19
Biodiesel merupakan bahan bakar yang sangat berpotensi untuk menggantikan bahan bakar solar. Minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Salah satu metode pembuatan biodiesel adalah dengan menggunakan iradiasi gelombang mikro. Pemanasan dengan gelombang mikro lebih menguntungkan jika dibandingken dengan pemanasan metode konvensional, karena pemanasan metode konvensional sangat lambat dan tidak efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya dan waktu reaksi dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah menggunakan iradiasi gelombang mikro. Tahapan percobaan terdiri dari perlakuan awal, transesterifikasi, pemisahan, pencucian, dan analisis hasil biodiesel. Transesterifikasi minyak jelantah berlangsung dalam oven microwave dengan variasi daya microwave (100, 150, 200, 250, dan 300 Watt) pada waktu masing-masing 5 menit dan variasi waktu reaksi (5, 10, 15, 20 dan 25 menit) pada daya tetap 100 Watt. Dari penelitian diketahui bahwa kondisi operasi untuk menghasilkan kualitas yield biodiesel terbaik pada daya microwave sebesar 100 watt dan waktu pemanasan selama 10 menit. Yield biodiesel yang didapatkan sebesar 93,06%. Hasil analisis GC-MS menunjukkan lima senyawa metil ester (biodiesel) seperti: metil miristat, metil palmitat, metil linoleat, metil oleat, dan metil stearat. Sifat

Biodisel Microwave 2007

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Microwave

Citation preview

Biodiesel merupakan bahan bakar yang sangat berpotensi untuk menggantikan bahan bakar solar. Minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Salah satu metode pembuatan biodiesel adalah dengan menggunakan iradiasi gelombang mikro. Pemanasan dengan gelombang mikro lebih menguntungkan jika dibandingken dengan pemanasan metode konvensional,

karena pemanasan metode konvensional sangat lambat dan tidak efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya dan waktu reaksi dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah menggunakan iradiasi gelombang mikro. Tahapan percobaan terdiri dari perlakuan awal, transesterifikasi, pemisahan, pencucian, dan analisis hasil biodiesel. Transesterifikasi minyak jelantah berlangsung dalam oven microwave dengan variasi daya microwave (100, 150, 200, 250, dan 300 Watt) pada waktu masing-masing 5 menit dan variasi waktu reaksi (5, 10, 15, 20 dan 25 menit) pada daya tetap 100 Watt. Dari penelitian diketahui bahwa kondisi operasi untuk menghasilkan kualitas yield biodiesel terbaik pada daya microwave sebesar 100 watt dan waktu pemanasan selama 10 menit. Yield biodiesel yang didapatkan sebesar 93,06%. Hasil analisis GC-MS menunjukkan lima senyawa metil ester (biodiesel) seperti: metil miristat, metil palmitat, metil linoleat, metil oleat, dan metil stearat. Sifat fisika biodiesel yang dihasilkan sudah memenu beberapa kriteria SNI untuk biodiesel.Pada tahap persiapan menghitung volume minyak dan metanol yang akan dicampur. Kemudian mencampurnya didalam reaktor. Lalu mendinginkan campuran hingga terbentuk dua lapisan atas dan bawah dilanjutkan dengan melakukan pemisahan lapisan atas (biodiesel) dari lapisan bawah (gliserol). Adapun pada tahap analisis, biodiesel hasil reaksi transesterfikasi dianalisa untuk mendapatkan data yield metil ester, densitas, viskositas, dan flash point. Dari penelitian diketahui bahwa hasil yang didapatkan masih belum dapat memenuhi standar biodiesel yang ditetapkan. Katalis CaO dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan katalis H2SO4 dan tanpa katalis. Kondisi operasi untuk menghasilkan kualitas yield biodiesel terbaik yaitu pada daya 200 Watt selama 20 menit dengan menggunakan katalis CaO. Yield biodiesel terbesar didapatkan. Reaksi antara minyak (trigliseride) dengan alkohol telah lama dikembangkan untuk memproduksi sabun, detergen, dan produk berbasis lemak. Katalis yang digunakan untuk reaksi tersebut dapat berupa katalis asam atau basa. Reaksi trans-esterifikasi baik yang menggunakan katalis asam atau basa membutuhkan panas. Pada proses pembuatan biodiesel secara konvensional, panas mengalir secara konveksi. Reaksi trans-esterifikasi dibedakan atas metode batch dan kontinyu. Pada metode batch, bahan biodiesel ditempatkan dalam bejana reaktor yang besar dan dipanaskan pada suhu konstan, misalkan 600 C. Pada reaksi secara kontinyu, bahan biodiesel dialirkan melalui pipa dan mendapatkan panas melalui dinding-dinding pipa. Keuntungan metode kontinyu dibandingkan dengan metode batch adalah kemudahan kontrol reaksinya, kekompakannya karena membutuhkan ruangan yang relatif kecil, serta kemudahan melakukan scalling untuk produksi berskala besar. \Proses trans-esterifikasi merupakan bagian terpenting pada rangkaian proses produksi biodiesel dan berpengaruh pada proses pemurnian pasca reaksi.Microwave atau gelombang mikro telah lama digunakan sebagai metode pemanasan. Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional, karena panas dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul target oleh gelombang mikro. Karena karakter gelombang mikro yang dapat menembus molekul target, maka pemanasan dengan gelombang mikro berlangsung secara simultan. Hal ini berbeda dengan pemanasan konvensional, dimana panas mengalir secara konveksi atau konduksi. Berbagai penelitian penggunaan gelombang mikro pada reaksi trans-esterifikasi secara batch menunjukkan bahwa gelombang mikro sangat efektif untuk menunjang reaksi trans-esterifikasi. Dalam dua tahun terakhir ini kami meneliti kemungkinan penggunaan gelombang mikro untuk mendukung reaksi trans-esterifikasi secara kontinyu. Dalam desain tersebut, bahan biodisel dialirkan secara kontinyu melalui sebuah pipa transparan yang ditaruh pada sebuah rongga perangkap gelombang mikro, sedangkan gelombang mikro diinjeksikan secara melintang melalui sebuah celah di permukaan rongga. Penting sekali memetakan posisi lembah dan simpul gelombang di dalam rongga, kemudian menempatkan silinder gelas pada daerah lembah gelombang. Hal ini dikarenakan interferensi gelombang mikro di dalam rongga pandu gelombang menghasilkan pola gelombang tegak, sehingga kesalahan menempatkan posisi silinder pada simpul gelombang mengakibatkan tidak terserapnya energi gelombang mikro secara optimum. Laju reaksi dengan menggunakan dua mikrowave pada daya keluaran 2 x 600 watt adalah 1 liter/menit. Hasil pengujian kekentalan menunjukkan bahwa biodiesel yang dihasilkan sudah memenuhi standar. Kami juga mengembangkan desain reaktor trans-esterifikasi yang lain, yang tidak menggunakan gelas tabung reaktor. Sebagai gantinya, reaksi dilakukan pada ruangan yang merupakan ekstensi waveguide. Desain dengan menggunakan satu mikrowave telah sukses diuji-cobakan, namun membutuhkan penelitian lebih detail lagi terkait dengan efisiensi reaktor, rendemen hasil reaksi dan lain-sebagainya. Sebagai gambaran kasar, untuk mikrowave dengan daya output 800 Watt, laju reaksi esterifikasi sekitar 0.5 liter/menit. Saat ini kami mereka sedang mengembangkan reaktor untuk produksi biodiesel skala industri menengah, dengan rate diatas 1 liter/menit. Untuk tahap awal, kami menggunakan 4 mikrowave yang disusun secara seri. Diharapkan dalam waktu 1 bulan ke depan reaktor sudat dapat diuji cobakan.

1) Microwave

Gelombang merupakan salah satu subjek studi dalam ilmu alam. Secara sederhana, ia didefiniskan sebagai getaran yang merambat. Dalam kajian yang lebih spesifik lagi, gelombang ini kemudian dibagi ke dalam beberapa jenis. Salah satunya adalah gelombang mikro. Gelombang merupakan gelombang elektro magnetik (tidak membutuhkan medium rambat) dengan panjang gelombang 1 meter hingga 1 mm. Atau dengan kata lain, gelombang ini ada pada frekuensi 300 MHz sampai 300 Ghz.Radiasi gelombang elektromagnetik ini mencakup berbagai hal antara lain gelombang radio, radiasi infra red, sinar x y, Gelombang UV, microwave dan lain-lain. Kesemua radiasi ini mempunya persamaan yaitu semuanya membentuk sebuah spektrum elektromagnetik dengan pergerakan secepat cahaya. Meski demikian, masing-masing radiasi ini juga memiliki perbedaan yakni pada panjang dan pendek gelombangnya. Ukuran panjang dan pendek gelombang ini berkaitan dengan jumlah energi yang akan dibawa gelombang itu sendiri. Dalam bidang ilmu, gelombang mikro ini dikenal juga dengan nama Mikrogelombang (Microwave) sebab frekuensinya cukup tinggi yakni di atas 3 Ghz. Apabila gelombang super tinggi ini diserap oleh sebuah benda maka akan muncul gejala pemanasan pada benda tersebut. Proses inilah yang terjadi pada alat memasak bernama Microwave. Selain microwave, contoh lain perpindahan panas ini terlihat pada alat pemanasan material dalam dunia industri. Gelombang mikro ini banyak digunakan dalam industri sebab pemanasannya jauh lebih merata sebab ia justru membangkitkan panas dari dalam bukan mentransfer panas dari luar. Selain Microwave, gelombang mikro juga digunakan pada Radio Detection and Ranging atau radar. radar ini sendiri dimanfaatkan untuk mendeteksi dan menetukan suatu benda dengan muatan gelombang mikro. radar ini bisa dipakai melacak benda bergerak. Pantulannya sendiri berasal dari polarisasi circular, vertical dan juga horizontal. Selain radar, gelombang mikro ini juga dipakai dalam sistem navigasi atau GPS. Prinsip dasarnya kurang lebih sama dengan radar. Gelombang mikro merupakan cara alternative untuk pemberian input energi ke dalam proses reaksi kimia. Melalui pemanasan dielektrik, campuran reaksi secara homogeny dipanaskan tanpa kontak dengan dinding. Waktu reaksi secara signifikan tereduksi dibanding dengan system pemanasan konvensional. Kekurangan dari gelombang mikro adalah kenyataan bahwa proses reaksi kimia dalam medan gelombang mikro tergantung pada peralatan dan bahan kimia yang bias digunakan dibandingkan dengan cara pemanasan konvensional. Banyak reaksi kimia organik dan proses hanya dapat berlangsung apabila ditambahkan energi. Seringkali, digunakan energi termal. Naskah ini menjelaskan penggunaan gelombang mikro sebagai sumber energi alternatif.

2) Biodiesel

Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air. Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses transesterifikasi minyak (atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol (atau air). Untuk memurnikannya, biodiesel mentah (kasar) tersebut bias dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan.

Porsi pertama, menggunakan air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada kondisi vakum bertambahnya jumlah populasi di dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman, mengak ibatkan kebutuhan akan energy semakin meningkat sehingga persediaan energi (khususnya energy dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui) semakin menipis, bahkan semakin lama akan habis. Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber bahan bakar fos il (minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan dengan segala permasalahannya, Bahan bakar fosil mempunyai banyak kelemahan dalam banyak segi terutama harga yang cenderung naik (price escalation) sebagai akibat dari faktor faktor seperti berkurangnya cadangan sementara permintaan terus meningkat serta dampak lingkungan yang ditimbulkan olehnya yang mana sangat berpengaruh terhadap pemanasan global (global warming). Indonesia dan beberapa negara kini berusaha untuk mencari sumber-sumber energi lainnya sebagai bahan bakar alternatif. Alternatif ini harus mengoptimalkan potensi sumber daya lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau.

Salah satu sumber energi terbarukan yang adalah minyak nabati yang dapat diolah menjadi bahan bakar mesin diesel, dikenal sebagai biodiesel. Di Indonesia Biodiesel masih dalam taraf pengembangan. Hal ini sangat mengembirakan karena di Indonesia yang merupakan negara tropis mempunyai sumber minyak nabati yang cukup bany ak dan beragam, mulai dari minyak pangan seperti minyak sawit, minyak kelapa dll, sampai pada minyak non-pangan seperti minyak jarak, nyamplung dll. Pada prinsipnya, semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti minyak diesel. Namun kekentalan miny ak nabati yang tinggi menyebabkan penggunaan secara langsung akan menimbulkan kerumitan teknis yang serius. Tujuan pembuatan biodiesel adalah untuk menurunkan kekentalan minyak melalui suatu reaksi yang mempertukarkan gugus ester pada minyak dengan gugus alkyl pada alkohol (methanol/etanol), sehingga terbentuk molekul alkyl -ester (biodiesel) dan gliserin. Reaksi ini disebut dengan trans-esterifikasi. Biodiesel mempunyai titik beku yang lebih rendah ketimbang minyak nabati, sehingga dapat digunakan di daerah-daerah bersuhu rendah. Lebih jauh, biodiesel ini mempunyai sifat fisis yang mirip dengan minyak diesel mineral sehingga langsung dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel.

Reaksi antara minyak (trigliseride) dengan alkohol telah lama dikembangkan untuk memproduksi sabun, detergen, dan produk berbasis lemak. Katalis yang digunakan untuk reaksi tersebut dapat berupa katalis asam atau basa. Reaksi trans - esterifikasi baik yang menggunakan katalis asam atau basa membutuhkan panas. Pada proses pembuatan biodiesel secara konvensional, panas mengalir secara konveksi. Reaksi trans - esterifikasi dibedakan atas metode batch dan kontinyu. Pada metode batch, bahan biodiesel ditempatkan dalam bejana reactor yang besar dan dipanaskan pada suhu konstan, mi salkan 60 0C.

Pada reaksi secara kontinyu, bahan biodiesel dialirkan melalui pipa dan mendapatkan panas melalui dinding -dinding pipa. Keuntungan metode kontinyu dibandingkan dengan metode batch adalah kemudahan kontrol reaksinya, kekompakannya karena membutuhkan ruangan yang relatif kecil, serta kemudahan melakukan scalling untuk produksi berskala besar. Proses trans-esterifikasi merupakan bagian terpenting pada rangkaian proses produksi biodiesel dan berpengaruh pada proses pemurnian pasca reaksi. Proses Transesterifikasi bertujuan mengolah minyak nabati dengan menambahkan alkohol dan katalis menjadi alkil ester, alkil ester ini pada rantai lemak yang panjang disebut biodiesel. Ester tersebut dapat dihasilakan dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi dengan methanol atau ethanol. Pemisahan gliserin dan biodiesel hasil proses transesterifikasi dengan mengunakan pemanasan. Untuk proses pengolahan biodiesel secara konvensional waktu pemanasan sangat berpengaruh pada hasil esterifikasi yang biasanya diperlukan waktu sekitar 1-2 jam untuk skala kecil dan bisa sampai lebih dari 12 jam untuk skala besar atau industri.

Pemilihan dan penggunaan katalis dalam proses transesterifikasi merupakan bagian yang sangat penting. Ada dua pilihan dalam pemilihan katalis dalam proses reaksi pembuatan biodiesel yaitu katalis basa dan katalis asam. Dimana dari golongan tersebut masing-masing memiliki bentuk fisik liquid dan solid. Penggunaan katalis baik dalam bentuk liquid maupun solid masing masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Katalis dalam bentuk liquid pada umumnya membutuhkan pecucian dan separasi yang cukup kompleks, sedangkan katalis solid tidak membutuhkan pencucian dan separasi katalis relative jauh lebih mudah. Akan tetapi, katalis padat akan membutuhkan waktu reaksi yang jauh lebih lama dari pada katalis liquid. Microwave atau gelombang mikro telah lama digunakan sebagai metode pemanasan. Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional, karena panas dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul target oleh gelombang mikro. Karena karakter gelombang mikro yang dapat menembus molekul target, maka pemanasan dengan gelombang mikro be rlangsung secara simultan. Hal ini berbeda dengan pemanasan konvensional, dimana panas mengalir secara konveksi atau konduksi. Berbagai penelitian penggunaan gelombang mikro pada reaksi trans - esterifikasi secara batch menunjukkan bahwa gelombang mikro sangat efektif untuk menunjang reaksi trans-esterifikasi. Microwave atau gelombang mikro memiliki frekuensi dan panjang gelombang diantara frekuensi dan panjang gelombang radio dan infra merah. Panjang gelombang microwave terletak diantara 5.10-3- 1 meter. Sedangkan frekuensi gelombang microwave berkisar antara 300 MHz 30000 MHz. Namun, panjang gelombang microwave yang diperbolehkan digunakan dalam penelitian, pengobatan dan industri hanya pada frekuensi gelombang tertentu, yaitu : 915MHz, 2450 MHz, 5800MHz, dan 27120 MHz. Salah satu proses pembuatan biodiesel yang belum banyak diketahui adalah adalah pemanfaaan gelombang mikro (microwave) dalam reaksi transesterifikasi. Dalam kaitan ini gelombang mikro adalah sebagai pembangkit panas. K arena interaksi antar gelombang mikro dengan bahan biodiesel berlangsung dalam skala molekuler, maka dengan pemanfaatan gelombang mikro sebagia pembangkit panas, reaksi akan menjadi lebih cepat dan waktu reaksi akan menjadi lebih singkat. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan biodiesel dengan menggunakan radiasi microwave lebih lanjut.

Indonesia mempunyai sumber energi terbarukan yang melimpah. Salah satu sumber energi terbarukan yang adalah minyak nabati yang dapat diolah menjadi bahan bakar mesin diesel, dikenal sebagai biodiesel. Pada prinsipnya, semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti minyak diesel. Namun kekentalan minyak nabati yang tinggi menyebabkan penggunaan secara langsung akan menimbulkan kerumitan teknis yang serius. Tujuan pembuatan biodiesel adalah untuk menurunkan kekentalan minyak melalui suatu reaksi yang mempertukarkan gugus ester pada minyak dengan gugus alkyl pada alkohol (methanol/etanol), sehingga terbentuk molekul alkyl-ester (biodiesel) dan gliserin. Reaksi ini disebut dengan trans-esterifikasi. Biodiesel mempunyai titik beku yang lebih rendah ketimbang minyak nabati, sehingga dapat digunakan di daerah-daerah bersuhu rendah. Lebih jauh, biodiesel ini mempunyai sifat fisis yang mirip dengan minyak diesel mineral sehingga langsung dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel.

Reaksi antara minyak (trigliseride) dengan alkohol telah lama dikembangkan untuk memproduksi sabun, detergen, dan produk berbasis lemak. Katalis yang digunakan untuk reaksi tersebut dapat berupa katalis asam atau basa. Reaksi trans-esterifikasi baik yang menggunakan katalis asam atau basa membutuhkan panas. Pada proses pembuatan biodiesel secara konvensional, panas mengalir secara konveksi. Reaksi trans-esterifikasi dibedakan atas metode batch dan kontinyu. Pada metode batch, bahan biodiesel ditempatkan dalam bejana reaktor yang besar dan dipanaskan pada suhu konstan, misalkan 600 C. Pada reaksi secara kontinyu, bahan biodiesel dialirkan melalui pipa dan mendapatkan panas melalui dinding-dinding pipa. Keuntungan metode kontinyu dibandingkan dengan metode batch adalah kemudahan kontrol reaksinya, kekompakannya karena membutuhkan ruangan yang relatif kecil, serta kemudahan melakukan scalling untuk produksi berskala besar. Proses trans-esterifikasi merupakan bagian terpenting pada rangkaian proses produksi biodiesel dan berpengaruh pada proses pemurnian pasca reaksi. Microwave atau gelombang mikro telah lama digunakan sebagai metode pemanasan. Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional, karena panas dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul target oleh gelombang mikro. Karena karakter gelombang mikro yang dapat menembus molekul target, maka pemanasan dengan gelombang mikro berlangsung secara simultan. Hal ini berbeda dengan pemanasan konvensional, dimana panas mengalir secara konveksi atau konduksi. Berbagai penelitian penggunaan gelombang mikro pada reaksi trans-esterifikasi secara batch menunjukkan bahwa gelombang mikro sangat efektif untuk menunjang reaksi trans-esterifikasi. Dalam dua tahun terakhir ini para peneliti kemungkinan penggunaan gelombang mikro untuk mendukung reaksi trans-esterifikasi secara kontinyu. Dalam desain tersebut, bahan biodisel dialirkan secara kontinyu melalui sebuah pipa transparan yang ditaruh pada sebuah rongga perangkap gelombang mikro, sedangkan gelombang mikro diinjeksikan secara melintang melalui sebuah celah di permukaan rongga. Penting sekali memetakan posisi lembah dan simpul gelombang di dalam rongga, kemudian menempatkan silinder gelas pada daerah lembah gelombang. Hal ini dikarenakan interferensi gelombang mikro di dalam rongga pandu gelombang menghasilkan pola gelombang tegak, sehingga kesalahan menempatkan posisi silinder pada simpul gelombang mengakibatkan tidak terserapnya energi gelombang mikro secara optimum. Untuk tahap awal, kami menggunakan 4 mikrowave yang disusun secara seri. Biodiesel juga dapat dibuat dari minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak, dan lainlain. Keuntungan biodiesel yaitu salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) dan gas karbon dioksida (CO2) dan bebas kandungan sulfur dibandingkan dengan bahan petroleum diesel lainnnya Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional, karena panas dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul bahan yang ingin dipanaskan oleh gelombang mikro. Pembuatan biodiesel tanpa katalis membutuhkan perlakuan yang lebih. Dalam prosesnya membutuhkan temperatur dan tekanan tinggi. Sehingga membutuhkan reaktor yang berbahan khusus. Agar diperoleh yield maksimum, reaksi berjalan pada reaksi yang melebihi suhu metanol supercritical yaitu pada suhu 240 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat biodiesel dari minyak goreng dari kelapa sawit melalui proses transesterifikasi dengan menggunakan radiasi microwave secara batch dan mempelajari berapa daya dan waktu optimal yang diperlukan untuk proses pembuatan biodiesel dengan radiasi microwave dengan katalis H2SO4, CaO dan tanpa katalis. Metode yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng adalah proses reaksi transesterifikasi dengan menggunakan radiasi gelombang microwave. Bahan yang digunakan adalah Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan yang sudah dimurnikan (mengalami proses penyulingan, dan penghilangan bau) dan berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak goreng yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan FFA sebesar 0,05 %. Peralatan utama yang digunakan adalah sebuah microwave Electrolux model EMM2007X denganfrekuensisebesar 2450 MHz dan daya sebesar 800W. Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam reactor kaca volume 250 ml. Pertama-tama dilakukan pengukuran densitas minyak goreng. Selanjutnya katalis dengan metanol (Persen massa katalis terhadap minyak goreng disesuaikan dengan variabel) dicampur dan diaduk. Campuran tersebut kemudian dituang kedalam reaktor bersam dengan minyak goreng. Setelah itu mengatur daya dan waktu pemanasan didalam microwave yang disesuaikan dengan variabel. Produk yang dihasilkan kemudian didiamkan dan didinginkan hingga terbentuk dua lapisan, lapisan atas (biodiesel) dari lapisan bawah (gliserol). Selanjutnya biodiesel yang terbentuk dicuci dengan aquades untuk mencegah adanya kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rhesa, P. Putra & Mahfud. 2012. Pembuatan Biodiesel Secara Batch dengan Memanfaatkan Radiasi Gelombang Mikro. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.