Upload
dangbao
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Buku
Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu
Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tim Penulis :
Hadjar Siswantoro Armaji Kamaludi Syarif
Primasari Nurhayati
Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
2014
i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia
Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi
Sulawesi Selatan SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis
Cemaran Kimia Makanan (ACKM).
Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di provinsi Sulawesi Selatan
dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 24 kabupaten/kota. Sebanyak 112 enumerator disebar
di seluruh provinsi, dan 12 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes dan
dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta satu orang penanggung jawab operasional Dinas
Kesehatan Provinsi. Sebanyak 2.169 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 6.987
individu dapat di wawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih
dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator.
Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di
lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data
(mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat
gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat
gizi.
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus
atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerstor, koordinator klaster,
penanggung jawab operasional peneliti dari Dins kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi Sulawesi
Selatan, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang
telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu
Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.
Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Dr. Siswanto, MHP, DTM NIP. 196005271988031001
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas)
berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei
Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi
makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk
menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi
penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI.
Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya
masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi
makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari
kegiatan SDT.
Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk
menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak
makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM di Provinsi Sulawesi Selatan.
Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 7.753 individu pada 2.180
rumah tangga dan tersebar di 97 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Selatan. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun
2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM.
SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data
yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang
digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi
makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman
pengumpulan data konsumsi makanan.
Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk,
tidak ditemukan alamat dan tidak bersedia diwawancara sehingga tidak memungkinkan
untuk menjangkau lokasi blok sensus.
Dari 97 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 di Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan dan
dikunjungi sebanyak97 BS (100%) yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah
target rumah tangga sebesar 2.180 RT terdapat 2.169 RT yang berhasil dikunjungi (99,5%).
Sedangkan untuk jumlah target ART 7.753 orang terdapat 6.987orang yang berhasil
diwawancarai (90,1%).
iv
Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut
jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan
protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut:
1. Pada makanan pokok penduduk Sulawesi Selatan, beras terbanyak dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk (98,2%) dengan konsumsi sebesar 223,3 gram per orang
per hari diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 56,6 persen
penduduk dengan konsumsi sebesar 54,7 gram per orang per hari.
2. Konsumsi protein hewani penduduk Sulawesi Selatan, terbanyak berasal dari
kelompok ikan dan olahan, yaitu sebesar 110,5 gram per orang per hari. Disusul oleh
kelompok daging dan olahan sebanyak 30,6 gram per orang per hari, dan tiga
kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan
sebesar 18,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 4,5 gram per
orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 0,38 gram per orang perhari.
3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil
yaitu 53,7gram per orang per hari dan 18,4 gram per orang per hari. Dalam
kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (74,5 %) dibandingkan
sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang
terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (17,7%). Konsumsi sayur dan olahan dan
buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin
dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 24,9 gram per orang per hari,
terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa dan olahan (12,3
gram/orang/hari) dan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa(12,1 gram/orang/hari).
Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk
Sulawesi Selatan (82,2%), menyusul kelapa dan olahannya (26,1%) dan minyak
lainnya (9,7%).
5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Sulawesi Selatan sebesar 16,7 gram per
orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula
pasir (14,7 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk
(63 %), diikuti oleh coklat dan permen dengan kisaran antara 3,1 sampai 3,5 persen
dan terendah sirup (1,6%).
6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Sulawesi Selatan sebesar 13,1 gram per
orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (7,6
gram/orang/hari), menyusul garam (3,7 gram/orang/hari) dan terkecilbahan
tambahan (0,05 garam/orang/hari). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (95,6%)
diikuti dengan vetsin (74%) dan terendah bahan tambahan (5,5%).
7. Konsumsi minuman serbuk penduduk Sulawesi Selatan sebesar 5,9 gram per orang
per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (28 %) diikuti kopi bubuk
(25,1%) dan terendah minuman serbuk (2,1%), dengan konsumsi terbanyak adalah
kopi bubuk (6,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (3,9
gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,2 gram/orang/hari).
Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan
konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun (6,5%).
8. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Sulawesi Selatan 1.379,6 ml per
orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 99,4 persen penduduk
v
diikuti minuman cair kemasan pabrikan (14,9%) dan terendahair minum kemasan
bermerek (11,2%).
9. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk
Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram per orang per hari.
Asupan dan kecukupan gizi
10. Secara provinsi, rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi terlihat pada
penduduk kelompok umur 0-59 bulan (103,6 % AKE), diikuti kelompok umur 5-12
tahun (88,2 % AKE), kelompok umur >55 tahun (81,5% AKE), kelompok umur 19-55
tahun (76,4% AKE) dan terendah, kelompok umur 13-18 tahun (71,7% AKE).
11. Secara provinsi kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok
umur 0-59 bulan (128,0% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (117,5% AKP),
kelompok umur 19-55 tahun (115,4% AKP), kelompok umur >55 tahun (104,0%
AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (93,5% AKP).
12. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70%
AKE) berkisar9,3 hingga 51,1 persen dan kecukupan energi melebihi 130 %
AKEberkisar 4,4 hingga15,8 persen.
13. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80%
AKP) sebesar24,8 - 46 persen dan kecukupan protein normal (>120% AKP) sebesar
20,4 - 50 persen.
14. Secara provinsi, penduduk dengan asupan gula, garam, natrium dan lemak yang
melebihi batas yang ditetapkan permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang
dianjurkan adalah berkisar antara 1,0 hingga 30,9 persen.
Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan
perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah.
Rekomendasi
1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) sedikit dikonsumsi penduduk
dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu dan olahannya) dan tingginya
jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu
dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan
lokal.
2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan
potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai
sumber protein hewani bagi penduduk
3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan
kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan
peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau
4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai
meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi
minuman kemasan yang berlebihan
5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan
minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun
2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi
berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
KATA SAMBUTAN .................................................................................................................ii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................................................... 2
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 3
BAB 2. METODE PENELITIAN ............................................................................................. 4
2.1 Disain penelitian .......................................................................................................... 4
2.2 Tempat dan Waktu ...................................................................................................... 4
2.3 Populasi dan Sampel .................................................................................................. 4
2.4 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................................... 4
2.5 Instrumendan Cara Pengumpulan Data .................................................................... 13
2.5.1 Instrumen ........................................................................................................... 13
2.5.2 Cara Pengumpulan Data .................................................................................... 13
2.5.3 Wawancara ........................................................................................................ 13
2.5.4 Proses wawancara ............................................................................................. 14
2.5.5 Penimbangan Berat Badan ................................................................................. 15
2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 15
2.7 Pengawasan Kualitas Data ....................................................................................... 19
2.7.1 Analisis Data ...................................................................................................... 20
2.8 Izin penelitian ............................................................................................................ 20
2.9 Pertimbangan etik penelitian ..................................................................................... 20
Bab 3. HASIL ...................................................................................................................... 22
3.1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ........................................................ 22
3.1.1 Letak Geografis ............................................................................................. 22
3.1.2. DataKependudukan ....................................................................................... 22
3.1.3. Sosial Ekonomi .............................................................................................. 23
3.1.4. Keadaan Kesehatan Lingkungan ................................................................... 23
3.1.5. Status Gizi ..................................................................................................... 24
3.2. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu ............................................................. 24
vii
3.2.1 Sebaran sampel menurut karakteristik ........................................................... 24
3.2.2. KonsumsiBahanMakananMenurut Kelompok Makanan ................................. 26
3.3 Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................ 65
3.4 Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................ 67
3.5 Asupan Lemak ...................................................................................................... 69
3.6 Asupan karbohidrat ............................................................................................... 70
3.7 Asupan natrium ..................................................................................................... 71
3.8 Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 72
3.9 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan energi .......................................... 73
3.10 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 74
BAB 4. KESIMPULAN ................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 77
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
Lampiran 1 Surat Izin Etik ................................................................................................... 79
Lampiran 2 Surat Izin Kementerian Dalam Negri ................................................................ 80
Lampiran 3 Rekomendasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ....................................... 82
Lampiran 4 Naskah Penjelasan .......................................................................................... 84
Lampiran 5 Kuesioner Rumah Tangga ................................................................................ 86
Lampiran 6 Kuesioner Individu ............................................................................................ 98
Lampiran 7 Kontributor ...................................................................................................... 105
viii
DAFTAR TABEL NAMA TABEL HALAMAN
Tabel 2.1 Variabel dan definisi operasional SKMI ................................................................. 6
Tabel 3.2.2 Distribusi BS, RT dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Sulawesi Selatan 2014 ............................................................................. 25
Tabel 3.2.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) menurutkarakteristik, Sulawesi Selatan 2014 ........................................................................................................ 26
Tabel 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ......................... 27
Tabel 3.2.5 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014...................................... 28
Tabel 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi/pati dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................... 29
Tabel 3.2.7 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 30
Tabel 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............ 31
Tabel 3.2.9 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............... 32
Tabel 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 32
Tabel 3.2.11 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 33
Tabel 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................... 34
Tabel 3.2.13 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah - buahan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 35
Tabel 3.2.14 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................... 37
Tabel 3.2.15 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 39
Tabel 3.2.16 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................... 39
Tabel 3.2.17 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bahan Makanan Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .............................. 40
Tabel 3.2.18 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 41
Tabel 3.2.19 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok Ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 43
Tabel 3.2.20 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 44
Tabel 3.2.21 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 46
Tabel 3.2.22 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 47
ix
Tabel 3.2.23 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................. 48
Tabel 3.2.24 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 49
Tabel 3.2.25 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ..................... 50
Tabel 3.2.26 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................ 51
Tabel 3.2.27 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............................ 52
Tabel 3.2.28 Rerata konsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 53
Tabel 3.2.29 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 54
Tabel 3.2.30 Rerata konsumsi kelompok minumanmenurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................................................................................................ 55
Tabel 3.2.31 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 57
Tabel 3.2.32 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 58
Tabel 3.2.33 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................................ 58
Tabel 3.2.34 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 59
Tabel 3.2.35 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................................................................................................ 60
Tabel 3.2.36 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamumenurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 60
Tabel 3.2.37 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................................ 61
Tabel 3.2.38 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................................................................................... 62
Tabel 3.2.39 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................. 63
Tabel 3.2.40 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014 ............. 64
Tabel 3.3.41 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 65
Tabel 3.3.42 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Sulawesi Selatan2014 ........................................................................................................................ 66
Tabel 3.4.43 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 67
Tabel 3.4.44 Reratakecukupan protein penduduk menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 68
x
Tabel 3.5.45 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,Provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................................................................. 69
Tabel 3.6.46 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................................................................. 70
Tabel 3.7.47 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 71
Tabel 3.8.48 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak, melebihi pesan permenkes nomor 30 tahun 2013 menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ... 72
Tabel 3.9.49 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....... 73
Tabel 3.10.50 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemikian asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ...... 74
xi
DAFTAR GRAFIK
NAMA GRAFIK HALAMAN
Grafik 3.2.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................. 28
Grafik 3.2.2 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................. 30
Grafik 3.2.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 31
Grafik 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 33
Grafik 3.2.5 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................... 35
Grafik 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 38
Grafik 3.2.7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 40
Grafik 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 42
Grafik 3.2.9 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .............................................................................. 45
Grafik 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................... 50
Grafik. 3.2.11 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 52
Grafik 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 53
Grafik 3.2.13 Rerata konsumsi kelompok minuman perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 56
Grafik 3.2.14 Rerata konsumsi kelompok air perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................................................................................................... 59
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan
AKG : Angka Kecukupan Gizi
ART : Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manumur Kesehatan
Balita : Bawah Lima Tahun
Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB : Berat Badan
BDD : Berat Dapat Dimakan
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS : Badan Pusat Statistik
BS : Blok Sensus
BTP : Bahan Tambahan Pangan
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
DKI : Daerah Khusus Ibukota
DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA : European Food Safety Authority
FAO : Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KK : Kepala Keluarga
Mandat : Manajemen Data
MDG‟s : Millenium Development Goals
MSG : Mono Sodium Glutamat
PAM : Perusahaan Air Minum
xiii
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
PSP : Persetujuan Sesudah Penjelasan
PTM : Penyakit Tidak Menular
RAN : Rencana Aksi Nasional
RSE : Relative Standard Error
RT : Rumah Tangga
SDT : Studi Diet Total
SKMI : Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO : World Health Organization
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk
mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi
pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena
berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi
masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang
kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di
perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh
tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu
faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran
kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri
pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak
menular.
Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan
nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit
penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat penyakit tidak
menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat
dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat
penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6
persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008
dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun
2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat
berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga
berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang
mencakup jumlah, mutu dan keamanan.
Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah
melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali,
Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan
di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO
terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat
internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT
yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan
pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan
Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai
pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil
pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak
bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh.
Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga,
sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data
individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak
2
memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel
bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data
nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka
Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas
penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat
internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara
pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas,
sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di
Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan
Studi Diet Total tingkat nasional.
SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI
pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan
status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk
mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh
penduduk.
Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang
dilakukan di seluruh provinsi pada tahun 2014 termasuk di provinsi Sulawesi Selatan.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke
tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi
masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada
kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan
kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya
dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah
“you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu:
tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya
kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya
masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah,
mutu maupun keamanannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Sulawesi Selatan yaitu :
1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi?
2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat
provinsi?
3
3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya
lebih di tingkat provinsi?
4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat
provinsi?
5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang
dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh
penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tujuan Khusus
1. Memperoleh informasi reratakonsumsi bahan makanan individu menurut jenis dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Sulawesi Selatan
2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien)
individu di Provinsi Sulawesi Selatan
3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Sulawesi Selatan
4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di
Provinsi Sulawesi Selatan
5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90
persen dari diet yang dikonsumsi penduduk Provinsi Sulawesi Selatan
1.5 Manfaat Penelitian
1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi Sulawesi Selatan
4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan
4
BAB 2. METODE PENELITIAN
2.1 Disain penelitian
Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di
Provinsi Sulawesi Selatan mengikuti disain nasionalyaitu dengan disain potong lintang
(cross-sectional), non-intervensi/observasi,deskriptif dan analitik.
2.2 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian dilakukan di24 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan pada
tanggal 5 Mei 2014 hingga 18 Juni 2014.
2.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam SKMI Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga
biasa yang mewakili 24 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 97 BS di 24 kabupaten/kota dan 2.180 RT
dengan perkiraan individu sebesar 7.753 individu.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data
Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data
SKMI di Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung.Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak
diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan
rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Cara Pemilihan Sampel
Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam
Riskesdas 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah
tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak
2.180 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu
2.4 Variabel dan Definisi Operasional
Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari
blok pertanyaan sebagai berikut:
Tingkat Rumah Tangga
Blok I : Pengenalan Tempat
Blok II : Keterangan Rumah Tangga
Blok III : Keterangan Pengumpul Data
5
Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga
Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)
Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu
Blok VII :Keterangan Pengumpul Data
Blok VIII : Keterangan Individu
Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin
Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
6
Tabel 2.1 Variabel dan definisi operasional SKMI
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan
makanan yang dikonsumsi
Analisis DKBM Rasio Rerata dan standar
deviasi
2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
3 Konsumsi umbi-
umbian
Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
4 Konsumsi kacang-
kacangan, biji
Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan
yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
8 Konsumsi
jeroan/non daging
Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging
yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
12 Konsumsi minyak,
lemak
Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak
yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
13 Konsumsi gula, Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, Wawancara Rasio Rerata dan standar
7
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
sirup, konfeksionari konfeksionari yang dikonsumsi deviasi
14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
16 Konsumsi makanan
komposit
Berat bahan makanan kelompok makanan
komposit yang dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang
dikonsumsi Wawancara Rasio Rerata dan standar
deviasi
19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat
bahan makanan yang
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
Rasio Rerata, standar deviasi
dan proporsi
20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat
bahan makanan yang
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
Rasio Rerata, standar deviasi
dan proporsi
21 Tingkat Kecukupan
Asupan Energi
Persentase asupan energi per orang per hari
terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang
dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal 1. < 70 % AKE
2. 70 -100% AKE
3. 100-130% AKE
4.>130% AKE
22 Tingkat Kecukupan
Asupan Protein
Persentase asupan protein per orang per hari
terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang
dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal 1. < 80 % AKP
2. 80 -100% AKP
3 100-120% AKP
4 >120% AKP
23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari Dihitung berdasarkan Rasio
8
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
kemarin kandungan natrium
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari
kemarin
Dihitung berdasarkan
kandungan lemak
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
Rasio
25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari
kemarin
Dihitung berdasarkan
kandungan karbohidrat
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
Rasio
26 Berat badan Berat badan seluruh responden,
bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, baik
perempuan dan laki-laki
Dengan menggunakan
timbangan badan
dengan ketelitian 0,1
kg
Ordinal
27 Makanan yang
dikonsumsi ART
Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi
individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin
Wawancara Nominal
28 Konsumsi makanan
individu
Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi
individu anggota rumahtangga baik yang dimasak
dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah
selama sehari kemarin
Wawancara dan
penimbangan
hidangan
Nominal
29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah
disiapkan dalam buku pedoman SKMI
Buku kode hidangan Nominal
30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga
2. dibeli
3. diberi
31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan
rumahtangga maupun pabrikan
Wawancara dan
pengamatan
Nominal
32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan
pengamatan
Nominal
9
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
33 Alamat tempat
makanan dijual
Alamat tempat hidangan /makanan yang
dikonsumsi individu di luar
Wawancara Nominal
34. URT/porsi
hidangan/makanan Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk
menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara Ordinal sendok makan(sdm)
sendok teh (sdt)
centong, potong, biji,
buah, piring
35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk
memasak dan minum
Wawancara Nominal
1.Air kemasan
2.Air isi ulang
3.Air ledeng/PDA
4.Air ledeng eceran/beli
5.Sumur bor/pompa
6.Sumur gali terlindung
7.Mata air tak terlindung
8.Penampungan air Hujan
9.Air danau/sungai/irigasi
10.Tidak tahu
36 Perlakuan pada
bahan makanan
mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang
dikonsumsi mentah
Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas
2.Dicuci, tidak dikupas
3.Tidak dicuci, dikupas
4.Tidak dicuci dan tidak
dikupas
8.Tidak berlaku
37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut
dimasak yang paling berisiko terhadap adanya
cemaran.
Wawancara Nominal 1.Bakar/asap
2.Goreng
3.Panggang/sangan/sang
rai
4.Rebus/Ungkep/presto
5.Tumis
6.Kukus
7.Seduh
9.Tidak diolah
10
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
38 Status responden
terkini
Informasi atau keberadaan responden (KK dan
ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada
saat pengumpulan data masih sama atau ada
perubahan dibandingkan dengan data yang
dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.
Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan
2.Ada perubahan
3.Meninggal
4.Pindah
5.Lahir
6.ART baru
7.Tidak pernah ada dalam
RT (fiktif)
39 Umur Umur anggota rumahtangga Wawancara Nominal a. < 1 bln isikan hari
b. < 5 thn isikan bulan
c. >= 5 thn isikan tahun
40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang
berumur diatas 10 tahun
Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja
2.Bekerja
3.Sekolah
41 Persiapan cara
memasak
makanan/minuman
di rumahtangga
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang
memasak, beratbahan makanan, sumber air cara
perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar
yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang
dimasak di rumah tangga
Wawancara
42 Bahan Dasar Alat
Masak yang
digunakan
Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk
memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi
keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas
Wawancara/pengamat
an
Nominal 1.Aluminium
2.Seng
3.Besi
4.Kaca
5.Tanah/gerabah
6.Plastik
7.Keramik
8.Tembaga
9.Stainless steel
10.Enamel
11.Tidak pakai alat
11
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh
sebelum dimasak di rumahtangga
Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga
2. Dibeli
3. Diberi
44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari
(24 jam) kemarin
Wawancara Mililiter
45 Perlakuan pada
bahan mentah
Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan
yang digunakan dalam proses pemasakan
hidangan makanan/minuman di rumahtangga
Wawancara Nominal 1.Dicuci
2.Dikupas
3.tidak dicuci
4.Tidak dikupas
5.Tidak dicuci&tidak
dikupas
7.Tidak berlaku
46 Pengolahan/pemasa
kan
Cara pengolahan dan pemasakan responden
terhadap setiap hidangan yang dimasak di
rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran
dan rincian bahan makanannya
Nominal Kukus<tumis<
rebus<panggang<goreng
<bakar* *<makin kecilrisiko
47 Rincian bahan
makanan
Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam
memasak hidangan makanan/minuman di rumah
tangga termasuk bumbu dan air.
Wawancara Nominal
48 Siapa yang
memasak
Orang yang memasak makanan atau minuman dari
masing-masing makanan/minuman yang dimasak
di rumahtangga
Wawancara Nominal 1. KK
2. Istri/suami
3. Anak kandung
4. Anak angkat/tiri
5. Menantu
6.Cucu
7. Orangtua/mertua
8.Famili lain
12
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
9. Pembantu
10. Lainnya
49 Merek Pabrik dalam
Kemasan
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri
yang berada pada pembungkus atau kemasan
makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden
yang dibuat di rumahtangga
Wawancara dan
pengamatan
13
2.5 Instrumendan Cara Pengumpulan Data
2.5.1 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Sulawesi Selatan (dari Daftar Sampel Rumah
Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)
2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu
3. Buku foto makanan
4. Timbangan makanandan penggaris
5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
2.5.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah
tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi
makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir,
URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk
mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan
dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah
makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan
dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan
timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
2.5.3 Wawancara
Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode
wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang
berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data
dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda:
a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses
penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan
diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hinggaalat masak
dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.
b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas
(berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman,
bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.
Tehnik wawancara
Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga,
digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu
dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang
14
dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode
Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam
buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner.
Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT
yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap
BS.
2.5.4 Proses wawancara
Persiapan
Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk
memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Sulawesi
Selatan, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta
kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan
tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data
mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk
pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan.
Hari Pengumpulan data
Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul
data dan ART yang akan diwawancarai.Setelah memperkenalkan diri, kemudian
menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei
dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat
termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti
terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak
mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan
untuk wawancara.
Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan
kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai
informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai,
setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan
(informed consent)
Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara
membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin
dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu
jawaban. Wawancaradapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga
dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara
bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan.
Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai
dilakukan pada rumah tangga tersebut.
Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah
tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan
makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu,
wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi
15
dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak
berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan.Akan terdapat ARTyang
diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan
sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi.
Keseluruhan proses pengambilan dataakan memerlukan waktu selama kurang lebih 45
menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga
hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada
informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden,
sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan
diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART
yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu
yang diwawancara.
Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat
menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri
tanpa sanksi apapun.
2.5.5 Penimbangan Berat Badan
Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada
seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat
ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman
pengisian kuesioner.
2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan
diatas, dilengkapi juga dengan :
1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Sulawesi Selatan – (dari Daftar Sampel
Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)
2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu
3. Buku pedoman umum
4. Buku pedoman kode bahan pangan
5. Buku pedoman pengisian kode hidangan
6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng
7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan
resep makanan siap saji dan jajanan
8. Buku foto makanan
9. Buku pedoman pengisian kuesioner
10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen
11. Buku pedoman manajeman data
12. Timbangan makanandan penggaris
16
13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri
15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi.
Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan
Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data
yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3
gizi).Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan
Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Persyaratan bagi petugas
lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi
Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi
ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24
jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)
Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
Usia tidak lebih dari 40 tahun
Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter
Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia
ditempatkan di lapangan.
Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena provinsi Sulawesi Selatan
mempunyai 97 BS maka diperlukan sebanyak 28 tim dengan jumlah anggota 4 orang per
tim.
Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di provinsi Sulawesi Selatan dilakukan dengan koordinasi antara
korwil satu(Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan serta Poltekes Makasar, Sulawesi Selatan.
Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat:
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan untuk menjadi dokumentasi dan bahan
dasar seleksi
Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan
diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan berkoordinasi
dengan Badan Litbang Kesehatan
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan
selama 10 hari yang meliputi:
Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)
Metode SDT
Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner
Penimbangan berat
17
Praktek lapangan
Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan
Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5– 7 Mei 2014 diikuti 48
orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan 24 dinas
kesehatan kabupaten/kota provinsi Sulawesi Selatan di Makasar
Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu
dilaksanakan tanggal 9 – 18 Mei 2014 diikuti 43 orang di Hotel Kenari Sulawesi
Selatan.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2014 sampai dengan 18 Juni 2014.
Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:
1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab
untuk melaksanakan data entry
3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan
penimbangan berat badan
Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari
hari.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan
tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :
Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel
provinsi Sulawesi Selatan
Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman
Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat)
Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara
Melakukan data entry hasil wawancara
Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry
Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim
mandat
Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian
Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan
DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Koordinator Klaster
Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung
jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster
bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan.
Tugas penanggungjawab klaster
Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.
18
Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data
Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan
pengumpulan data di lapangan.
Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
Syarat-syarat koordinator klaster :
Laki-laki atau perempuan
Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah
Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah
berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas
Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
Menyerahkan fotocopi KTP
Usia tidak lebih dari 55 tahun
Menyerahkan persetujuan/ijin atasan
Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi
penanggungjawab di provinsi Sulawesi Selatan dan Korwil akan berkoordinasi dengan
Poltekkes Makasar.
Pelatihan petugas
Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator
klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan
selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.
Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan
kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim
enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.
Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data
Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul
data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim
pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.
Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:
1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan,
pengukuran, dan manajemen data.
2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual
dan mekanisme pelaksanaan.
3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan.
4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik.
Pelaksanaan di lapangan
Pengumpulan data provinsi Sulawesi Selatan dilakukan oleh enumerator yang terbagi
menjadi 28 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung
jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab
19
untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di
satu rumah tangga.
Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang
diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10
hari.Dibutuhkan 12 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator
klasterbertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas
untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT
(pemutakhiran),menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner,alat tulis,
perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang.
Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian
kuesioner; melakukan „data editing‟,melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai
„data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan
tim korwil.
2.7 Pengawasan Kualitas Data
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum
pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control)dan
manjemen datasebagai berikut:
1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan,
konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam,
perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman
editing dan entry data di lapangan
2. Pelatihan bagi ketua pelaksana provinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul
data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara
3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator
yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator
masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah
harus melalui proses editing.
5. Dilakukan spot-check(validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6
RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data,
data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.
6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat
Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data
cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di
lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.
7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner
enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat
dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan
Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan
data.
20
2.7.1 Analisis Data
Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan
melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai
dengan dummy table yang telah dibuat.
Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing
bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan
makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEANyaitu:
1. Sereal dan hasil olahannya
2. Umbi-umbian dan hasil olahannya
3. Kacang-kacangan, biji
4. Sayuran dan hasil olahannya
5. Buah dan hasil olahannya
6. Daging dan hasil olahannya
7. Jeroan/non daging dan olahannya
8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya
9. Telur dan hasil olahannya
10. Susu dan hasil olahannya
11. Minyak, lemak dan olahan
12. Gula, sirup, dan konfeksioneri
13. Bumbu dan olahannya
14. Minuman
15. Makanan komposit
16. Air
17. Suplemen
a. Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka
hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu :
1. Energi
2. Protein
3. Lemak
4. KH
5. Natrium
Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun
laporan
2.8 Izin penelitian
Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di
tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Izin penelitian dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Unit Pelaksana Teknis – Pelayanan Terpadu (UPT –
P2T) pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan nomor 0091/P2T-
BKPMD/18.25N/VII/05/2014.
2.9 Pertimbangan etik penelitian
Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomor
21
LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed
Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.
22
Bab 3. HASIL
3.1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan
3.1.1 Letak Geografis
Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0°12‟ - 8° Lintang
Selatan dan 116°48‟ - 122°36‟ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Barat di sebelah utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di sebelah timur, batas sebelah
barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. Jumlah sungai yang
mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai dengan jumlah aliran
terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu
sungai yakni Sungai Saddang dengan panjang 150 km yang mengalir meliputi Kabupaten
Tator, Enrekang, Pinrang dan Polmas.
Sulawesi Selatan memiliki empat danau yakni Danau Tempe dan Sidenreng yang berada di
Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur.
Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung dengan gunung tertinggi adalah
Gunung Rantemario dengan ketinggian 3.470 m di atas permukaan air laut. Gunung ini
berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.519,24 km2 yang secara administrasi
pemerintahan terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kota, dengan 304 kecamatan dan 2.953
desa/kelurahan. Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten terluas dengan luas
7.502,68 km2 atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,48% dari seluruh wilayah
Sulawesi Selatan.
3.1.2. Data Kependudukan
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok, yaitu:
jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana
Proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang
kurang merata.
a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan estimasi penduduk yang diterbitkan oleh pusat
data dan informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 berjumlah 8.395.747 jiwa terdiri
dari laki-laki sebanyak 4.098.674 jiwa dan perempuan sebanyak 4.297.073 jiwa yang
tersebar di 24 kabupaten/kota, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 1.410.783 jiwa
(16.94%) mendiami Kota Makassar. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Kota
Makassar dimungkinkan karena terjadinya arus urbanisasi dari daerah lainnya di Sulawesi
Selatan terutama untuk melanjutkan pendidikan, disamping daerah ini merupakan pusat
pemerintahan dan konsentrasi kegiatan ekonomi tingkat provinsi.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode 1990-2000 rerata sebesar 1,35%
per tahun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada
periode 2004-2008 rerata sebesar 1,32%, sedangkan antara tahun 2008-2009 melaju
sebesar 6,69% per tahun. Hal ini terjadi karena sumber data yang berbeda, yaitu dari
Bagian Kependudukan Setda Provinsi Sulawesi Selatan.
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin
yang lebih kecil dari 100. Hanya di daerah Kabupaten Enrekang, Tana Toraja, Luwu Utara,
23
Luwu Timur, Makassar dan Toraja Utara yang menunjukkan angka rasio jenis kelamin lebih
besar dari 100, yang berarti penduduk laki-laki di enam daerah tersebut lebih besar dari
jumlah penduduk perempuan.
c. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penduduk Sulawesi Selatan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 7.771.671 jiwa (BPS)
tersebar di 21 kabupaten dan 3 kota. Namun persebaran tersebut tidak merata, sekitar
32,86% penduduk Sulawesi Selatan tinggal di tiga daerah kabupaten/kota yaitu Kabupaten
Gowa (7,76%), Bone (9,03%), dan Kota Makassar (16,06%). Sedangkan jumlah penduduk
pada tahun 2009 tercatat sebanyak 8.328.957 jiwa (kependudukan). Persebarannya sekitar
33,75% diantaranya tinggal di tiga daerah kabupaten/ kota Sulawesi Selatan, yaitu Kota
Makassar (16,94%), Kab. Bone (9,12%), dan kab. Gowa (7,70%).
Daerah yang sangat menonjol jumlah penduduknya adalah Kota Makassar yaitu lebih dari
satu juta jiwa atau sekitar 16,94% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan padahal luas
wilayahnya hanya meliputi 0,39% dari luas Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 175,77 km2 dari
45.519,24 km².
3.1.3. Sosial Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan
ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun diwilayah tersebut. PDRB Sulawesi Selatan
atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 sekitar 60.902,82 milyar rupiah dengan kontribusi
terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 30,40% dan disusul oleh sektor
perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar 15,61%. Sektor industri
pengolahan Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu menunjang sektorpertanian dengan
berorientasi pada agroindustri pada tahun 2006 memberikan sumbangan sebesar 13,54%,
menurun 0,24% dibandingkan dengan tahun 2005.
PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2006 sebesar
38.867,68 milyar rupiah atau meningkat sekitar 6,71%, lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun 2005. Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari
banyaknya penduduk miskin. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menjadi perhatian
berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi.
Data Profil Kesehatan Kab./Kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 mencatat sebanyak
1.532.074 penduduk miskin, mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu sebanyak
2.538.212 penduduk miskin. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, yang mendapat
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan mencapai 65,66 %. Kab./kota yang Proporsi
penduduk miskinnya tertinggi yaitu Kab. Toraja Utara, sedangkan terendah pada Kab. Bone.
3.1.4. Keadaan Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan Hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, rumah tangga yang bisa akses
ke sumber air minum meningkat dari 60,3% tahun 2007 menjadi 61,3% tahun 2013 di
provinsi Sulawesi Selatan. Demikian pula halnya untuk rumah tangga yang memiliki akses
ke fasilitas sanitasi juga meningkat dari 44,8% (2007) menjadi 54,9% (2013).
24
3.1.5. Status Gizi
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada
balita memberikan gambaran peningkatan dari 17,6 persen (2007) menjadi 25,0 persen
(2010) dan25,6 persen (2013) di Sulawesi Selatan. Masalah stunting/pendek pada balita
masih cukup serius, angka provinsi 40,9 persen, bervariasidari yang terendah di Soppeng
(30,6%) sampai yang tertinggi di Enrekang (53,7%).
3.2. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu
3.2.1 Sebaran sampel menurut karakteristik
Total dari 97 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 di Sulawesi Selatan, BS yang berhasil
ditemukan dan dikunjungi adalah 97 BS (100%) yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota.
Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 2180 RT terdapat 2169 RT yang berhasil
dikunjungi (99,5%). Sedangkan untuk jumlah target ART 7.753 orang terdapat 6.987 orang
yang berhasil diwawancarai (90,1%).
25
Tabel 3.2.2
Distribusi BS, RT dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Sulawesi Selatan 2014
Kode Kab/kota
BS RT ART
Dikunjungi Response
Rate (%) Sampel Dikunjungi
Response
Rate (%) Sampel Didata
Response
Rate (%)
7301 Selayar 4 100 88 88 100,0 269 246 91,5
7302 Bulukumba 4 100 86 86 100,0 279 250 89,6
7303 Bantaeng 3 100 69 69 100,0 240 215 89,5
7304 Jeneponto 4 100 85 83 97,6 260 246 94,6
7305 Takalar 5 100 122 120 98,3 437 398 91,1
7306 Gowa 4 100 100 100 100,0 397 371 93,5
7307 Sinjai 4 100 94 93 98,9 317 263 82,9
7308 Maros 4 100 85 84 98,8 303 256 84,5
7309 Pangkep 4 100 97 97 100,0 331 310 93,7
7310 Barru 4 100 89 89 100,0 329 299 90,9
7311 Bone 4 100 87 87 100,0 276 252 91,3
7312 Soppeng 5 100 112 112 100,0 367 346 94,3
7313 Wajo 4 100 95 93 97,9 327 293 89,6
7314 SidRap 4 100 95 95 100,0 340 317 93,2
7315 Pinrang 4 100 92 92 100,0 347 321 92,5
7316 Enrekang 4 100 91 91 100,0 356 321 90,2
7317 Luwu 4 100 98 98 100,0 353 314 88,9
7318 Tana Toraja 3 100 74 74 100,0 266 213 80,1
7322 Luwu Utara 4 100 97 96 98,9 309 273 88,4
7325 Luwu Timur 5 100 92 91 98,9 326 297 91,1
7326 Toraja Utara 3 100 72 72 100,0 307 249 81,1
7371 Kota Makassar 6 100 109 109 100,0 413 386 93,5
7372 Kota Pare-pare 4 100 84 83 98,8 320 282 88,1
7373 Kota Palopo 3 100 67 67 100,0 284 269 94,7
Sulawesi Selatan 97 100 2.18 2.169 99,5 7.753 6.987 90,1
26
Tabel 3.2.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) menurutkarakteristik, Sulawesi Selatan 2014
Karakteristik Jumlah (N=6.987)
n %
Jenis kelamin
Laki-laki 3.431 48,8
Perempuan 3.574 51,2
Kelompok Umur
0 – 59 bulan 249 4,7
5 – 12 tahun 1.019 14,6
13 – 18 tahun 906 13,0
19 – 55 tahun 3.654 52,3
> 55 tahun 1.08 15,5
Status Ekonomi
Terbawah 1.056 15,1
Menengah Bawah 1.286 18,4
Menengah 1.469 21,0
Menengah Atas 1.582 22,6
Teratas 1.593 22,8
Tabel 3.2.3 memperlihatkan bahwa yang banyak dikunjungi dan dilakukan wawancara selama kegiatan SDT adalah perempuan (51,2%) dibandingkan laki-laki (48,8%).
Total individu dalam kelompok umur 0-59 bulan adalah 249 orang, yang terdiri atas 28 orang pada kelompok umur 0-5 bulan, 23 orang pada kelompok umur 6-11 bulan, 82 orang pada kelompok umur 12-35 bulan dan 117 orang pada kelompok umur 36-59 bulan. Sementara berdasarkan kelompok umur, individu yang terbanyak berhasil dikunjungi adalah kelompok umur 19-55 tahun (52,3%) dan terendah adalah kelompok umur 0-59 bulan (4,7%). Sementara berdasarkan status ekonomi terbanyak yang berhasil dikunjungi adalah kelompok teratas (22,8%) dan terendah adalah kelompok terbawah (15,1%).
3.1.6. Konsumsi BahanMakanan Menurut Kelompok Makanan
27
Tabel3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Serealia dan Olahan (gram)
Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0- 59 bln 86,6 71,7 2,0 9,0 4,6 13,6 22,5 38,8 32,6 64,0 2,2 13,0 2,3 7,8 152,8 109,7
5 -12 thn 183,2 92,6 1,4 7,5 10,9 22,4 17,8 32,2 71,3 146,6 5,3 25,7 1,9 8,3 291,8 155,8
13 – 18 thn 204,1 112,2 1,5 8,0 10,8 24,6 15,8 33,7 74,6 111,1 5,1 26,6 0,8 5,5 312,7 149,0
19 – 55 thn 252,2 125,7 3,3 14,5 11,3 25,2 10,7 29,7 35,9 80,5 6,5 33,8 0,2 2,5 320,2 146,2
>55 thn 220,5 119,0 4,3 17,0 6,7 17,6 8,2 24,1 13,9 47,4 6,6 33,1 0,0 0,2 260,4 126,8
Seluruh umur 223,3 123,2 2,9 13,3 10,1 23,3 12,6 30,6 42,5 95,2 5,9 31,1 0,6 4,6 297,9 148,8
28
Tabel 3.2.4 menunjukkan bahwa total rerata bahan makanan kelompok serealia oleh
penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 416,8 gram perorang perhari. Grafik
3.2.1memperlihatkanjenis serealia dan olahan, beras merupakan jenis makanan yang paling
banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 223,3 gram perorang
perhari, diikuti oleh mie (42,5 g) danolahan terigu (12,2 gr). Sementara menurut kelompok
umur, rerata konsumsi beras tetap terbesar dalam kelompok serealia dan olahannya, diikuti
mie dan olahan terigu.Kelompok umur yang terbanyak mengkonsumsi beras terdapat pada
kelompok umur 19 - 55 tahunsebesar 252,2 gram perorang perhari, sementara pada
kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi beras denganrerata sebanyak 86,6
gramperorang perhari (lihat tabel 3.2.5).
Grafik 3.2.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.5 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Serealia dan Olahan (%)
Beras Olahan
Beras
Terigu Olahan
Terigu
Mie Jagung
dan
Olahan
Lainnya
0- 59 bln 86,9 6,7 18,3 43,3 33,5 7,3 10,1
5 -12 thn 98,5 7,5 34,2 39,6 51,5 11,1 7,7
13 – 18 thn 98,2 6,6 32,3 30,4 48,5 9,2 3,2
19 – 55 thn 99,0 11,4 34,3 20,6 26,9 12,8 1,0
>55 thn 98,8 11,1 25,0 17,3 12,5 11,8 0,1
Seluruh umur 98,2 10,0 31,8 25,2 31,4 11,7 2,5
Tabel 3.2.5 menunjukkan bahwa dalam kelompok serealia dan olahannya, beras dikonsumsi
terbanyak oleh 98,2 persen penduduk Sulawesi Selatan, diikuti terigu (31,8%) dan mie
223,3
42,5
12,2 10,1 5,9 2,9 0,6 0
50
100
150
200
250
Beras Mie OlahanTerigu
Terigu Jagung danOlahan
OlahanBeras
Lainnya
rera
ta (
gram
)
Serealia dan olahannya
29
(31,4%) dan terendah bahan makanan lainnya (2,5%). Pada semua kelompok umur, beras
tetap dikonsumsi tertinggi, diikuti oleh terigu dan mie. Berdasarkan kelompok umur Proporsi
penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 19 - 55 tahun yaitu sebesar
99,0% dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 86,9%. Proporsi penduduk
mengonsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 34,3% dan
terendah 0-59 bulan sebesar 18,3%. Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada
kelompok umur 5-12 tahun sebesar 51,5% dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar
12,5 %. Proporsi penduduk mengonsumsi jagung dan olahan tertinggi pada kelompuk umur
19-55 tahun sebesar 12,8 % dan terendah umur 0-59 bulan sebesar 7,3 %.
Tabel 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi/pati dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Umbi/Pati dan olahan (gram)
Singkong dan
Olahan
Ubi jalar Kentang dan
Olahan
Sagu dan
Olahan
Umbi lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 6,6 23,5 0,1 0,5 3,5 13,2 0,6 6,4 0,0 0,0 10,8 28,7
5 -12 thn 10,6 36,9 1,8 18,9 3,7 17,2 1,3 15,5 0,2 2,7 17,6 47,9
13 – 18 thn 10,2 45,6 1,4 12,4 3,5 25,1 1,5 16,8 0,2 3,6 16,8 55,7
19 – 55 thn 8,5 45,4 3,5 32,4 2,0 11,8 2,6 25,0 0,1 1,6 16,6 61,4
>55 thn 6,8 48,6 3,3 27,0 0,9 6,2 2,2 21,5 0,1 3,4 13,3 59,2
Seluruh umur 8,6 44,0 2,8 27,1 2,4 14,6 2,1 21,7 0,1 2,4 16,0 57,4
Tabel 3.2.6 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsibahan makanan kelompok umbi
dan olahannya oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,0 gram
perorang perhari. Grafik 3.2.2 memperlihatkan jenis umbi dan olahannya, singkong dan
olahan merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi
Selatan dengan rerata 8,6 gram perorang perhari, diikuti oleh ubi jalar (2,8 gr) dan kentang
dan olahannya (2,4 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi singkong dan
olahan tetap terbesar dalam kelompok umbi dan olahannya, diikuti ubi jalar,dan kentang dan
olahan. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi singkong dan olahannya terdapat
pada kelompok umur 5 – 12tahun sebesar 10,6 gram perorang perhari, sedangkan terendah
adalah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 6,6 gram perorang perhari.
30
Grafik 3.2.2 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.7 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Umbi dan olahan (%)
Singkong dan Olahan Ubi jalar Kentang dan
Olahan
Sagu dan
Olahan Umbi lainnya
0-59 bln 13,4 0,9 12,8 2,4 0
5 -12 thn 19,7 2,6 11,5 2,5 0,3
13 – 18 thn 12,9 3,2 8,8 1,7 0,3
19 – 55 thn 7,6 3,4 5,9 2,5 0,3
>55 thn 4,8 2,3 3,1 2,6 0,1
Seluruh umur 9,9 3,0 7,0 2,4 0,2
Tabel 3.2.7 memperlihatkan bahwa Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan
makanankelompok umbi dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsi
terbanyak adalahsingkong dan olahannya sebesar 9,9%, diikuti kentang dan olahan (7,0 %)
dan ubi jalar (3,0 %),sedangkanterendah adalah umbi lainnya sebesar 0,2%. Berdasarkan
kelompok umur,Proporsi penduduk mengonsumsi singkong dan olahannya tertinggi pada
kelompok umur 5 –12tahun sebesar 19,7% danterendah adalah kelompok umur > 55tahun
sebesar 4,8%.Proporsi penduduk mengonsumsi tertinggi kentang dan olahan tertinggi pada
kelompok umur 0-59 bulan sebesar 12,8% dan terendah pada kelompok >55tahun sebesar
3,1%.
8,6
2,8 2,4 2,1
0,1 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Singkong danOlahan
Ubi jalar Kentang danOlahan
Sagu danOlahan
Umbi lainnya
rera
ta (
gram
)
Umbi dan olahannya
31
Tabel 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Kacang- kacangan dan olahannya (gram)
Kacang Tanah
dan Olahan
Kacang Kedelai
dan Olahan
Biji-bijian dan
Olahan
Kacang lainnya
dan Olahan
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 1,2 7,8 4,5 20,4 0,02 0,4 0,3 2,5 6,0 21,8
5 -12 thn 1,0 5,5 21,1 62,5 0,2 2,3 0,6 3,6 22,9 63,0
13 – 18 thn 1,5 7,9 22,7 58,8 0,1 1,3 1,6 9,0 25,8 60,1
19 – 55 thn 1,3 6,9 15,7 52,2 0,3 3,8 1,7 10,1 19,0 53,7
>55 thn 0,9 5,8 6,9 35,2 0,1 1,2 2,3 13,4 10,2 37,6
Seluruh umur 1,2 6,7 15,5 51,7 0,2 3,0 1,6 9,7 18,5 53,1
Tabel 3.2.8 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan jenis kacang-
kacangan dan olahannya oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 18,5
gram perorang perhari. Berdasarkan grafik 3.2.3 terlihatjenis kacang - kacangandan hasil
olahannya,kacang kedelai dan olahan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh
penduduk Sulawesi Selatandengan rerata15,5 gram perorang perhari, diikuti oleh kacang
lainnya (1,6 gram) dankacang tanah dan olahansebesar 1,2 gram. Sementarakelompok
umur yang terbanyak mengonsumsi kacang kedelai dan olahannyaadalah kelompok umur
13 – 18tahun dengan rerata sebanyak22,7 gram perorang perhari dan terendah kelompok
umur 0 – 59 bulansebanyak 4,5 gramperorang perhari (lihat tabel 3.2.8).
Grafik 3.2.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
15,5
1,6 1,2 0,2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Kacang Kedelai danOlahan
Kacang lainnya danOlahan
Kacang Tanah danOlahan
Biji-bijian danOlahan
Re
rata
(gr
am)
Kelompok Kacang dan Olahannya
32
Tabel 3.2.9 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Kacang kacangan dan olahan (%)
Kacang Tanah dan
Olahan
Kacang Kedelai dan
Olahan
Biji-bijian dan
Olahan
Kacang lainnya dan
Olahan
0-59 bln 4,9 8,2 0,3 3,0
5 -12 thn 7,2 23,5 0,7 4,6
13 – 18 thn 7,9 24,7 0,9 7,1
19 – 55 thn 9,3 16,3 1,2 7,5
>55 thn 6,3 8,7 0,4 6,9
Seluruh umur 8,2 16,9 0,9 6,7
Tabel 3.2.9 menunjukkan bahwa dalam kelompok jenis kacang-kacangan dan olahan,
kacang kedelai dan olahannyadikonsumsi terbanyak oleh 16,9% penduduk Sulawesi
Selatan, diikuti kacang tanah dan olahan (8,2%) dan kacang lainnya dan olahan
(6,7%).Berdasarkan kelompok umurProporsi penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan
olahan tertinggiadalah pada kelompok umur 13 –18 tahun sebesar 24,7% danterendah
kelompok umur 0- 59 bulan sebesar 8,2 %.Proporsi penduduk mengonsumsi kacang tanah
dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 9,3% dan terendah
kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,9 %. Proporsi penduduk mengonsumsi kacang lainnya
dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 7,5 % dan terendah umur 0-
59 bulan sebesar 3,0 %.
Tabel 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Sayuran dan olahannya (g)
Sayuran Daun Sayuran Buah/
Sayuran Akar
Sayuran Polong Sayuran lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 14,8 32,7 0,2 1,8 0,00 0,00 0,00 0,00 14,9 32,7
5 -12 thn 29,3 47,3 0,2 2,6 0,00 0,00 0,01 0,44 29,5 47,3
13 – 18 thn 38,8 52,6 0,4 5,3 0,00 0,00 0,00 0,00 39,2 53,2
19 – 55 thn 64,2 78,3 0,6 6,7 0,00 0,11 0,00 0,14 64,8 78,5
>55 thn 65,7 84,5 1,0 10,5 0,03 0,61 0,00 0,00 66,7 84,8
Seluruh umur 53,7 72,8 0,6 6,7 0,01 0,25 0,00 0,19 54,3 73,1
Tabel 3.2.10 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanankelompok sayur
dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 54,3 gram perorang
perhari. Grafik 3.2.4 memperlihatkan jenis sayuran dan olahan, sayuran daun merupakan
jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan
rerata 53,7 gram perorang perhari, diikuti oleh sayuran buah/ sayuran akar (0,6 gram)dan
33
sayuran polong (0,01 gram). Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi sayuran daun
terdapat pada kelompok umur >55 tahunsebesar 65,7 gram perorang perhari dan kelompok
umur yang terendah adalah 0 – 59 bulan sebesar 14,8 gram perorang perhari.
Grafik 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.11 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Sayuran dan olahan (%)
Sayuran Daun Sayuran Buah/
Sayuran Akar
Sayuran Polong Sayuran lainnya
0-59 bln 43,0 0,9 0 0
5 -12 thn 60,1 1,1 0 0,1
13 – 18 thn 72,4 1,0 0 0
19 – 55 thn 80,1 1,8 0,1 0
>55 thn 80,6 2,0 0,3 0
Seluruh umur 74,5 1,6 0,1 0
Tabel 3.2.11 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanankelompok
sayur dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, proporsi paling besar adalah
sayuran daun sebesar 74,5%, diikuti sayuran buah/ sayuran akar (1,6%) dan sayuran
polong (0,1%). Sementara berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk mengonsumsi
sayuran daun tertinggi pada kelompok umur > 55tahun sebesar 80,6% dan terendah pada
kelompok umur 0 – 59 bulansebesar 43,0%. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran
buah/ sayuran akar tertinggi pada kelompok >55 tahun sebesar 2% dan terendah pada
kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,9%.
53,7
0,6 0,01 0 0
10
20
30
40
50
60
Sayuran Daun Sayuran Buah/Sayuran Akar
Sayuran Polong Sayuran lainnya
Re
rata
(gr
am)
Jenis Sayuran dan olahannya
34
Tabel 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
(Tahun)
Jenis Buah buahan dan olahan (g)
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 6,0 22,6 1,1 9,1 0,2 1,6 0,1 1,6 0,3 5,7 1,0 10,2 0,00 0,00 8,7 30,6
5 -12 tahun 14,7 50,5 2,2 19,4 3,5 29,3 0,3 3,6 0,4 9,4 4,9 29,0 0,00 0,00 25,9 69,4
13 – 18 tahun 12,3 42,5 2,6 21,6 1,4 14,6 1,1 13,2 0,0 0,9 5,4 49,4 0,00 0,00 22,8 70,9
19 – 55 tahun 20,8 60,4 2,7 19,4 3,7 40,1 2,2 20,0 0,6 10,5 3,7 27,2 0,05 2,09 33,7 86,9
>55 tahun 22,6 61,9 1,6 20,1 2,5 17,0 1,7 16,8 0,3 6,2 3,4 32,5 0,00 0,00 32,2 84,2
Seluruh umur 18,4 56,1 2,4 19,5 3,0 32,3 1,6 16,7 0,4 8,8 3,9 31,5 0,03 1,51 29,7 80,5
35
Tabel 3.2.12 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-
buahan dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 29,7 gram
perorang perhari. Grafik 3.2.5 memperlihatkan kelompok buah-buahan dan olahannya,
pisang merupakan kelompok buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk
Sulawesi Selatan dengan rerata 18,4 gram perorang perhari, diikuti oleh buah lainnya (3,9
gram) dan mangga (3 gram). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi pisang
tetap terbesar dalam kelompok buah-buahan dan olahannya, diikuti buah lainnya dan
mangga. Kelompok umur yang terbanyak mengkonsumsi pisang terdapat pada kelompok
umur > 55 tahun sebesar 22,6 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 –
59 bulan mengonsumsi pisang dengan rerata sebanyak 6,0 gram perorang perhari (lihat
tabel 3.2.12).
Grafik 3.2.5 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.13 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah - buahan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Buah buahan dan olahan (%)
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah
Olahan
0-59 bln 11,0 4,3 4,6 1,2 0,3 2,4 0
5 -12 thn 14,4 6,5 9,4 1,3 0,2 5,4 0
13 – 18 thn 12,8 9,7 9,4 1,0 0 4,7 0
19 – 55 thn 19,1 9,7 11,7 2,1 0,4 4,6 0,2
>55 thn 22,1 7,0 13,5 1,8 0,4 4,6 0
Seluruh umur 17,7 8,6 11,0 1,7 0,3 4,6 0,1
Tabel 3.2.13 memperlihatkan bahwa Proporsi penduduk yangmengonsumsi kelompok buah-
buahan dan olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah pisang sebesar
17,7%, diikuti mangga (11%) dan jeruk (8,6%), sedangkan terendah adalah buah olahan
18,4
3,9 3 2,4
1,6 0,4 0,03
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Pisang Buahlainnya Mangga
JerukPepaya Semangka
BuahOlahan
Rer
ata
(gra
m)
Jenis Buah-buahan dan olahannya
36
sebesar 0,1%. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang mengonsumsi pisang
terbanyak pada kelompok umur >55 tahun sebesar 22,1 % dan terendah kelompok umur 0 –
59 bulansebesar 11,0%.Proporsi penduduk yang mengonsumsi mangga terbanyak pada
kelompok umur >55 tahun sebesar 13,5 % dan terendah kelompok umur 0 – 59
bulansebesar 4,6 %. Proporsi penduduk yang mengonsumsi jeruk terbanyak pada kelompok
umur 13-18 tahun dan 19-55 tahun masing-masing sebesar 9,7 % dan terendah kelompok
umur 0 – 59 bulansebesar 4,3 %
37
Tabel 3.2.14 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Daging dan olahan (g)
Daging Unggas Daging Sapi,
Kerbau
Daging Kambing,
domba
Olahan Daging
Unggas
Olahan Daging
sapi,Kerbau
Daging Babi
dan Olahan
Daging Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 14,1 61,6 0,9 12,0 0,3 3,7 2,0 10,3 6,3 26,2 0,8 8,4 0,0 0,0 24,4 67,4
5 -12 thn 20,7 64,9 2,9 24,1 0,5 6,6 3,2 16,2 8,6 34,4 1,2 14,7 0,2 4,0 37,3 80,1
13 – 18 thn 17,3 55,7 3,4 31,1 0,2 5,0 2,0 13,7 9,4 32,6 2,0 21,8 0,1 2,8 34,5 80,4
19 – 55 thn 18,5 61,6 5,8 44,3 0,9 17,7 1,0 10,3 5,7 29,0 1,5 18,9 0,6 10,7 34,0 88,9
>55 thn 7,0 35,8 2,5 25,8 0,1 3,4 0,0 1,0 0,3 4,0 1,7 20,4 0,0 0,0 11,6 49,2
Seluruh umur 16,7 58,2 4,3 36,7 0,6 13,3 1,4 11,1 5,8 28,2 1,5 18,6 0,3 8,0 30,6 81,0
38
Tabel 3.2.14 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging
dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 30,6 gram perorang
perhari. Grafik 3.2.6 memperlihatkan jenis daging dan olahan, daging unggas merupakan
jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata
16,7 gram perorang perhari, diikuti oleh olahan daging (5,8 g) dan daging sapi, kerbau (4,3
gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi daging unggas tetap terbesar
dalam kelompok daging dan olahannya, diikuti olahan daging sapi, kernau dan daging sapi,
kerbau. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi daging unggas terdapat pada
kelompok umur 5 - 12 tahun sebesar 20,7 gram perorang perhari, sementara pada
kelompok umur >55 tahun mengonsumsi daging unggas dengan rerata sebanyak 7,0 gram
perorang perhari (lihat tabel 3.2.14).
Grafik 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
16,7
5,8 4,3
1,5 1,4 0,6 0,3
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
DagingUnggas
OlahanDaging
sapi,Kerbau
Daging Sapi,Kerbau
Daging Babidan Olahan
OlahanDagingUnggas
DagingKambing,
domba
DagingLainnya
Re
rata
(gr
am)
Kelompok Daging dan olahannya
39
Tabel 3.2.15 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Daging dan Olahan (%)
Daging
Unggas
Daging
Sapi,
Kerbau
Daging
Kambing,
domba
Olahan
Daging
Unggas
Olahan
Daging
sapi,Kerbau
Daging
Babi dan
Olahan
Daging
Lainnya
0-59 bln 9,8 1,2 0,6 4,6 11,0 1,2 0
5 -12 thn 15,3 2,9 0,5 6,3 12,0 0,9 0,2
13 – 18 thn 14,1 2,4 0,2 3,2 12,3 1,5 0,2
19 – 55 thn 14,0 3,3 0,5 1,3 6,4 0,8 0,4
>55 thn 5,7 1,8 0,1 0,1 0,6 0,9 0
Seluruh umur 12,7 2,8 0,4 2,2 7,3 1,0 0,3
Tabel 3.2.15 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan
kelompok daging dan olahandi Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah
daging unggas sebesar 12,7 %, diikuti olahan daging sapi, kerbau (7,3%) dan paling rendah
adalah daging lainnyasebesar 0,3 %. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang
terbanyak mengonsumsi daging unggas terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar
15,3 % dan terkecil pada kelompok umur >55tahun sebesar 5,7%.Proporsi penduduk yang
terbanyak mengonsumsi olahan daging sapi, kerbau terdapat pada kelompok umur 13-18
tahun sebesar 12,3% dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,6%.
Tabel 3.2.16 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Jeroan dan olahan (g)
Jeroan hewan
berkaki empat
Jeroan Unggas Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 0,00 0,00 0,02 0,84 0,01 0,21 0,03 0,87
5 -12 thn 0,00 0,00 0,11 3,18 0,03 0,71 0,15 3,25
13 – 18 thn 0,07 1,91 0,34 5,55 0,14 1,79 0,56 6,12
19 – 55 thn 0,16 4,21 0,28 5,02 0,11 2,14 0,54 7,93
>55 thn 0,03 0,99 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,99
Seluruh umur 0,10 3,15 0,21 4,32 0,08 1,70 0,38 6,28
Tabel 3.2.16 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan
dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,38 gram perorang
perhari. Grafik 3.2.7 memperlihatkan jenis jeroan dan olahan, jeroan unggas merupakan
jenis jeroan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata
0,21 gram perorang perhari, diikuti oleh jeroan hewan berkaki empat (0,1 g) dan lainnya
40
(0,08 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi jeroan unggas tetap terbesar
dalam kelompok jeroan dan olahannya, diikuti jeroan hewan berkaki empat dan lainnya.
Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jeroan unggas terdapat pada kelompok umur
13 - 18 tahun sebesar 0,34 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55
tahun tidak mengonsumsi jeroan unggas (lihat tabel 3.2.16).
Grafik 3.2.7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.17 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Jeroan dan Olahan (%)
Jeroan hewan
berkaki empat
Jeroan Unggas Lainnya
0- 59 bln 0 0 0,3
5 -12 thn 0 0,1 0,3
13 – 18 thn 0,1 0,4 0,8
19 – 55 thn 0,2 0,5 0,4
>55 thn 0,1 0 0
Seluruh umur 0,2 0,3 0,4
Tabel 3.2.17 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis jeroan dan
olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah jenis jeroan dan olahanlainnya
sebesar 0,4% dan paling rendah adalah jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,2%.
Proporsi kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jenis jeroan dan olahanlainnya
terdapat pada kelompok umur 13-18tahun sebesar 0,8 %, sedangkan kelompok umur >55
tahun tidak mengonsumsi jenis jeroan dan olahan lainnya.
0,21
0,1 0,08
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
Jeroan Unggas Jeroan hewan berkakiempat
Lainnya
Re
rata
(gr
am)
Jenis jeroan dan olahannya
41
Tabel 3.2.18 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Ikan dan Olahan (g)
Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Udang, Kepiting dan
Olahan
Cumi, Kerang, Keong
dan Olahan Hewan Air lainnya
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 29,3 49,8 1,4 6,4 6,4 27,4 0,7 5,8 0,3 3,6 0,0 0,0 38,2 55,4
5 -12 thn 57,2 81,7 3,8 15,7 10,3 44,9 3,1 24,6 0,7 8,3 0,0 0,0 75,1 90,4
13 – 18 thn 64,6 87,2 4,3 17,0 13,1 50,7 2,6 14,5 0,4 5,5 0,0 0,0 85,0 94,1
19 – 55 thn 98,8 109,6 4,7 21,2 18,3 71,1 4,0 28,4 0,6 9,1 0,0 0,0 126,5 123,1
>55 thn 103,1 116,3 4,2 16,4 23,7 88,0 1,4 13,2 0,3 7,4 0,0 0,0 132,8 128,6
Seluruh umur 85,7 104,4 4,3 18,8 16,8 67,3 3,1 23,8 0,5 8,1 0,0 0,0 110,5 117,0
42
Tabel 3.2.18 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan
dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 110,5 gram perorang
perhari. Grafik 8 memperlihatkan jenis ikan dan olahannya, ikan laut merupakan jenis
makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata
85,7 gram perorang perhari, diikuti oleh ikan air tawar (16,8 gram) dan olahan ikan (4,3 gr).
Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi ikan laut tetap terbesar dalam
kelompok ikan dan olahannya, diikuti ikan air tawar dan olahan ikan. Kelompok umur yang
terbanyak mengonsumsi ikan laut terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 103,1
gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi ikan
laut dengan rerata sebanyak 29,3 gram perorang perhari (lihat tabel 18).
Grafik 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
85,7
16,8
4,3 3,1 0,5 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ikan Laut Ikan Air Tawar Olahan Ikan Udang, Kepitingdan Olahan
Cumi, Kerang,Keong dan
Olahan
Re
rata
(gr
am)
Jenis Ikan dan olahannya
43
Tabel 3.2.19 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok Ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Ikan dan Olahan (%)
Ikan Laut Olahan
Ikan
Ikan Air
Tawar
Udang, Kepiting
dan Olahan
Cumi, Kerang,
Keong dan Olahan
0-59 bln 38,4 6,1 8,2 2,4 0,9
5 -12 thn 50,1 9,7 8,5 3,5 1,1
13 – 18 thn 52,2 11,1 9,9 4,4 0,8
19 – 55 thn 67,6 11,2 11,3 3,8 0,7
>55 thn 67,0 10,5 13,1 2,3 0,4
Seluruh umur 61,6 10,6 10,8 3,6 0,7
Tabel 3.2.19 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan
makanan kelompok ikan dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar
adalah konsumsi ikan lautsebesar 61,6%, diikuti ikan air tawar sebesar 10,8% dan paling
rendah adalah cumi, kerang, keong dan olahan (0,7%). Kelompok umur yang terbanyak
mengonsumsi ikan laut terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun (67,6%), sedangkan
kelompok umur 0 – 59 bulan adalah terendah (38,4 gram).
44
3.3.9 Bahan makanan kelompok telur dan olahan
Bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur dibagi menjadi 4
kelompok yaitu : 1) telur ayam, 2) telur bebek 3) olahan telur, 4) telur lainnya. Informasi
secara lengkap bahan makanan kelompok telur dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.2.20,
grafik 3.2.9 dan Tabel 3.2.21.
Tabel 3.2.20 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Telur dan Olahan (g)
Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 15,1 30,7 1,1 11,2 0,7 11,4 0,02 0,60 16,9 33,8
5 -12 thn 24,6 38,1 1,9 13,3 0,6 5,6 0,11 3,50 27,2 39,9
13 – 18 thn 21,7 38,2 1,8 12,6 0,2 2,5 0,01 0,54 23,7 39,3
19 – 55 thn 15,1 31,3 1,2 9,9 0,3 4,7 0,08 2,89 16,6 33,0
>55 thn 10,5 27,8 1,0 8,4 0,3 3,3 0,00 0,00 11,7 28,9
Seluruh umur 16,6 33,1 1,3 10,7 0,3 5,0 0,06 2,49 18,4 34,8
Tabel 3.2.20 memperlihatkan bahwa total rerata berat bahan makanan kelompok telur dan
olahan yang dikonsumsi oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 18,4
gram perorang perhari. Grafik 3.2.9 memperlihatkan jenis telur dan olahannya, telur ayam
merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan
dengan rerata 16,6 gram perorang perhari, diikuti oleh telur bebek (1,3 g) dan olahan telur
(0,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi telur ayam tetap terbesar
dalam kelompok telur dan olahannya, diikuti telur bebek dan olahan telur. Kelompok umur
yang terbanyak mengonsumsi telur ayam terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahun
sebesar 24,6 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55 tahun
mengonsumsi telur ayam dengan rerata sebanyak 10,5 gram perorang perhari (lihat tabel
3.2.20).
45
Grafik 3.2.9 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
16,6
1,3 0,3 0,06
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya
Rer
ata
(g)
Bahan Makanan Kelompok Telur dan Olahan
46
Tabel3.2.21 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Telur dan Olahan (%)
Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya
0-59 bln 31,7 1,5 0,3 0,3
5 -12 thn 47,9 3,1 1,3 0,1
13 – 18 thn 39,5 3,3 0,6 0,1
19 – 55 thn 34,8 2,1 0,4 0,1
>55 thn 26,4 1,8 0,7 0
Seluruh umur 35,9 2,3 0,6 0,1
Tabel 3.2.21 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan
makanan kelompok telur dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsi yang terbesar
adalah telur ayam sebesar 35,9%, diikuti telur bebek (2,3%) dan paling rendah adalah telur
lainnya (0,1%). Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang terbanyak
mengonsumsi telur ayamadalah kelompok umur 5-12 tahun sebesar 47,9% dan yang
terendah pada kelompok umur > 55tahun sebesar 26,4%. Proporsi penduduk yang
terbanyak mengonsumsi telur bebek adalah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 3,3 % dan
yang terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,5 %.
47
Tabel 3.2.22 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompo
k umur
Jenis susu dan olahannya
Susu kental
manis Susu bubuk
Susu formula
balita
Susu
formula
khusus
Olahan susu Total Susu cair
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 9,9 32,6 3,3 17,9 20,1 43,5 0,3 5,7 1,2 7,5 36,4 53,9 7,0 34,3
5 -12 thn 3,1 14,6 0,9 8,7 0,2 4,1 0,0 0,0 1,9 15,9 6,2 23,6 3,8 27,5
13 – 18
thn
1,1 6,7 0,5 4,9 0,1 1,3 0,1 1,5 0,3 3,9 2,1 10,3 5,2 56,9
19 – 55
thn
1,6 8,6 0,1 1,8 0,0 0,6 0,2 2,8 0,5 8,1 2,4 12,4 1,3 15,4
>55 thn 0,9 5,3 0,1 1,3 0,2 1,8 0,5 3,2 0,1 2,0 1,7 6,9 0,2 2,5
Seluruh
umur
2,0 11,5 0,5 5,6 1,0 10,5 0,2 2,8 0,6 8,8 4,4 19,3 2,3 26,7
Tabel 3.2.22 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu
kental manis, susu bubuk, susu formula balita, susu formula khusus dan olahan susu oleh
penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 4,8 gram perorang perhari. Sementara
rerata berat kelompok susu cair yang dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah
sebesar 2,3 gram perorang perhari.Jenis susu cair merupakan jenis susu yang paling
banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 2,3 gram perorang
perhari, diikuti oleh susu kental manis (2,1 g) dan susu formula balita (1,0 gr). Sementara
menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi susu cair terdapat
pada kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 7,0 gram perorang perhari, sementara pada
kelompok umur >55tahun mengonsumsi susu cair dengan rerata sebanyak 0,2 gram
perorang perhari (lihat tabel 3.2.22).
48
Tabel 3.2.23 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Susu dan Olahan (%)
Susu Kental manis Susu
Bubuk
Susu Formula
Balita
Susu Formula
Khusus
Olahan
Susu
Susu
Cair
0-59 bln 14,6 7,6 23,5 0,3 4,0 5,5
5 -12 thn 9,4 5,3 0,6 0 2,7 3,3
13 – 18 thn 4,1 3,4 0,3 0,1 0,7 1,7
19 – 55 thn 6,3 2,4 0,1 0,5 1,1 1,6
>55 thn 5,9 2,4 0,9 1,9 0,4 1,0
Seluruh umur 6,8 3,2 1,4 0,6 1,3 1,9
Tabel 3.2.23 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan
kelompok susu dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah susu
kental manissebesar 6,8%, diikuti susu bubuk (3,2%) dan paling rendah adalah susu formula
khusus sebesar 0,6%. Proporsi penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada
kelompok umur 0-59bulansebesar 14,6 % dan terendah pada kelompok umur >55 tahun
sebesar 5,9 %.
49
Tabel 3.2.24 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Minyak, Lemak dan Olahan (g)
Minyak Kelapa
Sawit dan Minyak
Kelapa
Minyak Kelapa
dan Olahan
Minyak Lainnya,
lemak dan Olahan Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 5,8 7,9 3,6 14,0 0,3 1,3 9,6 16,4
5 -12 thn 13,1 12,6 8,2 23,7 0,7 3,2 21,9 26,8
13 – 18 thn 13,0 12,4 9,5 28,1 0,4 2,2 22,9 31,5
19 – 55 thn 13,0 13,6 14,3 45,9 0,5 2,4 27,8 48,6
>55 thn 9,4 11,1 14,4 40,4 0,4 1,9 24,2 41,9
Seluruh umur 12,1 12,9 12,3 39,5 0,5 2,4 24,9 42,1
Tabel 3.2.24 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak,
lemak dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 24,9 gram
perorang perhari. Grafik 3.2.10menunjukkan jenis minyak, lemak dan olahan, minyak kelapa
dan olahan merupakan jenis minyak yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk
Sulawesi Selatan dengan rerata 12,3 gram perorang perhari, diikuti oleh minyak kelapa
sawit dan minyak kelapa (12,1 g) dan minyak lainnya, lemak dan olahan (0,5 gr). Sementara
menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minyak kelapa dan
olahan terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 14,4 gram perorang perhari,
sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi minyak kelapa dan olahan
dengan rerata sebanyak 3,6 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.24).
50
Grafik 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.25 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Minyak, Lemak dan Olahan (%)
Minyak Kelapa Sawit dan
Minyak Kelapa
Kelapa dan
Olahan
Minyak Lainnya,
lemak dan Olahan
0- 59 bln 61,6 14,9 7,0
5 -12 thn 88,1 24,8 12,3
13 – 18 thn 88,3 22,6 7,6
19 – 55 thn 83,5 27,7 10,3
>55 thn 73,4 28,1 8,1
Seluruh umur 82,2 26,1 9,7
Berdasarkan tabel 3.2.25 terlihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan
makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling
besar adalah konsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 82,2 %, diikuti
kelapa dan olahan (26,1%) dan paling rendah adalah minyak lainnya, lemak dan olahan (9,7
%). Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa
terdapat pada kelompok umur 13 - 18 tahun sebesar 88,3 % dan terendah pada kelompok
umur 0-59 bulan sebesar 61,6 %.
12,1 12,3
0,5
0
2
4
6
8
10
12
14
Minyak Kelapa Sawit dan MinyakKelapa
Minyak Kelapa dan Olahan Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
Rer
ata
(gra
m)
Kelompok Minyak, lemak dan olahan
51
Tabel 3.2.26 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Gula dan Konfeksionari (g)
Gula Permen Sirup Coklat
Lainnya
(madu,Selai agar-
agar, jely)
Total
Rerata SD Rera
ta
SD Rera
ta
SD Rera
ta
SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 5,6 12,4 1,1 3,9 0,1 1,8 0,8 4,9 2,5 18,8 10,1 24,9
5 -12 thn 7,8 13,1 0,8 3,4 0,2 2,2 0,7 3,0 2,8 21,0 12,2 24,9
13 – 18 thn 6,9 12,8 0,4 3,1 0,5 8,0 0,6 4,2 0,9 10,1 9,4 19,2
19 – 55 thn 17,9 20,1 0,1 0,9 0,3 2,7 0,2 1,7 0,4 4,1 18,8 21,2
>55 thn 19,8 19,5 0,0 0,4 0,3 3,4 0,1 1,0 1,7 21,3 22,0 28,8
Seluruh
umur
14,7 18,8 0,3 2,1 0,3 3,8 0,3 2,6 1,1 13,2 16,7 23,4
Tabel 3.2.26 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan
konfeksionari oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,7 gram perorang
perhari. Grafik 3.2.11menunjukkan jenis gula dan konfeksionari, gula merupakan jenis gula
dan konfeksionari yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan
rerata 14,7 gram perorang perhari, diikuti oleh lainnya (1,1 g) dan permen (0,3 gram), sirup
(0,3 gram) dan coklat (0,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang
terbanyak mengonsumsi gula terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 19,8 gram
perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi gula dengan
rerata sebanyak 5,6 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.26).
52
Grafik. 3.2.11 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tabel 3.2.27 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Gula dan Konfeksionari
Gula Permen Sirup Coklat Lainnya (madu,Selai
agar-agar, jely)
0-59 bln 33,8 11,6 1,2 5,2 3,7
5 -12 thn 46,7 8,5 1,6 7,5 4,3
13 – 18 thn 42,2 5,2 1,2 4,4 2,0
19 – 55 thn 70,8 1,1 1,7 2,5 2,5
>55 thn 78,4 0,6 1,7 1,9 2,4
Seluruh umur 63,0 3,1 1,6 3,5 2,8
Tabel 3.2.27 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan
kelompok gula dan konfeksionari di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah gula
sebesar 63,0 %, diikuti coklat (3,5%) dan paling rendah adalah sirup sebesar 1,6 %.
Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi gula terdapat pada kelompok umur >55
tahun (78,4 %) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 33,8 %.
14,7
0,3 0,3 0,3 1,1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Gula Permen Sirup Coklat Lainnya(madu,Selai agar-
agar, jely)
Rer
ata
(g)
Bahan Makanan Kelompok Gula dan Konfensionari
53
Tabel 3.2.28 Rerata konsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Bumbu (g)
Garam Vetsin/ MSG/
Mecin
Bumbu
Instan
Bumbu
Kering
Bumbu
Basah
Bahan
Tambahan Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 1,3 1,9 0,3 0,7 0,4 2,6 0,1 0,4 3,7 6,1 0,01 0,09 5,9 7,8
5 -12 thn 3,0 2,8 0,5 1,0 0,9 3,4 0,2 2,1 6,7 9,3 0,02 0,1 11,6 12,2
13 – 18 thn 3,2 3,0 0,5 1,2 1,1 3,5 0,3 1,4 7,0 9,3 0,07 1,0 12,3 12,5
19 – 55 thn 4,1 3,8 0,6 2,2 0,8 3,8 0,4 1,6 8,2 10,6 0,06 0,6 14,5 14,4
>55 thn 4,0 4,0 0,6 1,1 0,3 1,3 0,3 1,1 7,6 11,5 0,04 0,4 13,1 14,0
Seluruh
umur 3,7 3,6 0,6 1,7 0,8 3,4 0,3 1,6 7,6 10,3 0,05 0,6 13,1 13,7
Tabel 3.2.28 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu
oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 13,1 gram perorang perhari.
Grafik 3.2.12menunjukkan rerata jenis bumbu yang dikonsumsi, bumbu basah merupakan
jenis bumbu yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata
7,6 gram perorang perhari, diikuti oleh garam (3,7 g) dan bumbu instan (0,8 gr). Sementara
menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi bumbu basah
terdapat pada kelompok umur 19 - 55 tahun sebesar 8,2 gram perorang perhari, sementara
pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi bumbu basah dengan rerata sebanyak 3,7
gram perorang perhari (lihat tabel 28).
Grafik 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
3,7
0,6 0,8 0,3
7,6
0,05 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Garam Vetsin/ MSG/Mecin
Bumbu Instan Bumbu Kering Bumbu Basah Bahan Tambahan
Rer
ata
(g)
Bumbu
54
Tabel 3.2.29 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis Bumbu (%)
Garam Vetsin/ MSG/
Mecin
Bumbu
Instan
Bumbu
Kering
Bumbu
Basah
Bahan
Tambahan
0-59 bln 78,7 56,4 15,9 13,7 57,3 4,0
5 -12 thn 94,7 71,1 25,0 20,3 75,3 5,0
13 – 18 thn 93,5 73,2 25,8 19,9 78,7 4,1
19 – 55 thn 97,5 76,7 22,8 25,0 83,4 6,2
>55 thn 97,2 73,4 16,0 23,7 79,3 5,2
Seluruh umur 95,6 74,0 22,1 22,9 79,7 5,5
Tabel 3.2.29 menunjukkan Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu di Provinsi
Sulawesi Selatan, Proporsi jenis bumbu paling besar dikonsumsi adalah garam sebesar
95,6 %, diikuti bumbu basah (79,7%) dan paling rendah adalah bahan tambahan sebesar
5,5 %. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk mengonsumsi garam terbanyak
pada kelompok umur>55 tahun sebesar 97,2 % dan terendahpada kelompok umur 0-59
bulan sebesar 78,7 %.
55
Tabel 3.2.30 Rerata konsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
(tahun)
Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)
Teh Instan /
Daun Kering Kopi Bubuk Minuman Serbuk
Total
Minuman
Kemasan
Cairan
Minuman
Berkarbonasi
Minuman
Beralkohol
Minuman
Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 2,8 20,9 0,2 1,7 0,8 12,2 4,0 24,1 56,4 126,9 0,3 4,8 0,2 4,2 0,5 3,9 57,4 126,7
5 -12 thn 1,0 9,2 0,2 1,9 2,0 12,0 3,3 15,1 68,9 128,5 4,8 41,2 0,0 0,0 0,9 7,3 74,8 139,9
13 – 18 thn 1,4 13,0 1,3 8,4 1,9 19,8 4,7 25,2 68,7 152,5 6,6 48,0 0,1 3,0 0,8 8,6 76,2 157,8
19 – 55 thn 1,2 7,8 5,3 12,3 0,3 3,2 6,8 14,6 15,5 65,6 3,4 35,0 6,2 94,3 1,6 21,7 26,8 122,6
>55 thn 1,2 5,8 5,8 11,0 0,1 2,2 7,1 12,4 2,0 19,8 0,8 12,7 6,8 111,6 0,8 11,9 10,5 114,8
Seluruh
umur 1,2 9,6 3,9 10,6 0,7 9,2 5,9 16,7 30,0 95,7 3,5 34,8 4,3 81,1 1,2 16,9 39,1 131,6
56
Tabel 3.2.30 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok minuman
serbuk dan minuman cair oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 5,9
gram dan 39,1 ml perorang perhari. Grafik 3.2.13 menunjukkanrerata jenis minuman serbuk
dan minuman cairan yang dikonsumsi, kopi bubuk dan minuman kemasan cairan
merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan
dengan rerata 3,9 gram dan 30 ml perorang perhari. Sementara menurut kelompok umur,
kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi kopi bubuk terdapat pada kelompok umur
>55 tahun sebesar 5,8 gram dan terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,2 gram
perorang perhari. Sedangkan kelompok umur terbanyak mengonsumsi minuman kemasan
cairan adalah kelompok umur 5-12 tahun sebesar 68,9 ml dan terendah pada kelompok
umur >55 tahun dengan rerata sebanyak 2,0ml perorang perhari (lihat tabel 3.2.30).
Grafik 3.2.13 Rerata konsumsi kelompok minuman perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
1,2 3,9
0,7
30
3,5 4,3
1,2
0
5
10
15
20
25
30
35
Teh Instan /Daun Kering
Kopi Bubuk MinumanSerbuk
MinumanKemasan
Cairan
MinumanBerkarbonasi
MinumanBeralkohol
MinumanLainnya
Rer
ata,
ser
bu
k (g
), c
aira
n (
ml)
Minuman
57
Tabel 3.2.31 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Jenis Minuman Serbuk (%) Jenis Minuman cairan (%)
Teh Instan /
Daun
Kering
Kopi
Bubuk
Minuman
Serbuk
Minuman
Kemasan
Cairan
Minuman
Berkarbonasi
Minuman
Beralkohol
Minuman
Lainnya
0-59 bln 18,3 3,4 1,2 21,6 0,6 0,3 1,5
5 -12 thn 20,0 3,8 6,5 29,4 2,0 0,0 3,2
13 – 18 thn 18,2 7,9 3,1 26,2 2,8 0,2 3,0
19 – 55 thn 32,2 33,0 1,1 7,3 1,6 0,8 2,4
>55 thn 32,2 39,4 0,6 1,6 0,8 0,6 1,8
Seluruh umur 28,0 25,1 2,1 12,7 1,7 0,6 2,5
Tabel 3.2.21 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis minuman
serbuk di Provinsi Sulawesi Selatan paling besar adalah teh instan/ daun kering sebesar
28,0 % dan paling rendah adalah minuman serbuk sebesar 2,1 %. Sementara Proporsi jenis
minuman cairan terbesar adalah minuman kemasan cairan sebesar 12,7% dan terendah
minuman beralkohol sebesar 0,6%. Berdasarkankelompok umur, Proporsi penduduk
mengonsumsi the instan/ daun kering terbanyak pada kelompok umur 19 -55 tahun dan > 55
tahun masing-masing sebesar 32,2 %, sedangkan terendah pada kelompok umur 13-18
tahun sebesar 18,3%. Sementarakelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minuman
kemasan cairan terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahun sebesar 29,4% dan terendah
pada kelompok umur >55 tahun sebesar 1,6%.
58
Tabel 3.2.32 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Jenis MakananKomposit (g)
Ayam goreng Pizza Burger Kentang
Goreng
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
5 -12 thn 0,4 7,0 0,2 4,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 8,3
13 – 18 thn 0,1 2,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 2,0
19 – 55 thn 0,2 4,8 0,0 1,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 4,9
>55 thn 0,0 1,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1
Seluruh umur 0,2 4,5 0,0 1,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 4,8
Tabel 3.2.32 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok makanan
komposit oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,2 gram perorang
perhari. Jenis makanan komposit yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi
Selatan adalah ayam goreng dengan rerata 0,2 gram perorang perhari. Sementara
berdasarkan kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi ayam gorang
terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,4 gram perorang perhari, sementara
pada kelompok umur 0 – 59 bulan dan >55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng (lihat
tabel 3.2.32).
Tabel 3.2.33 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur Jenis Makanan Komposit (%)
Ayam goreng Pizza
0- 59 bln 0,0 0,0
5 -12 thn 0,4 0,1
13 – 18 thn 0,1 0,0
19 – 55 thn 0,2 0,1
>55 thn 0,1 0,0
Seluruh umur 0,2 0,1
Tabel 3.2.33 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan
komposit di Provinsi Sulawesi Selatan paling besar adalah ayam goreng sebesar 0,2 % dan
paling rendah adalah Pizza sebesar 0,1 %. Sementara berdasarkan kelompok umur,
Proporsi konsumsi ayam goreng terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,4%
dan kelompok umur 0-59 bulan tidak mengkonsumsi ayam goreng.
59
Tabel 3.2.34 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi
Selatan 2014
Kelompok
Umur
Sumber Air (ml)
Air Minum Air Minum Kemasan
Bermerek
Minuman cair
kemasan pabrikan (jus
cair, kopi cair, teh cair,
,minuman
berkarbonasi,
berenergi, isotonik,
beralkohol dan
minuman lain)
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 722,7 504,4 11,0 64,0 57,0 126,8 790,6 518,9
5 -12 thn 934,4 502,2 43,5 153,1 73,8 139,5 1.051,7 524,7
13 – 18 thn 1.094,1 583,2 76,9 269,7 75,6 157,8 1.246,6 634,6
19 – 55 thn 1.458,2 798,2 69,7 279,2 25,4 120,4 1.553,3 826,8
>55 thn 1.340,1 769,8 41,6 240,6 9,8 114,3 1.391,5 810,8
Seluruh umur 1.281,8 755,7 59,7 251,0 38,0 130,4 1.379,6 783,5
Tabel 3.2.34 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi air yang diminum oleh penduduk
provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 1.379,6ml perorang perhari. Grafik
3.2.14menunjukkanrerata sumber air yang diminum, air minum merupakan sumber air yang
paling banyak diminum oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 1.281,8ml perorang
perhari, diikuti oleh air minum kemasan bermerek (59,7 ml) dan minuman cair kemasan
(38ml). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak minumair
minum terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1.43.58,2 ml perorang perhari,
sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan minumair minum dengan rerata sebanyak
722,7ml perorang perhari (lihat tabel 3.2.34).
Grafik 3.2.14 Rerata konsumsi kelompok air perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014
1.281,80
59,7 38
0,00200,00400,00600,00800,00
1.000,001.200,001.400,00
Air Minum Air Minum Kemasan Bermerek Minuman cair kemasanpabrikan (jus cair, kopi cair, tehcair, ,minuman berkarbonasi,
berenergi, isotonik, beralkoholdan minuman lain)
Rer
ata
(ml)
Kelompok Air
60
Tabel 3.2.35 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Sumber Air (%)
Air Minum
Air Minum
Kemasan
Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan
(jus cair, kopi cair, teh cair,
,minuman berkarbonasi, berenergi,
isotonik, beralkohol dan minuman
lain)
0-59 bln 90,9 4,6 22,6
5 -12 thn 99,7 14,0 30,2
13 – 18 thn 99,7 17,4 28,9
19 – 55 thn 99,9 11,2 10,0
>55 thn 99,7 5,1 3,0
Seluruh umur 99,4 11,2 14,9
Tabel 3.2.35 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi air di Provinsi
Sulawesi Selatan, jenis konsumsi sumber air paling besar adalah sumber air minum
sebesar 99,4 % dan paling rendah adalah air minum kemasan bermerek sebesar 11,2 %.
Berdasarkan kelompok umur, Proporsiyang terbanyak mengonsumsi air minum terdapat
pada kelompok umur 19 - 55 tahun sebesar 99.9 % dan terkecil pada kelompok umur 0-59
bulan sebesar 90,9%.
Tabel 3.2.36 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamumenurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Suplemen Jamu
Multi Vitamin
(mg)
Minuman
Suplemen
(ml)
Total Jamu Tradisional
(ml)
Jamu
Pabrikan
(mg)
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 0 0,5 0 0 0,1 1,2 0 0 0 0 0 0
5 -12 thn 0,1 1,9 0 2,7 0,1 3,3 0,3 5 0 0 0,3 5
13 – 18 thn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,7 0 0,7
19 – 55 thn 0 1 0,4 8,7 0,5 8,7 0,4 7,4 0,1 1,3 0,4 7,5
>55 thn 0 0 0 0 0 0,1 0,4 5,9 0,1 1,1 0,5 6
Seluruh
umur 0 1 0,2 6,3 0,3 6,4 0,3 6,2 0 1 0,3 6,2
61
Tabel 3.2.36 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok
suplemen dan jamu oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,3 ml dan
0,3 ml perorang perhari. Berdasarkan konsumsi jenis suplemen, minuman suplemen
merupakan jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan
dengan rerata 0,2 ml. Sementara pada kelompok jamu, jamu tradisional merupakan jenis
jamu yang banyak dikonsumsi dengan rerata sebesar 0,3 ml perorang perhari.
Tabel 3.2.37 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Suplemen Jamu
Multi Vitamin Non Multi
Vitamin
Minuman
Suplemen
Jamu Tradisional Jamu
Pabrikan
0-59 bln 0,6 0,0 0,0 0,0 0,0
5 -12 thn 0,3 0,0 0,0 0,7 0,0
13 – 18 thn 0,2 0,0 0,1 0,0 0,2
19 – 55 thn 0,7 0,3 0,3 0,5 0,6
>55 thn 0,0 0,7 0,0 0,7 0,6
Seluruh umur 0,5 0,3 0,2 0,5 0,4
Tabel 3.2.37 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemendan jamu di
Provinsi Sulawesi Selatan, jenis suplemen tertinggi dikonsumsi adalah multi vitamin sebesar
0,5 % dan terendah adalah minuman suplemen sebesar 0,2 %. Sementara pada kelompok
jamu, jamu tradisonal (0,5%) lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jamu pabrikan (0,4 %).
Berdasarkan kelompok umur, jenis suplemen multivitamin terbanyak dikonsumsi pada
kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,7% dan kelompok umur >55 tahun tidak
mengonsumsi. Sementarakelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jamu tradisional
terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahunsebesar 0,7% dan kelompok umur 0-59 bulan dan
13-18 tahun tidak mengonsumsi jamu tradisional.
62
Tabel 3.2.38 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
umur
Bahan makanan
Serealia dan
olahannya
Umbi/pati dan
olahannya
Kacang dan
olahannya
Sayur dan
olahannya
Buah dan
olahannya
Daging dan
olahannya
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 269,8 107,3 10,8 28,7 6,0 21,8 14,9 32,7 8,7 30,6 24.4 67.4
5 -12 thn 406,0 154,2 17,6 47,9 22,9 63,0 29,5 47,3 25,9 69,4 37.3 80.1
13 – 18 thn 426,5 144,8 16,8 55,7 25,8 60,1 39,2 53,2 22,8 70,9 34.5 80.4
19 – 55 thn 441,3 145,3 16,6 61,4 19,0 53,7 64,8 78,5 33,7 86,9 34.0 88.9
>55 thn 380,6 122,4 13,3 59,2 10,2 37,6 66,7 84,8 32,2 84,2 11.6 49.2
Seluruh
umur
416,8 147,1 16,0 57,4 18,5 53,1 54,3 73,1 29,7 80,5 30.6 81.0
Tabel 3.2.38 menunjukkan bahwa rerata berat serealia dan olahan, umbi/pati dan olahan,
kacang dan olahan, sayur dan olahan, buah dan olahan, daging dan olahan yang
dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah sebesar 416,8 gram, 16,0 gram, 18,5
gram, 54,3 gram, 29,7 gram dan 30,6 gram perorang perhari.
Dari konsumsi serealia dan olahan dan umbi/pati dan olahan, terlihat bahwa makanan pokok
penduduk Indonesia masih didominasi oleh kelompok serealia dan olahannya. Kelompok
kacang dan olahan dan kelompok daging yang dikonsumsi penduduk merupakan sumber
protein nabati dan hewani dalam makanan sehari-hari. Sedangkan kelompok sayur dan
olahan serta buah dan olahan yang dikonsumsi peduduk merupakan sumber vitamin dan
mineral serta serat. Pada semua kelompok umur konsumsi serealia mendominasi dalam
makanan pokok penduduk.
63
Tabel 3.2.39 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014
Kelompok
umur
Bahan makanan
Jeroan dan
olahannya
Ikan dan
olahannya
Telur dan
olahannya
Susu bubuk
olahannya
Susu cair Minyak dan
olahannya
Gula dan
konfeksionari
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 0,03 0,87 38,2 55,4 16,9 33,8 47,6 61,1 7,0 34,3 9,6 16,4 10,1 24,9
5 -12 thn 0,15 3,25 75,1 90,4 27,2 39,9 6,2 23,6 3,8 27,5 21,9 26,8 12,2 24,9
13 – 18 thn 0,56 6,12 85,0 94,1 23,7 39,3 2,2 10,3 5,2 56,9 22,9 31,5 9,4 19,2
19 – 55 thn 0,54 7,93 126,5 123,1 16,6 33,0 2,3 12,3 1,3 15,4 27,8 48,6 18,8 21,2
>55 thn 0,03 0,99 132,8 128,6 11,7 28,9 1,4 6,6 0,2 2,5 24,2 41,9 22,0 28,8
Seluruh
umur
0,38 6,28 110,5 117,0 18,4 34,8 4,8 21,2 2,3 26,7 24,9 42,1 16,7 23,4
Tabel 3.2.39 menunjukkan bahwa rerata konsumsi jeroan dan olahan, ikan dan olahan, telur
dan olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan
konfeksionari yang dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,38 gram,
110,5 gram, 18,4 gram, 4,8 gram, 2,3 gram, 4,5 gram, 24,9 gram dan 16,7 gram perorang
perhari.
Dari konsumsi kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak
dikonsumsi penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan konsumsi
susu bubuk olahannya, susu cair dan jeroan dan olahannya termasuk yang rendah.
Tabel 3.2.40 dibawah ini menunjukkan bahwa rerata konsumsi air minum penduduk
Indonesia adalah air sebesar 1.379,6 ml perorang perhari, kemudian minuman cair
(39,1ml/org/hr) dan bumbu (13,1 gr/org/hr). Sedangkan rerata berat suplemen dan jamu
yang dikonsumsi penduduk sangat kecil yaitu dibawah 1 gram perorang perhari.
64
Tabel 3.2.40 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok umur
Bahan makanan
Bumbu Minuman serbuk Minuman cair Makanan komposit Air Suplemen Jamu
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 5,9 7,8 4,0 24,1 57,4 126,7 0,0 0,0 790,6 518,9 0,1 1,2 0 0
5 -12 thn 11,6 12,2 3,3 15,1 74,8 139,9 0,6 8,3 1.051,7 524,7 0,1 3,3 0,3 5
13 – 18 thn 12,3 12,5 4,7 25,2 76,2 157,8 0,1 2,0 1.246,6 634,6 0 0 0 0,7
19 – 55 thn 14,5 14,4 6,8 14,6 26,8 122,6 0,2 4,9 1.553,3 826,8 0,5 8,7 0,4 7,5
>55 thn 13,1 14,0 7,1 12,4 10,5 114,8 0,0 1,1 1.391,5 810,8 0 0,1 0,5 6
Seluruh umur 13,1 13,7 5,9 16,7 39,1 131,6 0,2 4,8 1.379,6 783,5 0,3 6,4 0,3 6,2
65
3.3 Asupan dan Kecukupan Energi
Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan rerata kecukupan
energi menurut karakteristik penduduk Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Table 3.3.41 dan tabel
3.3.42.
Tabel 3.3.41 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Asupan Energi (Kkal)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 1.217 478 1.079 445 1.131 462
Laki laki
5 – 12 thn 1.820 580 1.644 610 1.703 602
13 – 18 thn 1.925 686 1.781 619 1.835 745
19 - 55 thn 2.056 772 1.945 620 1.989 744
>55 Tahun 1.805 685 1.659 479 1.705 672
Perempuan
5 – 12 thn 1.756 611 1.510 566 1.594 593
13 – 18 thn 1.757 619 1.489 627 1.593 637
19 - 55 thn 1.648 620 1.564 607 1.596 613
>55 Tahun 1.360 479 1.264 510 1.294 502
Tabel 3.3.41 menunjukkan bahwa rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata
asupan energi di pedesaan (1.079 Kkal) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (1.217 Kkal). Pada
laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan energinya tertinggi (2.056
Kkal) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 19-55 tahun dan tinggal
di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata
asupan energi terendah (1.264 Kkal).
66
Tabel 3.3.42 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik,
Provinsi Sulawesi Selatan2014
Karakteristik Kecukupan Energi (% AKE)
Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 103,6 28,7
Laki laki
5 – 12 thn 88,2 32,3
13 – 18 thn 71,7 29,2
19 - 55 thn 76,4 28,5
>55 Tahun 81,5 32,5
Perempuan
5 – 12 thn 84,6 31,6
13 – 18 thn 75,0 30,0
19 - 55 thn 74,8 28,6
>55 Tahun 75,8 29,1
Tempat Tinggal
Perkotaan 81,0 30,2
Perdesaan 75,3 29,5
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 71,3 29,5
Menengah Bawah 74,4 29,7
Menengah 75,8 28,4
Menengah atas 80,2 30,3
Teratas 82,5 30,1
Tabel 3.3.42 memperlihatkan rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik di
Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata kecukupan energi
mencapai 103,6% AKG. Pada laki-laki, rerata kecukupan energi tertinggi pada kelompok
usia 5-12 tahun (88,2% AKG) dan rerata kecukupan energi terendah pada kelompok usia
13-18 tahun (71,7% AKG). Pada perempuan, rerata kecukupan energi tertinggi juga
sama pada kelompok usia 5-12 tahun (84,6% AKG) dan kecukupan energi terendah
pada kelompok usia 19-55 tahun (75,0% AKG). Di wilayah perkotaan kecukupan energi
lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan,
kecukupan energi cenderung naik dari kuintil terbawah sampai teratas.
67
3.4 Asupan dan Kecukupan Protein
Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan rerata kecukupan proteinmenurut karakteristik tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.4.43 dan 3.4.44.
Tabel3.4.43 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Asupan Protein (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 41,1 25,7 32,1 22,0 35,5 23,8
Laki laki
5 – 12 thn 62,6 23,6 56,7 26,3 58,7 25,5
13 – 18 thn 72,3 33,5 60,2 27,8 64,7 30,5
19 - 55 thn 78,2 36,0 71,2 30,2 73,9 32,8
>55 Tahun 74,6 38,6 62,2 29,8 66,1 33,3
Perempuan
5 – 12 thn 59,7 22,0 49,5 22,1 53,0 22,6
13 – 18 thn 64,1 26,8 50,5 21,6 55,8 24,6
19 - 55 thn 65,4 30,7 59,2 27,6 61,6 29,0
>55 Tahun 52,0 26,6 49,1 22,7 50,0 24,0
Tabel 3.4.43 memperlihatkan rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata asupan protein di pedesaan (32,1 g) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (41,1 g). Pada laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan proteinnya tertinggi (78,2 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 19-55 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan proteinnya terendah (49,1 g).
68
Tabel 3.4.44 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Karakteristik Kecukupan Protein (% AKP)
Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 128,0 75,8
Laki laki
5 – 12 thn 117,5 52,6
13 – 18 thn 93,5 44,3
19 - 55 thn 115,4 51,2
>55 Tahun 104,0 51,9
Perempuan
5 – 12 thn 103,6 48,9
13 – 18 thn 86,9 39,5
19 - 55 thn 108,6 51,1
>55 Tahun 88,5 42,4
Tempat Tinggal
Perkotaan 115,0 54,0
Perdesaan 100,9 47,2
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 89,3 45,1
Menengah Bawah 97,6 46,1
Menengah 103,7 46,2
Menengah atas 113,2 50,4
Teratas 119,3 55,3
Tabel 3.4.44 menunjukkan bahwa rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata kecukupan protein mencapai 128% AKG. Pada laki-laki, rerata kecukupan protein tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (117,5% AKG) dan rerata kecukupan protein terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (93,5% AKG). Pada perempuan, rerata kecukupan protein tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (108,6% AKG) dan kecukupan protein terendah pada kelompok usia >55 tahun (88,5% AKG). Di wilayah perkotaan kecukupan protein lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kecukupan protein tertinggi pada kuintil teratas (119,3% AKG).
69
3.5 Asupan Lemak
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.45.
Tabel 3.5.45 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Asupan Lemak (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 39,2 23,7 30,8 23,8 34,0 24,1
Laki laki
5 – 12 thn 57,6 31,9 45,4 30,7 49,5 31,6
13 – 18 thn 63,0 38,1 45,6 38,3 52,1 39,1
19 - 55 thn 57,9 40,3 40,4 34,6 47,3 37,9
>55 Tahun 41,6 28,8 30,2 25,5 33,7 27,1
Perempuan
5 – 12 thn 60,0 36,9 42,5 29,6 48,5 33,3
13 – 18 thn 61,3 45,6 43,0 32,9 50,1 39,3
19 - 55 thn 47,3 33,9 34,9 30,0 39,7 32,1
>55 Tahun 31,4 22,7 24,6 22,2 26,7 22,6
Tabel 3.5.45 menunjukkan bahwa rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur,
jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan,
rerata asupan lemak di pedesaan (30,8 g) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (39,2 g).
Pada laki-laki kelompok usia 13-18 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan lemak
tertinggi (63,0 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 13-18
tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di
pedesaan mempunyai rerata asupan lemak terendah (24,6 g).
70
3.6 Asupan karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik
tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.46.
Tabel 3.6.46 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok Umur
Asupan Karbohidrat (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 164,8 76,0 152,6 92,0 157,2 86,4
Laki laki
5 – 12 thn 265,9 88,3 255,1 95,9 258,8 93,4
13 – 18 thn 276,5 106,4 286,8 131,3 283,0 122,6
19 - 55 thn 310,4 122,5 328,1 126,7 321,1 125,3
>55 Tahun 284,0 106,6 287,3 118,7 286,3 115,0
Perempuan
5 – 12 thn 253,2 96,0 237,1 91,9 242,6 93,5
13 – 18 thn 247,0 96,1 230,1 102,9 236,7 100,6
19 - 55 thn 245,5 95,1 256,9 102,7 252,5 100,0
>55 Tahun 218,0 84,0 214,2 90,2 215,4 88,2
Tabel 3.6.46 menunjukkan bahwa rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok
umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-
59 bulan, rerata asupan karbohidrat di pedesaan (152,6 g) lebih rendah dibandingkan di
perkotaan (164,8 g). Pada laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di pedesaan, rerata
asupan karbohidrat tertinggi (328,1 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di
bawah dan di atas 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan. Pada perempuan kelompok usia >55
tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan karbohidrat terendah (214,2 g).
71
3.7 Asupan natrium Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik
tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.8.47.
Tabel 3.7.47 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Kelompok
Umur
Asupan Natrium (mg)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 1.088 862 933 1.078 991 1.003
Laki laki
5 – 12 thn 1.579 1.322 1.606 1.387 1.596 1.364
13 – 18 thn 1.891 1.761 1.787 1.830 1.826 1.804
19 - 55 thn 1.641 1.834 1.319 1.454 1.445 1.621
>55 Tahun 1.157 993 908 879 986 922
Perempuan
5 – 12 thn 1.782 1.487 1.402 1.277 1.532 1.363
13 – 18 thn 1.956 1.512 1.447 1.526 1.644 1.539
19 - 55 thn 1.303 1.322 1.074 1.113 1.161 1.202
>55 Tahun 868 674 776 819 805 776
Tabel 3.7.47 memperlihatkan bahwa rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur,
jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan,
rerata asupan natrium di pedesaan (933 mg) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (1.088
mg). Pada laki-laki kelompok usia 13-18 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan natrium
tertinggi (1.891 mg) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 13-
18 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di
pedesaan mempunyai rerata asupan natrium terendah (776 mg).
72
3.8 Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk usia ≥ 10 tahun menurut
karakteristik:kelompok umur, tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan di Sulawesi
Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.9.48.
Tabel 3.8.48 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak, melebihi pesan permenkes nomor 30 tahun 2013 menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Karakteristik Bahan makanan (%)
Gula > 50 gram Natrium > 2000 mg Lemak > 67 gram
KelompokUmur
0 – 59 bln 2,1 12,9 8,2 5-12 thn 1,4 28,7 22,2 13 – 18 thn 1,0 30,9 24,7 19 – 55 thn 6,6 18,4 18,1 55 + thn 7,1 8,5 7,8 Tempat Tinggal
Perkotaan 4,7 24,6 26,4 Perdesaan 5,1 16,7 12,5
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 6,8 13,0 6,0 Menengah Bawah
4,4 17,4 12,1
Menengah 4,8 20,1 15,0 Menengah atas 4,9 18,6 21,4 Teratas 4,5 26,2 28,5
Tabel 3.8.48 menunjukkan bahwa proporsi penduduk Sulawesi Selatan yang
mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi batas yang ditetapkan Permenkes
nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurut karakteristik. Proporsi
tertinggi konsumsi gula > 50 gram adalah pada kelompok usia 55 tahun ke atas (7,1 %),
di wilayah perdesaan (5,1 %), dan pada kuintil terbawah (6,8 %). Sedangkan proporsi
terendah konsumsi gula > 50 gram adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (1 %), di
wilayah perkotaan (4,7 %), dan pada kuintil menengah bawah (4,4 %).
Proporsi tertinggi asupan natrium > 2000 mg adalah pada kelompok usia 13-18 tahun
(30,9%), di wilayah perkotaan (24,6%), dan pada kuintil teratas (26,2%).Sementara
proporsi terendah asupan natrium > 2000 mg adalah pada kelompok usia 55 tahun ke
atas (8,5%), di wilayah perdesaan (16,7%), dan pada kuintil terbawah (13%).
Proporsi tertinggi asupan lemak > 67 gramadalahpada kelompok usia 13-18 tahun
(24,7%), di wilayah perkotaan (26,4%), dan pada kuintil teratas (28,5%). Sedangkan
proporsi terendah asupan lemak > 67 gram adalah pada kelompok usia 55 tahun ke atas
(7,8%), di wilayah perdesaan (12,5%), dan pada kuintil terbawah (6,0%).
73
3.9 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan energi
Proporsi penduduk defisit dan lebih dari 100 AKG energi menurut karakteristik umur,
jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat
pada Tabel 3.10.49.
Tabel 3.9.49 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Karakteristik
Tingkat Kecukupan asupan energi
< 70% AKE 70 - <100% AKE ≥100-<130% AKE ≥130% AKE
Kelompok umur
0 – 59 bln 9,3 50,5 24,4 15,8
5-12 thn 31,7 38,6 17,1 12,6
13 – 18 thn 51,1 31,0 13,6 4,4
19 – 55 thn 47,0 33,9 14,2 4,9
55 + thn 45,0 31,8 16,0 7,2
Jenis kelamin
Laki-laki 42,5 35,4 15,2 7,0
Perempuan 45,5 33,6 15,1 5,8
tempat tinggal
Perkotaan 39,9 35,1 17,4 7,6
Perdesaan 46,4 34,1 13,8 5,7
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 53,6 30,0 11,0 5,5
Menengah bawah 47,1 33,4 14,2 5,2
Menengah 44,5 37,6 12,7 5,2
Menengah atas 40,9 34,4 16,6 8,1
Teratas 38,0 35,4 19,2 7,4
Tabel 3.9.49 menunjukkan proporsi penduduk berdasarkan tingkat kecukupan asupan energi
menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada tingkat kecukupan asupan energi <70% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok umur 13-
18 tahun sebesar 51,1%, perempuan (45,5%), di perdesaan (46,4%), dan pada kuintil
terbawah (53,6%). Sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (9,3%), laki-
laki (42,5%), di perkotaan (39,9%), dan pada kuintil teratas (38%).
Pada tingkat kecukupan energy >=100% - <130% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59
bulan (24,4%), laki-laki (15,2%), di perkotaan (17,4%), dan pada kuintil teratas (19,2%).
Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan energi>=100% - <130% AKE pada kelompok
umur 13-18 tahun (13,6%), perempuan (15,1%), di perdesaan (13,8%), dan pada kuintil
terbawah sebesar 11 %.
Pada tingkat kecukupan energy >=130% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59 bulan
(15,8%),laki-laki (7%), di perkotaan (7,6%), dan pada kuintil menengah atas (8,1%).
Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan energy >=130% AKE pada kelompok umur
13-18 tahun (4,4%), perempuan (5,8%), di pedesaan (5,7%), dan pada kuintil menengah
bawah dan menengah masing-masing sebesar 5,2%.
74
3.10 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein
Proporsi penduduk defisit dan lebih dari 100 AKG protein menurut karakteristik umur, jenis
kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel
3.11.50.
Tabel 3.10.50 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemikian asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Karakteristik
Tingkat Kecukupan Asupan Protein
<80% AKP 80-<100% AKP ≥100-<120% AKP ≥120% AKP
Kelompok umur
0 – 59 bln 24,8 10,1 15,1 50,0
5-12 thn 31,0 16,9 15,4 36,7
13 – 18 thn 46,0 19,4 14,2 20,4
19 – 55 thn 28,3 19,2 15,6 36,9
55 + thn 43,3 17,8 12,5 26,4
Jenis kelamin
Laki-laki 28,8 18,4 15,6 37,2
Perempuan 36,5 18,4 14,3 30,8
Tempat tinggal
Perkotaan 27,0 17,4 14,8 40,8
Perdesaan 36,2 19,0 15,0 29,8
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 48,7 17,1 11,5 22,7
Menengah bawah 38,5 18,7 15,4 27,4
Menengah 32,6 19,9 16,5 31,0
Menengah atas 27,0 17,1 15,7 40,2
Teratas 23,6 18,9 14,6 42,9
Tabel 3.10.50 menunjukkan proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein
menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada
tingkat kecukupan asupan protein <80% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok umur 13-18
tahun (46%), perempuan (36,5%), di perdesaan (36,2%), dan pada kuintil terbawah (48,7%).
Sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (24,8%), laki-laki (28,8%), di
perkotaan (27%), dan pada kuintil teratas (23,6%).
Pada tingkat kecukupan protein >=100% - <120% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok 19-55
tahun (15,6%), laki-laki (15,6%), di perdesaan (15%), dan pada kuintil menengah (16,5%).
Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan protein >=100% - <120% AKP pada kelompok
umur 55 tahun keatas (12,5%), perempuan (14,3%), di perkotaan (14,8%), dan pada kuintil
terbawah sebesar 11,5 %.
Pada tingkat kecukupan protein >=120% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59 bulan
(50%), laki-laki (37,2%), di perkotaan (40,8%), dan pada kuintil teratas (42,9%). Sementara
proporsi terendah tingkat kecukupan protein >=120% AKP pada kelompok umur 13-18 tahun
(20,4%), perempuan (30,8%), di perdesaan (29,8%), dan pada kuintil terbawah sebesar 22,7%.
75
BAB 4. KESIMPULAN
1. Pada makanan pokok penduduk Sulawesi Selatan, beras terbanyak dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk (98,2%) dengan konsumsi sebesar 223,3 gram per orang
per hari diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 56,6 persen
penduduk dengan konsumsi sebesar 54,7 gram per orang per hari.
2. Konsumsi protein hewani penduduk Sulawesi Selatan, terbanyak berasal dari
kelompok ikan dan olahan, yaitu sebesar 110,5 gram per orang per hari. Disusul oleh
kelompok daging dan olahan sebanyak 30,6 gram per orang per hari, dan tiga
kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan
sebesar 18,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 4,5 gram per orang
per hari, dan kelompok jeroan sebesar 0,38 gram per orang perhari.
3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu
53,7gram per orang per hari dan 18,4 gram per orang per hari. Dalam kelompok
sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (74,5 %) dibandingkan sayur lainnya.
Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak
dikonsumsi oleh penduduk (17,7%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan
dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 24,9 gram per orang per hari,
terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa dan olahan (12,3
gram/orang/hari) dan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa(12,1 gram/orang/hari).
Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi
Selatan (82,2%), menyusul kelapa dan olahannya (26,1%) dan minyak lainnya
(9,7%).
5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Sulawesi Selatansebesar 16,7 gram per
orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir
(14,7 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (63 %),
diikuti oleh coklat dan permen dengan kisaran antara 3,1 sampai 3,5 persen dan
terendah sirup (1,6%).
6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Sulawesi Selatan sebesar 13,1 gram per
orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (7,6
gram/orang/hari), menyusul garam (3,7 gram/orang/hari) dan terkecilbahan tambahan
(0,05 garam/orang/hari). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (95,6%) diikuti
dengan vetsin (74%) dan terendah bahan tambahan (5,5%).
7. Konsumsi minuman serbuk penduduk Sulawesi Selatan sebesar 5,9 gram per orang
per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (28 %) diikuti kopi bubuk
(25,1%) dan terendah minuman serbuk (2,1%), dengan konsumsi terbanyak adalah
kopi bubuk (6,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (3,9
gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,2 gram/orang/hari).
Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan
konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun (6,5%).
8. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Sulawesi Selatan 1.379,6 ml per orang
per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 99,4 persen penduduk diikuti
minuman cair kemasan pabrikan (14,9%) dan terendahair minum kemasan bermerek
(11,2%).
9. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk
Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram per orang per hari.
10. Secara provinsi, rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi terlihat pada
penduduk kelompok umur 0-59 bulan (103,6 % AKE), diikuti kelompok umur 5-12 tahun
76
(88,2 % AKE), kelompok umur >55 tahun (81,5% AKE), kelompok umur 19-55 tahun
(76,4% AKE) dan terendah, kelompok umur 13-18 tahun (71,7% AKE).
11. Secara provinsi kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok umur
0-59 bulan (128,0% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (117,5% AKP), kelompok
umur 19-55 tahun (115,4% AKP), kelompok umur >55 tahun (104,0% AKP) dan terendah
kelompok umur 13-18 tahun (93,5% AKP).
12. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE)
berkisar9,3 hingga 51,1 persen dan kecukupan energi melebihi 130 % AKEberkisar 4,4
hingga15,8 persen.
13. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP)
sebesar24,8 - 46 persen dan kecukupan protein normal (>120% AKP) sebesar 20,4 - 50
persen.
14. Secara provinsi, penduduk dengan asupan gula, natrium dan lemak yang melebihi batas
yang ditetapkan permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan adalah
berkisar antara 1,0 hingga 30,9 persen.
77
DAFTAR PUSTAKA
ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-
b.pdf].
Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions
for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47.
Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008.
Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia:
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002.
Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric
beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk
Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9.
EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view
of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435.
IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia
pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/
information_statements/3mcpd/].
Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between
type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in
Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45.
Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants
and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215.
Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010.
Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and
the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.
Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of
sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J
Nutr 137: 1447-54.
Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and
impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31.
78
Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet
Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan
Makanan Balitbangkes Depkes, 2008.
Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of
sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public
Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64.
Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in
developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and
interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22.
World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United
Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet
Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical
Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112
Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type
2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483.
Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary
calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent
Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-
139X(94)90506-1.
World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United
Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet
Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta.
Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.
84
Lampiran 4 Naskah Penjelasan
NASKAH PENJELASAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI akan mengadakan
Survei Konsumsi Makanan, Studi DietTotal (SDT) di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai bulan
Februari sampai dengan Agustus 2014. Dilakukan dua tahap kegiatan yaitu Survei Konsumsi
Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan.
SKMI bertujuan untuk mendapatkan data mengenai konsumsi baik yang ada di rumah tangga
maupun individu. Hasil dari riset ini akan didapatkan daftar makanan/minuman yang banyak
dikonsumsi oleh individu di Indonesia.
Sasaran dari survei ini adalah rumah tangga yang terpilih beserta seluruh anggota rumah tangga.
Pengambilan data dilakukanolehtenagapengumpul data yang sudahterlatih.
TerhadapkeluargaBapak/Ibu/Sdr/Sdriakandilakukancarawawancaratentang, keterangan diri,
keterangan cara pengolahan hidangan dan makanan/minuman yang dikonsumsi oleh masing-
masing anggota rumah tangga pada satu hari sebelum wawancaradanmenimbangberatbadan
(BB). Manfaat dari survei ini adalah diketahuinya konsumsi makanan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
berdasarkan hasilwawancara, dan tidak ada risiko yang ditimbulkan.
Wawancara, danpenimbanganBBakanmemerlukanwaktu selama kurang lebih 45 menit/orang,
sehingga hal ini cukup menyita waktu Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Oleh karena itu kami akan
memberikan kompensasi berupa uang pada tiap rumah tanggasebesar Rp.50.000/RT dan
Rp.20.000/orang yang diwawancara. Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersifat sukarela tanpa
paksaan dan bila tidak berkenan dapat menolak dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri
tanpa sanksi apapun.
Semua informasiwawancaradan pengukuran yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan kepada kami akan
dijaga kerahasiaannya dan apabila ada pertanyaan yang terkait survei ini dapat menghubungi :
DR. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes (HP 08129090334)
DR. Astuti Lamid, M.Sc (HP 085282844196)
Yuniar Rosmalina, M.Sc (HP 08568603999)
DR. Fitrah Ernawati, M.Sc (HP 082110069069)
Drs.Almasyhuri, Apt., M.Si (HP 081310650750)
DR. Nelis Imaningsih, M.Sc (HP 08121017565)
Dinas Kesehatan provinsi Setempat
85
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang
berkaitan dengan Riset Kesehatan Nasional 2014 Survei Konsumsi MakananIndividu yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam riset ini secara sukarela tanpa
paksaan. Bila saya inginkan maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.
No.
Urut
ART
Nama
Responden Tgl/Bln/Thn
Tanda
Tangan/Cap
JempolDiri
Sendiri
Tanda Tangan/Cap
Jempol Wali
Sah/Pendamping
Nama Saksi* Tgl/Bln/Thn Tanda Tangan
Keterangan :
Responden yang menandatangani PSP adalah responden yang telah berumur 18 tahun
Bagi responden yang berumur kurang dari 18 tahun, PSP ditandatangani oleh wali yang sah
*saksi : diluar tim pengumpul data, bisa oran yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga
atau Ketua RT
105
Lampiran 7 Kontributor
PENGARAH
Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
EDITOR
Dr. Djoko Kartono, M.Sc
PENYUSUN:
dr. Hadjar Siswantoro, MSc. dr. Armaji Kamaludi Syarif Dr. Nurhayati, SKM, MKM Primasari, S.Kep, MKP
Kontributor dan Pelaksana Lapangan:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi:
Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD, M.Kes., FINASIM
Kepala Seksi Gizi, Dinkes Provinsi (PJO Provinsi):
Astati Made Amin, S.SiT.,M.Kes
PAL Provinsi:
Ahmad Ismail, SKM.,M.Kes.
SAL Provinsi:
Manji Lala, S.Gz.,M.Gizi
Koordinator Kabupaten/Kota:
Sarianti, S.Si., Apt, Rifai, SKM, Dedy Hardy Hamzah, SKM, M.Kes, Amirullah,
SKM.,M.Kes, Hj. Nursyamsi, SKM.,M.Kes, Asmini Yuddin, SKM.M.Si, Magawati
Baso, SKM.M.Si.,,M.Kes., Hj. Rusmawatiah, SKM.,M.Kes, A. Bau Ratna,
SKM.,M.Kes, H.S Zainuddin, SKM.,M.Kes, Hajerah, SKM, Muriyani, SKM.,M.Kes,
Paulina Pumpun, SKM, H. Huslan, S.SiT.,M.Kes, Andi Heriati Zainal, St. Chadijah,
SKM, Adriyani, SKM, Tajuddin Kaddaso, SKM.,M.Kes, Mariany Sampe, SKM.,M.Kes,
Monica A Buttu, SKM.,MPH, Nurjannah, SKM, Irmalia Syafruddin, SKM, Julaeha
Talib, Amd.Keb, Muhammad Ridwan Gus, SKM.,M.Kes.
106
Koster:
Primasari, S.Kep, MKP, Sirajudin, SP, Suriani Rauf, Ir. Sukar, DR. Aria Kusuma, Nur
Azizah, SKM, Hendrik Edison, S.Si, Drg. Rudi Hendro, M.Kes., Wibowo, SKM, Tamri,
SKM, M.Kes, Ir. Sehatman, Meyke Cynthia, SKM.
Enumerator:
Ria Qadariah Arief, Muh Kabir Wahab, Dg.Ningai, Ashap Taufik, Achiani Asra,
Syamsul Alam, Rosniyastuti Hasim, Dian Permata Sari, Murni, Muh. Ridzal, Yuniar
Raslianty J., Susmi Akhriani, Suriyanti, Randa Inka Saputra, Annisa, Andi Tenri
Awani, Ferawati Budiman, Muhammad Amin, Sri Sunarti, Rizka Purnama Sari,
Nurlina, Rahmat Fijai, Nurlis, Musfirah, Fahmi Hafid, Desti Sagita Putri, Kurnia Yusuf,
Jihan Fadillah Arsyad, Susanti, Bakar Sidik, Risdamayanti, Rahmadani Purnama
Azis, Wahyuni, Ishak Yunus, Fajriani, Hajirah, Muh. Ridwan Zaini, Raodathul Jannah,
Ardiyanti Limpo, Wa Ode Amelia, Fitri Irianti, Sahwin Permadi Yahya, Puspita Sari,
Marlina Sari, M.D. Akmal Nasution, Sumarni, Andi Riska Arsyad, Ittang, Nasyithah
Usman, Andi Syam Haeru, Andi Purnamasari, Nursyafitri Ramadani, Faradillah Astri
Utami, Andi Muhammad Asrul Irawan, Reski Amalia, Hasmirawati Nur, Asni Rahayu,
Ahmad, Reski Amalia Umar, Vera Anrina, Harna, Sigit Angriawan, Suryani Mansyur,
Indasari, Renny Nursaidah, Hermansyah, Fitri Herman, Nurzakiah, Eka Merdeka
Wati Nawir, Asdar H, Marina, Humairah, Nurhikmah, Soleman, Azizah Sudirman,
Nurpadilah, Brigitte Sarah Renyoet, Adhyanti, Anita Caroline, Diana Parending, Andi
Ade Ula Saswini, Aswat, Andi Musdalifah Tenri Engka, Lisna Yanti,Tanty
Rachmawaty, Irwan, St. Maulidia Djuddawi, Rosmiati, Andi Musfirah Usman,
Sulfitriadi, Maryatun, Fatimah Zahrah, Burhan, Guruh Amir Putra, Anisa Ishak,
Yesiche Marseline, Siti Hardiyanti Ilham, Nurul Fauziah, Bohari, Hermawati, Balfas,
Herawati Amin, Musdalifah Dahlan,Asrie Abu, Kridayanti, Desti Cici Pilomangalik,
Erna Magga, Kasmir, Irawati, Nikmah, Anugrah Roswita Anggraini, Allauddin, Rina
Adriana, Islah H.Ilyas.