9
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian /.^' - r\ Volume 5 Nomor 2 Tahun 2000 ISSN 1410-4377 Buletin

Buletin ISSN 1410-4377

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin ISSN 1410-4377

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

/.^'-

r\Volume 5 Nomor 2 Tahun 2000

ISSN 1410-4377Buletin

Page 2: Buletin ISSN 1410-4377

Alamat RedaksiSekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah

Jalan Merdeka 147, Bogor 16111Telp/Faks: (0251) 327031

Redaksi PelaksanaHusni Kasim

Lukman HakimHermanto

Dewan RedaksiSurahmat KusumoKusuma Diwyanto

Sugiono MoeljopawiroJohanes Widodo

Maharani Hasanah

Penanggung JawabKetua Komisi Nasional Plasma Nutfah

Kusuma Diwyanto

Buletin Plasma NutfahVolume 5 Nomor 2 Tahun 2000

Page 3: Buletin ISSN 1410-4377

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

DAFTAR ISI

Keragaman Hayati Terumbu Karang di Indonesia 1

Johanes Widodo

Karakterisasi Mutu Bunga Potong Sedap MalamKultivar Ganda 7Murtiningsih W., Wisnu Broto, Wakiah Nuryani, dan

Imam Muhajir

Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi dalam PerakitanVarietas Unggul Padi Ketan 12Bambang Kustianto, Allidawati, dan Supartopo

Pengelolaan Plasma Nutfah Ubi-ubian Dioscorea spp 18Sutoro dan Hadiatmi

Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kacang HijauIntroduksi dari AVRDC, Taiwan 24Lukman Hakim

Plasma Nutfah Padi Lokal di Kalimantan Timur 30T. Sudiaty Silitonga, Koesnadi Wirasapoetra, Sarmiah,

Usmar Bakhtiannur, Kamin, dan Patrice Levang

Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Kelapa 40Heldering Tampake

Volume 5 Nomor 2 Tahun 2000

(pCasma ^utfahISSN 1410-4377

Buletin

Buletin Plasma Nutfah diterbitkanoleh Komisi Nasional Plasma Nutfah,Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Memuat tulisan hasilpenelitian dan tinjauan ilmiah yangbelum pernah diterbitkan tentangeksplorasi, karakterisasi, evaluasi,

pemanfaatan, dan pelestarian plasmanutfah tumbuhan, hewan dan mikroba,Buletin ini diterbitkan secara berkala,

dua kali setahun.

Pengantar

. Tidak dapat dibayangkan apa yangterjadi bila plasma nutfah mengalami ke-punahan. Oleh karena itu, Badan LitbangPertanian senantiasa berupaya melestari-kan plasma nutfah sebagaimana tercermindari pembentukan gen bank dan kegiatanpenelitian yang menangani perplasmanut-fahan. Untuk dapat diketahui oleh berba-gai pihak, hasil penelitian tersebut diin-formasikan dalam berbagai media, terma-suk Buletin Plasma Nutfah.

Dalam penerbitan Buletin PlasmaNutfah, hingga saat ini Redaksi masihmengalami kekurangan makalah yang si-ap terbit. Beberapa makalah yang diki-rimkan kepada Redaksi terpaksa dikem-balikan ke penulisnya untuk perbaikan,yang tidak jarang memerlukan waktu cu-kup lama. Hal ini tentu berpengaruh ter-hadap ketepatan waktu terbit Buletin. Untuk dapat terbit tepat waktu dengan mutudan ffekuensi yang meningkat, mediapublikasi ini memerlukan makalah dariberbagai pihak, termasuk para pemulia dilembaga penelitian dan perguruan tinggi.

Redaksi

Page 4: Buletin ISSN 1410-4377

J. Widodo: Keragaman Hayati Terumbu Karang

PENDAHULUAN

Terumbu karang sangat kaya akan spesiesyang saling berinteraksi dan membentuk komunitasyang luar biasa rumit. Pada dasarnya tidak hanyakarang, tetapi juga berbagai jenis ganggang (alga),moluska, dan foraminifera ikut menyusun kombi-nasi yang penting dalam struktur terumbu (Whittenet al., 1987). Karang pembentuk terumbu bersifathermatipik, yang berarti mempunyai hubungan sim-biotik dengan ganggang hijau zooxanthella yanghidup dalam jaringan karang pembentuk terumbu.Di suatu terumbu karang dapat pula ditemukandensitas ikan yang lebih besar dibanding di tempatlainnya di laut. Seperti diketahui, studi terhadapekologi ikan terumbu karang relatif baru dimulaidan perkembangannya sejalan dengan ketersediaanperalatan skuba.

Terumbu karang secara biologi ^angat beragam, selain indah dan produktif juga spektakulerdari bagian alam yang mengagumkan, serta menya-jikan keragaman dan kelimpahan kehidupan tanam-an dan hewan yang hampir tidak ada yang mampumenandinginya. Terumbu karang sulit dideskripsi-kan secara tepat. la harus dilihat agar seseorang dapat menghargainya secara sungguh-sungguh

Meskipun ditemukan di seluruh lautan, namunakumulasi karang yang dapat diklasifikasikan seba-gai terumbu hanya terbatas di wilayah perairanyang hangat dengan rata-rata temperatur bulanan diatas 18C sepanjang tahun. Sinar matahari sangatdiperlukan bagi proses fotosintesis dari ganggangsehingga keberadaan karang pembentuk terumbuterbatas pula pada dasar perairan yang dangkal.

KERAGAMAN HAYATI

Menurut Mann (1982) hermatipik atau karangpembentuk terumbu adalah Antosoa Coelenteratadari kelas Skleraktinia, yang ditandai oleh kemam-

ABSTRAK

Ekosistem terumbu karang memiliki spesies yang luar biasabanyak, saling berinteraksi dan membentuk komunitas yangsangat rumit. Pada dasarnya spesies tersebut bukan hanya karang tetapi juga berbagai jenis alga, moluska, dan foramini-fera yang merupakan komponen penting dalam struktur terumbu karang. Pada terumbu karang juga dapat dijumpai ratusanspesies dengan kepadatan yang lebih tinggi dibanding habitatlainnya di laut. Meskipun terumbu karang merupakan ekosistem yang stabil dengan spesies yang beragam dan mampu ber-adaptasi baik dengan derajat simbiosis internal yang tinggi, tetapi tidak imun terhadap gangguan manusia yang bersifat an-tropogenik. Limbah domestik dan industri, tumpahan minyak,siltasi dan stagnasi air yang diakibatkan oleh pengedukan danpenimbunan, polusi termal dan banjir dengan salinitas yangrendah atau pelumpuran yang disebabkan oleh pengelolaan la-han yang tidak benar dapat menjadi titik awal kerusakan terumbu karang. Oleh sebab itu, perlu adanya konsep taman lautyang akan melindungi sumber daya hayati dan lingkungan terumbu karang sehingga kelestariannya menjadi lebih terjamin.

Kata kunci: Terumbu karang, keragaman hayati, kelestarian.

ABSTRACT

Coral reef ecosystems were characterized by their spectacularspecies abundance, which set up into communities that performed compilated interactions. Principally, those communities not only composed by coral, but also a great variety ofalgae, mollusks, and foraminifers as an important componentof the reef structure. Additionally, hundreds offish species canbe found in the coral reef with higher density than any otherhabitats in the sea. Even though coral reef ecosystems arestable with species diversity which able to adapt with a highdegree of internal symbiosis, it does not mean that they areimmune to the external anthropogenic perturbation. Domesticand industrial wastes, oil spill, siltation, thermal pollution, andflooding with low salinity of water are all begininning to taketheir lavy. Accordingly, the concept of marine reserve shouldbe imple-mented to protect living resources and their environment in order to sustain their existence.

Key word: Coral reef, biodiversity, environment.

Johanes WidodoBalai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta

Keragaman Hayati Terumbu Karang di Indonesia

Page 5: Buletin ISSN 1410-4377

Buletin Plasma Nutfah

dijumpai dalam laguna terumbu karang (Thurman,1985).

Meskipun dalam suatu terumbu karang terlihatdidominasi oleh berbagai hewan, namun kenyataan-nya tanaman dapat mencapai 75% dari biomassadalam suatu area terumbu karang. Tanaman terse-

but meliputi ganggang berfilamen maupun makro-alga dan coralline algae. Kelompok yang terakhirini merupakan ganggang yang mengandung kalsium, yang mendeposit limestone di dalam selnyasehingga menjadi sangat keras.

Menurut Grassle et al. (1990), pada tingkatphylum, diversitas marine lebih besar daripada domain lainnya. Hampir semua phyla terdapat di lautdan dari spesies yang diketahui telah diestimasi sekitar 20% bersifat marine (Odgen et al., 1994).Whitten et al. (1987) mengemukakan tujuh phylainvertebrata utama dalam terumbu karang dan kla-sifikasi sederhana menurut Barnes (1984) disajikandalam Tabel 1.

Semua terumbu karang dikolonisasi oleh bera-gam hewan invertebrata yang sangat mengagum-

kan, masing-masing spesies saling berinteraksi danmembentuk komunitas yang luar biasa kompleks.Menurut McMagnus (1992), Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling kaya akan spesies marine dan memiliki paling tidak sebanyak 70 genera.

Terumbu karang diyakini sebagai ekosistemperairan laut dangkal yang sangat beragam, tetapipemahaman tentang keragaman tersebut dapat di-katakan masih pada taraf infansi karena berbagaikesulitan penarikan contoh (sampling) telah menga-lahkan setiap usaha inventori meskipun hanya ter-hadap bagian tertentu dari taksa yang ada.

Terumbu karang merupakan tempat tinggal lebih dari sepertiga spesies ikan yang hidup di bumiyang jumlahnya diperkirakan berkisar antara 19-20ribu dan belum termasuk makhluk laut lainnya. Di-kemukakan pula bahwa lebih dari 93 ribu spesiesorganisme yang hidup di terumbu karang telahberhasil diidentifikasi, namun diperkirakan lebihdari satu juta spesies mendiami ekosistem ini.Dengan demikian terumbu karang sangat kaya akanplasma nutfah.

puannya menghasilkan suatu rangka eksternal darikalsium karbonat, yang tumbuh secara kumulatifdan membentuk formasi masif. Antosoa Coelente-rata dapat dikenali dari adanya ganggang berseltunggal, yakni zooxanthella yang hidup secara internal dalam jaringannya. Telah terbukti bahwazooxanthella merupakan faktor esensial dalam proses pembentukan kalsium karena terdapat korelasiyang nyata antara laju fotosintesis dan laju klasi-fikasi. Karang tergantung pada fotosintesis danumumnya tumbuh pada kedalaman kurang dari 25m, pertumbuhan maksimum terjadi pada kedalamankurang dari 10 m. Secara umum penyebarankarang-karang pembentuk* terumbu terbatas didaerah tropis atau subtropis. Terumbu tidak akantumbuh bila rata-rata suhu tahunan di bawah 18C,dan tumbuh paling baik pada suhu 25-29C. Asem-bel karang yang paling kaya terdapat di Melanesia-Asia Tenggara, di mana terdapat lebih dari 50 genera dan 700 spesies (Mann, 1982).

Rangka dasar pertama terumbu dibentuk diperairan dangkal, mendapat sinar matahari, dan jer-nih oleh karang yang tergolong dalam Skleraktiniayang dibantu oleh karang Hydrocoralline danAlcyonaria, yang juga memiliki zooxanthella, sela-in oleh berbagai jenis alga kalkareus yang mengan-dung kalsium. Terumbu karang di Indonesia seba-gian besar didominasi oleh tiga genera, yakniAkropora, Montipora dan Porites. Sejauh ini telahtercatat sebanyak 354 spesies karang Skleraktiniayang termasuk dalam 75 genera.

Terumbu karang sebenarnya terdiri dari tanam-an yang jumlahnya mencapai sebanyak tiga kalibiomassa hewan. Zooxanthella sendiri berjumlahsekitar 50% dari massa tanaman terumbu karang.Sebagian besar sisanya adalah ganggang hijauberfilamen. Konsentrasi fitoplankton di perairanterumbu karang jauh lebih banyak dibandingkandengan perairan tropis nonproduktif dari lautanterbuka. Hal ini disebabkan oleh struktur terumbukarang yang membantu mengumpulkan dan mena-han nutrien yang diperlukan tanaman untuk ber-kembang dengan baik. Selain itu, berbagai jenisikan terumbu karang yang indah menghuni perairandangkal. Karang gorgonia, anemon, krustasea, mo-

luska, dan berbagai jenis ekhinodermata juga dapat

Page 6: Buletin ISSN 1410-4377

J. Widodo: Keragaman Hayati Terumbu Karang

dan berbagai jenis kakap merah dari Lutjanidae.Kelompok predator organisme bentik antara lainadalah wrasses (Labridae), angelfish dan ikankupu-kupu (Chaetodon), triggerfish (Balistidae),filefish (Monacanthidae), dan masih banyak famililainnya. Ikan-ikan herbivora meliputi ikan kakak-tua (Scaridae), ikan nona (Pomacentridae), comb-tooth blennis (Blennidae), dan beberapa ikan surgeon (Acanthuridae). Indonesia juga memiliki banyak dan beragam ikan hias laut, diperkirakan lebihdari 250 spesies.

Ekosistem terumbu karang dicirikan oleh ting-ginya diversitas jenis. Menurut Sale.(1982), inte-raksi biotik mungkin merupakan faktor pentingdalam membentuk komposisi, diversitas dan kelim-pahan ikan yang hidup bersama-sama. Terumbukarang merupakan ekosistem di mana permukaan-nya menyediakan suatu substrat bagi pertumbuhanberbagai jenis ganggang, misalnya ganggang hijau,ganggang cokelat dan ganggang merah, baik yanghidup bebas maupun yang bersifat simbiotik dengan

Ikan-ikan karnivora-piscivora (pemakan ikan),planktivora (pemakan plankton) dan predator atasinvertebrata bentik-mempunyai kontribusi sekitar75% dari seluruh biomassa ikan di terumbu karang.Sebaliknya kontribusi ikan-ikan herbivora yangaktif di siang hari dan bersembunyi di malam harirelatif kecil, sekitar 25% dari biomassa total.

Beberapa predator yang aktif di terumbu karang antara lain adalah: remang (Muraenidae), kera-pu (Serranidae), kakap merah (Lutjanidae), porgies(Sparidae), trumpet dan cornet fish (Aulostomati-dae, Fistularia), beloso (Synodontidae), dan beberapa predator yang bersifat pelagis.

Dalam suatu ekosistem terumbu karang dite-mukan densitas spesies ikan yang lebih besar dari-pada tempat lain di laut, yakni sekitar 100-200spesies/ha. Ikan-ikan karang dapat ditemukan diatas dataran terumbu dan di bagian pinggir di sekitar terumbu. Spesies di bagian pinggir ini cende-rung terdiri dari ikan-ikan yang berukuran lebih besar, antara lain ikan kuwe dan selar dari Carangidae

Sea squirts, tunicates

Sea lilies, featherstarsTeripangBulu babi (sea urchin)Brittles stars, basket starsBintang lautMarine bryozoans

Clams, cockles, mussels

limpets, snails, sea slugsCacing lautblack, thorn corals

True coralsAnemon lautseafeathersSea whips/sea fans/Karang lunakSea wasps

Ubur-uburSea firs, hydroidsSponges

Contoh

AntipathariaScleractiniaActinaria

GorgonaceaAlcyonaceaCubomedusaeRhizostomeae

Ordo

AscidiaceaCrinoideaHolothuroideaEchinoideaOphiuroideaAsteroideaGymnolaemataBivalvaGastropodaPolychaetaCeriantipatharia

Zoantharis

AlcyonariaCubozoaSeyphozoaHydrozoa

Class

Chordata

EchinodermataBryozoa

MolluscaAnnelida

CnidariaPorifera

Phylum

Tabel 1. Klasifikasi sederhana dari invertebrata penting yang terdapat di terumbu karang(Klasifikasi Barnes 1984).

Page 7: Buletin ISSN 1410-4377

Buletin Plasma Nutfah

Gambar 1. Tipe utama terumbu karang: fringing reef barrier reef, dan atol.

Atol

Barrier reef

daratan

Fringing reef

permukaan laut

I /A

Fungsi

Karang merupakan organisme di mana padatahap pertama pertumbuhan kalsiumnya memung-kinkan bagi terbentuknya formasi terumbu. Selan-jutnya ganggang-ganggang coralline berperan pen-ting dalam merekat struktur bangunan terumbu danpada gilirannya sejumlah ganggang hijau berfila-men akan memberikan kontribusi terbesarnya atasseluruh produksi primer dalam ekosistem terumbukarang. Oleh sebab itu, terumbu karang merupakanmonumen hidup bagi keberhasilan suatu komunitasyang memiliki kompleksitas yang tinggi dari ber-bagai bagian yang saling berkaitan namun dalamkeadaan seimbang.

Asosiasi dan interaksi antara berbagai organisme pada terumbu karang bersifat rumit dan inilahyang membuat terumbu karang menjadi komponenpenting dari biodiversitas marine. Selain sebagai"gudang" biodiversitas marine, terumbu karang ju-ga berfungsi sebagai habitat untuk pemijahan, pene-tasan, pengasuhan {nursery), dan sumber pakanbagi ikan-ikan karnivora, herbivora maupun omni-vora. Akan tetapi sifat alami yang kompleks darilingkungan terumbu karang membuatnya rentan ter-hadap pengaruh eksternal yang adakalanya mem-bahayakan kelangsungan hidupnya.

karang polip (Marten dan Polovina, 1982). Kondisiini mendorong prpduksi biologi maksimum dalambatas-batas ketersediaan nutrien di perairan sekitar-

nya.Dengan demikian tidak mengherankan bila te-

rumbu karang dihuni oleh hewan yang dapat dipa-nen dengan keragaman hayati yang luar biasa ba-nyak, mulai dari ikan hiu Catcharinidae yang ber-ukuran lebih dari 3 m sampai ikan teri yang kecil.

TERUMBU KARANG

Geomorfologi

Charles Darwin pada tahun 1842 membedakantiga bentuk utama terumbu karang yakni fringingreefs, barrier reefs dan atol. Fringing reefs terben-tuk dekat pantai terutama pada garis pantai yangber-batu. Barrier reefs terjadi di mana pantaimengalami penurunan dan menjadi landai sertahanya karang yang menghadap laut yang dapatterus tumbuh. Oleh sebab itu, barrier reefs padaumumnya dipisahkan dengan pantai oleh laguna.Atol merupakan struktur terpisah yang dikelilingiperairan dalam. Jenis terumbu karang yang terakhirini cenderung berbentuk tapal kuda dengan titikpusat berupa laguna yang tidak terlalu dalam (Gam-

bar 1).

Page 8: Buletin ISSN 1410-4377

J. Widodo: Keragaman Hayati Terumbu Karang

gunaan sodium sianida untuk menangkap ikan hiasdan ikan konsumsi bersifat destruktif terhadap karang dan invertebrata.

Berbeda dengan banyak ekosistem terestrial,ekosistem terumbu karang dapat terancam secara

langung oleh peningkatan kadar CO2 di atmosfer.Seperti dijelaskan sebelumnya, karang pembentukterumbu memerlukan sinar matahari, media air ha-ngat, dan flora internal dari ganggang bersel tung-gal seperti zooxanthella. Apabila kondisi ini tidakterpenuhi maka terumbu tidak tumbuh.

Kerusakan terumbu karang di Indonesia padaumumnya berkaitan dengan proses siltasi dan sedi-mentasi yang disebabkan oleh praktek pemanfaatanlahan dan penebangan hutan secara tidak benar.Diakui bahwa pengaruh manusia terhadap ekosistem terumbu karang telah berjalan lebih cepat di-banding dengan pemahaman terhadap perubahanekologi yang terjadi dalam ekosistem tersebut.

Produktivitas

Estimasi tentang produktivitas fisik-biologi terumbu karang bervariasi dengan kisaran perbedaansebesar sepuluh kali. Perbedaan tersebut dapat di-pengaruhi oleh habitat dalam maupun antarlokasi.Produktivitas primer terumbu karang diperkirakan>2.000 g C/m2/tahun dengan biomassa- ikan rata-rata 500 kg/ha atau 50 g/m2 dan produksi tahunan5-10 g C/m2/tahun. Marshal (1980) melaporkan

bahwa potensi menghasilkan ikan pada ekosistemterumbu karang berkisar antara 0,8-5,0 t/km2/tahun,

sedangkan menurut penelitian Wass (1980) 18 t/km2/tahun.

Selanjutnya Mann (1982) mengemukakan bahwa produksi primer bru(o dari terumbu berkisar antara 3.000-7.000 g C/m2/tahun, setara 70 t/Wtahun,

yang diimbangi oleh respirasi yang tinggi, sehinggaproduksi primer neto menjadi 300-1000 g C/m2/

tahun. Meskipun produktivitasnya bervariasi darisatu peneliti ke peneliti lainnya tetapi ekosistemterumbu karang memiliki prodiktivitas 20 kali lebihbesar dibandingkan dengan lautan terbuka di manaproduksi primer neto hanya sekitar 20-40 gC/m2/

tahun (Whitten et al., 1987).

Selain merupakan ekosistem yang paling bera-gam, warna dan bentuk terumbu karang sangat in-dah, sehingga membuka berbagai peluang untuk tu-risrrie, rekreasi, pendidikan dan riset. Sebagai tam-bahan, dalam ekosistem terumbu karang terdapatpula sejumlah senyawa produk farmasi yang dapatdimanfaatkan untuk obat berbagai penyakit sepertikanker, infeksi, arthritis, asma, herpes, kerusakantulang dan berbagai substan bioaktif. Fungsi laindari terumbu karang adalah peranan protektifnya,yakni sebagai pelindung ekosistem pantai dari gem-puran ombak dan erosi. Karena itu, Johannes

(1970) menyatakan bahwa ekosistem terumbu karang secara biologi paling produktif, secara takso-nomi paling beragam, dan secara estetika paling di-kagumi.

Kondisi

Sebagian besar terumbu karang dalam keadaanterancam, termasuk di Indonesia. Menurut Odum

(1971), meskipun terumbu karang merupakan ekosistem yang stabil dengan spesies yang beragamdan mampu beradaptasi baik dengan derajat sim-biosis internal yang tinggi, namun tidak imun ter-hadap berbagai gangguan manusia. Limbah domes-tik dan industri, tumpahan minyak, siltasi dan stag-nasi air yang diakibatkan oleh pengedukan dan pe-nimbunan, polusi termal dan banjir dengan salinitasyang rendah atau pelumpuran yang disebabkan olehpengelolaan lahan yang tidak benar dapat menjadititik awal kerusakan terumbu.

Terumbu karang juga dapat terancam kelesta-riannya oleh ledakan populasi predator, yang didu-ga tidak akan timbul dalam ekosistem yang well-ordered dan dalam keadaan klimaks. Predator ter-sebut adalah sejenis bhewan laut "mahkota duri"Acanthaster planci yang mengancam integritas karang. Penyebab dari epidemi belum diketahui, namun polusi dan tekanan lain yang ditimbulkan olehaktivitas manusia diyakini salah satu penyebab.

Terumbu karang juga dapat rusak oleh penang-kapan ikan secara berlebihan, termasuk mengguna-kan bom. Penangkapan yang bersifat destruktif, mi-salnya menggunakan bubu atau perangkap dan mu-roami dapat mengancam konservasi marine. Peng-

Page 9: Buletin ISSN 1410-4377

Buletin Plasma Nutfah

Barnes, R.S.K. 1984. A synoptic classification of living organisms. Blackwell, Oxford.

Grassle, J.F., P. Lassere, A.D. Mclntyre and G.C. Ray. 1990.Marine biodiversity and ecosystem function. A proposalfor an International Programme of Research. Biology

International, Special Issue, No. 23.Johannes, R.E. 1970. Corral reefs and pollution. Report pre

pared for FAO Tech. Conf. Mar. Pollution, Rome, De

cember 1970.Mann, K.H. 1982. Ecology of coastal waters a systems ap

proach. Blackwell Sci. Publ. London. 322 p.Marshall, N. 1980. Fishery yields of coral reefs and adjacent

shallow-water environments, p. 103-109. In: S.B. Sailaand P. M. Roedel (eds.). Stock assessment for tropicalsmall-scale fisheries. Int. Center Mar. Res. Div., Univ.

Rhode Island.Marten, G.G. and J.J. Polovina. 1982. A comparative study of

fish yields from various tropical ecosystems, p. 255-285.In D. Pauly and G.I. Murphy (eds.). Theory and management of trop.fisheries. ICLARM Conf. Proc. 9. 360 p.

McMagnus, J.W. 1992. The Spratly Islands: a marine parkalternative. NAGA, ICLARM Quarterly (July): 4-8. *

Munro, J.L. 1982. Estimation of biological and fishery parameters in coral reef fisheries, p. 71-82. In D. Pauly andG.I. Murphy (eds.). Theory and management of tropicalfisheries. ICLARM Conference Proceeding 9,360 p.

Odgen, J., F. Done and B. Salvat. 1994. Ecosystem functionand biodiversity on coral reef. NAGA, ICLARM Quar

terly 17(1):13.Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology (3rd edition). W.B.

Sounders Co., Philadelphia. 574 p.Sale, P.F. 1982. The structure and dynamics of coral reef fish

communities, p. 241 - 253. In D. Pauly and G.I. Murphy(eds.). Theory and management of tropical fisheries.ICLARM Conference Proceeding 9. 360 p.

Thurman, H.V. 1985. Introductory oceanography (4rd edition).

Chales E. Merrill Publ. Co. Columbus, Ohio. 503 p.Whitten, A.J., M. Mustafa and G.S. Henderson. 1987. The

ecology of Sulawesi. Gadjah Mada Univ. Press. 777 p.

Pada tingkat phylum, diversitas marine lebihbesar dari domain lainnya. Hampir semua phyla ter-dapat di laut dan dari spesies yang telah diketahui

sekitar 20% bersifat marine.Sistem terumbu karang dikolonisasi oleh he-

wan invertebrata yang sangat beragam, masing-

masing spesies saling berinteraksi dan membentukkomunitas yang luar biasa kompleks. Terumbu karang juga dihuni oleh hewan yang dapat dipanendengan keragaman yang tinggi, mulai dari hiuCarcharinidae yang ukurannya mencapai lebih dari3 m sampai teri yang kecih Selain merupakan eko-sistem yang paling beragam, warna dan bentuk terumbu karang sangat indah sehingga membuka pe-luang pengembangan dunia turisme, rekreasi, pen-

didikan dan penelitian. Dalam ekosistem terumbukarang terdapat pula sejumlah senyawa produk far-masi yang dapat dimanfaatkan untuk obat berbagaipenyakit seperti kanker, infeksi, arthritis, asma,herpes, kerusakan tulang, dan berbagai substan

bioaktif.Terumbu karang mudah rusak akibat penang-

kapan ikan secara berlebihan atau praktek-praktekpenangkapan yang destruktif. Kerusakan terumbukarang di Indonesia umumnya disebabkan oleh proses siltasi dan sedimentasi akibat praktek peman-faatan lahan dan penebangan hutan yang tidakbenar. Sekitar 43% terumbu karang kini dalamkondisi memprihatinkan.

Ekosistem terumbu karang memiliki produkti-vitas 20 kali lebih besar dibanding dengan lautanterbuka dengan produksi primer neto sekitar 20-40g C/m2/tahun. Selain itu, ekosistem ini memiliki keragaman hayati dan keragaman genetik yang tingginamun rentan terhadap perubahan lingkungan.

DATAR PUSTAKAKESIMPULAN