6
BIO-AKUSTIK bag-1 Pendahuluan Laju gelombang bunyi Aspek bunyi •Mekanisme alat pendengaran ( telinga )

Bio Akustik1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhjh

Citation preview

Page 1: Bio Akustik1

BIO-AKUSTIKbag-1

• Pendahuluan• Laju gelombang bunyi

• Aspek bunyi• Mekanisme alat pendengaran ( telinga )

Page 2: Bio Akustik1

Pendahuluan• Gelombang berdasar simpangan dan arah rambat ada 2 jenis : transversal dan

longitudinal• Gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal• Syarat terjadinya bunyi : 1. Ada sumber suara yaitu getaran

2. Ada media/medium perantara3. Ada penangkap suara ( receiver )

Laju gelombang bunyi ( v ) tergantung pada :1. Modulus elastisitas bahan/medium ( β )2. Massa jenis bahan ( ρ )

V = √ ( β/ ρ)

Laju Gelombang Bunyi

Page 3: Bio Akustik1

Aspek Bunyi/ Suara

Bunyi Infra sonik< 20 Hz

Audio frekuensi20.000 – 20 Hz

Ultra sonik> 20.000 Hz

Tinggi- Rendah Suara Frekuensi

Kuat – Lemah Suara Intensitas

Telinga manusia mampu menerima 10-12 W/m2 s/d 1 W/m2

I = P/A I = Intensitas W/m2

P = Daya ( energi/waktu ) Joule/dtk A = Satuan Luas m2

Page 4: Bio Akustik1

TELINGA

Luar :- Daun Telinga- Saluran telinga- Gendang telinga

Tengah :- Tulang martil- Tulang Landasan- Tulang sanggurdi

Dalam :- Rumah siput- Saluran ½ lingkrn- Syaraf vestibular

Page 5: Bio Akustik1

Gangguan/Hilang pendengaran

1. Tuli Konduksi, merupakan gangguan pendengaran akibat tergannggunya jalan gelombang masuk ke telinga bagian dalam karena adanya sumbatan pada saluran pendengaran oleh wax/malam/serumen. Tuli ini bersifat sementara. Apabila tidak bisa pulih dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran ( hearing aid )

2. Tuli persepsi, merupakan gangguan pendengaran akibat frekuensi tidak terdengar secara maksimal akibat rusaknya komponen indera pendengaran. Tuli persepsi sampai saat ini belum bisa disembuhkan.

3. Tuli campuran, yakni gangguan pada pendengaran yang merupakan gabungan tuli persepsi dan tuli konduksi.

Page 6: Bio Akustik1

Tes pendengaran1. Tes berbisik, dilakukan dengan suara berbisik atau bicara pada jarak tertentu. Dan penderita diminta

menirukannya ( voice test ). Telinga dapat mendengar suara berbisik dgn tone atau nada rendah. Misal konsonan dan platal ( p, b, t, m, n ) pada jarak 5 – 10 meter. Sedang suara berbisik dengan nada tinggi menggunakan nada suara berbisik atau sibiland ( s, z, ch, sh, shel ) pada jarak 20 meter.

2. Tes garpu tala dengan frekuensi C128’ ; C1024’ dan C2048’dengan cara ini dpt diketahui ketulian secara kualitatif yaitu tuli konduksi, persepsi atau campuran.1. Tes Weber, dengan menggetarkan garpu tala C128’ kemudian diletakkan di vertex dahi/puncak dari vertex. Pada tuli konduksi akan terdengar terang pada telinga yang sakit. Sedang pada tuli persepsi terdengar terang pada telinga normal. Misal telinga kanan yg terdengar terang, maka hasil tes disebut weber lateralisasi ke kanan, dsb.2. Tes Rinne, dengan membandingkan konduksi bunyi melalui tulang dan udara. Garpu tala C128’ digetarkan diletakkan di prosesus matoideus ( di blkg telinga ). Setelah tdk terdengan getaran, garpu tala dipindah kedepan liang telinga. Dan pasien ditanya msh mendengar bunyi atau tdk. Pada telinga normal, konduksi melalui udara 85 – 90 detik dan konduksi melalui tulang 45 detik, hasil tes dinyatakan dengan rinne + dan rinne - ( utk penderita tuli konduksi )3. tes Schwabach, dengan membandingkan antar jangka waktu konduksi tulang melalui vertex ( prosesus mastoideus ) penderita terhadap konduksi tulang pemeriksa. Pd tuli konduksi, konduksi tulang penderita lebih panjang dari konduksi tulang pemeriksa. Sedangkan pd tuli persepsi, konduksi tulang penderita sangat pendek.

3. Audiometer. Komponen utama audio meter ini adalah sumber getaran ( oscillator ) dan peredam intensitas ( attenuator ). Alat ini digunakan utk melihat kemampuan ambang pendengaran yang ditunjukkan dengan grafik ( audiogram ). Skala tingkat hilangnya pendengaran diklasifikasi dalam tabel skala kelemahan pendengaran ( Scale of Heraing Impairment ). Dari -10 dB sampai dgn 120 dB.