19
1 Berdasarkan kajian terhadap suku bangsa atau etnik yang dikaji, beri contoh-contoh kata, ayat, bahan sastera, objek budaya atau apa sahaja yang sesuai untuk membuktikan hubungan kekerabatan dengan bahasa, kesusasteraan dan kebudayaan Melayu. PPGPJJ SEMESTER 1 SESI 2012/2013 BML 3113 Sejarah Bahasa Kesusasteraan Dan Kebudayaan Melayu TUGASAN 2 DISEDIAKAN OLEH : Pusat Pembelajaran / Kumpulan : UPSI 07 ( A122PJJ ) NAMA TUTOR E-LEARNING : Prof. Madya Dr. Azhar bin Wahid Tarikh Serah : 5 Mei 2013 PEMARKAHAN 1. Refleksi 2. ESESI: (A) (B) 3. FORUM NAMA NO. ID NO. TELEFON TEO MING HONG D20112052917 012-6852290

BML_3113 Tgs2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hope to help

Citation preview

Page 1: BML_3113  Tgs2

1

Berdasarkan kajian terhadap suku bangsa atau etnik yang dikaji, beri contoh-contoh kata, ayat, bahan sastera, objek budaya atau apa sahaja

yang sesuai untuk membuktikan hubungan kekerabatan dengan bahasa, kesusasteraan dan kebudayaan Melayu.

PPGPJJ SEMESTER 1 SESI 2012/2013

BML 3113

Sejarah Bahasa Kesusasteraan Dan Kebudayaan Melayu

TUGASAN 2

DISEDIAKAN OLEH :

Pusat Pembelajaran / Kumpulan : UPSI 07 ( A122PJJ )

NAMA TUTOR E-LEARNING : Prof. Madya Dr. Azhar bin Wahid

Tarikh Serah : 5 Mei 2013

PEMARKAHAN

1. Refleksi

2. ESESI:

(A)

(B)

3. FORUM

NAMA NO. ID NO. TELEFON

TEO MING HONG D20112052917 012-6852290

Page 2: BML_3113  Tgs2

2

ISI KANDUNGAN

BIL TAJUK HALAMAN

1.0 Pengenalan 3

2.0 Penelitian mengenai Bahasa Minangkaba 4

3.0 Ciri Karakteristik Bahasa Minangkabau 5

4.0 Minangkabau dan Nilai Kekerabatannya 8

5.0 Hubungan Kekerabatan dengan Bahasa,

Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu 10

6.0 Kesimpulan 18

RUJUKAN 19

Page 3: BML_3113  Tgs2

3

1.0 Pengenalan

Menurut Amat Juhari Moain ( 2006 ), apabila kita ingin mengetahui asal usul sesuatu

bahasa, kita perlu mengetahui asal bangsa yang menjadi penutur utama bahasa tersebut.

Hal ini demikian adalah kerana bahasa itu dilahirkan oleh sesuatu masyarakat penggunanya

dan pengguna bahasa itu membawa bahasanya ke manapun ia pergi. Demikianlah juga

halnya dengan bahasa Melayu. Apabila kita ingin mengetahui asal usul bahasa Melayu,

maka kita perlu menyusurgaluri asal usul bangsa Melayu.

Bangsa Melayu terdiri daripada suku bangsa yang menjadi penutur bahasa Melayu dan

kelompok bangsa Melayu yang dipanggil Polinesia. Penempatan bangsa Melayu tersebar

luas dan membentuk suku kaum yang beraneka bahasa, dialek, adat dan kepercayaan kesan

daripada faktor geografi dan evolusi sejarah. Kini, bangsa Melayu merupakan sebahagian

daripada jumlah penduduk di Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura dan Selatan Filipina.

Budaya Minangkabau ialah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau serta

daerah rantau Minang. Hal ini merujuk pada wilayah di Indonesia meliputi provinsi

Sumatera Barat, bahagian timur provinsi Riau, pesisir barat provinsi Sumatera Utara,

bahagian timur provinsi Jambi, bahagian utara provinsi Bengkulu, pesisir barat daya

provinsi Aceh, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Kebanyakan budaya ini yang berkembang

di dunia. Budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal baik dalam hal pernikahan,

persukuan, warisan dan sebagainya.

Budaya Minangkabau merupakan salah satu daripada dua kebudayaan besar di

Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter,

demokratik dan sintetik. Hal ini menjadi antitesis bagi kebudayaan besar lain iaitu budaya

Jawa yang bersifat feudal dan sinkretik.

Adat Pepatih dibawa ke Tanah Melayu oleh orang Minangkabau, Sumentara Barat

lebih daripada 600 tahun dahulu. Mereka membuka daerah-daerah baru di Naning, Melaka

dan Negeri Sembilan. Lama-kelamaan, keturunan mereka berkembang biak manakala

kawasan petempatan juga menjadi bertambah luas sehingga hampir ke seluruh Negeri

Sembilan.

Page 4: BML_3113  Tgs2

4

2.0 Penelitian mengenai bahasa Minangkabau

Para ahli bahasa menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai salah satu kelompok

Bahasa “Melayu Proto”. Namun demikian Bahasa Minangkabau menempati

kedudukan yang unik sebagaimana dinyatakan oleh Robert Blust ( 1988:02 ), salah

seorang ahli bahasa yang meneliti dan melakukan rekonstruksi cabang-cabang

Bahasa Melayu Induk. Beliau meragukan pengelompokkan bahasa Minangkabau

dalam kelompok “Proto Malay” karena bahasa Minangkabau bersama dengan

bahasa Kerinci memiliki karakteristik bunyi yang berbeda ( divergent phonological

characteristics ) apabila dibandingkan dengan bahasa yang tergabung dalam

kelompok Proto Malay lainnya.

But do we then include Minangkabau ( sometime called “Minangkabau

Malay” ) as a descendent of Proto Malay? If so, what of Kerenci, which

appears to belong to a single dialect compact with Minangkabau but

which shows such divergent phonological characteristics ….”

Bahasa yang tergabung dalan Proto Malay ini seperti bahasa Malaysia dan

bahasa Melayu yang digunakan di Kedah, Pahang, Patani, Terengganu, Urak

Luwoi dan Tioman. Sementara di Indonesia, anggota bahasa Proto Malay termasuk

bahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah yang banyak digunakan sebagai

“lingua franca” di berbagai pelabuhan laut penting Asia Tenggara sebelum

kedatangan Bangsa Portugis pada abad ke-16 seperti: Bahasa Banjar, Serawak,

Melayu Brunei, Melayu Jakarta, Melayu Kupang, Melayu Makasar, Melayu

Menado dan Melayu Ambon.

Dari segi leksikostatistik, Robert Blust ( 1988:03 ) menggambarkan

hubungan kekerabatan antara Bahasa Minangkabau ( MIN ) dengan bahasa Proto

Malay lainnya seperti: Bahasa Iban ( IBN ), Bahasa Selako ( SEL ), Bahasa Banjar

(BJR). Robert Blust menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai bahasa yang

memiliki ciri-ciri kebahasaan yang unik yang lebih tua umurnya dibandingkan

dengan Bahasa Indonesia ( BI ) maupun bahasa yang sekerabat dengannya seperti

Melayu Medan ( MED ), Melayu Jakarta ( JAK ) maupun Melayu Ambon

( AMB ). Sementara itu, apabila dibandingkan dengan Bahasa Iban, Selako maupun

Page 5: BML_3113  Tgs2

5

Banjar, bahasa Minangkabau relatif lebih muda kerana ketiga-tiga bahasa tersebut

merupakan cabang atau turunan langsung bahasa Proto Malay.

Adeelar ( 1992 ) dalam menerangkan hipotesis migrasi orang Melayu

purba dari tanah asal usulnya menyatakan bahawa Minangkabau merupakan salah

satu isolek yang termasuk dalam sub-kelompok bahasa Austronesia bersama

dengan isolek lainnya seperti: Isolek Iban, Sambas, Serawak, Brunei, Berau, Kutai,

Banjar, Ketapang, Bangka, Jambi, Melayu Baku, Jakarta dan lain-lain. Kelompok

isolek Melayu di atas bercirikan inovasi bersama ( lihat Adelaar1992 )

3.0 Ciri Karakteristik Bahasa Minangkabau

Secara fonologi, Moussay Gerard, ( 1998:33 ) menyatakan bahawa bahasa

Minangkabau mencakupi 19 konsonan dan 5 vokal. Bahasa Minangkabau pada

dasarnya tidak mempunyai abjad f dan h. Kedua-dua huruf tersebut tergabung

dalam huruf p dan a. Di samping itu, bahasa ini juga tidak menggunakan huruf q

dan z dalam hidupan seharian, jadi huruf awal k dan j dan tidak pernah

menggunakan huruf x. Akan tetapi kerana pengaruh oleh agama Islam dan

hubungan antara suku bukan saja di Indonesia, masyarakat Minangkabau

menggunakan huruf q dan z seperti terlihat dalam ucapan: qadar, qurban, zakat,

ziarah dan lain sebagainya.

Huruf e yang selalu dipakai dalam Bahasa Minangkabau adalah e pepet

seperti dalam kosa kata: ameh, Aceh, kameh, mameh, bareh, areh, lapeh, leleh dan

lain sebagainya. Sistem bunyi dalam bahasa Minangkabau dapat digambarkan

seperti berikut:

3.1 Bunyi konsonan Minangkabau

3.1.1 Fonem /p/

Fonem ini direalisasi dalam bahasa Minangkabau sebagai sebuah oklusif tak

bersuara, bilabial. Fonem ini lazimnya hanya muncul di posisi awal atau tengah.

Meskipun ini dapat dijumpai pada posisi akhir di dalam beberapa kata yang berasal

dari bahasa asing seperti: maaf “maaf”, sabap “sebab”. Dalam hal ini, fonem /p/

direalisasi sebagai sebuah implosif. Contoh kosa katanya adalah sebagai berikut:

/palian´/ ‘paling’

/patan´/ ‘petang’

Page 6: BML_3113  Tgs2

6

3.1.2 Fonem /b/

Fonem /b/ direalisasi di posisi awal dan tengah sebagai sebuah oklusif bilabial.

Pada posisi akhir, fonem itu hanya direalisasi sebagai sebuah aklusif glottal.

Identitas fonologisnya tampakdari contoh yang berikut:

/banan´/ ‘benang’

/ba?un/ ‘bau’

3.1.3 Fonem /m/

Fonem /m/ direalisasi sebagai sebuah oklusif nasal bilabial. Fonem itu dapat

muncul di tiga posisi: awal, tengah dan akhir. Identitas fonologis /m/ wujud dalam

contoh yang berikut:

/manci?/ ‘tikus’

/malam/ ‘malam’

3.1.4 Fonem /t/

Fonem /t/ direalisasi di awal dan di tengah kata sebagai oklusif tak bersuara

apikodental. Pada posisi akhir, fonem itu direalisasi sebagai sebuah oklusif glottal

seperti contoh berikut:

/tabi?/ ‘menusuk’

/lato/ ‘kotor’

3.1.5 Fonem /d/

Fonem /d/ direalisasikan pada awal dan tengah kata sebagai sebuah oklusif

bersuara apikodental. Fonem ini muncul di posisi akhir hanya pada kata–kata yang

berasal dari bahasa asing dan direalisasikan sebagai oklusif glottal seperti contoh:

/duri/ ‘duri’

/padeh/ ‘pedas’

3.1.6 Fonem /n/

Fonem /n/ direalisasi sebagai sebuah oklusif sengau apikodental. Fonem itu dapat

muncul pada posisi awal, tengah ataupun akhir seperti contoh:

/nanah/ ‘nanah’

/panah/ ‘panah’

Page 7: BML_3113  Tgs2

7

3.1.7 Fonem /c/

Fonem /c/ direalisasi sebagai sebuah oklusif tak bersuara dorsopalatal. Fonem itu

hanya dapat muncul di awal atau di tengah kata seperti contoh:

/conkon/ ‘jongkok’

/camue?/ ‘menanduk’

3.1.8 Fonem /j/

Fonem /j/ direalisasi sebagai sebuah oklusif bersuara dorsopalatal. Fonem /j/ hanya

dapat muncul pada posisi awal atau tengah seperti contoh:

/jalo/ ‘jala’

/gajah/ ‘gajah’

3.1.9 Fonem /n/

Fonem /n/ direalisasikan sebagai sebuah oklusif sengau dorsopalatal. Fonem itu

hanya dapat muncul di posisi awal atau tengah seperti contoh:

namue?/ ‘nyamuk’

/na?/ ‘di sini’

3.1.10 Fonem /k/

Fonem /k/ direalisasi sebagai sebuah oklusif tak bersuara velar. Fonem itu hanya

dapat muncul di posisi awal atau tengah. Pada posisi akhir, fonem /k/ direalisasi

senbagai sebuah oklusif glottal seperti contoh berikut:

kaka?/ ‘kakak perempuan’

/karan/ ‘karang’

3.1.11 Fonem /g/

Fonem /g/ direalisasi sebagai sebuah oklusif bersuara dorsovelar. Fonem /g/ hanya

dapat muncul di posisi awal dan tengah seperti contoh:

/gapue?/ ‘berlemak’

/bago/ ‘meskipun’

3.1.12 Fonem /n/

Fonem /n/ direalisasi sebagai sebuah oklusif nasal dorsovelar. Fonem /n/ dapat

berada pada tiga posisi: awal, tengah dan akhir seperti contoh:

/naray/ ‘jurang’

nunu/ ‘tersedu’

Page 8: BML_3113  Tgs2

8

4.0 Minangkabau dan Nilai Kekerabatannya

Dari sisi istilah Minangkabau malah lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan

dengan masyarakatnya yang berstatus matrilineal – atau keturunan menurut garis

keibuan Hubungan kekerabatan ini, adalah perpaduan dan pemesraan antara

istiadat ( urf ) dan syariat agama Islam.

Garis matrilineal yang dianut adalah, bahawa anak yang dilahirkan bernasab

kepada ayahnya, bersuku kepada ibunya, dan bersako terhadap mamaknya.

Hubungan kekerabatan seperti ini, mungkin tidak ada duanya di Indonesia.

Nilainya mengutamakan kebersamaan. Sistem matrilineal yang paling nyata, telah

menarik para pakar ilmu sosial, di dalam negeri dan dari luar negeri. Sistim

kekerabatan Minangkabau satu hal yang nyata, dan masih berlaku, walaupun ia

mengalami perubahan pada masa global ini.

Kekuatan yang mengikat sistem kekerabatan Minangkabau, terlihat dari

berbagai arah dan sudut pandang. Berpengaruh pada semua sisi kehidupan

masyarakat Minangkabau. Kekuatan kekerabatan itu misalnya, berpengaruh kuat di

aspek jiwa dagang masyarakatnya, mobilitas penduduknya, dengan kesukaan

merantau ke negeri lain untuk mencari ilmu, mencari rezeki. Sistem kekerabatan

sedemikian itu pula, yang telah mendorong lajunya mobilitas horizontal dalam

bentuk imigrasi, dan mobilitas vertical yang menuju kepada peningkatan kualitas.

Dalam soal pertalian dengan kekerabatan dalam budaya serta adat

Minangkabau, mereka yang menyimpang dari kebersamaan yang telah dipolakan,

akan terkena risiko dalam berbagai tingkatan. Dapat saja berupa dikucilkan dari

pergaulan sebelum membayar denda penyesalan pada nagari, sampai yang dikenai

hukum buang sapanjang adat ( buang sapah, buang habis ). Bila terkena hukuman

adat yang terakhir ini, maka segala hak-haknya yang tumbuh karena hubungan adat

akan dicabut.

Dengan masuknya budaya luar, baik melalui sistem pemerintahan dan

usaha-usaha kehidupan, tentang perdagangan, tentang sumber mata pencaharian,

yang memungkinkan anak kemenakan bekerja sebagai pegawai, negeri atau swasta,

atau usaha-usaha yang non agrarisch lainnya, telah sekaligus dapat mengubah,

setidaknya mempengaruhi struktur tradisional kekeluargaan orang Minangkabau.

Page 9: BML_3113  Tgs2

9

Pada akhirnya, kekuasaan Mamak Kepala Waris terhadap anggota kaumnya,

di dalam kaitan adat budaya Minangkabau, tidak sama lagi dengan sebelumnya.

Peranan dan tanggung jawab seorang suami kepada anak-isterinya, juga mengalami

pergeseran tajam.

Semua suami, yang juga adalah mamak dalam kaumnya, hampir bahkan sudah

sepenuhnya mengurusi kepentingan keluarga batihnya saja. Kekerabatan di masa

lalu, seperti sibuk mengurus sawah ladang kaum dari orang tuanya, sudah tidak

diperlukan lagi. Perubahan-perubahan demikian, sekaligus merombak beberapa sisi

beban tanggung jawab, yang selama ini berada pada kewenangan mamak, terutama

dalam urusan kekerabatan, berpindah ke pikulan ayah bunda.

Sistem kekerabatan yang bersuku ke ibu, termasuk juga menjadi pagar bagi

tidak terjadinya kahwin sesuku. Sudah berkali-kali kasus perkahwinan dari yang

bersanak ibu yakni yang ibu mereka bersaudara handling, dari salah satu negeri di

Luhak, meskipun kejadiannya di rantau.

Agama Islam memang tidak melarang perkahwinan demikian, akan tetapi

tidak pula menyuruh untuk saling kahwin-mengawini di antara mereka yang

sekaum sepusaka. Agama Islam juga tidak membolehkan sesuatu, yang dampaknya

akan berakibat pecah atau kacaunya kesatuan sebuah kaum.

Secara prinsip, penganut agama Islam juga bersikap demikian. Pelajari dengan

tenang salah satu Rukun Islam adalah kemampuan membayar zakat. Kewajiban

zakat menjadi rukun sahnya seseorang menjadi muslim. Tanpa embel-embel

penjelasan seperti menunaikan haji ke Mekah dengan catatan tambahan, sekali

seumur hidup jika ada kemampuan internal, ada kesempatan dan ada kemungkinan

secara internal dan ekstemal.

Adat dan budaya Minangkabau menghendaki setiap lelaki Minangkabau,

haruslah berkemampuan, selain ilmu juga secara materi. Diperlukan untuk

membantu dan menambah harta pusaka kaumnya, selain memenuhi kebutuhan

keluarga dan dirinya sendiri. Adat Minangkabau mendorong mereka untuk

merantau, dan silakan kembali setelah dirasa berguna untuk kaum dan korong

kampung.

Page 10: BML_3113  Tgs2

10

5.0 Hubungan Kekerabatan dengan Bahasa,

Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu

5.1 Aspek Bahasa

Bahasa Minangkabau ( Baso Minang ) adalah salah satu bahasa dari rumpun

bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau sebagai bahasa ibunda.

Selain itu, bahasa tersebut juga merupakan salah satu anak cabang bahasa

Austronesia.

Terdapat pertentangan mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan

bahasa Melayu. Sebahagian pakar bahasa menganggap bahasa Minangkabau

sebagai salah satu dialek Melayu kerana kebanyakan persamaan kosa kata dan

bentuk pertuturan dalam kedua-dua bahasa. Selain itu, bahasa Minangkabau

merupakan bahasa mandiri yang berbeza dengan bahasa Melayu.

Selain itu, terdapat berbagai-bagai dialek bergantung kepada daerahnya

masing-masing dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri. Pengaruh

bahasa lain yang diserap dalam Bahasa Minang umumnya dari Sanskerta, Arab,

Tamil dan Persia. Kemudian kosa kata Sanskerta dan Tamil yang dijumpai pada

beberapa prasasti di Minangkabau telah ditulis menggunakan pelbagai huruf.

Meskipun memiliki bahasa sendiri, orang Minang juga menggunakan bahasa

Melayu dan kemudian bahasa Indonesia secara meluas.

Antara perbezaan Bahasa Melayu dengan Bahasa Minangkabau:

(a) kata berakhir vokal ‘a’ diucapkan ‘o’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

apa apo

cara caro

kuda kudo

lada lado

nama namo

Page 11: BML_3113  Tgs2

11

(b) kata dengan 2 huruf akhir ‘al’ diubahsuai menjadi ‘a’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

jual jua

khabar kaba

(c) kata yang berakhir ‘as’ diubahsuai menjadi ‘eh’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

alas aleh

balas baleh

(d) kata dengan 2 huruf akhir ‘at’ diubahsuai menjadi ‘ek’ atau ‘ik’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

dapat dapek

kawat kawek

(e) kata yang berakhir ‘ir’ diubahsuai menjadi ‘ia’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

air aia

pasir pasia

lahir lahia

(f) kata dengan 2 huruf akhir ‘is’ diubahsuai menjadi ‘ih’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

baris barih

manis manih

alis alih

Page 12: BML_3113  Tgs2

12

(g) kata yang berakhir ‘it’ diubahsuai menjadi ‘ik’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

sakit sakik

jahit jahik

kulit kulik

(h) kata dengan 2 huruf akhir ‘ih’ diubahsuai menjadi ‘iah’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

kasih kasiah

pilih piliah

putih putiah

(i) kata yang berakhir ‘uk’ diubahsuai menjadi ‘uak’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

buruk buruak

busuk busuak

untuk untuak

(j) kata dengan 2 huruf akhir ‘uh’ diubahsuai menjadi ‘uah’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

bunuh bunuah

patuh patuah

tujuh tujuah

(k) kata dengan 2 huruf akhir ‘us’ diubahsuai menjadi ‘uih’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

bungkus bungkuih

halus haluih

Page 13: BML_3113  Tgs2

13

(k) kata dengan 2 huruf akhir ‘ut’ diubahsuai menjadi ‘uik’

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

ikut ikuik

rumput rumpuik

Selain itu, perbezaan imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se-

dalam bahasa Minang menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa- dan sa-. Contohnya:

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

meminum maminum

berlari balari

terlambat talambek

kesalahan kasalahan

Di samping itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan kata ganti nama diri -nya

dalam bahasa Minang menjadi -an dan -nyo. Contohnya:

Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau

memusnahkan mamusnahan

selamanya salamonyo

Terdapat juga perbandingan pertuturan bahasa Melayu dan bahasa

Minangkabau. Contohnya:

Bahasa

Melayu

Tidak boleh membuang

sampah di sini!

Apa yang sedang kamu

kerjakan?

Bahasa

Minangkabau

Indak buliah mambuang

sarok di siko!

A tu nan ang karajoan?

* kata ang (kamu)

adalah kata kasar. Apo

sering disingkat dengan

kata A

Komunikasi antara penutur bahasa Minangkabau yang beragam ini,

akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau

yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak. Bahasa

Minangkabaun dialek Padang menjadi acuan baku ( standard ) dalam

menguasai bahasa Minangkabau.

Page 14: BML_3113  Tgs2

14

5.2 Aspek Sastera

Sastra Minangkabau adalah sastera yang hidup dan dipelihara dalam masyarakat

Minangkabau, baik lisan mahupun tulisan. Adapun sastra lisan yang masih hidup

dalam masyarakat Minangkabau iaitu jenis kaba dan dendang.

(a) Kaba

Kaba ialah cerita yang disampaikan oleh tukang kaba dengan iringan gesekan

rebab. Kekuatan sastera kaba ini sangat ditentukan kemampuan tukang kaba. Jenis

sastera kaba tersebut misalnya Kaba Cindua Mato, Kaba Anggun Nan Tongga,

Kaba Lareh Simawang, Kaba Rancak Dilabuah, Kaba Gadih Basanai, Kaba Malin

Deman, Kaba Rambun Pamenan

Rebab

(b) Dendang

Dendang adalah seni suara yang diiringi dengan alat muzik saluang. Saluang

adalah alat muzik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat

muzik tiup ini diperbuat daripada buluh tipis atau talang.

(Schizostachyum brachycladum Kurz).

Saluang

Page 15: BML_3113  Tgs2

15

(c) Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas terkenal dalam

bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa

Minangkabau yang bererti "petuntun". Contoh pantun Minang iaitu:

Keratau madang di hulu

Berbuah berbunga belum

Merantau bujang dahulu

Di rumah berguna belum

Ke pekan sekali ini

Entah membeli entah tidak

Entah membeli limau kapas

Berjalan sekali ini

Entah kembali entah tidak

Entah menghadang lautan lepas

Putuslah tali laying-layang

Robek kertas tentang bingkai

Hidup usah mengepalang

Tidak kaya, berani pakai

( penulis: Dt Panduko Alam, Payakumbuh )

(d) Tambo Minangkabau

Tambo Minangkabau adalah karya sastra sejarah yang merakam kisah-kisah

legenda-legenda yang berkaitan dengan asal-usul suku bangsa, negeri dan tradisi

dan alam Minangkabau. Tambo Minangkabau ditulis dalam bahasa Melayu yang

berbentuk prosa.

Edisi Tambo Minangkabau

Page 16: BML_3113  Tgs2

16

2.3 Aspek Budaya

Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal) iaitu pihak

perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Menurut

tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang

bersaudara, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk

Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratik manakala Datuk

Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokrasi. Dalam

perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling mengisi

dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau.

(a) Seni Tari

Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai-bagai atraksi dan kesenian seperti

tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat mahupun perkahwinan.

Antaranya tari-tarian tersebut misalnya tari persembahan merupakan tarian yang

dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang atau ungkapan rasa hormat

kepada tetamu istimewa yang baru sampai. Contohnya, Tari Piring.

Silat Randai diiringi dengan nyanyian

(b) Adat Perkahwinan

Adat istiadat perkahwinan masyarakat Minangkabau sama dengan masyarakat

Melayu yang lain. Masyarakat Minangkabau juga menjalankan istiadat ini secara

berperingkat-peringkat yang memberi peluang kepada kedua-dua belah pihak

berkenal-kenalan antara satu sama lain sebelum menjadi pasangan suami isteri.

Page 17: BML_3113  Tgs2

17

Pakaian Perkahwinan Tradisional Minangkabau

(c) Makanan

Masakan Minangkabau ( masakan Padang ) merujuk kepada makanan orang

Minangkabau di Indonesia. Nama Padang diberi kerana kota Padang adalah pusat

budaya suku Minangkabau. Masakan Minangkabau adalah makanan yang

termasyhur di sepanjang kepulauan Melayu.

Kebanyakan hidangan Minangkabau sama dengan hidangan Melayu. Ini

kerana ciri utama masakan tradisional Melayu ialah penggunaan rempah ratus yang

banyak serta santan yang penting untuk menghasilkan makanan berlemak dan

pekat. Perasa seperti belacan dan budu adalah penting untuk menambah kesedapan

makanan. Belacan juga digunakan sebagai bahan asas bersama-sama dengan cili,

bawang dan bawang putih untuk menghasilkan sambal, satu lagi perasa utama

dalam hidangan.

Makanan Minangkabau

Page 18: BML_3113  Tgs2

18

6.0 Kesimpulan

Dari deksripsi mengenai bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu terlihat bahawa

kedua-dua bahasa itu memiliki banyak persamaan baik dari segi fonologi maupun dari segi

leksikalnya. Dengan demikian dapat diyakini bahawa bahasa Minangkabau dan bahasa

Melayu merupakan dua bahasa yang sekerabat bahkan memiliki hubungan kekerabatan

yang cukup dekat.

Oleh Kerana penggunaan bahasa Indonesia berleluasa dalam kalangan masyarakat

Minang tetapi mereka masih boleh bertutur dalam bahasa ibunda mereka iaitu bahasa

Minangkabau. Bahasa Minangkabau mempunyai perkataan yang serupa dengan bahasa

Melayu tetapi berbeza dari segi sebutan dan tatabahasa hingga menjadikan bahasa tersebut

unik.

Orang Minangkabau atau Minang adalah kumpulan etnik Nusantara yang berbahasa

dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera

Barat, separuh darat Riau, bahagian utara Bengkulu, bahagian barat Jambi, bahagian

selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

Kebudayaan mereka adalah bersifat keibuan ( matrilineal ), dengan harta dan tanah

diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, sementara urusan ugama dan politik

merupakan urusan kaum lelaki (walaupun sesetengah wanita turut memainkan peranan

penting dalam bidang ini). Kini sekitar separuh orang Minangkabau tinggal di rantau,

majoriti di bandar dan pekan besar Indonesia dan Malaysia. Orang Melayu di Malaysia

banyak yang berasal dari Minangkabau, mereka utamanya mendiami di Negeri Sembilan.

Suku Minang memiliki berbagai-bagai jenis atraksi dan kesenian, dari mulai tari-tarian

yang selalu mewarnai setiap acara adat pesta sampai perkahwinan. Antaranya, tari piring

merupakan jenis tarian dengan gerak cepat daripada para penari sambil memegang piring

pada telapak tangan mereka masing-masing. Silek atau biasa disebut Silat Minangkabau

merupakan jenis seni bela diri tradisional khas suku Minang yang sudah berkembang sejak

dahulu. Selain itu, rumah Gadang merupakan rumah adat Suku Minang. Rumah yang

biasanya dibina di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara

turun-temurun.

Secara umumnya, kesusasteraan, kebudayaan dan kesenian Melayu telah dipengaruhi

dengan beberapa unsur kepercayaan Jenis dan bentuk kesusasteraan Minangkabau

mempunyai persamaan dengan kesusasteraan Melayu. Puisi dikatakan pancaran masyarakat

Melayu lama.

Page 19: BML_3113  Tgs2

19

Rujukan

Abdul Samad Ahmad. 1990. Kebudayaan Secara Umum.

Melaka: Associated Educational Distributors (M) Sdn. Bhd.

Andaya, B.W. & Andaya, L.Y. (1983). A History of Malaysia.

London: MacMillan.

The impact of Chinese secret societies in Malaya: A historical study.

London: Oxford University Press.

Gallop, A. T. 1994. The legacy of Malay letter/warisan warkah Melayu.

London: The BritishLibrary.

Kamus Dewan Edisi Keempat ( 2005 ). Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka

Usman, H. Abdul Kadir, “Kamus Umum Bahasa Minangkabau-Indonesia”, Padang:

Anggrek Media, 2002.

Usman, Zuber, “Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi Lingua Franca”, Jakarta:

Yayasan Idayu, 1975.

Khoo Salma, N. (2002). The Rich legacy Of The Jawi Pekan. Dlm. Malini Dias Glimpses

of Old Penang. Petaling Jaya: Star Publications.

Mohd. Aris Haji Othman. (1985).Identiti Etnik Melayu. Petaling Jaya: Penerbit Fajar

BaktiSdn. Bhd.

Muhammad Yusoff Hashim. (1989).Kesultanan Melayu Melaka:Kajian Beberapa Aspek

Tentang Melaka Pada Abad ke-15 dan Abad ke-16 Dalam Sejarah Malaysia. Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Noriah Mohamed. (2008). Bahasa Melayu: Sejarah Awal dan Keragamannya di

PulauPinang. dlm. Muhammad Haji Salleh (ed.). Sejarah awal Pulau Pinang.

Pulau Pinang:Penerbit Universiti Sains Malaysia.

Omar Yusof & Noriah Mohamed (2010). Daripada Jawi Peranakan kepada Melayu:

Tinjauanterhadap Komuniti Jawi Peranakan di Pulau Pinang pada Abad ke-21,

Sari -International Journal of the Malay World and Civilisation 28(2) (2010).

http://journalarticle.ukm.my/1258/ tarikh 5 Oktober 2012

Ragayah Eusoff. (1997). The Merican Clan:A Story Of Courage And Destiny. Kuala

Lumpur:Times Books International.

Sandhu, K.S. (1969). Indians in Malaya:Some aspects Of Their Immigration and

Settlement , 1786-1957. Cambridge: Cambridge University Press.

Omar Yusof & Noriah Mohamed. (2010). Daripada Jawi Peranakan kepada

Melayu:Tinjauan terhadap Komuniti Jawi Peranakan di Pulau Pinang pada Abad ke-21,

Sari -International Journal of the Malay World and Civilisation 28(2) (2010).

http://journalarticle.ukm.my/1258/tarikh 5 Oktober 2012