Upload
speechless-guy
View
230
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hope to help
Citation preview
1
Berdasarkan kajian terhadap suku bangsa atau etnik yang dikaji, beri contoh-contoh kata, ayat, bahan sastera, objek budaya atau apa sahaja
yang sesuai untuk membuktikan hubungan kekerabatan dengan bahasa, kesusasteraan dan kebudayaan Melayu.
PPGPJJ SEMESTER 1 SESI 2012/2013
BML 3113
Sejarah Bahasa Kesusasteraan Dan Kebudayaan Melayu
TUGASAN 2
DISEDIAKAN OLEH :
Pusat Pembelajaran / Kumpulan : UPSI 07 ( A122PJJ )
NAMA TUTOR E-LEARNING : Prof. Madya Dr. Azhar bin Wahid
Tarikh Serah : 5 Mei 2013
PEMARKAHAN
1. Refleksi
2. ESESI:
(A)
(B)
3. FORUM
NAMA NO. ID NO. TELEFON
TEO MING HONG D20112052917 012-6852290
2
ISI KANDUNGAN
BIL TAJUK HALAMAN
1.0 Pengenalan 3
2.0 Penelitian mengenai Bahasa Minangkaba 4
3.0 Ciri Karakteristik Bahasa Minangkabau 5
4.0 Minangkabau dan Nilai Kekerabatannya 8
5.0 Hubungan Kekerabatan dengan Bahasa,
Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu 10
6.0 Kesimpulan 18
RUJUKAN 19
3
1.0 Pengenalan
Menurut Amat Juhari Moain ( 2006 ), apabila kita ingin mengetahui asal usul sesuatu
bahasa, kita perlu mengetahui asal bangsa yang menjadi penutur utama bahasa tersebut.
Hal ini demikian adalah kerana bahasa itu dilahirkan oleh sesuatu masyarakat penggunanya
dan pengguna bahasa itu membawa bahasanya ke manapun ia pergi. Demikianlah juga
halnya dengan bahasa Melayu. Apabila kita ingin mengetahui asal usul bahasa Melayu,
maka kita perlu menyusurgaluri asal usul bangsa Melayu.
Bangsa Melayu terdiri daripada suku bangsa yang menjadi penutur bahasa Melayu dan
kelompok bangsa Melayu yang dipanggil Polinesia. Penempatan bangsa Melayu tersebar
luas dan membentuk suku kaum yang beraneka bahasa, dialek, adat dan kepercayaan kesan
daripada faktor geografi dan evolusi sejarah. Kini, bangsa Melayu merupakan sebahagian
daripada jumlah penduduk di Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura dan Selatan Filipina.
Budaya Minangkabau ialah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau serta
daerah rantau Minang. Hal ini merujuk pada wilayah di Indonesia meliputi provinsi
Sumatera Barat, bahagian timur provinsi Riau, pesisir barat provinsi Sumatera Utara,
bahagian timur provinsi Jambi, bahagian utara provinsi Bengkulu, pesisir barat daya
provinsi Aceh, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Kebanyakan budaya ini yang berkembang
di dunia. Budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal baik dalam hal pernikahan,
persukuan, warisan dan sebagainya.
Budaya Minangkabau merupakan salah satu daripada dua kebudayaan besar di
Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter,
demokratik dan sintetik. Hal ini menjadi antitesis bagi kebudayaan besar lain iaitu budaya
Jawa yang bersifat feudal dan sinkretik.
Adat Pepatih dibawa ke Tanah Melayu oleh orang Minangkabau, Sumentara Barat
lebih daripada 600 tahun dahulu. Mereka membuka daerah-daerah baru di Naning, Melaka
dan Negeri Sembilan. Lama-kelamaan, keturunan mereka berkembang biak manakala
kawasan petempatan juga menjadi bertambah luas sehingga hampir ke seluruh Negeri
Sembilan.
4
2.0 Penelitian mengenai bahasa Minangkabau
Para ahli bahasa menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai salah satu kelompok
Bahasa “Melayu Proto”. Namun demikian Bahasa Minangkabau menempati
kedudukan yang unik sebagaimana dinyatakan oleh Robert Blust ( 1988:02 ), salah
seorang ahli bahasa yang meneliti dan melakukan rekonstruksi cabang-cabang
Bahasa Melayu Induk. Beliau meragukan pengelompokkan bahasa Minangkabau
dalam kelompok “Proto Malay” karena bahasa Minangkabau bersama dengan
bahasa Kerinci memiliki karakteristik bunyi yang berbeda ( divergent phonological
characteristics ) apabila dibandingkan dengan bahasa yang tergabung dalam
kelompok Proto Malay lainnya.
But do we then include Minangkabau ( sometime called “Minangkabau
Malay” ) as a descendent of Proto Malay? If so, what of Kerenci, which
appears to belong to a single dialect compact with Minangkabau but
which shows such divergent phonological characteristics ….”
Bahasa yang tergabung dalan Proto Malay ini seperti bahasa Malaysia dan
bahasa Melayu yang digunakan di Kedah, Pahang, Patani, Terengganu, Urak
Luwoi dan Tioman. Sementara di Indonesia, anggota bahasa Proto Malay termasuk
bahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah yang banyak digunakan sebagai
“lingua franca” di berbagai pelabuhan laut penting Asia Tenggara sebelum
kedatangan Bangsa Portugis pada abad ke-16 seperti: Bahasa Banjar, Serawak,
Melayu Brunei, Melayu Jakarta, Melayu Kupang, Melayu Makasar, Melayu
Menado dan Melayu Ambon.
Dari segi leksikostatistik, Robert Blust ( 1988:03 ) menggambarkan
hubungan kekerabatan antara Bahasa Minangkabau ( MIN ) dengan bahasa Proto
Malay lainnya seperti: Bahasa Iban ( IBN ), Bahasa Selako ( SEL ), Bahasa Banjar
(BJR). Robert Blust menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai bahasa yang
memiliki ciri-ciri kebahasaan yang unik yang lebih tua umurnya dibandingkan
dengan Bahasa Indonesia ( BI ) maupun bahasa yang sekerabat dengannya seperti
Melayu Medan ( MED ), Melayu Jakarta ( JAK ) maupun Melayu Ambon
( AMB ). Sementara itu, apabila dibandingkan dengan Bahasa Iban, Selako maupun
5
Banjar, bahasa Minangkabau relatif lebih muda kerana ketiga-tiga bahasa tersebut
merupakan cabang atau turunan langsung bahasa Proto Malay.
Adeelar ( 1992 ) dalam menerangkan hipotesis migrasi orang Melayu
purba dari tanah asal usulnya menyatakan bahawa Minangkabau merupakan salah
satu isolek yang termasuk dalam sub-kelompok bahasa Austronesia bersama
dengan isolek lainnya seperti: Isolek Iban, Sambas, Serawak, Brunei, Berau, Kutai,
Banjar, Ketapang, Bangka, Jambi, Melayu Baku, Jakarta dan lain-lain. Kelompok
isolek Melayu di atas bercirikan inovasi bersama ( lihat Adelaar1992 )
3.0 Ciri Karakteristik Bahasa Minangkabau
Secara fonologi, Moussay Gerard, ( 1998:33 ) menyatakan bahawa bahasa
Minangkabau mencakupi 19 konsonan dan 5 vokal. Bahasa Minangkabau pada
dasarnya tidak mempunyai abjad f dan h. Kedua-dua huruf tersebut tergabung
dalam huruf p dan a. Di samping itu, bahasa ini juga tidak menggunakan huruf q
dan z dalam hidupan seharian, jadi huruf awal k dan j dan tidak pernah
menggunakan huruf x. Akan tetapi kerana pengaruh oleh agama Islam dan
hubungan antara suku bukan saja di Indonesia, masyarakat Minangkabau
menggunakan huruf q dan z seperti terlihat dalam ucapan: qadar, qurban, zakat,
ziarah dan lain sebagainya.
Huruf e yang selalu dipakai dalam Bahasa Minangkabau adalah e pepet
seperti dalam kosa kata: ameh, Aceh, kameh, mameh, bareh, areh, lapeh, leleh dan
lain sebagainya. Sistem bunyi dalam bahasa Minangkabau dapat digambarkan
seperti berikut:
3.1 Bunyi konsonan Minangkabau
3.1.1 Fonem /p/
Fonem ini direalisasi dalam bahasa Minangkabau sebagai sebuah oklusif tak
bersuara, bilabial. Fonem ini lazimnya hanya muncul di posisi awal atau tengah.
Meskipun ini dapat dijumpai pada posisi akhir di dalam beberapa kata yang berasal
dari bahasa asing seperti: maaf “maaf”, sabap “sebab”. Dalam hal ini, fonem /p/
direalisasi sebagai sebuah implosif. Contoh kosa katanya adalah sebagai berikut:
/palian´/ ‘paling’
/patan´/ ‘petang’
6
3.1.2 Fonem /b/
Fonem /b/ direalisasi di posisi awal dan tengah sebagai sebuah oklusif bilabial.
Pada posisi akhir, fonem itu hanya direalisasi sebagai sebuah aklusif glottal.
Identitas fonologisnya tampakdari contoh yang berikut:
/banan´/ ‘benang’
/ba?un/ ‘bau’
3.1.3 Fonem /m/
Fonem /m/ direalisasi sebagai sebuah oklusif nasal bilabial. Fonem itu dapat
muncul di tiga posisi: awal, tengah dan akhir. Identitas fonologis /m/ wujud dalam
contoh yang berikut:
/manci?/ ‘tikus’
/malam/ ‘malam’
3.1.4 Fonem /t/
Fonem /t/ direalisasi di awal dan di tengah kata sebagai oklusif tak bersuara
apikodental. Pada posisi akhir, fonem itu direalisasi sebagai sebuah oklusif glottal
seperti contoh berikut:
/tabi?/ ‘menusuk’
/lato/ ‘kotor’
3.1.5 Fonem /d/
Fonem /d/ direalisasikan pada awal dan tengah kata sebagai sebuah oklusif
bersuara apikodental. Fonem ini muncul di posisi akhir hanya pada kata–kata yang
berasal dari bahasa asing dan direalisasikan sebagai oklusif glottal seperti contoh:
/duri/ ‘duri’
/padeh/ ‘pedas’
3.1.6 Fonem /n/
Fonem /n/ direalisasi sebagai sebuah oklusif sengau apikodental. Fonem itu dapat
muncul pada posisi awal, tengah ataupun akhir seperti contoh:
/nanah/ ‘nanah’
/panah/ ‘panah’
7
3.1.7 Fonem /c/
Fonem /c/ direalisasi sebagai sebuah oklusif tak bersuara dorsopalatal. Fonem itu
hanya dapat muncul di awal atau di tengah kata seperti contoh:
/conkon/ ‘jongkok’
/camue?/ ‘menanduk’
3.1.8 Fonem /j/
Fonem /j/ direalisasi sebagai sebuah oklusif bersuara dorsopalatal. Fonem /j/ hanya
dapat muncul pada posisi awal atau tengah seperti contoh:
/jalo/ ‘jala’
/gajah/ ‘gajah’
3.1.9 Fonem /n/
Fonem /n/ direalisasikan sebagai sebuah oklusif sengau dorsopalatal. Fonem itu
hanya dapat muncul di posisi awal atau tengah seperti contoh:
namue?/ ‘nyamuk’
/na?/ ‘di sini’
3.1.10 Fonem /k/
Fonem /k/ direalisasi sebagai sebuah oklusif tak bersuara velar. Fonem itu hanya
dapat muncul di posisi awal atau tengah. Pada posisi akhir, fonem /k/ direalisasi
senbagai sebuah oklusif glottal seperti contoh berikut:
kaka?/ ‘kakak perempuan’
/karan/ ‘karang’
3.1.11 Fonem /g/
Fonem /g/ direalisasi sebagai sebuah oklusif bersuara dorsovelar. Fonem /g/ hanya
dapat muncul di posisi awal dan tengah seperti contoh:
/gapue?/ ‘berlemak’
/bago/ ‘meskipun’
3.1.12 Fonem /n/
Fonem /n/ direalisasi sebagai sebuah oklusif nasal dorsovelar. Fonem /n/ dapat
berada pada tiga posisi: awal, tengah dan akhir seperti contoh:
/naray/ ‘jurang’
nunu/ ‘tersedu’
8
4.0 Minangkabau dan Nilai Kekerabatannya
Dari sisi istilah Minangkabau malah lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan
dengan masyarakatnya yang berstatus matrilineal – atau keturunan menurut garis
keibuan Hubungan kekerabatan ini, adalah perpaduan dan pemesraan antara
istiadat ( urf ) dan syariat agama Islam.
Garis matrilineal yang dianut adalah, bahawa anak yang dilahirkan bernasab
kepada ayahnya, bersuku kepada ibunya, dan bersako terhadap mamaknya.
Hubungan kekerabatan seperti ini, mungkin tidak ada duanya di Indonesia.
Nilainya mengutamakan kebersamaan. Sistem matrilineal yang paling nyata, telah
menarik para pakar ilmu sosial, di dalam negeri dan dari luar negeri. Sistim
kekerabatan Minangkabau satu hal yang nyata, dan masih berlaku, walaupun ia
mengalami perubahan pada masa global ini.
Kekuatan yang mengikat sistem kekerabatan Minangkabau, terlihat dari
berbagai arah dan sudut pandang. Berpengaruh pada semua sisi kehidupan
masyarakat Minangkabau. Kekuatan kekerabatan itu misalnya, berpengaruh kuat di
aspek jiwa dagang masyarakatnya, mobilitas penduduknya, dengan kesukaan
merantau ke negeri lain untuk mencari ilmu, mencari rezeki. Sistem kekerabatan
sedemikian itu pula, yang telah mendorong lajunya mobilitas horizontal dalam
bentuk imigrasi, dan mobilitas vertical yang menuju kepada peningkatan kualitas.
Dalam soal pertalian dengan kekerabatan dalam budaya serta adat
Minangkabau, mereka yang menyimpang dari kebersamaan yang telah dipolakan,
akan terkena risiko dalam berbagai tingkatan. Dapat saja berupa dikucilkan dari
pergaulan sebelum membayar denda penyesalan pada nagari, sampai yang dikenai
hukum buang sapanjang adat ( buang sapah, buang habis ). Bila terkena hukuman
adat yang terakhir ini, maka segala hak-haknya yang tumbuh karena hubungan adat
akan dicabut.
Dengan masuknya budaya luar, baik melalui sistem pemerintahan dan
usaha-usaha kehidupan, tentang perdagangan, tentang sumber mata pencaharian,
yang memungkinkan anak kemenakan bekerja sebagai pegawai, negeri atau swasta,
atau usaha-usaha yang non agrarisch lainnya, telah sekaligus dapat mengubah,
setidaknya mempengaruhi struktur tradisional kekeluargaan orang Minangkabau.
9
Pada akhirnya, kekuasaan Mamak Kepala Waris terhadap anggota kaumnya,
di dalam kaitan adat budaya Minangkabau, tidak sama lagi dengan sebelumnya.
Peranan dan tanggung jawab seorang suami kepada anak-isterinya, juga mengalami
pergeseran tajam.
Semua suami, yang juga adalah mamak dalam kaumnya, hampir bahkan sudah
sepenuhnya mengurusi kepentingan keluarga batihnya saja. Kekerabatan di masa
lalu, seperti sibuk mengurus sawah ladang kaum dari orang tuanya, sudah tidak
diperlukan lagi. Perubahan-perubahan demikian, sekaligus merombak beberapa sisi
beban tanggung jawab, yang selama ini berada pada kewenangan mamak, terutama
dalam urusan kekerabatan, berpindah ke pikulan ayah bunda.
Sistem kekerabatan yang bersuku ke ibu, termasuk juga menjadi pagar bagi
tidak terjadinya kahwin sesuku. Sudah berkali-kali kasus perkahwinan dari yang
bersanak ibu yakni yang ibu mereka bersaudara handling, dari salah satu negeri di
Luhak, meskipun kejadiannya di rantau.
Agama Islam memang tidak melarang perkahwinan demikian, akan tetapi
tidak pula menyuruh untuk saling kahwin-mengawini di antara mereka yang
sekaum sepusaka. Agama Islam juga tidak membolehkan sesuatu, yang dampaknya
akan berakibat pecah atau kacaunya kesatuan sebuah kaum.
Secara prinsip, penganut agama Islam juga bersikap demikian. Pelajari dengan
tenang salah satu Rukun Islam adalah kemampuan membayar zakat. Kewajiban
zakat menjadi rukun sahnya seseorang menjadi muslim. Tanpa embel-embel
penjelasan seperti menunaikan haji ke Mekah dengan catatan tambahan, sekali
seumur hidup jika ada kemampuan internal, ada kesempatan dan ada kemungkinan
secara internal dan ekstemal.
Adat dan budaya Minangkabau menghendaki setiap lelaki Minangkabau,
haruslah berkemampuan, selain ilmu juga secara materi. Diperlukan untuk
membantu dan menambah harta pusaka kaumnya, selain memenuhi kebutuhan
keluarga dan dirinya sendiri. Adat Minangkabau mendorong mereka untuk
merantau, dan silakan kembali setelah dirasa berguna untuk kaum dan korong
kampung.
10
5.0 Hubungan Kekerabatan dengan Bahasa,
Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
5.1 Aspek Bahasa
Bahasa Minangkabau ( Baso Minang ) adalah salah satu bahasa dari rumpun
bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau sebagai bahasa ibunda.
Selain itu, bahasa tersebut juga merupakan salah satu anak cabang bahasa
Austronesia.
Terdapat pertentangan mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan
bahasa Melayu. Sebahagian pakar bahasa menganggap bahasa Minangkabau
sebagai salah satu dialek Melayu kerana kebanyakan persamaan kosa kata dan
bentuk pertuturan dalam kedua-dua bahasa. Selain itu, bahasa Minangkabau
merupakan bahasa mandiri yang berbeza dengan bahasa Melayu.
Selain itu, terdapat berbagai-bagai dialek bergantung kepada daerahnya
masing-masing dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri. Pengaruh
bahasa lain yang diserap dalam Bahasa Minang umumnya dari Sanskerta, Arab,
Tamil dan Persia. Kemudian kosa kata Sanskerta dan Tamil yang dijumpai pada
beberapa prasasti di Minangkabau telah ditulis menggunakan pelbagai huruf.
Meskipun memiliki bahasa sendiri, orang Minang juga menggunakan bahasa
Melayu dan kemudian bahasa Indonesia secara meluas.
Antara perbezaan Bahasa Melayu dengan Bahasa Minangkabau:
(a) kata berakhir vokal ‘a’ diucapkan ‘o’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
apa apo
cara caro
kuda kudo
lada lado
nama namo
11
(b) kata dengan 2 huruf akhir ‘al’ diubahsuai menjadi ‘a’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
jual jua
khabar kaba
(c) kata yang berakhir ‘as’ diubahsuai menjadi ‘eh’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
alas aleh
balas baleh
(d) kata dengan 2 huruf akhir ‘at’ diubahsuai menjadi ‘ek’ atau ‘ik’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
dapat dapek
kawat kawek
(e) kata yang berakhir ‘ir’ diubahsuai menjadi ‘ia’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
air aia
pasir pasia
lahir lahia
(f) kata dengan 2 huruf akhir ‘is’ diubahsuai menjadi ‘ih’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
baris barih
manis manih
alis alih
12
(g) kata yang berakhir ‘it’ diubahsuai menjadi ‘ik’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
sakit sakik
jahit jahik
kulit kulik
(h) kata dengan 2 huruf akhir ‘ih’ diubahsuai menjadi ‘iah’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
kasih kasiah
pilih piliah
putih putiah
(i) kata yang berakhir ‘uk’ diubahsuai menjadi ‘uak’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
buruk buruak
busuk busuak
untuk untuak
(j) kata dengan 2 huruf akhir ‘uh’ diubahsuai menjadi ‘uah’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
bunuh bunuah
patuh patuah
tujuh tujuah
(k) kata dengan 2 huruf akhir ‘us’ diubahsuai menjadi ‘uih’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
bungkus bungkuih
halus haluih
13
(k) kata dengan 2 huruf akhir ‘ut’ diubahsuai menjadi ‘uik’
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
ikut ikuik
rumput rumpuik
Selain itu, perbezaan imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se-
dalam bahasa Minang menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa- dan sa-. Contohnya:
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
meminum maminum
berlari balari
terlambat talambek
kesalahan kasalahan
Di samping itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan kata ganti nama diri -nya
dalam bahasa Minang menjadi -an dan -nyo. Contohnya:
Bahasa Melayu Bahasa Minangkabau
memusnahkan mamusnahan
selamanya salamonyo
Terdapat juga perbandingan pertuturan bahasa Melayu dan bahasa
Minangkabau. Contohnya:
Bahasa
Melayu
Tidak boleh membuang
sampah di sini!
Apa yang sedang kamu
kerjakan?
Bahasa
Minangkabau
Indak buliah mambuang
sarok di siko!
A tu nan ang karajoan?
* kata ang (kamu)
adalah kata kasar. Apo
sering disingkat dengan
kata A
Komunikasi antara penutur bahasa Minangkabau yang beragam ini,
akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau
yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak. Bahasa
Minangkabaun dialek Padang menjadi acuan baku ( standard ) dalam
menguasai bahasa Minangkabau.
14
5.2 Aspek Sastera
Sastra Minangkabau adalah sastera yang hidup dan dipelihara dalam masyarakat
Minangkabau, baik lisan mahupun tulisan. Adapun sastra lisan yang masih hidup
dalam masyarakat Minangkabau iaitu jenis kaba dan dendang.
(a) Kaba
Kaba ialah cerita yang disampaikan oleh tukang kaba dengan iringan gesekan
rebab. Kekuatan sastera kaba ini sangat ditentukan kemampuan tukang kaba. Jenis
sastera kaba tersebut misalnya Kaba Cindua Mato, Kaba Anggun Nan Tongga,
Kaba Lareh Simawang, Kaba Rancak Dilabuah, Kaba Gadih Basanai, Kaba Malin
Deman, Kaba Rambun Pamenan
Rebab
(b) Dendang
Dendang adalah seni suara yang diiringi dengan alat muzik saluang. Saluang
adalah alat muzik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat
muzik tiup ini diperbuat daripada buluh tipis atau talang.
(Schizostachyum brachycladum Kurz).
Saluang
15
(c) Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas terkenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang bererti "petuntun". Contoh pantun Minang iaitu:
Keratau madang di hulu
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Di rumah berguna belum
Ke pekan sekali ini
Entah membeli entah tidak
Entah membeli limau kapas
Berjalan sekali ini
Entah kembali entah tidak
Entah menghadang lautan lepas
Putuslah tali laying-layang
Robek kertas tentang bingkai
Hidup usah mengepalang
Tidak kaya, berani pakai
( penulis: Dt Panduko Alam, Payakumbuh )
(d) Tambo Minangkabau
Tambo Minangkabau adalah karya sastra sejarah yang merakam kisah-kisah
legenda-legenda yang berkaitan dengan asal-usul suku bangsa, negeri dan tradisi
dan alam Minangkabau. Tambo Minangkabau ditulis dalam bahasa Melayu yang
berbentuk prosa.
Edisi Tambo Minangkabau
16
2.3 Aspek Budaya
Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal) iaitu pihak
perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Menurut
tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang
bersaudara, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk
Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratik manakala Datuk
Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokrasi. Dalam
perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling mengisi
dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau.
(a) Seni Tari
Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai-bagai atraksi dan kesenian seperti
tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat mahupun perkahwinan.
Antaranya tari-tarian tersebut misalnya tari persembahan merupakan tarian yang
dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang atau ungkapan rasa hormat
kepada tetamu istimewa yang baru sampai. Contohnya, Tari Piring.
Silat Randai diiringi dengan nyanyian
(b) Adat Perkahwinan
Adat istiadat perkahwinan masyarakat Minangkabau sama dengan masyarakat
Melayu yang lain. Masyarakat Minangkabau juga menjalankan istiadat ini secara
berperingkat-peringkat yang memberi peluang kepada kedua-dua belah pihak
berkenal-kenalan antara satu sama lain sebelum menjadi pasangan suami isteri.
17
Pakaian Perkahwinan Tradisional Minangkabau
(c) Makanan
Masakan Minangkabau ( masakan Padang ) merujuk kepada makanan orang
Minangkabau di Indonesia. Nama Padang diberi kerana kota Padang adalah pusat
budaya suku Minangkabau. Masakan Minangkabau adalah makanan yang
termasyhur di sepanjang kepulauan Melayu.
Kebanyakan hidangan Minangkabau sama dengan hidangan Melayu. Ini
kerana ciri utama masakan tradisional Melayu ialah penggunaan rempah ratus yang
banyak serta santan yang penting untuk menghasilkan makanan berlemak dan
pekat. Perasa seperti belacan dan budu adalah penting untuk menambah kesedapan
makanan. Belacan juga digunakan sebagai bahan asas bersama-sama dengan cili,
bawang dan bawang putih untuk menghasilkan sambal, satu lagi perasa utama
dalam hidangan.
Makanan Minangkabau
18
6.0 Kesimpulan
Dari deksripsi mengenai bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu terlihat bahawa
kedua-dua bahasa itu memiliki banyak persamaan baik dari segi fonologi maupun dari segi
leksikalnya. Dengan demikian dapat diyakini bahawa bahasa Minangkabau dan bahasa
Melayu merupakan dua bahasa yang sekerabat bahkan memiliki hubungan kekerabatan
yang cukup dekat.
Oleh Kerana penggunaan bahasa Indonesia berleluasa dalam kalangan masyarakat
Minang tetapi mereka masih boleh bertutur dalam bahasa ibunda mereka iaitu bahasa
Minangkabau. Bahasa Minangkabau mempunyai perkataan yang serupa dengan bahasa
Melayu tetapi berbeza dari segi sebutan dan tatabahasa hingga menjadikan bahasa tersebut
unik.
Orang Minangkabau atau Minang adalah kumpulan etnik Nusantara yang berbahasa
dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera
Barat, separuh darat Riau, bahagian utara Bengkulu, bahagian barat Jambi, bahagian
selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Kebudayaan mereka adalah bersifat keibuan ( matrilineal ), dengan harta dan tanah
diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, sementara urusan ugama dan politik
merupakan urusan kaum lelaki (walaupun sesetengah wanita turut memainkan peranan
penting dalam bidang ini). Kini sekitar separuh orang Minangkabau tinggal di rantau,
majoriti di bandar dan pekan besar Indonesia dan Malaysia. Orang Melayu di Malaysia
banyak yang berasal dari Minangkabau, mereka utamanya mendiami di Negeri Sembilan.
Suku Minang memiliki berbagai-bagai jenis atraksi dan kesenian, dari mulai tari-tarian
yang selalu mewarnai setiap acara adat pesta sampai perkahwinan. Antaranya, tari piring
merupakan jenis tarian dengan gerak cepat daripada para penari sambil memegang piring
pada telapak tangan mereka masing-masing. Silek atau biasa disebut Silat Minangkabau
merupakan jenis seni bela diri tradisional khas suku Minang yang sudah berkembang sejak
dahulu. Selain itu, rumah Gadang merupakan rumah adat Suku Minang. Rumah yang
biasanya dibina di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara
turun-temurun.
Secara umumnya, kesusasteraan, kebudayaan dan kesenian Melayu telah dipengaruhi
dengan beberapa unsur kepercayaan Jenis dan bentuk kesusasteraan Minangkabau
mempunyai persamaan dengan kesusasteraan Melayu. Puisi dikatakan pancaran masyarakat
Melayu lama.
19
Rujukan
Abdul Samad Ahmad. 1990. Kebudayaan Secara Umum.
Melaka: Associated Educational Distributors (M) Sdn. Bhd.
Andaya, B.W. & Andaya, L.Y. (1983). A History of Malaysia.
London: MacMillan.
The impact of Chinese secret societies in Malaya: A historical study.
London: Oxford University Press.
Gallop, A. T. 1994. The legacy of Malay letter/warisan warkah Melayu.
London: The BritishLibrary.
Kamus Dewan Edisi Keempat ( 2005 ). Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka
Usman, H. Abdul Kadir, “Kamus Umum Bahasa Minangkabau-Indonesia”, Padang:
Anggrek Media, 2002.
Usman, Zuber, “Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi Lingua Franca”, Jakarta:
Yayasan Idayu, 1975.
Khoo Salma, N. (2002). The Rich legacy Of The Jawi Pekan. Dlm. Malini Dias Glimpses
of Old Penang. Petaling Jaya: Star Publications.
Mohd. Aris Haji Othman. (1985).Identiti Etnik Melayu. Petaling Jaya: Penerbit Fajar
BaktiSdn. Bhd.
Muhammad Yusoff Hashim. (1989).Kesultanan Melayu Melaka:Kajian Beberapa Aspek
Tentang Melaka Pada Abad ke-15 dan Abad ke-16 Dalam Sejarah Malaysia. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Noriah Mohamed. (2008). Bahasa Melayu: Sejarah Awal dan Keragamannya di
PulauPinang. dlm. Muhammad Haji Salleh (ed.). Sejarah awal Pulau Pinang.
Pulau Pinang:Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Omar Yusof & Noriah Mohamed (2010). Daripada Jawi Peranakan kepada Melayu:
Tinjauanterhadap Komuniti Jawi Peranakan di Pulau Pinang pada Abad ke-21,
Sari -International Journal of the Malay World and Civilisation 28(2) (2010).
http://journalarticle.ukm.my/1258/ tarikh 5 Oktober 2012
Ragayah Eusoff. (1997). The Merican Clan:A Story Of Courage And Destiny. Kuala
Lumpur:Times Books International.
Sandhu, K.S. (1969). Indians in Malaya:Some aspects Of Their Immigration and
Settlement , 1786-1957. Cambridge: Cambridge University Press.
Omar Yusof & Noriah Mohamed. (2010). Daripada Jawi Peranakan kepada
Melayu:Tinjauan terhadap Komuniti Jawi Peranakan di Pulau Pinang pada Abad ke-21,
Sari -International Journal of the Malay World and Civilisation 28(2) (2010).
http://journalarticle.ukm.my/1258/tarikh 5 Oktober 2012