18
Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Rabu 29 April 2015 Biokimia Umum Waktu : 08.00- 11.00 WIB PJP : Inda Setyawati, S.TP M.Si Asisten : Nia Tanilia Amik Khoirul Ema Lindawati VITAMIN Kelompok 12 Ahmad Kurniawan B04140110 Indriani Putri M B04140040 Nadia Kamila B04140149

Biokim Vitamin IPB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum

Citation preview

Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Rabu 29 April 2015Biokimia Umum Waktu : 08.00-11.00 WIB PJP : Inda Setyawati, S.TP M.Si Asisten : Nia Tanilia Amik Khoirul Ema Lindawati

VITAMINKelompok 12

Ahmad KurniawanB04140110Indriani Putri MB04140040Nadia Kamila B04140149

DEPARTEMEN BIOKIMAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2015

PENDAHULUANVitamin merupakan zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan vitamin, kita dianjurkan mengonsumsi makanan-makanan tertentu yang kebanyakan berupa buah dan sayuran. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Vitamin dapat larut dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam air memiliki struktur polar, sedangkan yang larut dalam lemak memiliki struktur nonpolar. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air merupakan komponen sistem enzim yang banyak terlibat dalam membantu metabolisme energi. Vitamin yang larut dalam air biasanya dikeluarkan melalui urin. Vitamin berperan dalam tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh (Winarno 1997).Asam askorbat (vitamin C) merupakan suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, yaitu asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein manapun. Asam askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Harjadi 1986). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara, keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh, kristal putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), dan tidak larut dalam lemak. Selain itu juga stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (Hawab 2005).Beberapa fungsi vitamin C antara lain sebagai zat antioksidan, antiaskorbut, membantu sintesis kolagen, sintesis karnitin, dan metabolisme kolesterol untuk asam empedu (Mulyono 2005).Vitamin C digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid dan kolagen. Vitamin C juga diperlukan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan.Vitamin C juga bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Vitamin C tidak disimpan di dalam tubuh dan di ekskresikan di urin. Namun terdapat serum yang satu level dengan vitamin C. Dalam bidang farmakologi, vitamin C sering dijumpai dalam bentuk tablet. Dalam tablet tersebut, Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi dan dalam keadaan tertentu dapat bersifat sebagai antioksidan. Asam askorbat atau vitamin C dapat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon deuritik (Kamiensky and Keogh 2006).Vitamin C diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt et al. 1999).Iodometri (redoksimetri) merupakan proses dengan tahap tidak langsung. Titrasi ini melibatkan titrasi redoks iodin. Titrasi iodin yang dilibatkan adalah titrasi yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan standar tiosulfat. Ion Iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang (Campbell dan Shawn 2006). Berikut adalah struktur Vitamin C.

Sumber: www.chem-is-try.orgStruktur kimia vitamin C terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat (Lehninger 1982).Pratikum ini bertujuan untuk menentukan vitamin C dalam tablet dan buah.METODE PRAKTIKUMTempat dan WaktuPraktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia 1-Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaannya yaitu pada hari Selasa, tanggal 29 April 2015 pukul 08.00 11.00 WIB.Alat dan BahanAlat yang diperlukan dalam percobaan kali ini adalah gelas piala, bulp, tabung reaksi, buret, erlenmeyer, pipet ukur, dan pemanas. Bahan yang diperlukan dalam percobaan kali ini adalah tablet vitamin C, akuades, larutan H2SO4 2N, larutan Iod 0.1N, larutan tiosulfat 0.1N, dan sari buah.Prosedur PercobaanPenentuan vitamin C dalam tablet. Pertama, 50 mg contoh (tablet vitamin C) dilarutkan ke dalam 5 ml akuades dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Kedua, ditambahkan 3 ml H2SO4 2N dan dengan segera ditambahkan pula 10 ml larutan Iod 0.1N. Ketiga, dilakukan penitaran dengan larutan tiosulfat 0.1N dan sebagai indikator dipakai larutan pati. Keempat, dilakukan juga titrasi blanko (tanpa contoh) dan dikerjakan seperti untuk contoh. Terakhir, jumlah ml tiosulfat dihitung dan ditentukan kadar vitamin C dalam tablet. Penentuan vitamin C dalam buah. Langkah pertama adalah sari buah dituang ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya, dikerjakan seperti percobaan pertama di atas. Untuk 5 ml sari buah digunakan 10 ml larutan Iod 0.1N. Lalu, dilakukan pula penitaran larutan blanko. Terakhir, ditentukan kadar vitamin C dalam sari buah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN PERCOBAANTabel 1. Hasil penentuan kadar vitamin C dalam tablet.LarutanVolume tiosulfat (ml)Vterkoreksi (ml)Kadar vitamin C (mg/ml)

Vawal Vakhir Vterpakai

Blanko

1

20 6.66.620 25.15.125.1 30.55.4 -

1.5

1.2 -

2.18

-

Contoh perhitungan:Vterpakai= Vakhir-VawalVterkoreksi= Vblanko-VterpakaiVterkoreksi rata-rata= (Vterkoreksi 1 + Vterkoreksi 2)2Kadar vitamin C=(Vterkoreksi rata-rata 8.08 mg/ml tiosulfat)5mlLarutan blankoVterpakai=6.6mlLarutan 1Vterpakai= 5.1mlVterkoreksi=6.6 5.1 =1.5mlLarutan 2Vterpakai= 5.4mlVterkoreksi=6.6 5.4 =1.2mlVterkoreksi rata-rata= (1.5 +1.2)2=1.35mlKadar vitamin C= ( 1.35 8.08 ) 5 =2.18mg/ml

Tabel 2. Hasil penentuan kadar vitamin C dalam buah.LarutanVolume tiosulfat (ml) Vterkoreksi (ml)Kadar vitamin C (mg/ml)

Vawal Vakhir Vterpakai

Blanko

1

26.6 13.16.513.1 16.73.616.7 203.3 -

2.9

3.2 -

4.92

-

Contoh perhitungan:Vterpakai= Vakhir-VawalVterkoreksi= Vblanko-VterpakaiVterkoreksi rata-rata= (Vterkoreksi 1 + Vterkoreksi 2)2Kadar vitamin C=(Vterkoreksi rata-rata 8.08 mg/ml tiosulfat)5mlLarutan blankoVterpakai=6.5mlLarutan 1Vterpakai= 3.6mlVterkoreksi=6.53.6=2.9mlLarutan 2Vterpakai=3.3mlVterkoreksi=6.5-3.3=3.2mlVterkoreksi rata-rata=( 2.9 + 3.2 )2=3.05mlKadar vitamin C=( 3.058.08 )5=4.92mg/mlTabel 3. BlankoLarutanVolume tiosulfat (ml)Vterkoreksi (ml)Kadar vitamin C (mg/ml)

Vawal Vakhir Vterpakai

1.Blanko 1

2.Blanko 20 6.66.66.6 13.1 -

- -

-

6.5

Contoh perhitungan:Vterpakai= Vakhir-VawalVterkoreksi= Vblanko-VterpakaiVterkoreksi rata-rata= (Vterkoreksi 1 + Vterkoreksi 2)2Kadar vitamin C=(Vterkoreksi rata-rata 8.08 mg/ml tiosulfat)5mlLarutan blanko1.Vterpakai=6.6ml2.Vterpakai=6.5mlKondisi larutan memerankan peran penting dalam reaksi iodimetrik. Untuk membuat reaksi yang cepat dan lengkap terhadap oksidator dari larutan potensial reduksi rendah (contoh: tiosulfat, hidrogen sulfida), larutan asam iodin harus digunakan. Ada banyak cara indikasi dari titrasi iodimetrik. Bahkan, setetes 0,05 mol per literlarutan iodin yang ditambahkan ke 100 mL air menyebabkan warnanya berubah menjadi kuning pucat. Penggunaan larutan adsorpsi yang bersifat koloid meningkatkan sensitivitas titrasi. Pati adalah salah satu indikator yang populer dalam iodimetri karena pati memberikan perubahan warna yang amat signifikan (Ciesielski dan Zakrzewski 2006).Pati merupakan komponen utama di dalam banyak tanaman, terutama serealia dan umbi-umbian. Bentuk, ukuran, struktur, dan komposisi kimia pati sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh asal pati. Aplikasi pati dalam pangan selain sebagai komponen nutrisi, jugamenjadi penentu karakteristik produk. Dalam bentuk alaminya, satu jenis pati tidak bisa diaplikasikan untuk semua tipe pengolahan. Penyebab keterbatasan aplikasi pati di industri antara lain adalah hilangnya viskositas pada kondisi pH rendah, suhu tinggi, atau pelakuan mekanis; tekstur yang panjang dan terjadinya retrogradasi yang menyebabkan sineresis. Proses modifikasi yang mengubah struktur dan memengaruhi ikatan hidrogen secara terkontrol dilakukan untuk memperbaiki karakteristik fisiko-kimia pati agar sesuai untuk suatu aplikasi spesifik (Syamsir et al 2012).Prinsip titrimetri didasarkan pada reaksi kimiadimana molekul sebagai analit, bereaksi dengan molekul pereaksi (titran). Pereaksi, ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebutlarutan standardan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi.Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah pereaksi secara kimiawi sama dengan yang telah ditamabahkan kepada analit. Selanjutnya akan dikatakantitik ekivalendari titrasi telah dicapai. Hasil dari titrasi ini dinamakan titrat. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkantitran, dapat menggunakan bahan kimia sebagai indikator yang bereaksi terhadap kehadirantitranyang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bias saja terjadi persis padatitik ekivalentetapi bias juga tidak.Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir.Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengantitik ekivalen. Istilahtitrasimengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapaititik ekivalen (Mulyono 2005).Oksidoreduktase adalah enzim yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi dan reduksi suatu bahan. Dalam enzim oksidoreduktase terdapat dua macam enzim yaitu oksidase dan dehidrogenase. Oksidase adalah enzim yang mengkatalis reaksi substrat dengan molekul oksigen, misalnya peroksidase (Dewatisari 2009).Penentapan kadar vitamin dalam suatu bahan dilakukan dengan iodometri taklangsung. Iodometri taklangsung dilakukan dengan penitarnya adalah Natrium tiosulfat o,1N (Harjadi 1986). Larutan H2SO4 ditambahkan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan vitamin C yang bersifat oksidator. Pereaksi Iod dan pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan kadar vitamin C. Iod akan bereaksi terhadap kehadirantitranyang berlebih dengan melakukan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Amilum dengan I2 membentuk suatu komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran titran dengan berubah menjadi kuning pucat. Sehingga titik akhir titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan warna (titik ekivalen) (Mulyono 2005).Reaksi: I2 + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6(merah kuning pucat) C6H8O6 + I2C6H6O6 + 2HI (biru tua kuning pucat)Iodium termasuk oksidator lemah dibandingkan kalium permanganat maupun kalium dikromat. Beberapa reaksi oksidasinya adalah:Sn2+ + I2 Sn4+ + 2 I-H2S + I2 S + 2H+ + 2 I-2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-Jika oksidator kuat ditambahkan ion iodida misal KI berlebihan dalam suasana asam atau netral, maka jumlah zat reduktor yang mengalami oksidasi (I2) secara kuantitatif dapat ditentukan. Dalam hal ini jumlah iodium yang dilepaskan ( yang setara dengan zat oksidator) dititrasi dengan zat standar (reduktor), yang sering digunakan adalah natrium tiosulfat. Jumlah I2 adalah setara dengan zat oksidator selama penambahan KI berlebihan. Beberapa contoh reaksi yang terjadi adalah:H2O2 + 2H+ + 2 I 2 H2O + I2..1Cl2+ 2 I- 2 Cl- + I2..22 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2.3IO3-+ 6 H+ + 2 I- 3 H2O + 3 I2.........4IO3-+ 6 H+ + 6 I- 3 H2O + 3 I2.........5Reaksi yang terjadi pada titrasi dengan tiosulfat adalah:2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-I2 dapatmembentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum.Bila indikator amilum digunakan dalam titrasi ini maka titik ekuivalen ditandai dengan hilangnya warna biru dari larutan. Indikator amilum sebaiknya ditambahkan sesaat sebelum titik ekivalen terjadi, yaitu ketika larutan yang dititrasi telah berubah menjadi kuning jerami. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan titrasi, sebab kompleks iod amilum tidak larut secara sempurna dalam pelarut air (David 2000).Hasil percobaan pada uji penentuan kadar vitamin C dari tablet menggunakan indikator pati ketika larutan tersebut ditambahkan H2SO4 serta larutan iod berwarna coklat, kemudian dititrasi menggunakan tiosulfat hingga berwarna biru kehijauan, kemudian ditambahkan larutan pati dan dititrasi lagi hingga menghasilkan perubahan warna menjadi kuning jernih. Sehingga didapatkan volume terkoreksi rata-rata dari ketiga ulangan senilai 1,35 ml dan kadar vitamin C senilai 2,18 mg/ml.Hasil percobaan penentuan kadar vitamin C dari sari buah setelah ditambahkan H2SO4 dan larutan iod maka cairan akan berwarna coklat. Setelah dititrasi menggunakan tiosulfat berwarna kuning pekat, dan ditambahkan larutan pati kemudian dititrasi dengan tiosulfat akan menghasilkan perubahan warna menjadi kuning jernih. Sehingga didapatkan volume terkoreksi rata-rata dari ketiga ulangan senilai 2,05 ml dan kadar vitamin C senilai 4,92 mg/ml. Merujuk pada tabel 2, perbandingan kadar vitamin C yang didapat dari percobaan dua dengan literatur yang tertera pada label kemasan minuman sari buah, yaitu terdapat 1000 mg vitamin C di dalam setiap sajian. Apabila diasumsikan setiap sajian terdapat 250 ml sari buah lalu dikalikan dengan hasil percobaan, maka terdapat kurang lebih 1200 mg vitamin C dalam sajian. Ketidaktepatan hasil percobaan dengan literatur disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pengamat serta ketidaktelitian dalam pengukuran tiosulfat. Hasil percobaan pada blanko (tanpa menggunakan sampel) atau hanya menggunakan akuades didapatkan volume terpakai rata-rata dari kedua ulangan senilai 6,55 ml.Proses percobaan umumnya sesuai dengan literatur karena vitamin dalam bentuk sari buah lebih cepat dititrasi dibandingkan dengan tablet. Sedangkan menurut Wiwik dan Suharti (2003), vitamin dalam bentuk sari buah lebih cepat dititrasi dibandingkan dengan tablet, hal ini dikarenakan kandungan vitamin C dalam tablet lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan vitamin C dalam sari buah.SIMPULANKadar vitamin C pada tablet vitamin C sebesar 2,18 mg/ml, sedangkan kandungan vitamin C dalam sari buah (UC 1000) sebesar 4,92 mg/ml. Kadar vitamin C dalam sari buah lebih besar dari pada kadar vitamin C dalam tablet vitamin C.DAFTAR PUSTAKACampbell, M.K. dan Shawn O.F. 2006. Biochemistry 5th Edition. Belmont (US) : The Thompson Coorporation.Ciesielski W dan Zakrzewski R. 2006. Iodimetric Titration of Sulfur Compounds in Alkaline Medium. Chem Anal. (Warsaw). 51(653)David H .2000. Modern Analytical Chemistry. Toronto(CA): John Wiley & Sons.Dewatisari WF. 2009. Uji Anatomi, Metabolit Sekunder, dan Molekuler Sansevieria trifasciata [tesis]. Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): GramediaHawab, HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan(ID): BayumediaKamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals. Pharmacology Demystified. Kurt T et al. 1999. Harrison Prinip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie AH, penerjemah. Jakarta (ID) : EGC. Terjemahan dari : Harrisons Principles of Internal Medicine.Lehninger. 1982. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta(ID): Erlangga.Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Bumi AksaraSyamsir et al. 2012. PENGARUH PROSES HEAT-MOISTURE TREATMENT (HMT) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA PATI. J Teknologi dan Industri Pangan. 23(1).Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka UtamaWiwik, Suharti. 2003. Pengaruh suplementasi besi dan vitamin C terhadap asupan zat gizi dan kadar hemoglobin anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. 19 (1) : 46-47.