30
DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA: SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL Siti Rahmi

Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

  • Upload
    others

  • View
    91

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Siti Rahmi

Page 2: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Page 3: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i un-tuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penja-ra paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana den-gan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana den-gan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana den-da pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pi-dana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Siti Rahmi

Page 5: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Judul Buku: BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Penulis:Siti Rahmi

Editor:Mutia Watul Wardah

Desain Sampul dan Tataletak:Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-197-6

ISBN: 978-623-264-198-3 (PDF)

Pracetak dan Produksi:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:Syiah Kuala University Press Jln. Tgk Chik Pante Kulu No.1, Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, AcehTelp: 0651 - 8012221Email: [email protected]: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Universitas Borneo TarakanJalan Amal Lama Nomor 1, TarakanTelp. 08115307023Fax. 08115307023Email: [email protected]

Cetakan Pertama, 2021vi + 210 (15,5 X 23)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

Page 6: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... iii

PRAKATA ..............................................................................................................................................v

BAB 1 Pendahuluan ..........................................................................................................................1

BAB 2 Orientasi Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ........................................................... 21

BAB 3 Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Konseling Pribadi Sosial ........................ 33

BAB 4 Landasan dan Model Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ....... 65

BAB 5 Aspek-aspek yang Terkait dalam Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial .................... 83

BAB 6 Aplikasi Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ........................................... 93

BAB 7 Komponen Evaluasi Program ....................................................................................... 101

BAB 8 Problematika Pribadi dan Sosial ....................................................................................117

BAB 9 Bentuk Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ...................... 141

BAB 10 Keterampilan Sosial dan Upaya Pengembangan dalam Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ..................................................................................................................... 147

BAB 11 Teknik-Teknik Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ................................................. 159

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 201

GLOSARIUM ................................................................................................................................... 207

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................................. 208

DAFTAR ISI

Page 7: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

iv SITI RAHMI

Page 8: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL v

Alhamdulillah, segala puji penulis menghaturkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar yang berjudul “Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial”

Layanan bimbingan di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis dan terarah, untuk itu adanya Buku Ajar ini bisa dijadikan rujukan dalam mendampingi dari setiap problem atau masalah pribadi dan sosial individu, khususnya peserta didik. Hal ini diungkapkan bahwa bimbingan pribadi merupakan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam usaha untuk membantu mengenal diri dan mampu mengatasi kesulitan pribadi dengan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan bimbingan sosial adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik, agar dapat mengenal lingkungannya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan menjalin hubungan atau interaksi dengan sesama diberbagai kalangan

Buku Ajar ini ditulis berdasarkan Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah Bimbingan & Konseling Pribadi Sosial yang berlaku di Jurusan Bimbingan & Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan. Buku ajar ini terdiri dari 11 (sebelas) bab, bab 1 adalah pendahuluan, bab 2 adalah orientasi bimbingan dan konseling pribadi sosial, bab 3 adalah perkembangan peserta didik dan bimbingan konseling pribadi sosial, bab 4 adalah landasan dan model pendekatan dalam bimbingan & konseling pribadi sosial, bab 5 adalah aspek-aspek yang terkait dalam bimbingan pribadi sosial, bab 6 adalah aplikasi layanan bimbingan pribadi sosial, bab 7 adalah komponen evaluasi program, bab 8 adalah problematika kepribadian dan sosial, bab 9 adalah bentuk layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pribadi sosial, bab 10 adalah keterampilan sosial dan upaya pengembangannya dalam bimbingan konseling pribadi sosial, dan bab 11 adalah teknik-teknik bimbingan dan konseling pribadi sosial.

Penulis menyadari penyusunan Buku Ajar ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis dengan segala kerendahan hati dan

PRAKATA

Page 9: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

vi SITI RAHMI

tangan terbuka menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan berikutnya.

Tarakan, Mei 2020

Penulis

Page 10: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 1

BAB 1PENDAHULUAN

Konseling merupakan adaptasi dari aliran psikologi yang memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan upaya pemberian bantuan dari

seorang konselor kepada klien, bantuan dalam artian sebagai upaya membantu orang lain agar mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri. Menurut Ahmadi & Widodo (2004) bahwa dalam pandangan kaum behaviorist (termasuk konselor behavioral) manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah dan dibentuk, manusia bersifat mekanistik dan pasif. Banyak pendekatan dalam konseling behavioral, dari keseluruhan pendekatan yang ada semua menjurus pada pendekatan direktif dimana konselor lebih berperan aktif dalam penangan masalahnya.

Semua orang pasti mempunyai permasalahan dalam kehidupannya tidak terkecuali anak usia sekolah. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial merupakan salah satu bimbingan yang ada di sekolah yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mencari penyelesaian dari permasalahannya serta mengarahkannya kepenyelesaian yang lebih baik.

1.1 MEMAHAMI DASAR BIMBINGAN DAN KONSELINGPRIBADI SOSIALBimbingan pribadi sosial diberikan kepada individu agar mampu

menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2004) yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah masalah sosial pribadi. Adapun masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial pribadi juga merupakan upaya

Page 11: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 21

BAB 2ORIENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

2.1. ORIENTASI SEKOLAH2.1.1. LAYANAN ORIENTASI SEKOLAH

Topik yang disajikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat sekolah dan tingkat perkembangan anak. Tentunya bagi siswa yang baru memasuki kelas satu sekolah dasar tidak perlu menyampaikan materi tersebut kepada anak yang masih sangat kecil. Poin utama dari bahan ajar harus dikomunikasikan kepada orang tua siswa. Pemahaman orang tua tentang berbagai materi dapat memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anak untuk mengikuti pendidikan di SD dengan sebaik-baiknya. Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP. Allen & McKean menyarankan beberapa kegiatan:1) Kunjungan ke SD. Petugas dari SMP, misalnya konselor sekolah bersa-

ma guru-guru lain yang ditugaskan, mengunjungi SD-SD yang lulusannyaakan memasuki SMP tersebut. Petugas menjelaskan berbagai hal-ihwalSMP itu kepada murid-murid SD kelas tinggi yang diharapkan akan me-masuki SMP yang dimaksudkan. Alangkah baiknya apabila penjelasandilengkapi dengan penyajian gambar, film, poster, dan lain sebagainya.Tanya jawab dengan murid-murid SD juga dibuka seluas-luasnya.

2) Kunjungan ke SMP. Murid-murid SD kelas tinggi mengunjungi SMP yangakan mereka masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan kelengka-pan sekolah, menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster,dan tanya jawab.

3) Pertemuan dengan orang tua. Orang tua murid baru diundang menghadirisuatu pertemuan untuk beramah tamah dengan staf sekolah dan meneri-ma penjelasan tentang hal ihwal sekolah tempat anak-anak mereka bela-jar.

4) Konselor sekolah bertemu dengan guru-guru lain membicarakan peser-ta didik-peserta didik baru. Konselor membahas materi pengantar dan

Page 12: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 33

BAB 3PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DAN BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

3.1. TAHAPAN PERKEMBANGAN INDIVIDU Pengetahuan tentang teori perkembangan membantu kita memahami

individu dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan usia individu tersebut. Misalnya teori perkembangan sosial emosional membantu pemahaman yang lebih baik terhadap bagaimana individu-individu merasa, bertindak dan bagaimana individu mampu mengungkapkan perasaan, serta mengetahui perubahan perasaan dan tindakan seiring usia dan pengalaman-pengalaman yang dilaluinya. Demikian pula pemahaman terhadap teori perkembangan kognitif membantu kita mengerti bagaimana individu-individu belajar memecahkan masalah dan apa yang boleh dan tidak boleh kita harapkan pada individu-individu pada usia-usia tertentu mereka.

Para ahli teori perkembangan sejak dahulu telah banyak mengemukakan pandangan-pandangan mereka tentang hakikat individu dan bagaimana individu-individu berkembang. Setiap teori memiliki sudut pandang berbeda dalam menjelaskan proses dan mekanisme perubahan perkembangan tersebut. Beberapa teori ada juga yang hanya memfokuskan pada aspek-aspek perkembangan tertentu. Perkembangan mempunyai enam tujuan pokok yaitu menemukan perubahan perubahan apakah yang terjadi pada usia yang ingin dan yang khas dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari masing-masing periode perkembangan menemukan kapan perubahan perubahan itu terjadi menemukan sebab-sebabnya menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi perilaku, meramalkan dan menemukan apakah perubahan-perubahan itu bersifat individual atau universal. Perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Pada dasarnya, dua proses perkembangan yang kontradiktif terjadi secara bersamaan dalam kehidupan,

Page 13: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 65

BAB 4LANDASAN DAN MODEL

PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN & KONSELING PRIBADI SOSIAL

4.1. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELINGLandasan pelayanan bimbingan dan konseling meliputi landasan

filosofi religious, psikologIs, sosial budaya dan pedagogis. (Yusuf, Syamsu. L.N. & Nurihsan, J. 2016). Adapun paparan tentang landasan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

Landasan FilosofiSesuatu yang dipikirkan itu di kupas, diteliti,dikaji dan di renungkan

segala seginya melalui proses pemikiran yang selurus-lurusnya dan setajam-tajamnya sehingga diperoleh pemahaman menyeluruh tentang hakikat keberadaan dan keadaan sesuatu itu. Lebih jauh, oleh karena pemahaman berdasarkan pemikiran filosofi itu mencakup juga segi-segi estetika, etika dan logika, maka tindakan yang berlandaskan pemahaman filosofi itu akan dapat dipertamggumgjawabkan secara logis dan etis, serta dapat memenuhi tuntutan estetika.Tindakan seperti itu tidak lain adalah tindakan bijaksana. Dalam kaitan itu, tidaklah meleset apabila dikatakan bahwa istilah filoso atau filsafat itu mempunyai makna cinta bijaksana, karena orang-orang yang bijaksana. Pemikiran dan pemahaman filosofi menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat. disamping itu pemikiran dan pemahaman filosofi juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam menerapkan upaya pemberian bantuannya (Belkin, 1975). disini akan diuraikan beberapa pemikiran filosofi yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang hakikat manusai, tujuan dan tugas kehidupan.

Page 14: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 93

BAB 6APLIKASI LAYANAN BIMBINGAN

DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Sekolah merupakan waktu yang tepat bagi siswa untuk mengembangkan konsep diri dan emosi serta kepercayaan diri peserta didik. Siswa mulai mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan, komunikasi dan hidup. Selain itu, siswa mengembangkan dan menguasai sikap yang benar terhadap sekolah, diri sendiri, teman sebaya, kelompok sosial, dan keluarga. Memberikan bimbingan dan konsultasi di sekolah itu unik. Meskipun kami belum menemukan posisi terstruktur untuk konselor sekolah dasar, mereka ada di sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan universitas. Namun demikian, siswa usia SD memiliki kebutuhan layanan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Meskipun ekspektasi kinerjanya berbeda dengan konselor sekolah menengah, mereka tetap membutuhkan layanan bimbingan dari konselor sekolah. Konselor dapat memainkan peran yang produktif di tingkat dasar, daripada memposisikan diri sebagai fasilitator pengembangan diri siswa, tetapi dengan memposisikan diri sebagai konsultan tamu yang membantu guru sekolah dasar mengatasi perilaku merusak.

Layanan bimbingan dan konsultasi dilakukan oleh guru kelas, yang dapat memadukan bahan ajar dengan bahan ajar melalui pembelajaran khusus. Menurut “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Juknis Jabatan Fungsional Guru dan SKS,” “Bagi guru kelas, selain wajib melaksanakan proses pembelajaran juga harus melaksanakan program bimbingan dan bimbingan bagi siswa yang bertanggung jawab”. Dasar pemikiran penyelengaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum perundang-undangan atau ketentuan. Namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi diri atau mencapai tugas-tugas perkembangan, yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spritual. Peserta didik sebagai seorang individu yang sedang dalam proses berkembang atau menjadi (on

Page 15: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 101

BAB 7KOMPONEN EVALUASI PROGRAM

Komponen bimbingan evaluasi program adalah usaha menilai efisiens dan efektivitas dari pelayanan bimbingan khususnya seluruh kegiatan dalam rangka program bimbingan yang dikelola oleh staf bimbingan. Sebagaimana berbagai kegiatan pendidikan yang lain, misalnya kegiatan dalam rangka program pengajaran, pada waktu-waktu tertentu harus dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan terencana bagi kegiatan itu tercapai. Demikian pula semua kegiatan dalam rangka program bimbingan secara berkala harus dievaluasi. Program bimbingan direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan untuk mengetahui sampai berapa jauh segala tujuan itu tercapai. Usaha yang kuat dalam mengumpulkan data yang dapat memberikan indikasi tentang hal dan menafsirkan data yang telah terkumpul. Jajaran tenaga bimbingan tidak dapat merasa puas hanya dengan bertanya: “Kegiatan apa saja sudah kita selesaikan?” akan tetapi harus bertanya lebih jauh: “Apa yang kita capai melalui kegiatan-kegiatan yang kita lakukan?”. Untuk menjawab pertanyaan terakhir maka tidak cukup hanya mengemukakan apa yang menurut pendapat staf tenaga bimbingan akan tetapi harus dapat ditunjukkan data relevan yang memberikan indikasi tentang apa yang telah tercapai sesuai dengan tujuan konkret yang menjadi sasaran.

Sejumlah aspek ditinjau dalam rangka evaluasi, yaitu kesesuaian antara rencana program dan pelaksanaan, keterlaksanaan program, hambatan yang dijumpai, respon berbagai pihak/unsur di sekolah, dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar-mengajar, hasil belajar akademis siswa dan pencapaian tugas perkembangan, keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah. Aspek-aspek itu tidak dibahas lebih lanjut dan tidak dijelaskan aspek mana yang termasuk dalam penilaian proses, serta aspek mana termasuk dalam penilaian hasil, sehingga buku petunjuk dalam hal evaluasi kurang memberikan rambu-rambu konkret kepada konselor sekolah.

Dalam bab ini secara berturut-turut akan diuraikan topik-topik mengenai keharusan untuk mengadakan evaluasi, kriteria evaluasi yang diterapkan,

Page 16: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 117

BAB 8PROBLEMATIKA PRIBADI DAN SOSIAL

8.1. KONSEP DIRI DAN PENGEMBANGANNYADefinisi Konsep Dir

Menurut Calhoun dan Acocella, (Gufron, 2014), ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri harapan terhadap diri sendiri dan penilaian pada diri sendiri. Artinya individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan. Perkembangan dan kemajuan manusia itu sendiri terjadi apabila individu mulai menggunakan bahasa yaitu sekitar umur 1 tahun. Seorang individu akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang dirinya dengan memahami perkataan orang lain. Pada saat itulah konsep diri baik yang positif maupun negatif mulai terbentuk. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Bee 1981 yang menyatakan bahwa konsep diri berkembang pada diri anak dengan mengobservasi fungsi dirinya sendiri seperti apa yang mereka lihat pada orang lain. Menurut Wiley yang mengatakan bahwa sumber pokok dari informasi untuk konsep diri adalah interaksi dengan orang lain. Lebih lanjut, Coley memperkenalkan pengertian diri yang tampak seperti cermin kita harus menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa diri kita. Kita bayangkan bagaimana pandangan mereka terhadap kita, penampilan dan penilaian tersebut menjadi gambaran diri kita. Dari gambaran-gambaran yang kita dapatkan dari orang lain tersebut maka gambaran diri kemudian berkembang ke dalam dua tahap antara lain: tahap pertama, kita menginternalisasikan sikap orang lain terhadap diri kita sedangkan tahap kedua kita menginternalisasikan norma masyarakat. Dengan kata lain konsep diri adalah ciptaan sosial dan harus belajar dari interaksi dengan orang lain. Pendapat lain dari harlock 1979 an tentunya sedikit berbeda dengan pendapat Cooley yang membagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi 2 konsep diri yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak dirumah dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudaranya dan sedangkan konsep diri sekunder adalah konsep diri

Page 17: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 141

BAB 9BENTUK LAYANAN DAN KEGIATAN

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Secara umum layanan bimbingan dan konsultasi yang digunakan dalam layanan bimbingan dan konsultasi sosial perorangan tidak jauh berbeda dengan yang digunakan di bidang pembelajaran dan karier, yang membedakan jenis layanan tersebut adalah pada konten materi di dalamnya. Adapun layanan bimbingan dan konsultasi yang digunakan dalam bimbingan dan konsultasi sosial perorangan akan disesuaikan dengan jenis masalah yang dihadapi mahasiswa sesuai dengan komponen layanan.

Berdasarkan komponen layanan dalam bimbingan dan konseling pribadi, Anda dapat melihat layanan bimbingan dan konseling yang digunakan dalam bimbingan dan konseling sosial pribadi, dan fokusnya adalah pada pengembangan perilaku siswa dalam aspek sosial pribadi. Kemudian, jasa bimbingan dan konsultasi dapat diklasifikasikan menurut pertimbangan berikut:

9.1. LAYANAN DASAR Apabila layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan untuk membantu

semua siswa agar berkembang secara normal, memelihara sikap yang sehat dan menguasai kecakapan hidup dasar, atau dengan kata lain membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangannya, maka layanan tersebut dapat diberikan sebagai layanan dasar. Tujuan dari layanan dasar adalah semua siswa. Jika layanan yang diberikan khusus untuk layanan bimbingan dan konseling sosial pribadi, maka fokus masalah juga menyangkut aspek sosial pribadi.

Layanan bimbingan dan konseling yang digunakan dalam layanan dasar ini antara lain: a. Bimbingan kelas Layanan dasar tersedia untuk semua siswa, artinya ketika memulai pro-

Page 18: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 147

BAB 10KETERAMPILAN SOSIAL DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA

DALAM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Bimbingan pribadi sosial memiliki peranan penting dalam membantu peserta didik untuk memahami lingkungan sosialnya. Seiring dengan perkembangan peserta didik, tidak menutup kemungkinan ada peserta didik yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam berkomunikasi. Menciptakan interaksi sosial yang baik melalui komunikasi ada hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan, sehingga pemberian bimbingan sosial sangat dibutuhkan agar peserta didik mampu berinteraksi sosial secara baik dengan individu lain. Bimbingan sosial merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar dapat mengenal dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pemberian bimbingan sosial diharapkan dapat berguna bagi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi khususnya dalam berkomunikasi.

Kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik di sekolah salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi interpersonal. Kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik berbeda-beda, ada yang baik dan adapula yang kurang baik. Peserta didik yang komunikasi interpersonalnya baik akan memperlihatkan interaksi sosial yang baik pula dan sebaliknya. Tingkat kemampuan berkomunikasi interpersonal peserta didik inilah yang perlu diperhatikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan sosial memiliki tujuan yang orientasinya berfokus pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dalam pergaulan sosialnya”.

Page 19: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 159

BAB 11TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN

DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

11.1. TEKNIK MODELINGAsal Muasal Teknik Modeling

Modeling adalah proses bagaimana individu belajar dari mengamati orang lain. Ia adalah salah satu komponen teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura (Bandura, 2006) dan telah menjadi salah satu intervensi pelatihan berbasis psikologi yang paling luas digunakan, paling banyak diteliti, dan sangat dihormati (taylor, Russ-Eft & Chan, 2005). Modeling juga disebut sebagai imitasi, identifikasi, belajar observasional, dan Vicarious Learning. Penelitian awal tentang modeling dilaksanakan oleh Miller dan Dollarn (1941), yang menemukan bahwa, melalui reincorcement (penguatan), partisipan dapat belajar untuk meniru sebuah model, belajar untuk tidak meniru model yang lain, belajar untuk membedakan antara kedua model, dan mengeneralisasikan dikriminasi meniru atau tidak meniru perilaku pada orang-orang lain yang serupa.

Ada tiga tipe dasar modeling. Overt Modeling (atau live Modeling) terjadi ketika satu orang atau lebih mendemonstrasikan perilaku yang akan dipelajari (Hackney & Cormier, 2012). Live Model (Contoh Hidup) bisa termasuk konselor professional, guru, atau teman sebaya klien. Kadang-kadang membantu bagi klien untuk mengamati lebih dari satu contoh untuk mengambil gaya dan kekutan dari orang-orang yang berbeda. Symbolic Modeling melibatkan mengilustrasikan perilaku target melalui rekaman video atau audio. Modeling simbolik memungkinkan konselor professional untuk memiliki control yang lebih besar atas keakuratan demontrasi perilakunya disamping itu, setelah contoh simbolik yang tepat dikembangkan, contoh itu dapat disimpan untuk digunakan berulang-ulang. Kegiatan menjadikan diri sendiri sebagai contoh melibatkan merekam klien yang sedang melakukan perilaku target. Klien kemudian dapat mengamati rekamannya secara langsung atau menggunakan self-

Page 20: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 201

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi dan Safarina HD (ed), (2011). Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat, dan Pendidikan), Jakarta: Rajagrafindo Persada

Ahmadi, Abu & Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi. (1982). Sosiologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu,.

Allan, J., Nairne, J., and Majcher, J. (1997). Violence and violence prevention: A review of the literature. APA Public Communications. Retrieved September 13, 2000, from the World Wide Web: http: //www. fmhi. usf. edu/ intitute/ pubs/rudo-powel-violence.html.

Al-Mabuk, R.H., and Downs, W.R. (1996). Forgiveness therapy with parents of adolescent suicide victims. Journal of family Psychotherapy, 7, 21-39.

Al-Quran Al-Karim. (2016). Al-Qur’an Cordoba, Cetakan ke 8, Bandung: PT. Cordoba Internasional Indonesia.

Bandura, B.R. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall-Inc.

Bell, D. (1966). The Reforming of General Education. London : Double Press.

Black, F. and Bornholt, L. Reliability of young children’s self-concept about cognitive functioning. In R.G. Craven and H.W. Marsh (Eds.) Self-concept theory, research and practice: Advances for the new millennium, Sidney: University of Western. 2000. (pp. 426-431).

Bordwell, D. A case for cognition. Journal of IRIS Spring, 9, 1989,11-41.

Brandt, R.S. (1985). Comparing Approaches to Teaching Thinking. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Campbell, J.D., Trapnell, P.D., Heine, S.J., Katz, I.M., Lavallee, L.F., and Lehman, D.R. Self-concept clarity: Measurement, personality corelates, and cultural boundaries. Jounal of Personality and Social Psychology, 70, 1996, 141-156.

Capon, J.M. and Owens, L. The cultural contex of social self-concept in high school student. In R.G. Craven and H.W. Marsh (Eds.) Self-concept theory, research and practice: Advances for the new millennium, Sidney: University of Western, 2000, (pp. 165-171).

Page 21: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

202 SITI RAHMI

Carolina Nitimihardjo. (1993). Psikologi Sosial, Bandung: Koperasi Mahapeserta didik Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung,

Cartidge, G and Millbren. (1992). Teaching Sosial Skill to Children, Innovative Approach, New York: Pergamon Press.

Cartledge, G., Milburn, J.F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth. Third Edition. United States of America : Allen and Bacon

Chan, K. Conceptualizing the role of beliefs in self-concept research. In R.G. Craven and H.W. Marsh (Eds.) Self-concept theory, research and practice: Advances for the new millennium, Sidney: University of Western, 2000, (pp. 172-179).

Conant, J.B. (1950). General Education in a Free Society. Cambridge, Massachusstetts : Harvard University Press.

Corey, Gerald. (2013). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

David O Sears, dkk,. , (1994). Psikologi Sosial, Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Desmita. (2015). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosda Karya

Dolen, W.R. (1999). Sex differences and their implications. New York: Be Coming One.

Douvan, E.A. and Adelson, J. (1966). The adolescent experience. New York: Wiley.

Erford, Bradley. (2015). 40 teknik yang harus diketahui setiap konselor. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Feerick, M. (1995). Cognitive, social, and affective development/Child maltreatment and violence. APA Parent News for July-August 1999. Retrieved October 18, 2000, from the World Wide Web: http://nichd.nih.gov/about/crmc/cdb/p cog.htm.

Folastari, Sisca & Itsar B Rangka. (2016). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bandung: Mujahid Press.

Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence, adolescents. Illinois: Scott, Foresman and Company.

Page 22: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 203

Gibson, Robert L & Marianne H Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gladding, Samuel T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks

Goldberg. H. (1983). The new male-female relationship. New York: William Morrow.

Hall, C.S., and Lindzey, G. (1985). Theories of personality. New York: John Wiley & Sons.

Hartono & Boy Soedarmadji. (2015). Psikologi Konseling. Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Hattie, J. (2000), Getting back on the correct pathway for self-concept research in the new millennium: Revisiting misinterpretation of and revitalising the contributions of James’ agenda for research on the self. Paper: Auckland: University of Auckland.

Hibana S. Rahman, (2003), Bimbingan dan Konseling Pola 17, Yogyakarta: UCY Press.

Irham, Novan A. (2014), Wiyani. Bimbingan & Konseling; Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar.

Jarolimek, J. (1993), Social Studies in Elementary Education. New York : Mc.Millan Publishing.

Jiang, X. (2000), A case study of high and low levels of self-concept in children. In R.G. Craven and H.W. Marsh (Eds.) Self-concept theory, research and practice: Advances for the new millenium (pp. 282-291). Sidney: University of Western.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan: Direktoral Jendral Pendidikan Menengah, Direktorat Pembinaan PTK Dikmen, Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru Kustyarani, Mengembangkan Keterampilan Sosial Bagi Remaja, LIKITHAPRADNYA, tahun 10 Volume II, 2007.

Komalasari, dkk., (2011), Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Leonard, N.H., Beauvais, L.L., and Scholl, R.W. (1995), A self-concept-based model of work motivation. Evansville: University of Evansville.

McConnell, T.R. (1952), General Education : An Analysis, dalam Henry, N.B. The Fifty-Fiths Yearbook of the National Society for the Study of Education : Part I General Education. Chicago: The University of Chicago Press.

Page 23: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

204 SITI RAHMI

McLeod. (2008), Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana.

Miller, P.H. (1993), Theoris of developmental psychology. New York: Freeman and Company.

Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. (2002), Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Myers-Walls, J.A., Hinkley, K.R., and Reid, W.H. (2000), Encouraging positive self-concept in children. Paper. West Lafayette: Purdue University.

Nurihsan, A. J. (2006), Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: RefikaAditama

Nuryoto, S. (2003), Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Nuryoto. S.( 2003), Manfaat penanaman sifat androgini pada individu sejak dini. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Prawitasari, J.E. (1993). Psikologi transpersonal. Materi kuliah Psikologi Transpersonal (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Doktor Psikologi UGM.

Prayitno & Erman Amti. (2009), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineaka Cipta.

Prayitno & Amti Erman. (2013), Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno dan Amti. (2015), Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmi, Siti. (2017), Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial. Tarakan: Universitas Borneo Tarakan

Raven, J. (1977), Education, Values, and Society : The Objectives of Education and the Nature and Development of Competence. London : HK Lewis & Co. Ltd.

Rita Eka Izzaty, dkk, (2008), Perkembangan Peserta Didik, Yogyakarta: UNY Press.

Romlah, Tatiek. (2013), Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang

Page 24: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 205

Runyon & Haber. (1984), Psychology of Adjustment. Homewood, Illinois: The Dorsey Press.

Salahudin, Afifuddin. (2010), Bimbingan dan Konseling. Bandung. CV pustaka Setia

Sarwono, Sarlito W. (2009), Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.

Schneiders. (1964), Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Reinhart & Winston Inc.

Siswanto. (2007), Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Offset.

Soekanto, Soerjono. (1999), Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Ke empat, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soetjipto, H. Prajitno, Soetjipto. (2016), 40 Teknik yang HArus Diketahui Setiap Konselor. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Song, I. and Hattie, J. Home environment, self-concept and academic achievement: A causal modeling approach. Journal of Educational Psychology, 76, 1984, 1269-1281.

Sobur, Alex. (2003), Psikologi Umum. Cetakan Kesatu. Bandung: CV. Pustaka Setia

Sukardi, D. K. (2007). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistyani, Jauhar. (2004), Dasar-Dasar Konseling; Panduang Lengkap Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling.

Suyono dan Hariyanto. (2011), Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf LN. (2004), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tedeschi, J.T. and Felson, R.B. (1994), Violence, aggression, & coercive actions. Washington: APA.

Thalib, SB. (1986), Pengenalan diri. Makalah (tidak dipublikasikan). Fakulktas Ilmu Pendidikan: Ujung Pandang.

Thalib, SB. (2005), Psikologi perkembangan: Aplikasi praktis dalam PAUD. Makassar: State University of Makassar Press.

Tim Pustaka Phoeni. (2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.

Page 25: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

206 SITI RAHMI

Tri Sagriani, Pengembangan Diri, (Dalam http://blog.stikom./sosial-skills), diakses pada Kamis 1 Mei 2017

Porter, Alan. (2020), Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Psikologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Wadswoorth, J.W. (1984), Piaget’s theory of cognitif and affective development. New York: Longman Inc.

Walgito, Bimo. (2010) Bimbingan Konseling: Studi dan Karier. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Willis, Sofyan. (2015), Konseling Individual, Bandung: Alfabeta.

Winkel. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta, Grasindo.

Wu, S. (2003), Definition of developmental psychology. APA Public Communication. Retrieved 1 Mei 2017, from the Word WideWeb:http://www.olemiss.edu/courses/psy529/lectures/class.htm.

Yusuf, Syamsu. L.N. & Nurihsan, J. (2016), Landasan Bimbingan dan Konseling. Cetakan Kesembilan. Bandung: Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. L.N. & Nurihsan, J. (2017), Bimbingan dan Konseling Perkembangan Suatu Pendekatan Komprehensif. Cetakan Kesatu. Bandung: Refika Aditama

Page 26: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 207

Guidance : proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, men-ghubungkan pemahaman tentang diri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep masa depan yang selaras dengan norma-norma yang berlaku, dan berdasarkan karakteristiknya

Counseling : upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan ber-dasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Modeling : proses bagaimana individu belajar dari mengamati orang lain

Psikodrama : metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psi-kologis.

Role play : sebuah teknik yang digunakan oleh konselor dari beragam orientasi teoretis untuk klien-klien yang perlu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang, atau melakukan perubahan da-lam, dirinya sendiri

Systematic De-sensitization

: sebuah prosedur di mana klien berulang kali meng-ingat, membayangkan, atau mengalami kejadian yang membangkitkan kecemasan dan setelah itu menggunakan teknik relaksasi untuk menekan ke-cemasan yang disebabkan oleh kejadian itu

Bibliokonseling : teknik bimbingan yang dilakukan dengan menggu-nakan buku atau cerita yang di dalamnya terdapat ajaran tentang berperilaku

Sosiodrama : teknik permainan peran (role playing) yang dituju-kan untuk memecahkan masalah sosial yang tim-bul dalam hubungan antara manusia

GLOSARIUM

Page 27: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

208 SITI RAHMI

RIWAYAT HIDUP

Siti Rahmi, S.Sos.I., M.PdLahir pada tanggal 28 Agustus 1983 di Baralau-Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), dari Ayah yang bernama Kaliman dan Ibu Rafiah. Alamat di Jln. Sei Kapuas Gang Famili RT. 001 Kelurahan Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan Kalimantan Utara, Hp. 082252040659, e-mail: [email protected]. Bersuami Anwar, S.Pd.I, M.Pd., dan memiliki Putra Khairun Mubarak, Putri Raihanah (alm), Sarafah Saktuliah, dan Salvina Putri.

Pendidikan yang pernah di tempuh adalah Program Sarjana (S-1) Jurusan Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (2006), dan Program AKTA IV (2008) di STAIN Datokarama Palu, Program Magister (S-2) Program Studi Bimbingan dan Konseling (2012) di Universitas Negeri Makassar.Pendidikan dan Jabatan yang dipegang sekarang adalah Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT), dengan Jabatan Akademik Asisten Ahli, Jabatan Struktural Sekertaris Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UBT. Mengajar di Program Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling dalam mata kuliah:1. Komunikasi Antarpribadi2. Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial3. Bimbingan dan Konseling Belajar4. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif5. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak6. Teknik Konseling Cognitive Behavior

Berbagai Pengalaman Penelitian dan Pengabdian yang telah dilakukan adalah:1. Keefektifan Pendekatan Konseling Realitas Pada Perilaku Kedisiplinan

Siswa (2016)2. Penerapan Strategi Reframing Untuk Mengurangi Rasa Rendah Diri

Siswa (2016)

Page 28: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL 209

3. Meningkatkan Keterbukaan Diri Siswa Kepada Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Pelatihan Asertif di SMK Negeri 3 Tarakan (2016)

4. Pengaruh Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Pola Pikir Siswa Perokok Di SMP Negeri 4 Tarakan (2018)

5. Pencegahan Konflik Interpersonal Peserta Didik Melalui Layanan Informasi Di SMP Negeri 2 Tarakan (2018)

6. Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro Konseling Di Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fkip Universitas Borneo Tarakan (2018)

7. Big Five Factors of Personality Guru Bimbingan dan Konseling Pada Tujuan Layanan Konseling Individual Di Sekolah (2018)

8. Analisis Kebutuhan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Universitas Borneo Tarakan (2019)

9. Pelatihan dan Pengembangan Big Five Factors Of Personality Konselor Sekolah Melalui Psikodrama dan Role Play Di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara (2019)

10. Identifikasi Tingkat Stres Belajar Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan Di Tengah Pandemi Covid-19 (2020)

Page 29: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

210 SITI RAHMI

Page 30: Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

UNIVERSITAS BORNEO TARAKANJalan Amal Lama Nomor 1, TarakanTelp. 08115307023Fax. 08115307023Email: [email protected]

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1,Kopelma DarussalamTelp. 0651-812221Email: [email protected]

[email protected]

ISBN 978-623-264-198-3 (PDF)

Buku ini pada dasarnya menggambarkan dan memahami diri sebagai pribadi maupun sebagai sosial. Dalam hal ini merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah pribadi dan sosial dengan menciptakan lingkungan interaktif, pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap positif, serta mengembangkan keterampilan pribadi dan sosial.

Siti Rahmi, S.Sos,I., Lahir di Baralau, 28 Agustus 1983. Sejak 2012 mengajar di Program Studi Bimbingan dan Konseling dengan Berbagai Mata Kuliah yang diampuh yaitu Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial, Bimbingan dan Konseling Belajar, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, dan Teknik Konseling Cognitive Behavior.

ISBN 978-623-264-197-6