1
Brain death, atau dalam bahasa Indonesia disebut mati otak atau mati batang otak, meliputi hingga sekitar 50% dari semua kasus di Hongkong, dan 60% dari mati otak diakibatkan oleh perdarahan intrakranial. Sisanya disebabkan oleh tumor dan infeksi (Gunther et al., 2011), Di Amerika, penyebab utama brain death adalah cedera kepala dan perdarahan subarachnoid. Batang otak dapat mengalami cedera oleh lesi primer ataupun karena peningkatan tekanan pada kompartemen supratentorial atau infratentorial yang mempengaruhi suplai darah atau integritas struktur otak. Cedera hipoksia lebih mempengaruhi korteks dari pada batang otak (Lazar et al., 2001) Kriteria untuk Brain death atau mati otak sendiri berevolusi seiring waktu. Pada tahun 1979, Mollaret dan Goulon memperkenalkan istilah “irreversible coma” , untuk mendeskripsikan keadaan dari 23 orang pasien yang berada dalam kondisi koma, kehilangan kesadaran, refleks batang otak, respirasi, serta menunjukkan hasil elektroensefalogram yang datar. Pada tahun 1988, komite ad hoc di Harvard Medical School meninjau ulang definisi Brain death dan mendefinisikan koma ireversibel atau kematian otak, sebagai tidak adanya respon dan reseptivitas, pergerakan dan pernapasan, reflex batang otak, serta adanya koma yang penyebabnya telah diidentifikasi. Pada tahun 1991, President’s Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and Behavioral Research mempublikasikan panduan berkaitan dengan Brain death .Pada tahun 1996, The Conference of Medical Royal Colleges di Inggris menyatakan bahwa Brain death adalah hilangnya fungsi batang otak yang komplet dan ireversibel

Brain Death Pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Brain Death

Citation preview

Page 1: Brain Death Pendahuluan

Brain death, atau dalam bahasa Indonesia disebut mati otak atau mati batang otak,

meliputi hingga sekitar 50% dari semua kasus di Hongkong, dan 60% dari mati otak

diakibatkan oleh perdarahan intrakranial. Sisanya disebabkan oleh tumor dan infeksi

(Gunther et al., 2011), Di Amerika, penyebab utama brain death adalah cedera kepala dan

perdarahan subarachnoid. Batang otak dapat mengalami cedera oleh lesi primer ataupun

karena peningkatan tekanan pada kompartemen supratentorial atau infratentorial yang

mempengaruhi suplai darah atau integritas struktur otak. Cedera hipoksia lebih

mempengaruhi korteks dari pada batang otak (Lazar et al., 2001)

Kriteria untuk Brain death atau mati otak sendiri berevolusi seiring waktu. Pada tahun

1979, Mollaret dan Goulon memperkenalkan istilah “irreversible coma” , untuk

mendeskripsikan keadaan dari 23 orang pasien yang berada dalam kondisi koma, kehilangan

kesadaran, refleks batang otak, respirasi, serta menunjukkan hasil elektroensefalogram yang

datar. Pada tahun 1988, komite ad hoc di Harvard Medical School meninjau ulang definisi

Brain death dan mendefinisikan koma ireversibel atau kematian otak, sebagai tidak adanya

respon dan reseptivitas, pergerakan dan pernapasan, reflex batang otak, serta adanya koma

yang penyebabnya telah diidentifikasi. Pada tahun 1991, President’s Commission for the

Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and Behavioral Research

mempublikasikan panduan berkaitan dengan Brain death .Pada tahun 1996, The Conference

of Medical Royal Colleges di Inggris menyatakan bahwa Brain death adalah hilangnya fungsi

batang otak yang komplet dan ireversibel