Upload
efi-ratna-sari
View
184
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bobot jenis
Citation preview
LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIK
“ PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS “
Dosen Pembimbing : Arif Santoso S.Farm.,Apt
Disusun Oleh :
Kelmpok IV
1. Dyah Arum Anggraeni 14132060162. Efa Fauzi 14132060173. Efi Ratna Sari 14132060184. Fahima Aryani 14132060195. Ganarsih Ayu Safitri 1413206020
S-1 Farmasi
STIKES KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015
I. Judul : Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis
II. Tujuan : Untuk Menentukan kerapatan dan Bobot Jenis
III.Dasar Teori :
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, A., 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
A., 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi;
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,
sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif
(Martin, A., 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang
sama pada suhu 4o atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering
ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah
garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25o/25o untuk menyatakan berat jenis (Martin, A., 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan
perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, A.,
1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya.
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki
disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif.
Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang
merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-
sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena
tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Neraca Elektronik Tissue
2. Piknometer dilengkapi thermometer
3. Pipet tetes
4. Labu takar
5. Pinset
Bahan :
1. Air 6.
2. Es batu
3. Zat cair : kloroform atau Aseton
4. Zat padat : gotri
V. CARA KERJA
a. Penentuan cara volume piknometer pada suhu percobaan
Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan seksamsa¯
Di isi piknometer dengan air sampai penuh lalu rendam dalam air es sampai
suhu ± 2oC di bawah suhu percobaan¯
Di tutup piknometer, biarkn pipa kapiler terbuka dan suhu air naik sampai
mencapai suhu percobaan lalu tutup piknometer¯
Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar. Air yang
menempel diusap dengan tissue, timbang piknometer¯
Hasil
b. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair
Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan seksamsa¯
Di isi piknometer dengan klorofrom sampai penuh lalu rendam dalam air
es sampai suhu ± 2oC di bawah suhu percobaan¯
Di tutup piknometer, biarkn pipa kapiler terbuka dan suhu air naik
sampai mencapai suhu percobaan lalu tutup piknometer¯
Hasil
c. Penentuan berat jenis dan kerapatan zat padat yang berat jenis dan kerapatanny
lebih besar dari air
Lakukan penimbangan Gotri yang akan ditentukan kerapatannya. Bobot
gotri = X (gram)¯
Masukkan gotri tersebut dalam piknometer. Isi piknometer dengan air
penuh. Tutup piknometer dan cairan keluar diusap dengan tissue¯
Lakukan penimbangan dengan memerhatikan suhu percobaan. Bobot =
Y (gram)¯
Hasil
VI. DATA HASIL PERCOBAAN
VII. Pembahasan
Bobot jenis Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan
perbandingan antara massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis
g/ml. Sedangkan keapatan yaitu massa per unit volume suatu zat pada
temperature tertentu.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui
kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian
suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan
dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan
zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan metode piknometer untuk
menentukan kerapatan dan bobot jenis suatu zat. Prinsip metode ini
didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang
ditempati cairan ini. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknomete.r
Keuntungan menggunakan metode ini yatu karena mudah dalam
pengerjaan tetapi tingkat ketelitian dalam pnimbagan sangat rendah.
Pada percobaan pertama, yang dilakukan terlebuh dulu yaitu
menimbang piknometer kosong harus dalam keadaan bersih dan kering
agar tidak membiaskan hasil penimbangan, diperoleh bobot 36,41 gram.,
lalu piknometer diisi air sampai penuh dan direndam dalam air es sampa
mencapai suhu dibawah 230C yang bertujuan untuk menentukan kerapatan
secara lebih cepat karena ada rongga - rongga. Kemudian ditutup
piknometer dengan pipa kapiler dibiarkan terbuka sampai suhu kamar,
terakhir ditimbang dan diperoleh bobot sebesar 135,05 gram, sehingga
diperoleh volume piknometer 98,64 ml. Kerapatan air ini diguanakan
sebagai parameter atau pembanding untuk menghitung kerapatan zat – zat
lain
Percobaan selanjutnya yaitu menentukan kerapatan aceton dan minyak
goreng dengan perlakuan yang sama diperoleh bobot acetaon sebesar 78,48
gram lalu dibandingkan kerapatan air diperoleh kerapatan aceton sebesar
0.79 g/ml. Sedangkan pada penentuan kerapatan minyak diperoleh bobot
minyak setelah diberi perlakuan yang sama yaitu sebesar 60.67gram
sehingga diperoleh kerapatan minyak sebesar 0,6 g/ml.
Percobaan terakhir yaitu penentuan kerapatan zat padat, pada
percobaan ini kami menggunakan gotri untuk ditentukan kerapatannya.
Terlebih dahulu gotri ditimbang, diperoleh bobot sebesar 1,04 gram,
selanjutnya piknometer ditimbang dalam keadaan kosong dan bersih agar
tidak membiaskan hasil penimbangan sebesar 36,03 gram. Kemudian gotri
dimasukkan kedalam piknometer, pikno diisi air hingga penuh direndam
dalam air es sampai dibawah 230C atau 20C dibawah suhu percobaan
bertujuan untuk menentukan kerapatan secara lebih cepat karena ada
rongga – rongga, lalu dibiarkan pada suhu ruangan untk mengembalikan
pada suhu percobaan. Terakhir ditimbang diperoleh bobot seluruhnya
sebesar 137,49 gram. Sehingga dapat diketahui kerapatan gotri yang
diperoleh melalui perhitungan rumus sebesar 0,584 g/ml.
Terdapat penyimpangan dalam percobaan ini, perbedaan hasil ini
kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat.
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga
mempengaruhi bobot jenisnya.
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang
piknometer, yang sebaiknya menggunakan tisu, agar lemak pada
tangan tidak mempengaruhi penimbangan akhir pikno.
VIII. KESIMPULAN
Kerapatan diukur untuk mengetahui kemurnian dari suatu zat.
Pada dasarnya kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin
besar massa benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki,
sedangkan semakin besar nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan
yang dimiliki. Bobot jenis dipengaruhi oleh besr atau kecilnya nilai
kerapatan, semakin besar kerapatan maka berat jenis juga semakin besar
Berat jenis sebanding dengan kerapatan, apabila kerapatan zat kecil, maka
berat jenisnya pun kecil, demikian pula sebaliknya.
Urutan kerapatan dan BJ zat berdasarkan percobaan dari yang terkecil
hingga terbesar Aseton, Etanol, Parafin, Air, Peluru dan terakhir
kloroform.
Kloroform meiliki kerapatan paling besar dan pada percobaan kali ini
dapat dibuktikan dengan hasil percobaan yang mendekati hasil sesuai
dengan hasil teoritis.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi,
Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta.
Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th
Ed.,
Collier Mac Inc., New York