Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Budaya & Tingkah Laku
Abnormal
Defining Abnormality
● abnormal adalah perilaku yang tidak normal atau
tidak biasa terjadi.
● Secara historis ada sudut pandang tentang hal ini
yaitu menyatakan bahwa budaya dan
psikopatologis saling berkaitan, dan bahwa
abnormal dapat dipahami hanya dalam kerangka
budaya dimana perilaku terjadi. Perspektif inti
disebut cultural relativism.
Culture and the categorization of psychological
disorders
● DSM 3 DSM 4
DSM 4 ini dkembangkan atau direvisi
1) Memasukan informasi tentang gangguan klinis bisa bervariasi menurut budaya
2) Termasuk beberapa sindrom yang terikat budaya
3) Menambahkan pedoman untuk penilaian mendalam tentang latar belakang budaya individu
● ICD-10
ini lebih berfokus pada penyakit fisik misal : infeksi, parasit dan penyakit pada sistem peredaran darah.193
negara WHO mewajibkan untuk menggunakan ICD untuk mendiagnosis gangguan psikologis. Tetapi AS
mengeluarkan ICD dengan nama lain ICD-9-CM untuk sistem diagnosis gangguan psikologi
● CCMD (china)
gabungan dari DSM dan ICD tetapi hanya digunakan untuk kasus lokal tidak bisa digunakan untuk kasus
international.
Cross-cultural assessment of psychological
disorders
Dalam membuat asesmen klinis ada dua tipe yang mungkin terjadi :
1) Overpathologizing yang terjadi ketika psikolog tidak familiar dengan budaya klien dan salah menilai
bahwa perilaku klien yang normal secara kulturnya dianggap sebagai gejala patologis.
2) Underpathologizing terjadi ketika psikolog menganggap perilaku klien adalah perilaku budaya padahal itu
bisa saja simpton patologis
Measurement of Personality to Assess
Psychopathology
Skala yang paling banyak digunakan dalam penilaian lintas
budaya tersebut adalah Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI).
● Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI)
sering digunakan pada bidang klinis untuk mendeteksi
psikopatologis
● Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI)
digunakan untuk subjek-subjek yang normal dalam
lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan
forensik.
Penelitian Lintas Budaya Pada Perilaku
Abnormal
● Schizophenia, ditandai dengan delusi dan halusinasi, kurangnya
motivasi, penarikan sosial, gangguan memori, dan emosi yang tidak
teratur .
● Pada setiap negara, karakteristik skizofrenia berbeda-beda.Spesifiknya, hasil penelitian lintas budaya WHO mengidentifikasi karakteristik penderita skizofrenia berdasarkan negara maju dan berkembang
Perbedaan Gejala
Di negara maju (AS, Inggris, Uni Soviet):
- Gejala utama penarikan diri, dan pasif
- Penderita lebih lambat sembuh
- Jarang dapat bekerja kembali
Di negara berkembang (India, Nigeria,Colombia ):
- Gejala utama kehilangan insight, dan halusinasi auditori
- Penderita lebih cepat sembuh
- Lebih cepat bekerja kembali
● Studi lainnya mengungkapkan adanya ekspresi emosi
● kosntruk ekspresi-emosi penting karena menunjukkan bahwa keluarga dan interaksi sosial mempengaruhi kehidupan skizofrenia.
● Depresi merupakan salah satu gangguan yang paling banyak dipelajari karena merupakan salah satu yang paling umum di seluruh dunia.
● Depresi melibatkan gejala seperti kesedihan intens, perasaan sia-sia dan tidak berharga, dan penarikan diri dari orang lain.
● Sering ditandai dengan perubahan fisik seperti gangguan tidur dan gangguan nafsu makan, perubahan motivasi seperti jadi apatis dan merasa kebosanan, serta perubahan emosi dan perilaku seperti perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan energi.
Depression
● Gejala depresi yang ditimbulkan dari setiap negara cukup berbeda-beda
● Studi WHO melaporkan bahwa adanya gejala yang menetap antar budaya :
- kanada, Swiss, Iran, dan Jepang -- sedih, joylessness, kecemasan, ketegangan, kekurangan energi, kehilangan minat, kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi
- Nigeria memiliki -- merasa tidak berharga dan merasa bersalah- China -- Somatik
Depresi dalam lintas
budaya
● Salah satu gejalanya adalah tekanan emosional dikombinasikan dengan
pengalaman tubuh, terutama berpusat di sekitar jantung.
● Gejala lain adalah mengacu pada hubungan sosial yang terganggu dalam
konteks keluarga atau pekerjaan.
● Insomnia dipandang sebagai penyebab, bukan gejala dari depresi.
● Para peneliti menyimpulkan bahwa depresi dapat mengakibatkan kegagalan
untuk mendukung dan memberlakukan norma-norma budaya.
● Temuan ini menunjukkan bahwa dampak depresi pada respons emosional
bervariasi tergantung pada model budaya dominan.
Attention Deficit /
Hyperactivity Disorder
● Ada tiga fitur utama ADHD yaitu:
● Kurangnya perhatian (kesulitan memperhatikan, mudah terganggu).
● Impulsif (kesulitan menunggu giliran, mengganggu orang lain).
● Hiperaktif (gelisah, tidak bisa duduk diam).
● Ada dua pandangan yang bertentangan tentang ADHD, yaitu:
● Berfokus pada komponen neurobiologis gangguan, bukti ketidakseimbangan
kimia di otak sebagai penyebab utama gejala ADHD.
● ADHD semata-mata merupakan konstruksi sosial / budaya.
● Gejala yang menandai gangguan ADHD mungkin serupa, namun penyebab dan
pengobatan gangguan tersebut mungkin berbeda antar negara.
Culture Bound Syndromes
● Pendekatan Etik, gangguan psikologis biasanya hanya diamati pada milieus
(lingkungan) sosiokultural tertentu.
● Pendekatan Emik melibatkan pemeriksaan perilaku dalam konteks budaya tertentu,
para antropolog dan psikiater telah mengidentifikasi beberapa bentuk kelainan
psikologis yang tampaknya unik, yaitu:
- Amok
- Zar
- Whakama
- Susto
- Ada juga Latah dan Koro
Bagaimana Gangguan Unik dalam Budaya ini
Muncul?
1. Dilihat dari bidang-bidang stres budaya-spesifik, termasuk keluarga dan
struktur sosial dan kondisi ekologis.
2. Bentuk perilaku budaya spesifik dan interpretasi perilaku dapat berarti
bahwa budaya tertentu secara implisit menyetujui pola perilaku yang luar
biasa.
● Penelitian besar masih perlu dilakukan untuk lebih memahami Culture
Bound Syndrome.
● Culture Bound Syndrome mungkin atau tidak dimasukkan dalam diagnosis
DSM atau ICD, mungkin komorbiditas (terjadi bersamaan) dengan
diagnosis lain, atau mungkin berbagi beberapa tumpang tindih dengan
diagnosis lain.
● Pada kenyataannya, tidak ada gangguan psikologis yang dapat lolos dari
pengkodean, pembentukan, dan presentasi budaya, oleh karena itu,
Culture Bound Syndrome tidak akurat. Bahkan, beberapa peneliti
berpendapat bahwa istilah itu menciptakan terlalu banyak kebingungan,
dan harus ditinggalkan.
● Meskipun demikian, pelajaran penting harus dipelajari dari konsep Culture
Bound Syndrome— bahwa perlu mempertimbangkan nilai-nilai budaya,
kepercayaan, praktik, dan situasi sosial dalam menentukan bagaimana
membantu seseorang yang menderita atau memiliki gangguan.
Kesehatan Mental
Minoritas Etnik,
Migran & Pengungsi
Afrika - Amerika
Survei Epidemiologi Nasional
mengatakan bahwa orang Afrika-
Amerika memiliki tingkat prevalensi
depresi dan kepanikan yang lebih
rendah dibandingkan dengan orang
Amerika-Eropa.
Amerika LatinPenelitian menunjukan bahwa orang
Puerto Rico memiliki risiko depresi major
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang Cuba dan Meksiko-Amerika.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
orang Meksiko-Amerika yang tidak lahir
di US memiliki risiko gangguan mood
dan gangguan kecemasan yang lebih
rendah dibandingkan orang Meksiko-
Amerika yang lahir di US.
Asia - Amerika
Penelitian menunjukkan bahwa
orang Asia - Amerika lebih banyak
memiliki gangguan mental (seperti
simptom depresi dan phobia sosial)
daripada orang Eropa - Amerika.
Orang Korea - Amerika juga memiliki
depresi yang lebih tinggi lalu diikuti
oleh Jepang - Amerika.
Native AmerikaStatistic National US menjelaskan
bahwa penduduk asli Amerika memiliki
prevalensi yang tinggi dalam hal alkohol
dan bunuh diri. Penduduk asli Amerika
memiliki prevalensi yang tinggi dalam 12
bulan untuk gangguan mood dan
kecemasan.
Pendatang
Para pendatang yang berusaha
beradaptasi dengan budaya dan
lingkungan yang baru akan
dihadapkan dengan kebiasaan dan
bahasa baru yang ada di lingkungan
yang baru tersebut,Terdapat
penelitian bahwa para pendatang di
US memiliki laporan kesehatan
mental dan fisik yang rendah
dibandingkan dengan mereka yang
terlahir di US.
PengungsiPendatang yang terpaksa untuk pindah
karena memiliki pengalaman yang
traumatis, pengungsi menunjukan
bahwa angka gangguan PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder), depresi dan
kecemasan lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang bermigrasi secara
sukarela.