16
IMIDAP Integrated Microhydro and Application Program 1 PENGEMBANGAN USAHA PRODUKTIF DI PLTMH RIMBA LESTARI (DESA GUNUNG HALU) 1. PENDAHULUAN Prospek usaha pengolahan biji kopi di pedesaan sekitar Jawa Barat merupakan usaha prospektif yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, mengingat dahulu daerah Jawa Barat pernah berjaya dengan kopi Priangan-nya atau Preanger Coffe . Saat ini, dari total produksi biji kopi yang mencapai 600.000 ton per tahun, baru 20% biji kopi tesebut yang diolah sebelum dipasarkan. Padahal, usaha pengolahan kopi dapat memberikan nilai tambah yang besar, membuka peluang pasar dan menyerap tenaga kerja di pedesaan. Kegiatan usaha budidaya kopi di Jawa Barat kini tidak dilakukan lagi oleh perkebunan namun dilakukan oleh rakyat dengan penanganan seadanya. Menyadari masih besarnya prospek usaha kopi di Jawa Barat perlu dilakukan upaya pengolahan yang lebih besar dan efisien. Faktor keberhasilan dalam pengolahan kopi ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan bahan, teknologi pengolahan kopi dan potensi pasar. Gunung Halu adalah sebuah desa di kecamatan Gunung Halu Kabupaten Bandung barat Propinsi Jawa Barat yang sebagian besar penduduknya bertanam kopi. Produk Kopi yang dapat dijual di Gunung Halu adalah Kopi Primer dan Kopi sekunder, kopi primer adalah biji kopi kering atau yang disebut gabah sedangkan kopi sekunder adalah kopi berbentuk tepung atau kopi bubuk. Margin keuntungan penjualan kopi sekunder lebih besar daripada kopi primer, dengan demikian untuk produksi yang relatif kecil <100 ton per tahun akan semakin profitable jika semua kopi diolah dan dijual menjadi kopi sekunder. Untuk wilayah Gunung Halu dengan produksi kopi 20 ton/tahun, margin penjualan kopi kering sekitar Rp 500/kg, margin penjualan kopi gabah Rp 3200/kg dan

Bisnis Plan Kopi Rev

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

1

PENGEMBANGAN USAHA PRODUKTIF

DI PLTMH RIMBA LESTARI (DESA GUNUNG HALU)

1. PENDAHULUAN

Prospek usaha pengolahan biji kopi di pedesaan sekitar Jawa Barat merupakan

usaha prospektif yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, mengingat dahulu

daerah Jawa Barat pernah berjaya dengan kopi Priangan-nya atau Preanger Coffe .

Saat ini, dari total produksi biji kopi yang mencapai 600.000 ton per tahun, baru 20%

biji kopi tesebut yang diolah sebelum dipasarkan. Padahal, usaha pengolahan kopi

dapat memberikan nilai tambah yang besar, membuka peluang pasar dan

menyerap tenaga kerja di pedesaan. Kegiatan usaha budidaya kopi di Jawa Barat

kini tidak dilakukan lagi oleh perkebunan namun dilakukan oleh rakyat dengan

penanganan seadanya. Menyadari masih besarnya prospek usaha kopi di Jawa Barat

perlu dilakukan upaya pengolahan yang lebih besar dan efisien. Faktor keberhasilan

dalam pengolahan kopi ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya

ketersediaan bahan, teknologi pengolahan kopi dan potensi pasar.

Gunung Halu adalah sebuah desa di kecamatan Gunung Halu Kabupaten Bandung

barat Propinsi Jawa Barat yang sebagian besar penduduknya bertanam kopi. Produk

Kopi yang dapat dijual di Gunung Halu adalah Kopi Primer dan Kopi sekunder, kopi

primer adalah biji kopi kering atau yang disebut gabah sedangkan kopi sekunder

adalah kopi berbentuk tepung atau kopi bubuk. Margin keuntungan penjualan kopi

sekunder lebih besar daripada kopi primer, dengan demikian untuk produksi yang

relatif kecil <100 ton per tahun akan semakin profitable jika semua kopi diolah dan

dijual menjadi kopi sekunder.

Untuk wilayah Gunung Halu dengan produksi kopi 20 ton/tahun, margin penjualan

kopi kering sekitar Rp 500/kg, margin penjualan kopi gabah Rp 3200/kg dan

Page 2: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

2

margin penjualan kopi bubuk Rp 4.500 dengan asumsi harga kopi gabah Rp

9.000/kg, harga kopi beras Rp 13.500/kg dan harga kopi bubuk Rp 16.000/kg.

Melihat margin tersebut maka memproduksi dan menjaual kopi bubuk lebih

menguntungkan daripada menjual biji kopi. Saat ini, untuk pengembangan usaha

kopi bubuk di Gunung Halu telah ada beberapa jenis mesin pengolahan kopi, belum

mesin-mesin tersebut belum lengkap untuk dapat megolah biji hasil panen menjadi

kopi bubuk. Salah satu mensin yang belum ada adalah mesin pengupas biji kering

HS. Selain beberapa jenis mesin yang belum ada, untuk pelaksanaan usaha

pengolahan bubuk kopi, juga diperlukan dana untuk modal kerja sehingga skala

keekonomian produksi dapat tercapai.

Untuk usaha pengolahan bubuk kopi ini, dari hasil simulasi keuangan didapat

indikator keuangan yang cukup menarik yakni IRR 21%, pay back periode 5 tahun 1

bulan, dan NPV sudah bernilai positif pada tahun 5, indikator tersebut tentunya tidak

bersifat mutlak bergantung pada efisiensi produksi, kegiatan pemasaran, upaya

intensifikasi dan ektensifikasi kebun.

2. Aspek Pemasaran

2.1 Peluang Pasar

Usaha pengolahan Kopi bubuk merupakan usaha yang baru bagi masyarakat

Gunung Halu sehingga banyak tantangan dan masalah yang harus dihadapi salah

satunya adalah memperkuat jalur distribusi, efisiensi produksi dan penjualan

langsung ke pasar konsumen (end-use) dengan membangun merek atau brand

image product yang tepat.. Untuk pasar kopi kering atau kopi gabah, permintaan

kopi jenis ini relatif unbranded atau tidak memperhatikan merek (brand) hal ini

karena permintaan kopi gabah atau kopi kering yang masih besar daripada supply-

nya. Hal ini berbeda dengan produk kopi bubuk yang merupakan produk end use

yang sensitif terhadap merk (brand).

Page 3: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

3

Kegiatan usaha pengolahan kopi di Gunung Halu Ini akan dilakukan oleh Kelompok

Pengelola (KP) PLTMH Rimba Lestari, dimana nantinya KP-PLTMH Rimba Lestari akan

membeli produk biji kopi dari masyarakat Gunung Halu, kemudian mengolah kopi

tersebut untuk akhirnya di jual. Kegiatan pengolahan akan difokuskan untuk

mengolah dan menjual kopi sekunder (yakni kopi bubuk) seoptimal mungkin.

Ada dua jenis kopi yang ditanam di Gunung Halu, Kopi Arabika dan kopi Robusta.

Pada usaha pengolahan kopi bubuk ini kedua jenis kopi ni akan diolah menjadi kopi

bubuk. Harga jual kopi yang diterima pelaku pasar kopi dalam jangka panjang

terbukti fluktuatif disebabkan kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Khusus

untuk Indonesia saat ini, harga yang diterima oleh para produsen sangat

dipengaruhi oleh depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika, sehingga perhitungan

kelayakannya perlu mempertimbangkan kemungkinan penurunan harga

sehubungan dengan apresiasi rupiah di masa depan. Selama ini, kekhawatiran

terhadap produksi kopi yang melimpah lebih mengarah pada jenis Kopi Robusta.

Produksi Kopi Arabika di Indonesia hanya sekitar 5% dari produksi total, sehingga

jenis kopi ini masih mempunyai peluang pasar yang tinggi, karena sekitar 70%

permintaan kopi dunia adalah untuk Kopi Arabika.Volume ekspor kopi Indonesia

tahun 1990 - 1997 cenderung menurun, namun nilai ekspornya cenderung

meningkat.

Permintaan biji kopi di pasaran dunia cukup tinggi, yaitu sekitar 5,5 juta ton, tetapi

70% kopi yang diminta adalah dari jenis arabika dan kopi jenis ini hanya 5% dari

produksi kopi di Indonesia. Kopi Arabika selain banyak diminta pasar luar negeri,

juga harganya lebih tinggi dari kopi robusta, bahkan pada tahun 1997, harga kopi

tersebut lebih tinggi US$ 2,54. Melihat potensi tersebut pemerintah berupaya untuk

meningkatkan pangsa produksi kopi arabika sampai 30%. Untuk itu pemerintah,

melalui Dirjenbun telah melakukan usaha-usaha peningkatan produktivitas dan

ekstensifikasi kebun kopi. Harga kopi Arabika lebih mahal daripada kopi Robusta

selisihnya dapat mencapai Rp 5.000/kg.

Page 4: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

4

2.2 Marketing Mix

Dalam mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) kopi minimal terdapat 4

aspek yang harus ditinjau yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Langkah taktis

penjualan yang akan dilakukan adalah menjual kopi biji karena sudah langsung

diserap oleh pengumpul/bandar dan secara simultan menjual kopi bubuk secara

langsung. Produk yang dipasarkan harus memilki skala keekonomian dan positioning

yang tepat, agar bisa kompetitif dengan pesaing. Penetrasi pasar untuk pasar kopi

bubuk dapat dilakukan dengan membidik segmen menengah ke bawah dan

melakukan pendekatan-pendekatan kepada komunitas setempat. Selain itu, harga

kopi yang dijual harus lebih rendah dari kopi-kopi ber-merk yang telah ada

sebelumnya, langkah ini kemudian secara simultan diikuti oleh pengembangan

merk. Fokus utama produk kopi yang dipasarkan adalah kopi bubuk baik dari jenis

kopi Robusta maupun kopi Arabika. Rantai pemasaran kopi sangat banyak

macamnya, petani dapat memasarkan kopi langsung ke pedagang pengumpul, dan

dari pedagang pengumpul ke pedagang besar atau ke eksportir atau ke perusahaan

pengolahan lanjutan.

Pengumpul biji kopi kering (yang masih terdapat kulit pelapis) banyak terdapat di

Gunung Halu, para pengumpul ini membeli harga biji kopi dari petani dengan

kisaran harga Rp 8.000 – Rp 9.000, kopi kering HS Rp 11.000- Rp 13.000 . Sementara

untuk kopi bubuk belum ada penampung yang siap membeli dari petani, karena

umumnya para pengumpul (bandar) membeli kopi untuk dijual kembali ke pabrik-

pabrik. Ada beberapa strategi yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran kopi

bubuk Gunung Halu yang dikembangkan dengan merk “Kopi Tangsi Wangi”

Strategi-strategi tersebut adalah:

1) meningkatkan atau perluasan pangsa pasar seperti menguasai pasar yang

belum terlayani yakni kopi-kopi bubuk dengan low price,

Page 5: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

5

2) tetap menjaga kualitas, cita rasa dan aroma khas, dengan cara terus

menerus melakukan pengawasan baik bahan baku, maupun proses, dan

pengepakan. Juga penggunaan mesin untuk menghasilkan kopi bubuk

yang lebih halus

3) memperbaiki strategi promosi, melalui reklame lewat pemasangan pamflet

dan brosur-brosur,

4) melakukan promosi penjualan berupa discount bagi para distributor kopi

seperti warung-warung kecil yang ada disekitar,

5) tetap menjaga kualitas produk dan menetapkan harga yang terjangkau

oleh konsumen, dengan cara tidak mengurangi cita rasa, aroma, dan

takaran meskipun harga produknya murah,

6) perluasan jaringan pemasaran, dengan cara bekerja sama dengan koperasi-

koperasi yang ada di desa-desa, tokotoko eceran, dan swalayan-swalayan,

7) meningkatkan kinerja dengan cara selalu melakukan monitoring dan

evaluasi terhadap keseluruhan aktivitas perusahaan dengan segala sumber

daya yang ada,

8) meningkatkan kapasitas produksi melalui pengaturan waktu, tenaga kerja,

penggunaan mesin yang lebih optimal, dan biaya yang efisien,

9) Pengelola terus-menerus beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi

dengan selalu berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi

yang selalu berubah melalui belajar mandiri atau mengikuti pelatihan,

Page 6: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

6

3. ASPEK PRODUKSI

3.1 Jenis Kopi

ARABICA ROBUSTA

Tahun ditemukan 1753 1895

Kromosom (2n) 44 22

Waktu berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan

Berbunga Setelah hujan Tidak tetap

Buah matang Jatuh Di pohon

Produksi(kg/ha) 1500-3000 2300-4000

Akar Dalam Dangkal

Temperatur optimal 15-240 C 24-300 C

Kafein 0,8 – 1,4% 1,7 – 4 %

Pengolahan kopi jenis robusta hampir sama dengan kopi jenis arabika yang

membedakan hanya dibagian fermentasinya. Kopi arabika memerlukan fermentasi

sementara robusta tidak, sehingga kopi arabika akan terasa lebih asam.

3.2 Proses Produksi

Basis usaha kopi di desa Gunung Halu umumnya terdiri atas kebun-kebun kecil

yang tersebar dengan luas areal rata-rata per petani antara 0,3 sampai 1 hektar jika

digabungkan jumlahnya mencapai 20 ha. Dengan jumlah buah per panen yang

relatif kecil, yaitu antara 1500 – 2000 kg per ha maka sebaiknya pengolahan hasil

panen dilakukan secara berkelompok. Kapasitas produksi per kelompok dipilih pada

Page 7: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

7

skala ekonomis disesuaikan dengan kondisi lingkungan petani seperti, produktivitas

kebun, ketersediaan sumber daya pengolahan [mesin, air, panas dan tenaga kerja

terampil] dan infrastuktur pemasaran hasil. Proses pembuatan bubuk kopi :

Menjelang panen perlu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan meliputi

bak perendam/parambang untuk memisahkan buah bernas dan buah

kopong, alat pengupas daging buah (pulper) ketersediaan air bersih,

bak/wadah untuk fermenasi , para-para, dan paranet serta plastik tranparan

untuk tempat penjemuran kopi berkulit tanduk, alat pengering untuk

finalisasi pengeringan atau untuk mengantisipasi cuaca mendung/hujan, alat

pengupas kulit tanduk (huller) alat pengukur kadar air alat sortasi berdasaran

ukuran biji, karung bersih, tempat penyimpanan yang higienis

Buah yang masak dimasukkan bak perendam/perambang berisi air bersih,

buah yang mengapung dipisahkan dan langsung dijemur/diproses dengan

sistem kering menjadi kopi berkualitas inferior. Buah yang tenggelam

dikupas daging buahnya dengan pulper.

Sebelum digunakan pulper diatur kerapatan silindernya agar tidak banyak

buah yang lolos tidak terkupas maupun tidak banyak biji yang pecah.

Biji basah berkulit tanduk hasil pulping dimasukkan bak/wadah berisi air

untuk difermentasi selama 1 malam

Setelah fermentasi, biji berkulit tanduk dicuci dengan air sampai bersih

Biji dijemur di atas para-para setinggi 0,75 - 1,00 meter diatas permukaan

tanah, dialasi dengan paranet dan untuk menghindari hujan yang terjadi

secara mendadak para-para diberi plastik tranparan

Finalisasi peneringan dilakukan dengan alat pengering hingga kadar air 10%

menggunakan alat kompor mengunakan bahan bakar gas elpiji.

Biji berkulit tanduk dikupas kulit tanduknya dengan huller menjadi kopi

pasar (green bean) atau biasa disebut kopi beras.

Setelah dilakukan pengeringan kemudian ditumbuk menjadi kopi bubuk

menggunakan grinder, ukuran kopi disesuaikan ukuran yang diinginkan.

Page 8: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

8

4. ASPEK KEUANGAN

Dalam perencanaan keuangan tidak cukup membuat simulasi laporan keuangan

seperti neraca, laporan rugi laba dan cash flow, tapi juga perlu dilakukan analisa

perhitungan HPP atau Harga Pokok Penjualan sehingga bisa diketahui margin

keuntunagan dari setiap produk.

Simulasi perhitungan dilakukan untuk produksi kopi sebanyak 20 ton, dimana angka

tersebut diambil dari ketersediaan bahan baku lokal. Sehingga perhitungan HPP

(Harga Pokok Penjualan) sebenarnya akan berbeda untuk setiap skala produksi

kopi, semakin besar skala produksinya tentu akan memperkecil HPP. Berikut hasil-

hasil perhitungan HPP beserta simulasi laporan keuangannya.

4.1 Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan)

Perhitungan HPP didasarkan pada proses pengolahan kopi yang dibagi kedalam 3

proses yaitu pengolahan kopi basah menjadi kopi gabah yang masih memilki kulit

buah kering, kulit tanduk dan kulit ari kemudian pengolahan kopi kering menjadi biji

kopi WS dan terakhir pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk. Dalam analisa HPP

ini diperhitungan material decrease yaitu penyusutan bahan akibat proses produksi,

depresiasi mesin/maintenance, penggunaan listrik dan gaji operator.

Page 9: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

9

Proses 1

Kopi gelondongan basah menjadi kopi gabah / kering

Karakteristik Mesin :

Kapasitas mesin pulper 200kg/jam

Mesin pengupas tipe silinder 5 pK = 3725

Watt

Running effective = 1500 Watt

Biaya Operasional :

(Asumsi pengolahan kopi basah 20 ton/bln disesuaikan dengan ketersedian

lokal)

Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp425,-/kWh = Rp 14.250,-/bln

1,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 425,-/kWh = Rp 191.250,-/bln

Maintenance mesin : Rp 400.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)

Operator : Rp350.000/bln

Biaya bleching : Rp 150.000

Total Biaya Operasional = Rp.1095.500/bulan atau Rp 170/kg

Material decrease : 67 % setara dengan Rp 5.313/kg

Jadi HPP kopi gabah/kering = Rp 7.990/kg

Harga kopi basah Rp 2.500/kg, harga kopi gabah Rp 8.500/kg

HPP gabah bergantung pada jumlah produksi dan jenis kopi, kapasitas

maksimum mesin pulper di Gunung Halu adalah 200 kg/jam, sehingga jumlah

maksimal produksi dapat mencapai 60 ton/bulan dan minimal untuk BEP

(Break Even Point) adalah 5 ton kopi basah.

Page 10: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

10

Proses 2

Gabah kering menjadi kopi beras

Biaya Operasional :

Langkah Pencucian dan Pengupasan Kulit Kering

(Asumsi pengolahan kopi kering 5 ton/bln)

Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp425,-/kWh = Rp 14.250,-/bln

1,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 425,-/kWh = Rp 191.250,-/bln

Maintenance mesin : Rp 370.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)

Operator : Rp350.000/bln

Biaya bleching : Rp 150.000

Total Biaya Operasional = Rp.1.027.500/bulan atau Rp 230/kg

Material decrease : 8 % setara dengan Rp 1.180/kg

Jadi HPP kopi beras = Rp 9.800/kg

Harga kopi beras Rp 13.000/kg

Page 11: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

11

Proses 3

Kopi Beras menjadi kopi bubuk & Pengepakan

Page 12: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

12

4.2 Simulasi Keuangan

Neraca diatas dibuat berdasarkan harga mesin-mesin yang dibutuhkan untuk

pengolahan kopi, yaitu Mesin Pulper, Washer, Pengering, Huller dan pengukur kadar

air yang umur mesinnya disumsikan 4-8 tahun. Selain kebutuhan mesin juga

estimasi dari nilai inventory yang nilainya naik sesuai dengan skala produksi.

Start-Up Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas 1.000.000Rp 5.000.000Rp 10.000.000Rp 22.000.000Rp

Piutang 1.500.000Rp 2.000.000Rp 2.500.000Rp 1.500.000Rp

Inventory

Kopi Basah 12.500.000Rp 17.500.000Rp 33.000.000Rp 45.000.000Rp Kopi Sekunder 3.125.000Rp 6.500.000Rp 10.400.000Rp 13.000.000Rp

Kopi Primer 1.875.000Rp 16.000.000Rp 32.000.000Rp 64.000.000Rp Jumlah Aktiva Lancar 20.000.000Rp 47.000.000Rp 87.900.000Rp 145.500.000Rp

Aktiva Tetap

Mesin Pulper 15.000.000Rp 15.000.000Rp 15.000.000Rp 15.000.000Rp

Mesin Pengering 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp Kompor Gas 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp

Tabung Gas 3 kg 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp Mesin Pengupas Kopi kering 27.000.000Rp 27.000.000Rp 27.000.000Rp 27.000.000Rp

Mesin Tumbuk 28.000.000Rp 28.000.000Rp 28.000.000Rp 28.000.000Rp

Depresiasi -Rp -14.002.004 Rp -28.011.074 Rp -42.507.212 Rp

Bangunan Tetap 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp Jumlah Aktiva Tetap 110.500.000Rp 96.497.996Rp 82.488.926Rp 67.992.788Rp

TOTAL AKTIVA 130.500.000Rp 143.497.996Rp 170.388.926Rp 213.492.788Rp

PASSIVAModal 106.500.000Rp 106.500.000Rp 106.500.000Rp 106.500.000Rp

Laba berjalan -Rp 22.997.996Rp 59.888.926Rp 102.992.788Rp Hutang Jangka Pendek 4.000.000Rp 4.000.000Rp 4.000.000Rp 4.000.000Rp

Hutang Jangka Panjang 20.000.000Rp 10.000.000Rp -Rp -Rp TOTAL PASSIVA 130.500.000Rp 143.497.996Rp 170.388.926Rp 213.492.788Rp

PENGOLAHAN KOPI PLTMH RIMBA LESTARI

NERACA KEUANGAN

Page 13: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

13

Asumsi yang digunakan:

Penjualan kopi naik 1 ton setiap tahunnya dan semua kopi dijual dalam bentuk

kopi bubuk

Jenis kopi yang dijual adalah kopi Robusta dengan harga Jual Rp 16.000

diasumsikan naik 5% setiap tahunnya

Beban bunga 8% per tahun

Inventory naik sesuai dengan jumlah produksi

Material decrease sesuai dengan keadaan ideal 67% untuk proses 1, 8% untuk

proses kedua dan 4 % untuk proses ketiga.

Discount rate diambil 8%

Umur mesin 4 – 6 tahun

Indikator-indikator keuangan dari hasil simulasi:

NPV tahun ke-5 = Rp 25.856.000

IRR = 21,22 %

Pay Back Period = 5 tahun 1 bulan

Indikator diatas berdasarkan asumsi produksi Kopi adalah 20 ton per tahun dengan

kenaikan 3,5 ton per tahunnya, atau (1/3 dari kapasitas optimal mesin)

4.3 Analisis Sensitivitas

Dari analisa diatas sensitiviatas operasional kopi sangat dipengaruhi oleh

sortasi/pemilihan kopi basah yang berkualitas, efisiensi mesin, dan kestabilan harga.

Jika hasil sortasi buruk sehingga efiensi pengolahan menjadi rendah maka akan

menaikan HPP secara signifikan, hal ini akan langsung berdampak pada margin

keuntungan.

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Penjualan 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 Kopi Kering/Gabah -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp

Kopi Beras -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp

Kopi Tepung/bubuk 76.800.000Rp 98.560.000Rp 112.640.000Rp 126.720.000Rp 140.800.000Rp

Jumlah Penjualan 76.800.000Rp 98.560.000Rp 112.640.000Rp 126.720.000Rp 140.800.000Rp

HPP 50.602.004Rp 59.035.671Rp 67.469.338Rp 75.903.005Rp 84.336.673Rp

Pendapatan Kotor 26.197.996Rp 39.524.329Rp 45.170.662Rp 50.816.995Rp 56.463.327Rp Biaya Tranportasi 800.000Rp 900.000Rp 1.000.000Rp 1.100.000Rp 1.200.000Rp

Inventory 800.000Rp 933.400Rp 1.066.800Rp 1.200.200Rp 1.333.600Rp

Biaya Bunga 1.600.000Rp 800.000Rp -Rp -Rp -Rp

Pendapatan Bersih 22.997.996Rp 36.890.929Rp 43.103.862Rp 48.516.795Rp 53.929.727Rp

130.500.000- 22.997.996Rp 36.890.929Rp 43.103.862Rp 48.516.795Rp 53.929.727Rp

Page 14: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

14

Berikut simulasi perhitungan HPP jika efisensi material decrease kopi turun 10% :

Material decrease dari 8% menjadi 18%

Jika terjadi inefisiensi produksi sebesar 10% maka HPP menjadi Rp 11.500 atau

margin-nya Rp 13.000- Rp 11.500 = Rp 1.500, atau turun dari Rp 3.200 menjadi

1.500. Hal ini tentu akan merubah indikator-indikator keuangan seperti NPV

menjadi negatif, IRR 10% dan pay back menjadi 7 tahun 4 bulan.

Page 15: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

15

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Melihat skala keekonomian Gunung Halu maka akan lebih menguntungkan jika

kegiatan usaha difokuskan pada pengolahan kopi bubuk, sehingga margin yang

diperoleh dapat lebih besar. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar

kegiatan usaha kopi di Gunung Halu berjalan dengan baik seperti promosi,

melengkapi mesin-mesin pengolah, dan penambahan modal kerja untuk menjaga

ketersediaan suplai/bahan baku. Upaya promosi yang dilakukan harus cukup gencar

mengingat kopi bubuk ini belum memiliki penampung dan belum memiliki brand

produk yang mapan. Dan juga belum semua mesin tersedia salah satunya adalah

mesin pengupas biji kering HS. Hal-hal tersebut penting untuk meningkatkan daya

saing kopi-kopi di pedesaan khususnya di Gunung Halu sehingga biji kopi yang

dihasilkan memiliki standar ekspor. Dari hasil simulasi keuangan didapat indikator

keuangan yang cukup menarik yakni IRR 21%, pay back periode 5 tahun 1 bulan,

dan NPV sudah bernilai positif pada tahun 5, indikator tersebut tentunya tidak

bersifat mutlak bergantung pada jumlah produksi, penjualan, harga jual, dan

efisiensi produksi.

Page 16: Bisnis Plan Kopi Rev

IMIDAP

Integrated Microhydro and Application Program

16