Upload
mirna-awalianti
View
61
Download
8
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
0
BookletSEMINAR EMERGENCY
“ SKRINING PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD NGUDI WALUYO WLINGI”
Departemen EmergencyRSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Jurusan Keperawatan 2008
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
1
-Dian, Dwica, Kriesty, Livia, Reny, Rudy-
Kelompok 5 Kepaniteraan Klinik
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang
terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan
tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan.
Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang
pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya.Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian
pelayanan yang efisien kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien
yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain (DEPKES RI, 2009).
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita
gawat darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat
darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang
gawat darurat.Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan
profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat
darurat berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan
kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau potensial
mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama.Skrining pada instalasi gawat
darurat dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imajing sebelumnya (Undian, Angela E., dan J. A. Muir
Gray, 2007).
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting
3
bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat
setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai
kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan
misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau
pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien (Undian, Angela E., dan J. A.
Muir Gray, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu pembahasan mengenai
penerapan skrining pasien di instalasi gawat darurat sesuai dengan tipe/kelas
rumah sakit, khususnya di RSUD Ngudi Waluyo.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan skrining pasien instalasi gawat darurat sesuai
dengan tipe/kelas RSUD Ngudi Waluyo?
1.3Tujuan
1.3.1Tujuan Umum
Mengetahui penerapan skrining pasien instalasi gawat daruratsesuai
dengan tipe/kelas RSUD Ngudi Waluyo
1.3.2Tujuan Khusus
1. Mengetahui tipe/kelas RSUD Ngudi Waluyo (Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 340 340/Menkes/Per/III/2010)
2. Mengetahui penerapan skrining pasien instalasi gawat darurat sesuai
dengan tipe/kelas RSUD Ngudi Waluyo
1.4Manfaat
1.4.1 Manfaat praktis
Diharapkan dapat menjadi referensi sebagai pedoman dalam
menjalankan skrining terhadap pasien di instalasi gawat darurat sesuai
kelas/tipe rumah sakit.
1.4.2 Manfaat teori
Diharapkan dapat menjadi referensi dalam manajemen pelayanan
rumah sakit khususnya pada instalasi gawat darurat.
4
BAB 2
DEFINISI
1.1 Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/XI/1992, Rumah Sakit merupakan suatu unit yang
mempunyaiorganisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan
penyakit, peningkatandan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan
secara multidisiplin olehberbagai kelompok profesional terdidik dan
terlatih, yang menggunakan prasaranadan sarana fisik. Rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan yangbersifat dasar, spesialistik, dan
subspesialistik disebut rumah sakit umum.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggrakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan (Permenkes Bab1 Pasal1).
1.2 Tipe/kelas Rumah sakit
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medic umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan,
rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medic, spesialis dasar,
penunjang medic, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medic, pelayanan
administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan limbah (Permenkes Republik Indonesia No
340/Menkes/Per/III/2010 Bab II Penetapan Kelas pasal 3).
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan pelayanan,
Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi
dan manajemen.
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
5
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lainnya dan 13 (tiga belas) pelayanan medis subspesialis. Criteria,
fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medis
Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayananmedik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, 4 (empat) PelayananSpesialis Penunjang Medik, 8
(delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan
Medik Subspesialis Dasar.Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah
Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi
Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, PelayananMedik
Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
MedikSpesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan
Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan PelayananPenunjang Non Klinik.
RUANG LINGKUP
2.1 Instalasi Gawat Darurat
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi
penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit
yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang
menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar
(PERMENKES NOMOR 856/MENKES/SK/IX/2009).
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua
pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi
pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah
6
Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta
juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat.IGD juga menyediakan sarana
penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini
merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang
terjadi di tiap daerah (PERMENKES NOMOR 856/MENKES/SK/IX/2009).
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit
pelayanan gawat darurat Bintang III. Yaitu memiliki dokter spesialis empat
besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis
anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam,
dokter umum siaga ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik
untuk pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS +
ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah
ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat
transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam.
1. Lingkup Sarana Pelayanan
A. Program Pelayanan pada IGD :
True Emergency (Kegawatan darurat)
1. False Emergency (Kegawatan tidak darurat)
2. Cito Operation.
3. Cito/ Emergency High Care Unit (HCU).
4. Cito Lab.
5. Cito Radiodiagnostik.
6. Cito Darah.
7. Cito Depo Farmasi.
B. Pelayanan Kegawatdaruratan pada IGD :
1. Pelayanan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernafasan / Respiratory
3. Pelayanan Kegawatdaruratan Saraf Sentral / Otak
4. Pelayanan Kegawatdaruratan Lain antara lain : saluran
kemih/prostat, pencernaan, dll.
Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
7
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadigawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan
darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
(PERMENKES NOMOR 856/MENKES/SK/IX/2009)
2.2 Skrining Instalasi Gawat Darurat
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan
patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus
Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan
pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat
sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triage, evaluasi
visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Istilah yang perlu diperhatikan dalam skrining
1. Triage
Adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
TIPE TRIAGE :
a. SINGLE PATIENT TRIAGE
yaitu mengkategorikan pasien kedalam "true emergency" ( ada
masalah pada A, B, C, & D ) dan "false emergency" ( tidak ada masalah
diatas ). single patient , dapat dibagi dalam 4 kategori; yaitu
EMERGENT, URGENT, NON URGENT, NONSALVAGEABLE.
8
EMERGENT ( prioritas 1 ) kondisi ini pasien harus segera ditangani
dengan cepat, yang termasuk; cidera berat, infark miokard akut,
gangguan airways, syok, anafilaksis.
URGENT ( prioritas 2 ) kondisi ini pasien harus ditangani dalam
beberapa jam, yang termasuk; cidera spianal, stroke, cholesistitis
NON URGENT ( prioritas 3 ) mereka termasuk pasien yang yang
secara haemodinamik stabil tetapi dengan cidera yang nyata, yang
termasuk; laserasi kulit, kontusi, abrasi dan luka lain, fraktur tulang
pendek dan sendi, demam.
NON- SALVAGEABLE sudah tidak bernafas meskipun sudah
dibebaskan jalan nafas meskipun telah dilakukan resusitasi dan
tindakan maksimum. contoh cidera berat, perdarahan masif, luka
bakar >90%.
1. ROUTINE MULTIPLE CASUALTY TRIAGE yang lebih dikenal dengan "
Simple Triage & Rapid Treatment" (START). START dikembangkan
oleh RS Hoag dan Newport Beach Fire Departement AS. START
memungkinkan seseorang melakukan trige pada seorang pasien
dalam 60 detik dengan mengevaluasi; Respirasi, Perfusi, dan status
mental pasien. sistem ini ideal untuk korban masal yang
memungkinkan paramedik untuk memilah pasien mana yang perlu
dievakuasi terlebih dahulu. Prinsip START adalah untuk mengatasi
ancaman nyawa, jalan nafas yang tersumbat, dan perdarahan
masif arteri. START dapat dengan cepat dan akurat
mengkalsifikasikan pasie dalam 4 kategori.
HIJAU pasien sadar dapat jalan dan dipisahkan dari pasien lain
KUNING / Delayed, semua pasien yang tidak tergolong merah
maupun hijau, kelompok ini termasuk yang luka-luka tidak
berbahaya, seperti fraktur tulang pendek dll.
MERAH / Immediete, semua pasien dengan gangguan airways,
breathing, circulation, disability & explosure.
HITAM / Meninggal
2. Prioritas
Adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
3. Survey primer
9
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
4. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
5. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
7. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
8. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit
9. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating
secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera
fisik, mental, dan social.
10. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
10
BAB III
TATALAKSANA
1.1Analisis tipe atau kelas RSUD Ngudi Waluyo
Kriteria RSUD Ngudi Waluyo berdasarkan Tipe atau kelas Rumah Sakit merujuk pada KEMENKES Nomor: 340 340/MENKES/PER/III/2010
KRITERIA
KEMENKES Nomor: 340 340/MENKES/PER/III/2010
RSUD Ngudi
Waluyo
I. PELAYANANa. Pelayanan Medik Umum
1. Pelayanan Medik Dasar √ √2. Pelayanan medic gigi mulut √ √3. Pelayanan KIA/KB √ √
b. Pelayanan Gawat Darurat1. 24 jam & 7 hari seminggu √ √
c. Pelayanan Medik Dasar1. Penyakit Dalam √ √2. Kesehatan Anak √ √3. Bedah √ √4. Obstetric & Ginekologi √ √
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik1. Radiologi √ √
11
2. Patologi Klinik √ √3. Anestesiologi √ √4. Rehabilitasi Medik √ √
e. Pelayanan Medik Spesialis Lain1. Mata √ √2. Telinga Hidung Tenggorokan √ √3. Syaraf √ √4. Jantung dan Pembuluh Darah √ √5. Kulit dan Kelamin √ √6. Kedokteran Jiwa √ √7. Paru √ √8. Orthopedic √ √9. Urologi √ -10. Bedah syaraf √ -11. Bedah plastic √ -12. Kedokteran forensic √ -
f. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut1. Bedah Mulut √ -2. Konservasi/endodonsi √ -3. Orthodonti √ -
g. Pelayanan Medik Subspesialis1. Bedah √ √2. Penyakit Dalam √ √3. Kesehatan Anak √ √4. Obstetric dan Ginekologi √ √
h. Pelayanan keperawatan dan kebidanan1. Asuhan keperawatan √ √2. Asuhan kebidanan √ √
i. Pelayanan penunjang klinik1. Perawatan intensif √ √2. Pelayanan darah √ √3. Gizi √ √4. Farmasi √ √5. Sterilisasi instrument √ -6. Rekam medic √ √
j. Pelayanan penunjang non klinik1. Laundry/linen √ √2. Jasa boga/dapur √ √3. Teknik dan pemeliharaan fasilitas √ √4. Pengelolaan limbah √ √5. Gudang √ √6. Ambulance √ √7. Komunikasi √ √8. Kamar jenazah √ √9. Pemadam kebakaran √ √10. Pengelolaan gas medic √ √11. Penampungan air bersih √ √
II. SUMBER DAYA MANUSIAk. Pelayanan medic dasar, masing-masing minimal:
12 dokter umum & 3 dokter gigi √ √l. Pelayanan medic spesialis dasar, masing-masing minimal:
3 dokter spesialis √ √m. 12 pelayanan medic spesialis lain, masing-masing minimal:
1 dokter spesialis (8 dari 12 spesialis dasar) √ √n. 13 pelayanan medic sub spesialis, masing- masing minimal:
1 dokters spesialis (2 dari 4 sub spesialis dasar)
√ √
o. Pelayanan medic spesialis penunjang, masing-masing minimal: 2 dokter spesialis (dari 4 yan spes) √ √
12
p. 7 pelayanan medic spesialis gigi mulut, masing-masing: 1 dokter gigi spesialis (3 dari 7 pelayanan
spes)√ √
q. Sumber Daya Manusia RS Keperawatan (perawat & bidan) √ √ Kefarmasian √ √ Gizi √ √ Keterapian fisik √ √ Keteknisan medis √ √ Petugas rekam medis √ √ Petugas IPSRS √ √ Petugas pengelola limbah √ √ Petugas kamar jenazah √ √
III. PERALATANa. Peralatan medis di Instalasi Gawat Darurat √ √b. Peralatan medis di Instalasi Rawat Jalan √ √c. Peralatan medis di Instalasi Rawat Inap √ √d. Peralatan medis di Instalasi Rawat Intensif √ √e. Peralatan medis di Instalasi Tindakan Operasi √ √f. Peralatan medis di Instalasi Persalinan √ √g. Peralatan medis di Instalasi Radiologi √ √h. Peralatan medis di Instalasi Anestesi √ √i. Peralatan medis Laboratorium klinik √ √j. Peralatan medis Farmasi √ √k. Peralatan medis di Instalasi Pelayanan Darah √ √l. Peralatan medis Rehabilitasi medic √ √m. Peralatan medis di Instalasi Gizi √ √n. Peralatan medis Kamar Jenazah √ √
IV. SARANA & PRASARANAa. Bangunan/Ruang Gawat Darurat √ √b. Bangunan/Ruang Rawat Jalan √ √c. Bangunan/Ruang Rawat Inap √ √d. Bangunan/Ruang Bedah √ √e. Bangunan/Ruang Rawat Intensif √ √f. Bangunan/Ruang Isolasi √ √g. Bangunan/Ruang Radiologi √ √h. Bangunan/Ruang Laboratorium klinik √ √i. Bangunan/Ruang Farmasi √ √j. Bangunan/Ruang Gizi √ √k. Bangunan/Ruang Rehabilitasi Medik √ √l. Bangunan/Ruang Pemeliharaan Sarana
Prasarana√ √
m. Bangunan/Ruang Pengelolaan Limbah √ √n. Ruang Sterilisasi √ √o. Bangunan/Ruang Laundry √ √p. Bangunan/Ruang Pemulasaran Jenazah √ √q. Bangunan/Ruang Administrasi √ √r. Bangunan/Ruang Gudang √ √s. Bangunan/Ruang Sanitasi √ √t. Bangunan/Ruang Dinas Asrama √ √u. Ambulan √ √v. Ruang komite medis √ √w. Ruang PKMRS √ √x. Ruang Perpustakaan √ -y. Ruang jaga Ko Ass √ √z. Ruang pertemuan √ √aa. Bangunan/ruang diklat √ √bb. Ruang diskusi √ √cc. System Informasi RS √ √dd. Listrik √ √
13
ee. Air √ √ff. Gas medis √ √gg. Limbah cair √ √hh. Limbah padat √ √ii. Penanganan kebakaran √ √jj. Perangkat komunikasi √ √kk. Tempat tidur √ √
V. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN1. Status badan hukum √ √2. Struktur organisasi √ √3. Tatalaksana/tata kerja/uraian tugas √ √4. Peraturan Internal Rumah Sakit (HBL & MSBL) √ √5. Komite Medik √ √6. Komite Etik & Hukum √ √7. Status Pemeriksa Internal √ √8. Surat izin praktek dokter √ √9. Perjanjian kerjasama Rumah Sakit & Dokter √ √10. Akreditasi RS √ √
Kriteria IGD RSUD Ngudi Waluyo Terkait Skrining Merujuk pada KEMENKES Nomor: 856/Menkes/SK/IX/20091. Jenis Pelayanan
KRITERIA (level 3)
Standar KEMENK
ES
RSUD Ngudi
WaluyoJENIS PELAYANAN 1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A, B, C dgn alat-
ala yang lebih lengkap termasuk ventilator√ √
2. Penilaian disability,Penggunaan obat,
EKG, defibrilasi
√ √
3. Observasi HCU/R.Resusitasi
√ √
4. Bedah Cito √ √
2. Persyaratan Sarana
KRITERIA (level 3)
Standar KEMENK
ES
RSUD Ngudi
Waluyo
KET
Ruang Penerimaan a. R. Tunggu ( Public Area )
- Informasi + +- Tolilet + +- Telepon Umum + -- ATM - -- Kafetaria - -- Keamanan + +
b. R. Administrasi- Pendaftaran pasien baru/ rawat
+ +
- Keuangan + +- Rekam Medik + + Tergantung IT sistem
c. R. Triase + +d. R. Penyimpanan Strecher + +e. R. Informasi dan Komunikasi + +Ruang Tindakana. R. Resusitasi + +b. R. Tindakan
- Bedah + +- Non Bedah / Medical + +- Anak + + Bisa bergabung
14
- Kebidanan + +c. R. Dekontaminasi + + Bagi IGD yang berada dekat
industri harus memiliki ruang ini.
Ruang Operasi +/- - Bisa bergabung atau terpisah dan dapat diakses 24 Jam
Ruang observasi + +Ruang khususa. R. Intermediate/ HCU - Bisa bergabung atau terpisah
dan dapat diakses 24 jam. Umum + -. Cardiac / Jantung + -. Pediatric/ Anak +/- -. Neonatus +/- -
b. R. Luka Bakar +/- -c. R. Hemodialisis +/- -d. R. Isolasi +/- -
3. FASILITAS / PRASARANA MEDIS
Fasilitas dan penunjang yang harus tersedia selain ditentukan oleh level IGD
rumah sakit, juga oleh jumlah kasus yang ditangani.
KRITERIA (level 3)
Standar KEMENKE
S
RSUD Ngudi
Waluyo
KET
Ruang Triase Kit Pemeriksaan Sederhana + + Minimal 2 Brankar Penerimaan Pasien + + Rasio ( Cross
Sectionsal ) Pembuatan rekam medik
khusus+ + ( Perlu dibuatkan form
) Label (pada saat korban
massal )+ +
Ruang Tindakan1. Ruang Resusitasiz Nasopharingeal tube + + Minimal 1 setiap noz Oropharingeal tube + + Minimal 1 setiap noz Laringoscope set Anak + + Minimal 1 setiap noz Laringoscope set Dewasa + + Minimal 1 setiap noz Nasotrakheal tube + + Minimal 1 setiap noz Orotracheal + + Minimal 1 setiap noz Suction + + Minimal 1 setiap noz Tracheostomi set + - Minimal 1 setiap noz Bag Valve Mask (Dewasa / Anak) + + Minimal 1 setiap noz Kanul Oksigen + + Sesuai jumlah TTz Oksigen Mask (Dewasa / Anak) + + Minimal 1z Chest Tube + + Minimal 1z Crico/ Trakheostomi + + Minimal 1z Ventilator Transport + - Minimal 1z Vital Sign Monitor + + Sesuai Jumlah TTz Infusion pump + +
2 s/d 3 tiap TTz Syringe pump + +z ECG + + Minimal 1z Vena Section + + Minimal 1z Defibrilator + + Minimal 1z Gluko stick + + Minimal 1z Stetoskop + + Minimal 1z Termometer + + Minimal 1z Nebulizer + + Minimal 1z Oksigen Medis / Concentrators + + Rasio 1 : 1 TT di
15
IGDz Warmer + + Minimal 1Imobilization Setz Neck Collar + + Minimal 1z Long Spine Board + + Minimal 1 setz Scoop Strecher + + Minimal 1 setz Urine Bag + + Minimal 1 set/ TTz NGT + + Minimal 1 setz Wound Toilet Set + + Minimal 1 set
Obat – Obatan Dan Alat Habis Pakaiz Cairan Infus Koloid + + Selalu Tersedia dalam
jumlah yang cukup di IGD tanpa harus diresepkan
z Cairan Infus Kristaloid + +z Cairan Infus Dextrose + +z Adrenalin + +z Sulfat Atropin + +z Kortikosteroid + +z Lidokain + +z Dextrose 50 % + +z Aminophilin + +z ATS , TT + +z Trombolitik + +z Amiodaron (inotropik) + +z APD : masker, sarung tangan ,
kacamata google+ +
z Manitol + +z Furosemid + +
2. Ruang Tindakan BedahALAT MEDIS
z Meja Operasi / Tempat tidur tindakan
+ + Minimal 3
z Dressing set + + Minimal 10z Infusion set + + Minimal 10z Vena Section set + + Minimal 1z Torakosintetis set + - Minimal 1z Metal kauter + + Minimal 1z Film Viewer + + Minimal 1z Tiang Infus + + Minimal 6z Lampu Operasi + + Minimal 3z Thermometer + + Minimal 1z Stetoskop + + Minimal 1z Suction + + Minimal 1z Sterilisator + + Minimal 1z Bidai + + Minimal 1z Splint + + Minimal 1
OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAIz Analgetik + + Selalu tersedia dalam
jumlah yang cukup di Ruang Tindakan Bedah tanpa harus diresepkan
z Antiseptik + +z Cairan kristaloid + +z Lidokain + +z Wound dressing + +z Alat-alat anti septic + +z ATS + +z Anti Bisa Ular + +z Anti Rabies + +z Benang jarum + +z APD : masker, sarun
tangan, kacamata google+ +
3. Ruang Tindakan MedikPERALATAN MEDIS
z Kumbah Lambung Set + + Minimal 1
16
z EKG + + Minimal 1z Kursi Periksa + + Minimal 1z Irigator Pemeriksaan + + Minimal 1z Nebulizer + + Minimal 1z Suction + + Minimal 1z Oksigen Medis + + Minimal 1z NGT + + Minimal 1z Syringe Pump + + Minimal 2z Infusion Pump + + Minimal 2z Jarum Spinal + + Minimal 1z Lampu Kepala + + Minimal 1z Bronchoscopy - - -z Opthalmoscope + + Minimal 1z Otoscope set + + Minimal 1z Slit Lamp + + Minimal 1z Tiang Infus + + Minimal 1z Tempat Tidur + + Minimal 1z Film Viewer + + Minimal 1
OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAIz Cairan Infus Koloid + +
Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus di resepkan
Z Cairan Infus Kristaloid + +Z Cairan Infus Dextrose + +z Adrenalin + +z Sulfas Atropin + +z Kortikosteroid + +z Lidokain + +z Aminophilin / ß 2 bloker + +z Pethidin + +z Morfin + +z Anti convulsion + +z Dopamin + +z Dobutamin + +z ATS + +z Trombolitik + +z Amiodaron (inotropik) + +z APD : masker, sarung tgn,
kacamata google+ +
z Manitol + +z Furosemid + +4. Ruang Tindakan Bayi & Anak
PERALATAN MEDISz Inkubator + + Minimal 1z Tiang Infus + + Minimal 1z Tempat Tidur + + Minimal 1z Film Viewer + + Minimal 1z Suction + + Minimal 1z Oksigen + + Minimal 1
OBAT- OABATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAIz Stesolid + + Tersedia dalam jumlah
yang cukupz Mikro drips set + +z Intra Osseus set + -
5. Ruang Tindakan KebidananPERALATAN MEDIS
z Kuret Set + - Minimal1/bergabung
z Partus Set + + Minimal 1z Suction bayi + + Minimal 1z Meja Ginekologi + + Minimal 1/
bergabungz Meja Partus + + Minimal 1/
17
bergabungz Vacuum set + + Minimal 1/
bergabungz Forcep set + - Minimal 1/
bergabungz CTG + - Minimal 1/
bergabungz Resusitasi set + + Minimal 1/
bergabungz Doppler + + Minimal 1/
bergabungz Suction Bayi baru lahir + + Minimal 1/
bergabung
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1 Langkah- Langkah Skrining Instalasi Gawat Darurat Sesuai dengan
Kelas/Tipe Rumah Sakit
Pasien non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan
pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah,
cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian
awal ).
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
18
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Gambar 4. 1 Alur Kegiatan Pada Instalasi Gawat Darurat Pedoman
Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas B
Alur Skrining Pasien
Pasien
Pintu masuk IGD
Visual Triase
Tidak gawat Gawat Darurat
Reguler triase
Triase Objektif
Resusitasi & Stabilisasi
Tidak Gawat Tidak Darurat
Darurat
19
4. 2 Transfer ke Pusat Rujukan yang Lebih baik
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani),
atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya)(DINKES
PROV.NTB, 2011).
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
(Muhadir, Andi, 2011)
Prosedur standar merujuk pasien
Observasi
(maks 24 jam)
KRS Rawat Inap
Observasi
(maks 24 jam)
Penatalaksanaan lanjutan
Pelayanan yang tidak tersedia di RS
- Pelayanan Medik Spesialis Lain (Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik, Kedokteran Forensik lanjutan)- Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut (Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Orthodonsi)- Pelayanan Kegawatan Jiwa
Pelayanan yang tersedia di RS
Rawat Inap
ICUOK
Meninggal
Transfer / Rujuk
20
a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis /
Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (Lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip)
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan (DINKES PROV.NTB, 2011)
Gambar 3. 2
Alur Rujukan RS tipe/kelas B
- Komunikasi dengan tempat rujukan- Prosedur Klinis- Prosedur Administratif
Kasus Medik Spesialis - Urologi (Anomalies of the
Upper Urinary Tract , Anomalies of pelvio-uroteric system)- Bedah saraf (COB, Tumor
Intrakranial, Cedera Cord Spinal, Herniasi Diskus Intervertebra, Tumor Intraspinal)- Bedah Plastik (Bedah Plastik
Rekonstruksi dan Bedah
Kasus Medik Spesialis Gigi Mulut (bedah dentoalveolar, trauma celah bibir dan langit langit pada bayi dan anak, patah tulang daerah gigi, rahang dan tulang-tulang daerah wajah, kista dan tumor daerah rongga mulut)
Kasus Kegawatan Jiwa (Penyalahgunaan obat (sakaw), tentamina suicidum, histeria, skizofrenia kronik, skizofrenia katatonik, homisidal)
21
Menurut uraian di atas, RSUD Ngudi Waluyo merupakan RS tipe/kelas B,
dengan IGD level 3. Kegiatan skrining dilakukan untuk penanganan awal
pasien. Penatalaksanaan pasien di RSUD Ngudi Waluyo (khususnya di IGD)
disesuaikan dengan kegiatan pelayanan yang tersedia di RS, dan apabila
terdapat kegiatan pelayanan yang tidak tersedia di RS, maka pasien dirujuk ke
pusat rujukan yang lebih baik
PENUTUP
1.1Kesimpulan
1. Menurut KEMENKES Nomor: 340 340/MENKES/PER/III/2010, RSUD Ngudi
Waluyo merupakan Rumah Sakit tipe/kelas B
2. Menurut KEMENKES Nomor: 856/Menkes/SK/IX/2009, IGD RSUD Ngudi
Waluyo termasuk dalam level 3
3.Penerapan skrining yang dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo berdasarkan
pada Initial assessment ( penilaian awal ) meliputi:
a. Persiapan
b. Triase
c. Primary survey (ABCDE)
d. Resusitasi
e. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
f. Secondary survey
g. Tambahan terhadap secondary survey
- Observasi dan monitoring keadaan pasien (ongoing assesment)
- RSU Kelas A/Khusus
- Timbang terima pasien
22
h. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
i. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Pasien akan dirujuk ke pusat rujukan yang lebih baik apabila kegiatan
pelayanan yang diperlukan tidak tersedia di Rumah Sakit, serta keadaan
pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk.
1.2Saran
Pembahasan mengenai skrining sesuai dengan tipe atau kelas rumah
sakit ini berguna dalam pelaksanaan atau penerapan di ruangan
sehingga perlu untuk ditindaklanjuti dalam keberlangsungan praktek
skrining di lahan dengan menggunakan bahasan ini sebagai acuan
prosedur. Tentunya dengan telaah lebih lanjut tentang penyesuaian
pedoman skrining ini terhadap kondisi ruangan sehingga dapat terjadi
keseimbangan dalam pelaksanaan skrining.
DAFTAR PUSTAKA
International Principles for Healthcare Standars,A Framework of requirement for standards, 3rd Edition December 2007, International Society for Quality in Health Care / ISQua
Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 4rd
Edition, 2011Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007, Komisi Akreditasi Rumah
Sakit /KARSDinkes.2011. PETUNJUK TEKNIS SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN.
Provinsi NTBKementrian kesehatan RI. 2010. PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA
RUMAH SAKIT KELAS B: JakartaKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
856/Menkes/SK/IX/2009TENTANG STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT ( IGD ) RUMAH SAKIT
Kep Men Kes RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992.tentang Pedoman Organisasi Rumah sakit Umum.
UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Kep Men Dagri Nomor 22 tahun 1994.tentang pedoman Organisasi dan Tata
kerja Rumah Sakit.
23
Kelompok 5 Kepaniteraan Klinik
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
24
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya