Upload
edwardperdana
View
838
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pemeriksaan Penunjang
Citation preview
1
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK
BIOPSI, SITOLOGI DAN FNAB
BLOK PEMERIKSAAN PENUNJANG
SEMESTER III
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
Kelompok 4
1. MENTARI IMANAH S NIM 2011.07.0.00092. TALSHA IRZA PUTRI .ANIM 2011.07.0.00113. DAVID HERMANTO .A NIM 2011.07.0.00144. IRMA NOOR FITRI .A NIM 2011.07.0.00245. REZA NURLINA NIM 2011.07.0.00266. VALENTINA NIM 2011.07.0.00307. STERANY WIJAYA NIM 2011.07.0.00318. SHOFIYAH RAMDHANI E.S NIM 2011.07.0.00629. IVON KAUNANG NIM 2011.07.0.006310. MUHAMMAD RIZKY .Z NIM 2011.07.0.007111. FARAH AISYAH N.S NIM 2011.07.0.008212. ERNI NURHAYATI NIM 2011.07.0.0085
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2012
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Pemeriksaan Penunjang Biopsi,FNAB,Sitopatologi.
Makalah ini disusun berdasarkan maksud untuk memberikan pedoman
dan arahan dalam menentukan macam pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan dalam menentukan suatu diagnosis penyakit.
Kami berharap Makalah Pemeriksaan Penunjang ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa maupun para pembimbing/dosen, dan dapat
membangkitkan motivasi yang tinggi untuk belajar dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan.
Akhir kata, kami ingin mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan Makalah ini. Kritik dan saran
dari pembimbing/dosen serta khalayak pembaca Makalah Radiografi Intraoral
ini kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Surabaya, 22 desember 2012
Tim Penyusun
2
3
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................3
Bab I
Pendahuluan......................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................4
Jabaran Pemicu.................................................................................4
Peta Konsep......................................................................................5
Learning Issue...................................................................................6
Bab II
Pembahasan......................................................................................7
Pleomorfik Adenoma..........................................................................7
FNAB.................................................................................................7
Sitologi...............................................................................................10
Diagnosis pada Pemicu.....................................................................12
Pemeriksaan Lanjutan.......................................................................13
Histopatologi......................................................................................13
Bab III
Penutup..............................................................................................14
Kesimpulan........................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................14
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam menangani kasus pasien, sebagai dokter tentu saja harus memiliki
kemampuan untuk menentukan diagnosis sementara dan diagnosis akhir
penyakit pada pasien. Seorang dokter harus mampu mendiagnosis jenis
penyakit pada pasien dengan serangkaian pemeriksaan yang dilakukan.
Untuk menegakkan suatu diagnosis , dokter membutuhkan beberapa
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang ini digunakan untuk
membantu dakam menentukan baik diagnosis sementara maupun menegakkan
diagnosis akhir penyakit. Yang mana pada kasus kali ini mengenai pemeriksaan
penunjang pada pasien yang didiagnosis Tumor Kelenjar “Pleomorfik
Adenoma”.
1.2 Jabaran Pemicu
Seorang perempuan usia 54 tahun datang ke klinik gigi dan mulut RSGMP
Universitas Hang Tuah dengan keluhan adanya benjolan di langit-langit yang
tidak sembuh-sembuh sejak 1 tahun yang lalu meskipun sudah minum obat.
Pada pemeriksaan klinis intra oral oleh dokter gigi, ditemukan pada
palatum durum adanya benjolan, warna sama dengan jaringan sekitar,
ukuran 3 x 4 cm, single, permukaan rata, batas jelas, dan tidak nyeri. Dokter
gigi memberikan diagnosis awal sebagai suspek pleomorfik adenoma. Untuk
membantu menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan laboratoris tampak pada gambar dibawah ini dan cobalah
untuk menginterpretasikannya.
4
5
1.3Peta Konsep
5
6
1.4Batasan Topik
1.Pleomorfik Adenoma
1.1 Definisi
1.2 Letak
2.FNAB
2.1 Definisi
2.2 Indikasi
2.3 Kelebihan dan Kekurangan
2.4 Alat dan Bahan
2.5 Prosedur
2.6 Pengiriman
3. Sitologi
3.1 Interpretasi Hasil
-Dasar Interpretasi
-Kriteria Keganasan
-Klasifikasi Sitodiagnosis
4. Diagnosi Sitologi pada Pemicu
5. Pemeriksaan Lanjutan
6. Histopatologi
6.1 Definisi
6
7
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pleomorfik Adenoma 1.1 Definisi dan Letak Tumor kelenjar saliva dan paling umum dijumpai pada kelenjar paroid. Tumor ini merupakan tumor campuran, yang terjadi dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dalam beberapa variasi komponennya, kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor ada 3: paratiroid, submandibularis, sublingualis. Kelenjar saliva minor terdapat disepanjang aerodigestif bagian atas submukosa: palatum, bibir, phrynx, nasophrynx ruang parapharyngeal. Pada kelenjar saliva mayor Adenoma Pleomorfik paling sering dijumpai pada kelenjar parotid, sedangkan pada kelenjar saliva minor Adenoma Pleomorfik lebih sering dijumpai pada palatum dan bibir atas.Etiologinya pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan factor genetic. Pemaparan radiasi dihubungkan dengan perkembangan tumor jinak dan carcinoma mukoepidermoid malignant. Gambaran klinis Adenoma Pleomorfik: massa tumor tunggal, keras, bulat, bergerak, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, dan nodul tunggal. 2.FNAB 2.1 Definisi FNAB merupakan alat diagnostik dengan cara memeriksa sejumlah sel dari ekstrak tumor atau nodul yang diambil dengan mempergunakan jarum dan tabung suntik, sebelum dioperasi atau pada saat operasi untuk membedakan sifat tumor ganas atau jinak.
2.2 Indikasi
1) Diagnosis preoperatif pada tumor dan klinis diduga tumor maligna operable.
2) Diagnosa konfirmatif pada tumor maligna ataupun tumor berulang.3) Menentukan tumor non neoplastik dan neoplastik4) Mengambil bahan aspirat untuk kultur mikrobiologis5) Mengambil bahan aspirat untuk menentukan morfologi sel tumor dan
hormonal dependent.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan FNAB merupakan pemeriksaan yang paling sederhana, mudah, dan cepat serta dapat dipercaya untuk menegakkn diagnosis tumor atau massa yang berasal dari kelenjar getah bening. FNAB dapat dikerjakan pada
7
8
pasien rawat jalan dengan mirbiditas yang minimal, sehingga tidak perlu di-lakukan perwatan inap. Disamping itu, FNAB juga dapat membedakan tu-mor jinak atau ganas. FNAB juga memiliki keterbatasan yang diantaranya jangkauan sitologi FNAB sangat terbatas, luas invasi tumor tidak dapat ditentukan, dapat ter-jadi negate palsu, subtype kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, harus ada kerja sama klinis dengan patologis, dan akurasinya lebih rendah diband-ingkan dengan biopsy.(Jamie,2003)
2.4 Alat dan Bahan- A syringe holder atau syringe pistol- Disposeable 10ml plastic syringes- Disposeable 25/27 gauge needles 1 ½ inchies long- Glass slides 1.0 mm thin- Alcohol untuk fiksasi sementara hasil apusan- Sarung tangan- Tabung pengiriman- Lidocaine 1% lindocaine local anastesi(disediakan untuk pasien yang membutuhkan biopsy local anastesi)
2.5 Prosedur
1. Sebelum dilakukan FNAB, pasien harus mendapatkan penjelasan
secara lengkap tujuan dilakukannya FNAB agar pasien dapat bersikap
kooperatif
2. Lalu, dilakukanya palpasi pada lesi dengan hati-hati
3. FNAB dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang
4. Pasien diminta untuk tidak menelan, berbicara atau bergerak selama
dilakukannya prosedur FNAB
5. Aspirasi dilakukan 2-4 kali dengan menggunakan jarum halus
6. Melakukan fiksasi
Sediaan kering (Air dry Smear)
Sediaan diwarnai dengan pewarnaan MGG, Jenner Giemsa,
pewarenaan Wright atau cliffquick. Pewarnaan ini sederhana,
lebih praktis dancepat, dalam waktu 3-5 menit pewarnaan bisa
selesai
8
9
Sediaan basah (Wet Smear)
Sediaan segera dimasukkannya ke dalam fiksasi alkohol 70 -
90% dan diwarnai dengan metode papanicoalaou atau
Hematoxyilin Eosin
2.6 Pengiriman
Kaca objek disiapkan untuk pengiriman ke laboratorium sitologi disertai
dengan formulir permintaan yang memuat diagnosis sementara, riwayat
pengobatan dengan antimikroba, informasi klinis seperti umur, jenis kelamin,
riwayat serta diagram spesimen dan gambaran klinis lesi (ukuran, tempat,
warna, konsistensi, dan mobilitas).
Contoh surat rujukan :
Surabaya, 23 Desember 2012
Kepada YthTS Lab Patologi AnatomiRSUD Dr. SoetomoSurabaya
Bersama ini kami kirimkan spesimen hasil FNAB pada palatum durum pasien :Nama Pasien : SuhartiniUsia : 54 tahunJenis kelamin : PerempuanAlamat : Pegangsaan Timur 54 Bojonegoro
Dari pemeriksaan klinis didapatkan benjolan pada palatum durum, warna sama
dengan jaringan sekitar, ukuran 3 x 4 cm, single, permukaan rata, batas jelas,
dan tidak nyeri, dengan diagnosis sementara suspect Pleomorfik adenoma.
Mohon pemeriksaan lebih lanjut di bidang sejawat dan mohon sedikit kabar.
BTK,
Wass. Coll.
9
10
drg. Irma
3. Sitologi
3.1 Definisi Sitology berasal dari kata “cytos” yang artinya sel dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi arti dari sitology yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sel. Pemeriksaan sitology adalah prosedur cara pemeriksaan sel yang etrlepas dari tubuh dengan cara scrabing atau kerokan yang dipelopori ole George N.Papanicolou tahun1982.
3.2 Interpretasi Hasil
-Dasar Interpretasi
1. Morfologi epitel skuamosaMukosa rongga mulut dilapisi atau ditutupi oleh epitel berlapis pipih atau epitel gepeng tanpa penandukan (non cornified stratified squamous ephithelium).susuna sel epitel skuamose normal terdiri atas :1. Sel lapisan superfisial (sel superficialis)
Adalah sel yang berasal dari lapisan stratum korneum secara histologi yang etrdiri atas dua macam sel :
a. Sel epitel superficialis basophil inti besarb. Sel epitel superficialis asidofil inti piknotik
Sel besar dengan bentukpoligona;, penampang sel biasanya antara 35-45 um
Sitoplasma rata, halus, transparent, eusinofilik berwarna merah mudah
Inti yang piknotok, sering Nampak fragmen kecil yang melekat pada materi inti
2. Sel lapisan intermedier (sel intermediet) Besarnya lebih kurang saa dengan sel superficial atau sedikit
lebih kecil Berbentuk polygonal atau bulat panjang Sitoplasma biasanya basofilik atau kadang eosinofilik dan
Nampak lebih kental Inti lebih besar (ukuran 8 mikron), bulat atau bulat panjang, belum
piknotik, padat basofil, dan warna agak gelap dengan batas
10
11
dinding yang jelas, khromosenter dan khromatin dapat terlihat. Inti semacam ini biasanya disebut sebagai inti vesikuler
Variasi fisiologik dari sel superficial dan intermedia ialah pembentukan mutiara tanduk, dimana sel tersusun konsentris seperti irisan bawang.
3. Sel parabasal
4. Sel lapisan basal Sel basal interna Sel basal externa
2. Sel-sel lain yang dapat ditemukan pada sediaan apusan / sitologi1. Sel superficial tanpa inti ( fragmen keratin )2. Sel-sel radang
Radang Infeksi Perubahan akibat radang yang tidak spesifik dapat diketahui
melalui hasil hasil pemeriksaan sitologi Secara sitologi tanda-tanda yang nyata akibat radang adalah
banyaknya sel radang, terutama sel PMN yang menutupi sel epitel atau sebagai latar belakang sediaan (pada radang akut) dan atau sel histiosit, sel limfosit, dan sel plasma ( pada radang kronis)
Tanda-tanda radang yang terjadi pada sel epitelnya sendiri yaitu :
a. Perubahan degenerasi sel Pembengkakan inti sel Halo perinuklear yang kecil Hilagnya ketajaman pola kromatin inti karena
proses kariopiknotik, karioeksis, dan kariolisis Sitoplasma bervakuolisasi, sitolisis, debris atau
kondensasi eosinofilik. Pada sediaan apusan sel-sel yang terinfeks yang
sering dijumpai adalah metaplastik bervakuolisasi.
-Kriteria Keganasan
Perubahan pada inti sel dalam ukuran (membesar) Bentuk (bervariasi/ pleomorfik)
11
12
Distribusi kromatin yang tidak normal dan warna menjadi lebih gelap (hiperkromatik)
Perbandingan inti – sitoplasma bertambah Dinding inti tidak teratur Serta anak inti lebih dari satu dan tidak teratur (sudjono, 2008)
-Klasifikasi SitodiagnosisHasil pemeriksaan sitologi terbagi dari 5 klas yaitu :Klas I NORMAL
- Sel-sel belum mengalami perubahan / normal- Perlu observasi
Klas II ATYPICAL- Ditemukan sel-sel dengan sedikit perubahan atypia tetapi belum ada
perubahan keganasan
Klas III INDETERMINATE- Gambaran menunjukkan antara kanker dan bukan kanker- Sel-sel dengan perubahan atypia lebih banyak ditemukan tetapi belum
jelas adanya keganasan- Kemungkinan lesi adalah pra kanker / Karsinoma insitu- Biopsi dianjurkan
Klas IV SUGGESTIVE OF CANCER- Ditemukan sejumlah kecil sel sudah menunjukkan perubahan ganas- Sejumlah besar sel menunjukkan perubahan kearah keganasan- Biopsi harus dilakukan
Klas V POSITIVE OF CANCER- Nampak sel-sel yang jelas ganas- Biopsi harus dilakukan- CONCLUSIVE OF CANCER (Sudiono, Janti, 2008.)
4.Diagnosis Sitologi pada Pemicu Secara histologi, Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang ber- variasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan karakteristiknya merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel spindle-shaped membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh mukoid, myxoid, kartilago atau hyalin.
12
13
Elemen-elemen epitel disusun membentuk struktur seperti duktus, sheets, lembaran-lembaran yang poligonal, spindle atau stellate-shaped cells (bentuk pleomorphism). Area squamous metaplasia dan ephitel pearls bisa di lihat. Adenoma Pleomorfik tidak mempunyai kapsul, tetapi diselubungi oleh pseudocapsul yang berserat dari bermacam-macam ketebalannya. Tumor ini meluas dari keadaan normal melalui parenkim kedalam bentuk pseudopodia seperti jari. Tetapi bukan suatu tanda perubahan bentuk yang malignant.
5.Pemeriksaan LanjutanAkurasipemeriksaan sitology samadenganpemeriksaanhistopatologi.
Apalagiterdapatkeraguandalamhasil sitology, sebaiknyadilakukanpemeriksaanulangatausegeradilakukan biopsy, terutamapadakasus :secaraklinismasihtetapdicurigaisebagaisuatukeganasanataukelakakanbetubahmenjadiganas ; hasilmenunjukkankecurigaanakanadanyakeganasandanperlusegeraditegakkan diagnosis yang pasti. Hasilpemerksaansitologibukanlahmerupakan diagnosis akhir, setiapkasus yang dicurigaiataudidiagnosisganasmemerlukantindaklanjutberupa biopsy padatempattersebut.padakasuskeganasanataudicurigaiganas, sitopatologisberkewajibanmenghubungkangambarankarakteristikseldenganpemeriksaanhistopatologislanjutandan data laboratorislainnya.
6.Histopatologi 6.1 Definisi Merupakan proses pengambilan sebagian jaringan yang mengalami ke-lainan dengan mengikutsertakan jaringan disekitarnya yang sehat(normal) di-tubuh suatu organism hidup dengan tujuan untuk pemeriksaan mikroskopis guna menegakkan diagnosis dari suatu penyakit.
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pleomorfik adenoma merupakan tumor jinakpadakelenjar saliva dan
paling umum dijumpai pada kelenja rparotis.Dalam menentukan diagnosis pada
kasus ini dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa FNAB yang memiliki
kelebihan dan kekurangannya sendiri.Pemeriksaan penunjang dibagi menjadi
dua yaitu sitology dan histopatologi.Pada pemeriksaan sitology dilakukan
pengambilan sampel dengan menggunakan jarum halus dan dilihat di
mikroskop, sedangkan pemeriksaan histopatologi dilakukan biopsy padasel
tumor dengan mengikut sertakan jaringan sekitarnya yang sehat.Untuk
menentukan diagnosis akhir, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa
biopsy, terlebih bila pada tumor yang diduga sebagai tumor ganas atau dicurigai
ganas.
3.2 Referensi
1. Sudiono, Janti, 2008. Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma Mulut, Jakarta.
EGC.
2. h ttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16291/4/Chapter%20II.pdf
3. http://www.fightoralcancer.org/wp-content/uploads/pdf/OralCancerTechnologyReview.pdf
4. http://www.oralcancerfoundation.org/dental/pdf/history_taking.pdf
5. http://shopping.netsuite.com/c.1253739/site/Sample_pdf/GP20A2_sample.pdf
14