17
A. Bionomik Lalat 1.Kebiasaan hidup Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut menjilat. Lalat Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan kandang ternak. Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan berkembangbiak di dalam bangkai, meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larva makan dari jaringan-jaringan yang membusuk (Singgih, 2006). 2.Tempat perindukan Tempat yang disenangi adalah tempat basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh- tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif/dikandang (Depkes, 1992). Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor, sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian busuk menjadi tempat yang disenangi lalat juga (Singgih, 2006). 3.Jarak terbang Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berkembang biak (Singgih, 2006). 4.Kebiasaan makan

Bionomik Lalat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Pengendalian Vektor Epid

Citation preview

Page 1: Bionomik Lalat

A. Bionomik Lalat

1. Kebiasaan hidup

Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe

mulut menjilat. Lalat Musca domestica paling dominan banyak ditemukan

di timbunan sampah dan kandang ternak. Kebanyakan lalat hijau adalah

pemakan zat-zat organik yang membusuk dan berkembangbiak di dalam

bangkai, meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larva makan

dari jaringan-jaringan yang membusuk (Singgih, 2006).

2. Tempat perindukan

Tempat yang disenangi adalah tempat basah seperti sampah basah,

kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk

secara kumulatif/dikandang (Depkes, 1992). Kotoran binatang (kuda, sapi,

ayam dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor, sampah, kotoran got

yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian busuk

menjadi tempat yang disenangi lalat juga (Singgih, 2006).

3. Jarak terbang

Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang

tersedia, rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari

tempat berkembang biak (Singgih, 2006).

4. Kebiasaan makan

Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga

sore hari. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari. Lalat sangat tertarik

pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari seperti gula, susu

dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah (Depkes, 2001).

Protein diperlukan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk

mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah,

sedangkan makanan yang kering yang dibasahi atau dicairkan oleh

ludahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air merupakan hal yang sangat

penting dalam hidup lalat. Tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja

(Depkes, 2001).

Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari

0,045 mm, sebelum dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara

Page 2: Bionomik Lalat

mengeluarkan cairan dari mulutnya yang mengandung enzim seperti

halnya butir-butir gula pasir yang dilarutkan dengan air liurnya dan

kemudian larutan gula dihisap (Singgih, 2006).

5. Tempat istirahat

Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang

membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk

mengenal tempat lalat istirahat. Lalat beristirahat pada tempat-tempat

tertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat

pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat

listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempat-tempat dengan tepi

tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak

berdekatan dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya

terlindung dari angin, di rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-

langit, lantai, jemuran dan dinding serta tidak aktif pada malam hari.

Tempat hinggap lalat biasanya tidak lebih dari lima meter (Depkes, 2001).

6. Lama hidup

Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan

temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan

pada musim dingin biasanya mencapai 70 hari (Singgih, 2006).

7. Temperatur dan kelembaban

Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 15 oC dan aktifitas

optimumnya pada temperatur 21 oC, lalat memerlukan suhu sekitar 35º-

40oC untuk beristirahat, dan pada temperatur di bawah 10oC lalat tidak

aktif dan di atas 45 oC terjadi kematian pada lalat. Kelembaban erat

hubungannya dengan temperatur setempat. Kelembaban berbanding

terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musih hujan lebih banyak

dari pada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang kencang,

sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makanan pada waktu

kecepatan angin tinggi (Singgih, 2006).

8. Sinar

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai

cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya

Page 3: Bionomik Lalat

sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung pada temperatur dan

kelembaban. Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperatur

20ºC–25 ºC dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 ºC atau

> 49 ºC serta kelembaban yang optimum 90 % (Singgih, 2006).

9. Warna dan Aroma

Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih dan kuning,

namun takut pada warna biru. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu,

termasuk bau busuk dan esens buah. Bau sangat berpengaruh pada alat

indra penciuman, yang mana bau merupakan stimulus utama yang

menuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau yang

menyengat. Organ kemoreseptor terletak pada antena, maka serangga

dapat menemukan arah datangnya bau (Singgih, 2006).

B. Peranan Lalat dalam Kesehatan Manusia

1. Lalat sebagai vektor penyakit

Jenis lalat yang paling banyak merugikan kesehatan manusia

adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica),

lalat biru (Calliphora vomitura) dan latirine (Fannia canicularis). Lalat

rumah merupakan pemakan yang berbau busuk, biasanya juga memakan

bahan berbentuk cairan seperti sirup, susu, buah-buahan, sayuran yang

basah dan membusuk, sputum, kotoran dan air (Depkes, 2001).

Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia,

beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan oleh lalat ini seperti

disentri, kholera, typhoid, dan diare. Penyakit tersebut disebabkan karena

sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan terjadi secara mekanis, dimana

kulit tubuh dan kaki-kaki lalat yang kotor yang merupakan tempat

menempelnya mikroorganisme penyakit kemudian hinggap pada makanan

yang dikonsumsi manusia (Depkes, 2001).

Lalat rumah, lalat hijau, lalat biru dapat membawa kuman dari

sampah atau kotorannya kepada makanan dan menimbulkan penyakit

bawaan makanan. Lalat membawa bakteri pada tubuh dan kaki-kakinya.

Sewaktu lalat menikmati makanan ia akan mencemari makanan melalui

cairan yang dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk kembali

Page 4: Bionomik Lalat

kedalam permukaan makanan. Bila lalat terlampau banyak makan maka

lalat dapat membuang kotoran diatas makanan, sehingga makanan menjadi

tercemar oleh telor atau larva lalat (Depkes, 2001).

2. Lalat sebagai penyebab miasis

Miasis adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh

manusia atau hewan yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu dan

larva lalat tersebut memakan jaringan yang masih sehat maupun sisa-sisa

jaringan yang telah mati. Miasis dapat menimbulkan kerusakan jaringan

atau organ tubuh manusia misalnya lalat Chrysomia bezziana yang betina

sering hinggap pada telinga anak-anak sambil menghisap cairan nanah

telinga, lalat ini akan bertelur, telur menetas keluar larva dan akan masuk

lebih dalam untuk menjadi dewasa (Widyaningsih, 2007).

3. Lalat sebagai pengganggu kenyamanan

Kepadatan lalat yang tinggi sebagai pengganggu orang yang

sedang bekerja dan istirahat. Lalat dapat memberikan efek psikologis

negatif, karena keberadaannya sebagai tanda kondisi yang kurang sehat

(Singgih, 2006).

C. Pengendalian Lalat

1. Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan

a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat, seperti :

1) Kandang ternak

Kandang harus dapat dibersihkan, lantai harus kedap air

dan dapat disiram setiap hari (Depkes, 2001).

2) Timbunan pupuk kandang

Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah

permukaan pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat

perindukan lalat. Tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup dengan

plastik atau bahan lain yang anti lalat. Cara ini dapat mencegah

lalat untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa karena

panas yang keluar dari proses komposting dapat memperpendek

lalat untuk keluar (Depkes, 2001).

Page 5: Bionomik Lalat

3) Sampah basah dan sampah organik

Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah

yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media

perindukan lalat. Bila pengumpulan dan pengangkutan sampah

dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang

ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah

yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah

sampai tidak menjadi tempat berkembangbiaknya lalat (Depkes,

2001).

Dalam iklim panas larva lalat ditempat sampah dapat

menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4 hari. Sampah basah harus

dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu, untuk daerah

tertentu. Bila tong sampah kosong, maka perlu dibersihkan sisa-

sisa sampah yang ada di dasar tong. Pembuangan sampah akhir

ketempat terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah dan

ditutup setiap hari dengan tanah merah setebal 15 – 30 cm

(Depkes, 2001).

4) Tanah yang mengandung bahan organik

Lumpur dan lumpur organik dari air buangan di saluran

terbuka, tangki septik dan rembesan dari lubang penampungan

harus dihilangkan. Tempat berkembang biak lalat dapat

dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara

dengan baik (Depkes, 2001).

b. Mengurangi sumber yang menarik lalat.

Dalam kondisi tertentu lalat akan tertarik pada makanan, ikan,

tepung, sirup, gula, tempat pembuatan susu, air kotor dan bau buah

yang manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber yang

menarik lalat dapat dicegah dengan melakukan kebersihan lingkungan,

membuat saluran pembuangan air limbah (SPAL), menutup tempat

sampah dan untuk industri yang menggunakan produk yang dapat

menarik lalat dapat dipasang alat pembuang bau (Depkes, 2001).

Page 6: Bionomik Lalat

c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung

kuman penyakit

Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia,

bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit

mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang

mengandung kuman dengan membuat konstruksi jamban yang

memenuhi syarat sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran,

mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi

dan penderita sakit mata dan mencegah agar lalat tidak masuk ke

tempat sampah dari pemotongan hewan dan bangkai binatang

(Depkes, 2001).

d. Melindungi makanan, peralatan dan orang yang kontak dengan lalat

Perlindungan terhadap makanan, peralatan dan orang yang

kontak dengan lalat dapat dilakukan dengan membuat makanan dan

peralatan makan yang digunakan harus anti lalat, makanan disimpan

di lemari makan, makanan perlu dibungkus, jendela dan tempat-

tempat terbuka dipasang kawat kasa, penggunaan kelambu agar

terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya, kipas angin

elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk serta

memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (Depkes,

2001).

2. Pemberantasan lalat secara langsung

Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung

adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi (Depkes, 2001).

a. Cara fisik

Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan

aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi.

Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti di

rumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang

menjual daging, tempat produksi makanan, sayuran, serta buah-

buahan. Beberapa cara fisik yang dapat dilakukan antara lain (Depkes,

2001) :

Page 7: Bionomik Lalat

1) Perangkap lalat (fly trap)

Lalat dalam jumlah yang besar atau padat dapat ditangkap

dengan alat ini. Tempat yang menarik lalat untuk

berkembangbiak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap.

Bila lalat mencoba makan dan terbang akan tertangkap dalam

perangkap yang diletakkan di mulut kontainer yang terbuka itu.

Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah.

Sebuah model perangkap terdiri dari kontainer plastik atau

kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil

dan sangkar di atas penutup. Celah selebar 0,5 cm antara sangkar

dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk

bergerak menuju penutup. Setengah bagian kontainer harus terisi

umpan. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan

umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki

harus segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan diudara

terbuka di bawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan

pepohonan.

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk fly trap

2) Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (sticky tapes)

Alat ini tersedia di pasaran, biasanya di gantung di atap,

menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat yang hinggap

Page 8: Bionomik Lalat

pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi

beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau

lalat yang terperangkap.

Gambar 2.2 Sticky tapes dan aplikasinya

3) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)

Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah

kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar

bias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak

terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah

kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini

kadang digunakan di dapur rumah sakit dan restoran.

Gambar 2.3 Light trap with electrocutor dan aplikasinya

Page 9: Bionomik Lalat

4) Pemasangan kawat kasa pada pintu dan jendela atau ventilasi.

Pemasangan kawat kasa dapat menangkap lalat yang akan

masuk melalui pintu dan jendela. Hal ini mudah dilakukan dan

dapat berguna untuk waktu yang lama.

b. Cara kimia

Pemberantasan lalat dengan insektisida dilakukan hanya untuk

periode yang singkat apabila sangat diperlukan, karena cepat menjadi

resisten. Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat secara sementara

memberantas lalat dengan cepat, yang diperlukan pada KLB kolera,

disentri atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan

melalui cara umpan (baits), penyemprotan dengan efek residu

(residual spraying) dan pengasapan (space spaying).

1) Cara umpan (baits)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001

Page 10: Bionomik Lalat

2) Penyemprotan dengan efek residu (indoor residual spraying)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001

3) Pengasapan (indoor and outdoor space spaying)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001

Page 11: Bionomik Lalat

c. Cara biologi

Pemberantasan lalat dengan cara alamiah membutuhkan waktu

yang lama untuk menurunkan jumlah kepadatan lalat. Hal ini

tergantung pada hewan pemakan lalat yang ada di sekitar tempat

perindukan lalat. Pemberantasan lalat dengan cara biologi dapat

dilakukan dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam

(Phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah

ditempat –tempat sampah.

DAFTAR PUSTAKA :

Singgih H S, Koesharto, Hadi U K, Gunandini D J, Soviana S, Wirawan I A, Chalidaputra M, dkk. 2006. Hama Permukiman Indonesia Pengenalan, Biologi & Pengendalian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Petunjuk Teknis Pemberantasan Lalat. Direktorat jendral PPM dan PLP, Jakarta.

Widyaningsih, Indah dan Bambang Supriyono. 2007. Miasis. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.