35
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA Mutia Rachmi 10.179

Benign Prostate Hyperplasia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

Page 1: Benign Prostate Hyperplasia

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

Mutia Rachmi10.179

Page 2: Benign Prostate Hyperplasia

Kelenjar prostat merupakan salah satu organ yang menyusun genitalia masculine yang terletak pada inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior / uretra pars prostat.

Prostat merupakan organ sebesar kemiri yang terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular. Normalnya berat prostat pada orang dewasa ±20 gram. Fungsi prostat umumnya adalah menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen cairan ejakulat. Volume cairan prostat ±25% dari volume ejakulat.

Page 3: Benign Prostate Hyperplasia

Lobus prostat secara anatomis ( Anatomi Klinis Dasar Moore ) :

Lobus anterior atau isthmus prostate, yang terletak ventral dari uretra

Lobus posterior, terletak dorsal dari uretra dan kaudal terhadap kedua duktus ejakulatorius. Lobus posterior mudah teraba pada RT

Lobus-lobus lateral, terletak pada sisi kanan dan kiri uretra. Merupakan bagian utama prostat

Lobus medius, terletak antara uretra dan kedua duktus ejakulatorius. Berhubungan erat dengan cervix vesicae

Page 4: Benign Prostate Hyperplasia

Pembagian zona prostat ( McNeal, 1970 ) : Zona perifer Zona sentral Zona transisional Zona preprostatik sfingter Zona anterior

Page 5: Benign Prostate Hyperplasia

Prostat mendapatkan invervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang menerima masukan serabut parasimpatis dari korda spinalis (S2-S4) dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2).

Page 6: Benign Prostate Hyperplasia

Rangsangan parasimpatik : meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat

Rangsangan simpatik : pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior (seperti pada saat ejakulasi). Sistem simpatis memberikan inervasi pada otot-otot prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli. Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankannya tonus otot polos tersebut.

Page 7: Benign Prostate Hyperplasia
Page 8: Benign Prostate Hyperplasia

Definisi

Hiperplasia dari sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat

Page 9: Benign Prostate Hyperplasia

Etiologi

Aging : BPH banyak terjadi pada pria yang menginjak usia tua dan testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosterone

Peningkatan kadar DHT ( dihidrotestosteron ) Ketidakseimbangan hormonal antara

estrogen dan progesterone Interaksi stroma-epitel Berkurangnya kematian sel ( apoptosis ) Teori Stem Cell

Page 10: Benign Prostate Hyperplasia

Peningkatan kadar DHT

DHT merupakan metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat

Page 11: Benign Prostate Hyperplasia
Page 12: Benign Prostate Hyperplasia

Ketidakseimbangan hormonal

Semakin tua, kadar testosteron makin turun & estrogen tetap .

Estrogen pada prostat ↑ sensitifitas sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, ↑ jumlah reseptor androgen, apoptosis sel prostat proliferasi sel prostat meski rangsang terbentuknya sel baru akibat rangsang testosteron , tapi sel yang ada jadi berumur panjang massa prostat membesar

Page 13: Benign Prostate Hyperplasia

Interaksi stroma-epitel

Diferensiasi & pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator growth factor tertentu.

Page 14: Benign Prostate Hyperplasia
Page 15: Benign Prostate Hyperplasia

Apoptosis

Apoptosis sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat.

Pada apoptosis terjadi kondensasi & fragmentasi sel, lalu difagositosis oleh sel sekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.

jumlah apoptosis sel prostat massa prostat Hormon androgen berperan menghambat apoptosis Estrogen mampu memperpanjang usia sel prostat TGF berperan dalam apoptosis

Page 16: Benign Prostate Hyperplasia

Stem cell

Sel stem adalah sel yang punya kemampuan berproliferasi ekstensif, kehidupan sel stem bergantung pada hormon androgen.

Proliferasi pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga produksi sel stroma & epitel berlebih.

Page 17: Benign Prostate Hyperplasia

Epidemiologi

Dialami oleh laki-laki usia tua. ±50% berusia 60 tahun dan ±80% pada yang berusia > 80 tahun

Page 18: Benign Prostate Hyperplasia

Patofisiologi

Page 19: Benign Prostate Hyperplasia

Obstruksi akibat BPH disebabkan oleh: Massa prostat yang menyumbat uretra

posterior Tonus otot polos pada stroma prostat, kapsul

prostat, & leher vesika urinaria

Massa prostat obstruksi komponen statik tonus otot polos komponen dinamik

Pada BPH terjadi rasio peningkatan stroma : epitel 4:1 (normal 2:1) menyebabkan terjadi peningkatan tonus otot polos prostat

Page 20: Benign Prostate Hyperplasia

Gambaran Klinis

Keluhan pada saluran kemih bawah ( LUTS ) LUTS dibagi menjadi :

a. gejala obstruktifb. gejala iritatif

Page 21: Benign Prostate Hyperplasia

Obstruksi Iritasi

• Hesitansi

• Pancaran miksi lemah

• Intermitensi

• Miksi tidak puas

• Menetes setelah miksi

• Frekuensi

• Nokturi

• Urgensi

• Disuri

Page 22: Benign Prostate Hyperplasia

LUTS merupakan kompensasi otot VU untuk mengeluarkan urin, sampai timbul kepayahan hingga dekompensasi dalam bentuk retensi urin akut.

Dekompensasi vesika urinaria biasanya didahului oleh faktor pencetus:

Volume vesika urinari tiba-tiba penuh (cuaca, obat, tahan miksi)

Massa prostat membesar (setelah aktivitas seksual, infeksi prostat)

Konsumsi obat yang menurunkan kontraksi otot destrusor/ yang dapat mempersempit vesika urinaria (antikolinergik/ adrenergik )

Page 23: Benign Prostate Hyperplasia

Gejala pada saluran kemih atas Nyeri pinggang, benjolan di pinggang (tanda

hidronefrosis), demam (infeksi/ urosepsis) 

Gejala di luar saluran kemih Karena sering mengejan saat miksi

peningkatan tekanan abdominal keluhan hernia inguinalis, hemoroid

Urin menetes tanpa disadari inkontinensia paradoksa

Adanya massa kistus pada daerah supra simfisis akibat retensi urin

Buli-buli terisi penuh

Page 24: Benign Prostate Hyperplasia

Pemeriksaan Fisik

Nilai DRE / RT Nilai ada distensi buli-buli / retensi urin Status neurologis pasien, status mental

pasien

Rectal Touche Harus diperhatikan:

Tonus sfingter ani/ refleks bulbo-kavernosus Mukosa rektum Keadaan prostat

Page 25: Benign Prostate Hyperplasia

Temuan RT BPH Ca Prostat

Konsistensi Kenyal ( seperti meraba ujung hidung )

Keras

Simetris Lobus kanan – kiri simetris Asimetri lobus

Nodul Tidak didapatkan Teraba nodul

Page 26: Benign Prostate Hyperplasia

Penunjang

Laboratorium Sedimen urin infeksi/ inflamasi Kultur urin infeksi & sensitifitas MO Faal ginjal penyulit pada saluran kemih

atas Gula darah kelainan saraf pada VU PSA karsinoma prostat

Page 27: Benign Prostate Hyperplasia

Pencitraan

PIV tidak direkomendasikan untuk BPH, PIV menerangkan :

Kelainan pada ginjal/ ureter hidroureter/ hidronefrosis Ukuran prostat Penyulit pada VU (trabekulasi, divertikel, dll)

USG transrektal/ TRUS besar/ volume kelenjar prostat kemungkinan prostat maligna petunjuk biopsi aspirasi prostat jumlah residu urin mencari kelainan pada VU

Page 28: Benign Prostate Hyperplasia

** Pemeriksaan derajat obstruksi prostat Dapat diperkirakan dengan mengukur: Residual urine, dengan cara kateterisasi

pascamiksi / dengan USG pascamiksi Pancaran urin (flow rate), dengan

menghitung jumlah urin dibagi dengan lama miksi (ml/detik) / dengan uroflometri/ urodinamika

* Pada BPH pancaran lemah & lama

Page 29: Benign Prostate Hyperplasia

Komplikasi

Retensi urin berulang Hematuria Batu buli-buli ISK berulang Insufiensi renal

Page 30: Benign Prostate Hyperplasia

Penatalaksanaan

Tujuan terapi :1. Memperbaiki keluhan miksi2. Meningkatkan kualiltas hidup3. Mengurangi obstruksi infravesika4. Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi

gagal ginjal5. Mengurangi volume residu urin setelah

miksi6. Dan mencegah progresivitas penyakit

Page 31: Benign Prostate Hyperplasia

Prognosis

Rata-rata pasien berprognosis baik. Namun pasien harus kontrol secara berkala ( tergantung pengobatan )

Page 32: Benign Prostate Hyperplasia
Page 33: Benign Prostate Hyperplasia
Page 34: Benign Prostate Hyperplasia
Page 35: Benign Prostate Hyperplasia