6
Tinjauan Pustaka Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad penggangu tersebut adalah racun yang berbahaya, sehingga dapat mengancam kesehatan manusia. Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama – hama tanaman dalam konsep pengendalian terpadu hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. (Subiyakto, 1991) Senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi semua jenis jasad penggangu dikenal sebagai pestisida. Bagi para petani, jasad penggangu dapat meliputi serangga dan kutu yang merusak dan memakan tanaman budidaya, gulma di sawah atau di kebun, gulma air yang menyumbat saluran air dan irigasi, semua penyakit tanaman budidaya yang disebabkan jamur payogen, bakteri dan virus, nematoda, siput, tikus, dan burung yang memakan kecambah dan biji – bijian dalam jumalah yang sangat besar baik sewaktu di lapangan maupun di gudang. (Soetikno, 1992) Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun tanaman memiliki sifat morfologi yang beragam, diantanya lapisan lilin (tebal), berambut (trichoma), dan permukaan (bergelombang). Lapisan lilin pada daun mengurangi daya pelekatan dari pestisida. Rambut yang ada

Biopes Acara 1 Firman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan biopes acara 1

Citation preview

Tinjauan PustakaPada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad penggangu tersebut adalah racun yang berbahaya, sehingga dapat mengancam kesehatan manusia. Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama hama tanaman dalam konsep pengendalian terpadu hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. (Subiyakto, 1991) Senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi semua jenis jasad penggangu dikenal sebagai pestisida. Bagi para petani, jasad penggangu dapat meliputi serangga dan kutu yang merusak dan memakan tanaman budidaya, gulma di sawah atau di kebun, gulma air yang menyumbat saluran air dan irigasi, semua penyakit tanaman budidaya yang disebabkan jamur payogen, bakteri dan virus, nematoda, siput, tikus, dan burung yang memakan kecambah dan biji bijian dalam jumalah yang sangat besar baik sewaktu di lapangan maupun di gudang.(Soetikno, 1992)Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.Daun tanaman memiliki sifat morfologi yang beragam, diantanya lapisan lilin (tebal), berambut (trichoma), dan permukaan (bergelombang). Lapisan lilin pada daun mengurangi daya pelekatan dari pestisida. Rambut yang ada pada permukaan daun menghalangi kontak dan penyebaran pestisida sehingga menghambat peresapannya pada daun. Demikian juga permukaan daun yang tidak rata (bergelombang) dapat mengurangi perataan sebaran pestisida. Sifat-sifat daun tersebut menurunkan efektivitas pestisida utama racun kontak dan perut. (Blogspot.com, 2008)

PembahasanPestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika. Jakarta.Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. YogyakartaSedangakan menurut Yuantari (2009) berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dapat digolongkan dalam bentuk:a. Butiran (Granule=G)Berbentuk butiran yang cara penggunaanya dapat langsung disebarkan dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu.b. Tepung (Dust=D)Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2% yang penggunaanya dengan alat penghembus (duster).c. Bubuk yang dapat dilarutkan (wettable powder=WP)Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih. Contoh: Mipcin 50 WP.d. Cairan yang dapat dilarutkanBerbentuk cairan yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Larutannya berwarna putih susu tapi berwarna coklat jernih yang cara penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot.e. Cairan yang dapat diemulsikanBerbentuk cairan pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan pada bagian tanaman atau tanah. Contoh: Sherpa 5 EC.f. Volume Ultra RendahBerbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi. Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot khusus yang disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh: Diazinon 90 ULV.g. Aerosol (A)Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau perkarangan.h. Umpan beracun (Poisonous Bait = B)Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu.Yuantari, Maria. 2009. Tesis: Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang.Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai (Suwahyono,untung.2010):1.Caira.EC ( Emulsifiable Concentrate ) : Xylene dan minyak mineralb.S/WSC/SC ( Soluble/Water Concentrate/Soluble Concentrate ) : dilarutkan dalam organik aerosol.2.Tepunga.WP ( Wettable Powder ) Xylene & minyak mineralmerupakan bahan aktif ( active inreedient ), bahan pembasah ( wetting agent ), dan bahan perekat ( sticker ).b.SP ( Solube Powder )merupakan bahan aktif ( active inreedient ), bahan perekat ( sticker ) dan perata( spreader).c.Dustberkadar rendah 1-10%, sebagai pembawa ( tepung tempurung kelapa, mineral, profit, bentolt,dan talk ). 3.Granula ( butiran )merupakan bahan aktif yang melekat ke butiran, berkadar rendah 2-45%.GasMerupakan bahan perekat ( sticker ), membentuk gas jika dibuka, biasanya digunakan di gudang dan solisterilan.AerosolMerupakan pelarut minyak, mudah melarut dan menguap, merupakan butiran kecil 10 mikrometer.UmpanMerupakan umpan yang beracun ( poisonus bait = B ) pada tikus.Fumigansia Merupakan zat campuran yang menghasilkan gas, uap, dan bau.Suwahyono, untung. 2010. Biopestisida. Jakarta :Penebar Swadaya

Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan. Bahan Perekat ( sticker), untuk meningkatkan daya rekatSticker (zat perekat): adalah adjuvant yang digunakan untuk (1) merekatkan pestisida pada sasaran, (2) mengurangi penguapan, dan (3) pelindung tahan air (waterproof coating).

Morfologi daun sangat beragam, misalnya lapisan lilin (tebal), berambut (trichoma) dan permukaan (bergelombang). Lapisan liin pada daun mengurangi daya pelekatan dari pestisida. Rambut yang ada pada permukaan daun menghalangi kontak dan penyebaran pestisida sehingga menghambat pada peresapan daun. Demikian juga pada permukaan daun yang tidak rata dapat mengurangi perataan sebaran pestisida. Sifat-sifat daun tersebut dapat menurunkan efektivitas utama racun kontak dan perut (Wudianto, 1997)Wudianto, R. 1997. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.