20
BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO Dyah Ayu Kusumawati S1 Pendidikan Sendratasik, FakultasBahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini berjudul “Bentuk Lagu “Tanpa Watan” Karya Gus Nizam di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo”. Peneliti tertarik meneliti tentang bentuk lagu dan fungsi lagu “Tanpa Watan” ini, karena syairnya komunikatif, melodi dan iramanya enak didengar, sehingga digemari oleh masyarakat terutama umat islam. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana bentuk lagu “Tanpa Watan”, 2) Apa fungsi lagu “Tanpa Watan”. Kajian pustaka terdiri dari penelitian terdahulu dari skripsi tentang musik hadrah tahun 2007 oleh Hafid Setiawan , kajian teori yang digunakan yaitu bentuk lagu dan fungsi, pustaka yang relevan yaitu musik islami,unsur-unsur musik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Subjek penelitian adalah lagu “Tanpa Watan” Objek penelitianya yaitu bentuk lagu dan fungsi lagu “Tanpa Watan”. Narasumber kunci adalah Gus Nizam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis taksonomi, dengan tahap transletirasi lagu. Validas data melalui triangulasi metode, triangulasi sumber ,member chek, dan analisa kasus negatif. Hasil dan pembahasan penelitian ini tentang bentuk lagu yang terdiri dari motif, frase dan kalimat. Pembahasan juga meliputi dinamika, tempo dan ekspresi serta membahas tentang fungsi lagu yang berhubungan dengan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lagu “Tanpa Watanmenggunakan tempo yang lambat (adagio). Menggunakan birama 4/4 dan terdapat perubahan dinamika. Lagu ini terdapat 159 birama yang dibagi dalam dua bagian yaitu A dan B. Fungsi lagu “Tanpa Watanadalah sebagai sarana dakwah, presensi estetis dan hiburan. 1

BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DYAH AYU KUSUMAWATI, http://ejournal.unesa.ac.id

Citation preview

Page 1: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU

KABUPATEN SIDOARJO

Dyah Ayu KusumawatiS1 Pendidikan Sendratasik, FakultasBahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: [email protected]

AbstrakPenelitian ini berjudul “Bentuk Lagu “Tanpa Watan” Karya Gus Nizam di Pondok

Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo”. Peneliti tertarik meneliti tentang bentuk lagu dan fungsi lagu “Tanpa Watan” ini, karena syairnya komunikatif, melodi dan iramanya enak didengar, sehingga digemari oleh masyarakat terutama umat islam. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana bentuk lagu “Tanpa Watan”, 2) Apa fungsi lagu “Tanpa Watan”.

Kajian pustaka terdiri dari penelitian terdahulu dari skripsi tentang musik hadrah tahun 2007 oleh Hafid Setiawan , kajian teori yang digunakan yaitu bentuk lagu dan fungsi, pustaka yang relevan yaitu musik islami,unsur-unsur musik.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Subjek penelitian adalah lagu “Tanpa Watan” Objek penelitianya yaitu bentuk lagu dan fungsi lagu “Tanpa Watan”. Narasumber kunci adalah Gus Nizam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis taksonomi, dengan tahap transletirasi lagu. Validas data melalui triangulasi metode, triangulasi sumber ,member chek, dan analisa kasus negatif.

Hasil dan pembahasan penelitian ini tentang bentuk lagu yang terdiri dari motif, frase dan kalimat. Pembahasan juga meliputi dinamika, tempo dan ekspresi serta membahas tentang fungsi lagu yang berhubungan dengan masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lagu “Tanpa Watan” menggunakan tempo yang lambat (adagio). Menggunakan birama 4/4 dan terdapat perubahan dinamika. Lagu ini terdapat 159 birama yang dibagi dalam dua bagian yaitu A dan B. Fungsi lagu “Tanpa Watan” adalah sebagai sarana dakwah, presensi estetis dan hiburan.

Kata kunci: Bentuk Lagu, Fungsi, Tanpa Watan

.

1

Page 2: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN

Pada awal peradaban manusia, musik dikenal dalam konsep yang masih sederhana.Kedudukan dan fungsi musik pada masa itu lebih dominan sebagai fungsi ritual.Seiring dengan zaman, musik tidak lagi hanya sebagai alat untuk pemujaan atau ibadah. Musik berkembang menjadi suatu media hiburan atau pertunjukan (Mc.Nell,1998 : 1-7).

Begitu juga salah satu musik yang berkembang adalah musik religi. Musik religi adalah musik yang bersyair dan bermakna ajaran-ajaran agama dan sebagai wujud mengingatkan manusia terhadap Tuhan. Salah satu contoh ialah musik Islami. Musik Islami, merupakan bentuk musik yang banyak digunakan oleh umat muslim baik itu dalam fungsi hiburan maupun pemujaan terhadap Allah SWT.

Salah satu musik Islami yang beberapa tahun terakhir ini sering dilantunkan masyarakat muslim di Jawa Timur yaitu lagu “Tanpa Watan”. Konon, lagu ini sering dilantunkan di mushola-mushola dan masjid hampir di seluruh wilayah Jawa Timur.Lagu “Tanpa Watan” adalah salah satu hasil karya musik yang manfaatnya sangat baik bagi dakwah umat Islam.Syair lagu “Tanpa Watan” mempunyai makna sehingga menjadikan sarana dakwah melalui lagu.Masyarakat umat Islam sangat antusias dalam menyanyikan maupun mendengarkan lagu “Tanpa Watan”.Antusias ini bisa dilihat dari masyarakat sering melantunkan lagu tersebut di mushola atau berbagai kegiatan keagamaan yaitu, Maulud Nabi, Peringatan hari Besar Islam, Istigosah dan sebagainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahpenelitian ini adalah: (1)Bagaimana Bentuk Lagu “Tanpa Watan” pada karya Gus Nizam)(2) apa fungsi lagu “Tanpa Watan” pada karya Gus Nizam.

Tujuan penelitian ini adalah: (1)Untuk mendeskripsikan bentuk lagu “Tanpa Watan” pada Karya Gus Nizam di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo(2)Untuk menjelaskan fungsi lagu “Tanpa Watan” pada masyarakat sekitar.

Manfaat penelitian ini antara lain: (1) bagi peneliti: Menambah pengalaman dan membuka wawasan peneliti dengan melihat secara langsung tentang konsep-konsep musik,(2) bagi pembaca: Hasil penelitian ini dapat memberikan apresiasi, wawasan, informasi serta pengetahuan mengenai lagu karya Gus Nizam khususnya lagu “Tanpa Watan”.(3) bagi perguruan tinggi (jurusan Sendratasik): Hasil penelitian ini dapat menambah wacana dan wawasan bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan sebagai sumber acuan dan menjadi sebuah awal untuk penelitian selanjutnya

II. METODEPenelitian ini menggunakan pendekatandeskriptifkualitatif.(Bogdan dan Taylor, 1975: 4) berpendapat sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, dan perilaku yang dapat diamati

Objek Penelitian ini adalah bentuk lagu dan fungsi lagu “ Tanpa Watan” Karya Gus Nizam di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Subjek penelitian ialah lagu “Tanpa Watan” dan narasumber yaitu Gus Nizam dalam pembuatan lagu “Tanpa Watan”.

Teknik pengumpulan data adalahlangkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara baik yang

2

Page 3: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

terstruktur maupun tidak, dokumentasi, serta usaha-usaha untuk merancang protokol guna merekam/mencatat informasi (Creswell, 2010: 266). Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif yaitu dengan cara mengambil jarak dengan informan/narasumber agar dapat melihat keadaan dan kegiatan para narasumber. Aktivitas subjek yang menjadi sasaran penelitian meliputi: (1) Bentuk lagu “Tanpa Watan”(2) Informasi tentang lagu “Tanpa Watan”(3)Merekam suasana saat melantunkan lagu “Tanpa Watan”(4) Narasumber lain yang memberikan informasi tentang lagu “Tanpa Watan”.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada sumber beberapa kali sampai tidak ada jawaban yang dapat diberikan oleh sumber.Adapun langkah-langkah wawancara tersebut sebagai berikut:(1) Menetapkan narasumber yang akan diwawancarai yaitu KH. Nizam As Shofa ( Gus Nizam ),(2)Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) Mengawali atau membuka alur wawancara,(4)Melangsungkan alur wawancara,(5 Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya,(6)Menulis hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

Pada pendokumentasian peneliti menggunakan audio visual yaitu merekam suasana pengajian ketika melantunkan lagu “Tanpa Watan” dan foto-foto objek yang terkait seperti, lokasi penelitian, narasumber, wawancara dan sebagainya.(1) Foto Narasumber (Gus Nizam)(2) Wawancara dengan Narasumber(3) Perjalanan menuju tempat penelitian(4) Suasana pada waktu pengajian

Lokasi penelitian ini berada di Pondok Ahlus-Shofa Wal-Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

Teknik analisis data menggunakan analisis taksonomi adalah pengelompokan rumusan masalah ke dalam bentuk bagan agar lebih mudah dipahami. Metode analisa ini diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam mengelola data sampai pada tahap akhir penelitian..

Validitas data yaitu dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data di atas, diperoleh berbagai informasi yang perlu diteliti keabsahan atau tingkat kepercayaannyaHal ini perlu dilakukan agar data dan informasi yang diperoleh memiliki validitas yang tinggi unutk menjelaskan pokok permasalahan yang ada. Dengan demikian, peneliti melakukan uji kredibilitas data yang meliputi:

Triangulasi Metode, yaitu pengumpulan untuk mendapatkan data yang sama digunakan lebih dari satu metode yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi peneliti melakukan wawancara langsung dengan narasumber yaitu Gus Nizam.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang ada, dalam hal ini sumber datanya adalah Gus Nizam selaku pencipta lagu dan pemangku pondok pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa di Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.Dalam penelitian ini sumber data dibedakan menjadi; (1) Manusia (nara sumber) meliputi:a) Untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan latar belakang menciptakan lagu “Tanpa Watan” dalam memilih profesi tersebut sumber datanya adalah Gus Nizam yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa Dsn. Simoketwang, Kec. Wonoayu, Kab. Sidoarjo.b) Untuk mendapatkan informasi nama dan alamat pencipta asli lagu “Tanpa Watan” sumber

3

Page 4: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

datanya adalah Ustad Rofiq yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren Tebu Ireng Dsn. Cukir, Kec. Diwek, Kab. Jombang.c) Untuk mendapatkan Informasi tentang keberadaan Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa sumber datanya adalah Mas Narno salah satu jamaah pengajian. (2)

Non manusia atau dokumen yaitu berupa dokumen tertulis, catatan, catatan harian, foto, video, buku dan sebagainya yang dipunyai oleh informan/narasumber.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Latar Belakang Biografi Komponis “Tanpa Watan”

KH.Mohammad Nizam Ash Shofa atau lebih dikenal dengan Gus Nizam, lahir di Sidoarjo pada tanggal 23 Oktober tahun 1973.Gus Nizam adalah anak ketiga dari pasangan ibu Hj. Siti Maryam dan bapak KH.Ahmad Saiful Huda.Ayahnya bekerja sebagai juru dakwah di lingkungan pesantren dan keliling ke masjid serta mengadakan kajian Islam di rumah.

Ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD), Gus Nizam bersekolah di dua tempat, yaitu di MI

Bahrul Ulum Krian pada pagi hari dan sore hari di Diniyah. Setelah tamat sekolah dasar, Gus

Nizam melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri yang berada di Krian.Disamping itu, Gus Nizam

juga menetap di Pondok Pesantren Darul Falah asuhan Kyai Iskandar Umar Abdul Latif.Kemudian

Gus Nizam hijrah ke Lirboyo Kediri setelah lulus Tsanawiyah.Gus Nizam mencari pengalaman di

lirboyo Kediri selama kurang lebih satu setengah tahun.Tidak hanya itu saja, Gus Nizam

melanjutkan perantauannya ke Pulau Sumatera, tepatnya di Aceh.Selama 2 tahun di Aceh, Gus

Nizam tidak melanjutkan pendidikannya, melainkan hanya mencari pengalaman tentang agama.

Sepulang dari perantauannya, Gus Nizam memilih untuk mondok di daerah Bekasi.Kemudian Gus Nizam melanjutkan pendidikannya kelas 2 Madrasah Aliyah.Pada saat kelas 3 Madrasah Aliyah, Gus Nizam sudah diperbolehkan melanjutkan pendidikan ke universitas di daerah tersebut pada siang hari.Gus Nizam mengambil jurusan sastra hingga semester 7. Pada semester 8, Gus Nizam berhenti kuliah karena mendapat beasiswa ke luar negeri, yaitu Kairo Mesir. Beasiswa tersebut didapat dari PBNU yang setiap tahunnya hanya memberangkatkan 2 sampai 3 anak.

Pada tahun 1995, Gus Nizam berangkat ke Kairo untuk mendalami bahasa Arab.Disamping jadwalnya yang padat, Gus Nizam selalu aktif dalam mengikuti pendidikan non-formal, yaitu tarekat di Kairo.Tarekat adalah cara atau aturan hidup (dalam keagamaan atau ilmu kebatinan). Gus Nizam sering kholwat sehingga kegiatan yang begitu padat sudah dilakukan dengan istiqomah dan tidak merasa terbebani..ketika belajar di Mesir, Gus Nizam juga aktif mengikuti kajian syeh tarekat yang diajarkan di sana.

Berpijak dari situlah, Gus Nizam terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu.Lagu tersebut terlahir berdasar pengalamannya ketika menetap di pondok Ahlus Shofa Wal-Wafa.Lagu berjudul “Tanpa Watan” diciptakan atas dasar kesenangannya pada wayang dan bahasa Jawa.Lagu tersebut syairnya mempunyai makna dan sebagai media dakwah.B. Latar Belakang Penciptaan Lagu “Tanpa Watan”

Lagu “Tanpa Watan” diciptakan oleh Gus Nizam pada tahun 2004 sebagai lagu pengisi setelah selesai pengajian di pondok Ahlus-Shofa Wal-Wafa, yang diadakan setiap hari rabu malam. Di setiap pengajian tersebut para jamaah melantunkan lagu dengan secara vocal.Lagu ini diciptakan atas dasar pencipta melihatsemakin banyaknya golongan garis keras yang mengatas namakan Islam dan dari kepekaan membaca kondisi umat Islam saat ini tidak sesuai dengan kualitas umat Islam

4

Page 5: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

pada jaman Sahabat dulu. Sekarang ini banyak sekali para Kyai,para Ulama, pada sisi keikhlasan, keseriusan, ke wira’inya sekarang jauh sekali dari kualitas Ulama’ jaman dulu.

Berdasarkan fenomena tersebut terciptalah lagu “Tanpa Watan”.Lagu ini dibuat dalam satu suara, maka penulis menggunakan satu suara saja.Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat lebih mudah dalam memahami melodi- melodi lagu dan salah satu hal yang mendasar tidak ada nada dasar yang menjadi patokan karena lagu tersebut diciptakan atas dasar spontanitas pencipta.“Tanpa Watan” artinya syair tanpa batas.Lagu tersebut di ciptakan untuk semua kalangan masyarakat entah itu dari kalangan atas ataupun rendah.Karena di dalam lagu tersebut terkandung syair yang sangat menyentuh.Sehingga lagu tersebut tersebarluas ke seluruh Jawa Timur.Salah satu faktor ialah karena lagu “Tanpa Watan” bahasanya komunikatif, irama dan melodinya tidak sulit.C. Analisis Bentuk Lagu “Tanpa Watan”

Ilmu bentuk dan analisis lagu adalah “memotong”dan memperhatikan sambil melupakan keseluruhan dari sebuah karya musik. Keseluruhan berarti memandang awal dan akhir lagu maupun iringan serta beberapa perhentian sementara di tengahnya ; gelombang-gelombang naik-turun dan tempat puncaknya; dengan kata lain : dari segi struktur. Dengan cara inilah kita dapat menemukan kesenian yang termuat dalam musik, di dalam bentuk musik (Prier, 1996 : 1).

Jadi yang dimaksud dengan analisis lagu dalam penelitian ini adalah memperhatikan secara detail komposisi lagu “Tanpa Watan”. Peneliti mengambil lagu “Tanpa Watan” sebagai acuan lagu yang dianalisis, karena pada lagu ini semua unsur musik yang terkandung di dalamnya sudah terwakili, baik dari segi tempo, melodi vocal, dinamika, motif, atau dengan kata lain bentuk keseluruhan komposisi lagunya.

Bentuk lagu “Tanpa Watan” temasuk jenis bentuk lagu dua bagian, artinya dalam satu lagu termuat 2 periode yang berkontras yang satu dengan yang lain. Terdapat 159 birama yang terbagi 2 kelompok (periode), yaitu A, B. Pada bagian A masing-masing terdiri dari 8 birama.Sedangkan pada bagian B terdiri dari 10 birama, dan birama selanjutnya merupakan birama pengulangan harafiah. .

Pada setiap kelompok (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase jawab. Frase Tanya(Antecedens Phrase) merupakan awal kalimat atau sejumlah birama (biasanya birama 1-4 atau 1-8) disebut ‘pertanyaan’ atau ‘kalimat depan’, karena biasanya kelimat tersebut berhenti dengan nada yang dirasa mengambang dan dikatakan berhenti dengan koma (Prier, 1996:2). Sedangkan Frase Jawab(Consequens Phrase) merupakan bagian kedua dari kalimat (biasanya birama 5-8 atau 9-16) disebut jawaban atau kalimat

5

Page 6: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

belakang, karena kalimat tersebut melanjutkan kalimat pertanyaan dan berhenti dengan titik atau

akord tonika (Prier, 1996:2).

Gambar: transkip notasi hasil rekaman lagu “Tanpa Watan”

a. Kalimat / Bagian (Satz) dalam Lagu “Tanpa Watan”Menurut Karl-Edmund Prier, kalimat/bagian adalah sejumlah ruang birama (biasanya 8 atau 16

birama) yang merupakan satu kesatuan (Prier, 1996:2). Untuk memperlihatkan struktur musik, maka ilmu bentuk memakai sejumlah kode.Untuk kalimat / bagian umumnya dipakai huruf besar (A, B, C dan sebagainya).Pada karya musik “Tanpa Watan” kalimat lagunya terbentuk dari frase-frase yang tersusun dari beberapa jenis. Lagu ini jenis bentuk lagu dua bagian, artinya dalam satu lagu termuat 2 periode yang berkontras yang satu dengan yang lain. Lagu “Tanpa Watan” menggunakan tanda birama 4/4. Terdapat 159 birama yang terbagi 2 kelompok (periode), yaitu A, B Pada bagian A masing-masing terdiri dari 8 birama yang bentuknya hampir sama. Sedangkan pada bagian B terdiri dari 10 birama, terdapat birama pengulangan harafiah.

6

Page 7: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Gambar 2.Lagu Tanpa Watan bagian A dan BKeterangan :

: Bagian A

: Bagian B

b. Frase (Phrase) dalam Lagu “Tanpa Watan”

Pada karya lagu“Tanpa Watan” kalimat laguknya terbentuk dari frase-frase yang tersusun dari beberapa jenis. Periode mempunyai bagian-bagian yang dapat mempengaruhi penggolongan bentuk musik, bagian-bagian tersebut antara lain : Frase Tanya(Antecedens Phrase) merupakan awal kalimat yang disebut ‘pertanyaan’ atau ‘kalimat depan’, karena biasanya kelimat tersebut berhenti dengan nada yang dirasa mengambang dan dikatakan berhenti dengan koma. Sedangkan Frase Jawab(Consequens Phrase) merupakan bagian kedua dari kalimat disebut ’jawaban’ atau ‘kalimat belakang’, karena kalimat tersebut melanjutkan kalimat ‘pertanyaan’ dan berhenti dengan ‘titik’ atau akord tonika

(1)Frase Pada Bagian A Terdapat dua Frase Tanya(Antecedens Phrase) dan dua Frase Jawab (Consequens Phrase) dalam kalimat /Bagian A. kalimat pertama pada birama 1-4, sedangkan kalimat yang kedua pada birama 5-9. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya dan jawab birama 1-9 dibawah ini :

Keterangan :: Frase Tanya

: Frase Jawab

7

Page 8: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Gambar 3. Bagian A

(2) Frase Pada Bagian BKalimat/ bagian B pada lagu “Tanpa Watan” terdiri dari frase Tanya(Antecedens Phrase) dan Frase Jawab(Consequens Phrase). Pada frase Tanya(Antecedens Phrase) pertama pada birama 9-13, Sedangkan Frase Jawab(Consequens Phrase) pada birama 13-19 Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya dan frase jawab birama 9-19 dibawah ini :

Keterangan :: Frase Tanya

: Frase Jawab

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini :

Gambar 4. Bagian B

c. Motif dalam Lagu “Tanpa Watan”Motif adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak

kalimat yang dapat dikembangkan (Banoe, 2003:283).Dalam bukunya Ilmu Bentuk Musik, Karl-Edmund Prier mengatakan bahwa motif adalah unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan atau ide (Prier, 1996:3).Karena merupakan unsur lagu, maka sebuah motif biasanya diulang-ulang dan diolah-olah.Sehingga lagu yang terpisah atau tersobek dapat dikenali ciri-cirinya melalui motif tertentu.

Pada setiap bagian (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase jawab. Berikut adalah pembahasan tentang motif yang terdapat dalam lagu “Tanpa Watan” yang diteliti dalam tiap kalimat/bagian-bagian lagu :(1) Motif Pada Bagian AKalimat/ bagian A pada lagu “Tanpa Watan” terdiri dari frase Tanya(Antecedens Phrase) dan Frase Jawab(Consequens Phrase).Terdiri dari 8 birama.Pada frase Tanyapertama pada birama 1-5 terbagi

8

Page 9: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

dalam 2 motif, yang pertama diberi kode 1a dan motif kedua diberi kode 1b. Sedangkan Frase Jawabpada birama 5-9 terbagi 3 motif, yang pertama diberi kode 2a, motif yang kedua diberi kode 2b dan yang ketiga 2c.

Frase tanya pertama menggunakan motif pengulangan pada tingkat lain atau imitasi yaitu nada awal berbeda namun ritme lagu selanjutnya sama. Jadi pada motif 1a pada bagian A hampir sama dengan 1b pada bagian A, hanya terdapat perbedaan pada nada awal.Pada akhir motif kedua mengalami pengulangan nada yang lebih rendah yang biasa disebut sekuens turun. Pada motif 1a, nada terakhirnya naik dari E ke D tetapi motif 1b nada terakhirnya turun dari C ke B. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya birama 1-5 dibawah ini :

1a 1bGambar 5. Motif Frase Tanya Bagian A

Perhatikan notasi lagu diatas disusun atas empat birama yang membentuk frase. Empat birama tersebut merupakan satu kesatuan yang tersusun dari dua motif, yaitu motif pertama (1a) pada birama 1-3 yang kemudian bersambung ke motif kedua (1b) di birama 3-5.Frase jawab (Consequens Phrase) juga terbagi 3 motif, yaitu motif yang pertama diberi kode 2a, 2b dan motif ketiga diberi kode 2c.Pada motif pertama menggunakan pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value). Pada motif 2a bagian A hampir sama dengan motif 1a bagian A, hanya terdapat perbedaan interval pada motif 1a menggunakan nada ½ sedangkan motif 2a menggunakan nada ¼ .Sedangkan motif kedua menggunakan motif pengulangan pada tingkat lain atau sekuens naik. Pada motif 1a nada dari C-C-E-F-E-D sedangkan pada motif 2b menjadi C-C-F-F-E-D. Pada motif 2c menggunakan pengulangan harafiah yaitu pengulangan motif yang sama dari notasi maupun ritme, dengan maksud untuk mengintensifkan suatu kesan atau untuk menegaskan suatu pesan. Sedangkan pada akhir motif kalimat jawab bagian A juga menggunakan pemerbesaran nilai nada (augmentation of the value).Pada motif 2c menggunkan nada 2 ketuk sedangkan motif 1b menggunakan 1 ketuk. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase jawab birama - dibawah ini 5-9 :

2a 2b 2c Gambar 6. Motif Frase Jawab Bagian A

2. Motif Pada Bagian BKalimat/bagian B pada lagu “Tanpa Watan” terdiri dari frase Tanya(Antecedens Phrase) dan Frase Jawab(Consequens Phrase). Pada frase Tanya(Antecedens Phrase) pertama pada birama 9-12 terbagi dalam 3 motif, yang pertama diberi kode 1a, motif kedua diberi kode 1b dan motif ketiga 1c. Sedangkan Frase Jawab(Consequens Phrase) pada birama 9-19 terbagi 3 motif, yang pertama diberi kode 2a, motif yang kedua diberi kode 2b dan motif ketiga motif 2c.

9

Page 10: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Pada bagian B pada lagu terdapat satu frase tanya dan satu frase jawab dengan motif yang berulang-ulang. Pada frase tanya bagian B menggunakan tiga motif yang menggunakan ulangan harafiah dan pembesaran nilai nada (augmentation of the value). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya birama 9-12 dibawah ini :

1a 1b 1c 1cGambar 7. Motif Frase Tanya Bagian B

Pada gambar notasi diatas terlihat motif pertama dan motif kedua mempunyai kesamaan nada dan ritmis.Tetapi pada akhir motif 2 terdapat penambahan nilai yang biasa disebut pembesaran nilai nada (augmentation of the value).Pada motif 1b bagian B akhir nada mengalami penambahan nilai yaitu not menjadi 1/16 pada motif 1a bagian B not 1. Pada motif ketiga menggunakan motif tingkat lain atau sekuens naik dan pembalikan (inversion).

Frase jawab (Consequens Phrase) juga terbagi 3 motif, yaitu motif yang pertama diberi kode 2a, motif kedua diberi kode 2b dan motif ketiga 2c. Pada motif 2a Pada motif ini juga menggunakan motif pengulangan harafiah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase jawab birama 9-19 dibawah ini :

2a 2b

2cGambar 8. Motif Frase Jawab Bagian B

Frase jawab pada bagian B motif 2b dan 2c memiliki motif yang menggunakan ulangan harafiah yaitu pengulangan motif yang sama dari notasi maupun ritme, dengan maksud untuk mengintensifkan suatu kesan atau untuk menegaskan suatu pesan. d. Dinamika

Lagu “Tanpa Watan” dilantunkan dengan berbagai dinamika dari mezzoforte, forte dan adagio.Awal dinamika pada lagu “Tanpa Watan” yaitu menggunakan adagio. Dinamika adagio hal ini dapat dilihat pada awal lagu atau kalimat bagian A pada syair Astagfirullah rabal baroyaa pada bait tersebut dilantunkan secara lambat karena pada syair tersebut nadanya sangat mengalun sehingga untuk membuat syair lebih menyentuh.

Sedangkan dinamika mezzoforte dapat dilihat pada kalimat B awal lagu pada syair misalnya, Ya Rasullahlah Salam Mun Alaik pada bait ini menggunakan mezzoforte (agak keras/lantang) hal ini karena dengan dinamika tersebut ketika menyebut nama rossul atau asma Allah dengan suara yang tegas akan menambah keyakinan/ pemantapan hati sehingga lagu terdengar hikmat.

Pada awal lagu menggunakan tingkat volume lemah (Piano). Pada bagian tengah lagu berubah agak kuat (Mezzo Piano dan Mezzo Forte) dan kuat (Forte), hingga pada bait terakhir. Perubahan dinamik juga terjadi menggunakan Cresendo dan Descresendo yaitu semakin melemah dan menguat.e. Tempo

10

Page 11: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Tempo lagu “Tanpa Watan” ini menggunakan tempo yang lambat atau disebut juga Adagio.Tempo lambat ini memberikan gambaran awal suasana lagu yang terkesan santai.Suasana ini diperkuat dengan petunjuk dinamika, dan sebagaimana halnya tempo yang bermacam-macam dari yang tetap dan berubah, maka demikian juga dengan dinamika, ada yang tetap dan ada juga yang berubah.f. Ekspresi

Ekspresi masyarakat ketika melantunkan lagu “Tanpa Watan” yaitu dengan rasa khidmat, agung dan secara khusyuk bisa dilihat pada syair lagu yang terkandung yaitu mengajak umat untuk selalu ingat kepada Allah.Syair-syair yang mempunyai makna tersebut mengapresiasikan ekspresi masyarakat seperti orang yang ingin bertaubat dan berdoa.Hal tersebut bisa dilihat pada waktu pengajian masyarakat ketika melantunkan lagu “Tanpa Watan”.Masyarakat melantunkan dengan menyebut asma Allah SWT dengan penuh keyakinan.D. Fungsi Lagu “Tanpa Watan” Bagi Masyarakat

Lagu “Tanpa Watan” merupakan salah satu lagu Islami yang berkembang dengan adanya dukungan masyarakat sekitar. Sebagaimana diungkapkan oleh R.M. Soedarsono pada buku yang berjudul Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, menyederhanakan fungsi seni pertunjukan dengan cara membaginya ke dalam dua fungsi utama yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Selanjutnya, fungsi primer dari suatu seni pertunjukan adalah apabila seni tersebut jelas siapa penikmatnya antara lain: (1) sebagai sarana ritual berarti penikmatnya adalah makhluk kasat mata; (2) sebagai sarana hiburan pribadi penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang terlibat dalam seni pertunjukan tersebut; dan (3) sebagai presentasi estetis yaitu seni pertunjukan yang disajikan kepada penonton.

Apabila seni pertunjukan tersebut dipertunjukan tidak sekedar untuk dinikmati melainkan memiliki tujuan lain, fungsinya adalah fungsi sekunder. Fungsi mempunyai beberapa manfaat sebagai contoh yaitu sebagai sarana dakwah, hal tersebut memberikan kontribusi agar manusia lebih dekat kepada Allah SWT.Untuk itu berkenaan dengan fungsi seni lagu “Tanpa Watan” dapat dipaparkan sebagai berikut.

Sebuah lagu yang sering dilantunkan di Pondok Ahlus Shofa Wal-Wafa, dalam hal ini lagu “Tanpa Watan”, fungsi dan perananya tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat sekitar, lagu ini mempunyai berbagai macam fungsi, akan tetapi dalam fungsi-fungsi tersebut masih harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta menurut kebutuhannya dan kepentingan masyarakat pendukungnya.

Keberdaan lagu “Tanpa Watan” bagi masyarakat sekitar dan santri pondok Ahlus Shofa Wal-Wafa sangat berpengaruh.Dalam arti berpengaruh disini yaitu lagu ini bagi masyarakat sebagai pengungkapan ibadah atau nasihat dalam kehidupan agar selalu ingat kepada Allah SWT serta pada Rasulallah SAW.

Meskipun sebagai bagian lagu religius, yaitu sebagai penyejuk rohani, lagu ini juga dapat memberikan kesenangan dan penikmatan bagi pelakunya.Rasa nikmat memang bersifat subjektif atau relative bagi manusia, karena perasaan itu tidak dimengerti lewat akal, tetapi dihayati melalui sentuhan rasa.Sebagaimana ‘kesenangan’, perasaan ‘nikmat’ bersangkutan dengan keindahan seni.Berdasarkan paparan di atas, maka fungsi dari lagu “Tanpa Watan” dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Sebagai sarana dakwah

11

Page 12: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Lagu “Tanpa Watan” diusulkan cenderung sebagai sarana dakwah tetapi tidak bisa dimasukan kedalam fungsi ritual, bukan berarti menjadi syarat dari sebuah ritual. Sehingga lagu “Tanpa Watan” semata-mata berfungsi sebagai sarana dakwah.

Fungsi sebagai sarana dakwah lagu “Tanpa Watan” ini merupakan kebutuhan rohani yang menyangkut kepercayaan dan pemahaman akan ajaran-ajaran Islam menjadi pendorong utama terciptanya lagu “Tanpa Watan”. Dengan demikian lagu ini diciptakan sebagai sarana dakwah Islamiyah melalui pengajian, agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dan diamalkan.

Lagu “Tanpa Watan” mempunyai syair yang berisi ajakan untuk lebih dekat kepada Allah dan sesama manusia atau dengan kata lain Habluminallah dan Habluminnanas. Syair lagu tersebut sangat bermanfaat untuk kebutuhan rohani untuk suatu umat. Dengan lagu tersebut masyarakat bertambah keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan cara memahami dan mengamalkan lagu tersebut di kehidupan sehari-hari.

2. Sebagai Presensi EstetisMenurut pendapat sang komposer dalam hal ini Gus Nizam, lagu “Tanpa Watan” memang

beliau rangkai alur melodinya dengan interval nada-nada yang tidak berjauhan dan pemilihan nada-nada yang tidak berbenturan dengan nada satu dengan nada yang lain (disonan) sehingga berkesan mengalun serta tidak susah untuk ditirukan atau dinyanyikan oleh masyarakat umum dalam hal ini khususnya kaum muslim. Dengan demikian lagu “Tanpa Watan” merupakan perwujudan ekspresi dari Gus Nizam yang melalui banyak pertimbangan dalam aspek musikalnya. Pada akhirnya lagu “Tanpa Watan” dibuat dengan harapan bisa dinyanyikan dan diterima oleh masyarakat muslim. (Wawancara, Gus Nizam, 4 Mei 2013 )

Lagu “Tanpa Watan” merupakan ungkapan jiwa sang pencipta. Berdasarkan fungsinya sebagai presensi estetis membuat para jamaah dan masyarakat pendukung yang mendengarkan mendapatkan sebuah kepuasan tersendiri dari lagu “Tanpa Watan”.

3. Sebagai sarana hiburanSeperti pada awalnya bahwa lagu “Tanpa Watan” hanya berfungsi sebagai sarana dakwah

Agama Islam. Namun saat ini fungsi tersebut mengalami perkembangan. Hal ini terbukti bahwa saat ini lagu “Tanpa Watan” sering di lantunkan di mushola-mushola.

Di sebuah acara pengajian Lagu “Tanpa Watan” juga kerap dilantunkan para Kyai-kyai sebelum atau sesudah memulai ceramah. Dengan melantunkan lagu tersebut suasana hati para jamaah terlihat gembira itu bisa dilihat ketika menyanyikan sambil mengoyangkan bagian tubuhnya mengikuti irama lagu “Tanpa Watan” itu juga wajah-wajah mereka kelihatan segar dan berseri-seri. Sehingga hal tersebut menghibur para jamaah yang hadir mendengarkan dakwah pada waktu itu. Dengan lagu tersebut para jamaah mengikuti alunan lagu yang sangat ringan untuk di dengarkan. Walaupun nada awal melantunkanya tidak sama tetapi cara melantunkanya sama sehingga suara yang terdengar fals ataupun tidak bukan menjadi suatu masalah karena hal tersebut merupakan hiburan secara pribadi. Masyarakat mudah untuk menghafalkan lagu tersebut karena hal itu didukung dengan setiap harinya lagu “Tanpa Watan” sering diputar di mushola-mushola dan di samping juga nada-nada pada melodi tersebut tidak susah untuk dinyanyikan.

PENUTUPSIMPULAN

Gus Nizam merupakan salah satu Kyai yang berdakwah melalui kesenian.Hal ini dibuktikan dengan eksplorasinya terhadap sebuah lagu.Salah satu identitas yang melekat pada Gus Nizam saat ini yaitu lagu “Tanpa Watan”, sebuah lagu yang menggunakan syair bahasa Jawa serta melodi dan iramnya mudah.

12

Page 13: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang analisis bentuk lagu “Tanpa Watan” Karya Gus Nizam di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.(1) Lagu “Tanpa Watan” ini menggunakan tempo yang lambat atau disebut juga adagio. Tempo ini memeberikan gambaran umum lagu yang terkesan santai dan khitmat.Dinamika lagu pada awalnya menggunakan tingkat volume lemah.Pada bagian B atau bagian tengah lagu berubah agak kuat (mezzo forte) dan kuat (forte) hingga akhir lagu. Perubahan dinamika juga terjadi menggunakan Crescendo dan Descresendo yaitu semakin melemah dan menguat. (2) Bentuk lagu “Tanpa Watan” termasuk jenis bentuk lagu dua bagian, artinya dalam satu lagu termuat 2 periode yang berkontras yang satu dengan yang lain. Terdapat 159 birama yang terbagi menjadi 2 kelompok (periode), yaitu A dan B. pada bagian A masing-masing terdiri dari 8 birama. Sedangkan pada bagian B terdiri dari 10 birama dan birama selanjutnya merupakan pengulangan pada bagian B. Pada setiap kelompok (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase jawab.

Fungsi lagu “Tanpa Watan” bagi masyarakat yaitu fungsi pertama adalah sebagai sarana dakwah, misalnya lagu ini diciptakan sebagai sarana dakwah Islamiyah melalui pengajian, agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dan diamalkan. Fungsi yang kedua adalah sebagai presensi estetis, Hal ini dapat dilihat dari lagu “Tanpa Watan” merupakan perwujudan ekspresi dari Gus Nizam yang melalui banyak pertimbangan dalam aspek musikalnya. Pada akhirnya lagu “Tanpa Watan” dibuat dengan harapan bisa dinyanyikan dan diterima oleh masyarakat muslim. Sehingga para jamaah dan masyarakat pendukung yang mendengarkan mendapatkan sebuah kepuasan tersendiri dari lagu “Tanpa Watan”. Fungsi yang ketiga adalah sebagai hiburan, hal ini terbukti bahwa saat ini lagu “Tanpa Watan” kerap dilantunkan para kyai-kyai untuk menghibur para jamaah dengan lagu tersebut para jamaah mengikuti alunan lagu yang sangat ringan untuk didengarkan. Walaupun nada awal melantunkanya tidak sama tetapi cara melantunkanya sama, sehingga suara yang terdengar fals ataupun tidak bukan menjadi suatu masalah karena hal tersebut merupakan hiburan secara pribadi.

Dari hasil analisis bentuk dan fungsi lagu diperoleh kesimpulan bahwa lagu “Tanpa Watan” merupakan jenis lagu dua bagian yang memilki banyak variasi berupa contras diantara kalimat/bagian-bagianya, serta mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang bentuk lagu “Tanpa Watan” Karya Gus Nizam di Pondok Pesantren Ahlus-Shofa Wal Wafa Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo, maka saran yang dapat diberikan dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut:(1) Bagi masyarakat sekitarApa yang sudah dilakukan Gus Nizam bisa merupakan inspirasi para tokoh agama Islam yaitu selain berdakwah melalui ceramah dakwah bisa dilakukan melalui sebuah lagu. Salah satu contoh ialah lagu “Tanpa Watan”, dengan adanya lagu tersebut masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.(2) Bagi penulis berikutnyaDiharapkan lebih mengkaji lebih dalam terhadap perkembangan kesenian lagu Islami, yang selalu melahirkan inovasi-inovasi baru dalam memadukan unsur-unsur budaya, sehingga mampu

13

Page 14: BENTUK LAGU “TANPA WATAN” KARYA GUS NIZAM DI PONDOK PESANTREN AHLUS-SHOFA WAL-WAFA DESA SIMOKETAWANG KECAMATAN WONOAYU  KABUPATEN SIDOARJO

memberikan warna yang beragam dari hasil karya tulis ilmiah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta:Kanisius (anggota IKAPI). Bastomi, Suwaji. 1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press.Bogdan, Robert and Taylor, Steven I. 1975.Introduction to Qualitative Research Methods. A

Phenomenogical Approach to The Social Sciences. New York: John Weley & Sona,IncBovier, Helene . 2002. “Lebur” :Seni Musik dan Pertunjukan Dalam MasyarakatCreswell, J.W. 2009. Research design :Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

approaches. Yogyakarta : Pustaka PelajarDjelantik, A.A.M. 2004.Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung: MSPI.Hazrat Inayat Khan.2002. Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Penerbit SufiJamalus. 1998. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Sirjen

Pendidikan tinggiMc. Neill, Rhoderick J. 1998. Sejarah Musik I. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.Merriam, Alan P. 1968. The Anthropologi of Musik.Chicago: Northwesterm University Press.Moleong.Lexy. J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdikarya.Prier SJ, Karl-Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik LiturgiR.M Soedarsono. 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung:

Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.--------------. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di era Globalisasi. Yogyakarta:ISISedyawati, E. 2007.Budaya Indonesia.Jakarta : PT. Raja grafindo persadaSoeharto, M.dkk.1989. Pelajaran Seni Musik untuk SLTP. Jakarta: GramediaSugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Cv Alfabeta

14