7
1. Terapi Bermain Terapi bermain sering digunakan untk menangani anak-anak dengan GPPH/ADHD. Melalui proses bermain anak-anak belajar banyak hal, diantaranya : belajar mengenal aturan, belajar mengendalikan emosi, belajar menunggu giliran, belajar membuat perencanaan, belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain (Lusi Nuryanti, 2008). 2. Terapi Perilaku a. Intervensi pendidikan dan sekolah Hal ini penting untuk membangun kemampuan belajar anak. b. Psikoterapi : pelatihan ADHD, suport group, atau penggunaan keduanya pada orang dewasa dapat membantu menormalisasi gangguan dan membantu penderita agar fokus pada informasi umum. Konselor terapi perilaku ini dapat melibatkan psikolog, dokter spesialis tumbuh kembang anak, pekerja sosial dan perawat yang berpengalaman. Modifikasi prilaku dan terapi keluarga juga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua dan anak sertamengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi perilaku ini terdiri dari beberapa langkah,yakni:3 1. Fase pemberian informasi (Information phase) Memberikan informasi pada orang tua mengenai keadaan anak sebenarnya termasuk kesukaran tingkah laku anak. 2. Fase penilaian (Assessment phase) Menilai seberapa berat gangguan interaksi anak dengan saudara atau orang tua. 3. Fase pelatihan (Training phase) Menawarkan pelatihan keterampilan sosial pada anak, orang tua, bila memungkinkan gurunya. 4. Fase evaluasi (Review progress) Menilai kemajuan/perbaikan tingkah laku anak ADHD.Pendekatan pada anak untuk memperbaiki tingkah lakunya di rumah. Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007. Rencana asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

Bhan Tuto Nori YIYI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jkd

Citation preview

Page 1: Bhan Tuto Nori YIYI

1. Terapi BermainTerapi bermain sering digunakan untk menangani anak-anak dengan GPPH/ADHD. Melalui proses bermain anak-anak belajar banyak hal, diantaranya : belajar mengenal aturan, belajar mengendalikan emosi, belajar menunggu giliran, belajar membuat perencanaan, belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain (Lusi Nuryanti, 2008).

2. Terapi Perilakua. Intervensi pendidikan dan sekolah

Hal ini penting untuk membangun kemampuan belajar anak.b. Psikoterapi : pelatihan ADHD, suport group, atau penggunaan keduanya pada orang

dewasa dapat membantu menormalisasi gangguan dan membantu penderita agar fokus pada informasi umum. Konselor terapi perilaku ini dapat melibatkan psikolog, dokter spesialis tumbuh kembang anak, pekerja sosial dan perawat yang berpengalaman. Modifikasi prilaku dan terapi keluarga juga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua dan anak sertamengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi perilaku ini terdiri dari beberapa langkah,yakni:3

1. Fase pemberian informasi (Information phase)Memberikan informasi pada orang tua mengenai keadaan anak sebenarnya termasuk kesukaran tingkah laku anak.

2. Fase penilaian (Assessment phase)Menilai seberapa berat gangguan interaksi anak dengan saudara atau orang tua.

3. Fase pelatihan (Training phase)Menawarkan pelatihan keterampilan sosial pada anak, orang tua, bilamemungkinkan gurunya.

4. Fase evaluasi (Review progress)Menilai kemajuan/perbaikan tingkah laku anak ADHD.Pendekatan pada anak untuk memperbaiki tingkah lakunya di rumah.

Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007. Rencana asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsifTujuan :Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain kriteria hasil:

K :Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri

A :Anak mau mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnyaP :Anak memperlihatkan tingkah laku ang hati - hatiP :Anak mampu duduk dengan tenang dan bisa untuk menunggu giliran

Intervensi :1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas

sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaanRasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain

2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diriRasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa"

Page 2: Bhan Tuto Nori YIYI

atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.

3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbulRasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.

4. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anakRasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

5. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat

Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anaketa

Tujuan :Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima social.kriteria hasil :K : Anak mengetahui kelebihan yang dimilikinya A : Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lainP : Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara socialP : Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasiIntervensi:1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis

Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri

2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anakRasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompokRasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negatif

Page 3: Bhan Tuto Nori YIYI

Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptifRasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak

6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukanRasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskanTujuan :Anak mampu mengurangi ansietas nyaK :Anak mengetahui penyebab dari cemasnyaA : Anak mampu dalam memberi respons terhadap stres .P : Anak mampu menujukkan perilaku yang baikP : Anak tampak tanang dan tidak gelisahIntervensi :1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di

dalam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulusRasional : Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan anak dengan staf atau perawat

2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan musik, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompokRasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik

3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanyaRasional : Anak-anak vemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahanan projeksi dan pemibdahan yang dilebih-lebihkan

2. Perawat harus mempertahankan suasana tentangRasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain

3. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologisRasional : Keamanan anak adalah prioritas keperawatan

4. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaannyaRasional : sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi

Page 4: Bhan Tuto Nori YIYI

5. Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif pada kejadian selanjutnytaRasional : Rencana tindakan memberikan anak perasaan aman untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang sulit jika terjadi lagi

Definisi

ADHD disebut juga gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktif (GPPH) adalah suatu diagnosis untuk pola perilaku anak yang berlangsung dalam jangka waktu paling sedikit 6 bulan dimulai sejak usia berkisar 7 tahun yang menunjukan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif atau kedua-duanya.

Etiologi

1. faktor neurologik

terjadinya perkembangan otak yang lambat terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter diotak yaitu dopamin.

Dopamin(zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah didaerah tertentu,

yaitu didaerah striatum, daerah orbital prefrontal,daerah orbital limbik otak2. faktor toksik

beberapa zat makanan seperti salisilah dan bahan pengawet3. faktor psikososial

anak-anak yang mengalami kejadian fisik yang menimbulkan stres, keurangnya keharmonisan dalam keluarga, serta faktor-faktor lain yang menyebabkan gangguan kecemasan yang kadang merupakan awal terjadinya GDDH/ADHD

Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :

1. Metilfenidat (Ritalin)Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.

2.Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari

3.Pemolin (Cylert)Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap