Upload
desi-almonika
View
273
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BOTANI, SYARAT TUMBUH, DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
OLEH:
KELOMPOK I
AFRI FAJAR 0905101060001DESI ALMONIKA 0905101050005
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN – UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH2012
PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sangat penting artinya bagi
Indonesia. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir kelapa sawit menjadi komoditas
andalan ekspor dan komoditas yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
dan harkat petani pekebun serta para transmigran Indonesia.
Total investasi perkebunan kelapa sawit baru selama April – September
2007 mencapai Rp 7,7 triliun, sehingga berpotensi menyerap sedikitnya 93.000
tenaga kerja dan dapat menggerakkan perekonomiam di pedesaan (Pardamean,
2008).
Kelapa sawit ternyata berhasil menjadi komoditas yang dapat menembus
daerah yang selama ini tidak dimilikinya, seperti Kalimantan; Sulawesi; Papua;
dan Provinsi lain di luar Aceh, Sumatera Utara, dan Lampung. Komoditas ini
ternyata cocok dikembangkan, baik berbentuk pola usaha perkebunan besar
maupun skala keci untuk petani pekebun. Pertumbuhan kelapa sawit cukup
berahabat dibandingkan tanaman lain dan lebih tahan menghadapi berbagai
kendala dan masalah.
Awalnya, industri pengolahan kelapa sawit menghasilkan minyaj mentah
atau CPO (crude palm oil) untuk diekspor. Namun, beberapa tahun terakhir
banyak bermunculan pabrik pengolahan minyak mentah maupun industri oleo-
kimia yang menggunakan bahan baku yang berasal dari minyak kelapa sawit.
Akibatnya, ragam produk indistri pengolahan kelapa sawit menjadi lebih banyak,
baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor.
Nilai ekspor RBD-Olein, RBD-Stearin, dan produk turunan lain dari tahun
ke tahun mengalami peingkatan. Tahun 2005 volume ekspor mencapai 5.811 ribu
ton dengan nilai ekspor 2.164 juta dolar AS. Tahun 2006 volume ekspor
meningkat menjadi 7.261 ton dengan nilai ekspor 3.027 juta dolar AS. Dengan
demikian, nilai tambahnya semakin tinggi sehingga dapat semakin menambah
lapangan pekerjaan (Pardamean, 2008).
Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak
nabati lain seperti minyak kelapa, kedelai, atau minyak biji bunga matahari.
Keunggulan kelapa sawit antara lain produksi per hektare yang tinggi, umur
ekonomis yang panjang, resiko yang kecil, persediaan yang cukup, dan
penggunaannya yang beragam.
Untuk menghasilkan kualitas buah yang baik, tanaman kelapa sawit harus
ditanam di lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Perlu dikenal
dan dipahami terlebih dahulu secara baik sifat dan syarat tumbuh tanaman tersebut
sebelum melakukan penamanan. Dengan demikian, dapat dihindari sedini
mungkin tingkat kegagalan serta meminimalisasi resio yang akan terjadi.
BOTANI, SYATAT TUMBUH, DAN KESESUAIAN LAHAN
KELAPA SAWIT
A. Botani
Klasifikasi
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai
berikut.
Divisi : Ebryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensis Jacq.
2. E. oleifera (H.B.K) Cortes
3. E. odora
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E.
guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari
kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis
memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman
yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk
mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Gambar 1. Struktur Tanaman
Kelapa Sawit Kelapa
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya
tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat
jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan
jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya
mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk
pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
Morfologi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya.
Titik tumbuh aktif secara terus-menerus menghasilkan primodia (bakal) daun
setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun
untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat
tajuk (pupus daun/spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai 2 tahun
lagi. proses inisiasi daun sampai layu (senescence) kira-kira 4 tahun.
Daun merupakan para-pinnate dengan pinnae (anak daun) tersusun dalam
2 atau lebih bidang yang ada pada setiap sisi rachis. Pada setiap ketiak daun
terdapat satu primodium bunga. Tidak semua primodium bunga pada ketiak daun
akan berkembang. Secara proporsional, beberapa bakal bunga akan rontok
sebelum penyerbukan (anthesis). Bunga jantan dan betina yang dihasilkan
mempunyai siklus di mana jumlahnya beragam dari waktu ke waktu. Setelah
terjadi pernyarbukan, bunga betina berkembang menjadi tandan buah. Dari daging
buah (mesocarp) serta intinya, dihasilkan minyak nabati.
a. Akar
Tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Akar akan
tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, akar sekunder, akar
tertier dan akar kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai
batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar
dengan permukaan air tanah atau menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang
banyak mengandung unsur hara. Akar kuarter berfungsi sebagai penyerap air dan
unsur hara. Selain itu, akan tumbuh juga akar napas yang berfungsi terutama
untuk mengambil oksigen dalam tanah. Perkembangan akar dari mulai kecambah
dapat dijelaskan sebagai berikut :15 cm, mampu bertahan hingga 6 bulan. Dari
radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara. Akar
ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari bagian
bawah batang beberapa bulan kemudian. Akar primer tersebut berfungsi
mengambil air dan unsur hara. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang
tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh juga akar tertier dan kuarter
yang berada dekat pada permukaan tanah.Akar pertama yang muncul dari
kecambah adalah radikula yang panjangnya.
Pada tanaman di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 –
2,5 m dari pangkal pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada kedalaman
0 – 20 cm dari permukaan tanah. Akar primer yang keluar dari pangkal batang
jumlahnya sangat banyak dengan diameter 5,0 – 10,0 mm dan tumbuh ke bawah
sampai kedalaman 1,5 m. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter ukurannya
semakin kecil dengan diameter masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan
0,1 – 0,3 mm.
b. Batang (Caulis)
Batang pokok berbentuk tegak dengan ukuran garis pusatnya 35 hingga 65
cm. Kadar kenaikan tinggi pokok kelapa sawit adalah 45 hingga 70 cm setahun
dan dapat mencapai ketinggian maksimum 20 hingga 30 meter. Batang pokok
tunggal, tidak berdahan dan mempunyai pelepah-pelepah diujungnya. Pelepah ini
tersusun secara lingkaran dan tiap-tiap pelepah yang tua mempunyai rakis, helai
daun dan duri. Setiap tahun, dua puluh atau tiga puluh pelepah daun akan ditunas,
tergantung umur pokok tersebut. Pada setiap aksil pelepah daun terdapat satu
tunas bunga yang akan membentuk sama ada seludang bunga jantan atau betina.
Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium, tumbuh tegak lurus (phototropi)
dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter
antara 20 – 75 cm. Selama beberapa tahun batang tertutup rapat oleh pelepah daun
dan pelepah akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah mulai pada
umur 10-11 tahun.
Gambar 2. Batang Kelapa Sawit
Bagian bawah batang umumnya lebih besar (disebut bongkol batang =
bowl). Pertumbuhan meninggi batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan
tipenya, tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 – 45 cm per tahun.
Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100
cm per tahun. Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar
antara 15 – 18 m.
Kelapa sawit mempunyai pertumbuhan terminal, yang mula-mula hanya
pembesaran batang tanpa diikuti pertambahan tinggi. Titik tumbuh terletak
diujung batang yang disebut umbut. Selama minimal 12 tahun, batang tertutup
rapat oleh pelepah daun. Pertumbuhan batang tergantung dari keadaan
lingkungan, apabila pertumbuhannya normal maka diameter batang berkisar
antara 45 sampai 60 cm. Bentuk batang silinder, tetapi sampai 60 cm diatas tanah
batang membesar dan lebih besar daripada bagian atas.
c. Daun (Folium)
Daun pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk lanceolate
kemudian berkembang menjadi bifurcate dan terakhir berbentuk pinnate . Pada
umur bibit 5 bulan akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.
Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate dan
10 pinnate.
Gambar 2. Daun Kelapa Sawit
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau
tempat duduknya anak/helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folium), tangkai
daun (petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium),
lidi (nervatio), tepi daun (margo folium) dan daging daun (Iintervenium).
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Produksi pelepah
daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 – 30 pelepah, kemudian
berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah
dapat mencapai 7,5 – 9,0 m pada tanaman dewasa. Pada tiap pelepah diisi oleh
anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap sisi dapat
mencapai 125 – 200. Anak daun yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2 m.
Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40 – 50 pelepah. Daun muda yang masih
kuncup berwarna kuning pucat.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 –15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih. Pada umumnya luas daun akan mencapai maksimum
pada umur 10 – 13 tahun. Untuk tercapainya produksi yang baik maka luas
permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 .
Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri, dalam waktu 2
tahun daun mulai membuka yang kemudian kedudukannya makin condong sesuai
dengan umurnya. Pada tanah-tanah yang subur daun akan cepat membuka
sehingga akan makin efektif proses asimilasinya.
Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada
tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi
dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk
tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, kadang-kadang sampai
60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa pelepah yang dipotong akan melekat pada
batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua sekitar
enam hingga tujuh tahun.
Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari
kanan atas ke kiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-
9,17, 25, 33 dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan
seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3,.4, 5 dan seterusnya.
d. Bunga (Flos)
Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14
bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap
ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau bunga betina.
Identifikasi bunga jantan dan bunga betina di lapangan tidak terlalu sulit,
meskipun bunga masih terbungkus seludang. Bunga jantan ditandai dengan
bentuknya lonjong memanjang dan ujung kelopak bunga agak meruncing
sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak
rata.
Gambar 3. Bunga Jantan dan Bunga Betina
Sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum anthesis atau
sesudah anthesis. Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga abnormal
seperti bunga banci (hemaprodit) yaitu tandan bunga yang memiliki dua jenis
kelamin, bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga
jantan tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat
membentuk buah sawit kecil. Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu
kurang dari satu bunga setiap pohon dan tidak semua pohon.
Sex diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum anthesis dan setelah
anthesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan buah menjadi matang panen. Secara
visual tandan bunga jantan atau bunga betina baru dapat diketahui setelah muncul
dari ketiak pelepah daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum buah matang panen atau 1 – 2
bulan sebelum anthesis. Lamanya matang tandan sejak anthesis adalah 158 – 160
hari.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15
– 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet
dan setiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga betina. Tidak semua bunga betina akan
berhasil membentuk buah sempurna yang matang, terutama pada bagian dalam.
Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2.000 buah (brondolan)
tergantung pada besarnya tandan dan setiap pohon dapat menghasilkan 15 – 25
tandan/pohon/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa dan tua
menghasilkan 8 – 12 tandan/pohon/tahun.
Bunga betina tidak serentak proses anthesisnya. Pada satu tandan
membutuhkan waktu 3 – 5 hari atau lebih. Bunga betina yang sudah mekar atau
dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkat perkembangan dan dapat
diketahui dari perbedaan warnanya, sebagai berikut :
Hari pertama : Warna bunga pada saat mekar adalah putih.
Hari kedua : Warna bunga berubah menjadi kuning gading
Hari ketiga : Warna bunga berubah menjadi agak kemerahan (jingga)
Hari keempat : Warna bunga menjadi kehitam-hitaman.
Masa reseptif (masa subur) bunga betina membutuhkan waktu 36 – 48
jam, tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Ada tenggang
waktu sampai 2 minggu antara terbukanya bunga betina pertama dengan bunga
betina terakhir dalam satu rangkaian bunga. Pada satu tangkai bunga betina yang
normal, pembukaan bunga pada hari kedua merupakan saat yang tepat untuk
melakukan penyerbukan sebab pada saat tersebut rata-rata 82% bunga betina
sudah terbuka semua.
Seludang bunga jantan mempunyai tangkai dengan spikelet-spikelet atau
jari-jari dengan ukuran 12 – 20 cm panjang. Sebanyak lebih kurang 200 spikelet
dapat dijumpai pada satu seludang bunga jantan. Pada setiap spikelet terdapat
bunga yang berwarna kuning keputihan dan timbul dari pangkal ke ujung bagi
tiap-tiap spikelet. Seludang bunga betina mengandung beberapa ribu bunga keluar
dari 100 hingga 250 spikelet yang berduri dan tersusun secara melingkar. Buah-
buah akan terbentuk dan matang di antara 5½ hingga 6 bulan selepas pembuahan.
Biasanya dalam satu tandan dapat diperoleh lebih kurang 1500 buah pada pokok-
pokok dewasa. Buah kelapa sawit ialah jenis drup dan terdiri dari bagian luar
(eksokarp) atau kulit tipis, bagian tengah (mesokarp) atau pulpa dan bagian dalam
(endokarp) atau tempurung dan inti. Minyak kelapa sawit didapat dari mesokarp
dan inti. Daur hidup kelapa sawit adalah sekitar 25 – 30 tahun.
Demikian juga tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang
pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga jantan memiliki
100 – 250 spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan diameter 1,0 – 1,5 cm. Setiap
spikelet berisi 500 – 1.500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Tiap
tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40 – 60 gram.
Bunga jantan akan mengalami tingkat perkembangan dimulai dari terbukanya
seludang sampai siap melakukan penyerbukan, dengan tahapan sebagai berikut :
Hari pertama : Seludang terbuka, tepung sari keluar dari bagian ujung
tandan bunga.
Hari kedua : Tepung sari keluar dari bagian tengah tandan bunga.
Hari ketiga : Tepung sari keluar dari bagian bawah tandan bunga dan
mengeluarkan bau yang khas (spesifik). Kondisi ini menandakan bunga
jantan sedang aktif dan tepung sari dapat dipergunakan/diambil untuk
penyerbukan buatan.
Pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pohon lebih sedikit
dibandingkan dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah
sesuai peningkatan umur tanaman.
1. Cara Penyerbukan.
Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu atau monocius, dimana bunga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi masa antesisnya berbeda.
Oleh karena itu pada umumnya terjadi penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri
secara buatan dapat dilakukan dengan mempergunakan serbuk sari yang disimpan.
2. Perkembangan bunga dan penyerbukan
Pada titik puncak batang terdapat titik tumbuh dari bakal daun dan pada
ketiaknya terdapat satu bakal bunga. Perkembangan bunga pada pohon dewasa,
mulai dari tingkat diferensiasi sex sampai antesis, berlangsung dalam waktu
kurang lebih dua tahun. Pada masa perkembangan sebagian bunga dalam
rangkaian itu gugur, biasanya sekitar 4-5 bulan sebelum tingkat kematangan
penuh.
Cabang-cabang (spikelets) dari bunga jantan kurang lebih sama dengan
bunga betina, tapi jumlah bunga tiap cabang pada bunga jantan lebih banyak yaitu
sekitar 700 sampai 1.200 bunga, sedang pada bunga betina hanya sekitar 5 sampai
30. Ditinjau dari dasar bentuknya semua bunga nampaknya berkelamin ganda
(bisexual).
Dalam masa transisi antara siklus jantan dan betina kadang-kadang terjadi
rangkaian bunga yang hemaprodit, terutama pada tanaman muda. Kejadian ini
bervariasi mulai dari rangkaian bunga betina dengan beberapa cabang bunga
jantan atau sebaliknya, sampai kadang-kadang terdapat suatu rangkaian disebut
“andromorphous” yang mempunyai bentuk susunan rangkaian bunga jantan tapi
mempunyai ratusan bunga betina yang keci-kecil pada cabang-cabangnya.
Sebuah rangkaian bunga jantan dapat menghasilkan serbuk sari dalam jumlah
yang cukup sampai 50 gram, Serbuk sari ini dibawa oleh angin atau serangga.
Viabilitas serbuk sari segar biasanya baik, tapi dalam cuaca lembab viabilitas
tersebut turun sekali dan penyebarannya sangat terbatas.
Masa reseptif (dapat diserbuki) bunga betina adalah 36 sampai 48 jam.
Akan tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama, sehingga ada
tenggang waktu sampai dua minggu diantara masa terbentuknya bunga betina
pertama dan bunga terakhir dari satu rangkaian bunga. Rangkaian bunga yang
mempunyai persentase tertinggi dari bunga yang lambat terbuka dapat
menyulitkan dalam penyerbukan buatan. Pada rangkaian bunga yang normal hari
kedua pembukaan bunga betina adalah yang paling baik untuk penyerbukan
dimana pada waktu itu rata-rata 82 persen dari bunga betina telah terbuka.
e. Buah (Fructus)
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji)
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)
dan bakal akar (radikula).
Gambar 4. Buah Kelapa Sawit
B. Syarat Tumbuh
Habitat asli tanaman ini adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman kelapa sawit
menbutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan
fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Pada kondisi langit
cerah di daerah zona kaltulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi 1.410 –
1.540 J/cm2/hari. Intensitas cahaya matahari sebesar 1.410 terjadi pada bulan Juni
dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan Maret dan September.
Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkat pada kondisi langit-
berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Produksi bahan
kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan ternyata berkurang. Penurunan
berat kering tersebut meliputi penurunan pada tajuk dan pada bagian akar.
Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran
matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran
yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah
selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang
terjadi. Pengaruh laman penyinaran terhadap peningkatan produksi yaitu l.k. 5,7
kg per kenaikan 100 jam penyinaran efektif per pohon. Dengan mengekstrapolasi
angka-angka tersebut, pada kondisi di daerah kaltulistiwa yang menerima lebih
dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata setiap pohon
dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang
penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5 – 12 jam/hari dengan kondisi
kelembaban udara 80%.
Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik
pada kisaran suhu 24 – 28o C. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500
m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Di daerah sekitar garis
katulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian
1.300 m dari permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit
diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20o C, tetapi
pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada suhu 15o C. berdasarkan penelitian
Echrencron dalam Pahan (2008), tanaman kelapa sawit muda dalam fitotron
menunjukkan peningkatan produksi daun secara linier pada suhu 12 – 22o C.
produksi TBS tertinggi didapat dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya
berkisar 25 – 27o C.
Kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial
sekitar 2000 – 2500 mm yang merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering
(defisit air) yang nyata. Hal ini bukan berarti kurang dari 2.000 mm tidak baik,
karena kebutuhan efektif hanya 1.300 – 1.500 mm. Terpenting adalah tidak
terdapat defisit air 250 mm. Lebih dari 2.500 mm juga bukan tidak baik asal saja
jumlah hari hujan setahun tidak terlalu banyak misalnya lebih dari 180 hari. Pola
curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Banyak penelitian menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi
stomata dan asimilasi karbon di daun. Penutupan stomata dipengaruhi oleh status
air dalam sistem atmosfer-tanaman serta mekanisme asimilasi karbon. Walaupun
sifat dan tingkah laku stomata belum dapat dipahami secara tuntas, tetapi terdapat
adanya korelasi yang sangat erat anatara fotosintesis netto (NP = nett
photosynthesus) dengan sifat dan tingkah laku stomata (gs = stomatal
conductancy).
Stomata tanaman kelapa sawit sangat sensitif terhadap perubahan
kelembaban udara atau defisit tekanan uap (VDP = vapour pressure deficit).
Pengaturan terhadap stomata ini digunakan tanaman untuk menyesuaikan diri
selama periode musim kering di Afrika, misalnya ketika terjadi peningkatan kecil
pada VPD dan terjadinya defisit air.
Kecepatan angin yang 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu
penyerbukan kelapa sawit (anemophyli). Angin yang terlalu kencang dapat
menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan pada kasus angin puting
beliung dapat menghancurkan perkebunana kelapa sawit di daerah yang agak jauh
dari katulistiwa, seperti Thailand.
C. Kesesuaian Lahan
Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Lahan yang optimal untuk
kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat
kimia tanah atau kesuburan tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropika basah pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan laut dan
antara 120 lintang utara dan lintang selatan. Dengan heterogennya faktor iklim ini,
maka akan menentukan kelas kesesuaian iklimnya yang nantinya akan sangat
berpengaruh terhadap potensi produksi di masa mendatang. Kriteria keadaan
tanah untuk pengusahaan kelapa sawit disajikan pada tabel 1.
Mengacu pada kosep tersebut, lahan dinilai mempunyai prospek ekonomis
yang baik jika memenuhi seluruh kriteria “baik” pada tabel 1. Tentu saja sumber
daya lahan yang tergolong kelas I tersebut semakin lama semakin berkurang
karena dalam penggunaanya bersaing dengan tanaman pangan, perkembangan
wilayah perkotaan, dan kawasan industri.
Klasifikasi wilayah untuk pengusahaan kelapa sawit–mengacu pada Tabel 1–
diatas sebagai berikut.
Kelas I (baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai seluruh kriteria
baik.
Kelas II (cukup baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria baik
dan ≤ 2 kriteria kurang baik.
Kelas III ( kurang baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria
baik, 2 – 3 kriteria kurang baik, dan 1 kriteria tidak baik.
Kelas IV (tidak baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai > 2 kriteria
tidak baik.
Tabel 1. Kriteria Keadaan Tanah Untuk Pengusahaan Kelapa Sawit
Keadaan Tanah Kriteria Baik Kriteria Kurang Baik Kriteria Tidak Baik
1. Lereng < 12o 12o–23o > 23o
2. Kedalaman solum tanah > 75 cm 37,5–74 cm < 37,5 cm
3. Ketinggian muka air tanah < 75 cm 75–37,5 cm < 37,5 cm
4. Tekstur lempung atau liat lempung berpasir pasir berlempung atau pasir
5. Struktur perkembangan kuat perkembangan sedang perkembangan lemah/masif
6. Konsistensi gembur sampai agak teguh
teguh sangat teguh
7. Permeabilitas Sedang cepat atau lambat sangat cepat atau
sangat lambat
8. Kemasaman (pH) 4,0–6,0 3,2–4,0 < 3,2
9. Tebal gambut 0–60 cm 60–150 cm > 150 cm
Sumber: Pangudijatno dan Purba dalam Pahan (2008)
Kecenderungan praktik pertanian (perkebunan) yang semakin terdesak ke
arah lahan yang marjinal dan semakin menjauh dari daerah pemukiman tradisional
menuntut pengembangan teknologi untuk mengatasi kondisi ke- marjinal-an lahan
dan pengembangan infrastruktur wilayah-baru tersebut. Dengan demikian,
pemanfaatan lahan selain mengacu pada konsep kelas kesesuaian lahan, juga
harus dipertimbangkan pengembangan infrastruktur (oleh pemerintah) di masa
yang akan datang. Kriteria kesesuaian lahan mengacu pada keadaan tanah dan
kondisi agroklimat disajikan pada tabel 2.
Penggolongan kelas kesesuaian lahan pada tabel 2. dibagi menjadi 4 kelas,
sebagai berikut:
Kelas S-1: kesesuaian lahan tinggi (highly suitable); potensi produksi >
24 ton TBS/ha/tahun.
Kelas S-2: kesesuaian sedang (moderately suitable); potensi produksi 19–
24 ton/TBS/ha/tahun.
Kelas S-3: kesesuaian terbatas (marginally suitable); potensi produksi 13–
18 ton TBS/ha/tahun.
Kelas N: tidak sesuai (not suitable); potensi produksi < 12 ton
TBS/ha/tahun.
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pengusahaan Kelapa Sawit
Unsur Kemampuan S1
(KL tinggi)
S2
(KL sedang)
S3
(KL terbatas)
N
(tidak sesuai)
Zona agroklimat A: 9/2 B2: 7–9/2–3 D1: 3–4/2 D2: 3–4/2–3
(Oldeman) B1: 7–9/2 C1: 5–6/2 C2: 5–6/2–3 D3: 4–6/6
E1: 3/2
E2: 3/2–3
E3: 3/4–6
Ketinggian dari permukaan air laut
25–200 m 200–300 m 300–400 m < 25 m
> 400 m
Bentuk daerah dan lereng
Datar-ombak Ombak-gelombang
Gelombang-bukit
Bukit-gunung
< 10%
(4,5o)
10–22%
(4,5–10o)
22–50%
(10–22,5o)
> 50%
(> 22,5o)
Batuan di permukaan dan di dalam tanah
< 10% 10–25% 25–50% > 50%
Kedalaman solum tanah > 100 cm 50–100 cm 25–50 cm < 25 cm
Kedalaman air tanah > 100 cm 50–100 cm 25–50 cm < 25 cm
Tekstur tanah Lempung berdebu Liat Liat berat Liat sangat berat
Lempung berpasir Liat berlempung Pasir berliat Pasir kasar
Lempung liat Lempung berpasir
Pasir berdebu
Liat berpasir Pasir berlempung
Struktur tanah Remah kuat Remah sedang Gumpal lempung
Tidak berstruktur
Gumpal sedang Gumpal sedang masif
Konsistensi tanah Sangat gembur gembur Teguh/keras Sangat teguh
Tidak lekat Agak lekat Lekat Sangat keras
Kelas drainase Sedang Agak cepat Cepat Sangat cepat
Agak lambat lambat Sangat lambat
Tergenang
Erodibilitas Sangat rendah Rendah/sedang Agak tinggi Sangat tinggi
Kemasaman tanah 5,0–6,0 4,0–4,9 3,5–3,9 > 3,5
(pH) 6,1–6,5 6,6–7,0 > 7,0
Kesuburan tanah Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Sumber: Pangudijatno, Panjaitan, dan Pamin dalam Pahan (2008)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta.
Pardamean, Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta.