49
BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

BIOGRAFI DAN KARYA

IBNU MISKAWAIH

Page 2: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

IBNU MISKAWAIH

A. BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu

Ali Ahmad bin Muhammad bin Yaqub ibn

Miskawaih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H

(932) M) dan wafat di Asfahan 9 Safar 421 H (16

Februari 1030 M). Ia belajar sejarah dan filsafat, serta

pernah menjadi khazin (pustakawan) Ibn al-‘Abid

dimana dia dapat menuntut ilmu dan memperoleh

banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum

elit. Setelah itu Ibnu Miskawaih meninggalkan Ray

menuju Bagdad dan mengabdi kepada istana Pangeran

Buwaihi sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan

lain. Akhir hidupnya banyak dicurahkannya untuk

studi dan menulis.

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf

akhlak (etika) walaupun perhatiannya luas meliputi

ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra,

dan sejarah. Bahkan dalam literatur filsafat Islam,

Page 3: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

tampaknya hanya Ibnu Miskawaih inilah satu-satunya

tokoh filsafat akhlak.

Ibnu Miskawaih meninggalkan banyak karya

penting, misalnya tahdzibul akhlaq (kesempurnaan

akhlak), tartib as-sa’adah (tentang akhlak dan politik),

al-siyar (tentang tingkah laku kehidupan), dan

jawidan khirad (koleksi ungkapan bijak).

B. FILSAFATNYA

Ibnu Miskawaih menggunakan metode

eklektik dalam menyusun filsafatnya, yaitu dengan

memadukan berbagai pemikiran-pemikiran

sebelumnya dari Plato, Aristoteles, Plotinus, dan

doktrin Islam. Namun karena inilah mungkin yang

membuat filsafatnya kurang orisinal. Dalam bidang-

bidang berikut ini tampak bahwa Ibnu Miskawaih

hanya mengambil dari pemikiran-pemikiran yang

sudah dikembangkan sebelumnya oleh filsuf lain.

1. Metafisika

Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang

tidak berjisim, azali, dan pencipta. Tuhan esa

dalam segala aspek, tidak terbagi-bagi dan tidak

Page 4: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Tuhan

ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak tergantung

pada yang lain sedangkan yang lain

membutuhkannya. Tuhan dapat dikenal dengan

proposisi negatif karena memakai proposisi positif

berarti menyamakan-Nya dengan alam.

Tentang penciptaan yang banyak (alam) oleh yang

satu (Tuhan), Ibnu Miskawaih menganut paham

emanasi Neo-Platonisme sebagaimana halnya Al-

Farabi. Tetapi dalam perumusannya terdapat

perbedaan dengan Al-Farabi, yaitu bahwa

menurut Ibnu Miskawaih, entitas pertama yang

memancar dari Tuhan adalah ‘aql fa’al (akal

aktif). Dalam teori Al-Farabi akal aktif ini

menempati tahap pemancaran ke sepuluh (akal

10). Akal aktif ini bersifat kekal, sempurna, dan

tidak berubah. Dari akal ini timbul jiwa dan

dengan perantaraan jiwa timbul planet (al-falak).

Pancaran yang terus-menerus dari Tuhan dapat

memelihara tatanan di alam ini, menghasilkan

materi-materi baru. Sekiranya pancaran Tuhan

Page 5: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

yang dimaksud berhenti, maka berakhirlah

kehidupan dunia ini.

Diambilnya teori emanasi ini dimaksudkan untuk

mensucikan ke-esaan Tuhan dari sifat banyak.

Ibnu Miskawaih mengatakan, bilamana satu

penyebab melahirkan sejumlah efek yang

berlainan, maka kemajemukannya kiranya

tergantung pada alasan-alasan di bawah ini:

a. Penyebab bisa mempunyai bermacam-macam

kekuatan.

b. Penyebab bisa menggunakan berbagai sarana

untuk menghasilkan keanekaragaman efek.

c. Penyebab bisa menghasilkan keanekaragaman

materi.

Tak satu pun pernyataan di atas berlaku untuk

penyebab utama, yaitu Tuhan. Tuhan tidak

mungkin dalam zatnya mempunyai bermacam-

macam kekuatan yang berlainan. Jika Tuhan

menggunakan berbagai sarana, seperti manusia

menciptakan kursi dengan berbagai sarana seperti

kayu, paku, gergaji, dan sebagainya, maka

Page 6: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

siapakah yang menciptakan sarana-sarana itu?

Jika sarana-sarana itu diciptakan oleh penyebab

yang selain Tuhan, berarti ada pluralitas penyebab

utama. Pernyataan ketiga pun tidak mungkin bagi

Tuhan, karena yang banyak tidak dapat mengalir

dari tindak satu agen penyebab. Karena itu

pastilah bahwa penyebab utama hanya

menciptakan satu entitas yang darinya kemudian

tercipta entitas-entitas yang lain. Entitas itulah

yang disebut akal aktif.

Ibnu Miskawaih juga mengemukakan teori

evolusi makhluk hidup yang secara mendasar

sama dengan Ikhwan al-Shafa’. Teori itu terdiri

atas empat tahapan:

a. Evolusi mineral; yaitu bentuk kehidupan yang

dihuni makhluk-makhluk rendah. Misal batu,

air, tanah.

b. Evolusi tumbuhan; yang mula-mula muncul

adalah rerumputan spontan, kemudian

tanaman, lalu pepohonan tingkat tinggi.

Page 7: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Di antara tumbuhan dan hewan terdapat satu

bentuk kehidupan tertentu. yang tidak dapat

digolongkan tumbuhan maupun hewan,

namun memiliki ciri-ciri tumbuhan dan

hewan, yaitu koral, dan euglena.

c. Evolusi hewan; dicirikan antara lain oleh

adanya daya gerak dan indera peraba dan pada

hewan yang lebih tinggi mulai adanya

inteligensi. Hewan paling tinggi adalah kera.

d. Evolusi manusia; ditandai oleh adanya

inteligensi dan daya pemahaman.

2. Kenabian

Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa Nabi tidaklah

berbeda dengan filsuf dalam hal bahwa kedua-

duanya memperoleh kebenaran yang sama. Hanya

cara memperolehnya yang berbeda; Nabi

memperoleh kebenaran melalui wahyu, jadi dari

atas (akal aktif) ke bawah; filsuf memperoleh

kebenaran dari bawah ke atas, yaitu dari daya

inderawi lalu daya khayal lalu daya pikir sehingga

dapat berhubungan dan menangkap hakikat-

Page 8: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

hakikat kebenaran dari akal aktif. Sumber

kebenarannya sama-sama akal aktif.

3. Jiwa

Jiwa menurut Ibnu Miskawaih adalah substansi

ruhani yang kekal, tidak hancur dengan kematian

jasad. Kebahagiaan dan kesengsaraan di akhirat

nanti hanya dialami oleh jiwa. Jiwa bersifat

immateri karena itu berbeda dengan jasad yang

bersifat materi. Mengenai perbedaan jiwa dengan

jasad Ibnu Miskawaih mengemukakan argumen-

argumen sebagai berikut:

a. Indera, setelah mempersepsi suatu rangsangan

yang kuat selama beberapa waktu, tidak

mampu lagi mempersepsi rangsangan yang

lebih lemah, sedangkan aksi mental dan

kognisi tidak.

b. kita sering memejamkan mata jika sedang

merenungkan suatu hal yang musykil. Suatu

bukti bahwa indera tidak dibutuhkan waktu

itu.

Page 9: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

c. mempersepsi rangsangan yang kuat

merugikan indera, tetapi intelek bisa

berkembang dan menjadi kuat dengan

mengetahui ide dan paham-paham umum.

d. kelemahan fisik yang disebabkan usia tua

tidak mempengaruhi kekuatan mental.

e. jiwa dapat memahami proposisi-proposisi

tertentu yang tidak berkaitan dengan dengan

data-data inderawi.

f. ada suatu kekuatan di dalam diri kita yang

mengatur organ-organ fisik, membetulkan

kesalahan-kesalahan inderawi, dan

menyatukan pengetahuan.

Jiwa memiliki tiga daya, yaitu daya berpikir, daya

keberanian, dan daya keinginan. Tiga daya itu

masing-masing melahirkan sifat kebajikan. Yaitu

hikmah, keberanian, dan kesederhanaan.

Keselarasan ketiga kebajikan tersebut akan

menghasilkan kebajikan keempat, yaitu adil.

Hikmah ada tujuh macam; tajam dalam berpikir,

cekatan berpikir, jelas dalam pemahaman,

Page 10: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

kapasitas yang cukup, teliti melihat perbedaan,

kuat ingatan, dan mampu mengungkapkan.

Keberanian ada sebelas sifat; murah hati, sabar,

mulia, teguh, tentram, agung, gagah, keras

keinginan, ramah, bersemangat, dan belas kasih.

Kesederhanaan ada dua belas; malu, ramah,

keadilan, damai, kendali diri, sabar, rela, tenang,

saleh, tertib, jujur, dan merdeka.

4. Moral/Etika

Dalam bidang inilah Ibnu Miskawaih banyak

disorot dikarenakan langkanya filsuf Islam yang

membahas bidang ini. Secara praktek etika

sebenarnya sudah berkembang di dunia Islam,

terutama karena Islam sendiri sarat berisi ajaran

tentang akhlak. Bahkan tujuan diutusnya Nabi

Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan

akhlak manusia. Ibnu Miskawaih mencoba

menaikkan taraf kajian etika dari praktis ke

teoritis-filosofis, namun dia tidak sepenuhnya

meninggalkan aspek praktis.

Page 11: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Moral, etika atau akhlak menurut Ibnu Miskawaih

adalah sikap mental yang mengandung daya

dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan

pertimbangan. Sikap mental terbagi dua, yaitu

yang berasal dari watak dan yang berasal dari

kebiasan dan latihan. Akhlak yang berasal dari

watak jarang menghasilkan akhlak yang terpuji;

kebanyakan akhlak yang jelek. Sedangkan latihan

dan pembiasaan lebih dapat menghasilkan akhlak

yang terpuji. Karena itu Ibnu Miskawaih sangat

menekankan pentingnya pendidikan untuk

membentuk akhlak yang baik. Dia memberikan

perhatian penting pada masa kanak-kanak, yang

menurutnya merupakan mata rantai antara jiwa

hewan dengan jiwa manusia.

Masalah pokok yang dibicarakan dalam kajian

akhlak adalah kebaikan (al-khair), kebahagiaan

(al-sa’adah), dan keutamaan (al-fadhilah).

Kebaikan adalah suatu keadaan dimana kita

sampai kepada batas akhir dan kesempurnaan

wujud. Kebaikan ada dua, yaitu kebaikan umum

dan kebaikan khusus. Kebaikan umum adalah

Page 12: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

kebaikan bagi seluruh manusia dalam

kedudukannya sebagai manusia, atau dengan kata

lain ukuran-ukuran kebaikan yang disepakati oleh

seluruh manusia. Kebaikan khusus adalah

kebaikan bagi seseorang secara pribadi. Kebaikan

yang kedua inilah yang disebut kebahagiaan.

Karena itu dapat dikatakan bahwa kebahagiaan itu

berbeda-beda bagi tiap orang.

Ada dua pandangan pokok tentang kebahagiaan.

Yang pertama diwakili oleh Plato yang

mengatakan bahwa hanya jiwalah yang

mengalami kebahagiaan. Karena itu selama

manusia masih berhubungan dengan badan ia

tidak akan memperoleh kebahagiaan. Pandangan

kedua dipelopori oleh Aristoteles, yang

mengatakan bahwa kebahagiaan dapat dinikmati

di dunia walaupun jiwanya masih terkait dengan

badan.

Ibnu Miskawah mencoba mengompromikan

kedua pandangan yang berlawanan itu.

Menurutnya, karena pada diri manusia ada dua

unsur, yaitu jiwa dan badan, maka kebahagiaan

Page 13: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

meliputi keduanya. Hanya kebahagiaan badan

lebih rendah tingkatnya dan tidak abadi sifatnya

jika dibandingkan dengan kebahagiaan jiwa.

Kebahagiaan yang bersifat benda mengandung

kepedihan dan penyesalan, serta menghambat

perkembangan jiwanya menuju ke hadirat Allah.

Kebahagiaan jiwa merupakan kebahagiaan yang

sempurna yang mampu mengantar manusia

menuju berderajat malaikat.

Tentang keutamaan Ibnu Miskawaih berpendapat

bahwa asas semua keutamaan adalah cinta kepada

semua manusia. Tanpa cinta yang demikian, suatu

masyarakat tidak mungkin ditegakkan. Ibnu

Miskawaih memandang sikap uzlah

(memencilkan diri dari masyarakat) sebagai

mementingkan diri sendiri. Uzlah tidak dapat

mengubah masyarakat menjadi baik walaupun

orang yang uzlah itu baik. Karena itu dapat

dikatakan bahwa pandangan Ibnu Miskawaih

tentang akhlak adalah akhlak manusia dalam

konteks masyarakat.

Page 14: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Ibnu Miskawaih juga mengemukakan tentang

penyakit-penyakit moral. Di antaranya adalah rasa

takut, terutama takut mati, dan rasa sedih. Kedua

penyakit itu paling baik jika diobati dengan

filsafat.

5. Sejarah

Sejarah merupakan pencerminan struktur politik

dan ekonomi masyarakat pada masa tertentu, atau

dengan kata lain merupakan rekaman tentang

pasang-surut kebudayaan suatu bangsa. Sejarah

tidak hanya mengumpulkan kenyataan-kenyataan

yang telah lampau tetapi juga menentukan bentuk

yang akan datang.

Demikianlah sekadar pengantar kepada pemikiran

filsafat Ibnu Miskawaih.

Page 15: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Ibnu Miskawaih, Bapak Etika Islam

Guru ketiga setelah al-Farabi.

Gelar itu ditabalkan kepada Ibnu

Miskawaih, seorang ilmuwan

agung kelahirkan Ray, Persia

(sekarang Iran) sekitar tahun 320

H/932 M. Ia merupakan seorang

ilmuwan hebat, bahkan ia juga

dikenal sebagai seorang filsuf, penyair, dan sejarawan

yang sangat terkenal.

Ia terlahir pada era kejayaan Kekhalifahan Abbasiyyah.

Ibnu Maskawaih adalah seorang keturunan Persia, yang

konon dulunya keluarganya dan dia beragama Majuzi dan

pindah ke dalam Islam. Ibnu Maskawaih berbeda dengan

al-Kindi dan al-Farabi yang lebih menekankan pada aspek

metafisik, ibnu Maskawaih lebih pada tataran filsafat

etika seperti al-Ghazali.

Sejarah dan filsafat merupakan dua bidang yang sangat

disenanginya. Sejak masih muda, ia dengan tekun

mempelajari sejarah dan filsafat, serta pernah menjadi

Page 16: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

pustakawan Ibnu al-‘Abid, tempat dia menuntut ilmu dan

memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya

dengan kaum elit.

Tak hanya itu, Ibnu Miskawaih juga merupakan seorang

yang aktif dalam dunia politik di era kekuasaan Dinasti

Buwaih, di Baghdad. Ibnu Miskawaih meninggalkan Ray

menuju Baghdad dan mengabdi kepada istana Pangeran

Buwaih sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain.

Dia mengkombinasikan karier politik dengan peraturan

filsafat yang penting. Tak hanya di kantor Buwaiah di

Baghdad, ia juga mengabdi di Isfahan dan Rayy. Akhir

hidupnya banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis.

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika)

walaupun perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain

seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan sejarah. Bahkan

dalam literatur filsafat Islam, tampaknya hanya Ibnu

Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak.

Semasa hidupnya, ia merupakan anggota kelompok

intelektual terkenal seperti al-Tawhidi and al-Sijistani.

Page 17: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Sayangnya ia harus menghembuskan nafas terakhirnya di

Asfahan 9 Safar 421 H (16 Februari 1030 M).

Menurut Muhammad Hamidullah dan Afzal Iqbal dalam

karyanya bertajuk The Emergence of Islam: Lectures on

the Development of Islamic World-view, Intellectual

Tradition and Polity, menjelaskan bahwa Ibnu Miskawaih

merupakan orang pertama yang memaparkan secara jelas

ide tentang evolusi.

Seperti ilmuwan lainnya pada era abad ke-4 H dan ke-5 H

(abad ke-10 M dan ke-11 M) Ibnu Miskawaih merupakan

orang yang memiliki wawasan luas dalam bidang filosofi,

berdasarkan pada pendekatannya terhadap filsafat Yunani

yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Walaupun filosofi yang diterapkannya khusus untuk

masalah-masalah Islam, ia jarang menggunakan agama

untuk mengubah filosofi, dan selanjutnya dikenal sebagai

seorang humanis Islam. Dia menunjukkan kecenderungan

dalam filsafat Islam untuk menyesuaikan Islam kedalam

sistem praktik rasional yang lebih luas umum bagi semua

manusia.

Page 18: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Neoplatonism Ibnu Miskawah memiliki dua sisi yakni

praktik dan teori. Dia memberikan peraturan untuk

kelestarian kesehatan moral berdasarkan pandangan

budidaya karakter. Ini menjelaskan cara di mana berbagai

bagian jiwa dapat dibawa bersama ke dalam harmoni,

sehingga mencapai kebahagiaan.

Ini adalah peran filsuf moral untuk menetapkan aturan

untuk kesehatan moral, seperti dokter menetapkan aturan

untuk kesehatan fisik. Kesehatan moral didasarkan pada

kombinasi pengembangan intelektual dan tindakan

praktis.

Ibnu Miskawaih menggunakan metode eklektik dalam

menyusun filsafatnya, yaitu dengan memadukan berbagai

pemikiran-pemikiran sebelumnya dari Plato, Aristoteles,

Plotinus, dan doktrin Islam. Namun karena inilah

mungkin yang membuat filsafatnya kurang orisinal.

Dalam bidang-bidang berikut ini tampak bahwa Ibnu

Miskawayh hanya mengambil dari pemikiran-pemikiran

yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh filsuf lain.

Page 19: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Ibnu Miskawaih menulis dalam berbagai topik yang luas,

berkisar sejarah psikologi dan kimia, tapi dalam filsafat

metafisikanya tampaknya secara umum telah

diinformasikan oleh versi Neoplatonism. Dia

menghindari masalah merekonsiliasi agama dengan

filsafat dengan klaim dari filsuf Yunani yang tidak

menayangkan fokus kesatuan dan keberadaan Allah.

Menurut Ibnu Miskawaih, Tuhan merupakan zat yang

tidak berjisim, azali, dan pencipta. Tuhan adalah esa

dalam segala aspek, tidak terbagi-bagi dan tidak ada

sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Tuhan ada tanpa

diadakan dan ada-Nya tidak tergantung pada yang lain,

sedangkan yang lain membutuhkannya. Tuhan dapat

dikenal dengan proposisi negatif karena memakai

proposisi positif berarti menyamakan-Nya dengan alam.

Ibnu Miskawaih menganut paham Neo-Platonisme

tentang penciptaan alam oleh Tuhan. Ibnu Miskawaih

menjelaskan bahwa entitas pertama yang memancar dari

Tuhan adalah ‘aql fa’al (akal aktif). Akal aktif ini bersifat

kekal, sempurna, dan tidak berubah. Dari akal ini timbul

jiwa dan dengan perantaraan jiwa timbul planet (al-falak).

Page 20: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Pancaran yang terus-menerus dari Tuhan dapat

memelihara tatanan di alam ini, menghasilkan materi-

materi baru. Sekiranya pancaran Tuhan yang dimaksud

berhenti, maka berakhirlah kehidupan dunia ini.

Kitab Taharat al-A'raq merupakan karya yang paling

tinggi dan menunjukkan fakta-fakta kompleksitas yang

konseptual sekali. Dalam karyanya itu, ia menetapkan

untuk menunjukkan bagaimana kita dapat mungkin

memperoleh watak yang baik untuk melakukan tindakan

yang benar dan terorganisir serta sistematis.

Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa adalah abadi dan substansi

bebas yang mengendalikan tubuh. Itu intisari berlawanan

pada tubuh, sehingga tidak mati karena terlibat dalam satu

gerakan lingkaran dan gerakan abadi, direplikasi oleh

organisasi dari surga. Gerakan ini berlangsung dua arah,

baik menuju alasan ke atas dan akal yang aktif atau

terhadap masalah kebawah. Kebahagiaan kami timbul

melalui gerakan keatas, kemalangan kami melalui

gerakan dalam arah berlawanan.

Page 21: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Pembahasan Ibnu Miskawaih tentang kebaikan dengan

menggabungkan ide Aristoteles dengan Platonic. Menurut

dia, kebaikan merupakan penyempurnaan dari aspek jiwa

(yakni, alasan manusia) yang merupakan inti dari

kemanusiaan dan membedakan dari bentuk keberadaan

rendah.

Bapak Etika Islam

Ibnu Miskawaih dikenal

sebagai bapak etika

Islam. Ia telah telah

merumuskan dasar-dasar

etika di dalam kitabnya

Tahdzib al-Akhlaq wa Tathir al-A’raq (pendidikan budi

dan pembersihan akhlaq). Sementara itu sumber filsafat

etika ibnu Miskawaih berasal dari filsafat Yunani,

peradaban Persia, ajaran Syariat Islam, dan pengalaman

pribadi.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak merupakan bentuk

jamak dari khuluq yang berarti peri keadaan jiwa yang

Page 22: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

mengajak seseorang untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tanpa difikirkan dan diperhitungkan

sebelumnya. Sehingga dapat dijadikan fitrah manusia

maupun hasil dari latihan-latihan yang telah dilakukan,

hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq

yang baik.

Kata dia, ada kalanya manusia mengalami perubahan

khuluq sehingga dibutuhkan aturan-aturan syariat,

nasihat, dan ajaran-ajaran tradisi terkait sopan santun.

Ibnu Maskawaih memperhatikan pula proses pendidikan

akhlaq pada anak. Dalam pandangannya, kejiwaan anak-

anak seperti mata rantai dari jiwa kebinatangan dan jiwa

manusia yang berakal.

Menurut dia, jiwa anak-anak itu menghilangkan jiwa

binatang tersebut dan memunculkan jiwa

kemanusiaannnya. ''Jiwa manusia pada anak-anak

mengalami proses perkembangan. Sementara itu syarat

utama kehidupan anak-anak adalah syarat kejiawaan dan

syarat sosial,'' ungkap Ibnu Miskawaih.

Page 23: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Sementara nilai-nilai keutamaan yang harus menjadi

perhatian ialah pada aspek jasmani dan rohani. Ia pun

mengharuskan keutamaan pergaulan anak-anak pada

sesamanya mestilah ditanamkan sifat kejujuran, qonaah,

pemurah, suka mengalah, mngutamakan kepentingan

orang lain, rasa wajib taat, menghormati kedua orang tua,

serta sikap positif lainnya.

Ibnu Maskawaih membedakan antara al-Khair

(kebaikan), dan as-sa’adah (kebahagiaan). Beliau

mengambil alih konsep kebaikan mutlak dari Aristoteles,

yang akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan

sejati. Menurutnya kebahagiaan tertinggi adalah

kebijaksanaan yang menghimpun dua aspek; aspek

teoritis yang bersumber pada selalu berfikir pada hakekat

wujud dan aspek praktis yang berupa keutamaan jiwa

yang melahirkan perbuatan baik. Dalam menempuh

perjalananannya meraih kebahagiaan tertinggi tersebut

manusia hendaklah selalu berpegangan pada nilai-nilai

syariat, sebagai petunjuk jalan mereka.

Ia berpendapat jiwa manusia terdiri atas tiga tingkatan,

yakni nafsu kebinatangan, nafsu binatang buas, dan jiwa

Page 24: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

yang cerdas. ''Setiap manusia memiliki potensi asal yang

baik dan tidak akan berubah menjadi jahat, begitu pula

manusia yang memiliki potensi asal jahat sama sekali

tidak akan cenderung kepada kebajikan, adapun mereka

yang yang bukan berasal dari keduanya maka golongan

ini dapat beralih pada kebajikan atau kejahatan,

tergantung dengan pola pendidikan, pengajaran dan

pergaulan.''

.

Page 25: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih

1. Riwayat Hidup Ibn Miskawaih

Nama Lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad

Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320

H/932 M di Rayy dan meninggal di Istafhan pada

tanggal 9 Shafar tahun 412 H/16 Februari 1030 M,

Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintahan

dinasti Buwaihiyyah (320-450 H/932-1062 M) yang

besar pemukanya bermazhab Syi’ah.

Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara

rinci, cuma sebagian antara lain terkenal

memepelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibn

Kamil al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibn al-

Akhmar dan mempelajari kimia dari Abi Thayyib.

Dalam bidang pekerjaan tercatat bahwa pekerjaan

utama Ibn Miskawaih adalah bendaharawan,

sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para

pemuka dinasti Buwaihiyyah. Selanjutnya, Ibnu

Misakawaih juga dikenal sebagai dokter, penyair dan

Page 26: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

ahli bahasa. Keahlian Ibnu Miskawaih dibuktikan

dengan karya tulisnya berupa buku dan artikel.

Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh

Ibnu Miskawaih ada 41 buah. Semua karyanya tidak

luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-

Akhlak), diantara karyanya adalah:

a) al-Fauz al-Akbar

b) Al-Fauz al-Asghar

c) Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir

besar yang ditulis pada tahun 369 H/979 M)

d) Usn al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa

dan kata-kata mutiara).

e) Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)

f) al-Musthafa (syair-syair pillihan).

g) Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)

h) al-jami’

i) al-Syiar (tentang aturan hidup)

j) Tentang pengobatan sederhana (mengenai

kedokteran)

Page 27: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

k) Tentang komposisi Bajat (mengenai seni

memasak)

l) Kitab al-Asyribah (mengenai minuman).

m) Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq)

n) Risalah fi al-Ladzdzat wa-Alam fi Jauhar al- Nafs

(naskah di Istanbul, Raghib Majmu’ah no. 1463,

lembar 57a-59a)

o) Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wal-Aql (dalam

majmu’ah tersebut diatas dalam raghib majmu’ah

di Istanbul)

p) al-Jawab fi al-Masa’il al-Tsalats (naskah di

Teheren, Fihrist Maktabat al-Majlis, II no. 634

(31)).

q) Risalah fi Jawab fi su’al Ali bin Muhammad Abu

Hayyan al-Shufi fi Haqiqat al-Aql (perpustakaan

Mashhad di Iran, I no 43 (137)).

r) Thaharat al-Nafs (naskah di Koprulu Istanbul no

7667).

Muhammad Baqir Ibn Zain al-Abidin al-Hawanshari

mengatakan bahwa ia juga menulis beberapa risalah

Page 28: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

pendek dalam bahasa Persi (Raudhat al-Jannah,

Teheran, 1287 H/1870 M hal. 70).

Mengenai urutan karya-karyanya kita hanya

mengetahui dari Miskawaih sendiri bahwa al-Fauz al-

Akbar ditulis setelah al-Fauz al-Asghar dan Tahzib al-

akhlak ditulis setelah Tartib al-Sa’adah.

2. Konsep Pendidikan Ibn Miskawaih

Pemikiran pendidikan Ibnu Miskawaih tidak dapat

dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan

akhlak. Untuk kedua ini dapat dikemukakan sebagai

berikut:

A. Dasar Pemikiran Ibnu Miskawaih.

a) konsep manusia

Ibn Miskawaih memandang manusia adalah

makhluk yang memiliki keistimewaan karena

dalam kenyataannya manusia memiliki daya

pikir dan manusia juga sebagai mahkluk yang

memiliki macam-macam daya. Menurut

dalam diri manusia ada tiga daya yaitu:

Page 29: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Daya bernafsu (an-nafs al-bahimiyyat)

sebagai daya terendah.

Daya berani (an-nafs as-sabu’iyyat)

sebagai daya pertengahan.

Daya berpikir (an-nafs an-nathiqat )

sebagai daya tertinggi.

Kekuatan berfikir manusia itu dapat

menyebabkan hal positif dan selalu mengarah

kepada kebaikan, tetapi tidak dengan kekuatan

berpikir binatang. Jiwa manusia memiliki

kekuatan yang bertingkat-tingkat:

Al-Nafs al-Bahimmiyyah adalah jiwa

yang selalu mengarah kepada kejahatan

atau keburukan.

Al-Nafs al-Sabu’iyyah adalah jiwa yang

mengarah kepada keburukan dan sesekali

mengarah kepada kebaikan.

Al-Nafs al-Nathiqah adalah jiwa yang

selalu mengarah kepada kebaikan..

Page 30: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Ketiga daya ini merupakan daya menusia yang

asal kejadiannya berbeda. Unsur rohani berupa

bernafsu (An-Nafs Al-Bahimmiyyat) dan

berani (al-Nafs as-sabu’iyyat) berasal dari

unsur materi sedangkan berpikir (an-nafs an-

nathiqat) berasal dari Ruh Tuhan karena itu

Ibn Miskawaih berpendapat bahwa kedua an-

nafs yang berasal dari materi akan hancur

bersama hancurnya badan dan an-nafs an-

nathiqat tidak akan mengalami kehancuran.

Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa hubungan

jiwa al-Bahimmiyat/as-syahwiyyat (bernafsu)

dan jiwa as-sabu’iyyat/al-ghadabiyyat (berani)

dengan jasad pada hakikatnya sama dengan

hubungan saling mempengaruhi.

b) konsep akhlak

Pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang

akhlak termasuk salah satu yang mendasari

konsepnya dalam bidang pendidikan. Konsep

Page 31: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

akhlak yang ditawarkannya berdasar pada

doktrin jalan tengah.

Ibn Miskawaih secara umum memberi

pengertian pertengahan (jalan tengah) tersebut

antara lain dengan keseimbangan atau posisi

tengah antara dua ekstrim, akan tetapi Ibn

Miskawaih cenderung berpendapat bahwa

keutamaan akhlak secara umum diartikan

sebagai posisi tengah antara ekstrim kelebihan

dan ekstrim kekurangan masing-masing jiwa

manusia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya

bahwa jiwa manusia ada tiga yaitu jiwa

bernafsu (al-bahimmiyah), jiwa berani (al-

Ghadabiyyah) dan jiwa berpikir (an-nathiqah)

Menurut Ibn Miskawaih posisi tengah jiwa

bernafsu (al-bahimmiyah) adalah al-iffah

yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan

maksiat seperti berzina. Selanjutnya posisi

tengah jiwa berani adalah pewira atau

keberanian yang diperhitungkan dengan

Page 32: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

masak untung ruginya. Sedangkan posisi

tengah dari jiwa pemikiran adalah

kebijaksanaan. Adapun perpaduan dari ketiga

posisi tengah tersebut adalah keadilan atau

keseimbangan.

Ketiga keutamaan akhlak tersebut merupakan

poko atau induk akhlak yang mulia. Akhlak-

akhlak mulia lainnya seperti jujur, ikhlas,

kasih sayang, hemat, dan sebagainya

merupakan cabang dari ketiga induk ahklak

tersebut.

Dalam menguraikan sikap tengah dalam

bentuk akhlak tersebut, Ibnu Miskawaih tidak

membawa satu ayat pun dari al-Qur’an dan

tidak pula membawa dalil dari hadits akan

tetapi spirit doktrin ajaran tengah ini sejalan

dengan ajaran islam. Hal ini karena banyak

dijumpai ayat-ayat al-Qur’an yang memberi

isyarat untuk itu, seperti tidak boleh boros

Page 33: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

tetapi juga tidak boleh kikir melainkan harus

bersifat diantara kikir dan boros.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu dalam

gerak dinamis mengikuti gerak zaman.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

pendidikan, ekonomi dan lainnya merupakan

pemicu bagi gerak zaman. Ukuran akhlak

tengah selalu mengalami perubahan menurut

perubahan ekstrim kekurangan dan ekstrim

kelebihan. Ukuran tingkat kesederhanaan di

bidang materi misalnya, pada masyarakat desa

dan kota tidak dapat disamakan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

doktrin jalan tengah ternyata tidak hanya

memiliki nuansa dinamis tetapi juga flexibel.

Oleh karena itu, doktrin tersebut dapat terus

menerus berlaku sesuai dengan tantangan

zamannya tanpa menghilangkan pokok

keutamaan akhlak.

Page 34: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

B. Konsep Pendidikan

Ibnu Miskawaih membangun konsep pendidikan

yang bertumpu pada pendidikan akhlak. Karena

dasar pendidikan Ibn Miskawaih dalam bidang

akhlak, maka konsep pendidikan yang

dibangunnya pun adalah pendidikan akhlak.

Konsep pendidikan akhlak dari Ibn Miskawaih

dikemukakan sebagai berikut:

a) Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan

Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap

bathin yang mampu mendorong serta spontan

untuk melahirkan semua perbuatan yang

bernilai baik sehingga mencapai

kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan

sejati.

b) Fungsi Pendidikan

Memanusiakan manusia

Sosialisasi individu manusia

Menanamkan rasa malu

Page 35: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

c) Materi Pendidikan Ahlak

Pada materi pendidikan Ibn Miskawaih

ditujukan agar semua sisi kemanusiaan

mendapatkan materi didikan yang memberi

jalan bagi tercapainya tujuan pendidikan.

Materi-materi yang dimaksud diabdikan pula

sebagai bentuk pengabdian kepada Allah

SWT. Ibnu Miskawaih menyebutkan tiga hal

yang dapat dipahami sebagai materi

pendidikan akhlaknya yaitu:

Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh

manusia

Hal-hal yang wajib bagi jiwa

Hal-hal yang wajib bagi hubungannya

Materi pendidikan akhlak yang wajib bagi

kebutuhan tubuh manusia antara lain shalat,

puasa dan sa’i. selanjutnya materi pendidikan

ahklak yang wajib dipelajari bagi kebutuhan

jiwa dicontohkan oleh Ibn Miskawaih dengan

pembahasan akidah yang benar, mengesakan

Page 36: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Allah dengan segala kebesaran-Nya serta

motivasi senang kepada ilmu dan materi yang

terkait dengan keperluan manusia dengan

manusia dicontohkan dengan materi ilmu

Muammalat, perkawinan, saling menasehati,

dan lain sebagainya.

Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan

Ibn Miskawaih memang terlihat mengarah

kepada terciptanya manusia agar sebagai

filosuf. Karena itu Ibn Miskawaih

memberikan uraian tentang sejumlah ilmu

yang dapat di pelajari agar menjadi seorang

filosuf. Ilmu tersebut ialah:

Matematika

Logika dan

Ilmu kealaman

Jadi, jika dianalisa dengan secara seksama,

bahwa berbagai ilmu pendidikan yang

diajarkan Ibn Miskawaih dalam kegiatan

pendidikan seharusnya tidak diajarkan

Page 37: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

semata-mata karena ilmu itu sendiri atau

tujuan akademik tetapi kepada tujuan yang

lebih pokok yaitu akhlak yang mulia. Dengan

kata lain setiap ilmu membawa misi akhlak

yang mulia dan bukan semata-mata ilmu.

Semakin banyak dan tinggi ilmu seseorang

maka akan semakin tinggi pula akhlaknya.

d) Pendidikan dan anak didik

Pendidik dan anak didik mendapat perhatian

khusus dari Ibn Miskawaih. Menurutnya,

orang tua tetap merupakan pendidik yang

pertama bagi anak-anaknya karena peran yang

demikian besar dari orang tua dalam kegiatan

pendidikan, maka perlu adanya hubungan

yang harmonis antara orang tua dan anak yang

didasarkan pada cinta kasih. Kecintaan anak

didik terhadap gurunya menurut Ibn

Miskawaih disamakan kedudukannya dengan

kecintaan hamba kepada Tuhannya, akan

tetapi karena tidak ada yang sanggup

melakukannya maka Ibn Miskawaih

Page 38: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

mendudukan cinta murid terhadap gurunya

berada diantara kecintaan terhadap orang tua

dan kecintaan terhadap Tuhan.

Seorang guru menurut Ibn Miskawaih

dianggap lebih berperan dalam mendidik

kejiwaan muridnya dalam mencapai kejiwaan

sejati. Guru sebagai orang yang dimuliakan

dan kebaikan yang diberikannya adalah

kebaikan illahi. Dengan demikian bahwa guru

yang tidak mencapai derajat nabi, terutama

dalam hal cinta kasih anak didik terhadap

pendidiknya, dinilai sama dengan seorang

teman atau saudara, karena dari mereka itu

dapat juga diproleh ilmu dan adab.

Cinta murid terhadap guru biasa masih

menempati posisi lebih tinggi daripada cinta

anak terhadap orang tua, akan tetapi tidak

mencapai cinta murid terhadap guru idealnya.

Jadi posisi guru dapat juga diproleh ilmu dan

adab.

Page 39: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Adapun yang dimaksud guru biasa oleh Ibn

Miskawaih adalah bukan dalam arti guru

formal karena jabatan, tetapi guru biasa

memiliki berbagai persyaratan antara lain: bisa

dipercaya, pandai, dicintai, sejarah hidupnya

tidak tercemar di masyarakat, dan menjadi

cermin atau panutan, dan bahkan harus lebih

mulia dari orang yang dididiknya.

Perlu hubungan cinta kasih antara guru dan

murid dipandang demikian penting, karena

terkait dengan keberhasilan kegiatan belajar

mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang

didasarkan atas cinta kasih antara guru dan

murid dapat memberi dampak positif bagi

keberhasilan pendidikan.

e) Lingkungan pendidikan

Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa usaha

mencapai kebahagiaan (as-sa’adah) tidak

dapat dilakukan sendiri, tetapi harus berusaha

atas dasar saling menolong dan saling

Page 40: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

melengkapi dan Ibnu Miskawaih juga

berpendapat bahwa sebagai makhluk sosial,

manusia kondisi yang baik dari luar dirinya.

Selanjutnya ia menyatakan bahwa sebaik-baik

manusia adalah orang yang berbuat baik

terhadap keluarga dan orang-orang yang

masih ada kaitannya dengannya mulai dari

saudara, anak, atau orang yang masih ada

hubungannya dengan saudara atau anak,

kerabat, keturunan, rekan, tetangga, kawan

atau kekasih.

Selanjutnya Ibn Miskawaih berpendapat

bahwa salah satu tabiat manusia adalah

memelihara diri karena itu manusia selalu

berusaha untuk memperolehnya bersama

dengan makhluk sejenisnya. Diantara cara

untuk mencapainya adalah dengan sering

bertemu. Manfaat dari hasil pertemuan

diantaranya adalah akan memperkuat akidah

yang benar dan kestabilan cinta kasih

sesamanya. Upaya untuk ini, antara lain

Page 41: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

dengan melaksanakan kewajiban syari’at.

Shalat berjama’ah menurut Ibn Miskawaih

merupakan isyarat bagi adanya kewajiban

untuk saling bertemu, sekurang-kurang satu

minggu sekali. Pertemuan ini bukan saja

dengan orang-orang yang berada dalam

lingkungan terdekat tetapi sampai tingkat yang

paling jauh.

Untuk mencapai keadaan lingkungan yang

demikian itu, menurut Ibn Miskawaih terkait

dengan politik pemerintahan. Kepala Negara

berikut aparatnya mempunyai kewajiban

untuk menciptakannya.

Karena itu, Ibn Miskawaih berpendapat bahwa

agama dan negara ibarat dua saudara yang

saling melengkapi satu dengan yang lainnya

saling menyempurnakan.

Lingkungan pendidikan selama ini dikenal ada

tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan

Page 42: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ibn

Miskawaih secara eksplisit tidak

membicarakan ketiga masalah lingkungan

tersebut. Ibnu Muskawaih membicarakan

lingkungan pendidikan dengan cara bersifat

umum, mulai dari lingkungan sekolah yang

menyangkut hubungan guru dan murid,

lingkungan pemerintah sampai lingkungan

rumah tangga yang meliputi hubungan orang

tua dengan anak. Lingkungan ini secara

akumulatif berpengaruh terhadap terciptanya

lingkungan pendidikan.

f) Metodologi Pendidikan

Metodologi Ibn Miskawaih sasarannya adalah

perbaikan akhlak, metode ini berkaitan dengan

metode pendidikan akhlak. Ibn Miskawaih

berpendirian bahwa masalah perbaikan akhlak

bukanlah merupakan bawaan atau warisan

melainkan bahwa akhlak seorang dapat

diusahakan atau menerima perubahan yang

diusahakan. Maka usaha-usaha untuk

Page 43: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

mengubahnya diperlukan adanya cara-cara

yang efektif yang selanjutnya dikenal dengan

istilah metodologi.

Terdapat beberapa metode yang diajukan Ibn

Miskawaih dalam mencapai akhlak yang baik.

Pertama, adanya kemauan yang sungguh-

sungguh untuk berlatih terus menerus dan

menahan diri (al-’adat wa al-jihad) untuk

memperoleh keutamaan dan kesopanan yang

sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa.

Metode ini ditemui pula karya etika para

filosof lain seperti halnya yang dilakukan

Imam Ghazali, Ibn Arabi, dan Ibn Sina.

Metode ini termasuk metode yang paling

efektif untuk memperoleh keutamaan jiwa.

Kedua, dengan menjadikan semua

pengetahuan dan pengalaman orang lain

sebagai cermin bagi dirinya. Adapun

pengetahuan dan pengalaman yang dimaksud

dengan pernyataan ini adalah pengetahuan dan

pengalaman berkenaan dengan hukum-hukum

Page 44: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

akhlak yang berlaku bagi sebab munculnya

kebaikan dan keburukan bagi manusia.

Dengan cara ini seorang tidak akan hanyut ke

dalam perbuatan yang tidak baik karena ia

bercermin kepada perbuatan buruk dan

akibatnya yang dialami orang lain. Manakala

ia mengukur kejelekan atau keburukan orang

lain, ia kemudian mencurigai dirinya bahwa

dirinya juga sedikit banyak memiliki

kekurangan seperti orang tersebut, lalu

menyelidiki dirinya. Dengan demikian, maka

setiap malam dan siang ia akan selalu

meninjau kembali semua perbuatannya

sehingga tidak satupun perbuatannya terhindar

dari perhatiannya.

Page 45: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Kesimpulan

Nama Lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn

Ya’qub Ibn Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H/932 M

di Rayy dan meninggal di Istafhan pada tanggal 9 Shafar

tahun 412 H/16 Februari 1030 M, Ibnu Miskawaih hidup

pada masa pemerintahan dinasti Buwaihiyyah (320-450

H/932-1062 M) yang besar pemukanya bermazhab

Syi’ah.

Pemikiran pendidikan Ibn Miskawaih tidak dapat

dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlak.

Konsep manusia adalah daya bernafsu (an-nafs al-

bahimmiyyat) sebagai daya terendah, daya berani (an-

nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan, daya

berpikir (an-nafs an-nathiqat) sebagai daya tertinggi.

Pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk

salah satu yang mendasari konsepnya dalam bidang

pendidikan. Konsep akhlak yang ditawarkannya berdasar

pada doktrin jalan tengah.

Page 46: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Dasar pendidikan Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak,

maka konsep pendidikan yang dibangunnya pun adalah

pendidikan akhlak. Konsep pendidikan ahklak dari Ibn

Miskawaih dikemukakan sebagai berikut:

Tujuan pendidikan akhlak

Materi pendidikan akhlak

Pendidikan dan anak didik

Lingkungan pendidikan

Metodologi pendidikan

Page 47: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

Referensi:

Nasution, Hasyimsyah, Dr., M.A., Filsafat Islam, Jakarta:

GMP, 1999.

Shubhi, Ahmad Mahmud, Dr., Filsafat Etika, Jakarta:

Serambi, 2001.

DIarsipkan di bawah: Filsafat | Tagged: al-Farabi,

Aristoteles, etika, Filsafat, filsafat Islam, Ibnu

Miskawayh, Ikhwan al-Shafa, moral, plato, plotinus,

sejarah

« Imaji dalam Puisi Menimbang Novel Filsafat »2

Tanggapan

kusmardiyanto, di/pada Nopember 29th, 2008 pada 9:55

pm Dikatakan:

seorang Nabi tidak berbeda dengan seorang filosof? …

apa nggak salah tuh?… mengingat Nabi itu orang yang

menerima wahyu dari Alloh dan pandangan hidupnya

didasarkan atas wahyu Alloh yang ia terima… adapun

pengetahuan Alloh itu meliputi segala sesuatu yang

nampak dan yang ghoib, masa lalu, masa sekarang, dan

Page 48: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

masa depan… Alloh yang menentukan mana al-haq dan

mana al-bathil dan yang paling tahu mana yang mambawa

maslahat/manfaat dan mana yang mambawa

mudhorot/mafsadat untuk manusia di dunia dan

diakherat.Adapun filosof pengetahuannya sangat terbatas,

parsial, sebatas pengalaman hidupnya dan pandangan

hidupnya didasarkan atas capaian-capaian akal dari hasil

olah pikir dia di dalam menyikapi pengalaman

hidupnya… ia tidak tahu mana al-haq dan mana al-bathil

karena ini hanya Alloh yang tahu… yang ia lakukan itu

adalah sebatas megeneralisasi karena ia tidak tahu seluruh

yang nampak lebih-lebih yang ghoib…ia mungkin hanya

tahu apa yang bermanfaat di dunia saja… lagi pula banyak

perselisihan hebat diantara para filosof itu sendiri… Jadi

bagaimana bisa seorang Nabi disamakan dengan seorang

filosof?…seorang Nabi bukan filosof karena dasar dari

pandangan hidupnya adalah wahyu Alloh, bukan buah

pikirannya sendiri… maka akan banyak membawa

manfaat bagi manusia jika ia berpedoman kepada wahyu

Alloh, al-qur’an, dan dengan ikhlas karena Alloh semata

mempraktekan semampunya dalam kehidupan sehari-hari

karena al-qur’an (termasuk di dalamnya as-sunnah)telah

Page 49: BIOGRAFI DAN KARYA IBNU MISKAWAIH

mencukupi kebutuhan manusia untuk mengarungi

kehidupan di dunia ini. Saya kuatir kalau orang

menjauhkan diri dari petunjuk Alloh, al-qur’an, dan

cenderung kepada filsafat dan kagum kepadanya akan

tersesat. Maka saya tinggalkan filsafat dan para filosof

siapapun dia muslim atau non muslim.