering terlantun saat saudara-saudariku beliau, ”Bukan penjahat, bukan

W a c a n a

Page 26: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

pengkhianat, bukan yang aman-aman saja dan bukan yang tak dikenal Keep fighting' til the end!!sama sekali”. Naah kalo tentang ini aku teringat 5 (lima) tipe karyawan Berjuang di tanah Leuser tak atau pejabat di kantor menurut seorang guru di Daarut Tauhiid dulu yang terbayang bagi seorang akhwat yang selalu mengingatkan tentang Manajemen Qalbu. Katanya ini adalah cara lahir, besar dan tinggal di seberang praktis untuk menilai dan mengukur diri sendiri apakah kita termasuk pulau seperti aku. Namun dunia pejabat wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram? kehutanan mungkin ladang terbaik

yang telah Dia peruntukkan untuk aku Pejabat wajib yaitu tipe pejabat yang keberadaannya sangat disukai, hadapi dan nikmati. Mungkin iya, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan senior-seniorku, pimpinan-pimpinanku kehilangan. Pribadinya sangat mengesankan, tutur katanya yang sopan tak di kantor lebih dulu terjun ke dunia ini, pernah melukai siapapun yang mendengarnya, bahkan pembicaraannya lebih banyak ilmu dan pengalaman sangat bijak, menjadi penyejuk bagi hati yang gersang, penuntun bagi yang tak ternilai harganya, lebih yang tersesat, perintahnya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa banyak suka-duka tawa-air mata yang terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan. tertoreh di lembar demi lembar buku dia sangat menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, setiap orang akan histori nya, lebih banyak cerita merasa aman dan nyaman serta mendapat manfaat dengan keberadaannya.perjuangan yang menambah ghirah atau semangat kebanggaan pada

Disebut sebagai pejabat sunnah apabila kehadiran dan keberadaannya dirinya. Dan itulah yang bisa dibagi memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak terasa kehilangan. Andai antar generasi. Agar perjuangan tak saja kelompok kedua ini lebih berilmu dan bertekad mempersembahkan berhenti di sini. Agar benteng terakhir yang terbaik dari kehidupannya dengan tulus dan sungguh-sungguh, itu tetap berdiri kokoh.niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih utama.

Bangkitlah NegerikuHarapan itu masih adaPejabat mubah ada dan tiadanya sama saja. Datar-datar saja. Andaikata Berjuanglah bangsakubisa dimotivasi dengan kursus, pelatihan, rotasi kerja, mudah-mudahan Jalan itu masih terbentangbisa meningkat semangatnya. Pejabat makruh adanya menimbulkan …masalah, tiadanya tidak menjadi masalah. Bila dia ada di kantor (Bangkitlah Negeriku_Shoutul menimbulkan ketidaknyamanan dan menganggu kinerja orang lain. Yang Harokah)serem adalah pejabat haram. Akhlaknya sangat buruk bagai penyakit

kronis yang bisa menjalar. Sering memfinah, mengadu domba, suka membual, tidak amanah, serakah, tamak, pekerjaannya tidak pernah jelas Sebuah muhasabah, terutama teruntuk ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi diriku sendiri.***pembuat masalah. Pendek kata dia adalah "trouble maker".

*Yunita ApriliaHmmmmh...kita termasuk tipe yang mana? Atau mungkin kita perpaduan

| Penata Bina Cinta Alamdan Kader dari kelima tipe tersebut? Dirindukan kehadirannya atau dirindukan Konservasi Balai Besar Taman ketiadaannya? Nasional Gunung Leuser

Semoga masih ada waktu untuk terus menata hati dan membina diri menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pejuang yang menghijaukan perjalanan konservasi sampai titik penghabisan. Tak peduli staf ahli atau ahli staf-kah kita. Tak peduli diamanahi jabatan apa kita di barisan ini.

W a c a n a W a c a n a

Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri dan untuk

melampaui hari kemarin dengan hari ini.

- Stuart B. Jhonson -

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

26 27Vol. 4 No. 12Tahun 2008

ecara kuantitas, eksistensi Polisi Kehutanan (Polhut) saat ini semakin menurun. Hal ini disebabkan selain karena semakin banyaknya Polhut memasuki masa pensiun, juga akibat adanya kebijakan Pemerintah yang membentuk SPORC S

(Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat). Anggota SPORC adalah para “alumni” Polhut yang kemudian dibekali pendidikan lanjutan selama lebih kurang 2 bulan. Setiap tahunnya anggota Polhut berkurang sekitar 300 orang karena berubah status menjadi anggota SPORC.

Secara historis, SPORC muncul awal tahun 2005. Menurut siaran pers-nya yang bernomor S.680/II/PIK-1/2005, Departemen Kehutanan membentuk Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) sebagai jawaban atas semakin meningkatnya intensitas gangguan dan tekanan terhadap sumberdaya hutan di Indonesia berupa pencurian dan pemungutan hasil hutan secara liar, peredaran dan perdagangan hasil hutan ilegal termasuk penyelundupan ke luar negeri serta perambahan/penggunaan/ penguasaan lahan kawasan hutan secara melanggar hukum.

SPORC merupakan satuan Polhut khusus yang memiliki kompetensi lebih dibandingkan dengan Polhut reguler. Kemampuan tersebut terkait dengan tingkat kehandalan, profesionalitas, dukungan kemampuan dan keterampilan fisik serta dedikasi dan integritas yang tinggi. Namun yang sedikit membingungkan adalah bahwa personel SPORC sebenarnya Polhut juga. Perbedaannya, para personel SPORC telah dibekali pendidikan tentang teknis kehutanan dan lain-lain dalam waktu sekitar 2 bulan. Meskipun terhitung tidak terlalu lama, namun dengan pendidikan tersebut, diharapkan profesionalitas, kehandalan dan dedikasi calon anggota SPORC dapat meningkat pesat.

Namun di lain pihak, dengan adanya perekrutan anggota SPORC dari personil Polhut yang sudah ada, apabila tidak ada peremajaan secepatnya di tubuh Polhut, maka kita tinggal menghitung waktu habisnya jumlah Polhut yang kita miliki. Secara tidak langsung, mungkin orang awam akan mengatakan bahwa pemerintah terkesan

tidak lagi membutuhkan Polhut karena dianggap kurang mampu dalam menangani permasalahan kehutanan di lapangan, sehingga harus ada tenaga baru yang handal dalam menangani semua permasalahan kehutanan di lapangan yaitu SPORC. Semoga kesan itu dapat hilang dengan eksistensi dan komitmen kuat para Polhut di lapangan, serta semakin diperkuatnya koordinasi dan komunikasi yang intensif antara Polhut dengan SPORC.

Pada dasarnya operasi perlindungan dan pengamanan hutan dilakukan dalam rangka menjamin terselenggaranya kelestarian hutan, dan Polhut adalah pejabat yang punya kewenangan dalam melaksanakan tugas tersebut. Wewenang Polhut yang dimaksud meliputi kegiatan dan tindakan kepolisian khusus di bidang kehutanan yang bersifat preventif dan tindakan administratif operasi represif. Wewenang tersebut antara lain:

tentang SPORC DAN EKSISTENSI POLhut

Oleh: Ali Sadikin*

Page 27: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

pengkhianat, bukan yang aman-aman saja dan bukan yang tak dikenal Keep fighting' til the end!!sama sekali”. Naah kalo tentang ini aku teringat 5 (lima) tipe karyawan Berjuang di tanah Leuser tak atau pejabat di kantor menurut seorang guru di Daarut Tauhiid dulu yang terbayang bagi seorang akhwat yang selalu mengingatkan tentang Manajemen Qalbu. Katanya ini adalah cara lahir, besar dan tinggal di seberang praktis untuk menilai dan mengukur diri sendiri apakah kita termasuk pulau seperti aku. Namun dunia pejabat wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram? kehutanan mungkin ladang terbaik

yang telah Dia peruntukkan untuk aku Pejabat wajib yaitu tipe pejabat yang keberadaannya sangat disukai, hadapi dan nikmati. Mungkin iya, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan senior-seniorku, pimpinan-pimpinanku kehilangan. Pribadinya sangat mengesankan, tutur katanya yang sopan tak di kantor lebih dulu terjun ke dunia ini, pernah melukai siapapun yang mendengarnya, bahkan pembicaraannya lebih banyak ilmu dan pengalaman sangat bijak, menjadi penyejuk bagi hati yang gersang, penuntun bagi yang tak ternilai harganya, lebih yang tersesat, perintahnya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa banyak suka-duka tawa-air mata yang terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan. tertoreh di lembar demi lembar buku dia sangat menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, setiap orang akan histori nya, lebih banyak cerita merasa aman dan nyaman serta mendapat manfaat dengan keberadaannya.perjuangan yang menambah ghirah atau semangat kebanggaan pada

Disebut sebagai pejabat sunnah apabila kehadiran dan keberadaannya dirinya. Dan itulah yang bisa dibagi memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak terasa kehilangan. Andai antar generasi. Agar perjuangan tak saja kelompok kedua ini lebih berilmu dan bertekad mempersembahkan berhenti di sini. Agar benteng terakhir yang terbaik dari kehidupannya dengan tulus dan sungguh-sungguh, itu tetap berdiri kokoh.niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih utama.

Bangkitlah NegerikuHarapan itu masih adaPejabat mubah ada dan tiadanya sama saja. Datar-datar saja. Andaikata Berjuanglah bangsakubisa dimotivasi dengan kursus, pelatihan, rotasi kerja, mudah-mudahan Jalan itu masih terbentangbisa meningkat semangatnya. Pejabat makruh adanya menimbulkan …masalah, tiadanya tidak menjadi masalah. Bila dia ada di kantor (Bangkitlah Negeriku_Shoutul menimbulkan ketidaknyamanan dan menganggu kinerja orang lain. Yang Harokah)serem adalah pejabat haram. Akhlaknya sangat buruk bagai penyakit

kronis yang bisa menjalar. Sering memfinah, mengadu domba, suka membual, tidak amanah, serakah, tamak, pekerjaannya tidak pernah jelas Sebuah muhasabah, terutama teruntuk ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi diriku sendiri.***pembuat masalah. Pendek kata dia adalah "trouble maker".

*Yunita ApriliaHmmmmh...kita termasuk tipe yang mana? Atau mungkin kita perpaduan

| Penata Bina Cinta Alamdan Kader dari kelima tipe tersebut? Dirindukan kehadirannya atau dirindukan Konservasi Balai Besar Taman ketiadaannya? Nasional Gunung Leuser

Semoga masih ada waktu untuk terus menata hati dan membina diri menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pejuang yang menghijaukan perjalanan konservasi sampai titik penghabisan. Tak peduli staf ahli atau ahli staf-kah kita. Tak peduli diamanahi jabatan apa kita di barisan ini.

W a c a n a W a c a n a

Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri dan untuk

melampaui hari kemarin dengan hari ini.

- Stuart B. Jhonson -

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

26 27Vol. 4 No. 12Tahun 2008

ecara kuantitas, eksistensi Polisi Kehutanan (Polhut) saat ini semakin menurun. Hal ini disebabkan selain karena semakin banyaknya Polhut memasuki masa pensiun, juga akibat adanya kebijakan Pemerintah yang membentuk SPORC S

(Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat). Anggota SPORC adalah para “alumni” Polhut yang kemudian dibekali pendidikan lanjutan selama lebih kurang 2 bulan. Setiap tahunnya anggota Polhut berkurang sekitar 300 orang karena berubah status menjadi anggota SPORC.

Secara historis, SPORC muncul awal tahun 2005. Menurut siaran pers-nya yang bernomor S.680/II/PIK-1/2005, Departemen Kehutanan membentuk Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) sebagai jawaban atas semakin meningkatnya intensitas gangguan dan tekanan terhadap sumberdaya hutan di Indonesia berupa pencurian dan pemungutan hasil hutan secara liar, peredaran dan perdagangan hasil hutan ilegal termasuk penyelundupan ke luar negeri serta perambahan/penggunaan/ penguasaan lahan kawasan hutan secara melanggar hukum.

SPORC merupakan satuan Polhut khusus yang memiliki kompetensi lebih dibandingkan dengan Polhut reguler. Kemampuan tersebut terkait dengan tingkat kehandalan, profesionalitas, dukungan kemampuan dan keterampilan fisik serta dedikasi dan integritas yang tinggi. Namun yang sedikit membingungkan adalah bahwa personel SPORC sebenarnya Polhut juga. Perbedaannya, para personel SPORC telah dibekali pendidikan tentang teknis kehutanan dan lain-lain dalam waktu sekitar 2 bulan. Meskipun terhitung tidak terlalu lama, namun dengan pendidikan tersebut, diharapkan profesionalitas, kehandalan dan dedikasi calon anggota SPORC dapat meningkat pesat.

Namun di lain pihak, dengan adanya perekrutan anggota SPORC dari personil Polhut yang sudah ada, apabila tidak ada peremajaan secepatnya di tubuh Polhut, maka kita tinggal menghitung waktu habisnya jumlah Polhut yang kita miliki. Secara tidak langsung, mungkin orang awam akan mengatakan bahwa pemerintah terkesan

tidak lagi membutuhkan Polhut karena dianggap kurang mampu dalam menangani permasalahan kehutanan di lapangan, sehingga harus ada tenaga baru yang handal dalam menangani semua permasalahan kehutanan di lapangan yaitu SPORC. Semoga kesan itu dapat hilang dengan eksistensi dan komitmen kuat para Polhut di lapangan, serta semakin diperkuatnya koordinasi dan komunikasi yang intensif antara Polhut dengan SPORC.

Pada dasarnya operasi perlindungan dan pengamanan hutan dilakukan dalam rangka menjamin terselenggaranya kelestarian hutan, dan Polhut adalah pejabat yang punya kewenangan dalam melaksanakan tugas tersebut. Wewenang Polhut yang dimaksud meliputi kegiatan dan tindakan kepolisian khusus di bidang kehutanan yang bersifat preventif dan tindakan administratif operasi represif. Wewenang tersebut antara lain:

tentang SPORC DAN EKSISTENSI POLhut

Oleh: Ali Sadikin*

Page 28: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

W a c a n a Seputar Kita

akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk dapat •Mengadakan patroli/perondaan di dalam mengatur pengisian pos-pos petugas di lapangan yang personelnya kawasan hutan atau wilayah hukumnya.semakin 'menipis'. Ini dikarenakan SPORC tidak standby langsung

•Memeriksa surat-surat atau dokumen di pos-pos penjagaan di lapangan, tetapi di kantor brigade yang yang berkaitan dengan pengangkutan sudah ditetapkan (berada di ibukota propinsi) yang notabene jauh hasil hutan di dalam kawasan hutan atau dari kawasan hutan sebenarnya. Pemilihan lokasi markas SPORC wilayah hukumnya. ini saya yakin juga melalui banyak pertimbangan, misalnya ke-

strategis-an lokasi; menyangkut daya jangkau ke seluruh wilayah •Menerima laporan tentang telah propinsi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta efektifitas

terjadinya tindakan pidana menyangkut komunikasi dari semua lini.

hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.Namun, kembali ke pertanyaan awal... Jumlah Polhut semakin

•Mencari keterangan dan barang bukti menipis, siapa lagi petugas yang ada di lapangan? Semoga terjadinya tindak pidana yang pemerintah akan mendapatkan solusi terbaik untuk problem ini. menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

Sedikit kita menoleh kepada kebijakan di masa lalu, M. Prakosa •Membuat laporan dan menandatangani selaku Menteri Kehutanan pada saat itu membentuk suatu tim yang

laporan tentang terjadinya tindak pidana dianggap jitu dalam menangani permasalahan kehutanan di yang menyangkut hutan, kawasan hutan lapangan yaitu Tim P2LHHI (Pemberantas Penebangan Liar dan dan hasil hutan. Peredaran Hasil Hutan Illegal). Tim ini dimaksudkan dapat

mengurangi illegal logging. Tim yang dianggap sebagai rumus yang paling efektif dan efesien dalam menangani masalah illegal

Dari uraian di atas, tugas dan fungsi pokok logging. Namun yang terjadi adalah bahwa akhirnya Tim ini tidak

(tupoksi) pejabat Polhut sebagai teknisi di bertahan lama. Apakah karena dianggap tidak berhasil atau hanya

lapangan jelas sudah. Namun mengingat karena pergantian kepemimpinan yang mengakibatkan pergantian

penurunan kuantitas Polhut, apakah mungkin kebijakan? Entahlah....

semua tupoksi itu bisa dilaksanakan secara optimal oleh Polhut? Jika kita lihat sekilas, dari segi tupoksi-nya, tidak ada suatu Apakah SPORC nantinya akan bernasib sama dengan Tim perbedaan yang mendasar antara Polhut P2LHHI? Kita mengharapkan, semoga tidak. Awalnya Tim dengan SPORC. Namun dari segi organisasi P2LHHI juga dianggap sebagai program andalan pemerintah dalam tentu berbeda, SPORC sudah memiliki menangani masalah penebangan liar, dan sekarang SPORC menjadi brigade tersendiri sedangkan Polhut reguler ujung tombak dalam menangani permasalahan tersebut. Dan yang berada di bawah UPT pusat dan/ atau daerah. menjadi pertanyaan, setelah tahun 2009 apakah program ini akan Kerjasama cantik dan saling mendukung antar terus berlanjut atau muncul lagi program baru yang lebih baik? 2 organisasi itu, seperti yang sudah berjalan di Tentunya pemerintah-lah yang menentukan semua ini.Provinsi Sumut ini, diharapkan akan mampu meredam dikotomi-dikotomi yang mungkin bisa terjadi. Sekedar usulan, sebaiknya pemerintah membuka kesempatan

menjadi anggota SPORC dari kalangan umum bukan direkrut dari yang sudah ada sehingga tidak terjadi ‘dwifungsi’ dalam

Dalam kurun waktu 5 tahun (mulai tahun pelaksanaan tugas di lapangan, serta tidak ada yang merasa 2005 sampai tahun 2009) kekuatan SPORC dirugikan dengan sebuah ‘kebijakan’. Dan yang utama, semoga akan berjumlah 1.500 personil. Tentunya tidak ada lagi penyusutan jumlah Polisi Kehutanan dan eksistensi secara otomatis jumlah personil Polhut Polhut sebagai “pengawal” paru-paru dunia tetap terjaga.***reguler juga berkurang sejumlah tersebut. Pembentukan SPORC ini diyakini oleh Pemerintah akan menjawab kekurangan *Ali Sadikinjumlah aparat pengamanan hutan yang saat

Polhut pada Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuserini berjumlah 8.800 dengan 3.100 personil ditempatkan di ‘pusat’ dan 5.700 personil di daerah. Bahan bacaan:

1Siaran Pers No: S.680/II/PIK-1/2005. Diakses melalui

Seperti yang sering terjadi di banyak hal, teori selalu berbeda dengan praktek. Itulah juga September 2008)

2yang tergambar pada pembahasan ini. Sekali Werdaningsih. 2008. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Balai lagi, dari segi kuantitas, jumlah Polhut akan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Pematang Siantar. Pematang terus merosot dan di lain pihak jumlah Siantar.personil SPORC terus bertambah. Hal ini

http://www.dephut.go.id/informsi/humas/2005/680_05.htm (11

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

28 29Vol. 4 No. 12Tahun 2008

agi itu, tanggal 28 November 2008, hujan dan tanggal 28 November 2008 sebagai puncak Hari rintik-rintik membasahi kompleks Pangkalan Menanam Nasional. Acara di Pangkalan TNI AL-1 TNI AL-1 Stasiun Pemancar, Desa Ujung Stasiun Pemancar ini adalah bagian dari “Aksi P

Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Penanaman 100 Juta Pohon” yang telah dicanangkan Deli Serdang - Sumatera Utara. Walau demikian, Presiden. Di lokasi ini, Gubernur Sumatera Utara, H. ratusan orang berbalut kaos putih dengan tulisan Syamsul Arifin,SE secara simbolis menanam pohon 'Indonesia Menanam' tetap segar dan menyungging sekaligus mencanangkan agenda nasional ini di senyum terbaiknya untuk mengikuti agenda hari itu, tingkat Provinsi Sumatera Utara.yaitu Upacara Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional Tingkat Sekitar 5.000 pohon jenis pulai, ketapang, durian, Propinsi Sumatera Utara. Mereka adalah para peserta mangga dan petai ditanam serentak di sekitar areal ‘menanam’ dari berbagai instansi; Dinas dan Badan pencanangan itu. Kepala Balai Besar Taman Nasional Pemerintah lingkup Pemda Provinsi Sumatera Utara, Gunung Leuser beserta staf juga berkesempatan ikut jajaran UPT lingkup Departemen Kehutanan di berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ikut menancapkan Sumatera Utara, jajaran penegak hukum, para pelajar- akar yang diharapkan kuat menyokong pohon – pohon mahasiswa beserta guru-guru mereka, dan masyarakat yang akan menghijaukan Indonesia. umum. Semoga....

Bulan Desember ditetapkan sebagai Bulan Menanam *dwi-ita

Indonesia Menanam (pun dengan Medan)28 November 2008

1 2

4 35

Keterangan foto:1. Denah areal penanaman di sekitar lokasi pencanangan “Gerakan Menanam Satu Juta Pohon” Sumatera Utara.2. Gubernur Sumatera Utara, H. Syamsul Arifin,SE, memimpin acara.3. Prasasti “Gerakan Menanam Satu Juta Pohon” Provinsi Sumatera Utara.4. Peserta upacara, bersiap menanam...5. Kepala Balai Besar TNGL - secara simbolis menanam sebatang bibit Pulai.

Foto: A

htu Trihangga

Page 29: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

W a c a n a Seputar Kita

akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk dapat •Mengadakan patroli/perondaan di dalam mengatur pengisian pos-pos petugas di lapangan yang personelnya kawasan hutan atau wilayah hukumnya.semakin 'menipis'. Ini dikarenakan SPORC tidak standby langsung

•Memeriksa surat-surat atau dokumen di pos-pos penjagaan di lapangan, tetapi di kantor brigade yang yang berkaitan dengan pengangkutan sudah ditetapkan (berada di ibukota propinsi) yang notabene jauh hasil hutan di dalam kawasan hutan atau dari kawasan hutan sebenarnya. Pemilihan lokasi markas SPORC wilayah hukumnya. ini saya yakin juga melalui banyak pertimbangan, misalnya ke-

strategis-an lokasi; menyangkut daya jangkau ke seluruh wilayah •Menerima laporan tentang telah propinsi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta efektifitas

terjadinya tindakan pidana menyangkut komunikasi dari semua lini.

hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.Namun, kembali ke pertanyaan awal... Jumlah Polhut semakin

•Mencari keterangan dan barang bukti menipis, siapa lagi petugas yang ada di lapangan? Semoga terjadinya tindak pidana yang pemerintah akan mendapatkan solusi terbaik untuk problem ini. menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

Sedikit kita menoleh kepada kebijakan di masa lalu, M. Prakosa •Membuat laporan dan menandatangani selaku Menteri Kehutanan pada saat itu membentuk suatu tim yang

laporan tentang terjadinya tindak pidana dianggap jitu dalam menangani permasalahan kehutanan di yang menyangkut hutan, kawasan hutan lapangan yaitu Tim P2LHHI (Pemberantas Penebangan Liar dan dan hasil hutan. Peredaran Hasil Hutan Illegal). Tim ini dimaksudkan dapat

mengurangi illegal logging. Tim yang dianggap sebagai rumus yang paling efektif dan efesien dalam menangani masalah illegal

Dari uraian di atas, tugas dan fungsi pokok logging. Namun yang terjadi adalah bahwa akhirnya Tim ini tidak

(tupoksi) pejabat Polhut sebagai teknisi di bertahan lama. Apakah karena dianggap tidak berhasil atau hanya

lapangan jelas sudah. Namun mengingat karena pergantian kepemimpinan yang mengakibatkan pergantian

penurunan kuantitas Polhut, apakah mungkin kebijakan? Entahlah....

semua tupoksi itu bisa dilaksanakan secara optimal oleh Polhut? Jika kita lihat sekilas, dari segi tupoksi-nya, tidak ada suatu Apakah SPORC nantinya akan bernasib sama dengan Tim perbedaan yang mendasar antara Polhut P2LHHI? Kita mengharapkan, semoga tidak. Awalnya Tim dengan SPORC. Namun dari segi organisasi P2LHHI juga dianggap sebagai program andalan pemerintah dalam tentu berbeda, SPORC sudah memiliki menangani masalah penebangan liar, dan sekarang SPORC menjadi brigade tersendiri sedangkan Polhut reguler ujung tombak dalam menangani permasalahan tersebut. Dan yang berada di bawah UPT pusat dan/ atau daerah. menjadi pertanyaan, setelah tahun 2009 apakah program ini akan Kerjasama cantik dan saling mendukung antar terus berlanjut atau muncul lagi program baru yang lebih baik? 2 organisasi itu, seperti yang sudah berjalan di Tentunya pemerintah-lah yang menentukan semua ini.Provinsi Sumut ini, diharapkan akan mampu meredam dikotomi-dikotomi yang mungkin bisa terjadi. Sekedar usulan, sebaiknya pemerintah membuka kesempatan

menjadi anggota SPORC dari kalangan umum bukan direkrut dari yang sudah ada sehingga tidak terjadi ‘dwifungsi’ dalam

Dalam kurun waktu 5 tahun (mulai tahun pelaksanaan tugas di lapangan, serta tidak ada yang merasa 2005 sampai tahun 2009) kekuatan SPORC dirugikan dengan sebuah ‘kebijakan’. Dan yang utama, semoga akan berjumlah 1.500 personil. Tentunya tidak ada lagi penyusutan jumlah Polisi Kehutanan dan eksistensi secara otomatis jumlah personil Polhut Polhut sebagai “pengawal” paru-paru dunia tetap terjaga.***reguler juga berkurang sejumlah tersebut. Pembentukan SPORC ini diyakini oleh Pemerintah akan menjawab kekurangan *Ali Sadikinjumlah aparat pengamanan hutan yang saat

Polhut pada Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuserini berjumlah 8.800 dengan 3.100 personil ditempatkan di ‘pusat’ dan 5.700 personil di daerah. Bahan bacaan:

1Siaran Pers No: S.680/II/PIK-1/2005. Diakses melalui

Seperti yang sering terjadi di banyak hal, teori selalu berbeda dengan praktek. Itulah juga September 2008)

2yang tergambar pada pembahasan ini. Sekali Werdaningsih. 2008. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Balai lagi, dari segi kuantitas, jumlah Polhut akan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Pematang Siantar. Pematang terus merosot dan di lain pihak jumlah Siantar.personil SPORC terus bertambah. Hal ini

http://www.dephut.go.id/informsi/humas/2005/680_05.htm (11

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

28 29Vol. 4 No. 12Tahun 2008

agi itu, tanggal 28 November 2008, hujan dan tanggal 28 November 2008 sebagai puncak Hari rintik-rintik membasahi kompleks Pangkalan Menanam Nasional. Acara di Pangkalan TNI AL-1 TNI AL-1 Stasiun Pemancar, Desa Ujung Stasiun Pemancar ini adalah bagian dari “Aksi P

Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Penanaman 100 Juta Pohon” yang telah dicanangkan Deli Serdang - Sumatera Utara. Walau demikian, Presiden. Di lokasi ini, Gubernur Sumatera Utara, H. ratusan orang berbalut kaos putih dengan tulisan Syamsul Arifin,SE secara simbolis menanam pohon 'Indonesia Menanam' tetap segar dan menyungging sekaligus mencanangkan agenda nasional ini di senyum terbaiknya untuk mengikuti agenda hari itu, tingkat Provinsi Sumatera Utara.yaitu Upacara Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional Tingkat Sekitar 5.000 pohon jenis pulai, ketapang, durian, Propinsi Sumatera Utara. Mereka adalah para peserta mangga dan petai ditanam serentak di sekitar areal ‘menanam’ dari berbagai instansi; Dinas dan Badan pencanangan itu. Kepala Balai Besar Taman Nasional Pemerintah lingkup Pemda Provinsi Sumatera Utara, Gunung Leuser beserta staf juga berkesempatan ikut jajaran UPT lingkup Departemen Kehutanan di berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ikut menancapkan Sumatera Utara, jajaran penegak hukum, para pelajar- akar yang diharapkan kuat menyokong pohon – pohon mahasiswa beserta guru-guru mereka, dan masyarakat yang akan menghijaukan Indonesia. umum. Semoga....

Bulan Desember ditetapkan sebagai Bulan Menanam *dwi-ita

Indonesia Menanam (pun dengan Medan)28 November 2008

1 2

4 35

Keterangan foto:1. Denah areal penanaman di sekitar lokasi pencanangan “Gerakan Menanam Satu Juta Pohon” Sumatera Utara.2. Gubernur Sumatera Utara, H. Syamsul Arifin,SE, memimpin acara.3. Prasasti “Gerakan Menanam Satu Juta Pohon” Provinsi Sumatera Utara.4. Peserta upacara, bersiap menanam...5. Kepala Balai Besar TNGL - secara simbolis menanam sebatang bibit Pulai.

Foto: A

htu Trihangga

Page 30: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Intermezzo Wanasastra

Seorang teman karib menghampiri meja kerja anda, dan memungut

sebatang pensil yang patah. Pintanya, ”Boleh aku pinjam ini?”

Anda yang sibuk hanya menengok sekelebat dan berkata, ”ambil

saja!”. Setelah itu anda lupa tentang kejadian itu selamanya.

Padahal bagi teman anda, pensil patah itu sangat berharga demi

pengerjaan tugasnya.

Tahukah anda bagaimana 'rasa' sebuah ketulusan?

Setiap dari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan

ketulusan yang murni. Namun tidak banyak yang mampu

memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa apalagi untuk

dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda menyilakan teman dekat anda mengambil

pensil patah anda. Tiada setitik pun keberatan. Tiada setitik

pun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa.

Semuanya lenyap dalam ketulusan.

Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini

seperti pensil patah ini. Sehingga selalu ada rasa keberatan

atau berjasa saat kita saling berbagi. Sayangnya tidak mudah

juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan sendiri sehingga

pensil patah pun tampak bagai pena emas.

Jangan ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan yang anda

letakkan dalam ingatan bagaikan debu yang tertiup angin.

Dicuplik dari Motivasi Net bagian pertama halaman 33

Rasa Sebuah Ketulusan

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

30 31Vol. 4 No. 12Tahun 2008

poem for mangrove

MANGROVE DAN KEHIDUPANby Adi Triswanto

Mangrove……ibarat lelakiDia adalah kumis….Walau sedikit, dia membuat manisDan…… dengan kumis membuat wanita meringisMangrove ….ibarat wanitaDia cantik nan rupawan, bak putri ratu kecantikanSemua…….mendekat, meminta perhatian Bukan hanya manusia, bahkan hewan….Jasat renik…Nyamuk…Lebah…Cacing…Ikan …Kepiting…Burung….Biawak…Ular…Kadal…Komodo…Kelelawar…Kambing...Kerbau...SapiMonyet…Bahkan… buaya nan seraaaaamSemua…. ada di sanaSemua…. butuh diaDia meliuk ditiup angin pantai, membuai makhluk menjadi damaiDan bergoyang ketika ombak menerpa, bak penari legong nan menawanTiada bosan aku memandangMangrove…..Ibarat kalaDia adalah sunrise dan sunsetWalau sebentar, tetapi sangat indah nan menakjubkanDisana….Kenangan susah terlupakanMangrove…Ibarat makananDia adalah soup yang sedaapKarena manis, asam dan asin berpadu didalam Hingga…berbagai makhluk betah berdiamMangrove…Ibarat bangunan ……Dia adalah landasanAkarnya kokoh nan mencengkeramMenopang seluruh struktur kehidupanStruktur kehidupan insan…..semesta alamTanpa mangrove abrasi akan menghantamTanpa mangrove intrusi akan menyerangTanpa mangrove polusi tidak tertahanTanpa mangrove bencana tsunami banyak menelan korbanTanpa mangrove kan terperas….. produktifitas perairan Tanpa mangrove …..kan terputus…. mata rantai makanan Tanpa mangrove akan padam ….kehidupan

Karena mangrove adalah….bukti Illahi…tangan Tuhan….Anugerah Sang PenciptaDan manusia harus…. mempertahankan.Sebagai bukti pengabdian.

Bogor, 25 Juli 2005

Page 31: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Intermezzo Wanasastra

Seorang teman karib menghampiri meja kerja anda, dan memungut

sebatang pensil yang patah. Pintanya, ”Boleh aku pinjam ini?”

Anda yang sibuk hanya menengok sekelebat dan berkata, ”ambil

saja!”. Setelah itu anda lupa tentang kejadian itu selamanya.

Padahal bagi teman anda, pensil patah itu sangat berharga demi

pengerjaan tugasnya.

Tahukah anda bagaimana 'rasa' sebuah ketulusan?

Setiap dari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan

ketulusan yang murni. Namun tidak banyak yang mampu

memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa apalagi untuk

dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda menyilakan teman dekat anda mengambil

pensil patah anda. Tiada setitik pun keberatan. Tiada setitik

pun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa.

Semuanya lenyap dalam ketulusan.

Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini

seperti pensil patah ini. Sehingga selalu ada rasa keberatan

atau berjasa saat kita saling berbagi. Sayangnya tidak mudah

juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan sendiri sehingga

pensil patah pun tampak bagai pena emas.

Jangan ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan yang anda

letakkan dalam ingatan bagaikan debu yang tertiup angin.

Dicuplik dari Motivasi Net bagian pertama halaman 33

Rasa Sebuah Ketulusan

Vol. 4 No. 12Tahun 2008

30 31Vol. 4 No. 12Tahun 2008

poem for mangrove

MANGROVE DAN KEHIDUPANby Adi Triswanto

Mangrove……ibarat lelakiDia adalah kumis….Walau sedikit, dia membuat manisDan…… dengan kumis membuat wanita meringisMangrove ….ibarat wanitaDia cantik nan rupawan, bak putri ratu kecantikanSemua…….mendekat, meminta perhatian Bukan hanya manusia, bahkan hewan….Jasat renik…Nyamuk…Lebah…Cacing…Ikan …Kepiting…Burung….Biawak…Ular…Kadal…Komodo…Kelelawar…Kambing...Kerbau...SapiMonyet…Bahkan… buaya nan seraaaaamSemua…. ada di sanaSemua…. butuh diaDia meliuk ditiup angin pantai, membuai makhluk menjadi damaiDan bergoyang ketika ombak menerpa, bak penari legong nan menawanTiada bosan aku memandangMangrove…..Ibarat kalaDia adalah sunrise dan sunsetWalau sebentar, tetapi sangat indah nan menakjubkanDisana….Kenangan susah terlupakanMangrove…Ibarat makananDia adalah soup yang sedaapKarena manis, asam dan asin berpadu didalam Hingga…berbagai makhluk betah berdiamMangrove…Ibarat bangunan ……Dia adalah landasanAkarnya kokoh nan mencengkeramMenopang seluruh struktur kehidupanStruktur kehidupan insan…..semesta alamTanpa mangrove abrasi akan menghantamTanpa mangrove intrusi akan menyerangTanpa mangrove polusi tidak tertahanTanpa mangrove bencana tsunami banyak menelan korbanTanpa mangrove kan terperas….. produktifitas perairan Tanpa mangrove …..kan terputus…. mata rantai makanan Tanpa mangrove akan padam ….kehidupan

Karena mangrove adalah….bukti Illahi…tangan Tuhan….Anugerah Sang PenciptaDan manusia harus…. mempertahankan.Sebagai bukti pengabdian.

Bogor, 25 Juli 2005

Page 32: Buletin Jejak Leuser Edisi 12

Sumber dana: DIPA Balai Besar TNGL Tahun 2008