Upload
zachary-payne
View
96
Download
6
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tentang biofarmasi oral
Citation preview
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
1/72
BAHAN KULIAH
BIOFARMASI
PEMAKAIAN ORAL
M.T. SIMANJUNTAK
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
2/72
Pemberian obat per oral merupakan cara pemberian yang paling alamiah untuk
semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh. Fungsi alat-cerna adalah
menyerap sebagian besar bahan-bahan yang diperlukan untuk hidup.
1. PEMILlHAN PEMBERIAN PER ORAL
Pada pemberian obat per oral harus dipertimbangkan hal-hal yang merupakan
kontra indikasi, yaitu
- Keadaan pato-fisiologik penderita : suatu sediaan anti-rematik tidak dapat
diberikan per oral tanpa risiko dimuntahkan sebdum obat bereaksi (1).
- Pada cairan lambung yang asam, zat aktif tertentu dapat dirusak oleh enzimpencernaan seperti lipase, penisilinase tertentu, atau terjadinya pengikisan mukosa
(natrium salisilat berubah menjadi asam salisilat). Sediaan bersalut yang tahan
cairan lambung mungkin dapat mengatasi kelemahan tersebut.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
3/72
- Enrim Proteolitik dalam saluran cerna dapat merusak zat aktif polipeptida atau
protein (insulin, hormom, polipeptida, serum). Protein tertentu seperti enzim
pencerna dapat diberikan per oral karena adanya molekul-molekul pdindung dalam
saluran cerna.
- Enzim flora usus dapat pula berpengaruh pada sdulase dan sdulosa
penisilinase dan penisilina.
- Kadang-kadang terjadi interaksi antara zat aktif dan bahan cairan lamhung dan
selanjutnya membentuk senyawa kompleks yang sukar diserap, misal musin dan
streptomisina, garam empedu dan amonium kuartener.
- Tujuan farmakokinetik tidak selalu dapat dieapai dengan pemakaian sediaanoral. Bila dikehendaki zat aktif bekerja efektif yaitu agar segera mencapai kadar
dalam darah yang tinggi, maka penyerapan obat harus segera terjadi dan dalam
hal ini penggunaan per oral tidak menguntungkan.
- Beberapa zat aktif dimetabolisme pada membran usus dan dengan demikian
sebagian telah rusak saat memasuki aliran darah.
- Harus dipertimbangkan pula kemungkinan adanya efek lintasan pertama ("First
pass effeet") dan adanya klirens hepatik yang merupakan proses metabolisme yang
mengubah zat aktif menjadi hentuk yang tidak aktif, sehingga dengan demikian obat
tidak dapat diberikan per oral, misal lidokaina, progesteron, testosteron, oestradiol,
dan lain-lain).
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
4/72
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN cerna
2.1 Mulut
Mulut terbuka ke arah belakang menuju cavum pharyngis. Bagian atas
dibatasi olehpalatum, bagian bawah oleh dinding dasar mulut, bagian samping oleh
pipi. Dasar mulut tertumpu pada ligamen otot dan dari sinilah bagian lidah dimulai.
Mukosa dari permukaan lidah bagian atas tebal dengan penebalan yang
berbeda, hal ini karena ia mengandung papil-papil sensoris pengecapan.
Penyerapan relatif nol.
a. Mukosa
Permukaan bagian dalam mulut lebih sempit, ditutupi oleh lapisan mukosa
yang sangat tipis, bening dan agak melekat: adanya anyaman kapiler tight
junctionpada mukosa yang tipis tersebut memudahkan penyerapan. Selanjutnya
rpinsip ini digunakan untuk pemberian zat aktif per lingual.
b. Pengeluaran air liur (saliva)
Air liur yang dikeluarkan oleh berbagai kelenjar liur mempunyai komposisi yang
beragam sesuai asalnya.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
5/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
6/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
7/72
Semua bahan yang masuk ke dalam mulut akan dikunyah atau dihisap,
bercampur dengan air liur, dirasakan dan selanjutnya ditelan.
Jumlah air liur yang dikeluarkan berkisar antara 0,5-1 liter/hari.
Keasaman (pH) air liur akan mempengaruhi ionisasi zat aktif yang brsifat
asam lemah, atau agak netral dengan pH 6,7-7. pH air liur akan meningkat bila
debit air liur bertambah. Pada beberapa binatang pemakan tumbuhan, pH air
liurnya bersifat basa.
Osmolaritas air liur setengah dari osmolaritas plasma.Air liur terutama mengandung enzim ptialin yang merupakan suatu amilase
dengan pH aktivitas optimum 6,7. Proses hidrolisa ptialin terhadap amilum akan
berlanjut sekitar 30 menit di dalam lambung, walaupun pH-nya menurun karena
bercampur dengan cairan lambung.
Sejumlah kecil musin dikeluarkun oleh semua kelenjar liur dan terutama olehglandula parotis.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
8/72
2.1.2 Vaskularisasi Lintasan Penyerapan
Vaskularisasi daerah lidah terutama dilakukan oleh arteria lingualis dan arteria
facialis yang merupakan eabang arteria earotis.
Pembuluh nadi balik terdiri atas :
- vena facialis dan kolateralnya- vena lingualis, terutama vena raninus
Vena-vena tersebut bergabung membentuk vena besar dan masuk ke vena jugularis
interna.
Darah vena dari daerah mulut mengalir ke jantung dan selanjutnya mengalir ke
organ-organ tubuh lainnya dan kemudian memasuki hati. Semua zat aktif yang
diserap pada jalur ini tidak segera mengalami metabolisme. Jadi semua zat aktif
yang diserap pada jalur ini tidak segera mengalami metabolisme hepatik yang
dapat berakibat inaktivasi sebelum diedarkan ke seluruh tubuh atau yang kita kenal
sebagai "efek lintasan pertama hepatik".
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
9/72
b. Vaskularisasi getah bening
Pembuluh getah bening berasal dari semua bagian mulut. Pembuluh ini dapat
mencapai limfonoduli yang sangat tersebar dan dengan demikian membantu
penyerapan dan pembagian zat aktif tertentu.
KEADAAN OBAT DI DALAM MULUT
Sebagian besar bentuk sediaan yang diberikan per oral akan ditelan dengan atau
tanpa segelas air. Waktu tinggal di mulut sangat singkat untuk memungkinkan
terjadinya suatu penyerapan. Adanya air liur ternyata berpengaruh pada
penyerapan dan dapat memulai peruraian amilum. Sebaliknya bentuk sediaanyang dihisap (tablet-hisap), dikunyah (permen atau kapsul kunyah), melebur atau
melarut di bawah lidah (gloset) memerlukan kontak dengan air liur dan hal tersebut
akan memudahkan proses pelepasan zat aktif tertentu setelah terjadinya hidrolisa
amilum.
Bila obat harus diserap saat makan maka keberadaannya tergantung jumlah
makanan saat itu. Dalam hal ini, kontak dengan air liur relatif penting.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
10/72
2.2 OESOFAGUS
Oesofagus dimulai dari belakang rongga mulut sampai lambung serta dibatasi
oleh cardia lambung dan sphineterpharingo-oesophagiea yang membuka 0,5-1
detik saat penelanan. cardia merupakan saluran sempit yang relaks setelah
penelanan.
Oesofagus berukuran panjang 25 em dan diameter sekitar 3 em.
Dinding bagian dalam oesofagus dilapisi oleh mukosa tipis tanpa kelenjar
dengan epitel malfigi.Oesofagus dialiri oleh arteria oesophageae elan pembuluh balik vena porta.
Bagian superior didukung oleh sistem vena eava Superior.
Bolus (masa mamahan) yang ditelan berjalan sepanjang oesofagus dan
didorong oleh gelombang peristaltik lapisan otot. Gaya gravitasi berperan
sekunder sehingga tidak terlalu mempengaruhi pemberian obat pada penderita
yang berbaring.Gerakan peristaltik umumnya diawali dengan penelanan. Gerakan tersebut
merupakan kontraksi bergelombang dari oesafagus sepanjang beberapa
sentimeter yang bergerak dengan keeepatan 2-4 cm/detik.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
11/72
2.3. LAMBUNG
2.3.1. Anatomi
Lamhung merupakan sebuah kantong dengan panjang sekitar 25 cm dan 10 cmsaat kosong, volume 1- 1,5 liter pada dewasa normal. Lambung diakhiri dengan
pylorus yang merupakan pintu pembuka lewatnya isi lambung ke dalam organ
berikutnya yaitu duodenum.
Bagian atas lambung disebut fundus. Sejumlah udara tinggal di lambung
pada bagian fundus dan membentuk kantong udara.
2.3.2. Histo-fisiologi
Tebal dinding lambung sekitar 3 mm terdiri dari beberapa lapisan otot yaitu satu
lapisan luar dengan serabut otot memanjang dan lapisan dalam dengan ototmelingkar. Mukosa kelenjar yang tebal merupakan lapisan yang paling penting pada
penyerapan obat. Dinding tersebut menyerupai sarang lebah" karena adanya
lipatan-lipatan.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
12/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
13/72
Mukosa terdiri atas 4(empat) jenis sel penghasil getah :
- Sel utama (ehief eell) yang mengeluarkan pepsin dan labferment;
- Selparietal (oxyntie), yang menghasilkan ion H+dan el-. Sel-sel tersebut,
lebih kecil dari sel utama dan tidak terdapat pada daerah pylorus;- Permukaan mukosa dilapisi sel-sel epitel dan menghasilkan mukus yang sangat
kental;
- Sel "mukosa bening " menghasilkan mukus yang larut.
Sel-sel penghasil getah tersebut dapat digabungkan menjadi dua kelenjar utama :
-Kelenjar pylorus, terdiri atas sel mukosa dan mukoida yang mengasilkan getahalkali (sekitar 20 mEq/1 basa).
-Ke(enjar fundus yang menghasilkan asam, mengandung lebih banyak sel mukus
dan mukoida serta sel yang mengeluarkan pepsin dan yang menghasilkan asam
klorida.
3.2.1 Gelah lambungGetah lambung terdiri atas :
a. Enzim
- Pepsin : Enzim ini dikeluarkan dalam keadaan pro- enzim yaitu pepsinogen yang
merupakan bentuk inaktif. Pepsinogen berubah perlahan menjadi bentuk aktif
pepsin bila pH di bawah 6, perubahan ini dimulai dalam cairan lambung.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
14/72
Kalepsin : Enzim ini juga merupakan suatu enzim proteolitik yang pH
optimumnya lebih tinggi dari pH pepsin yaitu: 3,5.
Kimosut/Rennin : Enzim ini mengendapkan susu dan pengaruhnya terhadap
ketersediaanhayati dapat diabaikan.
Lipase, seperti yang telah dibiearakan terdahulu, pengaruhnya terhadap
ketersediaanhayati kurang efektif.
b. Asam Klorida (HCl)
Getah yang dikeluarkan oleh selparietal ekivalen dengan HCl 0,5 N, tetapi
selanjutnya diencerkan oleh getah lainnya sehingga pH cairan lambung akhirnyamendekati 1(satu). Dalam cairan lambung konsentrasi maksimun asam klorida
adalah 145 mEq/1.
e. Mukus
Mukus merupakan senyawa yang sangat kental, dikeluarkan bersamaandengan bikarbonat oleh sel-sel mukosa tertentu. Mukus ini melapisi semua mukosa.
Jadi peranan mukus adalah melindungi mukosa lambung terhadap cerna-diri oleh
pepsina. Semua rangsangan pada mukosa akan meningkatkan pembentukan
mukus.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
15/72
d. Air
Air bergerak secara pasif, dari sel menuju lumen lambung, dan akan
diserap kembali di usus halus.
e. Faktor intrinsik
Faktor instriksik disebabkan oleh adanya mukoprotein termolabil yang
dihasilkan oleh sel utama. Gabungan mukoprotein dan vitamin B12 akan
membentuk kompleks sedemikian sehingga vitamin B12 dapat diserap.
f. Faktor bifidogen
Di samping berbagai getah utama, getah lambung mengandung pula faktor
bifidogen yaitu senyawa spesifik golongan darah, asam polisakarida (heparin), dan
lain-lain.
2.3.2.2 Volume Isi Lambung
Menurut beberapa peneliti, selama puasa lambung dapat menghasilkan
10-60 ml/jam cairan asam bila dilakukan pemasangan pipa. Pada saat puasa atau
di luar waktu makan dapat terjadi pengeluaran karena rangsangan psikis dan pada
keadaan ini tampaknya lambung hanya mengandung cairan yang bersifat asam
Iemah. Pemberian sediaan padat per oral saat puasa sebaiknya disertai segelas
air, agar mempercepat terjadinya peluruhan, pelarutan dan transit.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
16/72
Dengan demikian nyatalah bahwa bentuk bentuk sediaan yang diberikan per
oral dapat mempunyai ketersediaanhayati yang berbeda-beda tergantung pada
penelanan:
- dengan atau tanpa air (peningkatan laju pelarutan, penurunan derajat
keasamaan karena pengenceran proses transit dipercepat bila subyek berpuasa).- Sebelum atau selama makan, awal atau akhir makan : keasamaan dan sekresi
proteolitik akan meningkat pada akhir makan.
2.3.2.3 pH Isi Lambung
Keasamaan (pH) cairan lambung mendekati satu, tetapi karena adanyapengenceran biasanya pH dapat berada antara 1 dan 3. Pengukuran pH sekresi
lambung pada umumnya dilakukan dengan pengambilan melalui pipa, sedangkan
pengukuran pH pada binatang dengan menusukkan fistula ke lambung melalui
kulit.
Pengukuran pH cairan lambung dengan elektroda gelas yang dimasukkan kedalam lambung memberikan hasil yang baik. Pada 42 subyek berpuasa,
Archambaulitmenemukan bahwa pH cairan lambung rata-rata adalah 1,7.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
17/72
Kapsul Heidelberg" merupakan suatu pemancar transistor dengan frekuensi tinggi
yang peka pada pH, berukuran seperti kapsul, dan dapat ditelan oleh pasien.
"Kapsul" tersebut mengeluarkan gelombang ultra pendek yang dapat ditangkap
oleh antena berbentuk ikat pinggang yang melingkar di perut pasien. Dengan
memperbesar frekuensi gelombang yang dipancarkan sebagai fungsi daritegangan maka data direkam langsung dalam unit pH. Setelah kapsul berfungsi
selama 2-3 jam sejak diberikan lewat mulut maka diperoleh suatu gambaran
keadaan lambung dan bagian pertama usus halus.
Keadaan lapisan mukosa yang kurang asam dibandingkan dengan cairan
sekitarnya dapat meningkatkan fraksi zat aktif tak terionkan dan selanjutnya akanmempengaruhi penyerapan.
2.3.2.4 Konsistensi isi lambung
Kekentalan cairan lambung sangat berperan dan pemberian obat saat
puasa bersamaan dengan segelas air akan meningkatkan secara nyata lajupelarutan. Masa hancuran makanan dapat melewati pylorus hanya jika konsistensi
hancuran tersebut lebih encer dari "sop encer".
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
18/72
2.3.2.5 Tegangan permukaan isi Iambung
Tegangan permukaan cairan lambung relatif rendah (38-47 dyne/cm2),
oleh sebab itu mempunyai kemampuan membasahi. Senyawa-senyawa yang dapat
mengurangi tegangan permukaan cairan lambung misalnya garam empedu juga
mampu memacu aliran cairan menuju duodenal.
2.3.2.6 Gerakan Lambung dan Waktu-lewat
Para peneliti menyimpulkan bahwa gerakan lambung tidak sangat kuat
dan terjadi secara peristaltik. Gerakan tersebut merupakan gelombang kontraksi
yang dimulai dari daerah fundus bagian tengah dan berpindah menuju pylorus.Gerakan dimulai 5-10 menit sesudah makanan masuk ke dalam lambung dan
terjadi selama 4-6 gerakan setiap menit dan selanjutnya mencapai pylorus dalam
waktu 20 detik. Dengan demikian makanan tertimbun pada lapisan berikutnya tanpa
energi pengadukan.
Sediaan obat yang diserap tereampur dengan masa makanan tanpa
benar-benar teraduk bila ia berada dalam daerahpylorus. Pelepasan, pelarutan danpenyerapan di lambung terjadi dengan lambat bila obat digunakan bersamaan atau
setelah makan. Sebaliknya saat puasa dan disertai dengan segelas air, ketiga fase
tahapan pre-disposisi obat akan terjadi secara efektif.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
19/72
Waktu t ing gal dalam lamb ung di t ingkatkan oleh faktor faktor:
- Volume
- Konsistensi
- Keasaman (pH)- Kandungan bahan berlemak, asam lemah, bahan pencerna daging, gula.
(Bahan-bahan tersebut terinduksi oleh kontak dengan mukosa duodenum,
sekresi hormon, enterogastron, dan akan menghambat pengosongan
lambung.
- Hipertonisitas larutan garam atau gula.
- Emosi yang menyebabkan penutupanpylorus.
Posisi tidur pada sisi kanan (13).
Pengo song an lamb ung dipercepat oleh:
- Kebasaan
- Gas CO2akan meningkatkan kontraksi, mempercepat pengosongan lambung
jadi tablet bergas (efervesen) akan segera diteruskan ke doudenum.
- Posisi tidur pada sisi kiri (13)
- Keadaan berjalan.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
20/72
2.3.3 Vaskularisasi Lintasan Penyerapan
a. Vaskularisasi Darah
Debit darah pada lambung adalah 250 ml/menit (13). Pembuluh darah
arteri yang mengalir ke lambung berasal dari arteria coeliaca yang mengikuti dua
lekukan lambung. Sejalan dengan vena, darah arteri tersebut menuju hati dengan
perantaraan vena porta, sehingga dengan demikian darah akan mengaliri lambung.
b. Vaskularisasi getah bening (limfe)
Pembuluh getah bening pada saluran cerna berasal dari jaringan sub-
mukosa dan sub-serosa. Pembuluh tersebut berkumpul lagi dalam limfonoduli disekitar pembuluh arteri besar dan dalam simpul yang lebih kecil di dekat collateral.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
21/72
2.4. USUS HALUS
2.4.1. Anatomi
Usus halus merupakan lanjutan lambung yang terdiri atas 3 (tiga) bagian
yaitu duodenum yang terfiksasi,jejunum dan ileum yang bebas bergerak. Diameter
usus halus beragam tergantung pada letaknya (2-3 em) dan panjang keseluruhan
antara 5-9 m. Panjang tersebut akan berkurang oleh gerakan regangan otot, yang
melingkari peritoneum.
Duodenum relatif pendek (etimologik 12 jari) terdiri atas beberapa simpangan.
Panjang jejunum dan ileum sekitar 6 meter, terbentuk atas 14-15 lipatanlipatanseperti telinga.
(keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Aiache halaman 247).
2.4.2. Histologi
secara histologik, usus halus terdiri atas 5 lapisan melingkar, berupa lapisan otot(museulus) dan lapisan lendir (mukosa). Lapisan yang paling dalam (lapisan
mukosa) sangat berperan pada proses penyerapan obat.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
22/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
23/72
Mukosa usus halus, kecuali yang terletak pada bagian atas duodenum berbentuk
lipatan-lipatan atau disebut juga valvula conniventes. Lipatan-lipatan inilah yang
berfungsi sebagai permukaan penyerapan dan penuh dengan villi yang tingginya
0,75-1 mm dan selalu bergerak. Adanya villi ini lebih memperluas permukaan
mukosa penyerapan hingga 40-50 m2.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
24/72
Fungsi utama usus halus adalah fungsi penyerapan dan fungsi pencernaan
oleh pengeluaran enzim. Sel-sel yang menyusun mukosa penyerap terdiri dari 2
jenis utama yaitu :- Sel yang berfungsi sebagai penyerap yaitu enteroeyte
Sel-sel tersebut berbentuk silinder, ramping, pilar-pilarnya tersusun seperti
lempeng (kekakuannya seperti helai bulu sikat)
- Sel yang berfungsi sebagai penghasil getah :
* Sel goblet menghasilkan mukus yang melindungi mukosa terhadap getah
lambung, terhadap kerja enrim proteolitik.* Sel enteroehromaffine menghasilkan serotonin yang berperan pada motilitas
usus.
Diantara vili-vili usus terdapat kelenjar tubulus Lieberkuhn, yang terdiri atas
ketiga jenis sel penghasil getah atau yang disebut juga sel Paneth yang dipenuhi
oleh granulasi proenzim.
Pada duodenum terdapat kelenjar Brunner yang dikelompokkan sebagai sel
mukus.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
25/72
2.4.3. Fisio logi
Duodenum dan bagian pertama jejunum mempunyai fungsi pencernaan yang
sangat nyata, sedangkan bagian kedua jejunum dan ileum fungsi penyerapannya
lebih berperan.
2.4.3.1 Fungsi Penggetahan
Proses penggetahan terjadi pada berbagai sumber yaitu pankreas, kantong
empedu dan usus.
a. Getah pankreas
Getah eksokrin pankreas berasal dari aeini seeretoris dan disalurkan ke dalam
bagian kedua duodenum. Getah pankreas merupakan cairan agak kental (karena
mengandung musin), pH alkalis (8-9) karena mengandung bikarbonat yang pekat
(80-120 mEq/1) dan bersifat isotonik terhadap plasma. Pada keadaan puasa tidak
terjadi pengeluaran getah pankreas dan hanya akan dikeluarkan bila ada makananmasuk ke mulut (refleks neorogenik) dan bila terjadi kontak dengan getah kimus
(ehynme aeid) yang berasal dari lambung. Pengeluaran getah kimus tersebut
dikendalikan oleh aksi hormon sekretin dan pankreosimin.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
26/72
Pengaktifan terjadi di usus, terutama karena adanya enzim dalam cairan usus.
Enzim-enzim tersebut jenisnya banyak dan aktif pada berbagai jenis substrat
Enzim-enzim tersebut adalah :
- Amilase : Enzim tersebut berfungsi memutuskan ikatan amilum 1-4 glukosidik dan
menghasilkan molekul maltose.Stabil pada pH 4-11, dan pH optimalnya adalah 7.
- Lipase : Enzim ini berfungsi menghidrolisa trigliserida dari asam Iemah, merusak
sempurna pada asam lemak rantai pendek (e4-eIO) dan merusak sebagian pada
asam lemak yang berantai lebih panjang. Aktif pada pH dengan pH optimum sekitar
8. Lipase diaktifkan oleh garam empedu menurut dua eara yaitu :Pengaktifan spesifik di satu sisi,
Pengemulsian gliserida di sisi yang lain.
- Kolesterol esterase yang mengesterifikasi kolesterol agar dapat diserap
- Enzim proteolitik, tripsin, kimotripsin dan karboksi peptidase yang dikeluarkan
dalam bentuk proenzim inaktif dan diaktifkan dengan pemutusan rantai polipeptidaoleh senyawa-senyawa yang terdapat dalam duodenum :
tripsinogen menjadi tripsin
kimotripsinogen menjadi kimotripsin
prokarboksipeptidase menjadi karboksipeptidase.
- Ribonuklease dan deoksiribonuklease : Enzim tersebut bereaksi dengan asam
nukleat membentuk nukleotida.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
27/72
b. Getah Empedu
Getah empedu merupakan cairan kuning berlendir, kental, mempunyai pH 6 dalam
kantong empedu dan pH 7-7,5 saat memasuki duodenum.
Kandungan getah empedu adalah :- musin,
- garam empedu, yang merupakan turunan asam kolat terkonjugasi dengan taurin
(asam taurokolat) atau dengan glisin (asam glikolat). Di duodenum getah diserap
kembali dan memasuki hati lewat vena porta. Hal tersebut merupakan daur entero-
hepatik garam empedu.
e. Sekresi usus halus
Pada bagian pertama duodenum, ditemukan valvula eonni ventes dan jonjot usus
(villi intestinalis), kelenjar Brunner yang mengeluarkan cairan sangat berlendir
karena mengandung musin yang banyak, dan bersifat alkalis pH 8 karena
mengandung banyak bikarbonat yang berfungsi sebagai dapar. Bikarbonatberperan melindungi mukosa duodenum dengan eara menetralkan kimus yang
berasal dari lambung.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
28/72
Enzim yang dihasilkan mukosa tersebut antara lain :
erepsine : gabungan peptidase yang menyempurnakan pemeeahan protein;
nuklease dan nukleotidase yang memeeah dislokasi asam nukleat beriinti purin
dan pirimidin;
enzim yang menghidrolisa gula : invertase/sakarose menghidrolisa sakarosa,
maltase menghidrolisa maltosa, laktose menghidrolisa laktosa.
2.4.3.2pH Isi Usus Halus
Getah pencernaan yang masuk ke dalam usus halus pada umumnya
bersifat basa dengan pH sekitar 8. Kebasaan ini menetralkan asam kimus darisaluran cerna yang masuk ke dalam usus dan relatif masih bersifat asam didalam
duodenum. Saat memasuki jejunum, secara bertahap dan secara perlahan mulai
dinetralkan hingga saat berada di bagian akhir ileum pH nya menjadi agak basa (pH
7,5-8).
2.4.3.3 Konsistensi Isi Usus HalusKonsistensi isi usus halus berupa pasta lunak pada bagian superior dan
agak eair pada bagian inferior. Oleh sebab itulah kontak dengan getah cerna dan
mukus penyerap menjadi lebih baik.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
29/72
2.4.3.4 Tegangan Permukaan di dalam Usus Halus
Tegangan permukaan dalam usus halus secara nyata diturunkan oleh adanya
garam-garam empedu.
2.4.3.5 Gerakan Usus Halus saat Transit
a. Gerakan segmentasi
Gerakan tersebut merupakan rangkaian kontraksi yang tidak disebabkan oleh
asam kimus, tetapi karena bercampur dengan getah cerna dan meningkatkan
kontak dengan jonjot usus (villi intestinalis) (dimana terjadi peningkatanpenyerapan) dan yang mendorong darah dan getah bening dari pembuluh darah
usus menuju hati dan dada (thorax).
b. Gerakan peristaltik
Gerakan peristaltik terjadi akibat regangan usus karena adanya aksi volume
makanan yang meningkat. Gerakan tersebut merupakan gelombang pengkerutan
yang terjadi liba-tiba dalam beberapa menit.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
30/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
31/72
e. Gerakan penduler
Gerakan penduler terjadi pada lengkungan usus, menghambur keseluruh
dinding usus dan menecampur homogen semua isi usus.
Sphineter ileoeaeeal (gelang usus) yang mengatur perjalanan isi usus biasanya
tertutup, gelang tersebut akan terbuka bila tiba sebuah gelombang peristaltik lewat
dan setiap gerakan melewatkan 2 ml isi usus halus. Gerakan yang perlahan ini
disebabkan adanya hambatan pada bagian akhir ileum, hingga memungkinkan
adanya suatu penyerapan di tempat tersebut.
2.4.4. Vaskularisasi Lintasan Penyerapan
a. Vaskularisasi darah.
Jumlah aliran darah pada usus halus sekitar 900 ml/menit. Puasa
memperlambat aliran darah, hal yang sama terjadi bila zat aktif merupakan
vasokonstriktor. Pengurangan jumlah aliran darah menyebabkan penurunan
penyerapan karena adanya perubahan konsentrasi di kedua sisi membran biologik
dan selanjutnya terjadi hambatan transpor aktif karena pengurangan kandunganoksigen.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
32/72
b. Vaskularisasi getah bening
Setiap jonjot usus mempunyai eertral laeteal. Gerakan jonjol - jonjot tersebut
mencerminkan kandungan pembuluh getah bening.yang menuju kanal yang
menyatu. Seperti yang kita ketahui ada 2(dua) jaringan pembuluh getah bening
yaitu yang terdapat di sub-mukosa dan sub-serosa.
2.5. USUS BESAR (KOLON)
2.5.1 Anatomi
Posisi usus besar seperti kerangka pigura. Berukuran panjang 1,4-1,8 meter dan
diameternya ke arah distal semakin membesar. Usus besar dibedakan atas :- Usus besar menaik (eolon aseendens) dimulai dari eaeeum, segmen yang
membesar dengan bentukan vertikel berupa appendix/usus buntu. eolon
aseendens ini pendek berukuran sekitsr 15 em dan berdiameter eukup besar (6
em) dan terfiksasi.
- Usus besar melintang (eolon transverstun), mengambang dan berukuran panjang
sekitar 50 em dan berdiameter 4-5 em. Muneul dari sudut hepatik (flexura hepatiea)menuju sudut limpa (lien) dan sebagian besar menempel pada lengkungan
lambung.
- Usus besar menurun (eolon deseendens), melekat dan relatif pendek (12 em),
berdiameter kecil (3 em).
- eolon ileoeaeeal, diLinjutkan dengan eolon pelvinal atau signtoida yang muaranya
lebih lebar.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
33/72
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
34/72
2.5.2. Histologi
Usus besar mempunyai 4(empat) lapisan yang terdiri atas banyak lapisan serabut
longitudinal atau sirkuler dan mukosa yang kaya akan elemen limfoid yang tebal
dan berlipat tetapi tidak didapatkan valvula eorutiventes dan villi intestinalis.
Pada usus besar terdapat :- Sel-sel pipih bergaris
- Sejumlah sel goblet yang menghasilkan mukus untuk melieinkan lewatnya
bahan-bahan feses.
- Glandula lieberkuhn
2.5.3. Fisiologi
2.5.3.1 Fungsi Penggetahan
Di usus besar, aktivitas penggetahan sangat Iemah. Kemampuan mencerna
oleh enzim di usus besar mendekati nol. Getah tersebut merupakan cairan jernih
dan sangat kental karena konsentrasi mukus yang tinggi. Rangsangan
pengeluaran enzim terjadi secara mekanik.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
35/72
2.5.3.2 pH Isi Usus Besar
Pada bagian akhir ileum, pH berkisar antara 7,5-8, tetapi di eaeeum hidup flora
mikroba yang dapat merusak lapisan selulosa tertentu untuk mendapatkan zat
tepung. elostridium tertentu yang berada di eaeeum menghasilkan selulose yang
sangat aktif. Dalam proses fermentasi tersebut dihasilkan karbohidrat yangmengkatalisir pelepasan asam formiat, asetat, laktat, propionat, dan butirat (10-15
meq/l).
2.5.3.3 Konsistensi isi usus besar
Penyerapan kembali air di usus besar menyebabkan terjadinya pengentalan secaranyata isi usus besar hingga bahan-bahan feses dalam eolon sigmoid mencapai
konsistensi pasta. Di sini garam-garam empedu tidak ditemukan lagi.
2.5.3.4 Gerakan Usus Besar dan Transit
eaeeum dan usus besar sebelah kanan mengalami gerakan peristaltik dan anti
peristaltik, sehingga isi usus dapat bergerak.ealon transversum dikosongkan 2-3 kali setiap hari ke dalam eolon deseendens
diikuti oIeh kontraksi yang makin kuat. Usus besar Iebih leluasa bergerak dan
kontraksinya diiringi kontraksi segmen, sehingga dapat mengalirkan isi usus.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
36/72
Transit merupakan akibat dari gerakan tersebut yang relatif pelan. Menurut Bonfils
(3) perpindahan isi usus besar sebelah kanan akan berlangsung selama 6-9 jam
dan bila ada stagnasi akan berhenti selama 6-10 jam.
2.5.4 Vaskularisasi Lintasan Penyerapan
a. Vaskularisasi Darah
Usus besar mendapatkan aliran darah dari arteria mesenterieum superior. dan
inferior.
Pembuluh darah balik pada usus besar adalah :
- Vena mesenterieum superior yang mengalir darah dari eaeeum dan usus besar
sebelah kanan,- Vena mesenterieum inferior yang mengalirkan darah dari sigmoid atau sigmioida.
- Bila akan diraneang suatu obat per oral dengan penyerapan efektif pada saluran
cerna, maka harus dipertimbangkan kemungkinan lewatnya obat melalui hati dan
akibat-akibat yang ditimbulkan seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
b. Vaskularisasi getah bening
Seperti pada semua saluran cerna, terdapat 2 (dua) rangkaian pembuluh getah
bening yaitu yang sub-mukosa dan sub-serosa. Jaringan ini dikeluarkan oleh
limfonoduli coeliaca sub-mukosa. Di samping kanan terdapat ileocoeliaca yang
sangat penting.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
37/72
3. FAKTOR PATO-FISIOLOGIK YANG BERPERAN PADA PENYERAPAN
OBAT PERORAL
3.1 FAKTOR FISIOLOGIK
3.1.1 Permukaan Penyerapan
Mukosa lambung dapat menyerap obat yang diberikan per oral, dan
tergantung pada keadaan, lama kontak menentukan terjadinya penyerapan pasif
dari zat aktif lipofil dan bentuk tak terionkan pada pH lambung yang asam (asam
lemah seperti asam salisilat, barbiturat).
Usus halus mempunyai luas permukaan penyerap 40-50 m2. Penyerapanpasif dapat terjadi secara kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan
peranan pH yang akan mengionisasi zat aktif atau menyebabkan pengendapan.
sehingga penyerapan hanya terjadi pada daerah tertentu.
3.1.2. Umur
Saluran cerna pada bayi yang baru lahir bersifat sangat permeabel dibandingkanbayi yang berumur beberapa bulan.
Terjadinya keadaan dosis-lebih disebabkan oleh adanya penyerapan tak
terkontrol.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
38/72
3.1.3. Sifat Membran Biologik
Sifat membran biologik sel-sel penyerap pada mukosa pencernaan akan
mempengaruhi proses penyerapan. Sifat utama lipida memungkinkan terjadinya
difusi pasif zat aktif dengan sifat lipofil tertentu dari bentuk yang tak terionkan di
lambung dan terutama di usus besar.
3.1.4. Laju Pelewatan dan Waktu Tinggal Dalam Lambung
Laju transit dan waktu tinggal di lambung merupakan salah satu faktor
yang sangat penting, yang mempengaruhi intensitas penyerapan. Suatu zat aktif
yang sukar diserap di lambung seharusnya tidak tinggal lama di lambung. Oleh
sebab itulah waktu pengosongan lambung sebaiknya diusahakan terjadi Iebiheepat. Sebaliknya bila transit di usus berjalan lambat, hal tersebut menguntungkan
bagi zat aktif yang hanya diserap pada bagian tertentu saluran cerna, terutama
dalam hal transpor aktif.
Faktor yang meningkatkan waktu pengosongan lambung :
Volume,Konsistensi
Keasaman,
Kandungan bahan-bahan tertentu yang berada di saluran cerna.
Hipertonisitas,
Keadaan emosi,
Posisi berbaring pada sisi kanan.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
39/72
3.1.5 pH dan perubahan pH karena formulasi
Derajat keasaman pH cairan saluran cerna berbatas 1-8, sehingga memungkinkan
terjadinya pelarutan sebagian besar zat aktif pada daerah tertentu di saluran cerna.
Jadi pH merupakan faktor yang mempengaruhi seluruh proses penyerapan.
Menurut teori "partisi pH", hanya bentuk zat aktif tak terionkan yang
mengalami penyerapan pasif, dan ditinjau dari pH lambung dan usus maka hanya
zat aktif yang bersifat asam lemah yang dapat diserap di lambung dan yang bersifat
basa lemah diserap di usus. Tampaknya ada kekeliruan yang menyelimuti
pernyataan tersebut yaitu :- pH duodenum dan bagian pertama jejunum masih agak asam, dan dengan
besarnya luas permukaan penyerapan maka masih dimungkinkan terjadi
penyerapan senyawa asam lemah dalam jumlah yang berarti.
- pH mukosa lebih mempengaruhi penyerapan senyawa yang terlarut
dibandingkan pH cairan. Telah dieatat adanya masalah dengan lapisan mukus alkali
lemah pada mukosa usus. Hal tersebut dapat mempengaruhi teori yang berlakudan telah diterima.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
40/72
Perubahan pH dengan formulasi
Hampir tidak mungkin membuat formula yang sesuai dengan keragaman pH
seluruh usus, sebaliknya hal tersebut dapat dilakukan pada cairan lambung
dengan tujuan untuk :
meningkatkan ketersediaanhayati zat aktif yang tak larut pada pH lambung(asam salisilat menjadi lebih larut).
mengurangi iritasi bentuk asam dari zat aktif (salisilat),
meneegah peruraian yang disebabkan oleh keasaman cairan lambung.
3.1.6. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan pada cairan usus menurun karena adanya garam empedu.
3.1.7 Kekentalan
Kekentalan relatif dari cairan cerna berpengaruh pada proses penyerapan,
yaitu dengan menghambat pembasahan partikel dan menekan laju pelarutan.Kekentalan juga menghambat proses difusi molekul zat aktif saat proses
pelarutan di mukosa penyerap.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
41/72
3.1.8. Isi Saluran cerna yang Dapat Mengubah Aksi Zat Aktif
. a. Musin
Senyawa ini merupakan mukopolisakarida alami yang melapisi saluran
cerna, dapat membentuk kompleks dengan zat aktif dan menghambat proses
penyerapan.
b. Garam Empedu
Konsentrasi garam empedu, bahan penurun tegangan permukaan fisiologik berada
di atas konsentrasi miseler kritik (eMe). Jadi dapat terjadi interaksi antara garam
empedu dan zat-zat aktif dengan miselinisasi yang dapat "melarutkan zat aktiftertentu yang tidak larut dalam air dan dengan demikian memperbaiki
penyerapannya.
e. lon-ion tertentu : ea, Mg, Fe
Molekul-molekul tertentu dengan ion-ion bervalensi dua atau tiga, seperti
kalsium atau magnesium akan membentuk kelat yang tak terserap.
d. Flora Usus
Flora usus menge]uarkan enzim, misalnya penisilinase yang menginaktifkan zat aktif tertentu.
E i
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
42/72
e. Enzim
Enzim dapat merusak zat aktif tertentu. misalnya zat aktif peptida dirusak
oleh enzim proteolitik (insulin, ositosin).
Kadang-kadang terjadi hal yang sebaliknya, enzim tersebut merangsang
pembentukan metabolit aktif yang semula tidak aktif misalnyn esterasemenghidrolisa kloramfenikol palmitat menjadi kloramfenikol aktif.
3.2. FAKTOR PATOLOGI
Faktor patologi berpengaruh pada 3 hal utama, yaitu penggetahan, pergerakan dan
penyerapan.
3.2.1. Gangguan Fungsi Penggetahan
Psikis merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat
proses pengeluaran getah. Pada orang Pemarah akan terjadi peningkatan
pengeluaran getah dan sebaliknya akan terjadi hambatan pengeluaran getah pada
seseorang yang depresif.
3.2.2 Gangguan Transit
Waktu tinggal dalam lambung berkurang pada keadaan duodenal (UIeus
duodenalis), keeemasan dan meningkatnya aktivitas (parasymphatieotonieal).
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
43/72
Waktu tinggal dalam lambung pada umumnya akan meningkat pada keadaan :
penyempitan pilorus (stenose phylorus)
tukak lambung (uleus ventrieuli) pada bagianjuxta pylorus
kelainan pembuluh darah tertentu
sprue myxeodemia (salah satu bentuk peradangan kelenjar)
3.2.3. Gangguan Penyerapan
a. Pengurangan luas pemukaan penyerap
-Pembedahan
-Anomalib. perubahan Media Usus
e. Tidak adanya molekul pembawa
d. Hambatan pada pembuluh balik darah
5 KINETIKA PELEPASAN ZAT AKTIF DARI SEDIAAN ORAL
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
44/72
5. KINETIKA PELEPASAN ZAT AKTIF DARI SEDIAAN ORAL.
FAKTOR TEKNOLOGI DAN FORMULASI YANG BERPENGARUH
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
45/72
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
46/72
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
47/72
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
48/72
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
49/72
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
50/72
6. SEDIAAN ORAL DENGAN KETERSEDIAANHAYATI TERKENDALISampai saat ini telah dibahas berbagai faktor yang mempengaruhi
ketersediaanhayati suatu obat.
Kadang-kadang seorang formulator diminta untuk mengubah
ketersediaanhayati suatu obat dengan berbagai tujuan, misalnya untukmendapatkan efek penyembuhan lebih eepat, lama, teratur atau lebih tertuju pada
tempat tertentu yang dikehendaki hingga penyembuhan penyakit lebih eepat, untuk
waktu kerja yang lebih lama dan untuk pengurangan efek toksik dan dengan
efektivitas penyembuhan yang optimum
6 1 MEMPERPENDEK WAKTU LATEN
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
51/72
6.1 MEMPERPENDEK WAKTU LATEN
Telah dijelaskan berbagai faktor formulasi dan teknologi yang berpengaruh
pada laju pelepasan, pelarutan dan laju penyerapan zat aktif .
6.1.1 Memilih Bentuk SediaanBentuk sediaan eair (terutama larutan) memungkinkan terjadinya
penyerapan yang lebih eepat dibandingkan dengan sediaan bentuk padat dengan
zat aktif yang sama. Telah kita ketahui pula bahwa zat aktif dapat dibuat larut
dengan pembentukkan garam, kompleks, perubahan tetapan dielektrik atau
penglarutan miseler dengan bantuan surfaktan.
6.1.2 Mempercepat Pelepasan
Pelepasan zat aktif sangat penting pada sediaan padat. Pelepasan
tersebut terjadi setelah ada kontak antara sediaan dan cairan cerna. Sediaan harus
dibasahi sempurna dan secara keseluruhan semua bentuk bersalut akan
menghambat proses pelepasan zat aktif kecuali bila penyalutnya larut sempurna
dalam air pada semua pH.
Untuk mempermudah pembasahan dapat pula ditambahkan pembasah
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
52/72
Untuk mempermudah pembasahan dapat pula ditambahkan pembasah.
Pada penggunaan bahan pembasah harus dihindari hal-hal sebagai berikut :
- Konsentrasi bahan penghancur larut-air yang terlalu tinggi, terutama bila
menimbulkan larutan yang kental.
- Konsentrasi yang terlalu tinggi dan bahan pelicin turunan asam lemak terutama
bila suhu leburnya tinggi
Konsentrasi bahan pengisi yang besar, terutama bila dosis zat aktifnya sangat
kecil (resiko terjadi penyerapan zat aktif).
6.1.3. Mempercepat Pelarutan
Sifat fisiko-kimia zat aktif merupakan salah salu faktor yang menentukan laju
pelarutan suatu sediaan. Pada bab IV telah diungkapkan berbagai cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan laju pelarutan, di antaranya
- Pemilihan bentuk garam yang larut-air dari zat aktif yang sukar larut air.
- Pemilihan bentuk amorf, tetapi harus berhati-hati dengan penambahan yang
dilakukan saat proses pembuatan, misalnya pada granulasi basah.
Pemilihan bentuk kristal metastabil bila diketahui cara untuk menstabilkannya.Pengecilan ukuran partikel, tetapi hal ini menjadi tidak berarti bahkan merugikan
untuk senyawa-senyawa yang sukar dibasahi, yang ukuran partikelnya dikecilkan
hingga di bawah ukuran granulometri tertentu dan yang pengecilan ukuran
dilakukan dengan penggerusan mekanik untuk sediaan berbentuk serbuk (kapsul,
serbuk terbagi).
6 1 4 M i k tk P
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
53/72
6.1.4 Meningkatkan Penyerapan
Penyerapan dapat dipercerat dengan cara :
- Perubahan bentuk kimia zat aktif
Secara teori perbaikan penyerapan dapat dilakukan dengan menggunakan zat aktifdalam bentuk garam organik yang sedikit terionkan, yang dapat diserap pada
daerah tertentu di saluran cerna.
- Perbaikan formulasi
Berkaitan dengan cara pemberian, telah dibahas beberapa keuntungan pemberian
zat aktif dalam cairan encer dan pentingnya sifat bahan tambahan yang dapatmembentuk kompleks, menyerap atau membentuk misel dengan aktif baik
reversibel maupun tidak reversible di dalam cairan saluran cerna.
- Perubahan transit usus halus
Peningkatan transit lambung dimaksudkan untuk mendapatkan aksi obat yang lebih
cepat dan efektif pada cairan usus (pada pemberian obat setengah jam sebelum
makan dengan segelas air, dapat memberikan pengaruh yang menguntungkankarena terjadinya peningkatan pH lambung atau pelepasan gas karbondioksida dari
sediaan berbuih (efirvesen).
6 2 MEMPERPANJANG WAKTU AKSI OBAT
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
54/72
6.2.MEMPERPANJANG WAKTU AKSI OBAT
6.2.1 Tujuan
Bila diinginkan penderita mendapatkan aksi terapetik dalam waktu yang cukup
lama dan dengan aksi tetap maka sebaiknya konsentrasi dalam darah dijaga
selama mungkin berada di atas nilai ambang efektkif. Selanjutnya dipikirkankemungkinan pemakaian dosis tunggal. Setiap rentang waktu tertentu, akan
terjadi penyerapan sejumlah zat aktif dan sementara menunggu peniadaan zat
aktif secara total untuk pemberian dosis berikutnya, maka konsentrasi dalam darah
mulai berkurang.
Tetapi bila obat diberikan pada interval terpilih dan dengan dosis tertentu, maka
diharapkan konsentrasi dalam darah tetap dalam daerah terapetik, semua hal
tersebut merupakan problema yang berkaitan dengan posologi dan alur terapetik
yang memadai.
Dalam beberapa hal masih mungkin memperpanjang waktu bertahannya
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
55/72
Dalam beberapa hal masih mungkin memperpanjang waktu bertahannya
konsentrasi efektif dalam darah dengan menghambat laju peniadaan zat aktif
dengan cara menghambat pengeluaran atau metabolismenya. Selain itu aktivitas
farmakologik dapat diubah dengan mengubah molekul kimia ataupun dengan
perubahan formulasi.
Namun, pada pemberian obal per oral maka perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada proses penyerapan zat aktif. Kita kaji kembali rangkaian klasik
tahapan pre-disposisi zat aktif dari sediaan oral di dalam tubuh.
Jadi hambatan laju penyerapan dapat terjadi dengan cara :
- pengurangan laju pelarutan (dengan mengubah keadaan fisik zat aktif: ukuran
partikel, bentuk kristal, dll).
-:pengurangan laju pelepasan zat aktif dari sediaan, yang mana faktor tersebut
merupakan tahap penentu pada proses penyerapan.
Pencapaian tujuan tersebut umumnya diperhitungkan pada tahap pelepasan zat
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
56/72
Pencapaian tujuan tersebut umumnya diperhitungkan pada tahap pelepasan zat
aktif dari dosis awal yang diperlukan untuk mendapatkan konsentrasi efektif. Tahap
itu disebut juga "depot", yaitu tahap pelepasan dosis penjagaan secara progresif
untuk menjaga dosis efektif.
Gambar 3 : Kurva konsentrasi dalam plasma yang diperoleh setelah pemberian
dosis penjagaan D yang disertai dengan atau tidak disertai dosis tambahan D*
dengam rentang T yang sama dengan waktu t1/2 biologik obat.Bila harga D* / D =
2, maka keseimbangan segera terjadi setelah pemberian dosis awal. (E. Kruger-
Thiemer dan P Burger, Chemotherapia, 10,61-73 (1965-l966) dari Wagner (5O).
6 2 2 Sediaan Oral Dengan Pelepasan Terkendali
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
57/72
6.2.2. Sediaan Oral Dengan Pelepasan Terkendali
Bentuk sediaan dengan pelepasan terkendali dibedakan atas waktu
lepasan, sedangkan jumlah awal zat aktif yang dilepaskan harus
berkesinambungan dan tidak tergantung pada tempat dimana sediaan berada atau
pada laju perlintasan dari lambung ke usus.Nelson (4,35,50) mengelompokkan sediaan dengan aksi terkendali atas tiga
golongan yaitu :
- Sediaan dengan pelepasan atau aksi dipertahankan, merupakan bentuk sediaan
yang mula-mula melepaskan zat aktif dalam jumlah cukup untuk mendapatkan
ketersediaanhayati yang dikehenaki atau untuk menimhulkan efek farmakologi
secepatnya (terutama bila ketersediaanhayati obat ditentukan oleh
keterserapannya) dan dapat menjaga aktivitasnya dalam waktu yang lebih lama
dari bila obat diberikan dalam dosis tunggal.
- Sediaan dengan aksi diperpanjang, merupakan sediaan yang memberikan
ketersediaanhayati yang diinginkan dengan jumlah zat aktif yang yang cukup, atau
mungkin berlebih (tapi tidak berbahaya) dibandingkan jumlah yang diperlukanuntuk mendapatkan aksi terapetik yang serupa pada pemberian dosis tunggal.
- Sediaan dengan aksi berulang, merupakan sediaan seperti penyediaan dosis
tunggal, dan melepaskan dosis-dosis tunggal berikutnya dalam waktu tertentu
setelah pemberian obat.
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
58/72
Gambar 5: Profil kadar dalam plasma dari sediaan dengan pelepasan terkendali; I
Sediaan dosis tunggal normal; II : Sediaan "retard" atau dosis kedua dari sediaandengail aksi berulang; III: Sediaan dengan aksi dipertahankan; IV : Sediaan dengan
aksi diperpanjang
6.2.3. Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Dengan Pelepasan Terkendali
Kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan biasa adalah :
-Pengobatan berkesinambungan, terutama untuk obat "nycthemere" sehinggadengan demikian dapat dihindari pemakaian pada malam hari.
-Pemasukan obat ke dalam tubuh terjadi secara tetap dan perlahan, sehingga
dapat dihindari terjadinya puncak dan Iembah" plasmatik yang dapat
menggagalkan terapi.
Pengurangan atau penekanan efek samping yang disebabkan oleh terjadinya
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
59/72
- Pengurangan atau penekanan efek samping yang disebabkan oleh terjadinya
pelepasan zat aktif pada dosis tinggi yang menyebabkan puncak plasmatik yang
tinggi dan diikuti "Iembah" plasmalik dengan efek terapetik yang tidak memadai.
-Efcktivitas tinggi karena kadar efektif dalam darah bertahan Iebih lama, terutama
untuk zat aktif dengan t1/2 biologik singkat (kurang dari 6 jam). Hal tersebut justrudapat menghemat obat karena tidak perlu menambah dosis untuk mendapatkan
kadar tertentu pada pemakaian yang lama.
-Obat yang diserap dengan proses penjenuhan (misalnya tiamin) akan diserap
Iebih efektif bila diberikan sebagai sediaan dengan pelepasan perlahan daripada
dengan pelepasan cepat.
Beberapa kerugian pemberian sediaan dengan aksi diperlama yang tidak dapat
diabaikan adalah :
- Risiko terjadinya penumpukkan bila laju peniadaan lambat dan obat harus selalu
bekerja selama 24 jam.
- Kesulitan pengeluaran obat dengan cepat bila terjadi toksisitas gawat atau alergi.
- Dapatnya pengulangan dan keteraturan efek farmakologik tergantung pada laju
pengosongan lambung.
- Sering terjadi perubahan skema pelepasan zat aktif bila obat tidak seluruhnya
ditelan melainkan dipecah, digerus atau dikunyah, dengan resiko terjadi lewat-
dosis, pelepasan tidak pada tempatnya dan sangat berbahaya terutama bila obat
sangat aktif dan selanjutnya terjadi keadaan kurang-dosis .
6 2 4 Evaluasi Sediaan Oral Dengan Pelepasan Terkendali
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
60/72
6.2.4. Evaluasi Sediaan Oral Dengan Pelepasan Terkendali
Dengan pengenalan sifat fisiko-kimia zat aktif dapat diprakirakan efek farmakologikdan farmakokinetiknya. Paling tidak harus diketahui hal-hal berikut ini:
- kelarutan zat aktif dalam berbagai pH
- t1/2 biologik
- kemungkinan penyerapan pada bagian saluran cerna tertentu.
bagian saluran cerna yang merupakan tempat penyerapan optimum.
ketersediaanhayati absolut sediaan oralhubungan antara konsentrasi zat aktif dalam darah dan efek terapetik.
Langkah pertama adalah mengetahui apakah sediaan dengan pelepasan zat aktif
yang terkendali telah terbukti.
Langkah kedua adalah mendapatkan parameter farmakokinetik yang diperlukan
untuk menghitung jumlah obat yang diberikan pada tahap awal dan pada tahap
pelepasan terkendali.
Langkah ketiga adalah pemilihan bentuk sediaan yang sesuai dengan pelepasanterkendali yang optimum.
Langkah keempat adalah menetapkan laju pelepasan zat aktif dari sediaan.
Langkah terakhir adalah melakukan uji klinik untuk membuktikan kesahihan bentuk
sediaan.
6 2 4 1 Batasan kesahihan sediaan dengan pelepasan terkendali
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
61/72
6.2.4.1 Batasan kesahihan sediaan dengan pelepasan terkendali
Prinsip batasan sediaan dengan pelepasan terkendali adalah waktu paruh
biologik. Obat dengan t1/2 lebih besar atau sama dengan 8 jam merupakan
sediaan dengan aksi yang cukup lama.
Sediaan dengan aksi diperpanjang hanya dapat dibuktikan bila mempunyai t1/2antara 4 - 6 jam.
6 .2.4.2 Studi mekanisme pelepasan terkendali, Bentuk sediaan yang sesusai dan
Evaluasi tetapan laju pelepasan
Berdasarkan cara pelepasan zat aktif, maka bentuk sediaan dengan pelepasanterkendali dibagi atas beberapa jenis yaitu :
- PeIepasan berkesinambungan, diperoleh dari sediaan dengan pelarutan atau
pelepasan zat aktif yang terjadi secara teratur, tidak terputus sejak awal hingga
dosis berakhir dan ini merupakan sediaan dengan pelepasan ideal.
- Pelepasan bertahap atau tidak berkesinambungan, zat aktif dilepaskan dari
sediaan atau terlarut sebagian dalam rentang waktu tertentu (selama waktu-antara seharusnya tidak terjadi pelepasan). Penghancuran yang terkendali
menyebabkan pelepasan zat aktif secara bertahap.
Berbagai tehnik pembuatan dapat diterapkan untuk bentuk sediaan yang sama :
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
62/72
Berbagai tehnik pembuatan dapat diterapkan untuk bentuk sediaan yang sama :
a. Pelepasan bertahap, pelepasan terjadi oleh penghancuran yang lerkendali
Studi pelepasan zat aktif dari sediaan dengan pelepasan terkendali telah
berkembang, pendekatan pertama adalah menurut kinetik order 1(38,41) jumlahobat yang dilepaskan Qt dalam Aktu t adalah :
Qt = (1 - e -kr . t)
kr adalah tetapan laju pelepasan.
Bila sediaan segera melepaskan bagian fi dari dosis Qo dan dan
dilanjutkan dengan bagian lain fs, maka pelepasan mengikuti kinetik order 1:
Q, = Qo - fl + Qo , fs (1 - c -kr.t )
fi + fs = 1 bila semua obat dilepaskan dari sediaan.
b. Pelepasan berkesinambungan
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
63/72
p g
Dasar mekanismenya adalah prinsip difusi.
1. Difusi secara dialisis melintasi membran permeabel (penyalutan "sawar")
permeabilitas tergantung pada :
komposisi lapisan penyalut
- tipe bahan penyalut
- ada atau tidaknya bahan peliat
- ada atau tidaknya senyawa berion
- ada atau tidaknya bahan pcmbasah
- ada atau tidaknya bahan hidrofil mikropori
parositas salutan
ketebalan membran
keadaan permukaan.
Pelepasan zat aktif terjadi dalam tiga tahap:
perembesan cairan pelarutan melintasi membran dan disertai dengan
mengembangnya membran tersebut, dan hal ini menentukan waktu laten;
Pelarutan zat aktif didalam mikrogranul;
Penembusan zat aktif yang terlarut ke bagian luar membran.
Proses difusi zat aktif melintasi sawar penyalut terjadi sesuai dengan hukum fick
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
64/72
dX
dCSD
dt
dQ..
difusilajudt
dQ
ikonsentrasgradiendx
dC
tCCSe
DQ ).21.(.
Proses difusi zat aktif melintasi sawar penyalut terjadi sesuai dengan hukum fick.
Q = jumlah zat aktif yang melintasi sawar setiap satuan waktu
D = koefisien difusi obat melintasi membran dengan tebal e
S = luas daerah difusiC1 = konsentrasi zat aktif di sisi dalam membran
C2 = konsentrasi zat aktif di sisi luar membran
Persamaan tersebut membuktikan adanya hubungan selaras antara laju difusi
dengan kelarutan zat aktif.
Menurut Ritchel (41) bila suatu senyawa melintasi sebuah film maka jumlah obat
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
65/72
Krr
Dkr
f
.0..0
3
Menurut Ritchel (41), bila suatu senyawa melintasi sebuah film maka jumlah obat
yang dilepaskan F dalam waktu t adalah :
F = 1 - e-kr.t
kr adalah tetapan lain pelepasan obat, diperoleh dari rumus :
Df = tetapan laju difusi melintasi membranro = jari-jari dalam dari lapisan setcebal ro
K = koefisien penyebaran obat dari cairan dalam ke lapisan luar
2. Pencucian dan penembusan dari matriks inert yang lidak larut
Pada matriks tipe tersebut, zat aktif yang terserbuk dibualt tablet denganberbagai cara setelah zat aktif disalut, digranul, dicampur dengan satu atau Iebih
bahan tambahan yang tidak larut dalam saluran cerna, misalnya senyawa mineral
tak larut atau bahan peliat inert dan tak larut misalnya polivinilklorida,
metilpolimetikrilat, dll atau bahan penyalut tak larut, misalnya etil selulosa, Eudragit
lambat, dll.
Laju penembusan cairan cerna ke dalam matriks V, dapat dinyatakan dengan
difik i N d With
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
66/72
modifikasi persamaan Noyes dan Withncy.
a = jumlah obat yang berada dalam matriksM = berat matriks
L = panjang kanal atau kapiler dari matriks
Cm = konsentrasi zat aktif maksimal yang dapat menembus kapiler
C = konsentrasi zat aktif dalam kapiler
K = tetapan gabungan antara kemampuan matriks mcmbentuk kapiler (porosit)
dan koefisien difusi cairan ke dalam matriks
LM
aCCmKV
.)..(
Higuchi membuktikan bahwa laju pelepasan obat dari matriks yang tidak larut,
mcngikuti persamaan berikut ini :
Q = jumlah zat aktif yang dibebaskan setiap satuan luas permukaan tablet yang
terpapar pada setiap waktu tD = koefisien difusi zat aktif dalam cairan cerna
Cs = kelarutan zat aktif dalam aluran cerna
E = porositas matriks
t = kerumitan matriks atau sinusitas kanal-kanal
A = jumlah obat yang terdapat dalam matriks setiap satuan volume matriks
(konsentrasi dalam matriks))
tCsCsAD
Q .).2.(.
Corby, Mayersohn dan Walker mempelajari pengaruh bentuk matriks terhadap
l j l B d k Hi hi dik b k t
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
67/72
laju pelepasan. Berdasarkan persamaan Higuchi, dikembangkan suatu persamaan
yang melibalkan parameter-parameter yang terkait dengan bentuk geometrik dari
matriks :
Fi = G1 . Kr. t1/2G2 (Kr- t
t/2 )2+ G3 ( Kr. t1/2)3
Fi = jumlah yang dilepaskan dalam waktu t
G1,G2,G3 = factor bentuk matriks bundar, silinder dan cembung rangkap
Kr = Tetapan pelepasan
Kb adalah tetapan laju penciutan permukaan pelarutan yang menunjukka
penurunan luas permukaan pelarutan, ro adalah jari-jari awal.
3. Difusi pada matriks hidrofil
Matriks hidrofil diperoleh dari pengempaan campuran zat aktif yang relatiflarut dengan polimer atau gom hidrofil tak tercerna, bahan pengental yang akan
terbasahi dan mengembang bila kontak dengan cairan cerna. Selanjutnya
membentuk membran jeli yang akan ditembus oleh zat aktif secara bertahap.
Pelepasan zat aktif dapat terjadi dalam 4 (empat) tahap :
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
68/72
1. Perembesan cairan pelarutan ke dalam tablet bersamaan dengan sejumlah
kecil dosis zat aktif (dosis awal).
2. Pengembangan gom hidrofil karena penyerapan air dan pembentukan lapisan
berlendir yang menghambat laju pelepasan.
3. Perembesan cairan Iebih dalam dengan melintasi lapisan berlendir danpelarutan zat aktif.
4. Difusi keluar zat aktif melintasi lapisan berlendir.
Bila kelarutan obat dalam air terbatas dan tidak terlarut sempurna saat polimer
terbasahi maka proses difusi dimulai dari larutan jenuh dan dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut ini : 2/10
2/1 ).
2(.'.
Cs
V
QCsDS
t
Qt
Ot
Qo
= jumlah zat aktif yang dilepaskan selama waktu t
= dosis zat aktif dalam tablet
V
S
Ls
= volume efektif dari matriks dengan porositas F
= permukaan difusi efektif
= kelarutan zat aktif dalam cairan pelarutan
D'
D'
= Koefisien difusi yang teramati dalam matriks yang terbasahi;
= D/t (D = koefisien difusi dalam cairan pelarutan;
t = derajat kerumitan matriks).
Bila zat obat terlarut sempurna saat pembasahan matriks, maka persamaan berikut
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
69/72
ini dapat diterapkan :
2/1
02/1 )
').((2
D
V
SQ
t
Qt
4. Pengikisan dan difusi matriks hidrofob
Pada tipe matriks hidrofob atau yang disebut juga matriks lilin zat aktif
tersuspensi dan terjerat dalam bahan berlemak, selanjutnya bercampur dengan
lilin, lemak alkohol, asam lemak dan esternya, selanjutnya mengerak
terhidrogen atau gliserida sintetis yang setelah digranulasi lalu dikempa.
Zat aktif akan dilepaskan dengan cara berkesinambungan menurut mekanisme
rangkap sebagai berikut :
- Pengikisan terus menerus permukaan tablet bersamaan dengan pelarut zat aktif.
- Penembusan perlahan zat aktif menuju cairan luar. Dengan demikian semua
matriks plastik dan matriks berlemak dicirikan olch porositas e yangdisebabkan
oleh adanya kanal-kanal berisi d' udara di dalam rongga eudara dan adanyaruang bebas yang setelah pelarutan obat EPA.
Jadi pelepasan zat aktif dari matriks hidrofob ditentukan oleh sifat dan
persentase bahan pembawa berlemak, ukuran granula, jumlah, granulometri,
kelarutan zat aktif dan gaya-kempa. Selain itu pelepasan sangat dipengaruhi oleh
faktor individual yaitu pH saluran cerna dan reaksi enzimatik.
5. Matriks jenis lainnya
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
70/72
Zat aktif juga dapat dicampur dengan matriks lainnya dengan mekanisme
pelepasan yang sama ataupun berbeda.
6. Elusi dari kompleks yang sukar larut
-Resin pengganti ionPenggunaan resin pengganti ion dapat memperlama efek obat didasarkan atas
lambatnya perpindahan ion dari kompleks tak larut yang terbentuk dengan
resin.Secara in vivo obat yang dikompleks dengan resin dielusi menurut reaksi
peruraian rangkap yaitu oleh ion yang terdapat dalam saluran cerna seperti
yang tertera pada skema berikut ini.
HCl larnbung NaCI usus
Resin asam + Obat-resinat Resin asam + Na resinat +
obat bersifat basa klor obat klor obat
Resin basa + Garam resin Klor resin obat Klor resin +
obat bersifat
asam
bersifat asam garam Na obat
- Kompleks lain yang sukar larut
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
71/72
p y g
Berbagai kompleks dari obat yang bersifat basa, amina (alkaloida, antihistamin,
amfetamin, dll) dengan makromolekul yang bersifat asam telah dibahas seperti
halnya kompleks antara atropin dan amfetamin) atau kuinidina poligalakturonat.
Kompleks tersebut selanjutnya dicampur dengan bahan tambahan dan di kempa.
7. Pembuatan sediaan cair dengan pelepasan terkendali
Penggunaanya sediaan tersebut masih jarang dan mempunyai prinsip
sang sama dengan sediaan yang telah dibahas sebelumnya tentang partikel,
miikrogranul dll. dalam sediaan lepas lambat yang dibuat dengan mensuspensikan
zat aktif dalam cairan berair yang selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul ataudibuat tablet.
Selengkapnya dapat dilihat pada Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-
Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W.
Soeratri. Surabaya: Airlangga University Press. hal: 233 403
5/21/2018 Biofarmasi Per Oral
72/72
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-Hermann, A.M. (1993). Farmasetika 2
Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah: W. Soeratri. Surabaya: AirlanggaUniversity Press. hal: 233 - 403