191
1

Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

1

Page 2: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

i

Buku Panduan

Seminar Nasional Tahunan XVIHasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

6 Juli 2019

Semnaskan-UGMsemnaskan-ugm.org

Page 3: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

ii

Perikanan dan Kelautan Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, serta dapat menjamin kelestarian sumberdaya dengan penggunaan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan. Untuk itu, pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan harus didasarkan pada hasil penelitian dan atau riset yang terstruktur dan terencana, terukur, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh seluruh komponen anak bangsa. Keunggulan suatu bangsa pada era globalisasi ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa dalam menghasilkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta telah melakukan kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (Semnaskan-UGM) secara rutin setiap tahun dan saat ini telah memasuki tahun keenambelas. Berbekal pengalaman yang cukup panjang, kami berusaha untuk memperbaiki kegiatan ini dari tahun ke tahun agar sesuai dengan tujuan dari seminar dan memberikan kemudahan bagi para peserta dalam berpartisipasi dalam kegiatan ini. Semnaskan-UGM XVI bertujuan untuk mewadahi pertemuan para peneliti bidang perikanan dan kelautan, pelaku usaha perikanan, pemerintah (pengambil kebijakan) dan seluruh stake holder bidang perikanan dan kelautan, untuk membahas capaian hasil penelitian yang telah dilakukan. Pertemuan ini merupakan wahana saling tukar informasi tentang hasil penelitian perikanan dan kelautan terkini, dari seluruh pelosok tanah air atau bahkan dari luar negeri. Kami berharap dapat berkontribusi dalam mendukung pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dengan memberikan masukan kepada pemerintah dalam bentuk diseminasi dan atau penerapan hasil-hasil penelitian dalam masyarakat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para reviewer, sponsor, pemakalah, dan peserta, serta semua pihak atas kerja sama dan partisipasinya, sehingga terselenggaranya kegiatan seminar pada tahun ini. Kami juga menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyelenggaraannya.

Akhir kata, Selamat datang di Kampus Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM dan selamat berseminar, semoga hasil yang diperoleh bermanfaat bagi kita, bangsa, dan masyarakat Indonesia.

Yogyakarta, Juli 2019Salam hangat,

Panitia

KATA PENGANTAR

Page 4: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................ iPengantar ................................................................................ iiiDaftar Isi .................................................................................... iiiiPeta Lokasi ............................................................................... ivDenah Lokasi ........................................................................... vDenah Meja Pendaftaran ...................................................... viDenah Ruang .......................................................................... viiJadwal Acara .......................................................................... viiiJadwal Presentasi Oral ........................................................... ixDaftar Presentasi Poster .......................................................... xvii

Abstrak Presentasi OralA. Kelas BDP A ....................................................................... 1B. Kelas BDP B ........................................................................ 17C. Kelas MSP A ....................................................................... 33D. Kelas MSP B ........................................................................ 49E. Kelas MSP C ....................................................................... 64F. Kelas Sosek - Penangkapan ............................................ 79G. Kelas Pasca Panen A ....................................................... 95H. Kelas Pasca Panen B ........................................................ 111

Abstrak PosterA. Poster Budidaya ................................................................ 127B. Poster Manajemen ........................................................... 152C. Poster Pasca Panen ......................................................... 161

Page 5: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

iv

PETA LOKASI

Klik untuk membuka di Google Map

Page 6: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

v

DENAH LOKASI

Page 7: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

vi

DENAH MEJA PENDAFTARAN

Page 8: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

vii

DENAH RUANG

Page 9: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

viii

JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVIHASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGMYOGYAKARTA, 6 JULI 2019

Waktu Acara Tempat07.30 – 08.00 Registrasi

Auditorium Prof. Ir. Harjono Danoesastro

Jl Flora, Bulaksumur Yogyakarta

08.00 – 08.10 Laporan Ketua Panitia

08.10 – 08.20PembukaanDekan Fakultas Pertanian UGMDr. Jamhari, SP., MP.

08.20 – 09.20

Pembicara Kunci:1. Suadi, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D.

Departemen Perikanan UGM2. Dr. Ir. IBM Suastika Jaya, M.Si.

Southeast Asian Fisheries Development Center

09.30 – 10.15 Presentasi Poster

10.30 – 15.45 Seminar Gedung Perikanan UGM

15.45 – Selesai Coffee Break

JADWAL ACARA

Page 10: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

ix

JADWAL PRESENTASI ORAL BDP A

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

BA-01 Nina MeiliszaPENGUJIAN KARAKTER AGONISTIK, PERTUMBUHAN, DAN SINTASAN IKAN BETTA HASIL TRANSGENIK (Betta sp.)

BA-02 Sularto

NILAI HETEROSIS IKAN GURAMI HIBRIDA PERSILANGAN ANTARA POPULASI IKAN GURAMI MAJALENGKA BETINA DENGAN JAMBI JANTAN

BA-03 Hana HerantiPERFORMA BENIH GURAMI RAS CANGKRINGAN (Osphronemus goramy Lac.) UMUR 14-42 HARI DENGAN FLUKTUASI SUHU

BA-04 Rahma Aulia

KERAGAMAAN MORFOMETRI DAN MOLEKULER GURAMI (Osphronemus goramy, Lac.) MENGGUNAKAN MARKER MITOKONDRIA DNA (mtDNA) COX1

Moderator : Sukardi11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

BA-05 Fajar Maulana

PENYERAGAMAN WAKTU KELAHIRAN IKAN PLATI KORAL Xiphophorus maculatus (GÜNTHER, 1866) DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI SUHU DAN HORMON OKSITOSIN

BA-06 Fawzan Bhakti Soffa

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN PEROKSIDA TERHADAP KEBERHASILAN RANGSANG PIJAH ABALONE Haliotis squamata TURUNAN KEEMPAT

BA-07 Ma’ruf Kasim INOVASI PENGUSIR HAMA: SOLUSI BAGI PERSOALAN RUMPUT LAUT SAAT INI

BA-08 Yuliana SalossoKANDUNGAN ALGINAT DAN NUTRISI MAKROALGA GENUS SARGASSUM YANG DITEMUKAN DI PERAIRAN TELUK KUPANG

Moderator : Sularto/Asep Sopian

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

BA-09 Niken Ayu Pamukas

HEMATOLOGI IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus) PADA PROSES AKLIMATISASI DI SALINITAS YANG DITINGKATKAN SECARA BERTAHAP

BA-10 Prama HartamiANALISIS PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasianodon hypophthalmus) TETRAPLOID HASIL INDUKSI KEJUT PANAS

BA-11 Ma’ruf Ridho Syahrofi

APLIKASI PROBIOTIK PADA PAKAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila

BA-12 Zulkisam PramudiaANALISIS KOMUNITAS BAKTERI PADA MEDIA BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SISTEM RESIRKULASI

Moderator : Didik Ariyanto/Nina Meilisza

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

BA-13 Didik Ariyanto EVALUASI TINGKAT INBREEDING BENIH PADA LIMA STRAIN IKAN MAS, Cyprinus carpio

BA-14 Nadya AdharaniPENGELOLAAN KUALITAS AIR BUDIDAYA UDANG VANAMEI DENGAN Bacillus megaterium DALAM SKALA LABORATORIUM

BA-15 Asep SopianPERFORMA UDANG GALAH TUMBUH CEPAT DAN MATANG KELAMIN LAMBAT HASIL SELEKSI PADA FASE PEMBESARAN

BA-16 WahidahEVALUASI SIMETRI UDANG GALAH Macrobrachium idae POPULASI DANAU TEMPE DI SULAWESI SELATAN

Moderator : Sukardi15.45 - Selesai Coffee Break

Klik pada judul untuk menuju abstrak terkait

Ruang 3.10

Page 11: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

x

JADWAL PRESENTASI ORAL BDP B

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

BB-01 Isbia Tilam Paramitha

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG LEMNA TERHADAP KANDUNGAN NUTRIEN DAN KUALITAS FISIK PAKAN IKAN

BB-02 Wiwien Mukti Andriyani

PERTUMBUHAN PLANLET RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA PERENDAMAN ZPT BERBEDA

BB-03 Rajuddin SyamsuddinPERTUMBUHAN DAN NILAI GIZI RUMPUT LAUT Caulerpa lentilifera DENGAN BOBOT BIBIT BERBEDA DI LAUT

BB-04 Zeny WidiastutiPEMANFAATAN RUMPUT LAUT DALAM UPAYA MENDUKUNG KEGIATAN DOMESTIKASI TERIPANG EMAS (Stichopus hermanii)

Moderator : Susilo Budi Priyono11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

BB-05 AdelinaPEMANFAATAN DAUN LEMNA DIFERMENTASI (Lemna minor) DALAM PAKAN UNTUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus)

BB-06 Aulia Husnul HulqiyahPENGARUH AERASI TERHADAP KUALITAS AIR DAN UNSUR HARA DALAM BUDIDAYA NILA MERAH (Oreochromis sp.) SISTEM RESIRKULASI

BB-07 Amrullah

TOTAL LEUKOSIT INDUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN POLIVALEN PADA SKALA LABORATORIUM

BB-08 Febriansyah Yuditomo

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG LEMNA DALAM PAKAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

Moderator : Jadmiko Darmawan/Zeny Widiastuti

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

BB-09 Gina SaptianiEKSTRAK DAUN Avicennia alba UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BB-10 Lisa Fajar IndrianaSINTASAN DAN PERTUMBUHAN TERIPANG Holothuria atra DENGAN PEMBERIAN PAKAN LAMUN DAN PELET YANG BERBEDA

BB-11 Muhammad FirdausSINTASAN DAN PERTUMBUHAN TERIPANG HITAM (Holothuria atra) DENGAN KOMPOSISI PAKAN LAMUN DAN Spirulina YANG BERBEDA

BB-12 Widanarni

PENGARUH PEMBERIAN PREBIOTIK MADU TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPONS IMUN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Moderator : Adelina/Wiwien Mukti Andriyani

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

BB-13 Jadmiko Darmawan

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA PATIN PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus) DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

BB-14 Dyah SetyawatiFRAKSI Carica papaya TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK LELE DUMBO TERINFEKSI Edwardsiella tarda

BB-15 AmrullahORGANISME PARASITIK YANG MENYERANG IKAN SIDAT (Anguilla sp.) PADA PERAIRAN DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN

BB-16 Andi Muhammad Ismail

UJI TANTANG Aeromonas hydrophila PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) YANG DIPUASAKAN SECARA PERIODIK

Moderator : Susilo Budi Priyono15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.11

Page 12: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xi

JADWAL PRESENTASI ORAL MSP A

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

MA-01 Agus A HakimDINAMIKA POPULASI Cherax quadricarinatus (von Martens, 1988) DI DANAU LIDO, JAWA BARAT

MA-02 Dwi SeptyowatiKAJIAN STOK IKAN PEPETEK (Leiognathus splendens Cuvier, 1829) DI PERAIRAN SELAT SUNDA, BANTEN

MA-03 Ucu Yanu Arbi

STATUS POPULASI IKAN ENDEMIK IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DI HABITAT INTRODUKSI DI TELUK GILIMANUK, BALI

MA-04 Dini SofariniBIOMASS APPROACH AND THE ABUNDANCE OF PHYTOPLANKTON ON PRODUCTIVITY OF DANAU PANGGANG PEATLAND INDONESIA

Moderator : Djumanto11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

MA-05 Andi Chadijah

STUDI PENDAHULUAN: PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN ENDEMIK Telmatherina prognatha DI DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN

MA-06 Azza Dwi SeptianPERFORMA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI Parachromis managuensis GUNTHER 1867 DI WADUK JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG

MA-07 Alya MaulidinaBIOLOGI REPRODUKSI IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepi CUVIER, 1833) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

MA-08 Vio Egidia AldisBIOLOGI REPRODUKSI IKAN KURISI (Nemipterus bathybius Snyder, 1911) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

Moderator : Suparjo Razasli Carong/Agus A Hakim

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

MA-09 Metachul KusnaKERAGAMAN MORFOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man 1888) DI PERAIRAN UTARA DAN SELATAN JAWA

MA-10 Roy KurniawanPOLA PERTUMBUHAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei RISSO, 1810) DI SAMUDRA HINDIA BAGIAN TIMUR (BARAT SUMATRA)

MA-11 Muhammad Fauzi

HUBUNGAN PANJANG BERAT DAN FAKTOR KONDISI IKAN FAMILI CYPRINIDAE DARI DANAU LUBUK SIAM (OXBOW LAKE) PROVINSI RIAU

MA-12 Denanda Febry Kurniavandi

KAJIAN MORFOMETRIK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816) di WPP NRI 712

Moderator : Ucu Yanu Arbi/Azza Dwi Septian

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

MA-13 Suparjo Razasli Carong

KAJIAN POTENSI VEGETASI MANGROVE KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

MA-14 Prawira A. R. P. Tampubolon

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN PERTAMA MATANG GONAD LAYANG DELES (Decapterus macrosoma) DI SELAT BALI

MA-15 Endang Yuli HerawatiANALISIS HUBUNGAN NITRAT DAN FOSFAT TERHADAP KOMUNITAS FITOPLANKTON DI TAMBAK BANDENG SECARA TRADISIONAL

MA-16 Alayya Eka PutriSTUDI TINGKAH LAKU DAN RESPON IKAN MAS (Cyprinus carpio) TERHADAP FREKUENSI AKUSTIK PADA SKALA LABORATORIUM

Moderator : Djumanto15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.12

Page 13: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xii

JADWAL PRESENTASI ORAL MSP B

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

MB-01 Ariesia Ayuning Gemaputri

UJI EFEKTIVITAS PASTA BIJI KELOR (Moringa oleifera) DALAM PENGENDALIAN AIR YANG TERCEMAR LIMBAH DETERJEN

MB-02 Asus Maizar Suryanto Hertika

PENDUGAAN STATUS PENCEMARAN PANTAI SELATAN JAWA TIMUR BERDASARKAN INDEX POLUSI (IP)

MB-03 Nurhani Widiastuti

ANALISIS KELAYAKAN SUNGAI SENI KOBEREH SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK EKOWISATA PERAIRAN DI DISTRIK MARE KABUPATEN MAYBRAT

MB-04 MulyantoPENGARUH KEPITING BIOLA (Uca sp.) TERHADAP C/N RASIO DAN POTENSIAL REDOKS SEDIMEN MANGROVE

Moderator : Faizal Rachman11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

MB-05 Abdul Wahab RadjabKERAGAMAN DAN KEPADATAN FAUNA ECHINODERMATA DI PERAIRAN LIANG DAN SULI, PULAU AMBON, MALUKU

MB-06 Rajib Abdul Rahman Sidik

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI HILIR SUNGAI CIMANUK PROVINSI JAWA BARAT PADA MUSIM PENGHUJAN

MB-07 Majariana Krisanti

PENGGUNAAN INDEKS BIOTIK AMBI DALAM PENENTUAN STATUS EKOLOGI KAWASAN LUBUK DAMAR, KECAMATAN SERUWAY, ACEH TAMIANG DENGAN MAKROZOOBENTOS

MB-08 Elva Dwi HarmiliaKONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS DAN POLA SEBARAN IKAN DI HILIR SUNGAI MUSI

Moderator : Asus Maizar Suryanto Hertika/ Ariesia Ayuning Gemaputri

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

MB-09 Enex Yuniarti NingsihKERAGAMAN GENETIK LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol) YANG DIDARATKAN DI PPI KEDONGANAN DAN PPP MUNCAR

MB-10 M. Danie Al MalikSTRUKTUR GENETIKA POPULASI IKAN LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol) DI PERAIRAN LAUT JAWA

MB-11 Hikmatul AzizahKAJIAN STOK IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus, Cuvier 1829) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

MB-12 SupriatnaMODEL PERUBAHAN pH PADA TAMBAK INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Moderator : Abdul Wahab Radjab/ Umi Zakiyah

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

MB-13 Umi Zakiyah

RESPON KEPADATAN DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Botryococcus braunii DAN Nannochloropsis oculata PADA PERLAKUAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA DALAM MEDIA KULTUR MASSAL SKALA LABORATORIUM

MB-14 KusrianiPENGARUH PEMBERIAN DOSIS N DAN P YANG BERBEDA TERHADAP FITOKIMIA Tetraselmis chuii

MB-15 Eni SumiarsihKEBIASAAN MAKAN DAN LUAS RELUNG IKAN-IKAN DI PERAIRAN HULU SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

Moderator : Faizal Rachman15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.02

Page 14: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xiii

JADWAL PRESENTASI ORAL MSP C

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

MC-01 Nebuchadnezzar Akbar

STRUKTUR GENETIK POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) SEBAGAI BASIS DATA KONSERVASI DI PERAIRAN LAUT MALUKU UTARA

MC-02 Maya AgustinaPARAMETER POPULASI IKAN TONGKOL LISONG Auxis rochei (Risso, 1810) DI PERAIRAN PRIGI DAN SEKITARNYA

MC-03 Selvia Oktaviyani DIVERSITAS IKAN LAMUN DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

MC-04 Supriadi Mashoreng

PERAN PADANG LAMUN DI PERAIRAN KEPULAUAN BALA-BALAKANG SULAWESI BARAT SEBAGAI PENYIMPAN DAN PENYERAP KARBON

Moderator : Tony Budi Satriyo11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

MC-05 Zainul HidayahANALISA KEBERLANJUTAN DAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK PENGELOLAAN PERIKANAN DI SELAT MADURA JAWA TIMUR

MC-06 Dewi Surinati INDIKASI KESUBURAN DI SEKITAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR PERAIRAN UTARA PAPUA

MC-07 Nanda Radhitia Prasetiawan

KOLONISASI KARANG PADA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DI PERAIRAN PULAU WANGI-WANGI, WAKATOBI

MC-08 Raymon Rahmanov Zedta

OPTIMALISASI PRODUK PCR (Polymerase Chain Reaction) PADA PENELITIAN KERAGAMAN GENETIK MIKROSATELIT TONGKOL KRAI (Auxis thazard) DAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei) YANG DI DARATKAN DI PPN PELABUHANRATU, JAWA BARAT

Moderator : Rahmadi Tambaru/Maya Agustina

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

MC-09 Alfianisa Permata SariPOTENSI EKSTRAK Sargassum sp. DALAM MENGHAMBAT PERKEMBANGAN MORFOLOGI LARVA NYAMUK Aedes aegypti

MC-10 Dessy YoswatyUJI ANTIBAKTERI DAN FITOKIMIA BATANG DAN DAUN Rhizophora apiculata TERHADAP BAKTERI PATOGEN

MC-11 Rahmadi Tambaru ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEMUNCULAN HABs DI PERAIRAN PESISIR KOTA MAKASSAR

MC-12 Setya Widi Ayuning Permanasari

ANALISIS DAYA ADSORPSI BESI (Fe2+) DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BATUBARA

Moderator : Zainul Hidayah/ Selvia Oktaviyani

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

MC-13 Hesti Widodo

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLA DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH NUSA PENIDA, BALI

MC-14 Erma NormasariPERAN MASYARAKAT TERHADAP KONSERVASI SUMBERDAYA LAUT DI KABUPATEN FLORES TIMUR

MC-15 Faros KandanaKELIMPAHAN SAMPAH PLASTIK DI DAS CIMANDIRI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Moderator : Tony Budi Satriyo15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.03

Page 15: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xiv

JADWAL PRESENTASI ORAL SP

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

SP-01 EdiyantoANALISIS STUDI KELAYAKAN INDUSTRI REFINED CARRAGENAN DI KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

SP-02 Rinda Noviyanti ANALISIS KAPASITAS DIRI NELAYAN AMBON

SP-03 Asep Agus Handaka Suryana

STRATEGI PENGURANGAN JUMLAH KARAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

SP-04 Riski Agung LestariadiIDENTIFIKASI RISIKO PADA USAHA BUDIDAYA UDANG VANAMEI DI JAWA TIMUR; PENDEKATAN BUSINESS PROCESS MODELING

Moderator : Anes Dwi Jayanti11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

SP-05 Shofihar SinansariKAJIAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DALAM MENDUKUNG INDUSTRIALISASI PERIKANAN

SP-06 Pudji PurwantiPEMBANGUNAN JALUR LINTAS SELATAN BAGI EKONOMI RUMAHTANGGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI SENDANGBIRU MALANG

SP-07 Akhmad Solihin

ANALISIS HUKUM PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KONSERVASI PASCA UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERINTAHAN DAERAH

SP-08 Sri Hidayati PROFIL EKSPOR TUNA INDONESIA TAHUN 2010 - 2014

Moderator : Ediyanto/Suciadi Catur Nugroho

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

SP-09 Didha Andini Putri

PENGARUH LIMBAH AIR PANAS PADA KUALITAS HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN LAUT DI SEKITAR PLTU SUMURADEM KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

SP-10 Suciadi Catur Nugroho

PRODUKSI DAN KOMPOSISI TUNA CAKALANG DAN TONGKOL (TCT) DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) DAN LAUT LEPAS DI SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA

SP-11 Gussasta Levi Arnenda

SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN DAN POTENSI STOK SUMBER DAYA IKAN TUNA TONGKOL CAKALANG DI LABUHAN LOMBOK

SP-12 Roza Yusfiandayani UJI COBA RUMPON PORTABLE TERHADAP HASIL TANGKAPAN HANDLINE

Moderator : Riski Agung Lestariadi/Shofihar Sinansari

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

SP-13 Rinaldi MarulituaPOLA RANTAI PASOK IKAN DI PASAR TRADISIONAL: STUDI KASUS PASAR KRANGGAN KOTA YOGYAKARTA

SP-14 Rofi Wima RestiantoPENGELOLAAN RANTAI PASOK IKAN DI BADAN USAHA MILIK NEGARA: STUDI KASUS PERUSAHAAN UMUM PERIKANAN INDONESIA

SP-15 Akhmad SolihinREKONSTRUKSI ATURAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN: STUDI KASUS AWIG-AWIG TELUK JOR

SP-16 Nurhani Widiastuti

PERSEPSI NELAYAN TRADISIONAL TENTANG NILAI NON-PASAR DAN NON-PENGGUNAAN SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI TELUK DORERI

Moderator : Anes Dwi Jayanti15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.04

Page 16: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xv

JADWAL PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

TA-01 Putri WullandariPREDIKSI PARAMETER HASIL PENGISIAN ADONAN TAHU TUNA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MACHINE LEARNING

TA-02 I Made Susi ErawanPENGGUNAAN PARAMETER WARNA DAN TEKSTUR PADA KLASIFIKASI SUMBER DAGING IKAN LUMAT BERBASIS SUPERVISED LEARNING

TA-03 Wahyu Tri HandoyoPENGERINGAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN ENERGI GELOMBANG MIKRO DAN KUALITAS YANG DIHASILKAN

TA-04 Anies Chamidah

KUALITAS BIODIESEL MINYAK LIMBAH PENEPUNGAN IKAN HASIL TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS CaO: PENGARUH RASIO MOL MINYAK & METANOL

Moderator : Ustadi11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

TA-05 Mala Nurilmala GELATIN KULIT IKAN TUNA SIRIP KUNING DAN PATIN UNTUK CANGKANG KAPSUL KERAS

TA-06 Hefti Salis YufidasariKARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW DARI GELATIN KULIT IKAN LENCAM (Lethrinus lentjan)

TA-07 Rahmi NurdianiKARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI GELATIN KULIT IKAN ANGGOLI (Pristipomoides multidens) DENGAN PENAMBAHAN KAPPA KARAGINAN

TA-08 Latif SahubawaPENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM ASETAT DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK GELATIN KULIT IKAN MAHI-MAHI

Moderator : I Made Susi Erawan/Nurjanah

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

TA-09 Nurjanah PROFIL GIZI IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) SELAMA PENYIMPANAN SUHU BEKU

TA-10 Yuliati H. SipahutarPENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KARAGINAN (Eucheuma cottonii) TERHADAP MUTU IKAN PATIN (Pangasius sp.)

TA-11 Rizka Romadhona Fitriani

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN PATIN (Pangasius sp.)

TA-12 Henrika Prima Mahendrawati

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN MANYUNG (Arius spp.)

Moderator : Wahyu Tri Handoyo/Anies Chamidah

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

TA-13 Dwi Setijawati

PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN SUHU PENGERINGAN PADA PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBAHAN KAPPA-IOTA CARAGENAN TERHADAP KUALITASNYA

TA-14 Dhea Prasanti

STABILITAS DAN SIFAT FUNGSIONAL NANOKAPSUL KAROTENOID DARI Spirulina platensis PADA BERBAGAI pH DAN SUHU PEMANASAN

TA-15 Esa Wahyu Juliantoro

STABILITAS NANOKAPSUL KAROTENOID Spirulina platensis PADA ADONAN COOKIES DAN ROTI DENGAN BERBAGAI SUHU DAN WAKTU PEMANGGANGAN

TA-16 Irin Fatmawati

PENGARUH PENGGUNAAN MONO- DAN DIGLISERIDA TERHADAP TEKSTUR DAN STABILITAS ES KRIM Spirulina platensis SELAMA MASA PENYIMPANAN

Moderator : Ustadi15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.09

Page 17: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xvi

JADWAL PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Sesi Kode Presenter Judul

Sesi 1 (10.30 - 11.30)

TB-01 Meillisa Carlen Mainassy

KANDUNGAN KAROTENOID IKAN KAKAP MERAH ASAL AMBON (Lutjanus sp.)

TB-02 Hardoko KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA KERUPUK KULIT IKAN KAKAP PUTIH

TB-03 Rodiah Nurbayasari PEMBUATAN KERIPIK KULIT DARI HASIL SAMPING PENGOLAHAN IKAN NILA

TB-04 Candra Adi IntyasANALISIS NILAI TAMBAH USAHA KERUPUK IKAN DI DESA WERU, KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Moderator : Latif Sahubawa11.30 - 12.45 ISHOMA

Sesi 2 (12.45 - 13.45)

TB-05 Tri Nugroho WidiantoMUTU IKAN TUNA SELAMA PENYIMPANAN DALAM ALREF UNTUK KAPAL NELAYAN 10-15 GT

TB-06 Ahmat Fauzi

PENGARUH TEKANAN EVAPORATOR PADA PERFORMANSI SISTEM ALREF UNTUK PENAMPUNG IKAN PADA KAPAL NELAYAN 10-15 GT

TB-07 Renata Risky SarastriPENGARUH PEMBEKUAN TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKITOSAN SEBAGAI PENGAWET IKAN NILA

TB-08 Herfi ListantiPENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN LELE (Clarias sp.)

Moderator : Hardoko/Lucia Crysanthy Soedirga

Sesi 3 (13.45 - 14.45)

TB-09 Rausan FikriISOLASI, PENAPISAN, DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PSIKROTROF PEMBENTUK HISTAMIN DARI IKAN TUNA

TB-10 Yuniwaty Halim

PENENTUAN KONDISI FERMENTASI UNTUK PRODUKSI GLUKOSAMIN MENGGUNAKAN ENZIM KITINASE EKSTRASELULER OLEH Mucor circinelloides

TB-11 Lucia Crysanthy Soedirga

PRODUKSI N-ASETILGLUKOSAMIN DARI ENZIM KITINASE SEMI MURNI Mucor circinelloides YANG DIIMOBILISASI DENGAN MENGGUNAKAN AGAR

TB-12 Bambang Budi Sasmito

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOLAT KULIT BATANG Avicennia DARI VARIASI LAMA EKSTRAKSI DENGAN MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION

Moderator : Tri Nugroho Widianto/Candra Adi Intyas

Sesi 4 (14.45 - 15.45)

TB-13 Kharirotul Suhaila AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FUKOIDAN Sargassum hystrix DARI TELUK AWUR JEPARA

TB-14 Imelda Dimetri Kurnialahi

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FUKOIDAN Sargassum muticum (Yendo) Fensholt DARI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR

TB-15 Ciacia RiatyPENGARUH PENAMBAHAN NANOKAPSUL β-KAROTEN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN FLAVOR MILK CHOCOLATE

TB-16 Rika Karunia Laring Dina

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MILK CHOCOLATE DENGAN FORTIFIKASI Spirulina platensis

Moderator : Latif Sahubawa15.45 - Selesai Coffee Break

Ruang 3.08

Page 18: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xvii

DAFTAR PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kode Presenter Judul

PB-01 TridjokoPENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN AWAL PERKEMBANGAN OOSIT IKAN KERAPU BEBEK GENERASI PERTAMA

PB-02 Bejo Slamet PEMBESARAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI BAK BETON DENGAN BEBERAPA JENIS PAKAN

PB-03 Bejo Slamet PENDEDERAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI BAK BETON DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA

PB-04 Ikhsan Khasani INTENSIFIKASI PRODUKSI BENIH IKAN MAS MELALUI PENDEKATAN PAKAN AWAL LARVA

PB-05 Anak Agung ketut Alit

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU SUNU DENGAN DOSIS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

PB-06 Sumini PENEMUAN Vibrio harveyi PADA Litopenaeus vannamei TERINFEKSI WHITE FECES DISEASE DI SITUBONDO JAWA TIMUR

PB-07 Rita Febrianti DOSIS LETHAL (LD50) PADA IKAN GURAMI HIBRIDA YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophilla

PB-08 Farah DianaPENGARUH EKSTRAK SEREH (Cymbopogon citratus DC) TERHADAP PREVALENSI DAN SURVIVAL BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) YANG DIINFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda

PB-09 Anandita Ekasanti TINGKAT INFEKSI PARASIT PADA SIDAT (Anguilla sp.) YANG DIPELIHARA DENGAN SUMBER AIR IRIGASI

PB-10 Nur Indah Sari Arbit

EFEK SKENARIO PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PIGMEN KAROTENOID Gracilaria changii

PB-11 Dhini Arum Pratiwi PENENTUAN JARAK TANAM RUMPUN TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Halymenia sp.

PB-12 Nelly Hidayanti Sarira

PENGARUH JENIS TALI PENGIKAT RUMPUN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gelidium sp.

PB-13 Nelly Hidayanti Sarira

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma denticulatum

PB-14 Siti Fadilah REGENERASI RUMPUT LAUT Gracilaria sp. MELALUI PROPAGASI SECARA EX-VITRO

PB-15 Nova Francisca Simatupang

PERFORMANSI RUMPUT LAUT Gelidium sp. YANG DITANAM DENGAN METODE KANTONG PADA TIGA SUBSTRAT BERBEDA

PB-16 Nova Francisca Simatupang

PENGARUH PENEMPATAN WADAH BUDIDAYA PADA TAHAP ADAPTASI RUMPUT LAUT Gelidium sp. DI TAMBAK.

PB-17 Muslimin BUDIDAYA RUMPUT LAUT Gelidium sp. MENGGUNAKAN KANTONG PADA METODE LONG LINE DAN LEPAS DASAR

PB-18 Fajar Anggraeni DNA MIKROSATELIT SEBAGAI DASAR EVALUASI KERAGAMAN GENETIK UDANG GALAH STRAIN GI MACRO II

PB-19 Evi Tahapari APLIKASI PROBIOTIK PADA USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus)

PB-20 Tony Setia Dharma

PENGAMATAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BANDENG (Chanos chanos) G2 UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT

PB-21 Nunuk ListiyowatiUJI TOLERANSI SALINITAS TERHADAP BENIH IKAN GURAMI HASIL PERSILANGAN ANTARA INDUK BETINA ASAL MAJALENGKA DENGAN INDUK JANTAN ASAL JAMBI

PB-22 Evi Tahapari PERFORMA BUDIDAYA IKAN PATIN PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus) YANG DIPELIHARA DI KOLAM JARING

PB-23 Dessy Nurul Astuti KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata) PADA FASE PENDEDERAN

PB-24 Flandrianto Sih Palimirmo

PERFORMA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MUSTIKA (RAJADANU TAHAN KHV) PADA CEKAMAN SUHU DAN SALINITAS

PB-25 Lamanto PERTUMBUHAN LARVA IKAN NILA SRIKANDI DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN

Page 19: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xviii

DAFTAR PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kode Presenter Judul

PM-01 Subagdja STATUS KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BARITO PROVINSI KALIMANTAN TENGAN DAN SELATAN

PM-02 Trisla warningsihFAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN EKOSISTEM MANGROVE ROKAN HILIR

PM-03 Devi Ambarwaty Oktavia

BIODEGRADASI LIMBAH CAIR TPI BRONDONG LAMONGAN MENGGUNAKAN BIOREMEDIAN ASAL LIMBAH CAIR PERIKANAN

PM-04 Jadmiko Darmawan

UJI PENDAHULUAN TINGKAT KETAHANAN IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius sp.) TRIPLOID PADA PENGUJIAN TRANSPORTASI STATIS

PM-05 Ali Mashar EVALUASI SUBSTRAT BUATAN SEBAGAI MEDIA HIDUP SMALL CRUSTACEAN DI PERAIRAN PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

PM-06 Faizal RachmanKOMPOSISI HASIL DAN LAJU TANGKAP BUBU SEBAGAI ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN ESTUARI SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO

PM-07 Shofihar Sinansari KAJIAN PENGEMBANGAN PERAN WANITA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PERIKANAN

PM-08 Muhammad Fauzi SISTEM UPAH DAN BAGI HASIL DALAM USAHA PENANGKAPAN IKAN

PM-09 Titin HerawatiASPEK REPRODUKSI IKAN HAMPAL (Hampala macrolepidota) DARI WADUK JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

Page 20: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

xix

DAFTAR PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kode Presenter Judul

PT-01 Titin Herawati PERBEDAAN LAMA PENGGARAMAN TERHADAP ORGANOLEPTIK IKAN ASIN Hampala macrolepidota DARI WADUK JATIGEDE

PT-02 Fahrun NisaPENGARUH KADAR GARAM PADA PENGAWETAN IKAN PINDANG TERHADAP DAYA TAHAN SIMPAN BERDASARKAN KUALITAS MIKROBIOLOGI

PT-03 Giovannica Zendi Swistyaningputri

PENGARUH LARUTAN BAWANG PUTIH UNTUK MEMPERPANJANG DAYA TAHAN SIMPAN IKAN CAKALANG BERDASARKAN KUALITAS MIKROBIOLOGI

PT-04 Latif SahubawaPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN ASAM SITRAT DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK GELATIN KULIT IKAN MAHI-MAHI

PT-05 GunawanPENGARUH PAPARAN GELOMBANG MIKRO DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU FILLET NILA YANG DIKEMAS PLASTIK HDPE

PT-06 Gunawan PROFIL KEMUNDURAN MUTU IKAN NILA HASIL SIMULASI KEMATIAN MASSAL ASAL WADUK CIRATA

PT-07 Pelipurlara SijabatKARAKTERISTIK NANIURA IKAN MUJAIR (Tilapia mossambica) DENGAN PERLAKUAN PERBEDAAN KONSENTRASI JERUK NIPIS YANG BERBEDA

PT-08 Dr. Asadatun Abdullah

KARAKTERISTIK SEDIAAN GARAM SEHAT PASIEN HIPERTENSI DARI KOMBINASI RUMPUT LAUT HIJAU DAN COKLAT

PT-09 Giri Rohmad Barokah

KANDUNGAN FORMALDEHIDA ALAMI PADA BAGIAN ORGAN TUBUH IKAN BELOSO (Saurida tumbil)

PT-10 Almira Paramitha PAPILAMA-PAPAN PARTIKEL LIMBAH RUMPUT LAUT (Eucheuma sp.) DENGAN PEREKAT SISIK IKAN NILA

Page 21: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

1

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-01PENGUJIAN KARAKTER AGONISTIK, PERTUMBUHAN, DAN SINTASAN IKAN BETTA HASIL TRANSGENIK (Betta sp.)

Nina Meilisza*, Eni Kusrini dan Siti Subandiyah* Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok

Manajemen adaptasi pakan buatan dan penggunaan ginsenosides dalam pakan diketahui dapat meningkatkan sifat agonistik (agresifitas) ikan Betta sp. Penelitian dilakukan terhadap ikan Betta sp. melalui dua tahap yaitu tahap 1 pada usia 0-60 hari dengan padat tebar 100 ekor per akuarium, dan tahap 2 pada usia 61-150 hari sebanyak 20 ekor per akuarium. Penelitian terdiri atas kombinasi pemberian pakan Infusoria (i), Artemia (a), Moina (m), Tubifex (t), Culex (c), dan Pelet (p) dengan kandungan gensinosides 0,02%. Perlakuan terdiri dari pemberian pakan tahapan usia I (0-15 hari), II (16-30 hari), III (31-60 hari), IV (61-90 hari), V (91-120 hari), VI (121-150 hari) secara berturut-turut atas empat perlakuan yaitu A (i, a, m, t, c, c); B (i, a, m, t, c, p); C (i, a, m, t, p, p); dan D (i, a, m, p, p, p). Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan panjang, bobot, sintasan, dan karakteristik agonistik ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelet pada ikan Betta sp. menghasilkan performa pertumbuhan dan perilaku agonistik yang baik. Penggunaan pelet mulai dari usia 2 bulan (60 hari) dapat diaplikasikan pada ikan Betta sp. Penambahan zat aditif seperti ekstrak gensinosides diduga memberikan pengaruh positif dalam memunculkan perilaku agonistik yang lebih agresif.

Kata kunci : agonistik, Betta sp, gensinosides, pakan

Page 22: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

2

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-02NILAI HETEROSIS IKAN GURAMI HIBRIDA PERSILANGAN ANTARA POPULASI IKAN GURAMI MAJALENGKA BETINA DENGAN JAMBI JANTAN

Sularto*, Nunuk Listiyowati dan Rita Febrianti* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ikan gurami unggul pada karakter pertumbuhan dengan nilai heterosis lebih besar dari 20%. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Metode yang digunakan menggunakan metode eksperimen. Ikan uji yang digunakan adalah populasi benih ikan gurami keturunan Majalengka, Jambi, dan persilangan betina Majalengka x jantan Jambi. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yang dimulai pada ukuran larva. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bobot, serta parameter pendukung kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot rata-rata individu berbeda nyata (P < 0,05) dan keturunan persilangan ikan gurami Majalengka betina x ikan gurami Jambi jantan menunjukkan pertumbuhan terbaik. Nilai heterosis pada karakter bobot sebesar 27,77% pada umur 6 bulan. Pertumbuhan benih ikan gurami persilangan antara betina Majalengka x jantan Jambi menunjukkan pertumbuhan lebih baik dari keturunan tetuanya dengan nilai heterosis positif pada karakter pertumbuhan bobot sebesar 27,77% pada umur 6 bulan.

Kata kunci : hibrida, ikan gurami, nilai heterosis

Page 23: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

3

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-03PERFORMA BENIH GURAMI RAS CANGKRINGAN (Osphronemus goramy Lac.) UMUR 14-42 HARI DENGAN FLUKTUASI SUHU

Hana Heranti*, Ignatius Hardaningsih dan Dini Wahyu Kartika Sari* Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkatan umur yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan gurami, mengetahui pengaruh fluktuasi suhu terhadap pertumbuhan benih ikan gurami akibat fluktuasi suhu, dan mengetahui interaksi antara tingkatan umur dan fluktuasi suhu terhadap pertumbuhan benih ikan gurami. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 -Januari 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial 2x2 dengan aras umur (14-28 hari dan 28-42 hari) dan suhu (fluktuasi suhu 21-33oC dan suhu stabil 31oC). Setiap perlakuan yang dilakukan terdiri dari tiga ulangan. Benih gurami dipelihara selama 14 hari dengan kepadatan 1 ekor/liter. Parameter yang diamati meliputi sintasan, pertumbuhan mutlak, dan heterogenisitas. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan umur mempengaruhi pertumbuhan, yaitu pada umur 28-42 hari memiliki pertumbuhan yang lebih baik (0,428 g) dibanding umur 14-28 hari (0,299 g) dan perlakuan fluktuasi suhu mempengaruhi pertumbuhan berat mutlak, dimana pada suhu 31oC memiliki pertumbuhan lebih baik (0,438 g) dibanding dengan suhu fluktuasi 21-33oC (0,289 g), namun perlakuan suhu dan umur tidak menunjukkan interaksi antar keduanya terhadap pertumbuhan berat mutlak. Sintasan benih gurami berkisar 91,667-100%. Heterogenisitas menunjukkan benih ukuran kecil pada fluktuasi 26% dan suhu 31oC 7%. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pertumbuhan benih gurami dipengaruhi oleh umur dimana pada umur 28-42 hari memiliki pertumbuhan berat mutlak yang lebih baik, fluktuasi suhu dapat menghambat pertumbuhan benih gurami, dan tidak ada interaksi antara tingkatan umur yang berbeda dan fluktuasi suhu pada pertumbuhan benih ikan gurami ras cangkringan.

Kata kunci : gurami, keragaman ukuran, pertumbuhan, sintasan, suhu

Page 24: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

4

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-04 KERAGAMAAN MORFOMETRI DAN MOLEKULER GURAMI (Osphronemus goramy, Lac.) MENGGUNAKAN MARKER MITOKONDRIA DNA (mtDNA) COX1

Rahma Aulia*, Ignatius Hardaningsih, Murwantoko dan Dini Wahyu Kartika Sari* Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kekerabatan gurami cangkringan, gurami padang, dan gurami sendangsari berdasarkan karakter morfometri dan molekuler menggunakan marker mitokondria DNA (mtDNA) sitokrom oksidase subunit 1 (COX1). Penelitian dilakukan pada Oktober 2018 sampai Februari 2019. Metode pengukuran yang digunakan adalah truss morfometri dengan 16 karakter. Data yang didapatkan kemudian dibagi dengan panjang standar sehingga didapatkan nilai rasio. Rata-rata nilai rasio setiap karakter dalam setiap kategori kemudian dibandingkan untuk analisis klaster. Langkah selanjutnya dilakukan analisis molekuler menggunakan marker mtDNA COX1. Amplifikasi gen COX1 dilakukan menggunakan teknik PCR dengan target amplifikasi 906 pb nukleotida. Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa gurami cangkringan dan sendangsari mempunyai nilai kesamaan terendah, yaitu 13,684. Gurami padang dan cangkringan mempunyai nilai kesamaan tertinggi, yaitu 43,227. Gurami padang dan sendangsari mempunyai nilai kesamaan 39,089. Hasil analisis molekuler menunjukkan bahwa terdapat 2 dari 808 pb nukleotida yang membedakan antara gurami padang dengan gurami cangkringan dan gurami sendangsari. Nilai keragaman genetik yang dihasilkan termasuk dalam kategori sedang (0,667) dan jarak genetik yang dihasilkan termasuk dalam kategori rendah (0,002). Hasil analisis klaster dan filogenetik menunjukkan bahwa gurami cangkringan dan sendangsari berada dalam satu kategori yang sama, sedangkan gurami padang berada dalam kategori yang berbeda.

Kata kunci : COX1, gurami, jarak genetik, keragaman, klaster, morfometri

Page 25: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

5

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-05PENYERAGAMAN WAKTU KELAHIRAN IKAN PLATI KORAL Xiphophorus maculatus (GÜNTHER, 1866) DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI SUHU DAN HORMON OKSITOSIN

Fajar Maulana*, Muhammad Zairin Junior, Alimuddin dan Muhammad Fahmi Alamsyah* Institut Pertanian Bogor

Ikan plati koral merupakan salah satu kelompok ikan hias yang bereproduksi secara melahirkan (vivipar), namun ikan ini tidak melahirkan secara serentak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi suhu dan dosis perendaman hormon oksitosin pada induk untuk penyeragaman waktu kelahiran anak ikan plati koral. Penelitian dilakukan pada bulan Februari–April 2019 bertempat di Teaching Farm Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan adalah metode perendaman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak faktorial dengan 8 perlakuan dan tiga kali ulangan. Dosis hormon oksitosin yang digunakan adalah 0; 0,1; 0,2; 0,4 mL.L-1 pada suhu 28 °C dan 31°C. Semua perlakuan direndam selama 12 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan dosis 0,2 mL.L-1 oksitosin pada suhu 31 °C adalah perlakuan terbaik dengan keseragaman waktu kelahiran tertinggi yaitu sebesar 70%. Dosis hormon oksitosin yang diberikan pada induk ikan plati koral yang sedang bunting melalui metode perendaman selama 12 jam, memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap keseragaman waktu kelahiran ikan plati koral, namun tidak ditemukan interaksi antara perlakuan suhu dan hormon oksitosin.

Kata kunci : kelahiran, keseragaman, oksitosin, perendaman, plati koral

Page 26: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

6

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-06PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN PEROKSIDA TERHADAP KEBERHASILAN RANGSANG PIJAH ABALONE Haliotis squamata TURUNAN KEEMPAT

Fawzan Bhakti Soffa** UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut LIPI Mataram

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode rangsang pijah menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi berbeda terhadap abalone Haliotis squamata hasil budidaya turunan keempat. Penelitian dilakukan pada Mei 2018. Penelitian diawali dengan proses desikasi pada biota uji selama 1 jam, kemudian dimasukkan kedalam wadah berisi air laut yang ditambahkan dengan larutan hidrogen peroksida konsentrasi 3%, 6% dan 9%. Biota uji direndam selama 1 jam dengan kondisi gelap, lalu dibilas air mengalir selama 15 menit dan dipindahkan ke wadah pengamatan. Keberhasilan pijah dari perlakuan kontrol, konsentrasi hidrogen peroksida 3%, 6%, dan 9% secara berurutan adalah 0%, 0%, 6% dan 33%. Interval waktu yang dibutuhkan induk untuk memijah adalah 25–36 menit setelah perlakuan, dengan tingkat fertilisasi telur 15%-20%. Pengaplikasian hidrogen peroksida konsentrasi rendah (3% dan 6%) merangsang abalon memijah dengan interval waktu yang lebih lama (9-12 jam setelah perlakuan). Perlakuan konsentrasi 6% dan 9% memberikan efek kematian 29% dan 13% dari jumlah induk dalam 48 jam. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi rendah (3%-6%) merupakan metode rangsang pijah yang baik untuk digunakan pada abalone (Haliotis squamata) turunan keempat karena memberikan tingkat keberhasilan pijah yang cukup tinggi dengan resiko kematian kecil.

Kata kunci : Abalone, Haliotis squamata, hidrogen peroksida, rangsang pijah

Page 27: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

7

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-07 INOVASI PENGUSIR HAMA : SOLUSI BAGI PERSOALAN RUMPUT LAUT SAAT INI

Ma’ruf Kasim* dan Mustarum Musaruddin* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo

Namun demikian, metode longline mempunyai persoalan yang sangat serius saat ini. Metode longline memberikan peluang bagi ikan herbivora untuk memakan rumput laut. Serangan hama ikan herbivora dapat menurunkan produksi rumput laut. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menemukan Alat pengusir hama rumput laut yang dapat di gunakan untuk mengusir hama ikan herbivora yang sering memakan rumput laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - September 2018. Metode yang dilakukan adalah dengan mengembangkan alat pengusir hama rumput laut yang didesain dengan sangat sederhana dan mengeluarkan gelombang suara yang dapat mengusir ikan herbivora pemakan rumput laut. Pengembangan alat pengusir hama rumput laut ini sangat potensil pada daerah-daerah budidaya rumput laut. Pengorasian alat ini sangat sederhana. Alat pengusir hama rumput laut, hanya diletakkan dengan cara dikaitkan pada salah satu tali budidaya rumput laut. Peletakan alat hanya dilakukan pada areal yang sangat rawan dengan serangan hama rumput laut. Dari hasil penelitian laboratorium terlihat bahwa ikan Siganus sp. terlihat menjauhi sumber suara dan menujukkan tingkah laku berbeda saat alat dihidupkan dan dimatikan. Pada pangujian lapangan terlihat bahwa ketika alat dioperasikan, tidak terlihat adanya ikan Siganus sp. di sekitar areal budidaya. Hal ini menunjukkan bahwa Siganus sp. mempunyai respon negative terhadap suara yang di timbulkan oleh alat tersebut. Alat pengusir hama efektif untuk menghindarkan rumput laut dari serangan hama herbivora. Alat pengusir hama ini dapat meningkatkan produksi rumput laut hingga 2 kali nilai produksi dalam setiap kali panen.

Kata kunci : Alat pengusir hama, gelombang suara, ikan herbivora, Rumput laut

Page 28: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

8

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-08 KANDUNGAN ALGINAT DAN NUTRISI MAKROALGA GENUS Sargassum YANG DITEMUKAN DI PERAIRAN TELUK KUPANG

Yuliana Salosso** Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa

Cendana Kupang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan alginat dan nutrisi makroalga genus Sargassum yang ditemukan diperairan Teluk Kupang sehingga dapat diketahui potensi pemanfaatannya, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Pengambilan sampel dilaksanakan pada saat surut terendah di masing-masing stasiun penelitian yaitu perairan Pantai Paradisi, Kelapa Lima, Pasar Panjang, Bolok, dan Tabulolong. Jenis makroalga genus Sargassum yang ditemukan diidentifikasi, kemudian dianalisis kandungan alginat dan nutrisinya. Jenis makroalga Sargassum yang ditemukan di perairan Teluk Kupang meliputi S.crassifolium, S. Cristafolium, S, policystum dan Sargassum spp., yang memiliki kandungan alginat dan nutrisi yang berbeda-beda. Kandungan alginat tertinggi ditemukan pada Sargassum spp. sebesar 33%, kemudian diikuti S. policystum sebesar 23%, S. cristafolium sebesar 13,33%, dan terendah pada S. Crassifolium sebesar 10%. Kandungan nutrisinya meliputi kandungan air berkisar 16.19 - 19,64%, kadar abu 22,56 - 24,11%, kadar protein 6,44 - 10,64%, kadar serat kasar 12,14-22,13%, dan karbohidrat sebesar 25,39-38,84%. Ditemukan 4 jenis makroalga Sargassum di perairan Teluk Kupang yang memiliki kandungan alginat berkisar 10 -33% sehingga potensi untuk dikembangkan sebagai penghasil alginat. Selain itu juga potensi untuk dikembangkan sebagai makanan diet karena memiliki serat yang tinggi tetapi rendah lemak.

Kata kunci : Sargassum spp., kandungan alginat, kandungan nutrisi, Teluk Kupang

Page 29: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

9

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-09 HEMATOLOGI IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus) PADA PROSES AKLIMATISASI DI SALINITAS YANG DITINGKATKAN SECARA BERTAHAP

Niken Ayu Pamukas*, Syafriadiman, Iesje Lukistyowati, Efriyeldi dan Mulyadi* Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Agar dapat membudidayakan ikan ini di tambak bersalinitas air payau perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Tingkat stres ikan selama aklimatisasi dapat dilihat melalui hematologi ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hematologi (eritrosit, hemoglobin, leukosit, hematokrit, leukokrit dan glukosa darah) ikan nila srikandi, selama proses aklimatisasi pada salinitas yang ditingkatkan secara bertahap dari 0 ppt sampai dengan 20 ppt. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan April 2019. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen rancangan acak lengkap 5 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Hewan uji ikan nila srikandi dengan berat 3,04 – 7,68 g/ekor dan panjang 5,8 – 8 cm, wadah uji akuarium (30 cm x 30 cm x 25 cm), padat tebar 10 ekor/25 L. Salinitas dalam media uji secara bertahap ditingkatkan 5 ppt per 7 hari hingga 20 ppt. Sampel darah diambil dari 3 ekor ikan setiap ulangan perlakuan, pada hari ke dua setelah salinitas ditingkatkan hingga mencapai salinitas akhir. Hasil penelitian menunjukkan aklimatisasi peningkatan salinitas secara bertahap berpengaruh pada hematologi ikan nila srikandi, dimana terjadi penurunan jumlah eritrosit sebesar 1,023 x 10^6 sel/mm^3, kadar hemoglobin sebesar 2,37 g/dL, hematokrit sebesar 20,33%, dan glukosa darah sebesar 15,33 mg/dL. Sedangkan total leukosit meningkat sebesar 14,10 x 10^4 sel/mm^3 dan kadar leukokrit sebesar 1,67%. Selama proses aklimatisasi ikan mengalami stres setiap kali salinitas ditingkatkan lebih tinggi, namun berlangsung baik dengan SR 100%. Kisaran kualitas air mendukung kehidupan ikan nila srikandi, dimana suhu berkisar 26 – 28 oC, pH 6,5 – 8 dan oksigen terlarut 4,8 – 6,2 mg/L.

Kata kunci : aklimatisasi, hematologi, nila, Oreochromis aureus x niloticus, salinitas

Page 30: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

10

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-10 ANALISIS PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasianodon hypophthalmus) TETRAPLOID HASIL INDUKSI KEJUT PANAS

Prama Hartami*, Odang Carman, Muhammad Zairin Jr., Alimuddin, Rahman dan Dede Hermawan* Institut Pertanian Bogor

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji performa pertumbuhan ikan patin tetraploid yang dihasilkan melalui induksi kejut panas pada suhu 42°C selama 2 menit, umur zigot 29,5 menit setelah fertilisasi. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan 3 ulangan. Benih tetraploid hasil induksi diverifikasi menggunakan metode pengamatan jumlah maksimum nukleolus per sel pada sel sirip benih setelah berumur 2 bulan (7 cm). Pengujian performa pertumbuhan dilakukan dalam bak beton dengan kepadatan 10 ekor/m3 selama 9 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan patin tetraploid lebih baik jika dibandingkan patin diploid dengan selisih persentase bobot dan panjang harian masing-masing 0,497% dan 0,158% per hari. Akan tetapi baik patin tetraploid dan diploid menunjukkan performa yang sama pada parameter FCR dan SR. Adapun pengukuran beberapa parameter kualitas air seperti oksigen terlarut, pH, suhu dan kesadahan, masih berada pada kisaran yang optimal bagi pemeliharaan ikan patin. Kesimpulan dari penelitian ini didapat bahwa ikan patin tetraploid mampu tumbuh lebih cepat dengan angka tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.

Kata kunci : kejut panas, nukleolus, pertumbuhan, tetraploid, umur zigot

Page 31: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

11

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-11 APLIKASI PROBIOTIK PADA PAKAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP INFEKSI Aeromonas hydrophila

Alim Isnansetyo, Indah Istiqomah, Ma’ruf Ridho Syahrofi*, Muhammad Masbukhin dan Muhammad Naufal Dzaki* Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi probiotik pada pakan terhadap ketahanan nila merah yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Penelitian ini dilaksanakan mulai 28 Januari 2018 s.d. 10 Maret 2018 (40 hari). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini meliputi: kontrol negatif (tidak diberi probiotik) (P1), kontrol positif (probiotik komersial Probio-7) (P2), probiotik Petrogrow serbuk 104 cfu/g pakan (P3), probiotik Petrogrow serbuk 106 cfu/g pakan (P4), probiotik Petrogrow cair 104 cfu/g pakan (P5), probiotik Petrogrow cair 106 cfu/g pakan (P6). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (P<0,05) pada laju sintasan (SR) dan tingkat perlindungan relatif (RPS) setelah diinfeksi A. hydrophila. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik Petrogrow dapat meningkatkan kekebalan nila merah terhadap serangan A. hydrophila. Pemberian probiotik Petrogrow cair dan serbuk mampu meningkatkan ketahanan nila merah yang diinfeksi Aeromonas hydrophila.

Kata kunci : nila merah, probiotik, Aeromonas hydrophila, uji tantang, ketahanan

Page 32: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

12

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-12 ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI PADA MEDIA BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SISTEM RESIRKULASI

Zulkisam Pramudia*, Andi Kurniawan dan Abd. Aziz Amin* Universitas Brawijaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan komunitas bakteri yang hidup pada media budidaya lele dumbo (C. gariepinus) dengan sistem resirkulasi. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2017 hingga Februari 2018. Metode yang digunakan untuk menghitung koloni bakteri menggunakan hitungan cawan (Total Plate Count) sedangkan metode untuk mengidentifikasi bakteri yaitu dengan BBL crystal kitt. Metode tersebut dapat dilakukan melalui proses pewarnaan gram, uji indole, dan uji oksidase. Hasil yang didapat koloni bakteri kolam 3 kepadatan akhir paling tinggi 340x10³ CFU/ml, kolam 1 dan 2 didapatkan hasil 30x10³ dan 300x10³. Sedangkan untuk hasil identifikasi bakteri, kolam 3 adalah kolam dengan spesies bakteri terbanyak yaitu Staphilococus vitulus, Bacillus magetarium, S xylosus, B. cereus, B. subtilis, dan B. licheniformis. Pada kolam 1 ditemukan B. subtilis, B. megaterium, dan Empedobacter brevis. Kolam 2 ditemukan B. subtilis, E. brevis dan Sphingomonas paucimobilis. Pada kolam 3 tidak ditemukan bakteri patogen, sedangkan pada kolam 1 dan 2 ditemukan bakteri patogen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sistem resirkulasi akuakultur, hasil menunjukkan bahwa parameter kualitas air pada media budidaya tetap stabil pada nilai optimum parameter kualitas air budidaya. Hasil terbaik terdapat pada kolam 3 dengan padat tebar yang tinggi mampu menjaga parameter kualitas air di titik optimum dan bakteri yang tumbuh semuanya bakteri non patogen.

Kata kunci : Identifikasi bakteri, lele, resirkulasi akuakultur

Page 33: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

13

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-13 EVALUASI TINGKAT INBREEDING BENIH PADA LIMA STRAIN IKAN MAS, Cyprinus carpio

Didik Ariyanto*, Yogi Himawan, Flandrianto S. Palimirmo dan Suharyanto* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Inbreeding merupakan fenomena yang sangat umum terjadi pada populasi benih ikan budidaya di Indonesia. Populasi dengan tingkat inbreeding tinggi terbukti telah menurunkan performa benih secara signifikan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi tingkat inbreeding populasi benih pada lima strain ikan mas yang dominan dibudidayakan di Indonesia, yaitu Majalaya, Rajadanu, Wildan, Sutisna dan Sinyonya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juli 2016. Analisis tingkat inbreeding dilakukan menggunakan metode mikrosatelit terhadap 50 ekor benih yang diperoleh dari sentra pembenihan ikan mas di Bandung, Kuningan, Cianjur, dan Pandeglang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima strain ikan mas di lokasi tersebut telah mengalami inbreeding dalam tingkat yang relatif tinggi, yaitu 0,837 pada strain Majalaya; 0,882 pada strain Rajadanu; 0,916 pada strain Sutisna; 0,787 pada strain Wildan; dan 0,885 pada strain Sinyonya. Tingginya tingkat inbreeding pada populasi benih ikan mas tersebut perlu segera mendapatkan penanganan, khususnya melalui kegiatan perbaikan genetik (pemuliaan), sehingga performa benih ikan mas dapat segera diperbaiki.

Kata kunci : budidaya, ikan mas, inbreeding, mikrosatelit.

Page 34: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

14

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-14 PENGELOLAAN KUALITAS AIR BUDIDAYA UDANG VANAMEI DENGAN Bacillus megaterium DALAM SKALA LABORATORIUM

Nadya Adharani*, Restiani Sih Harsanti dan Megandhi G. Wardhana* Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas PGRI Banyuwangi

Udang vaname merupakan salah satu komoditi perikanan yang sangat di kembangkan di Indonesia, begitupun di Kabupaten Banyuwangi. Rasa gurih dan nilai gizi pada udang vaname serta cara budidaya yang cukup memakan waktu yang lama mengakibatkan harga udang vaname cukup mahal dikalangan rumah tangga. Dalam membudidaya tentunya memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai dalam mengoptimalkan pertumbuhan udang vaname salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah kualitas air budidaya. Penelitian di laksanakan di Laboratorium Faperta UNIBA, pada bulan April-Juni 2018. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas air budidaya udang vaname dengan sistem bioflok menggunakan dua jenis bakteri laut asal Cilacap, dimana terdapat 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil yang diperoleh bahwa dengan budidaya sistem bioflok lebih baik dibandingkan konvensional dalam menurunkan limbah organik. P2 adalah perlakuan paling efektif dalam menurunkan kadar amonia, nitrat, dan nitrit, dengan prosentase sebesar 35% untuk amonia, 61% untuk nitrat, penurunan 27% untuk nitrit. Disusul dengan P4 (B. megaterium dan B. aquimaris) dalam prosentase penurunan amonia sebesar 34%’ nitrat sebesar 48%, dan nitrtit sebesar 27%. Melalui sistem bioflok lebih efektif dan berpengaruh terhadap panjang dan bobot pada udang dibandingan tanpa sistem bioflok. Bahwa P2 menghasil panjang dan bobot yang lebih besar diantara perlakuan lainnya dengan rerata panjang sebesar 9.2 cm dan rerata bobot sebesar 4.6 gr.

Kata kunci : pengelolaan, kualitas air, budidaya, udang vaname, bakteri laut, bioflok.

Page 35: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

15

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-15 PERFORMA UDANG GALAH TUMBUH CEPAT DAN MATANG KELAMIN LAMBAT HASIL SELEKSI PADA FASE PEMBESARAN

Asep Sopian*, Fajar Anggraeni dan Hary Krettiawan* Balai Riset Pemuliaan Ikan

Kualitas benih yang digunakan pada fase pembesaran berpengaruh besar pada hasil akhir kegiatan budidaya udang galah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa benih udang galah hasil seleksi yang berasal dari generasi yang berbeda pada fase pembesaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan empat ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benih udang galah hasil seleksi generasi 2 dan 3 ukuran 0,4 -0,5 g (tokolan 1) hasil pendederan di kolam percobaan Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan induk hasil seleksi dari generasi kedua (G2) dan generasi ketiga (G3) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, nilai biomas panen maupun nilai kelangsungan hidup. Secara subjektif nilai rata-rata laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup udang galah G3 menghasilkan performa lebih baik dibandingkan benih udang galah G2 pada fase pembesaran yaitu dengan nilai masing-masing sebesar 15,33±1,35 %; 70,50±13,31% dan 14,24±1,53 %; 62,80±18,44 %. Secara umum penggunaan benih hasil seleksi generasi selanjutnya pada fase pembesaran dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang galah pada akhir masa pemeliharaan.

Kata kunci : laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, performa, seleksi, udang galah

Page 36: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

16

PRESENTASI ORAL BDP A

Kembali

BA-16 EVALUASI SIMETRI UDANG GALAH Macrobrachium idae POPULASI DANAU TEMPE DI SULAWESI SELATAN

Wahidah*, Amrullah dan Andi PS Idris* Politani Pangkep

Indonesia memiliki spesies udang galah yang tersebar di berbagai habitat berbeda yang memungkinkan memiliki keragaman morfologi (simetri) yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keseimbangan organ berpasangan pada sisi kiri dan kanan pada bagian uropod udang galah yang berasal dari Danau Tempe Sulawesi Selatan. Evaluasi 2 karakter morfologi dan 4 karakter simetri pada udang galah jantan dan betina. Analisis untuk membandingkan karakter simetri dan morfologi dilakukan secara deskriptif. Hasil yang diperoleh menunjukkan rasio simetri tertinggi secara berturut-turut pada betina terdapat pada karakter lebar exopod, lebar endopod, panjang endopod dan panjang exopod; sedangkan pada jantan adalah lebar endopod, lebar exopod, panjang exopod dan panjang endopod. Sehingga karakter morfologi populasi betina lebih simetri dibanding jantan.

Kata kunci : Danau Tempe, morfologi, simetri, udang galah

Page 37: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

17

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-01 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG LEMNA TERHADAP KANDUNGAN NUTRIEN DAN KUALITAS FISIK PAKAN IKAN

Isbia Tilam Paramitha* dan Senny Helmiati* Alumni Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kedelai dengan tepung Lemna dalam pakan terhadap kandungan nutrien dan kualitas fisik pakan yang meliputi daya apung, water stability, tingkat kekerasan, dan bulk density pakan ikan yang memberikan hasil terbaik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018. Analisis kimia pakan diuji proksimat meliputi kadar air (Metode oven), protein (Metode Mikro-Kjeldahl), lemak (Metode Soxhlet), abu (Metode Pengeringan), serat kasar (Metode Pencucian Asam dan Basa Kuat), karbohidrat dan energi (perhitungan). kualitas fisik pakan yang diuji yaitu daya apung, water stability, bulk density dan tingkat kekerasan (texture analyzer). Pakan dengan substitusi tepung kedelai dengan tepung Lemna berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan kadar abu, namun tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak dan protein. Substitusi tepung kedelai dengan tepung Lemna memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap water stability, tingkat kekerasan pakan dan bulk density pada dosis 5% subsitutusi tepung Lemna, namun tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap daya apung pakan. Kadar protein 29,67-30,33%, lemak 11,12-11,58%, abu 22,11-23,12%, air 8,15-10,39%, kadar karbohidrat 25,89%-27,35% dan energi pakan 261,22-266,05 kkal/g pakan. Water stability tertinggi (5%) 128,21±5,77%. Daya apung tertinggi (5%) 9,00±1,54 detik. Tingkat kekerasan terbaik (5%) 619,63±111,11 N/m2. Bulk density terbaik (5%) 588,74±24,05 g/l.

Kata kunci : bulk density, daya apung, tepung Lemna, tingkat kekerasan pakan, water stability

Page 38: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

18

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-02 PERTUMBUHAN PLANLET RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA PERENDAMAN ZPT BERBEDA

Wiwien Mukti Andriyani*, Mizab A. dan Kunti A.* Balai Penelitian Budidaya Air Payau, Situbondo

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam ZPT yang berbeda terhadap pertumbuhan dari planlet rumput laut K. alvarezii yang di kultur skala laboratorium. Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober 2018 di Laboratorium Kultur Jaringan rumput laut Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan perendaman ZPT yaitu (A) 3 ppm Benzyl Adenin Purin (BAP); (B) 0,03 ppm air kelapa; (C) tanpa perendaman (kontrol). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dengan lama perendaman 2 jam. Variable pengamatan adalah bobot mutlak, laju pertumbuhan, dan jumlah tunas baru planlet rumput laut. Hasil anova menunjukkan perendaman pada 3 ppm BAP dan 0,03 ppm air kelapa berpengaruh signifikan terhadap penambahan bobot mutlak dan laju pertumbuhan planlet. Penambahan bobot mutlak dan laju pertumbuhan tertinggi dihasilkan pada perlakuan A (0,97g dengan laju pertumbuhan 2,7%/hari) selanjutnya perlakuan B (0,70g dengan laju pertumbuhan 2,3%/hari) sedangkan kontrol (0,29g dengan laju pertumbuhan 1,1%/hari). Pada perlakuan perendaman BAP, air kelapa serta kontrol memberikan kecenderungan jumlah tunas baru planlet yang tidak berpengaruh signifikan. Perendaman pada 3 ppm BAP dan 0,03 ppm air kelapa berpengaruh signifikan terhadap penambahan bobot mutlak dan laju pertumbuhan planlet, untuk mempercepat pertumbuhan planlet rumput laut K. alvarezii dapat dilakukan perendaman dalam BAP dengan konsentrasi 3 ppm selam 2 jam.

Kata kunci : Kappaphycus alvarezii, Planlet, ZPT

Page 39: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

19

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-03 PERTUMBUHAN DAN NILAI GIZI RUMPUT LAUT Caulerpa lentilifera DENGAN BOBOT BIBIT BERBEDA DI LAUT

Rajuddin Syamsuddin*, Abustang dan Andi Wahyu* Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS

Penelitian bertujuan menganalisis pertumbuhan, kandungan karaginan, serat dan mineral yang dibudidayakan di laut dengan bobot bibit berbeda di laut. Penelitian dilakukan Mei sampai Juli 2019, fase budidaya dilangsungkan selama 40 hari. Keranjang plastik digunakan sebagai wadah budidaya yang digantung 30 cm di bawah permukaan laut pada tali ris dengan pelampung. Pemberat diletakkan pada dasar perairan dan diikatkan pada keempat sudut sarana budidaya sehingga wadah-wadah tidak bergeser pada tempatnya. Bobot bibit 50 g, 100 g, dan 150 g diujikan dengan 3 ulangan. Data dianalisis statistik dan deskriptif dengan referensi pendukung. Pertumbuhan dan kandungan karotenoid tertinggi pada bobot bibit 50 g akibat pergerakan air yang baik, serta penyerapan enersi matahari dan unsur hara yang lebih tinggi. Karotenoid terbentuk untuk melindungi klorofil dari fotodamage, fotooksidasi, dan fotoinhibisi. Kandungan serat dan mineral yang dicatat lebih tinggi dari pada rumput laut pada umumnya dan jika dibandingkan dengan berbagai sayur tanaman darat. Pertumbuhan dan kandungan karotenoid tertinggi diperoleh pada bobot bibit 50 g. Untuk mendapatkan kandungan serat dan mineral tertinggi dari Caulerpa lentilifera, dapat digunakan 100 - 150 g bobot bibit pada budidaya di laut

Kata kunci : Bobot bibit, budidaya laut, Caulerpa lentilifera, mineral, pertumbuhan, serat

Page 40: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

20

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-04 PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DALAM UPAYA MENDUKUNG KEGIATAN DOMESTIKASI TERIPANG EMAS (Stichopus hermanii)

Zeny Widiastuti*, Ni Ketut Maha Setiawati, Sari Budi Moria Sembiring dan Nyoman Adiasmara Giri* BBPPL Gondol Bali

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rumput laut yang tersedia dialam untuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan dan memenuhi tingkat kesukaan serta pertumbuhan dalam kegiatan domestikasi teripang emas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret -Mei tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode rancangan acak lengkap dengan 3 kali ulangan dengan analisis secara statistik menggunakan ANOVA. Hasil yang diperoleh menunjukkan teripang memberikan respon pada keempat jenis rumput laut yang diberikan. Berdasarkan perhitungan feses dan sisa pakan diketahui tingkat kesukaan teripang emas paling tinggi terdapat pada pakan rumput laut jenis Sargassum yaitu sebesar 94,42%. Hasil ini didukung dengan nilai pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan yang sama yaitu pakan Sargassum dengan pertumbuhan berat 2.65 gram/minggu diikuti oleh jenis pakan Ulva dengan nilai pertumbuhan berat 2.23 gram/minggu. Sedangkan pada kedua jenis perlakuan yang lain terjadi penurunan berat. Berdasarkan keempat jenis rumput laut tersebut maka hanya dua jenis rumput laut yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan dalam mendukung domestikasi teripang emas untuk kegiatan budidaya.

Kata kunci : domestikasi, rumput laut, teripang emas, tingkat kesukaan

Page 41: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

21

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-05 PEMANFAATAN DAUN LEMNA DIFERMENTASI (Lemna minor) DALAM PAKAN UNTUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus)

Adelina*, Yusni Ikhwan Siregar dan Hamdan Alawi* Universitas Riau

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi daun Lemna minor sebagai bahan pakan pengganti tepung kedelai dan melihat pengaruhnya terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan baung (Hemibagrus nemurus). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2018 di Unit Balai Benih Ikan Tibun, Kampar Riau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 5 taraf faktor dan 3 ulangan. Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan isonitrogenous (protein 35%) yang diformulasi dengan daun lemna fermentasi. Jumlah daun lemna fermentasi di dalam pakan dijadikan perlakuan yaitu: 0, 10, 15, 20 dan 25%. Pakan diberikan ke ikan baung (bobot 1,6 ± 0,3 g) 3 x sehari secara at satiation selama 60 hari. Pemeliharaan ikan dilakukan di karamba ukuran 1x1x1 m dengan padat tebar 20 ekor/karamba. Hail penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun lemna (Lemna minor) fermentasi yang berbeda dalam pakan memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap efisiensi pakan, retensi protein dan laju pertumbuhan spesifik ikan baung (Hemibagrus nemurus). Penggunaan 20% tepung daun lemna hasil fermentasi dapat menggantikan tepung kedelai dalam pakan dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan baung yang menghasilkan kecernaan pakan 69,32%, kecernaan protein 78,24%, efisiensi pakan 46,47%, retensi protein 40,12%, laju pertumbuhan spesifik 3,9% dan keluluhidupan ikan baung 96,7%. Daun Lemna minor fermentasi dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif pengganti tepung kedelai sebanyak 20% yang menghasilkan efisiensi pakan terbaik dan laju pertumbuhan spesifik ikan baung tertinggi.

Kata kunci : fermentasi, ikan baung (Hemibagrus nemurus), pakan ikan, tepung daun lemna

Page 42: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

22

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-06 PENGARUH AERASI TERHADAP KUALITAS AIR DAN UNSUR HARA DALAM BUDIDAYA NILA MERAH (Oreochromis sp.) SISTEM RESIRKULASI

Aulia Husnul Hulqiyah*, Rustadi dan Eny Heriyati* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aerasi terhadap kualitas air fisik, kimia, serta unsur hara dalam budidaya nila merah (Oreochromis sp.) sistem resirkulasi. Penelitian dilaksanakan bulan April hingga Juli 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 3 perlakuan yaitu: microbubble generator, aerator konvensional dan tanpa aerasi yang seluruhnya dioperasikan dalam sistem resirkulasi. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Bak plastik berukuran 1 m x 1 m x 1 m dengan ketinggian air ±90 cm, ditebari nila merah ukuran 11,024-15,6 gram sebanyak 50 ekor. Pengamatan kualitas air dilakukan secara langsung setiap dua minggu sekali pada pagi dan siang hari meliputi parameter: suhu air, TDS (Total Dissolved Solid), DO (Dissolved Oxygen), dan pH menggunakan alat WQC (Water Quality Checker); pengamatan CO2 bebas, dan alkalinitas dilakukan secara titrasi. Sampel air diambil pada awal, pertengahan, dan akhir percobaan, untuk diamati di laboratorium meliputi parameter: BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), amonia bebas (NH3), nitrit (NO2

-), nitrat (NO3-), N total, fosfat (PO4

3-) dan P total. Semua parameter dianalisis menggunakan ANOVA, apabila hasil berbeda nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan aerasi memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan DO, suhu air, pH, TDS, nitrat (NO3

-); dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). terhadap kandungan CO2 bebas, alkalinitas, COD, BOD, amonia bebas (NH3), nitrit (NO2

-), N total, fosfat (PO43-) dan P total.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan MBG pada sistem resirkulasi meningkatkan kondisi kualitas air dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik.

Kata kunci : aerasi, kualitas air, microbubble generator, nila merah, sistem resirkulasi

Page 43: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

23

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-07 TOTAL LEUKOSIT INDUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN POLIVALEN PADA SKALA LABORATORIUM

Amrullah*, Wahidah dan Andi A. Jaya* Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika total leukosit induk ikan nila setelah divaksinasi dengan vaksin polivalen pada skala laboratorium dan merupakan informasi dasar untuk maternal imunity. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor yaitu masa salin, jenis vaksin dan lama waktu setelah vaksinasi. Vaksinasi induk ikan dilakukan pada masa salin I (TKG II), masa salin II (TKG III), jenis vaksin terdiri atas vaksin monovalen Aeromonas hydrophila (M-A), monovalen Streptococcus agalactiae (M-S), Pseudomonas sp. (M-P), vaksin bivalen Aeromonas hydrophila dan Streptococcus agalactiae (B-AS), vaksin bivalen Aeromonas hydrophila dan Pseudomons sp. (B-AP), vaksin bivalen Streptococcus agalactiae Pseudomonas (B-SP) dan vaksin polivalen Aeromonas hydrophila Streptococcus agalatiae dan Pseudomonas sp. (P-ASP). Sebagai kontrol, ikan diinjeksi dengan larutan PBS. Lama waktu setelah pemberian vaksin terdiri atas hari ke-7, 14, 21 dan 28 pada induk ikan dan hari ke 10, 20, 30 dan 40 setelah menetas pada larva ikan. Hewan uji adalah induk ikan nila berukuran 285-300 g/ekor. Penyuntikan vaksin dengan dosis 2 mL/kg ikan secara intra muscular. Setelah ikan divaksinasi, dilakukan booster dengan dosis yang sama pada vaksinasi pertama dilakukan pada hari ke-7 setelah vaksinasi pertama. Setelah vaksinasi, induk ikan dipelihara dengan menggunakan kontainer plastik kapasitas 120 L dengan kepadatan 10 ekor. Pemeriksaan respon imun non spesifik total leukosit induk ikan dilakukan pada hari ke-0 (sesaat sebelum vaksinasi), hari ke-7, 14, 21 dan 28 pasca vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang divaksin dengan vaksin polivalen memiliki total leukosit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Demikian pula pada induk ikan yang divaksin pada TKG II memiliki total leukosit lebih tinggi dibandingkan induk yang divaksin pada TKG III dan tertinggi pada hari ke 14 dan 21 pasca vaksinasi. Dengan demikian maka vaksinasi induk ikan nila dengan vaksin polivalen dapat meningkatkan respon imun non spesifik total leukosit.

Kata kunci : ikan nila, maternal imunity, total leukosit, vaksin bivalen, vaksin polivalen

Page 44: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

24

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-08 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG LEMNA DALAM PAKAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

Febriansyah Yuditomo*, Senny Helmiati dan Sukardi* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Lemna merupakan tanaman air yang memiliki potensi sebagai bahan pakan alternatif sumber protein nabati dalam industri pembuatan pakan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien dan dosis tepung Lemna yang dapat menggantikan tepung kedelai dalam pakan pada pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis sp.). Penelitian menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap, dengan empat perlakuan dosis substitusi yaitu P0 (0%) sebagai kontrol, P1 (5%), P2 (10%), dan P3 (15%) dengan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan nila merah berukuran 7-9 cm dengan waktu pemeliharaan selama 28 hari. Pakan diberikan sebanyak 5% dari biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari. Parameter yang dievaluasi adalah sintasan, pertumbuhan, Feed Conversion Ratio, Protein Efficiency Ratio, dan efisiensi pakan. Analisis kimia pakan diuji proksimat meliputi kadar air (Metode Gravimetri), protein (Metode Mikro-Kjeldahl), lemak (Metode Soxhlet), abu (Metode Pengabuan), serat kasar (Metode Pencucian Asam dan Basa Kuat), karbohidrat dan energi (perhitungan). Data penelitian dianalisis statistik menggunakan uji ANOVA (Analysis of Varians) dengan tingkat kepercayaan 95% (P>0,05) dan diuji lanjut Dunnet. Kandungan nutrien tepung Lemna yaitu protein sebesar 24,91±0,20%, lemak sebesar 3,55±0,09%, abu sebesar 14,74±0,16%, serat kasar sebesar 10,79±0,12%, karbohidrat sebesar 56,77±0,20%, dan energi sebesar 2570,95±0,62 kkal/kg. Substitusi tepung kedelai dengan tepung Lemna hingga dosis 15% tidak menurunkan pertumbuhan dengan nilai sintasan sebesar 95,00±5,0%, pertumbuhan panjang mutlak sebesar 2,51±0,16 cm, laju pertumbuhan spesifik berdasarkan panjang sebesar 0,96±0,07%/hari, pertumbuhan berat mutlak sebesar 11,47±1,33 g, laju pertumbuhan spesifik berdasarkan berat sebesar 2,52±0,21%/hari, Feed Conversion Ratio sebesar 1,74±0,09, Protein Efficiency Ratio sebesar 1,85±0,18, dan efisiensi pakan sebesar 57,75±3,16%.

Kata kunci : Lemna, Oreochromis sp., pakan ikan, substitusi, tepung kedelai

Page 45: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

25

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-09 EKSTRAK DAUN Avicennia alba UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS UDANG WINDU (Penaeus monodon)

Gina Saptiani*, Andi Noor Asikin dan Fikri Ardhani* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Samarinda

Penelitian ini mengkaji ekstrak daun A. marina untuk meningkatkan imunitas udang windu. Daun diekstrak dengan 3 pelarut berbeda. Ekstrak diberikan pada udang PL 25 secara perendaman dan hari ke-6 diinfeksi dengan V. harveyi. Hasilnya menunjukan kelangsungan hidup 66,67-98,33%, Total hemosit 8,67-15,33X1.000/mL, dan sel granulosit 41,53-52,36%. Ekstrak terbaik untuk meningkatkan imunitas adalah ekstrak air laut A. marina 1250-1500 ppm, diikuti akuades dan etanol 1250-1500 ppm. Penelitian dilaksanakan bulan September sampai November tahun 2018. Daun A. marina dikeringkan dan dimaserasi dengan 3 jenis pelarut, etanol 80%, akuades, air laut 22 ppt, dan diekstraksi dengan metode evaporasi. Perlakuan terdiri dari 3 macam ekstrak dengan 4 konsentrasi, kontrol positif (antibiotik) dan kontrol negatif yang diberikan pada udang PL 25 secara perendaman dan diinfeksi V. harveyi secara perendaman pada hari ke 6. Parameter pengamatan meliputi gejala klinis, patologi anatomi, kelangsungan hidup, total sel hemosit dan differensial hemosit. Gejala klinis dan patologi anatomi udang yang diberi ekstrak A. marina menunjukan hasil yang lebih baik dibanding kontrol+ dan kontrol-, khususnya pada ekstrak dengan konsentrasi 1250 dan 1500 ppm. Kelangsungan hidup tertinggi 98,33 % pada udang yang diberi ekstrak etanol 1500 ppm, sedangkan yang lain dan kontrol+ 93,33% dan kontrol- 26,67%. Ekstrak A. marina mampu meningkatkan total hemosit sampai 15,33x1000/mL dan sel granulosit sampai 52,36%, dibanding dengan kontrol + yang total hemositnya 12,33x1000/mL dan sel granulositnya hanya 37,45%. Ekstrak A.marina dapat meningkatkan sel imunitas udang, terutama ekstrak air laut A. marina 1.250-1.500 ppm, diikuti ekstrak air tawar 1.250-1.500 ppm dan etanol 1.250-1.500 ppm.

Kata kunci : Avicennia marina, hemosit, udang windu, V.harveyi

Page 46: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

26

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-10 SINTASAN DAN PERTUMBUHAN TERIPANG Holothuria atra DENGAN PEMBERIAN PAKAN LAMUN DAN PELET YANG BERBEDA

Nur Laily Mila Atus Sholikhah, Lisa Fajar Indriana*, Muhammad Firdaus dan Mohammad Fadjar* UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut LIPI Mataram

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sintasan dan pertumbuhan induk teripang H. atra pada persentase pemberian pakan berupa bubur lamun dan pelet yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Balai Bio Industri Laut LIPI pada tanggal 6 Februari sampai dengan 6 Maret 2018. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan dua ulangan yaitu perlakuan K (bubur lamun 100%) sebagai kontrol, A (bubur lamun 75%; pelet 25%), B (bubur lamun 50%; pelet 50%), dan C (bubur lamun 25%; pelet 75%) dalam sistem resirkulasi di bak beton semi outdoor selama 28 hari. Pakan yang diberikan sebanyak 2% dari biomassa. Teripang memiliki berat rata-rata 116 ± 13,47 g dan panjang rata-rata 16,99 ± 1,95 cm pada awal perlakuan. Perlakuan dengan hasil terbaik yaitu dengan pemberian pakan 50% bubur lamun dan 50% pelet dengan nilai penurunan pertumbuhan 17,08 ± 0,59 g, laju pertumbuhan -0,61 ± 0,02 g/hari, dan laju pertumbuhan spesifik -0,56 ± 0,00 g/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pemberian pakan bubur lamun dan pelet yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan (P>0,05) akan tetapi berpengaruh secara nyata terhadap pertambahan berat.

Kata kunci : Holothuria atra, budidaya, lamun, pakan, Teripang, pelet

Page 47: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

27

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-11SINTASAN DAN PERTUMBUHAN TERIPANG HITAM (Holothuria atra) DENGAN KOMPOSISI PAKAN LAMUN DAN Spirulina YANG BERBEDA

Ahmad Fauzan Hakim, Lisa Fajar Indriana, Muhammad Firdaus* dan Mohammad FadjarBalai Bio Industri Laut LIPI

Teripang hitam Holothuria atra merupakan biota laut yang berpotensi sebagai bahan baku obat dan pangan fungsional. Untuk menyediakan bahan baku bagi industri secara massal dan berkelanjutan diperlukan pengembangan teknik budidaya secara menyeluruh. Penentuan jenis pakan yang tepat merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan budidaya. Lamun dan Spirulina merupakan bahan pakan yang telah digunakan pada beberapa jenis teripang sehingga berpotensi untuk diterapkan pada teripang hitam. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Bio Industri Laut (BBIL) LIPI, Nusa Tenggara Barat pada bulan Januari – April Tahun 2018. Teripang hitam yang digunakan merupakan stok alam yang diperoleh dari Pantai Penyambuhan, Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan berupa perbedaan komposisi lamun dan Spirulina yang terdiri atas perlakuan A (lamun 25% dan Spirulina 75%), B lamun 50% dan Spirulina 50%), C (lamun 75% dan Spirulina 25%) dan kontrol (lamun 100%). Pakan diberikan satu kali per hari sebanyak 2% biomassa. Hewan uji diperlihara dalam bak beton dengan sistem resirkulasi pada kepadatan 10 ekor/bak selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi lamun dan Spirulina yang digunakan sebagai pakan percobaan tidak berpengaruh secara nyata terhadap sintasan dan pertumbuhan teripang hitam (P<0.05). Pemberian pakan lamun dan Spirulina pada berbagai komposisi mampu menjaga teripang hitam tetap hidup dalam wadah pemeliharaan dengan sintasan mencapai 100% pada semua perlakuan meskipun secara umum terjadi penurunan bobot dengan kisaran 8.10-12.10% dibandingkan bobot awal. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa lamun dan Spirulina merupakan bahan pakan yang potensial untuk budidaya teripang hitam.

Kata kunci : Holothuria atra, lamun, pakan, pertumbuhan, sintasan, Spirulina

Page 48: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

28

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-12 PENGARUH PEMBERIAN PREBIOTIK MADU TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPONS IMUN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Widanarni*, Klaudia N. Seran, Sukenda dan Munti Yuhana* Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

Budidaya udang secara intensif masih menemui beberapa kendala seperti menurunnya kualitas lingkungan budidaya dan meningkatnya risiko serangan penyakit, khususnya penyakit mematikan akibat infeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian madu sebagai prebiotik terhadap kinerja pertumbuhan dan respons imun udang vaname yang diinfeksi WSSV. Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan, yang meliputi perlakuan K+ (tanpa prebiotik madu dan diinfeksi WSSV), K- (tanpa prebiotik madu dan tidak diinfeksi WSSV), dan prebiotik madu 0.25%; 0.5%; 0.75%; 1%. Udang vaname dengan bobot rata-rata 2.2±0.1 g dipelihara dengan kepadatan 15 ekor akuarium-1 (ukuran 60x25x50 cm3). Setelah pemeliharaan selama 30 hari, udang diuji tantang dengan filtrat virus WSSV sebanyak 0.1 ml ekor-1 yang diinjeksikan secara intramuskular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu yang digunakan dalam penelitian ini mengandung prebiotik frukto-oligosakarida (FOS), galakto-oligosakarida (GOS), dan inulin. Total bakteri usus dan performa pertumbuhan udang vaname setelah pemberian prebiotik madu lebih baik dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan kontrol. Jumlah asam asetat dan propionat pada perlakuan madu 0.75% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sementara jumlah asam butirat tertinggi diperoleh pada perlakuan 0.5%. Total haemocyte count (THC), respiratory burst (RB), phenoloxidase (PO), dan sintasan udang vaname yang diberi prebitok madu lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan, pemberian prebiotik madu 0.5% efektif meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV.

Kata kunci : madu, prebiotik, udang vaname, White Spot Syndrome Virus

Page 49: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

29

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-13 ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA PATIN PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus) DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

Jadmiko Darmawan* dan Evi Tahapari* Balai Riset Pemuliaan Ikan

Ikan patin PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus) adalah salah satu strain ikan patin siam hasil seleksi yang baru saja dirilis sebagai ikan budidaya unggul. Sebagai strain baru, penelitian tentang optimalisasi budidaya ikan patin PERKASA belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktifitas dan profitabilitas budidaya ikan patin PERKASA yang dibesarkan di bak beton pada skala komersial dengan padat penebaran yang berbeda. Penelitian dilakukan pada bulan September 2018 sampai dengan bulan Februari 2019, yang berlokasi di kolam percobaan Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Ikan patin PERKASA ukuran sekitar 4-5 inci dipelihara di bak beton berukuran 50 m2 dengan perlakuan kepadatan 15 ekor/m2 dan 30 ekor/m2, dengan tiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Pemeliharaan dilakukan hingga ukuran konsumsi (± 500 gram) dengan lama pemeliharaan selama 4 bulan. Data perbandingan laju pertumbuhan, sintasan, konversi pakan dan nilai bioekonomi antara kedua perlakuan dianalisis secara statistik menggunakan independent sample t-test pada tingkat kepercayaan 95% (P<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan patin PERKASA dengan kepadatan 30 ekor/m2 memiliki laju pertumbuhan spesifik (2,64 ± 0,05% bobot/hari), konversi pakan (1,12 ± 0,02) dan harga pokok produksi (Rp 11.241 ± 198) yang relatif sama, namun memberikan penerimaan (Rp 11.237.250 ± 514.249) dan keuntungan (Rp 2.820.458 ± 275.528) yang lebih besar dibandingkan dengan kepadatan 15 ekor/m2(2,86 ± 0,12% bobot/hari; 1,05 ± 0,05; Rp 11.363 ± 623; Rp 6.746.250 ± 914.198; dan Rp 1.656.943 ± 496.493). Tingkat produktivitas dan profitibilitas budidaya ikan patin PERKASA dengan target panen ukuran bobot rata-rata 500 gram/ekor, lebih optimal pada padat penebaran 30 ekor/m2 dibandingkan dengan padat penebaran 15 ekor/m2.

Kata kunci : kepadatan, patin PERKASA, produktivitas, dan profitibilitas

Page 50: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

30

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-14 FRAKSI Carica papaya TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK LELE DUMBO TERINFEKSI Edwardsiella tarda

Dyah Setyawati*, Sri Andayani dan Uun Yanuhar* Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Kelas I Surabaya II - Kementerian Kelautan dan Perikanan

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui jenis dan pengaruh senyawa aktif fraksi daun Carica papaya L terhadap respon imun non spesifik Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang terinfeksi Edwardsiella tarda secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2016. Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk penentuan dosis fraksi daun Carica papaya yang efektif terhadap peningkatan respon imun non spesifik Lele Dumbo yang terinfeksi Edwardsiella tarda. Rata – rata aktivitas fagositosis tertinggi pada perlakuan sebelum infeksi 34,33% dan setelah infeksi sebesar 40,33% terjadi pada perlakuan A (200 µl). Selain dipengaruhi oleh jumlah leukosit (neutrofil) pada jam ke- 48, aktivitas fagositosis juga dipengaruhi oleh dosis fraksi, hanya pada perlakuan B (300 µl) memiliki nilai terendah yaitu 33,33 % dan sedikit lebih tinggi pada perlakuan C (400 µl) yaitu 35%. Berdasarkan pengamatan maka jumlah frekuensi sel mikronuklei limfosit terbanyak pada perlakuan A yaitu 69,94±7,76 dibandingkan perlakuan B dan C juga kontrol. Fraksi daun Carica papaya L. mengandungsenyawa aktif triterpenoid dan dosis optimum penyuntikan fraksi sebesar 300 µl/ kg berat badan Lele dumbo dapat meningkatkan respon imun non spesifik Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang terinfeksi Edwardsiella tarda.

Kata kunci : fraksi, daun Carica papaya, Edwardsiella tarda, Lele Dumbo, respon imun non spesifik, triterpenoid

Page 51: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

31

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-15 ORGANISME PARASITIK YANG MENYERANG IKAN SIDAT (Anguilla sp.) PADA PERAIRAN DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN

Amrullah*, Eka Rosyida, Ardiansyah, Hartinah dan Wahidah* Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas organisme parasit yang menyerang ikan sidat (Anguilla sp.) pada perairan alami Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Sampel ikan sidat berukuran 183,04-71,51 gram diambil dari perairan alami Danau Tempe. Sampling dilakukan sebanyak 2 kali masing-masing sebanyak 30 ekor pada 3 stasiun. Keberadaaan parasit eksternal diamati dengan mengerok mukus dari seluruh tubuh ikan sidat, kemudian ditempatkan pada gelas objek dan ditetesi larutan fisiologis, ditutup dengan kaca penutup dan diamati menggunakan mikroskop binokuler pada perbesaran 400x. Hal yang sama juga dilakukan pada lembaran insang. Selanjutnya ikan dibedah dan dilakukan pengamatan parasit internal yang ada pada rongga tubuh dan saluran pencernaan. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan membuat ulasan dari isi saluran pencernaan. Setelah identifikasi, dilakukan perhitungan prevalensi dan intensitas parasit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parasit yang menyerang ikan sidat di danau Tempe terdiri atas parasit protozoa Trichodina sp., cacing Dactilogyrus sp., cacing Gyrodactilus sp., Cestoda Proteocephalus sp., crustacea Lernea sp. dan crustacea Argulus sp., Trichodina sp., Proteocephalus sp., Lernea sp. dan Argulus sp. menyerang ikan sidat dengan prevalensi tertinggi secara berurutan 50%, 33%, 27% dan 27%. Sedangkan parasit cestoda menyerang ikan sidat dengan intensitas tertinggi (34,2).

Kata kunci : Anguilla sp., Danau Tempe, intensitas, parasit, prevalensi, sidat

Page 52: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

32

PRESENTASI ORAL BDP B

Kembali

BB-16 UJI TANTANG Aeromonas hydrophila PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) YANG DIPUASAKAN SECARA PERIODIK

Andi Muhammad Ismail** Politeknik Negeri Jember

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemuasaan secara periodik terhadap daya tahan tubuh ikan gurami (Osphronemus gaouramy Lac.). Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Departemen Perikanan Budidaya di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur, Jawa Barat. Adapun waktu penelitiannya yaitu pada bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Metode penelitian pada perlakuan pemuasaan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yaitu P0 = kontrol, P1 = pemuasaan selang seling, P2 = pemuasaan 2 hari (senin dan kamis), P3 = pemuasaan 3 hari, dan P4 = pemuasaan 4 hari. Kemudian dilakukan uji tantang bakteri Aeromonas hydrophila dengan metode RAL Faktorial yaitu perlakuan pemuasaan dan waktu penyuntikan. Dengan waktu penyuntikan yaitu sebelum uji tantang (W0), 2 hari setelah uji tantang (W1), 5 hari setelah uji tantang (W2). Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu penyuntikan dan perlakuan pemuasaan maupun interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar hematokrit dan total eritrosit. Waktu penyuntikan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah monosit, limfosit dan neutrofil, sedangkan pemuasaan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap jumlah monosit dan limfosit dan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) pada jumlah neutrofil. Adapun interaksi antara waktu penyuntikan dan pemuasaan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah monosit, limfosit dan neutrofil ikan gurami. Berdasarkan nilai rata-rata kadar hematokrit, jumlah total eritrosit dan diferensial leukosit yang meliputi monosit, limfosit dan neutrofil ikan gurami yang dipuasakan secara periodik, disimpulkan bahwa pemuasaan selang seling (P1) merupakan perlakuan pemuasaan yang memiliki antibodi dan respon yang cukup baik dalam mempertahankan tubuh dari serangan benda asing atau penyakit.

Kata kunci : uji tantang, Aeromonas hydrophila, ikan gurami, pemuasaan

Page 53: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

33

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-01 DINAMIKA POPULASI Cherax quadricarinatus (von Martens, 1988) DI DANAU LIDO, JAWA BARAT

Agus A Hakim*, Ali Mashar, Taryono, Alimudin dan Yusli Wardiatno* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter dinamika populasi C. quadricarinatus di perairan Danau Lido, Jawa Barat. Sampel diambil dari perairan Danau Lido pada Bulan Februari hingga Mei 2018. Pendugaan parameter pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan metode ELEFAN I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin lobster air tawar adalah 1:1. Pola pertumbuhan lobster jantan adalah alometrik negatif, sedangkan lobster betina adalah alometrik positif. Distribusi frekuensi panjang karapas berkisar pada 9-11 hingga 75-77 mm. Nilai estimasi nilai L∞ jantan dan betina didapatkan sebesar 82,5 dan 80,5 mm, nilai k sebesar 0,22 dan 0,23. Nilai Lc lobster jantan dan betina masing-masing 37,92 mm dan 40,85 mm. Nilai laju eksploitasi lobster jantan dan betina masing-masing sebesar 0,1844 dan 0,5072. Pemanfaatan lobster adalah under-exploited pada jantan dan over-exploited pada betina.

Kata kunci : Cherax quadricarinatus, dinamika populasi, Lido, lobster, over-exploited

Page 54: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

34

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-02 KAJIAN STOK IKAN PEPETEK (Leiognathus splendens Cuvier, 1829) DI PERAIRAN SELAT SUNDA, BANTEN

Dwi Septyowati*, Mennofatria Boer dan Luky Adrianto* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kondisi stok ikan pepetek (Leiognathus splendens) di Perairan Selat Sunda, Banten untuk dijadikan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan pepetek agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Oktober 2018 dengan selang waktu pengambilan contoh satu bulan pada periode bulan gelap di lokasi pendaratan ikan di PPP Labuan, Banten, Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengambilan sampel ikan yang ditangkap oleh nelayan dan telah didaratkan di PPP Labuan Banten. Sampel ikan diperoleh dengan metode Penarikan Contoh Acak Berlapis (PCAB). Data sekunder yang diperoleh berupa data produksi hasil tangkapan ikan pepetek yang didaratkan di PPP Labuan Banten yang diperoleh dari laporan tahunan statistik perikanan tangkap PPP Labuan Banten tahun 2011 hingga 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin ikan pepetek adalah 1:0,65. Pola pertumbuhan ikan pepetek jantan adalah alometrik negatif, sedangkan ikan pepetek betina adalah alometrik negatif. Distribusi frekuensi panjang berkisar pada 81-211 mm. Nilai estimasi L∞ pada ikan pepetek jantan dan betina didapatkan 224 mm dan 290 mm dan nilai K sebesar 0.51 dan 0.51. Nilai Lc ikan pepetek jantan dan betina masing-masing sebesar 134,41 mm dan 150,92 mm. Nilai laju eksploitasi ikan pepetek jantan dan betina masing-masing sebesar 0.7865 dan 0.6853. Pemanfaatan pada ikan pepetek jantan dan betina adalah over-exploited.

Kata kunci : Ikan pepetek, kajian stok, Selat Sunda

Page 55: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

35

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-03 STATUS POPULASI IKAN ENDEMIK IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DI HABITAT INTRODUKSI DI TELUK GILIMANUK, BALI

Sasanti Retno Suharti, Ucu Yanu Arbi*, Suratno, Marenda Pandu Rizqi dan Rikardo Huwae* Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

Ikan capungan Banggai (Pterapogon kauderni) diketahui sebagai ikan endemik di perairan Kepulauan Banggai. Salah satu wilayah yang menjadi lokasi baru sebaran populasi ikan capungan Banggai di Indonesia adalah perairan Gilimanuk, Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status populasi ikan capungan Banggai di habitat introduksi di wilayah perairan Teluk Gilimanuk. Penelitian tentang status populasi ikan capungan Banggai dilakukan di perairan Teluk Gilimanuk pada bulan Maret 2018. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah modifikasi dari metode Belt Transect. Metode ini dilakukan dengan bantuan peralatan selam SCUBA pada sembilan lokasi penyelaman. Pengamatan dilakukan pada transek sepanjang 20 meter dengan area bidang pengamatan 2,5 meter ke arah kanan dan kiri garis transek, kemudian diulang sebanyak enam kali ulangan pada setiap lokasi. Ditemukan sebanyak 1115 individu ikan capungan Banggai dengan kepadatan 0,206 individu/m2 yang terdiri dari 0,09 individu/m2 juvenil (TL < 2 cm), 0,071 individu/m2 remaja (TL 2 – 3,5 cm) dan 0,045 individu/m2 dewasa (TL > 3,5 cm). Ikan ditemukan pada kedalaman 0,5 – 8 meter, dan secara umum ditemukan pada kedalaman rata-rata 1 – 1,5 meter pada substrat berpasir. Sebagian besar ikan berasosiasi dengan bulu babi Diadema setosum (93,35%) sebagian kecil berasosiasi dengan anemon (0,16%), karang keras (1,8%), spons (1,51%) dan vegetasi lamun (2,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan capungan Banggai dapat berkembang biak dengan cukup baik di habitat introduksi perairan Teluk Gilimanuk. Sebagai ikan introduksi, sebaiknya dilakukan pengamatan secara berkala untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan terhadap habitat baru tersebut.

Kata kunci : Ikan capungan Banggai, Pterapogon kauderni, Habitat Introduksi, Teluk Gilimanuk

Page 56: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

36

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-04 BIOMASS APPROACH AND THE ABUNDANCE OF PHYTOPLANKTON ON PRODUCTIVITY OF DANAU PANGGANG PEATLAND INDONESIA

Dini Sofarini*, Endang Yuli Herawati, Mohammad Mahmudi, Asus Maizar Suryanto Hertika dan Muhammad Amin* Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Information about the potential and utilization of fish resources and biodiversity in the Danau Panggang Peatland area (DPP) is still limited. Though the information is the most important component in the management of fisheries resources in freshwaters, especially peat swamps. Therefore, research in the DPP was carried out with the aim to determine the productivity of the waters using the approach of biomass and plankton abundance. The study was conducted from July 2017 to June 2018 at four sampling stations namely Settlement Station (PM), Non-Activity Station (TA), Pasture Station and Kalang Kerbau (PK), and Reservaat Station (RV). The data retrieval method used was the Method of SNI 06-2421-1991, where phytoplankton samples were carried out every month for twelve months. Phytoplankton samples were identified, determined by genus and their abundance calculated. To calculate the phytoplankton biomass, the biovolume method was used. Furthermore, analyzing the relationship between abundance and phytoplankton biomass to determine the waters productivity of Danau Panggang Peatland (DPP). The highest composition of phytoplankton was Chrysophyta 48.50%, followed by Chlorophyta 40.24% and Cyanophyta 11.26%. Reservaat Station (RV) was a station with the highest phytoplankton biomass and abundance among other stations. The total abundance of phytoplankton ranged from 0.459 (± 0.336) - 1.658 (± 2.123) x106 cells l-1. The biomass concentration ranged from 37.56 (± 25.84) - 124.83 (± 89.96) mg m-3. The relationship between biomass and phytoplankton abundance is positively correlated with the coefficient of determination (R2) of 0.7582. From the research that has been carried out based on the production potential seen from the approach of biomass and phytoplankton abundance, the waters of the DPP belong to the productive category.

Kata kunci : Abundance, Biomass, DPP, Phytoplankton, Productivity

Page 57: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

37

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-05 STUDI PENDAHULUAN: PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN ENDEMIK Telmatherina prognatha DI DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN

Andi Chadijah*, Sulistiono, Gadis Sri Haryani, Ridwan Affandi dan Ali Mashar* Jurusan Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah, Makassar

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan dan reproduksi ikan T. prognatha sebagai informasi dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Danau Matano. Penelitian dilakukan selama 6 bulan, Maret-Agustus 2018 di Danau Matano pada enam lokasi sampling. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jaring berukuran panjang 30 m, lebar 2 m dengan mesh size 0,5 inchi. Ikan yang tertangkap diukur panjang total dan bobotnya untuk kemudian dianalisis pertumbuhan dan reproduksinya. Jumlah T. prognatha tertangkap di D. Matano sebanyak 483 jantan; 370 betina dengan kisaran PT yaitu 36,45–64,09 mm rata-rata 51,73 mm ikan jantan. Ikan betina berkisar 32,93–66,20 mm dengan rata-rata 49,81 mm. Pola pertumbuhan bersifat allometrik. Kisaran FK relatif masing-masing 0,9864 dan 1,0121. Nisbah kelamin 1:1. Ukuran PT ikan jantan dan betina peluang 50% matang gonad yaitu 54,3 mm dan 53,4 mm. Nilai rata-rata IKG jantan yaitu 2,1597; IKG rata-rata betina yaitu 4,1855. Rata-rata fekunditas ikan T. prognatha 178 butir. Pola pertumbuhan ikan T.prognatha bersifat allometrik. Persamaan pertumbuhan ikan jantan Lt=70,85[1-e-1,4(t+0,14)]; ikan betina Lt=69,44[1-e-0,54(t+0,46)]. Nisbah kelamin diperoleh 1:1. Ukuran PT ikan jantan dan betina matang gonad peluang 50% masing-masing yaitu 54,3 mm dan 53,4 mm. Fekunditas ikan T. prognatha berkisar 103-299 butir dengan rata-rata 178 butir (TKG IV).

Kata kunci : Ikan endemik, Pertumbuhan, Reproduksi, Telmatherina prognatha

Page 58: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

38

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-06 PERFORMA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI Parachromis managuensis GUNTHER 1867 DI WADUK JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG

Titin Herawati, Azza Dwi Septian*, Ibnu Bangkit Bioshina Suryadi dan Walim Lili* Alumni Universitas Padjajaran, Bandung

Riset ini bertujuan untuk menganalisis performa pertumbuhan dan reproduksi ikan jaguar yang berpotensi menginvasi spesies lain di Waduk Jatigede. Riset dilakukan pada bulan Mei 2018 hingga September 2018. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling di perairan sekitar koordinat 6o56’10”LS 108o5’37”BT (Desa Wado), hingga 6o55’28”LS 108o5’25”BT (Desa Sukamenak). Hasil riset dari 55 ekor ikan jaguar yang terdiri dari 36 ekor jantan dan 19 ekor betina menunjukkan hubungan panjang bobot yang bersifat allometrik positif dengan nilai b sebesar 3,038 dan nilai regresi sebesar 84,9%. Faktor Kondisi berkisar antara 1,804 hingga 2,688. Nisbah kelamin dalam keadaan tidak seimbang dengan tingkat kematangan gonad pada ikan di level II hingga IV. Fekunditasnya berkisar antara 2.584 – 5.464 butir dengan diameter telur berkisar antara 117-192 µm. Pola pemijahan bersifat total spawner dengan siklus pemijahan setiap 29 hari sekali. Berdasarkan aspek pertumbuhan, reproduksi dan sifatnya, ikan jaguar termasuk golongan ikan invasif dan berpotensi menginvasi perairan Waduk Jatigede.

Kata kunci : ikan jaguar, invasif, pertumbuhan, reproduksi, total spawner, Waduk Jatigede

Page 59: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

39

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-07BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepi CUVIER, 1833) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

Alya Maulidina*, Rahmat Kurnia dan Nurlisa A. Butet* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek reproduksi ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) yang didaratkan di PPP Labuan meliputi rasio kelamin, hubungan panjang dan bobot, faktor kondisi, ukuran pertama kali matang gonad, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, diameter telur, dan pola pemijahan ikan selar kuning. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2018 dengan selang waktu pengambilan contoh selama 1 bulan. Pengambilan ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS). Rasio kelamin ikan selar kuning yang didaratkan di PPP Labuan, Banten berada dalam kondisi seimbang. Pola pertumbuhan ikan selar kuning yaitu isometrik. Ikan selar kuning betina lebih cepat matang gonad daripada ikan selar kuning jantan. Nilai indeks kematangan gonad ikan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad. Potensi reproduksi ikan selar kuning berkisar antara 4.352-13.560 butir telur dengan tipe pemijahan partial spawner. Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Agustus-September.

Kata kunci : ikan selar kuning, hubungan panjang dan bobot, PPP Labuan, reproduksi, tingkat kematangan gonad

Page 60: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

40

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-08 BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KURISI (Nemipterus bathybius Snyder, 1911) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

Vio Egidia Aldis*, Rahmat Kurnia dan Ali Mashar* Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek biologi reproduksi ikan kurisi (Nemipterus bathybius) yang diantaranya adalah pola pemijahan, faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kemataangan gonad, indeks kematangan gonad, dan diameter telur berdasarkan data ikan kurisi yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Oktober 2018. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Pengumpulan data primer yang dilakukan adalah pengambilan ikan contoh secara langsung di TPI sebagai hasil tangkapan nelayan dan analisis lab yang meliputi pengukuran panjang dan bobot, pengambilan gonad, penentuan TKG, perhitungan fekunditas, dan pengukuran diameter telur. Ikan kurisi contoh diambil dengan metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS). Frekuensi panjang dominan ikan kurisi jantan pada selang kelas 184-204 mm dan betina pada selang kelas 163-183 mm. Pola pertumbuhan ikan kurisi adalah allometrik negatif. Faktor kondisi ikan kurisi betina tertinggi terdapat pada selang kelas 205 mm-225 mm dan jantan pada selang kelas 247 mm-267 mm. Nisbah kelamin ikan kurisi adalah 1:1. Ikan kurisi betina matang gonad paling banyak terdapat pada bulan Juni. Nilai IKG tertinggi terletak pada bulan Juni. Fekunditas ikan kurisi yaitu 15439 butir. Diameter telur memiliki nilai modus tertinggi pada selang kelas 0,32-0,353 mm. Ikan kurisi memiliki tipe pemijahan total spawner karena hanya memiliki satu nilai modus tertinggi

Kata kunci : biologi reproduksi, Nemipterus bathybius, PPP Labuan

Page 61: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

41

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-09 KERAGAMAN MORFOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man 1888) DI PERAIRAN UTARA DAN SELATAN JAWA

Metachul Kusna*, Fajar Basuki dan Suradi W. Saputra* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang

Udang Jerbung (Penaeus merguiensis de Man 1888) merupakan salah satu jenis udang penaeid yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memiliki banyak kelebihan untuk dibudidayakan. Jarak genetik yang memiliki kekerabatan terdekat adalah udang jerbung yang berasal dari Semarang dan Lamongan dan kekerabatan terjauh adalah udang jerbung yang berasal dari Sukabumi dan Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak genetik udang jerbung yang berasal dari perairan utara jawa yaitu perairan semarang dan Lamongan sedangkan Perairan Selatan Jawa yaitu perairan Sukabumi dan Purworejo. Pengukuran secara morfometrik menggunakan 26 karakter morfologi. Principle Componen Analysis (PCA) dan Discriminant Analysis digunakan untuk mengetahui keragaman morfologi antar ke empat populasi udang Jerbung.Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi udang jerbung yang berasal dari Semarang dan Lamongan (Perairan Utara Jawa) berbeda dengan udang jerbung yang berasal dari Sukabumi dan Purworejo (Perairan Selatan Jawa). Analisis Kluster menunjukkan terbentuknya dua kluster utama yang mana kluster pertama merupakan gabungan antara udang jerbung yang berasal dari Sukabumi dan Purworejo sedangkan kluster lainnya adalah udang jerbung yang berasal dari Semarang dan Purworejo.

Kata kunci : jarak genetik, morfometrik, Perairan Utara dan Selatan Jawa, udang jerbung

Page 62: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

42

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-10 POLA PERTUMBUHAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei RISSO, 1810) DI SAMUDRA HINDIA BAGIAN TIMUR (BARAT SUMATRA)

Roy Kurniawan*, Irwan Jatmiko dan Prawira A.R.P. Tampubolon* Loka Penelitian Perikanan Tuna

Laju pemanfaatan ikan tongkol lisong yang tidak terkontrol dapat mengganggu kelestarian populasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tongkol lisong di Samudra Hindia bagian timur melalui pendekatan hubungan panjang bobotnya. Penelitian ini dimulai sejak April 2015 – Februari 2016. Sebanyak 4.241 tongkol lisong yang dikumpulkan oleh enumerator lapangan dari bulan April 2015 – Februari 2016 dicatat panjang cagak dan bobotnya. Parameter populasi Linf dan K dihitung dengan analisis Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN) dalam program R statistics dengan paket “TropFishR”. Parameter biologi dari analisis hubungan panjang bobot menunjukkan persamaan W=0,1004FL2,4149. Pertumbuhan tongkol lisong di perairan Samudra Hindia bagian timur bersifat allometrik negatif. Panjang asimtotik tongkol lisong yang diperoleh adalah 30 cm dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,3 per tahun. Pertumbuhan tongkol lisong bersifat allometrik negatif dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan bobotnya. Panjang asimtotik tongkol lisong di perairan Samudra Hindia bagian timur (30 cm) relatif lebih pendek daripada spesies yang sama di perairan lainnya.

Kata kunci : allometrik negatif, ELEFAN, pertumbuhan, Samudra Hindia, tongkol lisong

Page 63: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

43

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-11 HUBUNGAN PANJANG BERAT DAN FAKTOR KONDISI IKAN FAMILI CYPRINIDAE DARI DANAU LUBUK SIAM (OXBOW LAKE) PROVINSI RIAU

Muhammad Fauzi*, Nur El Fajri, Eni Sumiarsih dan Adriman* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pertumbuhan dan faktor kondisi tiga spesies ikan dari Famili Cyprinidae di danau tapal kuda (oxbow lake) Provinsi Riau yaitu; Thynnichthys thynnoides, Osteochilus hasselti, dan Hampala macrolepidota. Ikan sampel adalah hasil tangkapan nelayan pada danau tersebut, sampling dilakukan pada Mei – Juli 2018. Penelitian dilakukan mengunakan metode survei, lokasi penelitian ditempatkan secara porpusive sampling. Ikan sampel adalah hasil tangkapan nelayan yang menggunakan jaring ingsang yang direntang selama 10 jam. Pengukuran panjang dan berat 50 – 100 ekor ikan pada masing-masing spesies dianalisis dengan Linear Allometric Model (LAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga spesies mempunyai pola pertumbuhan allometrik negatif. Faktor kondisi berturut yaitu H. marolepidota 1,002; O. hasselti 1,13 dan T. thynnoides 1,28. Ini menunjukkan bahwa Danau Lubuk Siam masih dalam kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan famili Cyprinidae tersebut.

Kata kunci : allometrik, danau tapal kuda, Hampala macrolepidota, Osteochilus hasselti, Thynnichthys thynnoides

Page 64: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

44

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-12 KAJIAN MORFOMETRIK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816) di WPP NRI 712

Zairion, Ali Mashar, Hawis H. Madduppa, Yusli Wardiatno, Nurlisa A Butet, Agus Alim Hakim dan Denanda Febry Kurniavandi** Institut Pertanian Bogor

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaman morfometrik ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 712 yang meliputi perairan Laut Cirebon, Pulau Lancang, dan Selat Madura berdasarkan karakteristik morfologi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Desember 2018. Sebanyak 333 contoh ikan kembung diambil dari tiga lokasi penelitian menggunakan teknik pengambilan contoh acak sederhana (PCAS). Pengukuran karakter morfometrik ikan kembung dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode baku dan truss network analysis. Adapun analisis data yang digunakan meliputi hubungan panjang bobot, analisis kluster, pembandingan karakter morfometrik, serta analisis diskriminan. Ikan kembung yang berasal dari ketiga lokasi penelitian memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif. Ikan kembung yang berasal dari perairan Cirebon dan Pulau Lancang memiliki kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan ikan kembung yang berasal dari perairan Madura. Terdapat 10 dari 13 karakter pada metode baku yang menjadi karakter pembeda dalam pengelompokkan populasi ikan kembung, sedangkan pada metode truss network analysis terdapat 32 dari 34 karakter pembeda. Ikan kembung lelaki yang berasal dari perairan Cirebon, Pulau Lancang, dan Madura memiliki karakter morfometrik yang berbeda-beda, sehingga terdapat potensi adanya lebih dari satu struktur stok ikan kembung lelaki di WPP NRI 712.

Kata kunci : Lingkungan, morfometrik, Rastrelliger kanagurta, Stok, WPP NRI 712

Page 65: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

45

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-13 KAJIAN POTENSI VEGETASI MANGROVE KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

Suparjo Razasli Carong*, Andi Arham Atjo, Amran Saru dan Sharifuddin Bin Andy Omar* Alumni Universitas Gadjah Mada

Penurunan kuantitas ekosistem hutan mangrove tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap vegetasi mangrove, keseimbangan ekosistem pesisir, dan masyarakat yang bermukim di wilayah kepesisiran (coastal area). Penelitian ini berjudul “Kajian Potensi Vegetasi Mangrove Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi vegetasi mangrove terkini di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2018 di Pantai Mampie, Kecamatan Wonomulyo. Penentuannya dengan pertimbangan bahwa kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai vegetasi mangrove yang luas di Kabupaten Polewali Mandar. Metode yang digunakan dalam penentuan plot adalah stratified proportionate random sampling. Plot yang digunakan sebanyak 25 buah dengan ukuran 20x20 m. Analisis data dilakukan dengan analisis data vegetasi (ANVEG), Untuk menunjang pemahaman terhadap vegetasi diperlukan variabel-variabel terukur diantaranya kerapatan/kepadatan, frekuensi, Luas Penutupan (DBH)/ Dominansi dan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan terdapat 4 jenis vegetasi mangrove. Adapun jenis vegetasi yang ditemukan pada titik pengamatan untuk kategori pohon adalah Avicennia marina, Lumnitzera racemosa, Rhizopora stylosa, dan Scyphiphora hydrophyllacea. Vegetasi mangrove jenis Avicennia marina sangat dominan pada areal penelitian. Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa kawasan hutan mangrove di Pantai Mampie hanya menyisakan beberapa jenis mangrove saja, yang paling mendominasi adalah Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Indeks Nilai Penting dari 3 kagetori pertumbuhan (seedling, sapling, dan trees) tertinggi adalah Avicennia marina (Forsk.) Vierh. atau masyarakat lokal menyebutnya dengan nama Api-api.

Kata kunci : Ekosistem pesisir, mangrove, Pantai Mampie, vegetasi

Page 66: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

46

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-14 STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN PERTAMA MATANG GONAD LAYANG DELES (Decapterus macrosoma) DI SELAT BALI

Prawira A. R. P. Tampubolon* dan Bram Setyadji* Loka Penelitian Perikanan Tuna

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan struktur ukuran dan ukuran pertama kali matang gonad ikan layang deles di perairan Selat Bali. Penelitian berlangsung di Selat Bali, selama enam bulan sejak Juli hingga Desember 2018. Ikan layang yang tertangkap diidentifikasi terlebih dahulu untuk membedakannya jenis layang deles dengan ikan layang yang lain. Ikan kemudian diukur panjang cagaknya menggunakan pengukur berketelitian 0,1 cm dan ditimbang bobotnya menggunakan timbangan berketelitian 0,1 gram. Penentuan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan diamati secara visual. Ukuran pertama kali matang gonad dianalis menggunakan metode logistik. Perikanan pelagis kecil merupakan salah satu komoditas perikanan yang paling melimpah di perairan Selat Bali. Salah satu jenis ikan pelagis kecil yang paling banyak tertangkap di perairan Selat Bali adalah ikan layang deles. Pada penelitian ini, ikan yang dianalisis berjumlah 1.447 ekor ikan yang ukurannya tersebar antara 12 cmFL hingga 23 cmFL. Pola pertumbuhan ikan layang deles di perairan Selat Bali adalah allometrik positif. Ukuran pertama kali matang gonad ikan layang deles jantan dan betina adalah 16,02 dan 15,96 cmFL secara berurutan. Ukuran ikan layang deles memusat pada kisaran panjang 20-21 cmFL. Berdasarkan ukurannya, ikan layang deles betina matang terlebih dahulu daripada ikan jantan.

Kata kunci : layang deles, matang gonad, pelagis kecil, Selat Bali, struktur ukuran

Page 67: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

47

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-15 ANALISIS HUBUNGAN NITRAT DAN FOSFAT TERHADAP KOMUNITAS FITOPLANKTON DI TAMBAK BANDENG SECARA TRADISIONAL

Endang Yuli Herawati*, Anik Martinah H, Qurrota A’yunin dan Ruly Isfatul * Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan nitrat dan fosfat perairan terhadap komunitas fitopkankton di perairan tambak bandeng secara tradisional. Penelitian ini dilaksanakan di Sedati Sidoarjo Jawa Timur bulan April-Mei 2018. Metode yang digunakan metode deskriptif dengan analisa data menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara nitrat dan fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton. Penelitian dilakukan pada 2 tambak, pada inlet dan outlet. Hasil penelitian didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,98. Kandungan Nitrat 0,03 - 0,069 mg/L dan fosfat 0,0276–0,0549 mg/L. Kelimpahan fitoplankton 3814 - 4197 sel/ml. Fitoplankton yang ditemukan ada 3 divisi yaitu Chlorophyta 54%, Chrysophyta 32% dan Cyanophyta 13%. Data kualitas air secara fisika dan kimia selama penelitian suhu 27,9-34,9°C , kecerahan 19–26 cm , pH 7,31-8,41, Oksigen terlarut 6,04 -11,15 mg/L, salinitas 3,3-13,2 ppt dan Alkalinitas 140-260 mg/L. Berdasarkan kelimpahan fitoplankton, perairan tambak bandeng tradisional di Sidoarjo tergolong perairan yang memiliki tingkat kesuburan perairan mesotrofik. Berdasarkan kualitas air dan kelimpahan fitoplankton yang diperoleh mengartikan secara umum kualitas air tambak bandeng tradisional Sedati Sidoarjo tergolong baik untuk pertumbuhan fitoplankton.

Kata kunci : nitrat, fosfat, komunitas fitoplankton, tambak tradisional

Page 68: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

48

PRESENTASI ORAL MSP A

Kembali

MA-16 STUDI TINGKAH LAKU DAN RESPON IKAN MAS (Cyprinus carpio) TERHADAP FREKUENSI AKUSTIK PADA SKALA LABORATORIUM

Alayya Eka Putri*, Moh Bayu Aji Samudro, Fendiawan Adams dan Aristi Dian Purnama Fitri* Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Diponegoro

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkah laku dan respon ikan Mas (Cyprinus carpio) terhadap gelombang frekuensi akustik dengan frekuensi yang berbeda. Manfaat penelitian sebagai manfaat praktis untuk mengumpulkan Cyprinus carpio pada kolam budidaya agar efektif saat memberikan pakan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Maret sampai dengan 12 April 2019. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan indikator pengamatan tingkah laku dan respon Cyprinus carpio baik jumlah maupun waktu terhadap sumber akustik. Perlakuan diujicobakan di aquarium berukuran (120 x 50 x 50)cm. Cyprinus carpio yang digunakan sebagai obyek pengamatan berjumlah 10 ekor dengan ukuran 13 cm dengan variabel frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 750 Hz dan 1000 Hz. Sumber frekuensi akustik dari speaker aktif. Analisis data statistik yang digunakan adalah anova. Didapatkan hasil bahwa tingkah laku Cyprinus carpio pada saat frekuensi 750 Hz dan 1000 Hz lebih cepat mendekati sumber akustik dibandingkan frekuensi 250 Hz dan 500 Hz. Respon ikan Cyprinus carpio pada saat frekuensi 250 Hz dan 500 Hz belum ada yang mendekati sumber akustik, frekuensi 500 Hz terdapat 4 dari 10 ekor yang mendekati sumber akustik, dan frekuensi 1000 Hz terdapat 8 dari 10 ekor yang mendekati sumber akustik. Terdapat perbedaan (sign < 0,05) yang menunjukan bahwa adanya respon Cyprinus carpio dengan perlakuan frekuensi yang berbeda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya tingkah laku dan respon ikan Cyprinus carpio terhadap frekuensi yang berbeda.

Kata kunci : Frekuensi akustik, Ikan mas (Cyprinus carpio), Respon, Tingkah laku

Page 69: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

49

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-01UJI EFEKTIVITAS PASTA BIJI KELOR (Moringa oleifera) DALAM PENGENDALIAN AIR YANG TERCEMAR LIMBAH DETERJEN

Ariesia Ayuning Gemaputri*, Nurkholis dan Sutrisni* Politeknik Negeri Jember

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pasta biji kelor (Moringa oleifera) sebagai agen koagulan untuk menurunkan kadar surfaktan pada air yang tercemar limbah deterjen. Jangka waktu penelitian selama kurang lebih 4 bulan dari bulan 22 Oktober sampai dengan 1 Januari. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan P1 = pasta biji kelor (50 ppm), P2 = pasta biji kelor (100 ppm), P3 = pasta biji kelor (150 ppm), P4 = pasta biji kelor (200 ppm), dan di ulang sebanyak 3 kali. Penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pasta biji kelor berpengaruh nyata dapat menurunkan kadar surfaktan pada air yang tercemar limbah deterjen. Penurunan kadar surfaktan yang disebabkan oleh biji kelor terlihat pada perlakuan P4 yaitu pada konsentrasi 200 ppm yaitu mengalami penurunan hingga 0,9848 ppm dengan konsetrasi awal surfaktan 3 ppm diikuti dengan perlakuan P3 dengan penurunan kadar surfaktan 1,1721 ppm, P2 dengan penurunan kadar surfaktan 1,4392 ppm, dan P1 dapat menurunkan kadar surfaktan sebesar 1,608 ppm. Penggunaan pasta biji kelor dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata dapat menurunkan kadar surfaktan dari kadar maksimal baku mutu industri pada air yang tercemar limbah deterjen.

Kata kunci : deterjen, pasta biji kelor, surfaktan

Page 70: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

50

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-02 PENDUGAAN STATUS PENCEMARAN PANTAI SELATAN JAWA TIMUR BERDASARKAN INDEX POLUSI (IP)

Asus Maizar Suryanto Hertika*, Kusriani, Erlinda indrayani dan Reza Adhitama* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Tujuan penelitian adalah menganalisis parameter fisika kimia perairan pada tiga stasiun pengamatan, yaitu Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang, Pantai Indah Popoh Kabupaten Tulung Agung, dan Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek. Menganalisis persentase parameter kualitas air di pantai Selatan Jawa Timur yang tidak memenuhi standar baku mutu, serta menduga status pencemaran berdasarkan nilai index polusi (IP). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2018 Metode penelitian adalah deskriptif. Kualitas air yang diukur yaitu suhu, TSS, salinitas, pH, amoniak, DO, fenol, BOD dan logam berat Pb, Cd dan Hg. Jumlah total data yang diambil dari dua kali ulangan pengambilan adalah 198 unit data. Data selanjutnya dihitung nilai persentase kesesuaiannya terhadap standar baku mutu menurut Kepmen LH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut, dan dihitung juga nilai index pencemaran untuk menilai satus pencemarannya pada masing-masing stasiun. Hasil penelitian menunjukkan debit pemberi pencemar terbesar pada 3 stasiun pengamatan adalah amonia, fenol, BOD dan logam berat Hg. Parameter tersebut sebagian besar tidak memenuhi standar baku mutu. Parameter suhu, pH, salinitas, TSS, DO, logam berat Pb dan Cd sebagian besar masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Persentase parameter yang melewati standar baku pada 3 stasiun pengamatan terdiri dari 9% amoniak, 7,1% fenol, 8,2% BOD, 5,5% logam berat Hg, dan 3% salinitas. Hasil perhitungan nilai IP berkisar antara 9,8 - 12,5. Bersadarkan hasil penelitian kondisi perairan pada ketiga stasiun pengamatan di pantai Selatan Jawa Timur menujukkan kategori kondisi tercemar sedang sampai berat berdasarkan perhitungan nilai index polusi, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi beban limbah dalam rangka untuk menurunkan persentase tingkat pencemaran beberapa parameter yang telah diatas ambang baku mutu.

Kata kunci : Index polusi, kualitas air

Page 71: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

51

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-03 ANALISIS KELAYAKAN SUNGAI SENI KOBEREH SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK EKOWISATA PERAIRAN DI DISTRIK MARE KABUPATEN MAYBRAT

Yulianus Hara, Nurhani Widiastuti* dan Selvi Tebaiy* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Sungai Seni Kobereh di Distrik Mare Kabupaten Maybrat memiliki keunikan-keunikan tersendiri sehingga tempat tersebut berpotensi menjadi kawasan ekowisata perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelayakan Sungai Seni Kobereh untuk dikembangkan menjadi tersebut menjadi ODTW. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Seni Kobereh Distrik Mare Selatan Kabupaten Maybrat. Pengambilan data di lapangan akan dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2018. Variabel yang dianalisis pada penelitian ini mengacu pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA Tahun 2003. Adapun komponen yang dinilai adalah daya tarik, aksesibilitas, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk setiap komponen berbeda-beda. Komponen daya tarik menunjukkan kawasan Sungai Seni Kobereh sangat berpotensi serta layak dengan perolehan nilai 1050. Aksebilitas dinyatakan belum layak dengan perolehan nilai 425 karena faktor kondisi jalan yang tidak kondusif . Akomodasi dengan capaian nilai 60 dinyatakan tidak layak karena di daerah wisata Sungai Seni Kobereh belum ada penginapan yang memadai. Demikian pula sarana dan prasarana penunjang dinyatakan belum layak dan mendapatkan skor 180. Seperti umumnya objek daerah wisata yang ada di Tanah Papua, komponen daya tarik umumnya memiliki nilai yang tinggi tetapi komponen lain rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dibutuhkan komitmen tinggi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk pengembangan suatu ODTW di Tanah Papua, secara khusus di Distrik Mare.

Kata kunci : Distrik Mare, ekowisata perairan, kelayakan ODTW, Sungai Seni Kobereh

Page 72: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

52

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-04 PENGARUH KEPITING BIOLA (Uca sp.) TERHADAP C/N RASIO DAN POTENSIAL REDOKS SEDIMEN MANGROVE

Mulyanto** Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Tujuan penelitian adalah menganalisis (1) struktur komunitas kepiting biola (2) pengaruh kepiting biola terhadap C/N rasio dan potensial redoks sedimen mangrove. Penelitian dilakukan di kawasan mangrove Ketapang, Probolinggo, pada bulan September sampai November 2018. Sampel kepiting biola diambil pada waktu surut di 4 stasiun (20 transek berukuran 1 m²). Data kepiting biola diidentifikasi dan dihitung dari hasil penggalian sedimen. Sampel sedimen diambil dari dinding liang kepiting biola (permukaan dan kedalaman 20 cm), dasar liang (kedalaman 40 cm) dan di lokasi yang tidak dihuni oleh organisme tersebut (kedalaman sama). Sedimen dianalisis C/N rasio dan potensial redoksnya. Hasil dari penelitian ini adalah struktur komunitas kepiting biola U. triangularis (2-6 ind/m²), U. paradussumieri (1-3 ind/m²), U. perplexa (14-32 ind/m²), U. dussumieri (12-27 ind/m²), U. tetragonon (3-6 ind/m²). C/N rasio sedimen yang dihuni oleh kepiting biola 6-14 (rata-rata di permukaan dan kedalaman 20 cm 9, di kedalaman 40 cm 12), yang tidak dihuni oleh kepiting biola 14-20. Potensial redoks (Eh) sedimen yang dihuni oleh kepiting biola positif 0,68 - 0,87 mV (kondisi oksidasi), yang tidak dihuni oleh kepiting biola negatif 0,65 mV (kondisi reduksi). Kesimpulan (1) kepiting biola yang dominan adalah U.perplexa dan U. dussumieri, (2) C/N rasio sedimen yang dihuni oleh kepiting biola lebih kecil dibandingkan yang tidak dihuni oleh organisme tersebut, berarti bahan organik akan lebih mudah terdekomposisi, (3) proses dekomposisi bahan organik tersebut bersifat aerobik (Eh positif), dan hasilnya tidak bersifat racun.

Kata kunci : kepiting biola, C/N rasio, potensial redoks

Page 73: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

53

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-05 KERAGAMAN DAN KEPADATAN FAUNA ECHINODERMATA DI PERAIRAN LIANG DAN SULI, PULAU AMBON, MALUKU

Abdul Wahab Radjab** Pusat Penelitian Laut Dalam Ambon - LIPI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman dan kepadatan fauna echinodermata di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - September 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel dilakukan dengan metode transek kuadrat dan koleksi bebas pada dua lokasi yang terdapat fauna echinodermata. Hasil penelitian menunjukan bahwa echinodermata yang dijumpai berjumlah 19 jenis, dari 9 genus, 8 famili, 6 ordo, dan 4 kelas. Sedangkan kepadatan echinodermata (ind/m2) berdasarkan kelas pada perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku tertinggi pada kelas Echinoidea sebesar 0.01 ind/m2 yang didominasi habitat pasir yang ditumbuhi lamun di perairan Suli dan terendah pada kelas Holothuroidea sebesar 0,00 ind/m2 yang didominasi oleh habitat pasir yang ditumbuhi alge di perairan Liang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa echinodermata pada kegiatan transek dan koleksi bebas yang dilakukan pada daerah pasang surut di perairan Liang dan Suli, Pulau Ambon, Maluku nilai keragaman dan kepadatan yang tinggi dijumpai pada perairan Liang sedangkan nilai sebaran dan nilai dominasi yang tinggi dijumpai pada perairan Suli.

Kata kunci : Ambon, fauna echinodermata, keragaman, kepadatan, Maluku, perairan Liang dan Suli

Page 74: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

54

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-06 STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI HILIR SUNGAI CIMANUK PROVINSI JAWA BARAT PADA MUSIM PENGHUJAN

Titin Herawati, Rajib Abdul Rahman Sidik*, Asep Sahidin dan Heti Herawati* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Riset ini bertujuan untuk menemukan struktur komunitas ikan yang hidup di hilir Sungai Cimanuk pada musim penghujan. penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai dengan Februari 2019. Riset menggunakan metode observasi lapangan dan teknik pengambilan sampel secara sensus di empat stasiun pada koordinat antara 6039’38,01’’LS 107013’52,33’’BT sampai 6016’25,26’’LS 108014’5,17’’BT pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali. Parameter yang diukur yaitu keanekaragaman, dominansi, keseragaman, struktur komunitas, dan kualitas air. Hasil riset dari 347 ekor ikan menunjukan bahwa struktur komunitas ikan pada setiap stasiun berbeda. Jenis ikan yang teridentifikasi selama riset sebanyak 28 spesies dari 20 famili. Struktur komunitas stasiun I dan II tertekan, keanekaragaman sedang, dominansi rendah dan keseragaman rendah, struktur komunitas stasiun III tertekan, keanekaragaman rendah, dominansi tinggi, dan keseragaman rendah, dan struktur komunitas stasiun IV labil dengan keanekaragaman sedang, dominansi rendah, dan keseragaman sedang. Kualitas air seluruh stasiun riset memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan kelas 3. Struktur komunitas ikan di muara Sungai Cimanuk (stasiun IV) relatif lebih baik dibandingkan dengan stasiun lainnya, fenomena tersebut ditunjang oleh kualitas air yang lebih baik dan diduga sumber pakan yang melimpah.

Kata kunci : hilir, keanekaragaman, kualitas air, musim penghujan, struktur komunitas, sungai cimanuk

Page 75: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

55

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-07 PENGGUNAAN INDEKS BIOTIK AMBI DALAM PENENTUAN STATUS EKOLOGI KAWASAN LUBUK DAMAR, KECAMATAN SERUWAY, ACEH TAMIANG DENGAN MAKROZOOBENTOS

Nor Afni Fitriana, Yusli Wardiatno, Majariana Krisanti* dan Ananingtyas* Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Kawasan Lubuk Damar termasuk kawasan yang memiliki potensi mangrove yang cukup besar. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan baik secara alami maupun dari aktivitas manusia, salah satunya adalah penebangan pohon secara liar. Kegiatan ini dapat mengganggu kesehatan lingkungan dan biota didalamnya, khususnya makrozoobentos. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status ekologi ekosistem mangrove berdasarkan makrozoobentos menggunakan indeks AMBI di Kawasan Lubuk Damar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 dan Januari 2018 di Ekosistem Mangrove Lubuk Damar, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang. Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan metode transek garis yang ditarik dari pasang tertinggi (0 meter) hingga 500 meter ke arah laut. Sampel makrozoobentos diambil pada dua stasiun dengan masing-masing lima sub stasiun. Masing-masing sub stasiun mewakili jarak per 100 meter. Pengambilan sampel menggunakan corer (diameter 4 inci) yang dibenamkan hingga kedalaman 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos yang teridentifikasi sebanyak 72 spesies yang terbagi ke dalam 12 kelas dan 9 filum. Kepadatan dan jumlah jenis makrozoobentos tertinggi terdapat pada Stasiun 1 dan bulan Agustus (32 spesies dan 1491 ind/m2). Nilai AMBI yang diperoleh berkisar antara 0,56-1,42 dan nilai M-AMBI berkisar antara 0,66-0,97 yang menunjukkan bahwa status ekologi Kawasan Lubuk Damar pada bulan Agustus 2017 dan Januari 2018 tergolong baik hingga sangat baik dengan tingkat gangguan tergolong tidak terganggu hingga terganggu ringan. Status ekologi ekosistem mangrove berdasarkan makrozoobentos menunjukkan Kawasan Lubuk Damar masih tergolong baik dengan tingkat gangguan yang tergolong ringan.

Kata kunci : AMBI, ekosistem mangrove, makrozoobentos, status ekologi

Page 76: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

56

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-08 KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS DAN POLA SEBARAN IKAN DI HILIR SUNGAI MUSI.

Elva Dwi Harmilia* dan Irkhamiawan Ma’ruf* Universitas Muhammadiyah Palembang

Menganalisis kondisi lingkungan perairan, menganalisis struktur komunitas ikan dan mengidentifikasi pola sebaran ikan di hilir Sungai Musi. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan dari Juni sampai Juli 2018. Metode pengambilan ikan dengan menggunakan alat tangkap belat dengan purposive sampling method di lima lokasi yaitu Upang, Selat Cemara, Pulau Keramat, Pulau Payung, dan Tanjung Buyut. Untuk kualitas perairan secara insitu dan eksitu sesuai buku apha (1986) dan untuk struktur komunitas metode dengan shannon-wiener, sedangkan pola sebaran berdasarkan indeks dispersi morisita dan analisis korespondensi. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu 29-31,5 derajat, salinitas 0-3,5 ppt, pH 6-8,5, oksigen terlarut 3,45 - 4,8 mg/l, total phosfor 0,074-0,21 mg/l, dan amoniak 0,0022-0,0091 mg/l. Indeks keanekaragaman di hilir Sungai Musi dikategorikan keanekaragaman yang sedang. Untuk dispersi morisita dan diperkuat dengan analisis korespondensi pada musim peralihan menunjukkan stasiun I, II, III dan IV membentuk pola sebaran mengelompok, sedangkan di stasiun V membentuk pola seragam. Pada musim kemarau stasiun I, II, dan III membentuk pola seragam dan stasiun IV dan V membentuk pola mengelompok. Kondisi lingkungan perairan di hilir Sungai Musi masih dalam kisaran normal. Hasil tangkapan ikan di musim peralihan 1209 ekor, dan musim kemarau 886 ekor. Struktur komunitas di musim peralihan dan kemarau dikategorikan sedang dan pola sebaran di peralihan stasiun I, II, III dan iv membentuk pola mengelompok, stasiun V pola seragam. Di kemarau stasiun I, II, III pola seragam dan pada stasiun V mengelompok.

Kata kunci : Hilir Sungai Musi, kenanekaragaman, sebaran ikan

Page 77: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

57

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-09 KERAGAMAN GENETIK LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol) YANG DIDARATKAN DI PPI KEDONGANAN DAN PPP MUNCAR

Enex Yuniarti Ningsih*, Ni Putu Dian Pertiwi, Andrianus Sembiring, Ni Luh Astria Yusmalinda, M Danie Al Malik, Elok Faiqoh dan I. A Astarini* Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana

Longtail Tuna (Thunnus tonggol) merupakan salah satu tuna neritik yang bersifat oseanodromus. Hingga saat ini, penelitian spesies ini belum banyak dilakukan di Perairan Indonesaia sehingga perlu adanya pengkajian identifikasi dan keragaman genetik. Pemahaman hal tersebut dapat menjelaskan arti penting dari pengetahuan informasi genetik suatu spesies. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepastian jenis dan keragaman genetik pada longtail tuna pada dua lokasi berbeda. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018 - 2019. Pengambilan sampel dilakukan langsung di PPI Kedonganan dan PPP Muncar. Analisis molekuler yang dilakukan yaitu tahapan ekstraksi DNA, Polymerase Chain Reaction (PCR), elektroforesis dan sekuensing. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai keragaman genetik longtail tuna (Thunnus tonggol) antara kedua lokasi pengambilan sampel sebesar 0.9905 (Hd) dan keragaman nukleotida (π) 0.0205, yang menunjukan nilai keragaman genetik tinggi. Analisis Fixation Index (Fst) sebesar 0.11025, ρ - value > 0.05, yang menunjukan populasi longtail tuna (Thunnus tonggol) di kedua lokasi mempunyai perbedaan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat digunakan dalam perencanaan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

Kata kunci : Keragaman Genetik, Populasi, Tuna, Thunnus tonggol

Page 78: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

58

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-10 STRUKTUR GENETIKA POPULASI IKAN LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol) DI PERAIRAN LAUT JAWA

M. Danie Al Malik*, Ni Putu Dian Pertiwi, Andrianus Sembiring, Ni Luh Astria Yusmalinda, Enex Yuni Artiningsih dan Ida Ayu Astarini* Yayasan Biodiversitas Indonesia, Bali

Thunnus tonggol (Longtail Tuna) merupakan salah satu ikan ekonomis yang banyak di temukan di perairan Indonesia, salah satunya laut Jawa. Mengetahui keragaman dan struktur genetik dari T. tonggol yang berada di laut jawa sangat diperlukan, untuk menjamin keberlanjutan perikanan dari organisme tersebut agar tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaman dan struktur genetik dari T. tonggol di laut jawa di tiga populasi berbeda yaitu Semarang, Banjarmasin, dan Jakarta. Pengambilan sampel T. tonggol di lapangan dan pengerjaan di laboratorium dilakukan pada tahun 2018-2019. Sirip T. tonggol di ambil yang terdapat di pasar ikan ataupun tempat pelelangan ikan pada masing-masing populasi dengan jumlah sampel sebanyak 110. Sampel dikerjakan dengan pendekatan molekular genetik pada Control-region (D-loop) yang berada pada DNA mitokondria dan di amplifikasi dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik T. tonggol di perairan laut jawa yaitu 0,99366 (Hd), sedangkan keragaman nukleotida 0,01906 (µ). Berdasarkan nilai tersebut, keragaman genetik T. tonggol di laut jawa menunjukkan variasi yang tinggi. Analisa populasi dengan menggunakan Analysis of Molecular Variance (AMOVA) menunjukkan nilai (Fst = 0,00375, p-value > 0,05) yang menunjukkan bahwa struktur genetik T. tonggol di perairan laut jawa tidak mempunyai perbedaan yang signifikan diantara ketiga populasi tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa diperlukan pengaturan perikanan tangkap dari T. tonggol di ketiga lokasi tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi agar perikanan tangkap T. tonggol di perairan laut Jawa tetap lestari.

Kata kunci : Keragaman genetik, Laut Jawa, Populasi Genetik, Thunnus Tonggol

Page 79: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

59

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-11 KAJIAN STOK IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus, Cuvier 1829) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Hikmatul Azizah*, Mennofatria Boer dan Nurlisa A. Butet* Dept. Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB

Tujuan dari penelitian adalah menganalisis stok ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten yang dijadikan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan kuniran agar pemanfaatannya dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2018. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan pengambilan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan pengambilan ikan contoh secara langsung di TPI sebagai hasil dari tangkapan nelayan. Pengambilan ikan contoh dengan menggunakan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana (PCAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kuniran memiliki nisbah kelamin 0,92:1. Pola pertumbuhannya adalah alometrik negatif. Distribusi frekuensi panjang ikan kuniran berkisar antara 71-162 mm. Parameter pertumbuhan dianalisis menggunakan metode Elefan I. Nilai estimasi L∞ dan K ikan kuniran jantan adalah 200 mm dan 0,26, sedangkan ikan betina 172,5 mm dan 0,31. Nilai laju ekploitasi ikan kuniran jantan 0,81, sedangkan ikan betina 0,70. Nilai Lc ikan kuniran jantan adalah 107,6 mm dan ikan betina adalah 118,9 mm. Pemanfaatan ikan kuniran di Selat Sunda mengalami over-exploited. Pola pertumbuhan ikan kuniran di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten memiliki pemanfaatan yang mengalami over-exploited.

Kata kunci : kajian stok, Selat Sunda, Upeneus sulphureus

Page 80: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

60

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-12 MODEL PERUBAHAN pH PADA TAMBAK INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Supriatna*, Moh. Mahmudi, Muhammad Musa dan kusriani* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat model perubahan pH pada tambak intensif udang vaname. Penelitian telah dilaksanakan di tambak intensif vanamei di PT. Surya Windu Kencana (SWK) Desa Bomo, Kecamatan Jampi, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur pada bulan Agustus 2018 sampai dengan Oktober 2018. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat ex post-facto dengan mengobservasi perubahan pH air tambak udang intensif ± 100 hari. Parameter utama yang diukur adalah pH harian pada pagi dan siang hari dan paremeter pendukung berupa suhu, salinitas, kecerahan, TOM, karbonat, bikarbonat, dan total alkalinitas. Data yang dikumpulkan dianalisis untuk dibuat model pH pagi dan pH sore hari dan korelasi antara pH dengan parameter kualitas air lainnya. pH air tambak sore hari adalah 8.59 ± 0.34, dan pH pada pagi hari adalah 8.45 ± 0.34. Rata rata perbedaan pH pada pagi hari dan sore hari adalah 0.65 ± 0.19 dengan laju penurunan pH pada pagi hari menunjukkan persamaan kuadratik = 0.0065x2 - 0.1973 X + 9.48 (R² = 0.77) dengan nilai pH terendah didapatkan pada hari ke 96 (dy/dx = 0) dan naik lagi hingga menjelang panen. Puncak penurunan pH terendah pada sore hari terjadi pada hari ke-106 dengan persamaan yang dihasilkan adalah pH-sore = 0.0064x2 - 0.175x + 9.4825 (R² = 0.801). Model hubungan pH pagi harian adalah Y = 0.0065x2 - 0.1973 X + 9.48 (R² = 0.77) dan pH siang hari adalah Y = 0.0064x2 - 0.175x + 9.4825 (R² = 0.801). pH air tambak berkorelasi positif dengan suhu, total alkalinitas dan karbonat, dan k negatif dengan ortho fospat, bikarbonat, dan TOM serta tidak ada korelasi dengan salinitas dan oksigen terlarut.

Kata kunci : Alkalinitas, intensif, kualitas air, udang, vaname

Page 81: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

61

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-13RESPON KEPADATAN DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Botryococcus braunii DAN Nannochloropsis oculata PADA PERLAKUAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA DALAM MEDIA KULTUR MASSAL SKALA LABORATORIUM

Umi Zakiyah*, Safitri Permata Sari dan Shely Paulina* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Botryococcus braunii dan Nannochloropsis oculata merupakan mikroalga dari golongan alga hijau yang memiliki kemampuan melakukan konversi karbondioksida menjadi biofuel potensial, makanan serta bioaktif yang bernilai tinggi. Mikroalga ini banyak ditemukan di perairan danau, tambak, ataupun perairan payau sampai laut berukuran ±15-20 μm, berkoloni, dan bersifat non-motil. Pengembangan mengenai kandungan protein dari mikroalga tersebut belum banyak dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan intensitas cahaya yang berbeda terhadap kepadatan dan kandungan protein dua jenis mikroalga tersebut serta menganalisis potensi mikroalga dalam pengembangan kandungan protein melalui suatu kultur massal. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental pada bulan Februari 2019 dengan dengan rancangan acak sederhana terdiri dari 4 treatment intensitas cahaya dengan lampu TL yang berbeda yaitu, 1700 lux, 3000 lux, 5000 lux, dan 7000 lux dengan tiga ulangan dalam suatu media kultur massal yang homogen pada skala laboratorium. Analisis kepadatan dengan menggunakan Haemocytometer dan analisis kandungan protein menggunakan metode AOAC (2005). Hasil yang didapatkan adalah terdapat pengingkatan kepadatan kedua mikroalga dari hari ke 1 hingga ke 6 dan penurunan di hari ke 7. Pemanenan dilakukan pada hari ke 7. Hasil analisis regressi antara intensitas cahaya dengan kepadatan kedua mikroalga menujukkan respon yg sama yaitu semakin meningkat intensitasnya maka kepadatan juga akan meningkat dengan r sebesar 97.5 untuk Nannochloropsis oculata, dan r sebesar 98.5 untuk mikroalga Botryococcus braunii. Berdasarkan analisis regressi linear antara intensitas cahaya dengan kandungan protein yang didapatkan, didapatkan nilai r (koefisien regressi) yg relatif tinggi yaitu 67.9 % untuk Nannochloropsis oculata, sebaliknya mikroalga Botryococcus braunii didapatkan r sebesar 40,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua mikroalga memberikan respon yang berbeda terhadap peningkatan intensitas cahaya matahari. Kandungan protein pada Nannochloropsis oculata menunjukkan persentasi yang lebih tinggi dibandingkan Botryococcus braunii, sedangkan peningkatan intensitas cahaya akan memberikan peningkatan kepadatan yang lebih tinggi pada Botryococcus braunii dibandingkan dengan kepadatan pada Nannochloropsis oculata.

Kata kunci : Botryococcus braunii, intensitas cahaya, kandungan protein, kepadatan, Nannochloropsis oculata

Page 82: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

62

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-14PENGARUH PEMBERIAN DOSIS N DAN P YANG BERBEDA TERHADAP FITOKIMIA Tetraselmis chuii

Setya Widi Ayuning Permanasari, Mufidah Adi Putri, Kusriani*dan Putut Widjanarko* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis N dan P yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan fitokimia Tetraselmis chuii dengan menggunakan sinar ultraviolet yang homogen serta untuk mengetahui dosis yang optimum untuk pertumbuhan dan peningkatan kandungan lemak Tetraselmis chuii. Penelitian dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ikan dan Laboratorium Hidrobiologi divisi Bioteknologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang pada bulan April sampai bulan Mei 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan RAL tersarang. Analisis data yang digunakan yaitu Analysis of Variance (ANOVA) yang selanjutnya data diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Perhitungan dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fhitung (2,9972) > Ftabel (2,7318) pada kepadatan Teraselmis chuii dan Fhitung (124,7001) > Ftabel (6,5900) pada kandungan lemak Tetraselmis chuii sehingga terdapat pengaruh pemberian dosis N dan P yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan biokimia Tetraselmis chuii. Kepadatan dan kandungan lemak Tetraselmis chuii tertinggi terdapat pada perlakuan C (dosis N/P 1:3) yaitu dengan rata-rata kepadatan sebesar 105.953 sel/ml dan rata-rata kandungan lemak sebesar 21,622%. Dapat disimpulkan bahwa pemberian rasio N dan P yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kandungan biokimia khususnya terjadi peningkatan kandungan lemak Tetraselmis chuii.

Kata kunci : biokimia, gizi, lingkungan, pemanfaatan mikroalga, ultraviolet

Page 83: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

63

PRESENTASI ORAL MSP B

Kembali

MB-15

KEBIASAAN MAKAN DAN LUAS RELUNG IKAN-IKAN DI PERAIRAN HULU SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

Eni Sumiarsih* dan Ika Fitria Hasibuan* Universitas Riau

Sungai Siak merupakan ekosistem yang dihuni oleh beragam fauna ikan. Semakin meningkatnya aktivitas yang ada disekitar perairan sungai maupun dibadan sungai menyebabkan perairan sungai ini menjadi tercemar. Ikan-ikan native spesies di perairan Sungai Siak juga semakin berkurang, akibat limbah yang masuk keperairan membuat ketersediaan pakan alami atau makanan ikan-ikan tersebut semakan berkurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan luas relung dari jenis-jenis ikan yang ada di Hulu Sungai Siak. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017, sampel ikan diambil dari hasil tangkapan nelayan sepanjang perairan hulu Sungai Siak. Analisis kebiasaan makan menggunakan Indeks of Preponderance, Tingkat trofik dan luas relung. Berdasarkan hasil penelitian ada 20 jenis ikan yang tertangkap di perairan Hulu Sungai Siak, dengan jenis makanan ikan, serasah tumbuhan, insekta dan sisa crustacea. Analisis kebiasaan makanan ikan menunjukkan bahwa ikan-ikan diperairan Sungai Siak memiliki variasi makanan alami yang berbeda-beda. Dengan tingkat trofik yaitu 83,33% karnivora/predator, 5,56% herbivora dan 11,11% omnivora yang cenderung bersifat karnivora. luas relung komunitas ikan di perairan Sungai Siak Hulu relatif sempit, berkisar antara 1,00 – 1,77. Hal tersebut menunjukkan ikan-ikan tersebut hanya memanfaatkan salah satu sumber daya makanan yang tersedia atau bersifat spesialis dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

Kata kunci : Native spesies, pakan alami, relung trofik, sumberdaya perikanan, Sungai Siak

Page 84: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

64

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-01 STRUKTUR GENETIK POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) SEBAGAI BASIS DATA KONSERVASI DI PERAIRAN LAUT MALUKU UTARA

Nebuchadnezzar Akbar* dan Rusmawati Labenua* Universitas Khairun, Ternate

Penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur populasi genetik ikan cakalang di perairan laut Maluku Utara. Koleksi sampel dilakukan di Pulau Morotai (n=10), Weda, Kabupaten Halmahera Tengah (n =10), Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan (n=10) dan data sekunder (n=4), pada Maret hingga Mei 2018. Analisis molekuler melalui tahapan ektraksi, PCR, elektrophoresis dan sequensing DNA. Hasil penelitian menemukan panjang fragmen DNA 546 (bp) di daerah lokus control region mitochondrial DNA. Analisis jarak genetik populasi ikan cakalang berdasarkan data primer dan sekunder menunjukan kedekatan genetik antar populasi. Analisis fiksasi indeks (Fst) menunjukan bahwa tidak terdapat diferensiasi genetik antar populasi. Tingginya nilai bahwa terjadi aliran genetik yang tinggi antar populasi. Keseluruhan hasil analisis menunjukan bahwa struktur genetik populasi ikan cakalang di perairan Maluku belum terganggu. Data genetik ikan cakalang yang diperoleh dapat dijadikan sebagai basis data untuk melestarikan dan menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan di perairan Maluku Utara.

Kata kunci : Fiksasi indeks (Fst), ikan cakalang, jarak genetik, konservasi, Maluku Utara

Page 85: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

65

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-02 PARAMETER POPULASI IKAN TONGKOL LISONG Auxis rochei (Risso, 1810) DI PERAIRAN PRIGI DAN SEKITARNYA

Maya Agustina* dan Fathur Rochman* Loka Penelitian Perikanan Tuna

Tongkol Lisong (Auxis rochei Risso, 1810) merupakan salah satu jenis ikan neritik dengan nilai ekonomis tinggi di Indonesia, khususnya di perairan Prigi dan sekitarnya. Eksploitasi terhadap spesies ini terus meningkat sepanjang tahun sehingga diperlukan studi kajian stok seperti penentuan parameter populasi dan tingkat eksploitasi tongkol lisong. Pengumpulan data dilakukan selama 10 bulan yakni Februari – November 2018. Metode pengkajian parameter populasi pada penelitian ini menggunakan metode frekuensi panjang cagak ikan tongkol lisong hasil tangkapan pukat cincin yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II). Hasil penelitian menunjukkan panjang ikan tongkol lisong yang tertangkap berkisar antara 13 - 26 cmFL dengan panjang rata-rata 20,22 cmFL. Panjang asimtotik (L) sebesar 32 cmFL dengan koefisien laju pertumbuhan (K) sebesar 0,51 per tahun dan umur pada saat memijah (t0) sebesar -0,2609 tahun. Nilai mortalitas alami (M) sebesar 1,11 per tahun, mortalitas akibat penangkapan (F) sebesar 1,68 per tahun dan mortalitas total (Z) 2,79 per tahun. Laju eksploitasi (E) relatif tinggi yaitu 0,60. Dengan nilai eksploitasi yang tinggi maka eksploitasinya sudah melebihi pemanfaatan optimum (E = 0,5).

Kata kunci : Parameter populasi, Prigi, Tingkat eksploitasi, Tongkol Lisong

Page 86: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

66

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-03 DIVERSITAS IKAN LAMUN DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Selvia Oktaviyani*, Nisa Baiti dan Suratno* Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis dan kelimpahan individu ikan serta peran penting padang lamun untuk kehidupan ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 di beberapa lokasi sampling di sekitar ekosistem padang lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Spesimen ikan lamun dikumpulkan pada saat air surut atau menjelang pasang menggunakan alat tangkap pukat pantai berukuran kecil yang ditarik secara tegak lurus menuju arah pantai. Selama penelitian diperoleh sebanyak 1.303 individu, yang terdiri atas 15 spesies dari 11 famili. Famili yang dominan tertangkap adalah Apogonidae, terdiri atas Cheilodipterus quinquelineatus, Fibramia lateralis, Ostorhinchus margaritophorus, Sphaeramia nematoptera dan S. orbicularis. O. margaritophorus merupakan jenis dengan kelimpahan tertinggi dengan jumlah 527 individu, kemudian disusul oleh Atherinomorus duodecimalis sebanyak 301 individu. Ekosistem padang lamun memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan ikan, yaitu sebagai daerah pemijahan, pengasuhan dan mencari makan. Mengingat besarnya manfaat yang diberikan ekosistem ini, maka diperlukan upaya pengelolaan ekosistem padang lamun untuk menjamin keberlanjutan sumber daya ikan.

Kata kunci : Daerah asuhan, ikan Lamun, kelimpahan, pengelolaan, Pulau Pari

Page 87: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

67

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-04 PERAN PADANG LAMUN DI PERAIRAN KEPULAUAN BALA-BALAKANG SULAWESI BARAT SEBAGAI PENYIMPAN DAN PENYERAP KARBON

Supriadi Mashoreng*, Chair Rani, Abdul Haris dan Ahmad Faizal* Universitas Hasanuddin, Makassar

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan padang lamun di Perairan Kepulauan Bala-Balakang Propinsi Sulawesi Barat dalam menyimpan dan menyerap karbonPerne. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 pada enam pulau yang terletak pada bagian utara gugusan Kepulauan Bala-Balakang. Sampling biomassa dilakukan menggunakan skop. Biomassa dipisahkan berdasarkan jenis dan bagian lamun, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C sampai konstan. Selanjutnya dilakukan analisis simpanan karbon dengan mengalikan antara biomassa dengan konsentrasi karbon masing-masing jenis dan bagian lamun. Nilai konsentrasi karbon yang digunakan merupakan data sekunder. Serapan karbon didapatkan dengan mengalikan nilai simpanan karbon dengan faktor konversi 3,67. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan karbon berkisar 2.910-9.780 gbk/m², dengan nilai terendah didapatkan di Pulau Samataha dan tertinggi di Pulau Kamariang Besar. Simpanan karbon bagian bawah (below ground) lebih tinggi 1,4-3,9 kali dibanding simpanan karbon bagian atas (above ground). Sementara serapan karbon berkisar 1.455-51.274 gCO2/m². Jenis lamun Thalassia hemprichii mempunyai kontribusi terbesar terhadap simpanan dan serapan karbon. Padang lamun di kepulauan Bala-Balakang sangat penting sebagai penyimpan dan penyerap karbon.

Kata kunci : Lamun, Kepulauan Bala-Balakang, serapan karbon, simpanan karbon, Sulawesi Barat

Page 88: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

68

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-05 ANALISA KEBERLANJUTAN DAN PEMODELAN SISTEM DINAMIK PENGELOLAAN PERIKANAN DI SELAT MADURA JAWA TIMUR

Zainul Hidayah** Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

Selat Madura merupakan perairan yang memisahkan antara Pulau Madura dengan daratan Pulau Jawa bagian timur. Sejak tahun 2010 status penangkapan ikan di perairan ini telah melebihi batas lestarinya (over-fishing). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan dan melakukan pemodelan untuk menduga kecenderungan yang dapat terjadi terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dan pengaruhnya terhadap lingkungan serta masyarakat di perairan Selat Madura. Waktu penelitian ini adalah bulan Februari sampai dengan Oktober 2018 Metode Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan analisa terhadap 5 dimensi (lingkungan, ekonomi, teknologi, sosial dan kelembagaan) digunakan untuk mengetahui status keberlanjutan pengelolaan perikanan. Sementara itu, pendekatan sistem dinamik digunakan untuk memodelkan kondisi pengelolaan perikanan di perairan Selat Madura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pengelolaan perikanan di Selat Madura berada pada status kurang berkelanjutan (nilai index < 50). Hal ini disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat kerusakan lingkungan pesisir, illegal fishing, rendahnya pemanfaatan teknologi, dan peranan pemerintah yang belum optimal. Selanjutnya hasil pemodelan sistem dinamik menunjukkan bahwa skenario rehabilitasi lingkungan pesisir, pengawasan, dan diversifikasi usaha perikanan merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan di perairan Selat Madura. Kondisi pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Selat Madura dapat dikatakan berada pada kondisi yang kurang baik. Berbagai strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan pesisir perlu segera untuk dilakukan. Kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam kerangka co-management sangat penting untuk diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan yang operasional dan bermanfaat.

Kata kunci : keberlanjutan, pemodelan, perikanan, Selat Madura, sistem dinamik

Page 89: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

69

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-06 INDIKASI KESUBURAN DI SEKITAR PULAU-PULAU KECIL TERLUAR PERAIRAN UTARA PAPUA

Dewi Surinati* dan Corry Corvianawatie* Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

Data kondisi oseanografi perairan di sekitar pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang berada di Utara Papua diharapkan dapat menjadi dasar informasi penentuan daya dukung lingkungan PPKT terutama dalam aspek kesuburan perairan. Parameter fisis air laut berperan penting dalam mempengaruhi kesuburan perairan, khususnya parameter suhu dan salinitas air laut. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran profil suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan fluorescence untuk menduga kondisi kesuburan perairan di sekitar PPKT. Pengukuran dilakukan menggunakan Conductivity, Temperature, Depth (CTD) tipe SBE 911 plus yang terpasang di Kapal Riset Baruna Jaya VIII milik P2O-LIPI. PPKT yang menjadi lokasi penelitian adalah Pulau Jiew, Budd, Fani, Bras dan Fanildo yang merupakan bagian dari kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala pada tahun 2018 leg pertama yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober – 13 November 2018. Berdasarkan hasil pengukuran secara in situ fluorescence di lepas pantai lebih tinggi dibandingkan dengan fluorescence di pesisir PPKT. Akan tetapi, fluorescence maksimum berada lapisan yang lebih tipis yaitu pada kedalaman 50 – 80m. Sebaliknya, di pesisir PPKT, meskipun nilai fluorescence relatif lebih rendah, namun distribusi vertikalnya lebih luas yaitu berada pada kedalaman 20 – 100 m. Analisis pada data fluorescence mengindikasikan bahwa perairan pesisir PPKT memiliki tingkat kesuburan lebih rendah dibandingkan wilayah perairan di lepas pantai. Namun begitu distribusi vertikal fluorescence jauh lebih besar di pesisir dibandingkan lepas pantai. Hal ini diduga disebabkan oleh lebih kuatnya percampuran vertikal di pesisir pantai oleh pasang surut. Tingginya tingkat kesuburan di lepas pantai PPKT seharusnya dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar wilayah tersebut untuk memaksimalkan potensi sumber daya perikanan yang ada. Kondisi ini sekaligus menjadi perhatian penting bagi pemangku kepentingan untuk dapat menjaga keutuhan PPKT yang menjadi salah satu titik batas terluar wilayah kedaulatan NKRI.

Kata kunci : kesuburan, perairan, PPKT, utara Papua

Page 90: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

70

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-07 KOLONISASI KARANG PADA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DI PERAIRAN PULAU WANGI-WANGI, WAKATOBI

Nanda Radhitia Prasetiawan* * Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan, Puslitbang Sumber Daya Laut

dan Pesisir, Balitbang KP

Peningkatan populasi, aktivitas manusia, dan pemanfaatan daerah pesisir terus mengalami peningkatan serta mendorong modifikasi areal pantai. Pada beberapa titik di Pulau Wangi-Wangi telah dibangun bangunan pemecah gelombang untuk keperluan perlindungan pantai serta tambatan atau pelabuhan kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kolonisasi karang pada bangunan pemecah gelombang yang terdapat di pulau Wangi-Wangi, Taman Nasional Wakatobi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2019. Pengamatan koloni karang dilakukan dengan snorkeling pada bagian-bagian bangunan pemecah gelombang. Koloni karang yang ditemukan didokumentasikan, diukur diameternya serta diidentifikasi hingga level genus. Analisa luasan koloni karang yang telah tumbuh dilakukan dengan perangkat lunak Coral Point Count with Excel extentions (CPCe). Bangunan pemecah gelombang telah ditumbuhi karang yang didominasi oleh Acropora. Sebagian besar koloni karang tumbuh di balok terbawah pada sisi luar bangunan pemecah gelombang yang menghadap ke arah laut. Adapun pada sisi bagian dalam bangunan pemecah gelombang yang menghadap ke darat hanya ditemukan 1 koloni karang. Karang Acropora juga tampak mulai tumbuh pada rongga yang terbentuk diantara susunan balok semen. Struktur tersebut juga ditumbuhi beberapa karang lunak. Pada koloni karang yang tumbuh telah tampak adanya ikan Pomacentridae, Chaetodontidae dan Labridae. Beberapa bangunan pemecah gelombang yang berada disekitar ekosistem karang di pulau Wangi-Wangi dapat menjadi substrat untuk tumbuhnya karang Scleractinian.

Kata kunci : Acropora, balok semen, bangunan pemecah gelombang, Pulau Wangi-Wangi

Page 91: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

71

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-08 OPTIMALISASI PRODUK PCR (Polymerase Chain Reaction) PADA PENELITIAN KERAGAMAN GENETIK MIKROSATELIT TONGKOL KRAI (Auxis thazard) DAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei) YANG DI DARATKAN DI PPN PELABUHANRATU, JAWA BARAT

Raymon Rahmanov Zedta* dan Bram Setyadji* Loka Penelitian Perikanan Tuna, KKP

Proses perbanyakan DNA menggunakan metode PCR sangat sensitif terdapat beberapa variabel seperti misalnya perubahan suhu dan waktu penempelan primer. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses optimalisasi produk PCR dengan cara memastikan rentang suhu dan waktu penempelan yang tepat pada perbanyakan DNA secara in vitro. Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 16-20 Juli 2018 dan optimalisasi produk PCR dilakukan pada tanggal 4-8 Februari 2019. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel daging ikan tongkol krai (Auxis thazard) dan tongkol lisong (Auxis rocheii) yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Ekstraksi DNA menggunakan DNEasy Extraction kit dari Qiagen. Perbanyakan DNA menggunakan mesin PCR Sensoquest labcycler gradient. Optimasi PCR menggunakan 12 suhu dan 2 waktu penempelan yang berbeda yaitu : 52-68oC dan suhu penempelan 30 dan 15 detik. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk PCR optimum (menghasil pita alel DNA) pada ikan tongkol krai berhasil waktu penempelan 30 detik dengan rentang suhu 52-54oC. Sedangkan pada sampel ikan tongkol lisong, produk PCR yang optimum muncul pada waktu penempelan 15 dan 30 detik, dengan rentang suhu 52-59,1oC. Primer Aro2-38 merupakan primer yang memiliki rentang suhu penempelan yang tinggi. Pada ikan tongkol Krai rentang suhu penempelan yang baik adalah 52-54oC dengan waktu penempelan 30 detik, sedangkan pada tongkol lisong adalah 52-59,1oC dengan waktu penempelan 15 dan 30 detik.

Kata kunci : Mikrosatelit, PCR, Tongkol Krai, Tongkol Lisong

Page 92: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

72

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-09 POTENSI EKSTRAK Sargassum sp. DALAM MENGHAMBAT PERKEMBANGAN MORFOLOGI LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Alfianisa Permata Sari*, Ervia Yudiati, Sunaryo dan Delianis Prianggenis* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktvitas ekstrak rumput laut cokelat Sargassum sp. dalam menghambat perkembangan dan perubahan morfologi larva Aedes aegypti. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018 sampai Maret tahun 2019. Sargassum sp. diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol dan dianalisis kandungan fitokimia. Sepuluh ekor larva nyamuk dipaparkan dalam 100 ml aquadest dengan konsentrasi ekstrak 0, 50, 100, 250, 500 dan 1000 ppm dengan tiga kali ulangan. Efek hambat ekstrak pada perkembangan morfologi diamati setiap hari, dinilai dari fase larva, pupa dan kemunculan nyamuk dewasa. Aktivitas larvasida ditentukan dari nilai LC50 jam ke 48. Perubahan morfologi diamati secara mikroskopis. Ekstrak etanol Sargassum sp. menunjukkan adanya keterlambatan munculnya fase nyamuk dewasa (264±79,6 jam) dibandingkan kontrol positif Abate® (240±72,66 jam). Pada konsentrasi 80 ppm, persentase nyamuk dewasa yang muncul (98%+4,67) menunjukkan hasil yang sama (P<0,05) dengan kontrol positif (96%±5,77). Larva pada ekstrak etanol Sargassum sp. memiliki kerusakan morfologi pada papila anal serta warna tubuh menjadi lebih gelap. Ekstrak Sargassum sp. mengandung senyawa alkaloid, saponin dan steroid namun mempunyai kemampuan larvasida dengan kategori sangat lemah. Berdasarkan hasil tersebut, eksrak etanol Sargasssum sp. berpotensi menghambat perkembangan dan keberhasilan nyamuk dalam mencapai fase dewasa.

Kata kunci : Aedes aegypti, aktivitas larvasida, Sargassum sp.

Page 93: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

73

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-10 UJI ANTIBAKTERI DAN FITOKIMIA BATANG DAN DAUN Rhizophora apiculata TERHADAP BAKTERI PATOGEN

Dessy Yoswaty, Nursyirwani, Irvina Nurachmi dan Adrian Marcel* Fakultas Perikanan Universitas Riau

Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dan fitokimia dari batang dan daun mangrove R.apiculata terhadap bakteri patogen. Manfaat penelitian sebagai informasi tentang antibakteri dan fitokimia dari batang dan daun mangrove R. apiculata terhadap bakteri patogen pada organisme budidaya laut. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli-September 2018 di ekosistem hutan mangrove Kelurahan Purnama Kota Dumai. Penelitian menggunakan metode eksperimen, ekstraksi batang dan daun R. apiculata dengan metode maserasi, pelarut metanol dan konsentrasi ekstrak yaitu 12.5%, 25%, 50%, 100%, kontrol negatif metanol dan kontrol positif antibiotik (Hanafiah, 2004). Uji antibakteri dilakukan terhadap Vibrio alginoliticus, Aeromonas hydrophilla, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli dengan metode Kirby-Bauer. (Yulian, 2011). Pereaksi fitokimia untuk uji senyawa metabolit sekunder (Soranta, 2009). Hasil uji aktivitas antibakteri batang R.apiculata mampu menghambat pertumbuhan A. hydrophilla pada konsentrasi 100% (tergolong sedang, diameter 5.2 mm). Ekstrak batang tidak mampu menghambat pertumbuhan V.alginoliticus , P. aeruginosa, dan E. coli (tergolong rendah). Ekstrak daun tergolong rendah terhadap bakteri patogen. Hasil uji fitokimia diperoleh pada batang dan daun teridentifikasi senyawa metabolit sekunder saponin, tanin, fenolik dan terpenoid, flavonoid (daun), steroid tidak teridentifikasi di batang dan daun mangrove. Kesimpulan penelitian yaitu aktivitas antibakteri ekstrak batang R. apiculata memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophilla. Beberapa senyawa fitokimia teridentifikasi dari ekstrak batang dan daun R. apiculata. Saran penelitian yaiti perlu uji lanjut ekstrak batang dan daun R. apiculata pada udang windu yang terserang bakteri patogen.

Kata kunci : Antibakteri, ekstrak, fitokimia, mangrove, patogen

Page 94: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

74

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-11 ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEMUNCULAN HABs DI PERAIRAN PESISIR KOTA MAKASSAR

Rahmadi Tambaru*, Yayu A. La Nafie dan Astrid W. Junaidi* Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS

HABs merupakan jenis-jenis fitoplankton yang dianggap berbahaya dalam perairan laut. Kemunculan organisme itu dipicu oleh adanya peningkatan nutrien dan atau keberadaan faktor-faktor fisik dan kimia perairan dalam kondisi optimal mendukung pertumbuhannya. Untuk itu, telah dilakuan penelitian tentang analisis faktor penyebab kemunculan HABs di perairan pesisir Kota Makassar pada bulan Maret sampai Juni 2017. dengan menggunakan metode non-experimental. Dari hasil analisis ditemukan beberapa jenis HABs seperti Protoperidinium, Gymnodinium, Ceratium, Prorocentrum, Gyrodinium, Gonyaulax, dan Dinophysis. Namun, proporsi kelimpahan jenis HABs masih lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis non-HABs. Kemunculan jenis HABs lebih dipicu oleh pengaruh suhu dengan kekuatan hubungan yang sangat kuat dan positif.

Kata kunci : Fitoplankton, HABs, Makassar, pesisir, suhu

Page 95: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

75

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-12 ANALISIS DAYA ADSORPSI BESI (Fe2+) DENGAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF BATUBARA

Setya Widi Ayuning Permanasari*, Nada Pamungkas Sari dan Putut Widjanarko* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan serta efisiensi adsorpsi karbon aktif batubara terhadap logam berat Fe2+ di perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2018 di Laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Metode yang digunakan adalah metode ekspErimen dengan analisis data menggunakan analisis Regresi dan Isoterm Langmuir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu besi dalam air berkurang. Konsentrasi besi dalam air sebelum diberi perlakuan batubara sebesar 2,64 mg/l; 1,99 mg/l; 1,69 mg/l; 1,136 mg/l; 1,09 mg/l dan 0,89 mg/l pada bobot adsorben 15 gram. Dari hasil Isoterm kemampuan adsorpsi batubara sebesar 0,26 mg/l dan efisensi sebesar 72,43%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa batubara mampu mengadsorpsi logam berat Fe di perairan dengan kapasitas adsorpsi 1 gram karbon aktif batubara mampu menyerap logam berat sebesar 0,26 mg/l.

Kata kunci : Adsorben, Batu Bara, Efiseinsi Sorpsi, Logam Berat, Isoterm

Page 96: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

76

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-13 PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLA DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH NUSA PENIDA, BALI

Hesti Widodo*, Muhammad Zainuri, Suradi Wijaya Saputra dan Sutrisno Anggoro* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan petugas pengelola KKP pada setiap tahapan pembentukan KKP, dampaknya pengembangan kapasitas pada kinerja petugas, dan kontribusinya terhadap pengelolaan KKP yang efektif. Penelitian dilaksanakan pada Januari 2016 sampai dengan Desember 2017 di lokasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis kemampuan dan persepsi petugas pengelola KKP Nusa Penida yang diperoleh melalui wawancara perorangan, menyandingkan hasil wawancara dengan hasil uji kompetensi petugas pengelola, menyandingkan hasil wawancara dengan hasil evaluasi efektivitas pengelolaan, dan menganalisis strategi terbaik pengembangan kapasitas bagi petugas KKP daerah. Sebagian besar petugas pengelola KKP Nusa Penida sudah pernah terlibat dalam kegiatan pengembangan kapasitas yang berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan dasar perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Namun tidak semua petugas pernah mengikuti pelatihan berjenjang dan memiliki sertifikat kompetensi bidang perencanaan dan pengelolaan KKP. Petugas pengelola KKP sebagian besar belum memiliki kompetensi dasar yang harus dipenuhi agar dapat mengelola KKP. Pengembangan kapasitas pengelola KKP berdampak pada rasa percaya diri, motivasi, dan optimisme untuk terlibat dalam setiap tahapan proses pengelolaan KKP. Tipe pelatihan yang dikombinasikan dengan penerapan kerja langsung pada setiap tahapan pengelolaan mempengaruhi kesiapan petugas untuk terlibat dalam proses pembentukan kawasan konservasi.

Kata kunci : kawasan konservasi perairan, kompetensi, pelatihan, pengembangan kapasitas

Page 97: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

77

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-14 PERAN MASYARAKAT TERHADAP KONSERVASI SUMBERDAYA LAUT DI KABUPATEN FLORES TIMUR

Apolinardus Demoor, Erma Normasari*, Maria Y. L. Ojan, Mochamad I. Herwata dan Derta Prabuning* Alumni Universitas Gadjah Mada

Sekitar 70% wilayah Kabupaten Flores Timur adalah laut dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pemanfaatan utama adalah perikanan tangkap ikan pelagis seperti sarden, cakalang, tongkol, dan tuna. Hal tersebut belum termasuk keanekaragaman hayati laut lainnya, seperti jenis-jenis hiu, pari manta, paus biru, penyu, dugong dan ikan matahari. Namun pemanfaatan tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain kerusakan alam akibat cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan serta ancaman terhadap hewan laut yang dilindungi dan terancam punah akibat bycatch (tangkapan sampingan). Menyikapi hal tersebut, pemerintah daerah kabupaten melalui Dinas Perikanan bersama Yayasan Misool mendorong peran aktif kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas). Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui potensi, ancaman, serta peran aktif masyarakat dalam pengawasan sumberdaya laut. Data penelitian dalam makalah ini diperoleh dari informasi yang dikumpulkan oleh Pokmaswas yang tersebar di 13 Kecamatan di Kabupaten Flores Timur dengan rentang waktu Januari 2018 hingga Maret 2019. Terdapat 180 laporan Pokmaswas pada Pusat Informasi Dinas Perikanan yang terdiri dari 20% laporan kemunculan megafauna laut, 25% penangkapan ikan secara ilegal, 26% penyelamatan megafauna laut akibat terjerat jaring insang (gill net), dan 61% laporan lain-lain. Terdapat kemunculan 4 jenis megafauna laut yang dilaporkan oleh Pokmaswas yaitu 91 lumba-lumba, 16 paus biru kerdil (Pygmy Blue Whale), 5 penyu, dan 1 paus. Disisi lain, praktek penangkapan ikan secara ilegal masih terjadi di Flores Timur. Penangkapan ikan menggunakan bom paling banyak dilaporkan yaitu 18 laporan, penggunaan alat tangkap dilarang 2 laporan dan penjualan biota laut dilindungi 5 laporan. Selain itu, Pokmaswas juga terlibat secara langsung dalam upaya penyelamatan megafauna laut. Sebanyak 26 ekor megafauna laut yang terjerat jaring insang berhasil dilepaskan, 17 sarang penyu dan 1419 ekor tukik (anak penyu) berhasil dijaga dan dilepaskan ke laut. Perairan laut Flores Timur mempunyai potensi megafauna laut yang jika dikelola dengan baik dapat mendukung pengembangan ekonomi daerah. Namun hal tersebut masih menghadapi ancaman dari perikanan tangkap menggunakan jaring insang dan penangkapan ikan secara ilegal. Disisi lain, peran aktif masyarakat dalam penyelamatan megafauna laut dan pelaporan kegiatan perikanan ilegal merupakan capaian tersendiri dalam pengelolaan sumberdaya laut di Kabupaten Flores Timur.

Kata kunci : Bycatch¸ konservasi, megafauna, pengawasan, Pokmaswas

Page 98: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

78

PRESENTASI ORAL MSP C

Kembali

MC-15 KELIMPAHAN SAMPAH PLASTIK DI DAS CIMANDIRI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Faros Kandana, Ali Mashar, Agus Alim Hakim, Yusli Wardiatno, Majariana Krisanti dan Taryono* Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pencemaran makroplastik dan mikroplastik pada kolom air di ruas Cikundul dan muara DAS Cimandiri yang bermuara di Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2018 hingga Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian kolom perairan yang dibedakan menjadi tiga kedalaman, yaitu 0, 50, dan 100 cm menggunakan plankton net (diameter 30 cm dan mesh size 30 µm) pada tiga titik melintang dari badan sungai. Sampel yang didapat kemudian dianalisis secara visual dengan bantuan mikroskop. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi makroplastik didominasi jenis kantong plastik dan bungkus makanan sebesar 38-43% di stasiun ruas Cikundul dan muara Cimandiri. Kelimpahan mikropastik tertinggi terdapat pada bulan Oktober di stasiun muara dengan kelimpahan rata-rata 782 partikel/m3. Film merupakan tipe mikroplastik dominan baik di stasiun ruas Cikundul dan muara Cimandiri dengan kelimpahan rata-rata 49 partikel/m3 dan 265 partikel/m3. Uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara kelimpahan di hilir dan muara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa DAS Cimandiri telah mengalami pencemaran makroplastik dan mikroplastik yang berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan di Teluk Palabuhanratu. Kelimpahan mikroplastik lebih tinggi terdapat di daerah muara dengan jenis mikroplastik film yang mendominasi. Sampah plastik ini diduga berasal dari aktivitas masyarakat sepanjang aliran DAS Cimandiri.

Kata kunci : film, hulu, makroplastik, mikroplastik, muara

Page 99: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

79

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-01 ANALISIS STUDI KELAYAKAN INDUSTRI REFINED CARRAGENAN DI KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

Ediyanto** Universitas Satya Negara Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi keberadaan industri Refined Carrageenan; (2) menganalisis studi kelayakan industri Refined Carrageenan; (3) mengidentifikasi bentuk pengusahaan rumput laut yang sesuai dengan Kabupaten Badung. Penelitian ini dilakukan di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Provinsi Bali mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2017. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian studi kasus, pengambilan sample secara purposive sampling dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa responden yang dipilih mampu menjelaskan gambaran lengkap tentang sektor rumput laut di Provinsi Bali serta melakukan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Industri Refined Carrageenan belum tersedia di Kabupaten Badung dan keberadaannya sangat diharapkan masyarakat. Pendirian industri Refined Carrageenan (RC) yang akan didirikan di Kabupaten Badung layak untuk didirikan (go). Kelayakan pendirian industri RC ini didasarkan pada aspek pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen operasional, dan finansial. Hasil akhirnya ditemukan bahwa industri yang dirancang berbentuk kemitraan dengan petani rumput laut. Hal ini dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat. Industri Refined Carrageenan belum tersedia di Kabupaten Badung dan sangat diharapkan oleh masyarakat. Pendirian industri refined carrageenan (RC) yang akan didirikan layak untuk didirikan (go). Kelayakan pendirian industri RC ini didasarkan pada aspek pasar dan pemasaran, teknik dan teknologis, manajemen operasional, dan finansial. Maka industri ini dirancang berbentuk PIR+.

Kata kunci : FGD, industri rumput laut, PIR+, pembangunan daerah, refined carragenan

Page 100: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

80

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-02 ANALISIS KAPASITAS DIRI NELAYAN AMBON

Rinda Noviyanti*, Meitha Monita Kaihatu dan Lilian Sarah Hiariey* Universitas Terbuka

Pembangunan infrastruktur laut merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan pesisir. Pembangunan ini tentunya harus memiliki sifat yang berkelanjutan dan menunjang dari segi potensi laut dan masyarakatnya. Salah satu infrastruktur laut yang memiliki peranan penting dalam perekonomian wilayah pesisir ialah pelabuhan perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon menjadi salah satu pusat kegiatan penangkapan ikan di perairan Ambon. Banyak nelayan yang memanfaatkan keberadaan PPN ini. Peningkatan sarana prasarana PPN sejatinya diimbangi oleh peningkatan kapasitas nelayan. Penelitian dilaksanakan bulan Juli-September 2018, dengan tujuan menganalisis kapasitas diri nelayan. Kapasitas diri nelayan dilihat dari 4 aspek; pengetahuan, keterampilan, kompetensi, dan aspek individu. Aspek individu diambil dari mental, percaya diri, dan komitmen. Sampel diambil dengan cara purposive sampling, yaitu dengan kriteria sudah menjadi nelayan minimal 5 tahun, memanfaatkan sarana prasarana PPN Ambon, dan berdomisili di Ambon. Jumlah sample 76, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kapasitas diri nelayan di Ambon dari aspek pengetahuan, Keterampilan, kompetensi, mental, percaya diri dan komitmen berturut-turut baik (44,3%), kurang baik (48,1%), baik (48,1%), baik (60,76), baik (53,16), dan baik (68,35).

Kata kunci : Ambon, individu, keterampilan, kompetensi, nelayan, pengetahuan

Page 101: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

81

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-03 STRATEGI PENGURANGAN JUMLAH KARAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

Asep Agus Handaka Suryana*, Atikah Nurhayati, Iskandar dan Tanti Rinjani* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Waduk Cirata merupakan salah satu waduk yang memiliki jumlah Karamba Jaring Apung (KJA) yang jauh melebihi batas yang diperbolehkan Pemda Jawa Barat sebesar 12.000 unit. Perlu dilakukan pengurangan jumlah karamba untuk menghindari semakin berlebihnya jumlah KJA. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengurangan karamba jaring apung di Waduk Cirata Jawa Barat. Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan April sampai September 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan pendekatan analisis Hasil deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stakeholder yang paling berpengaruh dalam pengurangan jumlah KJA yaitu Badan Pengelola Waduk Cirata, Tentara Nasional Indonesia dalam hal ini Kodam, Kodim, Koramil dan Babinsa, dan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. Pengurangan KJA dapat terealisir dengan baik dengan mengoptimalkan peran stakeholder yang berpengaruh. Strategi yang direkomendasikan yaitu dimulai dengan sosialisasi, dilanjutkan pelaksanaan pembongkaran yang melibatkan masyarakat dengan tetap didampingi, pasca pembongkaran disiapkan program alih usaha. Dapat disimpulkan bahwa upaya pengurangan KJA di waduk Cirata akan berhasil jika melibatkan seluruh stakeholder yang berpengaruh. Melaksanakan tahapan pengurangan sesuai starategi yang direkomendasikan dan menyiapkan program alih usaha terutama dibidang perikanan juga sehingga masyarakat terdampak dapat segera pulih pendapatannya.

Kata kunci : Cirata, karamba jaring apung, strategi pengurangan, stakeholder

Page 102: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

82

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-04 IDENTIFIKASI RISIKO PADA USAHA BUDIDAYA UDANG VANAMEI DI JAWA TIMUR; PENDEKATAN BUSINESS PROCESS MODELING

Riski Agung Lestariadi** Universitas Brawijaya

Kompleksitas dan dinamika dalam industri udang telah meningkatkan ketidakpastian dan subyektivitas dalam proses analisis risiko. Identifikasi proses bisnis dalam budidaya udang, dan sumber risiko yang mungkin timbul dalam setiap proses adalah faktor penting dalam menjaga keberlanjutan industri udang. Penelitian ini menyajikan analisis risiko berdasarkan pemodelan proses bisnis, yang merupakan alat yang berguna untuk mengidentifikasi sumber risiko dan strategi manajemen sepanjang proses bisnis udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga proses bisnis utama dalam budidaya udang skala kecil, terdiri dari persiapan tambak dan input untuk produksi, produksi, dan panen serta pemasaran. Dari total 32 sumber risiko yang diidentifikasi, proses produksi menyumbang 20 sumber risiko. Fakta ini menyatakan bahwa petambak lebih memperhatikan tindakan preventif untuk menghindari peristiwa tak terduga yang terjadi selama proses produksi dibandingkan dengan tahap lainnya. Mengenai strategi manajemen, hasil menunjukkan bahwa petani udang mengembangkan berbagai variasi dan sebaliknya, strategi manajemen risiko dapat diterapkan untuk mengurangi beragam jenis sumber risiko di sepanjang proses bisnis produksi udang.

Kata kunci : budidaya udang, business process modeling, manajemen risiko

Page 103: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

83

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-05 KAJIAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DALAM MENDUKUNG INDUSTRIALISASI PERIKANAN

Shofihar Sinansari* dan Bambang Priono* Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan hias Depok

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali potensi perikanan khususnya budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilaksanakan sekitar bulan April sampai dengan September 2017. Metodologi yang digunakan kajian ini adalah metode deskriftif analisis, yang dimaksudkan untuk mendiskripsikan data-data yang diperoleh, selanjutnya menganalisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang ada. Data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi langsung ke beberapa lokasi lokasi penelitian dengan mengadakan wawancara. Sedangkan data sekunder diperlukan untuk menunjang data primer seperti kepustakaan dan data dari dinas terkait. Hasil kajian menunjukkan bahwa ikan nila kini banyak dibudidayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya sangat baik, ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Bisnis ikan nila skala besar di Indonesia masih terkendala oleh berbagai masalah, diantaranya penerapan teknologi budidaya benih yang berkualitas baik; belum adanya sistem tataniaga yang efisien serta harga masih ditentukan oleh perusahaan besar, kurangnya diversifikasi produk, dan yang paling terkini adanya hambatan regulasi lahan budidaya, akibat adanya kebijakan pengembangan kawasan pariwisata. Strategi kedepan untuk mengembangkan budidaya ikan nila adalah pemanfaatan lahan bekas tambak udang yang tidak/kurang (idle) dimanfaatakan, sebarannya di Indonesia sangat besar. Secara potensi, pengembangan budidya ikan nila skala besar dapat dilakukan di waduk maupun danau yang banyak tersebar di seluruh kawasan nusantara.

Kata kunci : bisnis ikan nila, ikan nila, kajian pengembangan, potensi bisnis

Page 104: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

84

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-06 PEMBANGUNAN JALUR LINTAS SELATAN BAGI EKONOMI RUMAHTANGGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI SENDANGBIRU MALANG

Pudji Purwanti*, Erlinda Indrayani dan Emiria Adhityas Nastiti* Universitas Brawijaya

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menginventarisasi kegiatan ekonomi produktif yang dapat diakses rumahtangga masyarakat pesisir setelah dibangunnya jalur lintas selatan (2) manfaat ekonomi rumahtangga nelayan sebagai akibat dari pembangunan jalur lintas selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 hingga Februari 2018 di Pantai Sendangbiru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitiain ini adalah metode deskriptif untuk menginventarisir jenis usaha produktif yang diakses rumahtangga masyarakat pesisir. Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 90 orang terdiri dari nelayan purse seine, pedagang toko, pedagang makanan, pemilik homestay, pengelola wisata dan persewaan ojek. Analisis manfaat ekonomi dilakukan melalui analisis peningkatan pendapatan, pengurangan pengeluaran dan biaiya transportasi, efisiensi waktu, kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan pokok pangan dan non pangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan dibangunnya jalur lintas selatan membuka destinasi wisata baru di Desa Tambakrejo yaitu Pantai Tiga Warna, Pantai Gatra dan Pantai Clungup. Adanya destinasi wisata baru tersebut meningkatkan usaha homestay. Rata-rata pendapatan responden meningkat dari Rp740.938.000 per tahun menjadi Rp1.351.051.000 per tahun. Usaha yang berkembang lainnya adalah warung makan dan pedagang makanan. Rata-rata pendapatan dari usaha warung makan sebelumnya Rp78.047.000 per tahun meningkat menjadi Rp284.747.000 per tahun. Pendapatan pengelola wisata pantai 3 warna Rp517.892.000 per tahun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalur lintas selatan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dari usaha homestay, membuka peluang usaha baru ekowisata Pantai Tiga Warna, dan meningkatkan usaha warung makan. Selain itu terdapat pengurangan biaya transportasi yang dikeluarkan masyarakat serta memudahkan masyarakat dalam mendapatakan kebutuhan pokok pangan dan pokok non pangan.

Kata kunci : manfaat ekonomi, peluang usaha baru

Page 105: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

85

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-07 ANALISIS HUKUM PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KONSERVASI PASCA UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERINTAHAN DAERAH

Akhmad Solihin*, Achmad Fahrudin, Budy Wiryawan, Ary Wahyono dan Isdahartati* Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB

Komitmen penetapan kawasan konservasi perairan seluas 20 juta Ha sudah tercapai sebelum tahun 2020. Namun demikian, komitmen tersebut tidak disertai dengan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal ini dikarenakan, hanya KKPD Raja Ampat yang memiliki lembaga pengelola sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Lembaga konservasi lainnya yang dikelola pemerintah provinsi dibatalkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Permasalahan tersebut disebabkan oleh perubahan konstelasi politik dalam pengelolaan kelautan di daerah pasca pengesahan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang mencabut kewenangan kabupaten/kota di wilayah laut sejauh 4 mil. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peraturan perundang-undangan terkait pembentukan kelembagaan pengelola KKPD, dan memberikan rekomendasi kelembagaan konservasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2019 di KKP dan Kemendagri. Metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder dari berbagai bahan-bahan hukum, berkaitan dengan obyek penelitian. Adapun bahan hukum tersebut diantaranya terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,dan bahan hukum tersier. Informasi yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan yuridis normatif dan yuridis komparatif. Penelitian menghasilkan bahwa terdapat dua kementerian yang berperan penting dalam pembentukan kelembagaan konservasi, yaitu Kemendagri berdasarkan UU No 23 tahun 2014 serta peraturan pelaksananya dan KKP sesuai UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan juncto UU No. 45 tahun 2009 dan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juncto UU No. 1 tahun 2014. Hasil analisis juga menemukan konflik hukum antara Kemendagri dan KKP dalam urusan pengelolaan dan penyelenggaraan konservasi perairan, terutama dalam hal pelaksanaan urusan di luar pengawasan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini merekomendasikan perlunya perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan terkait dengan nomenklatur dan pembentukan kelembagaan konservasi di daerah, serta pembentukan NSPK pembentukan kelembagaan konservasi perairan di Kemendagri. Kejelasan hukum tersebut akan membantu efektivitas pengelolaan KKPD di era otonomi daerah.

Kata kunci : kawasan konservasi perairan daerah, kelembagaan konservasi perairan, pemerintah daerah

Page 106: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

86

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-08 PROFIL EKSPOR TUNA INDONESIA TAHUN 2010 - 2014

*Sri Hidayati* Universitas Tidar

Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) Perkembangan ekspor dan harga ekspor tuna Indonesia, (2) Kontriusi ekspor tuna Indonesia, (3) Komposisi ekspor tuna Indonesia pada 10 negara utama. Penelitian dilaksanakan tahun 2018 menggunakan data time series ekspor tuna dan perikanan Indonesia tahun 2010 -2015 dengan sumber utama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan market share (MS) dari sisi pengekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Rata-rata perkembangan ekspor tahun 2010-2014 sebesar 15,10% dan nilai ekspor 18,25%; harga ekspor rata-rata $3,477 perkg dengan perkembangan rata-rata 2,03%, (2) kontribusi volume ekspor rata-rata terhadap produksi perikanan tangkap laut sebesar 20,36% dengan tingkat perkembangan rata-rata 5,18%; kontribusi rata-rata terhadap nilai ekspor perikanan 16,04% dengan tingkat perkembangan rata-rata 4,89%, (3) Ekspor terbesar tuna Indonesia tahun 2014 adalah ke Jepang, Thailand, dan Amerika Serikat dengan volume 57,26% dan nilai ekspor 53,14%. Tuna Indonesia masih merupakan komoditi andalan dalam ekspor perikanan Indonesia.

Kata kunci : profil ekspor, tuna

Page 107: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

87

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-09 PENGARUH LIMBAH AIR PANAS PADA KUALITAS HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN LAUT DI SEKITAR PLTU SUMURADEM KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

Didha Andini Putri* dan Lisa Sahara* Mahasiswa Magister Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro, Semarang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cemaran limbah air panas, kandungan logam berat Pb, Cd, dan Hg terhadap komposisi dan kualitas hasil tangkapan nelayan jaring rampus di peraiaran laut sekitar PLTU SumurAdem terutama nelayan desa Ujung Gebang Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dibatasi pada parameter oseanografi fisika kimia, dan suhu permukaan air laut serta pengujian organoleptik pada ikan hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2018. Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengumpulkan dan menyajikan data yang telah didapat seperti data pengamatan oseanografi fisika, kimia dan biologi yang diambil secara langsung di lapangan, sehingga memberikan gambaran secara jelas mengenai pengaruh limbah buangan air panas terhadap biota perairan. Selain itu metode deskriptif dipilih karena membutuhkan sejumlah data lapangan yang bersifat aktual, dan keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data premier dan subjek penelitian. Komposisi hasil tangkapan ikan oleh jaring rampus selama trip mendapatkan 3 jenis ikan dan 1 krustasea yaitu ikan kembung, kuro, colet, dan rajungan. Beberapa spesies ikan seperti ikan bawal. Ikan bawal putih sudah tidak tertangkap oleh jaring rampus. Kandungan logam berat merkuri (Hg) didalam badan air pada perairan PLTU Sumur Adem berkisar antara 0,00-0,003 ppm pada 2 stasiun berbeda sedangkan kandungan logam berat timbal (Pb) berkisar 0,00-0,12 ppm. Sedangkan kadar cadmium tidak di temukan. Salinitas memiliki rata-rata 30%o. Kecerahan masih memiliki kategori optimal mulai dari 1,45-4,35 meter. pH memiliki nilai 6-7 ppt. Suhu pada penelitian saat di lapangan berkisar 27-30°C dengan rata-rata suhu permukaan laut bulanan melalui satelit citra aqua MODIS di peroleh 29-33°C pada bulan April-Juni 2018. Uji organoleptik mendapatkan hasil pada ikan 1 memiliki nilai uji skor 7,0 pada ikan 2 adalah 7,0 pada ikan 3 diperoleh nilai terbesar yaitu 7,5 pada ikan 4 diperoleh nilai 7 dan ikan 5 memiliki nila interval 7,0. Nilai rata-rata Uji sensori secara keseluruhan mendapatkan nilai insang paling kecil dengan rata-rata 4,1-5,2. Kenaikan suhu sebesar 3°C yang terjadi karena limbah air panas dengan rata-rata suhu perairan bulanan 33°C tidak mempengaruhi komunitas biota perairan dan komposisi hasil tangkapan. Kualitas perairan masih terbilang optimal dari segi fisika seperti salinitas, dan pH namun pada parameter kimia perairan PLTU Sumur Adem sudah tercemar oleh logam berat seperti Hg dan Cd sebesar 0,00-0,003 dan 0,00-0,12 ppm. Penurunan kualitas hasil tangkapan di temukan pada insang dengan rata-rata nilai uji sensori 4-5.

Kata kunci : Citra aqua MODIS, komposisi hasil tangkapan, limbah air panas, logam berat, organoleptik

Page 108: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

88

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-10 PRODUKSI DAN KOMPOSISI TUNA CAKALANG DAN TONGKOL (TCT) DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) DAN LAUT LEPAS DI SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA

Suciadi Catur Nugroho* dan Irwan Jatmiko* Loka Penelitian Perikanan Tuna, KKP

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi dan komposisi tuna, cakalang, dan tongkol (TCT) yang tertangkap berdasarkan daerah penangkapannya di wilayah ZEE dan laut lepas di Samudra Hindia Selatan, Jawa. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Desember 2017 di PPS Cilacap. Data yang digunakan merupakan data catatan produksi harian PPS Cilacap. Data catatan produksi harian memuat data lokasi penangkapan, data jenis ikan, dan hasil tangkapan yang didaratkan oleh setiap kapal di PPS Cilacap. Untuk memisahkan lokasi penangkapan di wilayah ZEE dan laut lepas digunakan program QGIS. Data hasil tangkapan dan jenis ikan digunakan untuk mengetahui produksi dan komposisi di wilayah ZEE dan laut lepas,data tersebut dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Office Excel. Daerah penangkapan TCT terletak pada titik koordinat antara 6°LS–15°LS dan 93°BT-114°BT. Total produksi TCT pada tahun 2017 sebesar 4.471 ton dimana 65,79% TCT tertangkap di wilayah ZEE dan 34,21% tertangkap di laut lepas. Komposisi TCT yang tertangkap di dalam ZEE didominasi oleh cakalang diikuti oleh tuna mata besar, albakora, madidihang, tongkol lisong, tuna sirip biru selatan, dan tongkol komo. Sementara itu komposisi hasil tangkapan TCT yang tertangkap diluar ZEE didominasi oleh tuna mata besar diikuti oleh albakora, cakalang, madidihang dan tuna sirip biru selatan. Total produksi TCT di PPS Cilacap pada tahun 2017 sebesar 4.471 Ton dimana TCT tertangkap di wilayah ZEE lebih banyak dibandingkan yang tertangkap di laut lepas. TCT yang tertangkap di dalam ZEE didominasi oleh cakalang sedangkan TCT yang tertangkap diluar ZEE didominasi oleh tuna mata besar. Armada yang menangkap TCT antara lain armada rawai tuna, jaring insang dan pukat cincin.

Kata kunci : komposisi, laut lepas, produksi, Samudra Hindia, TCT, ZEE

Page 109: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

89

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-11 SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN DAN POTENSI STOK SUMBER DAYA IKAN TUNA TONGKOL CAKALANG DI LABUHAN LOMBOK

Gussasta Levi Arnenda* dan Fathur Rochman* Loka Penelitian Perikanan Tuna

Adanya informasi yang memadai tentang perkembangan terkini potensi stok sumber daya ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol (TCT) yang berbasis di PP Labuhan Lombok berguna untuk memberikan masukan bagi pengembangan usaha penangkapan maupun manajemen pengelolaan sumberdaya ikan secara tepat dan berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proporsi hasil tangkapan atau produksi TCT yang didaratkan di PP Labuhan Lombok, verifikasi ploting daerah penangkapan secara spasial. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari 2018 hingga Desember 2018 di Labuhan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengambilan data dilakukan secara langsung dilokasi penelitian. Data daerah penangkapan diperoleh dari logbook penangkapan ikan yang berasal dari PSDKP Labuhan Lombok. Data alat tangkapan dan operasional pelabuhan berasal dari PPP Labuhan Lombok. Pendataan data secara langsung dengan metode wawancara secara langsung dengan berbagai pihak. Daerah penangkapan dibuat dengan menggunakan aplikasi Q-GIS. Komposisi hasil tangkapan WPPRI 573 dan 713 di PPP Labuhan Lombok pada tahun 2016 didominasi oleh ikan madidihang dengan 34,31% atau 140 ton pada lintang 9º-10º LS dan 17º-18º BT. Sebaran albakora 4000 Kg pada lintang 9º-10º LS dan 17º-18º BT. Sebaran cakalang 300 Ton pada lintang 9º-10º LS dan 17º-18º BT. Sebaran tongkol komo mencapai 12 Ton pada lintang 9º-10º LS dan 117º-118º BT. TCT di wilayah ZEE pada tahun 2017 sebanyak 99,2%. Kontribusi TCT PPP Labuhan sangat minimal. Sebaran daerah penangkapan TCT di Labuhan Lombok berada di WPP-RI 573 dan 713 dengan 92% hasil tangkapannya berada di dalam ZEE. Potensi TCT harus lebih dioptimalkan oleh berbagai pihak terkait.

Kata kunci : cakalang, daerah penangkapan, Labuhan Lombok, stok, tongkol, tuna

Page 110: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

90

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-12 UJI COBA RUMPON PORTABLE TERHADAP HASIL TANGKAPAN HANDLINE

Roza Yusfiandayani*, Mala Nurilmala, Nurjanah, Asadatun Abdullah dan Fedi A. Sondita* Institut Pertanian Bogor

Rumpon yang biasanya digunakan di Indonesia adalah rumpon yang menetap di perairan. Rumpon portable merupakan pengembangan dari rumpon konvensional yang menggunakan konsep respons ikan terkait frekuensi suara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi ikan yang tertangkap dengan handline di sekitar rumpon portable, menentukan kelayakan hasil tangkapan handline serta menganalisis hubungan panjang berat hasil tangkapan handline. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-16 April 2019. Metode penelitian dilakukan dengan cara experimental fishing yaitu melakukan ujicoba penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon portable dan handline. Total hasil tangkapan ikan sebanyak 165 ekor didominasi oleh jenis ikan lemadang dan ikan kambing-kambing. Hasil tangkapan lainnya adalah cumi-cumi. Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil tangkapan didominasi oleh ikan yang layak tangkap dan yang tidak layak tangkap serta memiliki hubungan panjang berat bersifat allometrik positif dan bersifat allometrik negatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah komposisi hasil tangkapan adalah ikan pelagis besar dan pelagis kecil, hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon dengan menggunakan handline memiliki kelayakan tangkap yang bervariasi dan hasil tangkapan memiliki hubungan panjang berat allometrik positif dan negatif.

Kata kunci : hasil tangkapan, handline, rumpon portable

Page 111: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

91

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-13 POLA RANTAI PASOK IKAN DI PASAR TRADISIONAL: STUDI KASUS PASAR KRANGGAN KOTA YOGYAKARTA

Rinaldi Marulitua* dan Suadi*Mahasiswa Jurusan Perikanan UGM

Pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat menuntut persediaan dan distribusi ikan secara baik dan pengelolaan rantai pasok ikan berperan penting untuk menjamin sistem persediaan ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman komoditas ikan, persediaan, dan pola aliran (ikan, finansial, dan informasi); mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan rantai pasok ikan, dan menyusun model rantai pasok ikan di pasar tradisional. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Agustus 2018. Penelitian ini dilakukan melalui studi kasus pengelolaan rantai pasok ikan di Pasar Kranggan Kota Yogyakarta. Komoditas ikan yang terdapat di Pasar Kranggan diantaranya ikan segar laut (100% luar DIY), ikan segar air tawar (86% luar DIY), olahan ikan pindang dan ikan asin yang sebagian besar berasal dari luar DIY, serta bahan baku bandeng presto seluruhnya berasal dari luar DIY walaupun diproduksi oleh unit pengolahan ikan di DIY. Metode transaksi antara supplier dan pedagang adalah tunai dan menggunakan nota dengan jangka waktu pembayaran fleksibel. Informasi mengenai sumber ikan didapatkan beragam dari pedagang dengan pemesanan secara langsung atau komunikasi melalui SMS, telepon, dan Whatsapp. Permasalahan tiap komoditas ikan beragam diantaranya ketersediaan ikan yang tidak selamanya kontinu pada ikan segar dan mutu ikan yang tidak 100% baik pada beberapa ikan olahan. Tingginya volume ikan dari luar daerah yang masuk ke DIY, khususnya melalui pasar tradisional perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjamin ketersediaan, kualitas dan harga yang terjangkau.

Kata kunci : DIY, ikan, Kranggan, pasar tradisional, rantai pasok

Page 112: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

92

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-14 PENGELOLAAN RANTAI PASOK IKAN DI BADAN USAHA MILIK NEGARA: STUDI KASUS PERUSAHAAN UMUM PERIKANAN INDONESIA

Rofi Wima Restianto* dan Suadi* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan ikan dan alirannya (ikan, informasi dan finansial), mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan aliran tersebut, dan menyusun model rantai pasok ikan pada kasus Perum Perindo. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April – Agustus 2018 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Ikan yang ada di Perum Perindo Jakarta terdiri dari ikan pelagis, demersal, moluska, dan ikan air tawar. Secara rata - rata 95% bahan baku ikan didapatkan dari luar Jakarta, terutama di wilayah timur Indonesia. Pemasaran produk ditujukan untuk pasar ekspor dan sebagian untuk pasar domestik. Perusahaan mendapatkan informasi dari beberapa supplier dan nelayan yang berkerjasama dengan Perum Perindo. Nelayan yang bermitra dengan Perum Perindo hanya menyumbang bagian kecil dari bahan baku ikan (18%). Metode pembayaran menggunakan dua sistem yaitu pembayaran langsung (cash) dan uang muka. Permasalahan yang dihadapi diantaranya kepastian ketersediaan ikan karena keterbatasan suplai akibat jumlah kapal penangkapan yang sedikit serta sumber bahan baku dan mitra usaha yang tersebar masih terbatas. Model rantai pasok komoditas ikan yang ada di Perum Perindo Jakarta terdiri dari beberapa langkah yaitu nelayan, pemasok, pabrik, perusahaan mitra, distributor, dan pedagang.

Kata kunci : arus finansial, arus ikan, arus informasi, nelayan, Perum Perindo, rantai pasok

Page 113: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

93

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-15 REKONSTRUKSI ATURAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN: STUDI KASUS AWIG-AWIG TELUK JOR

Akhmad Solihin* dan Luky Adrianto* Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB

Perikanan Indonesia dihadapkan pada ancaman kelangkaan ikan, salah satunya disebabkan oleh praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Permasalahan ini terjadi juga dalam skala kecil di Teluk Jor, sehingga masyarakat lokal melakukan rekonstruksi aturan lokal yang dinamakan awig-awig. Tujuan penelitian ini menguraikan proses pembentukan aturan lokal dan menganalisi sistem kelembagaan kearifan lokal yang berlaku di Teluk Jor. Penelitian ini dilaksanakan di Teluk Jor, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Maret – Juli 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metoda yuridis normatif terhadap dasar hukum pembentukan aturan lokal awig-awig dan substansi aturan local yang berhasil disepakati dan ditetapkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukan bersifat terbuka dan mulai dari tingkat dusun hingga kecamatan, dimana awig-awig dibatasi oleh administrasi desa yang mengatur alat tangkap ikan dan wilayah tangkapannya, budidaya ikan, konservasi, pencemaran, keamanan, dan pelayaran. Kelembagaan yang ditetapkan adalah Lembaga Pemangku Adat Teluk Jor yang bertugas (a) menjaga dan mengawasi sumberdaya ikan; (b) menegakkan awig-awig; (c) mengelola dana pengelolaan; dan (d) memberikan masukan dalam penyempurnaan awig-awig. Keberadaan awig-awig Teluk Jor mampu menghilangkan praktik penggunaan alat tangkap merusak di Teluk Jor yang melingkupi dua desa pada dua kecamatan.

Kata kunci : Awig-awig, kelangkaan ikan, kearifan lokal, Teluk Jor

Page 114: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

94

PRESENTASI ORAL SOSEK - PENANGKAPAN

Kembali

SP-16 PERSEPSI NELAYAN TRADISIONAL TENTANG NILAI NON-PASAR DAN NON-PENGGUNAAN SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI TELUK DORERI

Nurhani Widiastuti* dan Thomas F. Pattiasina* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Nelayan yang bermukim di pesisir Teluk Doreri adalah nelayan tradisional yang bergantung pada keberadaan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi nelayan tradisional tentang nilai non pasar (non-market value) dan nilai non penggunaan (non-use value) dari sumberdaya terumbu karang serta ancaman utama terhadap keberadaan terumbu karang di Teluk Doreri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2018. Sebanyak 70 nelayan tradisional dari 15 kampung di pesisir Teluk Doreri dipilih sebagai responden. Pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi, yaitu penyusunan data ke dalam suatu pola formal yang telah terancang. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum responden memiliki pemahaman yang baik tentang nilai non-pasar dan nilai non-penggunaan dari sumberdaya terumbu karang. Pemahaman yang baik dari responden terhadap nilai non-pasar, khususnya penggunaan tidak langsung tercermin dari respon terhadap pernyataan-pernyataan yang terkait. Responden juga mengidentifikasi bahwa terdapat empat jenis ancaman utama terhadap sumberdaya terumbu karang di Teluk Doreri yaitu pencemaran sampah dan limbah, metode penangkapan ikan yang merusak, abrasi dan sedimentasi, serta aktivitas kapal/perahu nelayan. Pandangan dan pemahaman nelayan tradisional yang baik tentang nilai dan ancaman terhadap sumberdaya terumbu karang merupakan modal penting bagi pengelola untuk membangun dukungan masyarakat dalam upaya-upaya pengelolaan terumbu karang di Teluk Doreri Kabupaten Manokwari.

Kata kunci : nelayan tradisional, nilai non-pasar, nilai non-penggunaan, persepsi, terumbu karang, Teluk Doreri, Manokwari

Page 115: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

95

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-01PREDIKSI PARAMETER HASIL PENGISIAN ADONAN TAHU TUNA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MACHINE LEARNING

Putri Wullandari* dan I Made Susi Erawan* Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil

Perikanan-KKP

Tahu tuna merupakan makanan yang mengkombinasikan adonan yang berasal dari ikan tuna sebagai isian dan tahu. Penelitian ini mengkaji prediksi parameter mutu tahu tuna hasil pengisian adonan mencakup berat tahu setelah diisi adonan (y1), volume adonan dalam tahu (y2), dan waktu pengisian (y3) dengan variabel bebas meliputi lama perendaman tahu (x1), lama penggorengan tahu (x2) serta volume tahu setelah penggorengan (x3). Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015. Pengisian adonan dilakukan dengan mesin pengisi adonan yang dikembangkan LRMPHP pada kecepatan putaran 80 RPM. Prediksi parameter mutu tahu tuna dilakukan menggunakan metode machine learning dengan software Weka versi 3.8.2. Pengklasifikasi meliputi Linear Regression (LR), Multi Layer Perceptron (MLP), Ibk, dan Random Forest (RF). Indikator kemampuan prediksi masing-masing pengklasifikasi diuji nilai Correlation Coefficient (CC), Root Mean Squared Error (RMSE), Relative Absolute Error (RAE), Root Relative Squared Error (RRSE), dan Mean Absolute Error (MAE). Hasil nilai y1 untuk pengklasifikasi Ibk memiliki nilai tertinggi untuk CC sebesar 0,9660, dengan nilai MAE, RMSE, RAE, dan RRSE masing-masing sebesar 2,5674, 3,4828, 19,6474, dan 25,4865. Sementara untuk nilai y2 memiliki nilai tertinggi untuk CC sebesar 0,7120 dengan nilai MAE, RMSE, RAE, dan RRSE masing-masing sebesar 0,6512, 0,7959, 73,5144, dan 70,2196 pada pengklasifikasi LR. Pada nilai y3 pengklasifikasi MLP menghasilkan nilai MAE, RMSE, RAE, dan RRSE masing-masing sebesar 1,0545, 1,2975, 43,0764, dan 39, 6494 dengan nilai CC tertinggi sebesar 0,9269. Berdasarkan nilai CC dan RMSE yang dicapai maka Ibk, LR, dan MLP menjadi pengklasifikasi terbaik masing-masing untuk variabel berat tahu setelah diisi adonan, volume adonan dalam tahu, dan waktu pengisian.

Kata kunci : machine learning, pengisi adonan, tahu tuna

Page 116: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

96

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-02PENGGUNAAN PARAMETER WARNA DAN TEKSTUR PADA KLASIFIKASI SUMBER DAGING IKAN LUMAT BERBASIS SUPERVISED LEARNING

I Made Susi Erawan* dan Putri Wullandari* LPPMPHP-KKP

Daging ikan lumat yang bermutu salah satunya tergantung kepada karakteristik bahan baku ikan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali perbedaan dua sumber daging ikan lumat (ikan kuniran dan ikan putihan) dengan memanfaatkan data hasil pengujian warna dan tekstur. Ikan putihan dan ikan kuniran dengan dua variasi perlakuan (utuh dan disayat) diumpankan pada mesin pemisah daging ikan skala laboratorium yang dikembangkan oleh LRMPHP. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2012. Daging lumat diukur parameter warna (L ,a, dan b) dan parameter tekstur (Hardness, Adhesiveness, Springiness, Cohesiveness, Gumminess, Chewiness, dan Resillience). Teknik supervised learning diterapkan melalui penentuan 3 fitur warna dan 7 fitur tekstur serta pelabelan kelas dilanjutkan proses klasifikasi dengan membandingkan kinerja 4 pengklasifikasi meliputi Multi Layer Perceptron (MLP), Ibk, Random Forest (RF), dan Sequential Minimal Optimization (SMO). Hasil Paired t-test untuk parameter RMSE dengan MLP sebagai pengklasifikasi acuan menunjukkan bahwa pengklasifikasi RF menunjukkan kemampuan klasifikasi yang sama baiknya dengan MLP. Parameter PC, Kappa Statistic, nilai RMSE, RAE, RRSE, dan MAE pada metode training menghasilkan nilai masing-masing 96,875, 0,937, 0,1768, 6,2731, 35,4244, dan 0,0313 sementara metode 10 Folds CV memberikan nilai masing-masing 96,875, 0,937, 0,1768, 6,2249, 35,1399, dan 0,0313. Berdasarkan pengujian supervised learning menunjukkan kemampuan terbaik SMO dalam mengklasifikasikan dua sumber daging ikan lumat yang dihasilkan dari mesin pemisah daging ikan skala laboratorium.

Kata kunci : daging lumat, meat bone separator, supervised learning

Page 117: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

97

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-03PENGERINGAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN ENERGI GELOMBANG MIKRO DAN KUALITAS YANG DIHASILKAN

Wahyu Tri Handoyo*, Adrianto Widi Prasetyo dan Arif Rahman Hakim* Loka Litbang Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, BalitbangKP, KKP

Inovasi teknologi pengeringan rumput laut untuk mempercepat proses pengeringan dan menjaga kualitas perlu dilakukan. Salah satu metode pengeringan yang potensial adalah pengeringan menggunakan gelombang mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pengeringan dan kualitas karaginan rumput laut E. Cottonii yang dikeringkan menggunakan gelombang mikro. Seluruh rangkaian penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun 2019. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut E. Cottonii kering. Tahapan penelitian adalah dengan merendam rumput laut E. Cottonii kering kedalam air selama 24 jam. Selanjutnya rumput laut dikeringkan menggunakan gelombang mikro dengan variasi daya 400 watt, 500 watt dan 600 watt selama 60 menit, dan juga dikeringkan menggunakan sinar matahari sebagai pembanding. Paramater yang diamati adalah berat rumput laut, kadar air, kadar sulfat, kekuatan gel, dan kekentalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pengeringan paling besar adalah pada pengeringan dengan variasi daya 600 watt yaitu 10,81 gr/menit. Persentase kadar sulfat paling tinggi adalah pada pengeringan menggunakan sinar matahari yaitu 12,38 %. Sedangkan nilai kekuatan gel terbaik adalah pada pengeringan dengan variasi daya 600 watt yaitu 814,5 gr/cm2, dan nilai kekentalan tertinggi adalah pada pengeringan menggunakan matahari yaitu 1250 cPS. Pengeringan rumput laut menggunakan gelombang mikro secara umum dapat mempercepat proses pengeringan dibandingkan menggunakan sinar matahari langsung. Pada kualitas karaginan, nilai kekuatan gel dan kekentalan sudah memenuhi baku mutu, tetapi untuk nilai kadar sulfat masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Kata kunci : gelombang mikro, kualitas karaginan, pengeringan, rumput laut

Page 118: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

98

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-04KUALITAS BIODIESEL MINYAK LIMBAH PENEPUNGAN IKAN HASIL TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS CaO: PENGARUH RASIO MOL MINYAK & METANOL

Anies Chamidah* dan Mirza GA* Universitas Brawijaya

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh rasio mol minyak ikan dengan metanol menggunakan katalis CaO terhadap kualitas biodiesel. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2016. Metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 2 faktor (faktor rasio mol minyak ikan dan metanol dan faktor katalis CaO) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian diperoleh biodiesel terbaik adalah pada penggunaan rasio mol minyak ikan dan metanol 1 : 6 katalis CaO 4 % dengan rendemen 78,67 %, angka asam 0,38 mg KOH/g, pH 6,31, viskositas 10,02 cSt, densitas 886,33 kg/m3, titik nyala 188 °C, kadar air 1,43 %, dan dari analisa GC-MS senyawa yang terkandung didalam biodiesel sesuai dengan senyawa yang terdapat pada biosolar. Kualitas biodiesel terbaik diperoleh dari transesterifikasi dengan rasio mol minyak ikan dan metanol 1 : 6 menggunakan katalis CaO 4%. Secara keseluruhan kualitas biodiesel yang telah memenuhi standar SNI biodiesel kecuali pada parameter viskositas dan kadar air

Kata kunci : katalis CaO, metanol, minyak ikan, rasio mol

Page 119: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

99

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-05GELATIN KULIT IKAN TUNA SIRIP KUNING DAN PATIN UNTUK CANGKANG KAPSUL KERAS

Mala Nurilmala*, Agoes Mardiono Jacoeb dan Rika Puspita Rahmayanti* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Gelatin adalah biopolymer protein yang luas penggunaannya baik untuk industri pangan dan non-pangan. Salah satu industri non-pangan yang menggunakan gelatin adalah cangkang kapsul keras. Tujuan penelitian ini ialah menentukan karakteristik gelatin dari kulit ikan tuna sirip kuning dan kulit ikan patin serta menentukan karakteristik cangkang kapsul keras yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2018. Gelatin dihidrolisis menggunakan asam sitrat 0,25%. Ekstraksi dilakukan pada waterbath suhu 60oC selama 7 jam, dikeringkan pada vakum evaporator. Pembuatan kapsul keras terdiri dari kapsul gelatin tuna sirip kuning, kapsul gelatin patin, serta kapsul campuran antara gelatin tuna-patin yang dibandingkan dengan kapsul komersial. Rancangan percobaan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap. Karakteristik gelatin kulit ikan tuna sirip kuning dan patin masing-masing yaitu pH 4,85±0,12 dan 5,06±0,03; kekuatan gel 184,33±8,00 g bloom dan 129,83±8,52 g bloom; kadar air 7,03±0,72% dan 5,87±0,37%; kadar abu 0,52±0,04% dan 0,58±0,04%; setting point 23,17±1,04oC dan 18,00±1,32oC; viskositas 31,13±3,02 cP dan 9,97±0,60 cP; warna L 37±0,51 dan 57,92±0,6; serta whiteness 34,91±0,46% dan 51,47±0,52%. Hasil analisis SDS-PAGE menunjukkan adanya ikatan β, α1 dan α2 pada gelatin tuna dan ikatan α1 dan α2 pada gelatin patin. Kapsul patin dan campuran tuna-patin memiliki sifat yang relatif sama. Karakteristik gelatin yang dihasilkan baik kulit tuna maupun patin sudah memenuhi standard SNI untuk viskositas, kekuatan gel, pH, kadar air dan kadar abu. Gelatin tuna, patin dan campuran keduanya dapat dibuat menjadi cangkang kapsul keras. Karakteristik yang telah sesuai dengan kapsul komersial.

Kata kunci : gelatin, kapsul, patin, tuna

Page 120: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

100

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-06KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MARSHMALLOW DARI GELATIN KULIT IKAN LENCAM (Lethrinus lentjan)

Hefti Salis Yufidasari*, Rahmi Nurdiani dan Asma Afifah* Universitas Brawijaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan konsentrasi gelatin kulit ikan lencam terhadap karakteristik (fisika, kimia dan organoleptik) marshmallow. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai November 2018. Metode penelitian bersifat eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan perbedaan konsentrasi gelatin (kontrol; 5,5%; 7,5%; 9,5%; 11,5%) dengan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gelatin kulit ikan lencam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai kadar air, kadar abu, kadar protein, gula reduksi, aw, kekerasan, kekenyalan, elastisitas dan organoleptik marshmallow. Perlakuan terbaik pada produk marshmallow ini yaitu pada konsentrasi gelatin 5,5% dengan hasil analisis menggunakan metode de garmo. Nilai kadar protein 5,57%, kadar air 16,21%, kadar abu 0,14%, aw 0,75%, gula reduksi 10,48%, kekerasan 5,39 N, kelengketan 3,18 N, elastisitas 4,21 mm, rasa 6,4 aroma 6,25, warna 6,60 dan tekstur 5,15. Hasil dari perlakuan terbaik dengan konsentrasi gelatin 5,5% sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kata kunci : gelatin, kulit ikan lencam (Lethrinus lentjan), marshmallow

Page 121: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

101

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-07KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI GELATIN KULIT IKAN ANGGOLI (Pristipomoides multidens) DENGAN PENAMBAHAN KAPPA KARAGINAN

Rahmi Nurdiani*, Hefti Salis Yufidasari dan Setyanto* Universitas Brawijaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kappa karaginan terhadap karakteristik edible film dari gelatin kulit ikan anggoli. Penelitian dilaksanakan bulan Februari - Oktober 2018. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana yang terdiri atas lima perlakuan penambahan kappa karaginan (0%, 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1%). Karakteristik edible film yang diamati meliputi kuat tarik, ketebalan, laju transmisi uap air, elongasi, pH, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kappa karaginan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai pH, kadar air, elongasi, kuat tarik, dan laju transmisi uap air edible film. Sedangkan pada ketebalan tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Perlakuan penambahan kappa karaginan terbaik pada produk edible film dari gelatin kulit anggoli yaitu pada konsentrasi sebesar 1%. Edible film yang diperoleh dari penelitian sudah memenuhi standar dari Japanese Industrial Standard.

Kata kunci : edible film, gelatin, kappa karaginan, kulit ikan anggoli (Pristipomoides multidens)

Page 122: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

102

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-08PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM ASETAT DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK GELATIN KULIT IKAN MAHI-MAHI

Kartika Dwi Prasetyaningrum, Latif Sahubawa* dan Susana Endah Ratnawati* Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, UGM

Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh perlakuan variasi konsentrasi asama asetat (0,04M ; 0,05M ; 0,05M) dan perlakuan suhu ekstraksi (50°C, 60°C, 70°C) terhadap mutu/karakteristik kolagen kulit ikan mahi-mahi. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Desember tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekstraksi dengan menggunakan perlakuan asam asetat (3 konsentrasi) dan suhu ekstrasi (3 tingkat). Data hasil analisis diolah secara statistik (analisis keragaman) yang dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (DMRT) pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, rerata kisaran nilai mutu sampel gelatin kulit ikan mahi-mahi adalah sebagai berikut: rendemen (4,22 - 5,23%db) ; kadar protein (93,77 - 97,28%db) ; kadar air (3,23 - 6,47%) ; kadar abu (1,11 - 1,43%db) ; viskositas (5,60 - 7,68 cP) ; kekuatan gel (142,84 - 223,51 bloom; pH: 5,45-5,67; warna/tingkat kecerahan/L (74,84 - 77,89) ; tingkat kemerahan/a (5,64 - 6,94) ; tingkat kekuningan (16,06-18,59). Pada umumnya, mutu gelatin kulit ikan mahi-mahi sudah memenuhi standar mutu gelatin pangan (SNI 06-3735-1995) kecuali parameter warna. Perlakuan terbaik dari hasil percobaan adalah konsentrasi asam asetat 0,05 M dengan suhu ekstraksi 70°C. Konsentrasi asam asetat dan suhu ekstraksi berpengaruh signifikan terhadap mutu gelatin kulit ikan lemadang (p<0,05) berdasarkan parameter rendemen, kadar air, kadar abu, kadar protein, viskositas, kekuatan gel dan warna namun tidak berpengaruh terhadap nilai pH (p>0,05).

Kata kunci : asam asetat, ekstraksi, gelatin, karakteristik, kulit mahi-mahi, suhu

Page 123: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

103

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-09PROFIL GIZI IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) SELAMA PENYIMPANAN SUHU BEKU

Nurjanah*, Asadatun Abdullah, Mala Nurilmala, Indomora Naibaho, Roza Yusfiandayani dan Fedi Sondita* Institut Pertanian Bogor

Proses rantai dingin pada ikan dapat dilakukan dengan penyimpanan secara beku. Ikan tuna sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan dengan nilai ekonomis tinggi dalam industri perikanan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh lama waktu penyimpanan suhu beku terhadap profil kandungan gizi ikan tuna sirip kuning. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan Februari 2019. Metode penelitian meliputi penentuan profil asam amino, asam lemak, taurin, vitamin, dan mineral pada ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares). Kandungan komposisi kimia pada ikan tuna sirip kuning selama penyimpanan enam bulan dengan suhu -20oC mengalami penurunan. Ikan tuna sirip kuning pada awal penyimpanan memiliki kadar asam amino glutamat sebesar 13.57% dan menurun menjadi 3.30% pada akhir penyimpanan. Ikan tuna sirip kuning pada awal penyimpanan memiliki kadar asam lemak palmitic sebesar 42.8% dan menurun menjadi 34.3% pada akhir penyimpanan. Ikan tuna sirip kuning pada awal penyimpanan memiliki kadar asam lemak palmitic sebesar 42.8% dan menurun menjadi 34.3% pada akhir penyimpanan. Ikan tuna sirip kuning pada awal penyimpanan memiliki kadar asam lemak taurin sebesar sebesar 434.43 mg/100g dan menurun menjadi 113.63 mg/100g pada akhir penyimpanan. Ikan tuna sirip kuning pada awal penyimpanan memiliki kadar vitamin A sebesar sebesar 115 IU/100 gramdan menurun menjadi 0.5 IU/100 grampada akhir penyimpanan.

Kata kunci : ikan tuna sirip kuning, komposisi kimia, penanganan, penyimpanan suhu beku

Page 124: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

104

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-10PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KARAGINAN (Eucheuma cottonii) TERHADAP MUTU IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Yuliati H. Sipahutar*, Tina Fransiska C Panjaitan, Sujuliyani dan Santi Dumpelle* Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui mutu sosis dengan penambahan tepung karaginan dengan konsentrasi yang berbeda. Penelitian dilakukan pada tanggal 19 Februari 2018 hingga 19 Mei 2018, bertempat di Workshop Pengolahan, Laboratorium Kimia, Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variabel penambahan tepung karagenan 2%, 2,5%,3%,3,5% dan 4% dengan tiga kali ulangan. Parameter mutu sosis ikan Patin adalah pengujian kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan protein) dan uji mikrobiologi (ALT). Uji Kruskl-Wallis digunakan untuk menentukan produk sosis dengan penambahan tepung karagenan yang berdasarkan uji sensori. Pengujian Sensori yaitu menunjukkan kenampakan penambahan tepung karaginan 3,5% dengan nilai ah 8.00. Parameter bau adalah dengan penambahan 3.5 % dengan nilai rata-rata 7.53 dan terendah 6,93. Penilaian panelis terhadap rasa i adalah 7.80 dengan penambahan 3.5 % dan nilai terendah adalah 7.00 dengan penambahan 4%. Analisa kimia menunjukkan bahwa kadar air, kadar lemak dan protein tidak berbeda nayat Penambahan tepung karaginan 4% sangat berbeda nyata dengan 2% dan 3,5%. Sosis ikan yang disukai panelis adalah dengan penambahan tepung karaginan 3,5%

Kata kunci : karaginan, sosis ikan patin

Page 125: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

105

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-11PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Rizka Romadhona Fitriani* dan Ustadi* Mahasiswa Jurusan Perikanan UGM

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan larutan nanokitosan terhadap mutu surimi ikan patin serta mengetahui rasio penambahan larutan nanokitosan yang efektif dalam meningkatkan mutu surimi ikan patin. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - April 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penambahan larutan nanokitosan berbagai rasio dan kombinasi cryoprotectant. Rasio nanokitosan yang ditambahkan pada surimi terdiri dari 1%; 1,5%; dan 2% (v/b), masing-masing rasio dibagi dalam 4 perlakuan dengan kombinasi perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant yang ditambahkan sebesar 100:0, 75:25, 50:50 serta 25:75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan larutan nanokitosan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, derajat putih surimi dan daya ikat air surimi ikan patin yang dihasilkan. Pemberian larutan nanokitosan sebesar 2% dengan perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant sebesar 25:75 memberikan hasil terbaik, yaitu derajat putih surimi 73,563; derajat putih gel surimi 79,285; kekuatan gel 625,10 gr/cm2; daya ikat air 35%; kadar air 77%; pH 5,9; kenampakan 7; uji lipat 8,5; uji gigit 8,75; warna 4,5; tekstur 6,75; dan aroma 5. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penambahan larutan nanokitosan pada surimi ikan patin memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, derajat putih surimi dan daya ikat air surimi yang dihasilkan. Rasio penambahan larutan nanokitosan yang efektif dalam meningkatkan mutu surimi ikan patin adalah 2% dengan perbandingan larutan nanokitosan dan cryoprotectant sebesar 25:75.

Kata kunci : cryoprotectant, derajat putih, kekuatan gel, nanokitosan, patin, surimi

Page 126: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

106

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-12PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN MANYUNG (Arius spp.)

Henrika Prima Mahendrawati* dan Ustadi* Departemen Perikanan UGM

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan nanokitosan terhadap mutu surimi ikan Manyung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, dengan penambahan variasi konsentrasi nanokitosan (v/b) sebesar 1%, 1,5% dan 2%. Masing-masing konsentrasi nanokitosan terbagi menjadi 4 perlakuan dengan kombinasi perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant yang ditambahkan sebesar 100:0, 75:25, 50:50, dan 25:75. Parameter utama penelitian ini adalah kekuatan gel dan derajat putih. Parameter pendukung adalah kadar air, daya ikat air, dan pH. Nilai kekuatan gel untuk penambahan nanokitosan 2% (v/b) tanpa sorbitol, sukrosa dan STPP sebesar 406,8033 g/mm. Nilai derajat putih untuk penambahan nanokitosan 2% (v/b) tanpa sorbitol, sukrosa dan STPP sebesar 77.499. Nilai daya ikat air untuk penambahan nanokitosan 2% (v/b) tanpa sorbitol, sukrosa dan STPP sebesar 49%. Nilai pH untuk penambahan nanokitosan 2% (v/b) tanpa sorbitol, sukrosa dan STPP sebesar 7.033. Nilai kadar air terbaik yaitu pada perlakuan penambahan nanokitosan 1% (v/b) dengan perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant 25:75 sebesar 79,667%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokitosan 2% (v/b) tanpa sorbitol, sukrosa dan STPP dapat meningkatkan mutu surimi ikan Manyung.

Kata kunci : derajat putih, ikan Manyung, kekuatan gel, nanokitosan, surimi

Page 127: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

107

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-13PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN SUHU PENGERINGAN PADA PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBAHAN KAPPA-IOTA CARAGENAN TERHADAP KUALITASNYA

Dwi Setijawati** Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh penambahan Lactobacillus acidophilus dan suhu pengeringan terhadap kualitas edible film berbahan kappa –iota caragenan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2018. Metode penelitian adalah eksperimental laboratorium desain. Bahan penelitian adalah kappa caragenan terbuat dari Eucheuma cottonii , iota caragenan terbuat dari Eucheuma spinosum, Lactobacillus acidophilus. Rancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara Faktorial, analisa data menggunakan SPSS 17 program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Lactobacillus acidophilus sebesar 10% dan suhu pengeringan 45oC memberikan viabilitas Lactobacillus acidophilus tertinggi sebesar 7,15 Log Cfu/g dengan kadar air 26,26%, ketebalan 38,78µm, transmisi uap air 6,64 g/m2.24 jam, elongasi 8,52%, dan Tensile Strength 8,71 Nmm. Kesimpulan penelitian adalah suhu pengeringan mempengaruhi viabilitas Lactobacillus acidophilus dan kualitas produk edible film. Semakin tinggi suhu pengeringan dapat menurunkan viabilitas Lactobacillus acidophilus tetapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas yang lain.

Kata kunci : Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, Lactobacillus acidophilus

Page 128: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

108

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-14STABILITAS DAN SIFAT FUNGSIONAL NANOKAPSUL KAROTENOID DARI Spirulina platensis PADA BERBAGAI pH DAN SUHU PEMANASAN

Dhea Prasanti*, Siti Ari Budhiyanti, Nurfitri Ekantari dan Wahdan Fitriya* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi pengolahan dengan variasi pH dan suhu pemanasan terhadap stabilitas dan sifat fungsional nanokapsul karotenoid dari Spirulina platensis dengan enkapsulan gum arab dan Whey Protein Concentrate. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan Januari 2019. Tahap penelitian meliputi ekstraksi karotenoid, pembuatan fraksi air dan minyak, emulsifikasi, spray drying, pelarutan nanokapsul dengan pH dan suhu pemanasan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (3 ulangan) dua faktor yaitu pH (3,4,5,6,7,8) dan suhu (tanpa pemanasan, pemanasan 70,85,100°C). Parameter pengamatan meliputi karotenoid total, karotenoid permukaan, retensi karotenoid, efisiensi enkapsulasi, warna, ukuran partikel (PSA), kelarutan, WHC, foaming dan emulsifying capacity. Hasil menunjukkan kombinasi pH dan suhu berpengaruh pada karotenoid total, karotenoid permukaan, retensi karotenoid, WHC, dan emulsifying capacity. Kelarutan dan foaming capacity hanya dipengaruhi suhu. Tidak ada interaksi suhu dan pH terhadap efisiensi enkapsulasi, tetapi masing-masing suhu dan pH berpengaruh signifikan. Peningkatan suhu pada pH 3 hingga 5 meningkatkan karotenoid total dan permukaan nanokapsul, pada pH 3 hingga 8 meningkatkan WHC, dan pada pH 4, 6, 7, 8 menurunkan emulsifying capacity. Retensi karotenoid nanokapsul pada pH 3 dan 4 meningkat seiring peningkatan suhu hingga suhu 100°C, namun menurun pada pH 5 hingga titik terendah. Kondisi pH 6 mencapai retensi optimal pada kisaran suhu 60-70°C.

Kata kunci : karotenoid, nanokapsul, pH, sifat fungsional, Spirulina platensis, suhu

Page 129: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

109

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-15STABILITAS NANOKAPSUL KAROTENOID Spirulina platensis PADA ADONAN COOKIES DAN ROTI DENGAN BERBAGAI SUHU DAN WAKTU PEMANGGANGAN

Esa Wahyu Juliantoro*, Siti Ari Budhiyanti, Nurfitri Ekantari dan Wahdan Fitriya* Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas nanokapsul karotenoid Spirulina platensis yang ditambahkan pada adonan cookies dan roti pada berbagai suhu dan waktu pemanggangan. Penelitian dilaksanakan pada Maret 2018 sampai Februari 2019. Tahapan penelitian dimulai dengan pembuatan nanokapsul karotenoid dari S. platensis, pembuatan adonan cookies dan roti yang ditambah nanokapsul karotenoid, serta pengujian stabilitas nanokapsul karotenoid pada berbagai suhu dan waktu pemanggangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga faktor, yaitu variasi suhu pemanggangan (150, 180, 210) °C, waktu pemanggangan (7.5, 15, 30, 45) menit, dan jenis adonan (cookies dan roti). Parameter yang diamati meliputi kadar air, karoten total, dan retensi karoten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis adonan berpengaruh terhadap stabilitas nanokapsul karotenoid. Pada adonan cookies, penurunan karotenoid lebih dipengaruhi (p<0,05) oleh waktu dibanding suhu pemanggangan, sedangkan pada adonan roti, suhu dan waktu pemanggangan berpengaruh (p<0,05) terhadap kadar air, karoten total dan retensi karoten. Semakin tinggi suhu dan waktu pemanggangan, karotenoid akan menurun, dengan penurunan terbesar terdapat pada suhu pemanggangan 210°C dengan waktu lebih dari 30 menit. Pembuatan cookies disarankan menggunakan waktu sekitar 15-30 menit dan suhu 180°C, sedangkan untuk pembuatan roti disarankan menggunakan waktu sekitar 15-30 menit dan suhu 180°C, karena pada waktu dan suhu tersebut kadar air sesuai dengan standar cookies dan roti serta karotenoid belum banyak terdegradasi.

Kata kunci : stabilitas, nanokapsul karotenoid, Spirulina platensis, cookies, roti

Page 130: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

110

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN A

Kembali

TA-16PENGARUH PENGGUNAAN MONO- DAN DIGLISERIDA TERHADAP TEKSTUR DAN STABILITAS ES KRIM Spirulina platensis SELAMA MASA PENYIMPANAN

Irin Fatmawati* dan Nurfitri Ekantari* Mahasiswa Jurusan Perikanan UGM

Penelitian ini menguji efek emulsifier berupa mono-dan digliserida (konsentrasi 0,1% dan 0,2%) baik secara tunggal maupun kombinasi terhadap beberapa sifat fisik dan sensoris es krim Spirulina platensis. Penelitian dilaksanakan selama bulan Januari- April 2019. Sampel es krim dibuat dengan berbagai perlakuan penambahan emulsifier. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 9 perlakuan, masing-masing diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan, penambahan Spirulina platensis terbukti meningkatkan nilai antioksidan pada produk es krim. Kadar antioksidan es krim Spirulina platensis berkisar antara 46,67%-85,69%. Kombinasi emulsifier glyserol monostearat 0,18% dan lesitin 0,02% mempengaruhi perubahan nilai pH, meningkatkan nilai viskositas, terutama setelah aging dan menghasilkan nilai overrun tertinggi (98,63%). Viskositas es krim Spirulina platensis dengan kombinasi emulsifier memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan emulsifier tunggal. Penggunaan kombinasi emulsifier juga meningkatkan ketahanan leleh dan nilai stabilitas emulsi es krim Spirulina platensis, serta menghasilkan es krim dengan kualitas yang diinginkan dan meningkatkan atribut organoleptik dari produk yang dihasilkan.

Kata kunci : es krim, Spirulina platensis, emulsifier, mono-digliserida, lesitin

Page 131: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

111

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-01KANDUNGAN KAROTENOID IKAN KAKAP MERAH ASAL AMBON (Lutjanus sp.)

Meillisa Carlen Mainassy* dan Imanuel Berly Delvis Kapelle* Universitas Pattimura

Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) termasuk hasil laut yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan. Karotenoid merupakan salah satu komponen kandungan bahan pangan yang penting untuk kesehatan masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi karotenoid ikan kakap merah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Analisis kandungan karotenoid dilakukan pada LPPT UGM. Komposisi karotenoid dalam ikan kakap merah dianalisis dengan menggunakan KCKT pada panjang gelombang 450 nm. KCKT menggunakan kolom resolve C18 (15 cm) dan campuran pelarut asetonitril:metanol:diklorometan (50:50:0,25 v/v/v) dengan laju alir 1,2 µL/menit. Metode ini dapat menunjukkan komposisi senyawa-senyawa karotenoid (Tay & Choo 2000). Hasil penelitian menunjukkan ada empat jenis pigmen karotenoid yang teridentifikasi dalam ikan kakap merah yaitu astaksantin, aloksantin, lutein, dan β-karoten. Secara umum karotenoid pada kakap merah dapat digolongkan berdasarkan warnanya kedalam golongan fraksi merah dan kuning (Chatzifotis dkk. 2009). Terlihat bahwa karotenoid pada ikan kakap segar mengandung kedua fraksi tersebut. Astaksantin termasuk fraksi merah. Aloksantin, lutein, dan β-karoten termasuk fraksi kuning. Kesimpulan penelitian ini yaitu komposisi karotenoid ikan kakap segar yaitu astaksantin, aloksantin, lutein, dan β-karoten. Pada ikan, karotenoid merupakan hasil penumpukan dari makanan yang telah mengalami metabolisme dalam tubuhnya dan disimpan dalam bentuk yang berbeda-beda.

Kata kunci : karotenoid, kakap merah

Page 132: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

112

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-02KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA KERUPUK KULIT IKAN KAKAP PUTIH

Hardoko* dan Sri Utami* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses perebusan dan lama pengeringan terhadap karakteristik fisiko-kimia kerupuk kulit ikan kakap putih. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Maret - April 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan perlakuan lama perebusan 0, 10, 15, 20 menit dan lama pengeringan 10, 20, 30 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan lama perebusan dan lama pengeringan berpengaruh pada karakteristik fisiko-kimia kerupuk kulit ikan Kakap putih. Kerupuk kulit yang dihasilkan mempunyai karakteristik fisik daya patah 15,13-25,39 N/m2, daya kembang 70,44 - 100,07%, dan karkteristik kimia kadar air 1,09-4,95%, kadar protein 65,26-70.43%, kadar lemak 13,43-15,83%, kadar abu 3,02-3,51%, kadar karbohidrat 5,33-16,13%. Kerupuk terbaik adalah hasil lama perebusan 30 menit dan lama pengeringan 30 jam dengan nilai daya patah sebesar 15,13 N/m2, daya kembang 100,07%, kadar air 1,09%, kadar protein 66,25%, kadar lemak 13,43%, kadar abu 3,11%, dan kadar karbohidrat 16,13%.

Kata kunci : karakteristik fisiko-kimia, kerupuk, kulit kakap putih, pengeringan, perebusan

Page 133: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

113

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-03PEMBUATAN KERIPIK KULIT DARI HASIL SAMPING PENGOLAHAN IKAN NILA

Rodiah Nurbayasari* dan Th. Dwi Suryaningrum* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk

dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan kulit ikan nila (Oreochromis sp.) menjadi keripik kulit dengan mengamati beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas keripik kulit seperti jenis larutan pengembang, waktu blanching, dan waktu penggorengan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Mei 2018 di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Waktu blanching divariasikan yaitu 3, 5, dan 7 menit; jenis larutan pengembang adalah Natrium bikarbonat (Nb) dan Asam cuka (Ac) dengan masing-masing konsentrasi 5% (b/v) selama 15 menit; variasi waktu penggorengan 30, 60, 75, dan 90 detik pada suhu 170-180°C. Pengamatan dan pengujian yang dilakukan yaitu rendemen kulit ikan kering, pengembangan bobot kulit ikan setelah digoreng, uji fisik (hardness dan breaking force), dan uji organoleptik kenampakan secara visual dan rasa. Hasil menunjukkan rendemen kulit ikan kering tertinggi diperoleh dari perendaman dengan lar Nb yang di-blanching selama 3 dan 7 menit dan Ac 3 dan 5 menit. Pengamatan kenampakan kulit secara visual menunjukkan kulit direndam dalam larutan Nb dengan waktu blanching 5 menit memiliki kondisi gelatin banyak keluar namun menjadi lebih tipis. Sedangkan kulit yang direndam dalam larutan Ac memiliki kondisi gelatin yang juga banyak keluar namun menjadi hancur. Uji sensori (rasa) keripik kulit ikan yang direndam dalam larutan Ac menjadi terasa asam sehingga tidak disukai panelis. Pengujian lanjut hanya dilakukan terhadap kulit ikan yang direndam dalam larutan Nb. Pengembangan kulit dan uji fisik tertinggi adalah kulit yang di-blanching 5 menit. Waktu penggorengan terbaik 75 detik. Penelitian selanjutnya agar keripik memenuhi persyaratan BSN (1996), digunakan larutan Nb dengan konsentrasi lebih rendah, waktu blanching 5 menit, dan penggorengan 75 detik.

Kata kunci : hasil samping, ikan nila (Oreochromis sp.), blanching, larutan pengembang

Page 134: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

114

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-04ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA KERUPUK IKAN DI DESA WERU, KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Candra Adi Intyas* dan Muhammad Firdaus* Universitas Brawijaya

Penduduk miskin di Indonesia pada umumnya berasal dari masyarakat pedesaaan dan pesisir. Beberapa diversifikasi pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan mereka telah dilakukan baik oleh suami ataupun istri. Salah satu upaya yang dilakukan istri adalah berusaha mengolah hasil tangkapan ikan menjadi kerupuk ikan dengan metode sederhana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan kerupuk ikan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 di Desa Weru, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami. Analisis Nilai Tambah digunakan untuk mengetahui berapa pertambahan nilai komoditi karena adanya input fungsional yang dilakukan pada komoditi tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai tambah usaha pengolahan kerupuk ikan adalah Rp37.500/kg. Rasio nilai tambah merupakan presentase antara nilai tambah dengan nilai output sehingga besarnya rasio nilai tambah usaha kerupuk ikan adalah 54,35% sehingga hasil dari rasio nilai tambah terhadap produk sebesar 54,35 menunjukkan bahwa setiap Rp100 diperoleh nilai tambah kerupuk ikan sebesar 54,35. Usaha pengolahan ikan akan memberikan nilai tambah walaupun metode yang digunakan sederhana karena sifat ikan yang mudah busuk lebih baik mengolah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi seperti kerupuk ikan.

Kata kunci : nilai tambah, metode hayami

Page 135: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

115

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-05MUTU IKAN TUNA SELAMA PENYIMPANAN DALAM ALREF UNTUK KAPAL NELAYAN 10-15 GT

Tri Nugroho Widianto* dan Ahmat Fauzi* Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil

Perikanan

ALREF (air laut yang direfrigerasi) adalah alternatif media yang dapat dipergunakan untuk untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT sebagai penganti es. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu ikan tuna yang disimpan menggunakan ALREF. ALREF terdiri dari unit pendingin sistem kompresi uap yang untuk mendinginkan air laut di dalam palkah yang kemudian dipergunakan untuk menyimpan ikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2017. Spesifikasi ALREF yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sistem pendingin kompresi uap yang terdiri dari evaporator, kondensor, kompresor, palka, refrigerant dan katup ekspansi dengan kebutuhan daya 2 kW. Air dengan salititas 3,5 % sebanyak 910 kg didinginkan dengan unit pendingin sampai suhu mencapai -1-0 °C. Ikan tuna kemudian disimpan dalam palkah yang berisi air laut dingin selama 12 hari. Selama penyimpanan, suhu air laut dan ikan dipertahankan pada suhu -1-0 °C. Pengamatan mutu ikan dilakukan tiap 3 hari dengan parameter mutu meliputi kandungan lemak, protein, garam dan organoleptik. Sebagai pembanding dilakukan penyimpanan ikan tuna menggunakan es dengan perbandingan ikan dengan es sebesar 1:1. Hasil pengujian organolepik menunjukkan bahwa penyimpanan menggunakan ALREF menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik (6,7) dibandingkan dengan menggunakan es (6,2) setelah 12 hari penyimpanan. Kandungan lemak mengalami penurunan selama penyimpanan dengan nilai yang relatif sama tiap perlakuan dengan penurunan dari 2 menjadi 1,2 %. Kandungan protein juga menghasilkan penurunan nilai yang relatif sama yaitu dari 22 menjadi 16 %. Kandungan garam ikan tuna yang disimpan dalam ALREF mempunyai nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan penyimpanan dalam es. Setelah penyimpanan selama 12 hari, kandungan garam ikan tuna yang disimpan dalam ALREF dan es berturut turut 1,1 dan 1,5 %. Mutu ikan tuna selama penyimpanan menggunakan sistem ALREF menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik serta kandungan garam yang lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan dalam es. Sedangkan kandungan protein dan lemak relatif sama.

Kata kunci : ALREF, kapal nelayan, ikan tuna, penyimpanan ikan, es, mutu

Page 136: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

116

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-06PENGARUH TEKANAN EVAPORATOR PADA PERFORMANSI SISTEM ALREF UNTUK PENAMPUNG IKAN PADA KAPAL NELAYAN 10-15 GT

Ahmat Fauzi*, Tri Nugroho Widianto dan Naila Zulfia* Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil

Perikanan-KKP

Metode pendinginan merupakan salah satu upaya untuk menjaga mutu ikan setelah penangkapan dan transportasi di atas kapal. Salah satunya adalah sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT. Komponen utama ALREF antara lain evaporator. Tekanan evaporator menentukan performansi pendinginan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara tekanan evaporator dengan performansi pendinginan pada sistem ALREF. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Perlakuan yang dilakukan adalah variasi tekanan evaporator 0 dan 1 bar. Pengujian dilakukan pada kondisi palka tanpa beban selama 2 jam dengan parameter pengamatan yaitu suhu udara yang didinginkan di dalam palkah pada 5 titik, arus dan tegangan listrik yang dibutuhkan, tekanan dan suhu kondensor dan tekanan dan suhu evaporator. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kecepatan pendinginan udara rata-rata pada tekanan 0 dan 1 bar masing-masing adalah 19,2 dan 15,4oC/jam. Daya listrik aktual pada tekanan 0 dan 1 bar masing-masing adalah 2,57 kW dan 2,9 kW, sedangkan kebutuhan daya kompresor masing-masing 2,03 dan 2,27 kW. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tekanan evaporator 0 bar menghasilkan performa pendinginan yang lebih baik dan kebutuhan daya listrik yang lebih rendah.

Kata kunci : evaporator, kecepatan pendinginan, performansi, sistem ALREF, tekanan

Page 137: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

117

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-07PENGARUH PEMBEKUAN TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKITOSAN SEBAGAI PENGAWET IKAN NILA

Renata Risky Sarastri*, Ustadi, Wiratni Budhijanto dan Prihati S. Nugraheni* Mahasiswa Jurusan Perikanan UGM

Nanokitosan telah terbukti efektif digunakan sebagai bahan pengawet ikan karena memiliki kemampuan antibakteri. Kombinasi nanokitosan dengan pendinginan merupakan upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan nanokitosan sebagai pengawet ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas nanokitosan sebelum dan sesudah dibekukan yang kemudian diaplikasikan sebagai bahan pengawet ikan nila. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret 2018 hingga November 2018. Metode gelasi ionik digunakan untuk memproduksi larutan nanokitosan dengan Tripoliphosphat (TPP) sebagai crosslinker. Stabilitas nanokitosan diuji dengan pengukuran ukuran partikel, zeta potensial, pH larutan serta aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri (E. coli dan Staphylococcus aureus). Es nanokitosan diaplikasikan untuk pengawetan ikan nila dengan perbandingan es:ikan nila 1:1. Uji kenaikan suhu, pH, TVB, TPC dan organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kemunduran mutu ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembekuan nanokitosan mengakibatkan pembesaran ukuran partikel namun nilai zeta potensial dan pH tidak mengalami perubahan yang signifikan. Nilai zeta potensial yang tidak berubah dengan adanya pembekuan menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maupun E.coli oleh nanokitosan tidak berbeda nyata dengan nanokitosan sebelum dibekukan. Es nanokitosan yang diaplikasikan pada ikan nila dapat mempertahankan kesegaran ikan nila hingga penyimpanan 48 jam (2 hari) sedangkan dengan es batu yang umumnya digunakan oleh nelayan hanya mampu bertahan hingga 30 jam, dengan demikian nanokitosan dalam bentuk es berpotensi sebagai pengawet ikan dan juga memiliki stabilitas koloid yang baik.

Kata kunci : antibakteri, nanokitosan, pengawetan ikan, pembekuan, stabilitas koloid

Page 138: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

118

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-08PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NANOKITOSAN TERHADAP MUTU SURIMI IKAN LELE (Clarias sp.)

Ustadi dan Herfi Listanti** Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan nanokitosan dalam meningkatkan mutu surimi ikan lele. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga April 2019. Penambahan larutan nanokitosan pada surimi terdiri dari 1%; 1,5%; dan 2% (v/b) yang masing-masing persentase terbagi kedalam empat perlakuan dengan kombinasi perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant yang ditambahkan sebesar 100:0, 75:25, 50:50, dan 25:75, serta 0:100 sebagai kontrol. Pengujian yang dilakukan meliputi kadar air, kekuatan gel, sensoris (kenampakan, uji lipat, uji gigit, warna, tekstur, dan aroma), pH, daya ikat air, derajat putih surimi, dan derajat putih gel surimi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan larutan nanokitosan pada surimi ikan lele berpengaruh nyata terhadap kadar air, daya ikat air, serta derajat putih gel surimi. Pemberian larutan nanokitosan sebesar 1,5% dengan perbandingan nanokitosan dan cryoprotectant sebesar 100:0 memberikan hasil terbaik yaitu dengan kadar air 79,27%; kekuatan gel 314,77 gr/cm²; kenampakan 7; uji lipat 6,25; uji gigit 6,5; warna 4,63; tekstur 4,88; aroma 5,50; pH 7,2; daya ikat air 50,05%; derajat putih surimi 65,925; serta derajat putih gel surimi 77,059.

Kata kunci : cryoprotectant, derajat putih, kekuatan gel, nanokitosan, surimi

Page 139: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

119

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-09ISOLASI, PENAPISAN, DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PSIKROTROF PEMBENTUK HISTAMIN DARI IKAN TUNA

Rausan Fikri* dan Indun Dewi Puspita* Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri pembentuk histamin (BPH) psikrotrof dari ikan tuna secara biomikimia dan molekuler dengan menggunakan medium pra-penapis (pre-screening) Niven dan EMB (eosine methylene blue). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 hingga April 2019. Sebelum isolasi BPH, ikan diinkubasi pada suhu 16°C selama 5 hari dalam plastik HDPE steril dan BPH diisolasi dari daging bagian ekor, perut, serta dekat insang yang telah dicampur. Melalui beberapa seri pengeneran, sampel ditanam pada medium Niven dan EMB kemudian diinkubasi pada suhu 16ºC. Seluruh isolat ditumbuhkan dalam medium TSBH (trypticase soy broth+1% L-histidin) pada suhu 5, 16, dan 30°C. Aktivitas pembentukan histamin dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis. Diperoleh 19 isolat terduga BPH, dengan 16 isolat dari medium Niven dan 3 isolat dari medium EMB. Pembentukan histamin tertinggi diperoleh pada suhu 30°C, kemudian dilakukan pengujian biokimia untuk seluruh isolat dengan menggunakan suhu tersebut. Karakterisasi biokimia dari seluruh isolat diperoleh sebanyak 6 isolat yang memiliki perbedaan karakteristik biokimia, 4 isolat dari medium Niven dan 2 isolat dari EMB. Hasil analisis secara molekuler menunjukkan bahwa keenam isolat memiliki kemiripan sebesar 99% dengan Morganella morganii. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua isolat BPH yang terisolasi pada medium EMB dan Niven adalah jenis yang sama, yaitu M. morganii. Hal ini mengindikasikan M. morganii merupakan BPH penting yang dapat tumbuh pada tuna jika penerapan rantai dingin kurang baik dan terjadi peningkatan suhu selama penanganan.

Kata kunci : bakteri pembentuk histamin, EMB, Morganella morganii, Niven, tuna,

Page 140: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

120

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-10PENENTUAN KONDISI FERMENTASI UNTUK PRODUKSI GLUKOSAMIN MENGGUNAKAN ENZIM KITINASE EKSTRASELULER OLEH Mucor circinelloides

Yuniwaty Halim*, Hardoko dan Reinald Febryanto Pengalila* Universitas Pelita Harapan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi fermentasi terbaik, yang meliputi pH, suhu, lama fermentasi, dan konsentrasi substrat, dalam menghasilkan N-asetil Glukosamin dari cangkang udang menggunakan enzim kitinase ekstraseluler kasar yang diperoleh dari kapang Mucor circinelloides. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan perlakuan berbagai pH (5, 6, 7, 8, dan 9) dan suhu fermentasi (30, 40, 50, 60, 70, dan 80°C). pH dan suhu fermentasi optimum yang diperoleh digunakan untuk menentukan konsentrasi substrat (0,5, 1, 1,5, dan 2%) dan lama fermentasi (2, 4, 6, dan 24 jam) maksimum yang diperlukan untuk menghasilkan N-asetil Glukosamin dengan konsentrasi tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimum untuk fermentasi adalah 8, dengan aktivitas enzim kitinase yang dihasilkan adalah 4,38 ± 0,06 U/mL, sedangkan suhu optimum adalah 50°C dengan aktivitas enzim sebesar 5,42 ± 0,06 U/mL. Konsentrasi substrat dan lama fermentasi memberikan pengaruh signifikan terhadap produksi N-asetil glukosamin. Adapun kondisi fermentasi optimum adalah dengan konsentrasi substrat sebesar 1,5% dan lama fermentasi 2 jam, dengan konsentrasi N-asetil glukosamin yang dihasilkan adalah sebesar 2.195,83 ± 15,14 ppm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa N-asetil glukosamin dapat diperoleh dari kitin cangkang udang melalui reaksi fermentasi menggunakan enzim kitinase ekstraseluler kasar dari kapang Mucor circinelloides. Kondisi pH, suhu fermentasi, lama fermentasi, dan konsentrasi substrat mempengaruhi aktivitas enzim kitinase dan konsentrasi N-asetil glukosamin yang dihasilkan.

Kata kunci : cangkang udang, enzim kitinase, kitin, Mucor circinelloides, N-asetil Glukosamin

Page 141: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

121

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-11PRODUKSI N-ASETILGLUKOSAMIN DARI ENZIM KITINASE SEMI MURNI Mucor circinelloides YANG DIIMOBILISASI DENGAN MENGGUNAKAN AGAR

Lucia Crysanthy Soedirga*, Hardoko dan Natasha V.Widianto* Universitas Pelita Harapan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi agar (3%, 4%, 5%, dan 6%) dan jumlah enzim (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mL) terbaik dalam produksi N-asetilglukosamin (NAG). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Desember 2018. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan yang digunakan pada penelitian utama ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan dua kali pengulangan. Konsentrasi agar (A) terdiri dari 3% (A1), 4% (A2), 5% (A3), dan 6% (A4). Jumlah enzim kitinase semi murni (B) terdiri dari 0,2 mL (B1), 0,4 mL (B2), 0,6 mL (B3), 0,8 mL (B4), dan 1 mL (B5). Hasil statistik ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi agar tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap kadar N-asetilglukosamin yang dihasilkan. Namun, jumlah enzim dan interaksi antara konsentrasi agar dan jumlah enzim berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kadar NAG. Kadar NAG yang paling tinggi, yakni sebesar 1111,667 ppm didapatkan pada penggunaan 0,6 ml enzim kitinase semi murni dari kapang Mucor circinelloides yang diimobilisasikan dengan polimer agar pada konsentrasi 3%. Aktivitas enzim sebelum dan sesudah imobilisasi adalah sebesar 4,78 U/mL. Konsentrasi agar 3% dan jumlah enzim kitinase semi murni sebanyak 0,6 mL merupakan faktor kombinasi terpilih yang mampu menghasilkan kadar NAG tertinggi. Proses imobilisasi dengan polimer agar ini dapat menjaga stabilitas enzim kitinase semi murni. Hal ini terlihat dari aktivitas enzim sebelum dan sesudah imobilisasi menunjukkan nilai yang setara.

Kata kunci : agar, imobilisasi, kitinase, kitin, N-asetilglukosamin, udang windu

Page 142: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

122

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-12AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOLAT KULIT BATANG Avicennia DARI VARIASI LAMA EKSTRAKSI DENGAN MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION

Bambang Budi Sasmito* dan Irene Tiara Pusparani* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Penelitian ditujukan untuk menentukan lama ekstraksi yang tepat dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) untuk memperoleh ekstrak kulit batang Avicennia marina dengan rendemen dan aktifitas antioksidan yang tinggi. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan sejak Mei sampai Juli 2018 bertempat di Laboratorium Rekayasa Teknologi Hasil Perikanan, FPIK UB. Eksperimen dengan rancangan acak lengkap sederhana, 3 level perlakuan (12, 14, dan 16 menit ekstraksi menggunakan MAE) dan maserasi 24 jam sebagai kontrol. Tepung kulit Avicennia diekstrak dengan etanol sebagai pelarut, kemudian ekstrak diukur rendemennya dan diuji aktivitas antioksidan (DPPH), total fenol, dan kadar airnya. Analisis data digunakan Anova, least significant difference dengan Design Expert 7.0 Hasil penelitian menunjukkan pengaruh lama ekstraksi menggunakan MAE sangat nyata terhadap rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak etanolat kulit batang Avicennia. Rendemen tertinggi dan aktivitas antioksidan yang kuat diperoleh dari 16 menit ekstraksi menggunakan MAE, yaitu sebanyak 12,8126 persen dengan nilai IC50 134,90 ppm. Selain itu ekstrak tersebut memiliki kandungan total fenol sebesar 415,94 mgGAE/100 g sampel dan kadar air 21.25%. Lama ekstraksi yang tepat menggunakan MAE untuk memperoleh rendemen dan aktivitas antioksidan tertinggi ekstrak etanolat kulit batang Avicennia adalah selama 16 menit.

Kata kunci : antioksidan, Avicennia, kulit batang, lama ekstraksi

Page 143: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

123

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-13AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FUKOIDAN Sargassum hystrix DARI TELUK AWUR JEPARA

Kharirotul Suhaila*, Amir Husni dan Ellya Sinurat* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Pengembangan antioksidan alami diperlukan karena konsumsi antioksidan sintetik memiliki efek samping merusak hati, toksik dan karsinogenik. Salah satu sumber antioksidan alami adalah rumput laut cokelat. Rumput laut coklat mengandung senyawa fukoidan yang berpotensi sebagai sumber antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak fukoidan Sargassum hystrix dari Teluk Awur Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 hingga Bulan Februari 2019. Sampel Sargassum hystrix diambil pada bulan September 2018 di Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah. Ekstraksi fukoidan dilakukan menggunakan pelarut air pada suhu 85oC. Karakteristik fukoidan yang diuji meliputi rendemen, karbohidrat total, kandungan sulfat dan FTIR. Metode untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang digunakan adalah metode RSA (Radical Scavenging Activity) DPPH dan FRAP. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan program Minitab. Penelitian dilakukan dengan tiga kali ulangan. Kandungan rendemen S. hystrix 4,67±0,23%, total gula 58,57±1,50%, dan kandungan sulfat 24,96±0,68%. Hasil uji statistik menyatakan tidak berbeda nyata (p>0,05) antara S. hystrix dengan fukoidan komersial. Analisis FT-IR S. hystrix menunjukkan adanya gugus fungsi ester dan sulfat yang mengindikasikan kandungan fukoidan. Pengujian aktivitas antioksidan senyawa fukoidan dilakukan menggunakan metode RSA DPPH dan metode FRAP mendapatkan hasil yaitu metode RSA DPPH IC 50 sebesar 4775 ppm dan metode FRAP didapatkan nilai sebesar 89,62±5,20 µM/g. Ekstrak fukoidan S. hystrix menunjukkan aktivitas antioksidan, dan eksplorasi lebih lanjut sebagai sumber antioksidan alami dapat dilakukan.

Kata kunci : antioksidan, DPPH, FRAP, fukoidan, Sargassum hystrix

Page 144: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

124

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-14AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FUKOIDAN Sargassum muticum (Yendo) Fensholt DARI PULAU ALOR NUSA TENGGARA TIMUR

Imelda Dimetri Kurnialahi*, Amir Husni dan Ellya Sinurat* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak fukoidan Sargassum muticum (Yendo) Fensholt dari Pulau Alor Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2018 hingga Januari 2019. Ekstraksi fukoidan dilakukan menggunakan pelarut akuades pada suhu 85 ºC. Parameter pengujian yang diamati meliputi rendemen, kandungan total gula, kandungan sulfat, analisis gugus fungsi serta aktivitas antioksidan (metode RSA DPPH dan FRAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fukoidan S. muticum memiliki rendemen 3.87±0.13%, kandungan total gula 64.34±2.10% dan kandungan sulfat 17.72±0.92%. Analisis FTIR menunjukkan bahwa fukoidan S. muticum memiliki kemiripan gugus fungsi dengan fukoidan komersial. Aktivitas hambatan DPPH fukoidan S. muticum dengan konsentrasi 500, 1000, 2000, 3000 dan 4000 ppm berturut-turut yaitu 35.67±0.96%, 39.40±0.66%, 42.88±1.46%, 45.58±3.66% dan 53.57±4.59%. Nilai IC50 DPPH 3754 ppm dan nilai FRAP 126.58±5.39 µM/g. Aktivitas antioksidan fukoidan S. muticum lebih rendah daripada vitamin C (asam askorbat), namun tidak berbeda nyata dengan fukoidan komersial Fucus vesiculosus (P>0.05).

Kata kunci : aktivitas antioksidan, ekstraksi, fukoidan, karakteristik, Sargassum muticum.

Page 145: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

125

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-15PENGARUH PENAMBAHAN NANOKAPSUL β-KAROTEN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN FLAVOR MILK CHOCOLATE

Ciacia Riaty*, Siti Ari Budhiyanti dan Nurfitri Ekantari* Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang tepat dalam membuat produk Milk Chocolate dengan penambahan nanokapsul β-karoten dari Spirulina platensis serta mengetahui pengaruh penambahan nanokapsul β-karoten dari Spirulina platensis terhadap karakteristik fisik, kimia, dan flavor pada produk Milk Chocolate. Penelitian ini berlangsung sejak Februari hingga November 2018. Formula cokelat ditentukan dengan Respon Surface Methodology, perlakuan yang dicobakan sebanyak 9 kombinasi perlakuan rasio perbandingan penambahan S. platensis: Suhu Tempering: Massa Kakao. Pengujian parameter kesukaan dengan uji hedonik pada 3 kategori (anak-anak, remaja, dewasa). Komposisi kimia cokelat optimum dibandingkan karakteristiknya dengan cokelat tanpa penambahan Spirulina. Formulasi cokelat yang paling disukai oleh masyarakat yaitu: cokelat dengan penambahan nanokapsul β-karoten sebanyak 0.372%, suhu tempering 30ºC, dan perbandingan massa dan lemak kakao sebesar 25:27.5. Cokelat ini mengandung 3.9% air, 1.59% abu, 3.86% protein, 37.4% lemak, 51.2% karbohidrat, β-karoten 243.8 μ.g/serving serta energi sebesar 165.9 kal/serving dan fat blooming mulai terlihat sejak bulan ke-6 dengan rasa dan aroma manis dan susu yang kuat serta aroma pasta kakao yang sangat kuat. Dari penelitian ini diketahui bahwa penambahan nanokapsul β-karoten Spirulina platensis dapat memberikan pengaruh terhadap karakteristik produk seperti peningkatan kandungan β-karoten, lemak, dan energi, menghambat terjadinya fat blooming, meningkatkan aroma produk namun tidak mempengaruhi rasa yang muncul pada produk.

Kata kunci : fortifikasi, milk chocolate, nanokapsul, β-karoten, RSM, Spirulina platensis

Page 146: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

126

PRESENTASI ORAL PASCA PANEN B

Kembali

TB-16ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MILK CHOCOLATE DENGAN FORTIFIKASI Spirulina platensis

Rika Karunia Laring Dina* dan Nurfitri Ekantari* Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bobot kepentingan atribut bagi konsumen dan mengukur preferensi konsumen terhadap produk milk chocolate dengan foritifikasi Spirulina platensis. Penelitian ini dilakukan bulan November 2018 hingga Maret 2019. Penelitian ini menggunakan metode Analitychal Hierarchy Process. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah penyusunan hirarki, penyususnan kusisioner penelitian, penentuan subyek, paired comparisson, analisis atribut, dan sub atribut serta rekapitulasi bobot 2 alternatif. Didapatkan hasil yaitu urutan prioritas atribut dan sub atribut pilihan konsumen dalam memilih produk milk chocolate dengan fortifikasi Spirulina platensis adalah flavor khas cokelat bobot sebesar 34%, rasa agak manis bobot sebesar 49,3%, harga murah bobot sebesar 44,5%, manfaat psikologis bobot sebesar 43%, tekstur halus bobot sebesar 50,3%, aroma khas cokelat bobot sebesar 71,9%, dan kemasan ferrero rocher bobot sebesar 21,2%. Hasil alternatif yang sesuai dengan preferensi konsumen adalah produk milk chocolate dengan fortifikasi Spirulina platensis dengan bobot 53,7%. Urutan bobot atribut bagi konsumen dalam memilih poduk milk chocolate dengan fortifikasi Spirulina platensis adalah flavor khas cokelat, rasa agak manis, harga murah, manfaat psikologis, tekstur halus, aroma khas cokelat, dan kemasan ferrero rocher. Hasil pilihan alternatif adalah produk milk chocolate dengan fortifikasi Spirulina platensis dengan bobot prioritas 53,7%.

Kata kunci : Analitycal Hierarchy Process, konsumen, milk chocolate, preferensi, Spirulina platensis

Page 147: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

127

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-01PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN AWAL PERKEMBANGAN OOSIT IKAN KERAPU BEBEK GENERASI PERTAMA

Tridjoko** BBPPL Gondol Bali

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan awal perkembangan oosit ikan kerapu bebek hasil budidaya generasi pertama (G-1). Percobaan ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan September 2013. Individu yang digunakan adalah ikan kerapu bebek G-1 yang dipelihara pada 9 bak fiber berbentuk bulat dengan volume air 400 liter. Pada masing-masing bak diisi 5 ekor ikan kerapu bebek dengan berat 282,5±0,5 g/ekor dan panjang total 20.4±0,6 cm. Menggunakan 3 perlakuan pakan yaitu : perlakuan (A) : pellet grobest PG 6-9 ; (B) : ikan rucah + cumi-cumi ; (C) : pelet PG 6-9 + ikan rucah + cumi-cumi. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kerapu bebek yang dipelihara pada bak fiber secara terkontrol dapat tumbuh dengan baik. Dari ke 3 perlakuan pakan yang digunakan bobot tubuh ikan kerapu bebek terbaik yaitu pada perlakuan C sebesar 498,6 g, serta panjang tubuh mencapai 30,8 cm. Demikian juga perkembangan oosit terbaik pada perlakuan C dengan diameter oosit mencapai ≥400 ?m.

Kata kunci : diameter oosit, kerapu bebek, pemberian pakan, pertumbuhan

Page 148: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

128

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-02PEMBESARAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI BAK BETON DENGAN BEBERAPA JENIS PAKAN

Bejo Slamet** Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan komoditas ekspor yang bernilai tinggi di pasar Asia-Pasifik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pakan buatan terhadap sintasan dan pertumbuhan pada pembesaran lobster pasir di bak beton. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai November 2017. Penelitian dilakukan selama 4 bulan menggunakan 12 bak beton volume 2 MT, rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Benih lobster dengan berat badan 81,9 ± 2,53 g dan panjang total 13,6 ± 0,23 cm, kepadatan 25 ekor/bak. Perlakuan pakan yang diuji adalah : Pakan segar ikan dan kerang 3:1 (A) (5% biomas/hari) dan Pelet kerapu (B), pelet udang (C) dan Pelet Gondol (D) (3% biomass/hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan tertinggi pada perlakuan D (95,47%) disusul pada B (90,15%), C (85,56%) dan terendah pada A (56,17%). Berat badan dan panjang total pada akhir penelitian tertinggi pada D (177.3 g dan 17,3 cm), disusul pada A (165,9 g dan 16,5 cm), B (143,3 g dan 16,1 cm) dan terendah pada C (132.4 g dan 15,9 cm). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pakan buatan berupa pelet kering dapat digunakan pada pembesaran lobster pasir di bak beton.

Kata kunci : bak beton, lobster pasir, pakan, pembesaran

Page 149: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

129

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-03PENDEDERAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI BAK BETON DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA

Bejo Slamet** Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut

Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis penting di pasar Asia-Pasifik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kombinasi pakan terbaik untuk pendederan lobster pasir. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2017. Penelitian menggunakan RAL, 4 perlakuan, 3 ulangan, dengan rataan panjang total 2,34 cm dan berat badan 0,303 g, dan kepadatan 25 ekor/wadah. Perlakuan yang diuji adalah : ikan + kerang hijau(1:1) (A), ikan + rebon (1:1) (B), ikan, rebon + kerang hijau (2:1:1) (C) (10%/hari) dan pelet kering (D) (3%/hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan tertinggi pada perlakuan D (69,0%), disusul kemudian pada B (17,5%), C (15,8%) dan terendah pada A (11%). Pada akhir penelitian, berat badan, dan panjang total tertinggi pada C (7,96 g and 5,80 cm), disusul kemudian pada B (5,10 g dan 5,12 cm), A (4,90 g dan 5,01 cm), dan terendah pada D (4,70 g dan 4,99 cm), namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pelet kering dapat digunakan untuk pendederan lobster pasir dan menghasilkan sintasan yang lebih baik dibanding pakan segar.

Kata kunci : bak, lobster pasir, pakan, pendederan

Page 150: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

130

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-04INTENSIFIKASI PRODUKSI BENIH IKAN MAS MELALUI PENDEKATAN PAKAN AWAL LARVA

Ikhsan Khasani** Balai Riset Pemuliaan Ikan

Tujuan Penelitian adalah untuk mengevaluasi beberapa jenis pakan sebagai pakan alternatif larva ikan mas pada stadia awal. Penelitian dilakukan pada November-Desember 2017. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan perlakuan jenis pakan , yaitu naupli artemia, artemia terdekapsulasi dan Micro Extruded Marumized feed (MeM), dengan empat ulangan. Larva ikan mas umur dua hari pasca menetas dengan panjang total 6,95 ± 4,38 mm, bobot badan 0,047 ± 0,02 g dipelihara selama 7 hari di akuarium dengan padat tebar 5 ekor/L. Kelangsungan hidup larva selama 7 hari pemeliharaan berbeda nyata (P < 0,05) antar perlakuan, yaitu 75 ± 12,39 % (DA), 27 ± 4,38 % (MeM) dan 1,67 ± 0,58 % (NA). Pertumbuhan larva antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05) antar perlakuan, dengan capaian panjang akhir dan bobot 136,1 ± 17,12 mm; 0,095 ± 0,009 g (MeM), 132,9 ± 13,19 mm; 0,095 ± 0,012 g (NA) dan 131,4 ± 12,5 mm; 0,091 ± ±0,007 g (DA). Kualitas air, khususnya amonia dan nitrit, selama pemeliharaan larva dalam kisaran optimal bagi larva ikan mas. artemia dekapsulasi efektif dan praktis digunakan sebagai pakan awal larva ikan mas.

Kata kunci : artemia terdekapsulasi, kelangsungan hidup, larva, pertumbuhan, pakan awal

Page 151: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

131

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-05KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU SUNU DENGAN DOSIS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

Anak Agung ketut Alit**BBPPL Gondol

Penelitian telah dilakukan di hatchery Balai Besar Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih kerapu sunu (Plectropomus Leopardus) dengan dosis pemberian pakan yang berbeda. Penelitian didesign dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu A=5%, B=10%, dan C=15%. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Wadah bak fiber berisi 100 ekor/bak, bobot awal ikan 0,36-0,50 g, dan panjang awal 3,45-3,50 cm. Penelitian dilakukan selama 45 hari atau 1.5 bulan. Metode penelitian dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan kerapu sunu setiap melakukan sampling pertumbuhannya meningkat dengan kelangsungan hidup 90% pada dosis pemberian pakan 10%. Dengan dosis pemberian pakan 10% dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih kerapu sunu dengan kelangsungan hidup lebih baik.

Kata kunci : benih kerapu sunu, dosis pakan, fiber, kelangsungan hidup, pertumbuhan

Page 152: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

132

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-06PENEMUAN Vibrio harveyi PADA Litopenaeus vannamei TERINFEKSI WHITE FECES DISEASE DI SITUBONDO JAWA TIMUR

Sumini*, Kismiyati dan Rahayu Kusdarwati* Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan V. harveyi pada udang vannamei yang terinfeksi WFD di Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan bulan November 2017 hingga September 2018. Bakteri Vibrio diisolasi dari udang yang menunjukkan gejala klinis terkena penyakit WFD kemudian diisolasi pada media TCBS. Isolat tunggal bakteri selanjutnya dimurnikan di media TSA. Semua isolat Vibrio selanjutnya diidentifikasi dengan tes biokimia, Analytical Profile Index / API 20NE (BioMeriuex), dan PCR dengan primer spesifik untuk V. harveyi. Parameter tambahan yang digunakan adalah kualitas air, kelimpahan kolam payau, dan uji resistensi antibiotik. Hasil penelitian ini ditemukan adanya V. harveyi pada semua sampel baik dari udang terinfeksi WFD dan lingkungan (hepatopancreas, usus, tinja dan air tambak). Total isolat yang diidentifikasi adalah sebanyak tujuh belas isolat yaitu sepuluh isolat V. harveyi (58.82%), tiga isolat V. alginolyticus (17.65%), satu isolat V. fluvialis (5.88%), satu isolat V. parahaemolyticus (5.88%) , dan dua isolat bukan Vibrio yang diidentifikasi sebagai Shewanella putrefaciens (11,76%). ditemukan V. harveyi pada udang vannamei yang terkena WFD dengan kualitas air yang buruk dan dominasi kelimpahan plankton tertentu dalam suatu tambak.

Kata kunci : API 20NE, uji biokimia, Litopenaeus vannamei, PCR, Vibrio harveyi, WFD

Page 153: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

133

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-07DOSIS LETHAL (LD50) PADA IKAN GURAMI HIBRIDA YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophilla

Rita Febrianti*, Sularto dan Nunuk Listiyowati* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Puslitbang Perikanan Budidaya, Balitbang

Kelautan dan Perikanan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dosis maksimum kematian ikan gurami hibrida sebanyak 50% dari populasi uji dan dilakukan selama 14 hari terhadap infeksi bakteri A. hydrophilla. Penelitian dilakukan selama 14 hari di laboratorium uji tantang, laboratorium mikrobiologi, dan laboratorium fisiologi genetik. Metode yang digunakan adalah metode in vivo, yaitu uji tantang langsung menggunakan ikan guramis ebagai hewan uji. Perlakuannya ada kontrol dan dosis bakteri 102-109 cfu/mL dosis bakteri A. hydrophilla. Uji tantang melalui injeksi intraperitoneal sebanyak 0,1 mL/ekor ikan. Kematian ikan dan gejala klinis diamati setiap hari. Gejala klinispada ikan gurami meliputi sirip ekor, peradangan dibekas suntikan, warna kulit pucat, dan luka borok. Konfirmasi kematian diuji dengan PCR dan katalase. Kematian tertinggi terjadi pada dosis 109 cfu/mL dengan kematian 100% dan akumulasi persen kematian 79,73%. Perlakuan dosis 108 cfu/mL memiliki kematain 100% dan akumulasi kematian sebesar 66,16%. Perlakuan kontrol tidak mengalami kematian. Dosis 106 cfu/mL memiliki persen akumulasi kematian sebesar 49,15% dan kematian sebesar 100%. Dosis bakteri 102 dan 104 memiliki nilai akumulasi kematian sebesar 6,90% dan 27,18%. Hasil perhitungan menunjukkan nilai LD50 sebesar 6,05×106 cfu/mL yang berarti dosis tersebut menyebabkan kematian 50% ikan gurami hibrida yang terinfeksi bakteri Dosis lethal (LD50) pada ikan gurami hibrida yang diinfeksi A. hydrophilla sebesar 6,05×106 cfu/mL. Kondisi kualitas air masih berada pada kisaran normal. Uji konfirmasi kematian ikan gurami hibrida dari organ otak, mata, hati, ginjal, dan limfa menunjukkan hasil yang positif terhadap infeksi A. hydrophilla pada uji katalase, uji pewarnaan gram, dan uji PCR.

Kata kunci : bakteri A. hydrophilla, dosis lethal (LD50), ikan gurami hibrida, uji tantang

Page 154: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

134

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-08PENGARUH EKSTRAK SEREH (Cymbopogon citratus DC) TERHADAP PREVALENSI DAN SURVIVAL BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio l) YANG DIINFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda

Farah Diana*, Ika Andila dan Eri Safutra* Jurusan Budidaya Perairan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai pengaruh ekstrak sereh (Cymbopogon citratus DC) terhadap prevalensi dan survival benih ikan mas yang diinfeksi Edwardsiella tarda serta mengetahui konsentrasi terbaik bahan ini sebagai imunostimulan maupun dalam pengobatan ikan mas yang terserang Edwardsiella tarda. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Desember 2016 bertempat di Hachery Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Kabupaten Aceh Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), masing-masing dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu : P0 (kontrol)= 0 ppm, P1= 400 ppm, P2= 600 ppm dan P3= 800 ppm. Hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan berbagai dosis ekstrak sereh (Cymbopogon citratus DC) berpengaruh tidak nyata terhadap prevalensi benih ikan mas yang dilakukan pengamatan selama 7 hari dengan konsentrasi bakteri 107 Sel/ml berada pada kisaran 73,33-93,33%. Dan pada pengujian statistik diperoleh bahwa F-hit (1,111111)0,05) terhadap persentase kelangsungan hidup, hasil pengujian statistik diperoleh F-hit (8,407407)>F-tab 0,05 (4,066181).

Kata kunci : Cymbopogon citratus DC, Cyprinus carpio L, Edwardsiella tarda

Page 155: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

135

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-09TINGKAT INFEKSI PARASIT PADA SIDAT (Anguilla sp.) YANG DIPELIHARA DENGAN SUMBER AIR IRIGASI

Anandita Ekasanti*, Hamdan Syakuri, Emyliana Listiowati dan Dewi Nugrayani* Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas

Jenderal Soedirman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan tingkat infeksi parasit pada sidat (Anguilla sp.) yang dipelihara dengan sumber air irigasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi. Sidat hasil tangkapan dengan berat 18±3 g sebanyak 160 ekor selanjutnya dipelihara selama 60 hari. Pengamatan parasit dilakukan dengan pengambilan sampel sidat sebelum pemeliharaan (sebanyak 16 ekor) dan sesudah pemeliharaan (sebanyak 76 ekor). Sampel sidat selanjutnya diamati jenis parasit dan dihitung nilai intensitas serta prevalensinya. Parasit yang ditemukan sebelum sidat dipelihara ada 2 jenis dan setelah sidat dipelihara ditemukan 6 jenis. Nilai intensitas dan prevalensi parasit sebelum pemeliharaan yaitu : Trichodina sp. (2 ind/ekor; 12,50%) dan Anguillicola sp. (1 ind/ekor; 12,50%). Nilai intensitas dan prevalensi setelah pemeliharaan yaitu : Trichodina sp. (168,75 ind/ekor; 98,68%), Anguillicola sp. (4,98 ind/ekor; 56,58%), Ichtyophthyrius multifilis (12,17 ind/ekor; 7,89%), Monogenea (8,33 ind/ekor; 3,95%), parasit lain yang belum teridentifikasi (180 ind/ekor; 15,79%), dan kista cacing (232 ind/ekor; 1,32%). Penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah jenis parasit dan tingkat infeksi (intensitas dan prevalensi) pada sidat setelah pemeliharaan selama 60 hari menggunakan sumber air irigasi.

Kata kunci : air irigasi, Anguilla sp., parasit, tingkat infeksi

Page 156: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

136

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-10EFEK SKENARIO PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PIGMEN KAROTENOID Gracilaria changii

Nur Indah Sari Arbit*, Sharifuddin Bin Andy Omar, Ambo Tuwo dan Eddy Soekendarsih* Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

Melihat peran penting karotenoid dalam Gracilaria changii sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pigmen karotenoid terhadap peningkatan suhu dan karbon dioksida. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Basah PUI-P2RL Universitas Hasanuddin pada bulan Februari-September 2018. Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Kualitas Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari sembilan perlakuan dengan tiga ulangan. Analisis data yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan Post hoc Test. Hasil karotenoid menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi konsentrasi CO2 dan suhu. Demikian pula pengaruh tunggal suhu terhadap karotenoid. Namun terdapat CO2 pengaruh tunggal terhadap karotenoid. Rata-rata karotenoid pada perlakuan konsentrasi CO2 700 ppm (1,79389mg.g-1) berbeda signifikan dengan rata-rata karotenoid pada perlakuan konsentrasi CO2 1300 dan 1000 ppm (0,86322mg.g-1 dan 1,27311 mg.g-1). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah pigmen karotenoid dan yang paling tinggi kenaikannya terjadi pada injeksi karbondioksida 700 ppm.

Kata kunci : CO2, global warming, Gracilaria changii, karotenoid, pigmen

Page 157: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

137

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-11PENENTUAN JARAK TANAM RUMPUN TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Halymenia sp.

Dhini Arum Pratiwi* dan Siti Fadilah* Kementerian Kelautan dan Perikanan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jarak tanam rumpun yang sesuai untuk budidaya rumput laut Halymenia sp. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2017 di perairan Desa Patas, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Penelitian didesain dengan rancangan acak lengkap 1 faktor. Uji coba jarak rumpun dilakukan dengan 4 taraf perlakuan yaitu 10, 15, 20 dan 25 cm. Panjang tali bentangan 15 m dengan bobot awal rumpun 50 g serta jarak antar tali bentangan 1 m. Pemeliharaan dilakukan selama 1 siklus (45 hari) dengan sampling pertumbuhan tiap 5 hari dan sampling kualitas air tiap 15 hari. Analisis sampel dilakukan untuk mendapatkan rendemen karaginan dan kualitas air berupa nitrat, fosfat, amonia dan TSS. Hasil penelitian menunjukkan jarak tanam rumpun 25 cm memberikan laju pertumbuhan terbaik (p<0,5) dibandingkan jarak tanam lainnya. Sementara itu rendemen karaginan lebih tinggi pada jarak tanam 25 cm dibandingkan dengan 20 cm (p<0,5), namun tidak terlalu berbeda nyata dengan jarak tanam 10 dan 15 cm. Pertumbuhan Halymenia sp. terbaik yaitu pada jarak tanam rumpun 25 cm.

Kata kunci : Halymenia, jarak tanam, rumput laut

Page 158: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

138

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-12PENGARUH JENIS TALI PENGIKAT RUMPUN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Gelidium sp.

Nelly Hidayanti Sarira* dan Muslimin S* Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Patahnya talus rumput laut pada masa pemeliharaan disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena jenis tali yang digunakan untuk mengikat rumpun rumput laut. Jenis tali pengikat rumpun yang digunakan dalam budidaya rumput laut harus mampu menahan beban bobot rumpun yang terus bertambah seiring lamanya pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tali pengikat rumpun yang berbeda terhadap pertumbuhan rumput laut Gelidium sp. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2017 di Desa Doda Bahari, Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Penelitian didesain dalam rancangan acak lengkap 1 faktor berupa jenis tali pengikat rumpun yang terdiri dari 4 taraf yaitu tali rafia, plastik, benang, dan nilon. Masing-masing taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Bobot awal rumpun 25 g, panjang tali bentangan 15 m, jarak antar rumpun 15 cm, dan jarak antar tali bentangan 1 m. Metode budidaya yang digunakan adalah lepas dasar selama 45 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot Gelidium sp. tidak berpengaruh nyata terhadap jenis tali pengikat rumpun yang diuji cobakan (P>0,05), namun jenis tali benang yang memiliki nilai laju pertumbuhan harian (LPH) lebih tinggi (-0,95%/hari) bila dibandingkan dengan jenis tali pengikat lainnya. Pertumbuhan bobot Gelidium pada semua perlakuan mengalami penurunan dari bobot awal. Hal ini disebabkan bukan karena bibit mengalami kerusakan/kematian melainkan disebabkan kondisi morfologi Gelidium yang berukuran relatif kecil.

Kata kunci : Gelidium, jenis tali, pertumbuhan, rumput laut

Page 159: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

139

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-13PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma denticulatum

Nelly Hidayanti Sarira* dan Pustika Ratnawati* Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Rumput laut Eucheuma denticulatum merupakan salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan dalam berbagai bentuk sehingga diperlukan adanya usaha peningkatan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman pupuk organik terhadap pertumbuhan rumput laut E. denticulatum. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Aklimatisasi Loka Riset Budidaya Rumput Laut dan di perairan Desa Tabulo Selatan, Kecamatan Mananggu, Gorontalo pada bulan November-Desember 2015. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu 0 jam; 2 jam; 4 jam; 6 jam; dan 8 jam. Media pemeliharaan menggunakan air laut yang ditambahkan pupuk organik dengan konsentrasi 0,5 ppm. Sebanyak 15 buah wadah styrofoam diisi air laut 30 liter. Rumput laut dimasukkan kedalam wadah masing-masing sebanyak 4 kg dan dilakukan pembalikan rumput laut setiap 2 jam sekali. Setelah direndam, rumput laut dipelihara selama 45 hari di perairan dengan metode longline. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian (LPH) rumput laut E. denticultum berpengaruh nyata terhadap lama perendaman yang diuji cobakan (P<0,05). LPH rumput laut tertinggi yaitu pada lama perendaman 8 jam sebesar 2,78%/hari dan terendah pada lama perendaman 0 jam sebesar 1,54%/hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perendaman rumput laut dengan lama perendaman 8 jam dengan dosis pupuk 0,5 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan rumput laut.

Kata kunci : Eucheuma denticulatum, lama perendaman, pertumbuhan, pupuk organik

Page 160: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

140

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-14REGENERASI RUMPUT LAUT Gracilaria sp. MELALUI PROPAGASI SECARA EX-VITRO

Siti Fadilah* dan Dhini Arum Pratiwi* Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria sp. melalui propagasi ex-vitro. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016. Talus dipotong menjadi eksplan ukuran ±2-3 cm. Faktor perlakuan yang diberikan adalah jenis pupuk berbeda berupa pupuk PES yang dimodifikasi sebanyak 20 mL/L, pupuk organik A (0,05 mL/L) dan pupuk organik B (0,05 mL/L); dan kepadatan eksplan yang berbeda 2 g/L; 2,5 g/L dan 3 g/L. Eksplan dipelihara selama 8 minggu. Aklimatisasi bibit dilakukan di laut dalam kotak hapa berukuran 50 x 50 x 50 cm3 dan dipelihara selama 8 minggu. Hasil menunjukkan pupuk organik A memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan jenis pupuk yang lain. LPH dan panjang tunas tertinggi terjadi pada kepadatan 2 g/L, namun penghitungan terhadap jumlah tunas per eksplan pada tiga kepadatan menunjukkan tidak berbeda yaitu rata-rata 5 tunas per eksplan. Rata-rata LPH tertinggi bibit saat aklimatisasi mencapai 4,58 %/hari pada bulan pertama, kemudian menurun menjadi 1,44 %/hari di bulan kedua. Propagasi ex-vitro dapat menjadi upaya perbanyakan bibit pada Gracilaria sp. dengan memperhatikan beberapa kondisi fisik pemeliharaan, terutama suhu dan intensitas cahaya.

Kata kunci : ex-vitro, Gracilaria, propagasi

Page 161: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

141

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-15PERFORMANSI RUMPUT LAUT Gelidium sp. YANG DITANAM DENGAN METODE KANTONG PADA TIGA SUBSTRAT BERBEDA

Nova Francisca Simatupang*, Pustika Ratnawati dan Petrus R. Pong-Masak* Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Gorontalo

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan performansi rumput laut Gelidium sp. yang dibudidayakan dengan metode kantong pada 3 substrat yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November 2018 di perairan Mananggu, Boalemo. Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap; 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yaitu jenis substrat: pasir, lamun dan berbatu. Budidaya Gelidium sp. menggunakan kantong polybag yang diikat di tali sepanjang 10 m dan jarak antar kantong 25 cm. Rumput laut ditimbang 10 gr dan dimasukkan ke dalam kantong. Pemeliharaan selama 60 hari. Sampling setiap 7 hari dengan nimbang bobot rumput laut, menghitung survival rate dan mengukur kualitas perairan. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi Gelidium sp., peningkatan tertinggi pada substrat berbatu dengan jumlah 932 g, sedangkan yang terendah pada substrat pasir (512 g). Penurunan produksi pada substrat pasir karena banyak rumput laut yang terserang ice-ice dan pucat akibat perairan cukup dangkal sehingga lebih banyak terpapar panas matahari. Pengukuran tingkat kelangsungan hidup menunjukkan bahwa budidaya pada substrat berpasir memiliki tingkat sintasan yang lebih baik sebesar 79%, sedangkan yang terendah pada substrat berbatu (53%). Pengembangan lanjutan untuk budidaya rumput laut Gelidum sp. dapat dilakukan pada substrat berbatu dengan kedalaman perairan yang sesuai dengan kebutuhan makro alga.

Kata kunci : Gelidium sp, kantong, lepas dasar, pertumbuhan, substrat

Page 162: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

142

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-16PENGARUH PENEMPATAN WADAH BUDIDAYA PADA TAHAP ADAPTASI RUMPUT LAUT Gelidium sp. DI TAMBAK.

Pustika Ratnawati, Petrus R. Pong-Masak dan Nova Francisca Simatupang* * Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Gorontalo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titik lokasi serta karakteristik tambak pada tahap adaptasi awal yang mampu meningkatkan pertumbuhan rumput laut Gelidium sp. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2018 di tambak wilayah Boalemo, Gorontalo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan lokasi adaptasi yang terdiri dari 3 titik yaitu: saluran air, pintu air, dan tepi ujung tambak. Adaptasi rumput laut Gelidium sp. menggunakan kantong polybag. Masing-masing lokasi terdapat 2 perlakuan dengan 3 ulangan, setiap perlakuan terdapat 24 buah kantong dengan tipe beralas dan tanpa alas. Bobot awal rumput laut sebesar 20 g/kantong dengan lama pemeliharaan 30 hari. Hasil riset menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut terbaik pada titik pintu air tambak dengan kantong tanpa alas karet meskipun nilai pertumbuhan negative (LPH -0.016%), sedangkan yang paling rendah pada lokasi saluran air LPH -5.91%. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi juga pada titik pintu air dengan nilai 87.5% , dan yang terendah pada bagian tepi dalam tambak yang hanya 33%. Rendahnya pertumbuhan disebabkan karena rumput laut tertutup lumpur tambak yang membuat talus tidak berkembang. Tahap awal adaptasi Gelidium sp. dapat dilakukan disekitar pintu air dengan kondisi ketinggian air disesuaikan oleh pasang surut air laut.

Kata kunci : adaptasi, Gelidium sp., tambak

Page 163: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

143

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-17BUDIDAYA RUMPUT LAUT Gelidium sp. MENGGUNAKAN KANTONG PADA METODE LONG LINE DAN LEPAS DASAR

Muslimin* dan Nelly Hidayanti Sarira* Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Gorontalo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut Gelidium sp. yang dibudidayakan dengan kantong pada dua metode berbeda yaitu long line dan lepas dasar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2017 di Desa Doda Bahari, Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua metode (long line dan lepas dasar) dan dua perlakuan yaitu : 1. Uji coba bobot awal rumput laut (bobot bibit 10 g, 20 g, 30 g, 40 g, 50 g, 75 g, 100 g, dan 125 g) dan 2. Uji coba jarak tanam antar rumpun bibit (10 cm, 15 cm, 20 cm, dan 25 cm). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Gelidium sp. menggunakan metode long line dan lepas dasar berpengaruh nyata terhadap bobot awal dan jarak tanam antar rumpun bibit (P<0,05). Pertumbuhan mutlak perlakuan bobot bibit awal terbesar pada metode long line dan lepas dasar sama yaitu pada bobot 125 g (long line = 109,67 g dan lepas dasar = 131,33 g). Laju pertumbuhan harian (LPH) perlakuan jarak tanam antar rumpun terbesar pada metode long line dan lepas dasar sama yaitu pada jarak 15 cm (long line = 3,69%/hari dan lepas dasar = 3,27%/hari). Budidaya rumput laut Gelidium sp. menggunakan kantong pada metode long line dan lepas dasar memiliki teknis yang sama baik dari segi bobot awal dan jarak tanam antar rumpun bibit.

Kata kunci : budidaya, Gelidium, kantong, lepas dasar, long line

Page 164: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

144

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-18DNA MIKROSATELIT SEBAGAI DASAR EVALUASI KERAGAMAN GENETIK UDANG GALAH STRAIN GI MACRO II

Fajar Anggraeni*, Hary Krettiawan, Asep Sopian, Huria Marnis, Khairul Syahputra dan Imron* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman genetik GI Macro II sebagai salah satu strain baru menggunakan DNA mikrosatelit. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014. Lima lokus DNA mikrosatelit MBR-2, MBR-3, MBR-4, MBR-5 dan MBR-9 digunakan untuk mengevaluasi keragaman genetik udang galah strain Gi Macro II. 25 sampel kaki renang diambil dari populasi udang galah hasil seleksi generasi ke-4 (F4) sebagai kandidat dari strain GI Macro II. Sampel di ekstrasi menggunakan kit komersial. Sampel kemudian di PCR dan selanjutnya di lakukan analisis fragmen menggunakan Qiaxcel Screnning Gel dan dilakuakan analisis untuk mengetahui karameter genetiknya. Hasil analisis keragaman genetik dari lima lokus mikrosatelit menunjukkan rata-rata jumlah alel sebesar 6,2±2,2, Heterozigositas teramati (Ho) 0,5±0,1, Heterozigositas yang diharapkan (He) 0,7±0,2, Indeks Fiksasi (Fis) 0,3±0,1 dan nilai p keseimbangan Hardy-Weinberg (HW) menunjukkan adanya signifikansi. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan pada populasi tersebut, keseimbangan tersebut terjadi dimungkinkan karena adanya proses seleksi. Pada populasi alam, nilai p (HW) pada populasi yang luas, perkawinan terjadi secara acak sehingga nilai p tidak signifikan. Hasil analisis keragaman genetik mengkonfirmasi bahwa proses seleksi telah terjadi pada populasi udang galah strain GI Macro II.

Kata kunci : DNA, GI Macro II, microsatelit, udang galah

Page 165: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

145

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-19APLIKASI PROBIOTIK PADA USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus)

Evi Tahapari* dan Jadmiko Darmawan* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan probiotik pada usaha pembesaran ikan patin Siam PERKASA. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2018. Perlakuan berupa pemberian pakan hasil fermentasi probiotik komersial dan pakan tanpa fermentasi (kontrol). Pengujian dilakukan pada ikan patin yang dipelihara dalam kolam jaring berukuran 3x5x1,5 m. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Padat tebar yang digunakan yaitu 120 ekor/wadah. Pemeliharaan dilakukan selama lima bulan. Parameter yang diamati meliputi food konversi pakan, pertambahan bobot harian ikan, retensi protein, biomassa ikan akhir, kelangsungan hidup, dan proksimat pakan. Berdasarkan hasil pengujian, pemberian probiotik pada pakan dengan cara fermentasi mampu meningkatkan bobot dan biomassa panen secara signifikan (P<0,05). Bobot akhir ikan patin yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 413,14±39,41g sedangkan kontrol 384,10±16,12g. Biomassa akhir ikan patin yang diberi pakan hasil fermentasi mencapai 45,692±3,526kg sedangkan kontrol 42,673±4,049kg. Pakan ikan yang difermentasi probiotik komersial mampu meningkatkan kadar protein pakan sebesar 9,77% dan peningkatan pertambahan bobot harian (PBH) ikan sebesar 7,95% Pemberian probiotik pada pakan dengan cara fermentasi secara signifikan (P<0,05) mampu meningkatkan performa budidaya ikan patin Siam PERKASA yang dipelihara selama lima bulan di kolam jaring.

Kata kunci : pakan fermentasi, patin Siam, pembesaran, probiotik

Page 166: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

146

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-20PENGAMATAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BANDENG (Chanos-chanos) G2 UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT

Tony Setia Dharma*, Gigih Setia Wibawa dan A A Ketut Alit* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut

Penelitian dilakukan dengan menggunakan hafa dengan volume 1m³ di tambak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pertumbuhan benih ikan bandeng G-2, asal HSRT dan alam yang dipelihara secara terkontrol dalam Hafa di tambak. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari G-2, asal HSRT dan alam dengan ukuran panjang total (TL) sekitar 1,5-2,0 cm. Padat tebar benih sebanyak 250 ekor/m³. Penelitian dilakukan selama 3 bulan mencapai panjang 10-12 cm. Selama 3 bulan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan hingga mencapai ukuran benih 10,0 -12,0 cm. RAL dengan 3 kali ulangan. pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kadar protein sekitar 28-30%, diberikan dengan dosis 5-8% biomass/hari sampai kenyang/adlibitum. Parameter yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan dan keragaman benih serta kualitas air selama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih G-2 menghasilkan sintasan dan pertumrbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan asal HSRT (B) serta tidak berbeda dengan asal alam (C). Sintasan dan pertumbuhan yang dihasilkan adalah 90,20±2,60 %, TL 12,80±2,70 dan BW 35,20±2,70 g. Keragaman yang dihasilkan terdiri dari 3 ukuran yaitu besar (B), sedang (S) dan kecil (K) dengan prosentase 20,50%, 72,30% dan 7,20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pertumbuhan dan sintasan benih bandeng G-2 lebih tinggi dari asal HSRT dan tidak berbeda dengan asal alam serta memiliki prosentase keragaman benih yang lebih baik.

Kata kunci : asal HSRT dan asal alam, benih bandeng G-2, gelondongan, hafa di tambak

Page 167: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

147

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-21UJI TOLERANSI SALINITAS TERHADAP BENIH IKAN GURAMI HASIL PERSILANGAN ANTARA INDUK BETINA ASAL MAJALENGKA DENGAN INDUK JANTAN ASAL JAMBI

Nunuk Listiyowati*, Bambang Iswanto, Sularto dan Rommy Suprapto* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi ikan gurami hibrida terhadap media salinitas. Penelitian dilaksanakan di Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi pada bulan November hingga Desember 2018. Ikan uji adalah benih gurami hibrida dan ikan pembanding benih gurami asal BPBIGN, Singaparna (kontrol) dengan panjang standar 1,85±0,27 cm sebanyak 10 ekor per ulangan. Wadah yang digunakan berupa ember plastik volume 5 liter. Pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu uji LC50 selama 48 jam, dilanjutkan dengan uji tantang. Tingkat salinitas untuk uji LC50 adalah 5, 10, 15 dan 20 g/L dan pengujian lanjutan pada salinitas 12, 14 dan 16 g/L. Berdasarkan hasil uji LC50 maka salinitas yang akan digunakan untuk uji tantang adalah salinitas 12 g/L. Tingkat kematian 50% benih ikan gurami hibrida terjadi pada menit ke-1.442 dan gurami kontrol yang terjadi pada menit ke-1.166. Pada akhir uji tantang selama 48 jam, benih gurami kontrol mengalami tingkat kematian sebesar 96,67±5,8%, sedangkan tingkat kematian pada benih ikan gurami hibrida lebih rendah, yaitu 76,67±5,8%. Pengujian pada salinitas 12 g/L dengan perendaman secara langsung menunjukkan bahwa benih gurami hibrida memiliki ketahanan lebih tinggi dibandingkan dengan benih gurami kontrol.

Kata kunci : gurami hibrida, persilangan, salinitas, tingkat kematian

Page 168: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

148

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-22PERFORMA BUDIDAYA IKAN PATIN PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus) YANG DIPELIHARA DI KOLAM JARING

Evi Tahapari*, Jadmiko Darmawan dan Suharyanto* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan produktivitas budidaya ikan patin Siam hasil seleksi dan nonseleksi yang dipelihara di kolam jaring. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2017. Benih awal ikan uji berukuran 3,61-3,75g dengan panjang total 2-3 inchi dipelihara di kolam jaring berukuran 3x5x1,25 m, ketinggian air sekitar 100 cm dengan padat penebaran 175 ekor/jaring. Pemeliharaan dilakukan selama enam bulan. Parameter uji yang diamati meliputi: pertambahan bobot, laju pertumbuhan spesifik, biomassa panen, produktifitas, dan harga pokok produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan patin Siam hasil seleksi selama enam bulan pemeliharaan memiliki bobot akhir 698,86 ±19,02 g dan strain non-seleksi 579,38±23,17 g. Serta memiliki laju pertumbuhan spesifik lebih tinggi (2,80%), biomassa panen lebih tinggi (12,33%), dan produktivitas lebih tinggi (11,27 %) dibandingkan ikan patin non-seleksi. Berdasarkan analisis bioekonomi, budidaya pembesaran ikan patin hasil seleksi mampu menekan biaya produksi hingga Rp 459,00/kg. Penggunaan benih unggul ikan patin PERKASA mampu meningkatkan biomassa panen lebih tinggi dan mampu menekan biaya produksi dibandingkan benih ikan patin hasil non seleksi.

Kata kunci : kolam jaring, patin PERKASA, performa, seleksi

Page 169: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

149

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-23KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata) PADA FASE PENDEDERAN

Dessy Nurul Astuti* dan Ikhsan Khasani* Balai Riset Pemuliaan Ikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gabus Kalimantan Selatan (KS) dan Jawa Barat (JB) pada fase pendederan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2019 di Balai Riset Pemuliaan Ikan. Benih ikan gabus yang digunakan merupakan keturunan dari induk hasil koleksi BRPI asal Mandiangin, Kalimantan Selatan dan Sukamandi, Jawa Barat. Benih umur 15 hari dipelihara di kolam tembok ukuran 25 m2 dengan kepadatan 20 ekor/m2 selama 45 hari. Pakan yang digunakan berupa pelet dengan kadar protein 40%. Parameter yang diukur berupa pertumbuhan mutlak (Wm), laju pertumbuhan sepesifik (LPS) dan kelangsungan hidup (SR). Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan gabus KS lebih tinggi daripada JB. Pertumbuhan panjang mutlak KS sebesar 51,83±0,85mm dan LPS 3,64% sedangkan JB sebesar 37,38±0,69mm dan LPS 2,37%. Laju pertumbuhan bobot mutlak KS sebesar 2,29±0,01g dan LPS 8,52% sedangkan JB sebesar 1,49±0,24g dan LPS 6,34%. Kelangsungan hidup benih ikan gabus KS pada akhir pemeliharaan sebesar 42,00±24,61% sedangkan JB 50,70±34,65%. Kelangsungan hidup benih ikan gabus JB lebih tinggi daripada KS, dengan pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik lebih rendah. Laju pertumbuhan spesifik bobot pada benih ikan gabus lebih besar daripada pertumbuhan panjangnya.

Kata kunci : benih, gabus, Channa striata, pertumbuhan, kelangsungan hidup

Page 170: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

150

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-24PERFORMA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MUSTIKA (RAJADANU TAHAN KHV) PADA CEKAMAN SUHU DAN SALINITAS

Flandrianto Sih Palimirmo*, Yogi Himawan, Khairul Syahputra, Didik Ariyanto dan Suharyanto* Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang

Ketahanan ikan terhadap perubahan lingkungan berbeda pada tiap jenis dan strain ikan. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi ketahanan ikan mas adalah faktor suhu dan salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa ketahanan ikan mas Mustika terhadap suhu dan salinitas. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental dengan ikan uji berukuran 10-15 g/ekor. Sebagai pembanding digunakan ikan mas Mantap (strain Majalaya). Pada parameter suhu, ikan uji direndam dalam air yang bersuhu rendah (3-4oC) dan bersuhu tinggi (43-46oC), sedangkan pada parameter salinitas ikan uji direndam dalam air bersalinitas 20 ppt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan mas Mustika memiliki kemampuan toleransi terhadap cekaman suhu yang lebih baik (144 detik pada suhu rendah dan 85 detik pada suhu tinggi) dibandingkan dengan ikan pembanding (129 detik pada suhu rendah dan 66 detik pada suhu tinggi). Sedangkan pada cekaman salinitas tinggi ikan mas Mustika memiliki kemampuan toleransi yang relatif sama terhadap ikan mas pembanding dimana LT50 ikan mas Mustika terjadi pada menit 58 sedangkan LT50 ikan pembanding terjadi ada menit 56. Secara umum respon ikan mas Mustika terhadap cekaman suhu dan salinitas relatif lebih baik dibandingkan ikan mas pembanding.

Kata kunci : ikan mas, Mustika, performa, suhu, salinitas

Page 171: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

151

PRESENTASI POSTER BUDIDAYA

Kembali

PB-25PERTUMBUHAN LARVA IKAN NILA SRIKANDI DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN

Lamanto* dan Adam Robisalmi * Balai Riset Pemuliaan Ikan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis performa pertumbuhan larva ikan nila Srikandi yang dipelihara dengan padat tebar berbeda. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi pada tahap pendederan, pada bulan April Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, bahan yang digunakan adalah larva ikan nila Srikandi, pakan benih, dan obat-obatan. Larva ikan nila Srikandi yang digunakan berukuran rataan 0.86 cm dengan bobot rata-rata 0.0082 g. Tempat pemeliharaan larva nila Srikandi adalah hapa ukuran 2x2x1 m3 dan kolam tanah berukuran 200 m2. Larva ikan nila Srikandi dipelihara yaitu dengan padat tebar 100 ekor/m2 (A), 200 ekor/m2 (B), dan 300 ekor/m2 (C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva ikan nila Srikandi yang dipelihara dengan padat tebar berbeda tumbuh dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate, SGR) sebesar 17.30% (±0.03) bobot/hari (A), 16.19% (±0.70) (B), dan 15.59% (±0.75) (C) . Laju pertumbuhan harian (daily growth rate, DGR) sebesar 0,05 g (A), 0,04 g (B), dan 0.03 g (C). Rerata bobot mutlak sebesar 1.46±0.01 g (A), 1.06±0.22 g (B), dan 0.88±0.20 g (C). Nilai sintasan terbaik larva ikan nila Srikandi yang dipelihara dengan padat tebar berbeda yaitu sebesar 89.06% (B). Keragaan pertumbuhan larva nila Srikandi yang dipelihara dengan padat tebar 100 ekor/m mempunyai performa atau keragaman pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

Kata kunci : keragaan, nila srikandi, Oreochromis aureus x niloticus, padat tebar, pertumbuhan, sintasan

Page 172: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

152

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-01STATUS KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BARITO PROVINSI KALIMANTAN TENGAN DAN SELATAN

Subagdja** Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang

Mengetahui status kualitas beberapa parameter fisika dan kimia perairan Sungai Barito Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018, Juli 2018 dan September 2018 di 3 bagian yaitu Hilir sungai (Pelabuhan, Pulau Kaget dan Muara Sungai Barito). Bagian tengah ( Desa Bangkau, Serawak, Tengah Danau). Bagian Hulu ( Bahitom, Muara Beriwit dan Sumpui). Bersifat survei - eksploratif yang meliputi pengumpulan data secara primer dan skunder, lingkup kegiatan meliputi kajian analisa parameter fisika dan kimia serta biologi perairan. Survei pertama di bulan Maret 2018, temperatur air Sungai Barito berkisar 26,6 0C - 31,7 0C. Kecerahan Sungai Barito berkisar 15 - 75 cm. Kecerahan bagian hilir lebih rendah di akibatka bagian hilir banyak dilakukan aktivitas seperti pemukiman, pabrik transportasi dan lain lain. Kandungan oksigen berkisar 5,44 - 8,8 mg/L. Bagian tengah lebih rendah dikarenakan bagian tengah merupakan daerah rawa yang kondisinya perairan lebih tenang. Kandungan klorofil rata rata 37,26 mg/L. Parameter lingkungan (fisika, kimia dan biologi) perairan Sungai Barito relatif masih cukup baik terutama untuk kehidupan organisme akuatik, namun dengan semakin bertambahnya aktivitas manusia kondisi perairan Sungai Barito terancam, aktivitas tersebut antara lain dari perkebunan, pertanian penambangan emas dan limbah industri masyarakat.

Kata kunci : Sungai Barito, parameter fisika kimia dan biologi

Page 173: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

153

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-02FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN EKOSISTEM MANGROVE ROKAN HILIR

Trisla warningsih*, Kusai, Zulkarnain, Lamun Bathara dan Isma Mulyani* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap keberadaan ekosistem mangrove pesisir Rokan Hilir. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2019. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap masyarakat nelayan, pembudidaya tambak dan pemanfaat kayu mangrove. Data diperoleh dengan metode Contingent Valuation Method (CVM) dan dianalisis mengunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap willingness to pay adalah pendapatan dan pendidikan sedangkan faktor jumlah tanggungan berpengaruh negatif secara signifikan. Faktor umur dan jenis kelamin tidak mempengaruhi willingness to pay untuk keberadaan mangrove di Rokan Hilir. Nilai willingness to pay yang diperoleh adalah sebesar Rp7.800,00 per bulan. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memberikan banyak manfaat terhadap masyarakat pesisir Rokan Hilir, sehingga keberadaan ekosistem ini selalu diharapkan yang bisa dilihat besaran nilai willingness to pay yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat.

Kata kunci : Willingness to Pay, Contingent Valuation Method, mangrove, Rokan Hilir

Page 174: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

154

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-03BIODEGRADASI LIMBAH CAIR TPI BRONDONG LAMONGAN MENGGUNAKAN BIOREMEDIAN ASAL LIMBAH CAIR PERIKANAN

Devi Ambarwaty Oktavia*, Dita Febrianti dan Diah Lestari Ayudiarti* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses biodegradasi kandungan organik limbah cair TPI Brondong menggunakan bioremedian bakteri asal limbah cair perikanan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015. Penelitian dilakukan di laboratorium Bioteknologi BBRPPBKP, Jakarta yang dilakukan secara aerobik selama 3 hari. Sampel limbah cair diambil dari saluran pembuangan TPI awal. Konsentrasi bioremedian bakteri yang digunakan adalah 2,5%, 5% dan 7,5% dari volume limbah cair yang digunakan. Parameter pengujian dibandingkan dengan standar yang ditetapkan pada Peraturan Menteri LH No. 6 Tahun 2007. Parameter kualitas air yang diuji adalah pH, BOD5, COD, nitrat, nitrit, amonia, dan sulfida. Parameter kualitas air hasil pengujian awal menunjukkan bahwa kadar COD, amonia, dan sulfida melebihi baku mutu yang ditetapkan Peraturan MenLH No. 6 Tahun 2007 berturut-turut sebesar 1608 mg/L, 13,05 mg/L, dan 1,913 mg/L. Bioremedian bakteri dengan konsentrasi 5% mampu menurunkan kadar COD menjadi 907 mg/L, kadar nitrit menjadi 0,2347 mg/L, dan kadar sulfida menjadi 0,3733 mg/L.

Kata kunci : biodegradasi, limbah cair, TPI Brondong

Page 175: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

155

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-04UJI PENDAHULUAN TINGKAT KETAHANAN IKAN PATIN PASUPATI (Pangasius sp.) TRIPLOID PADA PENGUJIAN TRANSPORTASI STATIS

Jadmiko Darmawan* dan Evi Tahapari* Balai Riset Pemuliaan Ikan

Ikan patin pasupati (Pangasius sp.) telah dirilis sebagai ikan budidaya sejak tahun 2006, namun pengembangannya saat ini masih terkendala tingkat ketahanan yang sangat rendah terhadap cekaman lingkungan terutama pada saat konsumen menginginkan ikan patin pasupati dalam kondisi hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan ikan patin pasupati triploid pada saat dilakukan transportasi secara statis. Penelitian dilaksanakan di Hatchery Patin Balai Riset Pemuliaan Ikan, pada bulan November hingga bulan Desember tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dengan 3 perlakuan jenis ikan patin yaitu ikan patin pasupati triploid, ikan patin pasupati diploid, dan ikan patin siam diploid. Masing-masing populasi sebanyak 15 kg dimasukkan ke dalam wadah uji berupa bak fiber kapasitas 100 liter. Pengamatan tingkat kematian ikan dilakukan setiap jam selama 24 jam pengamatan. Sebagai data pendukung dilakukan pembedahan ikan uji untuk mengetahui panjang gelembung renang tiap populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan patin pasupati triploid (100%) lebih tinggi dibanding ikan patin pasupati diploid (80%) dan relatif sama dengan ikan patin siam (100%) selama 24 jam pengujian transportasi secara statis. Hasil pengukuran gelembung renang juga menunjukkan bahwa ikan patin pasupati triploid memiliki panjang gelembung renang yang lebih panjang (47,00 % dari panjang standar) dibanding gelembung renang ikan patin pasupati diploid (30,00 % dari panjang standar) dan relatif sama dengan ikan patin siam (50,01% dari panjang standar). Ikan patin pasupati triploid memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan patin pasupati dan relatif sama dengan ikan patin siam.

Kata kunci : ketahanan, gelembung renang, Pasupati, tripoid

Page 176: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

156

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-05EVALUASI SUBSTRAT BUATAN SEBAGAI MEDIA HIDUP SMALL CRUSTACEAN DI PERAIRAN PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

Ali Mashar, Agus Alim Hakim, Achmad Farajallah, Wahyu Muzammil, Bambang Widigdo dan Yusli Wardiatno* Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi substrat buatan sebagai media hidup small crustacea di Perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2018. Substrat buatan digunakan sebagai media hidup small crustacea dan diletakan pada lima habitat yang berbeda yaitu mangrove, lamun, terumbu karang, aktivitas perikanan, dan off shore. Identifikasi spesies dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro 1, Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Rangka substrat buatan terbuat dari paralon berukuran 45x45 cm2. Bagian dalam dibuat menjadi 9 bagian dengan 5 diantaranya diberi jaring berukuran 15x15 cm2 dan mesh-size 2 mm. Substrat buatan diletakkan vertikal di kolom perairan dengan pemberat dan pelampung untuk menghindari terbawa arus. Pemberian tali pada pelampung dan pemberat disesuaikan dengan kondisi pasang surut. Sebanyak 9 substrat buatan diletakkan pada masing-masing habitat dan diambil 3 substrat setiap bulannya. Makroalga ditemukan pada jaring atau media substrat buatan di habitat terumbu karang. Selama tiga bulan pengamatan, didapatkan beberapa biota yang hidup pada substrat buatan yaitu Echinodermata, Bivalvia, Annelida, Gastropoda, Caridea, Isopoda, Brachyura, Amphipoda, dan Hexanauplia. Komposisi spesies terbesar yaitu kelompok Crustacea (Caridea, Isopoda, Brachyura, Amphipoda) sebesar 50,44 %. Substrat buatan dapat membantu dalam kajian biodiversitas small crustacean dari suatu perairan karena substrat buatan mampu digunakan sebagai media hidup biota akuatik yang berukuran kecil.

Kata kunci : Bintan, evaluasi, habitat, small crustacean, substrat

Page 177: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

157

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-06KOMPOSISI HASIL DAN LAJU TANGKAP BUBU SEBAGAI ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN ESTUARI SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO

Faizal Rachman*, Zaid Hasan Arrosyid dan Saiful Nur Syahrifudin* Universitas Gadjah Mada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan dan laju tangkap bubu dengan berbagai variasi umpan. Metode yang akan digunakan adalah dengan identifikasi ikan hasil tangkapan, meliputi jenis, panjang dan berat, serta efektifitas bubu dalam kegiatan penangkapan melalui laju tangkap bubu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober tahun 2018. Analisis data yang akan dilakukan adalah dengan mengukur panjang berat ikan, mengukur laju tangkap bubu, sehingga diketahui komposisi, dan laju tangkap bubu. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sumberdaya perikanan di selatan DIY, salah satunya adalah di muara Sungai Bogowonto. Komposisi hasil tangkapan terdiri dari 8 jenis spesies dengan persentase tangkapan kepiting bakau sebesar 5%, yuyu 0,81%, ikan buntal 3,38%, ikan kerapu 0,14%, udang krosok 0,14%, udang bago 0,41%, udang dengkeng 0,14%, dan keong sumpil 90%. Perlakuan umpan ikan segar menghasilkan berat tangkapan lebih besar (7.084 g) dibandingkan umpan ikan asin (2.245 g) dan umpan kelapa bakar (921 g). Laju tangkap bubu tertinggi pada perlakuan umpan ikan segar (35,42 g/bubu) dibandingkan umpan ikan asin (11,19 g/bubu) dan umpan kelapa bakar (4,61 g/bubu).

Kata kunci : Bogowonto, bubu, estuari, Kulon Progo

Page 178: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

158

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-07KAJIAN PENGEMBANGAN PERAN WANITA DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PERIKANAN

Shofihar Sinansari* dan Bambang Priono* Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan hias Depok

Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan agar daya saing produk perikanan dapat meningkat, melaui peran wanita. Fakta yang ditampilkan menunjukkan bahwa wanita memiliki kontribusi penting dalam peningkatan daya saing industri. Penelitian dilaksanakan sekitar bulan April sampai dengan Agustus 2018. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah menggunakan dengan metode PRA (Participatory Rapid Appraisal) dan RRA (Rural Rapid Appraisal) untuk mendapatkan respon masyarakat. Hasil kajian yang didapakan menunjukkan bahwa keterlibatan wanita dalam berbagai aspek produksi, yang terbukti peranan wanita memiliki kontribusi penting dalam peningkatan daya saing industri. Cara mewujudkannya adalah dengan melakukan advokasi dari segi praktek bisnis, yang meliputi rekrutmen dan promosi jabatan, upah yang setara, regulasi, kesempatan untuk mendapatkan mentoring, dan pengaturan kerja yang fleksibel. Dari sisi kesetaraan gender, dijumpai fakta yang sangat menarik dan ditampilkan dalam kaitannya keterlibatan wanita dalam berbagai aspek produksi, dan terbukti bahwa wanita memiliki kontribusi penting dalam peningkatan daya saing industri. Namun demikian, saat ini peran wanita di dalam proses industri, termasuk di Indonesia belum maksimal.

Kata kunci : daya saing, industri 4.0, kesetaraan gender, produk perikanan

Page 179: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

159

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-08SISTEM UPAH DAN BAGI HASIL DALAM USAHA PENANGAPAN IKAN

Muhammad Fauzi*, Hendrik, Hamdi Hamid, Alfrendo dan Desmi alviota* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem upah maupun bagi hasil untuk alat tangkap Bouke Ami yang diterapkan di PPS Belawan. Januari sampai Juni 2018 di PPS Belawan Provinsi Sumatera Utara. Penentuan responden tentang sistem upah dan bagi hasil ini dilakukan secara purposive. Usaha penangkapan Bouke ami yang dioperasikan di PPS Belawan menggunakan sistem upah dan sistem bagi hasil. Sistem upah tenaga kerja yang berlaku adalah sistem gaji harian, dengan jumlah gaji berkisar antara Rp. 50.000 – 100.000,00/hari. Sedangkan sistem bagi hasilnya antara nelayan pemilik dengan nelayan penggarap adalah sistem bagi hasil lokal dengan persentase 60% untuk nelayan pemilik yaitu dan 40% bagian untuk nelayan penggarap dengan ketentuan seluruh biaya operasional ditanggung bersama. Berdasarkan sistem upah maupun sistem bagi hasil yang berlaku untuk alat tangkap Bouke Ami di daerah ini semuanya belum memenuhi sistem bagi hasil menurut UUD No 16 Tahun 1964. Karena bagian yang diterima oleh nelayan penggarap jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan UUD bagi hasil.

Kata kunci : biaya operasional, Bouke Ami, hasil tangkapan, sistem upah, UUD bagi hasil

Page 180: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

160

PRESENTASI POSTER MANAJEMEN

Kembali

PM-09ASPEK REPRODUKSI IKAN HAMPAL (Hampala macrolepidota) DARI WADUK JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

Titin Herawati*, Hazimah Fikriyah, Ayi Yustiati dan Rosidah* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Riset ini bertujuan untuk mengkaji aspek reproduksi ikan hampal dari Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Riset dilakukan pada bulan September 2017 hingga bulan Februari 2018. Metode Riset yang digunakan adalah metode survey dengan analisis data deskriptif kuantitatif. Sampel ikan yang diambil selama Riset sebanyak 144 ekor yang terdiri dari 94 ekor jantan dan 50 ekor betina. Parameter yang diamati adalah rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), hepatosomatik indeks (HSI), dan fekunditas. Hasil Riset menunjukkan rasio kelamin antara ikan hampal jantan dan betina yaitu 2 : 1. Indeks kematangan gonad tertinggi untuk ikan hampal jantan 6,7% dan ikan hampal betina 15,34%. Hepatosomatik indeks berkisar antara 0,14 – 2,67% dengan nilai hepatosomatik indeks tertinggi pada saat TKG II. Kesimpulan ikan hampal merupakan ikan dengan sifat pemijahan partial spawner dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Desember ditandai meningkatnya ikan hampal pada TKG IV.

Kata kunci : aspek reproduksi, ikan hampal, IKG, pemijahan, TKG, Waduk Jatigede

Page 181: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

161

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-01PERBEDAAN LAMA PENGGARAMAN TERHADAP ORGANOLEPTIK IKAN ASIN Hampala macrolepidota DARI WADUK JATIGEDE

Titin Herawati*, Ayi Yustiati, Iskandar, Yayat Dhahiyat dan Sona Y.D.* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penggaraman terhadap kandungan gizi dan organoleptik asin hampal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2018. Menggunakan metode eksperimental dengan perlakuan konsentrasi garam sebesar 30% dan lama penggaraman yang berbeda (A = 3 jam, B = 12 jam dan C = 16 jam). Parameter yang diamati dalam penelitian meliputi karakteristik organoleptik (kenampakan, aroma, tekstur, rasa) menggunakan uji hedonic dan kandungan nutrisi (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat dan kalori). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C (konsentrasi garam 30% dan lama penggaraman 16 jam) merupakan produk terbaik dengan nilai organoleptik 8,4, kadar air 42,31%, abu 10,83%, lemak 18,09%, protein 26,39%, karbohidrat 2,42%, dan kalori sebesar 278,05 kkal. Kadar garam sebesar 30% dengan lama perendamanan selama 16 jam menghasilkan ikan asin hampal terbaik yang disukai panelis dengan kandungan lemak 18,09%, protein 26,39%, karbohidrat 2,42% dan kalori sebesar 278,05 kkal.

Kata kunci : hampal, ikan asin, kadar garam, lama penggaraman, organoleptik

Page 182: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

162

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-02PENGARUH KADAR GARAM PADA PENGAWETAN IKAN PINDANG TERHADAP DAYA TAHAN SIMPAN BERDASARKAN KUALITAS MIKROBIOLOGI

Fahrun Nisa*, Giovannica Zendi Swistyaningputri, Utami Sri Hastuti, Agung Witjoro dan Dwi Rahmawati* Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menguji pengaruh konsentrasi garam terhadap daya tahan simpan ikan pindang dalam menghambat pertumbuhan bakterin berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri dan uji organoleptik, 2) menentukan konsentrasi garam yang paling optimal terhadap daya tahan simpan ikan pindang ditinjau dari ALT koloni bakteri dan uji organoleptik. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - April 2019. Sampel ikan layang yang diawetkan dengan garam diuji kualitas mikrobiologinya berdasarkan ALT koloni bakteri pada 0 jam, 12 jam, dan 24 jam serta uji organoleptik. Rancangan penelitian menggunaan Rancangan Acak Kelompok (RAK), faktorial dengan 2 faktor (konsentrasi larutan garam 0 gram/100 ml, 10 gram/100 ml, 15 gram/100 ml, 20 gram/100 ml, dan 25 gram/ml dan lama waktu simpan ikan pindang 0 jam, 12 jam, 24 jam dan 36 jam. Data dianalisis dengan anova ganda dan dilanjutkan dengan BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan 1) konsentrasi garam berpengaruh signifikan terhadap daya tahan simpan ikan pindang ditinjau dari ALT koloni bakteri dan uji organoleptik, 2) Konsentrasi garam 25 gram/100 ml dalam waktu simpan 24 jam memberikan hasil yang terbaik. Kadar garam yang digunakan dalam pengawetan ikan berpengaruh signifikan terhadap daya tahan simpan ikan pindang berdasarkan kualitas mikrobiologi. Konsentrasi garam yang optimal dalam pengawetan ikan pindang adalah 25 gram/ 100 ml dalam waktu simpan 24 jam.

Kata kunci : ALT koloni bakteri, daya tahan simpan, ikan pindang, kadar garam

Page 183: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

163

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-03PENGARUH LARUTAN BAWANG PUTIH UNTUK MEMPERPANJANG DAYA TAHAN SIMPAN IKAN CAKALANG BERDASARKAN KUALITAS MIKROBIOLOGI

Giovannica Zendi Swistyaningputri*, Fahrun Nisa, Utami Sri Hastuti, Sitoresmi Prabaningtyas dan Dwi Rahmawati* Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menguji pengaruh larutan bawang putih daya tahan simpan ikan cakalang berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri dan uji organoleptic, 2) menentukan konsentrasi larutan bawang putih yang paling optimal terhadap daya tahan simpan ikan cakalang berdasarkan ALT koloni bakteri dan uji organoleptik. Penelitian akan dilakukan pada Bulan Januari - April 2019. Penelitian ini adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor lalu akan dianalisis dengan Anova ganda. Sampel fillet daging ikan cakalang segar yang digunakan direndam dalam larutan bawang putih dengan konsentrasi : 0 gram/ 100 ml, 10 gram/ 100 ml, 15 gram/ 100 ml, 20 gram/ 100 ml, dan 25 gram/ 100ml selama 30 menit kemudian diletakkan pada suhu 250 - 260C dengan lama waktu daya tahan simpan 0 jam, 12 jam, dan 24 jam. Hasil yang diperoleh adalah 1) konsentrasi larutan bawang putih berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan daya tahan simpan berdasarkan ALT koloni bakteri dan uji orgnoleptik, 2) konsentrasi yang paling optimal dalam memperpanjang daya tahan simpan ialah 20 gram/ 100ml dalam waktu simpan 24 jam. Larutan bawang putih dapat memperpanjang daya tahan simpan ikan cakalang berdasarkan kualitas mikrobiologi. Konsentrasi larutan bawang putih 20 gram/ 100 ml dalam waktu simpan 24 jam merupakan konsentrasi dan waktu simpan yang optimal dalam pengawetan ikan cakalang.

Kata kunci : ALT koloni bakteri, bawang putih, daya tahan simpan, ikan cakalang

Page 184: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

164

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-04PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN ASAM SITRAT DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK GELATIN KULIT IKAN MAHI-MAHI

Lutfi Ariyani Fajriyah, Latif Sahubawa* dan Siti Ari Budhiyanti*Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanina, UGM

Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligament (jaringan ikat) hewan. Kulit ikan merupakan salah satu bahan baku alternatif kolagen yang memiliki prosfek komersial sebagai pengganti bahan baku jaringan kulit dan tulang babi (binatang haram bagi sebagian penduduk dunia) serta dari jaringan kulit/tulang sapi/kerbau yang berpotensi menularkan penyakit sapi gila. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan suhu ekstraksi terhadap karakteristik gelatin kulit ikan lemadang. Parameter yang diuji meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar protein, viskositas, kekuatan gel, pH, dan warna (kecerahan/L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu variasi konsentrasi asam sitrat (0,04 M; 0,05 M; 0,06 M) dan suhu ekstraksi (50oC, 70oC, 90oC). Data hasil pengamatan dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA), dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Duncan’s Multiple Range Test, DMRT) pada tingkat signifikasi 95%. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata rendemen gelatin dari sampel kulit mahi-mahi berkisar antara 11,42 – 15,62% (%db) ; kadar air 3,82 – 5,88 % ; kadar abu 0,95 – 1,34% (%db); kadar protein 82,66 – 87,19% (%db) ; viskositas 5,32 – 8,22 cP ; kekuatan gel 87,39 – 200,17 bloom ; pH 5,49 – 5,74 ; warna (kecerahan/L) 67,28 – 72,25. Berdasarkan keseluruhan hasil uji parameter mutu kolagen, ternyata perlakuan konsentrasi 0,04 M dengan suhu ekstraksi 50ºC dan asam sitrat konsentrasi 0,04 M dengan suhu ekstraksi 70ºC memberikan hasil terbaik dilihat dari nilai vikositas (7,22 – 8,22 cP) dan kekuatan gel (172,35 – 200,17 bloom).

Kata kunci : asam sitrat, gelatin, karakteristik, konsentrasi, kulit mahi-mahi, suhu ektraksi

Page 185: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

165

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-05PENGARUH PAPARAN GELOMBANG MIKRO DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU FILLET NILA YANG DIKEMAS PLASTIK HDPE

Gunawan* dan Cide Inggar Agestia Samsudin* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4B-KP)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa migrasi total pada plastik kemasan pada produk olahan fillet ikan nila; mengetahui pengaruh waktu kontak antara produk dengan proses pemaparan terhadap migrasi total plastik kemasan ke dalam fillet ikan nila serta mengetahui jenis senyawa-senyawa yang termigrasi dari plastik kemasan ke dalam fillet ikan nila. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga November 2015. Metode yang digunakan adalah dengan cara pengukuran angka total migrasi untuk sampel fillet nila kemas yang diberikan perlakuan penyimpanan dan paparan gelombang (microwave). Angka migrasi totalnya diukur secara gravimetri dan pembacaan menggunakan instrumen GC-MS. Variasi proses perlakuan yang digunakan yaitu suhu 4-9oC selama 1-6 minggu untuk penyimpanan, dan dipaparkan dengan microwave yang disetting medium selama 10, 20 dan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai migrasi total komponen plastik HDPE ke dalam produk fillet ikan nila yang paling tinggi terlihat selama proses pemanasan menggunakan microwave selama 30 menit yaitu sebesar 653,1140 mg/dm2. Hasil analisis dengan instrumen GC-MS untuk kemasan plastik HDPE pada fillet ikan nila selalu terdeteksi adanya senyawa dietil ptalat dan 1,4-dimetil benzene. Kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, dari migrasi total yang diperoleh menunjukkan jenis plastik kemasan HDPE masih dapat digunakan untuk mengemas produk pangan selama disimpan dan terpapar gelombang (microwave) tidak dalam waktu yang lama.

Kata kunci : fillet ikan nila, microwave, migrasi total, plastik HDPE , penyimpanan

Page 186: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

166

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-06PROFIL KEMUNDURAN MUTU IKAN NILA HASIL SIMULASI KEMATIAN MASSAL ASAL WADUK CIRATA

Gunawan dan Fairdiana Andayani* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4B-KP)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat profil kemunduran mutu ikan setelah beberapa jam kematian massal dengan cara menggunakan simulasi. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan September 2017. Metode yang digunakan adalah dengan cara mengkondisikan ikan seperti saat terjadinya kematian massal. Supaya mendapatkan kondisi ikan seperti saat terjadinya kematian massal, ikan hidup yang disimpan dalam bak penampungan dikurangi kadar oksigennya dengan menambahkan gas N2 hingga nilai oksigen terlarut dari 4 ppm. Kemudian ikan yang mati dipanen pada jam ke 0, 1, 3, 6, 12 dan 24, selanjutnya dilakukan analisis parameter kimia, mikrobiologi dan organoleptik. Berdasarkan hasil analisis organoleptik, pada umumnya ikan masih layak dikonsumsi hingga 3 jam setelah kematian. Namun berdasarkan parameter kimia (TVB-N) dan k-value, ikan masih layak untuk dikonsumsi hingga 5 jam setelah kematian massal, kandungan TVB nya juga menunjukkan ikan masih layak untuk dikonsumsi karena masih di bawah 20 mgN/100 g dan kandungan total mikroba kurang dari 105. Hasil penelitian simulasi ini relatif tidak berbeda dengan hasil penelitian terhadap sampel ikan dari kejadian kematian massal di Waduk Cirata pada penelitian sebelumnya.

Kata kunci : Cirata, kematian massal, nila, simulasi, waduk

Page 187: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

167

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-07KARAKTERISTIK NANIURA IKAN MUJAIR (Tilapia mossambica) DENGAN PERLAKUAN PERBEDAAN KONSENTRASI JERUK NIPIS YANG BERBEDA

Pelipurlara Sijabat** Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Naniura merupakan salah satu makanan tradisional Batak Toba dengan prinsip pengolahan perendaman ikan dalam asam jeruk yang dilakukan hingga daging ikan lunak dan dikonsumsi tanpa adaya pemasakan. Pengolahan produk naniura dilakukan dengan perendaman dalam jeruk yang bertujuan untuk mengurangi bau amis sekaligus sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi jeruk nipis terhadap nilai TPC, TVBN, pH, dan Hedonik pada naniura ikan mujair. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari-14 Maret 2019 Penelitian ini dilakukan dengan metode experiment laboratories dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<5%) terhadap nilai TPC, TVBN, dan pH. Hasil penambahan jeruk nipis dengan konsentrasi 0% dan 50% memiliki nilai TPC sebesar 1,2 x 105 ± 0,05 kol/g dan 8,4 x 103 ± 0,04 kol/g, TVBN sebesar 51,16 ± 0,4 mgN/100% dan 38,22 ± 0,7mgN/100g pH 7,6 ± 0,5 dan 4,6 ± 0,5. Pada konsentrasi 60% dan 70% memiliki TPC sebesar 6,3 x 103 ± 0,1 kol/g dan 2,3 x 103 ± 0,03 kol/g, TVBN 28,11 ± 0,3 mgN/100g dan 19,46 ±0,8 mgN/100g dan pH 4,0 ± 0,5 dan 3,4 ± 0,2. Berdasarkan data tersebut, produk naniura pada penambahan jeruk nipis dengan konsentrasi 0%, 50%,60% dan 70% secara mikrobiologi, kimia memberikan pengaruh nyata. Konsentrasi yang paling efektif secara mikrobiologi dan kimia adalah konsentrasi 60% dan 70% sehingga produk naniura tersebut aman untuk dikonsumsi.

Kata kunci : ikan mujair (Tilapia mossambica), jeruk nipis, naniura, pH, TPC, TVBN

Page 188: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

168

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-08KARAKTERISTIK SEDIAAN GARAM SEHAT PASIEN HIPERTENSI DARI KOMBINASI RUMPUT LAUT HIJAU DAN COKLAT

Asadatun Abdullah*, Nurjanah dan Wulandari* Institut Pertanian Bogor

Rumput laut telah lama diketahui dapat menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang bermanfaat di industri farmaseutika dan nutraseutika. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan aktivitas antioksidan garam rumput laut sebagai sediaan garam bagi pasien hipertensi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2019. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah: aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, FRAP dan CUPRAC, kadar total fenol, kandungan mineral, kadar NaCl, rendemen dan residu logam berat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat aktivitas antioksidan pada garam rumput laut yang dihasilkan. Garam rumput laut yang dihasilkan juga tidak mengandung logam berat. Garam sehat rumput laut yang dihasilkan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai substitusi garam dapur. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk aplikasinya pada pasien hipertensi.

Kata kunci : antioksidan, hipertensi, kombinasi rumput laut, logam berat, mineral

Page 189: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

169

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-09KANDUNGAN FORMALDEHIDA ALAMI PADA BAGIAN ORGAN TUBUH IKAN BELOSO (Saurida tumbil)

Giri Rohmad Barokah*, Farida Ariyani dan Umi Annisah* BBP4BKP-Balitbang KP

Formaldehida merupakan senyawa karsinogenik yang berbahaya bagi kesehatan dan sering disalahgunakan sebagagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Akan tetapi pada beberapa produk pangan termasuk ikan formaldehida dapat terbentuk secara alami selama proses kemunduran mutu melalui reaksi enzimatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan formaldehida alami pada organ tubuh (daging, kulit, insang dan isi perut) ikan beloso (saurida tumbil) untuk digunakan sebagai dasar acuan biomarker. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2019 di Laboratorium Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bahan baku utama Ikan beloso yang diambil dari Cituis Tanggerang Banten. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan, yaitu perlakukan perendaman ikan dalam larutan formalin sintetis dan tanpa larutan formalin. Sampel yang dianalisa meliputi daging, isi perut dan insang. Analisa kandungan formalin pada sampel dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri Hasil penelitian menunjukkan kandungan formaldehida alami pada organ kulit berkisar (19.85 ± 3.0 – 25.93 ± 1.65 mg/kg), organ insang (7.84 ± 0.23 – 18.87 ± 0.36 mg/kg), organ isi perut (14.72 ± 0.65 – 22.11 ± 0.06 mg/kg) dan organ daging (12.93 ± 0.13 – 23.03 ± 0.20 mg/kg). Hasil menunjukkan bahwa setiap organ tubuh dari ikan beloso dapat membentuk formaldehida alami setelah ikan tersebut memasuki fase kemunduran mutu. Hasil analisis menunjukkan sebaran kandungan formaldehida alami pada organ tubuh ikan beloso cukup merata pada setiap organ tubuh dengan kandungan tertinggi terdapat pada bagian organ kulit ikan beloso.

Kata kunci : enzimatis, formaldehida alami, , kemunduran mutu, organ ikan, Saurida tumbil

Page 190: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019

170

PRESENTASI POSTER PASCA PANEN

Kembali

PT-10PAPILAMA-PAPAN PARTIKEL LIMBAH RUMPUT LAUT (Eucheuma sp.) DENGAN PEREKAT SISIK IKAN NILA

Almira Paramitha*, Nabila F. Aslama, Habib A. Aziz dan Eko N. Dewi* Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,

Semarang

Industri pengolahan rumput laut Euchema sp. dan ikan Nila menghasilkan limbah padat berupa ampas padat dan sisik. Pembuatan papan partikel dari limbah padat rumput laut dengan perekat lem sisik ikan Nila diberi penambahan maleat anhidrida sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas papan partikel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh maleat anhidrida terhadap mutu papan partikel yang terbuat dari limbah padat rumput laut hasil pengolahan Eucheuma sp. dan perekat sisik ikan Nila. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juli 2019. Pembuatan papan partikel dilakukan dengan teknik pengempaan panas pada cetakan 30x30x1 cm³. Pengempaan dilakukan pada tekanan 9 kg/cm², suhu 150°C dengan variasi lama waktu pengempaan yaitu 5 dan 10 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan maleat anhidrida sebagai compatibilizer pada pembuatan papan partikel dari limbah padat pengolahan Eucheuma sp. dan perekat sisik ikan Nila berpengaruh terhadap kerapatan, kadar air, daya serap air, modulus elastisitas, dan keteguhan patah papan. Penambahan maleat anhidrida berpengaruh terhadap kualitas papan partikel limbah padat Eucheuma sp. dengan perekat sisik ikan Nila.

Kata kunci : Eucheuma sp., limbah padat, maleat anhidrida, papan partikel, sisik ikan nila

Page 191: Buku Panduan Semnaskan-UGM XVI...viii JADWAL ACARA SEMINAR NASIONAL TAHUNAN XVI HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN DEPARTEMEN PERIKANAN DAN KELAUTAN UGM YOGYAKARTA, 6 JULI 2019