35
1 PROPOSAL PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di BPS Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Tahun 2013 Di susun oleh : Hj GUNARTI 120510015 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 1

DocumentBu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

1

PROPOSAL PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di BPS Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Tahun 2013

Di susun oleh :

Hj GUNARTI120510015PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2014BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, untuk menciptakan harus dimulai sejak dini. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pelaksanaan IMD merupakan awal kerhasilan dalam pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008).Inisiasi Menyusui Dini adalah membiarkan bayi menyusu pada ibunya segera setalah bayi dilahirkan. World Health Organization (WHO) mengeluarkan protocol mengenai ASI SEGERA pada tahun 2007 senagai tindakan Life Saving bagi bayi baru lahir. Menurut data Direktorat jendral bina kesehatan masyarakat (2003) pemberian ASI eklusif pada 30 menit pertama hanya 8,3%, hal ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk pemberian ASI masih sangat memprihatinkan.Sekitar empat juta bayi di seluruh dunia meninggal setiap tahun dalam empat minggu pertama kehidupan yaitu pada periode neonatal Susanty (2008). Sebagian besar dari kematian neonatal terjadi di negara berkembang, jumlah kematian bayi tertinggi diamati di Asia Selatan dan Asia Tengah Mularsih (2012). Angka kematian bayi diseluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta. Di Malaysia angka kematian hanya 41 per 100 ribu, Singapura 6 per 100 ribu, Thailand 44 per 100 ribu, dan Filiphina 170 per 100 ribu (Rachman, 2009). Penelitian WHO tahun 2000 di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui Virarisca (2010) dan studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu formula Ahmad (2012).Peneliti-peneliti dari Inggris dibawah pimpinan Dr. Karen Edmond melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi didapatkan hasil bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatnya, dan jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan (Roesli, 2012).Penelitian lain yang dilakukan oleh Sose dkk, CIBA Foundation (Roesli,2012) didapatkan hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama kali terhadap lama menyusui. Dari hasil penelitian dalam dan luar negeri tersebut, ternyata inisiasi dini tidak hanya menyukseskan pemberian ASI Ekslusif saja, tapi lebih dari itu yaitu kematian bayi meningkat dengan semakin ditundanya inisiasi menyusu dini.Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI Ekslusif enam bulan dan lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% darn 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan meyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama. Menurut Syafiq dan Fika bayi yang diberi kesempatan menyusu dini hasilnya delapan kali lebih berhasil dalam menyusu Ekslusif. Berarti bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini akan lebih mungkin disusui sampai usia dua tahun, bahkan lebih dengan demikian dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh (Roesli, 2012).Penelitian yang dilakukan oleh Indramukti (2013) dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Ibu Pasca Bersalin Normal didapatkan hasil faktor sikap, peran petugas kesehatan dan dukungan orang terdekat berhubungan dengan praktik IMD sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan.Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, mengoptimalkan partumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. Di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan gizi masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007. Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati & Syafiq melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Syafiq, 2009)

Pemerintah di tahun 2012 telah merancang program Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012-2014 yang bertujuan untuk mempercepat pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) dari 61,5% pada tahun 2010 menjadi 80% pada tahun 2014. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 6 bulan di Indonesia "hanya" mencapai angka 30,2% jauh dibawah target. Menurut data dari Profil Kesehatan Kabupaten Banjar cakupan Asi Ekslusif untuk Kabupaten Banjar pada tahun 2013 sebesar 40,9% masih jauh dibawah target nasional sebesar 80%.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan Provinsi di Indonesia yang memiliki Angka Kematian Bayi yaitu sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Jumlah kematian bayi di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 selalu mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 509 orang pada tahun 2008, 521 orang pada tahun 2009, 611 orang pada tahun 2010, 718 orang pada tahun 2011, dan 816 orang pada tahun 2012. Dari data jumlah kematian bayi di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2012 sebanyak 816 kasus, didapatkan data bahwa Kabupaten Banjar merupakan Kabupaten yang menyumbangkan jumlah kematian bayi terbesar, dibandingkan 12 kabupaten/kota lainnya yang ada di Kalimantan Selatan yaitu sebanyak 121 orang, selain itu kasus kematian bayi dari tahun 2011 hingga 2012 di Kabupaten Banjar juga mengalami peningkatan yaitu sebanyak 85 orang pada tahun 2011 naik menjadi 121 orang pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2013).

Dengan adanya data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

B. Rumusan MasalahMenurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 6 bulan "hanya" mencapai angka 30,2% jauh dibawah target. Menurut data dari Profil Kesehatan Kabupaten Banjar cakupan Asi Ekslusif untuk Kabupaten Banjar pada tahun 2013 sebesar 40,9% masih jauh dibawah target nasional sebesar 80%. 1. Pertanyaan Penelitian

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

a. Apakah Umur Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

b. Apakah Pengetahuan Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

c. Apakah Pendidikan Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

d. Apakah Sikap Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

e. Apakah Dukungan Petugas Kesehatan Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.f. Faktor Dominan Apakah yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum : Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Pertolongan Persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 20132. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui hubungan umur dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013

c. Mengetahui hubungan pendidikan dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013

d. Mengetahui hubungan sikap dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.e. Mengetahui hubungan dorongan petugas kesehatan dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.f. Mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada pertolongan persalinan Di BPS Kabupaten Banjar Tahun 2013.

D. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain :

a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

Hasil penelitian ini akan disampaikan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, semoga dapat memberikan informasi dan pertimbangan serta arah dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kepatuhan Bidan dalam melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini sehingga menurunkan angka kematian bayi di Kabupaten Banjar.

b. Bagi IbuUntuk memberikan ibu informasi mengenai pentingnya inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu sendiri.c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan informasi bagi Institusi Pendidikan dalam upaya mencegah meningkatnya angka kematian bayi sehingga dapat dimanfaatkan.BAB II

KERANGKA TEORI

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Teori Perilaku Menurut Green, WHO, Anderson dalam Notoatmodjo 2010

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP Variabel Independent

VariabelDependent

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

B. VARIABEL PENELITIANVariabel penelitian adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdiri dari pengetahuan, umur, sikap, pendidikan, dan dorongan petugas, dan untuk variabel dependent adalah pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)C. DEFINISI OPERASIONALNOVARIABELDEFINISI OPERASIONALCARA &

ALAT UKURHASIL UKURSKALADATA

Variabel Bebas

1Umur ibuUmur ibu terhitung sejak lahir sampai dengan penelitian dilakukanKuesioner

0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada hubungan yang signifikan. Tingkat kekuatan hubungan antara variabel digunakan perhitungan statistik dengan bantuan program paket statistik.

3. Analisi MultivariatAnalisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel independent dan variabel dependent). Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independent dengan variabel dependent, harus dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariate.Uji statistic yang digunakan adalah regresi logistik untuk mengetahui variabel independent mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel dependent. Regresi Logistik merupakan model matematis untuk menganalisis hubungan antara satu atau beberapa variabel independent yang berjenis katagorik atau numerik dengan satu variabel dependent yang berjenis katagorik dichotom (sehat/sakit, hidup/mati).Persamaan Regresi Logistik

Regresi logistik seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Analisis regeresi logistik untuk menjelaskan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat prosedur yang dilakukan terhadap uji regresi logistik apabila masing-masing variabel bebas dengan hasil menunjukkan nilai p-value kurang dari 0,25 maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dalam model multivariat.

Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan model terbaik. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan hasil menunjukkan nilai (p-value < 0,05). Variabel terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi.

Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan model terbaik. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan hasil menunjukkan nilai (p-value < 0,05). Variabel terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi. Langkah pemodelan untuk multivariat : a. Seleksi bivariat variabel independen p value < 0,25 atau walaupun > 0,25 boleh masuk multivariat kalau secara substansi merupakan variabel yang sangat penting b. Memasukkan secara bersamaan seluruh variabel independent ke model multivariat. Variabel yang p valuenya besar dikeluarkan dari model multivariat. Ketentuannya: variabel yang p valuenya < 0,05 yang dapat tetap di model. Variabel yang p valuenya > 0,05 dikeluarkan dari model satu persatu dimulai dari variabel yang p valuenya terbesar. Bila variabel yang dikeluarkan tersebut mengakibatkan perubahan besar koefisien (nilai OR) variable-variabel yang masih ada (berubah > 10 %), maka variabel tersebut dimasukkan kembali dalam model. Pemilihan variabel dengan metode ENTER

c. Identifikasi liniaritas untuk variabel independen yang berbentuk numerik untuk memastikan apakah variabel tersebut tetap berbentuk numerik atau lebih baik dalam bentuk katagorik.

d. Uji interaksi sesama variabel independen yang secara substansi diduga ada interaksi

Keyakinan

Jenis kelamin

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Suku/ras

(Anderson)

Faktor Predisposisi :

Pengetahuan

Sikap

Keyakinan

Nilai

Tradisi

Kepercayaan

Faktor Pemungkin :

Sosial Budaya

Sosial ekonomi

Lingkungan

Jarak tempuh

Ketersediaan fasilitas

Keterjangkauan Pelayanan

Perilaku

Pengetahuan

Kepercayaan

Sikap

Orang penting sebagai referensi

Sumber-sumber daya

(WHO)

Faktor Penguat :

Petugas kesehatan

Keluarga

(Lawrence G)

Tindakan IbuDalam Pelaksanaan IMD

Umur

Pendidikan

Pengetahuan ibu tentang IMD

Sikap ibu tentang IMD

Dukungan tenaga kesehatan

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

1

_1456943864.unknown

_1456943865.unknown

_1456943863.unknown