325
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat Tim Penyusun: (sesuai SK Ketua BKS No. Nomor:11/BKS PTN-Barat/X/2014) Penulis: Prof. Dr. Moh. Matsna HS., MA (UIN Jakarta); Dr. Kadar, M.Ag (UIN Suska) Dr. Supriadi, M.Ag. (Untan); Nurhasanah Bakhtiar M.Ag. (UR); Drs. Ahmad Kosasih, MA (UNP) Reviewer: Prof. H. Zainuddin, MA (UIN Maulana Malik Ibrahim) Fasilitator: Dr. Helmiyati (UIN Suska) BADAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT (BKS- PTN BARAT) 2017

bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI

Disusun dalam rangka penyelenggaraan

Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat

Tim Penyusun: (sesuai SK Ketua BKS No. Nomor:11/BKS PTN-Barat/X/2014)

Penulis: Prof. Dr. Moh. Matsna HS., MA (UIN Jakarta); Dr. Kadar, M.Ag (UIN Suska)

Dr. Supriadi, M.Ag. (Untan); Nurhasanah Bakhtiar M.Ag. (UR); Drs. Ahmad Kosasih, MA (UNP)

Reviewer: Prof. H. Zainuddin, MA (UIN Maulana Malik Ibrahim)

Fasilitator: Dr. Helmiyati (UIN Suska)

BADAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT

(BKS- PTN BARAT) 2017

Page 2: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

Judul Buku: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat Diperbanyak dalam bentuk CD oleh Sekretaris Eksekutif untuk dipergunakan dalam lingkungan PTN anggota BKS PTN- Barat sesuai dengan hasil Rapat Tahunan XXXVI Rektor BKS PTN-Barat di Padang tanggal 28-30 September 2016. Hak Cipta© 2014 ada pada penulis. Isi buku ini dapat digunakan, dimodifikasi, dan disebarkan untuk tujuan bukan komersil (non profit), dengan syarat tidak menghapus atau mengubah atribut penulis. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan izin terlebih dahulu dari penulis.

Palembang

April 2017

Page 3: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

0

BUKU AJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TIM PENULIS

Dr. Hj. Helmiati, M.Ag ( Koordinator)

Prof. Dr. Moh. Matsna HS, MA

Dr. Kadar, M.Ag

Dr. Ahmad Kosasih, MA

Dr. Supriadi, M.Ag

Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag

BADAN KERJASAMAN PERGURUAN TINGGI

NEGERI WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT

(BKS-PTN BARAT)

2014

Page 4: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Tim penulis mengucapkan puji dan syukur yang

tak terhingga ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah SWT yang telah memberi

taufiq, hidayah dan inayahNya sehingga penulisan buku ini dapat

dirampungkan. Shalawat dan Salam tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai penunjuk jalan kebenaran dengan cahaya Islam.

Penyusunan buku Ajar bersama BKS PTN Barat mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam dipandang perlu mengingat kurangnya

rujukan atau buku pegangan bagi mahasiswa yang berisi semua pokok

bahasan yang ada dalam silabus mata kuliah Pendidikan Agama Islam

(PAI). Sementara itu cakupan pembahasan PAI itu sendiri sangat luas

mencakup berbagai aspek kehidupan, sehingga menyulitkan mahasiswa

mendapatkan semua literatur.

Buku ini disusun berdasarkan silabus Pendidikan Agama Islam

untuk Perguruan Tinggi Umum (PTU). Kehadiran buku ini

diharapkan dapat membantu mahasiswa PTU dalam memahami mata

kuliah PAI. Di samping mahasiswa PTU, buku ini dapat memperkaya

wawasan mahasiswa UIN atau IAIN terhadap materi yang relevan

dengan beberapa mata kuliah keislaman.

Kehadiran buku ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih, terutama

kepada Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia

Bagian Barat (BKS-PTN Barat) yang telah memfasilitasi dan mendanai

penulisan buku ini. Ucapan terimakasih yang tinggi juga disampaikan

kepada rektor dan wakil rektor I Perguruan Tinggi Negeri Wilayah

Barat yang telah menunjuk dan mempercayai tim penulis untuk

penulisan buku ini. Selanjutnya tidak lupa juga ucapan terimakasih

Page 5: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

2

disampaikan kepada Ibu Dr. Hj. Helmiati M.Ag selaku koordinator

penulisan buku. Seterusnya kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga terselesainya penulisan buku yang tidak mungkin disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku ini jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu masukan yang membangun sangat

diharapkan. Akhirnya hanya kepada Allah semata tempat bermohon

dan kembali. Semoga amal baik yang telah bapak/ibu berikan dijadikan

sebagai amal sholeh yang dilipat-gandakan pahalanya, dan semoga

buku ini bermanfaat bagi pembaca. Amin….

Wassalam,

Tim Penulis

Page 6: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I: AGAMA DAN PEDOMAN HIDUP

A. Pengertian Agama...........................................................1

B. Belakang Manusia Beragama..........................................2

C. Jenis-jenis Agama...........................................................5

D. Fungsi Agama.................................................................6

E. Kedudukan Agama Islam................................................8

BAB II: HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Penyebutan Manusia dalam Al-Qur‟an...........................15

B. Asal Usul Penciptaan Manusia......................................18

C. Eksistensi dan Martabat Manusia...................................22

D. Tugas Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah

Allah SWT......................................................................25

E. Bantahan Ilmuan Terhadap Teori Darwin......................26

F. Bantahan Al-Qur‟an Terhadap Teori Darwin................29

BAB III: SUMBER AJARAN ISLAM

A.Al-Qur‟an..........................................................................31

B.As-Sunnah.........................................................................34

C.Ijtihad................................................................................42

BAB IV : KEIMANAN (AQIDAH ISLAM)

A. Pengertian dan Konsep Aqidah Islam...........................45

B. Ruang Lingkup Aqidah Islam.......................................47

C. Argumen tentang Wujud Tuhan...................................54

Page 7: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

4

D. Ketuhanan Dalam al-Qur‟an.........................................56

E. Hakekat La Ilaha illallah.............................................57

F. Nubuwwat (Kenabian)..................................................57

G. Ruhaniyyat (Makhluk-makhluk Ghaib).......................61

H. Sam‟iyyat......................................................................64

I. Pemurnian Aqidah.........................................................67

BAB V: SYARI’AH

A. Pengertian Syari‟ah, Fiqh dan Hukum Islam..............75

B. Pembagian Hukum Islam..............................................80

C. Tujuan, Prinsip dan Watak Syaria‟t Islam....................84

D. Ruang Lingkup Syari‟at Islam......................................87

E. Aplikasi Syaria‟t (Hukum Islam)..................................88

BAB VI: ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

A.Pengertian Akhlak, Etikadan Moral ..............................101

B. Rasulullah SAW Suri Tauladan Ummat..........................105

C. Ruang Lingkup dan Aplikasi Akhlak...............................109

BAB VII: HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

A.Pengertian dan Sejarah Hak Asasi Manusia......................131

B. Konsep HAM yang Kontroversial...................................133

C. Standar Ganda HAM........................................................135

D. HAM Islam dalam Islam................................................136

E. Perbandingan HAM Barat dan HAM Islam.....................138

F. Penegakan HAM di Indonesia......................................... 157

Page 8: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

5

BAB VIII: PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. Pengertian dan Hukum Nikah........................................160

B. Tujuan Nikah..................................................................161

C. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam................................162

D. Rukun Nikah...................................................................163

E. Syarat Nikah....................................................................163

F. Pernikahan yang Terlarang............................................165

G. Kewajiban Suami dan Istri.............................................167

H. Putusnya Pernikahan......................................................167

I. Nikah dalam Kompilasi Hukum Islam...........................176

BAB IX : WARISAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Warisan.......................................................179

B. Hukum Warisan.............................................................180

C. Ahli Waris......................................................................181

D. Sebab-sebab Mendapat Warisan....................................182

E. Rukun Waris..................................................................195

F. Syarat-Syarat Waris.......................................................195

G. Hikmah Waris................................................................197

H. Warisan dalam Kompilasi Hukum Islam.......................198

I. Wasiat.............................................................................203

BAB X: ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DLM

ISLAM

A.Pengertian IPTEKS...........................................................200

B.Sumber Ilmu Pengetahuan................................................201

C.Syarat-syarat Ilmu............................................................201

D. Pembagian Ilmu...............................................................203

Page 9: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

6

E. Kedudukan Akal dalam Islam.........................................210

F. Integrasi Iman, Ilmu dan Teknologi dan Seni..................214

G. Keutamaan Orang yang Berilmu......................................215

H.Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungan..............217

I. Sejarah Perkembangan Peradaban Umat Islam................219

J. Mesjid sebagai Pusat Peradaban Umat Islam....................221

BAB XI: KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A.Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam........................225

B.Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah.......228

C.Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama........................230

D.Masyarakat Madani sebagai Masyarakat Ideal.................239

BAB XII: EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam.............................................255

B. Azas dan Dasar Ekonomi Islam......................................258

C. Karakteristiki dan Tujuan Ekonomi Islam......................260

D. Lembaga Ekonomi Islam................................................263

E. Riba dalam Pandangan Islam...........................................264

BAB XIII: POLITIK ISLAM

A. Pengertian Politik Islam..................................................268

B. Kepemimpinan Dalam Perspektif Al-Qur‟an...................268

C.Tugas dan Fungsi Pemimpin............................................281

D.Ruang Lingkup Politik Islam............................................284

E.Demokrasi Dalam Islam....................................................285

Page 10: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

7

BAB XIV: PERBEDAAN PENDAPAT DALAM ISLAM

A. Munculnya Aliran Dalam Islam..............................................289

B. Macam-macam Aliran Dalam Islam.......................................289

C. Latar Belakang Munculnya Perbedaan Pendapat Dalam

Islam........................................................................................295

D. Corak Pemahaman Islam di Indonesia...................................300

DAFTAR REFERENSI......................................................................302

Page 11: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

8

BAB I

AGAMA DAN PEDOMAN HIDUP

A.Pengertian Agama

Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit,

yaitu yang tersusun dari dari dua kata, a = tidak dan gam= pergi. Jadi

agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun

temurun (Harun Nasution,1985:9). Hal ini menunjukkan pada salah

satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi

ke generasi berikutnya. Ada juga versi lain yang mengatakan agama

tersusun dari a = tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama artinya

tidak kacau. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa

agama berarti teks atau kitab suci.

Agama dalam Bahasa Arab disebut din, yang mengandung arti

menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama

memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang

harus dipatuhi orang. (Harun Nasution,1985:9). Din dalam bahasa

Semit juga berarti undang-undang atau hukum. Sedangkan dalam

bahasa Inggris agama disebut religi yang terambil dari bahasa latin

relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Pendapat

lain kata itu berasal dari relegare yang berarti mengikat.

Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas menurut

Harun Nasution adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan

yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.

Sedangkan menurut terminologi, definisi agama beragam

tergantung orang yang mendefinisikannya. Mukti Ali pernah

mengatakan , barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi

pengertian dan definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini

didasarkan pada tiga alasan. Pertama, bahwa pengalaman agama

adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua,

barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional dari

pada orang yang membicarakan agama. Karena itu setiap pembahasan

tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata

agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama

dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi itu

(Mukti Ali,1971: 4).

Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum

selesai, hingga W.H. Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama,

sebagaimana dikutip Zakiah Daradjat mengatakan, bahwa tidak ada

yang lebih sukar dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan

untuk membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah

subyektif, intern, individual, dimana setiap orang akan merasakan

Page 12: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

9

pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. Di samping itu

tampak bahwa umumnya orang lebih condong mengaku beragama,

kendatipun ia tidak menjalankannya.

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan

politik yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang

kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang

maha mutlak. Sementara Dewey mengatakan bahwa agama adalah

pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun

dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama

adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan ghaib yang hebat.

(Didiek Ahmad Subadi, 2012: 36)

Oxfort Student Dictionary (1978) mendefinisikan agama

(religion) dengan “ the belief in the existence of supranatural ruling

power, the creator ad controller of the universe”, yaitu suatu

kepercayaan akan adanya suatu kekuatan pengatur supranatural yang

mencipta dan mengendalikan alam semesta.

Agama dalam pengertiannya yang paling umum diartikan sebagai

sistem orientasi dan obyek pengabdian. (Azyumardi Azra ,2003: 28).

Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk relegius, karena tak

seorangpun dapat hidup tanpa suatu sistem yang mengaturnya.

Kebudayaan yang berkembang di tengah manusia adalah produk dari

tingkah laku keberagamaan manusia.

Dari pengertian di atas, sebuah agama biasanya mencakup tiga

persoalan pokok, yaitu:

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu

kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta

alam.

2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam

berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai

konsekwensi atau pengakuan dan ketundukannya.

3. Sistem nilai (hukum/norma) yang mengatur hubungan manusia

dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan

dengan keyakinannya tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa agama merupakan seperangkat

aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan , dengan

sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.

B. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama

Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi

perlunya manusia terhadap agama, yaitu:

1. Karena fitrah manusia

Page 13: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

10

Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fathara, artinya ciptaan,

suci, seimbang. Louis Ma‟luf dalam Kamus al-Munjid (1980:120)

menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada

pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, atau sunnah.

Menurut Imam al-Maraghi (1974:200) fitrah adalah kondisi di

mana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya pada

kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan

sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang

memiliki potensi untuk cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah

dalam arti hanif sejalan dengan isyarat al-Qur‟an:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah)

agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S

Al-Rum,30:30).

Fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan)

dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum terlahir

ke muka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitriah manusia yang

selalu memiliki kebutuhan terhadap agama, karena itu manusia

dianggap sebagai makhluk religius. Manusia bukan makhluk yang lahir

kosong seperti kertas putih sebagaimana yang dianut para pengikut

teori tabula rasa. Hal ini dipertegas dengan dalil al-Qur‟an:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

Page 14: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

11

mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka

menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Q.S al-A‟raaf,7:172).

Dari ayat di atas jelaslah bahwa manusia secara fitri merupakan

makhluk yang memiliki kecenderungan untuk beragama, yaitu

bertauhid (Islam). Hal demikian sejalan dengan petunjuk Nabi SAW

dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bahwa “Setiap anak yang

dilahirkan memiliki fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang

menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada

saat lahirnya ke dunia. Potensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

dua hal:, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniyah. (Azyumardi

Azra,2002:23) Potensi rohaniyah manusia berupa akal, qalb dan nafsu.

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi

beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan anthropologis.

Masyarakat primitif, misalnya yang tidak pernah datang informasi

mengenai Tuhan, ternyata mereka mencari dan mempercayai adanya

Tuhan, Sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu sebatas pada

kemampuan akalnya dalam memaknai apa yang ada disekitar mereka.

Mereka menjadikan sungai, pohon, batu dan lainnya sebagai Tuhan

karena mereka mengganggap benda-benda itu telah memberikan

penghidupan kepada mereka. Lalu mereka memujanya dengan

memberikan penyembahan dan sesajian. Semua itu pada dasarnya

sebagai curahan dari potensi manusia untuk bertuhan. Tetapi ketika

potensi bertuhan tersebut tidak diarahkan dan tidak mendapat

bimbingan yang benar, maka tidak akan menemukan Tuhan yang

sesungguhnya ( yang benar) yaitu Allah. Sebaliknya jika fitrah

manusia mendapat pengarahan yang baik, dan tumbuh dalam keluarga

dan lingkungan yang mendukung, tentunya fitrah itu akan tumbuh

dengan subur, dan cara-cara kebertuhanannya pun akan benar.

2. Karena Keterbatasan akal manusia

Akal manusia sebagai anugerah terbesar memang mampu untuk

membedakan dan mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua

yang baik dan yang buruk itu dapat diketahui akal. Akal manusia

semata juga tidak mampu mengetahui segala informasi terutama yang

berkenaan dengan alam meta fisika (ghaib), termasuk mengetahui hal-

hal yang terjadi setelah manusia mati seperti barzakh, shirat, akhirat,

surga dan neraka. Manusia membutuhkan informasi terhadap hal itu

Page 15: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

12

semua, karena manusia pasti menghadapi kehidupan setelah hidup di

dunia. Justru hidup di akhirat adalah hidup yang kekal dan abadi. Untuk

itu manusia perlu bimbingan wahyu (agama).

3. Tantangan yang dihadapi manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama

adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi

berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.

(Lihat Q.S 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa

dan upaya-upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya

ingin memaling manusia dari Tuhan. Seperti berkembangnya berbagai

kebudayaan dan cara hidup yang sengaja diciptakan untuk

memalingkan manusia dari Tuhannya.

Di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, juga

memiliki kekurangan, dengan dilengkapinya manusia dengan al-nafs.

Menurut Quraisy Shihab, melalui al-nafs manusia memiliki

kemampuan untuk menangkap makna baik dan buruk (Q.S al-

Syams,91:7-8). Sedangkan menurut terminology kaum sufi, yang oleh

al-Qusyairi dalam Risalahnya dinyatakan bahwa al-nafs dalam

pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan prilaku

buruk.( Al-Qusyairy: 319). Pengertian al-Qusyairi tentang al-nafs ini

sama dengan yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

yang antara lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan hati yang

kuat untuk berbuat yang kurang baik. (Poerwadarminta:,1991: 668).

Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan bimbingan wahyu

yang menjadi pedoman dalam hidupnya agar tidak terjerumus dalam

penyesatan iblis yang menghasut hawa nafsu.

C. Jenis-jenis Agama

Ditinjau dari sumbernya, agama dapat dibagi dua, yaitu:

1. Agama samawi/ revealed religion (agama wahyu)

2. Agama ardhi/ culture religion (agama bukan wahyu / buatan

manusia)

Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari

Allah SWT Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan dan

disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu

tersebut dilestarikan melalui Kitab Suci, suhuf (lembaran-lembaran

tertulis) atau ajaran lisan. Yang termasuk ke dalam agama wahyu yaitu

Yahudi, Nasrani dan Islam.

Agama bukan wahyu bersandar semata-mata kepada ajaran dari

seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang

Page 16: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

13

kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya

agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan

Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Chu. Agama

Hindu, agama Sinto dan lain sebagainya yang berpangkal pada ajaran

yang dibawa oleh manusia sebagai pembawa dan penyebar agama

tersebut.

Adapun ciri-ciri agama wahyu antara lain:

1. Secara pasti ditentukan lahirnya, bukan tumbuh dari

masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.

2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah SWT sebagai

utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama tetapi

menyampaikan agama.

3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.

4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah

sesuai dengan kecerdasan dan kepekaaan manusia.

5. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (Tauhid).

6. Kebenarannya adalah universal, yaitu berlaku bagi setiap

manusia, masa dan keadaan.

Jika keenam tolok ukur ini dibawa kepada tiga agama samawy,

maka agama Islamlah yang memenuhi kriteria sebagai agama samawi

untuk saat ini. Agama Yahudi dan Nasrani dalam perjalanan sejarahnya

mengalami distorsi-distorsi karena kurang terjaganya pengamanan

wahyu. Hal ini dapat dilihat dari ajaran Yahudi dan Nasrani, terutama

tentang ketuhanannya yang tidak monotheisme murni (tidak tauhid).

Adanya Tuhan Yahweh dalam ajaran Yahudi dan konsep Trinitas dalam

ajaran Nasrani menggambarkan ketidakaslian agama tersebut.

Ditambah lagi adanya dosa waris, pembabtisan, legalitas paus

mengampuni dosa jemaatnya telah keluar dari ajaran aslinya yang

bersumber dari wahyu.(Muh. Rifa‟I: 1984).

D. Fungsi Agama

Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri manusia. Tidak

ada seorangpun secara mutlak lepas dari agama. Keberadaan agama

bagi kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama.

Pertama sebagai informasi dan kedua sebagai konfirmasi.

Secara rinci fungsi agama adalah sebagai berikut:

1. Agama sebagai petunjuk kebenaran

Manusia adalah makhluk berakal. Dengan akal itulah lahir ilmu

dan filsafat sebagai sarana untk mencari kebenaran. Namun tidak

semua kebenaran yang dicari manusia terjawab oleh ilmu dan

filsafat dengan memuaskan karena pijakannya adalah akal yang

mempunyai kemampuan terbatas dan kebenaran yang relatif dan

Page 17: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

14

nisbi. Oleh karena itu manusia memerlukan sumber kebenaran lain.

Sumber kebenaran lain adalah agama, yaitu informasi dari Tuhan

Yang Maha Mutlak, Tuhan yang Maha Benar.

2. Agama sebagai informasi metafisika

Banyak hal-hal yang belum terungkap oleh akal manusia terutama

yang menyangkut hal-hal metafisika. Misalnya kehidupan setelah mati

barzakh, yaumul hisab, surga, neraka, malaikat, jin dan termasuk

informasi tentang Tuhan. Akal manusia tidak mampu mengungkap dan

mencari informasi tentang hal tersebut dengan benar. Pencarian

manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa hayalan.

Agama yng di dalamnya ada wahyu dari Tuhan Yang Maha

Mengetahui memberikan informasi yang jelas dan benar tentang

sesuatu yang berkaitan dengan metafisika.

3. Agama sebagai sumber moral

Persoalan moral atau akhak merupakan persolan yang mendasar

dalam kehidupan manusia. Bahkan misi dari kenabian dan

diturunkannya agama adalah untuk memperbaiki akhlak manusia.

Akhlak juga dapat menjadikan standar kemuliaan seseorang dan

membedakannya dengan binatang.

Sekalipun akal manusia mamp untuk berpikir dan mengetahui

yang baik dan buruk, tetapi yang mampu dipikirkan akal itu masih

sifatnya terbatas. Apalagi hasil pikiran manusia kadang kala

dipengaruhi oleh hawa nafsu dan orientasi keduniaannya, maka

seringkali yang diputuskan akal tidak sesuai dengan tuntunan akhlak

yang sebenarnya.

Untuk itu perlu bimbingan dari agama yang mampu menuntun

kehidupan manusia. Tidak hanya untuk kebahagiaan di dunia, tetapi

juga menuju kebahagiaan di akhirat. Agama yang diturunkan oleh

Tuhan Yang Maha Benar mampu untuk memberikan informasi tentang

kebaikan yang sesungguhnya.

4. Agama sebagai sumber syariah dan ibadah

Hal yang terpenting dalam agama dalah peribadatan. Peribadatan

merupakan aplikasi dan realisasi dari keimanan seseorang. Peribadatan

yang benar hanya diperoleh melalui agama yang diwahyukan Tuhan

kepada manusia. Manusia dengan akalnya tidak mampu menciptakan

bentuk penyembahan dan peribadatan yang benar.

5. Agama sebagai sumber ilmu atau fungsi konfirmasi

Wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam agama merupakan

sumber ilmu yang dengannya manusia dapat mengembangkan

kemampuan berpikirnya tentang realitas alam semesta. Ketika manusia

mampu untuk menemukan suatu teori ilmu, dan mengambangkan

Page 18: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

15

pengetahuannya, perlu ada pengkonfirmasian dengan wahyu, agar ilmu

dan pengetahuan yang diperoleh memperdekatkan dirinya kepada

Tuhan.

Dengan melihat fungsi agama di atas, maka yang dapat memnuhi

fungsi tersebut adalah agama yang tergolong agama wahyu. Agama

ciptaan manusia tidak mampu mengungkap hal-hal yang tidak

terjangkau oleh akal. Satu-satunya agama wahyu sekarang ini

hanyalah agama Islam. Artinya, fungsi agama secara utuh hanya

ditemukan dalam agama Islam.

E. Kedudukan Agama Islam

Penamaan “Islam” sebagai sebuah din berbeda dengan agama

lainnya. Biasanya agama lain sebelum Islam dambil dari nama

pembawanya atau kepada suku atau tempat kelahiran agama tersebut.

Agama Budha di nisbahkan dengan Sidarta Buddha Gautama,

Zoroasrter dinisbahkan kepada Zarahustra, Kong Hu Chu kepada Kong

Fu Tse. Yahudi dinisbahkan kepada kaum yang menganut ajaran Nabi

Musa a.s yaitu Yuda (Jews). Agama Hindu dinisbahkan kepada tempat

berkembanganya agama tersebut yaitu India (Hindustan). Agama

Kristen dinisbahkan kepada pengajarnya yakni “Jesus Crist”. Orang

Islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat

kelahiran Isa a.s yaitu Nazareth. (Didiek Ahmad Supadie, 2012:69-70).

Tidak seperti agama-agama di atas, penamaan Islam diambil dari

hakekat dan substansi ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika agama

lain baru ada setelah pembawa ajarannya telah tiada. Namun nama

“Islam” sudah ada sejak kelahirannya. Istimewanya adalah Allah SWT

sendiri yang memberi nama Islam yang berulang kali diungkapkan

dalam Al-Qur‟an.

Islam merupakan turunan dari kata aslama yang artinya bersih

dan selamat dari kecacatan, atau sempurna. Islam dapat juga terambil

dari kata assilmu yang berarti perdamaian dan keamanan.

Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa Islam

mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya

kepada kehendak Allah SWT. Ketundukan dan kepatuhan kepada Allah

itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian

bagi sesama manusia dan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian Islam secara etimologi dan ungkapan

Allah dalam Al-Qur‟an, Islam dapat dipandang dalam dua makna yaitu,

pertama Islam sudah menjadi agama yang dibawa sejak Nabi Adam a.s

sampai Nabi Muhammad SAW, karena pada hekekatnya semua para

Rasul mengajarkan kepatuhan dan ketundukan hnya kepada Allah

Page 19: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

16

SWT. Kedua Islam adalah risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW yang berisi seperangkat ajaran aqidah, ibadah dan akhlak.

Pengertian Islam secara terminologis diungkapkan Ahmad

Abdullah Almasdosi (1962) bahwa Islam adalah kaidah hidup yang

diturunkan kepada manusia sejak manusia digelar ke muka bumi, dan

terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam al-Qur‟an

yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir,

yakni Nabi Muhammad SAW, satu kaidah hidup yang memuat

tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik

spritual maupun material.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam merupakan agama yang

dibawa oleh semua para Rasul dan disempurnakan oleh Nabi terakhir

yaitu dalam risalah Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat kita lihat dari

beberapa ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa Rasul sebelum

Muhammad SAW juga sebagai muslim.

67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang

Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri

(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-

orang musyrik. (Q.S Ali Imran: 67)

135. dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut

agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk".

Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang

lurus. dan bukanlah Dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (Al-

Baqarah: 135)

Islam juga agama yang diwasiatkan kepada Nabi Nuh as, Ibrahim

as, Musa as dan Isa as.

Page 20: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

17

13. Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang

telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan

kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa

dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah

tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu

seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang

dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang

yang kembali (kepada-Nya). (Q.S Asy-Syura :( 42):13)

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!"

Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".

Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya,

demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!

Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah

kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir

ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada

anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka

menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek

moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa

dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". ( Q.S al-Baqarah: 131-

133)

Page 21: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

18

Dari ayat-aya di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah

agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya,

berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasul-rasul sejak Nabi Adam

sampai Nabi Muhammad SAW. Semua rasul mengajarkan ketauhidan

sebagai dasar keyakinan umatnya. Setelah rasul-rasul yang

membawanya wafat, agama Islam yang dianut oleh para pengikutnya

itu mengalami perkembangan dan perubahan baik nama maupun isi

ajarannya. Akhirnya Islam menjadi nama bagi satu-satunya agama,

yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Seperti yang

tertuang dalm Q.S Ali Imran: 19

“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali

sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang

ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah

Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.(19)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa dan tidak ada keraguan

sedikitpun bahwa hanya Islam lah satu-satunya agama yang masih

murni dan diterima di sisi Allah. Islam dengan kitab sucinya Al-Qur‟an

tidak akan pernah berubah sampai hari kiamat datang.

Kebenaran Islam juga tertuang dalam Qur‟an Suarah al-Maidah

ayat 3:

...

“..... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,

dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai

Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena

Page 22: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

19

kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”

Pendustaan yang dilakukan umat-umat terdahulu banyak

diungkapkan dalam Al-Qur‟an, antara lain:

123. Kaum 'Aad telah mendustakan Para rasul. (Q.S asy-Syu‟aara:

123)

141. Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. (Q.S asy-

Syu‟aara: 141).

161. Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka:

mengapa kamu tidak bertakwa?" (Q.S asy-Syu‟ara: 176)

Begitulah umat-umat terdahulu mendustakan Rasul mereka dan

melakukan pemyimpangan terhadap ajaran yang dibawa para Rasulnya.

Oleh sebab itu Islam sebagai agama terakhir yang tertuang dalam

risalah Nabi Muhammad SAW akan tetap terjamin kebenarannya

sampai hari kiamat.

Page 23: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

20

BAB II

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Istilah Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur‟an

Berbagai istilah yang terdapat dalam al-Qur‟an untuk penyebutan

“manusia”, sesuai dengan sudut pandang dan titik fokusnya, yaitu:

1. Dari aspek historis penciptaan, manusia disebut dengan Bani Adam:

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap

(memasuk)i mesjid, makan, minumlah, dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan. (al-A‟raaf;7:31).

Ketika Allah memanggil manusia dengan “Bani Adam” artinya

memfokuskan pada asal usul penciptaan manusia. Manusia

seluruhnya terpanggil karena manusia merupaka keturunan Adam.

Ayat ini juga yang menegaskan bahwa manusia di muka bumi ini

berasal dari Nabi Adam.

2. Dari aspek biologis kemanusiaannya disebut dengan basyar,yang

mencerminkan sifat-sifat fisik, kimia biologisnya:

“ Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan

yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang

Telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang)

Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa

yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.(al-

Mukminun,23:33)

Page 24: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

21

Ayat di atas menjelaskan bahwa “orang ini” yaitu nabi

Muhammad SAW adalah manusia seperti umumnya manusia lain..

Nabi Muhammad SAW disamakan dengan manusia lain dengan

menggunakan kata “basyar” yang fokusnya pada aspek fisik

manusia. Aspek fisik manusia antara lain membutuhakan makanan

dan minuman. Untuk itu secara kebutuhan dan komposisi fisik,

Nabi Muhammad Saw tidak berbeda dengan manusia lainnya.

3. Dari aspek kecerdasannya (rohaniyah) disebut dengan insan, yakni

makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu

pengetahuan;

“ Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Al-

Rahman, 55:3-4)

Ketika Allah SWT menggunakan term “insan” untuk

menyebut manusia, berarti penekanannnya pada spek kecerdasan

akal dan rohaniyah manusia. Allah SWT lebih sering menggunakan

kata insan dibanding kata basyar. Mengapa ? Karena hakekat

manusia itu sebenarnya adalah rohaniyahnya. Allah SWT tidak

melihat manusia dari segi fisik dan bentuk rupanya. Tetapi Allah

SWT melihat manusia dari segi hati dan perbuatannya ( rohaniyah).

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling

tinggi taqwanya kepada Allah SWT.

4. Dari aspek sosiologisnya, disebut annas yang menunjukkan

sifatnya berkelompok sesama jenisnya.

“Wahai sekalian manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah

menciptakan dari orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu

bertaqwa. (al-Baqarah,2:21).

Page 25: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

22

Kata “annas” merupakan bentuk jama‟ dari kata “insan”. Ketika

Allah SWT menyebut manusia dengan kata annas tetap lebih

mengacu pada aspek rohaniyah, tetapi seacra kelompok (makhluk

sosial). Allah SWT memanggil manusia dengan sebutan “ annas”

sebanyak 179 kali yang berarti keberadaan manusia sebagai

makhluk sosial menempati poesi yang besar. Manusia adalah

makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang

lain. Sekaya apapun manusia dan sekuat apapun ia, tetap

membutuhkan orang lain. Justru semakin kaya sesorang semakin

banyak membutuhkan orang lain.

5. Dari aspek bentuk (wujud) nya manusia disebut Al-Ins

Al Ins memiliki arti tidak liar atau tidak biadab. Istilah Al Ins

berkebalikan dengan istilah al jins atau jin yang bersifat metafisik dan

liar. Jin hidup bebas di alam yang tidak dapat dirasakan dengan panca

indra. Berbeda dengan manusia yang disebut menggunakan istilah al

ins. manusia adalah makhluk yang tidak liar, artinya jelas dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kata Al Ins disebutkan

sebanyak 18 kali dalam Alquran, masing-masing dalam 17 ayat dan 9

surat, Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin,

maka manusia adalah makhluk yang kasat mata. Sedangkan jin adalah

makhluk halus yang tidak tampak,ditegaskan oleh Allah SWT dalam

Al-Qur‟an surah Al-An‟aam ayat 112:

Artinya :Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,

yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,

sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain

perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).

Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,

Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

6. Dari aspek posisinya disebut ‘abdun (hamba) yang menunjukkan

kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh

kepadaNya.

Page 26: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

23

“….Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali

(kepadaNya). (Saba‟,34:9).

Kata “abdun” juga berulang kali diungkap Allah SWT dalam

Al-Qur‟an yaitu sebanyak 139 kali. Posisi hamba merupakan posisi

awal tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Manusia harus selalu

menyadari posisi kehambaannya di hadapan Allah SWT.

B. Asal Usul Penciptaan

Al-Qur‟an tidak merinci secara rinci penciptaan manusia

manyangkut waktu dan tempatnya. Namun secara kronologis al-Qur‟an

memberikan jawaban yang sangat penting dari manakah kehidupan itu

bermula. Ayat-ayat menegaskan bahwa asal usul manusia bersifat air,

sebagaimana juga dimulai pembentukan alam semesta adalah dari air.

“Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa langit dan bumi

disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan

setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka tidak

beriman?”(al-Anbiya‟,21:30).

Air adalah komponen terpenting dari seluruh sel-sel hidup. Tanpa

air hidup menjadi tidak mungkin.

Secara biologis, manusia dibentuk dari komponen-komponen

yang ada dari dalam tanah. Komponen tersebut beraneka ragam jenis

tanah antara lain yang dijelaskan dalam al-Qur‟an:

1. thurab, yaitu tanah gemuk (al-Kahfi,18:37).

2. Tiin, yaitu tanah lempung (al-Sajadah,32:27)

3. Tiinul Laazib, yaitu tanah lempung yang pekat (al-

Shaffat,37:11).

4. Salsalun, yaitu lempung yang seperti tembikar

5. Salsalun min hamain masnuun , yaitu lempung dari Lumpur

yang dicetak.(al-Hijr,15:26).

6. Sulaalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung

7. Air, yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan (al-

Furqan,25;54).

Asal usul kejadian manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga

tahapan yaitu :

1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Page 27: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

24

Di dalam Al Qur‟an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh

Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan

bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah

ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan

oleh Allah SWT di dalam firman-Nya :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :

Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat

kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka

apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan

kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan

bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari

tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi

bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)

2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di

dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya

dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk

dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam

salah satu firman-Nya :

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36)

: 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah

dijelaskan di dalam surat An Nisaa‟ ayat 1 yaitu :

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah

Page 28: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

25

memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat

banyak…” (QS. An Nisaa‟ (4) : 1)

Jumhur ulama menafsirkan “ nafsin wahidah” adalah dari

bagian tubuh adam yaitu tulang rusuk Nabi Adam AS. Pendapat

mereka diperkuat oleh salah satu Hadits yang diriwayatkan Bukhari

dan Muslim yang artinya : “Maka sesungguhnya perempuan itu

diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)

Sebahagian para penafsir kontemporer menafsirkan kata

“nafsin wahidah” dengan jenis yang sama dengan penciptaan Adam.

Jika Adam diciptakan dari tanah, berarti Siti Hawa juga diciptakan dari

tanah. Hadis Bukhori Muslim di atas menurut mereka sanadnya

tergolong lemah. Muhammad Rasyid Ridha dalam bukunya “al-

Manar” menegaskan bahwa mufassir yang mengatakan bahwa Hawa

tercipta dari tulang rusuk adam dipengaruhi oleh penjelasan dalam

perjanjian lama (bibel).1

Terlepas dari mana Hawa diciptakan, yang jelas tujuan Siti

Hawa diciptakan adalah sebagai pasangan dan patner Adam. Bukan

berarti Adam manusia pertama lalu lebih mulia dari Hawa. ( the

second) . Keduanya mempunyai kedudukan yang sama mulia di mata

Allah SWT. Allah SWT mmenyebut laki-laki dan perempuan dalam

Al-Qur‟an dalm jumlah yang berimbang. Laki-lakisebayak 57 kali dan

perempuan sebanyak 83 kali dan perempuan sebanyak 84 kali.

3. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan

Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan

Adam dan Hawa. Semua keturunan Adama kejadiannya melalui proses

reproduksi kecuali Nabi Isa AS. Dalam proses ini disamping dapat

ditinjau menurut Al Qur‟an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara

medis. Di dalam Al Qur‟an proses kejadian manusia secara reproduksi

dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

1 Dalam Kitab Bibel (Genesis 1:26-27; Imamat 2 : 7 dan 5; Yahwis 2: 18-24

terdapat uraian khusus tentang penciptaan Adam dan Eve (Hawa).

Page 29: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

26

“Kemudian Kami jadikan saripati itu nutfah (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian Kami bentuk

nutfah menjadi „alaqah (segumpal darah) dan Kami bentuk

„alaqah menjadi mudghah (segumpal daging), dan Kami bentuk

mudghah menjadi tulang belulang, kemudian Kami bungkus

tulang belulang itu dengan lahm (daging yang utuh), (al-

Mukminun, 23:13,14).

Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur‟an dengan

“saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan manusia

adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal

dan hidup dari tanah. Kemudian melalui proses metabolisme yang ada

di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian

hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran

antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim.

Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang

sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Nutfah sering diartikan dengan sesuatu yang sangat kecil

dihasilkan dari setetes air mani. Dari sejumlah sperma yang

ditumpahkan memang hanya satu sel saja yang pada akhirnya

membuahi ovum (sel telur). Sesuatu yang bergantung (al-„alaq) terus

berkembang sampai kira-kira 20 hari dan secara bertahap mengambil

bentuk manusia. Jaringan tulang mulai nampak dalam embrio, dan

secara berurutan diliputi oleh otot-otot.

Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari

hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses

pembuahan. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung

tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit )

kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai

persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu

mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin

yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-

unguan).

Page 30: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

27

Di dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa embrio terbagi dua;

pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair

mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah,

embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam

susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih

besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih

penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari

yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia

terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk,

seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai

tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah

I‟jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Qur‟an.

Menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan

kecuali di dalam Al-Qur‟an. Coba kita perhatikan firman Allah SWT

berikut ini yang terdapat dalam surah Ath-Thariq:

"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia

diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari

antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar

kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati)."

Dalam ayat di atas, Allah SWT menyuruh manusia untuk

berpikir dan meneliti, bagaimana ia diciptakan? Dan dari apa dia

diciptakan? Jawabannya: Dari air! Sebagaimana kita jelaskan

sebelumnya. Namun dalam kalimat berikutnya, Allah menyebutkan

sifat dari air itu dengan kata „daafiq‟. Artinya air yang bergerak dan

hidup. Dan hal inilah yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan

modern. Berdasarkan sains, spermatozoon bergerak dengan

menggunakan ekornya dalam salurah air mani sehingga bertemu

dengan sel telur dan terjadi pembuahan di antara keduanya.

C. Eksistensi dan Martabat Manusia

Allah menciptakan manusia terdiri dari aspek jasmaniah dan

aspek rohaniyah. Pada sisi rohaniyah, manusia dianugerahi akal yang

menjadi pembeda manusia dengan makhluk lainnya,. Di samping akal,

manusia juga dilengkapi dengan nafsu yang harus senantiasa mendapat

pengontrolan akal. Di samping nafs dalam jiwa manusia terdapat ruh.

Nafs dimiliki oleh setiap makhluk hidup termasuk hewan dan binatang

yang menjadi penggerak dan penentu bekerjanya sistem biologis.

Sedangkan ruh merupakan getaran ilahiyah (ketuhanan) yang

dengannya manusia dapat mencerna nilai-nilai kebenaran, kasih saying,

kejujuran, keadilan dan sebagainya.

Page 31: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

28

Manusia diciptakan Allah SWT memiliki beberapa keistimewaan

antara lain:

1. Aspek kreasi

Manusia adalah Makhluk yang paling unik, diciptakan dalam

bentuk dan tatanan yang paling baik dan sempurna. Hal ini bisa

dibandingkan dengan makhluk lainnya dalam aspek penciptaan.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya” (al-Tin,95:4).

Karena itu pula keunikan manusia dapat dilihat dari bentuk

dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwa,

mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya.

2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang mampu menyerap ilmu pengetahuan, karena

sudah dianugerahi akal pikiran. Dengan akal manusia mampu

melaksanakan pendidikan dan pengajaran serta menciptakan

kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkannya bisa

mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup. Manusia bebas memilih

jalan hidupnya dengan panduan akal. Namun apa pun yang di

pilihnya tetap punya konsekwensi dan tanggung jawab.

4. Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada

orang yang pada mulanya baik, karena pengaruh lingkungan

menjadi seorang penjahat. Atau sebaliknya. Oleh karena itu

pendidikan mutylak diperlukan untuk pembinaan akhlak generasi

mendatang.

Di samping keistimewaan, manusia mailiki beberapa kelemahan

antara lain: sifat melampaui batas (Yunus,10:12), zalim (bengis, kejam,

tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya dan mengingkari

karunia Allah SWT (Q.S. Ibrahim,14:34),tergesa-gesa (Q.s al-

Isra‟,17:11), suka membantah (Q.S al-Kahfi,18:54), berkeluh kesah

dan kikir (Q.S al-Ma‟arij,70:19-21), ingkar dan tidak berterima kasih

(Q.S al-„Adhiyah,100:6)

34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan

segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu

menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.

Page 32: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

29

Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari

(nikmat Allah).(Q.S. Ibrahim: 34)

11. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia

mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-

gesa.(Q.S al-Isra‟: 11)

6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima

kasih kepada Tuhannya,(Q.S. al-Adhiyat: 6)

Dengan demikian jelaslah bahwa diciptakan dengan di samping

kesempurnaan penciptaan manusia, ada juga sifat-sifat dasar kelemahan

manusia itu sendiri. Jika manusia itu dengan akalnya mampu membuat

pilihan-pilihan yang baik, mempotensikan semua kesempurnaannya

dan meminimalkan semua kekurangannya, dengan kata lain akal

mampu mengarahkan nafsu, maka manusia akan menjadi makhluk

yang paling sempurna, malampaui malaikat. Sebaliknya jika akal

manusia dikelabui oleh nafsunya sehingga ia tidak mampu membuat

pilihan-pilihan yang baik, maka kedudukan manusia akan menjadi lebih

hina dari binatang, seperti dijelaskan dalan Q.S al-A‟raf,7

:179).”…mereka bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi”.

179. Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka

Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,

tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan

mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat

(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)

tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu

sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah

orang-orang yang lalai.

Page 33: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

30

D. Tugas Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah

Tugas manusia sebagai hamba sesuai dengan misi penciptaannya

yaitu untuk penyembahan kepada Sang Penciptanya, Allah SWT, (Q.S

al-Zariat,51:56).

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Pengertian penghambaan kepada Allah SWT tidak boleh diartikan

secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang

tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia

kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka

bumi ini. Tugas ini sekaligus menjalankan fungsi manusia sebagai

khalifah dalam kepemimpinannya di muka bumi.

Seorang hamba yang baik, ia mampu menjalin hubungan baik

secara vertikal (manusia dengan Tuhan) dan secara horizontal (manusia

dengan manusia dan alam semesta). Penyembahan yang sempurna dari

seorang manusia menjadikan dirinya “perpanjangan” kekuasaan Allah

di muka bumi ini dalam mengelola alam semesta.

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S al-

Baqarah: 20)

Tugas kekhalifan manusia adalah sebuah tanggung jawab yang

berat. Tugas ini hanya diberikan kepada manusia. Gunung, Laut dan

makhluk Allah lainnya tidak mampu mengemban tugas ini.

Page 34: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

31

" Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat ini kepada langit,

bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul

amanat itu dan mereka khawatirkan menghianatinya, dan dipikullah

amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan

amat bodoh. (Q.S. al-Ahzab: 72).

E. Bantahan Para Ilmuwan Terhadap Teori Evolusi Darwin

Evolusi artinya perubahan berangsur-angsur sesuai dengan

perubahan zaman.

Dalam bidang geologi, buku The principle of Geology karya Charles

Lyell (1830) yang banyak menginspirasi Darwin, mengungkapkan

konsep tentang perubahan geologis. Dalam bidang fisika atau

astronomi juga dikenal konsep evolusi alam semesta yang bermula dari

peristiwa big-bang, kemudian menjadi benda-benda angkasa berupa

planet, bintang, bulan, dsb. Demikian juga dalam bidang sosial ada

konsep evolusi sosial-budaya.

Walaupun demikian patut direnungkan bahwa teori evolusi Darwin

juga ternyata berimplikasi terhadap ideologi. Ernst Haeckel (1863),

seorang ahli Zoologi Jerman, yang sangat termotivasi oleh teori evolusi

Darwin, meyakini bahwa Darwinisme dapat digunakan menjadi alat

ideologis yang akan membentuk masa depan kemanusiaan dengan

suatu reformasi sosial. Pandangan Haeckel ini memberi kontribusi atas

ulah Hitler yang menyalahgunakan konsep “survival of the fittest”nya

Darwin untuk tujuan pemurnian ras Aria dan pemusnahan ras manusia

lain yang dianggapnya berkualitas rendah. Karl Marx menilai The

Origin sebagai buku yang berisi landasan sejarah alam bagi pandangan

komunisme. Marx bahkan mendedikasikan “Das kapital”nya dengan

ungkapan “from a devoted admirer to Charles Darwin”. Teori evolusi

Darwinisme juga telah digunakan sebagai senjata untuk melawan

agama, khususnya Kristen.

Dalam konteks agama, debat mengenai benar atau tidaknya teori

ini memang sangat terkait dengan keyakinan agama bahwa Tuhan

adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, sementara teori

Page 35: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

32

evolusi menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan

menggantikannya dengan suatu konsep evolusi. Perdebatan antara

Bishop Wilberforce dengan Thomas Huxley (yang menamakan dirinya

sebagai “bulldog”nya Darwin) tahun 1860 di Oxford merupakan

perdebatan sengit yang pertama mengenai teori ini.

Tahun 1860 terjadi perdebatan antara Louis Agassiz (ilmuwan

yang dianggap banyak berjasa dalam membangun ilmu pengetahuan

Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan

Asa Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme

dengan ajaran agama Kristen. Agassiz meyakini bahwa makhluk hidup

(spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain.

Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu conjecture atau

dugaan belaka, tanpa dukungan fakta, dan adanya tingkatan kemajuan

bentuk hidup dari pengamatan fosil dari suatu strata ke strata

berikutnya menunjukkan adanya perencanaan dalam penciptaan

makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami akibat adanya

tekanan dari lingkungan. Sementara itu Asa Gray berpandangan bahwa

teori seleksi alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan

dalam penciptaan. Pandangan Gray ini sendiri sebetulnya bertentangan

dengan pandangan Darwin yang tidak mempercayai adanya peran

Tuhan dalam pembentukan makhluk hidup.

Beberapa argumentasi lain yang telah dikemukakan para ilmuwan

sehingga menolak konsep evolusi Darwin diantaranya adalah

dipertanyakan apakah variasi dapat terakumulasi sebagaimana yang

dikatakan Darwin. Jangankan di alam, bahkan pada penyilangan

buatan, yang merupakan dasar dari argumen Darwin, ada batasan

derajat perubahan yang mungkin terjadi. Selanjutnya banyak yang

meragukan apakah usia bumi cukup lama untuk memungkinkan seleksi

alam terjadi sehingga menghasilkan demikian beranekanya makhluk

hidup. Selain itu beberapa ahli geologi mempertanyakan karena bukti-

bukti fosil tidak mendukung gambaran terjadinya evolusi yang bertahap

(gradual).

Sebenarnya Darwin sendiri menyadari bahwa teori evolusinya itu

sulit untuk dibuktikan. Dalam bab Difficulties of the theory Darwin

menulis: “ jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui

perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah

besar bentuk transisi dimanapun ? Mengapa alam tidak berada dalam

keadaan kacau balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies

hidup dengan bentuk sebaik-baiknya ? …Menurut teori ini harus ada

Page 36: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

33

bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak

menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak

terhitung ? …. Dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup

peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan

dengan kekerabatan yang erat ? Telah lama kesulitan ini sangat

membingungkan saya”

Contoh populer evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan

bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang

hidup 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar

dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. Bertentangan

dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan

tampak sama sekali berbeda, tidak berubah dan kemudian menjadi

punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui. Selanjutnya tahun 1981

The British Museum mengganti penggambaran hubungan kekerabatan

antar makhluk hidup (filogeni)-nya menjadi kladogram yang tidak

memberikan indikasi tentang pola evolusi sama sekali. Direktur Musem

tersebut, Colin Patterson berujar: “As it turns out, all one can learn

about the history of life is learned from systematics, from the groupings

one finds in nature. The rest is storytelling of one sort and another”.

Baginya cerita tentang asal usul makhluk hidup yang satu dari yang lain

(evolusi) adalah dongeng belaka. (Vernon Blackmore dan Andrew

Page. 1989. Evolution the great debate).

Di dalam masyarakat Amerika sendiri sejak awal abad ke-20

terjadi perlawanan sengit terhadap pengajaran teori evolusi di sekolah-

sekolah. Tahun 1924 Komisi pendidikan Carolina utara mengumumkan

bahwa mereka tidak akan menggunakan buku-buku pelajaran Biologi

yang bertentangan dengan Genesis. Di Tennessee tahun 1925 legislatif,

atas upaya para orang tua murid, melarang diajarkannya teori yang

menolak penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan sebagaimana yang

diajarkan oleh Bible. Di Oklahoma juga telah dibuat aturan mengenai

teks book (text book bill) yang melarang setiap „konsepsi materialistik

dari sejarah, yaitu teori evolusi Darwin‟. Tahun 1981 Gubernur

Arkansas menandatangani Act 590 yang membolehkan pengajaran

„creation science‟ sebagai alternatif dari evolusi, namun Act tersebut

digugat oleh “The American Civil Liberties Union” yang menganggap

bahwa „creation science‟ bukan sains, tetapi agama. Gugatan tersebut

dikabulkan dalam persidangan.

Saat ini sudah banyak buku ditulis oleh para ilmuwan untuk

menentang teori evolusi tersebut, jauh sebelum Harun Yahya

Page 37: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

34

menuliskan buku-bukunya. Beberapa diantaranya: Norman Macbeth.

(1971. Darwin retried: an appeal to reason), Michael Denton (1985.

Evolution: a theory in crisis), Robert Saphiro. (1986. Origins: a

sceptics guide to the creation of life on earth), Michael J. Behe. (1996.

Darwin‟s black box), W.R. Bird. (1991. The origin of species

revisited), Elaine Morgan (1994. The scars of evolution), dan lain-lain.

Diterjemahkannya buku-buku Harun Yahya boleh jadi merupakan

langkah awal untuk meramaikan perdebatan tentang teori evolusi ini,

dan kita berharap buku-buku dari penulis lain akan juga dapat

dinikmati oleh masyarakat kita, sebagai bagian dari proses pencerdasan

(dan bukan pembodohan) masyarakat.

F. Bantahan al-Qur‟an Terhadap Teori Darwin

Di dalam Al Qur‟an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah

SWT dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan

bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah

ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan

oleh Allah di dalam FirmanNya:

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan

Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) :

7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari

tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".

(QS. Al Hijr (15) : 26).

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang

penciptaan manusia pertama itu dalam surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di

dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu

(diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari).

Page 38: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

35

Dengan demikian jelaslah bahwa manusia pertama adalah

Adam yang langsung diciptakan Allah SWT sebagai

makhluk yang sempurna diberi beberapa potensi untuk

mengemban tugas kehambaan dan kekhalifahan.

Page 39: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

36

BAB III

SUMBER AJARAN ISLAM

A. Al-Qur‟an

1. Pengertian

Menurut Dr. Dawud al-Attar (1979), Alqur‟an adalah wahyu

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara lafaz

(lisan), makna serta gaya bahasanya, yang termaktub dalam mushaf

yang dinukilkan secara mutawatir. Definisi di atas mengandung

beberapa kekhususan sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah. Tidak ada satu katapun yang

datang dari pikiran atau perkataan Nabi.

b. Al-Qur‟an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan

gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksinya datang dari

Allah SWT.

c. Al-Qur‟an terhimpun dalam mushaf, artinya Alqur‟an tidak

mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam

bentuk hukum kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi

sendiri.

d. Al-Qur‟an dinukilkan secara mutawatir, artinya Al-Qur‟an

disampaikan kepada orang lain secara terus menerus oleh

sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk

berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-

bedanya tempat tinggal mereka.

Al-Qur‟an diturunkan dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun

yang dibagi dalam dua periode. Periode Makkah selama 13 tahun.

Sedangkan periode Madinah hampir mencapai 10 tahun. Al-Qur‟an

diturunkan secara berangsur-angsur dengan maksud agar mudah

dihapal dan dipahami oleh umat Islam. Di samping itu turunnya Al-

Qur‟an juga sesuai dengan kebutuhan kejadian/peristiwa saat itu.

Sejak Al-Qur‟an diturunkan, ghirah para sahabat untuk membaca

dan menghapal Al-Qur‟an besar sekali. Ditambah dengan motivasi

bahwa membaca Al-Qur‟an dinilai sebagai ibadah dan pahala yang

sangat besar bagi pengahapal Al-Qur‟an menjadi faktor mendorong

gerakan penghapalan Al-Qur‟an bagi kaum muslimin dari waktu ke

waktu.

Selain dihapal, ayat-ayat yang turun juga ditulis oleh sejumlah

sahabat dan hasil pencatatan mereka diserahkan kepada Rasulullah.

Rasul menyimpan catatan ayat-ayat Al-Qur‟an itu di rumahnya dan ada

pula yang disimpan oleh penulisnya sendiri. Tidak berapa lama setelah

Rasul wafat, Khalifah Abu Bakar membentuk tim untuk

mengkondifikasi Al-Qur‟an. Berdasarkan cek silang antara satu penulis

dengan penulis yang lain serta konfirmasi langsung kepada banyak

Page 40: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

37

saksi hidup dan para penghafal Al-Qur‟an. Tim berhasil

mengkodifikasi ayat-ayat Alqur‟an ke dalam satu mushaf (kumpulan

lembaran tulisan) Al-Qur‟an.

Selanjutnya, pada masa Khalifah Usman dibentuk tim untuk

menyempurnakan sistem penulisan Alqur‟an, terutama yang berkaitan

dengan tanda-tanda bacanya. Al-Qur‟an yang disempurnakan itu

diperbanyak sebanyak lima buah. Mushaf Al-Qur‟an inilah yang

kemudian menjadi standar rujukan penerbitan Al-Qur‟an yang ada

sekarang ini.

2. Kandungan dan Nama Al-Qur‟an

Al-Qur‟an terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Ayat-ayat

Al-Qur‟an yang turun pada periode Mekah (Ayat Makkiyah) sebanyak

4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat. Sedangkan ada periode

Madinah (Ayat Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam

28 surat. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengandung nuansa

sastra yang kental karena ayat-ayatnya pendek-pendek. Isinya banyak

mengedepankan prinsip-prinsip dasar kepercayaan (aqidah) dan akhlak.

Sedangkan ayat Madaniyah menerangkan aspek syari‟ah, muamalah

dan juga akhlak.2

Selain Alqur‟an, wahyu ini diberi nama lain oleh Allah, yaitu:

a. Alkitab, berarti sesuatu yang ditulis (Ad-Dukhan,44:2).

b. Alkalam, berarti ucapan (At-Taubah,9:6)

c. Az-Zikra, berarti peringatan (Al-Hijr,15:9).

d. Al-Qasas, berarti cerita-cerita (Ali Imran,3:62).

e. Alhuda, berarti petunjuk (At-Taubah,9:33).

f. Al-Furqan, berarti pemisah (Al-Furqan,25:1).

g. Almau‟izah, berarti nasehat (Yunus, 10:57)

h. Asy-Syifa, berarti obat atau penawar jiwa (Al-Isra‟,17:82)

i. An-Nur, berarti cahaya (An-Nisa‟,4:174).

j. Ar-Rahmah, berarti karunia (An-Naml,27:77).

k. Al- Mubin, berarti yang menerangkan (Al-Maidah: 15)

(Manna‟ Khalil Qattan:1996: 18)

2 Para mufassrir brbda pendapat dalam mendefenisikan makkiyah dan

madaniyah. Pendapat pertama dinisbahkan kepada tempat yaitu makkiyah : ayau yang

diturunkan di Makkah dan madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Madaniya.

Pendapat kedua menunjukkan bahwa Makkiyah adalah ayat yang ditujukan kepada

penduduk Makkah dan Madaniyyah adalah ayat yang ditujukan kepada penduduk

Madinah. Pendapat ketiga melihat dari periode/waktu; makkiyah adalah ayat yang

diturunkan sebelum hijrah dan madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan setelah

hijrah. Dariketiga pendapat di atas, pendapat yang ketiga lah yang lebih kuat. (Kadar

M. Yusuf:2009: 29. Lihat juga Adnan Muhammad Zarzur; 1981: 138).

Page 41: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

38

3. Pengelompokan Surah-surah Dalam Al-Qur‟an

Surah-surah al-Qur‟an jika ditinjau dari panjang dan pendeknya

terbagi atas empat bagian, yaitu:

a. Al- Sab‟u al-Thiwal, yaitu tujuh surah yang panjang terdiri dari

al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa‟, al-A‟raf, al-An‟am, al-Maidah

dan Yunus.

b. Al- Miuun, yaitu surah-surah yang berisi kira-kira seratus ayat

lebih. Seperrti Hud, Yusuf, al-Mukmin.

c. Al-Matsaani, yaitu: surah-surah yang berisi kurang sedikit dari

seratus ayat, seperti al-Anfal, al-Hijir.

d. Al-Mufashshal, yaitu surah-surah pendek, seperti al-Dhuha, al-

Ikhlas, al-Falaq, al-Nas.

4. Keistimewaan Al-Qur‟an

a. Dari segi bahasa

Keistimewaan bahasa Alqur‟an terletak pada gaya

pengungkapannya, antara lain kelembutan dalam jalinan huruf dan kata

dengan lainnya. Susunan huruf-huruf dan lata-kata Al-Qur‟an terajut

secara teratur sehingga menjelma dengan ayat-ayat yang indah untuk

dibaca dan diucapkan. Untuk itu keindahan bahasa Al-Qur‟an

mengalahkan semua hasil karya manusia saat itu, sekarang dan masa

datang. Tidak ada satu manusiapun yang sanggaup untuk membuat

saatu ayat semisal Al-Qur‟an.

b. Dari segi kandungan

Al-Qur‟an adalah kitab yang paling sempurna kandungan isinya,

karena di dalamnya memuat kandungan kitab-kitab sebelumnya. Al-

Qur‟an juga memuat semua aspek kehidupan, baik dalam hubungannya

dengan Allah, dengan sesama manusia dan alam semesta. Isi Al-Qur‟an

selaras dengan akal dan perasaan serta memuat berbagai cabang ilmu

pengetahuan, seperti persoalan biologi, farmasi, astronomi, geografi,

sejarah dan lain sebagainya.

c. Al-Qur‟an sebagai mu‟jizat Nabi Muhammad terbesar

Secara umum Al-Qur‟an membawa dua fungsi utama, yaitu

sebagai mu‟jizat dan pedoman dasar ajaran Islam. Mu‟jizat menurut

bahasa artinya melemahkan. Al-Qur‟an sebagai mu‟jizat menjadi bukti

kebenaran Muhammad selaku utusan Allah yang membawa misi

universal, risalah akhir dan syari‟ah yang sempurna bagi manusia. Ia

menjadi dalil atau argumentasi yang mampu melemahkan segala

argumen dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia untuk

mengingkari kebenaran Muhammad SAW.

Di samping itu dijadikannya Al-Qur‟an sebagai mukijizat terbesar

dari Nabi Muhammad, karena setiap mu‟jizat yang diturunkan kepada

Page 42: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

39

para Rasul-Nya sesuai dengan tuntutan zaman. Susunan bahasa Al-

Qur‟an yang tinggi jauh melebihi karya satra (syair) masyarakat Arab

jahiliyah saat itu.

d. Terpelihara keasliannya sampai akhir zaman

Dalam Al-Qur‟an Allah menjelaskan bahwa “Kamilah yang

menurunkan Az-Zikra (Al-Qur‟an), dan Kami jugalah yang

memeliharanya”.

Dalam ayat tersebut Allah SWT menggunakan kata “Kami”,

yang berarti umat Islam juga harus ikut berpartisipasi dan berupaya

melestarikan Al-Qur‟an dan menjaganya dari penyelewengan, baik

bahsa maupun maknanya.

e. Dinilai ibadah jika membacanya

Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur‟an, Allah janjikan pahala

yang berlipat ganda.

B. As-Sunnah

1. Pengertian dan Pembagian Sunnah

Ditinjau dari segi bahasa, sunnah berarti cara, jalan, kebiasaan

dan tradisi. Kata sunnah di dalam Al-Qur‟an terulang 16 kali pada 11

surat. Penyebutan kata sunnah dalam Al-Qur‟an pada umumnya

merujuk kepada pengertian bahasa, yakni cara atau tradisi, misalnya:

“ Sebagai suatu sunnatullah[1403] yang Telah berlaku sejak

dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi

sunnatullah itu”.

Makna sunnah secara terminologi menurut Muhammad “Ajaj Al-

Khatib (1975) identik dengan hadis, yaitu informasi yang disandarkan

kepada Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun

takrir (keizinan).

Menurui istilah (terminology) para ahli mendefinisikan hadis

adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. baik

ucapan, perbuatan, maupun ketetapan berhubungan dengan hukum

Allah yang disyariatkan kepada manusia.

Para Muhadditsin membagi Sunnah / Hadis menjadi empat

macam:

a. Sunnah Qauliyah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi SAW berupa perkataan.

Page 43: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

40

b. Sunnah Fi‟liyah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan

kepada Nabi SAW berupa perbuatan.

c. Sunnah Taqririyah, yaitu sunnah yang berupa ketetapan

Nabi SAW.

d. Sunnah Hammiyah, yaitu sesuatu yang menjadi hasrat

Nabi SAW tetapi belum sempat dilaksanakanya. Seperti

puasa pada tanggal 9 „Asyura.

2. Unsur – unsur Pokok Hadis

a. Sanad

Secara bahasa sanad bearti jalan atau sandaran, maksudnya jalan

yang dapat menyambungkan matnul hadits (isi hadis) kepada junjungan

kita Nabi Muhammad saw. Dalam bidang ilmu hadits sanad itu

merupakan neraca untuk menimbang shahih atau dhaifnya. Andai kata

salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau

jika setiap para pembawa berita dalam mata rantai sanad tidak bertemu

langsung (muttashil), maka hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat

dijadikan hujjah. Demikian sebaliknya jika para pembawa hadits

tersebut orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil,

taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri (muru‟ah), dan memilikim

daya ingat yang kredibel, sanadnya bersambung dari satu periwayat ke

periwayat lain sampai pada sumber berita pertama, maka haditsnya

dinilai shahih.

b. Matan Hadis

Kata matan menurut bahasa berarti: keras, kuat, suatu yang

nampak dan yang asli. Dalam perkembangan karya penulisan ada

matan dan syarah. Matan dalam konteks hadits berarti isi atau muatan

yang terkandung dalam sebuah hadis. Matan hadis dalam kitab hadis

biasanya diberikan syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama.

Misalnya Shahih Bukhari disyarahkan oleh Al-Asqolani dengan nama

Fath al-Bari‟ dan lain-lain.

c. Rawi

Rawi adalah orang menyampaikan atau menuliskan hadis dalam

suatu kitab hadis. Bentuk jamaknya ruwah dan perbuatannya

Page 44: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

41

menyampaikan hadis tersebut dinamakan merawi (meriwayatkan

hadis). Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak menguatkan

suatu hadis yang ditakhrijkan dari suatu kitab hadis pada umumnya

membubuhkan nama rawi (terakhirnya) yakni salah satunya Imam

Muslim, Imam Bukhari, Abu Daud, Ibnu Mazah, dan lain sebagainya,

pada akhir matnul hadis..

3. Sejarah Perkembangan ilmu hadis

Membicarakan hadis pada masa Rasul saw. Berarti membicarakan

hadis pada awal pertumbuhannya. Membicarakan hadis berarti terkait

langsung dengan pribadi Rasul saw sebagai sumber hadis. Rasulullah

saw membina umatny selama dua puluh tiga tahun, masa ini kurun

waktu turunnya wahyu dan sekaligus wurud-nya hadis. Keadaan ini

sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai

pawaris pertama ajaran islam.

Ada satu pada masa ini yang membedakannya dengan masa

lainnya. Umat Islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh

hadis dari Rasul saw. Sebagai sumber hadis. Kedudukan nabi yang

demikian ini otomatis menjadikan semua perkataan, perbuatan, dan

penetapan Nabi sebagai referensi bagi para sahabat. Tempat pertemuan

Nabi dan sahabat sangatlah terbuka dalam banyak kesempatan, seperti

di mesjid,rumahnya sendiri,pasar, ketika berada dalam perjalanan, dan

ketika berada di rumah.

Rasulullah saw. Menyampaikan hadisnya dengan berbagai cara,

sehingga membuat para sahabat selalu ingin mengikuti perjalanannya.

Ada beberapa cara Rasulullah saw menyampaikan hadis kepada para

sahabat, antara lain :

a. Melalui para jamaah pada pusat pembinaannya yang

disebut majlis al-„ilmi.

b. Dalam banyak kesempatan Rasulullah saw juga

menyampaikan hadisnya melalui kepada para sahabat

tertentu, yang kemudian disampaikan kepada orang lain.

c. Ketika Nabi khutbah jum‟at di masjid atau sedang

berkumpul di mesjid. dan

d. Melalui ceramah dan pidato di tempat terbuka, seperti

Haji wada‟ dan fathul ma kkah.

Pada zaman sahabat (khulafa al-Rasyidin) perhatian lebih tertumpu

pada pembukuan al-Qur‟an dan belum fokus pada hadis. Pada masa

sahabat persolan hadis juga belum banyak muncul. Para sahabat

sebagai orang yang dekat dengan Rasul dan banyak referensi hadis

masih dapat menjawab persolan yang muncul pada saat itu. Para

Page 45: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

42

sahabat juga sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadis karena takut

terjadi kekeliruan.

Abu Bakar Siddiiq pernah mengumpulkan para sahabat dan

berkata kepada sahabat lainnya: “ Kalian meriwayatkan hadis-hadis

Rasul SAW yang diperselisihkan oleh orang-orang setelah kalian dan

akan banyak berselisih karenanya. Maka janganlah kalian

meriwayatkan hadis tersebut. ( Munzier Suparta: 2003; 81).

Pada masa Tabiin dan Tabit Tabiin, perhatian serius ditujukan

kepada hadis, yang dipelopori oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz

(khalifah ke 8 Bani Umayyah). Beliau menginstruksikan kepada para

pejabat daerah untuk mengumpulkan hadis dan para penghafalnya.

Usaha tersebut dikenal dengan usaha pentadwinan hadis

(pembukuan/kodifikasi hadis).

Sekurang-kurangnya ada dua alasan utama pentingnya kondifikasi

hadis. Pertama, khawatir hilangnya hadis dengan meninggalnya para

penghafal hadis di medan perang atau karena usia. Kedua, khawatir

bercampur antara hadis yang benar dan hadis yang palsu.

Berkat keuletan dan keseriusan para ulama zaman ini, setelah

dilakukan pengumpulan, penyaringan dan penyeleksian hadis, maka

bermunculanlah kitab-kitab hadis yang hanya memuat hadis-hadis

shahih. Di antara kitab hadis yang terkenal shahih dan lengkap adalah:

a. Shahih Imam Bukhari

b. Shahih Imam Muslim

c. Sunan Abu Daud

d. Sunan Al-Tirmizi

e. Sunan Al-Nasa‟i

f. Sunan Ibnu Majah

4. Pembagian Hadis

a. Dari Segi Jumlah Periwayatan

Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak

sedikitnya perawi yang menjadi sumber berita, maka dalam

hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi dua macam,

yakni hadits mutawatir dan hadits ahad.

1). Hadits Mutawatir

Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang

berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu

dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah ialah: "Suatu

hasil hadis tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan

oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan

mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta."

2). Hadis Ahad

Page 46: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

43

Menurut Istilah ahli hadis, tarif hadis ahad antara lain

adalah "Suatu hadis (khabar) yang jumlah pemberitaannya

tidak mencapai jumlah pemberita hadis mutawatir; baik

pemberita itu seorang. dua orang, tiga orang, empat orang,

lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak

memberi pengertian bahwa hadis tersebut masuk ke dalam

hadis mutawatir: "

b. Dari Segi Kualitas Sanad dan Matan Hadis

1). Hadis Shahih

Hadis shahih menurut bahasa berarti hadis yang bersih

dari cacat, hadis yang benar berasal dari Rasulullah SAW.

Batasan hadis shahih, yang diberikan oleh ulama, bahwa

"Hadis shahih adalah hadis yang susunan lafadnya tidak

cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat (al-Quran),

hadis mutawatir, atau ijma‟ serta para rawinya adil dan

dhabit."

Ada lima hal yang menjadi syarat hadis shahih: 1).

Sanadnya bersambung, 2). Perawinya adil, 3). Perawinya

dhabit, 4). Tidak janggal dan 5) Tidak cacat.

2). Hadis Hasan

Menurut bahasa, hasan berarti bagus atau

baik.Menurut istilah Hadis hasan adalah hadis yang

susunan lafadnya tidak cacat dan maknanya tidak

menyalahi ayat (al-Quran), hadis mutawatir, atau ijma‟

serta para rawinya adil namun kurang dhabit."

3). Hadis Dhaif

Hadis daif menurut bahasa berarti hadis yang lemah,

yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah (kecli atau

rendah) tentang benarnya hadis itu berasal dari Rasulullah

SAW.

Para ulama memberi batasan bagi hadis dhaif adalah

"Hadis dhaif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-

sifat hadis shahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat

hadis hasan”. Jadi hadis daif itu bukan saja tidak

memenuhi syarat-syarat hadis shahih, melainkan juga

tidak memenuhi syarat-syarat hadis hasan. Pada hadis daif

itu terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya

Page 47: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

44

dugaan untuk menetapkan hadis tersebut bukan berasal

dari Rasulullah SAW.

c. Dari Segi Kedudukan dalam Hujjah

1). Hadis Maqbul

Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang

diterima, yang dibenarkan. Sedangkan menurut urf

Muhaditsin hadis Maqbul ialah "Hadis yang

menunjuki suatu keterangan bahwa Nabi Muhammad

SAW menyabdakannya."

Jumhur ulama berpendapat bahwa hadis maqbul ini wajib

diterima. Sedangkan yang temasuk dalam kategori hadis

maqbul adalah hadis shahih, baik yang lizatihi maupun

yang lighairihi dan hadis hasan baik yang lizatihi maupun

yang lighairihi.

Kedua macam hadis tersebut di atas adalah hadis-hadis

maqbul yang wajib diterima, namun demikian para

muhaddisin dan juga ulama yang lain sependapat bahwa

tidak semua hadis yang maqbul itu harus diamalkan,

mengingat dalam kenyataan terdapat hadis-hadis yang

telah dihapuskan hukumnya disebabkan datangnya hukum

atau ketentuan baru yang juga ditetapkan oleh hadis

Rasulullah SAW.

Adapun hadis maqbul yang datang kemudian (yang

menghapuskan) disebut dengan hadis nasikh, sedangkan

yang datang terdahulu (yang dihapus) disebut dengan

hadis mansukh. Disamping itu, terdapat pula hadis-hadis

maqbul yang maknanya berlawanan antara satu dengan

yang lainnya yang lebih rajih (lebih kuat periwayatannya).

Dalam hal ini hadis yang kuat disebut dengan hadis rajih,

sedangkan yang lemah disebut dengan hadis marjuh.

2). Hadis Mardud

Hadis Mardud. Mardud menurut bahasa berarti yang

ditolak; yang tidak diterima. Sedangkan menurut istilah,

hadis mardud adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-

syarat atau sebagian syarat hadis maqbul. Ketidak

terpenuhinya syarat tersebut bisa terjadi pada sanad atau

pada matan atau keduanya. Sebagaimana telah

diterangkan di atas bahwa jumhur ulama mewajibkan

untuk menerima hadis-hadis maqbul, maka sebaliknya

Page 48: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

45

setiap hadis yang mardud tidak boleh diterima dan tidak

boleh diamalkan (harus ditolak). Yang termasuk dalam

kategori hadis mardud adalah hadis dhaif. Namun

sebagian ulama berpendapat bahwa hadis dhaif tertolak

sebagai hujjah, tetapi boleh dipakai untuk motivasi amal

dan akhlak.

5. Fungsi Hadis terhadap Alqur‟an

Al-Qur‟an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum

dan ajaran dalam Islam. Antara satu dengan lainnya tidak dapat

dipisahkan dan saling terkait. Al-Qur‟an sebagai sumber pertama dan

utama yang memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global.

Kehadiran sunnah/hadis sebagai sumber kedua tampil untuk

menjelaskan (bayan) terhadap keumuman al-Qur‟an. Berikut fungsi

hadis terhadap Al-Qur‟an:

a. Bayan at-Taqrir

Bayan at-Taqrir disebut juga bayan al-Ta‟kid dan bayan al-

itsbat yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah ditetapkan

dalam al-Qur‟an. Contohnya, Al-Qur‟an menyebutkan sesuatu

kewajiban atau larangan, lalu Rasul dalam sunnahnya memperkuat

perintah atau larangan tersebut.

b. Bayan Tafsir

Yang dimaksud dengan bayan tafsir adalah bahwa kehadiran

Sunnah berfungsi memberikan rincian dn penjelasan terhadap ayat-

ayat Al-Qur‟an yang masih berdifat umum. Contohnya: dalam al-

Qur‟an diperintahkan sholat, puasa dan lainnya. Tetapi bagaimana

melaksanakan sholat dan puasa hanya ada penjelasannya dalam

hadis.

c. Bayan Tasyri‟

Yaitu hadis yang berfungsi sebagai pembuat hukum yang

belum didapati dalaam al-Qur‟an. Contohnya hadis Nabi SAW

yang melarang mengumpulkan antara bibi dan keponakannya

menjadi istri dalam satu waktu.

d.Bayan Nasakh

Secara bahasa nasakh artinya ibthal (membatalkan), izalah

(menghilangkan), tahwil (memindahkan) dan taghyir (mengubah).

Hal ini terjadi karena adanya ketentuan hukum dalam hadis yang

datang belakangan membatalkan ketentuan hukum yang terdapat

dalam al-Qur‟an yang datang sebelumnya. Contohnya hadis Nabi

yang mengatakan bahwa “tidak ada warisan bagi ahli waris”

menasakhkan Q.S al-Baqarah: 180.

Tidak semua ulama sepakat dengan bayan nasakh. Imam Syafi‟i

termasuk ulama yang menolak bayan nasakh.

Page 49: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

46

6. Otoritas As-Sunnah Sebagai Sumber Hukum

Al-Siba‟i mengatakan bahwa dari ketiga fungsi sunnah sebagai

diterangkan di atas, dua yang pertama disepakati oleh para ulama,

sementara yang ketiga dan keempat diperselisihkan. Adapun masalah

pokok yang diperselisihkan itu apakah As-Sunnah dapat menetapkan

suatu hukum tanpa tergantung kepada Al-Qur‟an, ataukah produk

hukum baru itu selalu mempunyai pokok (asl) dalam Al-Qur‟an.

Dalam persoalan tersebut, Jumhur Ulama berpendapat bahwa

Nabi mempunyai otoritas untuk membuat hukum. Dalil yang

dimajukan kelompok mayoritas itu antara lain:

a. Selama Nabi diyakini maksum, maka otoritasnya untuk

melalukan tasyri‟ adalah suatu hal yang dapat diterima

akal.

b. Kenyataan bahwa banyaknya nas Alqur‟an yang

menunjukkan wajibnya mengikuti sunnah.

Kelompok lain yang berpendapat bahwa ketetapan As-Sunnah

selalu merujuk kepada Al-Qur‟an, dengan alasan:

a. Kenyataan bahwa tidak dijumpai suatu perkara dalam As-

Sunnah kecuali Al-Qur‟an sendiri telah menunjukkan

maknanya baik secara global maupun terinci.

b. Bahwa kewajiban menta‟ati As-Sunnah adalah dalam arti

keta‟atan kepada Rasul sebagai penjelas.

Jika dianalisis kedua pendapat diatas memiliki titik persamaan,

yaitu sama-sama mengakui adanya hukum-hukum yang terbit dari As-

Sunnah. Hanya saja kelompok Jumhur melihat sebagai produk hukum

yang berdiri sendiri. Sedangkan kelompok kedua melihat produk

hukum As-Sunnah tersebut sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari Al-

Qur‟an. Disepakati oleh para ahli, bahwa As-sunnah yang dijadikan

dasar hukum adalah sunnah yang memiliki kualitas mutawatir atau

hadis-hadis shahih.

C. Ijtihad

Ijtihad merupakan derivasi dari kata jahada artinya berusaha

sungguh-sungguh. Dalam terminologi hukum ijtihad adalah

menggunakan seluruh kesanggupan berpikir untuk menetapkan hukum

syara‟ dengan cara istimbath dari Al-Qur‟an dan Sunnah. Lapangan

ijtihad adalah pada persoalan persoalan yang tidak dijelaskan secara

tuntas oleh Al-Qur‟an dan Sunnah terutama menyangkut perkembangan

ilmu dan peradaban umat manusia. Disepakati para ulama bahwa

ijtihad tidak boleh merambah pada dimensi ibadah mahdhah seperti

shalat, puasa dan lainnya.

Page 50: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

47

Ijtihad merupakan dinamika Islam untuk menjawab tantangan

zaman. Ia adalah semangat rasionalitas Islam dalam konteks kehidupan

modern yang kian kompleks permasalahannya. Banyak permasalahan

baru yang tidak ada pada masa hidup Nabi Muhammad SAW.

Kebolehan ijtihad sebagai sumber hukum Islam ketiga

diindikasikan dalam sebuah hadis Riwayat Tarmizi dan Abu Daud yang

berisi dialog antara Nabi Muhammad SAW dan Mu'adz bin Jabal yang

diangkat sebagai gubernur Yaman.

Nabi bertanya: Hai Muaz, bagaimana caramu memutuskan

perkara ? Muaz menjawab : Saya akan mencarinya dalam Kitabullah.

Nabi Bertanya: Jika kamu tidak menemukannya ? Muaz menjawab:

Saya mencarinya dalam sunnah Rasul Nya. Nabi bertanya lagi: “Jika

kamu tidak menemukan dalam sunnah RasulNya ? Muaz menjawab:

“Saya akan berijtihad. “kamu benar” kata Rasul.

Dari peristiwa tersebut jelaslah bahwa Rasul sudah memberi

peluang kepada Muaz untuk menggunakan kemampuan untuk

berijtihad terhadap hal-hal yang tidak ditemukan dalam al-Qur‟an dan

Hadis.

Orang yang malakukan ijtihad dinamakan Mujtahid. Adapun

syarat-sayarat seoarng mujtahid adalah:

a. Islam

b. Menguasai al-Qur'an dan ilmu-ilmunya

c. Memahami hadis dan ilmunya

d. Memahami kaedah bahasa Arab

e. Memiliki ilmu-ilmu yang terkait dengan masalah yang bahas.

Macam-macam ijtihad:

1. Ijma‟ : Kesepakatan semua mujtahid pada suatu masa

terhadap suatu masalah hukum.

2. Qiyas: Secara bahasa artinya mengukur atau

mempersamakan, yakni membandingkan atau

mempersamakan hukum suatu perkara yang belum ada

ketentuan hukumnya dengan perkara lain yang sudah ada

ketentuan hukumnya dalam al-Qur'an atau sunnah dengan

melihat persamaan 'illat (sebab yang mendasari ketetapan

hukum). Misalnya: arak (khamr) diharamkan karena

memabukkan. (Q.S: 2: 219) dan riba diharamkan karena

mengandung unsur penganiayaan (Q.S. 2:275). Maka secara

qiyas, benda dan hal lainpun jika ternyata memabukkan atau

mengandung unsur penganiayaan menjadi haram juga.

3. Istihsan: Menetapkan suatu hukum berdasarkan prinsip-

prinsip umum ajaran Islam, seperti keadilan, kasih sayang.

Page 51: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

48

Istihsan juga merupakan perpindahan dari suatu qiyas kepada

qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumentasi

dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah

kemudharatan. Contohnya: menurut aturan syara‟, dilarang

mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi

akad. Akan tetapi berdasarkan istihsan jual beli yang

demikian dibolehkan dengan sistem pembayaran diawal

kemudian barangnya dikirim kemudian asalkan sudah jelas

identitas barangnya.

4. Istishab, yaitu menetapkan menurut keadaan sebelumnya

sampai ada dalil lain yang mengubah keadaannya.

Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah

berwudhu‟atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang

atau yakin kepada keadan sebelum berwudhu‟, sehingga ia

harus berwudhu‟ kembali karena sholat tidak sah bila tidak

berwudhu‟.

5. Maslahah Mursalah : Menetapkan hukum berdasarkan

tinjauan kegunaan atau kemanfa‟atannya sesuai dengan

tujuan syari‟at, sementara tidak ada dalil yang melarang atau

mewajibkan pencapaiannya. Misalnya membukukan atau

mencetak al-Qur'an, menggaji muazzin, imam, khotib dan

guru agama serta mengadakan perayaan hari besar Islam.

6. Urf, yaitu menetapkan hukum sesuatu berdasarkan adapt

yang sudah menjadi kebiasaan orang banyak. Contoh

keharusan ijab kabul dalam jual beli dapat diganti dengan

ucapan terimakasih karena sudah menjadi kebiasaan dalam

masyarakat.

7. Syar”u man Qablana, yaitu syari‟at yang diturunkan Allah

melalui Nabi-nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad

SAW selama tidak bertentangan dengan al-Qur‟an dan

Sunnah.

8. Sududz Dzari‟ah, yaitu menurut bahasa artinya menutup

jalan. Sedangkan menurut istilah tindakan memutuskan suatu

yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan

umat.

Page 52: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

49

BAB IV

KEIMANAN (AQIDAH ISLAM)

A. Pengertian dan Konsep Akidah Islam

Kata akidah berasal dari kata „aqdu yang makna dasarnya

menunjuk kepada syiddah atau wutusqberarti ikatan (Ibnu Paris,

1971:86). Kata „aqdu juga bersinonim dengan kata al-hablu (tali)

dan al-„ahdu(janji) (al-Razi, 1994:233). Di dalam kosakata bahasa

Indonesia ditemukan pula serapan kata „aqdu, misalnya dalam

ungkapan-ungkapan; akad nikah, akad jual beli, akad kredit yang pada

umumnya mengandung makna ikatan atau perjanjian. Lalu apa

kaitannya dengan akidah? Akidah pada dasarnya adalah sebuah ikatan

yang menghubungkan hati antara seorang manusia dengan sang khaliq

(Tuhannya). Akidah juga merupakan janji yang diikat oleh manusia

dengan Allah sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al-Qur`an

yang terjemahannya:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"

mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi".

(kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Q.S.7:172).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya sudah terikat

oleh sebuah perjanjian dengan Tuhannya bahwa ia akan bertuhan

kepada Allah. Ini pula yang dijadikan alasan pendapat para ulama yang

mengatakan bahwa (1) manusia pada dasarnya memiliki fitrah

ketuhanan (2) manusia itu pada dasarnya meyakini Tuhan Yang

Mahaesa yang di dalam konsep ajaran Islam disebut tauhid. Hal ini

diperkuat dengan firman Allah yang artinya, “maka hadapkanlah

wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S.30:30). Maksudnya,

manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama

tauhid (3) keyakinan terhadap banyak tuhan (polytheisme) merupakan

penyimpangan dari fitrah tersebut.

Selanjutnya, akidah dalam istilah sehari-hari lazim disebut iman

atau keimanan. Di dalam Al-Qur`an banyak sekali disebut kata iman

dengan berbagai derivasinya yang kesemuaannya menunjuk kepada

kepercayaan atau keyakinan, dengan demikian, kata akidah maknanya

disamakan dengan iman. Pembahasan tentang iman sudah menjadi

Page 53: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

50

perbincangan para ulama terdahulu, baik iman secara teoritis maupun

praktis dalam arti bentuk aplikasinya ke dalam amal atau perbuatan

sehari-hari. Sehubungan dengan bahasan ini iman dapat dilihat pada

tiga sisi yang disebut tiga dimensi iman yakni (1) pengakuan dan

pembenaran dengan hati (tashdiq), (2) penegasan dengan lisan (iqrar),

dan (3) perbuatan („amal). Ketiga sisi ini saling terkait erat.

Islam sebagai sebuah ajaran terdiri atas sistem

keyakinan/keimanan (akidah), sistem norma, aturan dan hukum

(syari‟ah), dan sistem moral (akhlak). Akidah merupakan fondasi

ajaran Islam yang diatasnya tegak pengamalan terhadap aturan-aturan

Islam yang disebut syari‟ah dan moralitas Islam yang disebut dengan

akhlak. Dalam istilah sehari-hari akidah lazim disebut dengan

keimanan atau iman. Iman adalah sistim keyikinan Islam yang pokok-

pokoknya terdapat dalam rukun iman yang enam sebagaimana

terungkap dalam hadis Nabi Saw berikut:

ووخب لئىخ و بالله حإ لاي أ ا ال فأخبس ػ ى وا وزس

لاي صدلج وشس س مدزخ با خسوحإ ا

“….Maka ceritakanlah kepadaku tentang iman. (Rasulullah, Saw) berkata: Hendaklah

kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari yang akhir

dan engkau hendaklah beriman kepada kadar baik dan kadar buruk-Nya” (H.R.

Muslim).

Keenam pokok-pokok keimanan ini lazim disebut rukun iman (arkan

al-iman) yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada

Kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir (akhirat) dan iman

kepada takdir (qadha dan qadar). Akidah selain sebagai fondasi juga

merupakan sumber inspirasi sekaligus motivasi dalam diri seorang

muslim untuk melaksanakan syari‟at Islam secara menyeluruh (kaffah).

Abdurrahman Habanakah (1998:16) mengemukakan, apabila akidah

yang bersih dan benar telah melekat pada diri seseorang akan

melahirkan perilaku hidup yang istiqamah (konsisten). Begitu pula jika

akidah yang benar telah menaungi suatu masyarakat, maka masyarakat

tersebut akan tegak dan sanggup mencapai kesempurnaan

kemanusiaannya.

Dengan demikian dapat diduga bahwa kuat atau lemahnya

pengamalan agama seseorang tergantung pada kuat atau lemahnya

akidah itu. Selanjutnya pengamalan agama seorang muslim dapat

dipantau dari beberapa indikator antara lain pelaksanaan hubungannya

dengan Allah (hablumminallah) dan pelaksanaan hubungannya dengan

sesama manusia (hablumminnas). Hubungan seorang hamba dengan

Page 54: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

51

Allah dapat diamati dari terlaksananya ibadah-ibadah pokok (ibadah

mahdhah) yang melahirkan kesalehan individu, sedangkan hubungan

seorang hamba dengan sesama manusia dapat diamati dari sikap dan

perilakunya dalam pergaulan sosial yang melahirkan kesalehan sosial.

B. Ruang Lingkup Akidah Islam

Sasaran akidah Islam itu adalah rukun iman yang enam yang

dapat dirangkum ke dalam empat persoalan pokok. Keempat persoalan

pokok tersebut terdiri atas ilahiyyat (ketuhanan), nubuwwat(kenabian),

ruhaniyyat (hal-hal yang berkaitan dengan makhluk

halus), dan sam‟iyyat (pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam kubur dan alam akhirat). Berikut ini akan dijelaskan ke

empat persoalan tersebut.

1. Al-Ilahiyyat

Masalah ilahiyyat ialah masalah yang berkaitan dengan

ketuhanan yang mencakup pembahasan tentang zat Allah

SWT, asma‟ (nama-nama-Nya) dan sifat-sifat-Nya.

a. Zat Allah SWT

Persoalan tentang hakikat zat Allah SWT tidak dapat dijangkau

oleh akal manusia yang serba terbatas oleh karenanya ia merupakan

wilayah hati (qalbu). Hati adalah wadah yang dapat menampung rasa

percaya sebagai awal tumbuhnya keimanan dalam diri seseorang.

Manusia dilarang memperbincangkan zat Allah SW, meskipun

larangan tersebut menurut sebagaian ulama, bukan larangan yang

bersifat mutlak melainkan larangan yang bertujuan untuk menjaga dan

memelihara diri agar tidak terjatuh dan terperosok kedalam jurang

kesesatan atau kebinasaan. Nabi Muhammad Sawbersabda:

“Pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan kamu memikirkan Dzat

Allah.”

Memikirkan serta merenungkan ciptaan Allah adalah cara yang baik

dan efektif untuk mengenal Allah SWT (ma‟rifatullah). Meskipun

larangan tersebut, menurut sebagaian ulama, bukan larangan yang

bersifat mutlak melainkan larangan yang bertujuan untuk menjaga dan

memelihara diri agar tidak terjatuh dan terperosok kedalam jurang

kesesatan atau kebinasaan. Di antara firman Allah yang berkaitan

dengan hal ini diterjemahkan sebagai berikut:

(1) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil

berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya

Page 55: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

52

Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha

suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (Q.S.3:190-

191).

(2) Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas

mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan

langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? dan Kami

hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang

kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang

indah dipandang mata (Q.S.50:6-7).

(3) Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah

memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam

malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing

berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S.31:29).

b. Nama-nama Allah SWT

Allah telah memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya

melalui nama-nama serta sifat-sifat yang sesuai dengan keagungan dan

keluhuran-Nya. Rasulullah saw bersabda yang artinya:

“Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, yakni seratus kurang

satu. Tiada seseorang yang menghafalnya (dengan menghayati dan

merenungkan kandungannya) melainkan akan masuk surga. Dan Dia

itu gasal (ganjil), dan mencintai yang gasal.”

Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian kata asma (al-`asma).

Sebagian berpendapat bahwa asma hanya sebagai nama atau sebutan

lain bagi zat Allah SWT. Sebagian yang lain mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan asma itu adalah nama sekaligus sifat-sifat-Nya.

Misalnya kata al-rahman yang berarti Pengasih, maka pengasih itu

sekaligus merupakan sifat Allah SWT. Allah juga memiliki sifat-

sifatal-„afwu (Maha Pema‟af), al-quddus (Maha Suci), al-salam (Maha

Pemberi Keselamatan) dan sebagainya. Adapun yang mereka

maksud dengan sifat di sini ialah sejumlah atribut yang dipakaikan

pada Allah.Perbedaan pendapat ulama juga terjadi disekitar sifat,

apakah Allah SWT memiliki sifat atau tidak.Mu‟tazilah (golongan

rasionalis Islam) mengatakan bahwa Allah SWT tidak memiliki sifat

sebab jika Allah SWT memiliki sifat sedangkan sifat tersebut banyak

atau berbilang maka secara logika akan mengantarkan kepada suatu

kesimpulan bahwa Allah SWT itu banyak, dan sebagai konsekwensinya

adalah syirik (mempersekutukan Allah SWT). Tampaknya menafikan

Page 56: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

53

sifat pada zat Allah SWT adalah salah satu caramu‟tazilah untuk

mensucikan Allah SWT (tanzih) guna mencapai kemurnian tauhid.

Selain dari sembilan puluh sembilan nama-nama Allah SWT

sebagimana tersebut dalam hadis Nabi SAW di atas juga terdapat nama

dari sebutan lain seperti al-Hannan (Yang Maha Pengasih), al-

Mannan(Yang Memberi Nikmat), al-Kafiil (Yang Maha

Pelindung/Penjamin), Dzu at-Thaul (Yang Memiliki Keutamaan), Dzu

al-Ma‟arij (Yang Memiliki Jalan-jalan naik), Dzu al-Fadhli (Yang

Memiliki Karunia), al-Khallaq (Yang Maha Pencipta).

Disamping itu terdapat pula lafal-lafal majazi (kiasan) yang menunjuk

pada nama Allah SWT, yakni ad-dahru dan al-„anin sebagaimana

tersebut dalam hadits berikut yang terjemahannya:

a. “Janganlah kamu mencaci dahr (masa), karena sesungguhnya

Allah itu adalah ad-Dahr.”

b. “Biarkan dia merintih, karena al-Anin adalah salah satu nama

dari nama-nama Allah SWT, yang disenangi oleh orang-orang yang

sakit.”

Anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa tiap-tiap

nama Allah SWT itu memiliki rahasia yang berhubungan dengan-Nya

atau memiliki khadam (pelayan) rohani yang melayani orang yang

berzikir kepada-Nya tidak dapat dipertanggujawabkan karena tidak

ditemukan nash (keterangan al-Qur‟an atau hadis) tentang itu. Hanya

ditemukan nash yang berisi perintah untuk berdoa kepada-Nya melalui

nama-nama yang baik (al-`Asmaul Husna) tersebut. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam Q.S. 7:180 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Allah SWT mempunyai Asma‟ul Husna, maka bermohonlah

kepadaNya dengan menyebut Asma‟ul Husna itu dan tinggalkanlah

orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)

nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapay balasan terhadap apa

yang mereka kerjakan ” (Depag. R.I, 1984: 252)

Hikmah mempelajari dan memahami asma/sifat Allah seperti

dikemukakan di atas adalah agar kita dapat meniru sifat-sifat tersebut

utuk yang pantas kita tiru sebagai hamba-Nya. Di kalangan kaum sufi

meniru sifat-sifat Allah merupakan upaya untuk penanaman akhlak

yang mulia dalam diri seorang hamba. Kecuali ada beberapa sifat Allah

yang tidak boleh ditiru oleh hamba-Nya

misalnya mutakbbir dan muntaqim.

c. Sifat-sifat Allah SWT

Page 57: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

54

Adapun sifat-sifat Allah yang akan dibicarakan pada sub

bahasan ini adalah sifat-sifat Allah yang diformulasikan pertama kali

oleh Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf Umar bin Syu‟aib dari suku

Sanus, Al-Jazair, lebih populer dikenal dengan Imam al-Sanusi (832-

895H) (Asywadi Syukur, 1994:v). Hasil formulasi tersebut lebih

dikenal dengan sifat Allah yang dua puluh (Sifat Dua Puluh). Bahkan

untuk memantapkan pemahaman terhadap sifat dua puluh tersebut

ditetapkan pula lawan masing-masingnya sehingga menjadi empat

puluh. Terdiri dari dua puluh sifat yang wajib bagi Allah dan dua puluh

sifat yang mustahil bagi-Nya. Sifat-sifat tersebut ditetapkan

berdasarkan interpretasi terhadap firman Allah terkait dengan sifat-sifat

dimaksud. Karena itu, unsur logika terasa amat menonjol dalam

memahami. Misalnya sifat qidam dan baqa`merupakan interpretasi

terhadap firman Allah huwa al-awwalu wa al-

akhiru (Q.S.57:3), mukhalafat li al-hawadits merupakan interpretasi

terhadap firman Allah Laisa kamitslihi syai`un (Q.S.42:11)

dan qiyamuhu binafsishi merupakan interpretasi terhadap firman

Allah huwa al-hayyu al-qayum (Q.S.2:255) dan firman-Nya wallahu

huwa al-ghaniyyu al-hamid (Q.S.35:15). Mengenai sifat-sifat ini

terdapat perbedaan pendapat ulama kalam (mutakallim), secara garis

besarnya terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok yang

mempertahankan bahwa Allah mempunyai sifat. Kedua, kelompok

yang mengingkari atau menafikan keberadaan sifat Allah dengan alasan

untuk memurnikan ketauhidan-Nya. Sebab, mereka, bila Allah

memilki sifat sedangkan sifat Allah itu banyak, akan berakibat

berbilangnya Allah sehingga membawa kepada kemusyrikan. Pendapat

yang pertama itu dianut oleh golongan ahlussunnah, sedangkan

pendapat yang keduanya dianut oleh golongan Muktazilah (kaum

rasionalis Islam). Terlepas dari perdebatan itu, secara sederhana yang

dimaksud dengan sifat di sini adalah segala atribut yang menjelaskan

tentang Allah selain zat-Nya. Dengan memperhatikan alam semesta

beserta seluruh makhluk yang ada, seorang muslim mendapat petunjuk

bahwa alam semesta ini memiliki pencipta yang bersifat dengan segala

sifat kesempurnaan dan mahasuci dari sifat kekurangan. Sifat-sifat

tersebut antara lain sebagai berikut:

1). al-Wujud (Ada)

Dalilnya adalah firman Allah dalam (Q.S.13:2) yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang

kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas „arasy...”. (Depag. R.I,

1989: 368).

Page 58: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

55

2). al-Qidam dan Al-Baqa (Maha Dahulu dan Maha Kekal)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S.57:3 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Batin, dan

Dia mengetahui segala sesuatu.” (Depag. R.I, 1989: 900)

3). Mukhalafatun lil-Hawadits (Berbeda dengan Makhluk)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S 42:11 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang

Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Depag. R. I, 1989: 784).

dan firman-Nya lagi dalam Q.S. 112:4 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“…dan tidak ada seorang pun yang setara dengan

Dia.” (Depag.R.I,1989:1118).

4). al-Qiyamu bi Nafsihi (Berdiri Sendiri)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 35:15 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah

Dia-lah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha

Terpuji”.(Depag. R.I, 1989:698).

5). al-Wahdaniyah (Maha Esa)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S.5:73 yang terjemahannya

sebagai berikut:

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya

Allah salah satu dari yang tiga, pada hal sekali-kali tidak ada Tuhan

selain dari Tuhan Yang Maha Esa.(Depag. R. I, 1989:173)

6). al-Qudrah (Maha Kuasa)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 50:38 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa

yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun

tidak ditimpa keletihan.” (Depag. R.I, 1989:855).

7). Iradah (Maha Berkehendak)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 36:82 yang terjemahannya

sebagai berikut:

Page 59: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

56

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu

hanyalah berkata kepadanya: „jadilah!‟ maka terjadilah ia.” (Depag.

R.I, 1989:714).

8). al-„Ilm (Maha Mengetahui)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S 34:2 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar

daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik

kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Pengampun.” (Depag.R.I,1989:683).

dan firman-Nya dalam Q.S. 9:115 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

sesuatu.” (Depag.R.I,1989:300).

9). al-Hayah (Maha Hidup)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 2 :255 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang

Hidup Kekal lagi terus-menenrus mengurus (makhluk-Nya)

….” (Depag. R.I,1989:63).

10). as-Sama‟u wal-Bashar (Maha Mendengar dan Maha Melihat)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 40:20 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.” (Depag. R.I, 1989:762).

11). al-Kalam (Maha Berbicara)

Dalilnya adalah firman Allah dalam Q.S. 4:164 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dan Allah telah berbicara dengan Musa dengan

langsung.” (Depag.R.I,1984:151).

Perlu dijelaskan di sini perbedaan sifat-sifat Allah SWT dengan

sifat-sifat makhluk. Sifat-sifat Allah SWT mencapai kesempurnaan,

sedangkan sifat-sifat makhluk tidak mencapai kesempurnaan. Dalil-

dalil naqli (Al-Qur‟an) mengenai sifat-sifat Allah SWT adalah seperti

disebutkan di atas. Dalil „aqli (logika), seperti dalil bahwa wujud

sesuatu itu menunjukkan adanya yang mewujudkan, dalil tentang tidak

berbilangnya Tuhan, misalnya, adalah bahwa alam semesta ini akan

hancur binasa seandainya Tuhan itu berbilang (lebih dari satu). Ini

merupakan dalil keesaan Tuhan.

Sementara itu, para ulama memiliki pandangan yang berbeda

mengenai ayat-ayat sifat, dan secara ringkas dapat dikelompokkan

Page 60: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

57

sebagai berikut: Pertama: Golongan ulama yang mengambil

makna zahir ayat, lalu menisbatkan wajah, tangan, dan sebagainya

kepada Allah SWT sebagaimana terdapat pada makhluk-Nya. Dengan

demikian menurut mereka Allah SWT mempunyai muka, tangan, dan

anggota tubuh lainnya. Golongan ini lazim disebut dengan

golongan mujassimah(menganggap Allah berjisim/tubuh)

atau musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk). Pendapat

ini dibantah dan dianggap batil oleh golongan lainnya dengan dalil

firmanAllah SWT dalam Q.S 42:11 yang terjemahannya sebagai

berikut: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia”(Depag.

R.I,1989:784 ).

Kedua: Golongan ulama yang menolak makna secara lafal (lafzi) ini

dengan memalingkan (ta`wil) maknanya kepada sesuatu yang lain yang

pantas bagi Allah SWT. Menurut mereka Allah SWT tidak berkata-

kata, mendengar, melihat dan sebagainya untuk menghindari

penyerupaan Allah SWT dengan makhluk. Mereka itu dikenal dengan

kaum Mu‟aththilah (mengingkari sifat-sifat Allah) atau

kaum Jahmiyah. Golongan ini dianggap sesat oleh golongan yang

pertama karena mengingkari nashal-Qur‟an.dalam menetapkan ayat-

ayat Al-Quran mengenai sifat-sifat Allah.

Ketiga: Mazhab Salaf. Mereka mengimani ayat-ayat dan hadits-

hadit tentang sifat-sifat Allah sebagaimana bunyi nash (teksnya)

dengan menyerahkan pengertian dan maksudnya kepada Allah SWT.

Mereka mengimani sifat-sifat tersebut dengan tidak

mempermasalahkan bagaimana hakikat sebenarnya, dan dengan tetap

mensucikan Allah dari menyerupai makhluk-Nya.

Keempat: Mazhab Khalaf. Mereka berpendapat bahwa ayat-ayat

tersebut tidak dimaksudkan secara lahiriah atau apa adanya. Tetapi

ayat-ayat tersebut bersifat majazi yang perlu ditakwilkan. Maka yang

dimaksud “wajah” bagi Allah adalah Dzat-Nya dan yang dimaksud

“tangan” bagi-Nya adalah kekuasaan-Nya. Mereka menakwilkan yang

demikian demi menghindari tasybih (penyerupaan Allah dengan

makhluk). Dan takwil ini mereka syaratkan harus sesuai dengan

kesucian-Nya. Baik yang mengakui adanya sifat Allah maupun yang

menapikannya, keduanya sama-sama bertujuan untuk memurnikan

ketauhidan menurut caranya masing-masing. Perbedaan pendapat di

antara mereka tidaklah sampai membawanya kepada kekufuran dan

kemusyrikan atau keluar dari Islam.

C. Argumen Tentang Wujud Tuhan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa rasa

bertuhan itu sudah menjadi naluri (fitrah) setiap manusia, akal pikiran

Page 61: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

58

manusia dapat mengenal dan mempercayai adanya tuhan berdasarkan

bukti-bukti yang dapat dinalar secara empiri lewat argumen-argumen

sebagai berikut:

1. Argumen ontologi

Ontologi terdiri dari susunan dua kata: ontos = sesuatu yang

berwujud, dan logos = logika atau pemikiran.jadi ontologi dalam

pengertian ini adalah teori tentang wujud, tentang hakikat yang ada.

Ringkasanya argument ini adalah, "semua yang berwujud (ada) dapat

dikategorikan dalam dua kategori.Pertama, wujud yang bersifat mutlak

(wajibul wujud), kedua wujud yang bersifat relatif (mumkinul wujud).

Wujud yang mutlak hanya satu, keberadaanya tidak tergantung pada

yang lainnya dan tidak diikat oleh ruang dan waktu, karena itu dia ada

di mana-mana dan kapan saja. Keberadaanya menjadi penyebab bagi

adanya yang lain, namun ia tidak disebabkan oleh yang lain. Sedangkan

wujud yang besifat relatif itu keberadaannya tergantung kepada yang

lain. Keberadaannya diikat oleh ruang dan waktu, karena itu

keberadaannya tidak bersifat kekal.

Maka wujud dalam bentuk yang pertama tadi adalah wujud yang

tidak mungkin disebabkan oleh yang lainnya tetapi berdiri dengan

sendirinya. Dia bersifat maha segala-galanya yang tidak ada

tandingannya. Akal kita mengharuskan demikian adanya. Itulah yang

didalam ajaran agama disebut dengan Tuhan

(Ind), God (ingr), Theo/Deus (Yunani), llah (Arab) dsb. Sedangkan

wujud dalam bentuk yang kedua adalah bersifat relatif dan tidak kekal.

Itulah alam semesta termasuk didalamnya manusia. Maka yang selain

Tuhan itu disebut alam atau makhluq (yang diciptakan) sedangkan

Tuhan disebutkhaliq (Pencipta).

2. Argumen Cosmologi

Kata cosmos menurut makna asalnya adalah teratur, harmono

dan tersusun rapi. Kemudianmaknanya berkembang menjadi "alam

raya". Argumen cosmologi ini disebut juga dengan argumen sebab

akibat (sabab wal musabbab). Ringkasnya argumen ini adalah "segala

sesuatu di alam ini terjadi melalui proses sebab dan akibat. Misalnya,

adanya banjir disebabkan hujan, hujan turun disebabkan adanya awan

mendung, awan disebabkan oleh terjadinya pengguapan dari laut,

sedangkan penguapan terjadi disebabkan adanya panas atau cahaya.

Terjadinya panas karna adanya Matahari, begitulah seterusnya sampai

kepada penyebab pertama. Akal mengharuskan bahwa penyebab

pertama itu tidak disebabkan oleh yang lainnya. Aristoteles

menyebutnya dengan istilah penggerak pertama ( almuharrikul awwal )

atau prima causa. Penggerak pertama tersebut mestilah maha sempurna

Page 62: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

59

dan tidak berhajat kepada yang lain. Dia merupakan akal yang suci

(divine, muqaddas). Itulah asal dari segala-galanya, yang didalam

ajaran agama-agama disebut sebagai tuhan.

3. Argumen Moral

Argumen Moral ini dikemukakan pertama kali oleh Immanuel

Kant (1724-1804 M). Inti dalam argumen ini adalah : "wujud tuhan

hannya dapat ditetapkan dengan tanda-tanda dalam jiwa manusia.

Tanda-tanda tersebut berbentuk "laranggan moral" (al-wasi'ul akhlaqi)

atau tanda wajib (Al-Akkad, ketuhanan …,1981: 191).

Di dalam diri setiap manusia ada satu timbangan yang disebut

dengan “kata hati" (dhamir) kata hati tersebut tidak pernah berbohong

dan selalu mengingatkan kepada kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Seperti diketahui, kata Immanuel Kant, di dalam alam semesta tidak

ditemukan timbangan kebenaran moral untuk menanamkan kewajiban

tersebut. Lalu dari manakah timbulnya kebenaran moral di dalam diri

manusia kalau bukan dari sesuatu yang diluar dirinyastilah kebenaran

moral itu berasal dari Yang Maha Baik (Maha Bermoral). Itulah yang

yang diyakini sebagai tuhan". Kesadaran moral adalah kesadaran

tentang diri kita sendiri ketika kita berhadapan dengan keadaan baik

atau buruk. Pada saat yang sama manusia dapat membedakan antara

yang halal (benar) dan yang haram (tidak benar), yang boleh dan yang

tidak boleh dilakukan meskipun belum mampu dilakukan. Dalam hal

ini kita dapat melihat sesuatu yang sepesifik atau khusus manusiawi.

Contoh kongritnya ialah adanya ucapan-ucapan seperti : "perbuatan si

A itu tidak pantas sebagai manusia". Inilah bukti adanya kesadaran

moral itu di dalam diri manusia (Dirjakara, percikan,filsafat, 1962:13).

Perintah itu sifatnya absolute dan universal (categorical inperative).

Perbuatan itu di ketahui baik karena perintah kata hati mengatakan

demikian. Demikian pula perbuatan jahat ditinggalkan karena

pemeritah tersebut mengatakan demikian. Semuanya dilandasi rasa

wajib secara moral (Harun Nasution, Falsafat agama, 1991:64-65).

D.Ketuhanan di Dalam Al-Qur`an

Sekarang mari kita perhatikan bagaimana Al-Qur'an bebicara

tentang Tuhan. Bila kita perhatikan Al-Qur'an menggunakan beberapa

macam kata yang menunjuk kepada pengertian Tuhan, dan belum

termasuk lagi nama-nama yang baik (al-asma`ul husna) serta sifat-

sifatnya. Di antara kata yang sering digunakan oleh Al-Qur'an

adalah Rabb dan llah. Pertama, kata Rabb menggandung makna

mendidik dan memelihara, maka Allah sebagai Tuhan tidak hanya

mencipta tapi juga mendidik dan memelihara ciptaan-Nya. Hal ini

diungkapkan di dalam banyak firman-Nya, misalnya : "Dan kami telah

Page 63: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

60

meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka

berkata, Rabb (Tuhan) kami adalah Rabb (pencipta) langit dan bumi,

kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia" (Q.S Al- Kahfi /

18:14). Contoh lainya dapat dilihat dalam S.al-Baqarah/2:21-22;. S.al-

Isra'/17:66; S. Fusshilat/41:30, dan S.al-An'am /675-79. Kedua,

kata llah dalam bahasa Arab menunjuk kepada sesuatu yang di sembah

atau dipuja oleh manusia dalam hidupnya. Misalnya firman-Nya: "dan

kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami

wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada tuhan melainkan aku,

maka sembahlah aku" (Q.S.Al-Anbiya/21:25). Contoh lain dapat dilihat

dalam Q.S.Al-A'raf/7:59; S.al-baqarah/2:163 dan S.al-Furqan/25:69.

Secara umum uraian Al-Qur'an tentang bukti-bukti keesaan

Tuhan dapat dibagi dalam tiga bagian pokok yaitu: Pertama:

Menjelaskan kenyataan wujud yang tampak (fenomena alam

semesta). Kedua:Menjelaskan rasa yang terdapat dalam jiwa manusia,

dan Ketiga: Menjelaskan dengan dalil-dalil logika. Untuk

yang pertama itu Al-Qur'an menggunakan seluruh wujud sebagai bukti.

Semua fenomena yang terjadi di alam semesta meripakan saksi-saksi

tentang keberadaan-Nya. Melalui cara ini Al-Qur'an merangsang nalar

manusia untuk memikirkanya hingga sampai kepada satu kesimpulan

dan keyakinan akan kemahakuasaan-Nya. Misalnya firman-Nya dalam

surat Al- Ghasyiyah/88:17-20 yaitu “maka apakah mereka tidak

memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan; dan langgit bagaimana ia

di tinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia di tegakkan; dan bumi

bagaimana ia di hamparkan”? Contoh lain dapat dilihat dalam

S.Qaf/50:6-7; S.al-Ra'du/13:4; s. al-Mulk/67:3-4. Untuk yang kedua,

Al-Qur'an sering berbicara tentang situasi dan kondisi jiwa manusia,

misalnya dalam firman-Nya: “Katakanlah, terangkanlah kepada-Ku jika

datang siksaan Allah kepada mu, atau datang kepadamu hari kiamat

apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah, jika kamu orang-orang

yang benar?" (Q.S. al-An'am/6:40-41). Contoh lain dapat dilihat dalam

S. Yunus/46:4; S.al-A'raf/7:97-99. Karena itu tidak mengherankan bila

ada satu teori di dalam antropologi agama menyebutkan bahwa awal

rasa beragama di kalangan suku-suku primitif adalah adanya rasa

kagum dan takut terhadap gejala alam yang dahsyat. Ketakutan itu

mendorong mereka untuk mencari perlindungan sehingga muncullah

pikiran pikiran mereka tentang Yang Maha Kuasa .

Ketiga adalah, dialog Al-Qur'an yang banyak merangsang akal

manusia, sehingga manusia itu dapat berfikir dengan kritis, logis dan

sistematis untuk sampai kapada keyakinan kepada Sang Maha Pencipta.

Misalnya firman Allah : "Apakah mereka menggambil tuhan-tuhan dari

Page 64: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

61

bumi yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya di

langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya

telah rusak binasa, maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'arasy dari

pada yang mereka sifatkan" (Q.S. al-Anbya'/21:21-22) contoh lain

dapat di lihat dalam S. al-Ahqaf/46:4; S. al-Anbiya/21:62-66 S. al-

An'am/6;101; S. Yusuf/12:39.

E. Hakikat la Ilaha illallah

Menurut para mufassir dan ahli bahasa Arab, kata la didalam

rumusan ini berfungsi sebagai penggingkaran, kata llah (tuhan)

berfungsi sebagai yang diingkari atau dinafikan. Kata illa adalah adat

istitsna (pengecualian), sedangkan kata Allah adalah yang di kecualikan

(mustatsna). Susunan kalimat seperti ini bertujuan pemantapan

terhadap keesaan Allah. Kita di suruh menggulang-ngulang kalimat ini

agar kita senantiasa mengingat kemahaesaan Allah serta mengingkari

kekuasaan selain-Nya. Dengan demikian diharapkan agar kita terhindar

dari belenggu kekuasaan materi dan hawa nafsu ankara murka.

Keyakinan tentang adanya yang Maha kuasa selain Dia disebut dengan

syirik, sebagai lawan dari pada tauhid. Tauhid menuntun kita agar tidak

menyembah, memuja dan mengagung-agungkan yang selain-Nya,

sedangkan syirik akan menggiring kita untuk diperbudak oleh benda

(materi) sehingga dapat menjatuhkan martabat kemanusaan itu sendiri.

Dari sisi ini kita dapat berkata bahwa akidah tauhid pada hakikatnya

membebaskan hati dan pikiran manusia dari kebekuan dan

keterbelengguan berdasarkan keyakinan bahwa hanya Allah saja yang

Mahaagung dan Mahakuasa. Sedangkan Islam sebagai satu-satunya

agama yang dapat menampung keyakinan tauhid itu bertujuan

membebaskan manusia dari berbagai bentuk penjajahan dan

penindasan.

F. Al-Nubuwwat (kenabian)

Pembahasan penting mengenai nubuwwat (kenabian) ini

berkaitan dengan iman kepada para nabi/rasul Allah, tugas-tugas

mereka, wahyu, mukjizat, dan keumuman risalah Nabi Muhammad

saw. Berikut ini dijelaskan satu per satu secara singkat:

1. Iman kepada rasul dan nabi

Sebagai muslim kita wajib beriman kepada para rasul dan

Nabi. Bahwa Allah telah mengutus manusia-manusia pilihan pada

periode tertentu dan kepada umat tetentu untuk membimbing mereka

kepada jalan kebenaran. Barangsiapa mengingkarinya maka dia ter-

hukum kafir. Allah berfirman dalam Q.S.2:285 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya

dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya

Page 65: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

62

beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan

rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), „Kami tidak membeda-bedakan

antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya‟ ….”

(Depag. R. I, 1984:72).

Rasulullah saw. bersabda:

“ …Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya….”

b. Wajib beriman kepada para rasul dan nabi yang diutus Allah

dengan keimanan secara garis besar bagi orang yang tidak mengetahui

nama-namanya, dan secara rinci bagi orang yang mengetahui nama-

namanya. Yang nama-namanya disebutkan secara jelas (rinci) ada dua

puluh lima. Di antara yang dua puluh lima juga ada yang ulul

azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.

c. Wajib beriman bahwa Allah telah membuktikan kebenaran rasul-

rasul-Nya dengan memberi mukjizat dan menurunkan kitab-kitab suci

kepada mereka yang berisi petunjuk dan cahaya. Kitab-kitab suci yang

disebutkan secara tertentu wajib diimani dengan yakin, seperti Taurat,

Zabur, Injil, dan Al-Quran. Sedangkan yang tidak disebutkan secara

tertentu, maka wajib diimani secara global.

d. Tidak boleh membatasi para rasul pada jumlah tertentu, karena

pembatasan ini tidak terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah, bahkan Al-

Quran menyebutkan bahwa mereka tidak terbatas pada jumlah

tertentu. Firman Allah dalam Q.S.23:78 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum

kamu, di antara mereka ada yng Kami ceritakan kepadamu dan di

antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan

kepadamu...” (Depag.R.I,1984:770).

2. Kebutuhan umat manusia kepada para rasul

Ada beberapa alasan tentang kebutuhan manusia terhadap rasul,

yaitu: Pertama: Seluruh manusia membutuhkan rasul, karena akal

mereka yang diciptakan dalam keadaaan serba terbatas ini tidak cukup

untuk mengetahui apa saja yang baik bagi dirinya di dunia dan

akhirat. Kedua: Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkumpul

dengan orang lain, sedangkan mereka memiliki insting bertindak yang

melampaui batas terhadap orang lain. Oleh karena itu, perlu adanya

peraturan yang dihormati oleh semua manusia serta undang-undang

yang mereka patuhi. Undang-undang dan peraturan seperti ini hanya

dapat diperoleh lewat para rasul untuk memutuskan perselisihan yang

terjadi di antara manusia. Ketiga: Tanpa rasul, mustahil manusia dapat

Page 66: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

63

mengenal Rabb-nya, dan mengetahui nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya,

dan af‟al-Nya, yang selanjutnya tidak mungkin mereka beribadah

kepada-Nya dan hidup sesuai dengan manhaj-Nya. Oleh karena itu,

keberadaan para rasul mutlak diperlukan.

3. Tugas rasul

Secara garis besar tugas para rasul dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Membimbing akal manusia untuk mengenal Allah SWT, dzat-Nya,

nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan af‟al (perbuatan)-Nya, serta untuk

beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya.

b. Menjelaskan kaidah-kaidah keadilan dan kebenaran kepada

manusia, mangatur kehidupan mereka, dan membatasi bentuk

hubungan antar mereka.

c. Memberikan batasan tentang keutamaan-keutamaan dan menyeru

manusia kepadanya, dan menerangkan perkara-perkara yang hina serta

mencegah manusia agar tidak melakukannya.

d. Menerangkan keadaan akhirat dan segala sesuatu yang berkaitan

dengannya berupa pahala, siksa, surga, dan neraka.

Empat hal di atas merupakan tugas-tugas pokok para rasul Allah.

4. Hal-hal yang Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi para rasul

Para rasul wajib memiliki seluruh sifat kesempurnaan secara garis

besar sebagai manusia, sebagaimana rincian berikut :

a. Ash-Shidqu benar dalam semua perkataan-nya dan pada semua

yang disampaikannya yang berasal dari Rabb-Nya.

b. Al-Amanah (tepercaya): mereka tidak pernah meninggalkan yang

diperintahkan Allah dan tidak pernah melanggar larangan-Nya.

c. Al-Fathanah cerdas akalnya, cepat ber-pikir, mudah

mengemukakan bukti-bukti, dan kuat argumentasinya.

d. At-Tabligh (menyampaikan): yakni menyampaikan segala yang

diperintahkan Allah SWT kepada manusia.

Beberapa sifat mustahil bagi Rasul adalah:

a. Al-Kadzib (berdusta): karena hal ini akan merusak risalah.

b. Al-Khianat (khianat): sifat ini juga akan merusak risalah.

c. Al-Baladah (bodoh/dungu): karena akan menghalangi pelaksanaan

risalah.

d. Al-kitman (tertutup/menyembunyikan wahyu): karena hal ini

akan merusak risalah.

Sedangkan sifat jaiz bagi rasul adalah sifat lupa dalam hal-hal yang

tidak ada hubungannya dengan tablig (penyampaian risalah). Dalam

masalah-masalah selain itu, bolehlah para rasul memiliki sifat

lupa. Mengimani rasul berarti juga mengimani sifat-sifat tersebut.

5. Mukjizat

Page 67: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

64

Mukjizat ialah perkara (kejadian) luar biasa yang ditampakkan

Allah kepada orang yang mengaku sebagai Nabi sesuai dengan

kehendak-Nya untuk membenarkan pengakuan tersebut. Dalam hal ini

semua makhluk tidak mampu menandinginya atau melakukan hal

seperti itu. Menurut hukum akal (logika), mukjizat adalah sesuatu yang

mungkin, dan secara faktual merupakan kenyataan. Mukjizat dihukumi

sebagai sesuatu yang mungkin karena merupakan perbuatan Allah,

sedangkan Allah tidak mustahil melakukan sesuatu. Adapun mukjizat

dikatakan sebagai suatu fakta ialah karena adanya berita mutawatir

yang menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengukuhkan rasul-rasul-

Nya dengan mukjizat tersebut. Dalam hal ini, setiap Nabi memiliki satu

mukjizat atau lebih.

Adapun mukjizat Nabi Muhammad saw. ada dua macam:

a. Mukjizat hissiyyah (indrawi), seperti ter-belahnya

bulan, terpancarnya air dari celah-celah jari beliau, merintih-nya pohon

kurma kepada beliau, menyembuhkan mata Qatadah bin Nu‟man pada

waktu Pterang Uhud, dan Isra Mi‟raj. Atau selamatnya nabi Ibrahim

dari kobaran api, terbelahnya Lautan Merah sehingga selamat nabi

Musa beserta kaumnya dari kejaran Fir‟un dan tentaranya.

b. Mukjizat aqliyyah (yang dirasakan dan diketahui dengan akal atau

penalaran), seperti Al-Quranul-Karim yang merupakan mukjizat beliau

yang terbesar. Bangsa Arab yang pandai fashahahdan balaghah (sastra)

pernah mencoba menandinginya, tetapi mereka tidak mampu. Al-Quran

ini juga memberitakan perkara-perkara gaib, serta mensyariatkan

hukum-hukum dan kemaslahatan manusia.

Mukjizat itu bertujuan selain untuk menyelamatkan

para rasul dari ancaman orang-orang kafir juga sebagai bukti

kerasulannya. Sesuai dengan makna dasar kata mu‟jizat ialah sesuatu

yang melemahkan atau membuat sesuatu menjadi lemah dan tak

berdaya maka mukjizat juga bertujuan untuk melemahkan dan

mematahkan keangkuhan lawan-lawanya sekaligus menjadi bukti

kemahakuasaan Allah SWT.

G. Al-Ruhaniyyat (makhluk-makhluk gaib)

Yang dimaksud dengan ar-ruhaniyyat di sini adalah

kepercayaan/keyakinan kepada makhluk ghaib yaitu makhluk-makhluk

yang hanya terdiri atas ruh yang tidak mempunyai tubuh

(jisim).Adapun makhluk-makhluk ghaib yang tersebut dalam Al-Qur‟an

terdiri atas malaikat, jin, iblis, syetan dan ruh. Kita wajib mengimani

makhluk-makhluk tersebut sebagai bagian dari keimanan kepada yang

ghaib. Mengimani makhluk tersebut berarti meyakini keberadaannya

Page 68: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

65

serta pengaruhnya dalam kehidupan manusia seperti yang diberitakan

di dalam Al-Qur‟an dan hadis-hadis shahih. Berikut ini penjelasan

tentang makhluk-makhluk tersebut:

(1) Malaikat

Malaikat adalah jisim-jisim (tubuh) yang halus yang diciptakan

dari cahaya yang kadang-kadang dapat menampakkan diri dengan

wujud yang nyata. Umumnya mereka berada di langit. Mereka selalu

bertasbih, mensucikan Allah SWT pada waktu siang dan malam tanpa

merasa letih, dan tidak pernah melanggar perintah Allah

SWT. Sebagian mereka bertugas memberikan bantuan atau pertolongan

kepada orang-orang yang beriman (Q.S.2:30; S.66:6; S.41:30).

Kita wajib mengimani malaikat secara global sebagai mana

Q.S.2:285 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya

dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya

beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan

rasul-rasul-Nya ….” (Depag. R.I,1989:72).

Malaikat tidak makan, tidak minum, dan tidak berketurunan.

Mereka bukan laki-laki, bukan perempuan, dan bukan banci.

Barangsiapa menyifati mereka dengan laki-laki, maka dia fasik; dan

barangsiapa yang menyifati mereka dengan perempuan, maka ia telah

kafir, karena menentang firman Allah SWT yang artinya dalam Q.S.

43:19 yang terjemahnnya sebagai berikut:

“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah

hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang

perempuan ….” (Depag. R. I, 1989:796).

(2) Jin, iblis dan syetan

Jin adalah sejenis makhluk ruhani dantidak berjisim yang

diciptakakn dari api. Makhluk jin itu adayang jahat yang dapat

menggoda serta mengganggu manusia dan ada pula yang baik. Mereka

memiliki kemampaun yang hebat untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang berat dan mengagumkan. Mereka diberi taklif oleh

Allah semenjak diciptakan. Di antara mereka ada yang taat dan ada

pula yang melanggar. Mereka makan, minum, dan berketurunan, tetapi

ada pula di antara mereka yang tidak makan dan tidak minum. Diantara

jin yang taat itu sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah

SWT Q.S. 72:13 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur‟an)

kami beriman kepadaNya. Barangsiapa beriman kepadaNya maka ia

tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan

penambahan dosa dan kesalahan”. (Depag. R.I, 1989: 984).

Page 69: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

66

Menurut informasi Al-Qur‟an iblis diciptakan atau berasal dari

api. Hal ini didasarkan atas pengakuan iblis itu sendiri ketika berdialog

dengan Allah SWT mengenai alasannya untuk tidak mau sujud kepada

Adam A.S. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S 7: 12 yang

terjemahannya sebagao berikut:

“Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud

(kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab: “saya

lebih baik dari padanya, engkau ciptakan saya dari api sedang di

aEngkau ciptakan dari tanah” (Depag. R.I, 1989:222).

Menurut ulama iblis itu hanya satu karena tidak ditemukan baik

dalam Al-Qur‟an maupun hadis bentuk kata jamaknya. Pendapat ini

diperkuat dengan pernyataan iblis sebagaimana firman Allah SWT

dalam (Q.S7:16-17) yang terjemahannya sebagai berikut:

“Iblis menjawab: “karena Engkau telah menghukum saya tersesat,

saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan

Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari

muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau

tidakakan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (Depag.

R.I, 1989:223).

Dalam ayat ini terdapat sebanyak dua kali pernyataan iblis dengan

menggunakan kata saya. Lalu pada ayat berikutnya ketika Allah SWT

mengusir iblis dari dalam surga menggunakan kata perintah (fi‟il al-

„amar) dalam bentuk tunggal sebagaimana firmanNya

dalam (Q.S.7:18) yang terjemahannya sebagai berikut:

“Allah berfirman, keluarlah engkau dari surga itu sebagai orang

terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa diantara mereka

mengikuti kami benar-benar kami akan mengisi neraka Jahannam

dengan kamu semuanya” (Depag. R.I, 1989:223).

Kata syetan didalam Al-Qur‟an ditemukana dalam bentuk tunggal

yakni syaithan dan bentuk jamaksyayaathin. Ini mengindikasikan

bahwa syetan itu merupakan nama dari satu jenis makhluk Allah SWT

yang banyak. Sebagian ulama mengatakan bahwa syetan itu adalah

sifat, karena itu ada syetan yang berasal dari jin dan syetan yang berasal

dari manusia (Q.S.6:112).

Quraisy Shihab (1996:509) mengungkapkan bahwa kata syetan

itu terbentuk dari dua macam kata. Pertama, dari kata syathatha yang

berarti melampaui batas. Oleh karena itu syetan ialah sifat yang identik

dengan kenakalan atau kebrutalan. Kedua, dari kata syaththa yang

berarti pinggir atau tepi. Maksudnya bahwa syetan itu mudah

memasuki orang-orang yang berpikiran ekstrim dalam berbagai hal

termasuk dalam keagamaan. Sifat dan perilaku syetan itu banyak

diungkap dalam Al-Qur‟an dan hadis, berbeda dengan malaikat yang

Page 70: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

67

memiliki sifat-sifat positif (baik), maka syetan dan iblis memiliki sifat-

sifat negatif (buruk) yakni mengganggu dan menggoda manusia kepada

kejahatan.

Malaikat menuntun serta membimbing manusia ke jalan yang

benar sedangkan syetan dan iblis mendorong manusia kepada kejahatan

dan kekufuran. Oleh karena itu Allah SWT memperingatkan manusia

untuk selalu waspada terhadap taktik dan tipu daya iblis dan syetan.

(Q.S.2; 7:17; 2:102; 5:90-91).

(3) Ruh

Kata ruh yang biasa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

dengan roh adalah sejenis makhluk Allah SWT yang wajib dipercaya

atau diimani keberadaannya. Al-Qur‟an banyak sekali memberitakakn

keberadaan ruh itu, misalnya firman Allah SWT dalam Q.S.32:9 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalan (tubuh) nya

roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan kamu pendengaran,

pengelihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” (Depag.

R.I, 1989:661).

Setiap manusia memiliki ruh tetapi dia tidak dapat mengetahui

hakikatnya. Oleh karena itu ruh merupakan hal yang misteri bagi

manusia sampai sekarang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

(Q.S.17:85) yang terjemahannyasebagai berikut:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: roh itu

termasuk urusanTuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan

melainkan sedikit” (Depag. R.I, 1989:437).

Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai alasan untuk tidak

memperbincangkan lebih jauh soal roh karena roh itu adalah urusan

Tuhan dan manusia tidak akan mampu mencapai hakikatnya. Tetapi

sebagaian yang lain berpendapat, ayat ini bukan dalam kontek larangan

untuk membahas persoalan roh karena roh adalah ciptaanNya

juga. Larangan Allah SWT hanya berkaitan dengan memikirkan zat-

Nya.

H. As-Sam’iyyat

Kata Sam‟iyyat berasal dari sam‟u yang berarti pendengaran.

Yang dimaksud dengan As-Sam‟iyyat disini ialah hal-hal yang

berhubungan dengan alam akhirat dan alam barzakh seperti surga,

neraka, titian(shirath), timbangan (mizan) dan azab kubur. Ini semua

tidak dapat dibuktikan secara empiri karena tidak dapat dijangkau oleh

panca indera manusia, tetapi wajib diimani sebagaimana yang

diceritakan di dalam Al-Qur‟an dan hadis. Berikut ini hal-hal yang

berkaitan dengan As-Sam‟iyyat ini adalah sebagai berikut:

Page 71: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

68

(1). Al-Ba‟ts (pembangkitan) dan al-Hasyar (penghimpunan)

Al-Ba’ts (pembangkitan)

Yang dimaksud dengan Al-Ba‟ts adalah keyakinan tentang adanya

hari kebangkitan manusia dari alam kubur setelah Allah SWT

mempertemukan roh dengan jasadnya. Beriman tentang hari

kebangkitan itu hukumnya wajib dan mengingkarinya di hukum kafir.

Hal ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam (Q.S 64:7) yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak

akan dibangkitkan. Katakanlah: „Tidak demikian, demi Tuhanku,

benar-benar kamu dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu

apa yang telah kamu kerjakan ….‟ ” (Depag. R.I, 1989:941).

dan Q.S 36:78 – 79 yang terjemahannya sebagai berikut:

“… ia berkata: „Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang,

yang telah hancur luluh?‟ Katakanlah: „Ia akan dihidupkan oleh Tuhan

yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui

tentang segala makhluk.‟ ” (Depag. R. I, 1989:714).

Dalil sunnah untuk masalah ini antara lain diriwayatkan

bahwa Ubai bin Khalaf pernah datang kepada Nabi untuk mendebat

beliau sambil membawa tulang yang telah rapuh, lalu ia meremas-

remasnya dengan tangannya sambil berkata: “Wahai Muhammad,

apakah engkau berpendapat bahwa Allah SWT akan menghidupkan

tulang ini setelah hancur lebur?” Nabi saw. menjawab, “Benar, Dia

akan membangkitkanmu dan memasukkanmu ke dalam

neraka.” Riwayat inimelatarbelakangi turunnya firman Allah SWT

dalam (Q.S.36:78-80) yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada

kejadiannya, ia berkata: “siapakan yang dapat menghidupkan tulang-

belulang yang telah hancur leluh”. Katakanlah: “ia akan dihidupkan

oleh yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha

Mengetahui tentang segala makhluk”, yaitu Tuhan yang menjadikan

untukmu apai dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan

(api) dari kayu itu.”(Depag.R.I,1989:714)

al-Hasyr (penghimpunan)

Al-Hasyar artinya berkumpul sedangkan mahsyar artinya

tempat berkumpul. Yang dimaksud dengan al-Hasyar dalam topik ini

ialah keyakinan bahwa manusia setelah dibangkitkan dari alam kubur

akan dikumpulkan pada suatu tempat untuk diproses dan diadili semua

amalannya semasa hidup di alam dunia. Keyakinan ini didasarkan

atas nash Al-Qur‟an dan sunnah serta ijma‟ulama. Mengingkari hal

tersebut akan membawa kepada kekufuran karena mengingkari Al-

Page 72: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

69

Qur‟an dan sunnah Rasul. Allah berfirman dalam (Q.S.50:44) yang

terjemahannya sebagai berikut:

“(Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu

mereka keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan

yang mudah bagi Kami.” (Depag. R.I, 1989: 855).

Sebagian ulama berpendapat bahwa semua makhluk hidup akan

dibangkitkan dan dikumpulkan ketempat hisab (proses perhitungan

amal baik dan amal buruk). Di antara makhluk-makhluk itu akan

dikembalikan menjadi tanah sesudah menempuh proses hisab selain

manusia, malaikat, dan jin.

Kehidupan di alam barzakh (alam kubur)

Alam barzakh yaitu alam yang dilalui manusia setelah

meninggal dunia hingga datangnya hari kebangkitan. Manusia yang

sudah meninggal secara fisik dikatakan berada di alam kubur,

sedangkan secara non fisik dia berada di alam barzakh. Secara harfiah

kata barzakh berarti dinding yang membatasi, yang dimaksud disini

adalah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.

Setiap manusia akan menempuh proses yang berlangsung di

alam barzakh tersebut, meliputi:

1. Pertanyaan kubur

Yaitu pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat kepada

si mayit (orang mati) tentang tuhannya, Nabinya, kitabnya dan

kiblatnya. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Q.S 14:27 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan

yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah

menyesatkan orang-orang yang zalim ….” (Depag. R.I, 1989:384).

Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan ucapan yang teguh

itu ialah dua kalimat syahadat yang ditanyakan kepada

si mayit tersebut. Adapun dalil Sunnahnya adalah riwayat yang

menyebutkan bahwa setiap kali Nabi SAW. selesai mengubur mayit,

beliau berhenti dan berkata:

“Mohonkanlah ampun kepada Allah untuk saudaramu ini, karena

sesungguhnya sekarang ia ditanya.”

2. Nikmat dan azab kubur

Kaum muslimin sepakat tentang adanya nikmat dan azab kubur

ini, kecuali sebagian golongan Muktazilah. Dengan demikian, nikmat

dan azab kubur adalah suatu yang benar, sedangkan mengingkarinya

termasuk perbuatan bid‟ah. Hal ini didasarkan atas firman Allah SWT

dalam Q.S 3:169 yang terjemahannya sebagai berikut:

Page 73: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

70

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan

Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan

mendapat rezeki.” (Depag. R.I, 1989:105).

dan Q.S 23:46 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan

pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat):

„Masukkanlah Fir‟aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat

keras‟.” (Depag.R.I,1989:765).

Kemudian disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Nabi saw.

pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:

“Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, tetapi mereka disiksa bukan

karena dosa besar. Yang satu karena suka mengadu domba, dan

lainnya karena tidak bersuci dari kencing.”

Adapun peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di hari akhirat itu,

yang wajib diimani adalah mengenai: mizan (penimbangan amal baik

dan amal buruk), „aradh (penayangan amal baik dan amal buruk

manusia) dan jaza‟ (pembalasan) yakni surga bagi yang berbuat

kebaikan dan neraka bagi yang berbuat kejahatan.

I. Pemurnian Akidah

Adapun yang dimaksud dengan pemeliharaan dan pemurnian

akidah itu ialah menjaga dan memelihara iman dari segala sesuatu yang

dapat merusak dan mencemarinya.

Seperti syirik, kufur(kekafiran), nifaq (kemunafikan),

dan khurafat (keyakinan-keyakinan terhadap pemberitaan-pemberitaan

bohong). Aqidah yang benar tentang dzat dan sifat-sifat Allah SWT

berusaha meluruskan pemikiran manusia dari kesesatan. Di samping

itu ia juga dapat menuntun, mengarahkan untuk beramal serta

melakukan karya-karya inovatif untuk menciptakan kemaslahatan

hidupnya. Dengan demikian aqidah selain mengandung

aspek nazhari (teoretis yakni keyakinan), juga mengandung

aspek tathbiq(pengamalan ). Penjelasan tentang ini akan diuraikan lebih

lanjut pada bahagian syari‟ah. Selanjutnya pembahasan mengenai

syirik.

a. Pengertian syirik

Syirik adalah lawan dari tauhid. Tauhid berarti mengesakan Allah,

sedangkan syirik berarti memperserikatkan-Nya dengan yang lain.

Syirik menurut bahasa terambil dari kata Arab syirkun artinya

berserikat atau bersekutu. Dalam bentuk kata kerja aktif-transitif

Page 74: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

71

ialah asyraka artinya memperserikatkan/mempersekutukan sesuatu.

Menurut Imam Muhammad Abduh (79:94), syirik itu ialah percaya

bahwa ada yang memberi bekas selain Allah dan percaya bahwa ada

sesuatu yang mempunyai kekuasaan yang mutlak selain Allah. Dengan

kata lain secara sederhana syirik itu dapat diartikan dengan sikap atau

tingkah laku yang pada intinya lahir dari suatu keyakinan tentang

adanya kekuasaan lain yang dapat menandingi bahkan melebihi

kekuasaan Allah baik itu terdapat dalam hati maupun lahir dalam

bentuk tindakan nyata.

c. Pembagian syirik

Syirik dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu syirik

besar/jali dan syirik kecil/khafi. Yang dikatakan syirik besar adalah

mempercayai tuhan selain Allah yang diikuti dengan pemujaan atau

penyembahan kepadanya secara terang-terangan. Seperti kaum

penyembah berhala („abidul watsani), kepercayaan kepada dua

kekuatan yang berpengaruh kepada alam semesta yakni tuhan cahaya

(Ahura Mazdak) dan tuhan kegelapan (Ahriman) sebagaimana

keyakinan umat Majusi, dan kepercayaan kepada tuhan-tuhan lain.

Penganut kepercayaan ini berada di luar Islam, dan disebut dengan

kafir (orang-orang yang ingkar). Yang dikatakan syirik kecil ialah

keyakinan seorang muslim kepada selain Allah di samping meyakini

Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah. Syirik seperti ini terjadi

dikalangan umat Islam sendiri, karena di samping mempercayai dan

menyembah kepada Allah SWT, mereka juga menyembah kepada

obejek-obbjek lain yang mereka yakini dapat mem-berikan manfaat

atau mudarat kepada dirinya, seperti kepercayaan terhadap benda-

benda atau tempat-tempat yang dianggap keramat, ramalan-ramalan

nasib, dan sebagainya. Pelakunya meskipun masih tetap dalam status

muslim dipandang sudah melakukan dosa besar. Syirik semacam ini

disebut juga dengan syirik khafi (syirik tersembunyi).

c. Bentuk-bentuk syirik menurut Al-Qur‟an

Al-Qur‟an banyak mengungkapkan bentuk-bentuk syirik yang

dipraktekkan oleh umat manusia di sepanjang zaman. Praktek-praktek

yang dimaksud antara lain:

1) Penyembahan yang semata-mata dihadapkan kepada selain Allah.

Seperti penyembahan kepada berhala (Q.S. 21:52), pohon-pohon,

bulan, bintang dan matahari seperti yang terdapat di kalangan umat di

masa Nabi Ibrahim dan umat jahiliah sebelum masuk Islam. Atau

seperti keyakinan orang-orang majusi kepada dua kekuatan yang

mereka sebut sebagai dewa (tuhan) cahaya yang diyakini sebagai

sumber dari segala kabaikan, dan dewa (tuhan) kegelapan yang

diyakini sebagai sumber dari segala kejahatan.

Page 75: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

72

2) Menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Misalnya,

keyakinan orang-orang Nasrani bahwa Isa Al-Masih adalah anak Tuhan

(Allah) dan roh kudus yang keduanya dianggap sebagai oknum Tuhan

(Q.S. 5:72-73).

3) Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan.

Sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani (Q.S.

9:31).

4) Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan (Q.S. 25:43).

5) Keyakinan bahwa hidup di dunia hanya tergantung pada masa

sebagaimana keyakinan kaum dahriyyun / atheis (Q.S. 45:24).

6) Sifat riya dalam beramal/ibadah.

Dari Abu Sa‟id Nabi saw bersabda:

“Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti

menimpa dirimu dari pada Dajjal yang merajalela? Mereka menjawab,

baiklah ! Maka ia (Rasulullah) berkata: syirik khafi yaitu seorang

sedang shalat lalu ia perindah shalatnya karena ia tahu dilihat

orang.” (Ibnu Majah No. 4194).

Menurut Muhammad bin Abdul Wahab (1979:110), suatu amal

yang dilakukan karena Allah, kemudian dicampuri dengan riya, kalau

riyanya disingkirkan, maka riya itu tidak membahayakan, tetapi kalau

riya yang datang itu terus menghinggapinya, maka hilanglah nilai amal

yang permulaannya ikhlas karena Allah.

Bahaya syirik

Syirik selain merusak iman dan amalan juga merusak diri dan

masyarakat sebagai pelaku syirik itu sendiri. Orang yang berbuat syirik

hatinya akan diselimuti oleh kegelapan, jauh dari cahaya iman yang

pada akhirnya ia mudah bertindak zalim. Karena itu syirik dipandang

sebagai kezaliman yang paling dahsyat (Q.S. Luqman/31:12). Syirik

juga akan menjatuhkan martabat sebagai manusia yang diciptakan

paling mulia di sisi Allah. Orang yang syirik akan mudah tunduk

kepada alam sedangkan tauhid mengajarkan manusia agar tunduk dan

takut kepada Allah semata.

Perbuatan syirik akan membelenggu jiwa dan membungkam

fikiran si pelakunya. Sebab, keterikatannya kepada benda akan

mengakibatkan ketergantungannya kepada benda-benda yang

diyakininya itu sehingga dapat menghilangkan pikiran yang jernih

(rasional). Misalnya orang-orang yang suka mencari perlindungan/

pertolongan – dalam perkara yang ghaib kepada Allah. Al-Quran

mengibaratkannya dengan sarang laba-laba. Firman-Nya dalam surat

al-Ankabut ayat 41 yang artinya:

Page 76: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

73

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung

selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan

sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau

mereka mengetahui”. (Depag.R.I.1989: 634).

Adapun yang dimaksud dengan rumah laba-laba di sini adalah

perumpamaan kerapuhan atau ketidakstabilan jiwa yang dialami oleh

orang-orang yang mencari perlindungan tersebut. Perhatikan orang-

orang yang percaya kepada ramalan-ramalan nasib, tenung (nujum)

dsb, ia akan mudah terombang ambing oleh keyakinannya sendiri dan

akhirnya membuat dirinya terperangkap dalam sindikat kejahatan

orang-orang yang mengambil keuntungan dalam situasi itu.

Menurut Muhammad Ali (1980:100), perbuatan syirik yang

dianggap sebagai perbuatan dosa yang paling berat bukanlah

disebabkan karena Allah itu irihati, sebenarnya menurut Al-Quran

irihati tidak mungkin ada pada zat Tuhan. Syirik

dipandang sebagai dosa berat didasarkan atas realitabahwa syirik itu

merusak jiwa yang berakibat rusaknya akhlak manusia, sedangkan

tauhid mengangkat manusia ke tingkat akhlak yang tinggi.

Manusia yang dihinggapi penyakit syirik ini mudah terjangkit

bermacam-macam perangai yang tidak baik dalam pergaulan sesama

manusia. Misalnya mudah berprasangka buruk (su`uzhzhan) terhadap

sesama atau teman seprofesi, susah bekerjasama dengan orang lain dan

banyak lagi akhlak tercela yang akan muncul dari mereka. Oleh karena

itu, anda sebaiknya menjauhi sifat-sifat syirik dan segala hal yang akan

membawa kepada kesyirikan tersebut dengan cara menambah wawasan

dan mempelajari ilmu tauhid. Selanjutnya anda pelajari kiat-kiat

memelihara akidah/keimanan berikut ini.

4. Kiat-kiat pemeliharaan akidah

Akidah/Iman itu mengalami pasang-surut, adakalanya

bertambah dan adakalanya berkurang,ibarat grafik yang dapat naik dan

turun sesuai dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Jadi,

iman itu ibarat tanaman yang harus dijaga dan dipelihara agar ia tetap

subur. Tanaman yang subur tentu akan menghasilkan buah yang bagus

dan berkualitas, sebaliknya tanaman yang gersang akan menghasilkan

buah yang kerdil dan tidak berkualitas.

Iman yang subur akan melahirkan amal-amal kebajikan (amal

shalih), sebaliknya iman yang gersang, bukan saja tidak membuahkan

amal shalih bahkan akan menggiring kepada perbuatan-perbuatan

maksiat. Kegersangan iman akan membuat orang mudah tergoda oleh

berbagai macam godaan dan rayuan sehingga mendorongnya kepada

perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Di dalam Q.S 14: 24–26 Allah

Page 77: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

74

SWT menggambarkan perumpamaan akidah yang kuat dan manfaatnya

bagi diri dan orang lain, terjemahannya sebagai berikut:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaankalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya

teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan

buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu

ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang

buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi;

tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”. (Depag. R.I, 1984: 383 - 384).

Kiat-kiat pemeliharaan iman itu seperti dikemukakan oleh Zakiah

Daradjat (1986:157 – 162) adalah sebagai berikut:

a. Menambah atau memperdalam ilmu

Firman Allah dalam Q.S 35:28 yang terjemahannya sebagai berikut:

“ … sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-

Nya, hanyalah ulama (orang-orang berilmu). Sesungguhnya Allah

Maha perkasa lagi Maha Pengampun”. (Depag. R.I,1984 :700).

Menambah dan memperdalam ilmu yang dimaksud adalah ilmu

tauhid (akidah) itu sendiri secara keseluruhan. Bila anda telah

menguasai ilmu akidah Islam secara benar, maka akan menjadikan

anda orang jujur, disiplin dan sopan. Secara umum akan menjadikan

anda berkepribadian yang baik.

b. Membiasakan amal shahih

Firman Allah dalam Q.S 24:55 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara

kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-

sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia

telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan

sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah

diridhai-Nya untuk mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan

menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada

mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang

(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang

fasik”. (Depag. R.I, 1984: 553).

Ilmu aqidah yang telah anda kuasai itu wujudkanlah dalam

bentuk tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dalam

kacamata Islam disebut amal saleh, baik amal shalih dalam bentuk

ibadahmahdhah maupun amal shaleh dalam bentuk ibadah ghairu

mahdhah.

c. Membiasakan jihad

Page 78: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

75

Firman Allah dalam Q.S 37: 10–11 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu

perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad di

jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu

jika kamu mengetahuinya” (Depag. R.I, 1984: 929).

Melawan godaan hawa nafsu merupakan jihad yang paling berat

dalam sejarah umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu bila

anda telah mampu menundukkan bisikan hawa nafsu anda sendiri maka

anda telah melakukan jihad dalam hidup anda. Selalulah berjihad agar

anda berhasil mengharungi lautan kehidupan yang banyak gelombang

dan badainya.

d. Berserah diri kepada Allah

Firman Allah dalam Q.S 2:112 yang terjemahannya sebagai berikut:

“(Tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri

kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada

sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati”. (Depag. R.I, 1984: 30).

Selain berjihad, suatu langkah yang harus tempuh dalam rangka

memelihara iman adalahberserah diri kepada Allah (tawakal). Dalam

hidup kita tidak selalu mengalami kesuksesan dalam setiap yang kita

usahakan dan tidak semua rencana terlaksana seperti yang kita

harapkan. Karena kita harus yakin bahwa di balik rencana manusia ada

kekuatan dahsyat yang maha menentukan yakni takdir Allah. Kita

wajib meyakini adanya takdir itu namun kita juga tidak boleh menyerah

dan pasrah saja kepada apa yang kita namakan takdir itu karena takdir

itu dirahasiakan Allah kepada kita. Setelah kita berusaha secara

maksimal dengan perencanaan serta langkah-langkah yang sudah

diperhitungkan dengan matang lalu kita menemukan kegagalan, maka

hal itu kita terima dengan lapang dada atau sikap ridha berdasarkan

keyakinan bahwa Allah itu adalah Mahakuasa dan keptusan-Nya di atas

segala-galanya. Sebab, tidak akan terjadi sesuatu di muka bumi ini

kecuali atas izin Allah. Hal ini akan menjadikan anda selalu menjalani

hidup ini penuh dengan kreatif yang berlandaskan tauhid. Sikap itulah

yang disebut dengan tawakal.

e. Selalu mencari keridhaan Allah

Firman Allah dalam Q.S 5:16 yang artinya:

“Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti

keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah

mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang

Page 79: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

76

terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan

yang lurus”. (Depag.R.I,1984:161).

Bila anda ingin meraih ridha Allah dalam hidup ini maka lakukan

semua aktivitas yang sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah,

yang dijelaskan dan di contohkan oleh Rasul-Nya. Tidak ada artinya

kekayaan kalau diraih dengan cara yang tidak diridhoi Allah. Begitulah

seterusnya.

f. Memakmurkan masjid

Firman Allah dalam Q.S 9: 18 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang

yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan

sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain

kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk

golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Depag. R.I, 1984:

280).

Akhlak mulia, kepribadian yang baik itu perlu tapi dimana diajarkan

atau dimana lembaga pendidikannya. Dalam pandangan Islam salah

satu lembaga pembinaan akhlak mulia itu adalah di mesjid. Mesjid

adalah lembaga pendidikan pertama di zaman Rasullah. Diharapkan

anda meramaikan mesjid untuk mendidik jiwa anda di samping untuk

menunaikan ibadah. Dari jiwa yang suci akan lahir kepribadian yang

baik.

g. Membiasakan zikir dan membaca serta mendengarkan Al-Qur‟an

Firman Allah dalam Q.S 8: 2 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang

apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka

(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.(Depag. R.I,

1984: 260).

Berzikir dapat menumbuh kembangkan potensi hati yang anda miliki.

Zikir meliputi seluruh potensi yang dimiliki manusia, sehingga disebut

zikir lidah, zikir hati, zikir otak dan zikir anggota tubuh. Materi zikir

yang paling utama adalah Al-Qur‟an, seringlah anda membaca Al-

Qur‟an dan fahami maknanya lalu amalkan agar anda menjadi pribadi

yang baik dan berhasil dalam segala hal.

Akidah/ iman sebagaimana yang telah diuraikan dijadikan

merata untuk semua umat manusia, kekal sepanjang masa, dan

bermanfaat baik bagi kehidupan perorangan maupun bermasyarakat.

Untuk memantapkan pemahaman anda dikemukakan rangkuman

berikut ini :

Pertama: ialah iman kepada Allah Ta‟ala akan memancarkan

perasaan yang baik dan dapat menjadi semangat untuk manuju ke arah

Page 80: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

77

perbaikan. Makrifat ini memberi didikan kepada hati untuk meneliti

mana yang salah dan tercela dan mencari yang luhur dan mulia dalam

hidupnya.

Kedua: ialah iman kepada malaikat Allah Ta‟ala yang dapat

mengajak hati untuk berhati-hati dalam berbuat dan beribadah karena

dia makhluk Allah yang memperhatikan dan mencatat segala gerak

langkah dan perilaku manusia.

Ketiga: ialah iman kepada kitab-kitab suci Allah Ta‟ala yang dapat

memberikan arah untuk menempuh jalan yang lurus dan diridhai Allah.

Keempat: ialah iman kepada rasul-rasul Allah agar kita dapat

mengikuti jejak langkahnya, dan menghias diri dengan meniru akhlak

para rasul itu.

Kelima: ialah iman kepada hari akhir yang dapat menjadi motivasi

yang terkuat untuk mengajak kita berbuat kebaikan dan menjauhi

keburukan atas dasar keyakinan bahwa segala sesuatu akan dibalasi

dengan pembalasan yang seadil-adilnya.

Keenam: ialah iman kepada takdir yang dapat memberikan bekal

kekuatan kepada kita untuk menanggulangi segala macam rintangan,

kesengsaraan dan kesukaran.

Aqidah itu tujuan utamanya adalah memberikan pendidikan

yang baik untuk menempuh jalan kehidupan, dan mengarahkannya

untuk mencapai sifat-sifat yang luhur. Aqidah juga merupakan sumber

inspirasi dan motivasi untuk melahirkan amal sholeh. Seperti

dikemukakan oleh Hassan Hanafi (2003:11), akidah bukanlah tujuan,

melainkan medium yang dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan

praktis. Keyakinan merupakan komponen psikologis, bukan hakikat

teoritis, formulasi kebahasaan, atau fakta sejarah yang berdiri sendiri.

Akidah tidak membahas sesuatu tetapi mengarahkan perilaku. Ia

menjadi pendorong tindakan dan pembangkit aktivitas yang

menyatukan niat dan mengejawantahkan tujuan. Akidah sebagai motor

penggerak manusia. Akidah merupakan ethos yang tidak mungkin

digambarkan dengan pemikiran dan diungkapkan dengan rumusan

logika.

Page 81: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

78

BAB V

SYARI'AH

A. Pengertian Syariah, Fiqh dan Hukum Islam.

Sebagian kalangan ada yang alergi mendengar kata Syari‟ah

(Syari‟at Islam), lebih-lebih bila dikaitkan dengan kehidupan

bernegara. Seakan-akan nilai-nilai Syari‟ah tidak terkait sama sekali

dengan kehidupan selain ibadah-ibadah khas (ibadah mahdhah).

Misalnya ketika mereka mendengar ungkapan-ungkapan berikut: Mari

kita tegakkan syari‟at Islam, Mari kita landasi kehidupan kita di atas

syari‟ah, dsb. Mereka lalu berkomentar, “Indonesia bukan negara

Islam, Indonesia adalah negara Pancasila”. Memang masih ada

sebagian orang mempersepsikan syari‟ah sebagai sesuatu yang

menakutkan, mereka membayangkan bila syari‟ah itu ditegakkan dalam

kehidupan bernegara, maka akan diberlakukan hukum potong tangan

bagi setiap pencuri, hukum rajam atau dera bagi setiap pelaku zina, dan

hukum rajam bagi se pembunuh. Seakan-akan itulah yang dianggap

syari‟ah Islam sehingga syari‟ah menjadi momok yang amat ditakuti.

Padahal jenis hukuman yang disebutkan itu baru satu aspek saja dari

syari‟at Islam yang terkait dengan hukum pidana (hudud). Untuk itu

kita harus kembali kepada pengertian syari‟ah secara utuh dengan

memperhatikan aspek-aspek yang terkait dengan syari‟ah tersebut serta

ruang lingkupnya. Setelah membaca topik ini diharapkan anda dapat

membedakan syari‟at Islam dengan Hukum Islam dan Fikih (fiqh) serta

memahami kaitan syari‟ah dengan akidah dan akhlak.

1. Pengertian Syariah

Secara etimologi kata syari‟ah berarti “sumber air/aliran air yang

digunakan untuk minu. Dalam perkembangannya, kata syari‟at

digunakan orang Arab untuk mengacu kepada jalan (agama) yang lurus

(al-thariqat al mustaqim), karena kedua makna tersebut mempunyai

keterkaitan makna (Dahlan, Ed., 2006:334). Bila kata hukum dirangkai

dengan kata syara‟ yaitu Hukum Syara‟ berarti: “Seperangkat peraturan

berdasarkan kepada ketentuan Allah tentang tingkah laku manusia yang

diakui dan diyakini berlaku serta mengikat untuk semua umat yang

beragama Islam”. (Amir Syarifuddin I, 1997:281). Sehubungan dengan

ini Allah berfirman yang artinya:

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu

syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu

dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak

mengetahui” (Q.S.45:18).

Page 82: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

79

Istilah syara‟ juga sering disebut dengan hukum. Dua istilah ini

secara terminologi sama, bahkan istilah syara‟ dalam pemakaiannya

dipersempit pada aspek-aspek hukum yang dipahami sekarang yaitu

aturan-aturan Allah berkenaan dengan kehidupan atau aktivitas

manusia.

Selanjutnya Allah berfirman:

Artinya: “... untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan

dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu

dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu

terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat

kebajikan hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”

(Q.S.5:48).

Dan firman Allah:

Artinya: “Dan Tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri

yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari

Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di

sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari

yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.

Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka Berlaku fasik”

(Q.S.7:163).

Bila kita perhatikan ketiga ayat

diatas berisi kandungan makna syari‟ah yang berarti

peraturan. Meskipunmasing-masingnya diungkapkan dalam bentuk

kata yang berbeda dari akar-kata yang terbentuk dari ع-ز-ش , namun

tetap mengandung makna yang sama. Dengan demikian jelaslah bahwa

konotasi kata syari‟ah itu dapat menampung beberapa makna di dalam

bahasa Indonesia yakni peraturan, hukum atau undang-undang. Bahkan

kata syara‟ itu sendir juga sudah terserap kedalam bahasa daerah yaitu

sarak (Minangkabau) yang berarti peraturan Islam atau agama Islam.

Seperti terungkap dalam sebuah adagium “Adat basandi sarak, sarak

basandi Kitabullah” (Adat bersendikan syari‟at, syari‟at bersendikan

Kitabullah), yang menjadi falsafah hidup masyarakat Minangkabau.

Mungkin juga ungkapan serupa ada di daerah lain yang berpenduduk

mayoritas muslim.

Sebagian ahli membedakan antara syari‟at dalam arti yang

terbatas dan syari‟at dalam arti yang luas. Misalnya Zaki Yamani

(1974:14) mengemukakan, syari‟ah dalam pengertian yang sempit

terbatas pada hukum-hukum yang tegas yang tak dapat digugat, berasal

dari Al-Qur`an dan Sunnah yang sah atau ditetapkan oleh ijma‟.

Page 83: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

80

Syari‟at dalam arti yang terbatas ini sebagai alat untuk memecahkan

masalah. Sedangkan syari‟at dalam pengertian yang luas menurut Zaki

Yamani (1974:13), mencakup segala apa yang telah dibukukan oleh

ahli-ahli fikih Islam tentang masalah-masalah yang terjadi di masa

mereka atau yang mereka harapkan akan terjadi dengan menariknya

langsung dari Al-Qur`an dan Sunnah atau dari sumber-sumber

yurisprudensi lainnya seperti ijima‟, qiyas, istihsan, istishab dan

mashalih-mursalah. Barangkali yang dimaksud Syari‟at oleh Yamani

dalam konteks ini ialah hukum Islam. Bahwa sumber hukum Islam itu

terdiri dari sumber-sumber pokok yakni Al-Qur`an dan Hadis, dan

sumber tambahan atau pengembangan terhadap kedua sumber tersebut

yakni ijtihad. Ijtihad akan melahirkan pandangan-pandangan hukum

yang lebih luas dan bervariasi yang disebut dengan mazhab. Masalah

ijtihad dapat dilihat pada Bab yang membahas tentang Sumber-Sumber

Ajaran Islam.

2. Syari’at, Hukum Islam dan Fikih (fiqh)

Kata hukum berasal dari bahasa Arab حى yang secara etimologi

berarti memutuskan, menetapkan dan menyelesaikan. Sebagaimana

firman Allah dalam Q.S. Al-Nisa` ayat 105 berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu

dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia

dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah

kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena

(membela) orang-orang yang khianat” (Depag RI, 1989:139).

Kata litahkuma dalam ayat ini mengandung makna hukm yang berarti

memutuskan perkara atau mengadili[1].

Pengertian kata hukum memiliki rumusan yang sangat luas.

Meskipun demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum itu

adalah “seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang

ditetapkan dan diakui oleh suatu negara atau kelompok

masyarakat” (Amir Syarifuddin I, 1997:281). Jadi hukum sangat erat

kaitannya dengan keberadaan sebuah masyarakat. Bahkan dalam

kehidupan masyarakat dengan tingkat pola kehidupan yang lebih tinggi

peran hukum sangat sentral. Sebaliknya dalam pola kehidupan

masyarakat dengan peradaban yang lebih rendah, peran hukum juga

lebih rendah. Seperti dikemukakan oleh Nurcholis Madjid (1992:314),

wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad dalam periode Madinah

menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan mencerminkan

pentingnya peran hukum. Lebih jauh dia ungkapkan, karena pentingnya

Page 84: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

81

segi tertib hukum, Nabi Saw mengatur dan menerima masyarakat

Madinah sebagai suatu negara (city state) dengan sistim hukum yang

tegas. H.R. Gibb dalam Rifyal Ka‟bah (1999:35) mengemukakan,

hukum dalam pandangan ilmuan muslim merupakan aspek praktis

doktrin social dan keagamaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.

Adapun kata fikih (fiqh) pada awalnya meliputi pengertian usaha untuk

mengkaji serta mendalami ilmu-ilmu keagamaan (Islam) secara

keseluruhan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.9:122:

Artinya: “mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya” (Depag RI, 1989:301-302).

Kata fikih yang terkandung dalam ayat di atas mengandung makna

mengkaji secara mendalam untuk sampai kepada suatu pemahaman.

Dengan demikian, fikih bertujuan memberikan pemahaman tentang

agama Islam secara keseluruhan. Seperti dikemukakan oleh Agil

Almunawwar (2002:255), fikih dan ushul fikih sudah ada pada zaman

Rasulullah dan telah berakar pada pribadi beliau hanya saja belum ada

klasifikasi dan kodifikasinya. Pada perkembangan selanjutnya fikih

mengandung penyempitan arti yakni pemahaman terhadap syari‟at

Islam yang khusus di bidang hukum. Sedangkan menurut H.R.Gibb

dalam Rifyal Ka‟bah (1999:35), pada perkembangan terakhir,

kata canon (Yunani) atau qanun (Arab) dipakai untuk menunjukkan

aturan administrative yang berbeda dari hukum yang berasal dari

wahyu atau syari‟at. Fikih merupakan interpretasi (tafsiran) para ulama

terhadap nash Al-Qur`an dan hadis dalam mendudukkan suatu pekara.

Karena fikih itu merupakan tafsiran terhadap nash syari‟ah, maka

pembicaraan fikih bisa menjadi luas dan menampung banyak

perbedaan pendapat yang melahirkan mazhab. Seperti diungkapkan

oleh Muhammad Jawad Mughniyah (2001:xx), “Fikih adalah sebuah

lautan yang tidak diketahui tepinya”. Ulama fikih dan ushul fikih

menyatakan bahwa fikih merupakan pemahaman yang mendalam

dari an-nushush al-muqaddasah (teks-teks suci, Al-Qur`an dan hadis)

dan merupakan upaya mujtahid dalam menangkap makna serta ilat

yang dikandung oleh al-nushush al-muqaddasah tersebut. Dengan

demikian, fikih merupakan hasil ijtihad ulama terhadap ayat Al-Qur`an

atau sunnah Nabi Saw. (Dahlan, Ed., 2006:334).

Dapat dikatakan bahwa fikih merupakan hukum terapan

terhadap syari‟at Islam yang terkandung dalam Al-Qur`an dan hadis.

Misalnya, apabila Al-Qur`an megaskan perintah shalat dengan

Page 85: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

82

ungkapan ألىااصلة (dirikanlah shalat!), maka fikih menjelaskan

tentang hukum wajib atau tidaknya, tatacara (kaifiyat) serta rukun dan

syaratnya. Begitu pula tentang pengamalan terhadap bidang-bidang

syari‟at yang lainnya seperti bidang muamalat, munakahat, mawarits,

jinayat dan jihad memerlukan fikih. Fikih bersifat normatif dan lebih

menekankan kepada aspek legal formal tentang pengamalan

syari‟ah/ibadah. Ini bebeda dengan kajian akidah atau akhlak yang

lebih menekankan kepada aspek keimanan dan moral/etika. Fikih lebih

banyak berbicara tentang aspek zhahiriah (eksoterik) agama,

sedangkan akidah dan akhlak berbicara lebih kepada

aspek bathiniyah (esetorik) agama.

Namun, ulama Ushul fiqh dan ulama fiqh berbeda pendapat

dalam memberikan pengertian hukum syar‟i. Ulama ushul fiqh seperti

Muhamad Ali ibnu Muhamad al-Syaukani berpendapat bahwa hukum

syar‟i itu adalah “tuntutan Allah Ta‟ala yang berkaitan dengan

perbuatan orang mukalaf, baik berupa tuntutan, pilihan atau

menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah, batal,

ruhkhsah atau azimah” (Nasrun Haroen 1, 1995:208). Sedangkan ulama

fiqih berpendapat bahwa “hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh

khitab (tuntutan) Syar‟i berupa wujub, mandub, hurmah, karahah dan

ibahah. Perbuatan yang dituntut itu menurut mereka disebut wajib,

sunah, haram, makruh dan mubah. (Nasrun Haroen, 1995:210).

Perbedaan itu sebenarnya karena adanya perbedaan sudut pandang di

antara mereka. Ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang disebut

hukum itu adalah dalil itu sendiri baik Al-Qur‟an maupun sunnah Nabi,

sedangkan ulama fiqh tidak membedakan antara dalil dengan akibat

yang ditimbulkan dalil itu. Karena itu keduanya mereka sebut dengan

“al-wujub” dan perbuatannya mereka sebut dengan „al-wajib”. Terlepas

dari perbedaan-perbedaan itu, yang jelas apa yang disebut sebagai

hukum Islam itu meliputi syari‟ah sebagi landasannya, ushul fikih

sebagai metodologinya dan fikih sebagai produknya.

Hukum Islam sepanjang sejarah telah mengalami tahapan-

tahapan pembinaan dan pengembangannya. Adapun periode hukum

Islam itu seperti dikemukakan oleh Hudhari Beik (1980:4) sebagai

berikut: (1). Periode Nabi Muhammad, yaitu periode peletakan pokok-

pokok (asas) yang disandarkan pada diri beliau, (2). Periode Sahabat

Besar, yaitu ditandai dengan berakhirnya Khulafah Rasyidun, (3)

Periode Sahabat Kecil dan Tabi‟in yang ditandai dengan berakhirnya

abad pertama hijriah atau sedikit sesudahnya, (4) Periode munculnya

fikih sebagai cabang ilmu pengetahuan. Periode ini ditandai dengan

munculnya para fuqaha` yang menjadi tumpuan taqlid, serta murid-

Page 86: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

83

murid yang menerangkan pendapat-pendapat mereka. Periode ini

berakhir dengan berakhirnya abad ketiga hijriah, (5) Periode pembinaan

hukum yang di dalamnya terdapat pendapat para imam serta munculnya

karangan-karangan besar beserta masalah-masalah yang banyak. Masa

ini berakhir dengan berakhirnya masa daulah Abbasiyah di Bagdad, (6)

Pembinaan hukum pada masa taqlid semata-mata. Periode ini

berlangsung sejak sesudah periode kelima sampai sekarang.

B. Pembahagian Hukum Islam

Berdasarkan berbagai definisi dan pandangan tentang hukum

Islam seperti yang dikemukakan di atas, ulama ushul fiqh membedakan

hukum Islam itu menjadi dua bentuk hukum yang terdiri atas hukum al-

taklifi dan wadh‟i.

1. Hukum taklifi

Hukum taklifi adalah titah Allah yang berbentuk tuntutan dan

pilihan. Dinamakan hukum taklif karena titah ini langsung mengenai

perbuatan orang yang sudah mukallaf. Yang dimaksud dengan mukallaf

dalam kajian hukum Islam adalah setiap orang yang

sudah baligh (dewasa) dan waras. Anak-anak, orang gila/mabuk dan

orang tertidur tidak termasuk kedalamnya, maka segala tindakan yang

mereka lakukan tidak dapat dikenakan sanksi hukum. Ada dua bentuk

tuntutan di dalam hukum Islam, yaitu tuntutan untuk mengerjakan dan

tuntutan untuk meninggalkan. Dari segi kekuatan tuntutan tersebut

terbagi pula ke dalam dua bentuk yaitu tuntutan yang bersifat mesti dan

tuntutan yang tidak mesti, dan pilihan yang terletak di antara

mengerjakan dan meninggalkan.

Menurut Al-Amidi, (1983:91) hukum taklif itu ada empat

dengan tidak memasukkan al-ibahah(pilihan) karena yang dimaksud

dengan taklif itu adalah beban kepada orang mukallaf baik untuk

mengerjakan atau meninggalkan. Sedangkan menurut jumhur ulama

hukum taklif itu ada lima macam yang disebut juga dengan hukum

yang lima (al-ahkam al-khamsah).

(1)Wajib, yaitu tuntutan yang mengandung suruhan yang mesti

dikerjakan, sehingga orang yang mengerjakan mendapat

ganjaran (pahala), dan kalau ditinggalkan mendapat ancaman (dosa),

seperti firman Allah dalam Q.S 4: 36 yang terjemahannya sebagai

berikut:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu

agar kamu bertakwa (Depah RI, 1989:44).

Page 87: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

84

(2)Sunat, yaitu tuntutan yang mengandung suruhan tetapi tidak mesti

dikerjakan, hanya berupa anjuran untuk mengerjakannya. Orang yang

melaksanakan mendapatkan ganjaran (pahala). Karena kepatuhan-nya,

tetapi bila tuntutan itu ditinggalkannya tidak mendapat ancaman dosa

seperti firman Allah SWT dalam Q.S.2:282 yang terjemahannya

sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. (Depag. R.I, 1984:70 ).

Pengaruh tuntutan terhadap perbuatan disebut juga nadb dan perbuatan

yang dituntut disebutmandub dalam istilah yang lebih popularnya ialah

sunat.

(3)Haram, yaitu tuntutan yang mengandung larangan yang mesti

dijauhi. Bila seseorang telah meninggalkannya berarti dia telah patuh

kepada yang melarang, karena itu dia mendapat ganjaran dalam bentuk

pahala. Orang melanggar larangan tersebut berarti dia telah

mengingkari tuntutan Allah, karena itu ia mendapat

ancaman (dosa) seperti firman Allah SWT dalam Q.S 17: 23 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“.....Janganlah kamu mengatakan “ah” kepada ibu bapamu, dan

janganlah kamu menghardik keduanya, katakanlah kepada keduanya

perkataan yang mulia.” (Depag. R.I, 1984:427 ).

Pengaruh tuntutan terhadap perbuatan disebut “hurmah” sedangkan

perbuatan yang dilarang secara pasti itu disebut “muharram atau

haram”.

(4)Makruh, yaitu tuntutan yang mengandung larangan tetapi tidak mesti

dijauhi. Artinya orang yang meninggalkan larangan berarti telah

mematuhi yang melarangnya, karena itu ia berhak mendapat ganjaran

pahala. Tetapi karena larangan tersebut tidak bersifat mesti, maka orang

yangmelanggarnya tidak dapat disebut menyalahi yang melarang, dan

tidak berhak mendapat ancaman dosa seperti sabda Nabi SAW

(terjemahnya):

“Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhainya, Rasulullah SAW

bersabda, perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah

Thalak (HR. Abu Daud, Ibn Majah dan dishahihkan Hakim)”. (Al-

Shan‟ani, hal: 168)

Page 88: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

85

Pengaruh larangan yang bersifat tidak mesti itu terhadap perbuatan

disebut dengan “karahah”,sedang perbuatannya disebut “makruh”.

(5)Mubah, yaitu titah Allah SWT yang memberikan titah kemungkinan

untuk memilih antara mengerjakan atau meninggalkan, dalam hal ini

tidak ada tuntutan baik mengerjakan atau meninggalkan. Bila seorang

mengerjakan dia tidak diberi ganjaran dan tidak pula ancaman atas

perbuatannya itu. Dia juga tidak dilarang berbuat, karena itu bila dia

melakukan perbuatan itu dia tidak diancam dan tidak diberi ganjaran

seperti firman Allah SWT dalam Q.S 2: 229 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“ Talak (yang dapat dirujuk) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma‟ruf atau menceraikan dengan cara yang baik

...”. (Depag,R.I,1984:55).

Pengaruh titah ini terhadap perbuatan disebut juga “ibahah”,

dan perbuatan yang diberi pilihan untuk berbuat atau tidak itu disebut

“mubah”.

2. Hukum Wadh‟i

Hukum wadh‟i ini merupakan pra-syarat bagi terlaksananya hukum

taklifi. Ulama ushul fiqh membagi hukum wadh‟i menjadi lima macam

yaitu: “sabab, syarth, mani‟, shah dan bathil” (Nasrun Haroen, 1995:

40). Sedangkan menurut Al-Amidi hukum taklifi itu ada tujuh macam

yaitu: “sabab, syarth, mani‟, shah, bathil, azimah dan rukhsah” (Al-

Amidi, 1983: 91).

(1) Sabab, yaitu titah yang menetapkan bahwa sesuatu itu dijadikan

sebab bagi wajib dikerjakannya suatu pekerjaan, seperti firman Allah

SWT dalam surat Q.S 17:78 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dirikanlah sholat sesudah matahari tergelincir ... (Depag, R.I,

1984:436).

Misalnya, seorang muslim yang sudah bersiap-siap untuk

mengerjakan shalat zuhur, ia sudah berwudhu` dan berbusana lengkap

untuk shalat, belum boleh mengerjakannya sebelum matahari

tergelincir di hari itu. Tergelincirnya matahari menjadi sebab bagi

wajibnya melaksanakan shalat zuhur pada hari itu. Keterkaitan antara

hukum wadh‟i dan hukum taklifi dalam hal ini adalah bahwa hukum

Page 89: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

86

wadh‟i merupakan petunjuk untuk melaksanakan hukum taklifi. Itulah

yang dimaksud dengansabab dalam pembicaran hukum wadh‟i.

(2) Syarath, yaitu titah yang menerangkan bahwa sesuatu itu dijadikan

syarat bagi sesuatu seperti sabda Nabi SAW (terjemahnya):

“... Sesungguhnya Allah tidak menerima sholat salah seorang di antara

kamu bila dia berhadas hingga dia berudhu. H.R. Syaikhani. (Al-

Shan‟ani I, tth : 40).

Shalat tidak dapat dilaksanakan tanpa wudhuk, tetapi seseorang yang

dalam keadaan berwudhu tidak otomatis harus mengerjakan

shalat karena berwudhuk itu merupakan salah satu syarat sahnya

sholat. Jadi suatu hukum taklifi tidak dapat dilaksanakan sebelum

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan syara‟. Oleh sebab itu

berwudhu‟ (suci) merupakan syarath sahnya shalat.

(3) Mani‟ (penghalang), yaitu sesuatu yang nyata keberadaannya

menyebabkan tidak ada hukum. Misalnya sabda Rasulullah SAW

kepada Fatimah binti Abi Hubeisy (terjemahnya):

“...Apabila datang haid kamu tinggalkanlah sholat, dan apabila

telah berhenti, maka mandilah dan sholatlah” H.R Bukhari. (Al-

Asqalany, I tth: 63).

Seorang perempuan muslimah yang sudah bersiap-siap lengkap

dengan mukenah dan sajadah untuk mengerjakan shalat, namun sesa‟at

menjelang masuknya waktu shalat ia kadatangan darah haid, maka

dengan sendirinya kewajiban shalatnya jadi gugur. Maka kedatangan

darah haid bagi seorang perempuan muslimah

disebut mani‟ (penghalang) dalam pembicaraan hukum wadh‟i. Dari

contoh-contoh di atas jelas keterkaitan antara sabab, syarat dan mani‟

sangat erat.

(4) Shah, yaitu suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara‟.

Maksudnya hukum itu dikerjakan jika ada penyebab, memenuhi syarat-

syarat dan tidak ada sebab penghalang untuk melaksanakannya.

Misalnya, mengerjakan shalat zuhur setelah tergelincir matahari sabab

(sabab), telah berudhuk (syarath), dan tidak ada penghalang (mani‟)

seperti haid, nifas dan sebagainya, maka hukumnya adalah sah.

Page 90: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

87

(5) Bathil, yaitu terlepasnya hukum syara‟ dari ketentuan yang

ditetapkan dan tidak ada akibat hukum yang ditimbulkannya, seperti

batalnya jual beli dengan memperjualbelikan minuman keras, karena

minuman keras itu tidak bernilai harta dalam ketentuan hukum syara‟.

Dalam bahasa Indonesia disebut batal. Suatu ibadah dianggap batal

apabila tidak memenuhi rukun dan syarat atau terdapat sesuatu yang

membatalkannya.

Sebagian ulama juga memasukkan perkara „azimah dan rukhshah ke

dalam pembicaraan hukum wadh‟i. Amir Syarifuddin misalnya,

sependapat dengan Al-Amidi bahwa azimah dan rukhsah adalah

bahagian dalam pembicaraan hukum wadh‟i itu (Syarifuddin I,

1997:28). „Azimah, yaitu hukum asal atau pelaksanaan hukum taklifi

berdasarkan dalil umum tanpa memandang kepada keadaan mukallaf

yang melaksanakannya, seperti haramnya bangkai untuk umat

Islam. Rukhsah, yaitu keringanan atau pelaksanaan hukum taklifi

berdasarkan dalil yang khusus sebagai pengecualian dari dalil yang

umum karena keadaan tertentu seperti boleh memakan bangkai dalam

keadaan tertentu, walaupun secara umum memakan bangkai itu haram.

Atau keringanan yang diberikan kepada orang sakit dan musafir untuk

menjamak dan menqashar shalatnya atau meninggalkan kewajiban

berpuasa di bulan Ramadhan.

C. Tujuan, Prinsip dan Watak Syari’ah Islam Tujuan utama syari‟ah adalah membimbing umat manusia untuk

menempuh jalan yang benar menuju ridha Allah agar tercapai

keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Syari‟ah

mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang dari berbuat

kemungkaran adalah untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan

hidupnya. Setiap perintah dan larangan yang terdapat dalam syari‟ah

bila diperhatikan dengan akal sehat pastilah berujung pada kebaikan

diri manusia. Tak satupun dari apa yang diperintahkan atau yang

dilarang Allah dalam syari‟ah Nya akan membawa kepada

kesengsaraan manusia. Jadi aturan-aturan dalam syari‟ah itu ibarat

rambu-rambu jalan raya yang berisi perintah, larangan, atau petunjuk

arah dan petunjuk lainnya bagi para pengguna jalan agar mereka

selamat sampai di tujuan. Jika tujuan hidup manusia adalah tercapainya

kebahagiaan dunia dan akhirat (Q.S.2:201), maka syari‟ah adalah jalan

yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan dimaksud. Untuk itu

dalam pelaksanaannya syari‟ah mempunyai lima prinsip umum yang

dikemukakan oleh Supan Kusumamiharja, (1978:207-208) antara lain:

(a) Sesuai dengan fitrah manusia

Page 91: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

88

Allah menegaskan tentang kesesuaian syariah dengan potensi manusia

di antaranya dalam Q.S30:30 dan Q.S 2:185. Dua ayat tersebut

menjelaskan bahwa seluruh aturan yang ada dalam syari‟ah tidak ada

yang tidak bisa dilakukan oleh manusia sesuai dengan situasi dan

kondisinya masing-masing. Bahkan Allah menghendaki ke-mudahan

bagi manusia, bukan kesukaran.

(b) Luwes dalam pelaksanaannya

Allah menjelaskan tentang keluwesan syariah tersebut dalam Q.S

2:173, bahwa hal-hal yang diharamkan dalam suatu keadaan dan

kondisi tertentu, dapat menjadi halal dalam keadaan dan kondisi lain,

yaitu dalam keadaan terpaksa. Contoh lain seperti yang dijelaskan

dalam hadis Rasul riwayat Bukhari, (Al-Asqalany, tth: 99) bahwa bagi

orang yang tidak mampu mengerjakan shalat dalam keadaan berdiri,

maka ia boleh melakukannya sambil duduk, dan selanjutnya boleh

sambil berbaring.

(c) Tidak memberatkan

Semua syariat Allah tidak ada yang berat sehingga manusia tidak

mampu melaksanakannya. Contoh ibadah shalat yang diwajibkan lima

kali dalam 24 jam , yang hanya membutuhkan waktu minimal kira-kira

5x7 menit = 35 menit, zakat harta hanya berkisar 2,5%, 5% dan 10%,

ibadah haji cukup sekali seumur hidup, begitu juga dengan benda-

benda yang di-haramkan hanya sebahagian kecil apabila diban-dingkan

dengan yang dihalalkan.

(d) Penetapan hukum secara bertahap.

Allah mengharamkan suatu hal tidak secara langsung, melainkan

melalui tahapan. Contoh pengharaman minuman keras, tidak langsung

sekaligus dilarang tetapi berangsur-angsur setahap demi setahap sampai

akhirnya diharamkan. Allah SWT menurunkan ayat larangan minuman

keras dengan larangan secara bertahap. Prosesnya diawali dengan

turunnya Q.S 2:219 yang menyatakan bahwa pada khamar dan judi

terdapat dosa besar dan ada manfaatnya bagi manusia, tetapi dosa

keduanya lebih besar dari manfaatnya. Setelah itu Allah

turunkan Q.S 4:43 berupa larangan mendekati shalat bagi orang-orang

yang sedang mabuk.

Kemudian Allah turunkan Q.S 5:90 yang menyatakan secara tegas

tentang haramnya minuman keras dan ditegaskan oleh hadis Rasul

walaupun sedikit diminum maka statusnya sama, yaitu hukumnya

haram.

(e) Tujuan syari‟ah adalah keadilan.

Pencapaian keadilan di dalam syariah secara eksplisit tampak pada

adanya penjelasan tentang pokok-pokok akhlak yang baik yang

Page 92: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

89

terdapat didalam syariat tersebut. Allah menjelaskan hal itu di dalam

Q.S 16:90.

Syari‟ah Islam mempunyai tiga watak yang tidak berubah-

rubah yaitu: 1) takammul (lengkap), 2) wasthiyyah (pertengahan/

moderat) dan 3) harakah (dinamis). Watak takammul memperlihatkan

bahwa syari‟ah itu dapat melayani golongan yang tetap pada apa yang

sudah ada (konsisten), dan dapat pula melayani golongan yang

menginginkan pembaharuan. (Dahlan II, ed. 1997: 577)

Konsep wasthiyah menghendaki keselarasan dan

keseimbangan antara segi kebendaan dan segi kejiwaan. Keduanya

sama-sama diperhatikan tanpa mengabaikan salah satu dari padanya.

Watak wasthiyah ini seperti diekukakan oleh Yusuf Al-Qradhawi

(2000:141) ialah adanya keseimbangan antara dua jalan atau dua arah

yang saling berhadapan atau bertentangan, dimana salah satu di antara

dua jalan dimana salah satu dari dua jalan tadi tidak bisa berpengaruh

dengan sendirinya sambil mengabaikan yang lain. Seperti antara

aspek ruhiyah (spiritualisme) dengan madiyah (materialisme),

fardiyah (individu) dengan jama‟iyah (kolektif), waqi‟iyah (realitas)

dengan mitsaliyah (idealisme), tsabit (tetap) dengan taghayyur

(perubahan)[2] dsb. Misalnya dalam hal berpakaian, Al-Qur`an

menyebutkan dalam surat Al-A‟raf ayat 31 yang terjemahnya:

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap

(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan.”

Menurut Mufti Agung Mesir, Ali-Jum‟ah (2013:212), konteks ayat

ini mencakup buat semua anak Adam, baik laki-laki maupun

perempuan, muslim ataupun non muslim. Yang dimaksud dengan

pakaian yang indah di sini ialah pakaian yang menutup aurat..... Ayat

ini tidak menentukan jenis dan bentuk pakaian yang harus dipakai,

karena Islam mempunyai syari‟at yang relevan di setiap masa dan

tempat. Pesan ayat tersebut, hendaklah manusia mengenakan pakaian

yang indah setiap bertemu dengan orang lain sesuai dengan

kemampuannya. Selain itu, hendaklah selaras dengan kebiasaan di

masanya dan adat istiadat kaumnya. Rasulullah tidak pernah memiliki

pakaian khusus yang berbeda dengan pakaian orang-orang di masanya.

Beliau juga tidak pernah membuat bentuk khusus pakaian, agar tidak

menyusahkan umatnya.

Sedangkan dari segi harakah (kedinamisan), syari‟ah mempunyai

kemampuan untuk bergerak dan berkembang. Untuk mengiringi

perkembangan itu di dalam syari‟ah ada konsep ijtihad. (anda sudah

Page 93: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

90

mempelejarinya pada bab sebelumnya). Selain watak yang tiga ini,

Yusuf Al-Qardhawi (2000:117) menyebutkan bahwa syari‟at Islam itu

juga bersifat syumul dalam arti bahwa syari‟at Islam meliputi semua

zaman kehidupan dan eksistensi manusia.

Dengan demkian jelas bahwa syari‟ah itu mengakomodasikan

semua hajat/kebutuhan hidup manusia. Mulai dari aspek yang sekecil-

kecilnya seperti tatacara wudhu` dan bersuci (Q.S.5:6) sampai kepada

persoalan kenegaraan atau pemerintahan (Q.S.4:58-59) bahkan

hubungan antarbangsa (Q.S.49:13) dan hubungan antar umat beragama

(Q.S.60:8-9).

D.Ruang Lingkup Syari’t Islam

Syari‟at Islam memiliki ruang lingkup yang lebih luas bila

dibandingkan dengan bidang yang lainnya seperti akidah dan akhlak.

Apabila ajaran Islam itu diibaratkan dengan sebatang pohon dimana

akidah sebagai urat tunggang atau akarnya dan akhlak sebagai buahnya,

maka syari‟ah itu adalah sebagai batang, dahan, cabang, ranting serta

daun-daunnya. Secara garis besar ruang lingkup syari‟ah meliputi

aturan-aturan atau hukum yang mengatur hubungan manusia dengan

Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia

dengan alam semesta meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan serta

lingkungan hidup. Hubungan antara manusia dan Allah

(hablumminallah) diselenggarakan melalui ibadah atau ketaatan.

Ibadah dapat dibedakan dalam dua kelompok:Pertama, ibadah khusus

(ibadah mahdhah) yaitu ibadah-ibadah yang dilaksanakan sesuai

dengan pola-pola yang sudah digariskan oleh sunnah Rasulullah dan

tidak boleh ditambah atau dikurangi baik tatacaranya, waktunya,

maupun rukun dan syarat-syaratnya bahkan juga tempat

melaksanakannya. Misalnya, thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa,

naik haji, kurban dan akikah. Ibadah-ibadah seperti ini disebut juga

dengan ibadah dalam arti khusus (ibadah khash). Tujuan utama ibadah

ini adalah mendidik kepatuhan/ketaatan seorang hamba kepada sang

Khaliq, selalu merasa dekat (taqarrub) kepada-Nya agar tercapai

akhlak yang mulia (al-akhlaq al-karimah).

Kedua, disebut ibadah umum (ibadah ghairu mahdhah).

Ibadah dalam bentuk yang kedua ini tidak mempunyai persyaratan yang

begitu ketat sebagaimana ibadah khusus. Ruang lingukup ibadah ini

cukup luas, hampir meliputi semua aspek kehidupan serta aktivitas

manusia. Ada tiga persyaratan ibadah ghairu mahdhah ini yaitu; (1)

Perbuatan (amal) yang baik dan benar, (2) dikerjakan dengan landasan

niat yang ikhlas, dan (3) betujuan mencari keridhaan Allah. Karena itu,

lingkup syari‟ah yang lain-lainnya seperti mu‟amalah, munakahat,

Page 94: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

91

pelaksaan hukum mawaris (kewarisan), pelaksanaan hukum jinayat

(pidana), pelaksanaan hukum pemerintahan/kenegaraan (siyasah), jihad

dsb tidak terlepas dari unsur-unsur ibadah apabila memenuhi ketiga

persyaratan tersebut

E. Aplikasi Syariah (Hukum Islam)

Aplikasi atau pelaksanaan hukum Islam sebagaimana yang telah

disebutkan di atas selain bertujuan menunjukkan kepatuhan kepada

Allah SWT dan mencapai ridhaNya juga untuk memberikan

panduan/bimbingan kepada manusia dalam menempuh kehidupannya

demi terwujudnya atau terciptanya keselamatan dunia dan kebahagiaan

akhirat (Q.S 51:56; Q.S. 2:201). Berdasarkan tujuan tersebut menurut

Amir Syarifuddin I (1997: 5), hukum Islam itu mengandung dua bidang

pokok, yaitu:

(1) Kajian tentang perangkat peraturan terinci yang bersifat amaliah

dan harus diikuti umat Islam dalam kehidupan beragama, yang disebut

dengan fiqih, (2) Kajian tentang ketentuan serta cara dan usaha yang

sistematis dalam menghasilkan perangkat peraturan yang terinci itu

disebut usul fiqih.

Fiqh dan ushul fiqh merupakan dua bahasan yang terpisah,

tetapi saling berkaitan. Pada topik ini yang menjadi bahasan adalah

hukum amaliyah (fiqih) yang pembahasannya dikembangkan dalam

Ilmu Syari‟ah. Ilmu Syari‟ah adalah ilmu yang mengkaji tentang

hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan

penciptanya dan antara sesama manusia dan makhluk lainnya. Aspek

pembahasan hukum ini dibagi menjadi dua bidang ibadah yakni ibadah

mahdhah dan iadah ghairu mahdhah seperti sudah disinggung

terdahulu:

1) ibadah mahdhah

a) Thaharah

Menurut bahasa thaharah berarti bersih dari kotoran. Dan menurut

istilah terdapat perbedaan pendapat ulama, Abdurrahman al-Jaziri

penyusun kitab al-Fiqh ala Mazahib al Arba‟ah berpendapat: thaharah

adalah suatu sifat maknawi yang ditentukan oleh Allah SWT sebagai

syarat sahnya shalat. (Dahlan V, 1997: 1747).

Dasar hukumnya antara lain firman Allah SWT

dalam Q.S 2:222 yang terjemahannya sebagai berikut:

... Sesungguhnya Allah menyenangi orang-orang yang bertaubat, dan

menyenangi orang-orang yang suci (bersih). (Depag, R.I, 1989: 54).

Page 95: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

92

Thaharah dalam ajaran Islam merupakan bagian dari pelaksanaan

ibadah kepeda Allah. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu

sehari semalam dan sebelum melaksanakannya disyaratkan bersuci

terlebih dahulu. Hal ini membuktikan bahwa ajaran Islam sangat

memperhatikan dan mendorong umat Islam untuk membiasakan diri

hidup bersih, indah dan sehat. Karena itu kehidupan umat Islam adalah

kehidupan yang suci dan bersih.

Di samping sebagai suatu kewajiban, thaharah juga

melambangkan tuntunan Islam untuk memelihara kesucian diri dari

segala kotoran dan dosa. Allah yang Maha Suci hanya dapat didekati

oleh orang-orang yang suci, suci fisik dari kotoran dan suci jiwa dari

dosa. Jadi thaharah berarti membersihkan diri lahir dan batin, jasmani

dan rohani dari hadas, najis dan penyakit rohani seperti syirik, ria,

sombong dan sifat-sifat tercela lainnya.

Adapun alat untuk bersuci adalah air untuk wudhuk dan mandi dan

tanah atau debu untuk tayamum. Bersuci dari hadas dengan

jalan wudhuk dan mandi, dalam keadaan tertentu dapat diganti dengan

tayamum. Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat

dengan cara menghilangkan warna, bau, bentuk dan rasa najis

tersebut. Bersuci dari penyakit rohani dengan memohon ampun kepada

Allah SWT, dan meluruskan niat kembali untuk menghilangkan

penyakit rohani itu.

b) Shalat

Secara bahasa shalat berarti do‟a sebagaimana firman Allah SWT

dalam Q.S 9: 103 yang terjemahannya sebagai berikut:

...Dan berdo‟alah untuk mereka, sesungguhnya do‟a, kamu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka (Depag, R.I, 1989: 297).

Shalat menurut istilah berarti suatu ibadah yang mengandung

ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram

dan diakhiri dengan salam. Dasar shalat sebagai salah satu rukun Islam

adalah firman Allah SWT dalam Q.S 2:43 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang

yang ruku‟.”(Depag, R.I, 1989:16).

Selanjutnya firman Allah tentang shalat antara lain ditemui

dalam Q.S 2:238; Q.S 98:5; Q.S4:103. Perintah shalat dapat

dikelompokkan ke dalam perintah wajib dan perintah sunnah. Sholat

fardhu terbagi dua yaitu fardhu ‟ain dan fardhu kifayah. Adapun

perintah yang bersifat fardhu „ain itu adalah perintah kepada individu-

Page 96: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

93

individu dan tidak dapat ditumpangkan kepada orang lain seperti sholat

lima waktu. Perintah yang bersifat fardhu kifayah adalah kewajiban

yang apabila sudah dilaksanakan oleh sebahagian atau sekelompok

muslim maka gugurlah kewajiban muslim yang lainnya seperti sholat

jenazah. Ketentuan shalat ditetapkan oleh syari‟at Islam berdasarkan

Al-Qur‟an dan dicontohkan oleh Nabi SAW. Begitu juga pada shalat

jum‟at dan shalat jenazah. Shalat fardu ain yang lain adalah shalat

jum‟at bagi laki-laki. Shalat jum‟at adalah shalat yang dilakukan pada

hari Jum‟at pada waktu zuhur secara berjamaah dan diawali dengan

dua khutbah. Kewajiban shalat Jum‟at didasarkan pada firman Allah

SWT dalam Q.S 62:9 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

shalat pada hari jum‟at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat

Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu

jika kamu mengetahui” (Depag, R.I, 1989: 933)

Shalat yang fardu kifayah adalah melaksanakan shalat jenazah.

Shalat jenazah mempunyai persyaratan yang sama dengan persyaratan

shalat yang lain, seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian dari

najis, dan menghadap kiblat. Sedangkan rukun shalat jenazah adalah;

niat, takbir 4 kali dengan takbiratul ihram, membaca alfatihah sesudah

takbiratul ihram, membaca salawat kepada Nabi sesudah takbir kedua,

mendoakan mayat sesudah takbir ketiga, doa sesudah takbir yang

keempat, berdiri jika kuasa dan salam.

Kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak pernah berhenti dalam

keadaan apapun, sepanjang berakal sehat, yang disebut dengan azimah,

namun Islam memberikan keringanan yang diberikan kepada orang

yang sedang sakit atau dalam perjalanan, berupa jamak dan qasar.

Adapun jamak adalah mengumpulkan dua shalat pada satu waktu, yaitu

shalat zuhur dengan ashar dan shalat magrib dengan isya. Apabila

shalat ashar dilakukan pada waktu zuhur atau isya dilakukan pada

waktu magrib, disebut dengan jamak taqdim. Apabila shalat zuhur

dilakukan pada waktu ashar atau magrib dilakukan pada waktu „isya

disebut jamak ta‟khir.

Shalat qasar adalah meringkas shalat yang empat rakaat menjadi

dua rakaat, yaitu shalat zuhur, ahsar dan isya. Biasanya shalat jamak

dilaksanakan sekali gus dengan mengqasarnya, sehingga shalat yang

empat-empat rakaat diringkas menjadi dua-dua rakaat. Shalat yang

tidak bisa dijamak adalah shalat subuh, sedangkan shalat yang tidak

bisa diqasar adalah shalat magrib dan shalat subuh. Adapun shalat sunat

juga banyak yang harus dilakukan oleh umat Islam. Dan shalat

Page 97: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

94

sunat nawafil yaitu shalat sunat yang mempunyai waktu tersendiri

seperti shalat „aidaini(dua hari raya), shalat tahiyatul masjid, shalat

kusuf, shalat khusuf, shalat tahajud, shalat dhuha dan lain-lain. Shalat-

shalat sunat tersebut merupakan ibadah khusus, yang dilakukan untuk

mendekatkan diri kepada Allah, membina pribadi dan menjaga diri

supaya tidak terjerumus kepada dosa serta selalu dalam lindungan

Allah SWT.

Shalat memiliki banyak hikmah. Antara lain mendidik orang agar

disiplin dengan waktu, karena ibadah shalat harus dikerjakan pada

waktu yang telah ditentukan. Selain itu, shalat juga mendidik seseorang

muslim untuk hidup dalam keadaan suci bersih. Kesucian dan

kebersihan itu meliputi badan, pakaian, dan tempat. Orang yang shalat

pastilah orang yang mempehatikan dan memelihara kebersihan dan

kesucian. Orang yang shalatnya teratur pastilah ia biasa bangun di

waktu fajar, sedangkan bangun di waktu fajar mengandung banyak

hikmah dan manfaat terhadap kesehatan badan (jasmani) dan jiwa

(ruhani). Shalat juga mengandung makna pembinaan pribadi, yaitu

dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan kemungkaran.

Dengan melakukan shalat perbuatan bisa dikontrol dengan baik karena

setiap waktu shalat dia akan menghadap kepada Allah untuk memohon

petunjuk dan meminta ampunan. Pribadi yang terkontrol sedemikian

rupa akan cendrung bertingkah laku yang baik dan terhindar dari

perbuatan dosa, sehingga setiap selesai shalat dia akan kembali kepada

rutinitasnya dengan jiwa yang bersih.

c) Puasa

Menurut bahasa puasa berarti menahan sebagaimana yang

diungkapkan dalam firman Allah SWT dalam Q.S 19:26 yang

terjemahannya sebagai berikut :

“... Sesungguhnya Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang

Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang

manusiapun hari ini.” (Depag, R.I,1989:465).

Menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan

yang membatalkannya, seperti makan, minum, jimak mulai terbit fajar

sampai terbenam matahari. Dasar hukum puasa ditemui dalam al-

Qur‟an dan sunnah Rasul. Dari al-Qur‟an dasar hukum puasa adalah

firman Allah dalam Q.S 2: 183 yang terjemahannya sebagai berikut:

Page 98: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

95

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga

kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.(Depag, R.I, 1989:44).

Puasa terbagi empat, yaitu puasa wajib, sunat, haram, dan makruh.

Puasa wajib antara lain: Pertama: puasa Ramadhan. Perintah

puasa Ramadhan terdapat di dalam firman Allah SWT dalam Q.S

2:183-185. PuasaRamadhan mulai diwajibkan pada tahun kedua

hijriyah. Kedua: puasa qadha. Puasa qadha yaitu mengganti puasa

Ramadhan yang ditinggalkan. Dalilnya yaitu firman Allah SWT dalam

Q.S 2:184. Ketiga: puasa nazar. Puasa nazar yaitu puasa yang

dikerjakan karena nazar untuk mendekatkan diri kepeda Allah SWT.

Dalil puasa nazar ini terdapat dalam firman Allah SWT Q.S 76:7.

Keempat: Puasa kifarat. Puasa kifarat yaitu puasa sebagai akibat dari

pelanggaran-pelanggaran tertentu seperti: sumpah palsu dengan

melaksanakan puasa selama tiga (3) hari. Dalilnya berdasarkan firman

Allah SWT dalam Q.S 5:89, membunuh orang tidak sengaja dengan

puasa dua bulan berturut-turut berdasarkan Q.S 4:92, melakukan

hubungan seksual pada siang Ramadhan, melakukan zihar yaitu

mengharamkan istri dan menyamakan istri dengan ibu berdasarkan Q.S

58:3-4. Kelima: puasa fidyah. Puasa fidyah yaitu pengganti dari

kewajiban melaksanakan qurban karena pelanggaran peraturan dalam

ibadah hajji, yaitu puasa 3 hari di kota Mekah dan 7 hari lagi di negeri

sendiri. Kewajiban puasa fidyah ini didasarkan pada firman Allah SWT

Q.S 2:196.

Adapun puasa sunat atau tathawwu‟ antara lain: (1) puasa senin

dan kamis, (2) puasa enam hari bulan Syawal, (3) puasa pada tanggal 9

Zulhijjah, (4) puasa pada hari Asyura, (5) puasa pada tiap tanggal 13,

14 dan 15 bulan Qamariah. Puasa haram, antara lain: (1) Puasa terus

menerus (wishal), (2) Puasa pada hari yang diharamkan yaitu hari

tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijjah) dan dua hari raya (1 Syawal dan 10

Zulhijjah), (3) puasa pada hari syak (30 Sya‟ban), (4) puasa seorang

perempuan yang sedang haid atau nipas, dan (5) puasa sunnat seorang

istri yang suaminya sedang berada di rumah sedangkan ia tidak

mengizinkannya. Puasa makruh antara lain: (1) puasa sunat dengan

susah payah (karena sakit atau dalam perjalanan), dan (2) puasa sunat

pada hari Jum‟at atau hari Sabtu saja (kecuali kalau hari Jum‟at atau

Sabtu itu bertepatan dengan hari yang disunatkan puasa).

Kesempurnaan puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan

minum, dan melakukan hubungan suami istri pada siang Ramadhan

saja, tetapi mengandung arti menahan diri dari segala perbuatan yang

Page 99: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

96

tidak sesuai dengan hikmah dan tujuan puasa. Hikmah melaksanakan

puasa antara lain adalah:

(1) Disiplin rohaniah, merupakan pengekangan diri dari perbuatan

yang membatalkan puasa

(2) Pembentukan akhlakul karimah, dengan berpuasa insan dididik

untuk berbuat baik dan mulia

(3) Pengembangan nilai-nilai sosial

(4) Latihan rohani yang dimulai dengan latihan-latihan secara fisik

yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, dal lain-lain.

Puasa memiliki hikmah yang besar bagi yang mengamalkannya.

Karena, puasa adalah ibadah yang mengandung nilai-nilai pendidikan

untuk menahan dan mengendalikan diri dari keinginan-keinginan

negatif atau buruk yang mendorong kepada kejahatan.

d) Zakat

Zakat berarti suci, sedangkan menurut syari‟ah, zakat adalah

memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah mengeluarkannya

kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Pendapat ini

dikemukakan oleh Yusuf Qardawi (Dahlan VI, 1997:1985).

Dasar hukum mengeluarkan zakat ini adalah firman Allah dalam

Q.S 9:103 yang terjemahannya sebagai berikut:

Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo‟alah untuk mereka.

Sesungguhnya do‟a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Depag, R.I,

1989:297).

Zakat merupakan pemberian khas Islam, yang sudah diwajibkan

Allah semenjak Nabi Ibrahim as dan Nabi-Nabi sesudahnya (Luth,

Ishaq Ya‟cub dan lain-lain), sebagaimana firman Allah SWT dalam

Q.S 21:73 dan Q.S 5: 12.

Kewajiban zakat ini dipertegas dengan sabda Rasulullah

(terjemahnya):

. . . Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat harta yang diambil

dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada orang-orang miskin.

(H.R. Muttafaqun „alaih dan Lafaz Bukhari).

Secara garis besar zakat dibagi kepada dua macam yaitu:

1) Zakat Mal (Zakat harta).

Page 100: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

97

Adapun jenis harta yang wajib dizakatkan berdasarkan firman Allah

SWT antara lain dalamQ.S 2: 267:

(a). Ternak

(b). Emas dan perak

(c). Barang dagangan

(d). Hasil pertanian

(e). Barang tambang dan harta terpendam

(f). Zakat hasil usaha dan profesi

Dengan ketentuan nisab berkisar dari 2,5% sampai dengan 20%.

2) Zakat Nafs (Zakat fitrah)

Selain dari kewajiban membayar zakat harta, setiap muslim diwajibkan

membayar zakat fitrah sampai bulan Ramadhan berakhir. Zakat fitrah

mulai diwajibkan pada bulan Ramadhan tahun ke-2 H, sekaligus pada

tahun diwajibkan ibadah puasa.

Kewajiban zakat fitrah berlaku untuk seluruh umat Islam berdasarkan

sabda Rasulullah (terjemahnya):

“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sa‟ kurma atau satu sa‟

gandum bagi hamba sahaya atau orang merdeka, baik laki-laki maupun

perempuan, baik anak kecil maupun orang dewasa yang

muslim. Perintah membayarnya sebelum sholat Id”. (HR. Mutafaq

Alaihi). (Al-Shan‟ani, II tth: 137).

Mengenai orang yang berhak menerima zakat dijelaskan pada Q.S 9:60

yang dikenal dengan asnaf yang delapan.

“Sesungguhnya -zakat itu, hanyalah untuk orang-orang yang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang sedang dalam perjalanan,

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Depag, R.I, 1989: 288).

Zakat adalah ibadah maliyah (berkaitan dengan harta) yang

memiliki dampak sosial untuk memperkecil kesenjangan antara

golongan kaya dan si miskin. Menurut ajaran Islam, harta adalah milik

Allah, orang yang mendapatkan harta, tidak sepenuhnya memiliki

harta tersebut, ada hak-hak orang lain pada harta yang dikuasainya,

karena itu hak-hak tersebut harus diberikan setiap waktu sesuai

dengan ketentuan syari‟at. Dengan demikian, jika zakat dilaksanakan

Page 101: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

98

dengan baik, maka kemiskinan di kalangan umat Islam akan dapat

dikurangi, bahkan mungkin dihapuskan

e) Haji dan Umrah

Menurut bahasa kata hajj berarti bermaksud mengunjungi sesuatu

(al-Qashdu lizziarah) dan menurut syari;at Islam berarti

mengunjungi baitullah untuk menjalani ibadah (iqamatan

linnusuki).(Muhammad Ali, 1980: 341). Haji merupakan ritual yang

sudah dikenal sejak masa jahiliyah kemudian disempurnakan sesuai

dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S 2:196

yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah.”

(Depag,R.I,1989:47)

Ayat ini mengindikasikan bahwa ibadah haji itu sudah dikenal

sejak masa-masa sebelum Islam. Ibadah haji yang disyariatkan dalam

Islam mengacu pada ibadah haji yang pernah dilakukan oleh Nabi

Ibrahim a.s (Q.S.16:120-123; Q.S 2: 125-129).

Haji sebagai salah satu rukun Islam, wajib dilaksanakan oleh orang

yang mampu satu kali seumur hidup. Kewajiban ini didasarkan pada

firman Allah SWT dalam Q.S 3:97 yang terjemahannya sebagai

berikut:

... Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah

yaitu (bagi) orang yang mampu melaksanakan perjalanan ke

Baitullah (Depag, R.I, 1989:92).

Alasan lainnya adalah firman Allah SWT dalam Q.S 2:196-

197, Q.S 22:27-28. Sedangkan ibadah haji wajib bagi setiap muslim

yang mampu satu kali seumur hidup. Hal ini didasarkan pada satu

hadis yang disampaikan Ibnu Abas yang maksudnya bahwa ketika

Rasulullah Saw menjebutkan tentang kewajiban haji bagi seorang

muslim, lalu seorang bernama Aqra` bin Habis bertanya: “apakah

(berhaji itu) setiap tahun ya Rasulallah? Beliau terdiam sejenak sampai

berdiri dan berkata, seandainya saya jawab, „ya‟, maka ia jadi wajib

dan jika wajib, pastilah kamu tidak akan sanggup

mengerjakannya. Haji satu kali, maka apabila lebih itu adalah sunat.

(Said Sabiq I, 1365H:439).

Pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

Page 102: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

99

(a) Haji Tamattu‟, yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu, dan

setelah tahallul umrah memotong seekor kambing di Mina, seandainya

tidak mampu diganti dengan puasa sepuluh hari, yang dilaksanakan 3

hari di tanah suci dan 7 hari di tanah airnya

(b) Haji Ifrad, yaitu melaksanakan haji terlebih dahulu. Setelah

melakukan tawaf qudum (tawaf kedatangan di Mekah) dengan

berpakaian ihram dan tidak bertahallul langsung melaksanakan ibadah

haji, umrah dilaksanakan setelah melaksanakan haji

(c) Haji Qiran, yaitu ibadah haji dan umrah sekali gus. Seperti

halnya bagi yang melaksanakan haji tamattu‟, maka haji qiran pun

diwajibkan memotong kambing

Ibadah haji memiliki hikmah yang banyak. Di antara hikmah

ibadah haji adalah mendidik jiwa untuk mau berkorban, ikhlas dan

sabar, karena dalam ibadah haji semua sifat-sifat itu dituntut, dalam

pelaksanaannya ibadah haji mempunyai ketentuan dan aturan yang

ketat karena aturan-aturan itu akan berpengaruh kepada system dalam

beribadah. Ibadah haji juga merupakan tempat pengembangan

sosialisasi yang dapat menimbulkan proses pendidikan dalam

kehidupan bersama dengan persatuan dan persaudaraan, sehingga

hidup dapat lebih bermakna untuk mencapai kemuliaan yang hakiki.

2) „Ibadah ghairu mahdhah

Seperti sudah disinggung pada bagian terdahulu bahwa ibadah

mahdhah pada dasarnya melekat pada setiap aktivitas hidup seorang

muslim dalam rangkan memenuhi tuntutan hajat/kebutuhan hidupnya.

Karena ini pelaksaannya tidak menuntut persyaratan-persyaratan yang

ketat seperti dalam ibadah mahdhah. Secara hukum ibadhah ini di atur

melalui hukum-hukum berikut:

(a) hukum munakahat (perkawinan), (b) hukum mawaris dan wasiat,

(c) hukum jinayah (pidana), (d). hukum murafa‟at atau “hukum qadha”

disebut juga dengan “hukum acara” dalam peradilan, (e) hukum tata

negara, (f) hukum internasional (Amir Syarifuddin I, 1997: 71-72).

Berikut ini dijelaskan satu persatu secara ringkas:

(a) Muamalah

Hukum muamalah dalam arti yang khusus adalah hukum-hukum

perdata seperti jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan

transaksi serta lainnya, yang antara lain firman Allah SWT

dalam Q.S 2:275 yang terjemahannya sebagai berikut:

Page 103: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

100

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

(Depag, R.I, 1989:69).

Penjelasan lebih detail tentang muamalah atau ekonomi Islam akan

dibahas pada sub bahasan tersendiri dalam bab ini. Silahkan dibaca dan

dipahami isi bahasan tersebut.

(b) Munakahat

Hukum munakahat yaitu hukum yang mengatur mengenai perkawinan

dan hal-hal yang ber-hubungan dengannya seperti talak, rujuk,

pemeliharaan anak dan lain-lain dengan dasar firman Allah

dalam Q.S 30:21 yang terjemahanannya sebagai berikut:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tentram kepadanya, dan dijadikan di antaramu rasa kasih dan

sayang. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi

orang yang berfikir. (Depag, R.I, 1989: 644).

(c) Mawaris dan Wasiat

Hukum mawaris dan wasiat yaitu hukum yang mengatur perpindahan

dan pembagian harta karena adanya kematian. Sumber-sumber hukum

waris dalam quran antara lain firman Allah SWT dalam Q.S 4:7 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapa

dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada pula bagian dari harta

peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak

menurut bagian yang telah ditetapkan”. (Depag, R.I, 1989: 116).

Masalah waris ini juga difirmankan Allah SWT dalam Q.S 4: 11-12

dan 176.

(d) Hukum Pidana (Jinayah)

Hukum Jinayah adalah hukum yang mengatur hubungan manusia

dengan manusia lain dalam rangka pencegahan kejahatan seperti pem-

bunuhan, pencurian dan perzinaan beserta sanksinya. Firman Allah

SWT antara lain dalam Q.S 17:33 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu membunuh yang diharamkan oleh Allah kecuali

dengan jalan kebenaran”. (Depag, R.I, 1989: 429).

Page 104: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

101

Firman Allah SWT lainnya antara lain di dalam Q.S 4:93 mengenai

pem-bunuhan, Q.S 2:178 mengenai jenis-jenis hukuman, Q.S 5:38

mengenai pencurian, Q.S 5:33 mengenai perampokan, Q.S 5:90-91

mengenai meminum minuman keras dan Q.S 24:2 dan lainnya.

(e) Hukum murafa‟at

Hukum murafaat atau hukum acara adalah hukum yang

berkaitan dengan usaha penyelesaian akibat kejahatan di pengadilan

seperti kesaksian, gugatan dan pembuktian. Masalah kesaksian ini

antara lain dalam firman Allah dalam Q.S 2:282 yang terjemahannya

sebagai berikut:.

“Dan hendaklah kamu menetapkan dua orang saksi dari kaum laki-

laki (Depag, R.I, 1989: 70).

Begitu juga firman Allah SWT dalam Q.S 5:106 yang membicarakan

masalah saksi dan sumpah.

(f) Siyasah

Siyasah terambil dari akar kata “sasa-yasusu”,yang berarti

mengemudikan, mengendalikan, mengatur dan sebagainya. Abdul

Wahhab Khallaf mendefinisikan, syiyasah syar‟iyah sebagai

“wewenang penguasa dalam mengatur kepentingan umum dalam

negara Islam sehingga terjamin kemaslahatan” (Dahlan V, 2006:1626).

Kepentingan umum yang dimaksudkan adalah segala peraturan dan

perundang-undangan negara, baik yang berkaitan dengan hubungan

negara dengan rakyat (urusan dalam negeri) maupun hubungan negara

dengan negara lain (hubungan lauar negeri). Aturan-aturan dimaksud

berdasarkan pada prinsip-prinsip pokok agama. Aturan-aturan

dimaksud meliputi antara lain:

(1) Dusturiyyah (Hukum Tatanegara); Meliputi aturan pemerintahan,

prinsip dasar yang berkaitan dengan pendirian suatu pemerintahan serta

aturan yang berkaitan dengan hak-hak pribadi, masyarakat dan negara;

(2) Kharijiyyah (luar negeri, internasional); Meliputi hubungan negara

dengan negara lainnya, kaidah yang melandasi hubungan ini, dan tata

aturan tentang keadaan perang dan damai; (3) Maliyyah (harta), yang

meliputi sumber-sumber keuangan dan belanja negara (Dahlan V,

2006:1627).

Aturan-aturan dimaksud semuanya berdasarkan pada prinsip-

prinsip syari‟at Islam. Contoh hukum Internasional, yaitu hukum yang

mengatur hubungan warga negara dengan negara lain seperti tawanan,

perang, perjanjian, rampasan perang,dan lainnya. Hal tersebut diatur

dalamQ.S 8:56-58 yang terjemahannya sebagai berikut:.

Page 105: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

102

(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari

mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya,

dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya). Jika kamu menemui mereka

dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di

belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka

mengambil pelajaran. Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)

pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu

kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berkhianat. (Depag R.I, 1989:270).

Dan firman Allah SWT dalam Q.S 8: 62-63 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya

cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu

dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min, dan Yang

mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun

kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya

kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah

mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana.(Depag. R.I, 1989: 271).

Mengenai rampasan perang Firman Allah SWT Q.S 8:41 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,

kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu

Sabil. (Depag. R.I, 1989: 267).

Pada beberapa ayat di atas dijelaskan tentang fungsi dan

kedudukan hukum Islam berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat.

Banyak lagi firman Allah dan sabda Rasul yang berhubungan dengan

kehidupan masyarakat, namun sesuatu yang prinsip dalam ajaran Islam

bahwa kehidupan individu sebagaimana diungkapkan oleh seorang ahli

fiqh kontemporer dari Suriah, Mustafa Al-Siba‟i yang dikutip oleh

Dahlan II, 1997:497 bahwa:

“individu tidak berada di atas masyarakat, tetapi masyarakat juga tidak

berada di atas individu. Keduanya berjalan seiring. Kepentingan

individu tidak boleh diabaikan, tetapi kepentingan masyarakat tidak

pula boleh dikalahkan oleh kepentingan individu. Dengan demikian

Page 106: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

103

kebebasan dalam Islam mempunyai batas-batas” (Dahlan II, 1997:

497).

Jadi, ajaran Islam juga menganjurkan perkembangan dalam

segala hal, tanpa memisahkan antara kehidupan dunia dengan

kehidupan di akhirat. Artinya Islam me-nganjurkan manusia untuk

mencari kenikmatan dunia, sekaligus kenikmatan akhirat sebagaimana

firman-Nya dalam Q.S.28:77 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan carilah pula apa yang telah dianugerahkan Allah kepada mu

(kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan.” (Depag.R.I, 1989:623).

Ayat ini mengisyaratkan tentang kenikmatan duniawi dan

akhirat dapat dicapai dengan cara melaksanakan segala aturan Allah

dengan sempurna dalam rangka ibadah kepada-Nya. Pada akhirnya

dapat disimpulkan bahwa syari‟ah itu adalah hukum-hukum yang dapat

membimbing manusia menuju terciptanya keharmonisan hubungan

manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan

hubungan manusia dengan lingkungannya. Manakala manusia

mematuhi hukum-hukum atau aturan dimaksud akan mengantarkannya

kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Page 107: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

104

BAB VI

AKHLAK

A. Pengertian Akhlak, Moral dan Etika

Akhlak adalah misi utama diutusnya Rasulullah SAW ke muka

bumi ini. Sebagaimana sabdanya yang artinya: “Sesungguhnya aku

diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti)”. Akhlak

juga ibarat buah yang diharapkan terbit dari “pohon Islam” yang berdiri

di atas landasan akidah sebagai urat tunggangnya dan syari‟ah sebagi

batang, dahan, cabang, ranting serta daunnya. Buah yang lebat akan

keluar dari pohon yang subur, dan pohon yang subur akan tegak di atas

akar yang kokoh. Begitulah hubungan interaksi antara ketiga

komponon ajaran Islam yakni akidah, syari‟ah dan akhlak. Akhlak juga

ibarat etalase, pada sebuah super market (mall), sebagai tempat dimana

orang-orang dapat melihat kualitas suatu barang. Begitulah

gambarannya kedudukan akhlak dalam kerangka ajaran Islam. Apakah

itu akhlak?

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab خك (bentuk

tunggal) lalu menjadi أخلق (bentuk jamaknya) yang berarti perbuatan

atau tingkah laku. Kata خك juga bersinonim dengan kata

.(Louwis Ma‟luf, Tt:194) (tabiat) اطبغ dan (adat) اؼاد ة (maru`ah)سؤةا

Kemudian kata tersebut sudah diserap ke dalam bahasa Indonsia

menjadi akhlak sehingga menjadi salah satu kosakata dalam bahasa

bahasa Indonesia. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata

akhlak diartikan “budi pekerti, watak, tabiat” (WJS. Poewadarminta,

2002:25).

Secara umum akhlak dipahami sebagai sikap, tingkah laku,

dan performance dari seseorang. Istilah akhlak sering disejajarkan

dengan istilah lain seperti etika, moral, susila, nilai (value), adat, dan

lainnya. Sedangkan secara substansi antara akhlak dan moral/etika dan

adat jauh berbeda. Perbedaaan mendasarnya adalah dari segi sumber

atau rujukan serta tujuannya. Menurut ajaran Islam akhlak itu

merupakan perwujudan prilaku yang menghubungkan makhluk dengan

khalik-Nya dan tata nilainya datang dari Sang khalik. Imam al-

Ghazali mendefinisikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri

seseorang yang merupakan sumber lahirnya perbuatan dengan gampang

dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari

penegrtian di atas dapat ditarik beberapa karakteristik akhlak yaitu: (1)

sifat yang muncul dari jiwa/diri yang dalam, (2) jiwa menjadi sumber

munculnya perbuatan, (3) perbuatan tersebut muncul secara spontan

tanpa pertimbangan dan pemikiran. Dengan kata lain, sesuatu

perbuatan dapat disebut akhlak apabila sudah memenuhi criteria yang

Page 108: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

105

tiga itu. Kriteria ini sekaligus akan memberikan perbedaan yang tajam

antara akhlak dan moral/etika, adat dan susila yang akan kita jelaskan

pada bahasan selanjutnya.

2.Moral dan Etika

Moral (berasal dari bahasa latin mores) yaitu ide-ide umum

yang diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Etika

(berasal dari kata etos) ukuran baik buruk perbuatan manusia

berdasarkan akal pikiran. Adat yaitu kebiasaan-kebiasaan yang

dipelihara dan diwariskan di tengah-tengah masyarakat sedangkan

susila dipahami sebagai prinsip-prinsip tingkahlaku dalam kehidupan

(Hamzah Ya‟qub, 1996:14). Etika juga diartikan sebagai ilmu, yaitu

“ilmu pengetahuan tentang kesusilaan” (H.Devos, 1987:4). Sedangkan

susila dalam istilah bahasa Indonesia diartikan dengan kesopanan atau

adab (WJS. Poerwadarminta, 2002:982), maka seseorang yang

memiliki kesopanan atau beradab dianggap memiliki kesusilaan atau

budi pekerti. Berbicara tentang akhlak berarti berbicara tentang baik

dan buruk, sedangkan baik dan buruk ditentukan oleh macam

pandangan yakni pandangan filsafat yang bertumpu pada akal pikiran

dan pandangan agama yang bersumber dari Tuhan. Berikut ini adalah

beberapa pandangan pemikiran tentang baik dan buru.

Baik dan Buruk dalam pandangan Etika

Kajian etika sejak lama telah merumuskan tentang apa yang disebut

baik dan buruk sehingga melahirkan beberapa macam pandanagan.

Pandangan tersebut adalah antara lain sebagai berikut:

1. Pandangan hedonisme, menyatakan bahwa yang baik itu ialah sesatu

yang dapat memberikan kepuasan sedangkan yang buruk adalah

sesuatu yang tidak dapat memberikan kepuasan.

2. Pandangan utilitarianisme; menyatakan bahwa yang baik adalah

sesuatu yang yang bernilai guna, sebaliknya sesuatu dianggap buruk

bila ia tidak mengandung nilai guna.

3. Pandangan vitalisme, menyatakan bahwa sesuatu dianggap baik jika

ia dapat mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia sehingga

dapat menaklukkan yang lemah. Sebaliknya, sesuatu akan dianggap

buruk apabila tidak mencerminkan kekuatan di dalam hidup.

4. Pandangan sosialisme, menyatakan bahwa sesuatu dianggap baik

apabila dianggap baik oleh masyarakat tertentu. Sebaliknya, sesuatu

akan dianggap buruk apabila suatu masyarakat tertentu

menganggapnya buruk.

5. Pandangan hamanisme, menyatakan bahwa sesuatu dianggap baik

apabila sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Sebaliknya, ia akan

Page 109: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

106

dianggap buruk apabila tidak sesuai atau berlawanan dengan kodrat

kemanusiaan (Poejawiyatna, 1990:44-47).

Apa yang sudah dikemukakan di atas semuanya merupakan hasil

pemikiran manusia (filsafat) sehingga melahirkan pandangan yang

berbeda-beda tentang ukuran baik dan buruk. Untuk tidak

menimbulkan kebingungan dalam memilih pandangan manakah yang

akan kita pegangi dalam menentukan serta menilai baik atau buruknya

suatu perbuatan/tindakan, ada satu pandangan lagi yakni pandangan

agama (religosisme). Dalam pandangan ajaran agama, yang dikatakan

baik adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan yang

dikatakan buruk adalah sesuatu yang tidak sesuai/sejalan dengan

kehendak Tuhan. Sehubungan dengan ini secara ekstrim Imam al-

Asy‟ari, seorang theolog Muslim,sebagaimana dikutip Harun Nasution

(1986:85) mengatakan, “jika seseorang mengatakan berdusta adalah

jahat karena Tuhan menentukan demikian, kita akan jelaskan

kepadanya tentu saja, jika Tuhan sekiranya menyatakan perbuatan itu

baik, maka itu mestilah baik, dan jika itu Ia wajibkan, tidak ada orang

yang dapat menentangnya”. Jadi penilaian baik atau buruknya sesuatu

harus berdasarkan ketetapan dari Tuhan. Berikut ini kita akan melihat

akhlak dari segi ajaran agama Islam.

Berangkat dari ucapan nabi Muhammad SAW yang menegaskan

bahwa sesungguhnya ”aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan

akhlak (budi pekerti)” umat manusia yang sudah rusak, menunjukkan

bahwa manusia yang hidup sebelum kedatangan Rasul Allah bukan

tidak berakhlak sama sekali melainkan akhlaknya sudah dirusak oleh

adat kebiasaan atau tradisi kaum jahiliah karena mereka tidak mendapat

petunjuk dari wahyu Allah. Mereka ibarat orang buta yang meraba-raba

di tengah-tengah kegelapan malam yang tidak ada sinar atau cahaya

penerang. Kadatangan nabi Muhammad ibarat bulan purnama atau

matahari yang memberikan sinar penerang bagi seluruh jagat raya.

Sumber ajaran akhlak yang dibawa oleh Rasulullah tiada lain adalah

Al-Qur`an. Sebagaimana disebutkan dalam suatu riwayat bahwa ketika

Aisyah, isteri Rasulullah, ditanya tentang ihwal akhlak Rasulullah dia

menjawab, ”akhlak dia (Rasulullah itu) adalah Al-Qur`an”.

Maksudnya yang menjadi barometer akhlak Rasulullah itu ialah semua

nilai kebaikan yang terkandung di dalam Al-Qur`an. Sedangkan

Rasulullah sendiri merupakan model atau percontohan tehadap nilai-

nilai luhur dimaksud. Dengan kata lain, tingkah laku Rasulullah itu

merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai Al-Qur`an.

Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa pengertian

akhlak lebih tinggi dibandingkan dengan istilah-istillah lain yang

digunakan dalam konsep perilaku atau budi pekerti atau

Page 110: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

107

karakter. Akhlak berpangkal dari jiwa sedangkan jiwa adalah pusat

kendali hidup manusia yang mampu menerima wahyu dan hidayah dari

Allah SWT. Selain itu, munculnya akhlak merupakan reaksi spontan

tanpa ada pemikiran sebelumnya, sehingga akhlak mewakili hakekat

jiwa yang sesungguhnya. Sementara dalam konsep moral, etika, adat

dan susila bersumberkan dari manusia yang memiliki berbagai

keterbatasan dan perbedaan seperti budaya, tingkat peradaban dan

pemikiran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

sikap seseorang yang dimanifestasikan ke dalam perbuatan dan tingkah

laku.Ketinggian akhlak dengan berbagai karakteristiknya seperti

disebutkan di atas semakin memperjelas kemuliaan tujuan dari agama

Islam. Karena akhlak mulia merupakan tujuan utama dari misi

Rasullullah dalam mengemban risalah Islam.

3. Perbedaan akhlak dengan moral, etika, adat dan susila

Akhlaq berbeda dengan moral, etika adat istiadat atau susila.

Moral adalah ide-ide umum yang diterima oleh kesatuan sosial atau

lingkungan tertentu. Etika memiliki ukuran baik dan buruk berdasarkan

akal pikiran. Sedangkan adat yaitu kebiasaan-kebiasaaan yang

terpelihara dan diwariskan ditengah-tengah masyarakat sedangkan

susila dipahami sebagai prinsip-prinsip tingkah laku dalam kehidupan.

Akhlak memiliki timbangan baik dan buruk sebuah perbuatan

berdasarkan kehendak Pencipta (Khaliq) yakni Allah SWT dan

mengacu kepada Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini diagram penjelasan

tentang perbedaan antara akhlak dengan moral, etika adat istiadat dan

susila.

Akhlak Moral, Etika, Adat dan Susila

1. Batas baik dan buruk

menurut Allah SWT (QS.5:50)

2. 2. Sifatnya abadi dan universal

(QS.34:28)

3. 3. Pasti dan tidak dipengaruhi

oleh situasi (QS. 24:30-31)

4.

5. 4. Sumbernya Al-Quran dan

Sunnah (QS. 54:17)

6.

7. 5. Tokoh standarnya Nabi

Muhammad SAW (QS. 62:2)

1. Batas baik dan buruk menurut

manusia

2. 2. Sifatnya sementara dan lokal

3. Relatif menurut waktu

4. 4. Sumbernya pemikiran manusia

5. 5. Tidak jelas tokoh standarnya.

Page 111: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

108

B. Rasulullah SAW Suri Tauladan Umat

Nama Nabi Muhammad SAW adalah nama yang sangat akrab

bagi setiap muslim, salah satunya nama beliau selalu dikumandangkan

dalam setiap azan dan iqomat, kemudian dalam setiap khutbah atau

ceramah para khatib tidak lupa untuk mengajak para jamaah untuk

menyampaikan sholawat dan salam kepada beliau, memohon kepada

Allah agar nantinya mendapat syafaat dari Rasulullah SAW. Kisah

perjalanan hidup beliau selalu disebut dalam mata pelajaran agama atau

diceritakan oleh orang tua serta banyak dibahas dalam kajian tentang

riwayat perjalanan hidup Nabi (sirah nabawiyah).

Untuk menggambarkan serta mensosialisasikan akhlak

Rasulullah SAW beragam media telah digunakan seperti, media cetak

berupa buku kisah perjalanan hidup dan dakwah ataupun dalam

bukusirah nabawiyah sendiri, bahkan sekarang telah ada yang dibuat

dalam bentuk film yang menceritakan kisah-kisah beliau dan para

sahabatnya serta bagaimana perkembangan Islam sebelum beliau diutus

mejadi Nabi sampai wafat dan meninggalkan warisan berupa ajaran

Islam yang telah sempurna.

Namun amat disayangkan kisah-kisah itu nampaknya hanya

menjadi bagian dari hal-hal yang harus diketahui oleh setiap muslim

tanpa menjadikannya sebagai model ataupun contoh dalam hidup.

Ummat Islam meyakini bahwa Rasulullah adalah percontohan yang

paling sempurna (uswatun hasanah) yang harus ditauladani dalam

kehidupan sehari-hari (Q.S 33: 21). Nabi Muhammad SAW diposisikan

sebagai pribadi yang sangat agung dan mulia di dalam berbagai hal

termasuk sebagai figur pemimpin. Sebagaimana firman Alah

SWT dalam Q.S 9: 128-129 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu

sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan

(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi

penyayang terhadap orang-orang mukmin.Jika mereka berpaling (dari

keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiKu; tidak ada

Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan dia adalah

Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".(Depag. R.I. 1989:303)

Ayat ini menggambarkan tiga macam sifat yang melekat pada

diri Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin, yaitu: 1) berempati

terhadap kesulitan orang lain, 2) memiliki kemauan yang kuat untuk

mengangkat harkat dan martabat manusia dan 3) penyantun dan

penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Page 112: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

109

Di samping sebagai seorang Rasul dan pemimpin umat Nabi

Muhammad SAW juga menampilkan dirinya sebagai manusia biasa

yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan manusia yang lainnya.

Beliau juga dilahirkan dan wafat, makan dan minum, merasakan sehat

dan sakit, bekerja dan berusaha mencari nafkah untuk keluarganya, dan

juga tidur untuk melepaskan lelah sebagaimana manusia lainnya.

Nabi Muhammad SAW memiliki tugas menyampaikan risalah,

menjalankan amanah dari Allah dan menjadi pemimpin umat.

Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah dapat

dilihat dalam fikih dakwah, sedangkan tentang perilaku secara

keseluruhan dapat dilihat dalam sirah nabawiyah. Atas dasar ini tidak

ada lagi alasan bagi umat Islam untuk tidak menjadikan beliau sebagai

model dan contoh dalam berperilaku (akhlak). Allah telah menegaskan

bahwa Rasulullah SAW adalah suri tauladan dalam firman Allah SWT

dalam Q.S 33:21.

Sebagai Nabi terakhir, Rasululllah SAW memiliki beberapa

sifat dasar yang agung sifat tersebut antara lain:

Pertama: Al-Basyariyah (manusia biasa)

Rasulullah SAW adalah manusia biasa seperti umatnya, perbedaannya,

Allah memberikan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Dengan

keyakinan ini sebenarnya menghantarkan kepada umat Islam bahwa

tidak ada alasan untuk menolak perintah Rasulullah SAW. Tidak ada

alasan tidak mampu apalagi tidak mungkin, karena Rasulullah juga

meiliki tanggungan seperti layaknya manusia biasa, bekerja, memiliki

istri, anak bahkan beliau mendapat amanah tambahan yang lebih berat

yaitu mendidik manusia dan memimpin mereka. Sebagimana firman

Allah SWT dalam Q.S 14: 11 yang terjemahannya sebagai berikut:

“ Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain

hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia

kepada siapa yang dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan

tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu

melainkan dengan izin Allah. dan Hanya kepada Allah sajalah

hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (Depag. R.I. 1984:381)

Kedua: Al-„Ishmah (terpelihara dari kesalahan)

Oleh karena Rasululah SAW adalah manusia biasa yang terpilih untuk

menerima wahyu maka beliau dilebihkan Allah SWT yakni terpelihara

dari kesalahan. Hal ini menjadi penting karena yang disampaikannya

adalah amanah dari Allah sehingga Allah perlu memelihara aturanNya

dari kesalahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S 5:67 yang

terjemahannya sebagai berikut dari kesalahan

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,

Page 113: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

110

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara

kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Depag. R.I. 1989:170)

Rasulullah pernah khilaf yakni ketika beliau sedang asyik

menghadapi tamunya dari pemuka kaum Quraisy, tiba-tiba datang

Abdullah bin Ummi Maktum, seorang buta, beliau tidak

mempedulikannya karena sedang melayani tamu besar, maka beliau

langsung mendapat Allah sebagaimana tertera dalam Q.S.80:1-4 yang

terjemahannya:

Artinya: (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu

barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau Dia (ingin)

mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat

kepadanya? (Depag RI, 1989:1024).

Peristiwa itulah yang melatarbelakangi turunnya ayat ini.

Ketiga: Ash-Shidiq (benar)

Orang yang membawa kebenaran tentu ia sendiri harus memiliki

sifat shidiq sehingga apa yang disampaikannya dapat diterima manusia.

Oleh karena itu Rasulullah SAW bersifat shidiq, bahwa beliau juga

tidak berkata berdasarkan hawa nafsunya, sebaliknya beliau hanya

berkata yang baik dan benar serta bermanfaat saja. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam Q.S 53:3-4 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur‟an) menurut kemauan

hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya)”. (Depag. R.I, 1989: 871

Keempat: Al-Fathanah (cerdas)

Kecerdasan Rasulullah SAW dapat dilihat dari jawaban yang

diberikan kepada para sahabat maupun orang lain, cara Rasulullah

SAW menyelesaikan masalah, ataupun dalam menyusun strategi

dakwah dan siyasat dalam peperangan. Firman Allah SWT dalam Q.S

48:27 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang

kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya

kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam

keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya,

sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang

tiada kamu ketahui dan dia memberikan sebelum itu kemenangan yang

dekat.”( Depag. R.I, 1989:842)

Selang beberapa lama sebelum terjadi Perdamaian Hudaibiyah

Nabi Muhammad SAW, bermimpi bahwa beliau bersama para

sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam keadaan

sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting.

Page 114: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

111

Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. Kemudian

berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik,

orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian

Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki

Mekah Maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan

menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan

terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat Ini yang

menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di

tahun yang akan datang. dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi

akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya

perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslim memasuki kota Mekah, maka

dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan

imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu.

Kelima: Amanah (dipercaya)

Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang

dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan

keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan

sesuatu yang telah disepakati. Firman Allah SWT dalam Q.S.4:58 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.”(Depag. R.I, 1989:128)

Keenam: At-Tabligh (menyampaikan pesan)

Kewajiban Rasulullah adalah menyampaikan perintah dan larangan

Allah kepada manusia, kemudian manusia bertanggungjawab dan

berkewajiban pula menyampaikan risalah ini kepada siapapun yang

mau menerimanya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S 5:67 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.Allah memelihara

kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Depag. R.I, 1989:172)

Ketujuh: Al-Iltizam (komitmen)

Rasulullah SAW dan para sahabat selalu mencontohkan sikap untuk

selalu komitmen terhadap Islam, walaupun diterpa cobaan yang

bertubi-tubi. Dengan adanya iltizam nilah maka nilai-nilai Islam akan

selalu terpelihara, firman Allah SWT dalam Q.S 17:74 yang

terjemahannya sebagai berikut:

Page 115: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

112

“Dan kalau kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-

hampir condong sedikit kepada mereka,”(Depag. R.I, 1989: 435)

Tanpa adanya iltizam godaan syaithan dan gangguan orang kafir

akan mudah menggoncang ummat yang pada gilirannya akan

membawa umat itu kedalam lembah kebinasaan.

C. Ruang Lingkup dan Aplikasi Akhlak

Aplikasi akhlak merupakan ukuran kongkrit ketinggian nilai

seorang muslim dan merupakan bukti nyata tentang keluhuran ajaran

Islam. Nilai-nilai tersebut akan tampak pada keseluruhan aktivitasnya

baik dalam berhubungan dengan Allah SWT, sesama manusia dan

dengan alam sekitarnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa

sumber akhlak adalah wahyu sedangkan wahyu mengatur keseluruhan

aspek kehidupan manusia tersebut. Untuk menjadikan akhlak itu

aplikatif dimulai dengan pemberian keteladanan dan pembiasaan.

Tanpa dua hal pokok tersebut akhlak hanya bersifat teoritik atau

sekedar pengetahuan belaka. Jadi, akhlak itu merupakan integrasi nilai

dan perilaku yang diwujudkan secara terus-menerus. Berikut ini

dikemukakan tentang aplikasi akhlak.

a. Akhlak kepada Allah SWT (Khaliq) Akhlak kepada Allah SWT maksudnya sifat yang terdapat

dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam kehidupan yang diatur

oleh Allah. Secara umum semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia

harus merupakan cerminan dari akhlak kepada Allah karena segala

sesuatu adalah fasilitas yang disediakan-Nya. Namun apabila dilihat

secara lebih spesifik ada beberapa sifat atau prilaku yang harus dimiliki

oleh seseorang kepada Allah antara lain:

1) Syukur, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih dan menggunakan

semua karunia yang diberikan Allah secara maksimal dan sesuai

dengan aturan-Nya.

2) Tasbih, yaitu mensucikan Allah dari segi nama, sifat dan segala

kekuasaan-Nya dari hal-hal yang bertentangan dengan hakekat

keagungan Tuhan.

3) Husnuzhzhan, yaitu selalu berprasangka baik kepada

Allah. Seorang mukmin harus yakin bahwa apapun keputusan Allah

adalah yang terbaik bagi dirinya, karena itu tidak sepantasnya seorang

mukmin mengumpat keputusan Allah itu tetapi hendaklah ia hadapi

dengan penuh kesabaran.

4) Shabar, yaitu kemampuan mengendalikan diri terhadap sesuatu

yang sangat/tidak diinginkan. Sabar terbagi tiga; yaitu sabar dalam

menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menghadapi godaan

kepada kemungkaran dan kemaksiaan, dan sabar ketika mendapat

Page 116: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

113

musibah. Dengan demikian sikap sabar menjadi bukti prasangka baik

seorang hamba kepada Tuhannya.

5) Istigfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang

dilakukan dengan cara membaca istigfar dan tidak mengulangi lagi

kesalahan yang dilaukan.

6) Takbir, yaitu mengagungkan Allah SWT atas Kekuasaan dan

Kemuliaan serta ke-Maha sempurnaan-Nya yang diiringi dengan

kalimat takbir.

7) Do‟a, yaitu memohon kepada Allah untuk memperkenankan segala

yang diinginkan untuk kebahagiaan hidup setelah melakukan usaha

dengan maksimal. Do‟a tidak hanya sekadar mengungkapkan keluhan

isi hati kepada sang Khaliq tetapi do‟a juga sebagai bukti pengakuan

betapa lemah dan hinanya manusia di hadapan Allah. Maka do‟a

sekaligus pengakuan yang tulus dari seorang hamba tentang kebesaran

Tuhannya.

b. Akhlak kepada makhluk-Nya Di antara akhlak yang berhubungan dengan makhluk sebagai

berikut:

1. Akhlak Terhadap sesama manusia

a. Akhlak kepada diri Sendiri

1) Akhlak kepada diri sendiri

Maksud dari akhlak kepada diri sendiri adalah sikap yang muncul dari

jiwa yang berhubungan dengan pemeliharaan dan kebaikan diri secara

pribadi. Berikut ini dijelaskan beberapa akhlak kepada diri sendiri,

antara lain sabar, syukur, tawadhu‟, benar, dan amanah.

a). Sabar

Sabar maksudnya sikap tahan uji terhadap berbagai tantangan dan

cobaan dalam kehidupan. Hal ini tercermin pada sikap yang mampu

menghubungkan segala sesuatu yang dialami dengan nilai-nilai

kebaikan berdasarkan ketentuan Allah SWT. Jadi, kesabaran

merupakan puncak dari integrasi ilmu, usaha/proses dan hasil yang

didapatkan. Di antara perintah Allah yang berhubungan dengan sikap

sabar terdapat dalam Q.S.2:153 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”. (Depag. R.I, 1989: 38)

Kesabaran itu tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi

seseorang, tetapi dibutuh-kan beberapa faktor pendukung, yaitu

keberanian, kekuatan, kesadaran dan pengetahuan. Termasuk ke dalam

kategori tidak berakhlak kepada diri seseorang yang menyiksa dirinya

sendiri. Diceritakan dalam sebuah riwayat, ada tiga orang laki-laki

Page 117: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

114

datang ke rumah Rasulullah. Mereka ingin tahu seperti apa ibadah

Rasulullah itu. Mereka diterima oleh Aisyah karena Rasulullah sedang

beristirahat di kamarnya. Lalu mereka menyatakan maksud

kedatangannya ialah untuk mengetahui lebih dekat tentang ibadah

kekasih Allah itu. Lalu diceritakan oleh Aisyah dengan panjang lebar

bagaimana Rasulullah tahajjud setiap malam, puasa sunnatnya setiap

Senin dan Kamis serta ibadah lainnya. Menjawablah laki-laki yang

pertama sambil menyatakan tekad dan keinginannya untuk beribadah

setiap malam tanpa waktu istirahat dan tidur karena ingin meniru

Rasulullah. Kemudian menjawab pula laki-laki yang kedua sambil

menyatakan tekad dan keinginannya untuk puasa sepanjang hari

sehingga tiada hari tanpa puasa. Akhirnya menjawab si laki-laki yang

ketiga sambil menyatakan tekad dan keinginannya untuk membujang

(tiada menikah) sampai akir hayatnya agar ibadahnya tidak terganggu.

Mendengar tekad si laki-laki yang ketiga itu, Rasulullah keluar dari

kamarnya dan mendatangi ketiga orang laki-laki itu sambil berkata.

Aku adalah orang yang paling takwa di antara umatku, aku paling rajin

ibadah tapi aku tetap punya waktu untuk beristirahat. Kalian yang

menyatakan tidak akan tidur pada malam hari, atau yang mengatakan

puasa sepanjang hari adalah tidak sah. Sedangkan untuk si laki-laki

yang ketiga itu Rasulullah hanya berkata, “Barang siapa yang

membenci sunahku maka ia bukan termasuk umatku”. Riwayat tersebut

memberikan pelajaran kepada kita bahwa dalam beribadahpun kita

tidak boleh menyiksa diri. Karena diri kita punya hak, keluarga kita

punya hak pada kita, maka berikanlah haknya masing-masing.

Menahan hak orang lain sama dengan kezaliman.

b). Syukur

Syukur adalah sikap mampu menerima, dan memanfaatkan

segala sesuatu yang diberikan oleh Allah menurut kehendak-

Nya. Syukur juga berarti upaya memanfaatkan nikmat Allah secara

optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Allah berfirman

dalam Q.S.31:12 yang terjemahannya sebagai berikut:

“...Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah) maka

sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa

yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha

Terpuji”. (Depag. R.I, 1984: 645).

Muslim Nurdin, dkk (1993:244) mengemukakan bahwa syukur

adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan penerimaan terhadap

suatu pemberian dalam bentuk pemanfaatan dan penggunaan yang

sesuai dengan kehendak pemberinya. Syukur kepada Allah dapat

Page 118: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

115

diungkapkan melalui dua cara, yaitu ucapan dan perbuatan. Syukur

melalui ucapan diaplikasikan dengan mengucapkan pujian kepada

Allah SWT sedangkan syukur dalam bentuk perbuatan diwujudkan

dengan pemanfaatan maksimal dari semua karunia yang diberikan-Nya.

Adapun sifat yang tidak pandai mensyukuri nikmat Allah

disebut dengan kufur nikmat. Dalam pandangan Allah orang yang

berbuat kufur nikmat ini sangat dicela dan ganjaran untuk mereka

adalah azab yang pedih. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT

dalam Q.S. 14:7 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguh-nya azab-Ku

sangat pedih." (Depag. R.I, 1989:380).

c). Tawadhu‟

Maksud tawadhu‟ adalah sifat rendah hati yang terdapat dalam diri

seseorang yang terwujud dalam berbagai aktivitas hidup. Sifat

tawadhu‟ dipuji dan sangat dianjurkan oleh Allah SWT sedangkan

lawannya (sombong) dicela dan dilarang oleh Allah. Hal ini sesuai

dengan firman Allah dalam Q.S. 31:18 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi

membanggakan diri”. (Depag. R.I,1989: 655 ).

d). Benar

Sifat benar dalam bahasa Arab disebut dengan Shidiq yaitu jujur.

Dalam prakteknya jujur tercermin pada kesesuaian antara sikap yang

muncul dengan isi hati dan bahasa lisan. Perilaku benar yang

dicerminkan seseorang akan melahirkan sikap saling mempercayai.

Sifat benar ini selalu menjadi harapan setiap manusia karena dengan

sifat itu akan menyebabkan mereka survive di tengah masyarakat. Hal

ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. 17:80 yang terjemahannya

sebagai berikut:

“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang

benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan

berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang

menolong”, (Depag. R.I, 1989:414)

Page 119: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

116

Sikap benar ini adalah salah satu fadhilah yang menentukan

status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan

prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam

hubungan antara satu golongan dengan lainnya.

e). Amanah

Amanah artinya sifat berpegang teguh pada kepercayaan yang

diberikan dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab baik

dalam bentuk harta benda, rahasia, maupun tugas dan kewajiban.

Tentang sifat amanah ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S.4:58

yang terjemahannya sebagai berikut :

”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.” (Depag. R.I, 1989:128).

2) Akhlak kepada keluarga

Akhlak kepada keluarga adalah sikap yang muncul dari jiwa yang

berhubungan dengan pemeliharaan keharmonisan dan kebaikan diri

secara pribadi. Berikut ini dijelaskan beberapa bentuk akhlak kepada

keluarga, antara lain:

a). Berbakti kepada Ibu dan Bapak

Ibu dan bapak adalah perantara seorang anak lahir ke dunia,

kemudian ibu dan bapak merawat dan mendidiknya sampai dewasa dan

mandiri, karena itu Islam mewajibkan anak berbakti kepada ibu dan

bapak tersebut seperti firman Allah dalam Q.S. 4:36 yang

terjemahannya sebagai berikut:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu

dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau

Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka

sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan

"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada

mereka Perkataan yang mulia[850].

Page 120: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

117

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil". (Depag. R.I, 1989:427).

Ayat ini menekankan sikap anak kepada kedua orang tua (ayah-ibunya)

yakni; (1) jangan menyakiti hati atau perasaan orang tua baik dengan

ucapan, maupun sikap dan tingkah laku, (2) memelihara perasaan

kedua orang tua sangat diperhatikan terutama sekali ketika ayah-ibu

sudah berada dalam usia lanjut (lansia) dimana jiwanya sudah mulai

labil dan mudah tersinggung, (3) gunakanlah kata-kata sopan dan manis

dalam berbicara atau berkomunikasi dengan kedua orang tua baik

pembicaraan langsung saat bertatap muka maupun lewat telepon, (4)

dalam menghadapi kedua orang tua hindari sifat angkuh dan sombong,

dan (5) teruslah berdo‟a unuk kedua orang tua agar mereka selalu

berada dalan lindungan rahmat adan keampunan-Nya.

b). Adil terhadap saudara

Prinsip keadilan ditegaskan dalam Q.S. 16:90 yang

terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

(Depag. R.I, 1989: 415).

Sifat dan sikap adil ada dua macam. Adil yang berhubungan

dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan

kemasyarakatan dan pemerintahan. Adil perseorangan ialah tindakan

memberi hak kepada yang mempunyai hak. Sedang adil dalam segi

kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang

menghukum orang-orang jahat sepanjang neraca keadilan.

Pemerintahan dipandang adil jika mengusahakan ke-makmuran rakyat

secara merata. Susunan redaksi ayat seakan-akan memberi isyarat

kepada kita bahwa berbuat adil harus lebih diutamakan dari pada

berbuat ihsan. Salah satu makna adil adalah memberikan hak orang lain

ada di tangan atau di bawah kekuasaan kita. Sedangkan ihsan adalah

kebaikan yang kita lakukan melalui hak kita yang tidak ada paksaan

dari siapapun jua, jadi kita lakukan sesuai dengan keinginan kita.

Contoh, tidaklah adil bila seorang pejabat negara saat berkunjung ke

suatu kelompok masyarakat memberikan bantuan di sana sini

Page 121: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

118

sementara korupsi dibiarkannya berjalan, hukum tidak ditegakkan

dengan konsekuen terhadap kuruptor. Sehingga, korupsi kian

merajalela akibatnya rakyat semakin menderita dan sengsara ditambah

dengan kenaikan berbagai macam tarif semisal telepon, listrik, air

minum termasuk harga BBM yang menjadi kebutuhan vital harian oleh

rakyat.

c). Mendidik anak

Anak adalah amanah yang harus dirawat, dipelihara, dan dididik

dengan penuh kasih sayang. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua

yang paling utama yang meliputi pendidikan fisik dan rohani.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 66: 6 yang terjemahannya

sebagai berikut :

“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(Depag, R.I, 1989: 951).

Orang tua yang menyia-nyiakan anaknya termasuk ke dalam

kategori orang tua yang tidak berakhlak.

3) Akhlak dalam masyarakat

Akhlak itu baru kelihatan dengan jelas saat terjadi interaksi

dengan orang lain. Ibnu Maskawaih (1990:133) mengemukakan bahwa

manusia lahir dengan kekurangan yang harus mereka sempurnakan dan

mustahil disempurnakan hanya dengan seorang diri. Seseorang tidak

mampu mencapai kebaikan manusiawi serta mengembang-kan

bakatnya kecuali bergabung dengan orang lain. Dalam konteks

berhubungan sesama manusia perlu ada pola perilaku yang menjadi tata

aturan bergaul sesama manusia. Pola perilaku tersebut meliputi perilaku

terhadap diri sendiri dan juga sesama manusia. Pola perilaku yang baik

terhadap orang lain merupakan hasil pengendalian diri dengan hati

yang bersih sehingga memunculkan pikiran-pikiran yang positif

melihat orang lain bahkan sebagai bagian dari dirinya. Sikap seperti ini

akan melahirkan rasa kasih sayang sebagai dasar hubungan sesama

manusia. Di antara adab pergaulan sesama manusia sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap orang yang lebih tua

Agama mengajarkan tentang kewajiban generasi yang muda untuk

menghargai dan menghormati generasi yang lebih tua. Wujud dari

Page 122: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

119

penghargaan dan penghormatan ini adalah refleksi dari nilai beragama

yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini sesuai dengan hadist Rasul SAW:

“Bukanlah termasuk golongan saya (kelompok orang yang beriman)

orang yang tidak menyayangi yang kecil dan tidak memuliakan orang

yang lebih tua”. (Al-Hadits)

b). Akhlak terhadap teman sebaya

Di dalam berbagai aspek kehidupan diperlukan adanya pergaulan dan

kerjasama karena ini dapat menambah pengetahuan tentang sesuatu

yang tidak kita alami, dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri. Dalam

menjalin kerjasama ini janganlah seseorang merasa lebih dari yang lain.

Rasulullah Saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi

muslim yang lain, maka janganlah ia menzaliminya dan

menyakitinya”.

c). Akhlak terhadap orang yang lebih muda

Generasi yang lebih tua diharuskan oleh agama untuk memberikan

kasih sayang kepada generasi yang muda. Karena dengan kasih sayang

akan muncul ikatan emosional yang akan bermuara kepada pembinaan

dan pendidikan generasi muda ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan

sabda Rasul SAW: “Siapa yang tidak menyayangi orang lain, dia juga

tidak akan disayangi oleh orang lain.”

d) Akhlak di dalam majelis/petemuan

Sebagai agama yang bersifat kaffah (lengkap, sempurna), Islam

juga mengajarkan kepada kita tentang sikap atau perilaku di dalam

majlis semisal rapat, pertemuan, musyawarah, seminar dsb.

Sehubungan dengan ini Allah berfirman dalam Q.S.58:11 yang artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan” (Depag RI, 1989:).

Ayat ini mengandung ajaran tentang akhlak/etika seorang muslim

di dalam sebuah majelis yakni sikap saling melapangkan, tidak boleh

egoist dan ingin menang sendiri. Ayat tersebut turun sehubungan

dengan peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah. Ketika Rasulullah

Page 123: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

120

Saw memberikan pelajaran di masjid Nabawi, para sahabat dengan

sangat antusias mendengarnya. Tiba-tiba datang serombongan orang,

mereka juga ingin mendengarkan wajangan yang disampaikan oleh

Rasulullah sedangkan orang-orang yang datang terdahulu tidak ada

yang memberikan jalan kepada teman-teman mereka yang datang

terlambat itu. Padahal di antara yang baru datang itu adalah para

sahabat yang ikut dalam peperangan Badar, maka mereka terpaksa

mendengarkan wajangan Rasulullah sambil berdiri. Melihat situasi itu,

turunlah ayat di atas dan Rasulullah segera memerintahkan agar

memberikan tempat kepada mereka yang datang terlambat. Imam

Fakhruddin al-Razi berkomentar, ayat tersebut tidak hanya

memerintahkan kita berlapang-lapang secara fisik yakni tempat duduk

tetapi juga sikap lapang dada atau toleransi dalam pembicaraan serta

mau saling mendengar dan menghormati pendapat orang lain. Bila

dicermati rangkaian ayat tersebut, terlihatlah bahwa sikap lapang dada,

toleransi (tasamuh) itu merupakan bahagian yang tak terpisahkan dari

kadar keimanan dan kapasitas intelektualitas seseorang. Dengan kata

lain sikap serta kemampuan untuk menghormati dan menghargai

pikiran orang lain juga ditentukan oleh kadar keimanan dan daya

intelektualitas tersebut.

e). Akhlak terhadap orang yang berbeda agama

Islam mengatur akhlak terhadap sesama manusia, sekalipun

terhadap orang yang berbeda agama. Hal ini menunjukkan ketinggian

dan kemuliaan akhlak seorang muslim dalam kehidupan sosial. Banyak

ajaran Allah SWT dan Rasul SAW yang membimbing umat Islam

untuk berbuat baik kepada non muslim.

Sejarah kehidupan Rasul SAW menunjukkan hal tersebut, seperti

perlindungan terhadap orang kafir zimmi baik Yahudi maupun Nasrani

bahkan Rasul mengunjungi orang kafir yang meludahinya setiap

berangkat ke mesjid untuk melaksanakan shalat. Akhlak terhadap orang

yang berbeda agama ini dibatasi dalam konteks kehidupan sosial saja,

sehingga muncul sikap saling menghargai dan toleransi antar sesama

manusia. Namun dalam persoalan aqidah, agama memberi ketegasan

bahwa tidak terdapat peluang untuk melakukan kerjasama di dalam hal

tersebut. Ajaran toleransi terhadap non muslim (kafir) tergambar dalam

Q.S.60:8-9 yang terjemahannya sebagai berikut:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan

tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya

Page 124: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

121

melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang

memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan

membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa

menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang

yang zalim.” (Depag RI, 1989:924).

4) Akhlak Kepada Bangsa dan Negara

Islam menghendaki terciptanya masyarakat yang adil dan

makmur. Untuk mewujudkan kemakmuran itu Islam mengatur

mengenai hubungan antara sesama manusia. Oleh karena itu,

penekanan tingkah laku individu selalu dikaitkan dengan peranan

sosial, dan juga kualitas keimanannya. Bahkan posisi seseorang

ditentukan oleh aktualisasi dirinya dalam pergaulan di tengah

masyarakat, bangsa dan negaranya.

Jadi, penekanan dari akhlak kepada bangsa dan negara adalah

perwujudan sifat yang mendukung terciptanya kesejahteraan dan

kemakmuran dengan melaksanakan hak dan kewajiban yang telah

diatur oleh negara dan tidak bertentangan dengan aturan tertinggi dari

Allah SWT. Seseorang warga negara yang baik akan selalu memberi

kontribusi dan prestasi yang berharga kepada bangsa dan negaranya.

Karena bangsa dan negara dengan warganya memiliki hubungan timbal

balik yang tidak dapat dipisahkan.

Selanjutnya dalam konteks kehidupan bermasyarakat akhlak

Islam itu lahir dalam bentuk persaudaraan yang disebut dengan

Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah artinya persaudaraan, dan ukhuwah

Islamiyah maksudnya persaudaraan sesama umat Islam. Ukhuwah ini

didorong oleh kekuatan iman dan spiritual yang melahirkan perasaan

yang kasih sayang.

Oleh sebab itu Ukhuwah Islamiyah adalah sifat yang menyatu

dengan iman dan takwa. Tidak ada ukhuwah tanpa iman, dan tidak ada

iman tanpa ukhuwah. Begitu juga tidak ada persahabatan tanpa takwa,

dan tidak ada takwa tanpa persahabatan, sebagaimana firman Allah

dalam Q.S 49:10 dan Q.S 43:67 yang terjemahannya sebagai berikut:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara…" (Depag,

R.I, 1984: 846).

"teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya manjadi musuh

sebagian yang lain, kecuali orang-orang bertakwa." (Depag, R.I,

1984:803)

Di samping itu ukhuwah juga merupakan wujud perasaan

kolektif dalam bermuamalah antar manusia. Ia menyatukan irama hati

dari bermacam-macam orang. Ia akan menjadi harmonika yang merdu

Page 125: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

122

dalam sebuah simponi. Alunan simponi yang indah ini dapat menjadi

suatu kekuatan besar dalam membangun umat.

Beberapa kisah teladan yang dicatat dengan tinta emas dalam

sejarah Islam antara lain ketika khalifah Umar bin Khathab sedang

melakukan patroli malam (ronda) hingga sampai ke pingiran kota

Madinah, dalam patrolinya terdengar sayup-sayup suara tangis anak-

anak yang berasal dari sebuah rumah, ternyata tangisan dari anak-anak

yang menunggu masakan ibunya, namun setelah diselidiki yang

dimasak sang ibu hanyalah batu-batu (yang memang tidak akan

mungkin matang) dengan harapan anaknya bisa menunggu dan tertidur

keletihan, sang ibu yang memang tidak tahu bahwa yang datang adalah

amirul mukminin kemudian berujar “khalifah tidak perhatian dan

peduli pada rakyatnya”, tersentaklah Umar mendengar hal tersebut,

kemudian dengan berlinangan air mata beliau pergi ke baitul maal dan

mengambil sekarung gandum untuk diberikan kepada keluarga malang

tadi. Ketika hendak memikul gandum tersebut, pembantu khalifah

berusaha melarang Umar mengangkatnya sendiri, namun disanggah

olehnya “maukah engkau memikul dosa dan kesalahanku di akhirat

nanti?” maka dengan penuh rasa tanggungjawab kasih dan sayang

kepada rakyatnya beliau langsung memikul dan mengantarkan karung

berisi gandum tersebut kerumah sang ibu.

Itulah perasaan kolektif menjadi gelombang besar yang dapat

menggerakkan sebuah kekuatan umat. Akan tetapi perasaan kolektif

ketika manusia hidup dengan sikap dan gaya individualistik. Sikap ini

menjadi barang langka yang jarang ditemukan. Sikap individualistik

mendorong manusia bersikap acuh tak peduli pada urusan orang lain.

Bahkan pada urusan yang bersifat hidup matinya seseorang.

Tetapi kita merasa risih dengan kian rapuhnya rasa toleransi

(tasamuh) di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini. Apakah itu

pengaruh globalisasi yang memungkinkan satu paham, ideologi atau

tingkah laku sekelompok orang semakin mudah diakses dengan cepat

oleh pihak lain melalui media elektornika seperti TV, Video, Internet?

Tidak mengherankan pada pergaulan masyarakat di hari ini tidak lagi

mempedulikan apa yang dialami orang lain. Sebelah rumahnya sedang

kesusahan ia tidak mengetahuinya. Tetangganya sedang merenggang

nyawa ia tidak mendengarnya. Tidaklah aneh saat ini apabila orang

mengenal tetangganya bukan ketika bercengkerama di rumah-nya,

melainkan ia mengetahui tetangganya itu di tempat yang jauh dan

terjadi pada kurun waktu yang cukup lama setelah bertetangga. Dalam

sebuah pesta besar, ada seorang pria terheran-heran pada kenalannya di

pesta itu. Pasalnya, kenalan barunya itu adalah tetangga sebelah

rumahnya. Padahal mereka telah lama hidup saling bertetangga.

Page 126: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

123

Penulis juga punya pengalaman sebagai warga dalam dalam

satu kompleks perumahan dimana orang-orang yang punya mobil

dengan seenaknya memarkir mobilnya tanpa memberi jalan untuk

tetangganya. Ketika saya meminta kepada salah seorang anak muda

pemilik mobil itu untuk menggeser mobilnya sedikit supaya saya bisa

lewat, dia menjawab, “Inikan rumah saya Pak”. Hati saya tersentak

mendengar ucapan anak muda yang juga seorang mahasiswa itu,

sebegitu individualnya kehidupan saat ini. Orang tidak mau tahu dan

peduli tentang hidup bertetangga, arti toleransi, kesopanan, kesusilaan

apalagi akhlak.

Islam memandang buruk sikap demikian. Karena perasaan

kolektif menjadi bukti keimanan. Islam mengajarkan umatnya untuk

selalu menjalin perasaan kolektif ini. Ia adalah nadi dari geliat umat ini.

Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantaramu

apabila tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri”.

(H.R. Bukhari dan Muslim)

5. Ukhuwah Islamiyah dan Realisasinya Banyak orang beranggapan bahwa kata ukhuwah islamiyah

berarti persaudaraan di kalangan sesama muslim saja. Anggapan

semacam ini agaknya kurang tepat bila kita memperhatikan: Pertama,

dari segi bahasa (lughawi), susunan ungkapan ukhuwwah islamiyyah

dalam bahasa Arab adalah susunan antara sifat dan yang diberi sifat.

Jadi terjemahannya yang lebih tepat tentunya persaudaraan yang

bersifat keislaman. Maksudnya persaudaraan yang berlandaskan pada

ajaran Islam, dan bukan persaudaraan antara sesama muslim, karena

kata islamiyah di belakangnya adalah kata sifat bukan mudhaf ilaih

(penisbatan) yang bisa diartikan sebagai milik atau kepunyaan. Kedua,

persaudaraan yang diperkenalkan oleh Al-Qur`an terdiri atas berbagai

bentuk, yang melebihi ikatan agama atau keyakinan. Dengan demkian,

jelaslah bahwa persaudaraan yang diajarkan oleh Islam itu sangat luas

cakupannya. Hal ini dapat dipahami dari Q.S. 49:13 yang terjemahnya

sebagai berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal. Sesungguhnya orang yang palng mulia di antara kamu di

sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Depag.

R.I, 1984: 847).

Page 127: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

124

Mencermati ayat-ayat Al-Qur`an tentang persaudaraan akan

ditemukan beberapa bentuk persaudaraan yang ditunjukkan oleh Islam,

antara lain: “(1) Saudara kandung (2) Saudara yang dijalin oleh ikatan

keluarga (3) Saudara sebangsa walau tidak seagama (4) Saudara

dalam satu masyarakat walaupun terdapat perselisihan paham (5)

Saudara seagama” (M.Quraish Shihab, 1996:487-488).

Adapun persaudaraan dalam bentuk pertama itu diikat oleh

pertalian darah yang di dalam hukum Islam berimplikasi pada hak

kewarisan (saling mewarisi), dan haramnya saling menikahi antara

individu yang bersaudara itu. Ada juga persaudaraaan yang dijalin oleh

ikatan keluarga tapi bukan saudara kandung misalnya persaudaraan

anatara N. Musa dan N. Harun djelaskan di dalam Q.S. 20:29-30

sebagai berikut:

“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu)

Harun, saudaraku” (Depag, R.I, 1987:478).

Persaudaraan yang diikat oleh rasa sebangsa mungkin saja tidak

ada pertalian darah yang jelas namun persaudaraan itu dapat diikat oleh

perasaan senasib sepenanggungan, meskipun berbeda suku, ras, bahasa

dan bahkan agama, seperti bangsa Indonesia. Persaudaraan yang diikat

oleh rasa sebangsa tapi tidak seagama dicontohkan Al-Qur`an dengan

persaudaraan antara N. Hud dan kaum „Ad. “kaum „Ad adalah nama

satu suku yang tinggal di padang pasir antara negeri Syam dan Yaman

(jazirah Arab) yang menyembah berhala. N. Hud diutus kepada kaum

ini agar mereka menyembah Tuhan Yang Esa, Allah Swt.” (Mahmud

Yunus, 1979:317). Tetapi mereka mengingkari seruan N. Hud

sehingga mereka dimusnahkan (Q.S. 69:6-7; Q.S. 11:50-60).

Persaudaraan yang diikat oleh satu masyarakat adalah

sebagaimana disebutkan dalam Q.S. 38:23 sebagai berikut:

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan

ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia

berkata: „serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan

aku dalam perdebatan” (Depag. R.I, 1984: 735).

Ayat ini sehubungan dengan persengketaan yang terjadi antara

dua orang pengembala kambing. Yang pertama memiliki 99 ekor

sedangkan yang kedua hanya memiliki satu ekor kambing. Tapi orang

yang pertama itu ingin meminta atau menguasai kamabing saudaranya

yang satu ekor itu. Sebaliknya, ketentuan hak untuk saling mewarisi

antara dua orang bersaudara sedarah bisa batal dan hapus disebabkan

perbedaan agama. Namun, dalam hal ini bukan berarti tali persaudaraan

di antara keduanya putus sama sekali. Misalnya persaudaraan antara

Page 128: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

125

anak dengan orang tuanya yang musyrik/musyrikah tidak boleh putus

dalam batas-batas keduniaan melainkan harus dibina dengan baik

(ma‟ruf). (Q.S.31:15).

Akhir-akhir ini muncul istilah ukhuwah wathaniyah

(ukhuwwatun wathaniyyatun) yang biasa diterjemahkan dengan

“persaudaraan kebangsaan”. Persaudaraan ini pada awalnya muncul

dari rasa senasib sepenanggungan antar berbagai suku bangsa yang

berbeda bahasa, ras, adat istiadat dan budaya yang kemudian diikat

oleh suatu tekad dan janji bersama, yakni: satu bangsa, satu tanah air,

seperti kasus yang terjadi di Indonesia sehingga melahirkan bangsa

Indonesia. Kemudian tekad itu diperkuat lagi dengan satu ketentuan

hukum yang disepakati bersama yakni pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Ikatan tersebut alhamdulillah masih dapat kita

pertahankan sampai hari ini meskipun berbagai cobaan sudah dilalui.

Inilah barang kali suatu kenyataan takdir Tuhan yang dialami bangsa

Indonesia seperti juga bangsa-bangsa lainnya.

Masyarakat Indonesia terkenal dengan masyarakat yang

majemuk (plural). Furnival dalam (Akhyar Yusuf, 2005:1)

mengemukakan, masyarakat plural itu mengacu pada suatu tatanan

masyarakat yang di dalamnya terdapat berbagai unsur masyarakat yang

memiliki ciri-ciri budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam bidang

sosial –budaya pluralisme itu adalah keyakinan bahwa realitas sosial-

budaya itu beragam, berbagai kelompok dengan budaya dan nilai-

nilainya masing-masing relatif independen dan organisasinya mewakili

bidang dan pekerjaan yang berbeda-beda. Kesadaran akan perbedaan

tersebut, menurut Hasbi Indra dalam (Komarudin Hidayat et.al,

2001:370), adalah sebagai dinamika yang normal dan wajar dalam

kelompok masyarakat sebagai umat yang satu hendaklah selalu

ditumbuhkembangkan melalui sikap-sikap tenggang rasa, welas asih,

saling menghargai, penuh pengertian dan bersikap adil (moderat) dalam

menyikapi perbedaan. Hal ni tentu saja apabila ia dapat disikapi secara

arif dengan mengembangkan sikap toleransi.

Sikap mengakui serta menerima keberagaman sebagai akibat

dari kenyataan adanya perbedaan-perbedaan itulah yang dikenal dengan

pluralisme. Sikap semacam ini, menurut Nugroho (2005:1),

“memperkuat dan meneguhkan teladan „bagimu agamamu dan bagiku

agamaku‟.” Dengan kata lain, tetap dapat menjalin kehidupan yang

damai dalam keberbedaan akidah. Persaudaraan semacam ini pernah

dicontohkan dengan baik oleh Rasulullah di Madinah antar umat dari

berbagai etnik dan agama di bawah seperangkat aturan yang terangkum

dalam “Piagam Madinah” (mitsaq al-madinah). Selanjutnya apa

yangdisebut dengan ukhuwah islamiah selama ini yang diartikan

Page 129: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

126

sebagai persaudaraan sesama muslim sebenarnya lebih tepat disebut

ukhuwah fi dinil islam yaitu persaudaraan interen umat Islam atau

persaudaraan seiman (Q.S.49:10).

Pada dasarnya ukhuwah adalah bahasa amal bukan bahasa teori

atau konsep. Sikap kesadaran bersaudara dalam Islam merupakan

pancaran kebiasaan yang berasal dari sinar keimanan. Sinar keimanan

yang lahir dari pembiasaan watak dan prilaku para pemiliknya. Karena

itu, sikap ini tidak dapat dihambat oleh berbagai kalkulasi material. Ia

begitu lancar untuk bertindak cepat memutuskan pilihan-pilihan sulit

baginya. Ia tidak mempedulikan keuntungan apa yang bakal diperoleh

malah ia rela mendapatkan kerugian bagi dirinya asalkan saudaranya

meraih kebahagian atas sikapnya.

Rasulullah SAW. memberikan resep sederhana untuk dapat

mengikat kembali tali-tali yang putus hingga dapat menghimpun hati-

hati yang retak. Beliau mengatakan: “Sebarkanlah salam, berikanlah

makan dan dirikanlah shalat malam”. Resep ini memang terkesan

sangat simple namun setelah diamalkan efek positifnya luar biasa

dalam merajut hati kaum muslimin yang bersaudara.

Pertama, mengucapkan dan menyebarkan salam. Dalam

kegiatan ini bisa dijabarkan dengan bermacam-macam perlakuan,

diantaranya bertanya bagaimana kabarnya, keluarganya, istri dan

anaknya? Baik-baikkah mereka. Bagaimana mereka selama ini. Adakah

yang sakit. Adakah yang mendapatkan musibah atau adakah diantara

mereka yang telah dianugerahi Allah kebaikan yang dapat

menyenangkan orang banyak. Dapat saling mendoakan keadaan

masing-masing agar meraih kemudahan dalam menjalani aktifitas

hariannya serta mendapatkan karunia dari Allah sehingga meredam

rasa berat dalam menerima ujian dan cobaan hidup. Dan banyak lagi

segudang ungkapan untuk memulai menyebarkan salam sesama

muslim.

Mengucapkan dan menyebarkan salam juga berfungsi menjadi

jembatan komunikasi ummat dalam Islam, persoalan menjalin

komunikasi yang harmonis menjadi kebutuhan asasi masyarakat

modern, karena dengan komunikasi manusia menemukan eksitensi

dirinya sebagai makhluk yang multi dimensional. Makhluk yang

dihargai oleh lingkungan sekitarnya. Saat ini banyak kita temukan

orang yang kehilangan rasa, termasuk rasa dalam berkomunikasi ketika

bergaul antar sesama. Makanya banyak orang berupaya mencari tempat

kongkow-kongkow hanya sekedar mendapatkan sebuah tali komunikasi

yang tidak diikat oleh formalitas kehidupan. Sehingga mereka bisa

berbicara dan tertawa lepas yang selama ini tidak mereka temukan

karena masih dirasakan terdapat dinding pembatas hati mereka.

Page 130: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

127

Karena komunikasi yang harmonis bagi masyarakat barat amat

mahal, karena selama ini mereka menjalani kehidupan ini secara

mekanik. Melakoni satu babak kehidupan ke babak berikut bagai mesin

yang rutin berputar. Tanpa seni yang menyentuh ruang hati manusia

yang paling dalam. Kondisi ini membuat mereka berupaya untuk

menemukan format baru dalam berkomunikasi dengan sesama. Di

antaranya mereka mengadakan pasar loakan setiap hari libur sebagai

sarana mereka berkomunikasi. Mereka bisa saling tawar menawar suatu

harga barang yang selama ini mereka jualbelikan dengan mesin atau

robot. Mereka dapat saling menyapa untuk menanyakan dimana

tinggalnya, dari mana asalnya, sudah berapa lama tinggal di daerah itu

dan sapaan lainnya. Dari saling menyapa itulah hubungan yang kaku

diantara mereka mencair seketika, akhirnya mereka begitu akrab satu

sama lainnya. Orang bijak mengatakan, „berkomunikasilah karena ia

seni kehidupan„.

Sebagai contoh ketika seorang sahabat merasa tersanjung ketika

Rasulullah SAW jalan beriringan di sampingnya sambil beliau

menanyakan keadaannya. Sikap ini menunjukkan betapa manisnya

pergaulan yang dilakukan Rasulullah SAW. kepada sahabatnya

begitupun sebaliknya.

Media berkomunikasi saat ini sangat banyak apalagi kemajuan

teknologi dapat menunjang pelaksanaannya. Berkomunikasi dapat

dilakukan melalui silaturrahmi atau mengunjunginya. Dengan

mengunjungi kita dapat menuangkan berbagai suasana hati. Dapat

saling bertatap muka, saling bertegur sapa dan saling mengekspresikan

raut wajah yang dapat disaksikan oleh mitra bicara.

Berziarah atau mengunjungi saudaranya yang muslim

merupakan sebagian tanda keimanan. Karena ia adalah hak sesama

muslim. Dengan mengunjungi kita dapat berkomunikasi dan berbagi

perasaan, pengalaman, pelajaran serta berbagi lainnya.

Rasulullah SAW. bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia

menghubungkan silaturrahim”. (H.R. Muslim)

Dan komunikasi dapat pula dilakukan lewat piranti teknologi canggih

sekarang ini, bisa melalui telepon, internet, email, surat atau media-

media lainnya.

Kedua, memberi makan (hadiah). Hadiah pertanda penghargaan

dan kasih sayang. Ia wujud perhatian yang dalam. Karenanya hadiah

jangan dipandang dari nilai nominalnya akan tetapi lihatlah bahwa

adalah ekspresi kecintaan.

Page 131: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

128

Rasulullah SAW. bersabda: “Salinglah berbagi hadiah niscaya

kalian akan saling mencintai”. (H.R. Tirmidzi). Hadiah sebagai media

mengungkapkan kata hati pada seseorang dalam kondisi tertentu.

Maka tidaklah naif memberikan hadiah yang sepertinya tidak begitu

bernilai. Sebab ia adalah bentuk visualisasi dari atensi yang besar.

Oleh karena itu tidak perlu merasa malu untuk memberikan hadiah

yang tidak mewah atau mahal. Malah dalam sebuah riwayat

diceritakan bahwa ada seorang sahabat Nabi SAW. yang memberikan

hadiah berupa sekerat kurma kepada saudaranya, Nabi SAW.

mendengar berita itu tersenyum bahagia. Duhai mulianya ia yang mau

memberikan hadiah meski kondisi hidupnya dalam kesulitan. Memang

alangkah bagusnya bila mampu memberikan hadiah yang menarik

serta bernilai lebih. Apalagi hadiah yang diberikan kepada saudaranya

sangat ia sukai.

Firman Allah SWT dalam Q.S 3: 92 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan

apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah

mengetahuinya”. (Depag, R.I, 1989:91)

Ukhuwah Islamiyah tidaklah sama dengan cita rasa humanisme

seperti yang dipahami banyak orang. Sehingga mereka melakukan

suatu kebaikan lantaran faktor humanisme, tidak dikaitkan dengan

nilai-nilai moralitas yang tertanam dari benih ideologi samawiyah,

bersumber dari Tuhan. Akan tetapi ukhuwah Islamiyah merupakan

manivestasi keimanan pelakunya. Keimanan yang stabil senantiasa

memproduk amal khairiyah dan merealisasikannya dalam bentuk nyata

tatkala bermuamalah dengan banyak manusia, sebaliknya keimanan

yang labil dapat menghambat produktivitas amal tersebut.

Hubungan personal ketika bermuamalah pada sesama muslim

memang tidak diikat pada simpul-simpul kesatuan aktivitas manusia

dalam kesehariannya. Mereka tidak disatukan karena motivasi materi,

kesukuan, kondisi temporer yang mereka alami. Melainkan hubungan

mereka diikat oleh keimanan. Keimananlah yang menjadi pijakan

muamalah mereka. Keimanan ini melandasi hubungan mereka yang

teramat indah itu. Wihdatul aqidah itulah jawabannya. Menjadi

kewajiban setiap kader untuk membangun bangunan keimanan yang

kokoh agar dapat merefleksikannya dalam berinteraksi antar sesama.

Keimanan yang selalu bersinar terang akan menyalakan

kepekaan ukhuwah. Hasasiyah (kepekaan) ukhuwah ini akan semakin

dinamis bila dilakukan dua arah. Sehingga semua pihak menahan diri

Page 132: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

129

untuk hanya menikmati ukhuwah orang lain. Akan tetapi masing-

masing pihak berupaya untuk dapat menyenangkan khalayak

sekitarnya. Menjadi kepuasan bagi dirinya apabila kelebihannya dapat

dicicipi oleh banyak orang.

Lihatlah sejarah manusia-manusia pilihan yang telah mengukir

indahnya peradaban orang-orang yang beriman. Mereka tidak bakhil

pada orang lain akan kelebihan dirinya. Mereka tidak pula celamitan

pada kebaikan orang lain. Mereka merasa bahagia apabila orang lain

merasakan kebaikannya. Dan mereka terhina apabila orang lain

terepotkan lantaran dirinya.

Pagi-pagi Rasulullah SAW. tersenyum melihat seorang sahabat

yang telah membuktikan sikap ukhuwahnya pada saudaranya yang lain.

Beliau mendapatkan informasi bahwa sahabat tersebut menjamu

tamunya dengan hidangan yang diperuntukkan keluarganya. Agar

tamunya berselera menyantap hidangannya, dia matikan lampu rumah

sehingga makanan yang disajikan tidak tampak pada sang tamu. Hal itu

dilakukan untuk menghilangkan rasa sungkan tamunya untuk

menyantap makanan tersebut. Lantaran porsi hidangan yang tersedia

hanya cukup untuk seorang, untuk menyenangkan hati tamunya, tuan

rumah berpura-pura sedang menyantap makanan tersebut bersama-

sama dengan lahap. Sikap inilah yang mendapatkan senyuman malaikat

dan membuat senang hati Rasulullah SAW.

Juga ketika Rasulullah SAW. membangun Madinah sebagai

sentral aktivitas muslim, beliau mempersaudarakan sahabat Muhajirin

dan Anshar. Di antaranya Abdurrahman bin Auf RA. dipersaudarakan

dengan Saad bin Rabi‟i RA. Dengan hati yang tulus Saad bin Rabi‟

mengatakan: “Aku memiliki beberapa perniagaan silahkan ambil yang

kau cenderungi. Dan aku mempunyai beberapa isteri silahkan lihat

mana yang menarik hatimu. Akan aku ceraikan dia dan nikahilah

setelah selesai masa iddahnya”. “Semoga Allah senantiasa memberkahi

dirimu dan keluargamu, terima kasih atas penawaranmu. Akan tetapi

lebih baik bagiku tunjukkanlah padaku dimana pasar?” Jawab

Abdurrahman bin Auf RA.

Betapa manisnya kehidupan orang-orang yang beriman. Mereka

dapat memposisikan dirinya secara tepat. Mereka dapat merasakan

kesusahan dan kebahagiaan saudaranya. Mereka tahu betul apa yang

mesti dilakukan untuk orang lain. Mereka merasa bersedih apabila

tidak mampu berbuat banyak untuk orang lain.

6. Proses terbentuknya Ukhuwah Islamiyah Persaudaraan yang terjaga dengan tali Allah merupakan

kenikmatan yang diberikan Allah atas jamaah muslimah; yaitu nikmat

Page 133: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

130

yang diberikan bagi mereka yang dicintai dan dikehendaki Allah dari

hamba-hambaNya. Hal ini mengingatkan kepada kita akan nikmat yang

begitu besar, dan mengingatkan kita bagaimana kita sebelumnya dalam

keadaan jahili saling bermusuh-musuhan.

Dalam sejarah diketahui bahwa tidak ada seorang pun yang

tidak memiliki permusuhan antara kaum Aus dan Khazraj di kota

Madinah sebelum Islam. Namun setelah masuk Islam, Allah

menyatukan hati di antara mereka. Tidak ada solusi sedikit pun kecuali

Islam yang dapat menyatukan hati yang beragam bentuknya, tidak ada

yang terjadi kecuali karena tali Allah yang dapat menyatukan mereka

menjadi saudara, dan tidak mungkin hati-hati itu akan bersatu kecuali

karena ukhuwah fillah.

Berikut ini akan dijelaskan proses terbentuknya ukhuwah

Islamiyah yaitu:

a. Ta'aruf, yaitu saling kenal mengenal (Q.S 49:13) antar lain

mengenal nama, fisik, tempat tinggal, pekerjaan, hobi dan keluarga.

b. Tafahum, saling memahami, yaitu saling, memahami kondisi

mental, sifat, karakter, watak dan lain-lain.

c. Ta'awun, saling tolong menolong dalam suka dan duka dalam

meningkatkan ketakwaan.

d. Takaful, saling mendukung program dan kegiatan saudara dalam

rangka menegakkan tali per-saudaraan yang berlandaskan iman dan

takwa.

Potret ukhuwah Islamiyah yang telah dilakoni para pendahulu

menggores kesan mendalam yang teramat indah bagi peradaban

manusia. Bagaimana tidak, seseorang rela mati demi saudaranya.

Mereka lebih memilih lapar bagi dirinya daripada saudaranya yang

lapar. Mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain dari

kepentingan diri mereka sendiri meskipun mereka teramat

membutuhkannya. Mereka sangat menjaga kehormatan dirinya

ketimbang harus menjadi orang yang rakus lagi terhina. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam Q.S 59:9 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah

beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin)

mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka

tiada menaruh keingan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang

diberikan kepada mereka (kaum Muhajirin) dan mereka

mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri.

Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa

yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang

yang beruntung” (Depag, R.I, 1989:917)

Page 134: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

131

Memelihara Ukhuwah

Ukhuwah (tali persaudaran) perlu dipelihara sebaik-baiknya dengan

menghindari hal-hal yang dapat merusak dan menghancurkannya.

Allah berfirman dalam Q.S.49:11-12 yang terjemahannya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan

itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih

baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan

memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

Barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang

yang zalim”. (Depag RI, 1989:847).

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang

suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

(Depag RI, 1989:847).

Ayat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa untuk

memelihara tali persaudaraan (ukhuwah) kita harus menghindari enam

sifat atau tingkah laku yang berpotensi merusaknya yaitu (1) saling

menghina antar sama, (2) mencela diri sendiri melalui celaan terhadap

orang lain, (3) memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk

(tidak menyenangkan), (4) berprasangka buruk terhadap orang lain, (5)

mencari-cari kesalahan/kelemahan seseorang, dan (6) bergunjing

(ghibah).

7. Akhlak yang berhubungan dengan lingkungan Yang dimaksud lingkungan di sini adalah tempat manusia hidup

dan mencari penghidupan. Ada lingkungan alam yang terdiri dari fauna

dan flora dan ada pula lingkungan sosial yang terdiri dari manusia.

Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial wajib dipelihara

dengan sebaik-baiknya. Karena memelihara lingkungan adalah salah

satu tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Seorang muslim

memandang alam sebagai milik Allah yang wajib disyukuri dengan

Page 135: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

132

cara menggunakan dan mengelolanya supaya memberi manfaat bagi

kehidupan manusia dan makhluk lainnya, baik yang hidup sekarang

maupun generasi yang akan datang.

Dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang berhubungan dengan

akhlak terhadap lingkungan ini, di antaranya yang menjelaskan tentang

larangan berbuat kerusakan baik di laut maupun di darat, sebagaimana

firman Allah SWT dalam Q.S 30:41 yang terjemahannya sebagai

berikut:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar.”(Depag. R.I, 1984:647)

Sehubungan dengan penjagaan serta pemeliharaan

lingkungan ini Rasulullah Saw menyuruh kita bercermin kepada lebah

karena lebih adalah makhluk hewan yang taat azas dalam memelihara

kebersihan. Sabda Rasulullah:

“Orang mukmin itu ibarat lebah, jika ia makan ia akan

memakan yang baik (bersih), dan jika ia mengeluarkan sesuatu dari

perutnya ia keluarkan yang baik, dan jika ia hinggap di salah satu

ranting yang sudah lapuk ia tidak merusaknya”.

Hadis ini menggambar tiga kebiasaan lebah yang selalu ia

pertahankan di dalam kehidupannya. Yaitu (1) memilih makanan yang

bersih untuk dikosumsi (2) mengeluarkan/memproduksi yang baik-baik

untuk disumbangkn kepada orang lain, yakni berupa madu (3) tidak

mau merusak lingkungannya. Seandainya bolehlah memakaikan kata

“wibawa” kepada binatang maka lebah adalah binantang yang paling

tinggi wibawanya, baik dari segi solidaritas maupun kekompakannya

yang kadang-kadang dapat mengatasi kewibawaan manusia. Sebagai

contoh, lebah tidak mau mengganggu selama ia tidak diganggu. Tetapi

apabila ada pihak yang mencoba mengganggu warganya, maka mereka

dengan kompak menyerangnya sampai dapat.

Page 136: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

133

BAB VII

HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A.Sekilas tentang Sejarah dan Pengertian Hak-hak Asasi Manusia

Pernyataan tentang hak-hak asasi manusia sebenarnya sudah

muncul sejak terjadinya revolusi Prancis tahun 1789 yang dikenal

dengan istilah de I‟homme yang isinya adalah tentang hak-hak yang

dimiliki oleh warganegara (Kosasih, 2003:xvii). Pernyataan tersebut

diikuti pula oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di dalam bahasa

Inggrisnya disebut pada mulanya dengan istilah fundamental human

rights, kemudian diringkas menjadi human rigt saja yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Idonesia dengan hak-hak asasi manusia

(HAM). Di dalam kamus bahasa Indonesia hak asasi diartikan sebagai

“hak dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan hak mendapatkan

perlindungan” (KBBI, 1988:292).

Bila ditelusuri jauh ke belakang tentang sejarah HAM, para

pakar di Eropah umumnya berpendapat bahwa cikal bakal HAM itu

sebenarnya telah ada sejak lahirnya Magna Chatra 1215 di kerajaan

Inggris. Di dalam Magna Chatra itu disebutkan antara lain bahwa

kekuasaan raja yang bersifat absolut dapat dibatasi dan dimintai

pertanggungjawabannya di muka hukum. Dari situlah lahirnya doktrin

„raja tidak kebal hukum‟ dan harus bertanggungjawab kepada rakyat.

Walaupun kekuasaan membuat undang-undang di masa itu berada di

tangannya (Baharuddin Lopa, 1996:2). Semangat Magna Chatra inilah

yang kemudian melahirkan undang-undang dalam kerajaan Inggris

tahun 1689 yang dikenal dengan undang-undang hak (Bill of Right).

Peristiwa tersebut saat itu dianggap sebagai keberhasilan rakyat Inggris

melawan kecongkakan raja John sehingga muncul sebuah adagium

yang berintikan “manusia sama di muka hukum (equality before the

law)”. Adagium ini kemudian memperkuat dorongan timbulnya negara

hukum dan demokrasi yang mengakui dan menjamin asas persamaan

dan kebebasan sebagai warganegara. Hal ini pula yang turut memberi

semangat lahirnya Deklarasi Prancis (The French Declaration) tahun

1789 sebagaimana sudah disinggung di atas. Deklarasi itu berisikan

antara lain; tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-

mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa

surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Pernyataan ini

selanjutnya dipertegas dengan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat

(freedom of expression), kebebasan menganut keyakinan/agama

(freedom of religion), pelindungan terhadap hak milik (the right of

properti) dan hak-hak dasar lainnya.

Page 137: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

134

Deklarasi yang merupakan buah dari revolusi Prancis tersebut

telah berhasil meruntuhkan sistem masyarakat feodal termasuk sistem

pemerintahan negara yang bersifat absolut. Dari situ dirumuskan tiga

prinsip yang dikenal dengan Trisloganda, yakni; (1) kemerdekaan

(liberte) (2) kesamarataan (equalite) (3) kerukunan dan persaudaraan

(fraternite) yang kemudian melahirkan Konstitusi Prancis 1791

(Kuntjoro Probopranoto, 1982:18-19). Sebelumnya yakni pada tahun

1776, di Amerika sudah muncul deklarasi kemerdekaan (declaration of

independence) yang isinya menegaskan bahwa “manusia adalah

merdeka sejak dalam perut ibunya, sehingga tidak logis bila sesudah

lahir ia harus dibelenggu”. Sementara itu Jan Materson dalam

Baharuddin Lopa (1996:1), mengartikan hak-hak asasi manusia sebagai

hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia

mustahil hidup sebagai manusia ”Human right which are inheren in

our nature and wathout which we can not live as human being”.

Menurut seorang cendekiawan Muslim Pakistan, Al-Maududi, hak

tersebut bukanlah pemberian dari siapa-siapa atau seorang raja

sekalipun. Hak asasi dalam pandangan Islam adalah pemberian Tuhan,

tak seorangpun berhak mencabutnya kembali atau membatalkan (Tahir

Mahmood, Ed. 1993:2). Kemudian di dalam UU RI No. 39 Tahun 1999

Ps.1 disebutkan bahwa “hak asasi manusia adalah seperangkat hak

yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Mahaesa dan merupakan anugerah-Nya yang dihormati,

dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah,

dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia”.

Adapun HAM yang digunakan di dunia sekarang ini umumnya

berpedoman kepada rumusan HAM yang dicetuskan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Pernyataan Semesta tentang Hak-

hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang

disingkat dengan UDHR. Deklarasi ini dikeluarkan pada tanggal 10

Desember 1948, sehingga tanggal ini diperingati sebagai hari HAM

sedunia. Deklarasi ini terdiri atas 30 pasal. Selain itu juga ada Deklarasi

Kairo yang lahir pada tanggal 5 Agustus 1990 yang lebih dikenal

dengan Cairo Declaration disingkat dengan CD. Inilah rumusan

tentang hak-hak asasi manusia (HAM) yang bercirikan Islam. Deklarasi

Kairo ini terdiri atas 25 pasal. Indonesia juga telah meratifikasi HAM

yang dicetuskan PBB tersebut di masa presiden B.J. Habibi sehingga

lahirlah Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Undang-

undang yang terdiri atas 106 pasal tersebut isinya tidak hanya berbicara

tentang hak asasi tetapi juga kewajiban asasi manusia dan sebagai

warganegara RI.

Page 138: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

135

B. Konsep HAM Yang Kontroversial

Rumusan tentang hak-hak asasi manusia (HAM) yang dianggap

legal dan dijadikan standar hingga saat ini adalah produk yang

diterbitkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). HAM yang

hanya terdiri dari 30 pasal itu ternyata belum dapat mengakomodasi

keinginan serta kepentingan semua bangsa-bangsa di dunia yang amat

beragam latar belakang budaya dan agamanya. Bagi kita umat Islam

kejanggalan yang amat prinsipil di dalam pasal-pasal HAM tersebut

dapat dilihat antara lain :

1. Pasal 16 berbunyi : (1) Laki-laki dan wanita yang telah

dewasa tanpa pembatasan atas perbedaan ras, kebangsaan

dan agama mempunyai hak untuk menikah dan mendirikan

rumah tangga. Mereka mempunyai hak yang sama di dalam

pernikahan selama pernikahan masih berlangsung dan

waktu perceraian.

(2) Pernikahan dianggap telah terjadi hanya dengan

persetujuan yang bebas sepenuhnya dari kedua belah pihak

calon mempelai.

Substansi dari pasal ini jelas-jelas bertentangan dengan ajaran

Islam yang tidak membolehkan perkawinan dua jenis manusia yang

berbeda agama (antara muslim dengan non muslim). Sedangkan ayat 2

dari pasal tersebut membuka peluang bagi pernikahan tanpa wali dan

saksi sebagai persyaratan wajib (rukun) yang tidak boleh diabaikan

dalam sebuah akad nikah.

2. Pasal 18 berbunyi : “Setiap orang berhak untuk bebas

berpikir, bertobat dan beragama; hak ini meliputi

kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan

kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya

dalam bentuk beribadat dan menepatinya, baik sendiri

maupun dilakukan bersama-sama dengan orang lain, baik

di tempat umum maupun sendiri”.

Pasal ini juga akan berbenturan dengan prinsip-prinsip akidah

Islam. Di dalam Islam memang tidak boleh ada pemaksaan atas

seseorang dalam memilih suatu agama (Q.S. al-Baqarah/ 2:256), tetapi

manakala seseorang telah meyatakan diri sebagai penganut Islam

(muslim), maka diatas pundaknya sudah terpikul kewajiban untuk

memelihara akidah dan syari‟ah Islam. Apabila di satu saat dia pindah

ke agama lain maka ia dihukum sebagai murtad yang dikenakan sanksi-

sanksi tersendiri. Maka pasal 18 UDHR tersebut jelas-jelas melegalisir

dan memberi peluang untuk terjadinya pemurtadan pada seorang

muslim.

Page 139: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

136

Dengan adanya kontroversial inilah maka tidak semua negara

yang tergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dapat

menerima konsep-konsep HAM itu secara totalitas. Lebih-lebih lagi

negara-negara muslim dan yang menjadikan Al-Quran dan Hadis

sebagai dasar negaranya semisal Saudi Arabia.

C. Standar Ganda HAM

Memang diakui, di negara-negara dunia ketiga yang sering

dikonotasikan dengan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan,

banyak terjadi pelanggaran HAM, baik oleh sesama penduduk aslinya,

antara penguasa dan rakyatnya sendiri maupun oleh pihak yang

menjajahnya. Sementara oleh negara-negara maju (Barat), mereka tidak

saja dijadikan sasaran tudingan sebagai pelanggar HAM untuk

kepentingan politik, ekonomi, dan keamanan, mereka bahkan dijadikan

sebagai lahan yang subur bagi tersebarnya isu politis untuk melegalisasi

pelanggaran HAM yang mereka lakukan kemudian. Ironinya, standar

yang mereka gunakan untuk “pelanggaran” HAM itu sendiri terkesan

sangat diskriminatif. Misalnya, PBB yang telah membuat rakyat Irak

menderita selama bertahun-tahun lantaran sanksi ekonomi yang

diterapkan kepada negara yang berpenduduk mayoritas muslim itu,

tidak menyadari sama sekali bahwa ia juga telah melanggar hak-hak

asasi rakyat Irak.

Demikian pula halnya dengan kasus-kasus pencaplokan tanah

penduduk Palestina oleh Israel serta pembantaian terhadap rakyat sipil

mereka terdiri dari anak-anak, orang tua dan kaum wanita, oleh Israel

(Yahudi) dan pembantaian terhadap etnik muslim Bosnia oleh Serbia

dan yang terakhir pembantain terhadap muslim Maluku dan Ambon

oleh kaum Nasrani. Amerika yang menganggap dirinya sebagai “polisi”

dunia dan penajaga HAM itu seperti menutup mata saja atas kejahatan

tersebut. Sementara rakyat Tim-Tim yang sering bergerilya ingin

memerdekakan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi

agenda utama mereka bagi penegakan HAM disana. Padahal masalah

pengungsi mereka saja ternyata juga kurang mendapat perhatian serius

dari badan dunia yang bernama PBB itu. Bukankah nasib rakyat ex

propinsi yang ke 27 RI itu tidak semakin membaik hingga saat ini?

Maka dalam hal ini siapakah yang lebih bertanggung jawab terhadap

nasib mereka? Siapakah sebenarnya pelanggar HAM terbesar di pentas

bumi ini?

Penerapan sikap ganda ini tentu tidak terlepas dari pandangan

mereka yang berat sebelah terhadap HAM itu sendiri. Terlihat pula

disana adanya perbedaan pandangan yang amat mendasar antara Barat

Page 140: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

137

dan Timur tentang hak-hak asasi manusia. Tegasnya, perbedaan

pandangan tersebut terjadi antara Barat dan Islam.

D. Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Islam

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh

Allah dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya. Kesempurnaan

ciptaan manusia tidak hanya dapat dilihat dari segi fisik atau jasmani

tetapi juga dari segi ruhani. Secara jasmaniah manusia diciptakan

dengan organ-organ yang lengkap untuk dapat menjalani hidupnya

dengan dengan layak dan baik seperti pendengaran, penglihatan dan

lidah untuk dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Secara ruhaniah,

manusia dilengkapi dengan akal pikiran („aqlu), hati (qalbu) dan nafsu

(syahwat). Dari ketiga macam instrumen ini lahirlah tindakan-tindakan

yang berperikemanusiaan (manusiawi). Manusia lebih dari hewan yang

diciptakan dengan nafsu tapi tak punya akal pikiran. Manusia juga lebih

dari malaikat yang diciptakan sebaliknya, yakni punya akal pikiran

tetapi tidak punya nafsu. Akal akan mengontrol keinginan-keinginan

yang datang dari dorongan nafsu bekerjasama dengan hati sebagai

pemberi pertimbangan. Allah berfirman:

“Dan sesungguhya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami

angkat mereka di daratan dam di lautan. Kami beri mereka rezki dari

yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Q.S.

Al-Isra‟ 17:70)

Dengan adanya akal, Tuhan memberikan kepada manusia tanggung

jawab (amanah). Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa amanah itu

pada mulanya ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung,

namun karena mereka merasa tidak mampu memikulnya lalu tampillah

manusia memikulnya (Q.S al-Ahzab/33:72).

Pernyataan Allah ini mengandung makan metaforik, yang pada

hakikatnya menunjukkan supremasi (keunggulan) manusia atas

makhluk-makhluk lain. Hal itu disebabkan antara lain, Pertama,

manusia adalah makhluk Tuhan yang dilengkapi dengan akal sebagai

instrument pembeda antara baik dan buruk, yang bermanfaat dan yang

mendatangkan mudarat kepada diri dan lingkungannya. Hal ini tidak

diberikan kepada hewan atau binatang. Kedua, dari segi kejadian atau

penciptaannya, manusia dinyatakan sebagai ahsan taqwim (ciptaan

terbaik). Kata ahsan itu menunjuk kepada konstruksi bentuk tubuh

(fisik) dan juga segi rohaniahnya. Ketiga, dari sekian macam dan jenis

makhluk ciptaan Allah, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang

ditetapkan sebagai khalifah Allah di bumi ini (khalifatullah fil ardh)

Page 141: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

138

(Q.S. al-Baqarah/2:30). Khalifah dalam artian sebagai makhluk yang

dapat memimpin dan mengemban amanah-Nya di bumi.

Untuk dapat menjalankan tugas serta fungsi kekhalifahan

tersebut, maka setiap individu harus mengerti dan menyadari terlabih

dahulu hak-hak dasar yang diberikan Allah kepadanya, seperti

kebebasan, persamaan, perlindungan, dan sebagainya. Dia hendaknya

sadar betul bahwa hak-hak tersebut bukan pemberian dari seseorang,

organisasi, atau Negara tapi adalah anugerah Allah yang sudah

dibawanya sejak lahir ke alam dunia. Hak-hak itulah yang kemudian

dikenal dengan sebutan hak-hak asasi manusia (HAM). Tanpa

memahami hak-hak tersebut adalah mustahil ia dapat menunaikan

tugas-tugas serta kewajibannya sebagai khalifah Allah dengan baik.

Namun persoalannya kemudian apakah setiap individu

menyadari hak-hak tersebut? Jawabannya, adalah belum! Belum setiap

orang, termasuk umat Islam itu sendiri, menyadarinya. Hal ini mungkin

disebabkan rendahnya taraf pendidikan atau sistem sosial-politik

maupun budaya yang kurang kondusif untuk tercapainya kesadaran itu.

E. Perbandingan HAM Barat dan HAM dalam Islam

Meskipun Barat tidak selalu identik dengan non Islam,

demikian pula Timur tidak pula semuanya Islam. Tapi buat sementara

kita menggunakan dikotomi ini sebagai ganti dari dikotomi sekuler di

satu pihak dan Islam di pihak lain. Adapun perbedaan yang mendasar

antara HAM Barat dan HAM dalam perspektif Islam antara lain :

(1) HAM Barat (UDHR) bersumber pada pemikiran filosofis

semata, karena ia speenuhnya produk otak manusia.

Sedangkan HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Al-

Quran dan Sunnah. Karena itu, HAM Barat terkesan sangat

sekularistik.

(2) HAM Barat lebih bersifat antrofosentrik, maksudnya ialah

manusialah yang menjadi fokus utama. Manusia dilihat

sebagai pemilik sepenuhnya hak tersebut. Maka

pertanggung jawaban dalam menegakkan HAM lebih

berpijak serta berorientasi kepada nilai-nilai kemanusiaan

semata. Sedangkan HAM di dalam Islam bersifat

theosentrik. Manusia dalam hal ini dilihat hanya sebagai

makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, bukan

sebagai pemilik mutlak. Oleh Karen itu ia wajib

memeliharanya sesuai dengan aturan Tuhan. Penggunaan

hak tersebut tidak boleh bertentangan dengan keinginan

Tuhan. Dalam penegakkannya, selain untuk kepentingan

kemanusiaan juga didasari atas kepatuhan/ketaatan

Page 142: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

139

melaksanakan perintah Tuhan dan dalam rangka mencari

keridhaan-Nya. Maka di dalam menegakkan HAM itu tidak

boleh berbenturan dengan ajaran syari‟at secara

komprehensif.

(3) HAM Barat lebih mengutamakan hak daripada kewajiban,

karena itu ia lebih terkesan individualistik. Dalam hal ini,

penggunaan hak oleh seseorang kurang memperhatikan

kewajiban memelihara hak orang lain. Sedangkan HAM

dalam Islam mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban pada seseorang. Karena itu, kepentingan sosial

(kebersamaan) sangat di perhatikan. Penggunaan hak-hak

pribadi di dalam Islam tidak boleh merugikan atau

mengabaikan kepentingan orang lain. Seseorang yang

memiliki harta yang melimpah sehingga dengan hartanya

tersebut berpotensi merusak atau merugikan orang lain,

maka tindakan penggunaan hak itu boleh dibatasi. Di masa

Rasulullah ada seorang Anshar datang kepada beliau

menyampaikan pengaduan bahwa pohon kurma milik

Samurah bin Jundub condong dan masuk ke kebunnya

hingga ia dan keluarganya merasa dirugikan. Lalu

Rasulullah memutuskan supaya pohon itu dicabut.

Kemudian, pada masa pemerintahan Umar bin Khatab

pernah terjadi persengketaan antara Dhahak dan

Muhammad bin Muslimah. Ketika Dhahak menggali sebuah

terusan pendek melintasi tanah Muhammad, ia menolak

karena ia tidak mau di ganggu hak pribadinya. Umar

bertanya kepada Muhammad bin Maslamah itu, “Kenapa

kamu melarang saudaramu melakukan hal yang

menguntungkannya dan tidak merugikan kamu sama sekali?

Lalu Umar menyuruh Dhahak untuk meneruskan penggalian

terusan itu walaupun tak disetujui oleh pemilik tanah.

Dalam hal ini Umar menetapkan dua undang-undang pokok

dalam penggunaan hak milik: (1) melarang merugikan orang

lain (2) memberikan manfaat bagi orang lain jika tidak ada

kerugian terhadap si pemiliknya.

(4) HAM Barat lebih bersifat individualistik, dimana

kepentingan indvidu sangat diutamakan bahkan bisa

mengabaikan serta mengalahkan kepentingan sosial.

Sedangkan HAM dalam pespektif Islam selain melindungi

kepentingan individu juga mejaga kepentingan sosial secara

berimbang. Karena itu segala sesuatu yang berpotensi

Page 143: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

140

menimbulkan kemudaratan harus dicegah. Misalnya

larangan khalwat, yakni berduaan di tempat yang sepi bagi

dua insan yang berbeda jenis kelaminnya yang bukan

mahram dan tidak ada kepentingan tertentu yang dapat

dikategorikan ke dalam hal-hal yang bersifat darurat. Selain

itu, penggunaan hak individu menurut Islam harus

memperhatikan kepentingan dan tidak boleh merugikan

orang lain. Di zaman Rasulullah pernah terjadi suatu kasus

seorang dari golongan Anshar datang mengadu kepada

Rasulullah bahwa pohon kurma tetangga kebunnya,

Samurah bin Jandub, condong dan masuk ke kebunnya

hingga ia dan keluarganya merasa dirugikan. Samurah tidak

mau memotong pohon tersebut karena merasa itu adalah hak

miliknya. Tetapi Rasullah memerintahkan agar Samurah

mencabut pohon tersebut.

(5) HAM Barat memandang manusia sebagai pemilik penuh

atas hak-haknya, sedangkan HAM dalam perspektif Islam

memandang manusia sebagai penerima titipan (amanah)

Allah terhadap hak-haknya dan bukan pemilik secara

mutlak. Oleh karenanya, manusia sadar bahwa dirinya akan

dimintai pertanggungjawaban kepada Allah atas hak-hak

tersebut.

Bagaimana perbedaan antara HAM dalam pandangan Barat

dan HAM dalam perspektif Islam dapat dilihat pada skema

berikut:

PERBANDANGAN ANTARA HAM BARAT DAN HAM

ISLAM

No Ham Barat Ham Islam

1

HAM Barat (UDHR)

bersumber pada

pemikiran filosofis

semata, karena ia

speenuhnya produk

otak manusia.

HAM dalam Islam bersumber

pada ajaran Al-Quran dan

Sunnah. Karena itu, HAM Barat

terkesan sekularistik.

2 HAM Barat lebih

bersifat antrofosentrik,

maksudnya manusialah

yang menjadi fokus

utama. Manusia dilihat

sebagai pemilik

sepenuhnya hak

HAM di dalam Islam bersifat

theosentrik. Manusia dalam hal

ini dilihat hanya sebagai makhluk

yang dititipi hak-hak dasar oleh

Tuhan, bukan sebagai pemilik

mutlak.

Page 144: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

141

tersebut.

3

HAM Barat lebih

mengutamakan hak

daripada kewajiban,

karena itu ia lebih

terkesan

individualistik. Dalam

hal ini, penggunaan hak

oleh seseorang kurang

memperhatikan

kewajiban memelihara

hak orang lain.

HAM dalam Islam

mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban pada

seseorang. Penggunaan hak-hak

pribadi di dalam Islam tidak

boleh merugikan atau

mengabaikan kepentingan orang

lain.

4 HAM Barat lebih

bersifat individualistik,

dimana kepentingan

indvidu sangat

diutamakan bahkan

bisa mengabaikan serta

mengalahkan

kepentingan sosial.

HAM dalam pespektif Islam

selain melindungi kepentingan

individu juga menjaga

kepentingan sosial secara

berimbang.

5 HAM Barat

memandang manusia

sebagai pemilik penuh

atas hak-haknya,

sehingga tidak dapat

digaggu gugat oleh

siapapun.

HAM dalam perspektif Islam

memandang manusia sebagai

penerima titipan (amanah) Allah

terhadap hak-haknya. Karena itu

ia juga harus

mempertanggungjawabkannya

kepada Allah.

Dalam mengantisipasi terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak

manusia, Islam berpandangan lebih jauh ke depan. Tindakan preventif

atas pelanggaran HAM lebih diutamakan dari pada represif. Misalnya,

seseorang yang diperkirakan punya gerak-gerik yang mencurigakan

untuk melakukan kejahatan atau tindakan yang dapat merugikan orang

lain boleh dicegah tangannya. Karena itu, misalnya Islam melarang

khalwat (berduaan di tempat yang sepi) antara dua jenis kelamin yang

berbeda yang bukan muhrim. Larangan tersebut tidak boleh

diterjemahkan sebagai pelanggaran hak-hak asasi seseorang, tetapi

lebih dilihat pada tindakan antisipasi atau pencegahan atas

kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM yang lebih fatal lagi.

Tindakan pencegahan itu di dalam Islam di ibaratkan pula

sebagai “larangan terhadap orang-orang yang sedang bermain-main di

pinggir jurang karena dikhawatirkan mereka akan terjatuh ke

Page 145: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

142

dalamnya”. Bahkan ada sebuah kaidah di dalam ushul fiqh

menyebutkan “dar‟ul mafasid muqaddamun „ala jalbil mashalih”

(mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada berbuat kebajikan).

Ini tentu saja jauh berbeda dari HAM yang berpandangan

antrofosentrik dan yang hanya mementingkan hak-hak pribadi,

pencegahan kurang diperhatikan karena takut dituduh melanggar HAM.

Hal ini dapat mengakibatkan merajalelanya kejahatan di sana sini.

Itulah di antara kelemahan HAM dalam paradigma Barat yang

dipropaganda oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

Cikal bakal hak-hak asasi dalam Islam

Sebenarnya cikal bakal hak-hak asasi dalam Islam sudah

dirumuskan oleh ulama-ulama terdahulu. Bertitik tolak dari tujuan

pensyari‟atan (maqashid al-syari‟ah), Islam memandang bahwa tujuan

syari‟at diturunkan adalah untuk kepentingan manusia, memelihara

lima hajat/kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia yakni;

memelihara nyawa (hifzh al-nafs), memelihara akal (hifzh al-„aql),

memelihara harta (hifzh al-mal), memelihara keturunan/kehormatan

(hifzh al-nasb) dan memelihara agama (hifzh al-dien).

1. Penghargaan Islam terhadap nyawa

Nyawa manusia adalah sesuatu yang sangat berharga, karena itu

dalam rangka memeliharanya, Islam melarang pembunuhan tanpa

alasan yang dibenarkan oleh syari‟at. Pembunuhan terhadap satu nyawa

berarti pembunuhan terhadap manusia pada umumnya dalam arti

pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Allah berfirman dalam

Q.S.5:32 sebagai berikut:

.......

Artinya: “....Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan

dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.

dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka

seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan

Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan

(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

Page 146: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

143

mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat

kerusakan dimuka bumi” (Depag RI, 1989:164).

2. Penghargaan Islam terhadap akal

Akal merupakan anugerah Allah yang sangat berharga pada

manusia. Dengan adanya akal manusia dapat menyampaikan

ide-ide/gagasan-gagasan yang akan melahirkan pengetahuan.

Akal itu pula yang menjadi salah satu pembeda antara manusia

dan binatang. Karena itu akal harus dipelihara sebaik-baiknya

agar tidak rusak dan kehilangan fungsinya dalam menjalani

hidup sebagai manusia. Dalam rangka memelihara akal Islam

melarang umatnya mengkonsumsi zat-zat, minuman atau

perbuatan yang berpotensi merusak akal. Misalnya larangan

mengkonsumsi khamar (minuman memabukkan, miras),

Narkoba (Narkotika Psikotropika dan Bahan Adiktif). Juga

dalam rangka memelihara akal, Islam melarang perbuatan-

perbuatan yang berpotensi merusak akal sehat seperti

mempercayai ramalan atau tenung-tenung dari dukun ramal,

ahli nujum atau paranormal. Allah berfirman dalam Q.S.5:90-91

sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,

Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud

hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di

antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi

itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

sembahyang; maka berhentilah kamu (dari

Page 147: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

144

mengerjakan pekerjaan itu).” (Depag RI, 1989:176-

177).

Dalam ayat ini disebutkan empat macam perbuatan yang

berpotensi merusak akal yaitu: khamar, berjudi, berhala, dan

mengundi-undi nasib karena keempat perbuatan tersebut

didalangi oleh syetan yang ingin menghembuskan api

permusuhan dan kebencian antara sesama manusia, di samping

itu membuat pelakunya lalai dari mengingat Allah.

3. Penghargaan Islam terhadap hak kepemilikan

Islam memandang harta sebagai kebutuhan yang sangat vital

dalam kehidupan manusia. Salah satu naluri yang ditanamkan

Allah ke dalam diri manusia dan dipandang sebagai perhiasan

hidup adalah kecenderungan kepada harta benda. Sebagaimana

firman Nya dalam Q.S.3:14 berikut:

Artinya: “Dijadikan indah (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang

ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di

sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Depag RI,

1989:77).

Islam melindungi kepemilikan seseorang terhadap

hartanya karena harta adalah bahan pokok untuk menjalani

hidup. Dengan demikian Islam tidak menghalalkan seseorang

mengambil dan menguasai harta orang lain tanpa alasan yang

dapat dibenarkan oleh syari‟ah. Dalam rangka memelihara dan

mempertahankan kepemilikan atas harta benda Islam melarang

umatnya melakukan perbuatan-perbuatan seperti mencuri,

merampok, mencopet, memalak, korupsi, riba, sogok-menyogok

dan sebagainya. Allah berfirman dalam Q.S.2:188 berikut:

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta

sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

Page 148: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

145

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

mengetahui” (Depag RI, 1989:46).

Karena itu Islam menetapkan hukuman yang berat kepada si

pencuri baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana firman

Allah yang terjemahahannya:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi

apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari

Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

(Depag RI, 1989:165).

Yang dimaksukan mencuri (sirqah) adalah “mengambil barang

orang lain secara sembunyi-sembunyi” (Sayid Sabiq,

1365H:310). Menurut Qadhi „Iyadh seperti dikutip oleh Sayid

Sabiq (1365H:309), Allah menjatuhkan hukuman potong tangan

bagi si pencuri itu adalah untuk menjaga dan melindungi harta.

4. Penghargaan Islam terhadap Keturunan/kehormatan

Keturunan dan kehormatan diri serta keluarga wajib dijaga dan

dilindungi. Karena itu Islam melarang umatnya melakukan

perbuatan yang dapat mencemari dan merusak garis keturunan

serta kehormatan diri seperti zina dan perkosaan. Allah

berfirman dalam Q.S.17:32) berikut:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya

zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang

buruk”(Depag RI, 1989:429).

Zina selain merusak keturunan juga menjatuhkan kehormatan

diri. Anak yang lahir akibat perzinaan akan menanggung

banyak penderitaan di masa depannya. Secara hukum anak yang

lahir di luar nikah itu tidak mendapatkan hak warisan dari ayah

biologisnya, sedangkan secara moral ia akan dikucilkan dari

masyarakat, padahal yang bersalah adalah kedua orang tuanya.

Oleh karena itu Islam menjatuhkan sanksi hukum yang sangat

berat terhadap pezina yakni hukuman dera bagi pelaku yang

belum pernah menikah atau rajam bagi pelaku yang sudah

menikah. Menurut hemat penulis, perbuatan zina sebenarnya

dapat dikategorikan ke dalam pelanggaran HAM karena

akibatnya dapat merugikan banyak pihak. Allah befirman dalam

Q.S.24:2 yang terjemahannya:

Page 149: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

146

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka

deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan

janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk

(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan

hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Depag

RI, 1989:543).

Dalam rangka menjaga kehormatan dan harga diri, Islam

melarang umatnya saling menghina, mencela, menggibah

(bergunjing), berprasangka negatif, mengungkit-ungkit aib dan

kelemahan seseorang, dan memanggil seseorang dengan

panggilan yang buruk. Allah berfirman dalam Q.S.49:11-12:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan

yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik

dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang

direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela

dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran

yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan

adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan

barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah

orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang

beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu

dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

seorang diantara kamu yang suka memakan daging

Page 150: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

147

saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu

merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

Penyayang.” (Depag RI, 1989:847).

5. Islam menjunjung tinggi Agama/keyakinan seseorang

Agama adalah salah satu kebutuhan jiwa manusia dan

kecenderungan naluri (fitrah) yang harus dijaga dan dipelihara

dengan sebaik-baiknya. Penistaan terhadap suatu

agama/keyakinan seseorang berarti juga penistaan terhadap

kemanusiaan. Karena itu Islam melarang umatnya mencela

keyakinan melalui larangan mencela sembahan umat lain.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.6:108 yang

terjemahannya:

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-

sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena

mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui

batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan

Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.

kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka,

lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu

mereka kerjakan.”(Depag RI, 1989:205).

Penistaan terhadap agama/keyakinan seseorang adalah

penistaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan manusia yang

diciptakan memiliki fitrah ketuhanan. Sehubungan dengan ini

Islam juga melarang umatnya memaksakan keyakinan agama

kepada seseorang. Allah berfirman dalam Q.S.2:256 yang

terjemahannya:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada

jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar

kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka

sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali

Page 151: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

148

yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah

Mahamendengar lagi Mahamengetahui” (Depag RI,

1989:63).

Kelima hal yang telah disebutkan di atas menjadi dasar atau

cikal bakal lahirnya hak-hak asasi lainnya seperti; hak hidup,

hak kepemilikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

dan mendapatkan imbalan jasa atas suatu pekerjaan, hak

perlindungan dari rasa takut, hak berpartisipasi dalam

kehidupan bernegara (hak politik), hak mengeluarkan pendapat,

hak untuk menikah dan sebagainya.

Hak-hak Asasi Manusia dalam Al-Qur’an

1. Persamaan di dalam politik dan hukum

Di dalam UDHR pasal 2 di sebutkan :

“Setiap orang mempunyai hak dan kebebasan yang tercantum di dalam

deklarasi ini tanpa perbedaan apapun, seperti perbedaan ras, warna

kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, tahanan politik, atau paham yang

lain, nasional, asal-usul sosial, hak milik, kelahiran ataupun status

sosila lain. Lagipula, tidak boleh mengadakan perbedaan atas dasar

perbedaa politik, kedudukan hukum, atau status internasional dari

negara atau wilayah dimana orang tersebut termasuk, baik negara

merdeka, wilayah perwalian, wilayah yang tidak berpemerintah sendiri

atau dibawah wilayah lain yang kedaulatannya dibatasi”.

Berkenaan dengan pasal ini Allah berfirman dalam Q.S.49:13 yang

terjemahnya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Depag RI, 1989:847).

Ayat ini menjelaskan bahwa kedudukan manusia sisi Allah adalah

sama. Yang membedakan di antara mereka hanyalah kualitas

ketakwaannya. Sehubungan dengan ini Islam tidak membenarkan

tindakan diskriminatif antara manusia yang didasarkan pada suku,

bangsa, ras, warna kulit, pangkat maupun jabatan dan sebagainya.

Sungguhpun demikian, ini bukan berarti bahwa Islam tidak mengakui

adanya kelebihan antara seseorang dan yang lainnya seperti kelebihan-

kelebihan dalam bidang ilmu, harta, keahlian dan keterampilan. Pada

sisi lain Allah juga menegaskan pula: “Allah telah melebihkan sebagian

Page 152: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

149

di antara kamu dan sebagian yang lain dalm hal rizki…” (Q.S. An-

Nahl/16:72). Hanya saja kelebihan-kelebihan yang ada itu tidak boleh

dijadikan dalih untuk bertindak secara tidak adil.

Selanjutnya di dalam pasal 7 UDHR dinyatakan :

“Semua orang adalah sama di depan hukum dan berhak memperoleh

perlindungan yang sama terhadap diskriminasi yang melanggar

deklarasi ini dan terhadap hasutan apapun semacam itu”.

Sehubungan dengan ini Allah berfirman dalam Q.S.4:58 yang

terjemahnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat” (Depag RI, 1989:128).

Dan Q.S.4:105 yang terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” (Depag RI, 1989:139).

Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan sehubungan dengan

pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia Menyembunyikan barang

curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui

perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang

Yahudi. hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi

s.a.w. dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan

menghukum orang-orang Yahudi, kendatipun mereka tahu bahwa yang

mencuri barang itu ialah Thu'mah. Nabi sendiri hampir-hampir

membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang

Yahudi.

Kedua ayat diatas menegaskan tidak boleh berlaku

diskriminatif dalam bidang hukum. Setiap orang adalah sama di depan

hukum (equality before the law), tanpa dibedakan dari segi status

maupun kedudukannya. Demikian pula seseorang tidak dinyatakan

bersalah sebelum ada vonis yang menyatakan bahwa ia bersalah oleh

hakim (qadhi) berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan terpercaya.

Berkaitan dengan ini di dalam UDHR disebutkan dalam pasal 11 yaitu :

a). Setiap orang yang dituduh melakukan pelanggaran pidana berhak

dianggap tidak bersalah sampai terbukti kesalahannya menurut hukum

Page 153: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

150

oleh suatu siding pengadilan terbuka dimana ia memperoleh semua

jaminan yang diperlukan untuk pembelaannya.

b).Tidak boleh seorang pun dinyatakan bersalah melakukan suatu

perbuatan pidana berdasarkan suatu tindakan atau kelalaian yang belum

dinyatakan sebagai tindakan pelanggaran pidana berdasarkan hukum

nasional atau internasional pada waktu perbuatan tersebut dilakukan.

Juga tidak boleh menjatuhkan pidana yang lebih berat daripada

ketentuan pidana yang telah ada pada saat perbuatan tersebut di

lakukan.

Bila dibandingkan antara pernyataan pasal 2,7 dan 11 UDHR dan pasal

19 Cairo Declaration (CD) pada umumnya terdapat persamaan. Hanya

saja yang membedakannya ialah dasar hukum yang dipakai. Di dalam

UDHR dasarnya adalah hukum nasional atau internasional yang

berlaku, sedangkan di dalam CD di tegaskan “tidak boleh ada kejahatan

atau penghukuman kecuali di tetapkan syari‟at. Jadi ukuran sesuatu itu

termasuk kejahatan atau tidak adalah hukum syari‟at bukan hukum

yang dibuat oleh manusia semata.

2. Hak Berekspresi dan Mengeluarkan Pendapat

Di dalam UDHR pasal 19 disebutkan :

“Setiap orang berhak untuk mendapatkan dan menyatakan

pendapatnya; hak ini meliputi kebebasan untuk memiliki pendapat-

pendapat tanpa campur tangan pihak lain dan untuk mencari, menerima

dan menyampaikan informasi dan pendapat-pendapat dengan cara

apapun dan dengan tanpa memandang batas-batas”.

Berkaitan dengan ini Allah berfirman dalam Q.S.3:104 yang

terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Depag

RI, 1989:93).

Dan firman-Nya dalam Q.S.39:17-18 yang terjemahnya:

“...... maka sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang

mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di

antaranya, mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah

petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (Depag

RI, 1989:748)

Page 154: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

151

Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak

menyampaikan pendapatnya kepada orang lain, mengingatkan kepada

kebenaran, kebajikan serta mencegah kemungkaran. Bahkan hal itu

disampaikan bukan saja karena ada hak tapi sekaligus merupakan suatu

kewajiban sebagai orang beriman. Demikian pula kita juga disuruh

untuk dapat saling mendengarkan dan mengeluarkan pendapat untuk

kemudian memilih yang terbaik di antara pendapat-pendapat yang ada.

Kemudian, ditegaskan juga di dalam sebuah hadis bahwa kebenaran itu

harus disampaikan meskipun dirasakan pahit, baik bagi diri orang lain

maupun diri sendiri. Inilah ajaran kontrol sosial di dalam Islam.

3. Hak Berpartisipasi dalam Politik dan Pemerintahan

Di dalam UDHR pasal 21 disebutkan :

(1) “Setiap orang berhak untuk ikut ambil bagian di dalam

pemerintahan negerinya, secara langsung atau melalui perwakilan yang

dipilihnya secara bebas”.

(2) “Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

menjabat jabatan pemerintahan negaranya”.

(3) “Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintahan;

kehendak tersebut harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang

diselenggarakan secara periodik dan jujur yang harus dilakukan secara

umum dan sederajat, dan dilakukan pula dengan jalan rahasi atau

dengan jalan menjamin kebebasan memberikan suara”.

Di dalam Islam, setiap keputusan yang menyangkut kepentingan

bersama harus diambil dengan jalan musyawarah. Termasuk di

dalamnya perihal pengangkatan seorang pemimpin. Kehendak rakyat

atau anggota masyarakat hendaklah dijadikan dasar bagi kekuasaan

pemerintahan. Allah berfirman dalam Q.S. yang terjemahnya:

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya

dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari

rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Depag RI, 1989:789).

4. Hak Wanita Sederajat dengan Pria (Persamaan)

Di dalam UDHR pasal (2) ditegaskan :

“Setiap orang mempunyai hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang

tercantum di dalam deklarasi ini tanpa perbedaan apapun, seperti

perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama…”

Secara implisit pasal ini juga menegaskan adanya persamaan hak-hak

antara laki-laki dan wanita, dan dengan demikian derajat mereka juga

Page 155: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

152

dianggap sama tanpa ada diskriminasi. Sedangkan di dalam ayat (a)

pasal (6) CD ditegaskan ;

“Wanita memiliki hak yang sama denga pria dalam mepertahankan

derajat kemanusiaannya dan memiliki hak-hak untuk menikmati hak

persamaan tersebut di samping melaksanakan kewajiban-kewajibannya,

ia memiliki hak sipil dan kebebasan yang berhubungan dengan

keuangan, dan hak untuk menjaga nama baik pribadi dan

keturunannya”.

Sehubungan dengan ini, Al-Qur‟an banyak sekali berbicara

mengenai hak-hak kaum wanita. Bahkan hak-hak wanita yang

ditegaskan oleh Al-Qur‟an itu sebagian besar tidak pernah diperoleh

kaum wanita dalam sejarah hidupnya sebelum Al-Qur‟an diturunkan,

terutama seperti yang dialami oleh kaum wanita zaman jahiliyah (pra

Islam). Di antara hak-hak wanita yang disebutkan Al-Qur‟an, misalnya

hak memperoleh nafkah; hak untuk memperoleh bagian dalam harta

warisan; hak untuk berusaha dan memperoleh hasil dari yang

diusahakannya dan; hak memilih pasangan hidupnya. Berikut ini adalah

penjelasan Al-Qur‟an dan Hadis mengenai hak-hak wanita.

a) Hak memperoleh perlindungan dan perlakuan yang wajar.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.4:34 yang terjemahnya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dank

arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. Seba itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah

lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah

memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz

(kedurhakaan) nya, nasehatilah mereka, pisahkan mereka dari tempat

tidurmu. Dan apabila ia telah mentaatimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha

Tinggi lagi Maha Besar” (Depag RI, 1989:123).

Ayat ini menyiratkan perintah agar senantiasa memberikan

perlindungan serta kebutuhan-kebutuhan kepada wanita (isteri). Pada

saat ia mendurhaka, suami berkewajiban menyadarkannya dengan cara-

cara persuasif dan edukatif. Seorang suami tidak boleh mencari-cari

dalih untuk menyusahkan isterinya ketika ia sudah menyadari

kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar. Jadi hak isteri bukan

hanya sebatas nafkah tapi juga perlindungan jiwa dan pendidikan ketika

kondisi jiwanya dalam keadaan labil dan cenderung menyimpang dari

kebenaran.

b) Hak untuk Memperoleh Nafkah

Page 156: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

153

Allah berfirman dalam Q.S.65:6 yang terjemahnya:

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang

sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka

nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan

(anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya,

dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;

dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh

menyusukan (anak itu) untuknya” (Depag RI, 1989:946).

Ayat ini menjelaskan hak-hak perempuan (istri) berupa

nafkah dan tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan kemampuan

suami, meskipun ia sudah ditalak yang kondisinya dalam keadaan

hamil. Apabila ia sudah melahirkan ia masih berhak memperoleh

nafkah (biaya) dari mantan suaminya untuk memelihara anaknya. Hal

itu harus dilaksanakan dengan jalan musyawarah. Ayat ini sekaligus

memberi petunjuk kepada kita bahwa putusnya hubungan perkawinan

tidak boleh membuat putusnya hubungan silaturrahim antara seseorang

dan mantan istrinya atau sebaliknya, apalagi rasa dendam dan

permusuhan. Sebab, walau bagaimanapun di mata anak-anaknya

mereka berdua adalah orang tua tempat berlindung.

c) Hak Untuk Memperoleh Bagian Harta Warisan

Allah berfirman dalam Q.S.4:7 yang terjemahnya:

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa

dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari

harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak

menurut bahagian yang telah ditetapkan” (Depag RI, 1989:116).

Ayat ini menjelaskan bahwa perempuan berhak memperoleh bagian

tertentu dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabat-kerabat

yang lain. Pernyataan Allah ini sekaligus menghapus tradisi umat

jahiliyah yang tidak memberikan hak apa-apa kepada perempuan untuk

menerima bagian dari peninggalan suaminya. Di dalam tradisi

masyarakat jahiliyah, perempuan jangankan berhak menerima harta

warisan suaminya, bahkan tidak jarang terjadi dirinyalah yang

dijadikan sebagai warisan dari suaminya untuk laki-laki lain.

d) Hak untuk Berusaha dan Memperoleh Hasil Usahanya

Allah berfirman dalam Q.S.16:97 yang terjemahnya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan

Page 157: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

154

Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan.” (Depag RI, 1989:417)

Ayat ini menjelaskan bahwa perempuan mempunyai hak untuk

berusaha dan menerima hasil dari usahanya guna mendapatkan

kehidupan yang layak serta pahala. Jadi, berdasarkan ayat ini, pendapat

sebagian orang yang mengatakan bahwa tugas perempuan hanya di

dalam rumah adalah tidak benar dan tidak punya alasan yang bisa

dipertanggung jawabkan menurut syari‟ah. Berkaitan dengan

keterlibatan perempuan dalam berbagai aktivitas, pakar tafsir

M.Quraish Shihab (1996:306) menyebutkan, banyak perempuan-

perempuan yang aktif dalam berbagai bidang pekerjaan, di masa Nabi

SAW ada yang menjadi perawat, bidan dan sebagainya. Khadijah istri

nabi terkenal sebagai seorang wanita pedagang yang sukses, dan

Zainab binti Jahsy aktif sebagai penyamak kulit binatang.

e) Hak untuk Memilih Pasangan Hidup

Di dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda

yang artinya:

“Sesungguhnya seorang gadis telah datang mengadukan halnya

kepada Rasulullah SAW bahwa ia telah dikawinkan oleh bapaknya dan

ia tidak menyukainya. Maka Nabi SAW memberi kesempatan

kepadanya untuk meneruskan atau untuk membatalkan perkawinan

itu”. (H.R Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daru Quthni).

Dari hadis ini dapat di pahami bahwa betapa Rasulullah SAW

menjunjung tinggi hak asasi wanita dalam menentukan pasangan hidup

(jodoh) nya. Sebab, rumah tangga dapat berdiri dengan kokoh apabila

dibina atas dasar cinta dan kasih sayang antara suami dan istri.

Sedangkan perkawinan yang dilakukan dengan paksa jauh dari

kemungkinan untuk dapat membina rasa cinta dan kasih saying itu.

Karena itu, perkawinan paksa tidak sesuai dengan prinsip ajaran Islam

yang menjunjung tinggi hak dan martabat kaum wanit

5.Hak Kebebasan Memilih Agam

Di dalam UDHR 18 disebutkan :

“Setiap orang berhak untuk nenas berpikir, bertobat, dan beragama; hak

ini meliputi kebebasan berganti agama atau kepercayaannya dan

kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaanya dalam bentuk

beribadat dan menepatinya, baik sendiri maupun dilakukan bersama-

sama dengan orang lain, baik ditempat umum maupun tersendiri”.

Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan

kepercayaan ini Allah berfirman dalam Q.S.2:256 yang terjemahnya:

Page 158: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

155

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan

beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada

buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah

Mahamendengar lagi Mahamengetahui” (Depag RI, 1989:63).

Berdasarkan ayat-ayat ini, jelaslah bahwa masalah menganut

suatu agama atau kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusia

itu sendiri untuk memilihnya. Menganut suatu agama atau kepercayaan

tidak boleh ada pemaksaan-pemakasaan dari pihak manapun karena

antara jalan yang benar dan jalan yang salah sudah sedemikian jelas

perbedaannya. Di dalam Islam kita hanya diperintahkan untuk

berdakwah yang tujuannya menyeru, mengajak dan membimbing

seseorang kepada kebenaran. Dakwah juga bertujuan untuk

menegakkan “al-amru bil ma‟ruf wa al-nahyu „an al-munkar”

(menyeru kepada kebajikan serta mencegah dari kemungkaran). Usaha

ini tidak hanya bermanfaat bagi umat Islam tapi juga bagi masyarakat

umum tanpa di batasi oleh sekat-sekat agama, ras dan suku bangsa.

Berdasarkan doktrin “tidak boleh ada paksaan dalam beragama”

ini, Islam dapat bersikap toleransi terhadap penganut-penganut agama

lain untuk hidup berdampingan dalam satu negeri. Islam sanggup

bekerja sama dengan penganut agama lain sepanjang mereka tidak

menganggu umat Islam. Bahkan Islam mewajibkan umatnya agar

berlaku adil terhadap mereka. Kecuali, apabila merek sudah

mengganggu ketentraman umat Islam, maka di saat itu mereka harus

diperlakukan sebagai musuh yang perlu dilawan.

Sikap toleransi ini pernah di buktikan oleh Nabi Muhammad

SAW dalam memimpin negara Madinah yang terdiri dari berbagai

etnik dan agama. Sikap tersebut tercermin dalam salah satu pasal yang

tertera dalam Pasal 25 „Piagan Madinah” yang berbunyi:

“Orang-orang Yahudi dan Bani „Auf adalah satu umat dengan

orang-orang mukmin. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang teguh

pada agama mereka, dan orang-orang Islampun berpegang teguh pada

agama mereka, termasuk juga sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri,

kecuali bagi orang yang berbuat aniaya dan durhaka. Orang-orang

semacam ini hanya akan merusak diri dan keluarga mereka” (Kosasih,

2003:170).

6.Hak dan Kesempatan Yang Sama Untuk Memperoleh Kesejahteraan

Sosial

Di dalam UDHR pasal 25 di tegaskan :

“Setiap orang berhak akan taraf hidup yang memadai baik bagi

kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri maupun keluarganya

Page 159: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

156

termasuk sandang, pangan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan-

pelayanan sosial dan jaminan sosial pada waktu mengalami

pengangguran, sakit, cacat, menjadi janda, usia lanjut atau mengalami

kekurangan mata pencarian di luar kemampuannya”.

Sehubungan dengan hak untuk memperoleh kesemptan yang

sama Allah berfirman dalam Q.S.2:29 yang terjemahnya:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi

untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-

Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (Depag

RI, 1989:13).

Ayat ini menjadi dasar bahwa setiap orang mempunyai

kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari apa-

apa yang sudah di siapkan Allah di permukaan bumi ini. Namun ini

bukan berarti bahwa seseorang boleh mengambil secara sembrono saja

tanpa mempedulikan aturan-aturan yang ada. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk mendapatkan rizki yang hala dan baik. Hal ini

ditegaskan dalam Q.S.2:168 yang terjemahnya:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.” (Depag RI, 1989:41).

Dengan demikian, menurut Islam, meskipun seseorang

dibolehkan mengambil sebagian rezki yang telah di sediakan Allah di

muka bumi ini, ia harus menjaga batas-batas yang dihalalkan. Praktek-

praktek tercela dalam berusaha seperti monopoli, riba, dan bebuat

curang sangat tidak di benarkan oleh Islam. Oleh karena itu di dalam

CD pasal 14 ditegaskan :

“Setiap orang memperoleh keuntungan yang sah tanpa usaha

monopoli, penipuan atau kerugian lainnya baik bagi dirinya sendiri atau

untuk orang lain Riba dilarang sama sekali”.

Kemudian berkaitan dengan perlindungan sosial bagi orang

miskin dan golongan ekonomi lemah (dhua‟fa‟) Islam mengajarkan

agar bersikap peduli terhadap nasib fakir miskin dan anak-anak yatim

serta orang-orang yang terlantar. Sehubungan dengan pelayana dan

jaminan sosial terhadap penganggur dan orang-orang yang terlantar

karena miskin, Al-Qur`an surat 107 mengisyaratkan sebagai berikut :

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah

orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi

Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang

shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang

Page 160: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

157

yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”

(Depag RI, 1989:1108).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa Islam mempunyai ajaran

tentang kepedulian terhadap orang-orang yang lemah, baik lantaran

miskin, yatim, cacat maupun yang tertindas yang menjadikan hidup

mereka terlantar. Untuk membantu penghidupan mereka ini di dalam

Islam ada lembaga yang bernama zakat, Infaq, dan sedekah.

Terdapat perbedaan yang sangat mendasar (prinsipil) antara

UDHR dan CD dalam item ini. Di dalam CD pasal 14 dinyatakan

dengan tegas bahwa keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha

haruslah yang sah tanpa monopoli, penipuan, riba dan praktek-praktek

yang di haramkan lainnya. Sedangkan dalam UDHR pasal 25 hak ini

tidak ada sama sekali. Hal ini karena Cairo Declaration memandang

kerja atau usaha dengan perspektif Al-Qur‟an yang tetap

mengikutsertakan nilai-nilai moral dan etika.

6. Hak Kebebasan Bertempat Tinggal dan Mencari Serta Memberi

Suaka

Di dalam UDHR pasal 13 dinyatakan :

1) Setiap orang berhak untuk bebas bergerak dan bertempat tinggal

di dalam perbatasan negara.

2) Setiap orang mempunyai kebebasan untuk meninggalkan setiap

negara manapun, termasuk negaranya sendiri, dan untuk kembali ke

negaranta sendiri.

Kemudian pada pasal 14 dinyatakan pula:

1) Setiap orang mempunyai hak untuk mencari dan

menikmati suaka di negara-negara lain untuk menghindari pengejaran

dan penuntutan.

2) Hak ini tidak boleh di gunakan dalam peristiwa

penuntutan yang benar-benar timbuk dari kejahatan-kejahatan yang

tidak bersifay politik atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan

tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa

Dalam perspektif Al-Qur‟an hak dan kebebasan bertindak dan

mencari serta memberi suaka tersebut antara lain dinyatakan dalam

Q.S.4:97 yang terjemahnya:

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam

Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya

: „Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?‟ Mereka menjawab: „Adalah

kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)‟. Para Malaikat

Page 161: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

158

berkata: „Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat

berhijrah di bumi itu?‟ Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam,

dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (Depag RI,

1989:137).

Ayat 97 Surah An-Nisa‟ di atas berisi pesan bahwa

seorang mukmin tidak boleh membiarkan dirinya ditindas atau

dianiaya orang lain di negerinya sendiri. Dia harus menghindar

dari penganiyaan itu meskipun ia harus berangkat (hijrah)

meninggalkan negerinya itu ke negara lain yang lebih aman.

Selanjutnya umat muslim juga berkewajiban memberikan

perlindungan terhadap non muslim yang tinggal di negeri mereka

sepanjang mereka tidak mengganggu. Allah berfirman salam

Q.S.60:8-9 yang terjemahnya:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku

adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama

dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya

melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang

memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan

membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa

menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang

yang zalim.” (Depag RI, 1989:924).

Ayat ini berisi pesan bahwa orang muslim boleh memberikan

perlindungan terhadap non muslim yang tidak mengganggu

kepentingan agama dan diri mereka. Tapi apabila mereka telah

mengganggu kepentingan agama dan keamanan jiwa mereka (orang

muslim), Islam melarang umatnya bersekongkol dengan mereka. Jadi,

pada prinsipnya Islam itu terbuka untuk mengadakan hubungan

persaudaraan dengan melampaui wilayah territorial negerinya dan

agamanya sepanjang hal itu tidak merugikan kepentingan Islam dan

umatnya.

Penegakan HAM di Indonesia Dengan terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(Komnas HAM) dan lahirnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

tentu banyak yang berharap agar pelanggaran HAM di negeri yang

beradab ini akan semakin berkurang. Pelaku-pelaku pelanggaran

manapun yang di duga melakukan pelanggaran itu akan dapat di adili

sesuai aturan hukum yang berlaku. Baik pelanggaran yang dilakukan

oleh rakyat jelata maupun oleh aparat atau kelompok papan atas.

Namun tidak seperti yang di bayangkan semula, harapan rakyat agar

pelanggar-pelanggar HAM berat segera di adili dan para korbannya

segera mendapatkan kompensasi yang seimbang, nyaris lenyap ditelan

Page 162: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

159

waktu. Memang serba dilematis, pengaduan-pengaduan yang sampai

kepada Komnas HAM ada ditanggapi dan dilanjutkan dengan

melakukan investigasi ke lapangan, tapi karena mereka bukanlah aparat

yang berwenang untuk penegakan hukum maka temuan-temuan yang

telah mereka kumpulkan seakan-akan mengendap begitu saja.

Problema selanjutnya ialah perangkat hukum dan perundang-

undangan kita belum siap untuk menindaklanjutinya sampai ke tingkat

peradilan. Kesempatan ini pula yang terlihat “dimanfaatkan” oleh

sebahagian para “kuasa hukum” atau pengacara di negeri ini untuk

melakukan pembelaan-pembelaan terhadap di pelanggar tersebut. Dan

sering kita saksikan bahwa pembelaan berlebihan hanya diberikan

kepada yang melanggar bukan malah kepada si korban yang nyaris

menderita sampai kepada anak cucunya. Kenapa demikian?

Mungkinkah ini makna yang terkandung dibalik ungkapan yang

berkembang dalam masyarakat akhir-akhir ini: ”maju tak gentar

membela yang bayar“? Lihat saja misalnya, kasus-kasus pelanggaran

HAM Aceh dan Tanjung Priok, entah kapan pihak korban akan

mendapatkan keadilan secara hukum. Dan sederetan kasus-kasus lain

yang tak cukup ruang untuk menyebutkannya di sini. Sementara

peraturan dan undang-undang dapat saja berubah-ubah dari masa ke

masa sesuai keinginan yang kuat dari penguasa pada saat itu. Inilah

yang perlu disadari oleh seluruh umat Islam. Seorang muslim itu tidak

boleh terperosok dua kali ke dalam lubang yang satu.

Oleh karena itu, umat Islam sebagai penduduk mayoritas di

Indonesia mempunyai kearifan dalam memberikan dukungan kepada

orang yang dianggap sebagai tokoh penyelamat negeri ini. Sebab,

dalam situasi yang penuh kegalauan ini banyak sekali musang berbulu

ayam serta maling berteriak maling. Mereka sangat pintar

menggunakan simbol-simbol penarik perhatian massa dengan

berkedok sebagai seorang humanis, moralis, pendekar HAM serta

demokrat sejati dan sejumlah atribut lainnya. Apalagi ketika banyak

orang yang menyanjungnya, maka iapun lupa diri dan seperti punya

otoritas yang kuat untuk mengelurkan pernyataan seenaknya disana

sini, padahal ia sendiri belum tentu seorang yang benar dan mempunyai

niat yang baik. Meskipun tidak jarang pula dalam sejarah peradaban

umat manusia orang-orang seperti itu pada akhirnya tersandung karena

disanjung. Sehingga, pada gilirannya, orang-orang yang tadinya

menyanjungnya setinggi langit jadi berbalik arah untuk mencaci

makinya. Demikianlah yang namanya dunia politik. Semua

kemungkinan bisa terjadi, karena ada sebuah semboyan dalam pentas

politik, yaitu ”tiada teman yang abadi dan tiada lawan yang abadi,

yang abadi hanyalah kepentingan.”

Page 163: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

160

Inilah problem bangsa dan umat kita dalam spectrum kehidupan

bernegara dari masa ke masa sejak 69 tahun kemerdekaannya. Sebagai

antisipasi ke depan jawabannya adalah pendidikan. Pendidikan yang

tidak hanya membuat orang menjadi cerdas dan pintar, tapi yang punya

kearifan. Kearifan takkan bisa didapat hanya dengan mengandalkan

kecerdasan akal, tapi adalah hasil dari perpaduan antara akal dan hati

nurani, antara fikir dan zikir. Fikir sumbernya adalah otak, sedangkan

zikir tempatnya adalah pada qalbu, nurani yang sehat (qalbun salim).

Diatas semuanya itu adalah agama (al-Dien) yang datang dari Tuhan.

Nilai-nilai yang datang dari Tuhan bersifat absolut, sinar kebenarannya

akan memancar kemana-mana tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hanya

saja sewaktu-waktu sinar itu terhalang oleh kabut hitam yang berada di

sekitar tempat yang mau di masukinya. Kabut hitam itulah yang

menurut Al-Ghazali, adalah noda-noda dan dosa-dosa yang

menyelimuti diri seseorang, sehingga ia menjadi penghalang untuk

sampainya sinar kebenaran itu ke dalam hati orang tersebut. Sedangkan

dosa yang paling berbahaya dalam kehidupan manusia adalah syirik.

Salah satu pengertian syirik, menurut Imam Muhammad Abduh,

adalah “keyakinan tentang adanya sesuatu yang memiliki kekuasaan

secara mutlak di atas kekuasaan Allah”. Syirik pada jaman jahiliyah

lahir dalam bentuk penyembahan umat kepada berhala bukan hanya

patung. Tidak setiap patung berfungsi sebagai berhala, sebab banyak

juga patung-patung digunakan orang saat ini hanya sebagai ornament

atau asesoris, selama benda-benda tersebut tidak dijadikan objek

sembahan. Tapi faham keberhalaan dapat muncul dalam berbagai

bentuk sesuai perkembangan jaman, termasuk di dalamnya

pengkultusan terhadap seorang tokoh atau individu tertentu dan

pemutlakan sebuah pemikiran dan ideologi. Sebab, ketika kita sudah

memutlakan sebuah pendapat atau ideologi, katakanlah “demokrasi”

misalnya, maka pada saat yang bersamaan kita sudah berpotensi untuk

masuk ke dalam lorong sebuah tirani (thaghut). Karena itu, Islam

melarang umatnya bersikap taqlid buta kepada seorang tokoh atau

sebuah ideologi.

Page 164: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

161

BAB VIII

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. Pengertian dan Hukum Nikah

1. Pengertian Nikah

Kawin atau nikah makna aslinya adalah akad atau ikatan.

Perkawinan merupakan ikatan sepasang manusia yang telah

memenuhi syarat melalui ijab (ungkapan penyerahan calon istri

oleh walinya) dan qabul (ungkapan penerimaan oleh calon

suami atau yang mewakilinya). Nikah atau perkawinan

didefinisikan sebagai akad yang menghalalkan pergaulan

antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan

muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara

keduanya.

Nikah merupakan satu ibadah yang dianjurkan Allah. Firman Allah

yang artinya: Nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu

serta hamba-hamba sahayamu yag shalih. Jika mereka miskin niscaya

akan dicukupi oleh Allah dengan karunia-Nya. Sungguh Allah Maha

Luas lagi Maha mengetahui. (QS. 24 ; 32)

Ayat ini menghendaki agar menjadikan pernikahan sebagai tanggung

jawab semua pihak, terutama orang tua dan majikan (atasan) sebagai

satu bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasulullah.

2. Prinsip pernikahan dalam Islam

a. Permudah nikah; persulit cerai.

b. Suka sama suka, dengan landasan kesetaraan (kufu‟) atas 4

pilihan: keturunan, kebagusan, kekayaan dan agamanya.

c. Nikah merupakan fitrah (kecenderungan naluri) manusia.

d. Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.

e. Polyandri (bersuami satu) dan “monogami terbuka”

(seorang laki-laki boleh beristri 2-4 dengan syarat adil dan

prosedurnya benar) lihat QS. Al-Nisa‟: 3.

3. Hukum Nikah

Hukum asal nikah adalah boleh (mubah/jaiz/halal), kemudian

bervariasi bergantung kepada motivasi dan kondisi pelakunya.

Terdapat 5 tingkatan hukum nikah ditinjau dari motif dan kondisi

seseorang yang akan melaksanakan pernikahan, yaitu:

a. Wajib, bagi seorang yang telah memenuhi syarat dan memiliki

bekal, jika tidak menikah kuat kemungkinannya akan

terjerumus ke dalam dosa (zina).

b. Sunnah, bagi yang memenuhi syarat dan memiliki bekal.

Page 165: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

162

c. Halal atau Boleh (Mubah atau Jaiz, bagi seseorang yang

memenuhi syarat tapi kurang bekal. Sabda Rasulullah saw:

d. Makruh, bagi yang belum memenuhi syarat dan belum

mempunyai bekal/modal, dan

e. Haram, bagi yang mau menikah dengan niat untuk merusak

atau mengakibatkan timbulnya bencana keluarga.

Pada prinsipnya nikah adalah Sunnah (tradisi) Rasulullah

saw. Beliau melarang membenci sunnahnya. Dibenarkan tidak

menikah selama dapat menjaga diri dan tidak “membenci”

pernikahan.

B. Tujuan Nikah.

Pernikahan dalam Islam ditempatkan pada posisi yang

terhormat. Pernikahan tida hanya legalisasi hubungan laki-laki

dengan perempuan semata-mata, melainkan wahana mewujudkan

kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-hambanya.

Tujuan pernikahan dalam Islam adalah menciptakan keluarga

sakinah, yaitu keluarga yang mendapatkan ketenangan dan

kelapangan jiwa, keleluasan hidup dana menjalani kehidupan

bersama keluarga sertaterpenuhinya kebutuhan lahir batin

seperti yang difirmankanAllah dalam:

Q.S. Ar-Rum (30) : 21

Artinya :“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu

sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir.”

Jadi tujuan pernikahan dalam Islam adalah:

1. Memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman hidup

berumahtangga

2. Memperoleh keturunan yang sah

3. Menjagakehormatandanharkatmanusia

4. Mengikuti sunnah Rasulullah Saw

5. Untuk mencapai tujuan nikah tersebut, maka suami istri harus

Page 166: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

163

seagama, sehingga akad nikah dapat dilangsungkan menurut

agama Islam.

C. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam

Norma-norma Islami yang berkenaan dengan hal-hal yang

berhubungan dekat pernikahan:

1. Norma memilih jodoh:

a. Beragama Islam.

b. Berakhlak mulia, terutama tidak bersifat suka

mengungkit jasanya –(), suka mengeluh berpikiran

menyeleweng, setiap melihat sesuatu mendesak untuk

dibelikan , pemarah/perajuk , cerewet/pembual.

c. Menyejukkan hati karena kecantikannya, ketaatannya,

atau perangainya.

d. Sehat jasmani, rohani, serta produktif.

e. Suci; perawan atau perjaka.

f. Keturunan dari keluarga baik-baik.

g. Usahakan tidak dari keluarga terdekat. Ibnu Umar ra.

Berpesan: “Janganlah kamu mengawini keluarga

terdekat, sebab ada kalanya akan melahirkan anak yang

menjadi lemah”.

2. Khitbah (Meminang)

Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah

hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena

dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Islam

sangat melarang seorang muslim meminang wanita yang

sedang dipinang oleh orang lain. Dalam khitbah disunahkan

melihat wajah wanita yang akan dipinang (HR. Imam Ahmad,

Abu Daud, Imam Tarnudzi)

3. Aqad Nikah (Prosesi Pernikahan)

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus

dipenuhi:

a. Ada perasaan suka sama suka dari kedua calon

mempelai.

b. Adanya ijab qabul: Ijab adalah pernyataan wali

menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria.

Sedamgkan Qabul pernyataan mempelai pria menerima

mempelai wanita.

c. Ada mahar (maskawin)

d. Ada wali

e. Ada saksi

Page 167: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

164

4. Walimatul `arusy

Hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin serta

hendaknya mengundang orang-orang miskin. Rasulullah

Saw bersabda jika yang diundang kalangan kaya sajaberarti

makanan/hidangan itu sejelek jelek (buruk)

makanan/hidangan.

Dalam haditsnya yang lain Rasulullah SAW bersabda barang

siapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia

durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya

D. Rukun Nikah

Pernikahan dapat dilaksanakan apabila memenuhi unsur-

unsur berikut:

1. Calon pengantin laki - laki dan perempuan (boleh

diwakilkan)

2. Wali pihak calon pengantin wanita

3. Dua orang saksi

4. Akad nikah (ijab Kabul nikah)

5. Di satu tempat (satu ruangan)

6. Ada maskawin/mahar

E. Syarat Nikah

1. Calon pengantin pria syaratnya:

a. Beragama Islam

b. Laki-laki (bukan banci)

c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu - ragu (misalnya

kembar)

d. Tidak ada halangan nikah dengan calon pengantin

wanita

e. Mengenal danmengetahui calon istrinya

f. Rela, tak dipaksa

g. Tidak sedang ihram

h. Tidak mempunyai istri yang dilarang dimadu dengan

calon istrinya

i. Tidak ada larangan lain, misalnya sudah empat orang

2. Calon pengantin wanita

a. Beragama Islam

b. Wanitaasli (bukan banci)

c. Orangnya diketahui, jelas, tak ragu (kembar)

d. Tidak dalam masa iddah

e. Tidak dipaksa

Page 168: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

165

3. Wali Calon Mempelai Wanita

b. Bapak kandung

c. Kakek,

d. Saudara laki-laki seibu sebapak (sekandung)

e. Saudara laki-laki sebapak

f. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

h. Paman dari pihak ayah

i. Anak laki-laki dari parnan dari pihak bapak

j. Wali Hakim

2. Dua orang Saksi

a. Minimal dua orang saksi

b. Islam

c. Baligh

d. Berakal

e. Merdeka

f. Laki-laki

g. Adil

3. Ijab dan Qabul

Ijab ialah pernyataan wali pengantin wanita "saya

nikahkan engkau dengan anak saya yang bernama

…Dengan diberi mahar (maskawin)berupa ......dibayar

kontan/hutang

Qabul ialah jawaban mempelai laki-laki "saya terima

nikahnya putri bapak bernama …Dengan mahar/maskawin

sebagai mana tersebut diatas dibayar kontan/tunai

F. Wanita yang Haram dinikahi

1. Selamanya haram dinikahi (QS. 4: 23-24):

a. Seketurunan darah yang muhrim.

b. Seketurunan sesusuan.

c. Seketurunan perkawinan, seperti: mertua, dll.

2. Haram “sementara” untuk dinikahi:

a. Berbeda agama (kafir atau musyrik, QS. 2: 221 jo 60: 10).

b. Masih bersuami yang syah

c. Sudah/sedang beristri empat.

d. Masih dalam iddah atau pinangan (khithbah) orang lain.

e. Sedang melaksanakan ihram.

f. Saudari dari istri (selama istri masih hidup).

g. Telah thalaq tiga bagi suami yang bersangkutan.

Page 169: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

166

G. Pernikahan Tidak Syah

1. Harus ada persetujuan antara kedua calon mempelai

2. Calon pengantin laki-laki sudah mencapai umur 19 tahun, calon

mempelai wanita minimal 16 tahun

3. Antara kedua calon mempelai tidak ada larangan untuk menikah

4. Masing-masing pihak tidak terikat tali perkawinan, kecuali bagi

pengantin laki-laki mendapat izin dari Pengadilan atas

persetujuan istrinya

5. Antara kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali

perceraian. Dalam Islam, boleh kawin dengan perempuan yang

sudah dijatuhi talak tiga, tetapi dengan syarat bahwa perempuan

itu sudah kawin dengan laki-laki lain secara baik, kemudian

telah terjadi perceraian dan sudah habis masa iddahnya.

6. Telah lepas dari masa iddah atau jangka waktu tunggu karena

putusnya perkawinan

H. Pernikahan Terlarang

1. Nikah Mut'ah

Nikah mut' ah adalah pernikahan yang diniatkan dan

diakadkan untuk sementara waktu saja (hanya untuk bersenag-

senang), misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa

berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas. Nikah mut'ah telah

dilarang oleh Rasulullah saw, sebagaimana dijelaskan dalam

sebuah hadis :"Dari Rabi 'bin Sabrah al-juhanibahwasanya

bapaknya meriwayatkan, ketika dia bersama Rasulullah saw.

Beliau bersabda :" wahai sekalian manusia, dulu pernah aku

izinkan kepada kamu sekalian perkawinan mut'ah, tetapi ketahuilah

sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat.

" (HR. Muslim)

2. Nikah Syigar

Nikah syigar adalah apabila ada seorang laki-laki mengawinkan

anak perempuannya dengan tujuan agar seorang laki-laki lain

menikahkan anak perempuannya kepada lakilaki(pertama) tanpa

maskawin (pertukaran anak perempuan). Perkawinan ini

dilarang dengan sabda Rasulullah saw: Dari Ibnu Umar ra,

sesungguhnya Rasulullah sawmelarangperkawinansyigar. (HR.

Muslim)

3. Nikah Muhallil

Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki

Page 170: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

167

terhadap seorang perempuan yang telah ditalak ba‟in, dengan

maksud pernikahan tersebut membuka jalan bagi bekas suami

(pertama) untuk nikah kembali dengan bekas istrinya tersebut,

setelah cerai dan habis masa idah.

Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami

yang menalak ba' in untuk mengawini bekas istrinya. Pernikahan ini

dilarang oleh Rasulullah saw dengan hadis yang diriwayatkannya

dari ibnu mas' ud.

Dari IbnuAbbas ra, Rasulullah saw melaknat muhallil (yang

mengawini setelah ba'in) dan muhallil lahu (bekas suami pertama yang

akan mengawini kembali). (HR. Al-Khamsa)

4. Kawin dengan Pezina

Seorang laki-laki yang baik-baik tidak diperbolehkan (haram)

mengawini perempuan pezina. Wanita pezina hanya dibolehkan

kawin dengan laki-laki pezina, kecuali kalau perempuan itu

benar-benar bertobat. Firman Allah SWT dalam Al-Quran :

Q.S. An-Nur [24] : 3

Artinya : “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan

perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan

perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-

laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu

diharamkan atas oran-orang yang mukmin.”

Dengan demikian secara lahiriah perempuan pezina kalau benar-

benar bertobat maka dapat kawin dengan laki-laki yang bukan

pezina (baik-baik). Akan tetapi kalu perempuan pezina tersebut

sudah bertobat halalah perkawinan yang dilakukannya. Sesuai

dengan sabda Rasulullah saw:

Artinya: "Dari Ibnu Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya

berkata :"Bersabda Rasulullah saw : Orang yang bertobat dari

dosa tidak ada lagi dosa baginya. "(HR. Ibnu Majah)

I. Hak dan Kewajiban Suami Istri

1. Suamidan istri haruslah bergaul menurut cara ma'ruf (baik),

saling mencintai, setia,memberi bantuan lahir batin, mengerti

kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2. Suami wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anak,

menyediakan tempat tinggal, biaya, pendidikan, kesehatan, dan

lain-lain.

Page 171: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

168

3. Suami adalah pemimpin keluarga, harus bijak dalam mengambil

keputusan keluarga. Saling memelihara kehormatan dan mampu

menj aga rahasia rumah tangga.

4. Suami harus memberi kesempatan kepada istrinya berkarir,

sesuai dengan tingkat pendidikan istri.

J. Perceraian/Putusnya Pernikahan

Cerai dalam suatu pernikahan menurut Agama Islam adalah

perbuatan dibenci oleh Allah. Namun karena watak dasar Islam

bersifat lentur/terbuka terhadap kondisi tertentu di bidang

kemasyarakatan maka cerai diperbolehkan dalam keadaan

tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Beberapa norma

yang berkenaan dengan perceraian dalam suatu perkawinan

adalah:

1. Cerai

Cerai, artinya lepas ikatan. Talak adalah perbuatan halal

yang dibenci Allah (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah), karena itu

hukumnya makhruh, dan dibolehkan jika ada alasan-alasan

yang sampai kepada tingkat darurat (terpaksa). Menurut UU.

No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan: cerai hanya dapat

dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Cerai terjadi

apabila diucapkan oleh suami dengan sadar dan disertai niat

ingin menceraikan istri.

2. Kematian

Siapapun diantara suami istri yang meninggal dunia, maka

secara otomatis putuslah tali pernikahan, yang menyebabkan seorang

suami boleh melakukan pernikahan lagi dengan wanita pilihan lain,

begitu juga seorang istri. Tetapi seorang isti-i dibolehkan

melakukan pernikahan setelah ditinggal suaminya, setelah habis

masa iddahnya (menunggu) yang lamanya telah diatur oleh syariat

Islam. Masaiddah atau masa menunggu bagi seorang istri yang

ditinggal suaminya yaitu, 1) sampai melahirkan anak, jika ia sedang

hamil, 2) empat bulan sepuluh hari (empat kali sucian) bila ia

ditinggalkan mati dalam keadaan suci.

3. Thalak

Thalak berarti melepaskan atau menanggalkan. Menurut istilah

thalak ialah melepaskan seorang perempuan dari ikatan

perkawinan. Seseorang yang akan mentalak istrinya, hendaklah

terlebih dahulu dipikirkan untung ruginya, terutama manfaat dan

mudzoratnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk istri dan

anak-anaknya.

Dalam ajaran Islam thalak bukan hal yang disukai bahkan

Page 172: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

169

dibenci, meskipun tidak diharamkan. Sebagaimana hadits

Rasulallah SAW.:

Artinya: "Thalak diperbolehkan dalam Islam, tetapi

termasuk perbuatan yang tidak disukai Allah ". (Al-Hadits)

a. Hukum Thalak

1). Makruh, yaitu hukum asal dari thalak.

2). Haram, dalam dua keadaan: menjatuhkan thalak sewaktu

suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.

3). Sunnah, apabila suami tidak sanggup lagi menunaikan

kewajibannya (nafkahnya) dengan cukup atau istri

tidak menjaga kehormatan dirinya.

4). Wajib, yaitu jika terjadi perselisihan antara keduanya

dan menurut hakim dipandang perlu keduanya bercerai

b. Kalimat Thalak

Thalak merupakan hak dan diucapkan oleh suami. Kalimat

yang dipakai thalak ada dua macam:

1). Sharih (terang), yaitu dengan kalimat yang tidak

diragukan lagi bahwa suami memutuskan ikatan

perkawinannya, seperti “Engkau saya ceraikan", "atau

aku ceraikan kamu"

2). Kinayah (sindiran), yaitu dengan kalimat yang masih

diragukan, misalnya: “Pulanglah kamu ke rumah orang tuamu”

Kalau tidak niat, thalak tidak jatuh, kalau niat bercerai,

maka thalak jatuh

c. Macam-macam Thalak

1). Thalak satu dan dua yang dinamakan Thalak Raj'i, yaitu

thalak yang boleh suami rujuk kembali kepada mantan

istrinya dengan tidak memerlukan nikah lagi.

2). Thalak Ba'in, yaitu thalak yang tidak boleh suami

rujuk kembali kepada mantan istrinya, kecuali

persyaratan tertentu

d. Macam Thalak Ba'in

1). Thalak ba'in sughra: thalak yang dijatuhkan kepada

istri yang belum dicampuri. Dalam thalak ba'in sughra ini

tidak boleh suami rujuk kembali kepada istrinya, akan

tetapi boleh nikah kembali dalam masa iddah maupun

sesudah habis masa iddah.

2). Thalak ba'in kubra: thalak tiga, dalam thalak tersebut tidak

boleh suami rujuk kembali dengan mantan istrinya dan

Page 173: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

170

tidak boleh menikah kembali kecuali memenuhi syarat.

Q.S.Al- Baqarah ayat 230

Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya

(sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak

lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang

lain. Kemudian jika suami yang lain itu

menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya

(bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali

jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan

hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,

diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.”

4. Khul'u

Khul'u adalah bentuk perceraian antara suami istri dengan cara

istri membayar uang 'iwadl (pengganti).

Istri dibolehkan meminta khul'u pada suaminya dengan syarat:

1). Suaminya berzina dengan perempuan lain.

2). Suaminya pemabuk

3). Suaminya tidak melaksanakan ajaran Islam

4). Istri tidak senang lagi pada tingkah laku suami.

Thalaq yang jatuh dengan `iwadl tidak bisa dirujuk, kecuali

dengan pernikahan baru.

5. Fasakh

Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas

permintaan pihak istri. Fasakh dibolehkan dalam syariat

Islam dengan syarat:

1). Suaminya gila

2). Suaminya berpenyakit kusta, sopak.

3). Suaminya sakit kelamin, sehingga tidak dapat lagi memenuhi

kebutuhan biologis istrinya.

4). Suaminya hilang, tidak tahu keberadaannya.

6. Zihar (penyerupaan).

Zihar (penyerupaan), yaitu menyerupakan istri dengan

ibu sendiri (sebagai alasan untuk tidak menggaulinya).

Dendanya ditebus dengan memerdekakan seorang

hamba sahaya, jika tidak didapatkan maka puasa 60 hari

Page 174: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

171

berturut-turut, atau tidak – jika tidak bisa juga – member

makan 60 orang miskin (QS. 58. Al-Mujadillah: 2-4).

7. Íla‟.

Ila‟, yaitu seorang suami – karena marah –

mengharamkan dirinya untuk berhubungan intim dengan

istrinya dan bersumpah untuk menjauhi diri darinya,

Waktunya paling lama 4 bulan (QS. 2:226-227). Setelah

itu ada dua pilihan bagi suami: pertama; kembali kepada

istrinya dan harus membayar denda seperti denda

sunnah (memberi makan/pakaian 10 fakir miskin, atau

memerdekakan budak, atau puasa 3 hari (QS. 5:89) atau

kedua; menceraikan istrinya dan tidak boleh rujuk lagi

(disebut talak ba‟in sughra).

8. Li‟an, (saling melaknat).

Li‟an (saling melaknat), yaitu suami/istri menuduh

pasangannya berzina tetapi tidak dapat mengajukan 4

orang saksi, masing-masing bersumpah di hadapan

hakim empat kali dan sumpah yang kelima menyatakan

bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika tidak

benar/benar apa yang dituduhkannya kepadanya (QS.

24. Al-Nur: 6-9). Kemudian keduanya diceraikan dan

tidak dapat rujuk.

9. Syiqaq.

Syiqaq adalah adalah perceraian yang diakibatkan oleh

pertengkaran suami istri serta tidak dapat didamaikan

lagi.

10. Pelanggaran Ta'liq Thalaq

Ta‟liq Tahlaq adalah thalak yang dihubungkan dengan

sesuatu, jika sesuatu itu terjadi maka thalaq dianggap

jatuh.

Dalam prakteknya seorang istri meminta suaminya

untuk berjanji dengan cara mengucapkan ta'liq thalaq, yaitu

talaq yang dikaitkan dengan perbuatan suami, antara lain:

1) Jika meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut

2) Tidak member nafkah wajib kepada istri selama tiga

bulan

3) Menyakiti badan/jasmani istri, atau

4) Membiarkan istrinya enam bulan berturut-turut

Apabila peristiwa itu terjadi, istri dapat mengadukan

suaminya ke PengadilanAgama, membayar uang 'iwad

Page 175: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

172

kepada suaminya, dan jatuhlah thalaq satu kepada

istrinya.

11. Iddah

Iddah adalah masa menunggu bagi perempuan yang

diceraikan atau ditinggal mati suminya untuk dapat menikah

lagi dengan laki-laki lain.

Masa iddah yang dijalani oleh perempuan banyak macamnya yaitu:

1) Iddah Istri yang dicerai dan ia masih hamil, lama iddahnya

tiga kali quru' (suci), sebagaimana firman Allah dalam:

Q.S. Al-Baqarah (2) : 228

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan

diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka

menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,

jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan

suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,

jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para

wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,

mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Ulama ahli fiqih berbeda pendapat tentang arti tiga kali quru'.

Imam Syafi'i dan Imam Maliki berpendapat bahwa tiga kali

quru' itu maknanya tiga kali suci. Sedangkan Imam Hanafi dan

Imam Hambali menafsirkannya tiga kali haid.

Iddah istri yang dicerai dan sudah tiga kali haid

(menopause), iddahnya tiga bulan, sesuai dengan firmanAllah

dalam:

Q.S. At-Thalaq (65) : 4

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi

Page 176: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

173

(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika

kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa

iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)

perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-

perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah

sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -

siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah

menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”

Yang dimaksud dengan perempuan-perempuan yag tidak

haid dari ayat diatas adalah, perempuan yang masih belum haid

(belum dewasa), perempuan dewasa tetapi memang sudah tidak

haid karena adanya kelainan, dan perempuan yang sudah tua

(sudah berhentihaidnya)

2) Iddah istri yang ditinggal mati suami, lamanya empat bulan

sepuluh hari, seperti firmanAllah dalam:

Q.S. Al-Baqarah [21] : 234

Artinya : “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu

dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri

itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan

sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya,

maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka

berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah

mengetahui apa yang kamu perbuat.”

3) Iddah Istri yang dicerai dalam keadaan hamil, lamanya

sampai melahirkan, sebagaimana firman Allah dalam

Q.S. At-Thalaq [65] : 4

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi

(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu

ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka

adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan

Page 177: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

174

yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil,

waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan

kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada

Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam

urusannya.”

12. Rujuk

Rujuk ialah kembalinya suami istri kepada ikatan perkawinan

setelah terjadi thalak raj'I dan selama masih dalam masa iddah.

Rujuk merupakan perbiatan terpuji, karena setelah suami istri

bercerai, keduanya kembali lagi secara utuh ke dalam iktan

perkawinan.

Ketentuan mengenai rujuk, perhatikan ayat-ayat pada slide

berikut :

Al-Baqarah [21] : 231

Artinya : “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu

mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka

dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan

cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka

untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian

kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian,

maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya

sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah

permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa

yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al

Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu

dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah

kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.”

Al-Baqarah [2] : 228

Page 178: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

175

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka

menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,

jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-

suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika

mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita

mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu

tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

K. Hikmah Pernikahan

1. Jembatan menghalalkan hubungan dalam upaya mendapatkan

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat

2. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warohmah dan

menjalin kasih sayang (Ar-Rum: 21).

3. Melaksanakan sunnah Rasulullah Saw

4. Benteng untuk berbuat tercela.

5. Menjaga agama dan akhlak.

6. Silaturrahim dengan asas lestari.

7. Reproduksi/ regenerasi.

8. Ketenangan lahir-batin.

9. Tolong-menolong.

10. Membuka pintu rezeki.

11. Da‟wah

12. Pendidikan,

13. dll.

L. Nikah dalam Kompilasi Hukum Islam

1. Perkawinan Campuran

a. Pengertian

Pengertian perkawinan campuran disini mempunyai 3

(tiga) arti, yaitu :

1. Perkawinan campuran adalah perkawinan antara

dua orang di Indonesia yang tunduk pada hukum

Page 179: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

176

yang berlainan karena perbedaan

kewargenagaraan.

2. Perkawinan antar orang yang berbeda warga

negara, jika keduanya orang Islam maka di

nikahkan di KUA.

3. Perkawinan antar dua pemeluk agama yang

berbeda. Islam tidak mengatur dan tidak ada

dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

Islam melarang perkawinan dua pemeluk agama

berbeda.

b. Mengapa perkawinan antar agama dilarang

1. Dalam satu keluarga harus satu akidah atau satu

tauhid. Bila beda agama berarti lepas hubungan

kekeluargaan, termasuk hak waris.

2. Tujuan perkawinan adalah menciptakan

ketenangan, kasih sayang dan kesajahteraan,

maka harus satu komando, satu agama.

c. Sebab terjadinya konflik rumah tangga adalah :

1. Tidak ada kesatuan anatara suami dan isteri

2. Rumah tangga tanpa agama

3. Rumah tangga banyak agama

4. Pengaruh orang tua

Untuk menciptakan keharmonisan keluarga perlu

pengenalan dulu antara calon istri dan calon suami. Kalau

beda agama akan kesulitan terwujudnya keharmonisan

keluarga.

2.Pembinaan Rumah Tangga

a. Kehidupan rumah tangga

1. Pasangan suami istri harus pasangan sesama

manusia bukan makhluk lain.

2. Suami itu seperti pakaian bagi isteri. Suami dan

isteri harus saling menghargai, menhormati dan

menutup rahasia.

3. Ketenangan sebagai tempat pengembangan nilai

yang baik

4. Suami adalah pimpinan dalam rumah tangga yang

wajib mengayomi, melindungi dan tanggung jawab

yang bersifat kedalam.

5. Asas musyawarah dipakai di rumah tangga

Page 180: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

177

b. Fungsi keluarga

1 Orang tua sebagai pendidik pada pendidikn dasar

dan lanjutan dengan pendidikan tauhid

2. Orang tua sebagai pimpinan rumah tangga

c. Akibat dari perkawinan campuran

1. Kerenggangan antar keluarga suami/istri karena

perbedaan agama.

2. Keluarga yang berbeda agma akan terkucil dan sulit

kembali kekeluarga besar yang seiman tersebut.

3. Kesulitan perkembangan anak, sebab anak

mengikuti siapa. Ibunya atau bapaknya. Sementara

itu anak harus belajar agama yang di ikuti oleh

bapaknya atau ibunya.

3.Kawin hamil

Kawin Hamil adalah pernikahan yang dilakukan antara

seorang laki-laki dengan seorang laki-laki dengan seorang wanita

yang telah di hamilinya. Menurut komplimasi hukum Islam bab VIII

pasal 53, seorang wanita yang hamil di luar nikah ( sebelum nikah)

dapat di kawinkan dengan seorang laki-laki yang menghamilinya.

Perkawinan tersebut dapat dilakukan tanpa menunggu lebih dahulu

kelahiran anaknya. Bagi keduanya tidak perlu melakukan

pernikahan ulang setelah anak yang dikandungnya lahir.

Page 181: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

178

BAB IX:

WARISAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Warisan

Warisan adalah berpindahnya hak dan kewajiban atas segala

sesuatu baik harta mupun tanggungan dari orang yang telah

meninggal kepada keluarganya yang masih hidup. Sedangkan

yang disebut harta waris, adalah sisa dari kekayaan setelah

dipotong Harta waris sebelum dibagikan kepada ahli waris, supaya

dikeluarkan untuk keperluan:

1. Biaya pengurusan jenazah, misalnya biaya sakit, kain kafan,

ambulan, penguburan

Sabda Rasulullah saw. “kafanilah olehmu mayat itu dengan

dua kain kafan ihramnya” (H.R. Jama‟ah ahli hadis)

2. Melunasi utang piutang Jenazah (haqqul adami), jika ia

memiliki hutang.

3. Zakat. Jika harta warisan belum dizakati, hendaknya

dikeluarkan dulu zakatnya, sebelum dibagikan

4. Wasiat. Wasiat adalah pesan si pewaris sebelum meninggal,

agar bagian hartanya kelak setelah ia meninggal, diserahkan

kepada seseorang atau lembaga sepertiga dari harta yang

ditinggalkannnya. Firman Allah SWT. dalam QS. An-Nisa‟

11 :

Artinya: Allah mensyari‟atkan bagimu tentang (pembagian

pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bahagian seorang anak

lelaki sama dengn bagahian dua orang anak perempuan

dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua.

Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka

ia memperoleh saparo harta. dan untuk dua orang ibu-

bapanya (saja), Maka ibuna mendapat sepertiga; jika yang

meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya

mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di

atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)

sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamudan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara

mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini

adalah ketetapan dari Allah Maha mengetahui lagi Maha

bijaksana.(QS.An Nisaa:11)

B. Hukum Waris

Page 182: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

179

Akibat pernikahan dan adanya keturunan diperlukan aturan atau

hukum yang mengatur urusan pewarisan atau harta peninggalan.

Syariat Islam menyediakan hukum waris Islam atau faraidh,

yaitu hukum yang mengatur dan menetapkan ahli waris dan

bagian-bagian yang diperoleh dengan sebab adanya orang yang

meninggal dunia.

Hukum waris Islam diatur berdasarkan jauh dekatnya

hubungan huungan nasab antara seseorang dengan seseorang

yang meninggal dunia . Sementara perbedaaan bagian antara

laki-laki dan perempuan. Karena itu dalam waris Islam terdapat

perbedaan antara bagian laki-laki dan perempuan sebagai

bentuk aktualisasi keadilan yang membedakan peran dan

tanggung jawab masing-masing.

Hukum waris merupakan aturan yang berkaitan dengan

pembagian harta pusaka yang ditinggalkan mati oleh

pemiliknya dan menjadi hak ahli warisnya. Pembagian harta

warisan wajib dilakukan oleh ahli warisnya berdasarkan

ketentuan Allah sebagiaman diatur dalam Al-quran dan sunnah

Rasul.

Allah telah menciptakan aturan tentang tata cara

membagi harta warisan dengan baik dan adil. Umat Islam

diwajibkan melaksanakan hukum Nya dalam semua aspek

kehidupan. apa saja yang membagi harta waris tidak sesuai

dengan hukum Allah, maka Allah akan menempatkan mereka di

neraka selama-lamanya. Perhatikan ayat di bawah ini:

Q.S An-Nisa Ayat: 14

Artinya : “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan

Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,

niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka

sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang

menghinakan.”

Hukum waris berlaku apabila ada orang yang meninggal dunia,

meniggalkan harta benda dan ahli waris. Apabila belum ada

yang meniggal maka hukum waris belum berlaku, jadi bukan

lagi waris kalau harta dibagikan oleh pemiliknya selagi. hidup.

Demikian pula apabila apabila ada yang meninggal dan tidak

meninggalkan harta, maka tidak ada pembagian waris.

C. Ahli Waris

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta waris

Page 183: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

180

atau harta pusaka dari seorang yang meninggal dunia. Jumlah ahli

waris semuanya ada 25 orang,l5 orang dari pihak laki-laki, 10

orang dari pihak perempuan

a. Ahli Waris Pihak Laki-laki

1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah)

3. Bapak

4. Kakek (bapaknya bapak, dan seterusnya)

5. Saudara laki-laki sekandung

6. Saudara laki-laki sebapak

7. Saudara laki-laki seibu

8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

10. Saudara laki-laki bapak yang sekandung

11. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak seayah

12. Suami

13. Laki-laki yang memerdekakan mayat tersebut.

Jika semua ahli waris tersebut ada, maka yang berhak menerima

warisan hanya tiga yaitu 1) Bapak, 2) Anak laki-laki 3) Suami

b. Ahli Waris Pihak Perempuan

1. Anak perempuan

2. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah

3. Ibunya bapak

4. Ibunya ibu dan seterusnya ke atas

5. Ibu

6. Saudara perempuan sekandung

7. Saudara perempuan sebapak

8. Saudara perempuan seibu

9. Istri

10. Wanita yang memerdekakan mayat tersebut

Jika semua ahli waris perempuan ada, yang berhak menerima

warisan hanya lima, yaitu ;

1. Istri,

2. Anak perempuan,

3. Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki),

4. Ibu dan

5. Saudara perempuan sekandung.

Selanjutnya jika ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan

semuanya ada, yang berhak mewarisi harta hanya lima orang saja,

yaitu

1. Suami atau istri,

2. Ibu,

Page 184: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

181

3. Bapak,

4. Anak laki-laki,

5. Anak perempuan

D. Sebab-Sebab Mendapatkan Warisan

1. Adanya Hubungan Perkawinan. Contoh: Seorang suami

meninggal, maka istrinya mendapat warisan dari suaminya

2. Adanya Hubungan Nasab (Keturunan). Contoh: Jika

seorang ayah meninggal, anaknya mendapat warisan dari

ayahnya.

3. Adanya hubungan agama. ahli waris beragama sama

dengan agama yang meninggal dunia yaitu beragama Islam

Jika ahli waris tidak ada, harta waris diserahkan ke

baitulmal untuk kepentingan perjuangan Islam

4. Hamba sahaya. Ahli waris disebabkan telah

memerdekakan hamba sahaya.

Ahli waris karena perkawinan

1. Bagian suami.

Suami yang ditinggal mati istrinya memperoleh bagian

dari harta peningglan istrinya sebagai berikut:

a. Setengah dari harta peninggalan, jika istrinya tu tidak

meninggalkan antara dari dirinya atau suami-suami

sebelumnya

b. Seperempat dari harta peninggalan, jika istrinya itu

meninggalkan anak dari dirinya maupun dari suami-

suami sebelumnya.

Besar bagian suami didasarkan kepada firman Allah :

Artinya:”Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari

harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu jika mereka tidak

mempunyai anak, jika istrimu mempunyai anak, maka kamu

mendapat seperempatdari harta yang ditinggalkan mereka.

(QS.An-Nisa,4:12)

2. Bagian Istri

Istri yang ditinggal mati suaminya memperoleh bagian dari

harta peninggalan suaminya sebagai berikut:

a. Seperempat dari harta peninggalan, jika suaminya itu tidak

meninggalkan anak, baik dari dirinya, istri-istrinya

yang lain, atau mantan-mantan istrinya.

b. Speredelapan dari harta peninggalan, jika suaminya itu

meninggalkan anak, baik dari dirinya, istri-istrinya yang

lain, atau mantan-mantan istrinya. Besarnya bagian istri

tersebut didasarkan kepada firman Allah:

Page 185: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

182

Artinya: para istri memperoleh seperempat harta yang

kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika

kamu mempunyai anak, maka istri memperoleh

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan ... (QS.An-

Nisa, 4:12)

Ahli waris karena kekerabatan

1. Anak perempuan

Anak perempuan, baik yang meninggal itu ibu atau

ayahnya, maka bagian dari harta pusaka adalah:

a. Setengah, jika hanya seorang diri; tidak bersama-sama

dengan saudara laki-laki. Hal ini sejalan dengan firman

Allah yang artinya:

Artinya: .....Jika ia (anak perempuan) hanya seorang diri

bagiannya separoh.....(QS. 4:11).

b. Dua pertiga, jika anak perempuan tersebut dari dua orang

atau lebih dan tidak bersama dengan anak laki-laki.

Pembagian ini sejalan dengan firman Allah yang artinya:

Artinya: .....maka jika mereka itu perempuan-perempuan

lebih dari dua orang, bagi mereka dua pertiga dari harta

peninggalannya(QS. 4: 11).

c. Ashabah, yaitu sisa harta yang telah dibagikan kepada ahli

waris lain.

2. Anak laki-laki

Anak laki-laki tidak termasuk ahli waris yang sudah

ditentukan kadarnya (ashabul furudl), ia menerima sisa

(„ashabah) dari ashabul furudl, penerima seluruh harta waris

apabila tidak ada dzawil furudl seorangpun.

Anak laki-laki adalah ahli waris utama, sekalipun

kedudukan dalam warisan sebagai penerima sisa. Ia dapat

menghalangi sama sekali ahli waris lain (hijab hirman) atau

mengurangi penerimaan ahli waris lain (hijab nuqshan).

Sedangkan ia sendiri tidak bisa dihijab oleh ahli waris

manapun, bahkan ia dapat menarik saudara perempuannya

untuk menerima „ashuabah bersama dengan penerimaan

yang berlipat dua dari saudara perempuannya itu. Rincian

harta waris bagi anak laki-laki sebagai berikut:

a. Jika si mati hanya meninggalkan seorang atau beberapa

orang anak laki-laki, maka anak laki-laki mewarisi seluruh

harta.

Page 186: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

183

b. Jika si mati meninggalkan seorang atau beberapa anak laki-

laki dan meninggalkan ahli waris ashabul furudl, anak laki-

laki mendapatkan sisa(„ashabah) setelah diambil oleh

ashabul furudlnya.

c. Jika si mati meninggalkan anak laki-laki, anak perempuan,

dan ashabul furudl, maka seluruh harta setelah diambil oleh

ashabul furudl dibagi dua, dengan ketentuan anak laki-laki

dua kali bagian anak perempuan.

Semua ahli waris dapat dihijab hirman oleh anak laki-laki,

kecuali ibu, bapak, suami, istri, anak perempuan, kakek dan

nenek yang hanya dapat dihijab nuqshan.

3. Cucu perempuan pancar laki-laki

Cucu perempuan pancar laki-laki adalah anak

perempuan dari anak laki-laki orang yang meninggal dunia

dan anak perempuannya cucu laki-laki pancar laki-laki terus

ke bawah. Hak pusaka mereka ada enam macam, yaitu:

a. Setengah, jika ia seorang diri.

b. Dua pertiga, jika ia dua orang atau lebih.

Penerimaan setengah dan dua pertiga ini, jiak tidak

bersama-sama dengan ahli waris yang menjadikan mereka

ashabah bersama (ashabah ma‟al ghair).

c. Ushubah, apabila ia mewarisi bersama-sama dengan orang

laki-laki yang sederajat yang menjadikannya ashabah

bersama. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu:

1. Jika tidak ada ashabul furudl seorang pun, mereka

menerima seluruh harta peninggalan secara ushubah.

Ketentuannya bahwa mereka yang laki-laki

mendapatkan dua bagian perempuan.

2. Jika ada ashabul furudl, mereka hanya menerima sisa

dari ashabul furudl juga dengan cara pembagian seperti

di atas.

3. Jika harta peninggalan telah dihabiskan oleh ashabul

furudl, mereka tidak menerima sedikitpun. Cucu pancar

laki-laki dapat menghijab saudara laki-laki(si mati) dan

saudara perempuan (si mati) seibu. Dan dapat dihijab

oleh dua orang anak perempuan shulbiyah, dan oleh dua

orang cucu perempuan pancar laki-laki yang lebih tinggi

derajatnya, bila tidak ada menjadikannya ashabah

bersama, dan oleh far‟ul waris yang lebih tinggi

derajatnya, seperti anak laki-laki atau cucu laki-laki,

Page 187: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

184

baik ia tunggal atau banyak, baik ashabah bersama atau

tidak.

4. Anak laki-laki pancar laki-laki (abnaul abnai).

Cucu laki-laki pencar laki-laki adalah anak laki-laki dari

anak laki-laki turun si mati yang mempunyai hak mewarisi,

karena itu ia termasuk far‟ul waris. Hak pusaka far‟ul waris

adakalanya dengan jalan fardl, seperti anak perempuan dan

cucu perempuan pancar laki-laki terus ke bawah, dan

dengan cara „ushubah, yaitu anak laki-laki dan cucu laki-

lakki pancar laki-laki terus ke bawah.

Hak cucu laki-laki pancar laki-laki adalah ushubah

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika si mati mempunyai anak dan tidak ada ahli waris yang

lain, ia menerima seluruh harta peninggalan „ushubah. Jika

ada ahli waris ashabul furudl, ia menerima sisa ashabul

furudl.

b. Jika cucu itu mewarisi bersama-sama dengan saudari-

saudarinya, ia membagi seluruh harta atau sisa harta dari

ashabul furudl dengan saudari-saudarinya, dengan ketentuan

laki-laki dua bagian dan perempuan satu bagian.

Kebanyakan ahli waris dapat dihijab oleh cucu laki-laki

pancar laki-laki kecuali: ibu, ayah, suami, istri, anak

perempuan, cucu perempuan pancar laki-laki, kakek, dan

nenek. Ia dapat dihijab oelh setiap anak laki-laki yang lebih

tinggi derajatnya. Salain far‟ul waris yang telah disebutkan

diatas, terdapat pula far‟ul waris yang lain, yaitu anak yang

berada dalam kandungan, anak hasil dari zina dan anak dari

perkawinan yang telah terjadi li‟an(antara suami istri terjadi

tuduh menuduh berbuat zina). Anak yang berada dalam

kandungan tergolong ahli waris yang berhak menerima

warisan dengan syarat:

a. Anak itu sudah berwujud pada saat orang yang mewariskan

mati. Untuk menentukannya dapat dipertimbangkan

pandangan bahwa sperma yang berada dalam rahim,

apabila tidak hancur, berarti mempunyai zat hidup, karena

itu dihukumkan hidup. Untuk meyakionkan, sekarang ini

telah terdapat alat untuk melihat janin dalam rahim, antara

lain alat USG, sehingga untuk menentukannya tidak lagi

mengalami kesulitan.

b. Anak itu dilahirkan dalam keadaan hhidup yang dapat

dilihat secra indrawi dengan adanya tanda-tanda hidup,

Page 188: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

185

seperti bergerak dan menangis sebagimana disabdakan

Nabi:

Artinya: Apabil anak yang dilahirkan itu berteriak, maka

diberi pusaka(HR. Ashab al sunan).

Oleh karena itu, jika ada yang meninggal dunia

meninggalkan anak dalam kandungan istrinya, sebaiknya

pembagian harta pusakanya ditangguhkan sampai bayi yang

ada dalam kandungan istrinya dilahirkan sehingga dapat

diketahui secara jelas, apakah bayi itu hidup, jenis

kelaminnya laki-laki atau perempuan, satu atau kembar.

Anak yang dihasilkan dari perzinahan atau anak yang

dilahirkan dari perkawinan yang tidak sah menurut syariat,

atau anak yang dilahirkan kurang dari 6 bulan dari akad

perkawinan, dihukumkan anak zina yang hanya bernasab

kepada ibunya; tidak kepada bapak biologisnya. Karena itu,

ia hanya mendapatkan waris dari ibunya. Demikian pula

anak yang lahir dari pernikahan yang sudah terjadi li‟an,

yaitu tuduh menuduh zina antara suami istri, anak yang

dilahirkan setelah terjadi li‟an dinasabkan kepada ibunya,

kerana itu tidak mendapatkan waris dari pihak bapaknya.

Nabi menyatakan:

Artinya: Dari Ibn umar bahwasanya seorang laki-laki

yang meli‟an istrinya dan mengingkari anak istri tersebut,

maka nabi menceraikan keduanya dan mempertemukan

anaknya kepada ibunya. (HR. Bukhari dan Abu Daud).

5. Ibu

Bagian ibu ada tiga macam, yaitu:

a. Seperenam, dengan ketentuan bila ia mewarisi bersama-

sama dengan far‟ul waris bagi si mati, baik seorang atau

lebih, laki-laki maupun perempuan. Ia bersama dengan

saudara-saudara si mati baik sekandung, seibu maupun

seayah, atau campuran seibu dan seayah, baik laki-laki

maupun perempuan. Berdasarkan firman Allah:

Artinya: ..... Dan untuk ibu bapak, masing-masing

seperenam dari harta yang meninggal jika yang meninggal

mempunyai anak (QS. 4: 11).

Dan dalam kelanjutan ayat tersebut:

Artinya: ..... Jika yang meninggal itu mempunyai saudara-

saudara, maka ibunya memperoleh seperenam. (QS. 4: 11).

Page 189: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

186

b. Sepertiga, dengan ketentuan tidak bersama-sama dengan

far‟ul waris bagi si mati atau dua orang atau lebih saudari-

saudari si mati. Ia sendiri yang mewarisi dengan ayah si

mati.

Apabila ia bersama dengan far‟u ghairu warits bagi si mati atau

bersama dengan seorang saudari-saudari bagi si mati. Ia tidak

berhijab dari sepertiga menjadi seperenam fardl. Bila ia

mewarisi bersama dengan ayah salah seorang suami istri, ia

mendapat sepertiga sisa harta peninggalan.

Artinya: .... Jika yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia

diwarisi oleh ibu bapaknya (saja), maka ibunya mendapat

sepertiga .....( QS. 4: 11)

Ahli waris tidak ada yang dapat menghijab hirman terhadap ibu,

tetapi ada dua ahliu waris yang dapat menghijab nuqshan

padanya, yaitu:

a. Far‟ul waris, secara mutlak

b. Dua orang saudara, secara mutlak

Sedangkan ibu dapat menghijab ahli waris, yaitu:

1. Ibunya ibu (ummul ummi)

2. Ibunya ayah (ummul abi) ke atas.

6. Nenek

Nenek mendapatkan bagian seperenam dengan ketentuan bila ia

tidak bersama ibu, baik sendiri atau beberapa orang. Ahli waris

yang dapat menghijab nenek adalah : ibu, ayah, kakek shahih,

dan nenek yang dekat.

7. Ayah

Ayah mempusakai harta peninggalan anaknya dengan tiga

macam bagian, yaitu :

a. Seperenam, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi

mempunyai far‟ul waris mudzakkar (anak turun si mati

yang berhak mewarisi yang laki-laki), yaitu anak laki-

laki dan cucu laki-laki pancar laki-laki sampai ke bawah.

b. Seperenam dan ushubah, dengan ketentuan bila anak

yang diwarisi mempunyai far‟u waris muannats (anak

turun si mati yang perempuan), yakni anak perempuan

dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai ke bawah.

Ketentuan ini didasarkan kepada firman Allah :

Artinya: …dan untuk ibu bapak, masing-masing

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang

meninggal mempunyai anak…(QS. An-Nisa,4:11)

Page 190: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

187

c. Ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalannya

tidak mempunyai far‟u waris sama sekali, baik laki-laki

maupun perempuan, sesuai dengan firman Allah :

Artinya: …tetapi jika orang yang meninggal tidak

mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu

bapaknya(saja), maka untuk ibunya sepertiga

peninggalan..(QS.4:11)

8. Kakek

Istilah kakek dalam ilmu waris memiliki dua arti, yaitu

kakek shahih dan kakek ghairu shahih. Kakek shahih

adalah kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati

tanpa diselingi oleh perempuan, seperti ayahnya ayah

(abul ab) dan ayah dari ayahnya ayah (abu abil ab)

sampai keatas. Sedangkan kakek ghiru shahih adalah

kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati diselingi

oleh perempuan, seperti ayahnya ibu(abul um) dan ayah

dari ibunya ayah(abu ummu ab).

Kakek dapat menduduki status ayah bila tidak ada ayah

dan saudara-saudara atau saudari-saudari sekandung

atau seayah, karena itu ia mendapat bagian pusaka

seperti bagian ayah, yaitu:

a. Seperenam, jika si mati mempunyai anak turun yang

berhak waris yang laki-laki(far‟u waris mudzakkar)

b. Seperenam dan sisa dengan jalan ushubab bila si mati

mempunyai anak turun perempuan yang berhak waris

(far‟u waris muannats)

c. Ushubah, jika si mati tidak mempunyai far‟u waris secara

mutlak, baik laki-laki maupun perempuan. Ia juga

mempunyai anak turun yang tidak berhak menerima

pusaka (far‟u ghairu warits), seperti cucu perempuan

pancar perempuan.

Ahli waris yang dihijab oleh kakek shahih adalah saudara-

saudara kandung, saudara-saudara seayah, saudara-saudara

seibu, anak laki-lakinya saudara kandung, anak laki-lakinya

saudra seayah, paman sekandug, paman seayah, anak laki-

lakinya paman sekandung, anak laki-lakinya paman sayah,

dan kakek shahih yang lebih jauh.

Adapun ahli waris yang dapat menghijab kakek adalah ayah

dan kakek shahih yang lebih dekat dengan si mati.

9. Saudara kandung

Page 191: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

188

Saudari kandung mempusakai hara peninggalan dengan lima

macam bagian, yaitu:

a. Separuh, jika ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama

dengan saudara kandung yang menjadikannya „ashubah (bil

ghir)

b. Dua pertiga, jika ia dua orang atau lebih dan tidak mewarisi

bersama-sama dengan saudara kandung yang menjadikannya

„ashabah (bil ghair)

c. „ushubah (bil ghair), jika ia, baik tunggal maupun jamak

mewarisi bersama-sama dengan saudara kandung baik tunggal

maupun banyak. Mereka dapat menerima seluruh harta

peninggalan atau sisa dari dzawil furudl dengan ketentuan

bahwa penerimaan laki-laki dua kali bagian penerimaan

perempuan

d. Ushubah (ma‟al ghair), jika ia mewarisi bersama-sama:

1) Seorang atau beberapa orang anak perempuan

2) Seorang atau beberapa orang anak cucu perempuan

pancar laki-laki

3) Anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki,

dengan ketentuan ia tidak bersama-sama enga saudara

kandungnya yang menjadi ma‟ashibnya. Bila ada

saudara kandung, penerimaannya kembali seperti nomor

c di atas. Di sini keushubahannya, seolah menempati

status saudara kandung. Konsekuensinya, andaikata

sudah tidak ada sisa yang tinggal setelah pembagian

kepada dzawil furudl, maka ia tidak menerima apa-apa.

Bila seseorang atau beberapa orang saudari kandung bersama-

sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-

laki, mereka dapat menghijab ahli waris: saudara seayah, anak

laki-laki saudara seayah seibu, anak laki-laki saudara seayah,

paman seayah seibu, paman seayah, anak laki-laki paman

seayah seibu, anak laki-laki paman seayah dan saudari seayah.

Bila saudari kandung dua orang atau lebih, mereka dapat

menghijab seorang atau beberapa orang saudari seayah.

Sedangkan ahli waris waris yang dapat menghijab saudari

kandung, baik seorang maupun beberapa orang secara bersama-

sama dengan saudra kandung maupun tidaka adalah anak laki-

laki, cucu laki-laki pancar laki-laki, dan ayah.

10. Saudari seayah

Page 192: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

189

Saudari seayah mendapat bagian sebagai berikut:

a. Separuh, jika ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama-

sama dengan saudari kandung atau saudara seayah yang

menjadikannya ashabah (bil ghair)

b. Dua pertiga, jika dua orang atau lebih tidak mewarisi bersama-

sama „ashabah (bil ghair)

c. Usubah (bil ghair), jika ia seorang atau banyak bila mewarisi

bersama-sama dengan saudara tunggal seayah. Dalam hali ini

laki-laki memperoleh dua kali lipat bagian dari perempuan.

d. „Usubah(ma‟al ghair), jika ia mewarisi bersama-sama dengan

anak perempuan, anak perempuan pancar laki-laki betapa pun

menurunnya, serta anak perempuan dan cucu perempuan pancar

laki-laki. Dalam hal ini, ia mendapatkan sisa peninggalan

setelah para ahli waris tersebut mengambil bagiannya. Apabila

tidak ada sisa sama sekali, ia tidak menerima apa-apa.

Ahli waris yang dapat dihijab oleh saudari seayah adalah: anak

laki-laki saudara sekandung, kemenakan ayah, paman

sekandung, paman seayah, anak laki-laki paman sekandung, dan

saudara sepupu seayah.

Adapun ahli waris yang dapat menghijab saudari seayah

adalah:anak laki-laki, cucu laki-laki pancar laki-laki,

ayah,saudara laki-laki kandung, saudari kandung yang menjadi

„ashabah ma‟al ghair, dan dua orang saudari kandung, jika

saudari seayah tidak mewarisi bersama-sama dengan

mu‟ashibnya.

11. Saudari-saudari tunggal ibu (auladul ummi)

Saudari-saudari tunggal ibu adalah anak-anaknya si mati atau

saudara tiri si mati yang lahir dari ibu. Bagian mereka adalah :

a. Seperenam, bila mereka tunggal, baik laki-laki maupun

perempuan

b. Sepertiga, bila mereka banyak, baik laki-laki maupun

perempuan

Mereka tidak memiliki dua ketentuan di atas, bila si mati tidak

dalam keadaan kalalah, yang beranak turun yang mewarisi

dalam keadaan kalalah, mereka terhijab oleh far‟ul warits dan

ashab warits mudzakkar.

Page 193: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

190

Anak-anak ibu(saudara-saudara tiri si mati) ini tidak dapat

menghijab siapapun, bahkan mereka dapat dihijab oleh:anak

laki-laki atau perempuan, ayah, dan kakek sahih.

12. Saudara kandung

Hak pusaka saudara kandung adalah „ushubah, dengan

ketentuan apabila mereka tidak bersama-sama dengan ahli waris

yang dapat menghijabnya dan kakek sahih. Kalau bersama-

sama kakek sahih, mereka membagi rata. Secara rinci pusaka

mereka sebagai berikut:

a. Kalau tidak ada ahli waris selain seorang saudara, maka ia

mendapat seluruh harta;

b. Kalau ahli waris semuanya terdiri atas saudara-saudara

kandung, maka seluruh harta peninggalan dibagi rata antar

mereka;

c. Kalau ahli warisnya terdiri dari saudara dan saudari sekandung,

maka seluruh harta peninggalan dibagi antar mereka dengan

ketentuan laki-laki mendapat dua kali perempan;

d. Kalau mereka mewarisi besama-sama dengan ahli waris lain

dari golongan ashhabul furudh, mereka menerima sisia dari

ashhabul furudh;

e. Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara seibu

dan tidak ada sisa yang tinggal untunya, ia menggabungkan diri

dengan saudara-saudara ibu dalam menerima sepertiga.

Para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki sekandung

adalah:saudara seayah, anak laki-laki saudara sekandung, anak

laki-laki saudara seayah, paman sekandung, paman seayah,anak

laki-laki paman sekandung, dan anak laki-laki paman seayah.

Sedangkan yang menghijab saudara sekandung adalah:ayah,

anak laki-laki, dan cucu laki-laki pancar laki-laki.

13. Saudara seayah

Pusaka saudara seayah dengan cara „ushuban, bila tidak ada

wali waris yang menghijabnya , sebagaimana halnya pusaka

saudara-saudara kandung. Hanya kalau saja sudah tidak ada sisa

harta peninggalan, mereka tidak bisa menggabungkan diri

kepada saudara-saudara seibu dalam mendapat sepertiga.

Mereka tidak memepunyai garis yang sama dalam

memepertemuakan nasabnya kepada ibu, seperti saudara-

saudara kandung.

Page 194: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

191

Para ahli waris yang berhijab oleh saudra seayah adalah anak

laki-laki saudara sekandung, anak laki-laki saudara seayah, paman

sekandung , paman seayah, anak laki-laki paman sekandung , anak

laki-laki paman seayah.

Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab saudara seayah

adalah saudara sekandung, ayah, anak laki-laki, cucu laki-laki pacar

laki-laki, saudari sekandung, bila bersama anak perempuan atau

cucu perempuan pacar laki-laki.

14. Anak-anak saudara (kemenakan laki-laki), panam dan

anak- anak paman(saudara sepupu laki-laki)

Mereka tergolong ahli waris „ashabah yang utama setelah anak

laki-laki saudara seayah, paman sekandung, paman seayah,

anak laki-laki paman sekandung, dan anak laki-laki panam

seayah

Anak laki-laki dapat menghijabnya adalah: anak laki-laki,

saudara seayah, paman sekandung, paman seayag, anak laki-

laki- paman sekandung, dan anak laki-laki paman seayah.

Ahli waris yang dapat menghujabnya adalah : anak laki-laki,

cucu laki-laki pacar laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki

sekandung, saudara seayah, saudari sekandung, atau seayah

yang menjadi „ashabah ma‟alghair bersama-ama dengan anak

perempuan atau cucu perempuan.

Anak laki-laki saudara seayah dapat menghijab ahli waris:

paman sekandung, paman seayah, anak paman sekandung , anak

paman seayah.

Ahli waris yang dapat menghijabnya adalah: anak laki-laki ,

cucu laki-lakipacar laki-laki, kakek , saudara kandung, sauadara

seayah, anak laki-laki saudara sekandung, saudarai sekandung

atau seayah yang menjadi „ashabah ma‟al ghair bersama-sama

dengan anak perempuan atau cucu perempuan.

Paman dapat menghijab ahli waris: paman seayah, anak laki-

laki paman sekandung, anak laki-laki paman seayah.

Ahli waris yang dapat menghijab paman adalah: anak laki-laki,

cucu laki-laki pacar laki-laki, ayah, kakek, saudara kandung,

saudara seayah, anak laki-laki saudara sekandung,saudari

sekandung atau seayah „ashabah ma‟al ghair besama-sama anak

permpuan, dan anak laki-laki saudara seayah.

Paman seayah dapat menghijab ahli waris: anak laki-laki paman

sekandung, dan anak laki-laki paman seayah.

Para ahli waris yang menghijab paman seayah adalah: anak

laki-laki, cucu laki-laki pacar laki-laki, ayah, kakek, saudara

kandung, saudara seayah, anak laki-laki saudara sekandung,

Page 195: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

192

saudari sekandung atau seayah yang menjadi „ashaba ma‟al

ghair bersama-sama anak perempuan atau cucu perempuan,

anak laki-laki saudara seayah, paman sekandung.

Anak laki-laki paman sekandung hanya dapat menghijab anak

laki-laki paman seayah. Ahli waris yang dapat menghijab anak

laki-laki paman sekandung adalah: anak laki-laki, cucu laki-laki

pacar laki-laki,ayah, kakek, saudara kandung, saudara seayah,

anak laki-laki saudara sekandung, saudara sekandung atau

seayah yang menjadi „ashabah ma‟al ghair bersama anak

perempuan, anak laki-laki saudra seayah, paman sekandung,

paman seayah dan anak laki-laki paman sekandung.

E. Penghalang Mendapatkan Warisan

Ahli waris dapat kehilangan hak untuk mendapatkan warisan apabila :

1. Hamba atau budak, selama seseorang berstatus sebagai budak,

maka tidak mendapatkan warisan dari keluarganya yang

meninggal. Diterangkan dalam firman Allah swt: hamba yang

dimiliki (berbuat), tidak memepuyai kekuasaan atas segala

sesuatu” (QS An Nisa: 75).

2. Pembunuh. Dalam hal ini ahli waris yang memebunuh Al

Muwaris (si mati). S abgda Rasulullah saw “yang membunuh

tidak mewerisi dari yang dibunuhnya” (HR. Nasai).

3. Murtad, seseoarang yang keluar dari agama Islam kehilangan

untuk mewarisis harta, keluarganya yang meninggal. Sabda

Rasulullah saw, “ Orang Islam tidak dapat mewarisi harta

orang kafir dan orang kafir pun tidak dapat mewarisi harta

orang muslim” (HR. Bukhari Muslimin).

4. Adanya perbedaan agama.

F. Rukun Waris

a. Adanya yang meninggal dania, baik hakiki, atau hukmi.

b. Adanya harta waris

c. Adanya ahli waris, maksudnya ketika yang mewariskan

meninggal dunia pada saat itu ahli waris hidun. baik hakiki

maunun hukmi.

G. Syarat-syarat Waris.

a. Matinya mawaris. Orang yang akan mewariskan benar-

benar sudah mati, baik mati hakiki, hukmi atau mati takdiri

b. Hidupnya ahli waris. Ahli waris masih hidup pada saat

mawaris meninggal

c. Tidak ada penghalang untuk menerima harta waris

Dalil Naqli Tentang Mawaris

a. Q.S. An-Nisa [4l] : 7

Page 196: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

193

Artinya : “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta

peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi

orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik

sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah

ditetapkan.”

b. Q.S. An-Nisa [4] : 11

Artinya : “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki

sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika

anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak

perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo

harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal

itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak

mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),

maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat

seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah

dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar

hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu

tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat

(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.

Page 197: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

194

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

c. Q.S.An-Nisa [4] : l2

Artinya : “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak

mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak,

maka kamu mendapat seperempat dari harta yang

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat

atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri

memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika

kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,

maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang

kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat

atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika

seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak

meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi

mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau

seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi

jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka

mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah

dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar

hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli

waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)

syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Penyantun.”

Page 198: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

195

J. Hikmah Mawaris

1. Untuk menunjukkan ketaatan kita kepadaAllah Swt.

2. Untuk menegakkan keadilan

3. Untuk tetap menjaga keharmonisan antar saudara/kerabat

4. Untuk lebih mensejahterakan keluarga yang ditinggal.

5. Untuk kemaslahatan umat

6. Mengangkat martabat dan hak kaum wanita sebagai ahli

waris

7. Semua ahli waris mendapat harta warisan secara demokratis

8. Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan serta

keadilan.

H. Warisan Dalam Kompilasi Hukum Islam

Sejarah Hukum Kewarisan Islam.

Sejarah Hukum Kewrisan Islam tidak terlepas dari hukum

kewarisan zaman Jahiliyah. Ringkasnya, perkembangan Hukum

Kewarisan Islam dapat dipaparkan sebagai berikut ;

1. Hukum kewarisan adat Arab pada zaman Jahiliyah

menetapkan tatacara pembagian warisan dalam masyarakat

yang didasarkan atas hubungan nasab atau kekerabatan, dan

hal itu pun hanya diberikan kepada keluarga yang laki-laki saja,

yaitu laki-laki yang sudah dewasa dan mampu memanggul

senjata guna mempertahankan kehormatan keluarga dan

melakukan peperangan serta merampas harta peperangan.

2. Perempuan dan anak-anak tidak mendapatkan warisan, karena

dipandang tidak mampu memangul senjata guna

mempertahankan kehormatan keluarga dan melakukan

peperangan serta merampas harta peperangan. Bahkan orang

perempuan yaitu istri ayah dan/ atau istri saudara dijadikan

obyek warisan yang dapat diwaris secara paksa. Praktik ini

berakhir dan dihapuskan oleh Islam dengan turunnya Surat An

Nisa‟, Ayat 19 yang melarang menjadikan wanita dijadikan

sebagai warisan. Dalam Ayat tersebut Allah SWT. Berfirman :

Aartinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi

kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa”.

3. Perjanjian bersaudara, janji setia, juga dijadikan dasar untuk

saling mewarisi. Apabila salah seorang dari mereka yang telah

mengadakan perjanjian bersaudara itu meninggal dunia maka

pihak yang masih hidup berhak mendapat warisan sebesar 1/6

(satu per enam) dari harta peninggalan. Sesudah itu barulah

Page 199: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

196

sisanya dibagikan untuk para ahli warisnya. Yang dapat

mewarisi berdasarkan janji bersaudara inipun juga harus laki-

laki.

4. Pengangkatan anak yang berlaku di kalangan Jahiliyah juga

dijadikan dasar untuk saling mewarisi. Apabila anak angkat itu

telah dewasa maka ia mempunyai hak untuk sepenuhnya

mewarisi harta bapak angkatnya, dengan syarat ia harus lakilaki.

Bahkan pada masa permulaan Islam hal ini masih berlaku.

Kemudian pada waktu Nabi Muhammad SAW. Hijrah ke

Madinah beserta para sahabatnya, Nabi mempersaudarakan

antara Muhajirin dengan kaum Anshor. Kemudian Nabi

manjadikan hubungan persaudaraan karena hijrah antara

Muhajirin dengan Anshor sebagai sebab untuk saling

mewarisi.

Dari paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dasar

untuk dapat saling mewarisi pada Zaman Jahiliyah adalah :

a. Adanya hubungan nasab/ kekerabatan

b. Adanya pengangkatan anak

c. Adanya janji setia untuk bersaudara

Ketiga jenis ahli waris tersebut disyaratkan harus laki-laki dan

sudah dewasa. Oleh karena itu, perempuan dan anak-anak tidak

dapat menjadi ahli waris. Kemudian pada masa permulaan

Isalam di Madinah, Rasulullah SAW. Mempersaudarakan

Muhajirin dengan Anshor, persaudaraan karena hijrah ini juga

dijadikan dasar untuk saling mewarisi.

Dalam perkembangannya, dasar saling mewarisi karena adanya

pengangkatan anak, janji setia, dan persaudaraan karena hijrah

inipun dihapus. Untuk selanjutnya berlaku hukum kewarisan

yang ditetapkan oleh Al Qur‟an dan As Sunah sebagai suatu

ketentuan yang harus ditaati oleh setiap muslim.

Perempuan dan anak-anak yang semula tidak tidak dapat

mewarisi, kemudian oleh Hukum Islam diberikan hak (bagian)

untuk mewarisi seperti halnya ahli waris laki-laki.

Mereka mempunyai hak yang sama dalam mewarisi, baik

sedikit maupun banyaknya menurut bagian yang ditetapkan

untuknya dalam Syari‟at Islam. Allah SWT. Menegaskan ini

dengan Firman-Nya dalam Surat An Nisa‟ ayat 7, yang artinya

sebagai berikut ;

Artinya:”Bagi orang laki-laki ada hak (bagian) dari

hartapeninggalan ibu, bapak, dan kerabatnya; dan bagi orang

perempuan juga ada hak (bagian) dari harta peninggalanibu,

Page 200: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

197

bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”.

Kemudian dalam ayat 11 Surat An Nisa‟ itu pula Allah SWT.

Berfirman yang

artinya :

Artinya: ”Allah mensyari‟atkan bagimu tentang (pembagian

pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bahwa bagian seorang anak

laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan”.

Selanjutnya pewarisan yang didasarkan perjanjian bersaudara

(janji setia) juga dihapuskan dengan turunnya Ayat 6 Surat Al

Ahzab, yang artinya :

Artyiya: ”..... dan orang-orang yang mempunyai hubungan

darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada sebagian

yang lain di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin

dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat

baik kepada saudara-saudaramu .....”

Kemudian mengenai kewarisan anak angkat juga dihapuskan

dengan turunnya Ayat 4 dan 5 Surat Al Ahzab, yang artinya :

Artinya: ”..... dan Tuhan tidak menjadikan anak-anak

angkatmun sebagai anak kandungmu sendiri. Yang demikian itu

hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Sedang Allah

mengatakan yang sebenarnya dan menunjukkan jalan (yang

benar). Panggillah mereka dengan memakai nama-nama

ayahnya (yang sebenarnya) sebab yang demikian itu lebih adil

di sisi Allah. Jika kamu tidak mengetahuiayahnya maka

(panggillah mereka seperti memanggil) saudara-saudaramu

seagama dan maula-maulamu (yakni orangorang yang berada

di bawah pemeliharaanmu).....”

Kemudian di dalam Surat Al Ahzab, ayat 40 ditegaskan pula

bahwa :

Artinya: ”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari

seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasul Allah

dan penutup para nabi.....”

Sedang mengenai kewarisan berdasarkan persaudaraan karena

hijrah antara Muhajirin dengan Anshor telah dihapuskan dengan

Hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam sabdanya :

Artinya : ”Tidak ada kewajiban berhijrah lagi setelah

penaklukan kota Makkah” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hal ini terjadi pada tahun ke-8 Hijriyah. Hadits inilah yang

dijadikan dasar penghapusan hubungan Muwarosah antara

Muhajirin dengan Anshor.

Page 201: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

198

Ayat-ayat kewarisan itu turun secara berangsur-angsur, sejak

tahun ke-II sampai VII Hijriyah, selama Rasulullah berada di

Madinah, menggantikan hukum adat kewarisan Jahiliyah,

sejalan dengan yat-ayat yang mengatur hukum keluarga

(perkawinan). Demikian pula praktik pelaksanaan hukum

kewarisan pun secara berangsur-angsur mengalami perubahan

demi perubahan yang kesemuanya itu menuju kesempurnaan,

yaitu suatu tatanan masyarakat yang tertib, adil, dan sejahtera

denga susunan keluarga yang bersifat bilateral.

Meskipun diyakini bahwa sistem kekeluargaan yang dibangun

oleh syari‟ah Islam adalah sistem kekeluargaan yang bersifat

bilateral, akan tetapi ternyata pengaruh adat istiadat masyarakat

Arab jahiliyah yang Patrilineal itu sangatlah kuat sehingga

mempengaruhi pikiran dan praktik hukum keluarga dan Hukum

Kewarisan pada masa sahabat dan sesudahnya. Praktik

kekeluargaan Patrilineal yang sangat menonjol tersebut telah

mempengaruhi praktik dan Ijtihad hukum kewarisan Islam pada

masa lalu sampai sekarang. Dan paham inilah yang masuk dan

diajarkan kepada ummat Islam di Indonesia.

Ketidakseimbangan telah terjadi karena hukum keluarga yang

dianut dan berkembang di Indonesia adalah kukum keluarga

yang bersifat bilateral, sementara hukum kewarisan yang

diajarkan bersifat patrilineal sehingga hukum kewarisan

patrilineal tersebut kurang mendapat sambutan secara tangan

terbuka karena dirasa belum/ tidak pas untuk diterapkan dalam

praktik. Di sinilah diperlukan adanya kaji ulang dan ijtihad baru

di bidang hukum kewarisan.

Dalam upaya menghapuskan perbudakan maka Rasulullah

SAW. Menetapkan bahwa orang yang memerdekakan budak,

maka ia menjadi ahli warisnya bila budak itu meninggal dunia.

Akan tetapi pada masa kini perbudakan secara yuridis sudah

tiada lagi.

Hukum Kewarisan dan Hukum Perkawinan, masing-masing

merupakan Sub-sistem yang membentuk suatu Sistem Hukum,

yaitu hukum keluarga. Antara keduanya tidak dapat dipisahkan

ibarat sekeping mata uang, antara satu sisi dengan sisi lainnya.

Oleh karenanya kedua hukum tersebut harus mempunyai sifat,

asas dan gaya yang sama sehingga dapat dilaksanakan dengan

enak dan selaras dalam dalam tata kehidupan keluarga, apabila

terjadi ketidakselarasan maka dapat dipastikan akan terjadi

ketimpangan dalam kehidupan keluarga. Demikian pula halnya

dengan Hukum Kewarisan Islam sebagai sub-sistem dari sistem

Page 202: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

199

hukum keluarga harus memiliki sifat, asas, dan gaya yang sama

dengan Hukum Perkawinan.

Selain itu dalam pengajaran Hukum Waris pun terdapat

berbagai Mahdzab, seperti halnya pada bidang-bidang lain.

Perbedaan ini terjadi karena faktor sejarah, tata kehidupan

masyarakat, pemikiran, ketaatan terhadap syari‟ah, dan

sebagainya yang berbeda-beda. Demikian pula dalam

perkembangan hukum kewarisan Islam di Indonesia, dan juga

menimbulkan disparitas nya putusan Pengadilan Agama.

Disamping itu, corak kehidupan masyarakat Arab yang bersifat

patrilineal sangat menonjol dan mempengaruhi pemahaman

terhadap Hukum Kewarisan Islam. Hukum Kewarisan Islam

yang kita pelajari selama ini adalah hukum kewarisan yang

lebih bercorak patrilineal karena berasal dari pemahaman

masyarakat Arab tempo dulu sehingga sering kali terasa janggal

dan tidak adil karena tidak corak kehidupan masyarakat kita

adalah bilateral, sementara hukum waris yang akan diterapkan

bercorak Patrilineal.

Keadaan yang demikian ini sangat dirasakan oleh Mahkamah

Agung RI. Sebagai Pengadilan Negara tertinggi yang bertugas

membina jalannya peradilan dari semua lingkungan peradilan,

termasuk disini adalah Peradilan Agama.

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.7, Tahun 1989,

tentang Peradilan Agama, dimana kekuasaan Pengadilan Agama

untuk memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan sengketa

waris dipulihkan kembali, maka kebutuhan terhadap hukum

waris yang jelas, rinci, mudah dan pasti serta sesuai dengan tata

kehidupan masyarakat Islam Indonesia yang bilateral semakin

terasa mendesak. Untuk itu pulalah kemudian dikeluarkan

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diberlakukan dengan

Instruksi Presiden Nomor 1, tahun 1991, tanggal 10 Juni 1991.

Menghadapi kenyataan tentang perkembangan hukum

kewarisan Islam di Indonesia, KH. Ali Darokah mengatakan

bahwa :

”Walhasil, hukum faraid yang ada perlu dibina lagi, terutama

untuk Indonesia, dengan hukum faraid konkrit yang dapat

mencakup soal-soal penting yang berkait dengan faraid, dan

mencakup petunjuk ayat-ayat Al Qur‟an dan Al Hadits yang

telah dipotong oleh sebagian ulama fiqih. Bila pembinaan itu

berhasil, Insya Allah persengketaan kita dapat terselesaikan.”

Untuk menghilangkan kesenjangan antara teori kewarisan

dalam ilmu fiqih dengan rasa keadilan masyarakat islam maka

Page 203: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

200

perlu diadakan kaji ulang terhadap hukum kewarisan Islam

yang ada dan mengembalikannya kepada sumber aslinya, yaitu

Al Qur‟an dan As Sunah. Untuk itu, diluncurkanlah gagasan

tentang reaktualisasi Hukum Islam yang kemudian hasilnya

dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ini.

K. Wasiat.

1. Pengertian Wasiat

Kata wasiat (washiyah) diambil dari kata washshaitu asy-

syaia, uushiihi, artinya aushaltuhu (aku menyampaikan

sesuatu). Maka muushii (orang yang berwasiat) adalah orang

yang menyampaikan pesan diwaktu dia hidup untuk

dilaksanakan sesudah dia mati (Sayyid Sabiq, 1987 : 230).

Menurut Amir Syarifuddin secara sederhana wasiat

diartikan dengan: “ penyerahan harta kepada pihak lain yang

secara efektif berlaku setelah mati pemiliknya “.

Menurut istilah syara‟ wasiat adalah pemberian seseorang

kepada orang lain baik berupa barang, piutang ataupun

manfaaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah

orang yang berwasiat mati (Sayyid Sabiq, 1987 : 230).

Menurut Hukum Islam pasal 171 huruf f wasiat adalah

pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau

lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia

(Elimartati, 2010 : 59).

Wasiat adalah amanah yang diberikan seseorang menjelang

ajalnya atau dia membuat dan berwasiat dalam keadaan sedang

tidak sehat, artinya bukan ketika menjelang ajal. Wasiat dapat

dipandang sebagai bentuk keinginan pemberi wasiat yang

ditumpahkan kepada orang yang diberi wasiat. Oleh karena itu,

tidak semua wasiat itu berbentuk harta. Adakalanya wasiat itu

berbentuk nasihat, petunjuk perihal tertentu, rahasia orang yang

memberi wasiat, dan sebagainya (Beni Ahmad Saebani, 2009 :

343).

Dari berbagai definisi tersebut dapat di jelaskan bahwa

wasiat adalah pemberian seseorang pewaris kepada orang lain

selain ahli waris yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia.

2. Hukum Wasiat

Menurut Sayyid sabiq, hukum wasiat itu ada beberapa macam yaitu :

a. Wajib

Wasiat itu wajib dalam keadaan jika manusia mempunyai

kewajiban syara‟ yang dikhawatirkan akan disia-siakan bila dia

tidak berwasiat, seperti adanya titipan, hutang kepada Allah dan

hutang kepada manusia. Misalnya dia mempunyai kewajiban

Page 204: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

201

zakat yang belum ditunaikan, atau haji yang belum

dilaksanakan, atau amanat yang harus disampaikan, atau dia

mempunyai hutang yang tidak diketahui selain dirinya, atau dia

mempunyai titipan yang tidak dipersaksikan.

b. Sunnah

Wasiat itu disunatkan bila diperuntukkan bagi kebajikan, karib

kerabat, orang-orang fakir dan orang-orang saleh.

c. Haram

Wasiat itu diharamkan jika ia merugikan ahli waris. Wasiat

yang maksudnya merugikan ahli waris seperti ini adalah batil,

sekalipun wasiat itu mencapai sepertiga harta. Diharamkan juga

mewasiatkan khamar, membangun gereja, atau tempat hiburan.

c. Makruh

Wasiat itu makruh jika orang yang berwasiat sedikit harta,

sedang dia mempunyai seorang atau banyak ahli waris yang

membutuhkan hartanya. Demikian pula dimakruhkan wasiat

kepada orang yang fasik jika diketahui atau diduga keras bahwa

mereka akan menggunakan harta itu di dalam kefasikan dan

kerusakan.

d. Jaiz

Wasiat diperbolehkan bila ia ditujukan kepada orang yang kaya,

baik orang yang diwasiati itu kerabat ataupun orang jauh (bukan

kerabat).

3. Dasar Hukum Wasiat

a. Al-Qur‟an

Q.S Al-Baqarah ayat 180 : Artinya: “Diwajibkan atas kamu,

apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)

maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk

ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah)

kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. Q.S Al-Baqarah ayat 283 : Artinya: “Dan orang-orang yang

akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri,

hendaklah Berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah

hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari

rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka

tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal)

membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka.

dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

c. Hadits :

Page 205: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

202

صلى هللا علو وسلم قول : ) إنه زض هللا عنو سمعت زسول هللاه وعه أب أمامة الباىل

قد أعطى كله ذي حق حقهو ه , , فل وصهة لوازث ( هللاه زواه أحمد , والزبعة إله النهسائ

مة , وابه الجازود اه ابه خز نو أحمد والتسمري , وقوه وحسه

Abu Umamah al-Bahily Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku

mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada

tiap-tiap yang berhak dan tidak ada wasiat untuk ahli waris."

Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits hasah

menurut Ahmad dan Tirmidzi, dan dikuatkan oleh Ibnu

Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud. (Bulughul Maram digital, 2008 :

987)

ا ث ػ وصهت جا بس لا ي : لا ي زسىي هللا ص هللا ػ وس: ا جت ػ وزوي اب

وشها دة و ا ث ػ حم وسهت و ا ث ػ سب غفىزا ا ث

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Jabir, dia berkata: Telah

bersabda Rasulullah SAW : “ barang siapa yang mati dalam

keadaan berwasiat, maka dia telah mati di jalan Allah dan

Sunnah, mati dalam keadaan taqwa dan syahid, dan dia mati

dalam keadaan diampuni dosanya.” (Sayyid Sabiq, 1987 : 232).

d. Ijma‟

Kaum muslimin sepakat bahwa tindakan wasiat merupakan

syariat Allah dan RasulNya. Ijma‟ didasarkan pada ayat-ayat

Al-Qur‟an dan Hadits.

4. Rukun, dan Syarat Wasiat a. Rukun wasiat

Adapun rukun wasiat menurut Ibnu Rusyd, Elimartati:

2010:61), yaitu:

1. Orang yang menerima wasiat

2. Barang yang diwasiatkan

3. Ijab Qabul

4. Orang yang berwasiat

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq rukun wasiat itu adalah dari

orang yang mewasiatkan.

b. Syarat wasiat

1. Syarat orang yang berwasiat

Menurut Sayyid Sabiq diisyaratkan agar orang yang memberi

wasiat itu adalah orang yang ahli kebaikan, yaitu orang yang

mempunyai kompetensi (kecakapan) yang sah.

2. Syarat orang yang menerima wasiat

a)Dia bukan ahli waris dari orang yang berwasiat.

Page 206: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

203

bOrang yang diberi wasiat disyaratkan ada dan benar-benar

ada disaat wasiat dilaksanakan baik ada secara nyata

maupun secara perkiraan, seperti berwasiat kepada anak

dalam kandugan, maka kandungan itu harus ada diwaktu

wasiat diterima.

c)Orang yang diberi wasiat bukan lah orang yang membunuh

orang yang memberi wasiat.

3. Syarat benda yang diwasiatkan

Pada dasarnya benda yang menjadi objek wasiat adalah

benda-benda atau manfaat yang bisa dimiliki dan dapat

digunakan untuk kepentingan manusia secara positif (Elimartati,

2010 : 64).

Menurut pasal 194 Kompilasi Hukum Islam menentukan

bahwa harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari

pewaris (ayat 2) (Abdul Shomad, 2010 : 355).

Menurut Amir Syrifuddin harta yang diwasiatkan itu tidak

boleh melebihi sepertiga dari harta yang dimiliki oleh pewasiat

(Amir Syarifuddin, 2010 : 237).

Menurut pasal 195 bahwa wasiat hanya diperbolehkan

sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan kecuali

apabila semua ahli waris menyetujuinya (pasal 195 ayat 2).

Pernyataan persetujuan dibuat secara lisan dihadapan dua orang

saksi atau tertulis dihadapan dua orang saksi atau dihadapan

notaris (pasal195 ayat 4). Apabila wasiat melebihi sepertiga dari

harta warisan, sedangkan ahli waris ada yang tidak

menyetujuinya maka wasiat hanya dilaksanakan sampai batas

sepertiga harta warisan (Abdul Shomad, 2010 : 356).

C. Permasalahan Tentang Wasiat 1. Yang tidak boleh menerima Wasiat

Dari uraian yang terdahulu bahwa yang boleh menerima

wasiat adalah orang-orang yang tidak menjadi ahli waris. Jadi

intinya orang yang telah menjadi ahli waris tidak berhak untuk

menerima wasiat karena wasiat itu hanya diperuntukkan kepada

selain orang yang menjadi ahli waris.

Rincian tentang yang tidak boleh menerima wasiat

dijelaskan dalam KHI pasal 207 dan 208. Pasal 207 “ wasiat

tidak diperbolehkan kepada orang yang melakukan pelayanan

perawatan bagi seseorang dan kepada orang yang memberi

tuntunan kerohanian sewaktu ia menderita sakit hingga

meninggalnya, kecuali ditentukan dengan tegas dan jelas untuk

membalas jasanya”. Pasal 208 “ wasiat tidak berlaku bagi

Page 207: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

204

notaris dan saksi-saksi pembuat akta tersebut. Peraturan tersebut

di atas dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan

dalampelaksanaan wasiat, mengingat orang-orang yang disebut

dalam pasal 207, 208 tersebut terlihat langsung dalam kegiatan

wasiat tersebut (Elimartati, 2010 : 67).

2. Batalnya wasiat

Menurut Sayyid Sabiq wasiat itu batal dengan hilangnya

salah satu syarat dari syarat yang ada pada wasiat, misalnya

sebagai berikut :

a) Bila orang yang berwasiat itu menderita penyakit gila yang

parah yang menyampaikannya pda kematian.

b) Bila orang yang diberi wasiat mati sebelum orang yang memberi

wasiat itu mati.

c) Bila yang diwasiatkan itu barang tertentu yang rusak

sebelum diterima oleh orang yang diberi wasiat.

Menurut KHI pada pasal 197 :

(1) Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat

berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap, dihukum karena :

a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh

atau menganiaya berat pada pewasiat.

b. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan bahwa

pewasiat telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan

hukuman lima tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.

c. Dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah

pewasiat untuk membuat atau mencabut atau mengubah wasiat

untuk kepentingan calon penerima wasiat.

d. Dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau

memalsukan surat wasiat dari pewasiat.

(2) Wasiat itu menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk

menerima wasiat itu :

a. Tidak mengetahuui adanya wasiat tersebut sampai ia

meninggal dunia sebelum meninggalnya sipewasiat.

b. Mengetahui adanya wasiat tersebut, tetapi ia meolak untuk

menerimanya.

c. Mengetahui adanya wasiat itu tetapi tidak pernah

mengatakan menerima atau menolak sampai ia meninggal

sebelum meninggalnya pewasiat.

(3) Wasiat menjadi batal apabila barang yang diwasiatkan musnah.

3. Pencabutan wasiat

Pencabutan wasiat diatur dalam pasal 199 KHI yang berbunyi :

Page 208: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

205

1) Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima

wasiat belum mengatakan persetujuannya atau mengatakan

persetujuannya tetapi kemudian menarik kembali.

2) Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan

disaksikan oleh dua orang saksi atau bebrdasarkan akte notaris

bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan.

3) Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut

dengna cara tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau

berdasarkan akte notaris.

4) Bila wasiat dibuat berdasarkan akte notaris, maka hanya

dapat dicabut berdasarkan akte notaris.

Apabila wasiat yang telah dilaksanakan itu dicabut, maka surat

wasiat yang dicabut diserahkan kembali kepada pewasiat

sebagaimana diatur dalam pasal 203 ayat (2) KHI (Elimartati,

2010 : 69-70).

4. Wasiat wajibah

Wasiat wajibah adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa

atau hakim sebagai aparat Negara untuk memaksa atau memberi

putusan wajib wasiat bagi orang yang telah meninggal yang

diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu

(Elimartati, 2010 : 70).

Orang-orang yang mendapat wasiat wajibah adalah cucu-cucu

yang orang tuanya telah mati mendahului atau berbarengan

dengan pewaris. Mereka diberi wasiat wajibah sebesar bagian

orang tuanya dengan ketentuan tidak melebihi dari 1/3

peninggalan. Oleh karena besar kecilnya bagian orang tuanya

itu tergantung dengan sedikit atau banyaknya saudara orang

tuanya, maka ada kemungkinan bahwa bagian orang tuanya 1/5,

1/4, 1/3 atau 1/2 peninggalan, kelebihannya itu harus

dikembalikan kepada ahli waris. Walaupun cucu tersebut dapat

menduduki kedudukan orang tuanya dalam memperoleh harta

warisan, namun jumlah yang diterimanya itu bukan semata-

mata berdasarkan memusakai (dengan fardh atau ushubah),

tetapi berdasarkan wasiat wajibah. Oleh karena itu, memberikan

bagiannya harus didahulukan daripada memberikan bagian

kepada ahli waris (Abdul Shomad, 2010 : 365).

Dasar hukum penentuan wasiat wajibah adalah kompromi dari

pendapat-pendapat ulama salaf dan khalaf yang menurut Fathur

Rahman adalah :

Tergantung kewajiban berwasiat kepada kerabat, kerabat yang

tidak dapat menerima pusaka ialah diambil dari pendapat-

Page 209: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

206

pendapat fuqaha‟ dan Tabi‟in besar ahli fiqih dan ahli hadits

antara lain Sain bin Musayyad, Hasan Al-Basyri, Thawus,

Ahmad Ishak bin Rahawib dan Ibnu Hazmin.

Pemberian sebagian harta simati kepada kerabat-kerabat

yang tidak dapat menerima pusaka yang berfungsi wasiat

wajibah, bila simati tdak berwasiat adalah diambil dari pendapat

mazhab Ibnu Hazmin yang dinukilkan dari fuqaha‟, tabi‟in dan

pendapat Ahmad.

Pengkhususan kerabat-kerabat yang tidak menerima pusaka

kepada cucu dan pembatasan penerimaan sebesar 1/3

peninggalan adalah didasarkan kepada Ibnu hanzim, dan kaedah

yang berbunyi “ pemegang kekuasaan mempunyai wewenang

perkara mubah karena ia berpendapat bahwa hal itu membawa

kemaslahatan umum. Bila penguasa memrintahkan demikian

wajiblah ditaati”.

5. Ketentuan Teknis

Dalam KHI juga diatur beberapa ketentuan teknis untuk

mengantisipasi dan menyelesaikan masalah yang timbul, antara

lain pasal 204 yang menyebutkan :

Jika pewasiat meninggal dunia maka surat wasiat yang

tertutup dan disimpan pada notaris, dibuka olehnya dihadapan

ahli waris, disaksikan dua orang saksi dan dengan membuat

berita acara pembukaan surat wasiat tersebut.

Jika surat wasiat yang tertutup disimpan bukan pada notaris

maka penyimpan harus menyerahkan kepada notaris setempat

dan selanjutnya notaris atau kantor urusan agama membuka

sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) pasal ini.

Setelah semua isi serta maksud surat wasiat itu diketahui

maka oleh notaris atau kantor urusan agama diserahkan kepada

penerima wasiat guna menyelesaikan wasiat guna penyelesaian

selanjutnya.

Pasal 205 menyatakan dalam waktu perang, para anggota

tentara dan mereka yang termasuk dalam golongan tentara dan

berada dalam daerah pertempuran atau yang berada disuatu

tempat yang ada dalam kepungan musuh, dibolehkan membuat

surat wasiat dihadapan seorang komandan atasannya dengan

dhadirkan oleh dua orang saksi.

Pasal 206 mengatur orang yang sedang dalam perjalanan

melalui laut dibolehkan membuat surat wasiat di hadapan

nahkoda atau mualim kapal jika pejabat tersebut tidak ada maka

dibuat dihadapan seorang penggantinya dengan dihadiri dua

orang saksi.

Page 210: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

207

BAB X

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM

A. Pengertian IPTEKS

Pengetahuan dan Ilmu. Pengetahuan adalah kumpulan data

tentang apa saja yang kita ketahui.Ilmu berarti kejelasan. Imu

pengetahuan adalah kejelasan data-data yang kita ketahui baik

tentang alam (di sebut ilmu pengetahuan alam), maupun tentang

kehidupan manusia (di sebut ilmu pengetahuan sosial), dll.

Definisi Ilmu Secara terminologi ilmu di definisikan sebagai

pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimisasi,

dan diuji ulang secara ilmiah. Betapa pentingnya ilmu sehingga Al-

Quran menyebut kata-kata dalam berbagai bentuknya sebanyak

854 pengetahuan.

Iptek dalam Al-Qur‟an

Pada saat Al-Qur‟an di turunkan, belum banyak teori ilmu

pengetahuan seperti sekarang ini. Di sisi lain kitab suci yang di

turunkan saat itu (Zabur,taurat injil,) masih belum cukup mampu

memberikan gambaran dan solusi ilmiah rasional tentang jagat

raya. Al-Qur‟an dalam konteks ini di turunkan selain untuk

membenarkan kitab-kitab sebelumnya, juga sebagai pembeda baik

atau buruknya dalam hal etik, benar dan salah dalam hal logika

antara indah dan jelek dalam hal estetika. Sebagai pembeda (al-

furqan) yang benar dan salah, baik dalam pengamatan maupun

teori,yang menyangkut makrokosmos maupun mikrokosmos,dan

yang menyangkut kisah masa lalu maupun kehidupan yang akan

datang.

Salah satu teori makrokosmos yang sangat populer pada saat itu

adalah ”teori Geosentris” di kemukakan oleh filosuf Ptolemeus

yang menyatakan bumi sebagai pusat dari tata surya. Teori ini di

bantah oleh metode deduksi Al-Qur‟an yang menyatakan secara

gamblang yang tercantum dalam:

Q.S Yasin [36]: 38-40

﴿ ؼ ؼصص ا سخمس هها ذه حمدس ا س حجس ﴾٨٣اشه

﴿ مد ا ؼسجى اشي حخه ػاد وا س لدهزا م وا

س بغ ها أ حدزن ل اشه ف فه سبحى سابك اههاز وو س ول اه م ا

﴿٠٤﴾

Artinya:“dan matahari berjalan ditempat peredarannya

demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha

mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-

manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang

Page 211: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

208

terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan

malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing

beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin : 38 – 40)

Jadi teknologi merupakan budaya manusia menerapkan

secara nyata hasil-hasililmu pengetahuan guna memudahkan

kehidupan mereka.Teknologi tidak lebih dari sekedar alat atau

sarana untuk memperlancar kehidupan.Karena itu pengguna

yang tepat terhadap teknologi akan sangat bermanfaat bagi

manusia dan alam,namun penggunaan yang tidak tepat akan

membawa kerugian bencana bagi manusia dan alam.

Pengertian Seni. Seni adalah ungkapan akal dan budi manusia

dalam bentuk yang indah-indah.Ia merupakan bagian dari

budaya dalam bentuk kreatifitas perasaan akal dan budi manusia

dalam memahami,menghayati,dan meng ekspresikan keindahan.

B. Sumber Ilmu Pengetahun

Islam bersumber dari wahyu Allah, sedangkan ilmu pengetahuan

bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil

kajian ilmiah. Dengan demikian ilmu pengetahuan bertujuan

mencari kebenaran ilmiah. Ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam islam di pandang sebagai kebutuhan manusia dalam rangka

mencapai keejahteraan hidup di dunia dan memberi kemudahan

pada peningkatan ubudiyah kepada Allah. Karena itu islam

memandang iptek sebagai bagian dari pelaksanaan kewajiban

manusia sebagai mahluk Allah yang berakal.

Dorongan ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dapat di lihat

dengan banyaknya firman Allah sebagai sumber ilmu, yang

menganjurkan manusia untuk memahami ciptaan Allah (alam).

Alam sendiri pada akhirnya menjadi obyek penelitian manusia

melalui penelitiam ilmiah. Degan demikian, dengan memandang

nilai-nilai Islam sebagai ilmu, maka manusia akan mampu

menyusun teori yang merupakan deskripsi dari berbagai fenimena

alam.

C. Syarat-Syarat Ilmu

Dari sudut filsafat, ilmu lebih khusus di bandingkan dengan

pengtahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai

ilmu apabila memiliki 3 unsur pokok, yaitu Ontologi,

epistemologi, dan Aksiologi.

Ontologi, artinya bidang ilmu yang bersangkutan memiliki

obyek studi yang jelas. Obyek studi harus dapat didefinisikn,

Page 212: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

209

dapat di beri batasan, dapat di uraikan sifat-sifatnya yang

esensial.

Epistemologi artinya, bidang studi yang bersangkutan

memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode yaitu

deduksi,induksi,eduksi.

Aksiologi, artinya bidang sosiologi yang bersangkutan

memiliki nilai guna atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut

menunjukan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum,generialisasi,

kecenderungan umum,konsep-konsep dan kesimpulan logis,

sistematika dan koheran.

Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat

kerancuan atau kesemmrawutan pikiran atau pertentanagan

kontradiktif di antara satu sama lainya. Istilah pengetahuan dan

ilmu di fahami oleh masyarakat luas menjadi satu istilah baku

yaitu Ilmu Pengetahuan atau Sains.

Secara singkat, istilah ini dapat didefinisikan sebagai

himpunan pengetahuan manusia yang di kumpulkan melalui

suatu proses pegkajian dan dapat di terima oleh rasio, dapat di

nalar. Jadi ilmu pengetahauan dapat di katakan himpunan

rasionalisasi kolektif insani. Secara singkat sains dapat di

artikan sebagai pengetahuan yang sistematis dalam pemikiran

sekuler. Sains mempunyai tiga karakteristik yaitu obyektif

netral dan bebas nilai. Sedangkan dalam pemikiran islam sains

tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik lokal maupun nilai

universal.

Menurut Jujun Suriasumantri(1982:40) ilmu merupakan

kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakan ilmu pengetahuan lainya.

Menurut Al-Ghazali dalam Tim LPP-SDM (201:27) bahwa

ilmu yang di pelajari dapat di pandang dari dua sisi:

1. Ilmu sebagai suatu proses, yaitu :

a. Ilmu hissyah, yaitu yang diperoleh melalui

penginderaan(alat indera)

b. Ilmu aqliyah, yaitu ilmu yang diperoleh melalui kegiatan

berfikir(akal)

c. Ilmu laduni, yaitu ilmu yang diperoleh langsung dari

Allah Swt, tanpa melalui proses penginderaan atau

berfikir, melainkan melalui hati dalam bentu ilham.

2. Ilmu sebagai obyek

a. Ilmu sebagai pengetahuan yang tercela secara mutlak,

baik sedikit maupun banyak, seperti ilmu sihir

Page 213: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

210

b. Ilmu pengetahuan yang terpuji, naik sedikit maupun

banyak,

c. Ilmupengetahuan yang dalam kadar terpuji, akan tetapi

bila mendalaminya tercela, seperti ilmu ketuhanan,

cabang ilmu filsafat, jika ilmu-ilmu tersebut di perdalam

akan menimbulkan kekufuran dan ingkar.

D. Pembagian ilmu

Menurut Al-Ghazali dalam Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni(2008:430) ilmu terdiri dari dua jenis:

1. Ilmu kasbi (Hushulu)

Ilmu kasbi yaitu cara berfikir sistematika dan metodik yang

di lakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses

pengamatan, penelitian ,ekseperimen,dan penemuan. Ilmu

ini di peroleh manusia pada umumnya dan dengan

sendirinya seseorang yang melalui proses-proses itu akan

memperoleh ilmu tersebut.

2. Ilmu Ladunni (hudhuri)

Ilmu ladduni yaitu ilmu yang di peroleh oleh orang-orang

tertentu yang di lakukan dengan melalui prosrs

penginderaan atau berfikir, akan tetapi melalui proses

pencerahan oleh hadirnya cahaya ilahi dalam qalb.

Menurut Al- Zarnuji dalam Baharudin dan Esa Nur

Wahyuni (2008:53) ilmu di bagi menjadi empat, yaitu:

1. Ilmu Fardu „Ain

Ilmu yang mempelajari oleh setiap umat Islam

secara indivu.

2. Ilmu Fardu Kifayah

Ilmu yang kebutuhannya hanya dalam saat-saat tretentu

seperti ilmu shalat jenazah

3. Ilmu haram

Ilmu yang haram untuk di pelajari seperti ilmu nujum atau

ilmu perbintangan yang biasa di gunakan untuk meramal

4. Ilmu jawaz

Ilmu yang hukum mempelajarunya adalah boleh karena

bermanfat bagi umat manusia, seperti ilmu

kedokteran,ekonomi,dsb.

Page 214: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

211

Menurut Ahmad Tafsir(2004:25-26) ilmu sain di bagi menjadi tiga,

yaitu :

1. Ilmu Kealaman, yang termasuk ilmu ini adalah

Astronomi, Fisika, Kimia, Biologi, dan Geografi

2. Ilmu Sosial yang termasuk ilmu ini adalah Sosiologi,

Antropologi, Psikologi, Ekonomi, dan Politik

3. Ilmu Humaniora,yang termasuk ilmu ini adalah Seni,

Hukum, Filsafat, Agama, dan Sejarah

Pengetahuan dapat di capai melalui akal, kalbu dan fuad yang

dengannya dapat di tangkap ayat-ayat Allah pada kejadian di

alam semesta, dengan mengunakkan mekanisme fuad ini

kadangkala manusia menghasilkan ilmu yang bersifat

transedental-filosofis. Karena itu, kelak kemudian hari, Allah

akan meminta pertanggung jawaban manusia atas pengunaan

sama‟‟ basher dan fuad-nya.

Q.S. Al- Isra’ {17} :36

Artinya: Dan jaganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesunguhnya

pendengaran,penglihatan, dan hati, semuanya itu akan di minta

pertanggung jawabanya.

Pengetahuan itu sumbernya dari beberapa hal, ( Made

Pidarta,2007:77)

1. Otoritas, yang terdapat dalam enskopeda, guru, rumus, dan

lain sebagainya.

2. Common Sense yang ada pada adat dan tradisi

3. Intuisi yang berkaitan dengan perasaan

4. Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman

5. Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatakan

pengetahuan secara ilmiah.

Suparlan Suhartono dalam Tim LPP-SDM(2010:35) berpendpat

sumber pengetahuan sebagai berikut:

1. Kepercayaan berdasarkan trasisi.

2. Pengetahauan yang berdasarkan otoritas kesaksian orang

lain.

3. Pengalaman indrawi

4. Akal pikiran

5. Sumber intuisi

Page 215: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

212

E. Pembagaian ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan buah kerja dari akal. Dalam hal

ini yang menentukan dan mengeraakan kerja akal. Akan tetapi

fitrah ini dapat tertutup, tertimbun oleh hasil pikir dan amal

kerja manusia yang menyimpang dan membelenggu, sehingga

fitarah yang baik itu tidak dapat muncul secara optimal dalam

memberikan guidance terhadap jerja akal.( Cecep

Sunarna,2008:xii-xiii). Adapun ruang lingkup ilmu pengetahuan

itu sendiri mencakup rasional,emperis,tektual dan kontektual.

Sedangkan syarat ilmu pegetahuan yaitu obyektif,

rasional,sistematis,empiris,dibatasi ruang dan

waktu,metedologis, dam memiliki system pendekatan dan

analisis jelas.

Menurut Al-Qur‟an, manusia adalah mahluk yang sangat

berpotensi untuk menguasi ilmu pengetahuan. Allah-lah yang

mengajarkan manusia, semua hal yang sebelumnya tidak di

ketahui.

Q.S.Al-„Alaq (96) : 5. Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak di ketahuinya

Kemanusiaan manusia (insaaniyyatul-insaaniyyaah) di ukur

antara lain oleh interaksinya degan ilmu pengetahuan. Oleh

karan itu, berulang kali di kemukan dalam Al-Qur‟an agar

manusia bekerja pada amal-amal yang menghsilkan ilmu.

Manusia di angkat sebagai khalifah-nya di bedakan dari mahluk

yang lain karena ilmu pengetahuan

Q.S. Al-Baqarah [2]:31

“Dan dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama

seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada para malaikat

lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu

jika kamu memang benar orang orang yang benar”

Tujuan mencari ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan

amal ibadah yng ditunjukan dalam mencari ridha Allah SWT,

sekaligus untuk meningkatkan kualitas amal shaleh bagi

kepentingan hidup manusia.

Ilmu pengetahuan menurut Al-Qur‟an dapat diperoleh melalui

berbagai macam cara. Diantaranya melalui indra, seperti sama‟

(pendengaran) yang biasanya bersifat verbal, dan Bashar

Page 216: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

213

(penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan

yang bersifat observasional-eksperimental. Contoh yang dapat

dikemukakan, misalnya Allah mengajarkan Qabil cara

mengubur mayat melalui perntaraan burung gagak‟

Q.S.Al-Baqarah (2):259

Artinya: Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang

yang melalui suatu negeri yang (temboknya)telah roboh

menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagsimana Allah

menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur? “maka Allah

mematikan orang itu seratus tahun, kemudian

menghidupkannya kembali. Allah bertanya:” Berapa lamanya

kamu tinggal disini?” ia menjawab: “Saya tinggal disini sehari

atau setengah hari. “Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah

tinggal disini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan

dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada

keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); kami akan

menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manudia; dan

lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian kami

menyusunnya kembali, kemudian kami membalutnya dengan

daging.” Maka tatkalatelah nyata kepadanya (bagaimana allah

menghidupkan yang telah mati) diapunberkata:” saya yakin

bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Allah juga menunjukkan kepada Nabi Ibrahim As, bagaimana

menghidupkan yang mati melaluiekspriment, sebagaimana

difirmankan dalam Q.S.Al-Baqarah 2:260.

Artinya: dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku,

perhatikanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan

orang-orang mati.”Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?

“Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkan, akan tetapi agar

hatiku tetap mantap (dengan imamku) Allah berfirman : “(Kalau

demikian) ambillah 4 ekor burung, lalu cincanglah semuanya

olehmu. (Allah berfirman) : “lalu letakkan diatas tiap-tiap satu

bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah

mereka, niscaya mereka dating kepadamu dengan segera. ”dan

ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Tujuan mencari ilmu pengetahuan adalah untuk

meningkatkan amal ibadah yang ditujukan dalam mencari ridha

Allah Swt, sekaligus untuk meningkatkan kualitas amal shaleh

bagi kepentingan hidup manusia.

Ilmu pengetahuan menurut Al-Qur‟an dapat di peroleh

melalui berbagai macam cara. Diantaranya melalui indra, seperti

sama‟ (pendengaran) yang biasanya bersifat verbal, dan bashar

Page 217: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

214

(penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan

yang bersifat observasional-eksperimental. Contoh yang dapat di

kemukakan misalnya Allah mengajarkan Qabil cara mengubur

mayat melalui perantaraan burung gagak.

Allah juga mengajarkan pengetahuan kebangkitan

melalui pengamatan eksperimental, sebagimana firmannya

dalam:

Q.S.Al-Baqarah(2):259

Artinya: Atau apakah (kamu tidak memperhatikan)

orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh

menutupi atapnya. Dia berkata: bagaimana Allah

menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah

mematikan orang itu seratus tahun, kemudian

menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “berapakah

lamanya kamu tinggal disini?” ia menjawab: “saya tinggal

disini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman:

“sebenarnya kamu telah tinggal disini seratus tahun lamanya;

lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi

berubah; dan lihatlah kedelai kamu (yang telah jadi tulang

belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami

bagi nmanusia; dan lihatlah kepada tulang belulang kedelai itu,

kemudian kami menyusunnya kembali, kemudian kami

mambalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata

kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati)

diapun berkata: “saya yakin bahwa Allah maha kuasa atas

segala sesuatu.”

Allah juga menunjukkan kepada Nabi Ibrahim As,

bagaimana menghidupkan yang mati melalui eksperimen,

sebagaimana di firmankan dalam Q.S.Al-Baqarah (2):260

Artinya: dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya

Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau

menghidupkan orang-orang mati. Allah berfirman: belum

yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah

meyakinkannya akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan

imanku) Allah berfirman: (kalau demikian) ambillah empat ekor

burung, lalu cincanglah (165) semua olehmu. (Allah berfirman:

“lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bagian dari bagian-bagian

itu kemudian panggillah mereka,niscaya mereka dating

kepadamu dengan segera.”dan ketahuilah bahwa Allah maha

perkasa lagi maha bijaksana.

Didin Hafidhuddin (2003 : 24) berpendapat, semangat Al-Quran

dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-sungguh

Page 218: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

215

pada pencarian ilmu, harus terus disosialisasikan. Dunia masa

kini, apalagi masa depan, adalah dunia yang dikuasai ilmu

pengetahuan dan teknologi. Siapapun yang menguasai

keduanya, secarah lahiriah pasti akan menguasai dunia. Bila

dikaitkan dengan ilmu pengetahuan merupakan infrastruktur

maka keduanya akan menentukan suprastruktur dunia

internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum, dan juga

prilaku keagamaan. Bila umat Islam ingin kembali memainkan

perannya sebagai Khairu Ummah (umat terbaik) dan Ummatan

wasathan (Umat Pilihan) yang menjadi saksi atas kebenaran

ajarannya maka mutlak harus menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi.

F. Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Islam

1. Insting

Manusia sejak lahir telah dibekali dengan pengetahuan bawaan

yang di sebut instink. Pengetahuan ini tidak perlu di didikan atau di

ajarkan. Setiap orang secara instinktif telah memilikinya.

Misalnya, menyatakan lapar dan haus, dan kondisi tidak enak

lainnya dengan menagis.

2. Indra

Lewat indra manusia penglihatan, pendengaran, penciuman,

perabaan, merupakan bagian dari sumber pengetahuan. Al-

Qur‟an menyuruh manusia untuk mempergunakan indranya

dalam upaya mencari kebenaran, tidak sebaliknya.

3. Akal

Mempergunakan akal pikiran, melahirkan pikiran rasional, bisa

di pergunakan metode induktif, deduktif, kompratif, analitik dan

seterusnya, berpikir ini dapat di pakai kaidah-kaidah berpikir

rasional, atau mempergunakan ilmu logika atau manthiq, Al-

Qur‟an juga banyak mendorong berpikir ini seperti tertera pada:

Q.S.Ali-Imran(3):191

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil

berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari

siksa neraka.

Filosof mempergunakan akal setinggi-tingginya, sehingga

sampai ke tingkat akal yang tertinggi di miliki oleh manusia

setelah tingkatan potensial, dan akal actual.

Page 219: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

216

Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati)

manuisa, atau pikiran dan emosi manusia. Intelek adalah alat

untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata.

Dalam membentuk pengetahuan, intelek terikat oleh yang

konkret. Oleh karena itu ia hanya mungkin bejalan selangkah

demi selangkah, menyelesaikan arah demi arah. Intuisi

adalahalat untuk alam yang tak nyata. Dalam membentuk

pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu

menjadi tahu (laduni)

4. Pengalaman

Al-Qur‟an mengajak manusia untuk mempergunakan

pengalaman baik pengalamannya sendiri maupun pengalaman

orang lain yang bisa menjadi i‟tibar.

5. Intuitif

Salah satu jenis sumber pengetahuan yang sifat nonalitik. Jadi

intuitif adalah pengetahuan yang di peroleh tanpa penalaran.

Seorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah

tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan terssebut

tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku, tiba-tiba saja dia

sudah sampai di situ.

6. Qalbu

Qalbu juga adalah sumber pengetahuan dalam islam, titik

tolaknya adalah rasa. Para sufi mempergunakan yang qalbu ini

sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada allah.

Metodenya adalah dengan membersihkan qalbu sebersih-

bersihnya dari segala macam penyakit hati dan mengisinya

dengan segala macam sifat terpuji.

7. Wahyu

Wahyu diberikan allah swt. Kepada para Nabi atau Rasul,

termasuk Nabi Muhammad Saw. Yang menerima wahyu, yang

kemudian dibukukan dalam Al-Qur‟an. Dari Al-Qur‟an ini lah

para mujtahid berijtihadtentang berbagai ilmu pengetahuan

keagamaan. Al-Qur‟an memberi penjelasan secara eksplisit

tetapi kebanyakkan implisit. Wahyu adalah tuntunan yang

diberikan Allah kepada para Hamba-Nya dan ciptaan-Nya

dalam menjalankan fungsi kekehidupannya di alam ini.

Hubungan dengan pencipta itu tidak khusus bagi manusia.

Sebenarnya cara yang di pakai Al-Qur‟an dengan kata wahyu,

menunjukkan bahwa Al-Qur‟an memandangnya sebagai sesuatu

milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan waktunya

Page 220: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

217

berbeda menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu. Imam

suyuti berpendapat, bahwa hadist Rasullulah Saw pada dasarnya

adalah wahyu juga, tetapi jibril menyampaikannya dalam

bentuk makna. Sedangkan Al-Qur‟an adalah wahyu yang

disampaikan dalam bentuk lafaz dan makna.

Dalam persfektif islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni merupakan hasil pengetahuan potensi manusia yang di

berikan Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam

pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar

menemukan bagaimana proses sannatullah itu terjadi di alam

ini, bukan merancang atau menciptakan suatu hukum baru di

luar sunnatullah.

8. Mimpi

Ada mimpi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, bahkan

bagi sebagian rassul mimpi adalah wahtu, sebut saja contohnya

Nabi Ibrahim As. Selain dari rasul bagi orang-orang tertentu ada

yang di sebut Ar-ru‟ya as-shidiqah (mimpi yang benar).

9. Anugerah Ilahi

Yaitu ilmu yang diberikan secara langsung kepada seseorang,

misalnya Nabi Yusuf As. Mampu menta‟birkan mimpi.

Kemampuan menta‟birkan mimpi. Kemampuan Nabi Khidir

As. Menjelaskan kepada Nabi Musa As. Apa yang bakal terjadi

di masa yang akan datang. Di pondok Pesantren ilmu anugerah

Allah ini, yang di peroleh seseorang tanpa proses belajar di

kenal dengan nama laduni.

G. Kedudukan Akal dalam Islam

Akal ,dari kata aqala, artinya ikatan, tautan, yaitu ikatan/tautan

budi (perasaan) dan pikiran. Akal merupakan wadah untuk

berfikir dan memahami.Piranti kasarnya (hard ware) adalah

otak sadangkan piranti halusnyaI(soft ware) adalah ruh.

Islam mewujudkan ummatnya untuk menggunakan ro‟yu (akal

pikiran), disamping wahyu, dalam memahami dan menghampiri

kebenaran (QS.2:269/3:7-8/17:36,107/16:43/20:114/35:19-

20/39:9/58:11/69:1-5,dll). Menurut Syaikh Ahmad Mustafa

al-Maraghi (Tafsir al-Maraghi,1:35-36); Allah memberikan

lima macam petunjuk (hidayah) kepada manusia, yaitu:

Hidayah Ilhami (instink) ,Hidayah Hawasiy (indera), Hidayah

Aqly (akal budi), Hidayah Adayany (agama/wahyu), dan

Hidayah Tawfiqy (pertolongan/perkanan Allah). Akal

Page 221: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

218

ditempatkannya sebagai peunjuk (hidayah) Allah yang berada

setingkat di bawah wahyu.

Dengan demikan; akal sangat tinggi kedudukannya di dalam

Islam,ia menjadi salah satu sumber kebenaran (sumber ketiga)

dalam ajaran Islam yang di sebut ijtihad. Syekh al-Zarnuji

berkata; sesungguhnya abadinya Islam karena ilmu,dan

tidaklah absah kezuhudan serta ketaqwaan seseorang yang di

landasi oleh kebodohan (Ta‟lim;10). Ini menujukkan bahwa

akal dan wahyu sama-sama merupakan institusi kebenaran yang

hanya berbeda tingkatannya tetapi mustahil bertentangan.

Muhammad Abduh (1849-1905M) menyatakan Islam adalah

agama yang rasional, sehingga wahyu tidak membawa hal-hal

yang bertentangan dengan pendapat akal. Dalam Risalah al-

Tawhid ditegaskan;

“Pendek kata agama tidak boleh di jadikan tabir pembatas

antara jiwa dan akal yang selalu dinamis untuk mengetahui

hakekat-hakekat alam yang terbentan di hadapan kita ini dengan

segala kemampuan yang ada pada akal itu.Bahkan agama

hendaklah jadi pendorong yang kuat bagi ilmu pengetahuan

yang mendesak akal manusia itu untuk menghormati bukti-bukti

yang nyata,sehingga manusia itu memeras energinya dengan

segala kekuatan akalnya unutuk mengetahui rahasia alam yang

ada di hadapan mata itu,tetapi dengan syaratbahwa akal itu

tidak akan keluar dari batas yang wajar,dan kemudian berhenti

pada batas tertentu untuk menjaga keselamatan I‟tikad”

(Abduh,1979;106).

H. Integrasi Iman, Ipteks, dan Akal

Islam adalah agama yang sempurna,yang mencakup

iman,ilmu,dan amal.Jika di ibaratkan sebatang pohon,maka

iman adalah akarnya,dan teknologi adalah batangnya,dan amal

adalah buahnya.

Amal dan ilmu seseorang tidak akan bermakna tanpa adanya

iman.Berkah ilmu dan amal yang tidak di dasari oleh iman dan

takwa hanya akan membawa bencana dan keruskan bagi

manusia dan alam semesta.Kemaslahatan manusia dan alam

sangat bergantung kepada integrasi iman,ilmu,dan amal mereka.

Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni terhadap hubungan harmonis yang

terintegrasi ke dalam suatu sistem yang di sebut Dinul Islam. Di

dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syariah

dan akhlak. Dengan kata lain iman, ilmu dan amal salih.

Page 222: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

219

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna.

Kesempurnaannya dapat tergambar dalam inti ajarannya. Ada

tiga tiga inti ajaran islam yaitu Iman, islam, dan ikhsan. Ketiga

inti ajaran itu terintegritas di dalam sebuah sistem ajaran yang

di sebut Dinul Islam.

Hubungan Ilmu dengan Iman dan Amal, Allah menggambarkan

dalam: QS. Ibrahim: 24-25:

Artinya: 24. Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah

membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang

baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. 25.

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan

seizin Tuhannya. Allah membuat perempamaan-perumpamaan

itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Ayat di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan

amal atau aqidah, syari‟ah dan akhlak dengan menganalogikan

bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik.

Akarnya menghunjam ke bumi, batangnya menjulang tinggi ke

langit, cabangnya atau dahannya rindang dan buahnya lebat. Ini

merupakan gambaran banhwa antara iman, ilmu dan amal

merupakan satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan

antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari

sebuah pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-

cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari

pohonituidentik dengan teknologi dab seni. Iptek yang

dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan

menghasilkan amal shalih, bukan kerusakan alam.

Q.S.Al-Mujadalah [58] : 11

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu di

katakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”,

maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu”, maka

berdirillah, niscaya Allah akan meniggikan orang-orang yang

beriman di antara mu dan orang-orang yang di beri ilmu

pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan.

I. Keutamaan ornag beriman dan berilmu

Page 223: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

220

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shalih

apabila perbuatan tersebut tidak dibangun di atas nilai-nilai

iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembangan iptek

yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai

ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat

manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi

malapetaka bagi kehidupannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Kesempurnaanya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi

yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berpikir,

hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan

ketakwaan kepada Allah SWT, akanmemberi jaminan

kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termsuk bagi

lingkungannya. Allah berjanji dalam QS. Al-Mujadalah: 11:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila dikatakan; Berdirilah kamu, maka

berdirilah, naiscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

Menurut al-Ghazali, bahwa makhluk yang paling mulia adalah

manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri

manusia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah

menyempurnakan, membersihkan dan menggiring peserta didik

agar hatinya selalu dekat kepada Allah SWT melalui

pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pembelajaran

merupakan kegiatan yang amat mulia yang dapat menentukan

masa depan seseorang. Karena itu para pendidik akan selalu

dikenang dalam hati anak didiknya. Selanjutnya al-Ghazali

menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan orang yang berilmu,

barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan

ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi

dirinya juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kasturi

yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang

yang berpapasan dengannya.

Beriman dan berilmu pengetahuan sangat mulia, Allah berjanji

akan mengangkat derajat keduanya..Seperti firman-Nya yang

artinya;

Page 224: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

221

“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat...”(QS.58.Al-Mujadilah;11)

Kedudukan orng yang beriman dan berilmu sangat penting,

kerena keduanya dapat mengekspresikan Islam secara lengkap.

Orang yang beriman akan melahirkan iman dan takwa

(IMTAK), orang berilmu melahirkan ilmu pengetahuan,

teknolohi, dan seni (IPTEKS). perpaduan keduanya itu akan

menampilkan pamahaman dan penghayatan terhadap Islam

secara lengkap.

A. Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungan

Tanggung jawab adalah kesadaran akan tugas kewajiban yang

harus dikerjakan,serta mengetahui akibat dan dampak yang di

timbulkan dari setiap perbuatan yang akan di kerjakan itu

dengan kesiapan dan kesediaan memikul resikonya. Sebelum

berbicara tentang tanggung jawab manusia terlebih dahulu di

jelaskan fungsi dan peran manusia.

Secara umum ada dua fungsi utama manusia di dunia ini adalah

sebagai ”hamba Allah”(abdun Allah) dan sebagai khalifah

Allah di bumi. Esensi dai abdun adalah ketaatan, ketuntukan

dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan

esensi khalifah adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan

alam lingkungannya , baik lingkungan sosial maupun

lingkungan alam. Di samping itu juga berkewajiban

melestarikan, memanfaatkan, membangun dan memahami alam

semesta.

Tanggung jawab manusia tidak lain adalah melaksanakan fingsi

dan peranannya, yaitu di samping mengabdi kepada Allah,

manusia juga wajib mewujudkan kehendak-kehendak Allah

terhadap alam semesta ini. Khusus untuk ilmuan tentu memiliki

kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar, diantaranya

menjaga kkeseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka

tinggal demi untuk keselamatan manusia keseluruhannya.

Dalam kontek „abdun, manusia menempati posisi sebagai

ciptaan Allah. Posisi ini mempunyai konsekwensi adanya

keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya.

Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai

pencipta akan menghilangkan rasa syukur dan anugerah yang

Allah berikan berupa potensi yang tidak diberikan kepada

makhluk lainnya, yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa

syukurmengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa

Page 225: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

222

nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan diri kepada diri

kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada

sesama manusia, termasuk kepada dirinya. Manusia diciptakan

oleh Allah dengan dua kecenderungan, yaitu kecenderungan

pada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.

Dengan dua kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk

berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan

potensinya kepada keomanan dan ketakwaan bukan pada

kejahatan yang selalu didorong oleh hawa nafasu amarah.

Fungsi yang ke dua sebagai khalifah Allah di muka bumi, ia

mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam

dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Mnusia diberi

kebebasan untuk mengeksploitasi, menggal sumber-sumber

daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar

kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia

sendiri. Untuk menggal pontensi dan memanfaatkannya

diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-

orang yang memiiki ilmu pengetahuanlah yang sanggup

mengeksploitasi sumber alam ini. Akan tetapi para ilmuwan itu

harus sadar bahwa potensi sumber daya alam akan habis

terkuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia apabila

tidak dijaga keseimbangannya.

Oleh sebab itu tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu

pada para ilmuwan dan cendekiawan. Mereka mempunyai

tanggung jawab jauh lebih besar dibandingkan dengan manusia

yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang

memiliki ilmu pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi

alam ini secara berlebihan, paling hanya sekedar kebutuhan

primernya bukan untuk pemenuhan kepuasan hawa nafsunya.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan

karena ulah manusia sendiri. Mereka banyak yang berkhianat

terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak

menjaga amanah Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk

menjaga kelestarian alam ini sebagaimana firman Allah dalam

QS. Al-Rum: 41:

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah

merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan

mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar.

Dua fungsi di atas merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh

terpisah. Dan simbol dari ke dua fungsi itu adalah zikir dan

pikir. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberi

Page 226: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

223

keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi.

Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut

ketaatan dan ketundukan kepada aturan Allah, baik dalam

konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung

(fungsi sebagai abdun) maupun dalam konteks ketaatan

terhadap sunatullah, hukum alam di alam ini (fungsi sebagai

khalifah). Perpatuan anatara tugas ibadah dan khalifah ini akan

mewujudkan manusia yang ideal, yaitu manusia yang selamat di

dunia dan di akhirat.

K. Sejarah Perkembangan Peradaban Umat Islam

Kebudayaan adalah hasil akal, budi, ciptarasa, dan karya

manusia. Kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai

kemanusiaan yang universal kemudian berkembang menjadi

peradaban. Kebudayaan Islam adalah hasil tutunan dan ajaran

Tuhan dan agama Islam sebagai pembimbing dan pedoman

dalam prosesnya . Jadi yang dikehendaki dengan kebudayaan

Islam adalah peradaban yang beradab atau peradaban yang

Islami.

Kebudayaan Islam dimulai dengan diutusnya para Rasul,

terutama Rasul Muhammad SAW . Tonggak pertama dan utama

membangun kebudayaan Islam ini adalah hijrah, Al-Quran

mengajarkan tiga konsep hijrah agar terjadi kemajuan pada

peradaban manusia,yaitu :

1. Hijrah secara kultur (budaya), dimulai dengan perintah

membaca dan transfer ilmu melalui tulis-baca )Q.S.96. Al-Alaq

1-5)

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Paling

Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan

kalam, 5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.

2. Hijrah secara mental, yaitu melakukan perpindahan mentalitas

seperti sikap hidup, pola hidup, yang tidak baik atau kurang

baik kepada yang baik dan yang lebih baik (Q.S 74 Al-

Muddassir 1-7), Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut),

2. Bangunlah, lalu berilah peringatan, 3. Dan Tuhanmu

Agungkanlah, 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan

perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. Dan janganlah kamu memberi

(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, 7.

Dan untuk (memenuhi) perintah) Tuhanmu bersabarlah.

Page 227: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

224

3. Hijrah secara fisik, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat

lain yang lebih baik dan strategis.

Prof.Dr.Quraish Shihab, mengatakan ilmu tidak dapat di capai

tanpa terlebih dahulu melakukan qira‟at, membaca bacaan

dalam artian yang luas. Perintah pertama menuntut ilmu

tertuang dalam wahyu Allah yang pertama kali diturunkan

kepada Rasul Muhammad SAW, yaitu: QS. al-Alaq;1-5 yang di

mulai dengan iqra‟ yang merupakan kata perintah dan berakar

dari kata qara‟a yang bermakna; menghimpun, menyampaikan,

menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui cirinya

(Shihab; 167:]; 171).

Al-Quran meletakkan pentingnya mendalami ilmu pengetahuan

sama pentingnya dengan pergi berperang membela agama (al-

Taubah;122). Rasulullah dangan tegas menetapkan hukumnya

wajib dalam menuntut ilmu sebanyak-banyaknya mungkin,

sejauh mungkin dan selama mungkin.Sabdah Nabi Muhammat

SAW :

“Tutntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahad”

“Siapa yang pergi dari rumahnya untuk menuntut ilmu, maka ia

berada fi sabilillah sampai ia pulang kembali”

“Ssiapa yang menempuh suatu jalan berupa menuntut

ilmumaka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk

kesurga”.

Ulama juga sepakat bahwa hukum menuntut ilmu itu adalah

wajib. tetapi mereka membagi hukum wajib tersebut kepada

dua; yaitu;

1. Wajib perorangan (fardhu „ain)yaitu menuntut ilmu

agama.

2. Wajib komal (fardhu kifayah) yaitu menuntut semua

ilmu lainnya.

Pada abad pertengahan, dengan semangat mengamalkan

kewajiban menuntut ilmu, ummat Islam bergairah dalam

menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Pelopor utamanya adalah dinasti Abbsiyah yang berkuasa mulai

tahun 750 M. Hal-hal yang menunjang perkembangan ilmu

pengetahuan dimasa itu adalah;

1. Tidak eksklusif”Arab cantris”

2. Terjadinya asimilasi(kawin campur)terutama Arab-

Persia.

3. Kekuasaan tidak lagi berorientasi kepada perluasan

wilayah tetapi kepada perkembangan ilmu.

Page 228: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

225

4. Teologi Rasional Isalm/Mu‟tazilah dijadikan ideologi

negara.

5. Mengutuhkan integrasi bahasa al-Quran (arab)dengan

kebudayaan dan peradaban.

6. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang baik.

7. Menghargai kebudayaan yang berasal dari luar arab.

8. Untuk pertama kalinya terjadi kontak dengan peradaban

barat yaitu kebudayaan yunani klasik.

Berkat kondisi yang mendukung tersubut maka tampillah

berbagai ilmuan muslim yang memelopori perkembangan

berbagai ilmu pengetahuan.

a. Abad ke-9

1. Jabir ibn Hayyan;bapak ilmu kimia,pendiri laboraturium

pertama.

2. Al-Khawarizmi;ahli matematika pertama di dunia Islam.

3. Al-Kindi;filosuf,penggerak dan pengembang ilmu

pengetahuan.

4. Abu Kamil Syuja;ahli aljabar muslim tertua.

5. Ibn Miskawaih;dokter spesialis diet,filosuf moral.

6. Al-Farghani;astronom yang karyanya banyak

diterjemahkan.

7. Tasib Bin Qurrah;ahli geometri yang membahs waktu

matahari.

8. AL-Battani;astronom yang melakukan observasi

gemilang.

9. Zakariya al-Razi;dokter penemu cacar dan darah tinggi.

b. Abad-10

1. Abu Qasim al-Zahrawi;ahli bedahpencipta alat bedah

2. Al-Farabi;filosuf emanasi,komentator Aristoteles.

3. Al-Mas‟udi;ahli sejarah,pengembara.

4. Ibnu Amajura;astronom pencatat perjalanan bulan.

5. Abu Dulaf;sang penyair yank ahli logam.

6. Ibnu Juljul;penulis biografi dan ahli kedokteran.

7. Al-Hazin;ahli matematika yang memecahkan soal-soal

Archimedes.

8. Abu Wafa;astronom dan ahli matematika yang

mengembangkan trigonometri.

c. Abad ke-11

1. Ibnu Haitsam;ahli fisika yang di segani Bacon dan

Kepler

2. Al-Karkhi;penulis paling orisional di bidang aritmatika.

Page 229: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

226

3. Ibnu Irak;guru al birruni,ahli astronomi dan matematika.

4. Al-Birruni;eksperimentalis yang berilmu luas.

5. Ibnu Sina;dokter dan filosuf jiwa.

6. Ibnu Yunus;penemu pendulum.

7. Ibnu Wafid;farmakolog yang menyelidiki obat bius.

8. Ibnu Saffar;penulis sejumlah tabel astronomis.

9. Abu Ubaid al-Bakri;ahli ilmu bumi.

d. Abad ke-12

1. Umar Khayyam;ahli aljabar dan syair.

2. Ibnu Bajjah;filosuf dan ahli musik.

3. Al-Kharaki;ahli astronomi,matematika dan geografi.

4. Al-Khazani;meteorolog penemu teori grafitasi dan

dokter.

5. Jabir bin Aflah;astronom yang membangun

observatorium.

6. Ibnu Ghalib;ahli geografi,penulis sejarah spanyol.

7. Abu Khair;ilmuan yang ahli tumbuh-tumbuhan.

8. Ibnu Rasyd;filosuf,ahli hukum,perintis kedokteran

umum.

9. Ibnu Thufail;filsuf,murid Ibnu Rasyd.

e. Abad ke-13

1. Al-Bitruji;astronom yang mengenal teori gerak spiral.

2. Ibnu Sa‟ati;dokter,ahli mambuat kunci.

3. Abdul Lathif;ahli anatomi,pengembang study

pertualangan.

4. Ibnu al-Baithar;dokter hewan,penemu 300 jenis obat.

5. Al-khazwini;ahli ilmu falak dan gegrafi.

6. Abi Mahasin;dokter spesialis mata.

7. Ibnu Nafis;ahli fisiologi dan sirkulasi darah yang

kemudian diformalkan oleh Michael Servetus.

f. Abad-abad berikutnya;

1. Ibnu al-Munzir (abad ke-14); ahli hewan

2. Ustad Khairudiin (abad ke-15); arsitek besar dari turki.

3. Ibnu Majiid (abad ke-15); navigator terbesar di abadnya.

4. Mohammad Iqbal (abad ke-19);filosuf dan penyair dari

pakistan.

5. Prof.Abdus Salam (abad ke-20) ahli fisika dari

pakistan,memperoleh hadiah nobeltahun1979.

Abad pertengahan terdapat empat pusat perdaban Islam;

Baghdad dan Mesir di dunia Islam bagian timur, serta Sicilia

dan Spanyol Islam (Andalusia) di dunia bagian barat. Baghdad

Page 230: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

227

berperan dari tahun 750 s/d di hancurkan oleh Mongol tahun

1258 M, adapun Spanyol berperan dari tahun 211 s/d dikuasai

oleh penguasa Kristen tahun 1492 M.

Empat pusat-pusat peradaban tersebut berperan besar dalam

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa, terutama

dari Andalusia yang secara geografis merupakan gerbang

pengaruh di bidang politik, sosial, ekonomi,ilmu pengetahuan,

dan filsafat.

Pengaruh peradaban Islam ke Eropa di mulai dengan banyaknya

pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai universitas

Islam di Andalusia seperti Universitas di Cordova, Sevilla,

Malaga, Salamanca dan Granada. Selama belajar mereka giat

menerjemahkan buku-buku yang menjadi oleh-oleh ketika

mereka pulang.

Selanjutnya mereka mendirikan Universitas Paris (1231M) dan

mengajarkan semua ilmu yang mereka dapatkan seperti

kedokteran, pemikiran-pemikiran falsafat Ibnu Sina, al-Farabi,

al-Kindi, Ibnu Risyd dll (108-109).

Selain melalui lembaga dan aktifitas ilmuan di Spanyol tersbut,

saluran masuknya peradaban islan ke Eropa juga melalui

gerakan penerjemahan di Sicilia serta Perang Salib (abad ke-11

s/d 13).

Semangat empirisisme ke ilmuan Islam itu lah yang mendorong

sebagian besar ilmuan Eropa untuk meneliti alam, menaklukan

lautan dan menjelajahi benua. Maka muncullah Chtistoper

Colombus yang menemukan benua Amerika (1492M),Vasco

Dagama yang menemukan jalur ke timur melelui Tanjung

Harapan (1494M).Ironisnya; pada saat yang sama ummat Islam

tengah mengalami kemunduran, kekalahan dan kebekuan.

Sedangkan di Eropa semakin maju hingga saat ini (yatim;169).

Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berpengaruh di Eropa

telah berlangsung sejak abad ke-12 M dan mampu memberikan

sumbangsihnya terhadap reinassance (kebangunan dan

kelahiran kembali). Eropa yang di mulai dari Italia pada abad

ke-13 M. Filosuf Inggris, Arthur Bertrand Russell, dalam

bukunya History of Western Philosophy (1974;420) telah

mengakui peran peradaban islam di abad ke-13 sebagai telah

mampu membebaskan Barat dari kebiadabannya (barbarism).

Kenyataan seperti itu lah yang membuat seseorang orientalis,

Alfred Guillaume (Arnold,1952;241) menyatakan; ‟Had the

Arabs been barbarians like the Mongolos....The renascence in

Eropa might well have been delayed more then one

Page 231: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

228

century...”.(Andai orang-orang Arab (Islam) dulu itu biadab

seperti orang-orang Mongol...... .Maka kebangkitan kembali di

Eropa niscaya akan terlambat lebih dari satu abad).

L. Mesjid sebagai Pusat Peradaban Umat Islam

Dalam sejarah Islam, setelah Rasululah melakukan hijrah dari

Mekkah ke Madinah, beliau memiliki kekuasaan di berbagai

aspek kehidupan, di samping aspek agama. Tempat pertama

yang beliau bangun sebagai pusat kegiatan melakukan tugas-

tugasnya sebagai pemimpin adalah Mesjid. Di masjid beliau

memimpin shalat, dan di masjid pula beliau membangun

kehidupan sosail, politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan

keamanan. Di masjid, Rasulllah SAW mengajar, menerima

tamu kenegaraan, menyelesaikan permasalahan umat,

pembinaan umat dan memberikan kemando perang.

Mesjid sesungguhnya berfungsi luas, tidak hanya sekedar

tempat ibadah, zikir,dan kegiatan-kegiatan keagaman yang

khusus, melainkan juga kegiatan pembinaan umat.mesjid

memiliki dua fungsi utama yaitu :

1) fungsi ritual : sebagai tempat pelaksanaan ibadah khusus

2) fungsi sosial : sebagai pusat kegiatan-kegiatan

sosial,keilmuan dan kesejahteraan.

Pada waktu masa rasul Muhammad saw mesjid difungsikan

sebagai pusat peradaban islam, yaitu pusat semua aktivitas

kemanusian,keilmuan,kemasyarakatan dan ekonomi. Pada saat

ini masjid tidak memungkinkan lagi menampung semua pusat-

pusat kegiatan tersebut. Implementasi fungsi masjid

sebagaimana terjadi pada masa Rasulullah SAW saat ini, adalah

perannya yang menjadikan ajaran Islam sebagai dasar yang

menentukan kebijakan dalam membangun umat dalam berbagai

sektor kehidupan. Sarana fisik dan kelembagaan, mungkin saja

berkembang di luar masjid, tetapi subtansi arah dan kebijakan

tidak boleh terpisah dan bertentangan dengan fungsi masjid.

Dalam istilah al-Qur‟an, masjid adalah tempat pembinaan umat

untuk membangun umat yang bertakwa, sebagaimana firman

Alllah dalam QS. Al-Taubah: 108: Artinya: Janganlah kamu

shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid

yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah

lebih patut kamu bershalat di dalamnya. Di dalamnya ada

orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah

menyukai orang-orang yang bersih.

Page 232: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

229

berikutnya dimesjidlah umat islam membangun

universitas.Umat islam lamban dalam memajukan

peradabannya karena hilangnya fungsi dan peranan mesjid

sebagai pusat peradaban , disamping hilangnya tradisi keilmuan

yang telah dengan gemilang dirintis dan dicontohkan oleh umat

islam generasi awal. Selain itu umat islam terpedaya oleh pola

dan sikap hidup sekuler, materialistik, fanatisme sempit,

irrasional, anti intelektual, berpecahbelah, malas, manja dan

berbuat yang sia-sia.(Pembaruan dalam islam) . upaya umat

islam membangun peradabannya dizaman modern tidak terlepas

dari upaya pembaharuan. pembaharuan setimbang dengan

istilah tajdid (arab_ dan reformation atau modernization

(inggris) yang secara bahasa artinya mengadakan sesuatu

yang belum ada dan memperbarui sesuatu yang telah

usang. Modernisme dibarat cenderung menjadi sekularisme,

karena modernisasi yang mereka lakukan berupa “fikiran ,

aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham atau

adat istiadat serta institusi-institusi lama dsb untuk disesuaikan

dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan teknologi modern” (Nasution, Islam II : 93).

Pembaharuan dalam Islam menurut Harun Nasution, adalah

pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham

keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang

ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

(Nasution,1975 : 11-12). Sedangkan Azyyumardi Azra

mendefinisikannya sebagai usaha-usaha sadar di antara ulama

dalam jaringan untuk membarui dan merevitalisasi ajaran-ajaran

islam serta merekonstruksi sosio-moral masyarakat muslim

(Azra. 1995 :16). Pembaruan dalam islam tidak mengarah

kepada sekularisme. Pembaruan hanya terjadi kepada

penafsiran/iterpretasi dalam islam dalam rangka untuk

merevitalisasi ajaran dan membangun kembali sosiomoral umat

islam. Landasan hukum bolehnya pembaruan yang demikian

adalah :

1. Firman Allah yang menyuruh kita agar selalu

mengintropeksi keimanan(Al-baqarah:170), mengujinya (al-

A‟raf:28-29) serta bersikap terbuka dan korektif (QS.43:22-

24).

2. Hadis nabi yang menyuruh untuk selalu memperbaharui

iman, serta mengabarkan bahwa akan selalu ada pembaharu

keberagamaan umat setiap awal seratus tahun (HR.Abu

Daud).

Page 233: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

230

Cikal bakal pembaharuan dalam Islam diilhami oleh

gerakan pemurnian akidah dan ibadah yang dipelopori oleh

Muhammad bin Abdul Wahhab (w.1792M) di Arabia. Tiga

pokok pemikirannya yang mempengaruhi pemikiran para

pembaharu adalah :

1. Hanya al-Quran dan hadislah sumber asli ajaran Islam,

adapun pendapat/interpretasi ulama bukan sumber asli.

2. Taklid (mengikut buta) ulama tidak dibenarkan.

3. Pintu ijtihad tetap terbuka.

Point pertama pemikiran ini menunjuk kepada Islam otentik

yang tidak dapat diperbarui, hanya dapat dimurnikan. Ponint

kedua menunjukan berlakunya pembahuruan terhadap point

kedua.(Pembahuran di Indonesia). Pembaharuan Islam di

Indonesia, dalam bentuk revitalisasi ajaran Islam dan

rekonsstruksi sosio-moral umat Islam sebenarnya telah muncul

sejak abad ke-17. Banyak ulama Nusantara yang terkenal

sepanjang abad-abad.namun dalam arti masuknya ide-ide

modernisme ke dalam pemikiran pembaharuan Islam baru

dimulai pada abad ke-20,diilhami oleh majalah Al-Imam yang

terbit di Malaysia oleh said Muhammad Agil dkk. Manar

pimpinan Rasyid Ridha di Mesir. Pengaruhnya di Padang

terlihat pada majalah ini berisi ide-ide pembaruan yang terdapat

didalam majalah Al-Manar pimpinan Rasyid Ridha di Mesir.

Pengaruhnya di Padang terlihat pada majalah Al-Munir yang

diasuh oleh H.Abdul Karim Amrullah (ayah Buya HAMKA)

dan kawan-kawannya.Pembaharuan di Jakarta dimulai dengan

didirikannya sekolah Jami‟at Khair tahun 1901. Ulama dari

sudan bernamaa Syekh Ahmad Surkati yang merupakan

pengikut Muhammad Abduh. Beliau kemudian membentuk

organisasi Al-Islah wa al-Irsyad serta mendirikan sekolah

bernama al-Zakhirah. Melalui tiga wadah inilah ide-ide

pembaharuan mereka berkembang. Pengaruhnya sangat besar

adalah gerakan K.H Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi

dakwah Muhammadiyah tahun 1912. Dengan organisasi dan

sekolah-sekolah modernya yang menyebar ke seluruh

Indonesia, maka pembaharuan di Indonesia dilakukan olehnya.

Pembaharu lainnya adalah H.Agus Salim yang banyak

mempengaruhi golongan intelegensia muslim Indonesia yang

berpendidikan Barat. Kemudian juga H. Said Omar

Cokroaminoto dengan Syarikat Islamnya, dan H.A.Hasan

Bandung dengan persatuan Islam. Kalbar juga tidak tertinggal

Page 234: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

231

dalam arus besar pembaharuan ini. Di antara tokoh-tokoh

pembaharu yang pernah muncul adalah Syaikh Ahmad Khatib

As-Sambasy (1803-1875) yang mengadakan pemurnian

berbagai ajaran terekat dan mengembalikannya kepada yang

dapat dipertanggung jawabkan yaitu tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah. Ahmad Khatib Sambas meninggalkan ajaran-

ajarannya dalam kitab Fathul-Arifin. Tokoh lainnya

mengembangkan pemikiran guruny Syaikh Rasyid Ridha murid

Muhammad Abduh di Mesir. Mufti kerajaan Sambas ini banyak

mengadakan upaya peningkatan kualitas umat Islam seperti

mendirikan lembaga pendidikan untuk mencetak calon-calon

pemuka agama da‟i dll.

Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia

Dalam perkembang berikutnya para da‟i mengembangkan Islam

di Indonesia melalui budaya setempat, sehingga terjadi

“perkawinan” yang harmonis antara ajaran Islam dengan

budaya yang telah ada di Indonesia. Sehingga pada akhirnya

nilai-nilai Islam tidak dapat lagi dipisahkan dengan kebudayaan

Indonesia. Dengan demikian kebudayaan Indonesia yang baik

dan relevan dapat dijadikan bahan untuk memajukan umat islam

di Indonesia. Sedangkan pada aspek-aspek yang bertentangan

dengan akidah dan ibadah Islam tentu saja harus dihilangkan

dan diganti dengan budaya yang islami.

Page 235: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

232

BAB XI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Islam Agama Rahmat Bagi Seluruh Alam

1. Makna Agama Islam

Kata Islam berarti, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan

patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam

adalah agama yang mengandungh ajaran untuk menciptakan

kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan umat manusia pada

khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi ini

akan terwujud apabila manusia sebagai penerima amanah Allah

dapat menjalankan aturan Allah tersebut secara benar dan kaafah.

Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia

pertama, yaitu Nabi Adam AS. Kemudian agama Islam itu

diturunkan oleh Allah secara berkesenambungan kepada para Nabi

dan Rasul berikutnya sampai kepada Rasul terakhir Muhammad

SAW. pada awal abad ke-VII M. Islam sebagai nama dari agama

yang Allah turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa

kerasulan kerasulan sebelum Rasul Muhammad SAW, tetapi

makna dan subtansi ajarannya secara implisit mempunya

persamaan yang dapat dipahami dari pernyataan sikap para rasul

sebagaimana difirman Allah dalam QS. 2 (al-Baqarah) : 132:

Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkanucapan itu kepada

anak-anaknya, demikian pula Yakub (Ibrahim berkata);

Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah

memilihagama itu bagimu, maka janganlah kamu mati

kecuali dalam memeluk agama Islam.

2. Bersifat Rahmatan Lil‟Alamin

Islam diturunkan untuk mewujudkan rahmat, kasih sayang Allah

terhadap makhluk-Nya, seperti ketenangan hidup, kedamaian

hidup, dan kebahagian hidup serta kemaslahatan bagi semua

makhluk-Nya. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam QS 48 (al-

Fath) 4:

Artinya: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam

hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah

di samping keimanan mereka yang telah ada. Dan

kemupunyaan allahlah tentara langit dan bumi dan adalah

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Kerahmatan yang ingin diwujudkan Islam itu juga dinyatakan

Allah ketika menjelaskan kerasulan Muhammad SAW

sebagaimana difirmankan dalam QS. 21 (al-Anbiya‟):107:

Page 236: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

233

Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan un tuk

menjadi rahmat bagi semesta Alam.

3. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam

Ketika Islam mulai disampaikan oleh Rasul Muhammad SAW

kepada masyarakat Arab dan beliau mengajak masyarakat untuk

menerima dan mentaati ajaran yang disampaikannya, tanggapan

masyarakat terhadap ajakan Rasullah SAW tersebut beraneka

ragam. Pada mulanya mereka merasa heran dan menganggap

ganjil. Islam dianggapnya sebagai ajaran yang menyimpang dari

tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi masyarakat Arab,

yang mereka taati secara turun menurun. Mereka tida k mau tahu,

apakah tradisi tersebut salah atau benar. Hal itu dijelaskan oleh

Alla dalam QS. Al-Baqarah: 170:

Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa

yang telah diturunkan Alla”, mereka menjawab”(Tidak), kami

hanya mengikutiapa yang telah kami dapati (perbutan) nenek

moyang kami”, “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun

nenek moyang mereka itu tidak mengetahuisuatu apa pun, dan

tidak mendapat petunjuk”

4. Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu

diantaranya adalah:

a. Islam menunjukan manusia jalan kebenaran

Islam memberikan petunjuk kepada manusia pada jalan

yang benar. Ajaran Islam sebagiannya bersifat supra

rasional atau ta‟abbudi, artinya di atas kemampuan akal

manusia untuk mengetahuinya. Ajaran Islam itu diperlukan

oleh manusia, baik sebagai subtansi pengetahuan maupun

sebagai sarana pengabdian, seperti Kemahaesaan Allah dan

ajaran Shalat.

b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk

menggunakan potensi yang diberikan Allah secara

bertanggung jawab.

Sekalipun Allahmemberikan petunjuk kebenaran kepada

umat manusia, tetapi Allah tidak memaksakan kehendak-

Nya kepada manusia untuk menerima petunjuk-Nya,

sekalipun Allah memilii kekuasaan untuk memaksa

manusia. Allah hanya mengingatkan kepada manusia akan

konsekwensi yang harus diterima manusia dengan pilihan

hidupnya tersebut. Manusia bebnas untuk menerima atau

menolak pwetunjuk Allah tersebut. Penilaian dan balasan

Page 237: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

234

Allah terhadap pilihan hidup manusia secara mutlak akan

diberikan di akhirat kelak.

c. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai

hamba Allah, baik muslim maupun non muslim.

Di hadapan Allah manusia itu sama. Karena itu manusia

mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Yang membedakan manusia yang satu dengan lainnya

hanyalah ketakwaannya. Asas persamaan itu mengharuskan

perlakuan yang adil kepada setiap manusia dan tidak boleh

menyakiti dan mendhalimi satu sama lain. Apabila terjadi

konsekwensi dalam kehidupan, seperti dikenakan sangsi

hukum dan membayar zakat, hal itu timbul karena kodisi

masing-masing secara spesifik berdasarkan perbuatan yang

dilakukannya. Allah berfirman dalam suarat al-Furqon : 19:

Artinya: Maka sesungguhnya merekayang disembah itu

telah mendustakan kamu tentang apa yang katakan maka

kamu tidak akan dapat menolak (adzab) dan tidak pula

menolong dirimu, dan barang siapa di antara kamu yang

berbuat dzalaim, niscaya Kami rasakan epadanya adzab

yang besar.

d. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan

proporsional.

Allah berfirma dalam QS. Al-Baqarah: 29:

Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang

ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju

langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha

Mengetahui segala sesuatu.

Dalam ayat ini Allah memberikan hak kepada manusia

untuk memanfaatkan alam beserta isinya, tetapi juga Allah

mengingatkan kepada manusia dalam firman-Nya QS. Al-

Ruum: 41:

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di

lautdisebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya

Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat

perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang

benar.

Dalam ayat ini Allah mengingatkan bahwa kerusakan

yang terjadi di alam ini diakibatkan oleh perbuatan manusia

yang tidak terkontrol, dan akibatnya menyengsarakan hidup

manusia sendiri. Begitu pula dengan pemanfaatan hewan,

Allah menghalalkan makan daging dari sebagian binatang

Page 238: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

235

yang ada di alam ini, tetapi dalam penyembeliahannya

Rasulullah mengingatkan apabila dalam penyembelihan

binatang hendaknya dengan cara yang baik, gunakanlah

pisau yang tajam, agar tidak menyiksa binatang yang

disembelih.

e. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan

memberikan perlakuan yang spesifik pula.

Bagi orang yang berpergian jauh di bulan Ramadhan,

diberikan dispensasi untuk berbuka, orang yang lupa atau

tertidur sehingga waktu shalat habis, ia boleh mengerjakan

shalat ketika ingat atau bangun dari tidurnya, sekalipun

waktu shalat telah lewat, orang yantg lapar dan tidak

memiliki makanan kecuali barang haram, ia boleh

memakannya sekedar untuk bertahan hidup. Dalam masalah

keyakinan, Islam juga menghormati pilihan bebas manusia

untuk menentukan keyakinannnya sendiri. Karena itu orang

kafir selama mereka tidak mengganggu dan memusuhi

orang Islam, mereka tidak boleh juga dimusuhi.

B. Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Islamiyah

1. Ukhwah Islamiyah

Kata ukhwah berarti persaudaraan, artinya adalah

persaudaraan simpati dan empati antara dua orang atau lebih.

Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang

sama, baik suka maupun duka, baik senag maupun sedih.

Jalinan persaudaraan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk

saling membantu apabila pihak lain mengalami kesulitan, dan

sikap untuk saling membagi kesenangan kepada pihak lain

apabila pihak lain menemukan kesenangan. Ukhwah atau

persaudaraan berlaku terhadap sesama umat Islam, yang disebut

ukhwah Islamiah, dan berlaku pula kepada sesama umat

manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras,

dan aspek-aspek perbedaan lainnya, yang disebutukhwah

insaniah.

Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghormati

dan saling menghargai relavitas masing-masing sebagai sifat

kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak

menjadi penghalang untuk saling membantuatau menolong,

karena diantara mereka terikat oleh satu keyakinan dan jalan

hidup, yaitu Islam.Agama Islam memberikan petunjuk yang

jelas untuk menjaga agar persaudaraan sesama muslim itu dapat

Page 239: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

236

terjalin dengan kokoh sebagaimana disebutkan dalam QS al-

Hujarat : 10-12:

Artinya: 10. Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya

bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah

hubungan)antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap

Allah, supaya kamu mendapat rahmat.11. Hai orang-orang

yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang

ditertawakanitu lebih baik dari mereka,dan jangan pula

sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh

jadi yang direndahkan itulebih baik, dan janganlah suka

memncela dirimu sendiri dan jangan memanggildengan gelaran

yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilanadalah

(panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang

tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 12.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba

sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba sangka itu

dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang

diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudah mati? Maka tentulH kamu merasa jijik kepadanya, dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya AllahMaha

PenerimaTaubat lagi Maha Penyayang.

2. Ukhwah Insaniah

Konsep Islam tentang persaudaraan sesama umat manusia, yang

disebut ukhwah insaniah, adalah bahwa sesama umat manusia

itu adalah makhluk Allah.Sekalipun Allah memberikan

petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga

memberikan kebenaran kepada setiap manusia untuk memilih

jalan hidup berdasarkan pertimbangan rasionya. Karena itu

sejak awal penciptaan Allah tidak tetapkan manusia sebagai

satu umat, pada hal Allah bisa bila mau. Itulah fitrah manusia,

sebagaimana Allah jelaskan dalam QS. Al-Maidah: 48:

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur‟an

dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang

sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturnkan sebelumnya) dan

batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, mata putuskanlah

perkara mereka menurut apa yang Allah turunkandan

Page 240: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

237

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan

meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk

tiap-tiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan

yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu

jadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah herndak menguji kamu

terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka bertlomba-lombalah

berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu

kembalisemuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang

telah kamu perselisihkan itu.

Prinsip kebebasan itu menolak pemaksaan suatu agama

oleh otoritas manusia manapun, bahkan Rasulullah SAW pun

dilarang oleh Alllah melakukannya, sebagaimana firman Allah

dalam QS. Yunus:99:

Artinya: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman

semua orang yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah

kamu hemndak memaksa manusia supaya mereka menjadi

orang-orang beriman semuanya?

Dalam QS. Al-Baqarah : 256 Alllah berfiurman:

Artinya: Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam,

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat. Karena itu baramng siapa yang ingkar kepada Thaghut

dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan

putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

C. Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama

1. Pengertian Pluralisme

Secara etimologi, Pluralisme adalah mengenal lebih dari

satu. Sedangkan secara terminologis, paham kemajemukan atau

paham yang berorientasi kemajemukan yang memiliki berbagai

penerapan yang berbeda dalam berbagai filsafat agama, moral,

hukum dan politik, termasuk adat, kebiasaan, dimana batas

kolektifnya adalah pengakuan atas kemajemukan di depan

ketinggalan.

Seperti dalam filsafat, sebagian orang tidak

mempercayai aspek kesatuan dalam makhluk-makhluk Tuhan,

dan pandangan ini kemudian disebut dengan heterogenitas

wujud dan jnaujud. Lawan pandangan ini adalah paham

panatisme atau paham yang menolak segala bentuk

heterogenitas atau paham yang menerima adanya

Page 241: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

238

keanekaragaman sekaligus ketunggalan. Ada juga yang

mengatakan bahwa pluralisme dipahami sebagai doktrin

metafisik yang memandang bahwa seluruh eksistensi

secaraumum bisa menunjukkan jalan keselamatan. Hanya

agama tertentu saja yang benar. Cara pandang yang demikian

ini merupakan cara pandang yang tidak bisa dihindari bagi

seseorang yang dibatasi sebuah tradisi agama tertentu.

Akan tetapi ketika agama-agama itu lahir secara historis,

ia berhadapan dengan masyarakat Secara lebih luas, istilah

pluralis merupakan salah satu kata ringkas untuk menyebut

suatu tatanan dunia baru dimana perbedaan budaya, sistem

sosial, sistim kepercayaan dan nilai-nilai yang membangkitkan

bergairahnya berbagai ungkapan manusia yang tidak kunjung

habis sekaligus mengilhami konflik yang berkepanjangan dan

sulit didamaikan

Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan

mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam,

terdiri berbagai suku, entis, ras dan agama, yang justru hanya

menggambarkan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga

tidak boleh dipahami sekedar kebaikan negatif (negative good),

hanya dijilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme.

Pluralis akan dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan

dalam ikatan-ikatan keadaan. Bahkan pluralis adalah suatu

keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui

mekanisme perawatan, pengawasan dan pengembangan yang

dihasilkannya.

Ajaran Islam paska meninggalnya Rasulullah pada

akhirnya mengalami banyak perkembangan, seperti munculnya

banyak theologl bersumber pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits, tetap

saja pada implementasi ajarannya sangat beragam.

2. Pluralisme dalam Perspektif Islam

Islam sangat menghargai perbedaan. Bahkan Nabi

Muhammad berpendapat bahwa perbedaan (khilafiyah) dalam

konsepsi Islam adalah sebuah rahmat. Ketika Islam periode

Madinah betapa Nabi berusaha keras untuk menerima banyak

perbedaan. Pada periode ini bersatu kaum Ansor sebagai

penduduk asli Madinah dengan Muhajirin, pendatang dari

Makkah. Belum lagi Nabi harus menerima kaumYahudi

Madinah yang memang sebelumnya telah menetap di sana.

Heterogenitas ini sebagai cikal bakal konsep pleralisme yang

harus Nabi ramu menjadi masyarakat Madani. Dan Nabi

Page 242: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

239

berhasil karena mengedepankan konsep kebersamaan, saling

hormati, saling menghargai, saling toleran di bidang sosial.

Perbedaan adalah karunia umat manusia, bukan sebaliknya

merupakan bencana,

Q.S.A1-Baqarah [2] : 251

Artinya: mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut

dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh

Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud)

pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan

mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.

seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat

manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.

tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas

semesta alam.

Pluralisme merupakan pengakuan adanya kebhinekaan

(diversity). Selama Orde Baru, Bhineka Tunggal Ika hanya

sekedar slogan, karena maknanya telah direduksi menjadi ke-

eka-an dengan doktrin uniformity-nya. Kebhinekaan harus

dipahami sebagai keniscayaan, karena tidak ada yang dapat

menghilangkan kebhinekaan. Mengenai perbedaan ini dalam

Al-Qur'an telah disebutkan, sebagai berikut:

Q.S.A1-Hujarat [49] : 13

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.

Ayat di atas menunj uldon bahwa pluralis memang

dikehendaki Tuhan, hanya saja perbedaan itu dalam kerangka

yang lebih baik.

Islam mengajarkan persamaan diantara sesama manusia, dan

karena itu Islam juga sangat mengutuk perlakuan diskriminatif

diantara manusia dan merasa dirinya lebih tinggi dan orang lain

sehingga merendahkan martabat orang lain. Perbedaan warna

kulit, bahasa, budaya, pekerj aan, status sosial dan lain

sebagainya bukan merupakan alasan manusia yang satu

memiliki deraj at lebih tinggi diantara yang lain. Pada

kenyataannya yang membedakan manusia di hadapan Tuhan

adalah ketaqwaannya. Tuhan mengungkapkan bahwa manusia

diciptakan dalam bentuk yang sempurna,

Page 243: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

240

Q.S. At-Tin [95] : 4-5

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian Kami kembalikan

Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),

Q.S.A1-Bagarah [2] : 213

Artinya: manusia itu adalah umat yang satu. (setelah

timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai

pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka

kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia

tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih

tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan

kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka

keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara

mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang

yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka

perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu

memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan

yang lurus.

Dalam memahami ayat di was muncul tiga fakta, khususnya

yang berkaitan dengan pluralisme agama. Pertama, kesatuan

umat manusia di bawah satu Tuhan. Kedua, kekhususan agama-

agama yang dibawa oleh para nabi. Ketiga, peran wahyu dalam

mendamaikan perselisihan atau perbedaan di antara berbagai

umat beragama. Ketiganya merupakan konsep fundamental Al-

Qur'an tentang pluralisme agama.

Pada satu sisi, konsepsi tersebut tidak mengingkari

kekhususan berbagai agama dan kontradiksi-kontradiksi yang

mungkin ada di dalamnya. Sedangkan di sisi lain konsepsi

tersebut menentukan kebutuhan untuk mengakui kesatuan

manusia dalam penciptaan dan kebutuhan untuk berusaha

menumbuhkanpemahaman yang lebih baik antar umat

beragama. Selanjutnya agar plurlisme tetap terjaga dengan baik,

yang mutlak diperlukan adalah sikap saling menghormati, tidak

menganggap kelompok yang lain lebih rendah, toleransi, dan

untuk ituperlu dikembangkan dialog antar budaya, agama, entis

dan lintas golongan, dengan harapan agar masing-masing

mampu mengerti, memahami dan menghormati. Kesediaan

mental untuk saling menerima segala perbedaan yang ada.

Dengan begitu akan tercipta suatu masyarakat yang harmonis

dimana masing-masing kelompok dapat saling hidup

berdampingan dengan aman tanpa ada rasa curiga.

3. Hablumminannas

Page 244: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

241

Ajaram Islam yang sangat universal tidak saja mengatur

hablumminallah, tetapi juga mengatur hablumminnas

Hablumminallah sejauh ini di kalangan remaja, mahasiswa

nyaris tidak banyak masalah, karena konsep ini diterima, sejak

TK sampai PT.

Dalam bidang aqidah, bermunculan ajaran baru,

fenomena seseorang yang mengaku nabi, mengaku malaikat

mengaku mendapat wahyu dari tuhan pada akhirnya bukan

sesuatu yang luar bias. Akibatnya adalah keresahan umat tidak

pernah berhenti yang ada ujungnya sering tetjadi bentrok antar

umat seagama, kekerasan fisik antar umat beragama. Semua itu

disadari atau tidak sebagai akumulasi dari pemahaman konsep

hablumminannas belum sepenuhnya diamalkan oleh umat.

Umat masih merasa benar dengan theologinya, dan tidak

sedikit yang menyalahkan bahkan menyesatkan umat lain.

Padahal kalaupun memang dianggap sesat, bukankah masalah

aqidah merupakan wilayah Tuhan, dan manusia tidak berhak

memasuki wilayah ini.

Al-Qur‟an memandang konsep manusia sebagai bashar,

seharusnya menyadarkan manusia bahwa ada sisi kemanusiaan

yang harus dipelihara oleh manusia itu sendiri. Memanusiakan

diri sendiri saja memang berat, apalagi memanusiakan manusia

lain. Tetapi setidaknya karena bashar-nya manusia, maka

menghargai, menghormati, toleransi, antar 'manusia setidaknya

akan tepelihara, dan pada akliirnya pluralis diantara manusia

akan tercipta dan terpelihara dengan sempurna.

Pluralisme bukan berarti menyamakan semua agama.

Karena jika seluruh agama sama, berarti agama hanya satu. Jika

agama hanya satu, artinya tidak plural. Dengan begitu

pluralisme merupakan sebuah sikap yang menggunakan semua

agama. Bahkan Al-Quran menyikapi pluralism secara positif.

Dengan begitu manusia harus memelihara sikap saling

menghargai, menghormati serta toleransi dalam urusan

Hablumminannas sehingga pada akhirnya pluralis yang ada

pada suatu lingkungan yang bermasyarakat yang beraneka

ragam akan tercipta dan terpelihara dan dapat saling hidup

berdampingan dengan baik dan aman.

4. Persatuan dan Kerukunan Umat Beragama

Nabi Muhammad saw pernah menggambarkan bahwa

umat ilam itu laksana satu bangunan yang saling menguat kan

Page 245: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

242

satu sama lain.Umat islam juga laksana satu tubuh, yang apabila

satu bagian sakit maka seluruh tubuh akan merasa sakit.

Sebagaimana sabda beliau: Dari Nu‟man bin Basyir berkata,

Rasulullah saw bersabda:

Artinya: "perumpaman orang yang beriman dan saling yang

mencintai ,mengasihi, dan membantu satu kepada yang lain

lainnya, bagaikan suatu tubuh yang apabila satu anggota

menderita sakit, maka seluruh tubuh merasakan sakit tidak mau

tidur dan merasakan demam" (HR. Al –Bukhari dan Muslim)

Ajaran islam sendiri telah mengatur tatanan kehidupan

bermasyarakat dan bernegara secara rukun, damai dan sejahtera

(baldatun tayyibah) sebagaimana tujuan hidup manusia yang

selalu di ucapakan dalam doa sebagai berikut:

Q.S Al-Baqarah (2):201

Artinya: "dan di antara mereka ada orang yang berdoa:‟‟ya

tuhan kami,berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di

akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka‟‟.

Contoh perilaku persatuan dan kerukunan

a. Tasamuh.

Tasamuh adalah toleransi social kemasyarakatan. Dalam bidang

akidah dan keimanan, seorang muslim meyakini islam satu-

satunya agama yang benar dan di ridhai Allah Swt.

Dasar perilaku ini disebutkan dalam Al-Quran surat Ali-Imran

(3):19 dijelaskan “Sesungguhnya agama (yang di ridhaii) disisi

Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang diberi

AlKitab kecuali sesudah dating pengetahuan kepada mereka,

karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa

yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka Sesungguhnya Allah

sangat cepat hisab-Nya”. Selain itu juga dijelaskan dalam Q.S

Ali-Imran (3):85 bahwa “Barangsiapa mencari agama selain

Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari

padanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

Setiap yang menganggap semua agama itu benar tidak sesuai

dengan keimanan seorang muslim dan pemikiran yang logis.

Perbedaan pendapat diantara masyarakat akan tetap ada sebab

telah menjadi fitrah manusia itu sendiri yang dappat

menyebabkan perpecahan. Tetapi hendaklah kembali kepada

Al-Quran dan sunnah Rasul. Karena kebenaran hakiki hanya

milik Allah SWT dan Rasul-nya. Seperti yang telah dujelaskan

dalam Q.S All-Baqarah (2):147 “kebenaran itu adalah dari

Page 246: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

243

Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-

orang yang ragu”.

b. Mengakui Persamaan Derajat

Persamaan hak dan kewajiban sesame manusia. Hal ini sesuai

denan firman Allah SWT:

Q.S. Al-Hujarat (49):13 Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia satu dengan yang

lainnya sama sebagai makhluk Allah SWT. Hal yang

membedakan manusia satu dengan yang lainnya adalah

ketaqwaan dan perbuatan baiknya.

c. Saling Mencintai Sesama Manusia

Sikap tenggang rasa/tasamuh harus disertai rasa saling

mencintai sesama manusia. Ini sejalan dengan sabda Rasulullah

SAW : Dari Annas bin Malik, Rasulullah bersabda:

Artinya: “Tidaklah beriman seseorang diantara kamu

sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia

mencintai dirinya sendiri (HR.Al-Bukhari dan Muslim)”.

d. Mengembangkan Sikap Tenggang Rasa

Sebagai makhluk social kita harus memiliki sikap tenggang

rasa. Semua perbuatan yang kita lakukan jangan sampai

menyinggung perasaan orang lain. Kita dilarang saling mencaci,

berburuk sangka dan semacamnya. Hal ini dijelaskan dalam

Q.S. Al-Hujarat (49):12

Q.S. Al-Hujarat (49):12

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah

kebanyakan purba-sangka (kecurigaan) karena sebagian

dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari

keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu

sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima taubat lagi Maha Penyayang ”

Page 247: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

244

e. Tidak Semena-mena Terhadap Orang Lain

Sebagai makhluk social kita tidak dibenarkan berbuat

semena-mena terhadap orang lain. Kita harus dapat

mengendalikan diri dari perbuatan itu karena dapat merugikan

diri sendiri dan orang lain. Sebagaimana dalam Q.S.Al-Maidah

(5):8 Q.S.Al-Maidah (5):8

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah

kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.

f. Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita tidak

boleh mengorbankan nilai nilai kemanusiaan hanya untuk

mengejar sesuatu yang lebih rendah nilainya. Nilai-nilai

kemanusiaan harus selalu kita junjung tinggi.

g. Gemar Melakukan Kegiatan Kemanusiaan

Sejalan dengan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, kita juga harus mewujudkan sikap tersebut

melalui kegemaran melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan,

baik diminta atau tidak.

h. Membiasakan Perilaku Persatuan dan Kerukunan

Perilaku dalam menjaga kerukunan dan persatuan antar

umat beragama dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Saling menghargai dan menghormati antar umat

beragama.

b) Menghargai pendapat dan keyakinan antar umat

beragama.

c) Umat islam mengajak sesama manusia untuk

menciptakan perdamaian dan anti kekacauan.

Q.S. Yunus (10):25

Page 248: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

245

Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam

(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya

kepada jalan yang lurus (Islam)”.

d) Umat islam terbiasa dengan sikap tolong-menolong

terhadap siapapun.

e) Umat islam senantiasa tidak sombong saat berkiprah

dibumi.

Q.S. Al-Isra (17):37 Artinya: “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini

dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali

tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak

akan sampai setiinggi gunung”.

f) Umat Islam harus berlaku adil terhadap siapa saja

Q.S. Al-Maidah (5):8

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah

kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apayang kamu kerjakan”.

g) Menyapa saat berjumpa dengan saudara-saudara

sebangsa dan setanah air meskipun tidak seagama.

h) Mengucapkan salam jika saling berjumpa dengan

sesama muslim.

5. Khilafiyah adalah Sunatullah

Perbedaan merupakan sunatullah dimana manusia telah

diciptakan oleh Allah berbeda-beda. Agar umat Islam tetap

terjaga persatuannya, maka perlu dibiasakan tata krama

diantaranya sebagai berikut:

a) Saling bersilaturahmi.

b). Menyepakati peraturan-pperaturan yang meliputi norma,

hukum etika dan nilai-nilai budaya.

c). Memperjuangkan tujuan bersama berdasarkan

kesepakatan yang dibuat.

d). Menghilangkan musuh utama manusia,, khususnya

Indonesia adalah kebodohan, kemiskinan dan

keterbelakangan.

Page 249: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

246

f). Kiat-kiat agar tidak berselisih, bermusuhan dan tidak

merusak, tetapi bersatu rukun antara lain harus ingat Allah

setiap saat. Selain itu juga harus menahan hawa nafsu, maaf-

memaafkan anatar sesame umat manusia juga memiliki sifat

sabar dan ikhlas.

D. Masyarakat Madani sebagai Masyarakat Ideal

1. Pengertian

Masyarakat madani adalah masyarakat utama, adil dan

makmur yang diridai Allah SWT atau dalam Al-Qur‟an disebut

Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.

Bentuknya sebagaiana dinyatakan Allah dalam surat Al- Imran 104:

Artinya: “adakanlah dari antara kamu sekalian golongan yang

mengajak kepada keutamaan. Menyuruh kepada kebaikkan dan

mencegah kemungkaran. Mereka itu adalah golongan yang

berbahagia.”

Dalam muqaddimah Muhammadiyah dinyatakan bahwa

masyarakat utama adalah masyarakat yang bahagia dan

senantiasa sebagaimana yang tersebut di atas itu. Tiap – tiap

orang terutama umat islam yang percaya kepada Allah dan hari

kemudian wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci itu.

Beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya

mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk

menjelmakan masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang

murni. Tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya

mengharapkan karunia Allah dan ridlanya belaka serta

mempunyai rasa tanggung jawab di hadlirat Allah atas segala

perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati

menghadapi segala kesukaran yang menimpa dirinya atau

rintangan yang menghalangi pekerjaannya Allah yang Maha

Kuasa.

Di dalam masyarakat utama setiap anggota masyarakat

menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah

dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW guna

Page 250: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

247

mendapatkan karunia dan ridlanya di dunia dan akhirat.Dan

untuk mencapai masyarakat yang senantiasa dan bahagia,

disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah,

sehingga merupakan Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.

QS. Saba‟ : 15 menyatakan:

Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba‟ ada tanda

(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah

kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka-

mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya,

(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah

Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Masyarakat madani sebagai masyarakat yang ideal itu

memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Bertuhan, (2) Damai,

(3) Tolong-menolong, (4) Toleran, (5) Keseimbangan antara hak

dan kewajiban sosial. Konsep zakat, infak, shadaqah dan hibah

bagi umat Islam serta ijazah dan kharaj bagi non Islam,

merupakan salah satu wujud keseimbangan yang adil dalam

masyarakat tersebut, (6) Berperadaban tinggi, (7) Berakhlak

mulia.

Penyusunan konsep masyarakat madani akan mengalami

proses yang amat panjang. Maka harus terlebih dahulu dimulai

dengan meneliti dan mengumpulkan firman Allah dan sabda

Rasul yang mendukung konsep tersebut.Sehingga, dengan

demikian sekalipun konsep yang kita kehendaki belum selesai,

namun kita telah dapat membina masyarakat kita dengan

petunjuk Allah Rasul itu.

Gerakan da‟wah dan amar ma‟ruf nahi munkar itu harus

ditunjukkan kepada dua arah, yakni perorangan dan masyarakat.

Masyarakat ialah tempat di mana manusia hidup bersama dan

menimbulkan interaksi social, yaitu hubungan antara dua orang

individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya yaitu

memperburuk jalannya da‟wah atau pembinaan adalah

berdasarkan interaksi ini. Maka setiap usaha da‟wah atau

pembinaan baik terhadap individu maupun terhadap

masyarakat, agar dapat berhasil.Hendaklah melalui interaksi

yang ditimbulkan oleh factor simpati, yakni kasih saying

sesame manusia.

Dalam masyarakat madani senantiasa berkembang situasi

kebersamaan atau togetherness situation dimana pergaulan

banyak orang akan mampu merubah perilaku individu, apakah

Page 251: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

248

dari buruk kepada baik atau sebaliknya. Oleh sebab itulah maka

da‟wah atau pembinaan terhadap individu dan terhadap

masyarakat harus dilakukan secara stimulant. Apabila Ernest

Renan mengatakan bahwa suatu bangsa itu sesungguhnya

merupakan satu jiwa dengan satu prinsip rohaniah

(Unenation est une ame, un principe spirituel), maka suatu

masyarakat pun demikian juga. Disinilah kesempatan para da‟i

untuk mengisi rohani anggota masyarakat dengan prinsip ajaran

Islam, supaya jiwa kesatuan masyarakat itu juga bercorak Islam,

sehingga mewujudkan masyarakat utama yang kita idamkan.

2. Konsep Masyarakat Madani

a. Konsepsi Manusia

Allah menciptakan alam semesta dan segala rangkaian

kejadian didalamnya, bukannya tanpa maksud tertentu.Kesemuannya

itu diciptakan-Nya dengan Qodrat dan Irodat-Nya serta hikmah yang

tinggi.Allah pun ciptakan manusia dengan tujuan yang jelas yakni

untuk hidup didunia sementara waktu guna mengabdi kepada

Allah.Berbuat kebaikan terhadap sesamanya, melestarikan dan

memakmurkan bumi yang dihuni, kemudian meneruskan perjalanannya

hidupnya ke akhirat untuk dinilai dan dibalas perbuatannya selama

hidup didunia.Dan untuk menjalankan hidup semacam itu manusia

memerlukan petunjuk. Petunjuk itu tidak lain adalah agama atau

amanah Allah, seperti yang telah difirmankan dalam surat Al-Ahzaab

ayat 72:

“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah ini kepada

semua langit, bumi dan gunung-gunung. Tetapi mereka enggan

menerima dan bahkan takut karena-Nya.Tetapi manusia

bersedia menerimanya. Sungguh dia itu aniaya dan tidak mawas

diri.”

Amanah artinya kepercayaan.Dalam hal ini Allah memberi

kepercayaan manusia untuk memakmurkan bumi dan

kesejahteraan serta menegakkan kebesaran dan keutamaan agar

seluruh manusia dapat hidup dengan aman dan berbakti kepada

Allah. Agar manusia dapat menjalankan amanah itu sebaik-

baiknya maka allah memberikan petunjuk yakni agama yang

jug merupakan amanah sendiri untuk dipatuhi.Maka dengan

melaksanakan ajaran agama yang terkandung dalam Al Qur‟an

itulah manusia akan menunaikan tugasnya, yaitu menata

Page 252: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

249

kehidupan dirinya, keluargannya, lingkungannya,

masyarakatnya dan bangsanya, dalam rangka pengabdian

kepada Allah yang Maha Pencipta.

Dengan demikian sesuai dengan tujuan Allah menciptakan

manusia agar mengabdi kepada-Nya seperti yang difirmankan

dalam surat Ad Dzaariyat ayat 56:

Artinya: “dan tidaklah aku menciptakan Jin dan

manusia melainkan dengan tujuan agar mereka itu

mengabdi kepadaku.”

Jadi jelas bahwa kebaktian dan pengabdian manusia kepada

Allah adalah iradah dan pola kehidupan yang diterapkan-Nya

terhadap makhluk-Nya itu, yang mencerminkan suatu konsepsi

kemanusiaan yang cemerlang.Konsepsi itu Allah sempurnakan

dengan mengangkat manusia sebagi khalifah di bumi. Hal itu

disabdakan Allah kepada para malaikat sebelum penciptaan

manusia, tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 30:

Artinya: “dan ketika tuhanmu bersabda kepada malaikat :

sungguh aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah.

Mereka berkata : apakah engkau akan menempatkan dibumi

orang yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan dasah?

Padahal kami selalu memuji-muji engkau dengan segala pujian

dan kami pun mengagumkan kesucian engkau? Allah berfirman

: sungguh aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Arti khalifah menurut bahasa ialah “pengganti” atau

“wakil”.Tetapi dalam istilah dalam buku ini khalifah adalah

orang yang diberi kepercayaan penuh untuk melakukan tugas

tertentu.Allah menjadikan manusia khalifah artinya Allah

menganugerahkan amanah atau kepercayaan untuk melestarikan

kebaikan lingkungan di bumi ini dan menata kehidupan di

atasnya menurut petunjuk Allah sehingga mewujudkan

kehidupan yang sejahtera, bahagia dan utama di bawah naungan

ridla-Nya.

Page 253: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

250

Manusia yang dijadikan Allah khalifah itu bukanlah manusia

orang seorang, melainkan manusia sebagai satu jenis makhluk

atau manusia secara keseluruhan.Dengan demikian umat

manusia ini tanpa kecuali telah dijadwalkan Allah untuk

berfungsi sebagai kahlifah menata kemakmuran dibumi, materil

dan spiritual.Tetapi untuk bertindak sebagai khalifah

memerlukan persyaratan yang berat, yakni mendalami san

melaksanakan Al-Qur‟an dan akal yang sehat.Nah, para

malaikat tidak mengetahui fungsi khalifah ini dan tidak pula

mengerti kebijaksanaan Allah dalm memberikan petunjuk Al-

Qur‟an kepada manusia, oleh sebab itu mereka menyanggah.

Tetapi, tentu tidak semua orang mampu menetapi persyaratan

tersebut untuk diangkat menjadi khalifah, banyak manusia yang

gagal dan bahkan berbuat kerusakan di muka bumi.Allah

berfirman dalam surat An Nur ayat 55:

Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang

beriman diantara kamu dan yang melaksanakan amal kebaikan,

yaitu dia akan menjadikan mereka khalifah di bumi sebagai

mana dia telah menjadikan khalifah akan orang-orang sebelum

mereka.”

b. Masalah Sosial

Masalah social ialah masalah yang bersangkutan dengan

kehidupan bersama manusia dalam suatu lingkunga.Masalah ini

selalu saja berkembang seiring dengan perkembangan

kehidupan manusia dan semakin banyak bidang yang

siliputinya.Namun sudah jelas bahwa perkembangan social

lingkungan itu ada penyebab pokoknya yakni gerakan-gerakan

dari kelompok-kelompok inti dalam lingkungan itu.Gerakan itu

berupa watak, perihal, keinginan dan buah pikiran dari individu-

individu yang tergabung dalam kelompok-kelompok.Setiap

kelompok berfungsi sebagai pemandu sehingga melahirkan

kepribadian tertentu untuk disalurkan ke luar memberi warna

kepada lingkungan, yang terpadu dengan memasukkan

Page 254: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

251

kelompok-kelompok lain hingga mewujudkan kesatuan social.

Demikianlah antara lainAugute comte (1798-1857), seorang

sarjana matematika dan ilmu alam yang kemudian menjadi ahli

dan penemu sosiologi. Dengan demikian kedudukan dan

peranan kelompok-kelompok sangat penting dalam menetukan

perkembangan masyarakat.

Al-Qur‟an telah jauh lebih dahulu mengidentifikasikan

kelompok-kelompok itu dan memerintahkannya agar dipelihara

terhadap polusi dan erosi yang akan menghancurkan

keseluruhannya. Kelompok inti itu dijelaskan oleh Al-Qur‟an,

yakni keluarga. Firman Allah dalam surat At-Tahriim ayat 6:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu

dan keluarga kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang

bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu.”

Demikianlah Al-Qur‟an memandang keluarga sebagai

kelompok inti dari masyarakat, atau dengan lain perkataan ialah

bahwa masyarakat itu tersusun dari keluarga-keluarga. Di sini

kepala keluarga berkewajiban serta bertanggung jawab atas

keselamatan keluargannya.Untuk mencapai keselamatan itu

maka kepada keluarga waib diberi pendidikan serta pembinaan

agama dan akhlak yang mulia. Pendekatan keluarga ini

dikuatkan oleh sabda Rasullullah SAW dalam hadist dari

Abdullah bin Umar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang

menandakan bahwa setiap orang ibarat penggembala yang akan

diminta pertanggungjawabnya atas penggembalaannya, dan

bahwa setiap lelaki adalah penggembala keluarganya dan akan

diminta pertanggung jawabnya.

Apabila Al-Qur‟an memandang keluarga sebagai kelompok

dasar atau primary group, maka untuk kelompok kedua adalah

tetangga. Allah berfirman dalam Surah An-Nisaa ayat 36 :

Artinya: “ Dan hendaklah kamu sekalian menyembah Allah dan

jangan memusrikkan dia sedikitpun, dan hendaklah berbuat

Page 255: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

252

baik kepada kedua orang tua dan sanak kerabat serta yatim dan

miskin, dan kepada tetangga yang jauh serta teman

sejawat….dst.”

Dalam sebuah desa atau kampung, lingkungan terkecil ialah

sebuah rumah tangga tangga dengan tetangga-tetangga di

sekitarnya.Mereka itu hidup bersama berdampingan, bertolong-

tolongan dan bantu-membantu dan juga ada kalanya saling

berselisih bertengkar.Apabila Al-Qur‟an mengadakan

pendekatan melalui keluarga dan tetangga, itu tidak berarti

mengabaikan masyarakat luas. Penggarapan Al-Qur‟an terhadap

masyarakat mengambil dua jalur, yakni melalui pembinaan

lingkungan kecil dan juga langsung menuju sasaran luas seperti

firman Allah surah Al-Khujuraat ayat 10 yang menegaskan

bahwa sesungguh-sesungguhnya orang-orang mukmin itu saling

bersaudara maka hendaklah dilakukan usaha kedamaian dan

perbaikan antara sesame saudara mukmin itu.

c. Mahabbah

Kalau Al-Qur‟an bertujuan untuk membina keluarga,

lingkungan dan masyarakat luas, tentu memberikan resep

sesuatu yang mampu mempersatukan juga cinta.Cinta ini harus

merupakan dasar perkembangan hubungan manusiawi antara

sesame manusia dan harus sudah mulai dalam keluarga yang

menjadikan kelompok dasar dalam lingkungan. Firman Allah

dalam surat Ar-Ruum ayat 21:

و آاح خك أ ى فسى ها خسىىا أشواجا أ ئ وجؼ ى ة ب ىده ت ه وزح ذه ف ئ

اث مى سو خفىه

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia

menciptakan untukmu ister-isteri dari jenismu sendiri, supaya

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”

Demikianlah bahwa rasa cinta kasih itu mulai bersemi dan

berkembang ditengah keluarga, lalu keluarga kepada tentangga

dan lebih jauh lagi kepada lingkungan kemudia seterusnya

merata ketengah masyarakat. Agama Kristen selalu disohorkan

agama cinta kasih, namun jika dibandingkan dengan ajaran

islam, belumlah apa-apa terutama jika kita pelajari hadits-hadits

sabda Rasullah dalam menyebabkan makna cinta.

d. Ekonomi

Ekonomi menurut arti bahasa adalah “ Ilmu mengurusi rumah

tangga”. Maka menurut istilah dan perkembangannya

mempunyai makna “ilmu untuk membiayai perjalanan satu

Page 256: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

253

Negara dengan memanfaatkan kekayaan dan produksi dengan

jalan perdangangan dan lain-lainnya disertai usaha untuk

meningkatkan potensi Nasional.” Yang demikian itu ialah

perekonomian Negara.Ekonomi dalam ukuran yang jauh lembih

sempit ialah perekonomian keluarga, di mana kepala keluarga

memikirkan dan bekerja untuk memperoleh biaya guna

mencukupi kebutuhan seluruh keluarga, memasukkan

kekuangan dan mengatur pengeluarannya.

Sampai dewasa ini orang masih berselisih paham tentang ada

atau tidaknya system perekonomian islam atau Al-Qur‟an. Di

sini masalah itu tidak pada tempatnya untuk dibicarakan.

Tetapi, disini sesuai dengan judul uraian ini, akan diungkapkan

ajaran Al-Qur‟an yang menyentuh masalah perekonomian itu,

yang mungkin dapat di kembangkan untuk membentuk suatu

system yang secara garis besar didasari oleh Al-Qur‟an.

Apabila kita memperhatikan firman Allah surat An Nahl ayat 89

yang menegaskan bahwa AL-Qur‟an memuat penjelasan

mengenai segala perkara, tentu kitapun tidak akan ragu-ragu

lagi bahwa di dalam Al-Qur‟an itu terdapat petunjuk-petunjuk

mengenai perekonomian itu walaupun dalam garis besar dan

singkat. Beberapa pokok dapat dikemukakan sebagai berikut :

e. Azas Kebersamaan

Dengan mantap dan terang Allah berfirman, kekayaan alam ini

mutlak milik Allah, anatara lain :

Surat Al-Maidah ayat 17 :

Artinya: “milik Allah kerajaan semua langit dan bumi beserta

segala apa yang ada diantara keduannya.”

Ada sedikitnya 17 ayat dalam Al-Qur‟an yang menegaskan

bahwa alam beserta isinya ini mutlak milik Allah belaka.

Pernyataan yang diulang seperti ini tentu dengan maksud agar

senantiasa diingat dan dijadikan pedoman manusia dalam

mencari rezeki serta memakmurkan dunia ini, yaitu wajib

adanya permetaan dan tegaknya keadilan akan mampu

merasakan perputaran uang atau modal. Sistem kerah itu yang

Page 257: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

254

mungkin belum ketemu. Dalam masaalah perbankan sendiri

masih ada hal yang menurut Al-Qur‟an belum dibenarkan,

yakni masalah interest atau bunga karena termasuk riba.

Al-Qur‟an telah mengharamkan riba antara lain :

Surat Al Imran ayat 130 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu

kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Surat Al Baqarah ayat 275 :

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang

demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

sesungguhnya jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Didalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang sangat penting artinya

bagi perekonomian kesahjetaraan rakyat, yaitu ayat yang

melarang pertukaran modal hanya dalam kalangan terbatas saja.

Yaitu surat Al Haasyr ayat 7:

Artinya: “agar supaya tidak terjadi perputaran modal yang

terbatas antara orang-orang kaya diantara kamu saja.”

Jika modal hanya berputar dari si kaya kepada si kaya, sudah

tentu melalu transaksi perdagangan, maka rakyat hanya

mendapat percikan yang berupa upah dan gaji, keuntungan

pengenceran dan pedagang kecil yang tidak seberapa. Tetapi,

produsen pedagang besar dan agen-agennya, dan para

kontraktor, semuannya mendapat keuntungan besar yang akan

dapat menambah modal mereka. Pengusaha-pengusaha

Page 258: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

255

meminjam modal atau tambahan modal dari bank, segala

pembayaran dilakukan melalui bank, rakyat menengah dan

sebagian kecil rakyat hanya mendepositkan uangnya ke bank

dengan jasa yang relatife kecil, dan akumulasi uang deposito itu

digunakan bank untuk meminjamkan modal kepada pengusaha

dan pedagang besar.Demikianlah keadaanya, dengan jalan

begini justru rakyat menengah dan kecil yang konsumen itu

secara tidak langsung membantu pengembangan modal para

usahawan besar itu.

Hadist Nabi mengatakan: Artinya“orang banyak bersama-sama

memiliki atas tiga macam, yakni air, rumput dan api”

Berdasarkan hadist tersebut Sayyid Quthub berpendapat bahwa

perorangan tidak berhak memonopoli kemilikan atas tiga

macam itu, oleh sebab ketiganya memiliki kedlaruratan bagi

kehidupan bersama.Pendapatnya itu pada dasarnya sama dengan

pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang kesejahteraan

sosial :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pada zaman Rasulullah SAW, tentu yang dimaksud dengan air

adalah air untuk keperluan manusia sehari-hari dan untuk

minuman ternak, rumput adalah tempat penggembalaan ternak,

dan api adalah juga keperluan manusia sehari-hari. Tetapi

dewasa ini tentu makna dari ketiga benda alam tersebut dapat

dieprluas.Air dapat diperluas artinya mencapai sungai, danau

dan perairan yang mengandung banyak kekayaan alam seperti

ikan dan hasil tambang.Rumput berkembang maknannya hingga

meliputi areal pertanian dan perkebunan.Sedang pasal 33 UUD

1945 telah mencukupi persyaratan bagi ekonomi kesejahteraan

rakyat.

Ada satu hal yang diingatkan oleh Mahmud Syaltut, yakni

janganlah sekali-kali harta yang sebenarnya milik bersama itu

ditabdzirkan, yakni digunakan untuk hal-hal yang kurang atau

tidak bermanfaat bagi rakyat, atau diboroskan guna hal-hal yang

tidak perlu. Dan perbuatan tabzir itu dikutuk oleh Allah sebagai

perbuatan syetan.

Page 259: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

256

Sudah jelas bahwa ekonomi pembangunan kesejahteraan rakyat

sebagaimana yang dianut oleh Negara kita pasti akan menerangi

kemiskinan, dengan jalan memeratakan pembangunan,

kesempatan, kesempatan kerja dengan pembinaan keterampilan

serta membuka lapangan seluas mungkin dan melaksanakan

amalan sosial dan pelayanan kepada orang yang kurang mampu.

Pasal 34 UUD 1945 sudah jelas.

“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh

Negara.”

Al-Qur‟an dalam hai ini telah menggariskan dengan tegas

bahwa didalam harta orang-orang kaya itu terdapat bagian hak

yang menjadi hak orang fakir dan orang miskin, jadi bagian itu

harus dikembalikan kepada yang berhak.

Firman Allah dalam surat Ad Dzaariyat ayat 19: Artinya: “Dan

dalam harta mereka itu terdapat hak bagi orang-orang miskin

yang meminta dan tidak meminta.”

Oleh sebab itu maka harta mereka itu wajib disucikan, artinya

diambil bagian yang sebenarnya bukan hak mereka tetapi hak

orang miskin, untuk kemudian diserahkan kepada yang berhak.

3. Ciri Masyarakat Madani

Salah satu ciri rukun iman dalam islam meneguhkan

kesaksian bahwa Rasulullah, Muhammad SAW utusan Allah.

Beliau meninggalkan warisan sejarah kepemimpinan yang

biarpun relatif pendek tetapi telah dengan bijaksana berhasil

merumuskan kaidah-kaidah dasar bagi terwujudnya masyarakat

utama. Pada tahun-tahun pertam kurun Madinah dari masa

kerasulannya, dengan memperhatikan keragaman masyarakat

yang dihadapi dipemukiman baru itu, beliau meletakkan dasar-

dasar peradaban islam. Prinsip-prinsip dasar bagi bangunan

sebuah masyarakat utama ini dituangkan dalam sebuah piagam

yang oleh ahli sejarah politik islam disebut piagam atau

konstitusi Madinah. Walaupun dokumen itu ditulis lebih dari 13

abad yang lalu, tetapi hikmah yang terkandung di dalamnnya

menurut pendapat saya masih sangat relevan sampai sekarang.

Khususnya tatkala kita hendak merumuskna patokan dasar

pembentukan masyarakat utama di Indonesia yang juga

manjemuk itu yang menjamin kesatuan bangsa dan tidak

bertentangan bahkan sangat rujuk dengan akidah islam.

Aspek pertama, yang digaris bawahi oleh Rasulullah dalam

piagam Madinah itu ialah pentingnyan persatuan umat islam

dalam kehidupan berdampingan dengan kelompok masyarakat

lain.”Kaum muslimin adalah masyarakat yang bersatu utuh,

Page 260: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

257

mereka hidup berdampingan dengan kelompok-kelompok

masyarakat lain.” Antara kaum Muhajirin yang berasal dari

warga Quraisy dan Ansor yang merupakan kelompok pengikut

Nabi dari warga asli Yastrib, ditegaskan doktrin persatuannya.

Mereka mengesampingkan kepentingan kelompok tatkala harus

menegakkan peradaban hidup berdampingan secara damai

dengan kelompok lain dalam masyarakat plural Madinah saat

itu. Komunitas islam harus diperlakukan sebagai satu kesatuan

dan tidak dilihat dalam denominasi keturunan, suku, asal dan

pengelompokkan lainnya.

Aspek kedua, adalah pentingnya gotong royong dan amanah

secara internal diantara sesame anggota kelompok dalam

kehidupan kemasyarakatan.Amalan bergotong royong dan

amanah ini hendaknya didasarkan dan berpegangan teguh pada

akidah. Apabila dalam masyarakat yang majemuk itu umat

islam menghadapi kewajiban dalam rangka kehidupan bersama

maka kewajiban itu pertama-tama hendaknya menjadi beban

bersama diantara sesame umat islam.

Aspek ketiga, adalah partisipasi dan solidaritas diantara tiap-

tiap anggota masyarakat lepas dari mana ia berasal, suku, agama

dan puak dimana ia mengidentifikasikan dirinya. Mereka bahu-

membahu dalam menegakkan bangunan peradaban baru di

Madinah, yaitu bangunan masyarakat utama yang hendak dijaga

bersama itu.

Artinya:“jaminan Allah hanya satu, Allah berada dipihak

mereka yang lemah dalam menghadapi yang kuat.” Karena itu

adalah menjadi kewajiban anggota masyarakat utama untuk

membela si lemah dalam menghadapi kemungkinan penindasan

dari pihak yang lebih kuat, sepanjang hal itu dilakukan demi

keadilan, kebenaran dan tegaknya akidah.

Aspek keempat, adalah persamaan hak dan kewajiban serta

perlindungan hokum bagi anggota masyarakat

utama.”seseorang muslim dalam pergaulannya dengan pihak

lain, adalah perlindungan bagi muslim yang lain.” Aspek ini

berkaitan erat dengan pentingnya penciptaan perdamaian, yang

ditegakkan berlandasan asas persamaan dan keadilan itulah

maka perdamaian abadi yang hendak diwujudkan dalam

masyarakat utama memiliki landasan untuk diteggakan.

Aspek kelima, adalah otonomi kelompok sangat dihormati dan

dijaga. Biarpun hanya muslim yang taat adalah yang terbaik dan

yang benar dihadapan Allah, tetapi anggota kelompok atau

kelompok lain di luar muslim diseyogyakan tidak saling untuk

Page 261: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

258

mencampuri atau turut memberi penilaian, demikian pula

sebaliknya.

Aspek keenam, adalah tegaknya prinsip kedaulatan hokum yang

ditegakkan atas landasan keadilan dan kasih sayang.Segala

perbedaan pendapat hendaknya bisa selesaikan menurut saluran

hokum, yang dijaman itu diungkapkan dengan rujukan Allah

dan Muhammad, Al-Qur‟an dan Sunnah. “bila kami sekalian

berbeda pendapat dalam sesuatu hal, hendaknya perkaranya

diserahkan kepada ketentuan Allah dan Muhammad.” Dimensi

keadilan dalam masyarakat utama juga ditegaskan bahwa

kedaulatan hukum tidak memandang asal, suku, agama dan

puak si pelaku pelanggaran atau kejahatan dan hukum di

tegakkan tidak pandang bulu. “setiap muslim…tidak

diperkenankan membela dan melindungi kejahatan”. Dalam

Masyarakat utama, menurut teladan yang diletakkan Rasulullah

di Madinah itu tidak dikenal dosa turunan dan dosa

kelompok.Artinyaa perbuatan kejahatan dan pelanggaran adalah

sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelakunya saja. “bila

diantara mereka ada yang melakukan aniaya atau dosa…. Maka

akibatnya akan ditanggung oleh diri dan warganya sendiri.”

Tidak bisa anak dan keturunannya harus turut menanggung

konsekuensi hukum karenannya. “seseorang tidak dipandang

berdosa karena tidak dosa sekutunya. Dan orang teraniaya

mendapat pembelaan.”

Aspek ketujuh, adalah kerjasama dan koordinasi antara umat

islam dan non muslim dibenarkan, bahkan diajurkan dalam

menghadapi tantangan bersama dan untuk mewujudkan

kepentingan dan kebaikan bagi dua belah pihak. “kaum yahudi

dan kaum Muslimin” akan membela satu dengan yang lain

dalam menghadapi pihak yang memerangi kelompok-kelompok

masyarakat yang menyetujui piagam perjanjian ini.

Aspek kedelapan, adalah egaliterianisme dalam cara pandang

hukum dan etika kemasyarakatan di masyarakat dengan

peradaban baru madaniyah itu.Antara pemimpin dan pengikut

tidak dibedakan dalam perlakuan dan pengakuan atas hak dan

kewajiban individual maupun kelompoknya. “sekutu (hamba

sahaya) Bani Tsalabah tidak berbeda dengan Bani Tsalabah

sendiri. Kelompok-kelompok keturunan yahudi tidak berbeda

dengan yahudi itu sendiri.” Adapun patokan umum dalam

pergaulan kemasyarakatan utama ini adalah kewajaran,

kelayakan, proporsionalitas dan resiprositas

Page 262: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

259

Aspek kesembilan, adalah adanya saling mendukung dan

menjaga agar kesepakatan-kesepakatan sosial maupun hukum

yang telah dibuat antara kelompok-kelompok masyarakat yang

majemuk itu dapat ditegakkan dan dilaksanakan.Apabila ada

perbedaan pendapat, sekali lagi tatanan masyarakat ini memilih

lembaga arbitase berdasarkan hukum Allah dan sunah

Muhammad. “sesuatu peristiwa atau perselisihan yang terjadi

diantara pihak-pihak yang menyetujui piagam ini diselesaikan

atas ajaran Allah dan utusan-Nya. Keputusan-keputusan yang

diambil dalam mahkamah arbitrase ini dipilih yang paling

memberi pada anggota masyarakat dan yang paling membawa

kebijakan bagi semua.Tidak ada suku atau golongan yang

memperoleh perlakuan istemewa dalam sengketa ini.Bahkan

“dalam hubungan ini, warga yang berasal dari Quraisy (pun)

dan warga lain yang mendukungnya, tidak akan mendapat

pembelaan”, (untuk menurut perlakuan istimewa tadi).

Aspek kesepuluh, adalah penegasan bahwa dalam masyarakat

utama Madinah yang baru itu, penyelesaian segala macam

sengketa hendaknya ditempuh dengan cara-cara damai lewat

musyawrah. “Bila mereka diajak berdamai dan memenuhi

ajakan itu… maka perdamaian itu dianggap sah.”

Aspek kesebelas, dan terakhir adalah penghargaan pada

perlindungan atas mutu lingkungan hidup dan keasilan budaya

serta social fabrics yang ada di wilayah asli Madinah. “daerah-

daerah Yathrib terlarang, perlu dilindungi dari setiap ancaman,

demi untuk kepentingan penduduknya.”

Menurut H.A.R Tilaar (1999:158) Ciri-ciri Masyarakat

Madani terdapat empat ciri, yaitu:

a. Kesukarelaan. Artinya suatu masyarakat madani bukanlah

merupakan suatu masyarakat paksaan atau karena indokrinasi.

Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan pribadi

bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama

yang sangat besar untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi sangat kuat karena

diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan keinginan

tersebut.

b. Keswasembadaan. Seperti kita lihat keanggotaan yang suka

rela untuk hidup bersama tentunya tidak akan

menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dia tidak

tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada

lembaga-lembaga atau organisasi. Setiap anggota mempunyai

harga diri yang tinggi, yang percaya akan kemampuan sendiri

Page 263: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

260

untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu yang

berkekurangan. Keanggotaan yang penuh percaya diri tersebut

adalah anggota yang bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri dan terhadap masyarakat.

c. Kemandirian tinggi terhadap negara. Berkaitan dengan cirri

yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani adalah

manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung

kepada pemerintah orang lain termasuk negara. Bagi mereka,

negara adallah kesepakatan bersama sehingga tanggung jawab

yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga tuntutan dan

tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah negara

yang berkedaulatan rakyat.

d. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.

Hal ini berarti suatu masyarakat madani adalah suatu

masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara

kesatuan.

Isilah “Civil Sociaty” bisa disepadankan dengan istilah

“masyarakat madani”, acuannya adalah masyarakat demokratis

di Madinah Sukidi yang dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:160)

terdapat sepuluh prinsip dasar yang tercantum dalam Piagam

Madinah, yaitu:

1) Prinsip kebebasan beragama.

2) Prinsip persaudaraan seagama.

3) Prinsip persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama.

4) Prinsip saling membantu yang setiap orang mempunyai

kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat.

5) Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga negara terhadap

negara.

6) Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara.

7) Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan

kebenaran tanpa pandang bulu.

8) Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman

pada keahlian dan kebenaran.

9) Prinsip perdamaian dan kedamaian. Hal ini berarti

pelaksanaan prinsip-prinsip masyarakat madaniah tersebut

tidak boleh mengorbankan keadilan dan kebenaran.

10) Prinsip pengakuan hak atas setiap orang atau individu. Prinsip

ini adalah pengakuan terhadap kehormatan atas hak asasi

setiap manusia.

4. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani.

Dalam kontek masyarakat Indonesia, dimana umat Islam adalah

Page 264: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

261

mayoritas, peranan umat Islam untuk mewujudkan masyarakat

madani sangat menentukan. Kondisi masyarakat Indonesia

sangat bergantung pada kontribusi yang diberikan oleh umat

Islam. Peranan umat Islam itu dapat direalisasikan melalui jalur

hukum, sosial-politik, ekonomi dan yang lain. Sistem hukum,

sosial-politik, ekonomi dan yang lain di Indonesia, memberikan

ruang untuk menyalurkan aspirasi secara kontruktif bagi

kepentingan bangsa secara keseluruhan. Permasalahan pokok

yang masih menjadi kendala saat ini adalah kemampuan dan

konsistensi umat Islam Indonesia terhadap karakter dasarnya

untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara melalui jalur-jalur yang ada. Sekalipun

umat Islam secara kuantitatif mayoritas, tetapi secara kualitatif

masih rendah sehingga perlu pemberdayaan secara sistematis.

Sikap amar ma‟ruf nahi munkar juga masih sangat lemah. Hal

ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena sosial yang

bertentangan di semua sector, kurangnya rasa aman, dan lain

sebagainya. Bila umat Islam Indonesia benar-benar

mencerminkan sikap hidup yang Islami, pasti bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera.

Page 265: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

262

BAB XII

EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam

Secara harfiah kata ekonomi, yang digunakan dalam Bahasa

Indonesia, berasal dari Bahasa Yunani yang berarti mengatur urusan

rumah tangga. Secara istilah, ekonomi merupakan suatu bidang kajian.

Dalam kamus Besar Indonesia, ekonomi didefinisikan kepada “ilmu

mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang

serta kekayaan” (Depdikbud.1990;220). Kegiatan ekonomi

berhubungan dengan pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan lain

sebagainya. Manusia dalam menjalani kehidupan ini, baik sebagai

individu maupun sosial, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi

tersebut. Bahkan, aktivitas manusia sehari-sehari merupakan kegiatan

ekonomi itu sendiri. Berkaitan dengan itu, maka ekonomi menjadi

suatu bidang ilmu pengetahuan yang memfokuskan kajiannya pada

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan produksi, distribusi,

pemakaian barang, dan keuangan. Sebagai suatu ilmu, ekonomi

memberikan panduan kepada manusia bagaimana memperoduksi,

mendistribusi, dan memakai barang atau keuangan sehingga

mendatangkan keuntungan kepada pelakunya.

Perbincangan di atas adalah pengertian ekonomi secara umum.

Jika dikaitkan dengan Islam menjadi “ekonomi Islam”, maka ia dapat

didefinisikan kepada “ilmu yang mengkaji tentang cara mengurus dan

memperoduksi sumber-sumber ekonomi untuk barang yang dibutuhkan

manusiaberdasarkan nilai-nilai Islam (al-Dabur. 2008;16)”. Kajian-

kajian ekonomi tidak hanya berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas

yang dilakukan manusia dalam mengelola barang atau uang sehingga

mensejahterakan kehidupannya, tetapi juga berkaitan dengan etika yang

mesti dipedomani dalam rangka menjalankan aktivitas tersebut. Etika

dalam menjalankan aktivitas ekonomi itu adalah nilai-nilai Islam yang

mesti dipatuhi dalam kegiatan ekonomi.

Sebagai suatu bidang kajian, ekonomi Islam adalah pandangan

Islam tentang produksi, distribusi, dan pemakaian barang atau

kekayaan, baik yang berkaitan dengan penglolaan dan

pengembangannya maupun berkaitan dengan etika yang mesti dipatuhi

dalam pengelolaan tersebut. Artinya, ekonomi Islam tidak hanya

berkaitan dengan etika dalam berusaha mencari kesejahteraan hidup

tetapi ia juga memperbincangkan tentang bagaimana mengelolanya.

Hal itu banyak diperbincangkan dalam fiqih muamalah, misalnya

kerjasama dalam bidang pertanian seperti musaqah dan muzara`ah,

atau kerjasama dalam bidang perdagangan seperti syirkah dan

Page 266: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

263

mudharabah. Selain itu, Islam mengatur pula etika dalam kerjasama

tersebut; apa yang boleh atau pantas dilakukan dan apa yang tidak

pantas dilakukan. Inilah di antara perbedaan ekonomi Islam dengan

ekonomi konvensional, dimana ekonomi konvensional kalaupun ada

etika dalam menjalankan usaha namun etika hanyalah kesepakatan

antara para pelaku ekonomi. Etika ekonomi Islam bukan saja

kesepakatan antara pelaku ekonomi saja, tetapi yang paling penting

adalah aturan-aturan ilahiah yang mesti dipatuhi dalam kegiatan

ekonomi tersebut.

Islam sebagai agama rahmatan li al-`alamin memberikan

bimbingan kepada manusia mengenai tatacara berinteraksi antar sesama

manusia dalam kegitan ekonomi. Hal itu dalam hukum Islam (fiqih)

dibahas dalam Fiqih Muamalah, yaitu suatu bidang kajian keislaman

yang khusus membahas tentang akttivitas perekonomian tersebut,

seperti jual beli, kerjasama dalam bidang perdagangan, kerjasama

dalam bidang pengolahan lahan, dan lain sebagainya. Selain itu,

perbincangan Islam tentang ekonomi juga berkaitan dengan etika atau

aturan islami yang mesti diikuti dan dipatuhi oleh pelaku ekonomi

tersebut. Dimana kepatuhan atau ketidakpatuhan terhadap aturan-aturan

ekonomi islami berdampak terhadap pelakunya, baik positif maupun

negatif. Dampak itu ada yang bersifat material dan ada pula immaterial,

serta di dunia dan di akhirat. Maka pertimbangan dan standar dalam

kegiatan ekonomi tidak hanya keuntungan material semata tetapi yang

terpenting lagi adalah keuntungan immaterial, berupa keharmonisan

antara sesama pelaku ekonomi atau sesama manusia, keberkahan harta,

pahala, dan keridhaan Allah. Untuk itu, pelaku bisnis islami tidak akan

merasa rugi jika dia harus merelakan miliknya kepada orang lain tanpa

mendapat keuntungan material. Alquran mengajarkan :

Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka

berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan

(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari

yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.

Page 267: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

264

Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap

apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya

(QS.2;280-281).

Ayat di atas mengambarkan etika menagih piutang dalam

kegiatan ekonomi atau etika pelaku bisnis dengan kliennya. Ayat 281

menegaskan, ada dua altenatif yang mestinya dipilih oleh orang yang

berpiutang ketika orang yang berhutang tidak mampu membayar

hutangnya setelah jatuh tempo, yaitu pertama memperpanjang masa

jatuh tempo sampai orang yang berhutang mampu membayarnya.

Alquran menyebutnya dengan ungkapan فظسة ا سسة(maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan). Jadi, orang yang berpiutang tidak

boleh mamaksa orang yang belum mampu membayar hutangnya.Kedua

membebaskan orang yang berhutang itu dari hutangnya, bahkan itu

lebih baik. Hal itu tergambar dalam penggalan ayat وا حصدلىا خس ى ا

Dan menyedekahkannya, lebih baik bagimu, jika kamu)وخ حؼى

mengetahui). Pelaku bisnis dianjurkan agar membebaskan atau

mengurangi jumlah hutang orang yang berhutang kepadanya, sikap ini

adalah hal terbaik yang sepantasnya dilakukan oleh orang-orang yang

berhutang.

Ayat 281 surat al-Baqarah sebagai kelanjutan ayat 280 di atas,

lebih menarik lagi, memberikan peringatan sebagai bimbingan kepada

pelaku bisnis. Bahwa, harta benda dunia yang dicari dalam kegiatan

bisnis tidak akan lama, semua pasti berakhir dan semua akan kembali

kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan segala kegiatannya di

dunia. Selanjutnya, semua kegiatan itu pasti akan dibalas, termasuk

perilaku dan sikap pelaku bisnis terhadap kliennya. Keyakinan akan

danya balasan atas segala aktivitas yang dilakukan oleh pelaku bisnis

dapat membatasi ambisi materi seseorang.

Kegiatan ekonomi hal yang sangat vital. Dalam kehidupan sehari-

hari ekonomi merupakan sumbu yang dikelilingi kehidupan sosial

individu dan masyaratkat (Abu Saud.1991;11). Karena begitu vitalnya

ekonomi dan ia sebagai sumbu kehidupan, maka keunggulan seseorang

selalu diukur dengan kesejahteraan ekonominya. Bahkan, kemajuan

suatu bangsa juga diukur dengan pertumbuhan dan pendpatakan

ekonomi bangsa tersebut.Dalam perspektif Islam kesejahteraan

ekonomi memang sangat penting, karena aktivitas manusia termasuk

beribadah sangat tergantung kepada kesejaheraan ekonomi.Alquran

mengingatkan manusia betapa bahayanya meninggalkan anak

keturunan yang lemah termasuk kelemahan ekonomi. Allah berfirman;

Page 268: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

265

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab

itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan perkataan yang benar (QS.4;9).

Ayat ini mewanti-wanti umat Islam tentang anak-anak yang

ditingggalkan agar jangan sampai lemah ekonominya (Abu

Saud.1991;11). Walaupun Islam sangat mementingkan kesejahteraan

ekonomi, tetapi ia bukan tujuan. Dia hanya alat kehidupan, bukan

tujuan hidup. Maka oleh karena itu, meraih kesejahteraan ekonomi

bukan akhir pergulatan hidup, ia adalah tangga untuk mencapai ridha

Allah. Aktivitas bisnis tidak mata-mata untuk meraih keuntungan

material, tetapi juga keuntungan immaterial. Dalam kegiatan pencarian

keuntungan material itu mesti berorientasi kepada keuntungan

immaterial, yaitu pahala, ridha Allah, dan kebahagiaan abadi kelak di

akhirat, dimana kebahagiaan itu berkaitan dengan kegiatan bisnisnya

di dunia ini.

B. Azas dan Dasar Ekonomi Islam

Perbincangan di atas secara tidak langsung mengambarkan hal-

hal yang mendasari kegiatan ekonomi dalam perspektif Islam, yaitu

perpaduan material dan spiritual.Sebagai kegiatan material, aktivitas

ekonomi yang dijalani seseorang tidak boleh hanya atas pertimbangan

keuntungan material semata.Keuntungan meterial dari kegiatan

perekonomian mestilah tidak bertentangan dengan keuntungan

spiritual, dan bahkan tidak hanya bertentangan tetapi mestinya

berkontribusi terhadap keuntungan spiritual tersebut. Proses kerja

dalam mendapatkan uang mestinya bersih dari hal-hal yang merugikan

kebutuhan spiritual.

Islam mengingatkan umatnya agar tidak terlibat dalam

penumpukan harta dalam keserakahan. Islam melarang mengumpulkan

harta untuk berpoya-poya dan kebanggaan. Harta yang didapat

mestinya juga mempunyai fungsi sosial. Ekonomi Islam menekankan

pada pemenuhan kebutuhan material pribadi dan sosial, dengan

terpenuhinya kebutuhan material itu maka kegiatan spiritual semakin

aktif sehingga manusia menjadi hamba yang shaleh, baik secara

vertikal maupun horizontal. Banyak ayat Alquran yang mengecam

Page 269: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

266

orang-orang yang menumpuk harta secara monopoli dan kebanggaan.

Dalam surat al-Takatsur ditegaskan:

Artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu

masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan

mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

Ayat ini melarang manusia bermegah-megahan, yaitu dengan

berlomba-lomba dalam memperbanyak harta sehingga melalaikan

manusia dari ketaatan bahkan terkadang tidak memperdulikan

kebersihan harta tersebut. Dalam surat al-Humazah dijelaskan pula;

Artinya: Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang

mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa

hartanya itu dapat mengkekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya

dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.

Sebagai bagian dari ajaran Islam, ekonomi Islam dikonstruksi

atas dasar Alquran, dan sunnah. Teori ekonomi Islam terbentuk

berdasarkan ketentuan Alquran dan sunnah mengenai persoalan

ekonomi itu, baik pengelolaan maupun etika dalam pengelolaannya.

Hammad bin Abd al-Rahman mengemukakan, bahwa ekonomi Islam

itu adalah kumpulan dasar-dasar umum yang diambil dari Alquran dan

Sunnah Nabi untuk menkonstruksi ekonomi, dimana kita berpijak atas

dasar itu mengurus lingkungan sepanjang masa. Tetapi, selain Alquran

dan sunnah ekonomi Islam juga dapat dikonstrusi berdasarkan ijtihad

atau hasil penelitian pada pakar. Islam menggalakkan upaya

pengembangan dan pengelolaam ekonomi, walaupun hal itu tidak

dijelaskan dalam Alquran dan Sunnah, dengan syarat tidak

bententangan dan prinsip-prinsip etika ekonomi yang telah ditetapkan

dalam Islam.

Ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi sosialis dan

kapitalis. Islam mengakui kepemilikan pribadi atau perorang, seperti

dalam sistem ekonomi kapitalis, tetapi Islam juga menekankan fungsi

sosial pada harta yang mesti dikeluarkan oleh pemiliknya. Perbedaan

Page 270: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

267

ekonomi Islam dengan sosialis dan kapitalis tidak hanya terletak pada

sistem kepemilikan tetapi juga sistem nilai. Ekonomi Islam dibangun

dan dijalankan atas nilai atau etika yang harus dipatuhi oleh semua

pelaku kegiatan ekonomi. Islam memiliki aturan mengenai produksi,

sehingga barang-barang tertentu tidak boleh diproduksi. Barang-barang

yang dapat merusak, misalnya, seperti minuman keras tidak boleh

diproduksi. Bahkan, barang yang halal pun tidak boleh dijual kepada

orang yang diyakini akan digunakannya untuk berbuat yang haram,

seperti menjual ayam jantan kepada orang yang akan menggunakannya

sebagai media untuk berjudi.Islam memiliki aturan tentang pengelolaan

dalam pengembangan usaha dan keuntungan, sehingga bentuk-bentuk

pengelolaan dan sistem pencarian keuntungan yang tidak boleh

dilakukan seperti larangan sistem transaksi ribawi, judi, memperoduksi

barang-barang haram, sistem monopoli dengan menumpuk barang

(ihtikar), dan lain sebagainya. Aturan-aturan itu dibuat atas

kepentingan keharmonisan umat manusia. Aturan dan nilai-nilai yang

harus dipatuhi dalam aktivitas ekonomi itu didasarkan atas petunjuk

Alquran dan Sunnah.

C. Karakteristik dan Tujuan Ekonomi Islam

Karena dasarnya Alquran dan Sunnah serta ijtihad para ahli

berdasarkan Alquran dan Sunnah itu, maka ekonomi Islam memiliki

karakteristik tersendiri yang tidak terdapat dalam sistem ekonomi

lainnya, khususnya ekokomi sosialis dan kapitalis. Di antara

karakteristik ekonomi Islam itu adalah ketuhanan, kemanusiaan, dan

komprehensif.

Karakter ketuhanan yang menjadi ciri khas ekonomi Islam

bermakna bahwa yang mendasari kegiatan ekonomi Islam itu adalah

hal-hal yang bersifat ilahiah, berperoses dalam ridha Tuhan, dan

menuju Tuhan. Aktivitas ekonomi Islam yang dilakukan seseorang

berangkat dari niat dan motivasi yang tulus, yaitu Allah. Pelaku

ekonomi menyadari kegiatannya memproduksi atau usaha yang

dilakukannya merupakan ibadah kepada Allah. Motivasinya dalam

bekerja tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi

juga bernilai ibadah ghairu mahdhah. Dorongannya dalam bekerja tidak

hanya tidak hanya motivasi biologis semata, tetapi juga motivasi

teologis. Dengan demikian, walaupun dia gagal,misalnya, dalam

mendapat keperluan biologis dalam bekerja namun keperluan

tiologisnya tidak pernah gagal. Seorang muslim yang berhasil dalam

usahanya, pada hakikatnya dia mendapatkan dua imbalan yaitu material

berupa barang yang diharapkan dan immaterila berupa pahala atau

ridha Allah. Maka tidak ada usaha seorang muslim yang gagal total,

Page 271: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

268

menimal dia mendapatkan satu hasil yaitu penghargaan dari Allah

berupa pahala.

Peroses kegiatan ekonomi Islam juga bersifat ketuhanan. Artinya,

tidak ada kegiatan ekonomi yang melanggar ketentuan syari`at, baik

ketentuan syari`at yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi itu sendiri

maupun ketentuan lainnya. Seorang muslim dalam kegitan ekonominya

tidak hanya dilarang melakukan segala bentuk transaski yang

melanggar syari`at, tetapi juga dilarang mengurangi ibadah mahdhah

atas alasan sibuk bekerja dan berusaha.

Sifat ketuhanan (rabbaniyah) melekat pada teori dan peraktik

ekonomi Islam. Secara teoritis, ekonomi Islam dikonstruksi

berdasarkan syari`at ilahi sehingga ia dinisbatkan kepada Allah; inilah

sistem ekonomi dari Tuhan untuk hamba-Nya. Dan secara peraktis,

kegiatan ekonomi itu dijalankan berorientasi kepada Tuhan. Tuhan dan

ridha-Nya yang menjadi tujuan utama, hasil produksi dan keuntungan

atau peningkatan hasil usaha hanya merupakan sarana untuk mencari

ridha-Nya. Maka pelaku ekonomi tidak berhenti pada tercapainya

keuntungan atau hasil yang diharapkan, tetapi dia mesti mengelola

keuntungan itu menjadi media yang dapat menyampaikannya kepada

Tuhan.

Selain rabbaniyah, ekonomi Islam juga bercirikan al-insaniyah

(kemanusiaan). Ia bertujuan menciptakan kehidupan manusia yang

aman dan sejahtera (Qardawi. 1997;57). Ia memberikan kebebasan

kepada manusia untuk berusaha, memproduksi barang-barang yang

diperlukan, dan melakukan transaksi. Tetapi kebebasan itu ada batasan-

batasan yang tidak boleh dilanggar, karena bertentangan dengan

kebebabasan, kesejahteraan, atau ketenangan orang lain. Justru itulah,

dalam ekonomi Islam dilarang ihktikar, menjual barang yang telah

terjual (bay` al-sum `ala al-sum) di mana penjual dan pembeli pembeli

pertama telah sepakat (Malaybari Jilid III. t.th;25), mengurangi

timbangan, dan tindakan lainnya yang dapat merugikan orang lain.

Komprehensipnya ekonomi Islam terlihat pada perhatiannya

terhadap segala aspek keperluan manusia, yang meliputi keperluan

material dan immaterial.Keperluan material terlihat pada kebebasan

dan dirorongan Alquran dan sunnah Nabi terhadap umatnya agar

berusaha untuk memenuhi keperluan material tersebut. Tetapi dalam

pencarian keperluan material tersebut, pelaku ekonomi perlu

mempertimbangkan keperluan immaterialnya, yaitu kebahagiaan ruhiah

baik dalam hidup ini maupun dibalik kehidupan ini, dengan tidak

melepaskan segala aktivitasnya dari kebahagiaan ruhiah tersebut. Allah

berfirman :

Page 272: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

269

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik

kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan(QS. 28;77).

Ayat ini dengan tegas menjelaskan dua sisi yang seharusnya selalu

menjadi pertimbangan manusia dalam menjalani kehidupan, khususnya

menjalankan aktivitas ekonomi. Dua sisi itu adalah dunia dan akhirat.

Kedua hal ini terintegrasi dan berpadu dalam segala kegiatan manusia.

Bahkan, semua kegiatan ekonomi berorientasi kepada akhirat.

Persoalan akhirat mesti menjadi perhatian utama oleh para pelaku

ekonomi.Islam sebagai agama mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi

mestinya berkontribusi positif terhadap keperluannya kelak di akhirat.

Maka semua bentuk atau pola ekonomi yang mendatang efek negatif

kelak di kahirat mestinya dihindari.

Karakteristik ekonomi Islam yang telah dijelaskan di atas sesuai

dengan tujuannya, yaitu mewujudkan kenyamanan, ketenangan, dan

kesejahteraan. Sebab kecukupan keperluan hidup, yang diperoleh

melalui usaha dan bekerja, merupakan salah satu sarana yang dapat

mengantar kepada ketenangan dan kenyamanan itu walaupun bukan

satu-satunya sarana. Kenyaman dan kesejahteraan yang diperlukan

manusia adalah kenyamanan dan kesejahteraan material dan

immaterial, maka perpaduan pertimbangan duniawi dan ukhrawi

menjadi dua hal yang tidak terpisahkan dalam transaksi, produksi, dan

segala jenis kegiatan ekonomi.Inilah istimewanya ekonomi Islam yang

bertujuan mengantarkan manusia kepada dua sisi kenyamanan itu.

Tujuan ekonomi Islam sejalan dengan maqashid al-syari`ah,

yaitu dar`u al-mafasid (menekan atau menghindari kerusakan) dan

jalbu al-mashalih (meraih kemaslahatan). Maka segala transaksi,

produksi, atau aktivitas ekonomi yang mendatangkan kerusakan adalah

terlarang dalam Islam. Dan segala transaksi, produksi, atau aktivitas

Page 273: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

270

yang mendatangkan kemaslahatan adalah dianjurkan dalam Islam.

Maksud transaksi atau produksi yang mendatangkan kerusakan disini

adalah dampak negatif terhadap agama, harta, jiwa, akal, dan

kehormatan. Demikian pula kemaslahatan, ia merupakan efek baik atau

maslahah yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi tersebut terhadap

agama, harta, jiwa, akal, dan kehormatan tersebut.

D. Lembaga Ekonomi Islam

Lembaga ekonomi adalah suatu institusi yang berfungsi

mengelola ekonomi umat. Dizaman Rasulullah dan Khulafa`ur

Rasyidin terdapat beberapa sumber keuangan, yaitu harta ghanimah, al-

fay`, jizayah, dan zakat. Keuangan ini dikelolah dipungut dan

distribusikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Pada

zaman Nabi, lembaga yang mengelolah keuangan dari sumber-sumber

tersebut adalah baytul mal dan wilayah al-hizbah.Baytul mal berfungsi

menyimpan harta kekayaan negara yang bersumber dari sumber-

sumber yang telah disebutkan di atas, dan mendistribusikannya sesuai

dengan ketentuan Alquran dan sunnah Nabi. Sedangkan wilayah al-

hizbah berfungsi sebagai lembaga pengontrol, kegiatan bisnis yang

terlarang seperti monopoli.

Nabi Muhammad ditugasi Allah mengambil zakat dari orang-

orang kaya, yang memiliki harta yang sudah sampai nisab. Allah

berfirman :

Artinya; Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS.

9;103).

Selain memungut zakat, Nabi juga mengumpulkan harta ghanimah dan

jizyah yang kemudian didistrubusikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya.

Lembaga ekonomi dan keuangan tumbuh dan berkembang

dengan pesat sesuai dengan perkembangan sians dan peradaban.

Demikian pula lembaga ekonomi Islam, ia tumbuh dan berkembang

melalui pengkajian-pengkajian terhadap fenomena sosial

kemasyarakatan dan kebutuhan umat, yang tentu saja didasarkan atas

Alquran dan sunnah Nabi. Sehingga bermunculanlah lembaga-lembaga

Page 274: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

271

ekonomi Islam. Di antara lemabaga itu, pada suatu sisi, mengadopsi

lembaga ekonomi konvensional khususnya istilah yang digunakan,

seperti bank, deposito, dan lain sebagainya. Tetapi dalam peroses dan

produk-produk yang dihasilkan menampakkan karakteristiknya

tersendiri. Karena lembaga ekonomi Islam itu tidak menggunakan

sistem riba, maka proses dan produk yang bernuansa riba dan hal-hal

terlarang lainnya tidak gunakan dalam pengelolaan lembaga ekonomi

Islam tersebut.

Di antara lembaga ekonomi Islam itu adalah perbankan, Baytul

Mal wa l-Tamwil (BMT), rumah zakat, ansuransi takaful, dan lain-lain.

Sistem perbankan Islam berkembang sangat pesat, ia tidak hanya

tumbuh di negara-negara Islam tetapi juga banyak terdapat di negara-

negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Di Indonesia,

terdapat Bank Mu`amalah, Syaria`h Mandiri, dan lain sebagainya.

Bank-bank ini memperoduksi berbagai program pengembangan

keuangan sesuai dengan ekonomi Islam, seperti mudharabah dan

deposito yang dikelolah secara islami.

E. Riba dalam Pandangan Islam

Secara bahasa, kata riba terbentuk dari kata raba, yarbu yang

bermakna zadaatau ziyadah yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia kepada bertamabah. Disebutnya riba itu dengan riba

(penambahan atau bertambah), karena memang transaksi ribawi

memberikan penambahan kepada orang yang memberi piutang oleh

orang yang berhutang dengan ada perjanjian sebelumnya. Said Sabiq

memaknai riba itu sebagai suatu tambahan dari jumlah hutang (ra`su

al-mal), baik sedikit maupun banyak (Sabiq.1983;176).

Transaksi riba merupakan kegiatan ekonomi yang diharamkan

Allah. Dalam surat al-Baqarah ayat 276 dijelaskan;

Artinya; Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,

adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual

beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),

maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang

kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya.

Page 275: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

272

Ayat ini mengambarkan azab yang akan ditimpakan kepada pelaku

transaksi riba, yaitu dia akan dibangkitkan dari kuburnya dalamkeadaan

sempoyongkan seperti orang gila. Mereka menganggap riba itu sama

dengan jual beli, sama-sama memperoleh dan mencari keuntungan.

Padahal riba jauh berbeda dengan jual beli, justru jual beli itu

dihalalkan sedangkan riba diharamkan.

Perbincangan Alquran tentang haramnya riba lebih tegas terdapat

dalam surat al-Baqarah ayat 278;

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang

yang beriman.

Dalam ayat ini terdapat kata perintah yaitu zaru (tinggalkanlah) yang

ditujukan kepada orang-orang mukmin, agar mereka meninggalkan

pekerjaan memungut sisa riba yang belum dipungut. Dan akhir ayat

mengaitkan perintah itu dengan keimanan. Hal ini bermakna begitu

eratnya kaitan keimanan dengan meninggalkan transaksi ribawi.

Kesempurnaan iman bergantung kepada kepatuhan orang terhadap

perintah yang terkandung dalam ayat tersebut. Transaksi ribawi tidak

hanya diharamkan dalam syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad

saw, tetapi juga diharamkan dalam agama samawi lainnya yaitu Yahudi

dan Nasrani(Sabiq.1983;176). Alquran menegaskan haramnya transaksi

riba bagi ahlulu kitab (Yahudi dan Nasrani):

Artinya: Dan disebabkan mereka (Ahl al-Kitab) memakan riba,

padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena

mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami

telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu

siksa yang pedih(QS. 4; 161).

Agama samawi mengharamkan riba karena transaksi ribawi itu

dapat mengganggu keharmonisan hubungan antar manusia. Said Sabiq

menyebutkan beberapa hikmah pelarangan riba tersebut, yaitu :

Page 276: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

273

1. Riba dapat menyebabkan permusuhan antar pribadi dan

menghancurkan semangat saling tolong menolong

2. Riba itu dapat menimbulkan malas bekerja. Para rentener merasa

tidak perlu bekerja karena uangnya terus bertambah melalui bunga

pinjaman. Padahal Islam sangat mendorong umatnya agar

berusaha.

3. Riba itu merupakan sarana penjajahan ekonomi, sehingga orang

kaya semakin kaya dan yang miskin sulit bangkit dari

kemiskinannya.

4. Islam mengajak manusia agar memberi hutang yang kepada

saudaranya, yang sangat membutuhkan. Bukan justru

memanfaatkan kesulitan yang sedang dialaminya.

Terdapat beberapa transaksi keuangan atau jual beli barang yang

tergolong kepada transaksi riba, yang sangat dilarang dalam Islam.

Berdasarkan bentuk-bentuk transaksi itu para ulama membuat kategori

riba. Para ulama berbeda dalam membuat kategori riba tersebut.

Zainuddin al-Malaybari membaginya kepada empat macam, yaitu riba

fadhal, riba qaradh, riba yad, dan riba nasa` (al-Maybari.t.th;68).

1. Riba fadhal adalah menukar antara benda sejenis, dimana satu di

antara pelaku harus melebihkan jumlah barang yang diberikan

kepada yang lain.

2. Riba qaradh ialah suatu transaksi antara seorang pemilik modal

dengan peminjam yang memnetapkan suatu persyaratan dimana

pemiliki modal mendapatkan tambahan bayaran dari peminjam

dengan jumlah tertentu.

3. Riba yad ialah transaksi yang tidak timbang terima, salah satu dari

pelaku transaksi meninggalkan tempat sebelum saling menerima

atau saling menyerahkan barang yang ditransaksikan itu.

4. Sedangkan riba nasa` bermakna transaksi penukaran barang, satu

di antara pelaku transaksi menagguh bayaran sedangkan yang lain

tunai.

Berbeda dengan al-Malaybari, Said Sabiq mengkategorikan pula

riba itu kepada dua macam saja, yaitu riba nasa`i dan riba al-fadhl. Riba

nasa` adalah transaksi keuangan antara pemiliki modal yang

memberikan pinjaman kepada peminjam, dimana dalam transaksi itu

disepakati bahwa peminjam harus membayar lebih dari jumlah yang dia

pinjam sesuai kesepakatan. Sedangkan riba fadhal bermakna jual beli

uang dengan uang atau makanan dengan makanan yang salah satu dari

kedua pelaku transaksi itu menyerahkan melebihi dari jumlah yang dia

terima (Sabiq Jilid III. 1983;78).

Riba fadhal, menggunakan istilah Said Sabiq atau riba fadhal,

yad, dan nasa‟ menggunakan istilah al-malaybari, hanya terjadi pada

Page 277: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

274

transaksi makanan, emas, dan perak, seperti menukar makanan dengan

makanan atau menukar emas dengan emas. Agar tidak terjadi riba

dalam melakukan trnasaksi makanan yang sejenis, misalnya, maka

transaksi harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu kedua belah pihak

harus membayarnya tunai, saling menerima makanan yang

ditransaksikan itu, dan sama takarannya. Apabila transaksi itu

dilakukan terhadap makanan yang tidak sejenis, seperti menukar jagung

dengan padi, maka transaksi harus memenuhi dua syarat, yaitu kedua

belah pihak membayarnya secara tunai dan kedua belah pihak saling

menerima makanan itu (al-Malaybari;12).

Page 278: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

275

BAB XIII POLITIK ISLAM

A. Pengertian Politik Islam

Islam adalah agama universal, ajarannya komprehensip

mencakup segala aspek kehidupan. Tidak ada persoalan kehidupan

yang lowong dari pandangan Islam, termasuk persoalan politik. Islam

sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari Islam sebagai politik, karena

Islam mewajibkan umatnya menyampaikan dakwah, penegakan amar

ma`ruf nahi mungkar, dan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Kewajiban-kewajiban ini tidak hanya menjadi beban individual tetapi

juga beban kolektif antar semua umat Islam. Kewajiban ini tidak

mungkin dilaksanakan dengan baik tampa siasat, strategi, dan politik.

Ini bermakna politik itu sebagai media atau alat dalam penyebaran

dakwah Islam serta amar ma`ruf dan nahi mungkar tersebut.Berangkat

dari keperluan ini, Islam itu mempunyai gagasan dan pandangan

tentang bagaimana tegaknya suatu negara, seperti yang dipraktikkan

Nabi Muhammad saw dalam memimpin negara Madinah.

Politik dimaknai sebagai pengetahuan mengenai kenegaraan atau

segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara

(Dekdikbud.1990;694). Maka politik Islam bermakna “pandangan atau

gagasan Islam tentang suatu negara; bagaimana seharusnya mendirikan

dan mengurus sutau pemerintahan”. Pandangan Islam mengenai suatu

negara atau pemeritahan tidak hanya sebatas pada etika atau nilai-nilai

moral yang mesti dipedomani dalam menjalan suatu pemerintahan saja,

tetapi Islam juga mempunyai pandangan, ide, dan gagasan dalam

menyelenggaraan suatu pemerintahan. Hal itu seperti penegakan

hukum, peranan dan fungsi pemimpin suatu negara, persyaratan yang

mesti dipenuhi dalam menentukan kepala negara, dan lain sebagainya.

B. Kepemimpinan dalam Perspektif Alquran

Alquran, sebagai kitab suci dan pedoman hidup, mempunyai

kerangka berfikir yang jelas mengenai eksitensi manusia dan

aktivitas kehidupanya termasuk di antaranya pennyelenggaraan

kehidupan bernegara atau fungsi manusia menjalankan suatu

kepemimpinan. Kerangka berfikir itu tidak terlepas dari tujuan

penciptaan manusia itu sendiri, yaitu mengabdi kepada Khaliq. Alquran

menegaskan, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk

mengabdi kepada-Nya (QS.51;56). Hal ini berarti, aktivitas manusia

dalam menjalani kehidupannya tidak boleh lepas dari pengabdian atau

penyembahan kepada Tuhan. Mengabdi disini dalam arti yang sangat

luas. Ia tidak hanya berarti melaksanakan ibadah sehari-hari saja,

Page 279: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

276

seperti shalat, puasa, dan lain-lain, tetapi mencakupi segala perbuatan

manusia yang tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan

dikerjakan secara ikhlas bertujuan mencapai keridhaan Allah. Maka

kepemimpinan sebagai suatu fungsi yang dijalankan manusia mesti

dilihat sebagai salah satu daripada pengabdian kepada Tuhan.

Kata “mengabdi” terambil dari bahasa Arab, yaitu `abada, yang

secara harfiah dapat diterjemahkan kepada “menyembah” dan

“mena`ati”. Dari kata ini terbentuk pula kata “`abdun”, yang berarti

budak atau hamba sahaya yang siap sedia bila dan di mana saja

melakukan perintah majikannya. Bahkan dia terjual jika dijual, dia akan

berpindah majikan jika diberikankan kepada orang lain, dan akan

merdeka jika dimerdekakan. Inilah makna pengabdian seorang hamba

sahaya kepada majikannya. Pengabdian seorang manusia sebagai

hamba Allah harus lebih daripada itu. Dia mesti mengabdi secara fisik

dan nonfisik; secara fisik tergambar dalam ucapan serta perilaku, dan

secara nonfisik adalah ketundukan hati, jiwa, dan fikiran terhadap-Nya.

Dari kata `abada juga terbentuk kata `ibādah, yang berarti

ketaatan atau ketundukan. Secara konseptual, ketataan itu dapat dilihat

dari dua sisi; pertama ketaatan sebagai ketundukan ijbāri makhluk

secara mutlak dan konsisten kepada Khaliq, yang mana ketundukan itu

juga sekali gus menjadi tanda-tanda yang sempurna atas adanya Allah

dan kemahabesaran-Nya. Hal inilah yang selalu disebut oleh Alquran

dengan istilah sujūd. Sujud disini dalam arti mengikuti hukum alam

yang telah Allah tetapkan. Alquran menyebutkan, bahwa segala yang

ada di langit dan bumi sujud kepada Allah (QS 16;49), seperti bintang

dan pepohonan (QS 55; 6). Bahkan manusia yang ingkarpun, secara

fisik, tunduk kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. Tetapi

ketundukan dalam arti ini tidak mempunyai sebarang pembalasan bagi

makhluk yang tunduk tersebut. Maka itulah sebabnya binatang dan

tumbuhan tidak mendapatkan balasan kelak di akhirat, kerana

ketundukan mereka hanya sebatas ketundukan ijbāri. Ketundukan yang

mempunyai konsekuensi balasan itu hanyalah kepatuhan ikhtiyāri.

Pada sisi kedua, ibadah berarti ketaatan atau ketundukan

ikhtiyāri yang menjadi sifat orang-orang mukmin (Hijazi.1993;542).

Ketaatan itu merupakan pilihan bukan paksaan. Justru itu, ia tidak

kosisten dan selalu berubah bentuk dan wujudnya. Kadang-kadang ia

dikerjakan dan kadang-kadang tidak, serta kadang ia dikerjakan dengan

sungguh-sungguh dan kadang-kadang dikerjakan dalam keadaan malas

sesuai dengan kondisi jiwa orang yang mengerjakannya.

Secara umum, ibadah atau kepatuhan ikhtiyāri itu mempunyai

dua bentuk. Pertama pengabdian individual, yaitu suatu pengabdian

yang dilakukan oleh setiap individu manusia yang dalam

Page 280: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

277

pelaksanaannya tidak melibatkan orang lain, baik orang lain itu ikut

serta bersamanya ataupun tidak, pengabdian itu tetap bisa dilaksanakan.

Hal ini adalah aktivitas manusia dalam melaksanakan ibadah-ibadah

mahdhah, seperti shalat dan puasa. Pengabdian ini dapat pula disebut

dengan pengabdian dua arah, yaitu antara hamba dan Khaliq.

Bentuk ibadah ikhtiyari kedua adalah pengabdian kolektif, yaitu

suatu ibadah yang tidak dapat dilaksanakan sendiri, tetapi mesti

mengikut sertakan orang lain. Tanpa ada orang lain, ibadah dalam

bentuk ini tidak dapat dilaksanakan. Pengabdian itu ialah menjalankan

fungsi kepemimpinan. Pengabdian seperti ini merupakan pengabdian

tiga arah, yaitu pemimpin yang mengabdi, rakyat yang dipimpin, dan

Tuhan. Seorang pemimpin, dalam menjalankan fungsi

kepemimpinannya, haruslah dilihat sebagai pengabdiannya kepada

Tuhan. Dan rakyat yang dipimpin, dalam kepatuhannya terhadap

aturan-aturan yang telah disepakati, juga mesti dilihat sebagai

kepatuhannya kepada Tuhan, sebab Alquran menyuruh manusia patuh

kepada pemimpin (QS.4; 59).

Uraian di atas menunjukkan, bahwa pekerjaan memimpin itu

merupakan ibadah. Kerana ia ibadah, maka orientasi kepemimpinan

mestilah mengarah kepada kepentingan bersama, yaitu pemimpin,

rakyat, dan Tuhan. Setiap kebijakan yang diambil mestilah didasari

oleh semangat ketauhidan dan berproses dalam nuansa ilahiah serta

menuju kepada keridhaan Allah. Jika kebijakan yang diambil sudah

keluar dari ketiga hal tersebut atau salah satu daripadanya, maka

hendaklah ada suatu keritikan atau koreksi dari rakyat yang dipimpin

serta evaluasi dari pihak pemimpin. Pola kepemimpinan yang

mengikuti jalan seperti ini dapat mewujudkan kesejahteraan bagi orang

ramai.

Alquran menyebut manusia sebagai khalifah di muka bumi,

baik sebagai individu ataupun sebagai penguasa. Prediket khalifah itu

merupakan suatu tugas dan amanah yang titipkan Allah kepadanya.

Kerana ia amanah Allah, maka tentu malaksanakan dan

menjalankannya juga merupakan ibadah. Sebab dalam pandangan

Islam, bahwa segala perintah dan larangan Tuhan jika dipatuhi adalah

bernilai suatu pengabdian kepada Khaliq. Jadi, memimpin atau

memegang suatu kedudukan adalah ibadah. Justru itu, fungsi tersebut

mesti dilaksanakan dengan bersih dan kosong daripada kepentingan

pribadi dan golongan. Yang ada hanya kepentingan bersama, baik

secara material ataupun secara immaterial. Jika tidak demikian, maka

berarti poroses kepemimpinan yang dijalankan bertentangan dengan

ikhlas yang selalu dipentingkan dalam ibadah.

a. Terminologi Kepemimpinan dalam Alquran

Page 281: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

278

Terdapat beberapa istilah dalam politik Islam yang digunakan

untuk menyebut pemimpin atau penguasa, yaitu khalīfah, wali, mulk,

uli al- dan lain-lain. Istilah-istilah ini juga

digunakan Alquran, walaupun tidak semuanya bermakna penguasa.

Kata khalīfah terulang 9 kali dalam Alquran, dua kali dalam bentuk

mufrad dan tujuh lainnya dalam bentuk jamak. Selain dalam bentuk

kalimat isim (kata benda), istilah khalīfah juga diungkapkan Alquran

dalam bentuk fi`il (kata kerja), yaitu khalafa dan istakhlafa. Kata yang

terakhir ini terulang 5 kali, satu dalam shighat mādhi dan empat lainnya

dalam sighat mudhāri‟.

Istilah waliy terulang 44 kali dalam bentuk mufrad dan 34 kali

dalam bentuk jamak. Kata al-mulk, dalam berbagai sighat, terulang

pula 133 kali. Dan kata uli al-amr hanya disebutkan satu kali,

sedangkan kata sulthān dalam berbagai shighat terulang 35 kali.

Adapun istilah imam terulang 12 kali, tujuh dalam bentuk mufrad dan

lima dalam bentuk jamak.

1. Khalifah

Istilah khalīfah berasal dari kata khalafa, yang secara harfiah

berarti belakang, menggantikan, atau wakil. Berdasarkan makna harfiah

ini, maka khalīfah berarti orang yang bartindak di belakang orang lain,

pengganti, atau penerima wakil. Hijazi memaknai kata khalīfah kepada

man yakhlifuka wa yaqūmu maqāmaka. Allah menjadikan Nabi Adam

sebagai khalifah. Hal ini berarti, bahwa Allah menjadikan Adam

sebagai pengganti-Nya yang diberi tugas meng-`imarah-kan

(membangun) bumi dan menerapkan hukum-hukum ilahiah padanya

(Hijazi I 1993: 30). Jadi, khalifah adalah wakil atau pengganti Allah

memimpin bumi sesuai yang dikehendaki oleh Yang digantikan atau

Yang diwakili. Hal ini digambarkan dalam Alquran, seperti firman

Allah kepada Nabi Daud; “Hai Daud sesungguhnya Kami telah

menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi, maka hukumlah di antara

manusia dengan kebenaran (al-haqq) (Shād (38); 26). Ayat ini

merupakan wasiat Allah kepada para pemimpin agar menghukum di

antara manusia berdasarkan atas kebanaran yang berasal

daripadaNya (Ibn Kathir IV. t.th: 32). Tidak semua kata khalifah dalam

Alquran berarti penguasa, seperti yang terdapat dalam surah 28 ayat 26,

surat 6 ayat 65, dan surat 7 ayat 69.

Dengan demikian, pemimpin adalah pengganti atau wakil

Tuhan. Pemimpin atau penguasa suatu negara juga berarti pengganti

pemimpin sebelumnya; khallifah Rasul, misalnya, berarti pengganti

Rasul. Dia merupakan penerus kepemimpinan sebelumnya. (Al-

Isfihāni. 2001: 162) menegaskan, ada empat kemungkinan sebab

Page 282: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

279

terjadinya penggantian kepemimpinan, yaitu pemimpin tidak berada di

tempat, pemimpin sebelumnya meninggal, kerana ada kelemahan pada

pemimpin, dan memuliakan yang digantikan. Yang terakhir ini

bermakna, bahwa Allah menjadikan manusia sebagai wakil atau

pengganti-Nya di bumi, kerana Allah memuliakan manusia tersebut.

Jadi, jelaslah bahwa pemimpin adalah pengganti dan penerus

pemimpin sebelumnya. Dalam sejarah politik Islam dikenal, bahwa

Abu Bakar itu khalīfah al-Rasul (pengganti Rasul) dan Umar bin

Khattab pengganti Abu Bakar. Hal ini berarti, bahwa Abu Bakar mesti

meneruskan program-program yang telah dirancang pada masa Nabi,

dan Umar melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah dirintis pada

masa Abu Bakar. Tetapi pengganti boleh melakukan perbaikan atau

reformasi sesuai dengan kondisi masyarakat pada masanya, seperti

kebijakan yang dilakukan pada masa Abu Bakar yang tidak dilakukan

di masa Nabi. Demikian pula, kebijakan Umar yang tidak popular pada

masa Abu Bakar. Namun perlu menjadi catatan, bahwa perubahan yang

dilakukan tidak boleh didasarkan atas kepentingan segelintir orang,

atau bahkan politik balas dendam. Perubahan hanya boleh dilakukan

atas kepentingan bersama atau kemaslahatan agama.

Selain dari meneruskan estapek kepemimpinan sebelumnya,

seorang penguasa juga wakil rakyat yang dipimpinnya. Artinya, rakyat

mempercayakan kepada pemimpin agar menjalan tugas-tugas mereka

yang tidak mungkin mereka jalankan secara individual. Hal ini paling

tidak dapat dipahami dari konsep musyawarah yang diajarkan Alquran.

2. Waliy Istilah waliy berasal dari kata و yang secara harfiah berarti

menolong. Maka istilah waliyyun berarti penolong yang

menghindarkan manusia dari kegelapan dan memberikan kepadanya

cahaya. Dalam fiqih Islam, para ulama menggunakan istilah waliy al-

nikāh, waliy al-yatīm dan lain-laian. Istilah pertama bermakna orang

yang menguasai akad nikah seorang perempuan. Dan istilah terakhir

bermakna orang yang menguasai atau mengurus urusan anak yatim (Ibn

Manzūr XV. 1990: 407). Penguasaan dan pengurusan disini tentu saja

dalam arti pemberian pertolongan, bukan penjajahan dan tindakan

menindas. Sebab, jika tidak demikian maka bertentangan dengan

makna dasar waliy itu sendiri dan nama Tuhan yang digambarkan

sebagai waliyun.

Dari kata wala juga terbentuk kata wilayah, yang berarti nasrah

(pertolongan atau perlindungan). Hal ini seperti yang terdapat dalam

firman Allah:

Page 283: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

280

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta

berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang

yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-

orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan

(terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka

tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum

mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan

kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib

memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada

perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa

yang kamu kerjakan (al-Anfal (8);72).

Dalam ayat terdapat ungkapan وار أىا و هاجسوا اى ولخه شء

(Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah,

maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka). Kata

wilāyah yang sudah menjadi Bahasa Melayu seharusnya tidak hanya

diartikan kepada “lingkungan daerah kekuasaan yang tunduk kepada

pusat pemerintahan” saja, tetapi semestinya juga diartikan kepada

“lingkungan persekitaran atau kawasan yang akan diberikan

pelindungan dan pertolongan berdasarkan atas kekuasaan pengurusan

yang diamanahkan kepada pusat pemerintahan tersebut”.

Maka dengan demikian, menjadi pemimpin identik dengan

menjadi penolong dan penyelamat bagi rakyat yang dipimpin. Dia

bekerja menyelamatkan dan menolong mereka dalam setiap kebijakan

dan prilaku kepemimpinannya. Dia mesti memberikan pencerahan

kepada setiap makhluk yang berada di wilayah territorial atau hukum

kekuasaannya. Pencerahan itu meliputi segala bidang, seperti ekonomi,

budaya, pendidikan, moral, politik dan lain sebagainya sesuai dengan

keuniversalan (al-shumūl) ajaran Islam itu sendiri.

Page 284: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

281

3. Al-Malik, Sulthan, Uli al-Amr, dan Imam

Istilah al-mulk atau al-mālik berasal dari kata malaka, yang

secara harfiah dapat diartikan kepada “memiliki” atau “menguasai”.

Kemudian, istilah tersebut juga sering diartikan kepada raja atau

penguasa, sebab raja itu memiliki atau menguasai wilayah kerajaannya.

Al-Isfihāni (2001) membagi kepemilikan itu kepada dua macam, yaitu

menguasai dan memiliki kekuatan untuk menguasai. Kerana memiliki

dan menguasai, maka seseorang bisa bartindak terhadap apa-apa yang

dimilikinya. Dengan demikian, pemimpin sebagai mālik mempunyai

kekuasaan bartindak terhadap urusan pemerintah yang

dikendalikannya. Namun tindakan yang diperbuat tidak boleh

bertentangan dengan fungsinya sebagai khalīfah (pengganti/penerima

wakil) dan wali (penolong). Artinya, penguasa bebas bartindak dalam

mengurus negara tetapi tidak boleh keluar dari bingkai pemberian

pertolongan dan penerima wakil.

Istilah “sulthān” berasal dari kata “salatha”, yang semakna

dengan al-qahr (paksaan) (Ibn Manzūr VII. 1990: 320). Konsep al-

mālik di atas bisa disinerjikan dengan makna sultan atau al-qahr ini.

Pemimpin dalam suatu negara Islam, kadang-kadang juga disebut

sultan. Hal ini berarti, pemimpin yang memiliki kekuasaan mempunyai

hak memaksa rakyat yang dipimpin menuruti aturan dan perundang-

undangan yang telah disepakati atau yang telah ditetapkan oleh nas

syara‟. Tetapi pemaksaan ini tidak boleh keluar dari koridor konsep

wali dan khalifah di atas.

Uli al-amr secara harfiah terdiri dari dua kata, yaitu uli dan amr.

Yang pertama berarti yang mempunyai, dan yang terakhir berarti

urusan. Maka istilah uli al-amr dapat diterjemahkan kepada “yang

mempunyai urusan”, sama dengan makna uli al-albāb (yang

mempunyai akal). Yang dimaksud dengan “yang mempunyai urusan”

disini adalah pemimpin atau penguasa. Hijāzi (1993: 390)

menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan uli al-amr dalam Alquran

adalah para penguasa seperti para hakim, wali, para ulama, pemimpin

dan lain-lain. Ketetapannya wajib ditaati selama mereka menunaikan

amanah, keadilan dan melaksanakan hukum-hukum Tuhan. Hal ini

menggambarkan bahwa konsep uli al-amr tidak dapat dipisahkan dari

arti wali dan khalifah di atas.

Selain dari beberapa istilah di atas, Alquran juga menggunakan

term imam, yang juga dapat diterjemahkan kepada pemimpin baik

formal maupun non-formal. Al -Isfihāni (2001: 33) mendefinisikan

imam itu kepada “orang yang menjadi pemimpin manusia”, dimana

perkataan dan perbuatannya diikuti, baik benar maupun batil. Disini

Page 285: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

282

terlihat bahwa pemimpin atau penguasa -sebagai imam- menonjol pada

panutan masyarakat terhadapnya, sehingga dia dituruti atau dipatuhi.

Maka penguasa dalam arti -amr dan imām

semestinya disinerjikan dengan penguasa sebagai khalifah dan wali.

Karakter menguasai dan karismatik yang dimiliki oleh seorang

penguasa mesti dipadukan dengan karakter khalifah dan wali. Jika tidak

demikian, maka penguasa mungkin akan bartindak menindas

menggunakan kekuasaan demi kepentingan individunya. Demikian

pula sebaliknya, karakter khalifah dan wali yang ada pada seorang

penguasa mesti dipadukan dengan sifat menguasai dan karismatik. Jika

tidak demikian, maka dia akan menjadi penolong dan wakil yang

lemah, sehingga tidak dipatuhi oleh rakyat yang dipimpinnya.

Dalam pandangan Islam, pemimpin bertugas menjalankan

amanah dua arah ; pertama arah vartikal dan yang kedua arah

horizontal. Arah vartikal ialah kepatuhan dan ketaatan yang bersifat

ibadah kepada Tuhan, dan arah horizontal ialah yang bersifat

pemberian pertolongan, penghapusan penindasan, dan pemberian

pencerahan. Atau dengan kata lain, ketika seseorang menjalankan tugas

kepemimpinan, pada hakikatnya dia menjalankan dua amanah

sekaligus; amanah Tuhan dan amanah rakyat yang dipimpinnya. Dia

tidak boleh menyalahi atau menyimpang dari salah satu dua amanah

tersebut. Menyimpang dari salah satunya berarti mengkhianati yang

lain. Alquran mengingatkan :

Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul- Nya dan mengkhianati amanah sesamamu (al-

Anfāl (8);27).

Maka kepemimpinan menurut Alquran adalah suatu amanah illāhiyah –

insāniyah, yang mesti dijalankan oleh seorang pemimpin. Ia disebut

dengan amanah ilāhiyah kerana tugasnya yang tidak boleh bercanggah

dengan prinsip-prinsip ketaatan kepada Tuhan, dan disebut dengan

amanah insāniyah kerana tugas yang dijalankannya merupakan tugas

kemanusiaan atau masyarakat (al-wazīfah al-insāniyah) bukan tugas

individual (al-wazīfah al-shakhshiyah) atau kelompok. Hal itu mesti

tergambar pada perilaku atau kebijakan yang diambil, baik perilaku

Page 286: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

283

politik ataupun kebijakan kenegaraan. Dengan demikian, dia berarti

menyebarkan keselamtan dan kesejahteraan, dia memberikan

pencerahan dan dia menghilangkan kesusahan. Secara umum dapat

dikatakan, bahwa semua kebijakan yang dibuat dan diwujudkan dalam

peraturan, perundang-undangan serta pelaksanaannya mesti mengarah

dan berpijak atas prinsip-prinsip tersebut.

b. Karakteristik Pemimpin Alqurani

Seiring dengan konsep pemimpin di atas, yang digambarkan dengan

menggunakan istilah wali – yang berarti penolong dan khalifah yang

berarti pengganti – maka seorang pemimpin mestilah mempunyai sifat

suka memberi pertolongan dan meneruskan perjuangan pemberian

pertolongan itu, yang telah dirintis oleh pemimpin sebelumnya. Jika

ada kebijakan pemimpin sebelumnya yang bercanggah dengan prinsip

pemberian pertolongan, bahkan merugikan atau menindas, maka

pemimpin yang menggantikannya mesti merubah kebijakan tersebut.

Hal ini mencakup semua kebijakan, baik kebijakan ekonomi, sistem

pemerintahan, sosial budaya, ataupun pendidikan.

Bagaimanapun juga, seorang kepala negara, kepala daerah, atau

lembaga lainnya tidak mungkin dapat mengetahui secara keseluruhan

aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian utama dalam membuat

suatu kebijakan, sebagaimana dia juga tidak mungkin melaksanakan

semua aspek secara bersamaan dan merata, kerana keterbatasan sarana

dan waktu. Maka untuk itu Islam menanamkan prinsip musyawarah,

sehingga dapat diketahui aspek mana yang perlu mendapatkan

perhatian utama dalam memberikan pertolongan. Kepala negara mesti

memperhatikan suara dan gagasan mereka. Tetapi tidak berarti kepala

negara mesti mengabulkan semua permintaan, ide dan gagasan dari

mereka. Sebab permintaan, ide ataupun gagasan mereka kadang-kadang

bercanggah, tidak hanya antara satu dan yang lain tetapi juga dengan

prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, kebebasan, dan kebenaran yang

mesti dijunjung tinggi. Maka Alquran mengajarkan :

Jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya

mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain

hanyalah mengikuti persangkaan belaka (al-An‟am(6):116).

Dengan demikian, seorang pemimpin dalam menampung ide dari

rakyatnya mestilah mempunyai standard atau ukuran; gagasan mana

yang mesti diterima dan mana pula yang mesti ditolak. Penolakan

bukan berarti menzalimi, tetapi mesti dalam rangka pemberian

pertolongan.

Secara garis besar, yang mesti dijadikan standard dalam menilai

semua input adalah prinsip pertolongan tadi, yang dioperasionalkan

Page 287: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

284

dalam wujud perhatian, keadilan, kebenaraan, persamaan, dan

kebebasan. Tetapi hal ini tidak boleh bertentangan dengan hak azazi

manusia atau kemaslahatan, terutama kemaslahatn daruriyah yang

meliputi agama, jiwa, harta, akal, dan kehormatan atau muruah. Maka

orang tidak bebas memaksakan agama atau menghina agama lain,

orang tidak bebas membunuh atau mengambil harta dan merosak

kehormatan orang lain. Bahkan, penguasa mesti mengantipasi agar hal

ini jangan terjadi. Dan ini adalah bagian dari fungsi dan tugas

pemimpin.

Pemimpin dalam bergaul dengan rakyatnya mestilah seperti

imam dalam shalat. Dia rela dikritik dan memperbaiki kesalahan serta

bersedia berhenti dari fungsinya sebagai imam, jika ada aturan yang

telah dilanggar. Umar dalam suatu pidato kenegaraannya menegaskan :

“Hai semua rakyatku, siapa saja diantara kalian melihat saya

menyeleweng, maka luruskanlah”. Tiba-tiba seorang laki-laki

datang menghunus pedang seraya berkata: “Demi Allah, hai Amīr

al-Mu‟minīn, kalau kami melihatmu menyeleweng maka akan kami

luruskan dengan pedang kami ini”. Kemudian Umar menjawab:

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan di tengah-tengah

umat ini orang yang mau meluruskan kekeliruan Umar dengan

pedangnya” (Uthmān. 1968: 74).

Jadi, pemimpin mesti berjiwa besar menerima kritikan dan teguran dari

rakyatnya. Dia tidak boleh keras dan kejam terhadap mereka. Alquran

mengajarkan; “Berlemah lembutlah kamu terhadap mereka (rakyatmu).

Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari kamu. Kerana itu, maafkanlah mereka dan

mohonkanlah ampun untuk mereka (Ali-imrān (3); 159). Apabila

seorang pemimpin berlaku kasar terhadap rakyatnya, maka perkara

yang baik tidak akan muncul dari mereka. Padahal hikmah dan

kebaikan itu boleh jadi berada pada siapa saja. Bahkan, jika mereka

tidak diperlakukan dengan lemah lembut maka mereka boleh melawan

dan menjatuhkanya.

Selain seperti imam dalam salāt, seorang pemimpin dalam

menghadapi rakyatnya juga mesti seperti orang tua menghadapi anak-

anaknya. Kalaupun dia memberikan hukuman, namun hukuman itu

harus diberikan atas prinsip pertolongan, sama ada pertolongan atas

pribadi yang melanggar hukum agar dia tidak kekal dalam kesalahan,

ataupun pertolongan terhadap pribadi lainnya agar perbuatannya tidak

berpengaruh kepada yang lain, atau membela pribadi yang dizaliminya.

Prinsip inilah yang dipegangi oleh Umar bin Khattab, sehingga dia

tidak menghukum seorang miskin yang mencuri harta orang kaya yang

Page 288: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

285

tidak mengeluarkan zakat. Dia pernah melakukan interview terhadap

salah seorang gubernurnya yang akan bertugas di daerah, yaitu:

Umar : Apa yang akan anda lakukan, jika seorang pencuri

dihadapkan kepada anda ?

Gubernur : Saya akan memotong tangan pencuri itu

Umar : Tetapi, jika datang kepadaku orang yang lapar dari

kalangan mereka, maka akan saya potong tanganmu.

Sesungguhnya Allah menjadikan kita sebagai

pemimpin guna agar kita dapat menghilangkan

kelaparan mereka, menutup aurat mereka dan

membuatkan untuk mereka lapangan kerja. Apabila

semua ini telah kita berikan kepada mereka barulah

kita memberlakukan atas mereka hukuman (Surur.

1961: 88).

Karakteristik atau sifat-sifat kepemimpinan di atas terus ada

secara konsisten, tetap dan berkelanjutkan dimiliki oleh penguasa. Jika

tidak, maka ketika itulah lembaga atau wilayah yang dia pimpin

menjadi kacau bahkan hancur. Untuk menkonsistenkan karakter-

karakter itu pada diri seorang pemimpin, maka perlu ada dua hal yang

harus selalu dipegangi, yaitu sālat dan zakat yang didasarkan atas iman.

Alquran menegaskan : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah,

Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang mendirikan sālat dan

membayarkan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah” (al-Mā‟idah

(5); 55).

Ayat di atas menggunakan adat , yaitu innamā. Hal ini

berarti bahwa yang boleh menjadi pemimpin (wali) orang-oramg

mukmin hanya Allah, Rasul dan orang-orang mukmin itu sendiri. Al-

Maraghi, ketika mentafsirkan ayat ini, mengatakan : “Hai orang-orang

mukmin, tidak ada wali dan penolong yang dapat menolongmu kecuali

Allah, Rasul dan orang-orang mukmin, yang mempunyai sifat-sifat

tertentu (Al-Marāghī. 1974: 143). Dalam ayat sebelumnya (ayat 51),

dengan jelas Alquran melarang orang mukmin menjadikan orang

Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin. Bahkan yang dilarang tidak

hanya itu, tetapi juga orang yang tidak mempunyai cinta kasih dan

komitmen dalam memberikan bantuan dan pertolongan (al-Sha‟rawi.

1991: 3234), walaupun dia mengaku beriman sebab hal itu

bertentangan dengan prinsip pertolongan sebagai konsep dasar

kepemimpinan islami.

Ayat di atas itu juga berarti bahwa janganlah menjadikan

pemimpin orang yang tidak sālat dan tidak membayar zakat. Kedua hal

ini sangat penting dalam membentuk jiwa seseorang untuk konsisten

dalam kebenaran. Mendirikan sālat berarti bermunajat kepada Tuhan,

Page 289: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

286

menanam perasaan mempunyai hubungan dengan Tuhan dan

membentuk penghayatan bahwa segala aktiviti, termasuk jabatannya

sebagai pemimpin, dipersembahkan kepada-Nya. Inilah hakikat

pelaksanaan sālat, ia dapat membentuk jiwa menjadi konsisten dalam

kebenaran. Demikian pula zakat, ia tidak boleh hanya dilihat sebagai

belas kasihan tetapi juga harus dimaknai sebagai suatu kewajiban,

sebagaimana kewajiban memberi kepada keluarga sendiri. Keduanya

mesti dikerjakan dengan ikhlas: terlepas dari segala kepentingan. Jika

sālat, zakat atau memberi bantuan serta ibadah lainnya dikerjakan

kerana ada kepentingan, untuk mendapatkan kedudukan duniawi

misalnya, maka keduanya tidak akan mempunyai sebarang pengaruh

terhadap keadaan jiwa pemimpin. Jadi, sālat dan zakat tidak hanya

dilihat sebagai ibadah formal, tetapi mesti dijadikan sebagai kegiatan

pelatihan dan membekali jiwa dalam mengemban tugasnya. Abduh

menyembutkan, bahwa hakikat ibadah itu adalah memasukkan kedalam

hati, takut kepada Allah dan berharap kepada karunia-Nya, bukan

hanya perbuatan dan gerak lidah semata (`Abduh. 1972:27). Jika rasa

takut kepada Tuhan dan perasaan harap kepada-Nya sudah tertanam di

dalam jiwa, maka seseorang akan selalu memberikan pertolongan

kepada rakyat yang dia pimpin.

Berdasarkan pembentangan di atas, maka dapat ditegaskan

disini bahwa kepemimpinan menurut Islam mempunyai prinsip

-„ālamīn, yang secara operasional berwujud pemberian

perlindungan, amanah, suka membantu, atau tidak merasa

lebih unggul dari rakyat yang dipimpinnya dan perduli terhadap

keadaan rakyat.

Maka pemimpin islami adalah penguasa yang membela dan

melindungi rakyatnya dari segala sesuatu yang bertentangan dengan

prinsip -„ālamīn. Umar bin Khattab mengibaratkan

bahwa penguasa itu di tengah-tengah rakyatnya adalah bagaikan

seorang wali penjaga anak yatim; dia tetap mengasihi sang anak walau

bagaimanapun situasi yang sedang dihadapi, termasuk kebijakan yang

diambil dalam penyelenggaraan negara.

Berdasarkan pembentangan di atas, maka dapat ditegaskan

bahwa karakter pemimpin Alqurani itu adalah :

1. Memberi pertolongan dan memandang tugasnya itu sebagai ibadah,

justru itu ia tidak terlepas dari kejujuran dan keadilan. Maka

kepemimpinan sebagai suatu sistem mesti berangkat dari ketentuan

Tuhan dan Rasul, berproses tidak menyalahi ketentuan tersebut dan

mengarah kepada tujuan penciptaan manusia.

2. Demokrasi, hal ini penting kerana kepemimpinan itu lahir untuk

kepentingan bersama, baik pemimpin maupun yang dipimpin.

Page 290: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

287

Demokrasi dalam hal ini bukan seperti demokrasi Barat yang

cenderung liberal dan sekuler, tetapi demokrasi islami. Dimana

semua ketentuan dan ketetapan yang mesti dijalankan tidaklah

secara mutlak berdasarkan suara terbanyak; masalah-masalah

prinsipil mesti ditegakkan walaupun bertentangan dengan pendapat

mayoritas rakyat. Masalah-masalah prinsipil itu adalah berkaitan

dengan agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta. Jika ada gagasan

atau ide mayoriti rakyat yang betentangan dengan prinsip-prinsip ini,

maka hal itu tidak dapat diterima. Atau dengan kata lain, demokrasi

tidak dapat memasuki wilayah agama, akal, jiwa, kehormatan dan

harta kecuali pada sisi tertentu.

3. Istiqāmah (konsisten) dan berpegang teguh kepada perkara-perkara

yang telah disepakati bersama. Tidak boleh berubah atau

bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan, kecuali

perubahan itu telah disepakati lagi.

4. Komitmen semua pihak yang terlibat dalam sistem, menjalankan

kesepakatan tersebut walaupun harus mengorbankan kepentingan

pribadi.

5. Perduli terhadap kepentingan rakyat kecil.

6. Tidak memihak kepada perbuatan yang menyimpang dari prinsip

kebenaran. Bahkan dia berusaha secara konsisten menghapus segala

bentuk kedurhakaan. Alquran dalam surat al-Taubah (9); 23

menegaskan :

Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-

bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih

mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu

yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang

yang zalim.

Ayat ini menggunakan kata al-kufr bukan al-shirk. Kedua istilah itu

mempunyai makna yang berbeda; kata pertama berkaitan dengan

perilaku dan keyakinan sedangkan kata yang terakhir berkaitan

dengan keyakinan saja. Maka setiap syirik jelas menunjukkan

kepada kekafiran, tetapi tidak setiap kekafiran menunjukkan kepada

syrik. Orang mukmin jika dilihat dari segi perbuatannya ada yang

Page 291: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

288

kafir. Penggunaan kata al-kufr dalam ayat di atas berarti bahwa

larangan bagi orang mukmin memilih orang kafir sebagai penguasa

tidak hanya sebatas pada orang-orang musyrik saja. Tetapi juga

dilarang memilih orang muslim yang memiliki perilaku yang tidak

baik atau fasik. Bahkan dalam ayat ini lebih ditegaskan lagi, “jangan

memilih pemimpin orang-orang yang lebih mengumatakan atau

memihak kepada perbuatan fasik, walaupun mereka orang-orang

terdekatmu”. Hal inilah yang dipraktikkan Nabi dan pemerintah

khulafa‟ al-rasyidin, sehingga Islam dan umatnya disegani oleh

bangsa lain.

C. Tugas dan Fungsi Pemimpin Secara garis besar, tujuan berdirinya suatu negara adalah mewujudkan

kenyamanan dan kesejahteraan bagi setiap individu warga negara.

Maka tugas dan fungsi yang dijalankan oleh seorang pemimpin

seharusnya berorientasi kepada tujuan tersebut. Untuk itu dia bertugas

menyebar rahmat dan kasih sayang bagi alam semesta ( -

„ālamīn), sesuai dengan fungsi Rasul diutus Tuhan dipermukaan bumi.

Hal ini yang mesti diwujudkan oleh seorang pemimpin. Setiap perilaku

politik yang dia lakukan, baik sebagai kepala pemerintahan atau

sebagai politikus, tidak boleh keluar dari konsep rahmah li al-„ālamīn

dan konsep kepemimpinan sebagai suatu ibadah. Jika dia keluar dari

masalah ini maka akan mendatangkan kekacauan dan berarti tidak

dapat disebut sebagai suatu sistem yang islami.

Mewujudkan rahmah li al-„ālamīn sebagai tugas umum

pemerintah adalah meliputu dua aspek, yaitu dar‟u al-mafāsid

(menolak kerosakan) dan jalb al-mashālih (meraih kemaslahatan). Hal

ini mesti diwujudkan oleh pemerintah bagi semua orang yang berada di

wilayah kekuasaannya (Wasfi. 1994: 97); semua rakyat mestilah

merasa terhindar dari kerosakan, kekacauan dan lain-lain, sebagaimana

mereka juga harus dapat atau mempunyai kesempatan meraih

keberuntungan, dan kenyamanan. Pembangunan mestilah mengarah

kepada kemaslahatan ini.

Kemaslahatan itu mempunyai peringkat; ada yang bersifat

dharūri (primer), hājī (sekunder) dan tahsīni (perlengkap). Ketiga hal

ini termasuk dalam hak asasi manusia, yang mesti dihargai dan

diperjuangkan bagi setiap individu warga negara. Yang bersifat daruri

adalah meliputi agama, jiwa, keturunan, akal dan harta. Kelima hal itu

mestilah menjadi priorotas utama dalam merancang dan menjalankan

program pembangunan. Jika keperluan primer seseorang bertentangan

dengan keperluan sekunder, maka keperluan primer mesti didahulukan.

Program pembangunan yang bersifat sekunder atau pelengkap tidak

Page 292: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

289

dijalankan, jika masih ada keperluan primer masyarakat yang belum

terpenuhi. Jadi, tidak perlu membuat taman hiburan dan pembelian

kereta mewah, misalnya, bagi pemimpin negara atau daerah, jika

keperluan utama daripada rakyat belum terpenuhi. Demikian pula

kebijakan ekonomi, misalnya, ia mesti dirancang dan diprogramkan

dan programnya tidak boleh bercanggah dengan mashlahah

dharūriyah. Maka penguasa tidak boleh melegalkan perjudian dan

pelacuran dengan alasan devisa negara, sebab hal itu bertentangan

dengan prinsip agama dan keturunan.

Rancangan pembangunan negara mestilah berangkat dari

kemaslahatan tersebut. Dalam soal kemaslahatan daruri, misalnya,

pemimpan negara atau daerah mestilah berorientasi kepada

pembangunan agama, jiwa, moral, intelektual dan ekonomi. Demikian

pula hal-hal keperluan masyarakat yang bersifat sekunder dan

pelengkap; semuanya mestilah tergambar dalam rancangan program

pembangunan negara atau daerah.

Persoalan itulah yang mesti jadi perhatian seorang pemimpin

dalam memimpin suatu negara. Persoalan tersebut harus tergambar

dalam program dan anggaran yang dibuat oleh seorang pemimpin

negara atau daerah. Paling tidak ada lima hal yang perlu diperhatikan

oleh seorang pemimpin negara dalam rangka mencapai kesejahteraan

dan kenyamanan bagi semua warga negara, yaitu penyebaran ilmu yang

dipadukan dengan penanaman moral dan prinsip nasionalisme,

kesejahteraan ekonomi, sistem keamanan dan penegakan hukum.

Tetapi tiga hal yang terakhir ini terkait dengan persoalan pertama, yaitu

penyebaran ilmu atau pendidikan. Pembangunan kesejahteraan

ekonomi, keamanan dan penegakan hukum mesti dimulai dari

penyebaran ilmu, pembangunan moral dan nasionalisme, yang direkat

dalam suatu paket yang disebut dengan pendidikan. Artinya,

penyebaran ilmu tidak hanya semata-mata pembangunan intelektual

saja, tetapi ia mesti dipadukan dengan moral dan nasionalisme. Dengan

demikian, pendidikan akan dapat melahirkan output yang bermutu,

komitmen dan cinta kepada bangsanya yang selanjutnya dapat pula

membawa kesejahteraan, keamanan dan penegakan hukum sesuai

dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. Jika

pendidikan tidak dipadukan dengan moral dan nasionalisme, maka

yang terlahir adalah para ilmuwan yang siap menerkam bangsanya

sendiri.

Jadi, pemimpin berkewajiban memerangi kebodohan dengan

meningkatkan kualiti pengetahuan masyarakat melalui pendidikan,

bimbingan dan pelatihan. Hal ini sangat penting, sebab pendidikanlah

yang dapat membentuk manusia menjadi insan yang sebenarnya.

Page 293: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

290

Apabila orang sudah terdidik, maka dia akan mencintai dirinya demi

kecintaannya kepada orang lain dan dia akan mencintai orang lain demi

kecintaannya kepada dirinya sendiri (Abduh. 1972: 154). Apabila

semua pihak telah saling mengasihani, maka terwujudlah kedamaian

dan penegakan hukum secara benar. Jadi pendidikan yang diformat

sedemikian rupa dapat menanamkan rasa kasih sayang di dalam jiwa

setiap peserta didik.

Jadi, penyebaran ilmu juga merupakan kunci bagi kesejahteraan

masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Ilmulah yang membuat

manusia menjadi makhluk yang tercerahkan, melalui ilmulah manusia

dapat hidup sejahtera dan ilmulah yang membuat manusia dapat

bangkit dari keterbelakangan. Bahkan Abduh mengatakan bahwa

segalanya menjadi tiada dengan sebab tiadanya ilmu, dan segalanya

menjadi ada dengan sebab adanya ilmu (Abduh. 1972: 151). Allah

mengunggulkan Adam dari malaikat kerana ilmu, sehingga malaikat

disuruh bersujud kepada Adam (Al-Baqarah (2) : 34). Kerana begitu

pentingnya ilmu dalam segala aspek kehidupan manusia, maka Alquran

memulai reformasi globalnya dari ilmu tersebut. Sebelum ia berbicara

tentang hukum, tatanan sosial, termasuk politik dan lain sebagainya, ia

mengajar ummat ini agar membaca. Ini berarti program apa saja yang

digulirkan mestilah dimulai dari penyebaran ilmu. Maka seorang

pemimpin mestilah belajar dari cara Tuhan mendidik dan memimpin

manusia, melalui kitab suci-Nya.

Tetapi kadang-kadang manusia sombong dengan ilmu yang dia

miliki. Maka ilmu campur kesombongan tidak akan membawa

pencerahan dan kesejahteraan, bahkan manusia cenderung memangsa,

menindas dan menipu makhluk semuanya. Untuk itu, pemimpin harus

mempunyai konsep dan filsafat yang jelas mengenai pendidikan.

Sebagaimana yang telah diperbincangkan di atas, untuk menghindarkan

hal tersebut maka pembangunan negara dan pendidikan perlu

dipadukan dengan moral dan nasionalisme. Dalam rangka

mengantisipasi hal itu juga, penyebaran ilmu paling tidak mesti

didasarkan atas dua prinsip utama. Pertama, pendidikan sebagai salah

satu sarana penyebaran ilmu mestilah mengacu pada prinsip rahmah li

al-„ālamīn sebagai tugas umum yang mesti diwujudkan pemerintah dan

sebagai pokok yang membuahkan hasil kesejahteraan, kemakmuran

dan kenyamanan bagi masyarakat. Setiap kebijakan mengenai

pendidikan haruslah berdasarkan prinsip tersebut. Kedua, prinsip

ilahiyah. Alquran mengajarkan agar pelajaran didasarkan atas prinsip

ilahiyah tersebut. Maka kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran

tidak dapat dilepaskan dari kedua prinsip ini. Jika tidak demikian

Page 294: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

291

manusia akan memusuhi bahkan membunuh dirinya sendiri. Alquran

mengajarkan :

Artinya, membaca, belajar, mengajar, meneliti dan berfikir, sebagai

cara untuk mendapat ilmu, mestilah dimulai dari Tuhan, berproses

dalam hidayah-Nya dan menuju kepada-Nya.

Para pembuat kebijakan dalam bidang pendidikan, sebagai

perpanjangan tangan dari pemimpin negara, mesti merancang

pendidikan yang bernuansa sedemikian rupa, mulai dari menteri sampai

kepada para guru yang mengajar di kelas. Kebijakan yang dibuat pada

setiap peringkat mesti bersepadu antara satu dengan yang lain. Sistem

yang telah diatur dalam undang-undang atau peraturan mesti

terjabarkan dalam sistem yang dilakukan oleh suatu lembaga

pendidikan, dan hal itu mesti pula dapat direalisasikan dalam sistem

pengajaran di kelas, terutama perancangan tujuan pembelajaran oleh

guru, baik tujuan umum ataupun tujuan materi pembelajaran. Salah satu

kelemahan pola pendidikan nasional saat ini, diduga keras terletak

dalam hal tersebut; di antara tujuan penting dari pendidikan nasional,

misalnya, adalah membentuk para peserta didik agar menjadi insan

yang bertakwa, tetapi hal itu kurang tergambar dalam tujuan

pembelajaran di kelas.

D. Ruang Lingkup Politik Islam

Perbincangan di atas mengambarkan persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan politik Islam.Pandangan Islam tentang politik tidak

hanya terbatas pada etika atau pesan-pesan moral yang berkaitan

dengan politik, tetapi Islam juga mempunyai pandangan tentangan

bagaimana mengurus dan penyelenggaraan suatu negara, penegakan

hukum, kebenaran dan keadilan dalam penegakan hukum tersebut,

sumber keuangan negara, mengatur pengumpulan keuangan dan

pendistribusiannya, pengwasan, peranan dan fungsi pemimpin suatu

negara (sebagaimana yang telah dibahas di atas), dan lain sebagainya.

Hal itu telah dipraktikkan Nabi Muhammad dan Khulafa`urrasyidin

dalam memimpin negara Madinah. Praktik penyelenggaraan negara

penyelenggaraan negara di zaman Khulafa`ur Rasyidin didasarkan atas

Alquran dan sunnah Nabi Muhammad ketika mengurus negara

Madinah, kemudian ditambah dengan hasil pemahaman mereka

terhadap Alquran dan sunnah Nabi serta hasil ijtihad mereka dalam

Page 295: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

292

menentukan suatu kebijakan mengenai persoalan kenegaraan yang

belum muncul di masa Nabi.

Alquran menekankan kepada suatu pemerintahan agar

menegakkan dengan benar dan adil;

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika

kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan

negara yang diperbincangkan dalam ayat di atas, yaitu menunaikan

amanah, penegakan hukum dengan adil, kepatuhan kepada Allah, Rasul

dan pemerintah (ulil amri), jalan penyelesaian sengketa baik antar

pejabat negara maupun antar pemerintah dengan rakyatnya.

Menunaikan amanah suatau kewajiban yang mesti dipatuhi semua

orang, baik amanah antar pribadi maupun amanah rakyat kepada

pemerintah. Masyarakat menitipkan penyelenggaraan negara kepada

para pejabat dalam suatu negara, mereka mesti menjalankan dan

menjaga titipan itu melalui program-program yang diselenggarakan.

Demikian pula hukum dalam suatu negara, ia mesti ditegakkan dengan

benar dan adil. Hal ini merupakan ajaran Alquran terhadap manusia

dalam menjalankan pemerintahan pada suatu negara.

Selain dari menjaga amanah dan penegakan hukum dengan adil,

ayat di atas juga mengajarkan kepada manusia tentang loyalitas dan

kepatuhan. Kepatuhan dan loyalitas kepada pemerintahan, yang sah dan

menjalan roda pemerintahan dengan adil dan benar, adalah suatu

kewajiban. Perintah mematuhi pemerintah (ulil amri), dalam ayat di

atas, disebutkan pada urutan ketigasetelah kewajiban mematuhi Allah

dan Rasul. Ini bermakna kepatuhan kepada pemerintah bagian dari

ajaran agama, dan loyalitas terhadap pemerintah itu mesti didasarkan

atas kepatuhan kepada Allah dan Rasul. Alquran mengingatkan, jika

terjadi perselisihan baik antara rakyat dengan pemerintah maupun

antara sesama pejabat dalam suatu pemerintahan, maka selesaikanlah

dengan Alquran dan Sunnah Nabi. Artinya, Alquran dan Sunnah

Nabilah yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan perselisihan

tersebut.

Page 296: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

293

Selain menegakkan keadilan, dalam penegakan hukum dan

penyelenggaraan suatu negara, Islam juga menekankan pentingnya

suatu pemerintah menyusun dan merialisasikan program-program

kerakyatan. Alquran menegaskan:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang

dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran

(QS.16;90).

Berdasarkan ayat di atas, dapat ditegaskan bahwa terdapat beberapa hal

yang mesti dijadikan pertimbangan bahkan pedoman dalam

penyelenggaraan suatu negara. Yaitu keadilan, ihsan (benar-benar

mendatangkan kebaikan atau berdampak baik), memperhatikan

kesejahteraan masyarakat, dan pencegahan terhadap perbuatan

menyimpang.

E. Demokrasi dalam Islam

Demokrasi, sebagai suatu sistem pemerintahan, disukai dan

diterapkan di banyak negara didunia karena sistem ini memberikan hak

dan kebebasan kepada segenap warganya mengeluarkan pandangan

serta pendapat. Segenap warga negara dalam sistem demokrasi ikut

memerintah melalui wakil dan kepala negarapilihannya. Demokrasi

juga dapat diartikan kepada “gagasan atau pandangan hidup yang

mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang

sama bagi semua warga negara (Depdikbud.1990;195). Demokrasi

tidak bertentangan dengan Islam, bahkan dalam Islam sendiri terdapat

prinsip-perinsip, yang mestinya dijalankan dalam suatu kepemimpinan,

yang relevan dengan perinsip demokrasi. Islam mengajarkan

musyawarah, misalnya, dalam menyelesaikan sutau persoalan. Sepertin

yang terlihat dalam ayat:

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)

Page 297: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

294

dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka (QS. 42;38).

Ayat di atas mengambarkan karakter orang-orang beriman, yaitu

mematuhi seruan Allah, mendirikan shalat, menetapkan urusan dengan

jalan musyawarah, serta menafkahkan sebagian rezkinya di jalan Allah.

Bermusyawarah, yang disebut salah satu karakteristik orang mukmin,

merupakan prinsip demokrasi. Alquran dengan tegas menjelaskan

pentingnya musyawarah. Dalam surat Ali Imran, musyawarah itu

diungkapkan dengan menggunakan kata perintah yaitu Allah

memerintahkan kepada Nabi agar memutuskan suatu persoalan dengan

musyawarah (QS.3; 159).

Berdasarkan perbincangan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam

juga mengajarkan demokrasi kepada umatnya. Yusuf Qardawi

menentang pendapat yang mengatakan “demokrasi itu bertentang

dengan Islam”. Lebih jauh dia mengatakan, merupakan sesuatu yang

aneh pendapat yang mengatakan “demokrasi itu perbuatan mungkar

atau kafir. Menurut Qardawi, orang yang berpendapat demikian adalah

orang yang memiliki pengetahuan yang belum baik tentang demokrasi

(Qardawi.1997;131). Sepantasnya, menetapkan hukum sesuatu mesti

mengenali dulu esensi sesuatu itu termasuk demokrasi. Demokrasi itu

adalah masyarakat menentukan pelihannya sendiri mengenai orang

yang akan memimpin mereka, sehingga kedaulatan berada ditangan

rakyat. Oleh karenanya, dalam sistem demokrasi masyarakat bisa

mengontrol para pejabat sehingga kesalahan dan penyimpangan yang

mereka lakukan bisa diluruskan (Qardawi.1997;132).

Walaupun sistem demokrasi itu relevan dengan pandangan

Islam, namun Islam memiliki ciri demokrasi yang tidak sama dengan

demokrasi libral yang berlaku di Barat. Tidak ada kebesan mutlak

dalam Islam, kebebesan mempunyai batas-batas tertentu. Demokrasi

Islam tidak selamanya menggunakan suara terbanyak suatu komunitas,

sebab suara terbanyak belum tentu benar. Demokrasi Islam didasarkan

atas prinsip kebenaran dan keadilan. Maka jika suara terbanyak

bertentangan dengan prinsip keadilan dan kebenaran, suara terbanyak

tidak bisa diterima, ia mesti ditolak. Menetapkan sesuatu persoalan bisa

didasarkan suara terbanyak selama suara terbanyak itu tidak

bertentangan perinsip keadilan dan kebenaran tersebut.

Parameter kebenaran dan kadilan yang mendasari demokrasi

islami itu adalah Alquran dan sunnah. Jika suatu kebijakan dan

program pemerintah bertentangan dengan prinsip kebenaran dan

keadilan qurani, maka kebijakan dan program itu mesti ditolak atau

dihapuskan. Demikian pula kehendak dan keinginan masyarakat,

keinginan mereka tidak bisa dikabulkan jika bertentangan dengan

Page 298: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

295

Alquran dan sunnah. Dengan demikian, demokrasi Islami itu tidak

semata-mata didasarkan atas suara mayoritas. Pandangan mayoritas

rakyat hanya menjadi pertimbangan dan bahkan rujukan ketiga setelah

Alquran dan sunnah.

Page 299: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

296

BAB XIV

PERBEDAAN PENDAPAT DALAM ISLAM

A. Munculnya Aliran dalam Islam

Di masa Nabi Muhammad saw belum ada mazhab-mazhab.

Semua sahabat merujuk kepada apa yang diajarkan Nabi. Sesuatu yang

tidak mereka pahami langsung ditanyakan kepada Nabi. Rasul

menjawab segala pertanyaan para sahabat, baik langsung maupun tidak

yaitu dengan menunggu datangnya wahyu. Karena Rasul sebagai

sumber utama dan satu-satunya, maka tidak ada perbedaan pendapat

yang cukuPp berarti yang membuat lahirnya aliran atau mazhab.

Kalaupun ada perbedaan di kalangan para sahabat mengenai suatu

persoalan, mereka langsung mengkompirmasikan kepada Rasul. Di

antara perbedaan di kalangan para sahabat yang terjadi di masa Rasul

dapat dilihat dalam suatu kisah yang membuat turunnya ayat 115 surat

al-Baqarah. Kisah itu adalah diriwayatkan dari Abdullah bin `Amir bin

Rabi`ah dari ayahnya, dia berkata: Dulu kami pernah bersama Nabi saw

dalam perjalanan di malam yang gelap, kami tidak tahu arah kiblat.

Maka setiap orang dari kami shalat atas perkiraannya. Setelah pagi,

kami menyampaikannya kepada Rasul, maka turunlah ayat tersebut

(al-Tirmizi. t.th:274.Hadis ke-4033).

Setelah wafatnya Rasul mulailah terjadi perbedaan pendapat yang

melahirkan aliran atau mazhab dalam Islam. Perbedaan pertama sekali

muncul di kalangan umat Islam adalah persoalan khalifah pengganti

Nabi; apakah dari kalangan Ansar atau Muhajirin? Dan dari kalangan

Muhajirin sendiri juga berbeda, apakah khalifah itu dari keluarga

terdekat Nabi atau bukan? Akhirnya dengan berbagai pertimbangan

disepakatilah Abu Bakar Siddiq sebagai khalifah pertama, kecuali

aliran Syi`ah dimana mereka tidak setuju dengan kesepakatan itu.

Menurut mereka, yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi itu

adalah dari kalangan Ahlul Bait, yaitu Ali bin Abi Thalib.

Perbedaan pendapat di kalangan sahabat sendiri tidak hanya

terbatas pada siapa yang berhak menjadi khalifah tetapi juga muncul

pada persoalan-persoalan hukum, di mana persoalan tersebut belum

pernah ditanyakan kepada Nabi atau persoalan baru yang belum ada di

masa Nabi. Namun perbedaan itu tidak mempengaruhi persatuan dan

kesatuan umat Islam.

B. Macam-macam Aliran dalam Islam

Perbedaan pendapat yang lebih menonjol lagi muncul di akhir

pemerintahan khalifah Usman bin Affan, terutama setalah wafatnya

Page 300: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

297

Usman dan diangkatnya Ali bin Abi Talib menjadi khalifah. Terjadi

perebutan kekuasaan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mua`awiyah bin

Abi Sopyan mengakibatkan munculnya aliran khawarij, syi`ah, dan

murji‟ah. Ketiga aliran ini mempunyai pandangan yang berbeda

mengenai persoalan khalifah termasuk persyaratannya dan pandangan

mereka terhadap khalifah Ali bin Abi Talib, Mu`awiyah bin Abi

Sopyan serta tiga khalifah sebelumnya.Para pendukung Ali bin Abi

Thalib, ketika para pendukung Mu`awiyah mengajukan perdamaian

pada saat mereka terdesak, terpecah dua; ada yang mau menerima

pengajuan perdamaian itu dan ada pula yang tidak. Kelompok yang

tidak mau menerima selanjutnya keluar dan mencabut dukungannya

terhadap Ali bin Abi Thalib, mereka inilah yang disebut dengan

Khawarij. Dan kelompok yang tetap mendukung Ali walaupun mereka

tertipu oleh siasat damai yang diajukan oleh Mu`awiyah selanjutnya

menjadi aliran Syi`ah.

a. Mazhab Dalam Politik Islam Munculnya perbedaan pandangan di atas memicu lahirnya

banyak aliran dalam Islam mulai dari maslah politik sampai merembes

pula kepada persoalan agama baik dalam bidang akidah maupun

syari`ah. Dalam bidang politik muncul beberapa aliran, yaitu khawarij,

syi`ah, dan murji‟ah. Aliran-aliran ini pada mulanya memperdebatkan

persoalan siapa yang seharusnya menjadi khalifah. Tetapi, pada

akhirnya perbedaan-perbedan mereka mengenai persoalan politik ini

memasuki wilayah aqidah dan syari`ah.

Orang-orang Syi`ah tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar,

Umar, dan Usman dan terlebih lagi khilafah Bani Umayyah. Perbedaan

ini tidak hanya sampai pada urusan politik, tetapi juga memasuki

persoalan agama bahkan hal-hal yang dapat dijadikan sumber hukum,

khususnya Hadis, mereka perdebatkan. Orang Syi`ah tidak menerima

Hadis yang diriwayatkan melalui jalur Abu Bakar, Umar, dan Usman,

serta para pendukung para khalifah tersebut. Sedangkan orang sunni

sebaliknya, tidak pula menerima Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh

imam-imam syi`ah. Hal ini tentu melahirkan perbedaan-perbedaan

dalam syari`ah atau hukum.

b. Mazhab Dalam Bidang Ilmu Kalam

Dalam bidang ilmu kalam munculnya beberapa aliran, antara lain

Qadariyah, Mu`tazilah, Jabariyah, Asy`ariyah dan lain sebagainya.

Banyak persoalan yang diperdebatkan oleh aliran-aliran ini. Mereka

berdebat mengenai persoalan Alqur`an, apakah ia qadim atau baharu

atau apakah Alquran itu makhluk? Mereka berdebat mengenai

perbuatan manusia, apakah perbuatan manusia itu ciptaan Allah atau

Page 301: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

298

bukan? Mereka juga berdebat mengenai sifat Allah, dan taqdir-Nya.

Apakah Allah sudah menentukan semua perbuatan manusia dan

manusia hanya tinggal menjalani saja ketentuan itu? Persolan-persoalan

ini menjadi perbincangan luas dan mendalam, yang melahirkan banyak

karya tulis dan memunculkan berbagai corak pemikiran di kalangan

umat Islam. Bahkan, persoalan ini menimbulkan perpecahan di

kalangan umat Islam itu sendiri. Tentu buku ini tidak sedang

membicarakan mengenai persoalan tersebut lebih jauh mendalam.

c. Aliran Dalam Bidang Tasawuf dan Tarekat

Dalam bidang tasawuf lahir misalnya tasawuf nazari dan tasawuf

`amali. Tasawuf nazari, misalnya, terdapat paham hulul, ittihad, dan

wahdah al-wujud. Dalam bidang `amali berkembang pula padangan

tentang perbuatan dan akhlak terpuji, seperti takwa, sabar, ridha,

tawakkal, mahabbah, dan lain sebagainya. Perbedaan yang menonjol

dalam hal ini adalah penilaian atau pandangan terhadap tasawuf falsafi

atau nazari. Mengenai tasawuf amali, yang menekankan pengekangan

hawa nafsu, takwa, ridha, sabar, tawakkal dan lain sebagainya, tentu

tidak ada perbedaan. Semua umat mengakui pentingnya menahan

godaan nafsu, tawakkal, dan sabar itu. Walaupun bagi orang yang tidak

menyukai tasawuf tidak menamakannya dengan tasawuf, namun itulah

sesungguhnya aktivitas dan kegiatan para pengikut tasawuf amali

tersebut.

Dalam bidang tarekat lahir pula banyak jenis tarekat, antara lain

tarekat Naqsyabandi, tarekat Syatari dan lain sebagainya. Perbedaan

aliran-aliran dalam tarekat ini pada hakikatnya merupakan perbedaan

jalan dan metode dalam mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang

shaleh melakukan banyak hal dan menempuh banyak jalan dalam

mendekatkan diri kepada Tuhan, khususnya berzikir kepada Allah.

Mereka membangun jalan, cara, dan atau metode bahkan tahapan-

tahapan dalam berzikir dimana metode dan tahapan-tahapan itu berbeda

antara seorang shaleh dengan orang shaleh lainnya. Kemudian metode,

jalan, dan tahapan yang dibuatnya itu diikuti oleh muridnya. Maka lahir

berbagai tarekat, yang dinisbatkan kepada orang shaleh yang pertama

membangun metode dan tahapan tersebut. Fokus utama perbincangan

dalam buku ini tidak pada persoalan ini. Perbincangan mengenai

perbedaan pendapat, khususnya dalam hal tasawuf dan tarekat, hanya

sebagai pengenalan tentang perbedaan tersebut. Maka penulis cukup

sampai disini perbincangan mengenai aliran dalam tasawuf dan tarekat.

d. Mazhab Dalam Bidang Hukum (Fiqih)

Selain mazhab atau aliran dalam bidang politik, ilmu kalam, dan

tasawuf terdapat pula mazhab dalam hukum Islam atau fiqih. Setelah

masa sahabat dan tabi`in banyak bermunculan mazhab. Thaha Jabir

Page 302: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

299

Fayyad al-`Ulwani (1991) memperkirakan terdapat 13 mazhab yang

muncul. Akan tetapi hanya terdapat delapan atau sembilan mazhab

yang paling populer dan melembaga di kalangan jumhur umat Islam.

Mereka itu adalah:

1. Imam Abu Sa`id al-Hasan bin Yasar al-Basri (w 110 H).

2. Imam Abu Hanifah al-Nu`man bin Thabit bin Zauti (w 150 H).

3. Imam Auza`i Abu `Amru `Abd al-Rahman bin `Amru bin

Muhammad (w 157 H).

4. Imam Sufyan bin Sa`id bin Masruq al-Tsauri (w 160 H).

5. Imam al-Laits bin Sa`id (w 175 H).

6. Imam Malik bin Anas (w 179 H)

7. Imam Sufyan bin `Uyainah (w 198 H).

8. Imam Muhammad bin Idris al-Syafi`i (w 204 H).

9. Imam Ahmad bin Hanbal (w 241 H).

Itulah sembilan Imam Mujtahid di mana pemikiran hukum atau hasil

ijtihadnya menjadi suatu aliran khusus yang diikuti oleh banyak umat

Islam.

Di anatar sembilan imam mazhab di atas, terdapat empat

maszhab yang sangat popular di kalangan umat Islam dan banyak

dianut di berbagai Negara termasuk Indonesia. Keempat mazhab itu

adalah Hanafiah, Malikiah, al-Syafi`iah, dan Hanabilah.

1. Mazhab Hanafi

Mazhab ini diberi nama dengan mazhab Hanafi yang dinisbahkan

kepada imam mujtahidnya, yaitu Abu Hanifah. Nama lengkapnya

adalah Abu Hanifah al-Nu`man bin Tsabit bin Zauti. Dia lahir di Kufah

pada tahun 80 H/699 M. Pada masa mudanya, Abu Hanifah belajar

fiqih kepada Himad bin Abi Sulayman. Dia juga banyak belajar dari

para tabi`in, seperti `Atha‟ bin Abi Rabah dan Nafi` Maula Ibn Umar.

Abu Haniafah adalah seorang pedagang yang jujur. Dia suka membantu

orang lain dan banyak diam. Ja`far bin Rabi` berkata; “Saya pernah

tinggal bersama Abu Hanifah selama lima tahun, dia sangat pendiam.

Apabila ditanya persoalan fiqih, maka dia membuka atau menjawabnya

bagaikan anak sungai yang mengalir”. Dia meninggal pada tahun 150

H/767 M.

Metode Abu Hanifah dalam mengistinbatkan hukum tergambar

dalam ungkapannya :

Sesungguhnya aku mengambil Kitab Allah jika memang aku

peroleh. Jika tidak memperolehnya, maka aku akan mengambil

sunnah Rasulullah saw dan athar-athar yang sahih yang para

perawinya dapat dipercaya. Jika aku tidak mendapatinya dalam

Kitab Allah dan sunnah Rasul, maka aku mengambil perkataan

sahabat beliau yang aku anggap sesuai dengan pendapatku.

Page 303: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

300

Kemudian aku sekali-kali tidak keluar dari perkataan mereka untuk

beralih kepada pendapat selain mereka. Maka semuanya buntu,

akhirnya kepada Ibrahim al-Asha`bi dan Ibn Musayyab, maka aku

berijtihad sebagaimana mereka berijtihad (al-`Ulwani. 1991;88).

Ungkapan di atas mengambarkan, bahwa Abu Hanifah menjadikan

sahabat sebagai rujukan terakhir. Dia tidak merujuk pendapat tabi`in.

Beliau memilih berijtihad sendiri daripada merujuk tabi`in. Dalam

berijtihad, ada beberapa hal yang menjadi prinsip baginya yaitu :

1. Dalil `am itu qat`i sebagaimana khas.

2. Yang khas itu mubayyin dan tidak dijelaskan dengan bayan

3. Tidak wajib mengamalkan hadis yang diriwayatkan oleh orang

yang bukan faqih, bila menutup kesempatan ra‟yu.

4. Tarjih itu tidak berdasarkan pertimbangan banyak rawi.

5. Tidak perlu dipertimbangkan sama sekali petunjuk syarat dan

sifat

6. Jika tidak ada riwayat Abu Hanifah berbicara tentang qiyas.

Abu Hanifah menggunakan istihsan, bahkan menurutnya dalam kondisi

yang sangat diperlukan istihsan lebih didahulukan daripada kias (al-

`Ulwani. 1991;88).

2. Mazhab Imam Malik

Mazhab ini dikenal dengan mazhab Maliki yang dinisbatkan

kepada imamnya, yaitu Imam Malik. Nama lengkap beliau adalah

Malik bin Anas bin Abi `Amir. al-Asbahi (w 179 H). Dia lahir di

Madinah pada tahun 93 H/712 M. Imam Malik belajar kepada ulama

Madinah, antara lain `Abd al-Rahman bin Hurmuz, Ibn Shihab al-

Zuhri, dan Rabi`ah bin `Abd al-Rahman. Imam Malik wafat di

Madinah pada tahun 179 H/795 M.

Dalam menetapkan hukum, Imam Malik berpegang kepada

Alquran, Sunnah, ijmak, qiyas, qaul al-sahabi, maslahah mursalah,

dan amalan penduduk Madinah. Al-`Ulwani berpandangan, bahwa lima

kaedah yang mendasari mazhab fiqih Imam Malik, yaitu :

1. Mengambil nas dari Kitabullah yang mulia

2. Menafsrikan berdasarkan zahir ayat, yaitu secara umum

3. Memahami makna bedasarkan mafhum mukhalafah (makna

sebaliknya)

4. Memahami makna berdasarkan mafhum muwafaqah (perluasan

dari makna tekstualnya)

5. Memahmi makna berdasarkan illat

3. Mazab Imam al-Syafi`i

Page 304: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

301

Mazhabnya dikenal dengan mazhab al-Syafi`i. Nama lengkapnya

adalah Abu `Abd Allah Muhammad bin Idris al-Syafi`i. Dia lahir di

Ghazzah pada tahun 150 H/769 M. Di antara guru Imam al-Syafi`i

adalah Imam Malik. Dia wafat pada tahun 204 H/ 820 M. Metode

ijtihad Imam al-Syafi`i dalam mengistimbatkan hukum tergambar pada

ungkapannya dalam karyanya “al-Risalah”, seperti yang dikutip oleh

al-`Ulwani (1991); “Yang pokok adalah Alquran dan sunnah. Jika tidak

terdapat dalam kedua sumber itu, maka lakkanlah kias. Sedangkan

ijmak lebih baik dari berita seseorang. Dan hadis yang diutamakan

adalah pemahaman lahiriahnya, jika ia menandung banyak makna

maka diusahakan makna yang mendekati lahiriahnya

Pernyataan di atas mengambarkan kaedah yang dipegangi Imam

al-Syafi`i dalam menetapkan hukum. Secara terperinci dapat

ditegaskan, bahwa Imam al-Syafi`i dalam meistinbatkan hukum

berpeganag kepada kaedah-kaedah berikut:

1. Hukum ditetapkan berdasarkan kepada Alquran, dengan

berpegang kepada makna zahir ayat kecuali jika ada dalil yang

menunjukkan bahwa yang dimaksud bukan makna zahir.

2. Jika jawaban suatu persoalan tidak ditemukan jawabannya dalam

Alquran, maka dirujuk kepada Hadis

3. Selain dua sumber utama di atas, al-Syafi`i juga berpegang

kepada ijma`.

4. Jika suatu persoalan hukum tidak ditemukan atau tidak ada

jawabannya dalam ketiga sumber di atas, Imam al-Syafi`i

berijtihad dengan berpegang kepada qiyas

Berbeda dengan Imam Hanafi dan Maliki, Imam al-Syafi`i menolak

berdalil dengan istihsan dan maslahah musrsalah.

4. Mazhab Imam Hanbali

Tokoh pendiri mazhab ini adalah Ahmad bin Hanbal bin Hilal al-

Shaibani. Dia lahir di Baghdad pada tahun 164 H/780 M. Di antara

gurunya adalah Imam al-Syafi`i, Yusuf al-Hasan, Umair, dan lain

sebagainya. Ahmad bin Hanbal dalam mengistimbatkan hukum

berpegang kepada Alquran, sunnah, perkataan sahabat, qiyas, dan

saddu` al-zari`ah. Untuk itu, Ahmad bin Hanbali berpegang alur

sebagai berikut;

1. Berpeganag kepada nas Alquran dan sunnah

2. Jika tidak terdapat dalam kedua nas itu, maka beralih kepada

fatwa para sahabat

3. Jika terjadi perbedaan pendapat para sahabat, maka diambillah

perkataan mereka yang paling mendekati kitab dan sunnah dan

tidak keluar dari perkataan mereka.

4. Menjadikan Hadis mursal sebagai sumber hukum.

Page 305: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

302

5. Jika ketiga hal di atas tidak juga ditemukan, maka Imam Ahmad

berpegang kepada qiyas dan Saddu` al-zari`ah (al-

`Ulwani.1991;91).

C. Latarbelakang Munculnya Perbedaan Pendapat dalam Islam

Banyak persoalan hukum Islam atau fiqih yang tidak disepakati

oleh para ulama. Ketidaksepakatan itu mencakupi semua bidang, baik

masalah-masalah ibadah maupun masalah-masalah mu‟amalah.

Ketidaksepakatan mereka itu disebabkan beberapa faktor, yaitu

perbedaan metodologi, perbedaan dalam penafsiran atau memahami

ayat, perbedaan dalam menilai kualitas suatu nas, dan perbedaan

metode, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Selain itu,

perbedaan pendapat juga dilatarbelakangi oleh pendekatan yang tidak

sama dalam menyelesaikan nas-nas yang secara lahiriah kontradiksi

(ta‟arud al-adillah).

a. Perbedaan Metodologi

Seperti yang telah tergambar dalam perbincangan sebelumnya,

ternyata ada sumber dan rujukan dalam mengistinbatkan hukum yang

disepakati oleh para mujtahid dan ada pula yang tidak. Yang mereka

sepakati adalah Alquran, sunnah, ijama`, dan qiyas. Dan yang tidak

mereka sepakati antara lain:

1. Aamalan penduduk Madinah

2. Istihsan, yaitu berpalingnya seorang mujtahid dari ketentuan qiyas

jali kepada ketentuan qiyas khafi. Atau, berpalingnya seorang

mujtahid dari hukum kulli kepada hukum istisna‟i karena ada dalil

yang muncul dalam akal yang menurutnya lebih kuat sehingga ia

membuatnya berpaling (Khallaf. t.th; 79)dan

3. Maslahah mursalah, yaitu berarti kemaslahatan mutlak dimana

syara‟ tidak mensyari‟atkan hukum untuk merialisasikannya, dan

tidak ada pula dalil syara‟ yang bertentangan dengannya tetapi ia

berkaitan dengan kemaslahatan umat manusia (Khallaf. t.th; 84).

Selain itu, para imam mujtahid juga mempunyai sikap yang berbeda

dalam menghadapi hadis da`if. Jumhur, misalnya, berpandangan bahwa

hadis da`if tidak dapat dijadikan sumber hukum. Mereka lebih

mengutamakan ijtihad daripada berdalil dengan hadis da`if. Sedangkan

Imam Ahmad bin Hanbal berpandangan lebih baik berpedoman kepada

hadis da`if daripada ijtihad.

Imam Hanafi, sebagai mazhab tertua di antara mazahib al-

arba`ah, dalam mengistinbatkan hukum bersandar pada lima hal, yaitu

Alquran, sunnah, ijma`, qiyas, dan istihsan. Imam Malik bersandar

pada enam hal, yaitu Alquran, sunnah, ijma`, qiyas, msalahah mursalah,

Page 306: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

303

dan amalan penduduk Madinah. Dan Imam al-Syafi`i bersandar pada

Alquran, sunnah, ijma`, dan qiyas. Sedangkan Imam Ahmad bin

Hanbal bersandar pada Alquran, sunnah (termasuk hadis da`if), ijma`,

qiyas, dan saddu al-zari`ah (menutup jalan yang dapat mengantarkan

kepada kerusakan atau maksiat).

Perbedaan dalam menentukan rujukan atau sumber hukum ini

tentu membawa dampak kepada perbedaan istinbat hukum. Imam

Malik, misalnya, menjadikan amalan penduduk Madinah sebagai salah

satu landasan hukum. Hal itu seperti yang tergambar dalam

pendapatnya mengenai membaca basmalah pada awal surat al-Fatihah

dalam shalat. Penduduk kota Madinah, terutama shalat di mesjid Nabi,

tidak membaca basmalah dalam membaca al-Fatihah. Sedangkan

mazhab lainnya, terutama al-Syafi`i, tidak menjadikan amalan

penduduk Madinah itu sebagai landasan hukum. Maka menurutnya,

basamalah mesti dibaca dalam membaca surat al-Fatihah walaupun

penduduk Madinah tidak membaca basmalah.

b. Perbedaan Penafsiran Terhadap Nas Syar`i.

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, bahwa jika

ditinjau dari sisi kepastian dan kejelasan makna, teks Alquran dan

sunnah Nabi itu dapat dikategorikan kepada dua macam, yaitu qat‟i al-

dalalah dan zanni al-dalalah. Qat‟i al-dalalah ialah ayat atau hadis

yang telah memiliki kepastian makna. Ia tidak memiliki kemungkinan

makna selain makna yang pasti itu. Para ulama cenderung sepakat

dalam memaknainya, sehingga merekapun juga sepakat dalam

menetapkan hukum berdasarkan ayat atau hadis tersebut. Sedangkan

zanni al-dalalah ialah ayat atau hadis yang tidak dapat dipantau

maknanya secara pasti, pemahaman para pembaca atau penafsir

terhadap suatu teks hanya sampai pada tingkat kemungkinan besar atau

diduga keras (zann). Dan perkiraan atau kemungkinan besar (zann)

makna suatu teks itu bisa saja tidak sama antar para imam mujtahid.

Maka hal ini menimbulkan perbedaan dalam penafsiran, dan

selanjutnya juga melahirkan perbedaan hasil istinbat hukum.

Dalam menetapkan suatu hukum seorang imam mujtahid bisa

saja merujuk nas syar`i yang sama dengan imam mujtahid lainnya,

tetapi hukum yang ditetapkan berbeda antara satu dari yang lain. Hal

ini disebabkan oleh perbedaan pemahaman atau penafsiran. Pernyataan

dalam suatu nas kadang-kadang dimaknai oleh seorang mujtahid

sebagai suatu kemastian, sedangkan mujtahid lainnya memaknai

dengan suatu keutamaan bukan kewajiban. Sudah menjadi suatu kebiasaan dalam penyampaian risalah kepada

umat manusia, Allah menggunakan bahasa bangsa atau masyarakat yang

Page 307: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

304

menjadi sasaran dakwah, walaupun pesan-pesan Tuhan itu tidak dikhususkan

buat bangsa itu saja. Alquran menegaskan :

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa

kaumnya, supaya dia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada

mereka (QS.14;4).

Alquran sebagai Kitab terakhir diturunkan dalam bahasa Arab, karena

memang sasaran awal dakwahnya bangsa Arab. Mereka dalam kesehariannya

berinteraksi sesama mereka menggunakan bahasa Arab. Alquran

mengambarkan hal itu: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran

dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”(QS.12;2). Orang Arab

sangat bangga dengan bahasa yang mereka gunakan. Mereka menyukai puisi

dan prosa serta amtsâl.

Bagaimanapun juga, bahasa mempunyai andil yang sangat besar

terhadap pemahaman seseorang terhadap teks yang dia baca atau ungkapan

yang dia dengar. Pemahaman pendengar terhadap ungkapan yang didengarnya

atau pemahaman pembaca terhadap teks yang dia baca belum tentu sesuai

dengan apa yang dimaksud oleh pembicara atau penulis teks tersebut. Hal itu

disebabkan oleh pemahaman terhadap teks yang dibaca, baik kemampuan

ataupun cara menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam teks. Maka

itulah sebabnya, kebanyakan hasil penafsiran terhadap nas syra‟i tetap

menjadi nisbi; kebenarannya tidak sampai kepada tingkat mutlak (zhanni al-

dalâlah), kecuali ungkapan-ungkapan yang mempunyai makna yang pasti

(qath`i al-dalâlah), dimana tidak ada kemungkinan makna lain selain makna

yang pasti itu.

Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan Sunnah memiliki karakter

yang dapat membuat pembaca berbeda dalam memahami teks yang dibaca.

Hal itu antara lain dapat dilihat dalam lafaz yang digunakan, dimana ia

mempunyai makna ganda (musytarak). Demikian pula huruf, seperti huruf jar,

ia tidak hanya memiliki satu makna tetapi mempunyai berbagai makna.

Bahkan di antara huruf-huruf itu terdapat huruf yang mempunyai dua puluh

makna. Maka memahami al-nushûsh al-shari`yyah (teks-teks syara`), yang

mengandung huruf jar itu,tentu saja menjadi suatu persoalan krusial, yaitu

bagaimana menetapkan atau menentukan satu di antara begitu banyaknya

makna tersebut. Penentuan makna ini perlu berijtihad, mujtahid perlu

menganalisis sehingga dia dapat melihat makna yang lebih pantas digunakan

dalam ayat yang sedang dia tafsirkan. Tetapi walaupun seorang mujtahid telah

menganalisis dengan segala kemampuan yang dimilikinya, tetap saja makna

yang digunakannya itu sebagai satu altenatif dimana masih banyak alternatif

lain yang keabsahannya sama dengan makna yang dia gunakan.

Para imam Mujtahid sebagai penafsir ayat-ayat Alquran terutama ayat-

ayat hukum menghadapi persoalan-persoalan kebahasan seperti yang telah

disebutkan di atas. Perbedaan-perbedaan mereka dalam menafsirkan ayat-ayat

ahkam dilatarbelakangi juga oleh persoalan-persoalan kebahasaan.

Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai problem

tersendiri.Pemahaman pembaca atau pendengar terhadap teks yang dibaca

atau ungkapan yang didengarnya belum tentu sesuai dengan apa yang

Page 308: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

305

dimaksud oleh penulis teks atau pembicara. Sebab, mungkin saja penulis atau

pembicara itu menggunakan suatu lambang bunyi yang mempunyai banyak

makna, dimana lambang bunyi tersebut dia maksudkan dengan arti tertentu,

sedangkan pembaca teks atau pendengar memaknai lambang itu dengan

makna yang lain lagi. Dengan demikian, perbedaan maksud antara penulis

teks atau pembicara dengan pembaca atau pendengar merupakan suatu hal

yang wajar terjadi. Demikian pula perbedaan antar para pendengar dan

pembaca; mungkin saja ada di antara pembaca suatu teks atau pendengar

suatu ungkapan menangkap makna tertentu sementara pembaca atau

pendengar lainnya menangkap makna yang lain lagi. Dengan demikian,

perbedaan pemahaman antara para pembaca teks yang sama atau para

pendengar ungkapan yang sama merupakan suatu keniscayaan. Sebab, bahasa

memang menuntut atau menggiring manusia kepada perbedaan-perbedaan itu.

Berangkat dari analisis di atas, maka dapat ditekankan bahwa

perbedaan para imam mujtahid dalam menafsirkan Alquran merupakan suatu

keniscayaan. Kondisi bahasa Alquran itu sendiri mempunyai konsekuensi

kepada perbedaan tersebut. Sebab tidak semua ayat Alquran itu mempunyai

makna yang jelas (al-muhkamât), yang mengambarkan kepastian makna

(qath`i al-dalâlah) dimana ia menggiring kepada keseragaman dalam

memahaminya. Justru sebaliknya,banyak terdapat dalam Alquran ayat yang

menggunakan lafaz yang tidak mempunyai makna pasti atau samar-samar (al-

mutasyâbihât). Kesamar-samaran makna itu tentu tidak dapat mencapai tarap

kepastian makna. Status pemaknaannya tetap berada pada ketidak pastian

(zhanni al-dalâlah), dimana hal ini berdampak kepada perbedaan atau

ketidaksepakatan dalam pemaknaan terhadap suatu teks.

Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan sunnah mempunyai kondisi

seperti yang telah disebutkan di atas. Ia mempunyai beragam lafaz yang

menunjukkan satu makna atau beragam makna yang dimiliki oleh suatu lafaz,

baik makna kata kerja (fi`il), kata benda (isim), ataupun kata sambung (hurûf).

Keberagaman makna ini tentu saja mempunyai dampak terhadap pemaknaan

teks ayat.

Lebih jauh lagi, yang menjadi persoalan dalam teks Arab (al-nushûsh

al-`arabiyah) adalah penentuan maksud kata ganti (isimdhamîr), kemana ia

dikembalikan. Berbeda dalam menentukan maksud yang ditunjuki oleh isim

dhamir jelas mempengaruhi makna. Demikian pula isimisyârah, untuk

memahami teks seorang pembaca mesti dapat menentukan kata yang ditunjuki

(musyârah ilayh) oleh isim tersebut. Berbeda dalam menentukan musyârah

ilayh berdampak pula kepada perbedaan pemahaman.

Paling tidak ada enam persoalan kebahasaan yang dapat membentuk

perbedaan pendapat para ulama dalam menafsirkan nusus al-shar`iyyah, yang

tentu saja berpengaruh terhadappenetapan hukum. Keenam perseoalan itu

adalah pemaknaan huruf Jar dan `Athaf, pemaknaan terhadap kata benda

(isim) dan kata kerja (fi`il), penentuan musyârahilayh dari suatu isimisyârah,

penentuan tempat kembali dhamîr, cakupan dan kualitas makna suatu lafaz,

serta makna hakiki dan majazi

Page 309: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

306

Dalam Bahsa Arab, kadang-kadang suatu lafaz mempunyai

makna ganda. Ketika lafaz itu digunakan dalam suatu nas syar`i maka

tentu pemaknaannya menjadi tidak pasti. Artinya, yang mana satu dari

beberapa makna yang mesti digunakan dalam memahami lafaz yang

terdapat dalam nas syar`i tersebut. Karena ketidakpastian makna itu

membuat para mujtahid mempunyai perspektif dan pandangan yang

berbeda. Justru itu muncullah perbedaan dalam menetapkan suatu

hukum walaupun didasarkan atas nas yang sama. Demikian pula

penentuan tempat kembali dhamir dan musyarah ilaih-nya suatau isim

isyarah. Perbedaan-perbedaan dalam penentuan persoalan ini jelas akan

berpengaruh kepada pemahaman dan pengamalan.

c. Perbedaan Dalam Menilai Kualitas dan Status Suatu Nas.

Nas syar`i, yang terdiri dari Alquran dan sunnah, dapat

dikategorikan kepada qat`i dan zanni. Jika ditinjau dari segi wurud

(kemunculannya)-nya, seluruh ayat Alquran termasuk dalam kategori

qat`i al-wurud. Dan jika dilihat dari segi dalalah (makna)-nya, ayat al-

Qr‟an itu ada yang qat`i al-dalalah dan ada pula yang zanni al-dalalah.

Dalam persoalan kualitas dan kebsahannya, ayat Alquran tentu tidak

diragukan lagi. Maka tidak perbedaan pendapat para ulama, mengenai

suatu persoalan, yang dilatarbelakangi oleh perbedaan dalam menilai

kualitas atau keabsahan ayat Alquran. Umat Islam sepakat, dan juga

terbukti secara ilmiah, bahwa seluruh ayat Alquran datang dari Allah

dan sampai kepada seluruh umat dengan jalan mutawatir. Ayat-ayatnya

terjaga dari penambahan, pengurangan, dan perubahan. Maka

perbedaan pendapat para imam mujtahid yang berasal dari Alquran

hanya disebabkan oleh perbedaan penafsiran.

Hadis Nabi, yang tidak termasuk dalam kategori mutawatir,

merupakan zanni al-wurud. Para ulama kadang-kadang berbeda dalam

menilai Hadis yang zanni al-wurud itu. Ulama yang menilainya suatu

Hadis itu sahih, tentu dia menjadikannya sebagai sumber atau sandaran

hukum. Demikian pula sebaliknya; ulama yang menilainya sebagai

Hadis da`if tentu tidak akan menjadikannya sebagai sandaran hukum.

Perbedaan dalam menilai kualitas Hadis ini tentu berdampak kepada

ketetapan suatu hukum.

d. Perbedaan dalam Menyelesaikan Nas yang Bertentangan

(Ta`arudh al-Adillah). Bagaimanapun juga, secara lahiriah selalu ditemukan

pertentangan-pertentangan (ta`arudh) antara suatu nas dengan nas

lainnya, baik Alquran maupun sunnah. Dengan adanya kontradiksi

tersebut maka para pakar hukum Islam menyusun sutau teori untuk

menyelesaikannya, yaitu ta`arud al-adillah (pertentangan antara dalil-

Page 310: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

307

dalil). Ada beberapa metode yang dapat dijadikan pegangan dalam

menyelesaikan ta`arud tersebut, yaitu :

a. al-jam`u wa al-tawfiq, yaitu mengkompromikan atau melihat sisi

kesesuaian dalil-dalil yang bertentangan itu sehingga keduanya

diamalkan. Untuk itu, seorang mujtahid dapat melihat dan

mengemukakan maksud dalil tersebut dimana masing-masing

dalil punya maksud dan makna yang berbeda sehingga dalil-dalil

itu dapat disimpulkan bahwa ia tidak saling bertentangan

b. al-tarjih, yaitu melakukan penilaian terhadap nas syar`i yang

kontradiktif itu; mana di antaranya yang paling kuat. Nas paling

kuat itulah yang dipakai dan diamalkan. Hal itu dilakukan dengan

cara melihat kualitas sanadnya. Walaupun semuanya siqah atau

adil, tetapi bisa dinilai yang paling siqah berdasarkan tingkat

kesiqahannya. Hal itu dengan berpijak pada istilah peringkat

kesiqahan para rawi yang digunakan oleh para ahli hadis, seperti

awsaqu al-nas, siqatun-siqatun, siqatun, dan lain sebagainya.

c. al-naskhu, jika kedua poin di atas tidak bisa dilakukan maka

seorang mujtahid menelusuri kemuculan nas-nas tersebut. Nas

yang muncul duluan berarti telah dinasakhkan oleh nas yang

munculnya kemudian.

d. al-tawaquf, yaitu mujtahid mengabaikan nas-nas yang

bertentangan itu, tidak menjadikanya sebagai sumber hukum.

Seorang mujtahid berpaling darinya dan berpegang kepada

sumber lain. Hal ini berdasarkan suatu kaedah “al-dalilu iza

tatharraqa ilayhi al-ihtimalu kasaha tsawbu al-ijmal, fasaqatha

bihi al-istidlal (apabila suatu dalil mengamndungi keraguan,

maka maknanya menjadi tidak jelas. Dengan demikian, dalil

tersebut gugur dijadikan sebagai sandaran)

Itulah empat hal yang dapat dijadikan pegangan dalam

menyelesaikan nas-nas syara` yang saling bertentangan. Para mujtahid

kadang-kadang mempunyai sikap yang berbeda dalam menggunakan

satu di antara empat hal tersebut. Ada imam mujtahid yang melakukan

kompromi terhadap nas-nas syar`i yang bertentangan itu, sementara

mujtahid lainnya menggunakan nasakh atau sebaliknya. Bahkan, ada

kemungkinan para imam mujtahid menggunakan pendekatan yang

sama, tetapi pola yang digunakan berbeda dan tentu juga hasilnya

berbeda. Maka perbedaan mereka dalam hal ini tentu berdampak

terhadap hasil ijtihad atau istimbat hukumnya.

D. Corak pemahaman Islam di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang berpenduduk muslim

terbanyak di dunia. Pada umumnya, muslim Indonesia menganut

mazhab al-Syafi`i dalam bidang fiqih dan Asy`ariah dalam bidang

Page 311: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

308

aqidah dan ilmu kalam. Hal ini disebabkan oleh para da`i atau ulama

yang menyebarkan agama Islam pada awal perkembangannya adalah

bermazhab al-Syafi`i dan Asy`aryah. Kemudian dilanjutkan oleh para

ulama, yang pada umumnya juga bermazhab al-Syafi`i. Mereka

mendirikan pondok pesantren yang tersebar di berbagai daerah di

penjuru tanah air. Kitab-kitab yang menjadi rujukan dan bahan bacaan

serta kajian di pondok pesantren tersebut adalah kitab-kitab Syaf`iyah,

antara lain:

a. Ghayah al-Taqrib, yang disyarah menjadi Fath al-Qarib al-Mujib

dan disyarah lagi oleh al-Bajuri

b. Qurrah al-`Ayn, yang disyarah oleh menjadi Fath al-Mu`in dan

disyarah lagi oleh I`anah al-Thalibin

c. Minhaj al-Thalibin, yang disyarah oleh al-Mahalli dan disyarah

lagi oleh Qalyubi wa `Umayrah

Semua kitab ini ditulis dalam mazhab al-Syafi`i. Pertumbuhan Islam di

Indonesia sangat pesat, banyak melahirkan ulama ternama tidak hanya

ditanah air tetapi juga bahkan di Timur Tengah seperti Syekh Khatib

Minangkabawi dan al-Nawawi al-Jawi.

Tidak semua muslim Indonesia yang brmazhab al-Syafi`i dan

Asy`ariyah, terdapat pula mazhab atau aliran lain yang dianut oleh

sebagian penduduk Indonesia, seperti mazhab Hanafi, Maliki, dan

Hanbali dalam bidang fiqih serta Mu`tazilah dalam bidang ilmu kalam.

Di Indonesia terdapat berbagai organisasi masyarakat Islam, seperti

Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiah, Tarbiyah Islamiah, al-

Wasliah, dan lain sebagainya. Dari aspek agama, semua organisasi

keislaman ini mempunyai ideologi yang sama, yaitu Islam. Tetapi dari

aspek aliran atau metodologi pemahaman keislaman, organisasi-

organisasi tersebut mempunyai perbedaan. Muhammadiah, misalnya,

tidak menganut suatu mazhab tertentu, bahkan ia menyerukan agar

kembali kepada Alquran dan sunnah. Nahdhatul Ulama menganut salah

satu dari empat mazhab yang telah dikemukakan di atas. Sedangkan

Tarbiyah Islamiyah dan Al-Wasliyah menganut mazhab al-Syafi`i.

Page 312: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

309

DAFTAR REFERENSI

Al-Qur‟ān al-Karīm dan Terjemahannya. t.th. Departemen agama RI.

Semarang; PT. Toha Putera.

„Abd al-Baqi,Muhammad Fu‟ad. 1992. Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfāz al-

Qur‟ān. Bairut; Dar al-Ma‟rifah.

„Abduh,Muhammad. 1972. Al-A‟māl Al-Kāmilah. Bairut: al-Mu‟assasah

al‟arabiyah.

Abdurrahman, (2007), Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakrta:

Akademika Pressindo

Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t).

Abu Saud, Mahmud. Khuthuth Ra‟isiyyah fi al-Iqtishadi al-Islami (Terj.

Ahmad Rais); Jakarta. Gema Insani Press. 1991.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, cet. VII 2003).

Adnan Muhammad Zarnur, „Ulum al-Qur‟an: Madkhal ila Tafsir al-

Qur‟an wa Bayan al-Ijazih, (t.tp, al-Maktabah al-Islami,

1981).

Afandi, Ali, (2004), Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum

Pembuktian, Jakarta: PT. Reneka Cipta.

Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1995).

Al-`Ulwani, Thaha Jabir Fayyadh. Adab al-Ikhtilaf fi al-Islam (terj.Abu

Fahmi). Jakarta; Gema Insani. 1991.

Al-„Akkad, Abbas Mahmud, 1981, Ketuhanan Sepanjang Ajaran

Agama-agama dan Pemikiran

Al-Dabur, Ibrahim Fadhil. Al-Iqtishad al-Islamy Dirasah wa Tatbiq. Jordan;

Dar al-Manahij. 2008.

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2001. Kitab Tauhid

Yogyakarta: Universitas Islam

Page 313: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

310

Ali Abd al-Raziq, Al-Islam wa Ushul al-Hukm, (Kairo, 1925).

Ali Jum‟ah. 2013. Menjawab Dakwak Kaum Salafi (judul asli: Al-

Mutasyaddiduun Manhajuhum wa Munaaqasyatu Ahammi

Qadhaayaahum). (Jakarta: Khatulistiwa Press).

Ali, Maulana Muhammad. 1980. Islamologi. (Dinul Islam). Jakarta:

PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Al-Isfihāni, al-Rāghib. Al-mufradāt fi Gharīb Alqur‟ān. 2001. Bairut; Dar al-

Ma`rifah.

Al-Jisr, Sayid Husein Affandi. T.t. Al-Hushun al-Hamidiyyah li al-

Muhafazhah „ala „Aqaid al-Islamiyyah.

Al-Malaybari, Zain al-Din bin Abd al-Aziz. Fath al-Mu`in bi Syarh Qurah al-

`Ayn. Semarang; Karya Thaha Putra. T.th.

Al-Marāghī, Ahmad Mustafa. 1974. Tafsīr al-Marāghī . Bairut; Dār Ihyā‟ al-

Turaś al-„Arabi.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 2001. Tafsir Al-Maraghi Jld. I. (Beirut:

Dar al-Fikri).

Al-Qardāwi, Yūsuf. 1997. Min Fiqh al-Dawlah fi al-Islām. Kairo; Dār al-

Syurūq.

----------------------- Dawr al-Qiyami wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami

(Terjemahan; Zainal Arifin). Jakarta; Gema Insani Press.1997.

----------------------- 2000. Karakteristik Islam Kajian Analitik. (Surabaya:

Penebit Risalah Gusti).

Al-Razi, Imam Muhammad ibn Abi Bakar ibn Abdul Qadir. 1994. Mukhtar

al-Shihhah. Beirut:Dar al-

Al-Sāwi, Ahmad. t.th. al-Shāwi „Alā al-Jalālayn. t.tp.: Dār Ihyā‟ al-Kutub al-

„Arabiyah.

Al-Shābūni, Muhammad Ali. t.th. Shafwah al-Tafāsīr. Bairut; Dar al-Jayl.

Al-Shan‟ani, Muhamm`ad Isma‟il al-Kahlani, T.t. Subul al-Salam Syarh

Bulugh al Maram Min Jam‟i Adillat al-Ahkam. (Bandung:

Dahlan).

Page 314: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

311

Al-Sya‟rawi, Muhammad Matawalli. 1991. Tafsīr al-Sha‟rawi. t.tp. Akhbar

al-Yawm.

al-Tirmizi. Sunan al-Tirmizi; Wahuwa al-Jami` al-Sahih. Hadis ke-4033.

Aminuddin, dkk. (2006), Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Aminuddin, dkk. (2006), Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Amir Syarifuddin, 1997. Ushul Fiqh I. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu).

Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran dalam Hukum Islam, (Padang:

Angkasa Raya, 1990).

Anshari, Endang Saifuddin. 1980. Kuliah Al-Islam. (Jakarta: CV.

Rajawali)

Badri Khaeruman, Otensitas Hadis, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004)

Beik, Hudhari. 1980. Terjamah Tarikh Tasyri‟ Al-Islami‟ Sejarah

Pembinaan Hukum Islam. Judul asli: Tarikh al-Tasyri‟ al-

Islami. (Tkp: Penerbit Rajamurah-Alqona‟ah).

Dahlan, Abdul Aziz (ed.). 2006. Ensiklopedi Hukum Islam V. (Jakarta:

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve).

Deliar Noer. 1997. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung; Mizan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta; Balai Pustaka. 1990.

Devos, H. 1987. Pengantar Etika. (Yogyakarta: PT. Tiara )

Didiek Ahmad Supadie dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam, (Jakarta:

Rajawali Press, 2012)

Dirjarkara, N. 1978. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan

Jakarta.

Elimartati, (2010). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Batusangkar :

STAIN Batusangkar Press.

Habanakah, Abdurrahman. 1998. Pokok-Pokok Akidah Islam. Jakarta:

Page 315: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

312

Gema Insani.

Hakim, Rahmat, (2000), Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka

Setia.

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam

di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Departemen Agama RI,

2004).

Hanafi, Hassan. 2003. Dari Akidah ke Revolusi Sikap Kita terhadap

Tradisis Lama. Jakarta:

Haroen, Nasrun. 1997. Ushul Fiqh I. (Jakarta: Logos Publishing).

Hasbi Asshiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang;

Pustaka Rizki Putra, 2002).

Hidayat, Komaruddin et. Al. 2001. Agama di Tengah Kemelut. (Jakarta:

Hijāzi, Muhammad Mahmud. Tafsir al-Wadhih. 1993.

Hijāzi,Muhammad Mahmud. 1993. Al-Tafsīr al-Wādhih. Bairut; Dar al-

Jayli

.

Ibn Kathīr, ‟Imād al-Dīn Abī al-Fidā‟ Ismā‟il. t.th. Tafsīr Al-Qur‟ān al-

„Azīm. Bandung; Syirkah Nur Asia.

Ibn Manzūr,Abi al-Fadhl Jamal al-Din Muhammad bin Mukram. 1990.

Lisān al-„Arab. Bairut; Dār Shādir.

Ibnu Faris, Abu Husein Ahmad. 1979. Al-Mu‟jam Maqayis al-Lughah.

Mesir: Al-Hilabi.

Ka‟bah, Rifyal. 1999. Hukum Islam di Indonsia. (Jakarta: Universitas

Yarsi Jakarta).

Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2009)

Khallaf, Abd al-Wahhab. Ilmu Usul al-Fiqh. Kuwait; t.pt. t.th.

Kosasih, “Implementasi Nilai-Nilai Akidah Islam di Lingkungan

Civitas Akademika Univrsitas Negeri

Page 316: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

313

Kosasih, Ahmad. 2003. HAM Dalam Perspektif Islam; Menyingap

Persamaan dan Perbedaan Antara Islam dan Barat.

(Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah).

Lopa, Baharuddin. 1996. Al-Qur`an dan Hak-Hak Azazi Manusia.

(Yogyakarta: PT. Dana Bahakti Prima Yasa).

Ma‟luf, Loewis. T.t. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‟lam. (Beirut: Dar

al-Syuruq).

Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban. (Jakarta:

Penerbit Yayasan Wakaf Paramadina)

Mahmood, Tahir (Ed.). 1993. Human Right in Islamic Law, Firs

Edition. Institut of Objektive Studies 162 Jegabai Extn.,

Jamia Nagar, New Delhi-110025.

Malik, M.A, dkk, (2009), Pengembangan Kepribadian Pendidikan

Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta:

Departemen Agama RI

Manna‟ Khalil Qattan, Terj. Mudzakir, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an,

(Jakarta: PT Litera Antar Nusa, 1996).

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2001. Fiqih LimaMazhab (Terjemahan

dar judul Asli: Al-Fiqh „ala Madzahib al-Khamsah). (Jakarta:

Penerbit Lentera).

Muhammad Ali, Malana. 1980. Islamologi (Dinul Islam). (Jakarta:

Darul`l Kutubi`l Islamiyah, PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve).

Munawwar, Sayid Agil. 2002. Al-Qur`an Membangun Tradisi

Kesalehan Hakiki (Ed. Abdul Halim). (Jakarta: Ciputat

Press).

Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003)

Nasrun Haroen. 1997. Ushul Fiqh I. (Jakarta: Logos Publishing).

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah

Nasution, Harun. 1991. Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Page 317: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

314

Nurdin, Muslim. 1993. Moral dan Kognisi Islam. (Bandung: CV.

Alfabeta).

Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Umum, (Yokyakarta: Aswaja Pressindo, 2014)

Paul S. Baut & Benny K. Harman. 1988. Kompilasi Deklarasi Hak-Hak

Asasi Manusia. (Jakarta: YLBHI.)

Perangin, Effendi, (2014), Hukum Waris, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Poejawiyatna. 1990. Etika. (Jakarta: Rineka Cipta).

Poerwadarminta, W.J.S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

(Jakarta: Balai Pustaka)

Purbopranoto, Kuntjoro. 1982. Hak-Hak Asasi Manusia dan Pancasila.

(Jakarta: Pradya Paramita).

Rasyidi, H.M. 1975. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Rofiq, Ahmad, (2002), Fiqh Mawaris, Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Sabiq, al-Sayyid. Fiqh al-Sunnah Jilid III. Bairut; Dar al-Fikr. 1983.

--------------------Fiqh al-Sunnah Jld. II. (Kairo: Dar al-Tsaqafah al-

Islamiyyah).

--------------------- 1465H. Fiqh al-Sunnah Jilid I. (Kairo: Dar al-

Tsaqafah al-Islamiyah li al-Thiba‟ah wa al-Nasyr wa al-

Tauzi‟).

Said Bakri.I`anah al-Thalibin.Semarang; Thaha Putra.t.th.

Sauri, Sofiyan, (2012), Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam,

Bandung: Rizqi Press.

Sauri, Sofiyan. (2008), Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi,

Bandung, CV. Maulana Media Grafika.

Seyyed Hossein Nasr, Spritualitas dan Seni Islam, (Bandung: Mizan,

1993)

Page 318: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

315

Shihab, M.Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur`an. (Bandung: Penerbit

Mizan).

--------------- 1996. Wawasan Al-Qur`an. (Bandung: Penerbit Mizan).

Shomad,Abdul, (2010). Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah

dalam Hukum Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Sudjana, Eggi. 2002. HAM Dalam Perspektif Islam Mencari

Universalitas HAM bagi Tatanan Modernitas yang Hakiki.

(Jakarta: Penerbit Nuansa Madani).

Supriadi, (2006), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Grafika Karya

Utama

---------------- (2013), Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan

Tinggi, Bandung: CV. Maulana Media Grafika

Supriadi, dkk, (2005) Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, Surabaya:

Maktabah Al-Tsaqafah.

Surur, Taha Abd al-Baqi. 1961. Dawlah al-Qur‟ān. Kairo; al-Maktabah

al-„ilmiyah.

Suryana, Toto, A. dkk., (1996), Pendidikan Agama Islam, Bandung:

Tiga Mutiara

Syahidin, dkk (2009) Moral dan Kongisi Islam, Bandung: Alfabeta.

Syukur, Asywadie. 1994. Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh

Muhammad Sanusi. Surabaya: PT. Bina.

Taher, Elza Peldi (Ed.). 1994. Demokratisasi Politik Budaya dan

Ekonomi. (Jakarta: Paramadina).

Tarmizi Taher, Kerukunan Hidup Umat Beragama dan Studi Agama-

agama, Makalah, (Yokyakarta: LPKUB IAIN Sunan

Kalijaga, 1998).

Tim Pendidikan Agama Islam (2007), Buku Panduan Pendidikan

Agama Islam, Bogor: IPB. UI. Press).

Page 319: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

316

“Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang

Hak-hak Asasi Manusia”. Lembran Negara RI Tahun 1999

No. 165. Sekretaris Kabinet RI Kepala Biro Peraturan

Perundang-undangan II.

Usman, Suparman dan Yusuf Somawinata, (2002), Fiqh Mawaris:

Hukum Kewarisan Islam, Jakarta :Gaya Media Pratama.

Usman,Abd al-Karim. 1968. Al-Nizām al-Siyāsi fī al-islām. Bairut;

t.tp.

Wasfi, Mustafa Kamal. 1994. Al-Nizām al-Dustūri fi al-islām;

Muqāran bi al-Nuzum al-„Asyriyah, Kairo; Maktabah

Wahbah.

Yamani, Ahmad Zaki. 1974. Syari‟at Islam Yang Abadi Menjawab

Tantangan Masa Kini (judul asli: Al-Syari‟at al-Khalid wa

Musyakalat al-„Ashri). (Bandung: PT. Al-Ma‟arif).

Yaqub Hamzah. 1983. Etika Islam. (Bandung: CV. Diponegoro).

Yunus, Mahmud. 1979. Tafsir Qur`an Karim. (Jakarta: PT. Hidakary

Agung).

Zakiyah Daradjat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1984).

Page 320: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

317

CURRICULUM VITAE PENULIS

I. N a m a : Dr. AHMAD KOSASIH, M.Ag

NIP : 195711231987031003

Pangkat : Lektor Kepala IV/a

Tempat/ Tgl. Lahir : Bayang, Painan, / 23 November

1957

S u k u : Tanjung/ Minangkabau

Pekerjaan : Dosen Agama Islam Universitas

Negeri

Padang

A l a m a t : Komplek Monang Blok B/14, Air

Tawar

Barat, Padang, Tel. 0751-444918;

HP: 085263650825 ; E-mail:

[email protected]

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

S1. Aqidah-Filsafat Fak. Ushuluddin IAIN “IB” Padang, 1984

S2. Pemikiran Islam, P.Ps IAIN Syarf Hidayatullah Jakarta, 1996

S3. Kajian Islam P.Ps UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Guru TPA/MDA 1977-1987

2. Dosen Luar Biasa Fak. Ushuluddin IAIN “IB” Padang (184-1992)

3. Dosen Tetap IKIP (kini UNP) Padang 1988-sekarang

4. Dosen Luar Biasa pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan PGRI Sumbar

5. Penceramah Bimbingan Rohan Islam RRI Padang 1984-1992

6. Pengisi acara Teledakwah TVRI Sumbar 2006-sekarang

7. Sekretaris ICMI Orsat Madina IKIP Padang 1992-1995.

8. Muballigh dan Dewan Kehormatan pada Korps Muballig “Dewan

Akbar Indonesia ” (DAI) 1999-sekarang

9. Penulis di berbagai media dakwah Ibukota Jakarta

10. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam “M A” Bayang Pessel 2004-

2008

11. Sekretaris Umum DPW Asosiasi Dosen Pendidikan agama Islam

(ADPISI) Sumbar 2006-sekarang.

12. Pengurus MUI Kota Padang 2007-2011Bidang Pendidikan dan Seni

Page 321: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

318

13. Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumatera Barat 2012-

sekarang

14. Pengurus Ikatan Persaudaraan Muballig dan Pengurus Masjid se-

Kota Padang 2008-2011.

15. Pengurus MUI Sumbar 2011-2015 Bidang Ukhuwah

16. Pengurus Masjid Al-Azhar, kampus Universitas Negeri Padang

17. Pengurus Yayasan DR.H.Abdullah Ahmad PGAI Sumbar.

18. Staf Ahli/Pengasuh Konsultasi Agama pada Koran

Kampus GANTO, Universitas Negeri Padang 2008- sekarang.

C. Karya Tulis yang diterbitkan 1. “Hati-hati Qiyamat Sughra” dalam Koran Kampus “Shautul

Jami‟ah” IAIN

Imam Bonjol Padang , tahun 1980.

2. IAIN antara Ulama dan Sarjana dalam Koran Kampus “Shautul

Jami‟ah” IAIN

Imam Bonjol Padang, tahun 1981.

3. Akidah Tauhid dan Keharusan Universal dalam Majalah

“SUARA KAMPUS‟

IAIN Imam Bonjol Padang tahun 1984.

4. “Telaah Islam atas Motivasi Kerja” dalam Nilai & Makna Kerja

dalam Islam,

Nuansa Madani, Jakarta , 1999

5. 33 Butir Pesan Religius buat Kehidupan, Penerbit: Salemba Diniyah,

Jakarta ,

2002

6. HAM dalam Perspektif Islam: Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan antara

Islam dan Barat, Penerbit: Salemba Diniyah, Jakarta , 2003.

7.“Peranan Keuangan dalam Meningkatkan Keimanan Umat Islam”

dalam

8. Merajut Potensi Rantau, Kartika Insan Lestari, Jakarta , 2003.

9. Sejumlah Entri dalam Ensiklopedi Al-Qur`an dibawah Koordinator

Prof.

Page 322: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

319

DR.M.Quraish Shihab, MA sedang dalam proses penerbitan

10.Sejumlah Entri dalam Ensiklopedi Minangkabau sedang dalam

proses penerbitan.

11.“Aliran Predestinasi Vs. Free Will dalam Teologi Islam”

dalam TAJDID

(Jurnal Nasional Ilmu-Ilmu Ushuluddin) Fakultas Ushuluddin

IAIN Imam

Bonjol Padang tahun 2003.

12. Sejumlah artikel dalam berbagai media dakwah di Jakarta atara

lain : PESAN

Masyarakat Madani, “Buletin Dakwah” DDII, Buletin “Uswatun

Hasanah”

LDK Muhammadiyah, Forum Lintas Rantau (Majalah Orang Pesisir

Selatan

di Jakarta), dan Mimbar Jum‟at Dewan Akbar Indonesia (DAI).

13. “Menyikapi Aliran Sesat” dalam harian Padang Ekspres Padang

, 2007.

14. MENYINGKAP PESAN LANGIT: Sebuah Renungan Spiritual

menghadapi

Krsis Moral (dalam proses penerbitan).

15. “Pengembaraan Rohani Ulama” artikel dalam

Harian Singgalang Padang,

2008.

16. “Kategori Ulama” artikel dalam Harian Singgalang, Padang 8

Agustus 2008

17. “Ulama Sebagai Pewaris Nabi” artikel dalam Harian

Singgalang, Padang

10 Oktober 2008

16. “Berdamai dalm Perbedaan” , artikel dalam Harian Padang

Ekspres, tanggal

30 Juli 2011.

Page 323: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

320

2. Dr. H. Kadar. M. Yusuf, M.Ag

Kadar atau Kadar M. Yusuf, yang juga dikenal dengan nama Lailatul Qadar, lahirkan di Pantaicermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Propinsi Riau pada tanggal 21 Mei 1965 dari pasangan Muhammad Yusuf dan Raficah. Setelah tamat dari SD Negeri Pantaicermin (1979), anak kelima dari 11 orang bersaudara ini menekuni kajian dalam bidang “ilmu-ilmu ke-Islaman” di Pondok Pesantern Darus Salam Sani Batu Bersurat - Kampar (1980-1985). Pada tahun 1986, dia melanjutkan studinya ke IAIN Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru jurusan Bahasa Arab dan gelar S1 dia peroleh pada tahun 1990. Gelar S2 dia peroleh dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1999, dalam bidang Pemikiran Tafsir al-Qur’an. Pada tahun 2001, Kadar mengikuti Program S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Dan gelar Ph.D beliau dapatkan dari Universitas tersebut pada tahun 2005.

Lailatul Qadar berkhidmat sebagai tenaga pengajar pada beberapa Pesantren, yaitu Pesantren al-Munawwarah (1986-1988), Pesantran Babussalam (1989-2001) di Pesantren ini selain sebagai tenaga pengajar beliau juga menjabat Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, dan Pesantren al-Hidayah Kampar (1989-1994). Dan mulai pada tahun 1994 sampai sekarang, beliau diangkat sebagai Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN SUSQA Pekanbaru (sekarang UIN Suska Riau), mengasuh mata kuliah Tafsir.

Kadar M. Yusuf telah mengasilkan berbagai karya tulis dalam bentuk buku, yaitu antara lain:

1. Pembelaan al-Qur’an Kepada Kaum Tertindas (Amzah 2005),

2. Analisis Qur’ani Terhadap Pemikiran Ibn Sina dan al-Ghazali

Mengenai Rohani dan Prilaku Manusia (Susqa Press 2008),

3. Studi Alqur’an (Amzah 2009),

4. Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik Ayat-Ayat Hukum

(Amzah2011), dan

5. Tafsir Tarbawi; Pesan-pesan Alquran tentang Pendidikan

(Amzah2013).

Page 324: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

321

3. Hj. Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag

Hj. Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag lahir di Kota Tengah (Rokan

Hulu) Riau pada tanggal 14 Mei 1973. Anak pertama dari lima

bersaudara pasangan dari H. Bakhtiar Rahman dan Hj. Aminah. Istri

dari H. Abdurrahman , S.Pd dan ibu dari empat orang anak. Setelah

menyelesaikan studi sarjana (S1) pada tahun 1996 pada jurusan

Pendidikan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN

SUSQA Pekanbaru mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di

IAIN Sumatera Utara di Medan. Setelah menempuh masa studi selama

dua tahun, program pascasarjana (S2) dapat diselesaikan pada tahun

1998 pada program Studi Islam (Islamic Studies).

Sejak tahun 1998 mengabdikan diri sebagai dosen luar biasa di

IAIN SUSQA Pekanbaru dan diangkat menjadi dosen tetap (PNS) pada

tahun 2001. Di samping itu penulis juga diberi amanah /diperbantukan

oleh Kementerian Agama RI di Universitas Riau sebagai dosen

pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Kagiatan ilmiah yang penulis ikuti dalam kapasitas sebagai

dosen Pendidikan Agama Islam sudah lima kali mengikuti pelatihan

tingkat nasional dan berulang kali mengikuti pelatihan tingkat

daerah/institusi.

Penulis juga aktif melakukan penelitian dan karya ilmiah di

lingkungan UIN SUSKA Riau sejak tahun 2006 sampai sekarang.

Karya yang sudah dipublikasikan antara lain:

1. Penelitian Tindakan Kelas ( Yokyakarta, Nusa Media, 2010)

2. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum

(Yokyakarta: Aswaja Presindo Press, 2014)

3. Pengantar Studi Islam (Yokyakarta: Aswaja Pressindo Press,

2013).

4. Beberapa artikel di Jurnal Kampus.

Page 325: bpmku.unila.ac.id€¦ · PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Disusun dalam rangka penyelenggaraan Program Penyusunan Buku Ajar Bersama BKS PTN-Barat …

322